• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan konsep diri dan hasil belajar fisika siswa melalui pembelajaran inkuiri pada konsep tekanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan konsep diri dan hasil belajar fisika siswa melalui pembelajaran inkuiri pada konsep tekanan"

Copied!
339
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Strata 1 (S.Pd) Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun oleh:

MUHAMAD SOLIHIN NIM: 104 016 30 476

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

PENGETAHUAN

ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

FISIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI PADA KONSEP

TEKANAN, disusun oleh Muhamad Solihin, NIM 104016300476 diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pada tanggal 17 Juni 2011 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak

memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd) pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Alam (IPA) Program Studi Pendidikan Fisika.

Jakarta, 16 Juni 2011

Panitia Ujian Munaqasyah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia (Ketua Prodi Fisika )

Iwan Permana Suwarna, M.Pd NIP. 19780504 200901 1 013

Sekretaris (Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA)

Nengsih Juanengsih, M.Pd ... NIP. 19790510 200604 2 001

Penguji I

Drs. Zamris Habib, M.Si ... NIP. 130 695 192

Penguji II

Iwan Permana Suwarna, M.Pd ... NIP. 19780504 200901 1 013

Mengetahui:

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

(3)

Skripsi berjudul Hubungan Konsep Diri dan Hasil Belajar Fisika Siswa Melalui Pembelajaran Inkuiri pada Konsep Tekanan di MTs Islamiyah Ciputat Tangerang, yang disusun oleh M.Solihin, NIM 104 016 300 476, Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi Pendidikan Fisika, telah

melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk

diujikan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan.

Yang Mengesahkan,

Pembimbing I

Drs. Hasian Pohan, S. Pd, M.Si NIP 196501151987031020

Pembimbing II

(4)
(5)
(6)

i

Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dan hasil belajar melalui pembelajaran Inkuiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yang dilaksanakan di MTs Islamiyah Ciputat Tangerang dengan melibatkan 33 siswa kelas VIII (1). Data konsep diri dikumpulkan dengan angket (kuesioner), sedangkan data hasil belajar dikumpulkan dengan tes tertulis kognitif dalam bentuk pilihan ganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konstribusi kecenderungan konsep diri dengan hasil belajar ditunjukkan oleh hasil koefesien korelasi sebesar 0.2835, atau konsep diri memberikan kontribusi sebesar 8,04% terhadap hasil belajar fisika siswa dan 91.96% ditentukan oleh faktor lain. Analisis regresi yang dihasilkan dengan model regresi Y = 25.43 + 0.65X dan setelah uji taraf signifikansi 5% ternyata model tersebut linier. Berdasarkan data penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara konsep diri dan hasil belajar siswa melalui pembelajaran inkuiri korelasinya terletak antara 2,00-3,00 termasuk dalam kategori yang lemah/rendah.

(7)

ii Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

This study aims to determine the relationship between self concept and learning through inquiry learning. The method used in this research is method survey was conducted in the MTs Islamiyah Ciputat Tangerang, involving 33 students of class VIII (1). Data were collected by self-concept questionnaire (questionnaire), while data collected with the learning outcomes of cognitive written test in multiple choice form. The results of this study indicate that the contribution of the trend of scientific attitude to the learning result is indicated by the results of the correlation coefficient of 0.2835. This means that the scientific attitude contributed 8.04% of physics student learning outcomes and 91.96% determined by other factors. Regression analysis yielded a regression model Y = 25.43 0.65X and after a 5% significance level test of the model was linear. Based on research data above, we can conclude that there is a positive relationship between self concept and student learning outcomes through inquiry learning correlation lies between 2.00 to 3.00 are included in the category of weak / low.

(8)

iii

bimbingan Allah Azza Wa Jalla Rabb yang telah memberikan kenikmatan dunia menghantarkan kepada kehidupan akhirat. Ampuni atas kelalaian dan keingkaran syahadah yang tidak mampu termanifestasi dalam kehidupan.

Allahumma shalli’ala Muhammad, semoga shalawat ini selalu tercurah untuk sebaik-baik mahluk ciptaan yang mewarisi kebenaran Ibrahim, tongkat penuntun Musa, kasih sayang Isya, kebenaran Daud, dan kearifan Sulaiman, yang menemani zaman memapah manusia menuju rumah kebahagiaan dengan sinar Al-Islam.

Selanjutnya, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan yang dihadapi selama penulisan skripsi ini. Namun, atas bimbingan-Nya dan motivasi dari berbagai pihak penulis menyadari bahwa keberhasilan dan kesempurnaan merupakan sebuah proses yang harus dijalani. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang berjasa dalam penulisan skripsi ini, diantaranya:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam.

3. Bapak Iwan Permana Suwarna, M.Si, Kepala Prodi Pendidikan Fisika 4. Ibu Erina Hertanti, M. Si, penasehat akademik

5. Bapak Drs. Hasian Pohan, M.Si., Dosen Pembimbing I yang penuh kesabaran dan keikhlasan dalam membimbing penulis selama ini.

6. Ibu Diah Mulhayatiah, S.Si, M.Pd, Dosen Pembimbing II juga telah banyak memberikan pemikiran dan waktu sehingga tuntasnya skripsi ini.

7. Bapak, Ibu Dosen, atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan selama penulis mengikuti perkuliahan.

(9)

iv

serta Bapak Sugiharto, S.E) serta siwa-siswi SMP Djojoredjo Pamulang, Tangerang Selatan terimakasih atas kebersamaannya dalam keharmonisan dalam perbedaan agama, pendapat dan pemikiran, dalam toleransi yang begitu indah.

10.Teristimewa Ayahanda dan Ibunda segenap kasih dan sayangnya yang tak henti-hentinya mendo’akan, dalam setiap waktu. Hanya Allah SWT yang dapat membalasnya, semoga penulis dapat memberikan yang terbaik.

11.Teman-teman Fisika angkatan 2004; terimakasih untuk kebersamaannya yang menginspirasi selalu menjadi lebih baik setiap harinya dan semua keceriaan selama kuliah, sampai jumpa dalam kesuksesan.

12.Teman-teman terbaik (Deden Suhendar, Munajat Sudirman, Makhbub, Heru Abdul Hamid, Syaipul Arifin,Heru Siswoko, Ahmad Fahmi, M. Hartato, Dwi Enggal, Irwan Yulistiawan, Misbahudin, Ka Akhyat, Arafat, Ahmad Haedar, Pak Pudin, Kholik, Titing, Mama Gio, Mama Oca, Mama Dimas) dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas kerjasama, bantuan, doa, dan motivasi.

13.Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Komisariat UIN Jakarta, BEMJ IPA,IRMAFA Fathullah UIN Jakarta, Lembaga Psikologi Pesona Laras, BIMBEL Cahaya Pena Situ Gintung, BIMBEL Epsilon, SMP AL-Hidayah Lebak Bulus.

Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, muda-mudahan bantuan, bimbingan, semangat, dan do’a yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridha dan kasih sayang Allah SWT. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi khazanah ilmu pengetahuan pada umumnya.

Jakarta, Juni 2011 Penyusun

(10)

v LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 8

A. Deskripsi Teoritis ... 8

1. Konsep Diri ... 8

a) Pengertian Konsep Diri ... 8

b) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri ... 10

c) Pembagian Konsep Diri ... 11

d) Konsep Diri Positif dan Konsep Diri Negatif ... 20

e) Masa Remaja ... 21

(11)

vi

d) Metode Pembelajaran Inkuiri ... 31

1) Pengertian Pembelajaran Inkuiri... 31

2) Jenis-Jenis Metode Inkuiri ... 32

3) Keunggulan dan Kelemahan Inkuiri ... 33

4) Metode Inkuiri Terstruktur ... 34

3. Hasil Belajar ... 38

a) Pengertian Belajar dan Hasil Belajar ... 38

b) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 40

4. KonsepTekanan ... 45

a) Pengertian Tekanan ... 45

1) Tekanan Pada Zat Padat... . 45

2) Tekanan Pada Zat Cair... 46

3) Tekanan Pada Zat Gas... . 50

5. Hubungan Konsep Diri dan Hasil Belajar Fisika Siswa Melalui Pembelajaran inkuiri Pada Konsep Tekanan... 52

B. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 55

C. Kerangka Berpikir ... 59

D. Pengajuan Hipotesis ... 60

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 60

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 60

B. Metode Penelitian ... 60

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 60

1. Populasi Penelitian ... 60

2. Sampel Penelitian ... 61

D. Teknik Pengambilan Sampel ... 61

(12)

vii

H. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 71

1. Uji Coba Instrumen Konsep Diri ... 71

2. Uji Coba Instrumen Hasil Belajar ... 72

a. Uji Validitas ... 72

b. Uji Reliabilitas ... 73

c. Tingkat Kesukaran ... 73

d. Daya Pembeda ... 74

I. Prosedur Penelitian ... 75

J. Teknik Aalisis Data ... 77

1. Uji Prasyarat Analisi Data ... 77

a. Uji Normalitas ... 77

b. Uji Homogenitas ... 77

c. Uji Linieritas ... 77

2. Pengujian Hipotesis ... 78

a. Uji Korelasi ... 79

b. Uji Signifikansi ... 79

c. Koefisien Determinasi ... 79

3. Interpretasi Data ... 80

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 82

A. Konsep Diri siswa ... 82

B. Hasil Belajar ... 85

C. Hubungan Konsep Diri dengan Hasil Belajar ... 88

1. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 88

a. Uji Normalitas ... 88

b. Uji Homogenitas ... 89

(13)

viii

A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 97

(14)

viii

Tabel 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri ... 11

Tabel 2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gambaran Diri ... 12

Tabel 2.3 Gangguan pada Gambaran Diri ... 13

Tabel 2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Gambaran Diri ... 16

Tabel 2.5 Konsep Diri positif dan Konsep Diri Negatif ... 20

Tabel 2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gambaran Diri ... 21

Tabel 2.7 Karakteristik Remaja menurut Hurlock ... 22

Tabel 2.8 Keunggulan dan Kelemahan Inkuiri ... 33

Tabel 2.9 Tahapan Pembelajaran Inkuiri Terstrukutur ... 34

Tabel 2.10 Tahapan Pembelajaran Inkuiri Terstruktur ... 35

Tabel 2.11 Pengajaran Inkuiri Secara Langsung dan Ringan ... 37

Tabel 3.1 Identitas Konsep Diri ... 63

Tabel 3.2 Deskripsi Konsep Variabel Penelitian ... 64

Tabel 3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 66

Tabel 3.4 Identitas Konsep Diri ... 63

Tabel 3.4 Penskoran Skala Likert Konsep Diri ... 67

Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Konsep Diri ... 68

Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar ... 72

Tabel 3.7 Uji Validitas Ahli ... 73

Tabel 3.8 Interpretasi Product Moment ... 82

Tabel 4.1 Data Konsep diri dan Hasil Belajar Fisika Siswa ... 83

Tabel 4.2 Data konsep diri yang diperoleh dari data yang Terkecil ... 84

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Konsep Diri Siswa ... 85

Tabel 4.4 Distribusi Ketercapaian aspek Konsep diri Siswa ... 86

Tabel 4.5 Hasil Belajar Fisika siswa yang diperoleh dari Data yang Terkecil.. 87

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Fisika Siswa ... 88

(15)
(16)

x

Gambar 2.1 Hubungan Metode Pembelajaran dengan Hasil Pembelajaran .... 37

Gambar 2.2 Bagan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 41

Gambar 2.3 Bejana Berhubungan ... 46

Gambar 2.4 Bejana Berhubungan ... 46

Gambar 2.5 Hukum Pascal ... 48

Gambar 2.6 Hukum Archimedes ... 49

Gambar 2.7 Hukum Toricelli ... 49

Gambar 2.8 Manometer Terbuka ... 50

Gambar 2.9 Manometer Logam ... 50

Gambar 2.10 Hukum Boyle ... 50

Gambar 2.11 Bagan Kerangka Berfikir ... 58

Gambar 4.1 Grafik Distribusi Frekuensi Konsep Diri Siswa ... 83

Gambar 4.2 Grafik Analisis Ketercapaian Aspek Konsep Diri Siswa ... 84

Gambar 4.3 Grafik Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa ... 85

(17)

xi

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 117

Lampiran 4 Kisi-kisi Instrumen Konsep Diri ... 138

Lampiran 5 Angket Sikap Konsep Diri ... 142

Lampiran 6 Lembar Uji Validasi Isi Konsep Diri ... 147

Lampiran 7 Perhitungan Sikap Konsep Diri ... 148

Lampiran 8 Analisis Ketercapaian Aspek Konsep Diri Siswa ... 153

Lampiran 9 Perhitungan Uji Normalitas Konsep Diri ... 161

Lampiran 10 Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar ... 164

Lampiran 11 Instrumen Uji Coba Hasil Belajar Siswa ... 165

Lampiran 12 Hasil Uji Validitas Instrumen Hasil Belajar Siswa ... 208

Lampiran 13 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Hasil Belajar Siswa ... 209

Lampiran 14 Taraf Kesukaran Instrumen Hasil Belajar Siswa ... 211

Lampiran 15 Daya Pembeda Instrumen Hasil Belajar Siswa ... 212

Lampiran 16 Kriteria Uji Coba Instrumen Hasil Belajar ... 218

Lampiran 17 Kisi-kisi Instrumen Setelah Validasi ... 220

Lampiran 18 Instrumen Penelitian Hasil Belajar ... 222

Lampiran 19 Perhitungan Hasil Belajar ... 238

Lampiran 20 Analisis Ketercapaian Konsep Hasil Belajar ... 240

Lampiran 21 Perhitungan Uji Normalitas Hasil Belajar ... 245

Lampiran 22 Uji Homogenitas Konsep Diri dan Hasil Belajar ... 248

Lampiran 23 Uji Linearitas Konsep Diri dan Hasil Belajar ... 251

Lampiran 24 Perhitungan ANAVA Untuk Regresi Linier Sederhana ... 253

Lampiran 25 Perhitungan Korelasi Konsep Diri dan Hasil Belajar ... 255

Lampiran 26 Perhitungan Uji Signifikansi ... 257

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah merupakan pendidikan formal yang merupakan wadah untuk

mencetak generasi-generasi penerus bangsa.Pendidikan disekolah diwujudkan

melalui berbagai mata pelajaran yang diterima siswa. Sekolah mempunyai tugas

untuk mengembangkan dan menumbuhkan pengetahan aspek kognitif, apektif,

dan psikomotor. Selain itu sekolah mempunyai tujuan membentuk pribadi anak

supaya menjadi manusia, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Sesuai

dengan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 bab II

pasal 3 tentang dasar, fungsi dan tujuan pendidikan yaitu:

Pendidikan nasional berpungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1

Selain itu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga menyampaikan harapannya terhadap dunia pendidikan di Indonesia yaitu “Kedepan bangsa ini harus meningkatkan kemandirian, daya saing, peradaban bangsa, untuk itu

pendidikan harus bertujuan mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi serta

membentuk nilai dan karakter bangsa yang unggul yang dicirikan antara lain ulet, sanggup menghadapi tantangan, saling menyayangi, menghormati dan toleransi,” 2

Rendahnya hasil belajar fisika siswa masih menjadi sorotan banyak pihak

di masyarakat. Hasil observasi dan analisis terhadap pembelajaran fisika yang

telah dilaksanakan menunjukkan bahwa prestasi belajar untuk mata pelajaran

fisika belum memenuhi apa yang diharapkan. Salah satu faktor yang dapat

mengarah pada penyebab rendahnya hasil belajar fisika siswa adalah penerapan

1

Redaksi Sinar Grafika, UU Sisdiknas 2003, (Jakarta:Sinar Grafika, 2003), hal. 5

2

(19)

pengajaran konvensional dalam pembelajaran fisika kurang memberikan

kesempatan bagi siswa untuk membangun sendiri struktur kognitifnya, serta

kesempatan untuk menumbuhkembangkan minat dan sikap ilmiahnya.3

Pusat Kurikulum menggariskan bahwa tujuan pembelajaran fisika di

sekolah adalah memahami konsep-konsep fisika juga dituntut untuk mampu

menggunakan metode ilmiah yang dilandasi oleh sikap ilmiah untuk memecahkan

masalah yang dihadapi.4 S. Karim Karhami yang mengatakan bahwa mata pelajaran fisika merupakan mata pelajaran yang memperluas wawasan

pengetahuan tentang materi dan energi, meningkatkan keterampilan ilmiah,

menumbuhkan sikap ilmiah dan kesadaran atau kepedulian pada produk

teknologi melalui penerapan teori atau prinsip fisika yang sudah diketahui

sebelumnya, serta kesadaran pada kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Dan dengan

adanya interaksi tersebut, akan timbul sikap dan nilai yang diperlukan dalam

penemuan ilmu pengetahuan. Hal yang sama dinyatakan oleh Johari Surif, Yusof

Haji dan Hasniza dalam era globalisasi masyarakat Saintifik menjaga

kesinambungan peradaban dan memacu ketamadunan sebuah negara. Masyarakat

saintifik merupakan teras pembangunan bangsa yang dalam dirinya memiliki

ciri-ciri sikap saintifik.5

Manusia dalam kehidupannya mengalami beberapa fase perkembangan,

berbeda pengalaman dan perubahan perilaku individu agar dapat berperan dan

diterima oleh masyarakat. Fase perkembangan tersebut meliputi masa bayi, masa

kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, dan masa usia lanjut batasan usia pada

setiap masanya. Masa remaja merupakan periode peralihan dari masa

3

IB Putu Mardana, Intensifikasi Pelaksanaan Kegiatan Laboratorium Dalam Pembelajaran IPA Sebagai Upaya Meningkatkan Minat, Sikap Ilmiah, dan Prestasi Belajar IPA Siswa K elas II SLTP Negeri I Singaraja, (Aneka Widya STKIP Singaraja, No.3 TH.XXXIII Juli 2000), h. 148.

4

Pusat Kurikulum, Mata Pelajaran Fisika untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA), (http://www.puskur.net/inc/si/sma/fisika.pdf.15 Juli 2008), h. 443.

5

Johari Surif, Mohammad Yusof Haji Arshad dan Nor Hasniza Ibrahim,

(20)

kanak.6 Apa yang dialami di masa kanak-kanak akan mempengaruhi masa remaja sampai dewasa. Dari masa kanak-kanak ke masa remaja, meninggalkan yang

bersifat kekanak-kanakan, pola perilaku yang lama seperti perubahan fisik, pola

emosi, sosial, minat, moral, dan kepribadian. Pada masa ini terjadi penyesuaian

diri terhadap lingkungan sosialnya yang cenderung mencari identitas dirinya,

peranannya dalam masyarakat, bergaul, mencari informasi dan pengetahuan yang

seluas-luasnya. Konsep diri yang ada pada remaja juga akan mengalami

perubahan, menentukan perilaku yang akan dilakukan, mempengaruhi kegiatan

pembelajaran di sekolah dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan.

Kesulitan belajar siswa, hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil

belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga

pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di

bawah semestinya.Konsep diri bukan merupakan faktor yang dibawa sejak lahir,

faktor yang terbentuk melalui pengalaman individu dalam berhubungan dengan

orang lain (Ritandiyono dan Retnaningsih, 1996).7 Dalam pencarian identitas diri diharapkan remaja dapat membentuk konsep positif karena akan berpengaruh

terhadap pemikirannya, perilakunya, serta pendidikan juga bagaimana pencapaian

hasil belajarnya berpengaruh terhadap pendidikan yang dilakukan remaja. Pada

remaja konsep diri dan hasil belajar pada remaja berbeda-beda. Bagaimana mengatasi agar konsep diri positif individu perlu bimbingan dari berbagai pihak seperti guru, orang tua, teman serta masyarakat. Konsep diri positif dan hasil belajar lebih tinggi karena ia menerima apapun tentang dirinya baik kelebihan, kekurangan atau baik positif maupun negatif tentang dirinya. Misalnya bakat A dibidang Fisika tidak mampu dibidang Ekonomi merasa gagal tanpa melupakan bersosialisasi pengalaman yang ia miliki serta konsep diri remaja (positif) maka akan menunjang hasil belajar yang tinggi sebaliknya konsep diri negatif hasil belajar rendah karena individu akan merasa cemas terus-menerus, tidak dapat diterimanya dengan baik dan mengancam konsep dirinya. Siswa Menengah Pertama SMP/MTs merupakan masa remaja yang perlu mendapat penanganan yang serius sebagai generasi penerus

6

Ilmu Psikologi, http://ilmu-psikologi.blogspot.com/2009/12/ciri-ciri-masa-remaja.html, 21 Juli 2010

7

(21)

bangsa. sebab konsep diri sedang berkembang dan merupakan dasar bagi

perkembangan fase dewasa. Seperti yang dikemukakan Erick Erikson dikutip La

Sulo yang menyatakan bahwa remaja dihadapkan kepada tugas mengembangkan

konsep diri yang dapat diterima, stabil dan fungsional. Mereka yang berhasil akan

membangun kesadaran identitas dan yang gagal akan menderita kekacauan

peranan (role confusion). 8 Siswa yang konsep diri tinggi akan menggunakan segala potensi dan kemampuannya seoptimal mungkin dengan jalan mengikuti

proses belajar mengajar dengan baik, mengadakan hubungan baik dengan teman

sekelasnya yang dapat mempengaruhi kegiatan belajarnya. Sebaliknya siswa yang

konsep diri rendah tidak akan menggunakan potensi dan kemampuannya dengan

optimal karena mereka tidak memahami segala potensinya sehingga mengganggu

teman, sengaja mencari perhatian yang dapat mengganggu proses belajar

mengajar.

Sains merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

fenomena alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau

prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. 9 Pendidikan fisika yang merupakan salah satu cabang sains diharapkan dapat menjadi wahana bagi

siswa untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk

memecahkan masalah didalam kehidupan sehari-hari, serta dapat

mengembangkan ilmu dan teknologi dan memberikan pelajaran yang baik kepada

manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam.

Berdasarkan beberapa uraian diatas dapat dikatakan seyogyanya

pembelajaran fisika yang diberikan dengan berbagai bentuk hukumnya

memberikan sikap kepatuhan juga atas hukum-hukum Tuhan untuk digunakan

siswa dalam kehidupannya.

Pembelajaran fisika akan lebih efektif dan menarik bagi siswa. Menjadi

penting artinya mengingat tujuan pendidikan adalah membuat siswa mengerti dan

8

---, Menata Kepribadian Anak, http://www.scribd.com/doc/11771514/BK, 21 Juli 2010

9

(22)

percaya. Seiring dengan tujuan peningkatan pembelajaran fisika, berbagai

pendekatan dan metode pengajaran kini mulai diperkenalkan dan diterapkan di

sekolah-sekolah baik dasar, menengah, hingga perguruan tinggi. Metode dan

pendekatan yang banyak mengaktifkan siswa diantaranya ialah metode discoveri, inkuiri, eksperimen, pemecahan masalah, keterampilan proses, penugasan dan

diskusi10.

Tuntutan yang tercantum dalam Kurikulum Pelajaran Fisika yaitu

pembelajaran yang dilaksanakan secara inkuiri ilmiah, yang diperlukan untuk

berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar dikelas. Maka metode inkuiri

dijadikan salah satu metode yang dianjurkan untuk digunakan dalam pembelajaran

fisika.

Menurut Soewarso, bahwa sejak adanya penataran Proyek Pengembangan

Pendidikan Guru (P3G) tahun 1979, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia telah menegaskan kepada guru untuk mengembangkan dan

menggunakan metode inkuiri dalam proses belajar-mengajar di kelas.11 Menurut Soerwarso metode inkuiri penting artinya, karena metode inkuiri merupakan suatu

cara mengajar yang menarik terutama dengan memberikan kesempatan bagi

peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar dikelas.

Pengembangan metode pembelajaran ini, penelitian yang berhubungan

dengan penerapan pembelajaran inkuiri banyak dilakukan dan dikembangkan.

Wirtha dan Rapi dalam Jurnalnya mengatakan bahwa pembelajaran inkuiri

memberikan pengaruh yang cukup baik terhadap hasil belajar siswa di bandingkan

dengan metode pembelajaran konvensional12.

Beberapa hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

inkuiri memiliki arti penting dalam pengaktifan siswa atau mengambil satu bagian

10

R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h.27.

11

Soewarso, Peranan Metode Inquiry Terhadap Peningkatan Kualitas Pendidikan di Sekolah. (Semarang: Jurnal Lembaran Ilmu Kependidikan, No.2 Tahun XXIX, 2000), h.128.

12

(23)

atas pencapaian mutu pendidikan, karena dari pembelajaran ini dapat

menghasilkan pembentukan konsep diri dan hasil belajar yang lebih baik.

Dalam penelitian ini dipilih konsep tekanan. Merupakan salah satu bagian

penting karena bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan nyata, namun hasil belajar

siswa pada konsep tersebut masih rendah. Untuk mengatasi hal tersebut, dalam

penelitian ini digunakan pembelajaran inkuiri dengan berbagai macam percobaan

sederhana sehingga siswa dapat menemukan sendiri aplikasi tekanan pada benda

padat, cair, dan gas dalam kehidupan sehari-hari. Pada konsep ini terkandung

indikator dan pengalaman belajar yang sama yaitu mengedepankan kerja ilmiah,

yang kemudian dari bekerja ilmiah ini terjadi proses pembentukan konsep diri

yang baik dan hasil belajar siswa dapat lebih baik. Murmanto, D Melanie dalam

jurnalnya mengatakan pembentukan konsep diri siswa di mulai dengan terlibatnya

siswa dalam seluruh proses kegiatan belajar, berarti siswa jadi lebih menguasai

materi pelajaran dan siswapun akan mendapat pengalaman berharga saat

berinteraksi dengan guru dan teman-temannya, sehingga sosialisasi dan konsep

diri siswa dapat terbentuk secara positif13.

Berdasarkan uraian diatas penulis bermaksud melakukan studi penelitian

lebih lanjut apakah terdapat Hubungan Konsep Diri Dan Hasil Belajar Fisika

Siswa Melalui Pembelajaran Inkuiri Pada Konsep Tekanan.

B. Identifikasi Masalah

Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal

sangat berhubungan pada proses belajar mengajardan hasil belajar.

Dari uraian diatas, beberapa permasalahan yang dapat dikaji adalah:

1. Mengapa hasil belajar fisika siswa masih rendah?

2. Mengapa siswa belum bisa mengembangkan kosep dirinya secara

positif?

3. Mengapa pembelajaran fisika tidak menarik?

13

(24)

4. Apakah dominanya pembelajaran konvensional mempengaruhi konsep

diri dan hasil belajar fisika siswa?

5. Apakah konsep diri dapat mempengaruhi hasil belajar fisika siswa?

6. Seberapa besar konsep diri siswa melalui pembelajaran inkuiri?

7. Apakah metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa?

8. Apakah ada hubungan antara konsep diri dan hasil belajar fisika siswa

melalui pembelajaran inkuiri pada konsep tekanan?

9. Seberapa besar hubungan yang terjadi?

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada masalah yang berkaitan antara konsep diri dan

hasil belajar Fisika melalui pembelajaran inkuiri pada konsep tekanan kelas VIII

MTs Islamiyah Ciputat. Konsep diri siswa yang dijadikan acuan dalam penelitian

ini berdasarkan studi psikologi meliputi gambaran diri (body image), ideal diri dan harga diri. Hasil belajar yang diukur adalah kemampuan kognitif siswa pada

konsep tekanan melalui pembelajaran inkuiri terstruktur.

D. Rumusan Masalah

Latar belakang, identifikasi dan batasan masalah di atas. maka

permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Apakah terdapat hubungan antara konsep diri dan hasil belajar fisika siswa melalui pembelajaran

inkuiri pada konsep tekanan?”

E. Tujuan Operasional Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dan

hasil belajar fisika siswa melalui pembelajaran inkuiri pada konsep tekanan kelas

VIII MTs Islamiyah Ciputat.

F. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sejumlah manfaat atau

(25)

1. Institusi, model pembelajaran ini merupakan masukan yang dapat

memperluas wawasan tentang pengembangan model pembelajaran, dengan

diterapkannya model alternatif dalam mengajarkan sains

2. Guru, diharapkan dapat menyusun rencana pembelajaran konstruktivisme

sehingga dapat mengembangkan konsep diri siswa yang lebih positif.

3. Siswa, dapat membantu belajar sains fisika dan diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajarnya serta meningkatkan rasa kepercayaan dirinya

khususnya dalam pembelajaran fisika.

4. Stakeholder, dapat menjadi upaya inovasi pembelajaran, penelitian ini dapat menjadi masukan untuk mengembangkan model pembelajaran pada

pelajaran lain yang jenjang pendidikannya berbeda sesuai dengan tingkat

(26)

BAB II

DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretis 1. Konsep Diri

a. Pengertian Konsep Diri

Menurut Baron dan Byrne mengatakan konsep diri merupakan sekumpulan

pungsi yang kompleks yang berbeda yang dipegang oleh seseorang tentang

dirinya1. Menurut William D. Broks mendefinisikan konsep diri adalah pandangan dan perasaan tentang kita, yang bersifat psikologi, social, dan fisis 2. Menurut Sulaeman Konsep diri adalah keseluruhan ide-ide dan sikap-sikap

seseorang sebagai apa dan siapa dia3. Suryabrata menyatakan kosep diri mempunyai empat aspek yaitu, bagaimana orang mengamati dirinya sendiri,

bagaimana orang berfikir tentang dirinya sendiri, bagaimana orang menilai dirinya

sendiri, bagaimana berusaha dengan berbagai cara untuk menyampaiakan dan

mempertahankan diri4. Calhoun dan Acocela (1990) konsep diri adalah gambaran mental individu yang terdiri dari pengetahuannya tentang diri sendiri,

pengharapan bagi diri sendiri, dan penilaian terhadap diri sendiri5. Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu

tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang

lain (Stuart dan Sudeen, 1998)6. Hal ini temasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang

berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Sedangkan

1

Avin Fadilla Helmi, Gaya Kelekatan dan Konsep Diri,Jurnal Psikologi 1999 UGM Hal. 9

2

Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi. Penerbit Rosda Karya, h.99-100

3

Rina oktaviana, Hubungan Antara Penerimaaan Diri Terhadap cara-cara Perkembangan Sekunder dengan Konsep diri pada Remaja Puteri SLTPN 10 Yogyakarta,h.3-4

4

Rina Oktaviana, Ibid, h. 4

5

Lita H Wulandari & Pasti Rola; Konsep Diri dan Motivasi berprestasi Remaja Penghuni Panti Asuhan, Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2004, Volume 3, Nomor 2, hal 81-82

6

(27)

menurut Beck, Willian dan Rawlin (1986) menyatakan bahwa konsep diri adalah

cara individu memandang dirinya secara utuh, baik fisikal, emosional intelektual,

sosial dan spiritual. Konsep diri didalam Islam, Allah SWT berfirman dalam

Qur’an Surat At-Taghabun:16: yang artinya:

“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, Maka mereka Itulah orang-orang yang beruntung.”

Allah mengetahui keterbatasan manusia berislam. Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Allah merahmati orang yang mengetahui kadar kemampuan dirinya.

Dengan mengetahui kadar kemampuan, bisa memposisikan diri secara tepat dalam berbagai situasi kehidupan. Manusia memiliki 2 ciri keterbatasan:

1) Sifat parsial (artinya kita tidak bisa memiliki/menguasai segala bidang)

2) Dalam lingkar yang sangat parsial kemampuan kita juga terbatas. Misalnya

dalam bidang kedokteran, memiliki kelebihan dibanding lainnya. Dalam

konteks keterbatasan Allah mengatakan dalam QS.Al Baqarah 2:286:

”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya.”

Ibadah yang sudah tetap waktu dan kapasitasnya seperti shalat lima waktu, Allah mengukur kemampuan manusia dan pada dasarnya manusia sanggup

melakukannya. Sebab perintah yang sifatnya wajib khususnya fardhu ain dan waktunya sudah ditentukan, dalam perhitungan Allah manusia bisa

melakukannya. Oleh karena itu perintah-perintah dibuat dalam urutan-urutannya.

Sabda Rasulullah di atas berguna untuk :

1) Menentukan fokus-fokus nilai Islam yang akan diperkuat

2) Memahami diri kita dan membantu dalam menentukan posisi kehidupan

sosial.

7

(28)

Kesalahan orang dalam bergaul adalah ketidakmampuan dalam memposiskan

dirinya dalam kehidupan sosial merupakan kesalahan umum. Dengan memahami

keterbatasan diri adalah bagian dari perintah Islam.

Konsep diri juga membantu bersifat tawadhu. Tawadhu berarti kemampuan

memposisikan diri sewajarnya. Bukan berarti tawadhu itu tidak memilki apa-apa.

konsep diri juga merupakan salah satu langkah untuk menyerap Islam ke

dalam diri.

Ada 3 langkah dalam menyerap Islam, yaitu:

1) Memiliki konsep diri yang jelas

2) Memahami Islam sebagai pengisi wadah tersebut

3) Melakukan pengadaptasian antara konsep diri dengan konsep Islam.

Menurut Ibnul Qayyim ada 2 pengetahuan terpenting dalam pengenalan diri

yaitu: ma’rifatullah dan Ma’rifatunafs. Mengetahui Allah berarti mengetahui tujuan hidup, mengetahui diri sendiri berarti mengantar bagaimana sampai

ketujuan8.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan konsep diri adalah cara individu

memandang dirinya secara utuh, baik fisikal, emosional intelektual, sosial dan

spiritual terhadap masyarakat, lingkungan maupun terhadap tuhan yang Maha

Esa.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri

Menurut Stuart dan Sudeen ada beberapa faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan konsep diri. Faktor-foktor tersebut terdiri dari teori

perkembangan, Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat) dan Self Perception (persepsi diri sendiri)9.

8

Aina’s Room, , Konsep Diri dan Menata Visi Hidup.htm, h. 21 Juli 2010

9

(29)

Tabel 2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri

No Konsep Diri Pengaruhnya

1 2 3 Teori Perkembangan Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat) Self Perception (persepsi diri sendiri)

Konsep diri berkembang secara bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam melakukan kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau, pengenalan tubuh, nama panggilan pangalaman budaya dan hubungan interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata.

Konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri merupakan interprestasi diri pandangan orang lain terhadap diri, anak sangat dipengaruhi orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya dan sosialisasi

Persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu Konsep diri dapat dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif

Sehingga konsep merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari prilaku individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang terganggu. Menurut Stuart dan Sundeen Penilaian tentang konsep diri.dapat di lihat berdasarkan rentang rentang respon konsep diri yaitu respon adaptif, respon maladaptif, aktualisasi konsep diri, harga diri, kekacauan, depersonalisasi diri , dan positif rendah identitas

c. Pembagian Konsep Diri

Konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian. Pembagian Konsep diri tersebut

di kemukakan oleh Stuart and Sundeen (1991), yang terdiri dari 10:

10

(30)

1) Gambaran Diri (Body Image)

Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan

tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk,

fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara

berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu (Stuart

and Sundeen, 1991)11. Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima stimulus dari orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan

mulai sadar dirinya terpisah dari lingkungan (Keliat, 1992)12. Gambaran diri (Body Image) berhubungan dengan kepribadian. Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan

yang realistis terhadap dirinya menerima dan mengukur bagian tubuhnya akan

lebih rasa aman, sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri

(Keliat, 1992)13. Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang

akan memacu sukses dalam kehidupan. Banyak Faktor dapat yang mempengaruhi

gambaran diri seseorang, seperti, munculnya Stresor yang dapat menggangu integrasi gambaran diri. Stresor-stresor tersebut dapat berupa:

Tabel 2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gambaran Diri

No Gambaran diri Pengaruhnya

1

2

Operasi.

Kegagalan fungsi tubuh

Seperti: mastektomi, amputsi, luka operasi yang semuanya mengubah gambaran diri. Demikian pula tindakan koreksi seperti operasi plastik, protesa dan lain –lain.

Balik dengan penggunaan lntensif care dipandang Seperti hemiplegi, buta, tuli dapat mengakibatkan depersonlisasi yaitu tidak mengkui atau asing dengan bagian tubuh, sering berkaitan dengan fungsi saraf.

Hal. 6

11

Salbiah Ibid Hal.6

12

Salbiah Ibid Hal 6

13

(31)

No Gambaran diri Pengaruhnya

3

4

5

6

7

Waham yang berkaitan dengan bentuk dan fungsi

tubuh

Tergantung pada mesin.

Perubahan tubuh berkaitan

Umpan balik interpersonal yang negative

Standard sosial budaya

Seperti sering terjadi pada klien gangguan jiwa, klien mempersiapkan penampilan dan pergerakan Seperti: klien intensif care yang memandang imobilisasi sebagai tantangan, akibatnya tubuh sangat berbeda dengan kenyataan sukar.mendapatkan informasi umpan sebagai gangguan

Hal ini berkaitan dengan tumbuh kembang dimana seseorang akan merasakan perubahan pada dirinya seiring dengan bertambahnya usia. Tidak jarang seseorang menanggapinya dengan respon negatif dan positif. Ketidakpuasan juga dirasakan seseorang jika didapati perubahan tubuh yang tidak ideal.

Umpan balik ini adanya tanggapan yang tidak baik berupa celaan, makian sehingga dapat membuat seseorang menarik diri.

Hal ini berkaitan dengan kultur sosial budaya yang berbeda-setiap pada setiap orang dan keterbatasannya serta keterbelakangan dari budaya tersebut menyebabkan pengaruh pada gambaran diri individu, seperti adanya perasaan minder.

Beberapa gangguan pada gambaran diri tersebut dapat menunjukan tanda

[image:31.595.111.517.111.520.2]

dan gejala, seperti:

Tabel 2.3 Gangguan pada Gambaran Diri

Gangguan Gambaran Diri Gejala

Syok Psikologis

(32)

Gangguan Gambaran Diri Gejala

Menarik diri.

Penerimaan atau pengakuan secara bertahap

Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan, tetapi karenatidak mungkin maka klien lari atau menghindar secara emosional. Klien menjadi pasif, tergantung , tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan dalamperawatannya.

Setelah klien sadar akan kenyataan maka respon kehilangan atau berduka muncul. Setelah fase ini klien mulai melakukan reintegrasi dengan gambaran diri yang baru

Tanda dan gejala dari gangguan gambaran diri di atas adalah proses yang

adaptif, jika tampak gejala dan tanda-tanda berikut secara menetap maka respon

klien dianggap maladaptif sehingga terjadi gangguan gambaran diri yaitu:

a) Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian yang berubah

b) Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh.

c) Mengurangi kontak sosial sehingga terjadi menarik diri.

d) Perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh.

e) Preokupasi dengan bagian tubuh atau fungsi tubuh yang hilang.

f) Mengungkapkan keputusasaan.

g) Mengungkapkan ketakutan ditolak.

h) Depersonalisasi.

i) Menolak penjelasan tentang perubahan tubuh.

2) Ideal Diri

Ideal diri iri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus

berperilaku berdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu

(Stuart and Sundeen ,1991)14.Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang akan diinginkan atau sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai- nilai yang ingin di capai .

Ideal diri akan mewujudkan cita-cita, nilai-nilai yang ingin dicapai. Ideal diri akan

mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial (keluarga

budaya) dan kepada siapa ingin dilakukan. Ideal diri mulai berkembang pada

14

(33)

masa kanak–kanak yang di pengaruhi orang yang penting pada dirinya yang memberikan keuntungan dan harapan pada masa remaja ideal diri akan di bentuk

melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Menurut Ana Keliat

(1998).15 Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri yaitu:

a) Kecenderungan individu menetapkan ideal pada batas kemampuannya.

b) Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri.

c) Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang realistis,

keinginan untuk mengklaim diri dari kegagalan, perasan cemas dan rendah

diri.

d) Kebutuhan yang realistis.

e) Keinginan untuk menghindari kegagalan .

f) Perasaan cemas dan rendah diri.

Agar individu mampu berfungsi dan mendemonstrasikan kecocokan antara

persepsi diri dan ideal diri. Ideal diri ini hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi,

tetapi masih lebih tinggi dari kemampuan agar tetap menjadi pendorong dan

masih dapat dicapai (Keliat, 1992 ).16

3) Harga diri .

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan

menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri (Stuart and

Sundeen,1991)17. Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal, maka cenderung

harga diri rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek

utama adalah di cintai dan menerima penghargaan dari orang lain (Keliat, 1992)18. Biasanya harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja dan usia lanjut. Dari

hasil riset ditemukan bahwa masalah kesehatan fisik mengakibatkan harga diri

rendah. Harga diri tinggi terkait dengam ansietas yang rendah, efektif dalam

kelompok dan diterima oleh orang lain. Sedangkan harga diri rendah terkait

dengan hubungan interpersonal yang buruk dan resiko terjadi depresi dan

15

Salbiah Ibid Hal. 4

16

Salbiah, Ibid Hal. 5

17

Salbiah Ibid Hal. 5

18

(34)

skizofrenia. Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri

rendah dapat terjadi secara situasional (trauma) atau kronis (negatif self evaluasi

yang telah berlangsung lama). Dan dapat di ekspresikan secara langsung atau

tidak langsung (nyata atau tidak nyata).

Menurut Stuart and Sundeen dikemukakan faktor-faktor yang

[image:34.595.111.515.209.751.2]

mempengaruhi gangguan harga diri, seperti19:

Tabel 2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Harga Diri

Gangguan Harga Diri

Faktornya

Perkembangan individu

Faktor predisposisi dapat dimulai sejak masih bayi, seperti penolakan orang tua menyebabkan anak merasa tidak dicintai dan mengkibatkan anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal untuk mencintai orang lain. Pada saat anak berkembang lebih besar, anak mengalami kurangnya pengakuan dan pujian dari orang tua dan orang yang dekat atau penting baginya. Ia merasa tidak adekuat karena selalu tidak dipercaya untuk mandiri, memutuskan sendiri akan bertanggung jawab terhadap prilakunya. Sikap orang tua

Ideal Diri tidak realistis Gangguan fisik dan

mental

Sistem keluarga yang tidak

berfungsi

yang terlalu mengatur dan mengontrol, membuat anak merasa tidak berguna.

Individu yang selalu dituntut untuk berhasil akan merasa tidak punya hak untuk gagal dan berbuat kesalahan. Ia membuat standart yang tidak dapat dicapai, seperti cita –cita yang terlalu tinggi dan tidak realistis. Yang padakenyataan tidak dapat dicapai membuat individu menghukum diri sendiri dan akhirnya percaya diri akan hilang.

Pengalaman traumatik yang berulang,misalnya akibat aniaya fisik, emosi dan seksual.

Penganiayaan yang dialami dapat berupa penganiayaan fisik, emosi, peperangan, bencana alam, kecelakan atau perampokan. Individu merasa tidak mampu mengontrol lingkungan. Respon atau strategi untuk menghadapi trauma umumnya mengingkari trauma, mengubah arti trauma, respon yang biasa efektif terganggu. Akibatnya koping yang biasa berkembang adalah depresi dan denial pada trauma.

19

(35)

Gangguan Harga Diri

Faktornya

Penganiayaan

Identitas

Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat (Keliat, 1992 )20. Peran yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak punya pilihan, sedangkan peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu. Posisi dibutuhkan oleh individu sebagai aktualisasi diri. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri. Posisi di masyarakat dapat merupakan stresor terhadap peran karena struktur sosial yang menimbulkan kesukaran, tuntutan serta posisi yang tidak mungkin dilaksanakan (Keliat, 1992)21. Stress peran terdiri dari konflik peran yang tidak jelas dan peran yang tidak sesuai atau peran yang terlalu banyak.

Identitasadalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh (Stuart and Sudeen, 1991)22. Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan yang memandang dirinya berbeda dengan orang lain. Kemandirian timbul dari perasaan berharga (aspek diri sendiri), kemampuan dan penyesuaian diri. Seseorang yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya. Identitas diri terus berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan perkembangan konsep diri. Hal yang penting dalam identitas adalah jenis kelamin (Keliat,1992) 23.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran

yang harus di lakukan menurut Stuart and sundeen, 1998 adalah :

a) Kejelasan prilaku dengan penghargaan yang sesuai dengan peran.

b) Konsisten respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan .

c) Kesesuain dan keseimbangan antara peran yang di emban.

d) Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran.

e) Pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidak sesuain perilaku peran.

20

Just For child, Konsep Diri, Ibid, h. 3

21 Just For child, Konsep Diri, Ibid, h. 4

22

Just For child, Konsep Diri, Ibid, h. 4

23

(36)

Menurut Stuart and Sunden Penyesuaian individu terhadap perannya

dipengaruhi oleh beberapan faktor, yaitu:

a) Kejelasan prilaku yang sesuai dengan perannya serta pengetahuan yang spesifik tentang peran yang diharapkan.

b) Konsistensi respon orang yang berarti atau dekat dengan peranannya. c) Kejelasan budaya dan harapannya terhadap prilaku perannya.

d) Pemisahan situasi yang dapat menciptakan ketidak selarasan.

Sepanjang kehidupan individu sering menghadapi

perubahan-perubahan peran, baik yang sifatnya menetap atau sementara yang sifatnya dapat

karena situasional. Hal ini, biasanya disebut dengan transisi peran. Transisi peran

tersebut dapat di kategorikan menjadi beberapa bagian, seperti :

(a) Transisi Perkembangan.

Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas.

Setiap perkembangan harus di lalui individu dengan menjelaskan tugas

perkembangan yang berbeda – beda. Hal ini dapat merupakan stresor bagi konsep diri.

(b) Transisi Situasi.

Transisi situasi terjadi sepanjang daur kehidupan, bertambah atau

berkurang orang yang berarti melalui kelahiran atau kematian, misalnya

status sendiri menjadi berdua atau menjadi orang tua. Perubahan status

menyebabkan perubahan peran yang dapat menimbulkan ketegangan peran

yaitu konflik peran, peran tidak jelas atau peran berlebihan.

(c) Transisi sehat sakit.

Stresor pada tubuh dapat menyebabkan gangguan gambaran diri dan berakibat diri dan berakibat perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat

mempengaruhi semua kompoen konsep diri yaitu gambaran diri, identitas

diri peran dan harga diri. Masalah konsep diri dapat di cetuskan oleh faktor

psikologis, sosiologi atau fisiologi, namun yang penting adalah persepsi

klien terhadap ancaman. Selain itu dapat saja terjadi berbagai gangguan

peran, penyebab atau faktor-faktor ganguan peran tersebut dapat di

(37)

(1). Konflik peran interpersonal. Individu dan lingkungan tidak mempunyai harapan peran yang selaras.

(2). Contoh peran yang tidak adekuat. (3). Kehilangan hubungan yang penting (4). Perubahan peran seksual

(5). Keragu-raguan peran

(6). Perubahan kemampuan fisik untuk menampilkan peran sehubungan denganproses menua

(7). Kurangnya kejelasan peran atau pengertian tentang peran (8). Ketergantungan obat

(9). Kurangnya keterampilan sosial (10). Perbedaan budaya

(11). Harga diri rendah

(12). Konflik antar peran yang sekaligus di perankan

Identitas jenis kelamin berkembang sejak lahir secara bertahap

dimulai dengan konsep laki-laki dan wanita banyak dipengaruhi oleh

pandangan dan perlakuan masyarakat terhadap masing-masing jenis kelamin

tersebut. Perasaan dan prilaku yang kuat akan indentitas diri individu dapat

ditandai dengan:

(1). Memandang dirinya secara unik

(2). Merasakan dirinya berbeda dengan orang lain

(3). Merasakan otonomi : menghargai diri, percaya diri, mampu diri, menerima diri dan dapat mengontrol diri.

(4). Mempunyai persepsi tentang gambaran diri, peran dan konsep diri (5). Karakteristik identitas diri dapat dimunculkan dari prilaku dan

perasaan seseorang, seperti :

(6). Individu mengenal dirinya sebagai makhluk yang terpisah dan berbeda dengan orang lain

(7). Individu mengakui atau menyadari jenis seksualnya

(8). Individu mengakui dan menghargai berbagai aspek tentang dirinya, peran, nilai dan prilaku secara harmonis

(9). Individu mengaku dan menghargai diri sendiri sesuai dengan penghargaan lingkungan sosialnya

(10). Individu sadar akan hubungan masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang

(11). Individu mempunyai tujuan yang dapat dicapai dan di realisasikan (Meler dikutip Stuart and Sudeen, 1991) 24

24

(38)

d. Konsep Diri Positif dan Konsep Diri Negatif

[image:38.595.118.511.197.616.2]

Menurut Calhoun dan Acocela (1990),25 dalam perkembangannya konsep diri terbagi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif.

Tabel 2.5 Konsep Diri Positif dan Konsep Diri Negatif

Konsep Diri Positif Konsep Diri Negatif

1) Konsep diri positif lebih kepada penerimaan diri bukan sebagai suatu kebanggan yang besar tentang diri. Konsep diri yang positif bersifat stabil dan bervariasi. Individu yang memiliki konsep diri positif adalah individu yang tahu betul tentang dirinya.

2) Individu dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri, evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi positif dan dapat menerima keberadaan orang lain.

3) Individu yang memiliki konsep diri positif akan merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas, yaitu tujuan yang memiliki kemungkinan besar untuk dapat dicapai, mampu menghadapi kehidupan di depannya serta menganggap bahwa hidup adalah suatu proses penemuan. Singkatnya, individu yang memiliki konsep diri positif adalah individu yang tahu betul siapa dirinya sehingga dirinya menerima segala kelebihan dan kekurangan, evaluasi terhadap dirinya menjadi lebih positif serta mampu merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas

Calhoun dan Acocela (1990)26 membagi konsep diri negatif menjadi dua tipe, yaitu:

Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur, tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri. Individu tersebut benar-benar tidak tahu siapa dirinya, kekuatan dan kelemahannya atau cara hidup yang tepat. Singkatnya, individu yang memiliki konsep diri yang negatif terdiri dari 2 tipe, tipe pertama yaitu individu yang tidak tahu siapa dirinya dan tidak mengetahui kekurangan dan kelebihannya, sedangkan tipe kedua adalah individu yang memandang dirinya dengan sangat teratur dan stabil.

25

Lita H Wulandari & Pasti Rola; Konsep Diri dan Motivasi berprestasi Remaja Penghuni Panti Asuhan, Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2004, Volume 3, Nomor 2, hal 83

26

(39)

e. Masa Remaja 1) Pengertian Remaja

Hurlook (1993) mengartikan remaja (adolescence) berasal dari bahasa latin adolescence yang bearti untuk tumbuh atau kembang menjadi dewasa27. Menurut Piaget secara psikologi masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi

dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dirinya dibawah

orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama,

sekurang-kurangnya dalam masalah hak28.

Papalia dan Olds Tidak mendefinisikan pengertian remaja secara ekplisit

melainkan ecara implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence), masa remaja merupakan masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

masa dewasa yang pada umumnya dimulai dari usia 12 atau 13 tahun dan berakhir

pada usia akhir belasan tahun atau duapuluh tahun29.Pada masa ini remaja sedang mencari jati dirinya. Hal ini ditandai dengan hubungan yang erat dengan teman

sebayanya, mulai menemukan nilai-nilai baru dan adanya perkembangan

kepribadian dan terbentuknya identitas diri menjadi seorang dewasa.

Piaget memandang adolescence sebagai suatu fase hidup, dengan perubahan-perubahan penting dalam fungsi inteligensi, tercakup dalam

perkembangan aspek kognitif. Erickson mengemukakan keadaan fisik pada masa

remaja merupakan sumber pembentukan identitas diri dan konsep diri30. Terbentuknya gaya hidup tertentu sehubungan dengan penempatan dirinya, yang

tetap dapat dikenal oleh lingkungannya, walaupun mengalami perubahan pada

dirinya maupun kehidupan sehari-hari. Umur 15-20 tahun adalah masa

kesempurnaan (adoolescence proper) dan merupakan puncak perkembangan

27

Indri Kemala nasution, Perilaku Merokok Pada Remaja,2007, USU Repository@2008, Hal. 7

28

Indri Kemala nasution, Stres pada Remajas,2007, USU Repository@2008, Hal. 5

29

---, Rumah belajar psikologi, ,

http://file.upi.edu/direktori/a%20%20fip/jur.%20psikologi%20pend%20dan%20bimbingan/nanda ng%20budiman/perkembangan%20remaja%20dan%20permasalahannya%20jadi%20%5bcompati bility%20mode%5d.pdffile.upi.edu/ai.php?dir=direktori/a%20-%20fip/jur.../&file...5. 21 juli 2010

30

Psikologi Remaja, Universitas Kristen Vetra, Library,

(40)

emosi. Tahap ini terjadi perubahan dari kecenderungan mementingkan diri sendiri

kepada kecenderungan memperhatikan kepentingan orang lain dan

memperhatikan harga diri dan bangkitnya dorongan seks (Muss,1968:27)31. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah awal masa

transisi atau masa peralihan dimana seseorang sedang mengalami penyesuaian

diri, baik secara fisik, psikis, emosi, minat maupun lingkungan sosialnya, serta

adanya perubahan peran dalam dirinya untuk dapat membentuk identitas diri dan

konsep diri.

2) Karakteristik Remaja

Berdasarkan definisi remaja diatas, maka karakteristik remaja menurut

[image:40.595.112.512.194.756.2]

Hurlock (1990) adalah:32

Tabel 2.7 Karakteristik Remaja menurut Hurlock

Pengertian Remaja Definisi

Hurlock

1) Ciri-ciri masa remaja menurut ahli psikologi remaja Hurlock (1992). Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.

2) Periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya

Periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.

3) Masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat

31

Psikologi Remaja, Ibid, h. 15

32

(41)

Pengertian Remaja Definisi

Hurlock 4) Masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang membuat banyak orang tua menjadi takut.

5) Masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiridan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita. 6) Masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau

kesulitan didalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan didalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks.

7) Mereka menganggap bahwa perilaku ini akanmemberikan citra yang mereka inginkan Disimpulkan adanya perubahan fisik maupun psikis pada diri remaja, kecenderungan remaja akan mengalami masalah dalam penyesuaian diri dengan lingkungan. Hal ini diharapkan agar remaja dapat menjalani tugas perkembangan dengan baik-baik dan penuh tanggung jawab

Dalam pertumbuhan dapat menimbulkan masalah-masalah pada tinmgkah

laku. Pertumbuhan yang terlalu cepat juga dapat menimbulkan problem dalam

pengajaran juga dalam pergaulan dengan teman sebayanya akan mengalami

kesulitan dalam penyesuaian diri pada lingkungannya.

Remaja dinamis, artinya bahwa remaja akan mengalami perkembangan

atau pertumbuhan yang berkenaan dengan tubuhnya. Tubuh yang mereka miliki

tidak lagi seperti pada masa kanak-kanak. Remaja tumbuh semakin cepat

membentuk tubuh yang indah atau proposional yang didambakan oleh setiap

remaja dan sering menjadi sebuah impian.

Zakiah Daradjat mengatakan remaja adalah usia transisi. Seseorang

individu telah meninggalkan usia kanak-kanak yang lemah dan penuh

ketergantungan, akan tetapi belum mampu ke usia yang kuat dan penuh tanggung

(42)

transisi ini tergantung keadaan dan tingkat sosial masyarakat dimana dia hidup.

Semakin maju masyarakat semakin panjang usia remaja karena ia harus

mempersiapkan diri untuk menyesuaikan dalam masyarakat yang banyak syarat

dan tuntutannyat33.

Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat

penting, diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu

berproduksi. Ada dua fase perkembangan yang unik bagi remaja, yaitu fase pra

pubertas (13-15 tahun) dan fase pubertas (16-19 tahun). Masa pra pubertas

dinamakan juga masa negatif karena kebanyakan ciri-ciri tingkah lakunya

mengarah pada tendensi negatif. Ciri-ciri negatif pada pra pubertas akan sedikit

berkurang, dan diganti dengan timbulnya ide-ide baru tentang hidup, berdiri

sendiri, ingin melepaskan diri dari orang tua, kebebasan dalam memilih jalan

hidup sendiri. Yang paling menonjol pada masa pubertas adalah bekerjanya

kelenjar seks dengan aktif sehingga dari tampak dari perubahan tingkah lakunya

seperti cinta birahi terhadap jenis kelamin lain.

3) Tugas Perkembangan Remaja

Menurut William Kay tugas perkembangan remaja meliputi:34

a) Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.

b) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang

mempunyai otoritas.

c) Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar

bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual

maupin kelompok.

d) Menemukan manusia model yang dijadikan identiasnya.

e) Menerima dirinya sendiri dan memilki keprcayaan terhadap

kemampuannya sendiri.

33

---, Kenakalan Remaja, http://dapenra2.blogdetik.com/2009/06/11/3/ November 2010

34

Kasturi82: Journal Psychology “Remaja dan pacaran

(43)

f) Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar

skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup (Weltanschauung)

g) Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku)

kekanak-kanakan.

h) Menerima keadaan fisiknya

Struktur dan penampilan fisik sudah menetap dan harus diterima

sebagaimana adanya. Kekecewaan karena kondisi fisik tertentu tidak lagi

terlalu mengganggu dan sedikit demi sedikit mulai menerima keadaan

dirinya. Masalah seks yang berkaitan dengan kematangan fisiologik tidak

lagi terlalu mengganggu dan mulai bisa diatasi.

i) Memperoleh kebebasan emosional

Seseorang pada masa remaja adalah proses melepaskan diri dari

ketergantungan secara emosional dari orang yang dekat dalam hidupnya

(orang tua). Kehidupan emosi yang sebelumnya banyak mendominasi

sikap dan tindakannya mulai terintegrasi dengan fungsi-fungsi psikis lain.,

sehingga lebih stabil dan lebih terkendali. Ia mampu mengungkapkan

pendapat dan perasaannya dengan sikap yang sesuai dengan lingkungan

dan kebebasan emosionalnya.

j) Mampu bergaul

Masa remaja mulai mengembangkan kemampuan mengadakan

hubungan sosial yang baik dengan teman sebayanya maupun orang lain,

yang berbeda adalah tingkat kematangan sosialnya dengan orang yang

lebih tua, ia mampu menyesuaikan dan memperlihatkan kemampuan

bersosialisasi dalam tingkat kematangan sesuai dengan norma sosial yang

ada.

k) Menemukan model untuk identifikasi

Dalam proses kerah kematangan pribadi, tokoh identifikasi menjadi

faktor yang penting untuk diperoleh. Tanpa tokoh identifikasi seringkali

timbul kekaburan akan model yang ingin dan yang memberikan penghargaan

(44)

l) Mengetahui dan menerima kemampuan diri

Pengertian dan penilaian yang objektif mengenai keadaan diri

sendiri sedikit demi sedikit akan terpupuk. Kekurangan dan kegagalan

yang bersumber pada keadaan kemampuan tidak lagi mengganggu

berfungsinya kepribadian dan menghambat prestasi yang ingin dicapai.

Bila hal ini dikaitkan dengan remaja, maka remaja yang memiliki konsep

diri positif adalah remaja yang dapat memanfaatkan peningkatan

perubahan-perubahan yang terjadi pada diri dan lingkungannya atau dapat

mengembangan persepsi positif pada dirinya sendiri.

f. Pembentukan Konsep Diri Remaja

Remaja akhir mempunyai konsep diri yang ideal dan lebih stabil. Pada saat

remaja akhir, tingkat kecemasan dan kebingungan lebih rendah pada saat remaja

awal. Oleh sebab itu remaja akhir lebih merasa aman dan nyaman akan dirinya.

Remaja awal transisi dari periode anak ke dewasa (menurut allport dalam

wirawan, 2005) 35.

1) Pemekaran diri sendiri (Extention of the self) yang ditandai dengan kemampuan seseorang untuk menganggap orang tau hal lain sebagai bagian

dirinya sendiri. Perasaan egoisme berkurang sebaliknya tumbuh perasaan ikut

memiliki salah satu tanda yang khas adalah tubuhnya kemampuan untuk

mencintai orang lain dan alam sekitarnya. Ciri lain adalah berkembangnya

ego ideal berupa cita-cita, idola, dan sebagainya yang menggambarkan

bagaimana wujud ego (diri sendiri) di masa depan.

2) Self objetivication. Kemampuan untuk melihat diri sendiri secara objektif di tandai dengan kemampuan untuk mempunyai wawasan tentang diri sndiri

(self insight) dan menangkap humor (sense of humor) termasuk yang menjadikan dirinya sendiri sebagai sasaran.

3) Unifying philosophy of life. Memiliki falsafah hidup tertentu Orang yang sudah dewasa atau dengan tepat tempatnya dalam rangka-rangka susunan

35

(45)

objek-objek kedudukannya dalam masyarakat. Ia bertingkah laku dalam

kedudukan tersebut dan berusaha mencari jalannya sendiri menuju sasaran

yang ia tetapkan sendiri.

Bagi remaja yang telah memiliki konsep diri yang kuat, mampu

menghadapi berbagai perubahan tersebut dan bersikap positif terhadap diri

lingk

Gambar

Tabel 2.3 Gangguan pada Gambaran Diri
Tabel 2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Harga Diri
Tabel 2.5 Konsep Diri Positif dan Konsep Diri Negatif
Tabel 2.7 Karakteristik Remaja menurut Hurlock
+7

Referensi

Dokumen terkait

Individu yang memiliki konsep diri positif akan memiliki dorongan mandiri lebih baik, dapat mengenal serta memahami dirinya sendiri, dapat memahami dan menerima sejumlah factor yang

Konsep diri dapat diartikan sebagai pandangan, penilaian, dan perasaan seseorang terhadap dirinya, baik menyangkut aspek jasmani, rohani, maupun sosial.Konsep diri

JAKARTA 2014.. Jurusan Kependidikan Islam Prodi PGMI, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Penelitian ini

Calhoun & Acocella (1995) mengungkapkan bahwa individu yang memiliki konsep diri positif adalah individu yang mengenal dirinya dengan baik, yakin

Konsep diri adalah pandangan atau penilaian individu atas dirinya sendiri, baik yang bersifat fisik, sosial, dan psikologis yang diperoleh dari pengalaman dan

Konsep diri adalah pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri, dengan memiliki konsep diri yang positif maka akan mempunyai pengetahuan yang luas tentang diri, pengharapan

Remaja yang memiliki konsep diri yang negatif akan menjadi sulit untuk menerima diri dengan apa adanya, tidak yakin terhadap dirinya sendiri, dan menyangka orang

Menurut Pudjijogjanti (2003) aspek dari konsep diri adalah bagaimana individu mampu menyesuaikan dirinya dengan sistem akademik yang ada, sehingga konsep diri