• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

C. Ciri Pembelajaran Konstruktivisme

2. Hakikat Model Pembelajaran Inkuiri

a. Pengertian Model Pembelajaran

Model adalah rencana atau pola yang dapat dipakai untuk merancang mekanisme suatu pengajaran meliputi sumber belajar, subyek pembelajar, lingkungan belajar dan kurikulum.8

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi (siswa, guru, dan tenaga lainnya), material (buku-buku, papan tulis, dan kapur), fasilitas dan perlengkapan (ruangan kelas, perlengkapan audio visual), dan prosedur (jadwal, metode penyampaian informasi, praktik, ujian dan sebagainya).9

Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa, mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran.10

7

Paulina Pannen, Dina Mustafa, dan Mestika Sekarwinahyu, op.cit., h. 28-30 8

Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: UIN Perss, 2009), h. 117

9

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet.. ke-8, h. 57.

10

Asep jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2013), h. 11

Model pembelajaran pada dasarnya adalah bentuk pembelajaran yang tergambar sejak awal sampai akhir dan disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode dan teknik pembelajaran.11

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.12

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi siswa, dan memberi petunjuk kepada pengajar dikelas dalam setting pengajaran atau setting lainnya.13

Menurut Muhibin Syah, model pembelajaran dapat dinyatakan sebagai

blue print mengajar yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pengajaran dan dijadikan pedoman perencanaan dan pelaksanaan pengajaran serta evaluasi belajar.14

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola pendekatan yang mempunyai ciri-ciri khusus yang direkayasa sedemikian rupa dalam mendesain pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang isinya mencakup perencanaan/ perancangan, pelaksanaan, serta evaluasi pembelajaran.

b. Pengertian Inkuiri

Inquiry adalah suatu cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas yang dapat dilakukan dengan cara siswa diberi kesempatan untuk meneliti suatu masalah sehingga ia dapat menemukan cara penyelesainnya.15

Model inkuiri ini, pada mulanya dikembangkan oleh Richard Suchman, dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan kemudian dikembangkan dalam ilmu-ilmu pengetahuan lainnya seperti, ilmu bumi, ekonomi dan

11

Iif Khoiru Ahmadi, dkk., op.cit., h. 7 12

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 51

13

Asep jihad dan Abdul Haris,. op.cit, h. 25 14

Muhibin Syah, op.cit., h. 186 15

Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari, Strategi Pembelajaran Terpadu, (Yogyakarta: Familia, 2012), h. 152

lain.16 Suchman, pencipta inkuiri, memberikan perhatiaan dalam menolong siswa menyelidiki secara independen, dalam suatu cara yang teratur. Ia menginginkan siswa menanyakan mengapa peristiwa itu terjadi, memperoleh dan mengolah data secara logis, agar siswa mengembangkan strategi intelektual secara umum yang mereka dapat gunakan.17

Metode inkuiri merupakan metode penemuan yang relatif baru dan sangat penting untuk dilakukan siswa sekolah dasar. Menurut sagala, metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang menanamkan dasar-dasar pemikir ilmiah pada diri siswa sehingga siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah.18

Strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses pemebelajaran.19

Pembelajaran Inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.20

Alan Colburn, dalam “An Inquiry Primer” mendefinisikan inkuiri sebagai penciptaan atau pengelolaan ruang kelas dimana siswa dilibatkan dalam dasar-dasar pemecahan masalah melalui diskusi, berpusat pada siswa, dan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh siswa.21

Gulo menyatakan strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk

16

M.D. Dahlan, Model-Model Mengajar, (Bandung : IKAPI, 1984), h. 34.

17

Dahlan, Ibid., h. 35

18

Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari, op.cit., h. 33 19

Wina Sanjaya, op.cit., h. 197 20

Iif Khoiru Ahmadi, dkk., op.cit., h. 25

21

Alan Colburn, An Inquiry Primer, California State University, diakses dari (http://www.experientiallearning.ucdavis.edu/module2/el2-60-primer.pdf), pada 20 Juli 2013, h. 42

mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.22

Berdasarkan penjelasan mengenai pengertian inkuiri di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran pada siswa untuk menangani permasalahan yang mereka hadapi ketika berhadapan dengan dunia nyata dengan menggunakan teknik yang diterapkan oleh seorang peneliti.

c. Pembagian Inkuiri

Pembagian tingkatan inkuiri yang dikemukan oleh Alan Colburn ada empat macam, yaitu:

1. Structured Inquiry (Inkuiri Terstruktur)

Pada pembelajaran inkuiri terstruktur guru memberikan permasalahan melalui hands-on untuk diselidiki, berikut dengan bahan dan prosedur kerjanya. Tetapi guru tidak memberikan hasil yang diharapkan dari kegiatan yang siswa lakukan. Siswa bertugas menghubungkan antar variabel yang menyimpulkan data yang mereka peroleh.

2. Guided Inquiry (Inkuiri Terbimbing)

Pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Meskipun siswa melakukan penyelidikan yang berdasarkan pada pertanyaan yang diajukan guru, tetapi siswa yang menentukan prosedur penyelidikannya.

3. Open Inquiry (Inkuiri Terbuka)

Pada model ini siswa harus mengidentifikasi dan merumuskan macam problema yang dipelajari dan dipecahkan. Jenis model inkuiri ini lebih bebas daripada kedua jenis inkuiri sebelumnya.

4. Learning Cycle (Siklus Belajar)

Dalam siklus belajar, siswa mengikuti prosedur inkuiri terbimbing diikuti diskusi yang dipimpin oleh guru mengenai penemuan mereka. Siswa diberi konsep yang akan dibahas secara paralel. Siswa diberikan terlebih dahulu pengetahuan sebelum mereka mengenalnya. Kemudian mereka kembali lagi ke laboraturium untuk menerapkan apa yang telah mereka pelajari pada situasi yang baru.23

22

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), h. 135

23

Dalam Standar for Science Teacher Preparation terdapat 3 tingkatan inkuiri, yakni:

1. Discovery/Structured Inquiry

Dalam tingkatan ini tindakan utama guru ialah mengidentifikasi permasalahan dan proses, sementara siswa mengidentifikasi alternatif hasil

2. Guided Inquiry

Tahap guided inquiry mengacu pada tindakan utama guru ialah mengajukan permasalahan, siswa menentukan proses dan menyelesaikan masalah.

3. Open Inquiry

Tindakan utama pada open inquiry ialah guru memaparkan konteks penyelesaian masalah kemudian siswa mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah.24

Berdasarkan penjelasan mengenai jenis-jenis inkuiri di atas, dapat disimpulkan bahwa pembagian inkuiri ada yang membagi menjadi empat jenis dan ada pula yang membagi menjadi tiga jenis, pembagian jenis inkuiri berdasarkan pada peranan guru dan siswa dalam pembelajaran inkuiri.

d. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Inkuiri

Proses inkuiri dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Merumuskan masalah dimana kemampuan yang dituntut adalah:

(a) kesadaran terhadap masalah, (b) melihat pentingnya masalah dan (c) merumuskan masalah.

2. Mengembangkan hipotesis dimana kemampuan yang dituntut dalam mengembangkan hipotesisis ini adalah

a) Menguji dan menggolongkan data yang dapat diperoleh,

b) Melihat dan merumuskan hubungan yang ada secara logis dan merumuskan hipotesis.

3. Menguji jawaban tentative dimana kemampuan yang dituntut adalah a) Merakit peristiwa terdiri dari mengidentifikasikan peristiwa yang

dibutuhkan, mengumpulkan data dan mengevaluasi data,

b) Menyusun data terdiri dari menranslasikan data,

menginterprestasikan data dan mengklasifikasikan data,

c) Analisis data terdiri dari melihat hubungan, mencatat persamaan dan perbedaan dan mengidentifikasikan trend, sekueni dan keteraturan.

24

Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: UIN Perss, 2009), h. 121-122.

4. Menarik kesimpulan dimana kemampuan yang dituntut adalah a) Mencari pola dan makna hubungan

b) Merumuskan kesimpulan

5. Menerapkan kesimpulan dan generalisasi.25

Guru dalam mengembangkan sikap inkuiri di kelas mempunyai peranan sebagai konselor, konsultan, teman yang kritis dan fasilitator. Ia harus dapat membimbing dan merefleksikan pengalaman kelompok serta memberi kemudahan bagi kerja kelompok. Sedangkan tahapan-tahapan model inkuiri Suchman seperti Tabel2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1 Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri Suchman26

Tahapan Keterangan

Tahapan Pertama

Penyajian Masalah

Menjelaskan prosedur inkuiri dan mengemukakan masalah.

Tahapan Kedua

Pengumpulan dan verifikasi data

Membuktikan hakikat obyek dan kondisi, dan menyelidiki peristiwa situasi masalah.

Tahapan Ketiga

Mengadakan eksperimen dan pengumpulan data

Memisahkan variabel yang relevan dan mengadakan hipotesis dan mentes hubungan sebab akibat.

Tahapan Keempat

Merumuskan penjelasan

Menyusun kaidah atau penjelasan.

Tahaan Kelima

Mengadakan analisis tentang proses inkuiri

Menganalisis strategi dan

mengembangkan inkuiri secara lebih efektif.

Sanjaya menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1. Orientasi

Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:

a) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa

25

Iif Khoiru Ahmadi, dkk., op.cit., h. 26 26

b) pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan

c) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.

2. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.

3. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. 4. Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.

5. Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

6. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.27

Secara umum, prosedur pembelajaran dilakukan melalui 3 tahapan yaitu:

1. Kegiatan pendahuluan 2. Kegiatan inti

3. Kegiatan akhir dan tindak lanjut

Udin S. Winatara putra mengemukakan hal-hal yang dilakukan dalam pembelajaran ini adalah

1. Kegiatan pendahuluan

a) Menciptakan kondisi awal pembelajaran meliputi: membina keakraban, menciptakan suasana belajar yang demokratis.

b) Apersepsi/Pre-test meliputi: kegiatan mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi sebelumnya, memberikan komentar atas jawaban yang diberikan siswa dan membangkitkan motivasi dan perhatian siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.

2. Kegiatan inti

a) Menyampaikan tujuan yang ingin dicapai baik secara lisan maupun tulisan.

b) Menyampaikan alternative kegiatan belajar yang akan ditempuh. c) Membahas materi.

3. Kegiatan akhir dan tindak lanjut a) Penilaian akhir

b) Analisis hasil penilaian akhir c) Tindak lanjut

27

d) Mengemukakan topik yang akan dibahas pada waktu yang akan datang, dan

e) Menutup kegiatan pembelajaran.28

e. Keunggulan dan Kelemahan Inkuiri

Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang banyak dianjurkan karena memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut:

1) Menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran melalui model ini dianggap lebih bermakna.

2) Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan belajar mereka.

3) Merupakan model yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

4) Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memilki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.29

Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang mempunyai kelemahan, yaitu sebagai berikut:

1) Jika menggunakan model pembelajaran ini, akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

2) Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

3) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka model pembelajaran ini sulit diimplementasikan oleh setiap guru.30

3. Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar (learning) adalah perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman. Belajar

28

Iif Khoiru Ahmadi, dkk., Ibid., h. 27-29

29

Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari, op.cit., h. 35.

30

merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan adanya proses belajar inilah manusia bertahan hidup.31

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri.32

Menurut Sanjaya, belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari.33

Belajar adalah proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Jadi perubahan perilaku adalah hasil beljar. Artinya, seseorang dikatakan telah belajar, jika ia dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya. Perilaku ini meliputi aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor).34

Menurut Magnesen, belajar terjadi dengan membaca 10%, mendengar 20%, melihat 30%, melihat dan mendengar 50%, mengatakan 70% dan mengatakan sambil mengerjakan 90%. Melalui media pembelajaran paling tinggi terjadi 50%. Ternyata, seseorang yang belajar dan terlibat langsung dengan sesuatu dianggap sebagai cara yang terbaik dan bertahan lama.35

Psikologi daya berpendapat, bahwa belajar adalah melatih daya-daya yang dimilki oleh manusia. Dengan latihan tersebut, akan terbentuk dan

31

Zikri Neni Iska, Perkembangan Peserta Didik Perspektif Psikologi, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2011), h. 65

32

Muhibbin Syah, op.cit., h. 87.

33

Wina Sanjaya, op.cit., h. 112. 34

Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Wacana Prima, 2009), h. 27-28

35

Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Disain Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 24.

berkembang berbagai daya yang dapat berfungsi sebagaimana mestinya, seperti daya ingat, daya pikir, daya rasa dan sebagainya.36

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Berikut ini adalah beberapa definisi belajar menurut para ahli.

a) Menurut Gage, belajar adalah proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat dari pengalaman.

b) Menurut Skinner, belajar dalah suatu proses adapatasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Belajar juga dipahami sebagai suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka responnya menurun. Dengan demikian, belajar diartikan sebagai suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respon. c) Menurut Robert M Gagne, belajar adalah suatu proses yang kompleks dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh siswa.37

Berdasarkan beberapa definisi belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar pada dasarnya berbicara tentang tingkah laku seseorang berubah sebagai akibat pengalaman yang berasal dari lingkungan. Dari pengertian tersebut tersirat bahwa agar terjadi proses belajar atau terjadinya perubahan tingkah laku sebelum kegiatan belajar mengajar di kelas, seorang guru perlu menyiapkan atau merencanakan berbagai pengalaman belajar yang akan diberikan pada siswa dan pengalaman belajar tersebut harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

b. Pengertian Hasil Belajar

Pengertian hasil menunujuk pada suatu perolehan akibat berubahnya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.38

36

Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet. ke-3, h. 106.

37

Isriani Hardini, dkk., op.cit., h. 3-4.

38

Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: PustakaPelajar, 2011), cet. ke-3, h. 44-45.

Menurut Nana Sudjana hasil belajar ialah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.39

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.40

Menurut Benjamin S. Bloom tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut A.I. Romizowski hasil belajar merupakan keluaran dari suatu sistem pemrosesan masukan. Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performance).41

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan pendidikan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.42

a. Hasil belajar kognitif

Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi. Bloom membagi dan menyusun secara hirarkis tingkat hasil belajar kognitif mulai dari yang paling rendah dan sederhana yaitu hafalan sampai yang paling tinggi dan kompleks yaitu evaluasi. Makin tinggi tingkat maka makin kompleks dan penguasaan suatu tingkat mempersyaratkan penguasaan tingkat sebelumnya. Enam tingkat itu adalah hafalan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6). Kemampuan menghafal (knowledge) merupakan kemampuan kognitif yang paling rendah. Kemampuan ini merupakan kemampuan menggali kembali fakta yang disimpan dalam otak digunakan untuk merespon suatu masalah. Kemampuan pemahaman (comprehension) adalah kemampuan untuk melihat hubungan fakta dengan fakta. Menghafal fakta tidak lagi cukup karena pemahaman menuntut pengetahuan akan fakta dan hubungannya. Kemampuan

39

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2009), cet. ke-13, h. 22.

40

Asep jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2013), h. 14

41

Ibid.

42

penerapan (application) adalah kemampuan kognitif untuk memahami aturan, hukum, rumus, dan sebagainya dan menggunakan untuk memecahkan masalah. Kemampuan analisis (analysis) adalah kemampuan memahami sesuatu dengan menguraikannya ke dalam unsur-unsur. Kemampuan sintesis (synthesis) adalah kemampuan memahami dengan mengorganisasikan bagian-bagian ke dalam kesatuan. Kemampuan evaluasi (evaluation) adalah kemampuan membuat penilaian dan mengambil keputusan dari hasil penilaiannya.

b. Hasil belajar afektif

Krathwohl dalam Purwanto membagi hasil belajar afektif menjadi lima tingkat yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Hasil belajar disusun secara hirarkhis mulai dari tingkat yang paling rendah dan sederhana hingga yang paling tinggi dan kompleks.

c. Hasil belajar psikomotor

Menurut Harrow dalam Purwanto hasil belajar psikomotorik dapat diklasifikasikan menjadi enam, yaitu gerakan refleks, gerakan fundamental dasar, kemampuan perseptual, kemampuan fisis, gerakan keterampilan, dan komunikasi tanpa kata. Namun menurut Simpson yang mengklasifikasikan hasil belajar psikomotorik menjadi enam: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks dan kreativitas. 43

Dari uraian di atas yang telah dikemukakan oleh para ahli mengenai hasil belajar, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan pada kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai pengaruh pengalaman belajar yang dialami siswa pada suatu unit atau bab materi tertentu yang telah dipelajari.

c. Prinsip-Prinsip Belajar

Adapun prinsip belajar menurut Wingo sebagaimana dikutip oleh Lukmanul Hakim dalam buku Perencanaan Pembelajaran adalah

a) Hasil belajar sepatutnya menjangkau banyak segi

Dalam suatu proses belajar, banyak segi yang sepatutnya dicapai sebagai hasil belajar, yaitu meliputi pengetahuan dan pemahaman tentang konsep, kemampuan menerapkan konsep, kemampuan menjabarkan dan menarik kesimpulan serta menilai kemanfaatan suatu konsep, menyenangi dan member respons yang positif terhadap sesuatu yang dipelajari dan diperoleh kecakapan melakukan suatu kegiatan tertentu.

b) Hasil belajar diperoleh berkat pengalaman

Pemahaman dan struktur kognitif dapat diperoleh seseorang melalui pengalaman melakukan suatu kegiatan. Dalam khazanah peristilahan pendidikan, hal ini dikenal dengan “learning by doing yaitu belajar dengan

43

jalan melakukan suatu kegiatan”. Pemahaman itu sendiri bersifat abstrak. Sesuatu yang abstrak akan mudah diperoleh dengan jalan melakukan kegiatan-kegiatan yang nyata atau konkrit, sehingga orang yang bersangkutan memperoleh pengalaman yang menuntun pada pemahaman yang bersifat abstrak. Dalam kegiatan belajar mengajar, rangsangan dapat ditimbulkan oleh guru, dengan menyodorkan suatu materi pembelajaran yang mengandung

Dokumen terkait