ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERMINTAAN TEMPE DI DESA JOMBANG,
KECAMATAN CIPUTAT, KOTA TANGERANG SELATAN,
PROVINSI BANTEN
ANDHIEKA ULFA
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERMINTAAN TEMPE DI DESA JOMBANG,
KECAMATAN CIPUTAT, KOTA TANGERANG SELATAN,
PROVINSI BANTEN
Oleh: Andhieka Ulfa 106092003007
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI
BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN
Jakarta, Juli 2011
Curriculum Vitae
Nama : Andhieka Ulfa
TTL : Jakarta, 25 November 1987
Alamat : Jl. Bangka I Villa Bintaro Indah Blok D4 No. 11 RT 01 RW 001 Jombang – Ciputat 15414
Jenis Kelamin : Perempuan
No Tlp : 083899573469
2006 – 2011 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
PENGALAMAN ORGANISASI
2000 – 2003 : Co. P3K Palang Merah Remaja SMP Negeri 3 Ciputat 2007 – 2008 : Bendahara Karang Taruna FORKAP (Forum Komunikasi
Pemuda) RT 01 Villa Bintaro Indah
2007 – 2008 : Sekretaris II Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Jurusan Agribisnis, UIN Syarif Hidayatullah
2008 – 2009 : Sekretaris I Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Jurusan Agribisnis, UIN Syarif Hidayatullah
KEGIATAN
2007 : Panitia Diskusi Panel dan Musyawarah Nasional POPMASEPI IX
2009 : Peserta Pelatihan Pengembangan Kewirausahaan Bagi Masyarakat Kampus di Provinsi Jawa Barat dari Kementrian Negara KUKM
RINGKASAN
ANDHIEKA ULFA, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Di bawah bimbingan EDMON DARIS dan ACEP MUHIB.
Tempe merupakan salah satu sumber pangan nabati yang kaya akan protein dan terbuat dari kedelai. Kandungan protein didalam tempe hampir sebanding dengan kandungan protein pada ayam. Tempe menjadi makanan khas Indonesia yang masih bertahan hingga saat ini, bahkan sudah menjadi lauk andalan keluarga Indonesia. Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai Indonesia dilakukan dalam bentuk tempe, 40% tahu, dan 10% dalam bentuk produk lain. Bertambahnya jumlah konsumen yang mengkonsumsi pangan sumber protein nabati mengindikasikan adanya perubahan pola konsumsi pangan di masyarakat.
Masyarakat desa Jombang yang beraneka ragam menurut usia, pendapatan, dan tingkat pendidikannya diasumsikan memiliki pola konsumsi pangan yang berbeda, khususnya dalam mengkonsumsi sumber protein nabati yaitu tempe. Di desa Jombang sendiri sudah terdapat sentra produksi tempe, akan tetapi tidak diketahui secara pasti jumlah produsen tempe yang ada di desa Jombang. Sampai saat ini juga belum ada catatan mengenai jumlah permintaan tempe di desa Jombang.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui permintaan tempe di desa Jombang. (2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tempe di desa Jombang. (3) Mengukur besarnya elastisitas permintaan tempe di desa Jombang.
Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner pada responden, didapat bahwa sebesar 86 persen responden memilih tempe sebagai lauk dalam menu makanan rumah tangga. Permintaan tempe pada konsumen rumah tangga di desa Jombang rata-rata mengkonsumsi tempe 7,94 kg dengan rata-rata frekuensi konsumsi tempe 16,65 kali dalam sebulan. Alasan konsumen rumah tangga mengkonsumsi tempe adalah karena tempe bergizi tinggi dan tempat favorit untuk membeli tempe adalah pasar tradisional.
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tempe adalah harga tempe, harga tahu, harga telur, harga daging ayam, harga ikan, jumlah anggota keluarga, dan pendapatan keluarga. Hasil analisis uji t didapat bahwa hanya variabel harga tempe dan variabel harga daging ayam yang signifikan pada tingkat kepercayaan 99 persen. Sedangkan variabel harga tahu, harga telur, harga ikan, jumlah anggota keluarga dan pendapatan keluarga signifikan pada tingkat kepercayaan kurang dari 99 persen. Hasil analisis uji F didapat bahwa koefisien regresi signifikan secara ststistik pada tingkat kepercayaan 99 persen. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi yang dibuat sudah benar dan layak karena ada hubungan linear dari seluruh variabel bebas tehadap variabel terikat. Ketujuh faktor tersebut secara bersama-sama dapat dikatakan berpengaruh terhadap permintaan tempe masyarakat desa Jombang. Hasil pengujian koefisien determinasi didapat hanya 25,5 persen variasi atau perubahan dalam permintaan tempe dapat dijelaskan oleh seluruh variabel yang berpengaruh.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim Assalamu’alaikum. Wr. Wb
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, karunia, taufik dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam tidak lupa penulis panjatkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya yang telah membawa umat manusia menuju jalan kebaikan.
Penulis malakukan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis Fakultas
Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis berharap karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca dan masyarakat khususnya di lokasi penelitian.
Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dan partisipasi yang telah diberikan kepada penulis. Ucapan terima kasih disampaikan kepada:
1. Ayahanda Alm. Achmad Syaifuddin dan Ibunda Umi Kalsum yang telah mencurahkan cinta dan kasih sayang yang tiada henti, perhatian, dukungan moriil dan materiil serta nasihat yang tak ternilai harganya bagi penulis. Penulis haturkan sembah sujud dan ucapan terima kasih yang tulus serta penghargaan yang tinggi kepada mereka berdua atas jerih payah dan motivasinya supaya penulis dapat meraih cita-cita dan menuju masa depan yang cerah.
2. Bapak Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Si, selaku dekan Fakultas Sains dan Teknologi yang telah mengesahkan karya tulis ini sebagai skripsi.
4. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, MS, dan Bapak Drs. Acep Muhib, MMA selaku dosen pembimbing yang telah membantu mengarahkan dan membimbing
dengan baik hingga selesainya skripsi ini.
5. Bapak Dr. Yon Girie Mulyono, M.Si, dan Ibu Ir. Siti Rochaeni, M.Si sebagai dosen penguji yang telah mengoreksi dengan baik sehingga skripsi ini mendapat banyak masukan untuk lebih baik.
6. Ibu Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si, selaku Pembimbing Akademik yang telah mengarahkan dan memotivasi penulis selama masa kuliah.
7. Seluruh dosen Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi yang telah memberikan masukan-masukan dan ilmunya kepada penulis.
8. Bapak H. M. Mansyur, selaku Kepala Desa Jombang beserta staf yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian.
9. Adik-adikku tersayang Nurul Fitriana dan Annisa Aulia yang selalu membuatku bahagia dan semangat untuk menyelesaiakan skripsi, semoga menjadi anak yang shalihah dan senantiasa berbakti terhadap orang tua.
10. Teman seperjuangan agribisnis angkatan 2006 yang selalu semangat semoga kebersamaan kita akan menjadi kenangan yang selalu kita rindukan.
11. Semua pihak yang penulis tidak disebutkan satu persatu namun penulis berharap semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kalian semua.
Akhirnya hanya kepada Allah semua itu diserahkan. Keberhasilan seseorang tidak akan berarti tanpa adanya proses dari kesalahaan yang dibuatnya, karna manusia adalah tempatnya salah dan semua kebaikkan merupakan anugrah dari Allah SWT. Semoga masih ada kesempatan penulis untuk membalas kebaikan dari semua pihak yang telah membantu dan semoga amal baik mereka diterima oleh Allah SWT. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, Juli 2011
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR GAMBAR... xv
DAFTAR LAMPIRAN... xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah... 6
1.3 Tujuan Penelitian... 7
1.4 Manfaat Penelitian... 8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori... 10
2.1.1 Tempe………... 10
2.1.1.1 Pengertian Tempe... 11
2.1.1.2 Sejarah dan Perkembangan Tempe... 12
2.1.1.3 Khasiat Tempe... 14
2.1.2 Teori Permintaan... 15
2.1.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan. 16 2.1.2.2 Fungsi Permintaan... 18
2.1.3 Konsep Elastisitas Permintaan... 18
2.1.2 Teori Perilaku Konsumen... 19
2.2 Penelitian Terdahulu... 22
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... 25
3.2 Jenis dan Sumber Data... 25
3.3 Metode Pengambilan Sampel... 25
3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data... 26
3.4.1 Analisis Kualitatif... 26
3.4.2 Analisis Kuantitatif... 27
3.4.2.1 Analisis Regresi Linier Berganda... 27
3.4.2.2 Analisis Elastisitas…... 29
3.5 Definisi Operasional... 30
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Goegrafis dan Administratif Desa Jombang... 32
4.2 Penduduk Desa Jombang... 33
4.3 Sarana dan Prasarana Desa Jombang... 35
4.4 Karakteristik Responden... 37
4.4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 38
4.4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Posisi dalam Keluarga... 38
4.4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan... 39
4.4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 41
4.4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 42
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian... 43
5.1.1 Permintaan Tempe Rumah Tangga Responden di Desa Jombang... 45
5.1.1.1 Jumlah Permintaan Tempe Rumah Tangga Responden Sebulan... 46
5.1.1.3 Alasan Responden Mengkonsumsi Tempe... 49 5.1.1.4 Lokasi Pembelian Tempe Responden... 50 5.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang... 51
5.1.2.1 Perhitungan Regresi Berganda Faktor-faktor yang Menpengaruhi Permintaan Tempe
di Desa Jombang... 59 5.1.3 Elastisitas Permintaan Tempe di Desa Jombang... 68
5.2 Pembahasan... 70 5.2.1 Permintaan Tempe Rumah Tangga Responden
di Desa Jombang... 70 5.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe
di Desa Jombang... 72 5.2.3 Elastisitas Permintaan Tempe di Desa Jombang... 78
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan... 80 6.2. Saran... 81
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Daftar Penukar Delapan Golongan Bahan Makanan... 2
2. Nilai Protein Beberapa Bahan Makanan (gram/100 gram)... 4
3. Jenis Pekerjaan Masyarakat di Desa Jombang, 2010... 33
4. Tingkat Pendidikan Masyarakat di Desa Jombang, 2010... 34
5. Data Jumlah Penduduk Desa Jombang Berdasarkan Agama, 2010... 34
6. Sarana Pendidikan di Desa Jombang, 2010... 35
7. Sarana Kesehatan di Desa Jombang, 2010... 35
8. Sarana Olah Raga di Desa Jombang, 2010... 36
9. Sarana Perdagangan Masyarakat di Desa Jombang, 2010... 36
10. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Jombang, 2011... 38
11. Jumlah dan Persentase Berdasarkan Posisi dalam Keluarga di Desa Jombang, 2011... 38
12. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaaan di Desa Jombang, 2011... 40
13. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Jombang, 2011... 41
14. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkatan Usia di Desa Jombang, 2011... 42
15. Pengetahuan Gizi Keluarga Responden di Desa Jombang, 2011... 44
16. Jumlah Permintaan Tempe Rumah Tangga Responden dalam Sebulan di Desa Jombang, 2011... 47
17. Frekuensi Konsumsi Tempe Rumah Tangga Responden dalam Sebulan di Desa Jombang, 2011... 48
19. Lokasi Pembelian Tempe Responden di Desa Jombang, 2011………... 50 20. Harga Konsumsi Tempe Rumah Tangga Responden Perkilogram
di Desa Jombang, 2011………... 51 21. Harga Konsumsi Tahu Responden Perkilogram di Desa Jombang, 2011….. 53 22. Harga Konsumsi Telur Responden Perkilogram di Desa Jombang, 2011... 54 23. Harga Konsumsi Daging Ayam Responden Perkilogram
di Desa Jombang, 2011... 55 24. Harga Konsumsi Ikan Responden Perkilogram di Desa Jombang, 2011…… 56 25. Jumlah Anggota Keluarga Responden di Desa Jombang, 2011... 57 26. Pendapatan Keluarga Responden Perbulan di Desa Jombang, 2011…... 58 27. Hasil Perhitungan Regresi Berganda Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Permintaan Tempe di Desa Jombang, 2011………... 59 28. Hasil Uji t Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe
di Desa Jombang, 2011 Ayam Responden... 63 29. Hasil Uji F Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe
di Desa Jombang, 2011………... 66 30. Hasil Pengujian Koefisien Determinasi (R2) Faktor-faktor
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. Surat Permohonan Penelitian dari Fakultas... 84 2. Surat Keterangan dari Kelurahan Jombang... 85 3. Denah Lokasi Desa Jombang, Kecamatan Ciputat,
Kota Tangerang Selatan - Banten... 86 4. Lembar Kuisioner... 87 5. Data Identitas Responden Konsumen Tempe Rumah Tangga
di Desa Jombang, 2011... 89 6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Tempe Responden
di Desa Jombang, 2011... 93 7. Hasil SPSS Perhitungan Regresi Berganda Faktor-faktor
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Konsumsi bahan pangan masyarakat sehari-hari, hendaknya memenuhi
dua kriteria kecukupan gizi, yaitu kecukupan kalori dan protein. Kebutuhan kalori
biasanya diperoleh dari konsumsi makanan pokok (karbohidrat).
Sementara kebutuhan protein diperoleh dari makanan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan (protein nabati) dan hewan (protein hewani). Adanya saling
keterkaitan antar zat-zat gizi ini menekankan keanekaragaman makanan dalam
menu sehari-hari. Untuk memudahkan penyusunan menu yang bervariasi dan
bergizi maka disusunlah Daftar Bahan Makanan Penukar.
Almatsier (2009:296) menyatakan bahwa pada Daftar Bahan Makanan
Penukar dikelompokkan bahan makanan berdasarkan peranannya dalam pola
menu seimbang dan zat gizi utama yang dikandungnya. Pada tahun 1996
Direktorat gizi mengeluarkan Daftar Penukar Delapan Golongan Bahan Makanan
yang prinsipnya sama dengan Daftar Penukar Bahan Makanan. Daftar Penukar
Delapan Golongan Bahan Makanan ini disajikan pada Tabel 1. Untuk tiap
golongan bahan makanan disusun dalam jumlah yang zat gizinya setara atau
ekivalen dalam energi, karbohidrat dan protein. Bahan makanan dalam jumlah
Tabel 1. Daftar Penukar Delapan Golongan Bahan Makanan.
1 gelas (gls) sayuran setelah direbus dan ditiriskan = 100 gram sayuran mentah 1 potong (ptg) pepaya = ukuran 5 x 15 cm
1 sendok makan (sdm) minyak goreng = 10 gram 1 sendok makan (sdm) gula pasir = 10 gram Sumber (Almatsier, 2009:297)
Dari daftar tersebut, tempe dapat menjadi bahan makanan penukar untuk
memenuhi kebutuhan pokok manusia akan protein nabati. Susanto (2004:14-15)
menyatakan di negara berkembang, termasuk Indonesia 80% dari protein yang
dikonsumsi adalah protein nabati dan 60% berasal dari biji-bijian. Sebaliknya di
negara maju, protein nabati hanya 45% dari seluruh protein yang dikonsumsi.
yang terdapat dalam hasil ternak, yaitu daging, telur, susu dan ikan.
Protein hewani pada umumnya mempunyai susunan asam amino yang paling
sesuai untuk kebutuhan manusia. Akan tetapi harga bahan makanan yang
mengandung protein hewani relatif mahal, sehingga hanya merupakan 18,4%
konsumsi protein rata-rata penduduk Indonesia. Bahan makanan nabati yang kaya
akan protein adalah kacang-kacangan. Sayur dan buah-buahan hanya sedikit
mengandung protein. Sedangkan gula, sirop, lemak dan minyak murni tidak
mengandung protein (Almatsier, 2009:100-101). Kandungan protein beberapa
bahan makanan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai Protein Beberapa Bahan Makanan (gram/100 gram).
Bahan Makanan Nilai Protein Bahan Makanan Nilai Protein
Kacang kedelai 34.9 Keju 22.8
Kacang merah 29.1 Kerupuk udang 17.2
Kacang tanah kupas 25.3 Jagung kuning, pipil 9.2
Kacang hijau 22.2 Roti putih 8.0
Tepung susu skim 35.6 Tomat masak 1.0
Tepung susu 24.6 Mangga harumanis 0.4
Sumber (Almatsier, 2009:101)
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa kandungan protein didalam tempe
protein tertinggi adalah kacang kedelai yaitu sebesar 34,9. Sedangkan dari semua
jenis bahan makanan tersebut nilai protein tertinggi ada didalam tepung susu skim
(35,6) dan terendah adalah mangga harumanis (0,4). Kacang-kacangan dalam
bentuk kering atau hasil olahannya, merupakan sumber protein yang baik.
Di samping itu, kacang-kacangan kaya akan vitamin B, kalsium, fosfor, zat besi,
mangan, seng, tembaga, dan kalium terutama bila diperhitungkan bahwa harganya
lebih murah (Almatsier, 2009:292).
Tempe merupakan salah satu sumber pangan nabati yang yang terbuat dari
kacang kedelai serta kaya akan protein. Tempe mempunyai kandungan gizi yang
sangat baik, terdiri dari protein sekitar 19,5%, lemak 4%, karbohidrat 9,4%,
vitamin B12 antara 3,9-5 mg per 100 gram tempe (Sarwono, 2002:2).
Tempe banyak dikonsumsi oleh anak-anak hingga orang tua, di pedesaan
hingga di restoran, walaupun dulu pernah diremehkan sebagai bahan makanan
untuk kaum miskin. Selain itu tempe juga mempunyai rasa yang khas, tekstur,
penampilan dan aroma yang menarik. Tempe menjadi makanan khas Indonesia
yang masih bertahan hingga saat ini, bahkan sudah menjadi lauk andalan keluarga
Indonesia. Tempe merupakan salah satu warisan budaya bangsa Indonesia.
Akan tetapi tempe tidak hanya disukai rakyat di negeri kita saja. Di luar negeri
pun penggemar tempe sudah berkembang pesat, terutama di Jepang,
Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa. Sehingga hak paten atas tempe telah
Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan
menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai
Indonesia dilakukan dalam bentuk tempe, 40% tahu, dan 10% dalam bentuk
produk lain (seperti tauco, kecap, dan lain-lain). Konsumsi tempe rata-rata per
orang per tahun di Indonesia saat ini diduga sekitar 6,45 kg (Astawan, 2003:1).
Bertambahnya jumlah konsumen yang mengkonsumsi pangan sumber
protein nabati mengindikasikan adanya perubahan pola konsumsi pangan
di masyarakat. Tingkat pertumbuhan pendapatan masyarakat diyakini
mempengaruhi pola konsumsi pangan masyarakat. Harga pangan sumber protein
hewani yang relatif tinggi serta perkembangan pengetahuan masyarakat mengenai
keunggulan protein nabati menyebabkan kecenderungan meningkatnya konsumsi
rumah tangga terhadap sumber protein nabati seperti tempe, tahu dan produk
olahan lainnya. Bahan pangan hewani umumnya mengandung lemak dan zat-zat
lain (seperti kolesterol), sehingga dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif
seperti penyakit jantung, diabetes mellitus, dan lain sebagainya. Hal ini membuka
kesadaran masyarakat untuk back to nature dengan lebih banyak mengkonsumsi makanan alami termasuk buah, sayuran dan kacang-kacangan. Masyarakat desa
Jombang yang beraneka ragam menurut usia, pendapatan, dan tingkat
pendidikannya diasumsikan memiliki pola konsumsi pangan yang berbeda,
khususnya dalam mengkonsumsi sumber protein nabati yaitu tempe. Letak desa
Jombang stategis karena berada di antara dua kota mandiri yaitu Bintaro dan
peningkatan konsumsi tempe terjadi pada kalangan masyarakat menengah atas.
Ini diduga hasil dari peningkatan kesadaran masyarakat akan manfaat tempe.
Desa Jombang terletak di Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan
memiliki luas wilayah 356,865 Ha, dengan jumlah penduduk 29.983 jiwa dan
terhimpun menjadi 7.570 Kepala Keluarga (Data Potensi Desa Jombang, 2010).
Di desa Jombang sendiri sudah terdapat sentra produksi tempe, akan tetapi tidak
diketahui secara pasti jumlah produsen tempe yang ada di desa Jombang.
Sampai saat ini juga belum ada catatan mengenai jumlah permintaan tempe
di desa Jombang. Oleh karena itu, suatu penelitian mengenai ”Analisis
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang,
Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten” perlu untuk
dilakukan.
1.2. Perumusan Masalah
Tipologi masyarakat desa Jombang yang merupakan masyarakat perkotaan
dapat menyebabkan pola konsumsi beralih dari sekedar untuk memenuhi
kebutuhan akan kalori dan protein menjadi pola konsumsi yang sangat
mementingkan selera dan citra rasa makanan. Konsumsi atau permintaan sumber
pangan protein berkaitan erat dengan kemampuan atau daya beli konsumen.
Dua peubah ekonomi yang cukup dominan sebagai determinan konsumsi
pangan adalah pendapatan keluarga dan harga. Perubahan pendapatan secara
langsung dapat mempengaruhi perubahan konsumsi pangan keluarga.
Selain pendapatan, faktor ekonomi yang mempengaruhi konsumsi pangan adalah
harga pangan dan harga barang nonpangan. Perubahan harga dapat berpengaruh
terhadap besarnya permintaan pangan. Harga pangan yang tinggi menyebabkan
berkurangnya daya beli yang berarti pandapatan riil berkurang. Kadaan ini
mengakibatkan konsumsi pangan berkurang. Elastisitas harga menggambarkan
perubahan jumlah pangan yang diminta sebagai akibat terjadinya perubahan harga
pangan. Jika dipandang dari segi ekonomi dan psikososial, makanan sering
digunakan untuk menunjukkan prestise dan status ekonomi. Secara umum pangan
sumber protein merupakan komoditas yang harganya relatif lebih tinggi dibanding
komoditas pangan lainnya. Tetapi lain halnya dengan tempe, selain harganya
relatif murah tempe diyakini memiliki kandungan zat amtioksidan.
Maka perumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana permintaan tempe di desa Jombang?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan tempe di desa
Jombang?
3. Berapa besar elastisitas permintaan tempe di desa Jombang?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui permintaan tempe di desa Jombang.
2. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
1.4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain:
1. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu bahan informasi
mengenai permintaan tempe dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Sehingga dapat dijadikan acuan untuk pengembangan konsumsi pangan yang
lebih baik bagi masyarakat dan bagi pihak pengambil kebijakan dalam
peningkatan taraf hidup masyarakat. Serta dapat dijadikan acuan untuk
memprediksi pemasaran tempe oleh produsen tempe yang ada di desa
Jombang.
2. Bagi penulis, penelitian ini merupakan suatu proses pembelajaran dalam
penerapan antara teori dan praktek yang dituangkan dalam suatu karya ilmiah.
3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah
wawasan serta sebagai bahan informasi atau rujukan untuk penelitian
berikutnya.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini dapat terselesaikan dengan terarah, maka diperlukan
pembatasan lingkup penelitian, antara lain:
1. Permintaan tempe pada penelitian ini adalah pembelian tempe yang belum
2. Responden adalah konsumen tempe rumah tangga di desa Jombang dengan
jumlah 99 orang yang didapat dari perhitungan dengan rumus slovin dengan
populasi sebanyak 7.570 Kepala Keluarga.
3. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi permintaan tempe adalah harga
tempe, harga barang pengganti (tahu, telur, daging ayam, daging sapi, ikan
dan udang), jumlah anggota keluarga, dan pendapatan keluarga.
4. Analisis tentang seberapa besar pengaruh antara faktor-faktor permintaan
terhadap permintaan tempe di desa Jombang, menggunakan alat analisis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Landasan teori yang digunakan berguna untuk menambah wawasan dan
pengetahuan, serta menjadi acuan bagi penulis selama melakukan penelitian.
Dengan adanya landasan teori ini, dapat mempermudah penulis dalam memahami
ruang lingkup serta batasan pembahasannya. Adapun teori yang digunakan
berkaitan tentang objek penelitian ini yaitu tempe, teori permintaan,
konsep elastisitas permintaan dan teori perilaku konsumen.
2.1.1. Tempe
Tempe merupakan makanan tradisional yang telah lama dikenal
di Indonesia. Makanan itu dibuat dengan cara fermentasi atau peragian.
Pembuatannya merupakan industri rakyat sehingga hampir setiap orang dapat
dikatakan mampu membuat tempe sendiri (Sarwono, 2002:1). Selanjutnya
Supriono (2003:9), menyatakan bahwa tempe merupakan produk pangan yang
sangat populer di Indonesia yang diolah dengan proses fermentasi kedelai dalam
waktu tertentu menggunakan jamur Rhizopus sp. Secara umum tempe mempunyai ciri berwarna putih karena pertumbuhan miselia-miselia jamur yang
menghubungkan antar biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur tempe yang
2.1.1.1. Pengertian Tempe
Kata tempe diduga berasal dari bahasa Jawa Kuno. Pada zaman Jawa
Kuno terdapat makanan berwarna putih terbuat dari tepung sagu yang disebut
tumpi. Tempe segar yang juga berwarna putih terlihat memiliki kesamaan dengan makanan tumpi tersebut. Selain itu terdapat rujukan mengenai tempe dari tahun 1875 dalam sebuah kamus bahasa Jawa-Belanda. Sumber lain mengatakan bahwa
pembuatan tempe diawali semasa era “Tanam Paksa” di Jawa. Pada saat itu,
masyarakat Jawa terpaksa menggunakan hasil pekarangan, seperti singkong, ubi
dan kedelai, sebagai sumber pangan. Selain itu, ada pula pendapat yang
mengatakan bahwa tempe mungkin diperkenalkan oleh orang-orang Tionghoa
yang memproduksi makanan sejenis, yaitu koji kedelai yang difermentasikan menggunakan kapang Aspergillus. Selanjutnya, teknik pembuatan tempe menyebar ke seluruh Indonesia, sejalan dengan penyebaran masyarakat Jawa yang
bermigrasi ke seluruh penjuru Tanah Air (Syarief dkk, 1999:2).
Standar teknis untuk tempe telah ditetapkan dalam Standar Nasional
Indonesia (SNI) dan yang berlaku sejak 9 Oktober 2009 ialah SNI 3144:2009.
Dalam standar tersebut, tempe kedelai didefinisikan sebagai produk yang
diperoleh dari fermentasi biji kedelai dengan menggunakan kapang Rhizopus sp., berbentuk padatan kompak, berwarna putih sedikit keabu-abuan dan berbau khas
2.1.1.2. Sejarah dan Perkembangan Tempe
Tidak seperti makanan kedelai tradisional lain yang biasanya berasal dari
Cina atau Jepang, tempe berasal dari Indonesia. Tidak jelas kapan pembuatan
tempe dimulai. Namun demikian, makanan tradisonal ini sudah dikenal sejak
berabad-abad lalu, terutama dalam tatanan budaya makan masyarakat Jawa,
khususnya di Yogyakarta dan Surakarta. Dalam Bab 3 dan Bab 12 manuskrip
Serat Centhini dengan seting Jawa abad ke-16 (Serat Centhini sendiri ditulis pada awal abad ke-19) telah ditemukan kata "tempe", misalnya dengan penyebutan
nama hidangan jae santen tempe (sejenis masakan tempe dengan santan) dan kadhele tempe srundengan. Hal ini dan catatan sejarah yang tersedia lainnya
menunjukkan bahwa mungkin pada mulanya tempe diproduksi dari kedelai hitam,
berasal dari masyarakat pedesaan tradisional Jawa—mungkin dikembangkan
di daerah Mataram, Jawa Tengah, dan berkembang sebelum abad ke-16.
Pada zaman pendudukan Jepang di Indonesia, para tawanan perang yang
diberi makan tempe terhindar dari disentri dan busung lapar. Sejumlah penelitian
yang diterbitkan pada tahun 1940-an sampai dengan 1960-an juga menyimpulkan
bahwa banyak tahanan Perang Dunia II berhasil selamat karena tempe.
Menurut Onghokham, tempe yang kaya protein telah menyelamatkan kesehatan
penduduk Indonesia yang padat dan berpenghasilan relatif rendah. Pada akhir
1960-an dan awal 1970-an terjadi sejumlah perubahan dalam pembuatan tempe
di Indonesia. Plastik (polietilen) mulai menggantikan daun pisang untuk
Tempe Tahu Indonesia (Kopti), mulai menggantikan laru (bubuk ragi) tradisional,
dan kedelai impor mulai menggantikan kedelai lokal. Produksi tempe meningkat
dan industrinya mulai dimodernisasi pada tahun 1980-an, sebagian berkat peran
serta Kopti yang berdiri pada 11 Maret 1979 di Jakarta dan pada tahun 1983 telah
beranggotakan lebih dari 28.000 produsen tempe dan tahu (Astuti, 1999:2-13).
Tempe dikenal oleh masyarakat Eropa melalui orang-orang Belanda.
Pada tahun 1895, Prinsen Geerlings (ahli kimia dan mikrobiologi dari Belanda)
melakukan usaha yang pertama kali untuk mengidentifikasi kapang tempe.
Perusahaan-perusahaan tempe yang pertama di Eropa dimulai di Belanda oleh
para imigran dari Indonesia. Melalui Belanda, tempe telah populer di Eropa sejak
tahun 1946. Sementara itu, tempe populer di Amerika Serikat setelah pertama kali
dibuat di sana pada tahun 1958 oleh Yap Bwee Hwa, orang Indonesia yang
pertama kali melakukan penelitian ilmiah mengenai tempe. Di Jepang, tempe
diteliti sejak tahun 1926 tetapi baru mulai diproduksi secara komersial sekitar
tahun 1983. Pada tahun 1984 sudah tercatat 18 perusahaan tempe di Eropa, 53 di
Amerika, dan 8 di Jepang. Di beberapa negara lain, seperti Republik Rakyat Cina,
India, Taiwan, Sri Lanka, Kanada, Australia, Amerika Latin, dan Afrika,
2.1.1.3. Khasiat Tempe
Berdasarkan beberapa hasil pengujian dan penelitian terhadap tempe,
para ahli menyimpulkan bahwa tempe memiliki khasiat terhadap kelangsungan
kesehatan tubuh sebagai berikut (Sarwono, 2002:56):
1. Tempe memiliki karakteristik sebagai makanan bayi yang baik.
Selain pertumbuhan fisik, tempe juga berkhasiat menghindari diare akibat
bakteri enteropatogenik.
2. Tempe mengandung antibiotic alami yang dapat melindungi usus dan
memperbaiki sistem pencernaan yang disebabkan diare pada anak balita.
3. Tempe dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan dapat membuat awet
muda karena mengandung senyawa zat isoflavin yang mempunyai daya proteksi terhadap sel hati dan mencegah penyakit jantung.
4. Tempe dapat melangsingkan tubuh karena dapat menghindari terjadinya
timbunan lemak dalam rongga perut, ginjal dan di bawah kulit perut.
5. Tempe merupakan hasil fermentasi kapang dan mikroorganisme lain yang
tidak bersifat patogen terhadap kesehatan manusia.
Penggunaan tempe sebagai bahan makanan dapat meningkatkan kesehatan
masyarakat. Bagi mereka yang memerlukan makanan rendah kalori,
bebas kolesterol, tetapi bergizi tinggi, tempe merupakan salah satu bahan
2.1.2. Teori Permintaan
Lukman (2007:18) menyatakan bahwa permintaan (demand) terhadap suatu barang dan jasa dapat didefinisikan sebagai suatu hubungan antara sejumlah
barang atau jasa yang diinginkan oleh konsumen untuk dibeli di pasar pada
tingkat harga dan waktu tertentu.
Dalam menganalisis mengenai permintaan perlu disadari perbedaan antara
permintaan dengan jumlah barang yang diminta. Ahli ekonomi mengatakan
bahwa permintaan menggambarkan keadaan keseluruhan dari hubungan antara
harga dan jumlah permintaan. Sedangkan jumlah barang yang diminta
dimaksudkan sebagai banyaknya permintaan pada suatu tingkat harga tertentu.
Jadi permintaan merupakan keinginan konsumen untuk membeli suatu barang
pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu (Firdaus, 2009:69).
Ritonga (2003:108) menyatakan permintaan adalah jumlah barang atau
jasa yang dibeli dalam berbagai situasi dan tingkat harga. Semakin tinggi (mahal)
harga, semakin sedikit permintaan. Sebaliknya semakin rendah (murah) harga,
semakin banyak permintaan.
Hukum permintaan tidak berlaku mutlak, tetapi bersifat tidak mutlak dan
dalam keadaan caretis paribus (faktor-faktor lain dianggap tetap). Hukum permintaan berbunyi: “apabila harga mengalami penurunan, maka jumlah
permintaan akan naik/bertambah, dan sebaliknya apabila harga mengalami
kenaikan, maka jumlah permintaan akan turun/berkurang”. Hukum permintaan
2.1.2.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan
Permintaan terhadap suatu barang oleh seseorang dipengaruhi oleh banyak
faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan adalah (Suprayitno,
2008:61-62):
a. Harga barang itu sendiri
Naik atau turunnya harga barang atau jasa akan mempengaruhi
banyak/sedikitnya terhadap jumlah barang yang diminta. Jika harga barang
tersebut turun maka jumlah permintaan akan barang tersebut akan bertambah.
Sebaliknya, jika harga barang tersebut naik maka permintaan akan barang tersebut
akan berkurang.
b. Pendapatan masyarakat
Pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi atau
rendahnya pendaptan masyarakat akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas
permintaan. Pada kenyataaanya, pendapatan mempengaruhi permintaan terhadap
suatu barang. Lukman (2007:23) menyatakan bahwa bila terjadi kenaikan
penghasilan maka akan mengakibatkan penurunan permintaan terhadap barang
inferior. Sedangkan untuk barang normal, bila pendapatan bertambah maka
permintaan terhadap barang tersebut juga bertambah.
c. Intensitas kebutuhan
Mendesak/tidaknya atau penting/tidaknya kebutuhan seseorang terhadap
barang atau jasa, mempengaruhi jumlah permintaan. Kebutuhan primer lebih
dibanding kebutuhan tersier, sehingga pengaruhnya terhadap jumlah permintaan
berbeda.
d. Distribusi pendapatan
Semakin merata pendapatan, maka jumlah permintaan semakin meningkat.
Sebaliknya, pendapatan yang hanya diterima/dinikmati oleh kelompok tertentu
maka secara keseluruhan jumlah permintaan akan turun.
e. Pertambahan penduduk
Jumlah penduduk akan mempengaruhi jumlah permintaan.
Semakin banyak penduduk, maka jumlah permintaan akan meningkat.
f. Selera (taste)
Faktor kesukaan atau ketidaksukaan konsumen terhadap suatu barang akan
mempengaruhi permintaannya terhadap barang tersebut, tanpa melihat keadaan
budget yang dimilikinya. Perkembangan mode, pendidikan, dan lingkungan juga
akan mempengaruhi selera masyarakat. Sehingga, akan berpengaruh juga terhadap
jumlah permintaan.
g. Barang pengganti (substitusi)
Adanya barang pengganti akan berpengaruh terhadap jumlah permintaan.
Pada saat harga barang naik, jika ada barang pengganti maka jumlah permintaan
akan dipengaruhinya. Lukman menyatakan apabila harga suatu barang (x) yang
berhubungan mengalami perubahan, akan mempengaruhi permintaan barang (y).
Hubungan ini didapat dalam dua bentuk yaitu bersifat subsitusi atau bersifat
2.1.2.2. Fungsi Permintaan
Firdaus (2009:69) menyatakan permintaan yang dinyatakan dalam
hubungan matematis dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya disebut fungsi
permintaan. Dengan fungsi permintaan, kita dapat mengetahui hubungan antara
variabel bebas dengan variabel tidak bebas. Persamaan fungsi permintaan dapat
disusun sebagai berikut:
Dx = f (Px, Py, Y, T, N)
Keterangan:
Dx = Permintaan akan barang x Px = Harga barang tersebut (x) Py = Harga barang lain (y) Y = Pendapatan konsumen T = Selera
N = Jumlah penduduk
Dx adalah variabel tidak bebas, karena besar nilainya ditentukan oleh
variabel lain. Px, Py Y, T dan N adalah variabel bebas karena besar nilainya tidak
tergantung besarnya variabel lain. Tanda positif dan negatif menunjukkan
pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap permintaan akan barang x.
2.1.3. Konsep Elastisitas Permintaan
Elastisitas merupakan suatu indeks (bilangan) yang menggambarkan
hubungan kuantitatif antara variabel dependen dengan variabel independen,
misalnya antara jumlah barang yang diminta dengan harga barang tersebut.
Dengan demikian elastisitas dapat didefinisikan sebagai: persentase perubahan
yang diminta (Q) sebagai akibat perubahan harga barang tersebut (P) sebesar
satu persen. Berdasarkan uraian tersebut, secara umum dapat dikatakan bahwa
elastisitas adalah bilangan (indeks) yang menggambarkan hubungan sebab akibat antara variabel independen dengan variabel dependen (Suprayitno, 2008:131).
Menurut Firdaus (2009:77), tidak semua faktor yang mempengaruhi
perubahan permintaan atau penawaran dapat diukur. Faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan yang biasa diukur antara lain: harga barang yang
bersangkutan, harga barang lain yang berkaitan, dan pendapatan konsumen.
Oleh karana itu, elastisitas permintaan dibagi tiga, yaitu:
1. elastisitas harga dari permintaan (price elasticity of demand), sering disebut elastisitas harga;
2. elastisitas silang dari permintaan (cross elastisity of demand), sering disebut elastisitas silang;
3. elastisitas pendapatan dari permintaan (income elastisity of demand), sering disebut elastisitas pendapatan.
2.1.4. Teori Perilaku Konsumen
Suatu rumah tangga setiap bulannya akan membutuhkan berbagai macam
barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan penghasilan
yang dimiliki terbatas jumlahnya. Dengan penghasilan yang terbatas tersebut,
rumah tangga sebagai pelaku ekonomi yang rasional akan melakukan pilihan yang
jasa-jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik yang merupakan kebutuhan
langsung maupun kebutuhan tidak langsung yang sifatnya
mengurangi/menghabiskan utilitas/daya guna barang tersebut.
Ritonga (2003:63) menyatakan dinamika pembelian oleh konsumen amat
ditentukan oleh dinamika harga. Konsumen cenderung membeli banyak barang
ataupun jasa pada waktu harga-harga sedang turun, dan mengurangi pebelian
bilamana harga-harga naik. Saat melakukan pembelian konsumen berusaha
membeli barang atau jasa dalam jumlah tertentu dan dalam berbagai jenis sesuai
dengan kebutuhannya. Dalam lingkup ekonomi, pembelian yang dilakukan sesuai
dengan jumlah pendapatan konsumen disebut perilaku konsumen.
Teori tingkah laku konsumen akan menjelaskan sebabnya konsumen akan
membeli lebih banyak pada harga yang rendah dan akan mengurangi
pembeliannya pada barang yang tinggi, dan menjelaskan bagaimana seorang
konsumen menentukan jumlah dan komposisi dari barang yang akan dibeli
dengan pendapatan yang dimiliki. Ada dua pendekatan dalan teori tingkah laku
konsumen yaitu (Suprayitno, 2008:103-105):
1. Pendekatan nilai guna kardinal, asumsi dasarnya:
a. Kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara
kuantitatif.
b. Makin banyak barang dikonsumsi makin besar kepuasan.
akan naik sampai dengan titik tertentu atau saturation point tambahan kepuasan akan semakin turun. Hukum ini menyebabkan terjadinya
Downward sloping MU curve. Tingkat kepuasan yang semakin menurun ini dikenal dengan hukum Gossen.
d. Tambahan kepuasan untuk tambahan satu unit barang bisa dihargai dengan
uang, sehingga semakin besar kepuasan makin mahal harganya.
Jika konsumen memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka dia akan
mau membayar mahal, sebaliknya jika kepuasan yang dirasakan konsumen
rendah maka dia hanya akan mau membayar dengan murah.
Pendekatan kardinal biasa disebut sebagai daya guna marginal.
Asumsi seorang konsumen:
a. Konsumen harus rasional yaitu menginginkan kepuasan maksimal
b. Konsumen punya preferensi jelas akan barang dan jasa
c. Terdapat kendala anggaran
2. Pendekatan nilai guna ordinal, asumsi yang digunakan:
Pendekatan ordinal berdasarkan pembandingan suatu barang dengan
barang yang lain, lalu memberikan urutan dari hasil pembandingan tersebut.
Dalam teori perilaku konsumen denga pendekatan ordinal asumsi dasar seorang
konsumen adalah:
a. Konsumen rasional, mempunyai skala preferensi dan mampu merangking
kebutuhan yang dimilikinya.
Konsumen lebih menyukai yang lebih banyak dibandingkan lebih sedikit,
artinya semakin banyak barang yang dikonsumsi menunjukkan semakin tingginya
tingkat kepuasan yang dimilikinya.
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini dilakukan dengan merujuk pada penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Devaluasari (2006) dengan judul Analisis Pola Konsumsi Tempe
Rumah Tangga di Kota Bogor. Berdasarkan penelitian Devaluasari pola konsumsi
tempe di Kota Bogor untuk kelas ekonomi atas, kelas ekonomi menengah,
dan kelas ekonomi bawah memiliki beberapa kesamaan dijadikannya tempe
sebagai bahan pangan sumber protein dalam menu makan sehari-hari.
Semakin rendah kelas ekonomi kecenderungan frekuensi konsumsi tempe akan
semakin sering. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kelas ekonomi atas harga
ikan air tawar, harga daging ayam dan pendapatan rumah tangga berpengaruh
nyata pada konsumsi tempe. Untuk kelas ekonomi menengah harga tempe,
harga telur, harga daging ayam dan jumlah anggota keluarga berpengaruh nyata
pada konsumsi tempe sedangkan pada rumah tangga kelas bawah harga tahu dan
harga daging ayam berpengaruh nyata terhadap konsumsi tempe.
Penelitian lain tentang permintaan dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya dilakukan oleh Nugroho (2008) dengan judul Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemintaan Daging Sapi Lokal pada
harga daging sapi lokal (X1), jumlah pendapatan keluarga (X2), dan jumlah
anggota keluarga (X3). Berdasarkan fungsi permintaan nilai elastisitas harga
daging sapi lokal sebesar 2,276. Elastisitas harga bersifat elastis artinya persentase
perubahan harga lebih kecil daripada perubahan jumlah daging sapi lokal.
2.3. Kerangka Pemikiran
Kebutuhan masyarakat akan pangan yang mengandug gizi yang tinggi saat
ini semakin meningkat. Kebutuhan akan protein dapat dipenuhi dari konsumsi
lauk. Tempe merupakan salah satu sumber pangan nabati yang kaya akan protein
dan sudah menjadi lauk andalan bagi masyarakat.
Permintaan terhadap suatu barang berdasarkan teori ekonomi dipengaruhi
oleh harga barang itu sendiri, pendapatan masyarakat, intensitas kebutuhan,
distribusi pendapatan, pertambahan penduduk, selera, dan barang pengganti
(substitusi). Dalam penelitian ini permintaan tempe yang dikonsumsi oleh satu keluarga akan dilihat dari harga tempe, harga barang pengganti (tahu, telur,
daging ayam, dan ikan), jumlah anggota keluarga, dan pendapatan keluarga.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh dari faktor-faktor
permintaan tersebut terhadap permintaan tempe oleh konsumen rumah tangga
pada masyarakat di desa Jombang. Peneliti menggunakan analisis deskriptif
kualitatif dan perhitungan kuantitatif dengan analisis regresi linier berganda dan
elastisitas. Hasil yang diharapkan adalah seberapa besar faktor-faktor permintaan
Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran
Faktor-faktor Permintaan:
• Harga Tempe
•Harga Tahu
•Harga Telur
•Harga Daging Ayam
•Harga Ikan
• Jumlah Anggota Keluarga
• Pendapatan Keluarga
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di desa Jombang Analisis Kualitatif
Deskriptif Kualitatif
Permintaan Tempe
Konsumen Rumah Tangga di desa Jombang
Analisis Hasil
Analisis Kuantitatif • Regresi Linier Berganda • Elastisitas
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Jombang, Kecamatan Ciputat, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten. Letak Desa Jombang stategis karena berada di antara
dua kota mandiri yaitu Bintaro dan Bumi Serpong Damai (BSD), serta merupakan
kawasan perencanaan pengembangan wilayah Kota Tangerang Selatan.
Adapun pengumpulan data untuk penelitian ini dilaksanakan mulai bulan
Desember 2010 sampai Januari 2011.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuisioner
kepada responden di desa Jombang. Data sekunder diperoleh dari pemerintah
daerah setempat serta studi pustaka yaitu dengan mencari literatur-literatur
seperti; jurnal, buku-buku yang relevan dan artikel yang berhubungan dengan
penelitian.
3.3. Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
purposive random sampling atau pengambilan sampel acak secara sengaja di desa Jombang. Populasi dalam penelitian ini yaitu rumah tangga di desa Jombang yang
berjumlah 7.570 Kepala Keluarga. Adapun untuk menentukan besarnya sampel
N n = ——— Nd² + 1
Keterangan :
n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi
d2 = Persentase kesalahan sampel, dalam penelitian ini 10%
Maka perhitungan jumlah sampel pada penelitian ini:
7.570 n = ——————— 7.570(0,1)2 + 1
n = 98,69 = 99 responden
Responden penelitian ini adalah mereka yang bersedia untuk diwawancarai
serta dapat mengambil keputusan dalam kegiatan rumah tangga yang termasuk
dalam kriteria ini diantaranya ibu rumah tangga, seorang ayah dengan keputusan
sendiri atau anggota keluarga yang telah memiliki penghasilan dan mempunyai
wewenang dalam membelanjakan pendapatannya.
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Dalam pengolahan dan analisis data digunakan analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif.
3.4.1. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif atau deskriptif (pemaparan) digunakan untuk
mengetahui gambaran umum konsumen tempe yang ada di wilayah satuan kasus
yang diamati. Metode analisis deskriptif dengan tabulasi sederhana ditujukan
3.4.2. Analisis Kuantitatif
Alat yang akan digunakan untuk melakukan analisis kuantitatif dalam
penelitian ini adalah dengan bantuan komputer menggunakan program Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 17.0. Data yang diperoleh diolah kemudian dilakukan analisis dengan metode regresi linier berganda dan perhitungan
elastisitas.
3.4.2.1. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi ganda adalah pengembangan dari analisis regresi
sederhana. Kegunaannya yaitu untuk meramalkan nilai variabel terikat (Y) apabila
variabel bebas minimal dua atau lebih (Riduan dan Akdon, 2009:142).
Menurut Sugiyanto (2004:195), analisis regresi linear berganda digunakan untuk
menganalisis pengaruh lebih dari satu variabel independen terhadap variabel
dependen. Model persamaan regresi linear berganda untuk permintaan tempe
adalah sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + bkXk + … + ε
Keterangan :
Y = Permintaan tempe (dalam kg per bulan)
a = Konstanta (nilai Y pada saat x sama dengan nol)
X6 = Jumlah anggota keluarga (orang)
Dalam analisis regresi terdapat uji signifikansi regresi sebagai berikut:
1. Pengujian Parameter Regresi Secara Tunggal (Uji-t)
Uji t dipakai untuk melihat signifikansi dari pengaruh independen secara
individu terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lain bersifat
konstan. Uji ini dilakuakan dengan membandingkan thitung dengan ttabel.
H0 ditolak apabila : thitung > ttabel,, derajat bebas tertentu
H1 diterima apabila : thitung < ttabel,, derajat bebas tertentu
Hipotesisnya adalah:
H0 : bi = 0, artinya bahwa masing-masing variabel bebas (independent)
dalam model tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas (dependent)
H1 : bi ≠ 0, artinya bahwa masing-masing variabel bebas (independent)
dalam model berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas (dependent) 2. Pengujian Serentak Seluruh Parameter Dugaan (Uji-F)
Untuk mengetahui apakah regresi linear berganda berikut perhitungan
koefisien regresinya menunjukkan ada pengaruh signifikan atau tidak maka
terlebih dahulu perlu dilakukan pengujian dengan analisis F hitung (Sugiyanto,
2004:196). Pengujian parameter secara serentak dapat dilakukan dengan
menggunakan uji F, hipotesis yang digunakan yaitu:
H0 : bi = 0, artinya seluruh variabel bebas (independent) dalam model tidak
berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas (dependent)
Kriteria Uji :
H0 ditolak apabila : Fhitung > Ftabel,, derajat bebas tertentu
H1 diterima apabila : Fhitung < Ftabel,, derajat bebas tertentu
3. Uji R² (Koefisien Determinasi)
Nazir (2005:460), menyatakan bahwa untuk melihat berapa persen dari
variasi vaiabel dependen dapat diterangkan oleh variasi variabel independen
digunakan koefisien determinasi (R²).
Nilai R² mempunyai interval antara 0 sampai 1 (0 ≤ R² ≤ 1).
Semakin besar R² (mendekati 1), semakin baik hasil untuk model regresi tersebut
dan semakin mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan tidak
dapat menjelaskan variabel dependen (Irianto, 2004:206).
3.4.2.2. Analisis Elastisitas
Analisis elastisitas dilakukan untuk mengetahui persentase kenaikan atau
penurunan jumlah permintaan tempe jika terjadi perubahan dari harga dan
pendapatan.
Rumus untuk perhitungan elastisitas sebagai berikut (Machfudz, 2007:84):
E = ∆Qx . Px
∆Px Qx
dimana : Qx = rata-rata jumlah barang x yang diiminta
Px = rata-rata harga barang x
(demand function). Misalkan fungsi permintaan y = a + bx, maka elastisitasnya dapat dicari dari nilai koefisien, rumusnya sebagai berikut (Machfudz, 2007:92):
E = ∂q . x dimana ∂q= b sehingga E = b ( x )
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu
variabel dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan,
ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel
tersebut (Nazir, 2005:126). Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian
ini adalah :
1. Tempe adalah hasil dari proses fermentasi kedelai dalam waktu tertentu
menggunakan jamur Rhizopus sp. mempunyai ciri berwarna putih karena pertumbuhan miselia-miselia jamur yang menghubungkan antar biji-biji
kedelai sehingga terbentuk tekstur yang kompak.
2. Permintaan adalah suatu hubungan antara sejumlah barang atau jasa yang
3. Harga adalah nilai jual yang ditawarkan pasar kepada konsumen
(dalam rupiah).
4. Barang substitusi adalah barang pengganti yang sama fungsinya dengan
barang utama. Dalam penelitian ini barang subtitusi yang digunakan adalah
tahu, telur, daging ayam, daging sapi, ikan dan udang.
5. Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya orang yang tinggal dalam satu
rumah tersebut atas tanggungan kepala keluarga (dalam satuan orang).
6. Pendapatan keluarga adalah pendapatan total rumah tangga konsumen dari
berbagai sumber yang merupakan pendapatan per bulan (dalam rupiah).
Pendapatan total diketahui dari jumlah biaya yang dikeluarkan untuk
konsumsi semua anggota keluarga selama sebulan (dalam rupiah) pada
responden melalui media kuisioner.
7. Kuisioner adalah sebuah set pertanyaan yang secara logis berhubungan
dengan masalah penelitian dan tiap pertanyaan merupakan jawaban-jawaban
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Letak Goegrafis dan Administratif Desa Jombang
Ciputat adalah sebuah kecamatan di Kota Tangerang Selatan,
Provinsi Banten, Indonesia. Sebelum Kota Tangerang Selatan menjadi otonom,
Ciputat merupakan kecamatan dari Kabupaten Tangerang. Pada tahun 1952,
Desa Jombang dimekarkan dari Desa Ciputat. Kemudian pada tahun 2002,
Desa Jombang statusnya ditingkatkan menjadi status kelurahan. Mulai dari tahun
2008 sampai sekarang Desa Jombang telah menjadi bagian dari Kota Tangrang
Selatan yang dahulunya masih menginduk di Kabupaten Tangerang.
Desa Jombang mempunyai ketinggian dari permukaan laut 560 mdpl
dengan curah hujan 1510 mm/tahun. Keadaaan umum wilayah Desa Jombang
yang memiliki luas wilayah 356,865 Ha, terdiri dari: 59,935 Ha pemukiman real estate, 9,150 Ha pemukiman KPR-BTN, 229,046 Ha pemukiman umum dan masih terdapat lahan tidur sebanyak 41,000 Ha.
Batas-batas wilayah Desa Jombang: Sebelah Barat berbatasan dengan
Desa Lengkong Gudang, Kecamatan Serpong. Sebelah Timur berbatasan dengan
Desa Sawah Baru, Kecamatan Ciputat. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa
Ponduk Pucung dan Perigi, Kecamatan Pondok Aren. Sebelah Selatan berbatasan
dengan Desa Sarua, Kecamatan Ciputat. Desa Jombang memiliki jarak dengan
Ibukota Kecamatan 4 Km, ke Ibukota Kota 6 Km, ke Ibukota Provinsi 60 Km dan
4.2. Penduduk Desa Jombang
Berdasarkan data dari Kelurahan Jombang, jumlah penduduk di Desa
Jombang pada tahun 2010 adalah 29.983 jiwa dengan rincian penduduk laki-laki
berjumlah 15.327 jiwa dan jumlah penduduk perempuan berjumlah 14.656 jiwa
serta terhimpun menjadi 7.570 Kepala Keluarga (KK).
Mata pencaharian terbesar masyarakat Desa Jombang sebanyak
41,83 persen adalah berprofesi sebagai karyawan BUMN/Swasta. Hal ini terlihat
dari banyaknya komplek perumahan real estate yang dibangun di wilayah Jombang, membuat masyarakat yang bekerja sebagai karyawan dan bekerja
di kantoran memilih wilayah Jombang sebagai tempat tinggalnya. Terdata pula
masyarakat yang belum atau tidak bekerja yaitu sebesar 1.570 orang. Pada Tabel 3
dapat dilihat jenis pekerjaan penduduk Desa Jombang secara statistik.
Tabel 3. Jenis Pekerjaan Masyarakat di Desa Jombang, 2010
No Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)
Tipologi masyarakat desa Jombang yang merupakan masyarakat
perkotaan, kesadaran akan pentingnya pendidikan sudah cukup besar.
Secara umum, sebanyak 32,39 persen sudah bisa menamatkan Sekolah Menengah
Tingkat Atas. Namun dikarenakan keterbatasan administrasi desa, ada 36,70
persen penduduk tidak jelas tingkat pendidikan yang pernah dicapainya. Tabel 4
merupakan data masyarakat desa Jombang berdasarkan tingkat pendidikannya.
Tabel 4. Tingkat Pendidikan Masyarakat di Desa Jombang, 2010
No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Tidak / Belum Sekolah 2.300 7,67
yaitu sebanyak 28.858 jiwa merupakan muslim. Pada Tabel 5 dapat dilihat jumlah
penduduk berdasarkan agama yang dianut.
Tabel 5. Data Jumlah Penduduk Desa Jombang Berdasarkan Agama, 2010
No Agama Jumlah (orang) Persentase (%)
4.3. Sarana dan Prasarana Desa Jombang
Sarana dan prasarana pendidikan dalam kurun waktu 10 tahun belakangan
cukup meningkat. Ditandai dengan berdirinya yayasan pendidikan,
yaitu munculnya sekolah-sekolah baru. Lembaga pendidikan atau sekolah-sekolah
yang tumbuh di Desa Jombang umumnya adalah penyelenggara pendidikan dasar
dan menengah, mulai dari pendidikan usia dini (Taman Kanak-kanak/TK/RA),
SD/MI, SLTP/MTs, SMK/MA dan pondok pesantren. Data mengenai sarana
pendidikan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Sarana Pendidikan di Desa Jombang, 2010
No Jenis Sarana Jumlah
Sumber : Data Potensi Desa 2010
Pada bidang kesehatan untuk masyarakat Desa Jombang sudah cukup
memadai. Hal ini terlihat dari banyaknya sarana kesehatan yang ada dan tersebar
di seluruh wilayah desa. Tabel 7 merupakan data sarana kesehatan yang ada
di desa Jombang.
Tabel 7. Sarana Kesehatan di Desa Jombang, 2010
No. Sarana / Prasarana Kesehatan Jumlah
1 Rumah Sakit 1
2 Puskesmas 1
3 Klinik Umum / Gigi 10
4 Rumah Bersalin 10
Sarana olah raga yang terdapat di Desa Jombang diantaranya adalah
lapangan sepak bola, lapangan futsal, lapangan bola volli, lapangan bulu tangkis,
lapangan tenis, dan lapangan bola basket. Data mengenai sarana olah raga tersebut
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Sarana Olah Raga di Desa Jombang, 2010
No Jenis Sarana Jumlah
Sumber : Data Potensi Desa 2010
Profesi terbanyak kedua pada masyarakat desa Jombang adalah pedagang
maka di desa Jombang terdapat beberapa sarana untuk berdagang.
Diantaranya pertokoan, swayalan, rumah makan, pasar tradisional dan warung.
Secara statistik sarana tersebut dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Sarana Perdagangan Masyarakat di Desa Jombang, 2010
No Jenis Sarana Jumlah
Sumber : Data Potensi Desa 2010
Di desa Jombang terdapat 21 masjid dan 21 musholla. Karena mayoritas
penduduk Desa Jombang beragama islam, maka masjid dan mushola itu selain
digunakan untuk tempat pokok ibadah, juga digunakan untuk kegiatan pendidikan
buah gereja di Desa Jombang. Sedangkan untuk sarana peribadatan agama lainnya
tdak ada. Selain itu terdapat pula sarana perbankan dan koperasi. Ada dua bank
umum/komersil dan satu buah koperasi non KUD di Desa Jombang. Terdapat pula
sebuah Stasiun Kereta Api sebagai sarana transportasi yang sangat memudahkan
masyarakat desa Jombang untuk baraktifitas.
4.4. Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah konsumen tempe
rumah tangga pada masyarakat desa Jombang dengan jumlah yang sudah
ditentukan melalui hasil perhitungan menggunakan rumus slovin yaitu sebanyak
99 responden dari populasi 7.570 Kepala Keluarga. Dari hasil penyebaran
kuisioner kepada responden, maka didapatkan data pembagian karakteristik
responden sebagai berikut:
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Posisi Dalam Keluarga
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
4.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Responden dalam penalitian ini sebagian besar adalah perempuan dengan
persentase sebesar 91,91% dan mayoritas adalah ibu rumah tangga.
Sedangkan 8,08% adalah laki-laki yang merupakan kepala keluarga atau anak
yang sudah mempunyai wewenang dari keluarga tersebut. Untuk sebaran
responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Jombang, 2011
No Jenis Kelamin Jumlah Responden (n) Persentase (%)
1. Laki-laki 8 8,08
2. Perempuan 91 91,91
Jumlah 99 100
Sumber: Data Primer (diolah)
4.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Posisi dalam Keluarga
Posisi seseorang di dalam keluarga adalah peranan orang tersebut didalam
keluarga sebagai siapa. Dalam satu keluarga biasanya terdiri dari kepala keluarga,
isteri/ibu dan anak. Besarnya proporsi responden berdasarkan posisi dalam
keluarganya dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Posisi dalam Keluarga di Desa Jombang, 2011
No Posisi Jumlah Responden (n) Persentase (%)
Berdasarkan tabel tersebut diatas, mayoritas posisi dari responden dalam
keluarga adalah isteri yang umumnya merupakan ibu rumah tangga dengan
jumlah responden sebanyak 77 orang. Hal ini sesuai dengan target dalam
penelitian ini, karena biasanya ibu rumah tangga lebih memahami urusan
konsumsi dalam keluarganya. Untuk posisi kepala keluarga ada sebanyak 9,09%
dari total responden. Dalam hal ini, tidak semua kepala keluarga merupakan ayah
dari keluarga tersebut karena ada sebagian dari responden yang merupakan ibu
rumah tangga yang bekerja sebagai tulang punggung bagi keluarganya.
Posisi anak dalam keluarga responden ada sebanyak 12 orang. Posisi anak dalam
keluarga ini merupakan anggota keluarga yang telah bekerja atau sudah memiliki
wewenang didalam keluarganaya, sebagian besar anak dalam keluarga responden
ini adalah mahasiswa. Sedangkan terdapat pula satu orang nenek dari keseluruhan
responden yang ada.
4.1.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Bekerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara teratur dalam jangka
waktu tertentu dengan tujuan mendapatkan penghasilan. Secara umum jenis
pekerjaan akan membedakan tingkat pendapatan dan dapat menentukan nasib
suatu keluarga. Semakin baik pekerjaan maka semakin baik pula kehidupan suatu
keluarga. Dalam penelitian ini jenis pekerjaan yang akan dijabarkan adalah
pekerjaan dari responden tersebut pada saat mengisi kuisioner. Untuk sebaran
Tabel 12. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Desa Jombang, 2011
No Jenis Pekerjaan Jumlah Responden (n) Persentase (%)
1. Ibu Rumah Tangga 57 57,57
2. Karyawan Swasta 13 13,13
3. PNS 3 3,03
4. Guru 6 6,06
5. Wiraswasta 5 5,05
6. Pedagang 7 7,07
7. Mahasiswa 6 6,06
8. Lainnya 2 2,02
Jumlah 99 100
Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan data dari pekerjaan 99 responden di atas, sebanyak 57,57%
responden hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Dapat diartikan bahwa
sebagian besar responden tidak memiliki penghasilan yang tetap tetapi
mendapatkan penghasilan dari anggota keluarga lainnya. Sebanyak 13,13%
responden berprofesi sebagai karyawan swasta. Hal ini sesuai dengan mata
pencaharian terbesar di Desa Jombang adalah karyawan BUMN/Swasta.
Kemudian sebanyak 3,03% berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS),
guru sebanyak 6,06%, wiraswasta sebanyak 5,05% dan pedagang sebanyak
7,07%. Ada pula 6 responden yang merupakan mahasiswa dan 2 orang responden
4.1.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan menentukan seberapa besar
pengetahuan yang dimilikinya. Pendidikan juga sangat diperlukan untuk
memasuki dunia kerja. Tingginya pendidikan seseorang juga dapat membuka
kesempatan untuk memperoleh jenis pekerjan yang layak. Tingkat pendidikan dari
masyarakat di desa Jombang sangat bervariasi. Tabel 13 menyajikan data
responden berdasarkan tingkat pendidikannya.
Tabel 13. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Jombang, 2011
No Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (n) Persentase (%)
1. SD 10 10,10
2. SMP 12 12,12
3. SMA/SMK 58 58,58
4. Diploma 1 0 0
5. Diploma 2 0 0
6. Diploma 3 6 6,06
7. Sarjana 13 13,13
8. Pasca Sarjana 0 0
Jumlah 99 100
Sumber: Data Primer (diolah)
Dari Tabel 13, sebagian besar responden telah menamatkan pendidikannya
sampai tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu sebanyak 58,58%.
Kemudian untuk tingkat sarjana ada 13,13% dari total responden.
Tingkat pendidikan Diploma 3 ada sebanyak 6,06% dan Sekolah Menengah
Pertama (SMP) sebanyak 12,12%. Sedangkan untuk tingkat pendidikan terendah