• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Hasil Belajar IPA Siswa Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Pada Konsep Gaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan Hasil Belajar IPA Siswa Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Pada Konsep Gaya"

Copied!
220
0
0

Teks penuh

(1)

(Penelitian Tindakan Kelas IV di SDN Kebon Manggis 11 Pagi Matraman)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

TAJ NUR ALIYAH MAHARANI NIM: 109018300042

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

Jurusan Kependidikan Islam Prodi PGMI, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA siswa pada konsep gaya melalui model pembelajaran inkuiri. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini dilakukan di SDN Kebon Manggis 11 Pagi Matraman-Jakarta Timur kelas IVA yang berjumlah 27 siswa tahun ajaran 2013/2014.Tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus, siklus pertama menggunakan sub konsep gaya dapat mempengaruhi gerak benda, sedangkan siklus kedua menggunakan sub konsep gaya dapat mempengaruhi bentuk benda. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah lembar observasi, catatan lapangan, dan tes pilihan ganda. Teknik analisis data dilakukan secara kuantitatif, perhitungan rata-rata hasil belajar siswa siklus I dan II. Rata-rata skor hasil belajar siswa kelas IVA pada siklus I sebesar 71,36, rata-rata N-gain sebesar 0,27 dan siswa yang mencapai KKM ≥ 70 berjumlah 14 orang (51,85%) sedangkan pada siklus II sebesar 80,47, rata-rata N-gain sebesar 0,42 dan siswa yang mencapai KKM ≥ 70 berjumlah 22 orang (81,48%). Dengan demikian hasil belajar IPA siswa pada konsep gaya dapat meningkat melalui model pembelajaran inkuiri yang memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Rumusan Masalah, 2) Merumuskan Hipotesis, 3) Mengumpulkan Data, 4) Menguji Hipotesis, dan 5) Merumuskan Kesimpulan.

(6)

Department of Islamic Education in primary Prodi, Faculty of Tarbiyah and Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2014.

This study aims to determine the improvement of student learning outcomes in science concepts through inquiry learning model style. This study uses action research that consists of four phases: planning, action, observation, and reflection. This research was conducted in SDN Kebon Manggis 11 Pagi Matraman-East Jakarta totaling 27 class IV student of the school year 2013/2014. Classroom action research was conducted in two cycles, the first cycle of using sub-concept style can affect the motion of objects, while the second cycle using a sub-concept style can affect the shape of objects. Data collection techniques are observation sheets, field notes, and a multiple choice test. The data analysis techniques quantitatively, based on the descriptive analysis of the calculation of the average student learning outcomes cycles I and II. The average score of student learning outcomes in the first cycle of 71.63, the average N-gain of 0.27 and students who

achieved ≥ 80 KKM numbering 17 people (51.75%) while in the second cycle of

80.74, N-average gain of 0.72 and students who achieved ≥ 80 KKM numbering 22 people (81.48%). Thus the results of the students' learning science concepts can force increases through inquiry learning model that has the following characteristics: 1) Problem formulation, 2) Formulate Hypothesis, 3) Collecting Data, 4) Test the hypothesis, and 5) to formulate conclusions.

(7)

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT berkat rahmat dan

karunianya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi sebagai syarat

kelulusan di perguruan tinggi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan dalam

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru

Madrasah Ibtidaiyah serta menyampaikan hasil penelitian yang penulis lakukan di

SDN Kebon Manggis 11 Pagi Matraman-Jakarta Timur. Penulis menyadari bahwa

kemampuan dan pengetahuan penulis sangat terbatas dalam penyusunan skripsi

ini, untuk itu adanya bimbingan, pengarahan, dukungan serta motivasi dari

berbagai pihak dan orang-orang terdekat penulis sangat membantu dalam

menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu

dan memberikan dukungan moril maupun materil, sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Dra. Nurlena Rifa’i, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Fauzan, MA., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, serta dosen pembimbing

yang telah sabar membimbing dan mengarahkan penulis selama proses

penyusunan skripsi.

3. Fathiah Alatas, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam

penyusunan skripsi ini.

4. Yulianawati, MM., selaku Kepala Sekolah SDN Kebon Manggis 11 Pagi

Matraman-Jakarta Timur, yang telah memberikan izin penelitian kepada

(8)

6. Kedua orang tua tercinta, Bapak Drs. Ali Syamsudin dan Ibu Nuryati yang

tiada hentinya memberikan kasih sayang, selalu mendoakan, selalu menjadi

motivasi dan inspirasi serta memberikan banyak dukungan moril dan materil

kepada penulis.

7. Kakakku tersayang Nana Nur’aina, dan Adikku Ahmad Dedaat Saddam A.

yang telah memberikan segala bantuan dan dorongan semangatnya dalam

proses penyelesaian skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat seperjuanganku dibangku kuliah Edah, Fadliyah,

Nurhasanah, Asri, Shita, Dwi, Ina, Qoyah, Dewi, Nana, Mita, Lulu, Akbar,

Sukroni, Gunawan, Iday, dan seluruh teman-teman PGMI angkatan 2009.

Terimakasih atas ketersediaan waktunya dalam memberikan dukungan,

kasih sayang serta perhatian kepada penulis.

9. Sahabat-sahabat Zheiraku Putri, Nikmeh, Ais, Amez, dan Ida. Terimakasih

atas ketersediaan waktunya dalam memberikan dukungan, canda tawa, kasih

sayang serta perhatian kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan,

untuk itu sangat diharapkan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan

manfaat bagi pembacanya dan dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan

kualitas pendidikan. Amin ya rabbal alamin.

Jakarta, April 2014

Penulis

(9)

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Ara dan Fokus Penelitian ... 5

C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 5

D. Perumusan Masalah Penelitian ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti ... 7

1. Teori konstruktivisme ... 7

A.Hakikat Teori Konstruktivisme ... 7

B. Karakteristik Pembelajaran Konstruktivisme ... 8

C.Ciri Pembelajaran Konstruktivisme ... 9

2. Hakikat Model Pembelajaran Inkuiri ... 10

a. Pengertian Model Pembelajaran ... 10

b. Pengertian Inkuiri ... 11

(10)

a. Pengertian Belajar ... 18

b. Pengertian Hasil Belajar . ... 20

c. Prinsip-Prinsip Belajar ... 22

4. Ilmu Pengetahuan Alam ... 23

a. Hakikat IPA ... 23

b. Tujuan Pembelajaran IPA ... 24

c. Kajian Materi Tentang Materi SD ... 25

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 28

C. Hipotesis Tindakan ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian.. ... 32

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 32

C. Subjek Penelitian ... 34

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 34

E. Tahapan Intevensi Tindakan ... 34

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 35

G. Data dan Sumber Data ... 36

H. Instrument Pengunpulan Data ... 36

I. Teknik Pengumpulan Data ... 40

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi ... 41

K. Anlisis Data dan Interpretasi Data ... 45

L. Tindakan Lanjur Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 47

BAB IV DESKRIPSI, ANLISIS DATA, DAN PEMBAHASAN A. Profil Skolah ... 48

B. Deskripsi Data ... 50

(11)

c. Pengamatan ... 54

d. Refleksi Siklus I ... 59

e. Keputusan Siklus I ... 60

2. Siklus II ... 61

a. Perencanaan ... 61

b. Tindakan ... 62

c. Pengamatan ... 65

d. Refleksi Siklus II ... 69

e. Keputusan Siklus II ... 70

D. Pembahasan ... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(12)

Tabel 3.1 : Tahap Intervensi Tindakan ... 34

Tabel 3.2 : Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 36

Tabel 3.3 : Kisi-Kisi Instrumen Observasi Siswa ... 39

Tabel 3.4 : Kisi-Kisi Instrumen Observasi Guru ... 39

Tabel 3.5 : Teknik Pengumpulan Data ... 40

Tabel 3.6 : Hasil Uji Validitas Instrumen Tes ... 42

Tabel 3.7 : Interpretasi Realibilitas ... 43

Tabel 3.8 : Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes ... 43

Tabel 3.9 : Interpretasi Tingkat Kesukaran ... 44

Tabel 3.10 : Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 44

Tabel 3.11 : Interpretasi Daya Pembeda ... 44

Tabel 3.12 : Hasil Analisis Daya Pembeda Soal ... 45

Tabel 3.13 : Kriteria Konsep Siswa Berdasarkan Kriteria Gain ... 46

Tabel 3.14 : Interpretasi Kriteria Data Observasi ... 47

Tabel 4.1 : Identitas Guru ... 49

Tabel 4.2 : Identitas Siswa ... 50

Tabel 4.3 : Data Statistik Prettest dan Posttest Siklus I ... 55

Tabel 4.4 : Persentase Peningkatan Hasil Belajar (N-Gain) Siklus I ... 55

Tabel 4.5 : Data Nilai LKS Siklus I ... 56

Tabel 4.3 : Hasil Evaluasi Soal Latihan Siswa Siklus I ... 57

Tabel 4.7 : Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 58

Tabel 4.8 : Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I ... 58

Tabel 4.9 : Data Rekapitulasi Hasil penelitian Siklus I ... 60

Tabel 4.10 : Tindakan Siklus I yang Akan Diperbaharui... 61

Tabel 4.11 : Data Statistik Prettest dan Posttest Siklus II ... 65

Tabel 4.12 : Persentase Peningkatan Hasil Belajar (N-Gain) Siklus II... 66

Tabel 4.13 : Data Nilai LKS Siklus II ... 67

(13)
(14)
(15)

Lampiran A.1.3 : Kunci Jawaban Soal Instrumen Penelitian ... 101

Lampiran A.1.4 : Uji Validitas ... 102

Lampiran A.1.5 : Uji Reliabilitas ... 104

Lampiran A.1.6 : Tingkat Kesukaran ... 106

Lampiran A.1.7 : Daya Pembeda ... 108

Lampiran A.1.8 : Rekap Analisis Butir Soal ... 110

Lampiran A.1.9 : Instrumen Penelitian Siklus I ... 112

Lampiran A.1.10 : Instrumen Penelitian Siklus II ... 115

Lampiran A.2.1 : Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus I ... 118

Lampiran A.2.2 : Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus II ... 120

Lampiran A.2.3 : Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus I ... 122

Lampiran A.2.4 : Lembar Observasi kegiatan Siswa Siklus II ... 126

Lampiran B.1.1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 130

Lampiran B.1.2 : Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 154

Lampiran B.1.3 : Hasil Belajar Siswa Siklus I dan II ... 175

Lampiran B.1.4 : Perhitungan Data N-gain Siklus I dan II ... 177

Lampiran B.1.5 : Perhitungan Data Statistik Siklus I ... 179

Lampiran B.1.6 : Perhitungan Data Statistik Siklus II ... 182

Lampiran B.1.7 : Evaluasi Latihan Soal Siswa Siklus I dan II ... 185

Lampiran B.1.8 : Catatan Lapangan Siklus I dan II ... 186

Lampiran B.1.9 : Kisi-kisi Wawancara Pra Penelitian... 190

(16)

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana dalam

mewujudkan suasana belajar mengajar secara aktif agar siswa memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.1

Muhibbin Syah dalam buku Psikologi Pendidikan suatu pendekatan baru

mendefinisikan, pendidikan adalah proses menumbuhkembangkan seluruh

kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran.2

Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat

dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa

harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan

kematangan kognitif yang dimilikinya.3 Sedangkan Tasker mengemukakan tiga

penekanan dalam teori belajar konstruktivisme yaitu peran aktif siswa dalam

pembelajaran yang bermakna, pentingnya membuat gagasan dalam pembelajaran

yang bermakna, dan mengaitkan gagasan dengan informasi baru yang diterima.4

Maka dapat dinyatakan bahwa pengetahuan dibangun secara aktif oleh siswa

sehingga didapat pembelajaran yang bermakna.

Keberhasilan pembelajaran merupakan dambaan dari seorang guru.

Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Namun tidaklah mudah seorang guru untuk selalu mencapai tujuan pembelajaran

tanpa diimbangi dengan inovasi-inovasi dalam pembelajaran. Dengan

pembelajaran yang menggunakan pendekatan yang inovatif tersebut diharapkan

1

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), cet. Ke-7, h. 2

2

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), cet. ke-15, h. 39

3

Ratna Yudhawati dan Dany Haryanto, Teori-Teori Dasar Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya, 2011), h. 72.

4

(17)

siswa tidak menjadi bosan, siswa aktif dan kreatif serta tujuan pembelajaran pun

tercapai. Pembelajaran yang tidak membosankan, perlu dipecahkan dengan

metode, strategi dan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang

diajarkan.

Salah satu pengajaran IPA khususnya di SD adalah agar siswa memahami

konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu

pembelajaran IPA juga bertujuan untuk menjelaskan gejala alam dan memecahkan

masalah dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pelajaran IPA sangat perlu

diajarkan di SD dengan menekankan pada pemberian pengalaman langsung

melalui keterampilan proses dan sikap ilmiah yang tentunya harus didukung

dengan berbagai sarana dan prasarana serta model pembelajaran yang bervariasi.

Model pembelajaran pada dasarnya adalah bentuk pembelajaran yang

tergambar sejak awal sampai akhir dan disajikan secara khas oleh guru. Dengan

kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan

suatu pendekatan, metode dan teknik pembelajaran.5

Model pembelajaran adalah

kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan belajar

tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru

dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Inovasi ini

sangat penting manakala guru mengajarkan mata pelajaran yang banyak

mengandung konsep-konsep yang bersifat abstrak bagi siswa seperti pelajaran

IPA. Tidak mudah merancang pembelajaran yang dapat menyingkap tabir

keabstrakan sebuah konsep menjadi lebih konkrit terlebih jika materi

pembelajaran tersebut sulit mendapatkan analoginya dalam dunia nyata.

Oleh karena itu tugas guru adalah secara berkelanjutan melakukan inovasi

atas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Inspirasi utama dalam menginovasi

pembelajaran adalah melakukan migrasi dari pembelajaran yang semata-mata

hanya berpusat kepada guru kepada pembelajaran yang mengaktifkan siswa.

5

(18)

Pembelajaran IPA sebaiknya diarahkan secara ilmiah untuk menumbuhkan

berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek

penting kecakapan hidup.6 Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD menekankan

pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan

pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Namun pada nyataanya

dalam pembelajaran IPA, SDN Kebon Manggis 11 Pagi khususnya kelas IV,

masih belum seutuhnya menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan hakikat

IPA.

Sesuai dengan hasil wawancara langsung terhadap guru dan siswa kelas IV

di SDN Kebon Manggis 11 Pagi bahwa mata pelajaran IPA pada materi Gaya

dianggap sulit bagi siswa. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk pelajaran

IPA yaitu 70. Pencapaian hasil belajar siswa yang masih rendah yaitu terlihat

dari rata-rata kelas pada hasil ulangan harian materi gaya sebesar 63,3. Guru

dalam proses pembelajarannya masih bersifat tekstual atau cenderung hafalan,

dimana siswa tidak dilibatkan secara langsung untuk mengamati obyek tentang

fenomena-fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Siswa hanya sebagai

pendengar dan pencatat apa yang disampaikan oleh guru sehingga mengakibatkan

kurangnya pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan, khususnya dalam

memahami materi IPA, guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengelola pemikirannya sendiri dalam mengkaji fenomena-fenomena yang terjadi

yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini terjadi karena

guru kurang menciptakan kondisi serta menyediakan sarana agar siswa dapat

mengamati dan menemukan konsep dan membangunnya dalam struktur

kognitifnya, guru kurang bervariasi dalam menggunakan metode dan pendekatan

pembelajaran, guru hanya menggunakan metode ceramah dan pendekatan yang

diterapkan adalah pendekatan konsep sehingga membawa situasi kelas menjadi

tegang karena menuntut siswa konsentrasi penuh secara terus menerus dari awal

sampai akhir pembelajaran, akibatnya dapat melelahkan siswa sehingga sering

terlontar komentar siswa bahwa pembelajaran sains itu sangat membosankan.

6

(19)

Dari hasil pengamatan, sumber pengetahuan pada saat proses

pembelajaran di kelas masih didominasi oleh guru, siswa jarang berperan aktif

dalam proses pembelajaran, sehingga tidak muncul interaksi. Di kelas siswa tidak

terbiasa bertanya, berdiskusi, terlihat mereka lebih asik mengobrol dengan teman

sebangkunya, bersikap santai, cenderung bersikap pasif, bahkan ketika mengalami

kesulitan belajar mereka tidak berusaha untuk memecahkan kesulitan belajar

tersebut.

Pada konsep gaya siswa masih menganggap sulit saat mengaitkannya pada

kehidupan sehari-hari, karena siswa tidak pernah melakukan percobaan atau

eksperimen. Banyak materi yang mereka masih anggap sulit dimengerti. Karena

pada proses pembelajaran IPA guru hanya ceramah saja tanpa melibatkan siswa.

Dengan demikian, agar terjadi belajar bermakna bagi siswa guru harus selalu

berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dan

membantu memadukan pengetahuan secara harmonis konsep-konsep relevan yang

sudah ada dalam struktur kognitif siswa maka pengetahuan baru tersebut

cenderung akan mudah dipahami. Maka untuk mempermudah siswa dalam

memahami pelajaran dengan pengalaman siswa yaitu dapat dilakukan model

pembelajaran inkuiri.

Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan

secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki

sesuatu secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat

merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.7 Sasaran utama

kegiatan pembelajaran inkuiri adalah (1) keterlibatan siswa secara maksimal

dalam proses kegiatan belajar; (2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis

pada tujuan pembelajaran; dan (3) mengembangan sikap percaya pada diri siswa

tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.

Dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri (inquiry) ini,

diharapkan siswa dapat lebih aktif karena pembelajaran inkuiri ini difokuskan

untuk konsep-konsep IPA dan meningkatkan keterampilan proses berpikir ilmiah

siswa, melalui proses pengalaman belajar secara langsung sehingga siswa dapat

7

(20)

semangat dalam mengikuti proses pembelajaran dan juga dapat meningkatkan

hasil belajar siswa khususnya pada konsep gaya.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa perlu untuk mengadakan

penelitian tindakan kelas yang berkaitan dengan “Peningkatan Hasil Belajar IPA Siswa Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Pada Konsep Gaya”.

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Data hasil refleksi awal menunjukkan bahwa permasalahan yang

merupakan kasus kelas adalah

1. Hasil belajar siswa masih rendah.

2. Model pembelajaran yang bervariatif masih sangat rendah dan guru cenderung

menggunakan model konvensional pada setiap pembelajaran.

3. Kurangnya keterkaitan antara materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari.

4. Siswa tidak pernah melakukan eksperimen, sehinggga keterlibatan siswa

kurang dalam proses belajar mengajar.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, maka perlu dilakukan

pembatasan masalah dalam hal ini peneliti membatasi masalah, meliputi:

1. Konsep yang diajarkan tentang gaya

2. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran inkuiri

terstruktur.

3. Hasil belajar siswa yang ditinjau pada aspek kognitif dari tingkat mengingat

(C1), memahami (C2), menerapkan (C3)

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka peneliti

merumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah model pembelajaran inkuiri dapat

(21)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

meningkatkan hasil belajar IPA siswa dengan menerapkan model pembelajaran

inkuiri pada konsep gaya.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Bagi siswa, model ini dapat memberikan pengalaman langsung dalam proses

pembelajaran dan dapat membantu siswa dalam belajar sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Bagi guru dan calon guru, dapat memberikan pengetahuan tentang model

pembelajaran inkuiri sebagai solusi untuk mengatasi hasil belajar IPA siswa

yang masi rendah.

c. Bagi peneliti lain, dapat menjadi masukan untuk mengembangkan model

(22)

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti

Dalam acuan teori area dan fokus yang diteliti ini akan dibahas beberapa

hal yang meliputi: teori konstruktivisme, hakikat model pembelajaran inkuiri,

hasil belajar, dan hakikat IPA

1. Teori Konstruktivisme

a. Hakikat Teori Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan aliran filsafat pengetahuan yang

menekankan bahwa pengetahuan merupakan hasil konstruksi kita sendiri.

Pengetahuan merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif yang terjadi

melalui serangkaian aktivitas siswa. Siswa membentuk skema, kategori,

konsep, dan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan.1

Konstruktivisme juga menyatakan bahwa setiap orang membangun

pengetahuannya sendiri, sehingga transfer pengetahuan (seperti menumpahkan

air ke ember kosong) adalah sangat mustahil terjadi. Pengetahuan bukanlah

suatu barang yang dapat ditransfer dari orang yang mempunyai pengetahuan

kepada orang yang belum mempunyai pengetahuan.2

Jadi menurut konsep konstruktivisme, pengetahuan sesorang bersifat

temporer, terus berkembang dengan lingkungan sekitarnya. Pengetahuan itu

tidak pernah berhenti berkembang. Pengetahuan dalam diri seseorang

terbentuk ketika mengalami berbagai macam konflik. Melalui perspektif ini

belajar dapat dipahami sebagai proses terbentuknya konflik kognitif yang

bergulir dengan sendirinya dalam diri seseorang ketika yang bersangkutan

1

Paulina Pannen, Dina Mustafa, dan Mestika Sekarwinahyu, Konstrutivisme Dalam Pembelajaran, (Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka, 2001), h. 3

2

(23)

memperoleh pengalaman konkrit, wacana kolaborasi dan kegiatan melakukan

refleksi.

b. Karakteristik Pembelajaran Konstruktivisme

Teori belajar konstruktivisme dikembangkan oleh Piaget. Pengetahuan

itu akan bermakna manakala dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa. Setiap

individu berusaha dan mampu mengembangkan pengetahuannya sendiri

melalui skema yang ada dalam struktur kognitifnya. Skema itu secara terus

menerus diperbaharui dan diubah melalui proses asimilasi dan akomodasi.3

Dengan demikian, tugas guru adalah mendorong siswa untuk mengembangkan

skema yang terbentuk melalui proses asimilasi dan akomodasi itu.

Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Ratna Yudhawati dan Dany

Haryanto, pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan

melalui tindakan. Bahkan perkembangan kognitif anak bergantung pada

seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan

lingkungannya.4 Dari pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif

anak dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan

anak mengkonstruksikan ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan

intelektual anak.

Berkaitan tentang hal tersebut, menurut pandangan Driver dan Bell yang dikutip oleh Ratna Yudhawati dan Dany Haryanto, mengemukakan karakteristik pembelajaran konstruktivisme sebagai berikut: (1) Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan, (2) Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa, (3) Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara personal, (3) Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas, (4) Kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber.5

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik dari

teori belajar konstriktivisme yaitu suatu aktivitas yang berlangsung secara

3

Wina Sanjaya, op.cit, h. 196 4

Ratna Yudhawati dan Dany Haryanto, Teori-Teori Dasar Psiologi Pendidikan, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 70

5

(24)

interaktif antara faktor intern pada diri siswa dengan faktor ektern atau

lingkungan, sehingga melahirkan perubahan tingkah laku.

c. Ciri Pembelajaran Konstruktivisme

Menurut Tasker ada tiga penekanan dalam teori belajar

konstruktivisme, yaitu peran aktif siswa dalam pembelajaran yang bermakna,

pentingnya membuat gagasan dalam pembelajaran yang bermakna, dan

mengaitkan gagasan dengan informasi baru yang diterima. 6

Disamping itu, pembelajaran adalah suatu seni yang menuntut bukan

hanya penguasaan teknik, melainkan juga intuisi dari setiap guru atau dosen.

Menurut Driver dan Oldham dalam Mattehews pembelajaran berlandaskan

konstruktivisme akan bercirikan sebagai berikut:

1) Orientasi

Siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari suatu topik. Siswa diberi kesempatan untuk mengadakan observasi terhadap topik yang hendak dipelajari.

2) Elisitasi

Siswa dibantu untuk mengungkapkan idenya secara jelas dengan berdiskusi, menulis, membuat poster, dan lain-lain. Siswa diberi kesempatan untuk mendiskusikan apa yang diobservasikan dalam wujud tulisan, gambar, ataupun poster.

3) Restrukturisasi ide

Yaitu (a) Klarifikasi ide yang dikontraskan dengan ide-ide orang lain atau teman lewat diskusi ataupun pengumpulan ide. Berhadapan dengan ide-ide lain, (b) Membangun ide yang baru, yang dapat terjadi bila dalam diskusi itu idenya bertentangan dengan ide lain atau idenya tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan teman-teman. (c) Mengevaluasi ide barunya dengan eksperimen.

4) Penggunaan ide dalam banyak situasi

Ide atau pengetahuan yang telah dibentuk oleh siswa perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi yang dihadapi, sehingga menjadi lebih lengkap dan bahkan lebih rinci dengan segala macam kondisinya.

5) Review, bagaimana ide berubah

Dapat terjadi bahwa dalam mengaplikasi pengetahuannya, seseorang perlu merevisi gagasannya, entah dengan menambahkan suatu

6

(25)

keterangan ataupun mungkin dengan mengubahnya menjadi lebih lengkap.7

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa ciri dari

pembelajaran konstruktivisme yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk

mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, memberi kesempatan

kepada siswa untuk berpikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih

kreatif dan imajinatif, memberi pengalaman yang berhubungan dengan

gagasan yang telah dimiliki siswa, serta mendorong siswa untuk memikirkan

perubahan gagasan mereka, dan menciptakan lingkungan belajar yang

kondusif.

2. Hakikat Model Pembelajaran Inkuiri

a. Pengertian Model Pembelajaran

Model adalah rencana atau pola yang dapat dipakai untuk merancang

mekanisme suatu pengajaran meliputi sumber belajar, subyek pembelajar,

lingkungan belajar dan kurikulum.8

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi

unsur-unsur manusiawi (siswa, guru, dan tenaga lainnya), material (buku-buku,

papan tulis, dan kapur), fasilitas dan perlengkapan (ruangan kelas,

perlengkapan audio visual), dan prosedur (jadwal, metode penyampaian

informasi, praktik, ujian dan sebagainya).9

Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua

aspek, yaitu belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa,

mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai

pemberi pelajaran.10

7

Paulina Pannen, Dina Mustafa, dan Mestika Sekarwinahyu, op.cit., h. 28-30 8

Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: UIN Perss, 2009), h. 117

9

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet.. ke-8, h. 57.

10

Asep jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo,

(26)

Model pembelajaran pada dasarnya adalah bentuk pembelajaran yang

tergambar sejak awal sampai akhir dan disajikan secara khas oleh guru.

Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari

penerapan suatu pendekatan, metode dan teknik pembelajaran.11

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau

pembelajaran dalam tutorial.12

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang digunakan

dalam menyusun kurikulum, mengatur materi siswa, dan memberi petunjuk

kepada pengajar dikelas dalam setting pengajaran atau setting lainnya.13

Menurut Muhibin Syah, model pembelajaran dapat dinyatakan sebagai

blue print mengajar yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai

tujuan-tujuan tertentu pengajaran dan dijadikan pedoman perencanaan dan

pelaksanaan pengajaran serta evaluasi belajar.14

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran adalah suatu rencana atau pola pendekatan yang mempunyai

ciri-ciri khusus yang direkayasa sedemikian rupa dalam mendesain

pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang isinya mencakup

perencanaan/ perancangan, pelaksanaan, serta evaluasi pembelajaran.

b. Pengertian Inkuiri

Inquiry adalah suatu cara yang digunakan guru untuk mengajar di

depan kelas yang dapat dilakukan dengan cara siswa diberi kesempatan untuk

meneliti suatu masalah sehingga ia dapat menemukan cara penyelesainnya.15

Model inkuiri ini, pada mulanya dikembangkan oleh Richard

Suchman, dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan kemudian dikembangkan

dalam ilmu-ilmu pengetahuan lainnya seperti, ilmu bumi, ekonomi dan

11

Iif Khoiru Ahmadi, dkk., op.cit., h. 7 12

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 51 13

Asep jihad dan Abdul Haris,. op.cit, h. 25 14

Muhibin Syah, op.cit., h. 186 15

(27)

lain.16 Suchman, pencipta inkuiri, memberikan perhatiaan dalam menolong

siswa menyelidiki secara independen, dalam suatu cara yang teratur. Ia

menginginkan siswa menanyakan mengapa peristiwa itu terjadi, memperoleh

dan mengolah data secara logis, agar siswa mengembangkan strategi

intelektual secara umum yang mereka dapat gunakan.17

Metode inkuiri merupakan metode penemuan yang relatif baru dan

sangat penting untuk dilakukan siswa sekolah dasar. Menurut sagala, metode

inkuiri merupakan metode pembelajaran yang menanamkan dasar-dasar

pemikir ilmiah pada diri siswa sehingga siswa lebih banyak belajar sendiri,

mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah.18

Strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan

pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach).

Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini siswa memegang peran yang

sangat dominan dalam proses pemebelajaran.19

Pembelajaran Inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang

melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan

menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis,

logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya

dengan penuh percaya diri.20

Alan Colburn, dalam “An Inquiry Primer” mendefinisikan inkuiri

sebagai penciptaan atau pengelolaan ruang kelas dimana siswa dilibatkan

dalam dasar-dasar pemecahan masalah melalui diskusi, berpusat pada siswa,

dan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh siswa.21

Gulo menyatakan strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan

belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk

16

M.D. Dahlan, Model-Model Mengajar, (Bandung : IKAPI, 1984), h. 34. 17

Dahlan, Ibid., h. 35 18

(28)

mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga

mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.22

Berdasarkan penjelasan mengenai pengertian inkuiri di atas, dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran pada siswa

untuk menangani permasalahan yang mereka hadapi ketika berhadapan

dengan dunia nyata dengan menggunakan teknik yang diterapkan oleh seorang

peneliti.

c. Pembagian Inkuiri

Pembagian tingkatan inkuiri yang dikemukan oleh Alan Colburn ada

empat macam, yaitu:

1. Structured Inquiry (Inkuiri Terstruktur)

Pada pembelajaran inkuiri terstruktur guru memberikan permasalahan melalui hands-on untuk diselidiki, berikut dengan bahan dan prosedur kerjanya. Tetapi guru tidak memberikan hasil yang diharapkan dari kegiatan yang siswa lakukan. Siswa bertugas menghubungkan antar variabel yang menyimpulkan data yang mereka peroleh.

2. Guided Inquiry (Inkuiri Terbimbing)

Pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Meskipun siswa melakukan penyelidikan yang berdasarkan pada pertanyaan yang diajukan guru, tetapi siswa yang menentukan prosedur penyelidikannya.

3. Open Inquiry (Inkuiri Terbuka)

Pada model ini siswa harus mengidentifikasi dan merumuskan macam problema yang dipelajari dan dipecahkan. Jenis model inkuiri ini lebih bebas daripada kedua jenis inkuiri sebelumnya.

4. Learning Cycle (Siklus Belajar)

Dalam siklus belajar, siswa mengikuti prosedur inkuiri terbimbing diikuti diskusi yang dipimpin oleh guru mengenai penemuan mereka. Siswa diberi konsep yang akan dibahas secara paralel. Siswa diberikan terlebih dahulu pengetahuan sebelum mereka mengenalnya. Kemudian mereka kembali lagi ke laboraturium untuk menerapkan apa yang telah mereka pelajari pada situasi yang baru.23

22

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), h. 135

23

(29)

Dalam Standar for Science Teacher Preparation terdapat 3 tingkatan

inkuiri, yakni:

1. Discovery/Structured Inquiry

Dalam tingkatan ini tindakan utama guru ialah mengidentifikasi permasalahan dan proses, sementara siswa mengidentifikasi alternatif hasil

2. Guided Inquiry

Tahap guided inquiry mengacu pada tindakan utama guru ialah mengajukan permasalahan, siswa menentukan proses dan menyelesaikan masalah.

3. Open Inquiry

Tindakan utama pada open inquiry ialah guru memaparkan konteks penyelesaian masalah kemudian siswa mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah.24

Berdasarkan penjelasan mengenai jenis-jenis inkuiri di atas, dapat

disimpulkan bahwa pembagian inkuiri ada yang membagi menjadi empat jenis

dan ada pula yang membagi menjadi tiga jenis, pembagian jenis inkuiri

berdasarkan pada peranan guru dan siswa dalam pembelajaran inkuiri.

d. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Inkuiri

Proses inkuiri dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Merumuskan masalah dimana kemampuan yang dituntut adalah: (a) kesadaran terhadap masalah,

(b) melihat pentingnya masalah dan (c) merumuskan masalah.

2. Mengembangkan hipotesis dimana kemampuan yang dituntut dalam mengembangkan hipotesisis ini adalah

a) Menguji dan menggolongkan data yang dapat diperoleh,

b) Melihat dan merumuskan hubungan yang ada secara logis dan merumuskan hipotesis.

3. Menguji jawaban tentative dimana kemampuan yang dituntut adalah a) Merakit peristiwa terdiri dari mengidentifikasikan peristiwa yang

dibutuhkan, mengumpulkan data dan mengevaluasi data,

b) Menyusun data terdiri dari menranslasikan data,

menginterprestasikan data dan mengklasifikasikan data,

c) Analisis data terdiri dari melihat hubungan, mencatat persamaan dan perbedaan dan mengidentifikasikan trend, sekueni dan keteraturan.

24

(30)

4. Menarik kesimpulan dimana kemampuan yang dituntut adalah a) Mencari pola dan makna hubungan

b) Merumuskan kesimpulan

5. Menerapkan kesimpulan dan generalisasi.25

Guru dalam mengembangkan sikap inkuiri di kelas mempunyai

peranan sebagai konselor, konsultan, teman yang kritis dan fasilitator. Ia harus

dapat membimbing dan merefleksikan pengalaman kelompok serta memberi

kemudahan bagi kerja kelompok. Sedangkan tahapan-tahapan model inkuiri

Suchman seperti Tabel2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1 Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri Suchman26

Tahapan Keterangan

Tahapan Pertama

Penyajian Masalah

Menjelaskan prosedur inkuiri dan mengemukakan masalah.

Tahapan Kedua

Pengumpulan dan verifikasi data

Membuktikan hakikat obyek dan kondisi, dan menyelidiki peristiwa situasi masalah.

Tahapan Ketiga

Mengadakan eksperimen dan pengumpulan data

Memisahkan variabel yang relevan dan mengadakan hipotesis dan mentes

mengembangkan inkuiri secara lebih efektif.

Sanjaya menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri mengikuti

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Orientasi

Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim

pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini

(31)

b) pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk

mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri

serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan

merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan

c) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan

dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.

2. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu

persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah

persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu.

Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong

untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang

sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses

tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga

sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.

3. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji.

Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu

cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan

menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan

berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat

merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai

perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.

4. Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan

untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri,

mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam

pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya

memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga

membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi

(32)

5. Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima

sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan

pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan

kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan

bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh

data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

6. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang

diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai

kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa

data mana yang relevan.27

Secara umum, prosedur pembelajaran dilakukan melalui 3 tahapan

yaitu:

1. Kegiatan pendahuluan

2. Kegiatan inti

3. Kegiatan akhir dan tindak lanjut

Udin S. Winatara putra mengemukakan hal-hal yang dilakukan

dalam pembelajaran ini adalah

1. Kegiatan pendahuluan

a) Menciptakan kondisi awal pembelajaran meliputi: membina keakraban, menciptakan suasana belajar yang demokratis.

b) Apersepsi/Pre-test meliputi: kegiatan mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi sebelumnya, memberikan komentar atas jawaban yang diberikan siswa dan membangkitkan motivasi dan perhatian siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.

2. Kegiatan inti

a) Menyampaikan tujuan yang ingin dicapai baik secara lisan maupun tulisan.

b) Menyampaikan alternative kegiatan belajar yang akan ditempuh. c) Membahas materi.

3. Kegiatan akhir dan tindak lanjut a) Penilaian akhir

b) Analisis hasil penilaian akhir c) Tindak lanjut

27

(33)

d) Mengemukakan topik yang akan dibahas pada waktu yang akan datang, dan

e) Menutup kegiatan pembelajaran.28

e. Keunggulan dan Kelemahan Inkuiri

Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang

banyak dianjurkan karena memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut:

1) Menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran melalui model ini dianggap lebih bermakna.

2) Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan belajar mereka.

3) Merupakan model yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

4) Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memilki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.29

Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang

mempunyai kelemahan, yaitu sebagai berikut:

1) Jika menggunakan model pembelajaran ini, akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

2) Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

3) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka model pembelajaran ini sulit diimplementasikan oleh setiap guru.30

3. Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar (learning) adalah perubahan yang secara relatif berlangsung

lama pada perilaku yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman. Belajar

28

Iif Khoiru Ahmadi, dkk., Ibid., h. 27-29 29

Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari, op.cit., h. 35. 30

(34)

merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan

hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri dengan

lingkungan dengan adanya proses belajar inilah manusia bertahan hidup.31

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang

sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang

pendidikan. Ini berarti berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan

itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia

berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri.32

Menurut Sanjaya, belajar bukanlah sekedar mengumpulkan

pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang,

sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu

terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari.33

Belajar adalah proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu

dengan lingkungan. Jadi perubahan perilaku adalah hasil beljar. Artinya,

seseorang dikatakan telah belajar, jika ia dapat melakukan sesuatu yang tidak

dapat dilakukan sebelumnya. Perilaku ini meliputi aspek pengetahuan

(kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor).34

Menurut Magnesen, belajar terjadi dengan membaca 10%, mendengar

20%, melihat 30%, melihat dan mendengar 50%, mengatakan 70% dan

mengatakan sambil mengerjakan 90%. Melalui media pembelajaran paling

tinggi terjadi 50%. Ternyata, seseorang yang belajar dan terlibat langsung

dengan sesuatu dianggap sebagai cara yang terbaik dan bertahan lama.35

Psikologi daya berpendapat, bahwa belajar adalah melatih daya-daya

yang dimilki oleh manusia. Dengan latihan tersebut, akan terbentuk dan

(35)

berkembang berbagai daya yang dapat berfungsi sebagaimana mestinya,

seperti daya ingat, daya pikir, daya rasa dan sebagainya.36

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Berikut ini adalah beberapa definisi belajar menurut para ahli.

a) Menurut Gage, belajar adalah proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat dari pengalaman.

b) Menurut Skinner, belajar dalah suatu proses adapatasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Belajar juga dipahami sebagai suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka responnya menurun. Dengan demikian, belajar diartikan sebagai suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respon. c) Menurut Robert M Gagne, belajar adalah suatu proses yang kompleks dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh siswa.37

Berdasarkan beberapa definisi belajar tersebut dapat disimpulkan

bahwa belajar pada dasarnya berbicara tentang tingkah laku seseorang berubah

sebagai akibat pengalaman yang berasal dari lingkungan. Dari pengertian

tersebut tersirat bahwa agar terjadi proses belajar atau terjadinya perubahan

tingkah laku sebelum kegiatan belajar mengajar di kelas, seorang guru perlu

menyiapkan atau merencanakan berbagai pengalaman belajar yang akan

diberikan pada siswa dan pengalaman belajar tersebut harus sesuai dengan

tujuan yang ingin dicapai.

b. Pengertian Hasil Belajar

Pengertian hasil menunujuk pada suatu perolehan akibat berubahnya

suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara

fungsional. Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku

pada individu yang belajar. Hasil belajar adalah perubahan yang

mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.38

36

Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet. ke-3, h. 106.

37

Isriani Hardini, dkk., op.cit., h. 3-4. 38

(36)

Menurut Nana Sudjana hasil belajar ialah perubahan tingkah laku yang

mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajarnya.39

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui

kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang

yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang

relatif menetap.40

Menurut Benjamin S. Bloom tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu

kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut A.I. Romizowski hasil belajar

merupakan keluaran dari suatu sistem pemrosesan masukan. Masukan dari

sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya

adalah perbuatan atau kinerja (performance).41

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik

tujuan pendidikan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan

klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar

membaginya menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah

psikomotoris.42

a. Hasil belajar kognitif

Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi. Bloom membagi dan menyusun secara hirarkis tingkat hasil belajar kognitif mulai dari yang paling rendah dan sederhana yaitu hafalan sampai yang paling tinggi dan kompleks yaitu evaluasi. Makin tinggi tingkat maka makin kompleks dan penguasaan suatu tingkat mempersyaratkan penguasaan tingkat sebelumnya. Enam tingkat itu adalah hafalan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6). Kemampuan menghafal (knowledge) merupakan kemampuan kognitif yang paling rendah. Kemampuan ini merupakan kemampuan menggali kembali fakta yang disimpan dalam otak digunakan untuk merespon suatu masalah. Kemampuan pemahaman (comprehension) adalah kemampuan untuk melihat hubungan fakta dengan fakta. Menghafal fakta tidak lagi cukup karena pemahaman menuntut pengetahuan akan fakta dan hubungannya. Kemampuan

39

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2009), cet. ke-13, h. 22.

40

Asep jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo,

2013), h. 14 41

Ibid. 42

(37)

penerapan (application) adalah kemampuan kognitif untuk memahami aturan, hukum, rumus, dan sebagainya dan menggunakan untuk memecahkan masalah. Kemampuan analisis (analysis) adalah kemampuan memahami sesuatu dengan menguraikannya ke dalam unsur-unsur. Kemampuan sintesis (synthesis) adalah kemampuan memahami dengan mengorganisasikan bagian-bagian ke dalam kesatuan. Kemampuan evaluasi (evaluation) adalah kemampuan membuat penilaian dan mengambil keputusan dari hasil penilaiannya.

b. Hasil belajar afektif

Krathwohl dalam Purwanto membagi hasil belajar afektif menjadi lima tingkat yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Hasil belajar disusun secara hirarkhis mulai dari tingkat yang paling rendah dan sederhana hingga yang paling tinggi dan kompleks.

c. Hasil belajar psikomotor

Menurut Harrow dalam Purwanto hasil belajar psikomotorik dapat diklasifikasikan menjadi enam, yaitu gerakan refleks, gerakan fundamental dasar, kemampuan perseptual, kemampuan fisis, gerakan keterampilan, dan komunikasi tanpa kata. Namun menurut Simpson yang mengklasifikasikan hasil belajar psikomotorik menjadi enam: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks dan kreativitas. 43

Dari uraian di atas yang telah dikemukakan oleh para ahli mengenai

hasil belajar, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan pada

kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai pengaruh pengalaman belajar yang

dialami siswa pada suatu unit atau bab materi tertentu yang telah dipelajari.

c. Prinsip-Prinsip Belajar

Adapun prinsip belajar menurut Wingo sebagaimana dikutip oleh

Lukmanul Hakim dalam buku Perencanaan Pembelajaran adalah

a) Hasil belajar sepatutnya menjangkau banyak segi

Dalam suatu proses belajar, banyak segi yang sepatutnya dicapai sebagai hasil belajar, yaitu meliputi pengetahuan dan pemahaman tentang konsep, kemampuan menerapkan konsep, kemampuan menjabarkan dan menarik kesimpulan serta menilai kemanfaatan suatu konsep, menyenangi dan member respons yang positif terhadap sesuatu yang dipelajari dan diperoleh kecakapan melakukan suatu kegiatan tertentu.

b) Hasil belajar diperoleh berkat pengalaman

Pemahaman dan struktur kognitif dapat diperoleh seseorang melalui pengalaman melakukan suatu kegiatan. Dalam khazanah peristilahan pendidikan, hal ini dikenal dengan “learning by doing yaitu belajar dengan

43

(38)

jalan melakukan suatu kegiatan”. Pemahaman itu sendiri bersifat abstrak. Sesuatu yang abstrak akan mudah diperoleh dengan jalan melakukan kegiatan-kegiatan yang nyata atau konkrit, sehingga orang yang bersangkutan memperoleh pengalaman yang menuntun pada pemahaman yang bersifat abstrak. Dalam kegiatan belajar mengajar, rangsangan dapat ditimbulkan oleh guru, dengan menyodorkan suatu materi pembelajaran yang mengandung permasalahan yang menuntut upaya menemukan pemecahan melalui suatu proses pencarian dan penemuan atau proses pemecahan masalah.

c) Belajar merupakan suatu kegiatan yang mempunyai tujuan

Dalam proses belajar, apa yang ingin dicapai sepatutnya dirasakan dan dimilki oleh setiap siswa. Tujuan belajar bukan berarti tujuan pembelajaran, karenatujuanpembelajaran merupakan tujuan dan harapan yang ingin dicapai guru dari kegiatan yang dilakukan. Untuk mempertemukan tujuan guru (tujuan pembelajaran) dengan tujuan belajar siswa, dapat di upayakan dengan cara mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswa. Dampak dari mengkomunikasikan tujuan, memang berbeda-beda pada diri masing-masing siswa, namun setidak-tidaknya guru sudah memberi rangsangan agar siswa merumuskan sendiri apa yang diinginkan atau diharapkan dari kegiatan belajar yang hendak dilakukan. Dengan demikian, proses belajar berjalan kearah upaya pencapaian tujuan tadi.44

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip belajar

mencakup banyak segi yang sepatutnya dicapai sebagai hasil belajar, yaitu

meliputi pengetahuan dan pemahaman tentang konsep maupun penerapannya

yang menghasilkan pengalaman belajar bagi siswa, serta pencapaian tujuan

pembelajaran yang diharapkan dari hasil belajar atau pengalaman yang

diperoleh siswa, seperti perubahan tingkah laku.

4. Ilmu Pengetahuan Alam a. Hakikat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya hanya penguasaan

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. 45

44

Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Wacana Prima, 2009), h. 73-75.

45

(39)

Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah

(scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan

bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting

kecakapan hidup. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SD/MI dan SMP/MTs

menekankan pada pemberian pengalaman belajar secra langsung melalui

penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI

dan SMP/MTs merupakan standar minimum yang secara nasional harus

dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam SK dan KD didasarkan

pada pemberdayaan siswa untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan

pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.

Depdiknas menyatakan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu: (1) Sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar, IPA bersifat open ended. (2) Proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah, metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan. (3) Produk: berupa fakta, teori, dan hukum. (4) Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.46

Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman

langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami

alam sekitar. Pendidikan IPA diarahan untuk inkuiri dan berbuat sehingga

dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam

tentang alam sekitar.47

b. Tujuan Pembelajaran IPA

Mata pelajaran IPA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai

berikut.

1) Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya

46

Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Ibid., h. 46-47. 47

(40)

2) Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanaya hubungan yang saling mempengaruhi anatara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4) Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi.

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam.

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7) Meningkatkan pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasaruntuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. 48

Jadi di dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi

agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan baik. Strategi berarti

rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.

Salah satu unsur dalam strategi pembelajaran adalah mengusai teknik-teknik

penyajian atau metode mengajar.

c. Kajian Materi Tentang Materi SD

Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan

dalam ujian akhir nasional (UAN). Salah satu usaha agar hasil yang diperoleh

siswa maksimal, perlu diadakan pembelajaran yang tidak hanya menarik tetapi

juga dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Siswa

akan dapat memahami materi yang disampaikan dengan baik dan

meningkatkan hasil belajar. Hasil belajar siswa kelas IV SDN Kebon Manggis

11 Pagi pada mata pelajaran IPA masih dibawah kriteria ketuntasan minimal

(70). Peneliti mencoba memperbaiki hasil belajar siswa dengan menerapkan

model pembelajaran inkuiri pada materi gaya agar hasil belajar siswa dapat

meningkat.

Ringkasan materi gaya pada mata pelajaran IPA kelas IV SD yakni

sebagai berikut.

48

(41)

1. Pengertian Gaya

Gaya adalah bentuk tarikan dan dorongan yang diberikan pada benda.

Hal ini dapat menyebabkan perpindahan benda. Ada bermacam-macam

gerakan benda, seperti bergeser, menggelinding dan lain sebagainya. Kelereng

yang di dorong akan bergerak menggelinding. Meja yang di dorong akan

bergeser. Benda-benda tersebut dapat bergerak karena mendapatkan gaya.49

2. Pengaruh Gaya Terhadap Benda

Sebuah benda yang mendapat gaya akan mengalami perubahan. Ada

tiga pengaruh yang ditimbulkan gaya terhadap benda. Gaya menggerakkan

benda diam. Gaya mengubah kecepatan dan arah benda yang bergerak serta

mengubah bentuk benda.

a. Gaya Mempengaruhi Benda Diam

Benda yang diam dapat bergerak karena mendapatkan gaya. Bola yang

diam dapat bergerak saat ditendang. Pintu yang diam dapat bergerak saat kita

tarik. Gaya untuk menggerakkan benda harus sebanding dengan berat benda.

Lemari besar dapat bergerak jika didorong beberapa orang dewasa. Artinya,

gaya yang besar dibutuhkan untuk menggerakkan benda berat.50

b. Gaya Mempengaruhi Benda Bergerak

Benda yang bergerak juga dapat dipengaruhi oleh gaya. Kelereng yang

menggelinding dapat berhenti saat ditahan dengan tangan. Benda yang

bergerak dapat diam ketika mendapatkan gaya. Gaya juga dapat membuat

benda bergerak lebih cepat. Benda bergerak juga dapat berubah arah dengan

adanya gaya.51

c. Gaya Mempengaruhi Bentuk Benda

Bentuk suatu benda dapat berubah jika dikenai gaya. Contohnya kertas

dan plastisin yang dapat berubah bentuk sesuai keinginan kita. Kita dapat

49

Sularmi dan M.D Wijayanti, SAINS 4: Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI Kelas IV, (Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Nasional, 2009), h. 107.

50

Ibid. 51

(42)

merubah bentuk selembar kertas menjadi berbentuk pesawat, kapal, katak, dan

bentuk-bentuk lain.52

Selain itu benda-benda yang terbuat dari kaca atau keramik mudah

pecah. Misalnya, ketika tertimpa benda lain atau jatuh ke lantai. Benda dapat

jatuh ke bawah karena adanya gaya dorong. Perubahan tersebut menunjukkan

bahwa gaya dapat memengaruhi bentuk benda. Piring yang dijatuhkan ke

lantai akan mengalami perubahan, tidak menyerupai bentuknya semula.53

3. Faktor Yang Mempengaruhi Gerak Benda

Benda dapat bergerak karena dipengaruhi oleh gaya. Selain itu, ada

juga faktor-faktor yang memengaruhi gaya itu sendiri. Misalnya, gravitasi

bumi dan gerak di lantai yang datar karena dorongan.

a. Jatuh Bebas Akibat Gravitasi Bumi

Bola yang kita lemparkan ke udara, akan jatuh kembali ke bawah.

Semua benda yang dilemparkan ke atas akan jatuh lagi menuju Bumi. Hal ini

karena Bumi memiliki gaya tarik. Akibatnya, bumi dapat menarik

benda-benda tersebut. Gaya tarik Bumi inilah yang disebut gravitasi Bumi. Jika tidak

ada gravitasi bumi, kita tidak mungkin berpijak di bumi.54

b. Gerak Bola Dilantai Yang Datar

Cepat atau lambatnya bola yang menggelinding dilantai yang datar

tergantung pada kuat lemahnya gaya yang kita gunakan pada bola. Gaya yang

dapat menahan gerak benda agar benda itu tidak bergerak jika ditarik atau

didorong adalah gaya gesek. Gaya gesek terjadi jika dua permukaan saling

bersentuhan. 55

Gaya gesek dapat diperkecil dengan cara menghaluskan permukaan

kedua benda atau melicinkannya dengan menggunakan pelumas, seperti oli,

lilin dan vaselin.56

52

Choirul Amin dan Amin Priyono, Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SD/MI Kelas IV, (Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Nasional, 2009), h. 136.

53

Sularmi dan M.D Wijayanti, op.cit., h. 110 54

Sularmi dan M.D Wijayanti, Ibid., h. 109 55

Rosa Kemala, Jelajah IPA Untuk Kelas 4 SD, (Jakarta: Yudhistira, 2006), h. 110. 56

(43)

4. Faktor Yang Mempengaruhi Benda Dapat Tenggelam Dalam Air

Benda dikatakan tenggelam jika benda itu berada di dasar air. Benda

dapat tenggelam dalam air karena berat jenis benda tersebut lebih besar dari

berat jenis air. Pada benda yang tenggelam, berat benda lebih besar dari gaya

tekan ke atas oleh air.57

5. Faktor Yang Mempengaruhi Benda Dapat Mengapung Dalam Air

Benda dikatakan terapung jika sebagian benda masih muncul di atas

permukaan air dan sebagian lagi masuk ke dalam air. Pada benda yang

terapung, berat benda lebih kecil dari gaya tekan ke atas oleh air. Benda dapat

terpung di dalam air karena berat jenis benda lebih kecil dari berat jenis air.58

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian-penelitian yang berhubungan dengan permasalahan

yang penulis angkat dalam penelitian ini, antara lain:

1. Umi Atiyah, dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terstruktur

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Benda dan Sifatnya di MIN

Ciputat Tangerang, berdasarkan hasil penelitiannya bahwa penerapan model

pembelajaran inkuiri terstruktur pada konsep benda dan sifatnya dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah kognitif, peningkatan hasil

belajar ini terlihat dari hasil belajar siswa dengan rata-rata nilai posttest pada

siklus I sebebsar 66,75 dan siklus II sebesar 84,5. Dengan persentase jumlah

siswa yang mencapai KKM pada siklus I sebesar 60% dan siklus II sebesar

97,5%. Ditunjukkan dengan rata-rata nilai N-gain pada siklus I sebesar 0,41

dan terjadi peningkatan pada siklus II menjadi 0,60.59

Perbedaan penelitian Umi Atiyah dengan skripsi ini adalah dalam penelitian

Umi Atiyah menjelaskan hasil belajar pada konsep benda dan sifatnya,

sedangkan dalam penelitian ini menjelaskan hasil belajar pada konsep gaya.

57

Ibid., h. 116 58

Ibid., h. 117 59

Gambar

Tabel 4.16  : Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II ...................................
Gambar 3.1 : Model PTK Lewin ......................................................................
Tabel 2.1 Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri Suchman26
Gambar 3.1 Model PTK Lewin3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Single-mode dapat membawa data dengan bandwidth yang lebih besar dibandingkan dengan multi-mode fiber optik, tetapi teknologi ini membutuhkan sumber cahaya dengan

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini tepat pada waktunya, dalam usaha memenuhi

Dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan salah satu faktor yang mempengaruhi keaktifan siswa adalah metode yang digunakan guru kurang

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menyumbangkan wacana baru dalam bidang psikologi pendidikan terutama yang berkaitan dengan kesejahteraan siswa ditinjau

[r]

[r]

Pendekatan visual yang akan dibuat dalam konsep perancangan multimedia interaktif tata cara Ibadah Haji untuk anak, bersifat memberikan pembelajaran kepada

[r]