• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN DI PERAIRAN PULAU PASARAN PROVINSI LAMPUNG UNTUK BUDIDAYA KERANG HIJAU (Perna viridis)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KESESUAIAN LAHAN DI PERAIRAN PULAU PASARAN PROVINSI LAMPUNG UNTUK BUDIDAYA KERANG HIJAU (Perna viridis)"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN DI PERAIRAN PULAU PASARAN PROVINSI LAMPUNG UNTUK BUDIDAYA KERANG HIJAU (Perna

viridis)

Oleh

HERMAWAN FORNANDO

Kerang hijau merupakan salah satu komoditas perikanan laut yang digemari oleh masyarakat. Di Lampung budidaya kerang hijau baru dirintis beberapa tahun terakhir. Budidaya ini terdapat di sekitar Teluk Lampung seperti perairan Ringgung (Pesawaran) dan Pulau Pasaran (Bandar Lampung). Analisis kesesuaian lahan di perairan Pulau Pasaran untuk budidaya kerang hijau (Perna viridis) dapat diamati dengan menganalisis faktor fisika, kimia dan biologi air kemudian diakumuasi dengan sistem poin. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kesesuaian perairan Pulau Pasaran untuk budidaya kerang hijau. Pengamatan dilakukan dengan membandingkan parameter pendukung di 5 stasiun di sekitar perairan Pulau Pasaran. Hasil pengukuran menunjukan salinitas, pH, temperatur, DO dan substrat perairan Pulau Pasaran baik untuk budidaya, sedangkan parameter kekeruhan, kecepatan arus, kedalaman dan klorofil-a kurang mendukung untuk budidaya kerang hijau. Secara keseluruhan rating point kesesuaian lahan perairan Pulau Pasaran sebesar 6,72 yang menunjukkan bahwa perairan Pulau Pasaran memiliki tingkat kesesuaian cukup baik untuk budidaya kerang hijau. Lokasi terbaik untuk budidaya kerang hijau pada stasiun 2 dengan rating point 7,1.

(2)

ABSTRACT

THE LAND COMPATIBILITY ANALYSIS OF THE WATER BODIES IN PASARAN ISLANDS, LAMPUNG FOR ASIAN GREEN MUSSEL

(Perna viridis) CULTURE By

HERMAWAN FORNANDO

Asian green mussel is one of the favorite marine fisheries commodity. It culture in Lampung Province has been established around the Bay of Lampung especially in Ringgung and Pasaran Island. The land compability analysis of Pasaran Islands water for asian green mussel (Perna viridis) culture could be observed from the phisical, chemical, and biological factors and accumulated with a point system. The purpose of this study was to determine the compatibility of the waters for asian green mussel culture by comparing the supporting parameters in 5 stations around the Pasaran Islands. The measurement showed that the salinity, pH, temperature, DO and substrate of Pasaran Island are good for aquaculture, while the turbidity, current velocity, depth and chlorophyll-a are less suitable for asian green mussel culture.The overall rating point of land compatibility of Pasaran Island is 6.72, which shows that the water of Pasaran Island issuitable for the cultivation of mussels. The best location for the mussels culture is located at station 2 which has a 7.1 rating point.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Sukabumi, Kecamatan Bumi Agung, Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung pada18 September 1992, anak kedua dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Robbani, S.Pd. dan Ibu Nuswa Mulyani, S.Pd.

Pendidikan Sekolah Dasar di SDN 03 Pisang Indah diselesaikan pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama di SMP PGRI 1 Bumi Agung pada tahun 2007 dan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Bumi Agung pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN.

Penulis aktif dalam organisasi HIDRILA (Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan) sebagai anggota pada periode 2011-2012 dan koordinator bidang kerohanian pada periode 2012-2013.

Pada tahun 2013, penulis melaksanakan Praktik Umum di Dunia Air Tawar Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Pada tahun 2015 penulis menyelesaikan tugas akhirnya dengan menulis skripsi yang berjudul “Analisis Kesesuaian Lahan

(8)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepadaku, kupersembahkan karya sederhana ini kepada :

 Ayah dan Bunda yang senantiasa memberikan semangat, bimbingan dan doa untuk kebahagiaan dan kesuksesanku.

 Kakak yang senantiasa memberikan nasehat untuk masa depanku.  Adik-adikku yang sedang berjuang menggapai masa depan  Teman-teman Budidaya Perairan angkatan 2010

(9)

“Semakin Besar Tanaman Semakin Banyak Sampah yang Dihasilkan, Tetapi

Jangan Lupa Sampah-Sampah Itulah yang Membantu Pohon Menghasilkan Banyak Buah

Dunia Seseorang Hanya Dibatasi Oleh Pemikiran Orang Itu Sendiri”

“Hasil Takkan Pernah Menghianati Usaha Seseorang Dan Doa Adalah Pupuk

Untuk Hasil yang Akan Dituai”

(10)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapakan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehinga skripsi yang berjudul “Analisis Kesesuaian Lahan di Perairan Pulau Pasaran Provinsi Lampung untuk Budidaya Kerang Hijau (Perna viridis) dapat penulis selesaikan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian.

2. Ibu Siti Hudaidah, Ir. M.Sc. Selaku Ketua Program Studi Budidaya Perairan, penguji utama dan pembimbing akademik atas dukungan, kritik dan sarannya selama kuliah maupun penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Henni Wijayanti Maharani, S.Pi. M.Si. selaku pembimbing utama atas bimbingan, kritik dan sarannya dalam proses penyusunan skripsi ini. 4. Bapak Mahrus Ali, S.Pi. M.P. selaku pembimbing anggota atas

bimbingan, kritik dan sarannya dalam proses penyusunan skripsi ini. 5. Seluruh keluargaku yang tercinta atas dukungan, doa dan nasehatnya. 6. Ali Ansori yang senantiasa membantu dan menemani dalam penelitianku 7. Ahmad Fauzi, Aris Candra, M. Baehaqi, yang senantiasa menemaniku

(11)

8. Yuti Kardin, Dio Sandi Kiswara dan M. Pebriansyah yang senantiasa mendengarkan keluh kesahku.

9. Soma Romadhoni, S.A. Mandala Putra, Assovaria, Vina olivia, Windi Pratiwi yang berjuang bersama dalam menyusunan skripsi.

10.Bapak Yahya yang menyediakan tempat serta mendukungku selama perkuliahan.

11.Teman- teman perjuangan angkatan 2010 yang selalu menemukan keseruan dan kekompakan selama kuliah baik di dalam maupun di luar kampus.

12.Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, namun tidak mdengurangi rasa terima kasih saya yang sebesar-besarnya.

Semoga Allah SWT menilai seagai ibadah atas kebaikan dan pengorbanan bapak, ibu, kakak, adik dan teman-teman. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung 30, Januari 2015 Penulis

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 2

C. Kerangka Pemikiran ... 2

D. Manfaat ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerang Hijau ... 5

B. Kebiasaan Hidup ... 6

C. Budidaya Kerang Hijau ... 7

1. Budidaya di dasar perairan ... 7

2. Budidaya di kolom perairan ... 8

D. Lokasi Budidaya... 9

1. Lokasi ... 9

2. Substrat ... 10

3. Kedalaman air ... 10

4. Produktivitas primer ... 10

5. Kecepatan arus ... 10

6. Kekeruhan ... 11

7. Salinitas ... 11

8. Suhu ... 12

9. Oksigen terlarut ... 12

10.Produktivitas primer ... 12

11.Derajat keasaman ... 13

(13)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 15

B. Alat dan Bahan ... 16

C. Metode Penelitian... 16

D. Metode Pengambilan Data ... 16

1. Salinitas ... 16

2. DO ... 17

3. pH air ... 17

4. Temperatur ... 17

5. Kecerahan ... 17

6. Kecepatan arus ... 18

7. Kedalaman ... 18

8. Produktivitas primer ... 18

E. Analisis Data ... 19

1. Faktor primer ... 19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sejarah Usaha Kerang Hijau di Pulau Pasaran ... 21

B. Kualitas Perairan disekitar Pulau Pasaran ... 22

C. Skoring Kesesuaian Lahan Budidaya Kerang Hijau ... 28

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 31

B. Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. FaktorPenentuan Lokasi Budidaya Kerang Hijau ... 9

2. Asumsi Poin dari Parameter untuk Budidaya Kerang HIjau ... 19

3. Kategori Lokasi Berdasarkan Asumsi... 20

4. Data Kualitas Air Perairan Pulau Pasaran ... 22

5. Skoring Data Kesesuaian Lahan Budidaya Kerang Hijau ... 28

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran ... 4

2. Kerang Hijau (Perna viridis) ... 5

3. Metode Budidaya DidasarPerairan ... 8

4. Metode Budidaya di Kolom Perairan ... 8

5. Setasiun Pengambilan Sampel di Pulau Pasaran ... 15

(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kerang hijau merupakan salah satu jenis kerang yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Nilai ekonomi kerang hijau di peroleh karena kandungan gizi kerang hijau yang tinggi, selain itu kulit kerang hijau dapat di manfaatkan sebagai bahan kerajinan maupun pakan ternak. Kandungan gizi dalam kerang hijau yaitu protein 21,9%, lemak 14,5%, karbohidrat 18,5%, abu 4,3% dan air 40,8% (Affandi, 2002). Kandungan gizi ini sebanding dengan gizi daging sapi, telur maupun daging ayam. Setiap tahun permintaan akan kerang hijau selalu meningkat, akan tetapi kebutuhan akan kerang hijau belum dapat terpenuhi karena masyarakat masih mengandalkan penangkapan dari alam.

Budidaya kerang hijau mudah dilakukan dan tidak membutuhkan banyak perlakuan, karena hanya dibutuhkan benih dan tali sebagai tempat menempel kerang. Hal yang perlu diperhatikan dalam membudidayakan kerang hijau adalah lokasi budidaya. Lokasi budidaya harus mendukung hidup kerang hijau atau kerang hijau tidak akan tumbuh bahkan mati.

(18)

2

viridis). Penduduk daerah ini banyak yang mengantungkan hidupnya dengan mengolah ikan teri sehingga Pulau Pasaran dikenal menjadi salah satu sentra industri pengolahan teri di Lampung.

Kerang hijau di Pulau Pasaran telah dibudidayakan akan tetapi masih menggunakan teknologi sederhana dan tanpa memperhatikan kondisi perairan, padahal kondisi perairan merupakan salah satu faktor penting dalam budidaya kerang hijau.

Guna keperluan budidaya kerang agar diperoleh produksi yang tinggi dengan

kuantitas, kualitas, dan kontinuitas produk kerang, maka diperlukan pengetahuan

tentang lokasi budidaya secara tepat dengan parameter yang sesuai. Keberhasilan usaha budidaya sangat ditentutan oleh pemilihan lokasi. Adapun parameter yang yang perlu diperhatikan adalah parameter fisika, kimi dan biologi perairan. Suatu lokasi budidaya dapat dikatakan baik apabila memenuhi syarat untuk kehidupan kultivan, dan jika syarat tersebut tidak terpenuhi maka budidaya akan terganggu sehingga produktivitasnya akan menurun, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis daya dukung perairan pulau pasaran untuk budidaya kerang hijau.

B. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian perairan Pulau Pasaran untuk budidaya kerang hijau

C. Kerangka Pemikiran

(19)

3

dan rasa yang enak membuat permintaan kerang hijau meningkat setiap tahunnya, akan tetapi permintaaan pasar belum bisa terpenuhi. Hal ini dapat terjadi karena masyarakat masih banyak yang mengandalkan penangkapan di alam.

Pulau Pasaran merupakan salah satu daerah yang masyarakatnya mulai membudidayakan kerang hijau. Budidaya kerang hijau di Pulau Pasaran dilakukan sejak tahun 2013 dengan menggunakan metode rakit. Melihat tingginya animo masyarakat Pulau Pasaran yang terjadi serta adanya dukungan pemerintah dan akademisi untuk menjadikan Pulau Pasaran sebagai sentra budidaya kerang hijau selain sebagai sentra industri ikan teri, maka diperlukan suatu usaha untuk memaksimalkan budidaya kerang hijau di pulau ini. Pada saat ini masyarakat Pulau Pasaran masih menempatkan media tempat melekat kerang di perairan sekitar pulau tanpa memperhatikan kondisi perairannya sehingga budidaya kerang hijau belum maksimal.

(20)

4

Gambar 1. Kerangka pemikiran

D. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada petani tentang kulaitas perairan sebagai daya dukung budidaya kerang hijau dan mengetahuai kualitas kerang sebagai bahan konsumsi.

Faktor Primer

 Salinitas  Suhu

 pH  DO

 Kekeruhan  Arus

 Kedalaman  Subtrat

 Produktivitas primer

Skoring Kesesuaian Perairan

Sesuai

Analisis Kesesuaian Perairan Sebagai Lahan Budidaya

Perairan Pulau Pasaran Budidaya Kerang Hijau

(21)

5

II.TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerang Hijau (Perna Viridis )

Kerang hijau (Perna virisis) memiliki nama yang berbeda di Indonesia seperti kijing, kaung-kaung, kapal–kapalan, kedaung dan kemudi kapal. Menurut Vakily, (1989) kerang hijau (green mussels) diklasifikasikan sebagai berikut : Filum : Moluska

Kelas : Bivalvia

Subkelas : Lamellibranchia Ordo : Anisomyria

Famili : Mytilidae Genus : Perna

Spesies : Perna viridis.

(22)

6

Kerang hijau hidup di daerah pantai dan penyebaranya di daerah tropik pada kisaran suhu 27-37oC. Kerang hijau memiliki cangkang simetris dan berwarna hijau kecoklatan. Tubuh kerang hijau terbagi menjadi tiga bagian yaitu kaki, mantel dan organ dalam. Pada kedua bagian mantel dihubungkan dengan engsel sehingga mantel dapat terbuka dan tertutup. Mantel merupakan bagian tipis yang berfungsi untuk melindungi organ dalam kerang. Pada bagian belakang mantel terdapat dua lubang yang di sebut sifon yang berfungsi untuk keluar masuknya air. Kaki kerang berupa bagian pipih yang terdapat dalam cangkang yang alan menjulur keluar saat akan berjalan. Organ dalam kerang hijau terdiri atas insang yang berlapis lapis berjumlah dua pasang yang mengandung banyak pembuluh darah, organ pencernan, organ jantung dan alat sekresi (Kastawi, 2003).

B. Kebiasaaan Hidup

Kebiasaan hidup kerang hijau adalah menempel pada substrat yang terdapat dalam air. Kerang hijau akan tumbuh dengan baik pada kedalaman 1-7 meter di perairan yang kaya akan plankton dan bahan organik tersuspensi. Kerang hijau dapat memijah sepanjang tahun di daerah tropis namun puncaknya biasa terjadi pada bulan Maret hingga Juli. Adapun telur yang dapat dihasilkan oleh satu induk kerang sebanyak 1,2 juta butir (Kastoro, 1992).

(23)

7

tambahannya adalah bakteri dan zat organik terlarut. Cara makan kerang hijau ini juga yang memungkinkan zat berbahaya seperti logam berat masuk kedalam tubuh kerang hijau. Kerang hijau juga termasuk kedalam organisme yang bersifat sesil sehingga kerang hijau lebih berpotensi terkena logam berta karena tidak bisa menghindari logam berat seperti oraganisme lain (Putri et al, 2013).

C. Budidaya Kerang Hijau

Kerang hijau dapat dibudidayakan dengan banyak cara. Secara umum terdapat dua metode untuk budidaya yaitu budidaya di dasar perairan dan budidaya di kolom air (Aypa, 1990).

1. Budidaya di dasar perairan

(24)

8

Gambar 3. A. Budidaya model dasar, B. Budidaya model tiang

2. Budidaya di kolom perairan

Budidaya kerang hijau pada kolom perairan yang biasa digunakan adalah model gantung, longline dan rakit. Model gantung merupakan metode budidaya dengan menggantungkan tali yang diikatkan pada tiang untuk menahan agar tidak terbawa arus. Model longline merupakan metode yang diadopsi dari alat tangkap ikan longline dengan meyebar tali yang diikantkan pada tali utama dan diletakkan di kolom air. Model rakit yaitu metode budidaya kerang dengan mengikatkan tali pada bambu yang diikatkan pada bambu atau akau kayu yang menyerupai rakit dan di beri jangkar agar tidak terbawa arus. Semua metode ini membutuhkan perairan yang memiliki kedalaman lebih dari 2 m (Aypa, 1990). Metode budidaya di kolom perairan dapat dilihat pada Gambar 4.

(25)

9

D. Lokasi Budidaya

Lokasi budidaya kerang hijau harus memenuhi faktor-faktor tertentu, terdapat dua faktor yang harus diperhatikan dalam memilih lokasi yaitu faktor primer dan faktor sekunder (Lovatelli, 1998). Faktor primer dan sekunder dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Faktor penentuan lokasi budidaya kerang hijau

No

Faktor Penentu

Kriteria Sumber

Faktor primer

1 Lokasi Teluk Terlindung Aypa ,(1990)

2 Substrat Lumpur berpasir Aypa, (1990)

3 Kedalaman air  1 meter Lovateli, (1998)

4 Produktivitas primer Tinggi Aypa, (1990)

5 Pergerakan air 0,1-0,3 m/sec-1 Lovateli, (1998)

6 Kecerahan 25 cm Lovateli, (1998)

7 Salinitas 26-33 ppt Aypa, (1990)

8 Suhu 26-32oC Sivalingam, (1977)

9 Oksigen terlarut 8 ppm Nurdijanto, (2000)

10 pH 7-8,5 Sivalingam, (1977)

11 Klorofil-a 17 mg/ m3 Rajagopal et al, (1998)

1. Lokasi

(26)

10

yang berlebihan. Banjir dapat mengubah suhu air dan salinitas secara drastis, hal ini merugikan komoditas kerang karena dapat menghambat pertumbuhan bahkan menyebabkan kematian (Aypa, 1990).

2. Subtrat

Menurut Aypa, (1990) subtrat lokasi budidaya sebaiknya berupa lumpur halus atau lumpur berpasir yang memungkinkan terjadinya produktivitas primer.

3. Kedalamam air

Kedalaman air untuk budidaya kerang dengan metode dasar minimal 1 meter, sedangkan untuk budidaya kerang dengan metode kolom air kedalam air minimal 2 meter atau 1 meter dari ujung tali media ke dasar air (Lovatelli, 1998).

4. Produktivitas primer

Kerang hijau merupakan organisme filter feeder, adapun organisme yang dimakan berupa fitoplankton maupun zooplankton kecil. Produktivitas primer yang tinggi akan menyebabkan besarnya biomassa kerang (Aypa, 1990).

5. Kecepatan arus

(27)

11

lambat dan mebawa endapan bahan bahan berbahaya (Aypa, 1990). Menurut Lovatelli (1998), kecepatan air yang optimal bagi kerang adalah 1-3 m/sec.

6. Kecerahan

Kecerahan air merupakan ukuran kejernihan suatu perairan, semakin tinggi suatu kecerahan perairan semakin dalam cahaya menembus ke dalam air. Kecerahan air menentukan ketebalan lapisan produktif. Berkurangnya kecerahan air akan mengurangi kemampuan fotosintesis tumbuhan air, selain itu dapat pula mempengaruhi kegiatan fisiologi biota air, dalam hal ini bahan-bahan ke dalam suatu perairan terutama yang berupa suspensi dapat mengurangi kecerahan air (Effendi 2003). Adapun kecerahan air yang baik untuk budidaya kerang minimal 25 cm (Lovatelli, 1998).

7. Salinitas

(28)

12

distribusi biota akuatik Kerang hijau di daerah tropis yang hidup di daerah muara yang kaya akan plankton dapat tumbuh pada salinitas 26-35 ppt. Menurut Aypa (1990) salinitas yang ideal untuk budidaya kerang adalah 26-33 ppt.

8. Suhu

Suhu merupakan pembatas utama dalam perairan karena organisme akuatik memiliki toleransi yang sempit terhadap perameter suhu. Berdasarkan hukum Vant’s Hoffs, kenaikan suhu sebesar 10o

C akan meningkatkan metabolisme hingga tiga kali lipat. Meningkatnya metabolisme akan berakibat pada tingginya laju respirasi yang menyebabkan konsumsi oksigen meningkat. Dengan meningkatnya suhu maka akan menyebabkan kelarutan oksigen menurun. Suhu perairan yang optimum akan mendukung kehidupan organisme di dalamnya (Barus, 2004). Suhu optimal untuk kerang hijau berkisar 26-32oC, tetapi menurut eksperimen kerang memiliki 50% kelangsungan hidup dengan toleransi suhu 10-35oC (Sivalingam, 1977).

9. Oksigen terlarut

(29)

13

10.Produktivitas primer

Kerang hijau merupakan organisme filter feeder yang memakan fitoplankton, zooplankton kecil dan bahan organik lainnya. Ketersediaan fitoplankton dan zooplankton dipengaruhi oleh produktivitas primer. Daerah yang memiliki produktivitas primer yang tinggi menyebabkan besarnya biomassa kerang. Produktivitas primer dapat diukur dengan menghitung kandungan klorofil-a di perairan. Menurut Rajagopal et al., (1998) kandungan klorofil-α yang baik untuk budidaya kerang hijau adalah 17 mg/m-3 namun kerang masih dapat tumbuh pada perairan yang mengandung klorofil-a sebesar 7 mg/m-3.

11.Derajat keasaman

Derajat keasaman menyatakan nilai konsentrasi ion Hidrogen dalam suatu larutan. Pada air bersih konsentrasi ion H+ dan OH- berada pada jumlah yag seimbang sehingga air bersih akan bereaksi netral. Organisme akuatik umumnya akan tumbuh dengan baik pada kondisi perairan dengan pH berkisar 7-8,5 (netral). Kondisi perairan yang sangat asam atau basa akan membahayakan kehidupan organisme karena akan menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam berat yang bersifat toksik (Barus, 1996). Derajat keasaman (pH) dalam air yang optimal untuk budidaya kerang hijau adalah 8 (Sivalinggam, 1977).

E. Evaluasi Lahan

(30)

14

mengintepretasikan serangkaian data (Widowati, 2004). Tujuan yang ingin dicapai dalam evaluasi lahan adalah untuk mengetahui kondisi lahan berdasarkan parameter tertentu.

Menurut Kusuadi (2005), menjelaskan bahwa hasil yang diperoleh terhadap tingkat kesesuian lahan dibagi menjadi 4 kelas yaitu :

a. Tidak sesuai (1,00-2,50) : lokasi tidak dapat digunakan untuk budidaya kerang hijau dan tidak dapat mendukung hidup kerang hijau.

b. Buruk (2,60-5,00) : lokasi mendukung hidup kerang hijau tetapi tidak bisa digunakan untuk budidaya kerang hijau

c. Cukup baik (5,10-7,50) : Lokasi dapat digunakan untuk budidaya dan mendukung hidup kerang hijau

(31)

15

III.METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitan dilakukan di perairan Pulau Pasaran pada musim kemarau bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2014. Kegiatan ini meliputi pengamatan di lapang dan pengamatan di laboratoruim.

[image:31.595.114.509.415.687.2]

Pengambilan sampel dilakukan di 5 stasiun yang mengelilingi Pulau Pasaran (Gambar 5), mulai dari muara pulau hingga belakang pulau. Sampling dilakukan setiap 2 minggu sekali, dengan 3 kali ulangan.

(32)

16

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penilitian ini sechi disk, pH meter, DO meter, plastik, sterofom, kertas label, pipet tetes, thermometer, egman grab, bola tenis, meteran dan tongkat skala. Adapun bahan yang digunakan adalah kerang hijau, (4-6 cm), akuades, HNO3 dan es.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.

D. Metode Pengambilan Data

1. Salinitas

(33)

17

2. Oksigen terlarut (DO)

Pengukuran DO dilakukan dengan menggunakan DO meter (oksimeter). Elektroda dari oksimeter dimasukkan ke dalam sampel air, selanjutnya nilai konsentrasi oksigen terlarut dapat dibaca pada display (Eva, 2008).

3. pH air

Pengukuran pH dapat dilakukan dengan menggunakan pH meter ataupun kertas lakmus. Pengamilan data dengan menggunakan pH meter dilakukan dengan memasukkan elektroda dari pH-meter ke dalam sampel air yang diukur, selanjutnya setelah angka yang tertera pada display stabil, langsung dibaca. Pengukuran dengan kertas lakmus dilakukan dengan memasukkan kertas lakmus kedalam air sampel hingga berubah warna kemudian mencocokkan dengan tabel untuk mengetahui tingkat pH air (Eva, 2008).

4. Temperatur

Pengukuran temperatur dilakukan secara in situ di setiap stasiun dengan menggunakan termometer batang. Termometer dimasukkan ke dalam air sedalam ±10 cm dan dibiarkan selama 3 menit, lalu diangkat dan dibaca (Eva, 2008).

5. Kecerahan

Kecerahan di ukur dengan memasukkan secchi disk ke dalam air hingga bagian putih menghilang kemudian catat kedalamanya. Setelah itu tarik kembali secchi disk hinggga bagian putih terlihat lalu catat kedalaman dan hitung

(34)

18

6. Kecepatan arus

Kecepatan arus diukur dengan menggunakan bola pimpong yang diberi tali sepanjang 1 meter. Hitung waktu bersamaan dengan di letakkan bola pimpong ke atas air. Catat waktu tempuh yang dibutuhkan hingga tegangan tali sempurna kemudian hitung dengan rumus (Barus, 2004).

7. Kedalaman

Pilih lokasi yang akan diukur, masukkan tali pengukur yang di beri pemberat di ujungnya hingga menyentuh dasar perairan, kemudian di catat kedalaman air.

8. Substrat

Metode pengambilan sampel subtrat dilakukan memasukkan egman grab hingga menyentuh dasar perairan kemudian memicu kunci perangkap egman grab sehingga egman grab menutup, kemudian amati komposisi dasar perairan dan catat hasilnya.

9. Klorofil-a

(35)

19

E. Analisis data

Analisis data dilakukan berdasarkan faktor yang mempenggaruhi dalam pemilihan lokasi budidaya yaitu faktor primer dan sekunder.

1. Faktor primer

Faktor primer merupakan faktor yang harus di penuhi dalam memilih lokasi budidaya. Faktor primer merupakan sebuah kebutuhan mutlak dalam budidaya. Apabila faktor primer tidak terpenuhi maka budidaya tidak dapat dilakukan pada lokasi tersebut.

Faktor primer akan dianalisis dengan metode skoring yang di gunakan oleh Kusuadi (2005), yang mengkategorikan tingkat kesesuaian lahan menjadi 4 yaitu tidak sesuai, buruk, cukup baik, dan baik. Metode skoring dapat dilihat pada Tabel 2. Asumsi poin dari parameter untuk budidaya kerang hijau (Sivalingam 1977), (Lovatelli 1998), (Hickman 1989), (Aypa 1990) dan dalam (Kusuadi 2005).

Parameter Kualitas

Air

Rating Poin

10 9 8 7 6 5 4 3 2 1

Salinitas

(ppt) 27-32 25-33 24-34 23-35 18-36 15-40 12-45 10-50 5-55 0-65

pH 7,9-8,2 7,8-8,3 7,7-8,4 7,6-8,5 7,5-8,6 7,4-8,7 7,3-8,8 7,0-8,9 6,9-9,0 6,8-9,1 Temperatur

(oC) 26-32 25-33 24-34 23-35 22-36 21-37 20-38 19-39 18-40 17-41 Kecerahan

(cm) 22-25 21-26 19-30 17-35 15-40 13-45 12-50 10-55 8-60 7-65

Kecepatan

arus (m/sec-1) 1-3 1,5-3,5 2-4 2,5-4,5 3-5 3,5-6 4-7 6-9 10-15 15

Kedalamam

(m) 8 8 7 6 5 4 3 2 - 1

DO (mg-1) 8 7-6 6-5 5-4 4-3 - - 3-2 2-1

Subtrat (%) 100 :0 90: 10 80:20 70:30 60:40 50:50 40:60 30:70 20:80 0:100

Klorofil-a

[image:35.595.112.555.432.686.2]
(36)
[image:36.595.109.510.111.282.2]

20

Tabel 3. Kategori lokasi berdasarkan asumsi modifikasi dari (Kingzett dan salmon 2002) dalam (Kusuadi 2005).

Kategori Nilai

Evaluasi

Lahan Keterangan

1,00-2,50 Tidak sesuai

Lokasi tidak dapat digunakan untuk budidaya kerang hijau dan tidak dapat mendukung hidup kerang hijau

2,60-5,00 Buruk

Lokasi mendukung hidup kerang hijau tetapi tidak bisa digunakan untuk budidaya kerang hijau

5,10-7,50 Cukup baik Lokasi dapat digunakan untuk budidaya dan mendukung hidup kerang hijau

(37)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Perairan Pulau Pasaran memiliki potensi yang cukup baik untuk budidaya kerang hijau dengan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk mengoptimalkan produksi kerang hijau.

B. Saran

(38)

32

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R., dan Tang, U. 2002. Fisiologi hewan air. University Riau. Riau. Hal 217.

Akbar, S. & Sudaryanto. 2001. Pembenihan dan pembesaran kerapu bebek. Penebar Swadya. Jakarta

Aypa, S.M. 1990. Mussel culture. In Regional Seafarming Development and Demonstration Project (RAS), Selected papers on mollusc culture. UNDP/FAO(RAS/90/002) [Electronic version]. National Inland Fisheries Institute, Kasetsart University Campus Bangkhen.

Barus, T.A. 1996. Metodologi ekologis untuk menilai kualitas perairan lotik. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Medan.

Barus, T.A. 2004. Pengantar limnology, Studi Tentang Ekosistem Air Daratan. Basmi, J. 1999. Plaktonologi (Bioekologi Plankton Algae). Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan institute Pertanian Bogor. Bogor.

Boyd, C. E., dan C. S. Tucker. 1992. Water quality in pond soil analyses for aquaculture. Alabama Agricultural Experiment Station. United States. 183 h.

Canter, W. L. 1979. Handbook of variables for environmental impact assessment. Ann Arbor Science. Michigan. 203 h.

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran :hubungan dengan toksikologi senyawa logam. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Effendi, H. 2003. Telaahan kualitas air bagi pengelolaan sumberdaya dan

lingkungan perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Eva, F. 2008. Analisis kualitas air dan hubungannya dengan keanekaragaman vegetasi akuatik di Perairan Parapat Danau Toba. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

(39)

33

Hadikusumah.2008. Karakteristik parameter fisika dan kandungan klorofil-a di Laut Jawa. JurnalIlmuKelautan.13 (2): 103-112.

Hutabarat, S., 2000. Produktivitas perairan dan plankton. Telaah Terbadap llmu Perikanan dan Kelautan. Badan penerbit Universitas Diponegoro. 61 hal.

Kastawi, Yusuf, 2003. Zoologi avertebrata, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang.

Kastoro,W,W.1992. Beberapa aspek Biologi dan Ekologi Jenis-jenis Mollusca Laut Komersial yang diperlukan untuk menunjang usaha Budi Daya. Proseding Temu Karya Ilmiah Potensi Sumber Daya Kerang-kerangan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara Balai Penelitian Budi Daya Pantai Manos:67-68.

Kemili, P. & Putri, M.R.2012. Pengaruh durasi dan intensitas upwelling berdasarkan anomali suhu permukaan laut terhadap variabilitas produktivitas primer di Perairan Indonesia. Jurnal Ilmu dan Tekhnologi Kelautan Tropis Vo. 4, No 1, hlm 66-79.

Kingzett, B. Salmon, R. 2002. First nation shellfish aquaculture regional business strategy. Kingzett Professional Services Ltd. British Columbia, Canada.

Kumalawati, A.S. 2002. Variabilitas parameter oseanografi dan sebaran klorofil-a di Perklorofil-airklorofil-an Nklorofil-angroe Aceh Dklorofil-arussklorofil-alklorofil-am Pklorofil-adklorofil-a Bulklorofil-an Oktober-November 2002. Fakultas Pertanian dan Ilmu kelautan, IPB.

Kusuadi. 2005. Mussel Farming In state Of Sarawak, Malaysia A Feasibulity Study. Fisheries Development Authority of Malaysia.(LKIM). Lovatelli, A. 1988. Site selection for mollusc culture. Network of Aquaculture

Centres in Asia (NACA), NACA-SF/WP/88/8. National Inland Fisheries Institute, Kasetsart University Campus Bangkhen, Bangkok.

Moenir, M. 2010. Kajian fitoremediasi sebagai alternatif pemulihan tanah tercemar logam berat. Balai Besar Pencegahan Pencemaran IndustrI (BPTPPI); Semarang.

Marganof. 2003. Potensi limbah udang sebagai penyerap logam berat timbal kadmium dan tembaga di perairan, Makalah Pribadi Pengantar ke Falsafah Sains Program S3 IPB.

Marzuki. 2002. Metodologi riset. BPFE UII. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Hal 55.

(40)

34

Nurdin, E. 2000. Potensi pengembanganan perikanan di situ Pondok Cina. Universitas Indonesia. Depok, Makara 1-8.

Nontji, A. 1993. Laut nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta. 367 h. Nurdijanto. 2000. Kimia lingkungan, Yayasan peduli Lingkungan; Pati.

Nybakken, J.W. 1998. Biologi laut suatu pendekatan ekologi. PT. Gramedia, Jakarta. 458 p.

Pantjara, B. & Ismawati. 1992. Kelimpahan Benih dan Pertumbuhan Tiram Saccostrea cucculata dengan Dengan Metode Blok Semen di Perairan Ujung Batu Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitaian Budidaya Pantai. Vol. 8 No.1, BALITKANDITA dan IRC, Maros.

Parenrengi, A., S. Tonnek & S. Ismawati. 1998. Studi jenis dan kelimpahan plankton pada berbagai kedalaman dan hubungannya dengan komposisi makanan tiram Mabe (Pteria penguin). JPPI IV (4): 17-30.

Pickard, G. L. 1967. Descripive physican Oceanographi Second Edition. Massachusset: jones and Brtelett Publisher.

Putri, L. & Aunurohim, A. 2013. Kecepatan Filtrasi Kerang Hijau (Perna viridis) TerahdapChaetocheros sp dalam Media Logam Tercemar Kadmium. Jurnal Sains dan Seni. ITS

Rajagopal, S., Venugopalan, V.P., Nair, K.V.K., van der Velde, G., Jenner, H.A., and Den Hartog, C. 1998. Reproduction, growth rate and culture potential of the green mussel, Perna viridis (L.) in Edaiyur backwaters, east coast of India [Electronic version]. Aquaculture, 162:187 – 202.

Rahmadiani, W.D.D. Aunurohim. 2009, Bioakumulasi Logam Berat Kadnium (Cd) Oleh Chaetoceros Calcitrans Pada Konsentrasi Sublethal, Jurusan Biologi, FMIPA Institut Sepuluh November Surabaya (ITS): Surabaya.

Richards, F.A. And Thompson 1952. The estimation and characterization of plankton populations by pigment analysis II. A spectrophotometric method for estimation of plakton pigments. Journ. Mar. Res. 11 : 152-172.

Ryan, K.A.W. 2009. Analisi kualitas air pada sentral outlet tambak udang sistem terpadu Tulang bawang, Lampung. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Institut Pertanian Bogor.

(41)

35

Samawi, MF. 2007. Hubungan antara konsentrasi klorofil-a dengan kondisi oseanografi di perairan pantai Kota Makasar. Unhas. Makasar Sembiring, MR.S. & Fitri Agustina. 2012.Kualitas Perairan Muara Sungsang

dari konsentrasi bahan organik pada kondisi pasang surut. Program Studi Kelautan, FMIPA UNSRI. Sumsel hal 10

Spencer, B.E. 2002. Molluscan shellfish farming. Fishing News Book, Blackwell Science, USA.

Sivalinggam, P.M. 1977. Aquaculture of Green Mussel, Mytilus viridis Linnaeus, in Malaysia Aquaculture, 11:297 – 312.

Sujdiharno., Meiyana., & Akbar. 2000. Pemanfaatan teknologi rumput laut dalam rangka intensifikasi pembudidayaan. Buletin Budidaya Laut DKP. Balai Budidaya Laut. Lampung.

Umi, Ni. 2008. Metodologi Penelitian kualitatif dan kuantitatif, teori dan aplikasi. Agung Media. Bandung. Hal 94.

Vakily, J.M. 1989. The biology and culture of mussels of the genus Perna ICLARM Stud. Rev. 17:1-63.

Wallace, C.C. 1985. Reproduction, recruitment and fragmentation in nine sympatric species of the coral genus Acropora. Mar Biol 88: 217-233.

Widowati, L. L. 2004. Analisis kesesuaian perairan tambak di kabupaten demak ditinjau dari aspek produktifitas primer menggunakan penginderaan jauh. Tesis. Program Pasca Sarjana. Undip. Semarang.

Gambar

Gambar 1. Kerangka pemikiran
Gambar 2. Kerang hijau (Perna viridis)
Gambar 3. A. Budidaya model dasar, B. Budidaya model tiang
Tabel 1. Faktor penentuan lokasi budidaya kerang hijau
+4

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang proses belajarnya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe example

Animasi adalah sebuah seni membuat dan mengerakkan sebuah obyek, baik berbentuk 2 dimensi, 3 dimensi,maupun stop motion yang kemudian dibuat menggunakan berbagai cara,

Dalam hal terdapat perbedaan data antara Petikan DIPA dengan database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan maka yang berlaku adalah data yang terdapat di dalam database

Usaha mikro kecil menengah dengan bahan baku dari getah Gambir yang sangat ramah lingkungan.getah Gambir adalah cara masyarakat local Muba dalam mengelolah warna kain Gambo asli

Hasil penelitian yang di dapatkan pada formula I, II dan III menunjukan bahwa pati umbi tire sebagai pengikat tablet memiliki keseragaman ukuran,

Fungsi-fungsi sendiri yang penulis buat pada hari ini adalah yang pertama fungsi untuk mengakses halaman tampilan tambah teks berjalan, kemudian fungsi yang kedua

Bagaimana pola perubahan sebaran konsentrasi Total Suspended Solid (TSS) di Danau Rawa Pening pada tahun 2002, 2007, dan 2013?.b.