• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Agribisnis Ikan Lele

2.2 Agribisnis Ikan Lele

Ikan lele merupakan salah satu ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat di Indonesia. Ikan lele sangat potensial untuk dibudidayakan karena memiliki banyak manfaat seperti sebagai bahan makanan, ikan hias, memberantas hama dan juga sebagai obat (Sulaiman dan Tim Redaksi

11 Cemerlang, 2011:10). Ikan lele menjadi berkah bagi petani, pengusaha dan konsumen. Penerapan subsistem yang saling terintegrasi penting dilakukan karena dapat menjadikan usaha ikan lele tersebut berkembang efektif dan efisien.

Penerapan subsistem agribisnis ikan lele seperti pengadaan sarana produksi ikan lele, produksi ikan lele, pengolahan ikan lele dan pemasaran ikan lele dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengadaan Sarana Produksi Ikan lele

Subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produsi ikan lele merupakan subsistem awal dalam agribisnis ikan lele. Pengadaan produksi ikan lele meliputi pengadaan sarana produksi seperti pengadaan peralatan produksi ikan lele, pengelolaan kualitas air, penggunaan benih ikan lele unggul, pakan ikan lele dan penanggulangan hama dan penyakit. Sarana produksi ikan lele menurut Ghufron (2012:19) lebih jelasnya dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Peralatan produksi ikan lele

Pemilihan wadah harus disesuaikan dengan kondisi lokasi tempat budidaya. Persiapan wadah meliputi perbaikan wadah, pengangkatan lumpur dasar, pemberantasan hama, pengeringan (kolam, tambak, jaring dan lain-lain), pembajakan dasar kolam dan tambak dan pengisian air.

Wadah yang sesuai digunakan untuk budidaya ikan lele di danau dan waduk yaitu keramba, sangkar, hampang, dan keramba jaring apung.

Sementara kolam cocok dibangun pada daerah sekitar sungai dan saluran irigasi. Apabila budidaya dilakukan di lahan yang sempit, maka budidaya

12 dapat dilakukan dengan membangun bak semen, kolam terpal atau menggunakan drum dan toren (Ghufron, 2012:24).

b. Pengelolaan kualitas air

Kualitas air akan terjaga apabila air dalam kondisi mengalir. Namun untuk budidaya ikan di tambak, kolam beton dan kolam terpal, pengelolaan kualitas air dapat dilakukan dengan penggantian air, penggunaan aerator untuk memasok oksigen dan penyedotan limbah di dasar tambak/kolam. Pengelolaan kualitas air harus dilakukan, tidak hanya dengan memperhatikan pergantian airnya tetapi perlu diperhatikan cara dalam pemberian pakannya. Teknik pemberian pakan terbaik harus diterapkan untuk menghasilkan produksi yang tinggi juga untuk mengurangi jumlah pakan terbuang yang dapat mempercepat penurunan kualitas air (Ghufron, 2012:24).

c. Penggunaan Benih Ikan Lele Unggul

Penggunaan benih unggul adalah syarat yang harus dilakukan karena padat penebaran yang tinggi dan penggunaan pakan yang banyak diharapkan dapat menghasilkan produksi yang tinggi dengan pertumbuhan ikan yang seragam. Saat ini ikan lele unggul yang dikenal ada tiga jenis yaitu ikan lele dumbo, ikan lele sangkuriang dan ikan lele phiton (Ghufron, 2012:22).

d. Pakan Ikan Lele

Pemberian pakan ikan lele terbagi menjadi dua yaitu pemberian pakan budidaya ikan lele ekstensif dengan padat penebaran sangat rendah,

13 ikan budidaya tidak diberi pakan. Ikan budidaya memanfaatkan pakan alami yang tumbuh di dalam wadah budidaya. Penebaran pakan yang rendah mengakibatkan jumlah pakan alami yang tersedia di dalam wadah budidaya akan mencukupi kebutuhan ikan budidaya. Namun demikian, pertumbuhan ikan sangat rendah sehingga hasil panen berukuran kecil, tidak seragam serta produksi rendah. Kedua yaitu pemberian pakan secara intensif dimana jumlah pakan yang diberikan sangat banyak sesuai dengan kebutuhan ikan dengan frekuensi 3-5 kali sehari. Pemberian pakan dengan frekuensi yang banyak ini dimaksudkan untuk merangsang dan mempertahankan nafsu makan ikan sehingga pertumbuhan ikan budidaya lebih cepat dan panen juga jadi lebih cepat (Ghufron, 2012:23).

e. Penanggulangan Hama dan Penyakit

Penanggulangan hama dan penyakit pada ikan lele dapat dilakukan antara lain dengan membersihkan wadah pemeliharaan, pembersihan peralatan, pembersihan ikan peliharaan dan meningkatkan kekebalan ikan dengan vaksinasi (Ghufron, 2012:25).

2. Produksi Ikan Lele

Produksi ikan lele dapat dilakukan di berbagai wadah, pada penjelasan produksi ikan lele akan diberikan contoh pembesaran lele pada dua wadah yaitu pembesaran ikan lele di kolam beton dan di kolam terpal.

a. Pembesaran kolam beton

Kegiatan pendederan dan pembesaran ikan lele dapat dilakukan di kolam beton. Ghufron (2012:73) menyatakan jumlah benih yang ditebar

14 untuk kegiatan pembesaran ukuran kepadatannya yaitu 100-200 ekor/meter kuadrat. Kedalaman air untuk pembesaran 80-100 sentimeter.

Penebaran benih ukuran 12 sentimeter, ikan dapat mencapai ukuran 8-12 ekor/kilogram dalam waktu pemeliharaan 50-70 hari. Sisa pakan dan kotoran ikan di dasar kolam secara rutin dibersihkan tiap 20-30 hari sekali.”

b. Pembesaran Lele di Kolam Terpal

Ghufron (2012:78) mengungkapkan kegiatan pembesaran di kolam terpal yang ditujukan untuk memproduksi ikan lele konsumsi memiliki ukuran 8-12 ekor/kilogram atau 80-130 gram/ekor. Kedalaman air untuk pembesaran 80-100 sentimeter. Penebaran benih ukuran 8-12 sentimeter, maka dalam waktu 50-70 hari, lele sudah mencapai ukuran 8 sampai 12 ekor/kilogram atau lebih besar 80 gram/ekor”.

3. Pengolahan Ikan Lele

Kebutuhan ikan lele akan terus mengalami peningkatan seiring dengan tumbuhnya usaha pengolahan ikan lele seperti bakso lele, kerupuk lele, abon lele dan fillet lele. Lele juga mulai dipasarkan dalam bentuk awetan seperti lele asap. Untuk membuat produk olahan dibutuhkan lele ukuran 1 sampai 2 ekor perkilogram, kecuali untuk lele yang diambil dagingnya, dibutuhkan lele ukuran lebih dari 1 ekor perkilogram. Sedangkan untuk lele asap dibutuhkan lele ukuran 6 sampai 10 ekor perkilogram (Ghufron, 2012:4).

15 4. Pemasaran Ikan Lele

Penanganan hasil panen penting dilakukan dengan baik agar hasil ikan lele yang sampai ke tangan konsumen dalam kondisi baik dan segar.

Penanganan hasil harus disesuaikan dengan jarak dan waktu tempuh dalam mengangkut ikan-ikan ke konsumen. Menurut Ghufron (2012:159), penanganan pada ikan lele hidup biasanya dimasukkan ke dalam wadah yang berisi air segar. Ikan hidup diangkut dengan menggunakan wadah berupa kantong plastik seperti pengangkutan benih atau wadah terbuka dengan bak, tong, tangki atau wadah lainnya. Permasalahan yang dihadapi dalam pengangkutan ikan hidup adalah stres. Pengurangan kesetresan pada ikan dapat diusahakan dengan menurunkan suhu air angkut atau memberikan obat bius pada ikan. Penanganan pada lele segar berbeda dengan penanganan pada lele hidup, untuk mempertahankan kesegaran ikan dapat diterapkan prinsip rantai dingin yang berarti setelah ikan dipanen dan telah mati, ikan harus selalu dicampur dengan es.

2.3 Permintaan

Permintaan (demand) terhadap suatu barang dan jasa dapat didefinisikan sejumlah barang atau jasa yang diinginkan oleh konsumen di pasar dengan tingkat dan harga tertentu (Lukman, 2007:18). Menurut Masyhuri (2007:76), permintaan adalah suatu rasa ingin membeli barang atau jasa pada tingkat harga selama periode tertentu. Hukum permintaan (The Law of Demand) menurut Rasul, Wijiharjono dan Setyowati (2013:23) menyatakan:

16

“Jika harga turun, maka jumlah barang yang diminta cenderung meningkat sebaliknya jika harga naik, maka jumlah barang yang diminta cenderung menurun dengan asumsi faktor-faktor lain diluar harga konstan”.

Hukum permintaan adalah negatif apabila faktor-faktor lain yang mempengaruhi harga suatu barang selain harga barang itu sendiri tidak ikut berpengaruh (Masyhuri, 2007:77).

Dokumen terkait