• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor faktor yang Mempengaruhi Perminta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Faktor faktor yang Mempengaruhi Perminta"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

102

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM DI KABUPATEN CIAMIS

Agus Yuniawan Isyanto

Fakultas Pertanian Universitas Galuh Ciamis

ABSTRAK

Penelitian dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui: (1) Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan daging ayam di Kabupaten Ciamis, dan (2) Respon masyarakat Kabupaten Ciamis terhadap permintaan daging ayam bila terjadi perubahan harga. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif dengan melaksanakan studi kasus di Kabupaten Ciamis. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan daging ayam secara simultan diuji dengan menggunakan Uji F sedangkan secara parsial menggunakan uji t.

Hasil penelitian menunjukkan : (1) Harga ikan dan pendapatan tidak berpengaruh terhadap permintaan daging ayam. Harga daging ayam, harga daging sapi, harga telur, dan harga susu berpengaruh signifikan terhadap permintaan daging ayam, sedangkan harga beras berpengaruh sangat signifikan terhadap permintaan daging ayam, dan (2) Elastisitas harga sendiri dari daging ayam sebesar -1,176 menunjukkan bahwa permintaan daging ayam bersifat elastis (E>1) dimana permintaan daging ayam peka terhadap perubahan harga daging ayam itu sendiri. Bila harga daging ayam mengalami kenaikan sebesar 10 persen, maka permintaan terhadap daging ayam akan mengalami penurunan sebesar 11,76 persen. Elastisitas harga daging sapi yang merupakan elastisitas harga silang terhadap harga daging ayam sebesar 1,938 menunjukkan bahwa apabila harga daging sapi mengalami kenaikan sebesar 10 persen maka permintaan terhadap daging ayam akan mengalami kenaikan sebesar 19,38 persen. Sedangkan nilai elastisitas harga silang harga beras terhadap harga daging ayam sebesar -1,024 menunjukkan bahwa apabila harga beras mengalami kenaikan sebesar 10 persen maka permintaan terhadap daging ayam akan mengalami penurunan sebesar 10,24 persen.

Kata kunci: faktor-faktor, permintaan, daging ayam

ABSTRACT

This research is executed with aim to know factors influencing the demand of chicken meat at Ciamis Regency. Research is performed by use of descriptive research method with perform case study at Ciamis Regency. Data that utilizing to constitute secondary data that hereafter analyzed descriptively. The data was analyzed by using multiple regression. Influential factor to the demand of chicken meat simultaneously is tested by use of F test meanwhile partially utilize t test.

Result showed that: (1) Fish price and income was not influenced the demand of chicken meat. Chicken meat price, beef price, egg price, and milk price influenced significantly to the demand of chicken meat, meanwhile rice price most significantly influenced the demand of chicken meat, and (2) Own elasticity of price of chicken meat as big as -1,176 the demand of chicken meat was elastic (E>1) where the demand of chicken meat is sensitively to the self price. If chicken meat price experience ascension as big as 10 percents, therefore the demand of chicken meat will experience decrease as big as 11,76 percents. Beef price elasticity that cross price elasticity to chicken meat price as big as 1,938 point out that if beef price experience ascension as big as 10 percents therefore the demand of chicken meat will experience ascensions as big as 19,38 percents. Meanwhile cross elasticity of price of rice price to chicken meat price as big as -1,024 point out that if rice price experience ascension as big as 10 percents therefore the demand of chicken meat will experience decreases as big as 10,24 percents.

(2)

PENDAHULUAN

Pada negara-negara yang sudah maju

tingkat kesejahteraan masyarakatnya

menunjukkan bahwa kebutuhan terhadap

makanan sumber protein hewani sudah

merupakan kebutuhan pokok dalam pola

konsumsinya; sebaliknya pada masyarakat

yang belum maju, bahan makanan dari

hasil-hasil komoditi ternak masih

merupakan barang superior (mewah).

Meningkatnya pendapatan masyarakat

diperkirakan akan diikuti oleh peningkatan

konsumsi protein hewani (daging, susu,

telur) secara konsisten. Namun ternyata hal

tersebut tidak selalu terjadi pada semua

orang atau masyarakat di suatu wilayah

(Balitbang Pertanian, 1991).

Hingga saat ini permintaan

masyarakat di berbagai wilayah di

Indonesia terhadap komoditi daging, telur

dan susu umumnya menunjukkan

kecenderungan adanya peningkatan. Dari

pencapaian pembangunan dan perbaikan

perekonomian masyarakat serta

peningkatan kesadaran atau sikap terhadap

pentingnya gizi makanan melalui

penyuluhan dan bimbingan kepada

masyarakat yang telah dilaksanakan, maka

diharapkan permintaan masyarakat secara

umum terhadap komoditi hasil ternak

terus meningkat.

Berdasarkan Neraca Bahan

Makanan Propinsi Jawa Barat Tahun 1998,

tingkat konsumsi rata-rata masyarakat Jawa

Barat terhadap daging, telur dan susu

masing-masing 2,17 kg, 1,57 kg, dan 3,16

kg/kapita/tahun, yang setara dengan 1,81

gram protein hewani per kapita per hari

(Departemen Pertanian Kanwil Propinsi

Jawa Barat, 1999).

Data Susenas di Kabupaten Ciamis

Tahun 2000 menunjukkan bahwa sekitar

19,26% pengeluaran masyarakat digunakan

untuk konsumsi padi-padian; 7,58% untuk

konsumsi tembakau (biasanya berupa

rokok); 6,40% untuk konsumsi daging, dan

3,97% untuk konsumsi telur dan susu

(Badan Pusat Statistik Kabupaten Ciamis,

2001).

Tingkat konsumsi protein hewani

asal ternak per kapita di Kabupaten Ciamis

mengalami penurunan dari 2,70 kg per

kapita per tahun pada tahun 1999 menjadi

2,07 kg per kapita per tahun atau setara

dengan daging 2,95 kg, telur 1,51 kg, dan

susu 1,52 kg per kapita per tahun pada

tahun 2000. Bila dibandingkan dengan

norma gizi sebesar 4,5 gr per kapita per

hari atau setara dengan 7,6 kg daging, 3,5

kg telur dan 4,6 kg susu per kapita per

tahun, berarti masih rendah atau baru

mencapai 46 persen (Dinas Peternakan

Kabupaten Ciamis, 2000).

Menurut Arsyad (1991), pemintaan

terhadap suatu barang dipengaruhi oleh

(3)

yang mempunyai kaitan erat dengan

barang tersebut, pendapatan konsumen,

dan selera konsumen.

Penelitian ini dilaksanakan dengan

tujuan untuk mengetahui: (1) Faktor-faktor

yang berpengaruh terhadap permintaan

daging ayam di Kabupaten Ciamis, dan (2)

Respon masyarakat Kabupaten Ciamis

terhadap permintaan daging ayam bila

terjadi perubahan harga dan pendapatan.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan

adalah metode penelitian deskriptif dengan

melaksanakan studi kasus di Kabupaten

Ciamis. Menurut Singarimbun dan Effendi

(1995), penelitian ilmu-ilmu sosial dapat

dibedakan atas tiga tipe penelitian, yaitu

penelitian penjajagan (eksploratif),

penelitian penjelasan (eksplanatori), dan

penelitian deskriptif.

Variabel-variabel yang digunakan

dalam penelitian ini meliputi:

1. Variabel terikat adalah permintaan

terhadap daging ayam (Qda) yaitu

jumlah permintaan yang merupakan

rata-rata permintaan atau konsumsi

individual selama setahun dalam

periode tahun penelitian, dihitung

berdasarkan rata-rata konsumsi daging

ayam per kapita per tahun, dan diukur

dalam satuan kg/tahun.

2. Variabel bebas, meliputi :

a. Harga daging ayam (Pda) adalah

rata-rata harga daging ayam yang

terbanyak dikonsumsi yaitu daging

ayam ras, dan diukur dalam satuan

Rp/kg.

b. Harga daging sapi (Pds) adalah

rata-rata harga daging sapi yang

dibeli oleh konsumen, dan diukur

dalam satuan Rp/kg.

c. Harga telur (Pt) adalah rata-rata

harga telur yang terbanyak

dikonsumsi yaitu telur ayam ras,

dan diukur dalam satuan Rp/kg.

d. Harga susu (Ps) adalah rata-rata

harga susu cair pabrik yang dibeli

oleh konsumen, dan diukur dalam

satuan Rp/kaleng.

e. Harga ikan (Pi) adalah rata-rata

harga jenis ikan diawetkan yang

terbanyak dikonsumsi, dan diukur

dalam satuan Rp/kg.

f. Harga beras (Pb) adalah rata-rata

harga beras giling cere jenis IR64,

dan diukur dalam satuan Rp/kg.

g. Pendapatan (I) adalah pendapatan

kotor per kapita penduduk di

Kabupaten Ciamis yang dihitung

berdasarkan Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) atas dasar

harga berlaku yang dibagi dengan

jumlah penduduk pada

pertengahan tahun, dan diukur

(4)

Data yang digunakan berupa data

sekunder yaitu data serial waktu (time series)

tahun 1986-2000 yang dipublikasikan oleh

lembaga-lembaga yang berkompeten yang

meliputi Badan Pusat Statistik Republik

Indonesia, Badan Pusat Statistik Propinsi

Jawa Barat, Dinas Pertanian Propinsi Jawa

Barat, Dinas Peternakan Propinsi Jawa

Barat, Badan Pusat Statistik Kabupaten

Ciamis, Dinas Pertanian Kabupaten

Ciamis, Dinas Peternakan Kabupaten

Ciamis, serta data-data dari sumber lain

yang diperlukan.

Analisis data dilakukan sebagai

berikut:

(1) Untuk mengetahui sejauh mana

pengaruh variabel bebas terhadap

permintaan atau konsumsi daging

ayam pada masyarakat di wilayah

Kabupaten Ciamis, digunakan model

analisis permintaan dengan elastisitas

konstan yang dianalisis dengan cara

Metode Kuadrat Terkecil atau Ordinary

Least Square (OLS) dengan

menggunakan paket program Statistical

Package for Social Science (SPSS) versi 10.

Bentuk persamaan yang digunakan

dalam penelitian ini dirumuskan sebagai

berikut :

Jumlah daging ayam yang dikonsumsi masyarakat Harga daging ayam

Agar bentuk fungsi permintaan

tersebut dapat lebih mudah dianalisis

dengan OLS, maka digunakan fungsi double

logaritme natural (logaritma ganda) yang

merupakan fungsi permintaan dengan

elastisitas konstan, dengan spesifikasi

model sebagai berikut :

Ln Qds = Ln 0 + 1 Ln Pda + 2 Ln Pds

+ 3 Ln Pt + 4 Ln Ps + 5 Ln Pi + 6 Ln

Pb + 7 Ln I + U

0 = Intersep (konstanta)

1 = Elastisitas harga sendiri (own price

elasticity)

2, 3, 4, 5, 6, 7 = Elastisitas

harga silang (cross price elasticity)

8 = Elastisitas pendapatan

(2) Untuk menguji apakah model yang

digunakan cukup memadai dengan

data yang ada, maka diperlukan

verifikasi model. Verifikasi yang biasa

dilakukan adalah uji hipotesis dan uji

penyimpangan klasik.

Secara statistik, hipotesis dalam

penelitian ini dituliskan sebagai berikut

:

H0 = 2, 3, 4, 5, 6, 7 0

H1 = Minimal salah satu dari

parameter tersebut = 0

Ukuran yang digunakan dalam

pengujian statistik untuk hipotesis

(5)

koefisien determinasi (R2),

Overall Test

(Uji-F), dan Partial Test (Uji-t), dengan

penjabaran sebagai berikut :

(a) Nilai determinasi (R2) digunakan

untuk melihat keeratan hubungan

antara semua variabel bebas secara

bersama-sama dengan variabel

terikat dengan menggunakan uji

goodness of fit, yaitu dengan melihat

nilai R2 dimana semakin tinggi nilai

R2 maka persamaan penduganya

semakin baik.

(b) Overall Test (Uji-F), digunakan

untuk mengetahui pengaruh

variabel bebas secara

bersama-sama terhadap variabel terikat. Bila

nilai F yang dihitung lebih besar

dari nilai F yang terdapat pada

tabel, maka berarti secara

keseluruhan variabel bebas

berpengaruh nyata terhadap

variabel terikat, atau dengan kata

lain nilai F adalah signifikan. Hal

ini menunjukkan bahwa hipotesis

yang dinyatakan bahwa nilai-nilai

parameter sama dengan nol

ditolak. Jadi model regresi berhasil

menerangkan variabel-variabel

bebas karena nilai statistik F

tersebut menunjukkan bahwa nilai

parameter regresi berbeda nyata

dengan nol.

(c) Partial Test (Uji-t) digunakan untuk

mengetahui peran variabel bebas

secara parsial dikontrol oleh

variabel bebas lain di dalam model

persamaan regresi estimasi. Jika

nilai statistik t yang dihitung lebih

besar dari nilai t yang terdapat pada

tabel, maka dikatakan bahwa nilai t

tersebut signifikan. Bila nilai t

tersebut signifikan, maka tanda dan

besarnya nilai parameter

mempunyai arti penting. Tanda

positif berarti bahwa variabel bebas

tersebut mempunyai pengaruh

positif terhadap variabel terikat,

sebaliknya tanda negatif berarti

bahwa variabel bebas tersebut

mempunyai pengaruh negatif

terhadap variabel terikat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Daging Ayam

Analisis Permintaan Daging Sapi

Analisis penelitian ini menggunakan

model statis fungsi permintaan individu

dalam bentuk logaritma ganda. Adapun

asumsi yang mendasari penelitian ini

adalah:

(1) Permintaan daging ayam oleh setiap

individu masyarakat Kabupaten Ciamis

identik dengan rata-rata tingkat

konsumsi daging ayam per kapita per

tahun.

(2) Konsumen bersifat rasional dan

(6)

kepuasannya dengan kendala anggaran

pendapatan yang dimiliki.

(3) Ceteris paribus

Analisa data dengan menggunakan

program SPSS menghasilkan matriks

korelasi yang memperlihatkan hasil bahwa

di antara variabel-variabel bebas yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu harga

daging ayam, harga daging sapi, harga

telur, harga susu, harga ikan, harga beras

dan pendapatan mempunyai korelasi yang

tinggi dengan permintaan terhadap daging

ayam. Korelasi terendah terjadi antara

permintaan daging ayam dengan harga ikan

yaitu 0,662, sedangkan korelasi tertinggi

terjadi antara permintaan daging ayam

dengan pendapatan yaitu sebesar 0,875

(Lampiran 1).

Selain itu terlihat adanya korelasi

yang kuat antara masing-masing variabel

bebas yang menunjukkan adanya

autokorelasi antar variabel bebas yang

dapat menyebabkan adanya kesalahan

dalam spesifikasi model permintaan daging

ayam yang bisa menyebabkan kesalahan

dalam pembuatan kesimpulan penelitian.

Untuk itu perlu dilakukan verifikasi model

lebih lanjut untuk memperoleh model yang

tepat yang akan digunakan dalam

menganalisa permintaan terhadap daging

ayam. Bahasan selanjutnya mengenai hal

ini akan diuraikan lebih lanjut dalam

bahasan selanjutnya.

Hasil Pengujian Validitas Model Persamaan Penduga

Validitas model persamaan penduga

diuji dengan uji F, yaitu dengan cara

membandingkan nilai F-hitung dengan

nilai F-tabel, dan untuk melihat seberapa

besar variabel-variabel bebas secara

bersama-sama menerangkan variasi yang

terjadi pada variabel tidak bebasnya, yang

ditunjukkan oleh besarnya nilai koefisien

determinasinya (R2).

Hasil analisis menunjukkan bahwa

nilai F-hitung pada uji F sebesar 26,290

yang lebih besar dari nilai F-tabel pada

tingkat signifikansi 1 persen sebesar 6,99.

Dengan demikian variabel bebas secara

bersama-sama berpengaruh nyata terhadap

permintaan daging ayam sehingga model

persamaan penduga tersebut sudah dapat

digunakan untuk parameter-parameter dari

variabel bebas yang ada dalam persamaan

penduga yang dapat digunakan untuk

menaksir permintaan daging ayam secara

statik.

Hasil analisis regresi yang telah

dilakukan dengan menggunakan program

SPSS versi 10 untuk menguji hipotesis

(7)

Tabel 1. Hasil Analisis Regresi Permintaan Daging Ayam di Kabupaten Ciamis dengan Model Statis

Variabel Koefisien

Regresi

Standard

Error t-hitung Signifikansi

C (konstanta) -0,160 2,250 -0,071 1% = 2,624

Ln Pda -1,176 0,588 -2,000** 5% = 1,761

Ln Pds 1,938 1,045 1,855** 10% = 1,345

Ln Pt -0,705 0,290 -2,431**

Ln Ps 0,917 0,611 1,500*

Ln Pi -0,149 0,347 -0,430

Ln b -1,024 0,364 -2,812***

I 0,451 0,447 1,010

R2 : 0,963 Keterangan : *** = siginifikan pada = 1%

Adjusted R2 : 0,927 ** = siginifikan pada = 5%

SE of the estimate : 0.08287 * = siginifikan pada = 10%

F-hitung : 26.290

Tabel 1 menunjukkan bahwa

koefisien determinasi (Adjusted R2) untuk

uji kebaikan suai (goodness of fit) dari model

tersebut adalah tinggi (92,70). Ini

menunjukkan bahwa variasi variabel terikat

(Qda) sebesar 92,70 persen dapat

diterangkan oleh variabel-variabel bebas,

sedangkan sisanya sebanyak 7,30 persen

diterangkan oleh variabel lain yang tidak

dimasukkan ke dalam model.

Hasil analisis regresi seperti terlihat

pada Tabel 1 menunjukkan bahwa harga

beras signifikan pada derajat kepercayaan

99 persen; harga daging ayam, harga

daging sapi, dan harga telur signifikan pada

derajat kepercayaan 95 persen; dan harga

susu signifikan pada derajat kepercayaan

90 persen. Ini menunjukkan bahwa harga

beras berpengaruh sangat signifikan

terhadap permintaan terhadap daging

ayam; harga daging ayam, harga daging

sapi, harga telur, dan harga susu

berpengaruh signifikan terhadap

permintaan terhadap daging ayam.

Sedangkan harga ikan dan pendapatan

perkapita tidak berpengaruh terhadap

permintaan daging ayam.

Oleh karena fungsi yang digunakan

dalam model ini adalah logaritma ganda,

maka koefisien regresi dari masing-masing

variabel merupakan nilai elastisitasnya.

Elastisitas harga sendiri dari hasil

penaksiran model penduga adalah -1,176.

sedangkan elastisitas pendapatan sebesar

0,451.

Galat nilai tengah (Mean Square

Error/MSE) dari analisis varians sebesar

0,08287 menunjukkan nilai rata-rata galat

kuadrat yang merupakan hasil bagi jumlah

kuadrat residual dengan derajat bebasnya,

yang merupakan ukuran untuk menilai

seberapa baik model regresi sesuai dengan

data. Semakin kecil nilai MSE maka akan

(8)

dengan data. Dengan demikian maka nilai

MSE sebesar 0,08287 pada model yang

digunakan dalam penelitian ini cukup baik.

Model penduga yang merupakan

hasil analisis regresi dapat dituliskan

kembali dalam bentuk persamaan (1)

sebagai berikut:

Ln Qda = -0,160 – 1,176 Ln Pda + 1,938 Ln Pds – 0,705 Ln Pt

(SE) (2,250) (0,588) (1,045) (0,290)

(t-hit) (-0,071) (-2,000)** (1,855)** (-2,431)**

+ 0,917 Ln Ps + 0,451 Ln I – 0,149 Ln Pi – 1,024 Ln Pb

(0,611) (0,447) (0,347) (0,364)

(1,500)* (1,010) (-0,430) (-2,812)***

Harga daging ayam berpengaruh

signifikan terhadap permintaan daging

ayam dengan pengaruh yang negatif,

artinya apabila ada kenaikan harga daging

ayam maka permintaan terhadap daging

ayam akan mengalami penurunan.

Kenaikan harga daging ayam menyebabkan

konsumen akan mengurangi konsumsi

terhadap daging ayam tersebut atau

mengganti dengan barang lain, misalnya

daging sapi, telur, dan sebagainya.

Harga daging sapi berpengaruh

signifikan terhadap permintaan daging

ayam dengan pengaruh yang positif,

artinya apabila ada kenaikan harga daging

sapi maka permintaan terhadap daging

ayam akan mengalami kenaikan. Kenaikan

harga daging sapi menyebabkan konsumen

akan mengurangi konsumsi terhadap

daging sapi tersebut dan akan mengganti

dengan daging ayam sehingga permintaan

terhadap daging ayam akan mengalami

kenaikan.

Harga telur berpengaruh signifikan

terhadap permintaan daging ayam dengan

pengaruh yang negatif, artinya apabila ada

kenaikan harga telur maka permintaan

terhadap daging ayam akan mengalami

penurunan. Kenaikan harga telur

menyebabkan konsumen akan mengurangi

konsumsi telur, namun demikian hal ini

tidak menyebabkan adanya kenaikan

terhadap permintaan daging ayam sebab

harga daging ayam di pasaran relatif lebih

mahal dibandingkan dengan harga telur.

Harga susu berpengaruh terhadap

permintaan daging ayam dengan pengaruh

yang positif, artinya apabila ada kenaikan

harga susu maka permintaan terhadap

daging ayam akan mengalami kenaikan.

Kenaikan harga susu menyebabkan

(9)

terhadap susu dan akan mengganti dengan

daging ayam sebagai sumber protein

sehingga permintaan terhadap daging ayam

akan mengalami kenaikan.

Harga beras berpengaruh sangat

signifikan terhadap permintaan daging

ayam dengan pengaruh yang negatif,

artinya apabila ada kenaikan harga beras

maka permintaan terhadap daging ayam

akan mengalami penurunan. Beras

merupakan barang komplementer terhadap

daging ayam sehingga apabila harga beras

mengalami kenaikan maka konsumsi

terhadap beras akan mengalami penurunan

yang akan mengakibatkan juga penurunan

terhadap konsumsi daging ayam.

Validasi Model Persamaan Penduga

Pada persamaan model penduga

(persamaan 1) terlihat bahwa hasil uji F

menunjukkan hasil yang signifikan, namun

demikian terdapat dua variabel bebas yaitu

harga ikan (Pi) dan pendapatan perkapita

(I) yang menunjukkan tidak berpengaruh

terhadap permintaan daging ayam. Hal ini

menunjukkan bahwa model persamaan

penduga tersebut perlu divalidasi lebih

lanjut berkaitan dengan adanya

penyakit-penyakit regresi. Selain itu juga dikaitkan

dengan adanya korelasi yang signifikan

antar variabel bebas yang menunjukkan

adanya autokorelasi atau korelasi antar

variabel bebas yang bisa menyebabkan

adanya bias di dalam penarikan

kesimpulan.

Berkaitan dengan hal tersebut di

atas, maka perlu dilakukan validasi lebih

lanjut terhadap model persamaan penduga.

Pada penelitian ini, analisis lebih lanjut

dilakukan dengan menggunakan metode

backward elimination dimana pada tahap awal

dimasukkan semua variabel bebas pada

analisis regresi, selanjutnya

variabel-variabel bebas tersebut dikeluarkan satu

per satu untuk mendapatkan model

penduga yang tidak bias.

Dengan menggunakan metode

backward elimination tersebut diperoleh hasil

model persamaan (2) sebagai berikut:

Ln Qda = – 2,701 + 0,959 Ln I – 0,630 Ln Pb

(SE) (0,915) (0,120) (0,128)

(t-hit) (-2,952)*** (7,969)*** (-4,937)***

Pendapatan perkapita berpengaruh

sangat signifikan terhadap permintaan

daging ayam dengan pengaruh yang positif,

artinya apabila ada kenaikan pendapatan

masyarakat maka permintaan terhadap

(10)

Kenaikan pendapatan masyarakat

membuat masyarakat lebih memperhatikan

asupan gizi yang salah satunya bisa

diperoleh dari konsumsi daging ayam,

sehingga dengan demikian kenaikan

pendapatan menyebabkan adanya kenaikan

permintaan terhadap daging ayam.

Harga beras berpengaruh sangat

signifikan terhadap permintaan daging

ayam dengan pengaruh yang negatif,

artinya apabila ada kenaikan harga beras

maka permintaan terhadap daging ayam

akan mengalami penurunan. Beras

merupakan barang komplementer terhadap

daging ayam sehingga apabila harga beras

mengalami kenaikan maka konsumsi

terhadap beras akan mengalami penurunan

yang akan mengakibatkan juga penurunan

terhadap konsumsi daging ayam.

Meskipun model penduga pada

persamaan 2 tersebut telah bebas dari

penyakit regresi, namun demikian untuk

menghindari bias di dalam spesifikasi

model maka harga daging ayam (Pda) tetap

dimasukkan ke dalam model. Hal ini sesuai

dengan teori ekonomi yang menyatakan

bahwa permintaan terhadap suatu barang

akan dipengaruhi oleh harga barang

tersebut.

Hasil analisis regresi dari model

persamaan penduga dengan tetap

memasukkan variabel harga daging ayam

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Empat Variabel Bebas dengan Model Statis

Variabel Koefisien

Regresi

Standard

Error t-hitung Signifikansi

C (konstanta) -2,685 0,956 -2,809*** 1% = 2,624

Ln Pda -0,0598 0,260 -0,230 5% = 1,761

Ln Pb -0,597 0,195 -3,064*** 10% = 1,345

I 0,981 0,158 6,205***

R2 : 0,923 Keterangan : *** = siginifikan pada = 1%

Adjusted R2 : 0,902 ** = siginifikan pada = 5%

SE of the estimate : 0.09563 * = siginifikan pada = 10%

F-hitung : 44.143

Tabel 2 menunjukkan bahwa

koefisien determinasi (Adjusted R2) untuk

uji kebaikan suai (goodness of fit) dari model

tersebut adalah tinggi (90,20). Ini

menunjukkan bahwa variasi variabel terikat

(Qda) sebesar 90,20 persen dapat

diterangkan oleh variabel-variabel bebas,

sedangkan sisanya sebanyak 9,20 persen

diterangkan oleh variabel lain yang tidak

dimasukkan ke dalam model.

Hasil analisis uji F menunjukkan

bilai F-hitung sebesar 44.143 yang lebih

besar dari F-tabel pada derajat kepercayaan

99 persen menunjukkan bahwa harga

daging ayam, harga beras, dan pendapatan

(11)

berpengaruh sangat signifikan terhadap

permintaan daging ayam.

Hasil analisis regresi seperti terlihat

pada Tabel 2 menunjukkan bahwa harga

beras dan pendapatan perkapita

berpengaruh sangat signifikan pada derajat

kepercayaan 99 persen; sedangkan harga

daging ayam tidak berpengaruh terhadap

permintaan daging ayam. meskipun pada

model tersebut harga daging ayam tidak

berpengaruh, tetapi untuk menghindari

bias spesifikasi model maka harga daging

ayam tetap dimasukkan ke dalam model

persamaan penduga.

Berdasarkan hasil analisis regresi

maka dapat dibuat persamaan (3) sebagai

berikut:

Ln Qda = – 2,685 – 0,0598 Ln Pda – 0,597 Ln Pb + 0,981 Ln I

(SE) (0,915) (0,260) (0,195) (0,158)

(t-hit) (-2,809)*** (-0,0598) (-3,064)*** (6,205)***

Pendapatan perkapita berpengaruh

sangat signifikan terhadap permintaan

daging ayam dengan pengaruh yang positif,

artinya apabila ada kenaikan pendapatan

masyarakat maka permintaan terhadap

daging ayam akan mengalami kenaikan.

Kenaikan pendapatan masyarakat

membuat masyarakat lebih memperhatikan

asupan gizi yang salah satunya bisa

diperoleh dari konsumsi daging ayam,

sehingga dengan demikian kenaikan

pendapatan menyebabkan adanya kenaikan

permintaan terhadap daging ayam.

Harga beras berpengaruh sangat

signifikan terhadap permintaan daging

ayam dengan pengaruh yang negatif,

artinya apabila ada kenaikan harga beras

maka permintaan terhadap daging ayam

akan mengalami penurunan. Beras

merupakan barang komplementer terhadap

daging ayam sehingga apabila harga beras

mengalami kenaikan maka konsumsi

terhadap beras akan mengalami penurunan

yang akan mengakibatkan juga penurunan

terhadap konsumsi daging ayam.

Pengaruh Perubahan Harga

Permintaan terhadap suatu

komoditas biasanya dipengaruhi oleh

perubahan harga, baik harga barang itu

sendiri (own price elasticiy of demand) maupun

harga barang lain (cross price elasticity of

demand) yang meliputi harga barang

substitusi maupun harga barang

komplementer.

Elastisitas Harga Sendiri

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel

1 diperoleh nilai koefisien regresi variabel

(12)

elastisitas harga sendiri sebesar -1,176

yang menunjukkan bahwa permintaan

daging ayam bersifat elastis (E>1) dimana

permintaan daging ayam peka terhadap

perubahan harga daging ayam itu sendiri.

Bila harga daging ayam mengalami

kenaikan sebesar 10 persen, maka

permintaan terhadap daging ayam akan

mengalami penurunan sebesar 11,76

persen. Persentase penurunan permintaan

daging ayam lebih besar dibandingkan

dengan persentase kenaikan harga daging

ayam sehingga permintaan daging ayam

disebut elastis.

Daging ayam merupakan salah satu

barang yang mempunyai banyak barang

pengganti (substitusi) misalnya daging sapi,

telur, ikan dan sebagainya. Dengan

demikian, kenaikan harga daging ayam

akan menyebabkan penurunan terhadap

permintaan daging ayam tersebut sebab

konsumen akan mengkonsumsi lebih

banyak barang pengganti dari daging ayam

tersebut yang harganya tidak mengalami

perubahan.

Elastisitas Harga Silang

Pengaruh perubahan harga barang

substitusi yang signifikan terhadap

permintaan daging ayam adalah harga

daging sapi. Nilai koefisien regresi variabel

daging sapi yang sekaligus merupakan

elastisitas harga silang terhadap harga

daging ayam sebesar 1,938 yang

menunjukkan bahwa apabila harga daging

sapi mengalami kenaikan sebesar 10 persen

maka permintaan terhadap daging ayam

akan mengalami kenaikan sebesar 19,38

persen. Dengan kata lain, apabila harga

daging sapi mengalami penurunan sebesar

10 persen maka konsumen akan beralih

membeli daging sapi sehingga permintaan

terhadap daging ayam akan mengalami

penurunan sebesar 19,38 persen.

Hasil analisis juga menunjukkan

bahwa variabel harga beras yang

merupakan barang komplementer terhadap

daging ayam mempunyai nilai koefisien

regresi yang sekaligus merupakan nilai

elastisitas harga silang terhadap harga

daging ayam sebesar -1,024 yang

menunjukkan bahwa apabila harga beras

mengalami kenaikan sebesar 10 persen

maka permintaan terhadap daging ayam

akan mengalami penurunan sebesar 10,24

persen.

Pengaruh Pendapatan

Nilai elastisitas pendapatan sebesar

0,451 menunjukkan bahwa apabila

pendapatan naik sebesar 10 persen maka

permintaan daging ayam akan mengalami

peningkatan sebesar 45,10 persen. Nilai

elastisitas pendapatan terhadap daging sapi

sebesar 0,451 menunjukkan bahwa daging

ayam merupakan barang normal sehingga

akan bergerak sesuai dengan arah

(13)

pendapatan mengalami kenaikan maka

permintaan terhadap daging sapi juga akan

mengalami kenaikan pula, dan sebaliknya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

(1) Harga ikan dan pendapatan tidak

berpengaruh terhadap permintaan

terhadap daging ayam. Harga daging

ayam, harga daging sapi, harga telur,

dan harga susu berpengaruh

signifikan terhadap permintaan

terhadap daging ayam, sedangkan arga

beras berpengaruh sangat signifikan

terhadap permintaan terhadap daging

ayam.

(2) Elastisitas harga sendiri dari daging

ayam sebesar -1,176 yang

menunjukkan bahwa permintaan

daging ayam bersifat elastis (E>1)

dimana permintaan daging ayam peka

terhadap perubahan harga daging

ayam itu sendiri. Bila harga daging

ayam mengalami kenaikan sebesar 10

persen, maka permintaan terhadap

daging ayam akan mengalami

penurunan sebesar 11,76 persen.

Elastisitas harga daging sapi yang

merupakan elastisitas harga silang

terhadap harga daging ayam sebesar

1,938 menunjukkan bahwa apabila

harga daging sapi mengalami kenaikan

sebesar 10 persen maka permintaan

terhadap daging ayam akan mengalami

kenaikan sebesar 19,38 persen.

Sedangkan nilai elastisitas harga silang

harga beras terhadap harga daging

ayam sebesar -1,024 menunjukkan

bahwa apabila harga beras mengalami

kenaikan sebesar 10 persen maka

permintaan terhadap daging ayam

akan mengalami penurunan sebesar

10,24 persen.

Saran

(1) Dilihat dari elastisitas harga sendiri dari

daging ayam yang menunjukkan bahwa

daging ayam merupakan barang yang

permintaannya bersifat elastis sehingga

penurunan harga akan meningkatkan

permintaan terhadap daging ayam

dengan persentase yang lebih besar.

Dengan demikian maka perlu

diupayakan adanya stabilisasi harga

daging ayam yang dibarengi dengan

peningkatan pendapatan masyarakt.

(2) Daging sapi merupakan barang

substitusi dari daging ayam yang

mempunyai elastisitas harga silang

yang erat kaitannya dengan harga

daging ayam, maka apabila penawaran

daging sapi masih rendah dapat diatasi

dengan peningkatan penawaran daging

ayam dengan harga yang diusahakan

stabil dan terjangkau oleh masyarakat.

(3) Berdasarkan elastisitas pendapatan

maka daging ayam merupakan barang

(14)

Ciamis secara umum, dimana

peningkatan pendapatan akan

dibarengi dengan peningkatan

permintaan terhadap daging ayam.

oleh karena itu, upaya peningkatan

pendapatan masyarakat perlu dibarengi

dengan upaya peningkatan sisi

produksi dari peternakan ayam

sehingga akan meningkatkan

penawaran daging ayam di pasaran.

Selain itu perlu dibarengi dengan upaya

pengontrolan pasar sehingga harga

daging ayam di pasaran dapat

terjangkau oleh masyarakat dan relatif

stabil.

DAFTAR RUJUKAN

Arsyad, L. 1991. Ekonomi Mikro : Ikhtisar Teori dan Tanya Jawab. Edisi 2. BPFE. Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Ciamis. 2001. Indikator Kesejahteraan rakyat Kabupaten Ciamis Tahun 2000. Ciamis.

Balitbang Pertanian. 1991. Modernisasi Peternakan Ditinjau dari Segi Potensi dan Masalah Gizi. Departamen Pertanian. Jakarta.

Departemen Pertanian Kanwil Propinsi Jawa Barat. 1999. Neraca Bahan Makanan Propinsi Jawa Barat 1998. Bandung.

Dinas Peternakan Kabupaten Ciamis. 2000. Kegiatan Pembangunan Sub Sektor Peternakan Kabupaten Ciamis TA 2000. Ciamis.

(15)
(16)

Lampiran 1. Matriks Koefisien Korelasi

Correlation s

1 .764** .779** .678** .803** .662** .718** .875**

. .001 .001 .005 .000 .007 .003 .000

15 15 15 15 15 15 15 15

.764** 1 .993** .966** .976** .982** .993** .970**

.001 . .000 .000 .000 .000 .000 .000

15 15 15 15 15 15 15 15

.779** .993** 1 .952** .981** .970** .979** .971**

.001 .000 . .000 .000 .000 .000 .000

15 15 15 15 15 15 15 15

.678** .966** .952** 1 .968** .964** .966** .930**

.005 .000 .000 . .000 .000 .000 .000

15 15 15 15 15 15 15 15

.803** .976** .981** .968** 1 .952** .966** .979**

.000 .000 .000 .000 . .000 .000 .000

15 15 15 15 15 15 15 15

.662** .982** .970** .964** .952** 1 .984** .918**

.007 .000 .000 .000 .000 . .000 .000

15 15 15 15 15 15 15 15

.718** .993** .979** .966** .966** .984** 1 .955**

.003 .000 .000 .000 .000 .000 . .000

15 15 15 15 15 15 15 15

.875** .970** .971** .930** .979** .918** .955** 1

.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .

15 15 15 15 15 15 15 15

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

QDA

PDA

PDS

PT

PS

PI

PB

I

QDA PDA PDS PT PS PI PB I

Gambar

Tabel 1
Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Empat Variabel Bebas dengan Model Statis Koefisien Standard

Referensi

Dokumen terkait

secara tunggal hanya variabel pendapatan berpengaruh nyata terhadap permintaan telur ayam ras, sedangkan dari sisi penawaran variabel yang memberikan pengaruh

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tempe adalah harga tempe, harga tahu, harga telur, harga daging ayam, harga ikan, jumlah anggota keluarga, dan pendapatan keluarga..

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi harga daging sapi di Sumatera Utara yaitu impor sapi dan harga daging sapi bulan sebelumnya berpengaruh nyata

Hasil analisis juga menunjukkan bahwa secara serempak harga daging ayam broiler, harga daging ayam buras, harga telur ayam broiler dan pendapatan perkapita Kota Medan

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi permintaan daging sapi di Kota Bandar Lampung yaitu harga daging sapi, harga ayam ras, harga ayam kampung, harga telur, harga

Berdasarkan Tabel 5.2 dapat dintepretasikan pengaruh variabel bebas yaitu pendapatan, produksi, harga daging sapi dan harga daging ayam terhadap konsumsi daging sapi di

Respon permintaan atau elastisitas permintaan telur ayam ras di Kota Padang menunjukkan bahwa harga telur ayam ras, harga daging ayam ras dan pertambahan penduduk

Analisis yang didapatkan dari penelitian adalah Harga Gandum Intemasional, Harga Beras Domestik, Pendapatan Per kapita tidak berpengaruh signifikan terhadap Volume Permintaan