• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran Telur Ayam Ras di Kota Pematangsiantar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran Telur Ayam Ras di Kota Pematangsiantar"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

(2)
(3)
(4)

Sampel

Jumlah Permintaan

(Butir)

Jumlah Tanggu ngan (Jiwa)

Pendidikan (Tahun)

Pendapatan

(Rp) Harga

Umur (Tahun)

Harga Tempe (Rp)

84 40 5 9 2900000 1200 42 0

85 50 1 9 2700000 1100 31 2000

86 40 0 9 4000000 1000 64 0

87 30 5 16 4000000 1000 39 0

88 60 1 12 2500000 1100 20 1500

89 10 3 16 2400000 1050 31 0

90 30 2 15 4700000 1000 31 0

(5)

Lampiran 2. Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kota Pematangsiantar

Variables Entered/Removeda

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 Tempe, Pendapatan,

Harga, Pendidikan, Umur, Tanggunganb

. Enter

a. Dependent Variable: Permintaan b. All requested variables entered.

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Permintaan 45,7889 27,60373 90

Tanggungan 3,3444 2,18350 90

Pendidikan 12,2667 2,89440 90

Pendapatan 3392222,2222 1709078,71744 90

Harga 1076,1111 77,25188 90

Umur 41,27778 10,491332 90

(6)

Lampiran 2 (Lanjutan 1)

Correlations

Permintaan Tanggungan Pendidikan Pendapatan Harga Umur Tempe

Permintaan Pearson Correlation 1 ,390** ,148 ,532** ,120 ,132 -,100

Sig. (2-tailed) ,000 ,164 ,000 ,258 ,215 ,349

N 90 90 90 90 90 90 90

Tanggungan Pearson Correlation ,390** 1 -,063 ,472** ,076 ,230* ,105

Sig. (2-tailed) ,000 ,557 ,000 ,477 ,029 ,324

N 90 90 90 90 90 90 90

Pendidikan Pearson Correlation ,148 -,063 1 ,193 ,016 -,192 -,047

Sig. (2-tailed) ,164 ,557 ,068 ,879 ,070 ,661

N 90 90 90 90 90 90 90

Pendapatan Pearson Correlation ,532** ,472** ,193 1 ,053 ,171 ,035

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,068 ,622 ,107 ,745

N 90 90 90 90 90 90 90

Harga Pearson Correlation ,120 ,076 ,016 ,053 1 -,202 ,067

Sig. (2-tailed) ,258 ,477 ,879 ,622 ,057 ,530

N 90 90 90 90 90 90 90

Umur Pearson Correlation ,132 ,230* -,192 ,171 -,202 1 -,135

Sig. (2-tailed) ,215 ,029 ,070 ,107 ,057 ,206

N 90 90 90 90 90 90 90

Tempe Pearson Correlation -,100 ,105 -,047 ,035 ,067 -,135 1

Sig. (2-tailed) ,349 ,324 ,661 ,745 ,530 ,206

N 90 90 90 90 90 90 90

(7)

Lampiran 2 (Lanjutan 2)

(8)

Lampiran 2 (Lanjutan 3)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

1 ,583a ,340 ,292 23,22755 2,198

(9)

Lampiran 3. Biaya Pemasaran Pedagang

Sampel Sewa

Toko/Bulan Tenaga Kerja Retribusi Kebersihan Tali Plastik Plastik Abu Total

1 Rp 585.000 - Rp 45.000 - Rp 72.000 Rp 210.000 Rp 150.000 Rp 1.062.000

2 - - Rp 45.000 Rp 90.000 Rp 36.000 Rp 210.000 Rp 40.000 Rp 421.000

3 Rp 42.000 - Rp 45.000 - Rp 270.000 Rp 540.000 Rp 90.000 Rp 987.000

4 Rp 42.000 - Rp 45.000 - Rp 112.000 Rp 540.000 Rp 150.000 Rp 889.000

5 Rp 42.000 Rp 1.200.000 Rp 42.000 - Rp 270.000 Rp 1.200.000 Rp 300.000 Rp 3.054.000

6 Rp 42.000 Rp 1.050.000 - Rp 90.000 Rp 270.000 Rp 540.000 Rp 150.000 Rp 2.142.000

7 - - - Rp 20.000 Rp 36.000 Rp 270.000 Rp 44.000 Rp 470.000

8 - - - Rp150.000 Rp 270.000 Rp 480.000 Rp 150.000 Rp 1.050.000

9 Rp 2.000.000 Rp 1.800.000 - Rp 40.000 Rp 270.000 Rp 480.000 Rp 90.000 Rp 4.680.000

10 Rp 300.000 Rp 600.000 - - Rp 36.000 Rp 225.000 Rp 10.000 Rp 1.171.000

11 Rp 420.000 - - - Rp 135.000 Rp 270.000 Rp 60.000 Rp 885.000

12 - - - Rp 90.000 Rp 180.000 Rp 180.000 Rp 30.000 Rp 480.000

13 Rp 835.000 - - Rp 35.000 Rp 180.000 Rp 180.000 Rp 30.000 Rp 1.260.000

14 - - - Rp 60.000 Rp 210.000 Rp 540.000 Rp 36.000 Rp 846.000

15 - - - Rp 30.000 Rp 28.000 Rp 56.000 Rp 15.000 Rp 129.000

16 Rp 2.000.000 - - Rp 10.000 Rp 28.000 Rp 270.000 Rp 10.000 Rp 2.318.000

17 Rp 670.000 Rp 1.200.000 - Rp 45.000 Rp 72.000 Rp 900.000 Rp 80.000 Rp 2.967.000

18 - - - Rp 30.000 Rp 210.000 Rp 540.000 Rp 240.000 Rp 1.020.000

19 Rp 600.000 - - Rp 60.000 Rp 36.000 Rp 210.000 Rp 40.000 Rp 946.000

20 - - - Rp1.500.000 Rp 36.000 Rp 540.000 Rp 10.000 Rp 2.086.000

(10)

Sampel Sewa

Toko/Bulan Tenaga Kerja Retribusi Kebersihan Tali Plastik Plastik Abu Total

22 Rp 600.000 Rp 1.200.000 - - Rp 40.000 Rp 900.000 Rp 10.000 Rp 2.750.000

23 - Rp 3.600.000 - Rp 30.000 Rp 72.000 Rp 450.000 Rp 10.000 Rp 4.162.000

24 - - - Rp 120.000 Rp 36.000 Rp 450.000 Rp 5.000 Rp 611.000

25 - - - Rp 30.000 Rp 10.000 Rp 10.000 Rp 3.000 Rp 53.000

26 Rp 585.000 - - Rp 45.000 Rp 72.000 Rp 1.500.000 Rp 10.000 Rp 2.212.000

27 Rp 42.000 - Rp 45.000 - Rp 135.000 Rp 270.000 Rp 10.000 Rp 502.000

28 Rp 830.000 - Rp 35.000 - Rp 72.000 Rp 210.000 Rp 150.000 Rp 1.297.000

29 Rp 42.000 - Rp 42.000 Rp 30.000 Rp 210.000 Rp 540.000 Rp 240.000 Rp 1.104.000

(11)

Lampiran 4 Analisis Penawaran Telur Ayam Ras Di Kota Pematangsiantar

Variables Entered/Removeda

Model Variables Entered Variables Removed Method

1

Profit, Harga Beli, Biaya Pemasaranb . Enter

a. Dependent Variable: Penawaran b. All requested variables entered.

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Penawaran 81344,8276 56930,58170 29

Harga Beli 1074,1379 28,72496 29

Biaya Pemasaran 1494655,1724 1151193,51966 29

(12)

Lampiran 4 (Lanjutan 1)

Correlations

Penawaran Harga Beli Biaya Pemasaran Profit

Penawaran Pearson Correlation 1 ,168 ,537** ,702**

Sig. (2-tailed) ,383 ,003 ,000

N 29 29 29 29

Harga Beli Pearson Correlation ,168 1 -,052 -,041

Sig. (2-tailed) ,383 ,789 ,834

N 29 29 29 29

Biaya Pemasaran Pearson Correlation ,537** -,052 1 ,169

Sig. (2-tailed) ,003 ,789 ,380

N 29 29 29 29

Profit Pearson Correlation ,702** -,041 ,169 1

Sig. (2-tailed) ,000 ,834 ,380

N 29 29 29 29

(13)

Lampiran 4 (Lanjutan 2)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Correlations Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Zero-order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant) 462530,051 226814,985 -2,039 ,052

Harga Beli 430,407 210,274 ,217 2,047 ,051 ,168 ,379 ,217 ,996 1,0

Biaya

Pemasaran ,022 ,005 ,440 4,095 ,000 ,537 ,634 ,434 ,969 1,0

Profit ,008 ,001 ,636 5,918 ,000 ,702 ,764 ,627 ,970 1,0

a. Dependent Variable: Penawaran

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 65308251329,670 3 21769417109,890 21,391 ,000b

Residual 25442300394,468 25 1017692015,779

Total 90750551724,138 28

a. Dependent Variable: Penawaran

(14)

Lampiran 4 (Lanjutan 3)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,848a ,720 ,686 31901,28549 2,450

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, S dan Kadarusman. 2003. Teori Ekonomi Mikro (Edisi Kedua). Penerbit BPFE Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik, Pematangsiantar Dalam Angka Http://siantarkota.bps.go.id/frontend/.[19 Februari 2016].

Badan Pusat Statistik, Sumatera Dalam Angka (Berbagai Tahun Terbit). Http:// sumut.bps.go.id. [19 Februari 2016].

BSN. 2008. Telur Ayam Konsumsi. SNI No. : 3926-2008. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

Djojodipuro, M. 1991. Teori Harga. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Firdaus M. 2011. Aplikasi Ekonometrika untuk Data Panel dan Time Series. Bogor: IPB Press.

Gallus. 2010. Budidaya Ayam Ras Petelur. Dikutip dari http://www.warintekjogja.com/warintek/warintekjogja/warintek_v3/datadi g ital/bk/petelur.pdf. [9 Maret 2016].

Gujarati, D., 1997. Statistik Ekonometrika. Bumi Aksara. Jakarta.

Hasan, M, I. 2002. Metodologi penelitian dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Kadariah. 1994. Teori Ekonomi Mikro. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Kotler, P dan Armstrong, G. 1996. Dasar-Dasar Pemasaran Jilid I. PT Prenhallindo. Jakarta.

Lestari, P, I. 2009. Kajian Supply Chain Management: Analisis Relationship Marketing Antara Peternakan Pamulihan Farm Dengan Pemasok Dan Pelanggannya. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Nopirin, 1994. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro. BPFE. Yogyakarta. Pracoyo, A. 2006. Aspek Dasar Ekonomi Mikro. PT. Gramedia Widiasarana

(16)

Priyatno, D. 2009. SPSS. Untuk Analisa Korelasi, Regresi, dan Multivariate. Gava Media, Jakarta.

Rasyaf, M. 1991. Pengelolaan Produksi Telur. Yogyakarta : Kanisius.

Samosir, H. V., 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Terhadap Permintaan Telur Ayam Kampung. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sianipar, V.D.A., 2011. Analisis Faktor-fsktor yang Mempengaruhi Permintaan Telur Ayam Ras di Kota Binjai Provinsi Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sitorus, S.A., 2015. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran Telur Ayam Ras di Kota Medan (Studi Kasus: Pasar Petisah, medan). Universitas Sumatera Utara. Medan.

Setiadi, N.J, 2003. Perilaku Konsumen dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Kencana. Jakarta.

Sitompul, N.M. 2012. Analisis Permintaan Dan Penawaran Telur Ayam Ras Di Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara. Medan

Sudaryani, T. 2003. Kualitas Telur . Penebar Swadaya. Jakarta.

Suharno, B. 1999. Kiat Sukses Berbisnis Ayam. Bogor : PT Penebar Swadaya.

Sukirno, S. 2003. Pengantar Teori Mikroekonomi (Edisi Ketiga). Grafindo. Jakarta.

(17)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di dua pasar tradisional di Kotamadya

Pematangsiantar Provinsi Sumatera Utara. Daerah penelitian dipilih secara

purposive (sengaja) yaitu kotamadya Pematangsiantar. Daerah pasar yang dipilih,

yaitu: Pasar Horas dan Pasar Parluasan yang berada di dua lokasi berbeda.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2016 sampai dengan bulan Juni 2016.

Metode Penentuan Sampel

Metode penentuan sampel konsumen dilakukan dengan metode

penelusuran (Accedental), yaitu pengambilan responden yang merupakan

konsumen yang kebetulan berbelanja telur ayam ras di pasar tradisional yang

menjadi lokasi penelitian. Dengan ketentuan sebagai berikut: sampel merupakan

konsumen yang sedang berbelanja telur ayam ras dan dibedakan berdasarkan

strata pendidikan (pendidikan 0-9 tahun untuk strata I, pendidikan 10-12 tahun

untuk strata II dan pendidikan diatas 13 tahun untuk strata III). Sampel yang

diambil dalam penelitian ini adalah 30 sampel untuk setiap strata sesuai dengan

Teori Bailey yang menyatakan untuk penelitian yang menggunakan analisa

statistik, ukuran sampel paling minimum 30 buah (Hasan, 2002). Metode

penentuan responden pedagang adalah metode sensus, yaitu semua pedagang yang

berjualan telur ayam ras di lokasi penelitian memiliki probability yang sama

(18)

Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dengan konsumen sampel dan

pedagang telur ayam ras menggunakan daftar pertanyaan/kuisioner yang telah

dibuat sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari instansi dan dinas terkait seperti

Dinas Perikanan dan Peternakan Kota Pematangsiantar, Badan Pusat Statistik

(BPS) Kota Pematangsiantar, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera

Utara serta literatur-literatur lain seperti jurnal dan hasil penelitian yang

mendukung penelitian ini.

Metode Analisis Data

Setelah data dikumpulkan dan ditabulasi, selanjutnya dianalisis sesuai

dengan hipotesa yang akan diuji. Untuk memenuhi prinsip BLUE (Best Linear

Unbiased Estimator) yakni untuk mengetahui apakah koefisien regresi yang

diperoleh dari koresponden penelitian telah sahih atau dapat diterima sehingga

diperoleh model regresi terbaik maka perlu dilakukan pengujian asumsi klasik

terlebih dahulu.

Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

Untuk melakukan analisis regresi yang benar berdasarkan metode OLS,

maka diperlukan asumsi-asumsi yang harus dipenuhi di antaranya adalah:

1. Asumsi pertama, yaitu: nilai tengah (mean value) dari komponen

pengganggu ui, yang ditimbulkan variabel eksplanatori atau variabel bebas X

(19)

2. Asumsi kedua, yaitu: variansdari komponen penggangu ui harus konstan atau

harus memenuhi syarat homoskedastisitas atau setiap variabel bebas X

mempunyai varians komponen penggangu ui harus sama.

3. Asumsi ketiga, yaitu: tidak terjadi autokorelasi antar komponen penggangu

ui atau harus konstan atau tidak terjadi korelasi antar Xt dengan Xt+1 dan

seterusnya.

4. Asumsi keempat, yaitu: variabel eksplanatori atau variabel bebas X nilainya

harus non stokastik atau apabila bersifat stokastik harus menyebar bebas dari

komponen pengganggunya.

5. Asumsi kelima, yaitu: tidak terjadi multikolinieritas antarvariabel eksplanatori

atau variabel bebas X.

6. Asumsi keenam, yaitu: komponen pengganggu ui harus menyebar menurut

sebaran normal dengan nilai tengah µ = 0 dengan varians sebesar θ2 hal ini jika terpenuhi, maka asumsi 1) dan asumsi 2) secara otomatis telah terpenuhi.

Dengan keenam asumsi tersebut di atas dapat diketahui bahwa estimator

OLS dari koefisien regresi bi bersifat BLUE (Best Linier Unbias Estimaior ), dan

atas dasar asumsi normalitas maka estimator–estimator tersebut akan menyebar mengikuti sebaran normal. Sehingga, hasilnya memungkinkan unuk mendapatkan

suatu kisaran atau range yang dapat diuji kebenarannya terhadap koefisien regresi

populasi βi.

Metode Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan

Metode analisis menggunakan metode analisis linear berganda

(multiple regresion) dengan enam variabel bebas, yaitu jumlah tanggungan,

(20)

subtitusi serta satu variabel terikat, yaitu permintaan ayam ras dan lima variabel

bebas. Analisis ini menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) atau

metode kuadrat terkecil dengan alat bantu SPSS 22.0. Data yang dibutuhkan

adalah harga telur ayam ras, pendapatan rata-rata/keluarga/bulan, jumlah

tanggungan, harga komoditi lain dengan menggunakan rumus :

Y=a+b1X1+ b2X2+b3X3+b4X4 + b5X5 + b6X6 + μ Keterangan :

Y = Jumlah konsumsi telur ayam ras (butir/bln)

a = Koefisien intersep

b1,b2,b3,b4 = Koefisien regresi

X1 = Jumlah Tanggungan (Jiwa)

X2 = Pendidikan

X3 = Pendapatan rata-rata (Rp/bln)

X4 = Harga beli konsumen (Rp/butir)

X5 = Umur

X6 = Harga komoditi lain / Tempe (Rp / Balok)

μ = Kesalahan pengganggu Pengambilan Keputusan :

th < t tabel, tolak H1; terima H0

th > t tabel, tolak H0; terima H1

(H0 : tidak ada pengaruh; H1 : ada pengaruh)

Metode Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran

Metode analisis untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

(21)

regresi linier berganda. Data yang dibutuhkan adalah harga beli pedagang, biaya

pemasaran dan profit/keuntungan dengan menggunakan rumus :

Y=a+b1X1+b2X2+b3X3 Keterangan :

Y = Jumlah telur ayam ras yang ditawarkan. (butir/bln)

a = Koefisien intersep

b1,b2,b3 = Koefisien regresi

X1 = Harga beli pedagang (Rp/butir)

X2 = Biaya pemasaran (Rp)

X3 = Profit/keuntungan (Rp) μ = Kesalahan pengganggu Pengambilan Keputusan :

th < t tabel, tolak H1; terima H0

th > t tabel, tolak H0; terima H1

(H0 : tidak ada pengaruh , H1 : ada pengaruh)

Parameter Pengamatan

Parameter yang menjadi pengamatan dalam penelitian ini adalah

faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras, seperti harga telur

ayam ras, pendapatan konsumen, jumlah tanggungan dan harga tempe sebagai

komoditi substitusi telur ayam ras. Parameter kedua yang menjadi objek

pengamatan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran, seperti harga

(22)

Defenisi dan Batasan Operasional

Definisi dan batasan operasional dimaksudkan untuk menghindari

kesalahpahaman istilah-istilah yang terdapat dalam proposal ini.

Defenisi

1. Permintaaan telur ayam ras adalah jumlah konsumsi telur ayam ras di Kota

Pematangsiantar yang dinyatakan dalam waktu tertentu.

2. Harga telur ayam ras adalah harga rata-rata per butir telur ayam ras di Kota

Pematangsiantar yang dinyatakan dalam satuan Rp/Butir.

3. Harga tempe adalah harga rata-rata per batang tempe di Kota Pematangsiantar

dalam satu tahun, yang dinyatakan dalam satuan Rp/Balok.

4. Harga beli konsumen adalah harga yang sudah ditetapkan oleh pedagang telur

ayam ras.

5. Pendapatan konsumen adalah pendapatan keluarga rata-rata per bulan.

6. Jumlah tanggungan adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan

konsumen untuk dibiayai kebutuhan hidupnya.

7. Penawaran telur ayam ras adalah banyaknya jumlah telur ayam ras yang

ditawarkan oleh produsen kepada konsumen pada waktu tertentu.

8. Harga beli pedagang telur ayam ras adalah harga yang dibayarkan pedagang

telur kepada pemasok telur ayam ras.

9. Biaya pemasaran telur ayam ras adalah biaya yang dikeluarkan dalam

penjualan telur ayam ras.

10. Profit adalah keuntungan yang diperoleh pedagang telur ayam ras.

11. Jumlah telur yang tersedia adalah jumlah rata-rata telur ayam ras yang bisa

(23)

12. Pasar adalah tempat pedagang dan konsumen melakukan transaksi jual beli

13. Pedagang telur ayam ras adalah pedagang yang dominan berjualan telur ayam

ras secara menetap.

Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Kota Pematangsiantar.

2. Penelitian mulai dilaksanakan pada bulan Mei 2016 hingga Juni 2016.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan yang diteliti adalah jumlah

tanggungan, pendidikan, pendapatan, harga ayam ras, umur dan harga tempe.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran yang diteliti adalah jumlah telur

yang ditawarkan (butir/bulan), harga beli pedagang, biaya pemasaran dan

profit/keuntungan

5. Responden yang akan dijadikan sampel adalah:

a. Konsumen yang membeli telur ayam ras di pasar tradisional yang telah

ditentukan menjadi lokasi penelitian.

b. Pedagang yang menjual telur ayam ras di pasar tradisional yang menjadi lokasi

(24)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kota Pematangsiantar

Berdasarkan perhitungan SPSS 22.0 for windows (Lampiran 2 – Tabel Correlation) terdapat hubungan yang kuat antara permintaan telur ayam ras

dengan jumlah tanggungan (0,390); antara permintaan telur ayam ras dengan

pendapatan (0,532). Variabel lain, seperti pendidikan (0,148); harga (0,120); umur

(0,132); dan tempe (-1,00) tidak mempunyai pengaruh dengan permintaan telur

ayam ras. Dengan demikian urutan keeratan tertinggi hingga terendah adalah:

pendapatan kemudian diikuti oleh jumlah tanggungan. Karena nilai signifikasi

yang jauh dibawah angka 0.01 maka terbukti berkorelasi sangat nyata (**).

Berdasarkan perhitungan SPSS 22.0 for windows (Lampiran 2 Tabel Model Summary), diketahui bahwa nilai R2 sebesar 0,340 yang berarti 34%

variasi variabel yang terikat yaitu jumlah telur ayam ras yang diminta dapat

dijelaskan oleh jumlah tanggungan, pendidikan, pendapatan, harga telur ayam ras,

umur dan harga tempe. Sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel yang tidak

termasukkan ke dalam perhitungan.

Lampiran 2 – Tabel Model Summary memperlihatkan bahwa Std. Error of the Estimate dari variabel permintaan telur ayam ras adalah 23,22755, lebih kecil

dari standart deviasinya, yaitu 27,60373 (lampiran 2- tabel Descriptive Statistics).

Karena lebih kecil dari standart deviasinya maka semakin baik dalam bertindak

sebagai prediktator permintaan telur ayam ras di Kota Pematangsiantar

(Santoso, 2010).

(25)

lebih kecil dari 0,05 maka model regresi linear berganda bisa dipakai untuk

memprediksi permintaan telur ayam ras. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa

variabel jumlah tanggungan; pendidikan; pendapatan; harga telur ayam ras; umur;

dan harga secar bersama-sama berpengaruh terhadap jumlah permintaan telur

ayam ras di Kota Pematangsiantar.

Lampiran 2 – Tabel Coefficientsa memperlihatkan bahwa model persamaan linear berganda permintaan telur ayam ras (Y) adalah:

Y = 32,763 + 2,494X1 + 0,743 X2+ 0,000006294X3 + 0,035X4 + 0,084X5 - 0,003X6

Keterangan:

Y = Jumlah Tanggungan (Jiwa)

X1 = Pendidikan (Tahun)

X2 = Pendapatan keluarga (Rp/Bulan)

X3 = Harga Telur Ayam Ras (Rp/Butir)

X4 = Umur (Tahun)

X5 = Harga Tempe(Rp/Balok)

Karakteristik Konsumen Telur Ayam Ras

Konsumen yang dijadikan sebagai sampel adalah konsumen yang

melakukan pembelian telur ayam ras di Pasar Parluasan dan Pasar Horas Kota

Pematangsiantar. Dilakukan secara accidental (penelusuran) kepada 90 orang

konsumen yang sedang membeli telur ayam ras di Pasar Parluasan dan Pasar

Horas Kota Pematangsiantar. Karakteristik Konsumen yang dimaksud meliputi

karakteristik sosial ekonomi yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan, jumlah

(26)

Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan sampel konsumen dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4. Distribusi sampel konsumen berdasarkan jumlah tanggungan

Jumlah Tanggungan (Jiwa) Besar Sampel (Jiwa) Presentase (%)

0-2 34 37,78

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat jumlah tanggungan yang optimal dari

konsumen telur ayam ras adalah sebanyak 3-5 orang yang dapat meningkatkan

permintaan telur ayam ras di kota Pematangsiantar. Hal ini dikarenakan

pertambahan jumlah tanggungan harus diimbangi dengan daya beli konsumen

yang memadai untuk mengkonsumsi telur ayam ras. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Sukirno (2003), yang menyatakan bahwa permintaan berhubungan

positif dengan jumlah tanggungan. Pertambahan jumlah tanggungan/penduduk

tidak dengan sendirinya menyebabkan pertambahan permintaan. Tetapi biasanya

pertambahan jumlah tanggungan/penduduk diikuti oleh perkembangan dalam

kesempatan kerja. Dengan demikian lebih banyak pendapatan yang diterima

seseorang maka ini menambah daya beli dalam masyarakat. Pertambahan daya

beli ini akan menambah permintaan (Sukirno, 2003).

Pendidikan

Koefisien regresi pendidikan sebesar 0,743 dapat diartikan bahwa terdapat

(27)

permintaan ayam telur ras. Jika lama pendidikan naik 1 tahun/jiwa maka jumlah

permintaan telur ayam ras akan berkurang sebanyak 0,743 butir.

Nilai t hitung variabel pendidikan yang diperoleh adalah 1,880 dengan

tingkat signifikansi sebesar 0,413 maka sig. t (0,413)> 0,05, sehingga dapat

disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya variabel pendidikan

secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan ayam telur

ras.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Setiadi (2003) yang menyatakan bahwa,

kalau orang bertindak, mereka belajar. Pembelajaran menggambarkan perubahan

dalam tingkah laku individual yang muncul dari proses pendidikan yang dijalani

(pengalaman). Pendidikan seseorang sangat mempengaruhi pilihannya. Apabila

pendidikan konsumen tinggi maka akan lebih memilih barang yang berkualitas

baik, tingkat pendidikan dapat dilihat dari pendidikan terakhir konsumen.

Pendapatan

Pendapatan sampel Konsumen sangat bervariasi, untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Distribusi sampel konsumen bedasarkan pendapatan rata-rata keluarga/bulan

Pendapatan (Rp/Bulan) Besar Sampel (Jiwa) Persentase (%)

< 1.000.000 2 2,22

Dari tabel 5. dapat dilihat bahwa besar sampel konsumen tertinggi berada

(28)

(44,4%) dan yang terendah berada pada kelompok pendapatan < Rp 1.000.000

dengan jumlah 2 jiwa (2,22%).

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kota Pematangsiantar diperoleh

pendapatan setiap keluarga berbeda-beda. Dari lampiran 1 diperoleh rata-rata

pendapatan keluarga adalah Rp 3.343.333,-/bulan dimana pendapatan yang paling

tinggi adalah Rp 11.000.000,-/bulan dan pendapatan yang paling rendah adalah

Rp 500.000,-/bulan.

Koefisien regresi pendapatan rata-rata keluarga/bulan sebesar

0,000006742 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding lurus

(positif) antara pendapatan rata-rata keluarga/bulan dengan jumlah permintaan

ayam telur ras. Jika pendapatan naik sebesar Rp. 1.000.000, maka jumlah

permintaan telur ayam ras akan bertambah sebanyak 6,742 butir.

Nilai t hitung variabel pendapatan rata-rata keluarga/bulan yang diperoleh

adalah 0,822 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 maka sig. t (0,000)≤ 0,05, sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya variabel

pendapatan rata-rata keluarga/bulan secara parsial k berpengaruh nyata terhadap

jumlah permintaan ayam telur ras .

Hal ini disebabkan karena dengan bertambahnya tingkat daya beli

konsumen, maka konsumen akan mengkonsumsi barang lain sehingga konsumsi

telur ayam ras meningkat. Hubungan antara pendapatan dengan jumlah telur yang

diminta adalah positif. Sesuai dengan pernyataan Samosir (2008), yang

menyatakan bahwa pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat.

Tinggi/rendahnya pendapatan masyarakat akan mempengaruhi kualitas maupun

(29)

hanya ada uang yang sedikit untuk dibelanjakan, sehingga masyarakat akan

membelanjakan sedikit uang untuk beberapa dan mungkin pula terhadap sebagian

besar barang. Jika permintaan terhadap suatu barang berkurang ketika pendapatan

berkurang, barang tersebut dinamakan barang normal.

Harga Telur ayam ras

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kota Pematangsiantar diperoleh

harga telur ayam ras yang bervariasi. Dari lampiran 1 diperoleh rata-rata harga

telur ayam ras adalah Rp 1.069,-/butir dimana harga telur ayam ras yang paling

tinggi adalah Rp 1200,-/butir dan harga telur ayam ras yang paling rendah adalah

Rp 1000,-/butir.

Koefisien regresi harga telur ayam ras sebesar 0,035 dapat diartikan bahwa

terdapat hubungan yang berbanding lurus (positif) antara harga dengan jumlah

permintaan telur ayam ras. Jika harga naik sebesar Rp 1 atau Rp 1.000, maka

jumlah permintaan telur ayam ras akan bertambah sebanyak 0,035 butir atau 35

butir.

Nilai t hitung variabel harga telur ayam ras yang diperoleh adalah 3,456

dengan tingkat signifikansi sebesar 0,242 maka sig. t (0,242) > 0,05, sehingga

dapat disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya variabel harga telur

ayam ras secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan telur

ayam ras.

Hal ini tidak sesuai dengan bunyi hukum permintaan yang menyatakan

makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang

tersebut. Sebaliknya makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit

(30)

mempunyai sifat hubungan yang searah (positif). Hal ini dikarenakan

pertambahan daya beli dan pendidikan masyarakat sehingga masyarakat tidak lagi

hanya berpatokan pada harga tetapi lebih kepada kualitas dan manfaat produk.

Sesuai dengan pernyataan Samosir (2008), yang menyatakan bahwa pendapatan

masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi/rendahnya pendapatan

masyarakat akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas permintaan.

Pernyataan Setiadi (2003), menyatakan bahwa pendidikan seseorang sangat

mempengaruhi pilihannya. Apabila pendidikan konsumen tinggi maka akan lebih

memilih barang yang berkualitas baik, tingkat pendidikan dapat dilihat dari

pendidikan terakhir konsumen.

Umur

Gambaran keadaan umur sampel konsumen di daerah penelitian dapat

dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Distribusi sampel konsumen berdasarkan kelompok umur

Kelompok Umur (Tahun) Besar Sampel (jiwa) Persentase (%)

20-24 7 7,78

(31)

umur. Sesuai dengan pernyataan Kotler dan Amstrong (1996) yvng menyatakan

bahwa orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli semasa hidupnya.

Umur berhubungan dengan selera akan makanan, pakaian, perabot dan rekreasi.

Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang

mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya.

Harga Tempe

Koefisien regresi harga tempe sebesar -,003 maka dapat diartikan bahwa

terdapat hubungan yang berbanding negatif antara harga tempe dengan jumlah

permintaan telur ayam ras. Jika harga tempe naik sebesar Rp. 1 atau Rp. 1.000,

maka jumlah permintaan telur ayam ras akan turun sebanyak 0,003 butir atau

3 butir.

Nilai t hitung variabel harga tempe yang diperoleh adalah -1,467 dengan

tingkat signifikansi sebesar 0,146 maka sig. t (0,146) > 0,05 sehingga dapat

disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya variabel harga tempe

sebagai barang substitusi secara parsial berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah

permintaan telur ayam ras.

Permintaan telur ayam ras berbanding terbalik dengan harga tempe. Hal

ini dikarenakan telur ayam ras merupakan substitusi dari tempe. Sesuai dengan

pernyataan Sukirno, (2003), permintaan terhadap suatu barang dapat dipengaruhi

oleh perubahan harga barang-barang lain, baik atas barang subtitusi maupun

terhadap harga barang komplementer. Sifat dan pengaruh terhadap barang

subtitusi dan komplementer ini dikarenakan permintaan suatu barang memiliki

kaitan dan pengaruh yang langsung maupun tidak langsung. Pengaruh

(32)

masing-masing barang mempunyai hubungan saling menggantikan fungsi kegunaan, dan

juga saling melengkapi.

Analisis Penawaran Telur Ayam Ras Di Kota Pematangsiantar

Berdasarkan perhitungan SPSS 22.0 for windows (Lampiran 4 – Tabel Correlation) terdapat hubungan yang kuat antara penawaran telur ayam ras

dengan keuntungan (0,702); antara penawaran telur ayam ras dengan biaya

pemasaran (0,537). Variabel lain, harga beli pedagang (0,168) tidak mempunyai

pengaruh dengan penawaran n telur ayam ras. Dengan demikian urutan keeratan

tertinggi hingga terendah adalah: keuntungan kemudian diikuti oleh jumlah biaya

pemasaran. Karena nilai signifikasi jauh dibawah angka 0.01 maka terbukti

berkorelasi sangat nyata (**).

Berdasarkan perhitungan SPSS 22.0 for windows (Lampiran 4 Tabel Model Summary), diketahui bahwa nilai R2 sebesar 0,72 yang berarti 72%

variasi variabel yang terikat yaitu jumlah telur ayam ras yang ditawarkan dapat

dijelaskan oleh harga beli pedagang, biaya pemasaran, keuntungan. Sedangkan

sisanya (18%) dijelaskan oleh variabel yang tidak termasukkan ke dalam

perhitungan.

Lampiran 4 – Tabel Model Summary memperlihatkan bahwa Std. Error of the Estimate dari variabel penawaran telur ayam ras adalah 31.901,28549, lebih

kecil dari standart deviasinya, yaitu 56.930,58170 (lampiran 4- tabel Descriptive

Statistics). Karena lebih kecil dari standart deviasinya maka semakin baik dalam

bertindak sebagai prediktator penawaran telur ayam ras di Kota Pematangsiantar

(33)

Uji Anova atau F test (Lampiran 4 – Tabel anova) didapati bahwa nilai F adalah 21,391 dengan tingkat signifikasi 0,000. Karena probabilitasnya (0,000)

lebih kecil dari 0,05 maka model regresi linear berganda bisa dipakai untuk

memprediksi penawaran telur ayam ras. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa

variabel harga beli pedagang, biaya pemasaran , keuntungan secara bersama-sama

berpengaruh terhadap jumlah penawaran telur ayam ras di Kota Pematangsiantar.

Lampiran 4 – Tabel Coefficientsa memperlihatkan bahwa model persamaan linear berganda penawaran n telur ayam ras (Y) adalah:

Y = 462.530,051 + 430,407 X1 + ,022 X2 + 0 ,008 X3

Keterangan:

Y = Jumlah Tanggungan (Jiwa)

X1 = Harga Beli Pedagang (Rp/Butir)

X2 = Biaya Pemasaran (Rp/Bulan)

X3 = Keuntungan (Rp/Bulan)

Karakteristik Pedagang Telur Ayam Ras

Dari hasil penelitian, terdapat 29 sampel pedagang yang menjual telur

ayam ras di pasar tradisional di Kota Pematangsiantar. Penawaran telur ayam ras

dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti harga beli pedagang (X1) biaya

pemasaran (X2), dan keuntungan (X3).

Harga Beli

Koefisien regresi harga jual pedagang sebesar 430,407 dapat diartikan

bahwa terdapat hubungan yang berbanding lurus (positif) antara harga jual

pedagang dengan jumlah penawaran telur ayam ras. Jika harga jual naik sebesar

(34)

Nilai t hitung variabel harga beli pedagang yang diperoleh adalah 2,047

dengan tingkat signifikansi sebesar 0,51 maka sig. t (0,51) ˃ 0,05, sehingga dapat

disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya variabel harga beli pedagang

secara parsial berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah penawaran telur ayam ras.

Sesuai dengan pernyataan Djojodipuro (1991), yang menyatakan bahwa naik atau

turunnya harga barang/jasa akan mempengaruhi banyak/sedikitnya terhadap

jumlah barang yang ditawarkan. Kuantitas akan meningkat ketika harganya

meningkat dan kuantitas yang diminta menurun ketika harganya menurun, dapat

dikatakan bahwa kuantitas yang diminta berhubungan positif dengan harga. Hal

ini membuktikan bahwa pedagang tidak terlalu responsive terhadap perubahan

harga beli sehingga tidak terlvlu memberi pengaruh terhadap keputusan pedagang

dalam menawarkan telur ayam ras di Kota Pematangsiantar.

Biaya Pemasaran

Biaya pemasaran telur ayam ras adalah biaya yang dikeluarkan pedagang

dalam penjualan telur ayam ras. Semakin banyak telur yang ditawarkan semakin

besar biaya pemasaran yang dikeluarkan pedagang. Biaya pemasaran pedagang

telur ayam ras dalam penelitian ini sangat bervariasi, untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel 7. berikut ini :

Tabel 7. Distribusi sampel pedagang bedasarkan biaya pemasaran

Biaya Pemasaran (Rp/Buian) Besar Sampel (Jiwa) Besar Sampel (%)

(35)

dan yang terendah berada pada kelompok biaya diatas Rp 3.000.000 dengan

jumlah 4 jiwa (13,80 %).

Koefisien regresi biaya pemasaran sebesar 0,022 dapat diartikan bahwa

terdapat hubungan yang berbanding lurus (positif) antara biaya pemasaran

dengan jumlah penawaran telur ayam ras. Jika biaya pemasaran naik sebesar

Rp 1/ Rp 1000 maka jumlah penawaran telur ayam ras akan bertambah sebanyak

0,022 atau 22 butir.

Nilai t hitung variabel biaya-biaya yang diperoleh adalah 4,095 dengan

tingkat signifikansi sebesar 0,000 maka sig. t (0,000) ≤ 0,05, sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya variabel biaya pemasaran

secara parsial berpengaruh nyata terhadap jumlah penawaran telur ayam ras.

Sesuai dengan pernyataan Samosir (2008), yang menyatakan bahwa

biaya pemasaran adalah semua pengeluaran pedagang yang akan digunakan untuk

menjual barang-barang yang akan ditawarkan. Besarnya biaya sangat

dipengaruhi oleh harga (input) yang dipergunakan untuk menjul barang. Jika

harga faktor produksi naik, maka biaya produksi akan naik. Hal ini dapat

menurunkan keuntungan perusahaan. Seorang pedagang harus dapat menekan

biaya produksi agar menghasilkan keuntungan yang lebih besar sehingga jumlah

penawaran terus bertambah.

Keuntungan /Profit

Profit adalah keuntungan yang diperoleh pedagang dalam menjual hasil

dagangannya. Jika keuntungan yang diperoleh pedagang tinggi maka jumlah

(36)

dalam penelitian ini sangat bervariasi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel 8. berikut ini :

Tabel 8. Distribusi sampel pedagang berdasarkan keuntungan

Keuntungan (Rp) Besar Sampel (Jiwa) Besar Sampel (%)

< 2.000.000 5 17,24

Koefisien regresi keuntungan sebesar 0,008 maka dapat diartikan bahwa

terdapat hubungan yang berbanding lurus (positif) antara keuntungan dengan

jumlah penawaran telur ayam ras. Jika keuntungan naik sebesar Rp. 1 atau

Rp. 1000, maka jumlah penawaran telur ayam ras akan bertambah sebanyak 0,008

butir atau 8 butir.

Nilai t hitung variabel keuntungan yang diperoleh adalah 5,918 dengan

tingkat signifikansi sebesar 0,000 maka sig. t (0,000) ≤ 0,05, sehingga dapat

disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya variabel keuntungan secara

parsial berpengaruh nyata terhadap jumlah penawaran telur ayam ras.

Banyaknya jumlah barang yang ditawarkan oleh penjualan akan

mempengaruhi besarnya keuntungan yang akan dihasilkan. Jika semakin besar

keuntungan yang diinginkan maka semakin banyak pula jumlah barang yang

ditawarkan. Hal ini sesuai dengan hukum penawaran, semakin tinggi keuntungan,

(37)

Sesuai dengan pernyataan Kadariah (1994), yang menyatakan bahwa

pedagang telur dianggap selalu bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan.

Artinya bahwa pedagang telur selalu memilih tingkat output yang dapat

memberikan keuntungan maksimum. Keuntungan diperoleh dari total penerimaan

(38)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perilaku konsumen terhadap permintaan telur ayam ras dipengaruhi oleh

pendapatan, sedangkan jumlah tanggungan, pendidikan, harga, umur dan harga

tempe tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan telur ayam ras di

tingkat konsumen di pasar tradisional Kota Pematangsiantar.

Dari sisi penawaran bahwa variabel harga beli tidak berpengaruh nyata

terhadap penawaran telur ayam ras di kota Pematangsiantar, sedangkan biaya

pemasaran dan keuntungan berpengaruh nyata terhadap jumlah penawaran telur

ayam ras di pasar tradisional tradisional Kota Pematangsiantar.

Saran

Kepada Konsumen

Konsumen perlu mengetahui tentang harga telur lebih baik. Sehingga saat

harga telur berfluktuasi, konsumen dapat memilih untuk menggunakan barang

subtitusi.

Kepada Pedagang

Pedagang disarankan menjual telur lebih banyak dan untuk memperkecil

(39)

TINJAUAN PUSTAKA

Hukum Permintaan

Teori permintaan pada dasarnya merupakan perangkat analisis untuk

melihat besaran jumlah barang atau jasa yang diminta serta perubahan permintaan

akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan. Perubahan

permintaan akan suatu barang atau jasa tersebut akan dapat dilihat dari perubahan

pada kurva permintaan. Maka analisis permintaan akan suatu barang atau jasa erat

kaitanya dengan perilaku konsumen. Konsumen adalah mereka yang memiliki

pendapatan (uang) dan menjadi pembeli barang dan jasa di pasar

(Adiningsih dan Kadarusman, 2003).

Penjelasan mengenai perilaku konsumen yang paling sederhana dapat

diperoleh melalui hukum permintaan. Dalam hukum permintaan dikatakan

bahwa, “Apabila harga suatu barang turun maka permintaan akan barang tersebut

meningkat dan sebaliknya, jika suatu harga barang naik maka permintaan

konsumen akan barang tersebut turun”, apabila semua faktor-faktor lain yang

mempengaruhi jumlah yang diminta dianggap tidak berubah cateris paribus

(Nopirin, 1994).

(40)

Berdasarkan hukum permintaan (the law of demand) perubahan

permintaan atas suatu barang dan jasa semata-mata ditentukan oleh harga dari

barang atau jasa tersebut, ceteris paribus. Namun dalam kenyataannya, banyak

permintaan terhadap suatu barang atau jasa juga ditentukan oleh faktor-faktor lain

selain faktor harga itu sendiri. Oleh sebab itu perlu juga dijelaskan bagaimana

faktor-faktor yang lain akan mempengaruhi permintaan. Ada beberapa faktor

yang mempengaruhi permintaan, yaitu :

1. Harga barang itu sendiri

Naik turunnya harga barang/jasa akan mempengaruhi banyak/sedikitnya

terhadap barang yang diminta. Kuantitas akan menurun ketika harganya

meningkat dan kuantitas yang diminta meningkat ketika harganya menurun, dapat

dikatakan bahwa kuantitas yang diminta berhubungan negatif

(negatively related) dengan harga (Djojodipuro, 1991).

Sesuai dengan hukum permintaan hubungan antara harga barang dan

jumlah barang yang diminta adalah negatif. Bila harga naik maka permintaan

turun dan sebaliknya bila harga turun permintaan akan naik dengan asumsi

ceteris paribus. Dengan demikian perubahan harga terhadap permintaan

mempunyai arah yang berkebalikan (Pracoyo, 2006).

2. Pendapatan

Pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat.

Tinggi/rendahnya pendapatan masyarakat akan mempengaruhi kualitas maupun

kuantitas permintaan. Pendapatan yang lebih rendah berarti bahwa secara total

hanya ada uang yang sedikit untuk dibelanjakan, sehingga masyarakat akan

(41)

besar barang. Jika permintaan terhadap suatu barang berkurang ketika pendapatan

berkurang, barang tersebut dinamakan barang normal (Samosir, 2008)

Hubungan antara pendapatan dengan jumlah barang yang diminta adalah

positif. Bila pendapatan seseorang/masyarakat meningkat maka akan

meningkatkan permintaan terhadap suatu barang. Ini terjadi, bila barang yang

dimaksud adalah barang yang berkualitas tinggi maka denggan adanya kenaikan

pendapatan, konsumen justru akan mengurangi permintaan terhadap barang

tersebut (Pracoyo, 2006).

3. Jumlah Tanggungan

Permintaan berhubungan positif dengan jumlah tanggungan. Pertambahan

jumlah tanggungan/penduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan pertambahan

permintaan. Tetapi biasanya pertambahan jumlah tanggungan/penduduk diikuti

oleh perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian lebih banyak

pendapatan yang diterima seseorang maka ini menambah daya beli dalam

masyarakat. Pertambahan daya beli ini akan menambah permintaan

(Sukirno, 2003).

4. Harga komoditi lain

Permintaan terhadap suatu barang dapat dipengaruhi oleh perubahan harga

barang-barang lain, baik atas barang subtitusi maupun terhadap harga barang

komplementer. Sifat dan pengaruh terhadap barang subtitusi dan komplementer

ini dikarenakan permintaan suatu barang memiliki kaitan dan pengaruh yang

langsung maupun tidak langsung. Pengaruh mempengaruhi atas suatu barang dari

harga barang lain ini dikarenakan masing-masing barang mempunyai hubungan

(42)

yang digantikan bergerak naik, maka akan dapat mengakibatkan jumlah

permintaan barang penggantinya juga akan ikut mengalami kenaikan

(Sukirno, 2003).

5. Tingkat Pendidikan

Kalau orang bertindak, mereka belajar. Pembelajaran menggambarkan

perubahan dalam tingkah laku individual yang muncul dari proses pendidikan

yang dijalani (pengalaman). Pendidikan seseorang sangat mempengaruhi

pilihannya. Apabila pendidikan konsumen tinggi maka akan lebih memilih barang

yang berkualitas baik, tingkat pendidikan dapat dilihat dari pendidikan terakhir

konsumen (Setiadi, 2003).

6. Umur

Sesuai dengan pernyataan orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli

semasa hidupnya. Umur berhubungan dengan selera akan makanan, pakaian, perabot

dan rekreasi. Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap

yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya

(Kotler dan Amstrong, 1996).

Hukum Penawaran (Supply)

Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat

hubungan antara harga suatu barang dan jumlah barang tersebut yang ditawarkan

para penjual. Dalam hukum ini dinyatakan bagaimana keinginan para penjual

untuk menawarkan barangnya apabila harganya tinggi dan bagaimana pula

keinginan untuk menawarkan barangnya tersebut apabila harganya rendah.

Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa makin tinggi harga suatu

(43)

penjual. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang semakin sedikit jumlah

barang tersebut yang ditawarkan (Sukirno, 2003).

Dalam hukum penawaran, pada dasarnya menyatakan makin tinggi harga

suatu barang, makin banyak jumlah barang yang ditawarkan oleh pedagang.

Sebaliknya, makin rendah harga barang, makin sedikit jumlah barang tersebut

yang ditawarkan oleh pedagang/produsen, dengan anggapan faktor-faktor lain

tidak berubah (Daniel, 2002).

Penawaran (supply) menunjukkan seluruh hubungan antara jumlah suatu

komoditi yang ditawarkan dan harga komoditi tersebut, dimana variabel-variabel

lain dianggap tetap. Satu titik pada kurva penawaran menggambarkan jumlah

yang ditawarkan (the quantity supplied) pada harga tersebut. Kurva penawaran

menanjak ke atas, yang menggambarkan bahwa jumlah yang ditawarkan naik

dengan kenaikan harga. Penawaran bukan suatu titik pada kurva penawaran,

melainkan seluruh kurva penawaran, ialah hubungan yang lengkap

(seluruh hubungan) antara penjualan yang diinginkan dengan harga-harga

alternatif yang mungkin terjadi dari komoditi yang besangkutan

(Kadariah, 1994). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran, yaitu :

1. Harga beli pedagang

Untuk mengembangkan teori tentang penentuan harga suatu komoditi,

perlu dipelajari hubungan antara jumlah yang ditawarkan dari setiap komoditi dan

harga komoditi tersebut. Suatu teori ekonomi dasar menjelaskan bahwa makin

tinggi harga suatu komoditi, makin banyak jumlah barang yang ditawarkan.

(44)

komoditi akan naik jika harga tersebut naik, demikian juga sebaliknya, sedangkan

input yang dipakainya tetap (Djojodipuro, 1991).

Naik atau turunnya harga barang/jasa akan mempengaruhi

banyak/sedikitnya terhadap jumlah barang yang ditawarkan. Kuantitas akan

meningkat ketika harganya meningkat dan kuantitas yang diminta menurun ketika

harganya menurun, dapat dikatakan bahwa kuantitas yang diminta berhubungan

positif dengan harga (Djojodipuro, 1991).

2. Biaya pemasaran

Biaya pemasaran adalah semua pengeluaran pedagang yang akan

digunakan untuk menjual barang-barang yang akan ditawarkan. Untuk analisis

biaya pemasaran perlu diperhatikan dua jangka waktu yaitu jangka panjang

(jangka waktu dimana semua faktor produksi dapat mengalami perubahan,

misalnya sewa tempat, dll) dan jangka pendek, yaitu jangka waktu dimana

sebagian faktor produksi dapat berubah dan sebagian lainnya tidak dapat berubah,

misalnya biaya keamanan (Samosir, 2008).

3. Profit/keuntungan

Pedagang telur dianggap selalu bertujuan untuk memaksimumkan

keuntungan. Artinya bahwa pedagang telur selalu memilih tingkat output yang

dapat memberikan keuntungan maksimum. Keuntungan diperoleh dari total

penerimaan dikurangi total biaya yang dikeluarkan pedagang telur

(Kadariah, 1994).

Telur Ayam Ras

Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus

(45)

dan itik liar yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak dan

ini disebut proses pengembangbiakan. Tahun demi tahun ayam hutan dari wilayah

dunia diseleksi secara ketat oleh para pakar. Arah seleksi ditujukan pada produksi

yang banyak, karena ayam hutan dapat diambil telur dan dagingnya maka arah

dari produksi yang banyak dalam seleksi tadi mulai spesifik. Ayam yang

terseleksi untuk tujuan produksi daging dikenal dengan ayam broiler, sedangkan

untuk produksi telur dikenal dengan ayam petelur (Gallus, 2010).

Telur ayam ras adalah salah satu sumber pangan protein hewani yang

populer dan sangat diminati oleh masyarakat. Hampir seluruh kalangan

masyarakat dapat mengonsumsi telur ayam ras untuk memenuhi kebutuhan

protein hewani. Hal ini karena telur ayam ras relatif murah dan mudah diperoleh

serta dapat memenuhi kebutuhan gizi yang diharapkan (Lestari, 2009).

Telur ayam ras segar adalah telur yang belum mengalami fortifikasi,

pendinginan, pengawetan, dan proses pengeraman (BSN, 2008). Telur ayam ras

mempunyai kandungan protein yang tinggi dan susunan protein yang lengkap,

akan tetapi lemak yang terkandung di dalamnya juga tinggi. Secara umum telur

ayam ras dan telur itik merupakan telur yang paling sering di konsumsi oleh

masyarakat (Sudaryani, 2003).

Perbedaan zat gizi telur ayam ras dengan telur itik dan telur puyuh dapat

dilihat pada Tabel 1. Telur adalah komoditi ekonomi, karena memang ada

permintaannya. Tetapi permintaan konsumen terhadap telur ini dipengaruhi selera,

dan selera ini dipengaruhi antara lain, oleh tingkat pendidikan konsumen itu.

Dahulu prinsip konsumen kita adalah “Biar kecil, keriput, kotor, yang penting

(46)

dan kecil tidak laku. Konsumen cenderung pada produk yang penggunaannya

Bisnis ayam ras di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat

mengesankan. Konsumsi masyarakat terhadap produk hasil ternak yang dua puluh

tahun lalu masih didominasi oleh daging sapi kini telah digantikan oleh daging

dan telur ayam ras. Hal ini dapat terjadi karena peternakan ayam ras dikelola

secara lebih efisien dan harga daging dan telur ayam ras yang terjangkau

(Suharno, 1999).

Meskipun permintaan masyarakat terhadap telur ayam ras fluktuatif, tetapi

pada waktu tertentu permintaan masyarakat terhadap telur ayam ras sangat tinggi,

(47)

kecenderungan permintaan telur ayam ras akan selalu ada setiap saat, karena

potensi pasar telur ayam ras cukup besar dalam peranannya sebagai bahan baku

pembuatan makanan ringan (roti, kue, martabak, dan lain-lain). Dan juga telur

ayam ras merupakan subtitusi dari daging. Ketika harga daging meningkat

masyarakat akan mensubtitusikan daging terhadap telur ayam ras sehingga

permintaan telur ayam ras akan meningkat (Sianipar, 2011).

Tabel 2. Data produksi telur di daerah Provinsi Sumatera Utara tahun 2010-2013

Kabupaten/Kota Jenis Telur

7. Labuhanbatu 12.557 21.999 12.898

8. A s a h a n 2.035.894 67.124 79.305

9. Simalungun 130.753 86.885 24.506

10. D a i r i - 80.271 10.730

18. Serdang Bedagai 982.383 143.334 127.665

19. Batu Bara 17.702 26.327 39.658

(48)

Semua telur ayam adalah sama. Itulah yang berlaku dalam bisnis

perunggasan saat ini, yang membedakan hanyalah telur ayam kampung dengan

telur ayam ras. Jika sama-sama telur ayam kampung atau sama-sama telur ayam

ras yang membedakan hanyalah telur utuh dan telur yang rusak. Di berbagai

pasar, pembeli diberi kebebasan memilih sendiri, khususnya untuk wilayah

Sumatera Utara yang membedakan telur atas ukuran telur dan di jual secara

perbutir. Secara lengkap grading telur berdasarkan ukuran berat dapat dilihat

dibawah ini (gram): Jumbo 70,5; Ekstra Besar 63,5 – 70,5; Besar 52,3 – 63,6;

Sedang 42,9 – 52,2; Kecil 34,4 – 42,8; Kecil Sekali 34,3 (BSN, 2008).

Tabel 3. Data Konsumsi Telur dan Susu (g) /Kapita/hari untuk wilayah perkotaan.

No. Tahun Telur dan Susu

(g/kapita/hari) Total kebutuhan protein (g/kapita/hari)

1 2005 3,76 58,47

Sumber: Sumatera Utara Dalam Angka (Berbagai Tahun Terbit)

Pada kenyataannya, peternak khususnya peternak ayam ras di Indonesia,

mempunyai posisi yang cukup rawan dalam bisnis unggas yang secara statistik

sangat pesat. Hal penting yang harus dibahas tentu saja langkah yang perlu

diambil agar posisi rawan itu dapat berubah menjadi posisi strategis yang

menguntungkan. Untuk menuju ke posisi tersebut, perlu diketahui permasalahan

yang dihadapi peternak ayam Indonesia. Menurut Suharno (1999), permasalahan

tersebut yaitu :

(49)

Berbeda dengan masyarakat di negara maju yang menggunakan komoditas

peternakan dalam menu sehari-hari, tidak semua masyarakat di Indonesia dapat

mengkonsumsi daging dan telur ayam masih dianggap sebagai makanan mewah

dan mahal. Masyarakat mengkonsumsinya di saat-saat tertentu seperti lebaran,

tahun baru dan bulan-bulan tertentu. Keadaaan tersebut sangat menyulitkan

program produksi ayam. Para peternak mencoba melakukan program peningkatan

produksi jika lebaran tiba. Namun, kesulitan jika usai lebaran permintaan

langsung anjlok, sedangkan produksi tidak dapat diberhentikan karena barang

hidup sehingga harga merosot tajam.

2). Pasarnya masih tradisional

Jika permintaan terhadap komoditas ayam benar fluaktuatif seperti yang

disebut di atas, maka logikanya pasokan ayam diatur dengan menggunakan

teknologi penyimpanan. Dengan cara ini, permintaan daging dan telur ayam dapat

diramalkan jumlahnya untuk waktu setahun. Dengan produksi ayam stabil,

sementara permintaan fluktuatif, pasokan ayam ke konsumen dapat diatur sesuai

dengan irama permintaan konsumen. Jadi, untuk kondisi tersebut, teknologi

pascapanen harus dikembangkan. Namun, kenyataannya pasar ayam di Indonesia

masih bersifat tradisional. Kondisi ini menyebabkan masalah fluktuasi semakin

meningkat dialami oleh peternak. Fluktuasi ini juga akan selalu terjadi

berulang-ulang setiap tahun.

3). Konsumen belum tahu persis tentang ayam

Ketidaktahuan konsumen secara pasti tentang ayam menjadi satu masalah

yang cukup merepotkan. Di beberapa media massa pernah terjadi pemberitaan

(50)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan masyarakat yang semakin bertambah tidak hanya dari segi

populasi tetapi juga dari segi pengetahuan akan kesehatan menyebabkan

pemenuhan akan kebutuhan protein asal hewani yang memenuhi standart

kelayakan konsumsi semakin meningkat. Pangan asal ternak sangat dibutuhkan

manusia sebagai sumber protein. Protein hewani menjadi sangat penting karena

mengandung asam-asam amino yang mendekati susunan asam amino yang

dibutuhkan manusia sehingga akan lebih mudah dicerna dan lebih efisien

pemanfaatannya. Akan tetapi, pangan asal ternak akan menjadi tidak berguna dan

membahayakan kesehatan manusia apabila tidak aman dan ketersediannya tidak

seimbang dengan permintaan.

Salah satu bahan pangan asal ternak yang memiliki kandungan nutrisi

yang tinggi adalah telur ayam ras. Telur ayam ras menjadi salah satu pangan asal

ternak yang menjadi favorit di masyarakat. Hal ini dikarenakan memiliki harga

yang murah, mudah diolah dan mudah diperoleh sehingga sesuai untuk semua

golongan masyarakat.

Telur mengandung zat gizi yang dibutuhkan tubuh, dari sebutir telur

didapatkan gizi yang sempurna. Selain itu zat gizi tersebut mudah dicerna oleh

tubuh. Kandungan protein kuning telur yaitu sebanyak 16,5% dan pada putih telur

sebanyak 10,9 %, sedangkan kandungan lemak pada kuning telur mencapai 32%

dan pada putih telur terdapat dalam jumlah yang sedikit. Kebutuhan akan telur

(51)

terjadilah kekurangan persediaan telur yang mengakibatkan terjadinya

peningkatan harga telur.

Produksi telur ayam ras tahun 2007 sebanyak 73.691,03 ton telur ayam

ras dihasilkan. Produksi telur ayam ras mengalami penurunan di tahun

2008 dengan jumlah produksi sebesar 68.978,58 ton dan terus meningkat di tahun

2010 sebesar 79.204,16 ton dan di tahun 2011 sebesar 80.590,23 ton

(Sitompul, 2012). Produksi telur ayam ras sangat berkaitan dengan jumlah ternak

ayam ras petelur. Dimana ayam ras petelur sebagai penghasil telur ayam ras.

Maka dari itu populasi ayam ras petelur di Sumatera Utara berkaitan dengan

ketersediaan telur ayam ras di Kota Pematangsiantar khususnya untuk produksi

di daerah Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun yang merupakan daerah

pemasok telur ayam ras untuk Kota Pematangsiantar.

Jumlah populasi ayam ras petelur mengalami peningkatan pada 2010

sebesar 7,59% dari tahun sebelumnya dengan jumlah populasi sebesar 8.839.750

ekor dan meningkat lagi pada tahun 2011 sebesar 2,44% dengan jumlah populasi

sebesar 9.060.742 ekor. Pada tahun 2012 meningkat sebesar 0,33% dengan

jumlah populasi sebesar 12.055.592 ekor. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun

2013 dengn jumlah populasi sebesar 15.704.311 ekor.

Menurut data BPS statistik pada Januari 2016 mengenai perkembangan

IHK kota Pematangsiantar mengalami inflasi pada beberapa komoditi pangan.

Salah satu komoditi yang menjadi penyumbang inflasi terbesar kelima adalah

telur ayam ras. Telur ayam ras mengalami inflasi sebesar 0,06%. Hal ini sedikit

bertentangan dengan teori permintaan, dimana apabila terjadi peningkatan

(52)

yang ditawarkan. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya beberapa faktor yang

mempengaruhi perubahan keputusan konsumen untuk memilih mengkonsumsi

telur ayam ras.

Dari sisi permintaan, variabel harga telur ayam ras, pendapatan rata-rata

keluarga/bulan, jumlah tanggungan, dan harga tempe secara serempak

berpengaruh nyata terhadap permintaan telur ayam ras di pasar tradisional Petisah,

Kota Medan. Secara parsial variabel harga telur ayam ras, jumlah tanggungan dan

harga tempe berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan telur ayam ras

(Sitorus, 2015).

Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan

Penawaran Telur Ayam Ras di Kota Pematangsiantar”.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk

menjawab pertanyaan berikut:

1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras di Kota

Pematangsiantar?

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi penawaran telur ayam ras di Kota

Pematangsiantar?

3. Bagaimana hubungan karakteristik variabel bebas (harga telur ayam ras,

pendapatan, jumlah tanggungan, harga tempe sebagai komoditi substitusi dan

(53)

4. Bagaimana hubungan karakteristik variabel bebas (harga beli pedagang, biaya

pemasaran, profit/keuntungan dan jumlah telur yang tersedia) dengan

penawaran telur ayam ras di Kota Pematangsiantar?

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah diatas maka tujuan penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur

ayam ras di kota Pematangsiantar.

2. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran telur

ayam ras di kota Pematangsiantar.

3. Untuk mengindentifikasi hubungan karakteristik variabel bebas yang diteliti

(harga telur ayam ras, pendapatan, jumlah tanggungan, harga tempe sebagai

komoditi substitusi dan tingkat pendidikan konsumen) dengan permintaan telur

ayam ras di Kota Pematangsiantar.

4. Untuk mengindentifikasi karakteristik variabel bebas yang diteliti (harga beli

pedagang, biaya pemasaran serta profit/keuntungan yang diperoleh pedagang)

dengan penawaran telur ayam ras di Kota Pematangsiantar.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peneliti,

kalangan akademik, masyarakat dan dinas terkait yang memiliki ketertarikan

dalam mengembangkan pemasaran telur ayam ras serta sebagai pertimbangan

bagi peternak telur ayam ras dalam memprediksi persediaan dan permintaan

(54)

Kerangka Pemikiran

Perkembangan masyarakat yang semakin bertambah tidak hanya dari segi

populasi tetapi juga dari segi pengetahuan akan kesehatan menyebabkan

pemenuhan akan kebutuhan protein asal hewani yang memenuhi standart

kelayakan konsumsi semakin meningkat. Pangan asal ternak sangat dibutuhkan

manusia sebagai sumber protein. Protein hewani menjadi sangat penting karena

mengandung asam-asam amino yang mendekati susunan asam amino yang

dibutuhkan manusia sehingga akan lebih mudah dicerna dan lebih efisien

pemanfaatannya. Salah satu bahan asal ternak yang digemari masyarakat adalah

telur ayam ras.

Konsumen telur ayam ras adalah mereka yang melakukan kegiatan

pembelian (mengkonsumsi) telur ayam ras untuk memenuhi kebutuhannya.

Adapun yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras adalah harga beli

konsumen, pendapatan rata-rata per bulan, jumlah tanggungan, dan harga

komoditi lain atau barang subtitusi. Untuk itu maka faktor-faktor ini perlu diteliti

apakah memang benar berpengaruh terhadap permintaan telur ayam ras. Ketika

ada permintaan tentu akan ada penawaran.

Pedagang telur ayam ras melakukan penawaran di pasar tradisional.

Penawaran (jumlah telur ayam ras) yang dilakukan produsen/pedagang

dipengaruhi oleh harga beli pedagang, biaya pemasaran, profit/keuntungan dan

jumlah telur yang tersedia. Faktor-faktor inilah yang akan dilihat apakah memiliki

(55)

Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. Skema Kerangka Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran Telur Ayam Ras

Keterangan:

(56)

ABSTRAK

BITA S. TAMPUBOLON: Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran Telur Ayam Ras di Kota Pematangsiantar, dibimbing oleh ARMYN HAKIM DAULAY dan HAMDAN.

Perkembangan masyarakat mengakibatkan kebutuhan akan protein hewani berupa telur ayam ras meningkat dan mempengaruhi permintaan dan penawaran telur ayam ras di Kota Pematangsiantar. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran telur ayam ras di pasar tradisional kota Pematangsiantar. di tingkat konsumen dan pedagang, menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) atau metode kuadrat terkecil dengan alat bantu SPSS 22.0.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2016 hingga bulan Juni 2016, metode yang digunakan adalah survey. Data Primer diperoleh dari 90 orang konsumen dan 29 orang pedagang telur ayam ras serta ditambah dengan data sekunder dari instansi pemerintah. Kemudiaan dianalisis dengan analisis linear berganda dengan 6 variabel untuk permintaan (jumlah tanggungan, pendidikan, pendapatan, harga telur ayam ras, umur dan harga tempe) serta 3 variabel untuk menggambarkan penawaran telur ayam ras (harga beli, biaya pemasaran, dan keuntungan).

Hasil penelitian menunjukkan seluruh variabel secara serempak memberikan pengaruh yang nyata terhadap permintaan maupun penawaran. secara tunggal hanya variabel pendapatan berpengaruh nyata terhadap permintaan telur ayam ras, sedangkan dari sisi penawaran variabel yang memberikan pengaruh yang nyata terhadap penawaran telur ayam ras di Kota Pematangsiantar, yaitu: biaya pemasaran, dan keuntungan yang diperoleh pedagang.

Gambar

Tabel 4. Distribusi sampel konsumen berdasarkan jumlah tanggungan Jumlah Tanggungan (Jiwa) Besar Sampel (Jiwa) Presentase (%)
Tabel 5.
Tabel 6. Distribusi sampel konsumen berdasarkan kelompok umur
Tabel 7. Distribusi sampel pedagang bedasarkan biaya pemasaran Biaya Pemasaran  (Rp/Buian) Besar Sampel (Jiwa) Besar Sampel (%)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ia membuat lintasan tertutup yang melingkupi kawat berarus listrik dan searah medan magnet, kemudian ia menghitung panjang lintasan tertutup tersebut dan menyatakan

Cara kerja hidrometer merupakan realisasi bunyi hukum archimede, dimana suatu benda yang dimasukan kedalam zat cair sebagian atau keseluruhan akan mengalami gaya keatas

Figure 7 Model proofreading via Autodesk A360 2.2.2 Defining Project Phases : right information should be recorded in right phases. 2.2.3 Information Integration: a ll

Meneruskan Informasi dari Kemenristekdikti, Dalam rangka meningkatkan kemampuan Dosen peneliti, Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat,Direktorat Jenderal Penguatan Riset

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLI-B3, 2016 XXIII ISPRS Congress, 12–19 July 2016, Prague, Czech

MODIS Enhance Vegetation Index (EVI) and Land Surface Temperature (LST) products in late august from 2000 to 2014 were employed to explore vegetation index and land

Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pada setiap pertemuan di siklus I, yaitu pertemuan 1, dan 2. Observasi untuk mengamati guru dan siswa. Hasil observasi

Direktur/Direktris perusahaan yang diundang selaku peserta lelang dapat diwakilkan dan apabila tidak menghadiri undangan tanpa alasan yang jelas sampai pada batas waktu yang telah