• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN IKAN LELE OLEH KONSUMEN RUMAH TANGGA DI KOTA TANGERANG SELATAN PROVINSI BANTEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN IKAN LELE OLEH KONSUMEN RUMAH TANGGA DI KOTA TANGERANG SELATAN PROVINSI BANTEN"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERMINTAAN IKAN LELE OLEH KONSUMEN RUMAH TANGGA DI KOTA TANGERANG SELATAN PROVINSI BANTEN

Molly Kirana 1113092000028

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2018 M/1439 H

(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERMINTAAN IKAN LELE OLEH KONSUMEN RUMAH TANGGA DI KOTA TANGERANG SELATAN PROVINSI BANTEN

Molly Kirana 1113092000028

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agribisnis pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1439H/2018

(3)

PENGESAIIAN U.NAN

Skripsi berjudul "Analisis Faktor-faktor yang Nlempengaruhi Permintaan Ikan Lele oleh Konsumen Rumah Tangga

di

Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten" yang ditulis oleh

Molly

Kirana 1113092000028, telah

diuji

dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas lslam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Jum'at tanggal 28 Septernber 2018. Skripsi

ini

telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis.

Menyetujui Penguji I

Ir. Junaidi. SI. Si NIP.19660508 20I4t1 I 004

Pembimbing I

Ir. Mudatsir Naiamudtlin. MIII

NiP.t965A422 200112 I 001

Mengetahui

Penguji II

a{|ry r0,p

Puspi Eko Wiranthi. SE. M.Si

Pernbimbing II

Dekan

16 199903 1 003

Ketua

NIP. 19580429 198803 I 001

(4)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN

Molly Kirana I 1 l 3092000028

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP IDENTITAS DIRI

Nama : Molly Kirana

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 01 Juni 1995 Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Sarua Makmur Blok 29/1 RT 005 RW

010 Kelurahan Serua Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan

No Telp : 089670920247

Email : mollykiranamaliki@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

2000-2001 : TK Islam Bukit Indah

2001-2007 : SDN Serua 06

2007-2010 : SMP Negeri 9 Kota Tangerang Selatan 2010-2013 : SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan

2013-2017 : S-1 Agribisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

PENGALAMAN ORGANISASI

2013-2014 : Anggota Social Trust Fund (STF) 2013-2016 : Anggota Tari Saman Agribisnis

2014-2015 : Anggota Divisi Rohani dan Sosial HMJ Agribisnis

Staff Divisi Humas Koperasi Mahasiswa UIN Syahid Jakarta 2015-2016 : Anggota Divisi Aspirasi HMJ Agribisnis

Kepala Divisi Humas Koperasi UIN Syahid Jakarta Anggota Beswan Djarum Foundation

2016 : Bendahara KKN Fromature 025 UIN Syahid Jakarta

2016-2017 : Sekretaris Asosiasi Koperasi Mahasiswa Jabodetabek Banten 2017-2020 : Sekretaris BKPK DEKOPINDA Kota Tangerang Selatan

(6)

PENGALAMAN KERJA

2016 : Praktik Kerja Lapangan CV. Sakana Indo Prima 2016-2018 : Canvaser Dompet Dhuafa

2018 : Interviewer Litbang Kompas Gramedia

Customer Satisfaction Management PT. Bukalapak.com

PENDIDIKAN NON FORMAL

2013 : Agricamp HMJ Agribisnis UIN Syahid Jakarta

Pendidikan Dasar Koperasi Mahasiswa UIN Syahid Jakarta 2014 : Pendidikan Menengah Koperasi Mahasiswa UIN Jakarta

Training Organization Platform HMJ Agribisnis UIN Jakarta AKSI HMJ UIN Syahid Jakarta

Pendidikan Lanjut Koperasi Mahasiswa UIN Syahid Jakarta 2015 : Character Building Djarum Foundation

2016 : Leadership Development Djarum Foundation

2017 : Kursus Bahasa Jerman Level A1

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ikan Lele oleh Konsumen Rumah Tangga di Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten”.

Selama proses penelitian sampai selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis dengan penuh rasa hormat mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungan baik secara moril maupun materil baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua yakni Bapak M. Ridhan Maliki dan Ibu Sumini beserta adik yakni Farida Zahra atas segala kasih sayang, pengorbanan, nasihat, cinta dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis.

2. Bapak Dr. Agus Salim M. Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, MS selaku Ketua dan Bapak Dr. Iwan Aminudin M.Si selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Ir. Mudatsir Najamuddin, MM selaku dosen pembimbing I dan Ibu Dewi Rohma Wati, M.Si selaku dosen pembibing II yang telah mencurahkan

(8)

tenaga, waktu, serta memberikan ilmunya secara tulus demi terselesaikannya skripsi ini.

5. Bapak Ir. Junaidi M.Si selaku dosen penguji I dan Ibu Puspi Eko Wiranthi, M.Si selaku dosen penguji II yang telah menguji, serta memberikan saran atau masukan untuk membuat skripsi ini menjadi lebih baik.

6. Seluruh dosen pengajar Program Studi Agribisnis yang namanya tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terimakasih penulis sampaikan atas segala ilmu dan pelajaran selama di bangku perkuliahan. Semoga Allah SWT membalasnya.

7. Kak Nina Rusydiana telah membantu dan menjadi tempat bertukar pikiran penulis selama pembuatan skripsi.

8. Millah, Siska, Astrid, Widya, Izza, Yulia, Ririn, Egi, Dhea, Eki, Adam, Nina, Cyndi, Nasrullah, Novi, Usamah, Khalid, Restu dan Dzuhrisyah terima kasih atas dukungan dan doa yang diberikan. Terima kasih telah menjadi penyemangat selama penulis melakukan penelitian.

9. Teman- teman Agribisnis angkatan 2013 yang namanya tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu dan menjadi tempat bertukar pikiran penulis selama menempuh pendidikan di Prodi Agribisnis.

10. Semua pihak yang telah membantu namun penulis tidak dapat sebutkan satu persatu tanpa mengurangi rasa hormat. Terimakasih banyak.

Penulis mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya bila terdapat kesalahan dalam penulisan nama dan gelar pada pihak-pihak yang tersebut.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat pada hari ini, esok dan seterusnya. Akhirnya

(9)

hanya kepada Allah semua itu diserahkan semoga amal baik kita diterima oleh Allah SWT, Aamiin Ya Rabbal Allamiin.

Jakarta, September 2018

Molly Kirana

(10)

RINGKASAN

MOLLY KIRANA. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ikan Lele oleh Konsumen Rumah Tangga di Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten.

Dibawah bimbingan MUDATSIR NAJAMUDDIN dan DEWI ROHMA WATI.

Masyarakat Kota Tangerang Selatan memiliki kesadaran pentingnya mengkonsumsi ikan. Hal ini dibuktikan dengan angka konsumsi ikan yang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tahun 2017 angka konsumsi ikan lele menempati ikan lele dengan angka konsumsi terbesar kedua sebanyak 4.789.960 kilogram per tahun setelah ikan kembung sebanyak 4.856.583 kilogram per tahun.

Hal ini menunjukkan bahwa permintaan ikan lele oleh masyarakat di Kota Tangerang Selatan tinggi.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ikan lele oleh konsumen rumah tangga di Kota Tangerang Selatan (2) menganalisis pengaruh dari faktor-faktor permintaan ikan lele oleh konsumen rumah tangga di Kota Tangerang Selatan (3) mengukur elastisitas permintaan ikan lele oleh konsumen rumah tangga di Kota Tangerang Selatan. Sumber Data yang digunakan berupa data primer yang diperoleh secara langsung dari responden yaitu sampel rumah tangga di Kota Tangerang Selatan.

Penelitian ini menggunakan metode analisis Regresi Linier berganda dan analisis elastisitas.

Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ikan lele adalah harga ikan lele, harga ikan air tawar lain, harga telur ayam, jumlah anggota keluarga dan pendapatan keluarga. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda didapatkan hasil uji t dengan taraf kepercayaan 95% yang menyimpulkan bahwa variabel harga ikan lele, harga Ikan air tawar lain, harga telur ayam, jumlah anggota keluarga dan pendapatan keluarga berpengaruh nyata terhadap permintaan ikan lele di Kota Tangerang Selatan.

Berdasarkan hasil perhitungan elastisitas permintaan menyatakan bahwa ikan lele bersifat inelastis. Dari hasil elastisitas silang, harga Ikan air tawar lain bersifat substitusi terhadap ikan lele. Untuk harga telur ayam bersifat komplementer terhadap ikan lele. Berdasarkan hasil perhitungan elastisitas pendapatan, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ikan lele merupakan barang normal.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Agribisnis ... 10

2.2 Agribisnis Ikan Lele ... 10

2.3 Permintaan... 15

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan ... 16

2.5 Fungsi Permintaan ... 23

2.6 Elastisitas Permintaan ... 23

2.7 Penelitian Terdahulu ... 26

2.8 Kerangka Pemikiran ... 29

2.9 Hipotesis Penelitian ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 32

3.3 Metode Pengambilan Sampel ... 33

3.4 Metode Analisis Data ... 34

3.4.1 Uji Asumsi Klasik ... 35

3.4.2 Analisis Regresi Linier Berganda... 37

(12)

ii

3.4.3 Pengujian Parameter Estimasi ... 38

3.4.4 Analisis Elastisitas ... 41

3.5 Definisi Operasional... 43

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 45

4. 1 Kondisi Geografis Kota Tangerang Selatan ... 45

4. 2 Kependudukan Kota Tangerang Selatan ... 47

4. 3 Prasarana dan Sarana Kota Tangerang Selatan ... 51

4. 4 Karakteristik Responden ... 53

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 60

5. 1 Permintaan Ikan Lele Rumah Tangga ... 60

5. 2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ikan Lele ... 61

5. 3 Uji Asumsi Klasik ... 64

5. 4 Analisis Permintaan Ikan Lele di Kota Tangerang Selatan .... 69

5. 5 Elastisitas Permintaan Ikan Lele di Kota Tangerang Selatan . 78 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

6.1. Kesimpulan ... 83

6.2. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 85

LAMPIRAN ... 88

(13)

iii DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Perbandingan Kandungan Omega 3 dan Protein Sumber Protein Hewani ... 1

2. Angka konsumsi ikan per kapita Nasional Tahun 2013 - 2016 ... 2

3. Angka Konsumsi Ikan Tangerang Selatan Tahun 2013 - 2016 ... 3

4. Angka Konsumsi Ikan Provinsi Banten Tahun 2015-2016 (Kg/Kapita) ... 3

5. Produksi Ikan Air Tawar Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2017 (Kilogram) ... 4

6. Angka Konsumsi Berdasarkan Jenis Ikan Kota Tangerang Selatan Tahun 2015-2017 (Kg/Tahun) ... 5

7. Daftar Data Sekunder ... 33

8. Pembagian sampel pada setiap kecamatan di Kota Tangerang Selatan ... 34

9. Kelurahan Kota Tangerang Selatan ... 46

10. Perkembangan Penduduk Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 – 2016 ... 47

11. Penduduk Kota Tangerang Selatan Menurut Kelompok usia dan Jenis Kelamin Tahun 2016 ... 48

12. Penduduk Usia Kerja Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin di Kota Tangerang Selatan, Tahun 2015... 50

13. Keadaan Penduduk Kota Tangerang Selatan Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2015 ... 50

14. Sarana Pendidikan di Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 ... 51

15. Sarana Kesehatan di Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 ... 52

16. Sarana Perdagangan Di Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 ... 52

(14)

iv 17. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Kota Tangerang Selatan

Tahun 2017 ... 53

18. Data Responden Berdasarkan Usia di Kota Tangerang Selatan 2017 ... 54

19. Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 ... 54

20. Data Responden Berdasarkan Posisi dalam Keluarga di Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 ... 55

21. Data Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 ... 56

22. Pengetahuan Gizi Keluarga Responden di Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 ... 57

23. Alasan Responden Mengkonsumsi Ikan Lele Rumah Tangga Responden dalam Sebulan di Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 ... 59

24. Lokasi Pembelian Ikan Lele Rumah Tangga Responden di Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 ... 59

26. Harga Ikan Lele di Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 ... 61

27. Harga Ikan air tawar lain di Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 ... 62

28. Harga Telur Ayam di Kota Tangerang Selatan Tahun 2017... 62

29. Jumlah Anggota Keluarga Responden di Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 ... 63

30. Pendapatan Keluarga Perbulan Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 ... 64

31. Hasil Uji Normalitas, Uji Kolmogorov-Smirnov ... 66

32. Hasil Uji Multikolinearitas ... 68

33. Hasil Perhitungan Regresi Berganda ... 70

34. Hasil Uji F ... 77

35. Hasil Pengujian Koefisien Determinasi (R2)... 78

(15)

v 36. Analisis Elastisitas Permintaan Ikan lele di Kota Tangerang Selatan Tahun

2017 ... 79

(16)

vi DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Kerangka Pemikiran ... 30

2. Peta Kota Tangerang Selatan ... 45

3. Normal Probability Plot ... 66

4. Diagram Scatterplot ... 69

(17)

vii DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Kuisioner Penelitian ... 88

2. Data Penelitian ... 90

3. Hasil Analisis Elastisitas Harga ... 93

4. Hasil Analisis Elastisitas Silang ... 96

5. Hasil Analsis Elastisitas Pendapatan ... 102

6. Hasil Output SPSS IBM V.20 ... 105

(18)
(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lauk pauk terdiri dari pangan sumber protein hewani dan pangan sumber protein nabati. Kelompok pangan lauk pauk sumber protein hewani antara lain daging sapi, daging kambing, daging unggas (daging ayam, daging bebek dan sebagainya), ikan, telur dan susu serta hasil olahannya. Kelompok pangan lauk pauk sumber protein nabati meliputi kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti kedelai, tahu, tempe, kacang hijau, kacang tanah, kacang merah dan sebagainya.

Meskipun sama-sama mengandung protein, sumber protein hewani memiliki keunggulan yaitu mengandung omega 3 yang baik bagi kesehatan tubuh. Ikan memiliki kandungan omega 3 lebih tinggi dibandingkan sumber protein hewani lainnya dapat dilihat pada Tabel 1 (Kementerian Kesehatan RI, 2014:32).

Tabel 1. Perbandingan Kandungan Omega 3 dan Protein Sumber Protein Hewani Bahan Baku Kandungan Omega 3

(Mg/100 gram bahan baku) Kandungan Protein* (%)

Ikan 210,0 90

Daging sapi 22,0 37

Daging ayam 19,0 63

Daging kambing 18,0 80

Telur utuh** 60-150 35

*) fatsecret.co.id, **) halosehat.com

Sumber : Kementerian Kesehatan RI, (2014:15)

Berdasarkan Tabel 1, protein pada ikan setara dengan protein pada daging ayam tetapi ikan memiliki kandungan omega 3 yang lebih tinggi dibandingkan dengan sumber protein lainnya. Kandungan gizi pada ikan yang baik bagi tubuh membuat pemerintah Indonesia mengajak agar masyarakat Indonesia terus

(20)

2 mengkonsumsi ikan. Salah satu bentuk dukungan pemerintah dalam mengupayakan konsumsi ikan di Indonesia yaitu dengan membuat program Gemarikan atau Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan, dari program tersebut dapat diharapkan dapat meningkatkan konsumsi ikan nasional (Kementerian Kesehatan RI, 2017:11).

Tabel 2. Angka konsumsi ikan per kapita Nasional Tahun 2013 - 2016

Tahun Tingkat Konsumsi Ikan

(Kg/Kapita/Tahun) Pertumbuhan (%)

2013 35,21 -

2014 38,14 8,30

2015 41,11 7,70

2016 43,88 6,70

Total Rata-rata 39,58 7,57

Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2015

Tabel 2 menunjukkan rata-rata pertumbuhan konsumsi ikan menunjukkan peningkatan sebanyak 7,57 persen selama tahun 2013 hingga 2016. Hasil dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa program Gemarikan dapat menjadi salah satu cara yang berhasil mengajak masyarakat untuk mengkonsumsi ikan baik dalam bentuk segar maupun olahan. Salah satu kota yang menerapkan program Gemarikan adalah Kota Tangerang Selatan. Bentuk penerapan program Gemarikan di Kota Tangerang Selatan seperti kegiatan gelar makan ikan bersama, bazar dan pemberian bantuan hibah ikan beku yang diberikan kepada kelompok masyarakat seperti pondok pesantren, panti asuhan dan yayasan yatim piatu (Suara Tangsel, 2016 dan Wartakota Tribunnews, 2017). Dalam 5 tahun terakhir, program gemarikan dapat meningkatkan angka konsumsi ikan di tangsel dapat dilihat pada Tabel 3.

(21)

3 Tabel 3. Angka Konsumsi Ikan Tangerang Selatan Tahun 2013 - 2016

Tahun Angka Konsumsi Ikan (kg/kapita/tahun)

2013 26,77

2014 27,38

2015 29,71

2016 30,05

Sumber : Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Tangerang Selatan, 2017

Angka konsumsi ikan di Kota Tangerang Selatan setiap tahunnya mengalami peningkatan. Tabel 3 menunjukkan pada tahun 2016, angka konsumsi ikan mencapai 30,05 kg/kapita/tahun. Peningkatan konsumsi ikan di Tangerang Selatan memegang peranan penting dalam meningkatkan gizi masyarakat. Kota Tangerang Selatan juga merupakan salah satu kota dengan angka konsumsi ikan tertinggi dibandingkan kota atau kabupaten lainnya di Provinsi Banten.

Tabel 4. Angka Konsumsi Ikan Provinsi Banten Tahun 2015-2016

Kota/Kabupaten 2015

(Kg/Kapita)

2016 (Kg/Kapita)

Kabupaten Pandeglang 20,56 25,90

Kabupaten Lebak 23,80 26,24

Kabupaten Tangerang 27,03 24,86

Kabupaten Serang 20,64 21,88

Kota Tangerang 25,03 21,62

Kota Cilegon 25,03 23,34

Kota Serang 20,64 21,68

Kota Tangerang Selatan 29,71 30,05

Provinsi Banten 31,29 32,66

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten, 2017

Kota Tangerang Selatan meraih angka konsumsi ikan tertinggi di Banten.

Berdasarkan table 4, angka konsumsi ikan tahun 2015 sebanyak 29,71 kg per kapita dan meningkat di tahun 2016 menjadi sebanyak 30,05 kg per kapita. Hal ini berarti kesadaran masyarakat Kota Tangerang Selatan akan pentingnya mengkonsumsi ikan cukup tinggi. Selain kesadaran konsumsi ikan yang tinggi, Kota Tangerang Selatan juga salah satu wilayah yang mengembangkan budidaya ikan air tawar.

(22)

4 Jenis ikan air tawar yang dibudidayakan diantaranya adalah ikan mas, ikan nila, ikan gurame, ikan patin, ikan lele dan ikan bawal tawar.

Tabel 5. Produksi Ikan Air Tawar Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2017 Tahun Ikan Mas

(Kg)

Ikan Nila (Kg)

Ikan Gurame

(Kg)

Ikan Patin (Kg)

Ikan Lele (Kg)

Ikan Bawal Tawar

(Kg)

2013 0 138.400 40.500 2.100 355.940 2.100

2014 0 21.000 6.000 2.100 323.180 0

2015 1.000 15.080 12.000 3.000 358.900 2.400

2016 6.000 15.000 10.000 8.000 281.000 3.000

2017 120 2110 1.500 2.430 184.360 4.340

Sumber : Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Tangerang Selatan, 2017

Berdasarkan Tabel 5, tahun 2017 produksi ikan tertinggi adalah ikan lele sebanyak 184.360 kilogram, produksi ikan tertinggi kedua yaitu ikan nila sebanyak 2.110 kilogram, produksi ikan tertinggi ketiga yaitu ikan gurame sebanyak 1.500 kilogram dan paling sedikit adalah ikan mas dengan produksi sebanyak 120 kilogram. Ikan lele menempati posisi pertama yang diproduksi oleh masyarakat Kota Tangerang Selatan. Hal ini berarti ikan lele sudah menjadi salah satu komoditas perikanan yang diunggulkan di Kota Tangerang Selatan. Namun produksi ikan lele tersebut belum memenuhi permintaan ikan lele di kota Tangerang Selatan (Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Tangerang Selatan, 2017).

Masyarakat pada umumnya memiliki rasa ingin membeli atau mengkonsumsi suatu barang, apabila masyarakat memenuhi hasrat tersebut maka disitulah terjadi permintaan terhadap suatu barang. Permintaan pun perlu dicapai oleh masyarakat dengan cara menukar barang yang diinginkan dengan sejumlah uang yang dimiliki dimana pengeluarannya berbeda-beda pada setiap barang (Lukman, 2007:18). Masyarakat Kota Tangerang Selatan menyukai ikan lele hal ini

(23)

5 dapat dilihat dari permintaan ikan lele di Kota Tangerang Selatan yang tinggi dalam 3 tahun terakhir.

Tabel 6. Angka Konsumsi Berdasarkan Jenis Ikan Kota Tangerang Selatan Tahun 2015-2017 (Kg/Tahun)

Tahun Kembung

Lele, Patin, Gabus dan

Belut

Mujahir/

Nila Bandeng

Ikan Air Tawar/ Payau

Segar Lain 2015 6.577.463 4.502.819 4.241.641 3.487.309 2.742.272 2016 5.330.095 3.928.601 3.182.055 3.382.005 2.77 4.171

2017* 4.856.583 4.789.960 2.464.062 3.191.593 -

*) Jumlah angka Konsumsi Khusus Ikan Lele

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten,2017

Permintaan ikan lele di Kota Tangerang Selatan tinggi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6 yang menunjukkan bahwa tahun 2017 jenis ikan yang paling banyak dikonsumsi yaitu ikan kembung sebanyak 4.856.583 kilogram per tahun sedangkan ikan lele termasuk ikan dengan angka konsumsi ikan terbesar kedua sebanyak 4.789.960 kilogram per tahun. Tingginya konsumsi ikan lele di Kota Tangerang Selatan tidak diimbangi dengan produksi ikan lele di Kota Tangerang Selatan yang hanya menyediakan sebanyak 3,88%. Hal ini menyebabkan pasokan didatangkan dari luar Kota Tangerang Selatan diantaranya Kabupaten Bogor dan Sukabumi (Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Tangerang Selatan, 2018).

Masyhuri (2007:77-79) mengungkapkan ada sembilan faktor yang dapat mempengaruhi permintaan suatu barang yaitu harga barang itu sendiri, harga barang lain, pendapatan, jumlah konsumen, iklan, distribusi pendapatan, selera, perkiraan atau harapan konsumen dan kemtersediaan produk. Berdasarkan penelitian Virgantari (2011:202) dan Susanti (2014:33-34) bahwa dari sembilan faktor yang mempengaruhi permintaan, terdapat empat faktor yang mempengaruhi

(24)

6 permintaan ikan yaitu harga barang itu sendiri, harga barang lain, pendapatan dan jumlah konsumen.

Harga barang itu sendiri merupakan faktor utama yang mempengaruhi jumlah barang yang diminta, sehingga dapat dipastikan bahwa naik dan turunnya harga ikan lele menjadi faktor yang mempengaruhi permintaan ikan lele.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2014) harga barang sendiri dapat mempengaruhi permintaan barang tersebut.

Pemenuhan gizi seimbang mengharuskan suatu keluarga menyediakan sumber protein dalam konsumsi rumah tangganya. Kenaikan harga ikan lele dapat membuat masyarakat memilih sumber protein hewani lainnya sebagai barang pengganti seperti ikan air tawar lain dan telur ayam. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Ferdian (2012) menunjukkan bahwa permintaan ikan lele juga dipengaruhi oleh faktor harga ikan air tawar lain. Ikan air tawar lain seperti ikan mas, ikan mujahir dan ikan nila dapat ditemukan dalam satu lapak yang sama dengan ikan lele sehingga memudahkan konsumen memilih ikan air tawar lain untuk dikonsumsi selain ikan lele. Berdasarkan Tabel 1, Telur ayam ras memiliki kandungan omega 3 tinggi kedua setelah ikan, hal ini dapat menjadi alternatif lain dalam memenuhi gizi seimbang bagi keluarga.

Pertumbuhan penduduk di Kota Tangerang Selatan mengalami peningkatan tiap tahun. Tahun 2010 jumlah penduduk Kota Tangerang Selatan tercatat 1.298.504 jiwa dan terus mengalami peningkatan tiap tahunnya sampai pada tahun 2016 tercatat 1.593.812 jiwa (Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan, 2017).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Susanti (2014),

(25)

7 peningkatan jumlah anggota rumah tangga dapat mendorong meningkatnya permintaan pangan.

Permintaan terhadap ikan lele di Kota Tangerang Selatan juga dipengaruhi pula oleh tingkat pendapatan atau daya beli konsumen. Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Susanti (2014) pendapatan dapat mempengaruhi permintaan. Perubahan pendapatan selalu menimbulkan perubahan permintaan terhadap berbagai jenis barang karena pertambahan pendapatan menambah daya beli dan memungkinkan pembeli memilih barang yang lebih berkualitas.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan pada latar belakang, maka muncul pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ikan lele oleh konsumen rumah tangga di Kota Tangerang Selatan?

2. Bagaimana pengaruh faktor-faktor permintaan ikan lele terhadap permintaan ikan lele oleh konsumen rumah tangga di Kota Tangerang Selatan?

3. Bagaimana elastisitas permintaan ikan lele oleh konsumen rumah tangga di Kota Tangerang Selatan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini yaitu:

(26)

8 1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ikan lele oleh

konsumen rumah tangga di Kota Tangerang Selatan.

2. Menganalisis pengaruh dari faktor-faktor permintaan ikan lele oleh konsumen rumah tangga di Kota Tangerang Selatan.

3. Mengukur elastisitas permintaan ikan lele oleh konsumen rumah tangga di Kota Tangerang Selatan.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan diantaranya:

1. Bagi penulis, penelitian ini merupakan salah satu syarat kelulusan Program Strata 1 prodi Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan sumber informasi serta bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi Pemerintah khususnya pemerintah daerah Kota Tangerang Selatan, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam menyusun kebijakan, terutama kaitannya dengan konsumsi ikan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Permintaan ikan lele pada penelitian ini adalah pembelian ikan lele segar oleh konsumen rumah tangga.

(27)

9 2. Responden adalah konsumen ikan lele rumah tangga di Kota Tangerang

Selatan.

3. Variabel yang diduga mempengaruhi permintaan ikan lele yaitu harga ikan lele, harga ikan air tawar lain, harga telur ayam, jumlah anggota keluarga dan pendapatan keluarga.

(28)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Agribisnis

Agribisnis menurut Downey dan Steven (1987:18) adalah kegiatan ekonomi untuk mendistribusikan produk tani kepada konsumen melalui beberapa tahapan seperti memproses, memasarkan dan mendistribusikan. Saragih (2010:29) menyatakan agribisnis merupakan cara pandang secara vertikal keterkaitan antar subsistem agribisnis dan secara horizontal dengan subsistem jasanya. Sektor agribisnis menurut Saragih (2010:182) mencakup empat subsistem yaitu:

1. Subsistem agribisnis hulu (upstream agribussiness) 2. Subsistem usaha tani (on-farm agribusiness)

3. Subsistem agribisnis hilir (down-stream agribusiness) 4. Subsistem jasa penunjang agribsinis (supporting institution)

Pengembangan agribisnis tidak akan efektif dan efisien bila hanya mengembangkan salah satu subsistem yang ada didalamnya.

2.2 Agribisnis Ikan Lele

Ikan lele merupakan salah satu ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat di Indonesia. Ikan lele sangat potensial untuk dibudidayakan karena memiliki banyak manfaat seperti sebagai bahan makanan, ikan hias, memberantas hama dan juga sebagai obat (Sulaiman dan Tim Redaksi

(29)

11 Cemerlang, 2011:10). Ikan lele menjadi berkah bagi petani, pengusaha dan konsumen. Penerapan subsistem yang saling terintegrasi penting dilakukan karena dapat menjadikan usaha ikan lele tersebut berkembang efektif dan efisien.

Penerapan subsistem agribisnis ikan lele seperti pengadaan sarana produksi ikan lele, produksi ikan lele, pengolahan ikan lele dan pemasaran ikan lele dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengadaan Sarana Produksi Ikan lele

Subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produsi ikan lele merupakan subsistem awal dalam agribisnis ikan lele. Pengadaan produksi ikan lele meliputi pengadaan sarana produksi seperti pengadaan peralatan produksi ikan lele, pengelolaan kualitas air, penggunaan benih ikan lele unggul, pakan ikan lele dan penanggulangan hama dan penyakit. Sarana produksi ikan lele menurut Ghufron (2012:19) lebih jelasnya dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Peralatan produksi ikan lele

Pemilihan wadah harus disesuaikan dengan kondisi lokasi tempat budidaya. Persiapan wadah meliputi perbaikan wadah, pengangkatan lumpur dasar, pemberantasan hama, pengeringan (kolam, tambak, jaring dan lain-lain), pembajakan dasar kolam dan tambak dan pengisian air.

Wadah yang sesuai digunakan untuk budidaya ikan lele di danau dan waduk yaitu keramba, sangkar, hampang, dan keramba jaring apung.

Sementara kolam cocok dibangun pada daerah sekitar sungai dan saluran irigasi. Apabila budidaya dilakukan di lahan yang sempit, maka budidaya

(30)

12 dapat dilakukan dengan membangun bak semen, kolam terpal atau menggunakan drum dan toren (Ghufron, 2012:24).

b. Pengelolaan kualitas air

Kualitas air akan terjaga apabila air dalam kondisi mengalir. Namun untuk budidaya ikan di tambak, kolam beton dan kolam terpal, pengelolaan kualitas air dapat dilakukan dengan penggantian air, penggunaan aerator untuk memasok oksigen dan penyedotan limbah di dasar tambak/kolam. Pengelolaan kualitas air harus dilakukan, tidak hanya dengan memperhatikan pergantian airnya tetapi perlu diperhatikan cara dalam pemberian pakannya. Teknik pemberian pakan terbaik harus diterapkan untuk menghasilkan produksi yang tinggi juga untuk mengurangi jumlah pakan terbuang yang dapat mempercepat penurunan kualitas air (Ghufron, 2012:24).

c. Penggunaan Benih Ikan Lele Unggul

Penggunaan benih unggul adalah syarat yang harus dilakukan karena padat penebaran yang tinggi dan penggunaan pakan yang banyak diharapkan dapat menghasilkan produksi yang tinggi dengan pertumbuhan ikan yang seragam. Saat ini ikan lele unggul yang dikenal ada tiga jenis yaitu ikan lele dumbo, ikan lele sangkuriang dan ikan lele phiton (Ghufron, 2012:22).

d. Pakan Ikan Lele

Pemberian pakan ikan lele terbagi menjadi dua yaitu pemberian pakan budidaya ikan lele ekstensif dengan padat penebaran sangat rendah,

(31)

13 ikan budidaya tidak diberi pakan. Ikan budidaya memanfaatkan pakan alami yang tumbuh di dalam wadah budidaya. Penebaran pakan yang rendah mengakibatkan jumlah pakan alami yang tersedia di dalam wadah budidaya akan mencukupi kebutuhan ikan budidaya. Namun demikian, pertumbuhan ikan sangat rendah sehingga hasil panen berukuran kecil, tidak seragam serta produksi rendah. Kedua yaitu pemberian pakan secara intensif dimana jumlah pakan yang diberikan sangat banyak sesuai dengan kebutuhan ikan dengan frekuensi 3-5 kali sehari. Pemberian pakan dengan frekuensi yang banyak ini dimaksudkan untuk merangsang dan mempertahankan nafsu makan ikan sehingga pertumbuhan ikan budidaya lebih cepat dan panen juga jadi lebih cepat (Ghufron, 2012:23).

e. Penanggulangan Hama dan Penyakit

Penanggulangan hama dan penyakit pada ikan lele dapat dilakukan antara lain dengan membersihkan wadah pemeliharaan, pembersihan peralatan, pembersihan ikan peliharaan dan meningkatkan kekebalan ikan dengan vaksinasi (Ghufron, 2012:25).

2. Produksi Ikan Lele

Produksi ikan lele dapat dilakukan di berbagai wadah, pada penjelasan produksi ikan lele akan diberikan contoh pembesaran lele pada dua wadah yaitu pembesaran ikan lele di kolam beton dan di kolam terpal.

a. Pembesaran kolam beton

Kegiatan pendederan dan pembesaran ikan lele dapat dilakukan di kolam beton. Ghufron (2012:73) menyatakan jumlah benih yang ditebar

(32)

14 untuk kegiatan pembesaran ukuran kepadatannya yaitu 100-200 ekor/meter kuadrat. Kedalaman air untuk pembesaran 80-100 sentimeter.

Penebaran benih ukuran 8-12 sentimeter, ikan dapat mencapai ukuran 8- 12 ekor/kilogram dalam waktu pemeliharaan 50-70 hari. Sisa pakan dan kotoran ikan di dasar kolam secara rutin dibersihkan tiap 20-30 hari sekali.”

b. Pembesaran Lele di Kolam Terpal

Ghufron (2012:78) mengungkapkan kegiatan pembesaran di kolam terpal yang ditujukan untuk memproduksi ikan lele konsumsi memiliki ukuran 8-12 ekor/kilogram atau 80-130 gram/ekor. Kedalaman air untuk pembesaran 80-100 sentimeter. Penebaran benih ukuran 8-12 sentimeter, maka dalam waktu 50-70 hari, lele sudah mencapai ukuran 8 sampai 12 ekor/kilogram atau lebih besar 80 gram/ekor”.

3. Pengolahan Ikan Lele

Kebutuhan ikan lele akan terus mengalami peningkatan seiring dengan tumbuhnya usaha pengolahan ikan lele seperti bakso lele, kerupuk lele, abon lele dan fillet lele. Lele juga mulai dipasarkan dalam bentuk awetan seperti lele asap. Untuk membuat produk olahan dibutuhkan lele ukuran 1 sampai 2 ekor perkilogram, kecuali untuk lele yang diambil dagingnya, dibutuhkan lele ukuran lebih dari 1 ekor perkilogram. Sedangkan untuk lele asap dibutuhkan lele ukuran 6 sampai 10 ekor perkilogram (Ghufron, 2012:4).

(33)

15 4. Pemasaran Ikan Lele

Penanganan hasil panen penting dilakukan dengan baik agar hasil ikan lele yang sampai ke tangan konsumen dalam kondisi baik dan segar.

Penanganan hasil harus disesuaikan dengan jarak dan waktu tempuh dalam mengangkut ikan-ikan ke konsumen. Menurut Ghufron (2012:159), penanganan pada ikan lele hidup biasanya dimasukkan ke dalam wadah yang berisi air segar. Ikan hidup diangkut dengan menggunakan wadah berupa kantong plastik seperti pengangkutan benih atau wadah terbuka dengan bak, tong, tangki atau wadah lainnya. Permasalahan yang dihadapi dalam pengangkutan ikan hidup adalah stres. Pengurangan kesetresan pada ikan dapat diusahakan dengan menurunkan suhu air angkut atau memberikan obat bius pada ikan. Penanganan pada lele segar berbeda dengan penanganan pada lele hidup, untuk mempertahankan kesegaran ikan dapat diterapkan prinsip rantai dingin yang berarti setelah ikan dipanen dan telah mati, ikan harus selalu dicampur dengan es.

2.3 Permintaan

Permintaan (demand) terhadap suatu barang dan jasa dapat didefinisikan sejumlah barang atau jasa yang diinginkan oleh konsumen di pasar dengan tingkat dan harga tertentu (Lukman, 2007:18). Menurut Masyhuri (2007:76), permintaan adalah suatu rasa ingin membeli barang atau jasa pada tingkat harga selama periode tertentu. Hukum permintaan (The Law of Demand) menurut Rasul, Wijiharjono dan Setyowati (2013:23) menyatakan:

(34)

16

“Jika harga turun, maka jumlah barang yang diminta cenderung meningkat sebaliknya jika harga naik, maka jumlah barang yang diminta cenderung menurun dengan asumsi faktor-faktor lain diluar harga konstan”.

Hukum permintaan adalah negatif apabila faktor-faktor lain yang mempengaruhi harga suatu barang selain harga barang itu sendiri tidak ikut berpengaruh (Masyhuri, 2007:77).

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan

Kepekaan suatu faktor dalam mempengaruhi permintaan terhadap jumlah barang yang diminta konsumen penting untuk dipertimbangkan menjadi unsur utama dalam upaya meningkatkan penjualan suatu barang (Rasul, Wijiharjono dan Setyowati, 2013:35). Soekirno (2012:79-82) mengungkapkan terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi permintaan suatu barang diantaranya harga barang itu sendiri, harga barang lain, pendapatan para pembeli, distribusi pendapatan, cita rasa masyarakat, jumlah penduduk dan ekspektasi tentang masa depan yang secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Harga Barang itu Sendiri

Hipotesis dasar ekonomi menyatakan bahwa semakin rendah harga suatu barang, semakin banyak jumlah yang akan diminta apabila faktor lain dianggap tetap. Kenaikan harga suatu barang menyebabkan barang tersebut menjadi semakin mahal untuk memenuhi suatu kebutuhan. Sebagian rumah tangga akan berhenti mengkonsumsi kebutuhan tersebut sama sekali dan

(35)

17 sebagian lagi akan tetap mengkonsumsi kebutuhan tersebut dengan jumlah yang sama.

2. Harga Barang-Barang Lain

Hubungan antara suatu barang dengan berbagai jenis-jenis barang lainnya dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu Barang substitusi, barang komplementer dan barang netral. Barang disebut barang subtitusi atau barang pengganti apabila barang tersebut dapat menggantikan fungsi barang lain tersebut. Suatu barang disebut barang komplementer atau barang pelengkap apabila barang tersebut selalu digunakan bersamaan dengan barang liannya.

Apabila dua macam barang barang tidak mempunyai hubungan yang rapat maka perubahan terhadap permintaan salah satu barang tersebut tidak akan mempengaruhi permintaan barang lainnya, barang seperti itu disebut barang netral.

3. Pendapatan para Pembeli

Pendapatan adalah faktor penting karena perubahan pendapatan selalu menimbulkan perubahan terhadap permintaan barang. Berdasarkan perubahan permintaan apabila pendapatan berubah, barang terbagi menjadi empat jenis yaitu:

a. Barang normal (hubungan positif/searah)

Jika pendapatan konsumen tinggi maka barang semakin ingin dibeli oleh konsumen. Terdapat dua faktor menyebabkan suatu barang meningkat permintaannya karena meningkatnya pendapatan pembeli yaitu:

(36)

18 1) Pertambahan pendapatan menambah daya beli pembeli

2) Pertambahan pendapatan memungkinkan para pembeli memilih barang yang lebih berkualitas.

b. Barang inferior (hubungan negatif / berlawanan arah)

Barang Inferior adalah barang yang banyak diminta oleh orang- orang yang berpendapatan rendah. Jika pendapatan meningkat maka permintaan terhadap barang inferior akan berkurang. Para pembeli yang megalami kenaikan pada pendapatan akan mengurangi pengeluarannya terhadap barang inferior dan menggantinya dengan barang – barang yang lebih baik mutunya.

c. Barang Esensial

Barang esensial merupakan barang yang dianggap penting di kehidupan masyarakat. Barang esensial berupa barang pokok yang digunakan sehari – hari oleh masyarakat. Biasanya permintaan barang esensial tidak akan berubah meskipun pendapatan seseorang meningkat atau menurun.

d. Barang Mewah

Barang mewah adalah barang yang akan dibeli oleh seseorang apabila pendapatan yang didapat oleh seseorang relatif tinggi. biasanya barang mewah akan dibeli oleh pembeli setelah kebutuhan pokok terpenuhi.

(37)

19 4. Distribusi Pendapatan

Distribusi pendapatan dapat mempengaruhi corak permintaan terhadap berbagai jenis barang. Ketika pemerintah menaikkan hasil pajak tersebut untuk menaikkan pendapatan pekerja yang bergaji rendah maka corak permintaan terhadap berbagai barang akan mengalami perubahan.

5. Cita Rasa Masyarakat

Pengaruh selera masyarakat terhadap keinginan untuk membeli suatu barang cukup besar. Penduduk wilayah Indonesia bagian timur cenderung memilih makanan pokok non beras. Hal ini bertolak belakang dengan penduduk di pulau jawa yang lebih memilih makanan pokok beras. Dengan demikian selera masyarakat akan menentukan pilihan barang yang akan dibeli.

6. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk tidak secara langsung berpengaruh terhadap permintaan suatu barang. Pertambahan jumlah penduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan pertambahan permintaan. Tetapi biasanya Pertambahan penduduk diikuti oleh perkembangan dalam kesempatan kerja.

Dengan demikian lebih banyak orang yang menerima pendapatan dan ini menambah daya beli dalam masyarakat. Pertambahan daya beli ini akan menambah permintaan.

7. Ekspektasi tentang masa depan

Ramalan atau proyeksi di masa yag akan dating dapat mempengaruhi permintaan. Ekspektasi konsumen bahwa harga-harga akan bertambah tinggi

(38)

20 dan di masa depan akan mendorong mereka untuk membeli lebih banyak pada masa kini.

Menurut Masyhuri (2007:77-79), terdapat Sembilan faktor yang mempengaruhi permintaan suatu barang diantaranya harga barang itu sendiri, pendapatan, harga barang lain, selera, jumlah konsumen, iklan, distribusi pendapatan, perkiraan atau harapan konsumen dan ketersediaan produk. Faktor- faktor yang mempengaruhi permintaan secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Harga Barang itu Sendiri

Permintaan suatu barang akan meningkat apabila harga barang tersebut mengalami penurunan begitu juga sebaliknya dengan asumsi faktor lain tidak ikut mempengaruhi atau konstan. Hubungan jumlah barang yang diminta dengan harga barang adalah negatif (berlawanan arah).

2. Harga barang lain

Barang substitusi adalah barang pengganti yang berarti barang tersebut dapat mengganti fungsi barang lain tersebut. Jika harga barang pengganti naik maka permintaan barang pengganti menurun dan permintaan barang tersebut bertambah dan begitu sebaliknya, apabila harga barang pengganti turun maka permintaan barang tersebut akan berkurang (searah). Barang komplementer adalah barang pelengkap yang berarti barang tersebut dapat digunakan bersama dengan barang lain tanpa mengganti fungsi dari barang lain tersebut. Jika harga barang komplementer naik, maka permintaan terhadap barang komplementer turun dan permintaan terhadap barang tersebut juga berkurang. Hubungan

(39)

21 barang komplementer adalah negatif (berlawanan arah). Barang Netral adalah barang yang permintaannya tidak mempengaruhi permintaan barang lain dan begitu pula sebaliknya.

3. Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan mencerminkan kemampuan beli (daya beli) konsumen. Makin tinggi pendapatan konsumen semakin besar permintaan terhadap suatu barang karena data belinya meningkat. Jenis barang dalam kaitannya dengan pendapatan dibagi menjadi dua yaitu barang normal dan barang inferior, maka bentuk hubungan jumlah barang yang diminta dengan pendapatan juga ada dua yakni hubungan positif (searah) jika barang normal dan hubungan negatif (berlawanan arah) jika barang inferior (barang yang permintaannya semakin berkurang apabila pendapatan dari konsumen semakin naik seperti gaplek).

4. Selera

Permintaan barang dapat dipengaruhi oleh selera konsumen. Selera dapat diukur menggunakan skala ordinal. Hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan selera adalah searah (positif).

5. Jumlah Konsumen

Permintaan suatu barang dapat dipengaruhi oleh jumlah penduduk atau jumlah konsumen. Peningkatan jumlah konsumen dapat mengakibatkan peningkatan pada permintaan suatu barang atau jasa. Hubungan variabel jumlah barang yang diminta dengan konsumen potensial adalah positif.

(40)

22 6. Iklan

Promosi iklan yang dilakukan suatu perusahaan terhadap suatu barang dapat mendorong konsumen untuk membeli barang tersebut dan hal ini dapat meningkatkan permintaan terhadap barang tersebut. Hubungan antara variabel jumlah barang yang diminta dengan iklan, hadiah atau atribut adalah berbentuk positif.

7. Distribusi Pendapatan

Ada sebagian kelompok masyarakat yang menguasai perekonomian, yang menjadikan mereka mempunyai daya beli lebih besar dibandingkan kebanyakan kelompok masyarakat umum sehingga daya beli mereka lemah dan berpengaruh pada permintaan suatu barang atau dapat dikatakan bahwa ada harapan konsumen pada pendapatannya yang akan datang. Hal ini akan menyebabkan permintaan terhadap barang akan naik, karena ia mempunyai suatu harapan yang lebih baik. Jadi hubungan antar variabel tersebut adalah positif.

8. Perkiraan (estimate) atau Harapan Konsumen

Harapan konsumen pada harga dimasa yang akan datang pada suatu barang. Jika diperkirakan harga barang di masa yang akan datang naik, maka ada kecenderungan saat ini permintaan terhadap barang tersebut akan naik. Jadi hubungan antar variabel ini adalah positif.

9. Ketersediaan Produk

Ketersediaan barang dimasa yang akan datang dengan jumlah barang yang diminta adalah negatif artinya jika ketersediaan barang di masa yang akan

(41)

23 datang banyak, maka permintaan barang akan turun. Sebaliknya jika ketersediaannya sedikit, maka permintaan barang akan naik.

2.5 Fungsi Permintaan

Menurut Masyhuri (2007:80) fungsi permintaan adalah hubungan matematis antara permintaan suatu barang dengan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan barang tersebut. Permintaan pada fungsi permintaan diketahui sebagai variabel tak bebas dan faktor-faktor yang mempengaruhinya diketahui sebagai variabel bebas. Fungsi permintaan dapat dinyatakan dalam model matematis sebagai berikut:

𝐷𝑥 = 𝑓 (𝐻𝑥 , 𝐻𝑦 , 𝐼 , 𝑆 , 𝑃𝑑, 𝑃𝑟, 𝐷𝑡, 𝐸𝑡) ... (1) Keterangan:

𝐷𝑥 = Permintaan atas barang X 𝐻𝑥 = Harga barang sendiri 𝐻𝑦 = Harga barang lain

𝐼 = Tingkat pendapatan per kapita

𝑆 = selera

𝑃𝑑 = Jumlah penduduk

𝑃𝑟 = Promosi

𝐷𝑡 = Distribusi pendapatan 𝐸𝑡 = Perkiraan harga

2.6 Elastisitas Permintaan

Elastisitas permintaan (demand elasticity) menjelaskan persentase perubahan jumlah barang yang diminta sebagai akibat dari persentase perubahan beberapa faktor yang mempengaruhinya (Rasul dkk, 2013:35). Menurut Boediono

(42)

24 (2002:31) konsep elsastisitas yang berhubungan dengan permintaan terbagi menjadi tiga yaitu Elastisitas harga, elastisitas silang dan elastisitas pendapatan.

Masing-masing elastisitas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Elastisias harga

Elastisitas harga merupakan perubahan harga sebanyak satu persen akan diikuti penurunan permintaan sebanyak X persen oleh karena itu secara aljabar elastisitas harga dari permintaan mempunyai tanda negatif dan biasanya tanda tersebut diabaikan sehingga penulisannya menjadi Eh = 1 (artinya elastisitas harga = -1) atau secara umum :

𝐸

=

∆𝑄𝑥

∆𝑃𝑥 𝑃𝑥

𝑄𝑥 ... (2) Keterangan:

𝑄𝑥 = rata-rata jumlah barang x yang diminta 𝑃𝑥 = rata-rata harga barang x

Bila Eh > 1 dikatakan bahwa permintaan elastis, jika permintaan bersifat elastis itu berarti perubahan harga akan mengakibatkan perubahan yang lebih besar pada permintaan. Bila Eh < 1 dikatakan bahwa permintaan inelastis, apabila permintaan bersifat inelastis itu berarti perubahan harga dapat mengakibatkan perubahan yang lebih kecil pada permintaan. Bila Eh = 1 disebut elastisitas tunggal (unitary elasticity), apabila permintaan bersifat unitary elasticity itu berarti perubahan harga yang terjadi mengakibatkan perubahan yang sama besar.

(43)

25 2. Elastisitas Silang

Elastisitas silang yaitu persentase perubahan jumlah suatu barang yang diminta diakibatkan oleh perubahan harga barang lain dengan satu persen atau secara umum rumus elastisitas silang sebagai berikut:

𝐸

𝑠

=

∆𝑄𝑥

∆𝑃𝑦 𝑃𝑦

𝑄𝑥 ... (3) Keterangan:

𝑄𝑥 = rata-rata jumlah barang x yang diminta 𝑃𝑦 = rata-rata harga barang y

Bila “hubungan” antara X dan Y adalah substitusi , biasanya 𝐸𝑠 adalah positif.

Kenaikan harga barang Y berakibat berkurangnya permintaan akan barang Y dan bertambahnya permintaan barang X. Bila hubungan antara X dan Y adalah komplementer, biasanya 𝐸𝑠 adalah negatif.

3. Elastisitas pendapatan

Elastisitas pendapatan yaitu persentase perubahan permintaan akan suatu barang yang diakibatkan oleh kenaikan pendapatan (income) rill konsumen dengan satu persen atau :

𝐸

𝑝

=

∆𝑄𝑥

∆𝐼 𝐼

𝑄𝑥 ... (4) Keterangan:

𝑄𝑥 = rata-rata jumlah barang x yang diminta

∆𝐼 = selisih pendapatan

(44)

26 Untuk barang “normal” 𝐸𝑝 positif dan untuk barang “inferior” 𝐸𝑝 negatif:

barang – barang kebutuhan pokok biasanya mempunyai 𝐸𝑝< 1 sedang untuk barang-barang yang tidak pokok (barang mewah) 𝐸𝑝> 1.

2.7 Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Virgantari (2011) yang meneliti tentang permintaan Ikan di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2008 modul konsumsi rumah tangga yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Metode analisis yang digunakan adalah Metode multistage budgetting approach dengan pendekatan model Quadratic Almozt Ideal Demand System (QUAIDS). Berdasarkan data Susenas tahun 2008, dapat dikatakan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia di berbagai wilayah lebih banyak mengkonsumsi ikan segar daripada ikan awetan maupun udang. Konsumsi ikan segar tertinggi adalah wilayah Sulawesi dan Maluku, terendah di pulau Jawa. Rumah tangga di perkotaan memiliki preferensi yang lebih tinggi untuk konsumsi ikan segar maupun udang/hewan air lain yang segar daripada rumah tangga di pedesaan. Hasil analisis menunjukan bahwa faktor wilayah perkotaan-pedesaan, jumlah anggota rumah tangga dan dummy wilayah kepulauan berpengaruh nyata terhadap fungsi permintaan kelompok ikan. Hasil analisis elasitisitas pendapatan menyatakan bahwa ikan segar, udang/hewan air segar lain, ikan awetan dan udang/hewan air lain yang diawetkan merupakan barang normal.

Hasil analisis elastisitas harga, kelompok ikan segar termasuk barang yang inelastis,

(45)

27 kelompok udang/hewan air lain yang diawetkan bersifat elastis, kelompok ikan awetan bersifat inelastis.

Penelitian terkait ikan lele dilakukan oleh Andari (2012) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ikan lele di Kabupaten Sukoharjo dan tingkat elastisitas permintaan ikan lele di Kabupaten Sukoharjo.

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis. Data yang digunakan adalah data time series selama 16 tahun dari tahun 1995 – 2010.

Data dianalisis dengan regresi eksponen. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh nyata terhadap permintaan ikan lele adalah harga ikan lele, harga daging ayam ras, harga beras dan pendapatan. Harga ikan nila tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan ikan lele di Kabupaten Sukoharjo. Hasil dari analisis elastisitas harga menyatakan bahwa harga ikan nila merah, daging ayam ras dan beras memiliki nilai elastisitas silang positif yang berarti barang – barang tersebut adalah barang substitusi ikan lele sedangkan beras bukanlah komplementer ikan lele. Hasil dari analisis elastisitas pendapatan bahwa ikan lele termasuk kedalam barang normal.

Penelitian terkait ikan lele lainnya dilakukan oleh Ferdian (2012) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ikan lele dumbo di Kecamatan Losaran Kabupaten Indramayu. Analisis yang digunakan antara lain analisis statistik deskriptif, analisis regresi linier berganda dan analisis respon elastisitas. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel harga Ikan air tawar lain dan harga ikan air laut lain mempengaruhi permintaan ikan lele, jika harga ikan air tawar dan harga ikan air laut mengalami kenaikan maka akan menyebabkan permintaan

(46)

28 ikan lele juga meningkat. Hasil dari analisis elastisitas harga menyatakan bahwa ikan lele dumbo merupakan barang yang bersifat inelastis dan bukan termasuk barang inferior. Semua tanda elastisitas harga dan silang adalah positif. Hal ini menunjukkan bahwa harga ikan lele, harga rata-rata ikan air laut dan harga rata-rata ikan air tawar jenis lain adalah komoditas substitusi.

Penelitian lain terkait ikan dan pangan hewani lainnya dilakukan oleh Susanti (2014) yang meneliti tentang permintaan pangan hewani di Provinsi Jawa Barat. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2012 dengan melakukan analisis terhadap 22711 sampel rumah tangga. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif serta analisis ekonometrika dengan model Linear Approximation –Almost Ideal Demand System (LA-AIDS). Penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi pangan hewani dipengaruhi oleh harga sendiri, harga komoditas lain, pendapatan, jumlah anggota rumah tangga, golongan pendapatan, wilayah tempat tinggal dan tingkat pendidikan kelapa rumah tangga pada taraf nyata 5%. Nilai elastisitas harga sendiri menunjukkan permintaan seluruh komoditas (ikan, daging, unggas, telur dan susu) bersifat inelastis. Berdasarkan nilai elastisitas silang, semua komoditas pangan hewani merupakan barang komplementer kecuali komoditi ikan merupakan barang substitusi bagi telur. Komoditi ikan dan telur termasuk barang normal sedangkan komoditi daging, unggas dan susu termasuk barang mewah.

(47)

29 2.8 Kerangka Pemikiran

Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu kota dengan masyarakat yang memiliki kesadaran akan pentingnya mengkonsumsi ikan dibuktikan dengan angka konsumsi ikan yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Selain itu, beberapa ikan budidaya seperti ikan mas, ikan nila, ikan gurame, ikan patin, ikan lele dan ikan bawal tawar diproduksi di Kota Tangerang Selatan. Diantara ikan-ikan tersebut, ikan lele adalah ikan yang diproduksi paling tinggi dibandingkan jenis ikan lainnya. Namun produksi ikan lele di Kota Tangerang Selatan belum dapat memenuhi tingginya konsumsi ikan lele di Kota Tangerang Selatan.

Teori menyatakan bahwa permintaan pada suatu barang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti harga barang itu sendiri, harga barang lain, tingkat pendapatan konsumen, selera, jumlah penduduk, distribusi pendapatan, perkiraan konsumen dan ketersediaan barang (produksi). Penelitian terdahulu menyatakan bahwa dari sembilan faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan, terdapat empat faktor yang dapat mempengaruhi permintaan ikan air tawar yaitu harga barang itu sendiri, harga barang lain, pendapatan dan jumlah konsumen.

Berdasarkan teori permintaan dan penelitian terdahulu dapat diduga faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ikan Lele dilihat dari harga ikan lele, harga ikan air tawar lain, harga telur ayam, jumlah anggota keluarga dan pendapatan keluarga.

Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda dan analisis elastisitas. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui Apakah faktor-faktor seperti harga ikan lele, harga Ikan air tawar lain harga telur ayam, jumlah anggota keluarga dan pendapatan keluarga dapat berpengaruh terhadap

(48)

30 permintaan ikan lele di Kota Tangerang Selatan dan untuk mengetahui elastisitas permintaan ikan lele terhadap harga barang itu sendiri, harga barang lain dan pendapatan.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

2.9 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban yang masih dalam bentuk dugaan berdasarkan rumusan masalah (Sujarweni dan Endrayanto, 2012:4). Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka hipotesis dalam penelitian terbagi menjadi dua yaitu:

H0 = Variabel harga ikan lele, harga Ikan air tawar lain, harga telur ayam, pendapatan keluarga dan jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh

Permintaan Ikan Lele Rumah Tangga yang tinggi di Kota Tangerang Selatan

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi permintaan ikan Lele :

1. Harga ikan lele

2. Harga ikan air tawar lain 3. Harga telur ayam

4. Jumlah anggota keluarga 5. Pendapatan keluarga

Uji Pengaruh Uji Elastisitas Regresi

Linear Berganda

Elastisitas Permintaan

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ikan lele di Kota Tangerang

Selatan

(49)

31 terhadap permintaan ikan lele.

H1 = Variabel harga ikan lele, harga Ikan air tawar lain, harga telur ayam,

pendapatan keluarga dan jumlah anggota keluarga berpengaruh terhadap permintaan ikan lele.

(50)

32 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten.

Waktu penelitian dimulai dari bulan November 2017 sampai Mei 2018.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data cross section yang bersifat kuantitatif. Sumber data yang digunakan yaitu :

1. Data Primer

Data primer diperoleh oleh peneliti langsung dari responden melalui penyebaran kuisioner dengan pertanyaan terbuka kepada responden di Kota Tangerang Selatan. Data primer yang pada penelitian ini meliputi:

a. Data identitas diri seperti jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, posisi dalam keluarga dan jenis pekerjaan.

b. Data terkait variabel penelitian seperti harga ikan lele, harga Ikan air tawar lain, harga telur ayam, jumlah anggota keluarga dan pendapatan responden di Kota Tangerang Selatan .

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh oleh peneliti dari lembaga atau instansi terkait seperti Kementrian Kelautan dan Perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten, Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota

(51)

33 Tangerang Selatan, Badan Pusat Statsistik (BPS) Kota Tangerang Selatan yang berhubungan dengan penilitian. Data sekunder tidak untuk dianalisis, hanya sebagai data pendukung pada latar belakang dan gambaran umum di Kota Tangerang Selatan seperti:

Tabel 7. Daftar Data Sekunder

No. Data Sekunder Tahun

1 Angka konsumsi ikan per kapita nasonal 2013 - 2016 2 Produksi perikanan budidaya Kota Tangerang

Selatan (ton) 2015 - 2016

3 Angka konsumsi berdasarkan jenis ikan Kota

Tangerang Selatan (kg/kapita/tahun) 2015 - 2016

4 Kelurahan Kota Tangerang Selatan 2016

5 Perkembangan penduduk Kota Tangerang Selatan 2010 – 2016 6 Penduduk Kota Tangerang Selatan menurut

kelompok usia dan jenis kelamin 2016

7 Penduduk usia kerja menurut lapangan usaha dan

jenis kelamin 2015

8 Keadaan penduduk Kota Tangerang Selatan menurut

tingkat pendidikan 2015

9 Sarana pendidikan di Kota Tangerang Selatan 2016 10 Sarana kesehatan di Kota Tangerang Selatan 2016

3.3 Metode Pengambilan Sampel

Populasi pada penelitian ini berjumlah 406.291 rumah tangga di kota Tangerang Selatan. Metode pengukuran sampel menggunakan rumus Slovin dengan tingkat kepercayaan 90% dan tingkat kesalahan 10%, hasil dari rumus Slovin tersebut disebar ke setiap kecamatan di Kota Tangerang Selatan. Berikut adalah hasil perhitungan dan pembagian sampel sebagai berikut:

𝑛 =

𝑁

1+𝑁(𝑒)2

=

406.291

1+406.291(10%)2

= 99,98 = 100

rumah tangga ... (5) Keterangan :

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

(52)

34 e = Persentase kesalahan yang ditolerir dalam pengambilan sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dimana pengambilan sampel didasarkan atas adanya pertimbangan tertentu (Arikunto, 2010:183). Responden pada penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Responden membeli ikan lele minimal 1 kilogram perbulan

2. Responden mengetahui harga ikan lele, harga ikan air tawar lain, harga telur, jumlah anggota keluarga dan pendapatan keluarga.

Responden penelitian dibagi berdasarkan kecamatan di Kota Tangerang Selatan dengan perhitungan sebagai berikut:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑅𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑇𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎 𝐾𝑒𝑐𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑅𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑇𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎 𝐾𝑜𝑡𝑎 𝑇𝑎𝑛𝑔𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑆𝑒𝑙𝑎𝑡𝑎𝑛 × 100% …………(6)

Tabel 8. Pembagian sampel pada setiap kecamatan di Kota Tangerang Selatan Kecamatan Total Rumah Tangga Jumlah Responden

Setu 18.801 5

Serpong 44.494 11

Pamulang 87.668 22

Ciputat 59.493 14

Ciputat Timur 58.488 14

Pondok Aren 96.509 24

Serpong Utara 40.383 10

Total 406.291 100

3.4 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian menggunakan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif yang dipilih adalah analisis regresi linier berganda dengan menggunakan program komputer yaitu Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 20 dan analisis elastisitas dengan menggunakan Microsoft

(53)

35 Excel. Model regresi yang diperoleh dari metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Squares/ OLS) merupakan model regresi yang menghasilkan estimator linear tidak bias yang terbaik (Best Linear Unbias Estimator/ BLUE).

3.4.1 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah alat penguji yang digunakan oleh peneliti untuk menguji kelayakan hasil regresi dari model yang digunakan sebelum dilakukannya interpretasi. Pada pengujian ini dimaksudkan untuk mendeteksi ada tidaknya gejala normalitas, multikolinearitas dan heteroskedastisitas pada hasil estimasi, karena apabila terjadi penyimpangan maka uji t dan uji F yang dilakukan sebelumnya tidak valid (Algifari, 2013:83). Pada penelitian ini tidak menggunakan uji asumsi autokorelasi karena penyimpangan asumsi ini biasanya muncul pada observasi yang menggunakan data time series sedangkan penelitian ini menggunakan data cross section (Algifari, 2013:88).

1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual terdistribusi normal. Syarat pertama untuk melakukan analisis regresi adalah normalitas. Data sampel hendaknya memenuhi persyaratan distribusi normal.

Normal probability plot dan uji kolmogorov-smirnov dapat digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Penerapan pada uji kolmogorov-smirnov yakni sebagai berikut:

(54)

36 P < 0,05 = Distribusi data tidak normal

P ≥ 0,05 = Distribusi data normal 2. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas digunakan untuk melihat ada tidaknya multikolinearitas dalam model regresi yang dihasilkan. Artinya antar variabel independen yang terdapat dalam model memiliki hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna (koefisien korelasinya tinggi atau bahkan 1).

Konsekuensi yang sangat penting bagi model regresi yang mengandung multikolinearitras adalah bahwa kesalahan standar estimasi akan cenderung meningkat dengan bertambahnya variabel independen, tingkat signifikansi yang digunakan untuk menolak hipotesis nol akan semakin besar dan probabilitias menerima hipotesis yang salah juga akan semakin besar.

Akibatnya, model regresi yang diperoleh tidak valid untuk menaksir nilai variabel independen. Cara mengetahui adanya multikolinearitas adalah dengan melihat VIF (Variance Inflation Factor) dari masing – masing variabel (Algifari, 2013:84). Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinearitas adalah mempunyai nilai VIF (Variance Inflation Factor) < 10 dan angka tolerance > 0,10.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk melihat adanya heteroskedastisitas dalam model regresi. Artinya, varians variabel dalam model tidak sama (konstan). Konsekuensi adanya heteroskedastisitas dalam model regresi adalah estimasi yang diperoleh tidak efisien, baik dalam sampel kecil

Gambar

Tabel 1. Perbandingan Kandungan Omega 3 dan Protein Sumber Protein Hewani  Bahan Baku  Kandungan Omega 3
Tabel 2. Angka konsumsi ikan per kapita Nasional Tahun 2013 - 2016
Tabel 5. Produksi Ikan Air Tawar Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2017   Tahun  Ikan Mas
Tabel 6. Angka Konsumsi Berdasarkan Jenis Ikan Kota Tangerang Selatan Tahun  2015-2017 (Kg/Tahun)  Tahun  Kembung  Lele, Patin, Gabus dan  Belut  Mujahir/ Nila  Bandeng  Ikan Air  Tawar/ Payau Segar Lain  2015  6.577.463  4.502.819  4.241.641  3.487.309  2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak: Kayu manis ( Cinnamomum burmannii ) merupakan bahan alami yang selama ini hanya dikenal sebagai bumbu dalam masakan, tetapi ternyata memiliki khasiat obat. Kulit kayu

Selain itu, kajian ini dilakukan bagi mendedahkan bahawa gaya retorik merupakan elemen yang penting dalam penyampaian ceramah agama kerana menurut Rahman Shaari 1993, gaya bahasa

LAPORAN YANG DISUSUN OLEH PERUSAHAAN (KOPERASI) UNTUK SATU PERIODE (TAHUN) TERTENTU. • Umumnya terdiri

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi kerja dan lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai pada rumah sakit umum daerah lamaddukkelleng

Salah satu fungsi perangkat lunak ini adalah model stabilitas (SLOPE/W). SLOPE/W adalah komponen dari satu paket produk geoteknikal yang disebut GeoStudio. SLOPE/W

Media yang ditambahkan eceng gondok lebih dari 20% akan mempunyai kadar air lebih tinggi karena tanaman eceng gondok merupakan tanaman air yang mempunyai

4) Students coming late after attendance checked will be considered as absent. 6) Students who are disrupted will be dismissed from the class. 7) Students who do not do the

The CLT: states that for a population with mean µ and variance σ , the sampling distribution of the sample means for any sample of size n will be approximately normally