LAMPIRAN
Sampel
Jumlah Permintaan
(Butir)
Jumlah Tanggu ngan (Jiwa)
Pendidikan (Tahun)
Pendapatan
(Rp) Harga
Umur (Tahun)
Harga Tempe (Rp)
84 40 5 9 2900000 1200 42 0
85 50 1 9 2700000 1100 31 2000
86 40 0 9 4000000 1000 64 0
87 30 5 16 4000000 1000 39 0
88 60 1 12 2500000 1100 20 1500
89 10 3 16 2400000 1050 31 0
90 30 2 15 4700000 1000 31 0
Lampiran 2. Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kota Pematangsiantar
Variables Entered/Removeda
Model Variables Entered Variables Removed Method
1 Tempe, Pendapatan,
Harga, Pendidikan, Umur, Tanggunganb
. Enter
a. Dependent Variable: Permintaan b. All requested variables entered.
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Permintaan 45,7889 27,60373 90
Tanggungan 3,3444 2,18350 90
Pendidikan 12,2667 2,89440 90
Pendapatan 3392222,2222 1709078,71744 90
Harga 1076,1111 77,25188 90
Umur 41,27778 10,491332 90
Lampiran 2 (Lanjutan 1)
Correlations
Permintaan Tanggungan Pendidikan Pendapatan Harga Umur Tempe
Permintaan Pearson Correlation 1 ,390** ,148 ,532** ,120 ,132 -,100
Sig. (2-tailed) ,000 ,164 ,000 ,258 ,215 ,349
N 90 90 90 90 90 90 90
Tanggungan Pearson Correlation ,390** 1 -,063 ,472** ,076 ,230* ,105
Sig. (2-tailed) ,000 ,557 ,000 ,477 ,029 ,324
N 90 90 90 90 90 90 90
Pendidikan Pearson Correlation ,148 -,063 1 ,193 ,016 -,192 -,047
Sig. (2-tailed) ,164 ,557 ,068 ,879 ,070 ,661
N 90 90 90 90 90 90 90
Pendapatan Pearson Correlation ,532** ,472** ,193 1 ,053 ,171 ,035
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,068 ,622 ,107 ,745
N 90 90 90 90 90 90 90
Harga Pearson Correlation ,120 ,076 ,016 ,053 1 -,202 ,067
Sig. (2-tailed) ,258 ,477 ,879 ,622 ,057 ,530
N 90 90 90 90 90 90 90
Umur Pearson Correlation ,132 ,230* -,192 ,171 -,202 1 -,135
Sig. (2-tailed) ,215 ,029 ,070 ,107 ,057 ,206
N 90 90 90 90 90 90 90
Tempe Pearson Correlation -,100 ,105 -,047 ,035 ,067 -,135 1
Sig. (2-tailed) ,349 ,324 ,661 ,745 ,530 ,206
N 90 90 90 90 90 90 90
Lampiran 2 (Lanjutan 2)
Lampiran 2 (Lanjutan 3)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 ,583a ,340 ,292 23,22755 2,198
Lampiran 3. Biaya Pemasaran Pedagang
Sampel Sewa
Toko/Bulan Tenaga Kerja Retribusi Kebersihan Tali Plastik Plastik Abu Total
1 Rp 585.000 - Rp 45.000 - Rp 72.000 Rp 210.000 Rp 150.000 Rp 1.062.000
2 - - Rp 45.000 Rp 90.000 Rp 36.000 Rp 210.000 Rp 40.000 Rp 421.000
3 Rp 42.000 - Rp 45.000 - Rp 270.000 Rp 540.000 Rp 90.000 Rp 987.000
4 Rp 42.000 - Rp 45.000 - Rp 112.000 Rp 540.000 Rp 150.000 Rp 889.000
5 Rp 42.000 Rp 1.200.000 Rp 42.000 - Rp 270.000 Rp 1.200.000 Rp 300.000 Rp 3.054.000
6 Rp 42.000 Rp 1.050.000 - Rp 90.000 Rp 270.000 Rp 540.000 Rp 150.000 Rp 2.142.000
7 - - - Rp 20.000 Rp 36.000 Rp 270.000 Rp 44.000 Rp 470.000
8 - - - Rp150.000 Rp 270.000 Rp 480.000 Rp 150.000 Rp 1.050.000
9 Rp 2.000.000 Rp 1.800.000 - Rp 40.000 Rp 270.000 Rp 480.000 Rp 90.000 Rp 4.680.000
10 Rp 300.000 Rp 600.000 - - Rp 36.000 Rp 225.000 Rp 10.000 Rp 1.171.000
11 Rp 420.000 - - - Rp 135.000 Rp 270.000 Rp 60.000 Rp 885.000
12 - - - Rp 90.000 Rp 180.000 Rp 180.000 Rp 30.000 Rp 480.000
13 Rp 835.000 - - Rp 35.000 Rp 180.000 Rp 180.000 Rp 30.000 Rp 1.260.000
14 - - - Rp 60.000 Rp 210.000 Rp 540.000 Rp 36.000 Rp 846.000
15 - - - Rp 30.000 Rp 28.000 Rp 56.000 Rp 15.000 Rp 129.000
16 Rp 2.000.000 - - Rp 10.000 Rp 28.000 Rp 270.000 Rp 10.000 Rp 2.318.000
17 Rp 670.000 Rp 1.200.000 - Rp 45.000 Rp 72.000 Rp 900.000 Rp 80.000 Rp 2.967.000
18 - - - Rp 30.000 Rp 210.000 Rp 540.000 Rp 240.000 Rp 1.020.000
19 Rp 600.000 - - Rp 60.000 Rp 36.000 Rp 210.000 Rp 40.000 Rp 946.000
20 - - - Rp1.500.000 Rp 36.000 Rp 540.000 Rp 10.000 Rp 2.086.000
Sampel Sewa
Toko/Bulan Tenaga Kerja Retribusi Kebersihan Tali Plastik Plastik Abu Total
22 Rp 600.000 Rp 1.200.000 - - Rp 40.000 Rp 900.000 Rp 10.000 Rp 2.750.000
23 - Rp 3.600.000 - Rp 30.000 Rp 72.000 Rp 450.000 Rp 10.000 Rp 4.162.000
24 - - - Rp 120.000 Rp 36.000 Rp 450.000 Rp 5.000 Rp 611.000
25 - - - Rp 30.000 Rp 10.000 Rp 10.000 Rp 3.000 Rp 53.000
26 Rp 585.000 - - Rp 45.000 Rp 72.000 Rp 1.500.000 Rp 10.000 Rp 2.212.000
27 Rp 42.000 - Rp 45.000 - Rp 135.000 Rp 270.000 Rp 10.000 Rp 502.000
28 Rp 830.000 - Rp 35.000 - Rp 72.000 Rp 210.000 Rp 150.000 Rp 1.297.000
29 Rp 42.000 - Rp 42.000 Rp 30.000 Rp 210.000 Rp 540.000 Rp 240.000 Rp 1.104.000
Lampiran 4 Analisis Penawaran Telur Ayam Ras Di Kota Pematangsiantar
Variables Entered/Removeda
Model Variables Entered Variables Removed Method
1
Profit, Harga Beli, Biaya Pemasaranb . Enter
a. Dependent Variable: Penawaran b. All requested variables entered.
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Penawaran 81344,8276 56930,58170 29
Harga Beli 1074,1379 28,72496 29
Biaya Pemasaran 1494655,1724 1151193,51966 29
Lampiran 4 (Lanjutan 1)
Correlations
Penawaran Harga Beli Biaya Pemasaran Profit
Penawaran Pearson Correlation 1 ,168 ,537** ,702**
Sig. (2-tailed) ,383 ,003 ,000
N 29 29 29 29
Harga Beli Pearson Correlation ,168 1 -,052 -,041
Sig. (2-tailed) ,383 ,789 ,834
N 29 29 29 29
Biaya Pemasaran Pearson Correlation ,537** -,052 1 ,169
Sig. (2-tailed) ,003 ,789 ,380
N 29 29 29 29
Profit Pearson Correlation ,702** -,041 ,169 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,834 ,380
N 29 29 29 29
Lampiran 4 (Lanjutan 2)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Correlations Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Zero-order Partial Part Tolerance VIF
1 (Constant) 462530,051 226814,985 -2,039 ,052
Harga Beli 430,407 210,274 ,217 2,047 ,051 ,168 ,379 ,217 ,996 1,0
Biaya
Pemasaran ,022 ,005 ,440 4,095 ,000 ,537 ,634 ,434 ,969 1,0
Profit ,008 ,001 ,636 5,918 ,000 ,702 ,764 ,627 ,970 1,0
a. Dependent Variable: Penawaran
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 65308251329,670 3 21769417109,890 21,391 ,000b
Residual 25442300394,468 25 1017692015,779
Total 90750551724,138 28
a. Dependent Variable: Penawaran
Lampiran 4 (Lanjutan 3)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,848a ,720 ,686 31901,28549 2,450
DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, S dan Kadarusman. 2003. Teori Ekonomi Mikro (Edisi Kedua). Penerbit BPFE Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik, Pematangsiantar Dalam Angka Http://siantarkota.bps.go.id/frontend/.[19 Februari 2016].
Badan Pusat Statistik, Sumatera Dalam Angka (Berbagai Tahun Terbit). Http:// sumut.bps.go.id. [19 Februari 2016].
BSN. 2008. Telur Ayam Konsumsi. SNI No. : 3926-2008. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.
Djojodipuro, M. 1991. Teori Harga. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Firdaus M. 2011. Aplikasi Ekonometrika untuk Data Panel dan Time Series. Bogor: IPB Press.
Gallus. 2010. Budidaya Ayam Ras Petelur. Dikutip dari http://www.warintekjogja.com/warintek/warintekjogja/warintek_v3/datadi g ital/bk/petelur.pdf. [9 Maret 2016].
Gujarati, D., 1997. Statistik Ekonometrika. Bumi Aksara. Jakarta.
Hasan, M, I. 2002. Metodologi penelitian dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Kadariah. 1994. Teori Ekonomi Mikro. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Kotler, P dan Armstrong, G. 1996. Dasar-Dasar Pemasaran Jilid I. PT Prenhallindo. Jakarta.
Lestari, P, I. 2009. Kajian Supply Chain Management: Analisis Relationship Marketing Antara Peternakan Pamulihan Farm Dengan Pemasok Dan Pelanggannya. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Nopirin, 1994. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro. BPFE. Yogyakarta. Pracoyo, A. 2006. Aspek Dasar Ekonomi Mikro. PT. Gramedia Widiasarana
Priyatno, D. 2009. SPSS. Untuk Analisa Korelasi, Regresi, dan Multivariate. Gava Media, Jakarta.
Rasyaf, M. 1991. Pengelolaan Produksi Telur. Yogyakarta : Kanisius.
Samosir, H. V., 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Terhadap Permintaan Telur Ayam Kampung. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.
Sianipar, V.D.A., 2011. Analisis Faktor-fsktor yang Mempengaruhi Permintaan Telur Ayam Ras di Kota Binjai Provinsi Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Sitorus, S.A., 2015. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran Telur Ayam Ras di Kota Medan (Studi Kasus: Pasar Petisah, medan). Universitas Sumatera Utara. Medan.
Setiadi, N.J, 2003. Perilaku Konsumen dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Kencana. Jakarta.
Sitompul, N.M. 2012. Analisis Permintaan Dan Penawaran Telur Ayam Ras Di Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara. Medan
Sudaryani, T. 2003. Kualitas Telur . Penebar Swadaya. Jakarta.
Suharno, B. 1999. Kiat Sukses Berbisnis Ayam. Bogor : PT Penebar Swadaya.
Sukirno, S. 2003. Pengantar Teori Mikroekonomi (Edisi Ketiga). Grafindo. Jakarta.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di dua pasar tradisional di Kotamadya
Pematangsiantar Provinsi Sumatera Utara. Daerah penelitian dipilih secara
purposive (sengaja) yaitu kotamadya Pematangsiantar. Daerah pasar yang dipilih,
yaitu: Pasar Horas dan Pasar Parluasan yang berada di dua lokasi berbeda.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2016 sampai dengan bulan Juni 2016.
Metode Penentuan Sampel
Metode penentuan sampel konsumen dilakukan dengan metode
penelusuran (Accedental), yaitu pengambilan responden yang merupakan
konsumen yang kebetulan berbelanja telur ayam ras di pasar tradisional yang
menjadi lokasi penelitian. Dengan ketentuan sebagai berikut: sampel merupakan
konsumen yang sedang berbelanja telur ayam ras dan dibedakan berdasarkan
strata pendidikan (pendidikan 0-9 tahun untuk strata I, pendidikan 10-12 tahun
untuk strata II dan pendidikan diatas 13 tahun untuk strata III). Sampel yang
diambil dalam penelitian ini adalah 30 sampel untuk setiap strata sesuai dengan
Teori Bailey yang menyatakan untuk penelitian yang menggunakan analisa
statistik, ukuran sampel paling minimum 30 buah (Hasan, 2002). Metode
penentuan responden pedagang adalah metode sensus, yaitu semua pedagang yang
berjualan telur ayam ras di lokasi penelitian memiliki probability yang sama
Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dengan konsumen sampel dan
pedagang telur ayam ras menggunakan daftar pertanyaan/kuisioner yang telah
dibuat sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari instansi dan dinas terkait seperti
Dinas Perikanan dan Peternakan Kota Pematangsiantar, Badan Pusat Statistik
(BPS) Kota Pematangsiantar, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera
Utara serta literatur-literatur lain seperti jurnal dan hasil penelitian yang
mendukung penelitian ini.
Metode Analisis Data
Setelah data dikumpulkan dan ditabulasi, selanjutnya dianalisis sesuai
dengan hipotesa yang akan diuji. Untuk memenuhi prinsip BLUE (Best Linear
Unbiased Estimator) yakni untuk mengetahui apakah koefisien regresi yang
diperoleh dari koresponden penelitian telah sahih atau dapat diterima sehingga
diperoleh model regresi terbaik maka perlu dilakukan pengujian asumsi klasik
terlebih dahulu.
Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
Untuk melakukan analisis regresi yang benar berdasarkan metode OLS,
maka diperlukan asumsi-asumsi yang harus dipenuhi di antaranya adalah:
1. Asumsi pertama, yaitu: nilai tengah (mean value) dari komponen
pengganggu ui, yang ditimbulkan variabel eksplanatori atau variabel bebas X
2. Asumsi kedua, yaitu: variansdari komponen penggangu ui harus konstan atau
harus memenuhi syarat homoskedastisitas atau setiap variabel bebas X
mempunyai varians komponen penggangu ui harus sama.
3. Asumsi ketiga, yaitu: tidak terjadi autokorelasi antar komponen penggangu
ui atau harus konstan atau tidak terjadi korelasi antar Xt dengan Xt+1 dan
seterusnya.
4. Asumsi keempat, yaitu: variabel eksplanatori atau variabel bebas X nilainya
harus non stokastik atau apabila bersifat stokastik harus menyebar bebas dari
komponen pengganggunya.
5. Asumsi kelima, yaitu: tidak terjadi multikolinieritas antarvariabel eksplanatori
atau variabel bebas X.
6. Asumsi keenam, yaitu: komponen pengganggu ui harus menyebar menurut
sebaran normal dengan nilai tengah µ = 0 dengan varians sebesar θ2 hal ini jika terpenuhi, maka asumsi 1) dan asumsi 2) secara otomatis telah terpenuhi.
Dengan keenam asumsi tersebut di atas dapat diketahui bahwa estimator
OLS dari koefisien regresi bi bersifat BLUE (Best Linier Unbias Estimaior ), dan
atas dasar asumsi normalitas maka estimator–estimator tersebut akan menyebar mengikuti sebaran normal. Sehingga, hasilnya memungkinkan unuk mendapatkan
suatu kisaran atau range yang dapat diuji kebenarannya terhadap koefisien regresi
populasi βi.
Metode Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan
Metode analisis menggunakan metode analisis linear berganda
(multiple regresion) dengan enam variabel bebas, yaitu jumlah tanggungan,
subtitusi serta satu variabel terikat, yaitu permintaan ayam ras dan lima variabel
bebas. Analisis ini menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) atau
metode kuadrat terkecil dengan alat bantu SPSS 22.0. Data yang dibutuhkan
adalah harga telur ayam ras, pendapatan rata-rata/keluarga/bulan, jumlah
tanggungan, harga komoditi lain dengan menggunakan rumus :
Y=a+b1X1+ b2X2+b3X3+b4X4 + b5X5 + b6X6 + μ Keterangan :
Y = Jumlah konsumsi telur ayam ras (butir/bln)
a = Koefisien intersep
b1,b2,b3,b4 = Koefisien regresi
X1 = Jumlah Tanggungan (Jiwa)
X2 = Pendidikan
X3 = Pendapatan rata-rata (Rp/bln)
X4 = Harga beli konsumen (Rp/butir)
X5 = Umur
X6 = Harga komoditi lain / Tempe (Rp / Balok)
μ = Kesalahan pengganggu Pengambilan Keputusan :
th < t tabel, tolak H1; terima H0
th > t tabel, tolak H0; terima H1
(H0 : tidak ada pengaruh; H1 : ada pengaruh)
Metode Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran
Metode analisis untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
regresi linier berganda. Data yang dibutuhkan adalah harga beli pedagang, biaya
pemasaran dan profit/keuntungan dengan menggunakan rumus :
Y=a+b1X1+b2X2+b3X3 +μ Keterangan :
Y = Jumlah telur ayam ras yang ditawarkan. (butir/bln)
a = Koefisien intersep
b1,b2,b3 = Koefisien regresi
X1 = Harga beli pedagang (Rp/butir)
X2 = Biaya pemasaran (Rp)
X3 = Profit/keuntungan (Rp) μ = Kesalahan pengganggu Pengambilan Keputusan :
th < t tabel, tolak H1; terima H0
th > t tabel, tolak H0; terima H1
(H0 : tidak ada pengaruh , H1 : ada pengaruh)
Parameter Pengamatan
Parameter yang menjadi pengamatan dalam penelitian ini adalah
faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras, seperti harga telur
ayam ras, pendapatan konsumen, jumlah tanggungan dan harga tempe sebagai
komoditi substitusi telur ayam ras. Parameter kedua yang menjadi objek
pengamatan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran, seperti harga
Defenisi dan Batasan Operasional
Definisi dan batasan operasional dimaksudkan untuk menghindari
kesalahpahaman istilah-istilah yang terdapat dalam proposal ini.
Defenisi
1. Permintaaan telur ayam ras adalah jumlah konsumsi telur ayam ras di Kota
Pematangsiantar yang dinyatakan dalam waktu tertentu.
2. Harga telur ayam ras adalah harga rata-rata per butir telur ayam ras di Kota
Pematangsiantar yang dinyatakan dalam satuan Rp/Butir.
3. Harga tempe adalah harga rata-rata per batang tempe di Kota Pematangsiantar
dalam satu tahun, yang dinyatakan dalam satuan Rp/Balok.
4. Harga beli konsumen adalah harga yang sudah ditetapkan oleh pedagang telur
ayam ras.
5. Pendapatan konsumen adalah pendapatan keluarga rata-rata per bulan.
6. Jumlah tanggungan adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan
konsumen untuk dibiayai kebutuhan hidupnya.
7. Penawaran telur ayam ras adalah banyaknya jumlah telur ayam ras yang
ditawarkan oleh produsen kepada konsumen pada waktu tertentu.
8. Harga beli pedagang telur ayam ras adalah harga yang dibayarkan pedagang
telur kepada pemasok telur ayam ras.
9. Biaya pemasaran telur ayam ras adalah biaya yang dikeluarkan dalam
penjualan telur ayam ras.
10. Profit adalah keuntungan yang diperoleh pedagang telur ayam ras.
11. Jumlah telur yang tersedia adalah jumlah rata-rata telur ayam ras yang bisa
12. Pasar adalah tempat pedagang dan konsumen melakukan transaksi jual beli
13. Pedagang telur ayam ras adalah pedagang yang dominan berjualan telur ayam
ras secara menetap.
Batasan Operasional
1. Penelitian dilakukan di Kota Pematangsiantar.
2. Penelitian mulai dilaksanakan pada bulan Mei 2016 hingga Juni 2016.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan yang diteliti adalah jumlah
tanggungan, pendidikan, pendapatan, harga ayam ras, umur dan harga tempe.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran yang diteliti adalah jumlah telur
yang ditawarkan (butir/bulan), harga beli pedagang, biaya pemasaran dan
profit/keuntungan
5. Responden yang akan dijadikan sampel adalah:
a. Konsumen yang membeli telur ayam ras di pasar tradisional yang telah
ditentukan menjadi lokasi penelitian.
b. Pedagang yang menjual telur ayam ras di pasar tradisional yang menjadi lokasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kota Pematangsiantar
Berdasarkan perhitungan SPSS 22.0 for windows (Lampiran 2 – Tabel Correlation) terdapat hubungan yang kuat antara permintaan telur ayam ras
dengan jumlah tanggungan (0,390); antara permintaan telur ayam ras dengan
pendapatan (0,532). Variabel lain, seperti pendidikan (0,148); harga (0,120); umur
(0,132); dan tempe (-1,00) tidak mempunyai pengaruh dengan permintaan telur
ayam ras. Dengan demikian urutan keeratan tertinggi hingga terendah adalah:
pendapatan kemudian diikuti oleh jumlah tanggungan. Karena nilai signifikasi
yang jauh dibawah angka 0.01 maka terbukti berkorelasi sangat nyata (**).
Berdasarkan perhitungan SPSS 22.0 for windows (Lampiran 2 – Tabel Model Summary), diketahui bahwa nilai R2 sebesar 0,340 yang berarti 34%
variasi variabel yang terikat yaitu jumlah telur ayam ras yang diminta dapat
dijelaskan oleh jumlah tanggungan, pendidikan, pendapatan, harga telur ayam ras,
umur dan harga tempe. Sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel yang tidak
termasukkan ke dalam perhitungan.
Lampiran 2 – Tabel Model Summary memperlihatkan bahwa Std. Error of the Estimate dari variabel permintaan telur ayam ras adalah 23,22755, lebih kecil
dari standart deviasinya, yaitu 27,60373 (lampiran 2- tabel Descriptive Statistics).
Karena lebih kecil dari standart deviasinya maka semakin baik dalam bertindak
sebagai prediktator permintaan telur ayam ras di Kota Pematangsiantar
(Santoso, 2010).
lebih kecil dari 0,05 maka model regresi linear berganda bisa dipakai untuk
memprediksi permintaan telur ayam ras. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
variabel jumlah tanggungan; pendidikan; pendapatan; harga telur ayam ras; umur;
dan harga secar bersama-sama berpengaruh terhadap jumlah permintaan telur
ayam ras di Kota Pematangsiantar.
Lampiran 2 – Tabel Coefficientsa memperlihatkan bahwa model persamaan linear berganda permintaan telur ayam ras (Y) adalah:
Y = 32,763 + 2,494X1 + 0,743 X2+ 0,000006294X3 + 0,035X4 + 0,084X5 - 0,003X6
Keterangan:
Y = Jumlah Tanggungan (Jiwa)
X1 = Pendidikan (Tahun)
X2 = Pendapatan keluarga (Rp/Bulan)
X3 = Harga Telur Ayam Ras (Rp/Butir)
X4 = Umur (Tahun)
X5 = Harga Tempe(Rp/Balok)
Karakteristik Konsumen Telur Ayam Ras
Konsumen yang dijadikan sebagai sampel adalah konsumen yang
melakukan pembelian telur ayam ras di Pasar Parluasan dan Pasar Horas Kota
Pematangsiantar. Dilakukan secara accidental (penelusuran) kepada 90 orang
konsumen yang sedang membeli telur ayam ras di Pasar Parluasan dan Pasar
Horas Kota Pematangsiantar. Karakteristik Konsumen yang dimaksud meliputi
karakteristik sosial ekonomi yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan, jumlah
Jumlah Tanggungan
Jumlah tanggungan sampel konsumen dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4. Distribusi sampel konsumen berdasarkan jumlah tanggungan
Jumlah Tanggungan (Jiwa) Besar Sampel (Jiwa) Presentase (%)
0-2 34 37,78
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat jumlah tanggungan yang optimal dari
konsumen telur ayam ras adalah sebanyak 3-5 orang yang dapat meningkatkan
permintaan telur ayam ras di kota Pematangsiantar. Hal ini dikarenakan
pertambahan jumlah tanggungan harus diimbangi dengan daya beli konsumen
yang memadai untuk mengkonsumsi telur ayam ras. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Sukirno (2003), yang menyatakan bahwa permintaan berhubungan
positif dengan jumlah tanggungan. Pertambahan jumlah tanggungan/penduduk
tidak dengan sendirinya menyebabkan pertambahan permintaan. Tetapi biasanya
pertambahan jumlah tanggungan/penduduk diikuti oleh perkembangan dalam
kesempatan kerja. Dengan demikian lebih banyak pendapatan yang diterima
seseorang maka ini menambah daya beli dalam masyarakat. Pertambahan daya
beli ini akan menambah permintaan (Sukirno, 2003).
Pendidikan
Koefisien regresi pendidikan sebesar 0,743 dapat diartikan bahwa terdapat
permintaan ayam telur ras. Jika lama pendidikan naik 1 tahun/jiwa maka jumlah
permintaan telur ayam ras akan berkurang sebanyak 0,743 butir.
Nilai t hitung variabel pendidikan yang diperoleh adalah 1,880 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,413 maka sig. t (0,413)> 0,05, sehingga dapat
disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya variabel pendidikan
secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan ayam telur
ras.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Setiadi (2003) yang menyatakan bahwa,
kalau orang bertindak, mereka belajar. Pembelajaran menggambarkan perubahan
dalam tingkah laku individual yang muncul dari proses pendidikan yang dijalani
(pengalaman). Pendidikan seseorang sangat mempengaruhi pilihannya. Apabila
pendidikan konsumen tinggi maka akan lebih memilih barang yang berkualitas
baik, tingkat pendidikan dapat dilihat dari pendidikan terakhir konsumen.
Pendapatan
Pendapatan sampel Konsumen sangat bervariasi, untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Distribusi sampel konsumen bedasarkan pendapatan rata-rata keluarga/bulan
Pendapatan (Rp/Bulan) Besar Sampel (Jiwa) Persentase (%)
< 1.000.000 2 2,22
Dari tabel 5. dapat dilihat bahwa besar sampel konsumen tertinggi berada
(44,4%) dan yang terendah berada pada kelompok pendapatan < Rp 1.000.000
dengan jumlah 2 jiwa (2,22%).
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kota Pematangsiantar diperoleh
pendapatan setiap keluarga berbeda-beda. Dari lampiran 1 diperoleh rata-rata
pendapatan keluarga adalah Rp 3.343.333,-/bulan dimana pendapatan yang paling
tinggi adalah Rp 11.000.000,-/bulan dan pendapatan yang paling rendah adalah
Rp 500.000,-/bulan.
Koefisien regresi pendapatan rata-rata keluarga/bulan sebesar
0,000006742 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding lurus
(positif) antara pendapatan rata-rata keluarga/bulan dengan jumlah permintaan
ayam telur ras. Jika pendapatan naik sebesar Rp. 1.000.000, maka jumlah
permintaan telur ayam ras akan bertambah sebanyak 6,742 butir.
Nilai t hitung variabel pendapatan rata-rata keluarga/bulan yang diperoleh
adalah 0,822 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 maka sig. t (0,000)≤ 0,05, sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya variabel
pendapatan rata-rata keluarga/bulan secara parsial k berpengaruh nyata terhadap
jumlah permintaan ayam telur ras .
Hal ini disebabkan karena dengan bertambahnya tingkat daya beli
konsumen, maka konsumen akan mengkonsumsi barang lain sehingga konsumsi
telur ayam ras meningkat. Hubungan antara pendapatan dengan jumlah telur yang
diminta adalah positif. Sesuai dengan pernyataan Samosir (2008), yang
menyatakan bahwa pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat.
Tinggi/rendahnya pendapatan masyarakat akan mempengaruhi kualitas maupun
hanya ada uang yang sedikit untuk dibelanjakan, sehingga masyarakat akan
membelanjakan sedikit uang untuk beberapa dan mungkin pula terhadap sebagian
besar barang. Jika permintaan terhadap suatu barang berkurang ketika pendapatan
berkurang, barang tersebut dinamakan barang normal.
Harga Telur ayam ras
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kota Pematangsiantar diperoleh
harga telur ayam ras yang bervariasi. Dari lampiran 1 diperoleh rata-rata harga
telur ayam ras adalah Rp 1.069,-/butir dimana harga telur ayam ras yang paling
tinggi adalah Rp 1200,-/butir dan harga telur ayam ras yang paling rendah adalah
Rp 1000,-/butir.
Koefisien regresi harga telur ayam ras sebesar 0,035 dapat diartikan bahwa
terdapat hubungan yang berbanding lurus (positif) antara harga dengan jumlah
permintaan telur ayam ras. Jika harga naik sebesar Rp 1 atau Rp 1.000, maka
jumlah permintaan telur ayam ras akan bertambah sebanyak 0,035 butir atau 35
butir.
Nilai t hitung variabel harga telur ayam ras yang diperoleh adalah 3,456
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,242 maka sig. t (0,242) > 0,05, sehingga
dapat disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya variabel harga telur
ayam ras secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan telur
ayam ras.
Hal ini tidak sesuai dengan bunyi hukum permintaan yang menyatakan
makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang
tersebut. Sebaliknya makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit
mempunyai sifat hubungan yang searah (positif). Hal ini dikarenakan
pertambahan daya beli dan pendidikan masyarakat sehingga masyarakat tidak lagi
hanya berpatokan pada harga tetapi lebih kepada kualitas dan manfaat produk.
Sesuai dengan pernyataan Samosir (2008), yang menyatakan bahwa pendapatan
masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi/rendahnya pendapatan
masyarakat akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas permintaan.
Pernyataan Setiadi (2003), menyatakan bahwa pendidikan seseorang sangat
mempengaruhi pilihannya. Apabila pendidikan konsumen tinggi maka akan lebih
memilih barang yang berkualitas baik, tingkat pendidikan dapat dilihat dari
pendidikan terakhir konsumen.
Umur
Gambaran keadaan umur sampel konsumen di daerah penelitian dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Distribusi sampel konsumen berdasarkan kelompok umur
Kelompok Umur (Tahun) Besar Sampel (jiwa) Persentase (%)
20-24 7 7,78
umur. Sesuai dengan pernyataan Kotler dan Amstrong (1996) yvng menyatakan
bahwa orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli semasa hidupnya.
Umur berhubungan dengan selera akan makanan, pakaian, perabot dan rekreasi.
Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang
mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya.
Harga Tempe
Koefisien regresi harga tempe sebesar -,003 maka dapat diartikan bahwa
terdapat hubungan yang berbanding negatif antara harga tempe dengan jumlah
permintaan telur ayam ras. Jika harga tempe naik sebesar Rp. 1 atau Rp. 1.000,
maka jumlah permintaan telur ayam ras akan turun sebanyak 0,003 butir atau
3 butir.
Nilai t hitung variabel harga tempe yang diperoleh adalah -1,467 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,146 maka sig. t (0,146) > 0,05 sehingga dapat
disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya variabel harga tempe
sebagai barang substitusi secara parsial berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah
permintaan telur ayam ras.
Permintaan telur ayam ras berbanding terbalik dengan harga tempe. Hal
ini dikarenakan telur ayam ras merupakan substitusi dari tempe. Sesuai dengan
pernyataan Sukirno, (2003), permintaan terhadap suatu barang dapat dipengaruhi
oleh perubahan harga barang-barang lain, baik atas barang subtitusi maupun
terhadap harga barang komplementer. Sifat dan pengaruh terhadap barang
subtitusi dan komplementer ini dikarenakan permintaan suatu barang memiliki
kaitan dan pengaruh yang langsung maupun tidak langsung. Pengaruh
masing-masing barang mempunyai hubungan saling menggantikan fungsi kegunaan, dan
juga saling melengkapi.
Analisis Penawaran Telur Ayam Ras Di Kota Pematangsiantar
Berdasarkan perhitungan SPSS 22.0 for windows (Lampiran 4 – Tabel Correlation) terdapat hubungan yang kuat antara penawaran telur ayam ras
dengan keuntungan (0,702); antara penawaran telur ayam ras dengan biaya
pemasaran (0,537). Variabel lain, harga beli pedagang (0,168) tidak mempunyai
pengaruh dengan penawaran n telur ayam ras. Dengan demikian urutan keeratan
tertinggi hingga terendah adalah: keuntungan kemudian diikuti oleh jumlah biaya
pemasaran. Karena nilai signifikasi jauh dibawah angka 0.01 maka terbukti
berkorelasi sangat nyata (**).
Berdasarkan perhitungan SPSS 22.0 for windows (Lampiran 4 – Tabel Model Summary), diketahui bahwa nilai R2 sebesar 0,72 yang berarti 72%
variasi variabel yang terikat yaitu jumlah telur ayam ras yang ditawarkan dapat
dijelaskan oleh harga beli pedagang, biaya pemasaran, keuntungan. Sedangkan
sisanya (18%) dijelaskan oleh variabel yang tidak termasukkan ke dalam
perhitungan.
Lampiran 4 – Tabel Model Summary memperlihatkan bahwa Std. Error of the Estimate dari variabel penawaran telur ayam ras adalah 31.901,28549, lebih
kecil dari standart deviasinya, yaitu 56.930,58170 (lampiran 4- tabel Descriptive
Statistics). Karena lebih kecil dari standart deviasinya maka semakin baik dalam
bertindak sebagai prediktator penawaran telur ayam ras di Kota Pematangsiantar
Uji Anova atau F test (Lampiran 4 – Tabel anova) didapati bahwa nilai F adalah 21,391 dengan tingkat signifikasi 0,000. Karena probabilitasnya (0,000)
lebih kecil dari 0,05 maka model regresi linear berganda bisa dipakai untuk
memprediksi penawaran telur ayam ras. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
variabel harga beli pedagang, biaya pemasaran , keuntungan secara bersama-sama
berpengaruh terhadap jumlah penawaran telur ayam ras di Kota Pematangsiantar.
Lampiran 4 – Tabel Coefficientsa memperlihatkan bahwa model persamaan linear berganda penawaran n telur ayam ras (Y) adalah:
Y = 462.530,051 + 430,407 X1 + ,022 X2 + 0 ,008 X3
Keterangan:
Y = Jumlah Tanggungan (Jiwa)
X1 = Harga Beli Pedagang (Rp/Butir)
X2 = Biaya Pemasaran (Rp/Bulan)
X3 = Keuntungan (Rp/Bulan)
Karakteristik Pedagang Telur Ayam Ras
Dari hasil penelitian, terdapat 29 sampel pedagang yang menjual telur
ayam ras di pasar tradisional di Kota Pematangsiantar. Penawaran telur ayam ras
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti harga beli pedagang (X1) biaya
pemasaran (X2), dan keuntungan (X3).
Harga Beli
Koefisien regresi harga jual pedagang sebesar 430,407 dapat diartikan
bahwa terdapat hubungan yang berbanding lurus (positif) antara harga jual
pedagang dengan jumlah penawaran telur ayam ras. Jika harga jual naik sebesar
Nilai t hitung variabel harga beli pedagang yang diperoleh adalah 2,047
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,51 maka sig. t (0,51) ˃ 0,05, sehingga dapat
disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya variabel harga beli pedagang
secara parsial berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah penawaran telur ayam ras.
Sesuai dengan pernyataan Djojodipuro (1991), yang menyatakan bahwa naik atau
turunnya harga barang/jasa akan mempengaruhi banyak/sedikitnya terhadap
jumlah barang yang ditawarkan. Kuantitas akan meningkat ketika harganya
meningkat dan kuantitas yang diminta menurun ketika harganya menurun, dapat
dikatakan bahwa kuantitas yang diminta berhubungan positif dengan harga. Hal
ini membuktikan bahwa pedagang tidak terlalu responsive terhadap perubahan
harga beli sehingga tidak terlvlu memberi pengaruh terhadap keputusan pedagang
dalam menawarkan telur ayam ras di Kota Pematangsiantar.
Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran telur ayam ras adalah biaya yang dikeluarkan pedagang
dalam penjualan telur ayam ras. Semakin banyak telur yang ditawarkan semakin
besar biaya pemasaran yang dikeluarkan pedagang. Biaya pemasaran pedagang
telur ayam ras dalam penelitian ini sangat bervariasi, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 7. berikut ini :
Tabel 7. Distribusi sampel pedagang bedasarkan biaya pemasaran
Biaya Pemasaran (Rp/Buian) Besar Sampel (Jiwa) Besar Sampel (%)
dan yang terendah berada pada kelompok biaya diatas Rp 3.000.000 dengan
jumlah 4 jiwa (13,80 %).
Koefisien regresi biaya pemasaran sebesar 0,022 dapat diartikan bahwa
terdapat hubungan yang berbanding lurus (positif) antara biaya pemasaran
dengan jumlah penawaran telur ayam ras. Jika biaya pemasaran naik sebesar
Rp 1/ Rp 1000 maka jumlah penawaran telur ayam ras akan bertambah sebanyak
0,022 atau 22 butir.
Nilai t hitung variabel biaya-biaya yang diperoleh adalah 4,095 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,000 maka sig. t (0,000) ≤ 0,05, sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya variabel biaya pemasaran
secara parsial berpengaruh nyata terhadap jumlah penawaran telur ayam ras.
Sesuai dengan pernyataan Samosir (2008), yang menyatakan bahwa
biaya pemasaran adalah semua pengeluaran pedagang yang akan digunakan untuk
menjual barang-barang yang akan ditawarkan. Besarnya biaya sangat
dipengaruhi oleh harga (input) yang dipergunakan untuk menjul barang. Jika
harga faktor produksi naik, maka biaya produksi akan naik. Hal ini dapat
menurunkan keuntungan perusahaan. Seorang pedagang harus dapat menekan
biaya produksi agar menghasilkan keuntungan yang lebih besar sehingga jumlah
penawaran terus bertambah.
Keuntungan /Profit
Profit adalah keuntungan yang diperoleh pedagang dalam menjual hasil
dagangannya. Jika keuntungan yang diperoleh pedagang tinggi maka jumlah
dalam penelitian ini sangat bervariasi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 8. berikut ini :
Tabel 8. Distribusi sampel pedagang berdasarkan keuntungan
Keuntungan (Rp) Besar Sampel (Jiwa) Besar Sampel (%)
< 2.000.000 5 17,24
Koefisien regresi keuntungan sebesar 0,008 maka dapat diartikan bahwa
terdapat hubungan yang berbanding lurus (positif) antara keuntungan dengan
jumlah penawaran telur ayam ras. Jika keuntungan naik sebesar Rp. 1 atau
Rp. 1000, maka jumlah penawaran telur ayam ras akan bertambah sebanyak 0,008
butir atau 8 butir.
Nilai t hitung variabel keuntungan yang diperoleh adalah 5,918 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,000 maka sig. t (0,000) ≤ 0,05, sehingga dapat
disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya variabel keuntungan secara
parsial berpengaruh nyata terhadap jumlah penawaran telur ayam ras.
Banyaknya jumlah barang yang ditawarkan oleh penjualan akan
mempengaruhi besarnya keuntungan yang akan dihasilkan. Jika semakin besar
keuntungan yang diinginkan maka semakin banyak pula jumlah barang yang
ditawarkan. Hal ini sesuai dengan hukum penawaran, semakin tinggi keuntungan,
Sesuai dengan pernyataan Kadariah (1994), yang menyatakan bahwa
pedagang telur dianggap selalu bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan.
Artinya bahwa pedagang telur selalu memilih tingkat output yang dapat
memberikan keuntungan maksimum. Keuntungan diperoleh dari total penerimaan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Perilaku konsumen terhadap permintaan telur ayam ras dipengaruhi oleh
pendapatan, sedangkan jumlah tanggungan, pendidikan, harga, umur dan harga
tempe tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan telur ayam ras di
tingkat konsumen di pasar tradisional Kota Pematangsiantar.
Dari sisi penawaran bahwa variabel harga beli tidak berpengaruh nyata
terhadap penawaran telur ayam ras di kota Pematangsiantar, sedangkan biaya
pemasaran dan keuntungan berpengaruh nyata terhadap jumlah penawaran telur
ayam ras di pasar tradisional tradisional Kota Pematangsiantar.
Saran
Kepada Konsumen
Konsumen perlu mengetahui tentang harga telur lebih baik. Sehingga saat
harga telur berfluktuasi, konsumen dapat memilih untuk menggunakan barang
subtitusi.
Kepada Pedagang
Pedagang disarankan menjual telur lebih banyak dan untuk memperkecil
TINJAUAN PUSTAKA
Hukum Permintaan
Teori permintaan pada dasarnya merupakan perangkat analisis untuk
melihat besaran jumlah barang atau jasa yang diminta serta perubahan permintaan
akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan. Perubahan
permintaan akan suatu barang atau jasa tersebut akan dapat dilihat dari perubahan
pada kurva permintaan. Maka analisis permintaan akan suatu barang atau jasa erat
kaitanya dengan perilaku konsumen. Konsumen adalah mereka yang memiliki
pendapatan (uang) dan menjadi pembeli barang dan jasa di pasar
(Adiningsih dan Kadarusman, 2003).
Penjelasan mengenai perilaku konsumen yang paling sederhana dapat
diperoleh melalui hukum permintaan. Dalam hukum permintaan dikatakan
bahwa, “Apabila harga suatu barang turun maka permintaan akan barang tersebut
meningkat dan sebaliknya, jika suatu harga barang naik maka permintaan
konsumen akan barang tersebut turun”, apabila semua faktor-faktor lain yang
mempengaruhi jumlah yang diminta dianggap tidak berubah cateris paribus
(Nopirin, 1994).
Berdasarkan hukum permintaan (the law of demand) perubahan
permintaan atas suatu barang dan jasa semata-mata ditentukan oleh harga dari
barang atau jasa tersebut, ceteris paribus. Namun dalam kenyataannya, banyak
permintaan terhadap suatu barang atau jasa juga ditentukan oleh faktor-faktor lain
selain faktor harga itu sendiri. Oleh sebab itu perlu juga dijelaskan bagaimana
faktor-faktor yang lain akan mempengaruhi permintaan. Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi permintaan, yaitu :
1. Harga barang itu sendiri
Naik turunnya harga barang/jasa akan mempengaruhi banyak/sedikitnya
terhadap barang yang diminta. Kuantitas akan menurun ketika harganya
meningkat dan kuantitas yang diminta meningkat ketika harganya menurun, dapat
dikatakan bahwa kuantitas yang diminta berhubungan negatif
(negatively related) dengan harga (Djojodipuro, 1991).
Sesuai dengan hukum permintaan hubungan antara harga barang dan
jumlah barang yang diminta adalah negatif. Bila harga naik maka permintaan
turun dan sebaliknya bila harga turun permintaan akan naik dengan asumsi
ceteris paribus. Dengan demikian perubahan harga terhadap permintaan
mempunyai arah yang berkebalikan (Pracoyo, 2006).
2. Pendapatan
Pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat.
Tinggi/rendahnya pendapatan masyarakat akan mempengaruhi kualitas maupun
kuantitas permintaan. Pendapatan yang lebih rendah berarti bahwa secara total
hanya ada uang yang sedikit untuk dibelanjakan, sehingga masyarakat akan
besar barang. Jika permintaan terhadap suatu barang berkurang ketika pendapatan
berkurang, barang tersebut dinamakan barang normal (Samosir, 2008)
Hubungan antara pendapatan dengan jumlah barang yang diminta adalah
positif. Bila pendapatan seseorang/masyarakat meningkat maka akan
meningkatkan permintaan terhadap suatu barang. Ini terjadi, bila barang yang
dimaksud adalah barang yang berkualitas tinggi maka denggan adanya kenaikan
pendapatan, konsumen justru akan mengurangi permintaan terhadap barang
tersebut (Pracoyo, 2006).
3. Jumlah Tanggungan
Permintaan berhubungan positif dengan jumlah tanggungan. Pertambahan
jumlah tanggungan/penduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan pertambahan
permintaan. Tetapi biasanya pertambahan jumlah tanggungan/penduduk diikuti
oleh perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian lebih banyak
pendapatan yang diterima seseorang maka ini menambah daya beli dalam
masyarakat. Pertambahan daya beli ini akan menambah permintaan
(Sukirno, 2003).
4. Harga komoditi lain
Permintaan terhadap suatu barang dapat dipengaruhi oleh perubahan harga
barang-barang lain, baik atas barang subtitusi maupun terhadap harga barang
komplementer. Sifat dan pengaruh terhadap barang subtitusi dan komplementer
ini dikarenakan permintaan suatu barang memiliki kaitan dan pengaruh yang
langsung maupun tidak langsung. Pengaruh mempengaruhi atas suatu barang dari
harga barang lain ini dikarenakan masing-masing barang mempunyai hubungan
yang digantikan bergerak naik, maka akan dapat mengakibatkan jumlah
permintaan barang penggantinya juga akan ikut mengalami kenaikan
(Sukirno, 2003).
5. Tingkat Pendidikan
Kalau orang bertindak, mereka belajar. Pembelajaran menggambarkan
perubahan dalam tingkah laku individual yang muncul dari proses pendidikan
yang dijalani (pengalaman). Pendidikan seseorang sangat mempengaruhi
pilihannya. Apabila pendidikan konsumen tinggi maka akan lebih memilih barang
yang berkualitas baik, tingkat pendidikan dapat dilihat dari pendidikan terakhir
konsumen (Setiadi, 2003).
6. Umur
Sesuai dengan pernyataan orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli
semasa hidupnya. Umur berhubungan dengan selera akan makanan, pakaian, perabot
dan rekreasi. Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap
yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya
(Kotler dan Amstrong, 1996).
Hukum Penawaran (Supply)
Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat
hubungan antara harga suatu barang dan jumlah barang tersebut yang ditawarkan
para penjual. Dalam hukum ini dinyatakan bagaimana keinginan para penjual
untuk menawarkan barangnya apabila harganya tinggi dan bagaimana pula
keinginan untuk menawarkan barangnya tersebut apabila harganya rendah.
Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa makin tinggi harga suatu
penjual. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang semakin sedikit jumlah
barang tersebut yang ditawarkan (Sukirno, 2003).
Dalam hukum penawaran, pada dasarnya menyatakan makin tinggi harga
suatu barang, makin banyak jumlah barang yang ditawarkan oleh pedagang.
Sebaliknya, makin rendah harga barang, makin sedikit jumlah barang tersebut
yang ditawarkan oleh pedagang/produsen, dengan anggapan faktor-faktor lain
tidak berubah (Daniel, 2002).
Penawaran (supply) menunjukkan seluruh hubungan antara jumlah suatu
komoditi yang ditawarkan dan harga komoditi tersebut, dimana variabel-variabel
lain dianggap tetap. Satu titik pada kurva penawaran menggambarkan jumlah
yang ditawarkan (the quantity supplied) pada harga tersebut. Kurva penawaran
menanjak ke atas, yang menggambarkan bahwa jumlah yang ditawarkan naik
dengan kenaikan harga. Penawaran bukan suatu titik pada kurva penawaran,
melainkan seluruh kurva penawaran, ialah hubungan yang lengkap
(seluruh hubungan) antara penjualan yang diinginkan dengan harga-harga
alternatif yang mungkin terjadi dari komoditi yang besangkutan
(Kadariah, 1994). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran, yaitu :
1. Harga beli pedagang
Untuk mengembangkan teori tentang penentuan harga suatu komoditi,
perlu dipelajari hubungan antara jumlah yang ditawarkan dari setiap komoditi dan
harga komoditi tersebut. Suatu teori ekonomi dasar menjelaskan bahwa makin
tinggi harga suatu komoditi, makin banyak jumlah barang yang ditawarkan.
komoditi akan naik jika harga tersebut naik, demikian juga sebaliknya, sedangkan
input yang dipakainya tetap (Djojodipuro, 1991).
Naik atau turunnya harga barang/jasa akan mempengaruhi
banyak/sedikitnya terhadap jumlah barang yang ditawarkan. Kuantitas akan
meningkat ketika harganya meningkat dan kuantitas yang diminta menurun ketika
harganya menurun, dapat dikatakan bahwa kuantitas yang diminta berhubungan
positif dengan harga (Djojodipuro, 1991).
2. Biaya pemasaran
Biaya pemasaran adalah semua pengeluaran pedagang yang akan
digunakan untuk menjual barang-barang yang akan ditawarkan. Untuk analisis
biaya pemasaran perlu diperhatikan dua jangka waktu yaitu jangka panjang
(jangka waktu dimana semua faktor produksi dapat mengalami perubahan,
misalnya sewa tempat, dll) dan jangka pendek, yaitu jangka waktu dimana
sebagian faktor produksi dapat berubah dan sebagian lainnya tidak dapat berubah,
misalnya biaya keamanan (Samosir, 2008).
3. Profit/keuntungan
Pedagang telur dianggap selalu bertujuan untuk memaksimumkan
keuntungan. Artinya bahwa pedagang telur selalu memilih tingkat output yang
dapat memberikan keuntungan maksimum. Keuntungan diperoleh dari total
penerimaan dikurangi total biaya yang dikeluarkan pedagang telur
(Kadariah, 1994).
Telur Ayam Ras
Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus
dan itik liar yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak dan
ini disebut proses pengembangbiakan. Tahun demi tahun ayam hutan dari wilayah
dunia diseleksi secara ketat oleh para pakar. Arah seleksi ditujukan pada produksi
yang banyak, karena ayam hutan dapat diambil telur dan dagingnya maka arah
dari produksi yang banyak dalam seleksi tadi mulai spesifik. Ayam yang
terseleksi untuk tujuan produksi daging dikenal dengan ayam broiler, sedangkan
untuk produksi telur dikenal dengan ayam petelur (Gallus, 2010).
Telur ayam ras adalah salah satu sumber pangan protein hewani yang
populer dan sangat diminati oleh masyarakat. Hampir seluruh kalangan
masyarakat dapat mengonsumsi telur ayam ras untuk memenuhi kebutuhan
protein hewani. Hal ini karena telur ayam ras relatif murah dan mudah diperoleh
serta dapat memenuhi kebutuhan gizi yang diharapkan (Lestari, 2009).
Telur ayam ras segar adalah telur yang belum mengalami fortifikasi,
pendinginan, pengawetan, dan proses pengeraman (BSN, 2008). Telur ayam ras
mempunyai kandungan protein yang tinggi dan susunan protein yang lengkap,
akan tetapi lemak yang terkandung di dalamnya juga tinggi. Secara umum telur
ayam ras dan telur itik merupakan telur yang paling sering di konsumsi oleh
masyarakat (Sudaryani, 2003).
Perbedaan zat gizi telur ayam ras dengan telur itik dan telur puyuh dapat
dilihat pada Tabel 1. Telur adalah komoditi ekonomi, karena memang ada
permintaannya. Tetapi permintaan konsumen terhadap telur ini dipengaruhi selera,
dan selera ini dipengaruhi antara lain, oleh tingkat pendidikan konsumen itu.
Dahulu prinsip konsumen kita adalah “Biar kecil, keriput, kotor, yang penting
dan kecil tidak laku. Konsumen cenderung pada produk yang penggunaannya
Bisnis ayam ras di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat
mengesankan. Konsumsi masyarakat terhadap produk hasil ternak yang dua puluh
tahun lalu masih didominasi oleh daging sapi kini telah digantikan oleh daging
dan telur ayam ras. Hal ini dapat terjadi karena peternakan ayam ras dikelola
secara lebih efisien dan harga daging dan telur ayam ras yang terjangkau
(Suharno, 1999).
Meskipun permintaan masyarakat terhadap telur ayam ras fluktuatif, tetapi
pada waktu tertentu permintaan masyarakat terhadap telur ayam ras sangat tinggi,
kecenderungan permintaan telur ayam ras akan selalu ada setiap saat, karena
potensi pasar telur ayam ras cukup besar dalam peranannya sebagai bahan baku
pembuatan makanan ringan (roti, kue, martabak, dan lain-lain). Dan juga telur
ayam ras merupakan subtitusi dari daging. Ketika harga daging meningkat
masyarakat akan mensubtitusikan daging terhadap telur ayam ras sehingga
permintaan telur ayam ras akan meningkat (Sianipar, 2011).
Tabel 2. Data produksi telur di daerah Provinsi Sumatera Utara tahun 2010-2013
Kabupaten/Kota Jenis Telur
7. Labuhanbatu 12.557 21.999 12.898
8. A s a h a n 2.035.894 67.124 79.305
9. Simalungun 130.753 86.885 24.506
10. D a i r i - 80.271 10.730
18. Serdang Bedagai 982.383 143.334 127.665
19. Batu Bara 17.702 26.327 39.658
Semua telur ayam adalah sama. Itulah yang berlaku dalam bisnis
perunggasan saat ini, yang membedakan hanyalah telur ayam kampung dengan
telur ayam ras. Jika sama-sama telur ayam kampung atau sama-sama telur ayam
ras yang membedakan hanyalah telur utuh dan telur yang rusak. Di berbagai
pasar, pembeli diberi kebebasan memilih sendiri, khususnya untuk wilayah
Sumatera Utara yang membedakan telur atas ukuran telur dan di jual secara
perbutir. Secara lengkap grading telur berdasarkan ukuran berat dapat dilihat
dibawah ini (gram): Jumbo 70,5; Ekstra Besar 63,5 – 70,5; Besar 52,3 – 63,6;
Sedang 42,9 – 52,2; Kecil 34,4 – 42,8; Kecil Sekali 34,3 (BSN, 2008).
Tabel 3. Data Konsumsi Telur dan Susu (g) /Kapita/hari untuk wilayah perkotaan.
No. Tahun Telur dan Susu
(g/kapita/hari) Total kebutuhan protein (g/kapita/hari)
1 2005 3,76 58,47
Sumber: Sumatera Utara Dalam Angka (Berbagai Tahun Terbit)
Pada kenyataannya, peternak khususnya peternak ayam ras di Indonesia,
mempunyai posisi yang cukup rawan dalam bisnis unggas yang secara statistik
sangat pesat. Hal penting yang harus dibahas tentu saja langkah yang perlu
diambil agar posisi rawan itu dapat berubah menjadi posisi strategis yang
menguntungkan. Untuk menuju ke posisi tersebut, perlu diketahui permasalahan
yang dihadapi peternak ayam Indonesia. Menurut Suharno (1999), permasalahan
tersebut yaitu :
Berbeda dengan masyarakat di negara maju yang menggunakan komoditas
peternakan dalam menu sehari-hari, tidak semua masyarakat di Indonesia dapat
mengkonsumsi daging dan telur ayam masih dianggap sebagai makanan mewah
dan mahal. Masyarakat mengkonsumsinya di saat-saat tertentu seperti lebaran,
tahun baru dan bulan-bulan tertentu. Keadaaan tersebut sangat menyulitkan
program produksi ayam. Para peternak mencoba melakukan program peningkatan
produksi jika lebaran tiba. Namun, kesulitan jika usai lebaran permintaan
langsung anjlok, sedangkan produksi tidak dapat diberhentikan karena barang
hidup sehingga harga merosot tajam.
2). Pasarnya masih tradisional
Jika permintaan terhadap komoditas ayam benar fluaktuatif seperti yang
disebut di atas, maka logikanya pasokan ayam diatur dengan menggunakan
teknologi penyimpanan. Dengan cara ini, permintaan daging dan telur ayam dapat
diramalkan jumlahnya untuk waktu setahun. Dengan produksi ayam stabil,
sementara permintaan fluktuatif, pasokan ayam ke konsumen dapat diatur sesuai
dengan irama permintaan konsumen. Jadi, untuk kondisi tersebut, teknologi
pascapanen harus dikembangkan. Namun, kenyataannya pasar ayam di Indonesia
masih bersifat tradisional. Kondisi ini menyebabkan masalah fluktuasi semakin
meningkat dialami oleh peternak. Fluktuasi ini juga akan selalu terjadi
berulang-ulang setiap tahun.
3). Konsumen belum tahu persis tentang ayam
Ketidaktahuan konsumen secara pasti tentang ayam menjadi satu masalah
yang cukup merepotkan. Di beberapa media massa pernah terjadi pemberitaan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan masyarakat yang semakin bertambah tidak hanya dari segi
populasi tetapi juga dari segi pengetahuan akan kesehatan menyebabkan
pemenuhan akan kebutuhan protein asal hewani yang memenuhi standart
kelayakan konsumsi semakin meningkat. Pangan asal ternak sangat dibutuhkan
manusia sebagai sumber protein. Protein hewani menjadi sangat penting karena
mengandung asam-asam amino yang mendekati susunan asam amino yang
dibutuhkan manusia sehingga akan lebih mudah dicerna dan lebih efisien
pemanfaatannya. Akan tetapi, pangan asal ternak akan menjadi tidak berguna dan
membahayakan kesehatan manusia apabila tidak aman dan ketersediannya tidak
seimbang dengan permintaan.
Salah satu bahan pangan asal ternak yang memiliki kandungan nutrisi
yang tinggi adalah telur ayam ras. Telur ayam ras menjadi salah satu pangan asal
ternak yang menjadi favorit di masyarakat. Hal ini dikarenakan memiliki harga
yang murah, mudah diolah dan mudah diperoleh sehingga sesuai untuk semua
golongan masyarakat.
Telur mengandung zat gizi yang dibutuhkan tubuh, dari sebutir telur
didapatkan gizi yang sempurna. Selain itu zat gizi tersebut mudah dicerna oleh
tubuh. Kandungan protein kuning telur yaitu sebanyak 16,5% dan pada putih telur
sebanyak 10,9 %, sedangkan kandungan lemak pada kuning telur mencapai 32%
dan pada putih telur terdapat dalam jumlah yang sedikit. Kebutuhan akan telur
terjadilah kekurangan persediaan telur yang mengakibatkan terjadinya
peningkatan harga telur.
Produksi telur ayam ras tahun 2007 sebanyak 73.691,03 ton telur ayam
ras dihasilkan. Produksi telur ayam ras mengalami penurunan di tahun
2008 dengan jumlah produksi sebesar 68.978,58 ton dan terus meningkat di tahun
2010 sebesar 79.204,16 ton dan di tahun 2011 sebesar 80.590,23 ton
(Sitompul, 2012). Produksi telur ayam ras sangat berkaitan dengan jumlah ternak
ayam ras petelur. Dimana ayam ras petelur sebagai penghasil telur ayam ras.
Maka dari itu populasi ayam ras petelur di Sumatera Utara berkaitan dengan
ketersediaan telur ayam ras di Kota Pematangsiantar khususnya untuk produksi
di daerah Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun yang merupakan daerah
pemasok telur ayam ras untuk Kota Pematangsiantar.
Jumlah populasi ayam ras petelur mengalami peningkatan pada 2010
sebesar 7,59% dari tahun sebelumnya dengan jumlah populasi sebesar 8.839.750
ekor dan meningkat lagi pada tahun 2011 sebesar 2,44% dengan jumlah populasi
sebesar 9.060.742 ekor. Pada tahun 2012 meningkat sebesar 0,33% dengan
jumlah populasi sebesar 12.055.592 ekor. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun
2013 dengn jumlah populasi sebesar 15.704.311 ekor.
Menurut data BPS statistik pada Januari 2016 mengenai perkembangan
IHK kota Pematangsiantar mengalami inflasi pada beberapa komoditi pangan.
Salah satu komoditi yang menjadi penyumbang inflasi terbesar kelima adalah
telur ayam ras. Telur ayam ras mengalami inflasi sebesar 0,06%. Hal ini sedikit
bertentangan dengan teori permintaan, dimana apabila terjadi peningkatan
yang ditawarkan. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya beberapa faktor yang
mempengaruhi perubahan keputusan konsumen untuk memilih mengkonsumsi
telur ayam ras.
Dari sisi permintaan, variabel harga telur ayam ras, pendapatan rata-rata
keluarga/bulan, jumlah tanggungan, dan harga tempe secara serempak
berpengaruh nyata terhadap permintaan telur ayam ras di pasar tradisional Petisah,
Kota Medan. Secara parsial variabel harga telur ayam ras, jumlah tanggungan dan
harga tempe berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan telur ayam ras
(Sitorus, 2015).
Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan
Penawaran Telur Ayam Ras di Kota Pematangsiantar”.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk
menjawab pertanyaan berikut:
1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras di Kota
Pematangsiantar?
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi penawaran telur ayam ras di Kota
Pematangsiantar?
3. Bagaimana hubungan karakteristik variabel bebas (harga telur ayam ras,
pendapatan, jumlah tanggungan, harga tempe sebagai komoditi substitusi dan
4. Bagaimana hubungan karakteristik variabel bebas (harga beli pedagang, biaya
pemasaran, profit/keuntungan dan jumlah telur yang tersedia) dengan
penawaran telur ayam ras di Kota Pematangsiantar?
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan identifikasi masalah diatas maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur
ayam ras di kota Pematangsiantar.
2. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran telur
ayam ras di kota Pematangsiantar.
3. Untuk mengindentifikasi hubungan karakteristik variabel bebas yang diteliti
(harga telur ayam ras, pendapatan, jumlah tanggungan, harga tempe sebagai
komoditi substitusi dan tingkat pendidikan konsumen) dengan permintaan telur
ayam ras di Kota Pematangsiantar.
4. Untuk mengindentifikasi karakteristik variabel bebas yang diteliti (harga beli
pedagang, biaya pemasaran serta profit/keuntungan yang diperoleh pedagang)
dengan penawaran telur ayam ras di Kota Pematangsiantar.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peneliti,
kalangan akademik, masyarakat dan dinas terkait yang memiliki ketertarikan
dalam mengembangkan pemasaran telur ayam ras serta sebagai pertimbangan
bagi peternak telur ayam ras dalam memprediksi persediaan dan permintaan
Kerangka Pemikiran
Perkembangan masyarakat yang semakin bertambah tidak hanya dari segi
populasi tetapi juga dari segi pengetahuan akan kesehatan menyebabkan
pemenuhan akan kebutuhan protein asal hewani yang memenuhi standart
kelayakan konsumsi semakin meningkat. Pangan asal ternak sangat dibutuhkan
manusia sebagai sumber protein. Protein hewani menjadi sangat penting karena
mengandung asam-asam amino yang mendekati susunan asam amino yang
dibutuhkan manusia sehingga akan lebih mudah dicerna dan lebih efisien
pemanfaatannya. Salah satu bahan asal ternak yang digemari masyarakat adalah
telur ayam ras.
Konsumen telur ayam ras adalah mereka yang melakukan kegiatan
pembelian (mengkonsumsi) telur ayam ras untuk memenuhi kebutuhannya.
Adapun yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras adalah harga beli
konsumen, pendapatan rata-rata per bulan, jumlah tanggungan, dan harga
komoditi lain atau barang subtitusi. Untuk itu maka faktor-faktor ini perlu diteliti
apakah memang benar berpengaruh terhadap permintaan telur ayam ras. Ketika
ada permintaan tentu akan ada penawaran.
Pedagang telur ayam ras melakukan penawaran di pasar tradisional.
Penawaran (jumlah telur ayam ras) yang dilakukan produsen/pedagang
dipengaruhi oleh harga beli pedagang, biaya pemasaran, profit/keuntungan dan
jumlah telur yang tersedia. Faktor-faktor inilah yang akan dilihat apakah memiliki
Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2. Skema Kerangka Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran Telur Ayam Ras
Keterangan:
ABSTRAK
BITA S. TAMPUBOLON: Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran Telur Ayam Ras di Kota Pematangsiantar, dibimbing oleh ARMYN HAKIM DAULAY dan HAMDAN.
Perkembangan masyarakat mengakibatkan kebutuhan akan protein hewani berupa telur ayam ras meningkat dan mempengaruhi permintaan dan penawaran telur ayam ras di Kota Pematangsiantar. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran telur ayam ras di pasar tradisional kota Pematangsiantar. di tingkat konsumen dan pedagang, menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) atau metode kuadrat terkecil dengan alat bantu SPSS 22.0.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2016 hingga bulan Juni 2016, metode yang digunakan adalah survey. Data Primer diperoleh dari 90 orang konsumen dan 29 orang pedagang telur ayam ras serta ditambah dengan data sekunder dari instansi pemerintah. Kemudiaan dianalisis dengan analisis linear berganda dengan 6 variabel untuk permintaan (jumlah tanggungan, pendidikan, pendapatan, harga telur ayam ras, umur dan harga tempe) serta 3 variabel untuk menggambarkan penawaran telur ayam ras (harga beli, biaya pemasaran, dan keuntungan).
Hasil penelitian menunjukkan seluruh variabel secara serempak memberikan pengaruh yang nyata terhadap permintaan maupun penawaran. secara tunggal hanya variabel pendapatan berpengaruh nyata terhadap permintaan telur ayam ras, sedangkan dari sisi penawaran variabel yang memberikan pengaruh yang nyata terhadap penawaran telur ayam ras di Kota Pematangsiantar, yaitu: biaya pemasaran, dan keuntungan yang diperoleh pedagang.