• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Metode Aktif Learning Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Ips Kelas V Di Madrasah Ibtidaiyah Darul Amal Kota Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Metode Aktif Learning Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Ips Kelas V Di Madrasah Ibtidaiyah Darul Amal Kota Tangerang"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE AKTIF LEARNING TIPE JIGSAW

DALAM MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR IPS KELAS V

Di Madrasah Ibtidaiyah Darul Amal Kota Tangerang

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh MUHAENI NIM 809018300354

PROGRAM STUDI PGMI DUAL MODE SYSTEM

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

ABSTRAK

Muhaeni, NIM 809018300354 Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Dual Mode System Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta : Judul Penelitian Tindakan Kelas Penerapan Metode Aktif Learning Tipe Jigsaw dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPS Kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Darul Amal Kota Tangerang.

Metode yang baik adalah metode yang mampu meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa, siswa tertantang dan tertarik untuk ikut berperan sebagai subyek dalam proses tersebut. Siswa dapat menemukan sendiri hal-hal yang tidak diketahui dari proses yang dialami. Siswa meneliti, mengkaji, mengeksplorasi, menerapkan dan mengamalkan dalam kehidupannya dimasyarakat merupakan inti dari tujuan pembelajaran.

Dengan melakukan penelitian selama tiga bulan dengan menggunakan model pembelajaran aktif learning tipe jigsaw pada pembelajarn IPS di kelas V MI Darul Amal Kota tangerang. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh hasil belajar siswa yang dilakukan selama dua siklus. Pada siklus kesatu diketahui dari hasil evaluasi siswa, yang memperoleh skor diatas kriteria ketuntasan minimum hanya 7 orang (41,17%) dari 17 siswa dan pada siklus dua, dari 17 siswa, 1 siswa memperoleh rentang skor 91-99, 7 siswa berada pada rentang skor 73-81, 5 siswa berada pada rentang skor 64 -72 dan 2 siswa pada rentang skor 55-63. Dengan demikian 15 siswa tuntas memenuhi nilai kriteria ketuntasan minimum sebesar 70 untuk mata pelajaran IPS kelas V MI Darul Amal Kota Tangerang.

(7)

vii

ABSTRACTION

Muhaeni, NIM 809018300354 Program of Education Study Learn The Primary Scool Dual of Mode of System of Faculty of Science of Tarbiyah and Teachership of University of Islam of Country of Syarif Hidayatullah Jakarta : Title of Research of Action of Active Method Applying Class Learning of Type Jigsaw in Improving Result Learn The IPS of Class V Primary Scool Darul Do a good deed the Town Tangerang.

Good method method capable to improve the enthusiasm and motivate to learn the student, student challenged and interested to follow the personating subyek in course of the. Student can find xself unknown things from natural process. Student check, studying, mengeksplorasi, applying and practicing in its life society represent the nucleuscore from study target.

From the problem researcher the research during three months by using active study model learning of type jigsaw pembelajarn IPS class of V MI Darul Darul Amal the Town tangerang. From the research result obtained a result learn the student during two cycle. cycle kesatu known from result evaluate the student, obtaining score of above complete criterion minimum only 7 people ( 41,17%) from 17 student and cycle two, from 17 student, 1 student obtain;get to span the score 91-99, 7 student be at to span the score 73-81, 5 student be at to span the score 64 - 72 and 2 student spanning score 55-63. Thereby 15 complete student fulfill the complete criterion value minimum equal to 70 for the subject of IPS of class of V MI Darul Amal the Town Tangerang.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Bissmillahirrohmannirrohim

Segala puji hanya bagi Allah SWT, yang telah memberikan taupik, hidayah serta inayah-Nya, sehingga Penelitian Tindakan Kelas ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya. Selawat beserta salam semoga tetap tercurah kepada Rasullah SAW, keluarga, para sahabat serta para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

PTK ini kemungkinan besar tidak dapat di selesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenanya penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya terutama kepada :

1. Ibu Dra.Nurlena Rifa’i. M.A., Ph.,D. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang telah mendorong penyelesaian studi dan penelitian ini.

2. Bapak Fauzan. M.A., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Syarifudin, S.Pd.I, M.Pd, Kepala MI Darul Amal Kota Tangerang, yang telah memberikan ijin mengikuti perkuliahaan dan melakukan penelitian pada MI Darul Amal.

4. Seluruh Dosen dan Staf Karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberiakan kemudahan dalam menyelesaikan perkuliahan ini.

5. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas bantuan moril maupu materil kepada penulis.

Atas semua yang telah diberikan kepada penulis, mudah-mudahan seluruh bantuan dari semua pihak menjadi amal baik. Amin.

Wassalammua’laikum Wr. Wb.

Ttd

(9)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN PTK ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN/PENGESAHAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN PEMBINGBING ... iv

PENGESAHAN PENGUJI ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah ... 9

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORITIK, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teoritik... 11

(10)

x

2. Metode Aktif Learning ... 20

3. Metode Activ Learning Tipe Jigsaw ... 32

B. Fokus yang Diteliti ... 36

C. Hasil Penelitian yang Relevan ... 36

D. Kerangka Pemikiran ... 38

E. Hipotesis Tindakan ... 42

BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 43

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 45

C. Subjek Penelitian ... 48

D. Peran dan PosisiPeneliti dalam Penelitian ... 48

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 48

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 49

G. Data dan Sumber Data ... 49

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 49

I. Teknik Pengumpulan Data ... 51

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ... 52

K. Analisis Data dan Interpretasi Data ... 53

(11)

xi

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ... 57

B. Analisis Data ... 61

C. Pembahasan ... 71

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... 74

B. Saran-saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77

LAMPIRAN ... 82

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 82

2. Instrumen (Tes, Angket, Lembar Observasi, Pedoman Wawancara, Kisi-kisi dan Data Responden) ... 110

3. Surat Izin Telah Melakukan Penelitian ... 126

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan karya Allah SWT yang paling istimewa, baik secara bentuk (jasmani) maupun raga (ruhani), selain itu manusia adalah mahluk sempurna karena dilengkapai semua pembawaan dan syarat-syarat yang diperlukan. Hal ini dipertegas melalui firman Allah SWT dalam surat At-tin ayat 4 yang berbunyi







Artinya :Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik- baiknya .(QS, 95:4).1

Keistimewaan ini menyebabkan manusia dijadikan “khalifah” atau wakil (mandataris) Tuhan di mukka bumi, yang kemudian dipercara untuk memikul amanah berupa tugas dalam menciptakan tata kehidupan yang bermoral di muka bumi.2 Dengan kemampuan akal pikir manusia mampu mengubah wajah bumi dari awal diciptakan Allah SWT sampai seperti sekarang ini. Kemampuan manusia untuk merubah keadaan, situasi, kondisi dan kebiasaan tidak terlepas dari adanya proses belajar.

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh satu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruahan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.3 Hal senada ditambahkan oleh suyono, “belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan,

1Moh. Rifa’i, Terjemah/Tafsir Al-Qur’an

, (Semarang : CV Wicaksana, 1997), h. 214 2

Jalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pres, 2001), h, 13 3

(13)

2

memperbaiki prilaku,sikap dan mengokohkan kepriabadian. 4Adapun pendapat Skiner yang dikutip oleh Barlow dalam bukunya Educational Psychologi, berpendapat bahwa “suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif”.5

Sementara itu menurut pendapat Thursan Hakim berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses perubahan didalam kepribadian manusia, dalam perubahan tersebut ditampakan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain kemampuan.6

Dari beberapa pendapat di atas, pada dasarnya memiliki kesamaan persepsi akan pengertian belajar bahwa belajar adalah proses interaksi yang menghasilkan perubahan tingkah laku dan moral menuju kearah yang lebih baik. Dengan belajar orang akan mengetahui/mengenal dengan mengenal seseorang dapat melakukan tindakan akan sesuatu yang diketahui.belajar merubah sikap, prilaku, pola hidup, tutur kata yang lebih baik dan santun. Orang yang mengalami proses belajar dapat memposisikan dirinya dalam kondisi yang nyaman dan aman dalam hidup bermasyarakat.

Output dari belajar atau dapat disebut hasil belajar adalah adanya perubahan pada diri seseorang yang mengalami belajar. Karenan out put dari belajar adalah hasil belajar. Hasil belajar dari proses belajar adalah adanya perubahan baik prilaku, moral sikap yang membedakan dari sikap, prilaku dan moral sebelum seseorang belajar. Hasil belajar dapat dilihat dari tujuan seseorang belajar seperti halnya ketika seorang belajar membaca tujuan yang ingin dicapai adalah mampu membaca, ketika seseorang belajar menulis tujuan yang ingin dicapai adalah mampu menulis.

Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan

menghasilkan hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai

pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang

4

Suyono, Belajar dan Pembelajaran,(Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2011), cet.2, h.9 5

Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), Cet-Ke 12, h, 64 6

(14)

3

besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik

dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor intern dari siswa itu sendiri.

Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti

setiap peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik,

sebab hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai

tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang

baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya

hasil belajar yang baik.

Hasil belajar merupakan hasil yang didapatkan peserta didik dalam belajar, baik itu pada aspek Afektif, kognitif, maupun psikomotoriknya. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusah untuk memperoleh suatu bentuk peubahan prilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol yang disebut kegiatan pembelajaran atau keadaan intruksional, tujuan belajar telah ditetapkan lebih dahulu oleh pendidik. Anak yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan intruksional.

Hasil belajar menurut Bloom, mencakup perintah dan tipe prestasi belajar, kecepatan belajar, dan hasil efektif7. Andersen sependapat dengan Bloom bahwa karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat, dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotorik, dan tipikal perasaan berkaitan dengan rana efektif. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia dalam bidang pendidikan dan ketiga ranah tersebut merupakan hasil belajar.8

Jalaluddin dan Abdullah menyatakan bahwa hasil belajar adalah indikator prestasi belajar sebagai kualitas pengetahuan yang dimiliki oleh anak, tinggi rendahnya prestasi dapat menjadi indikator sedikitnya

7

Abdurahman Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belaja (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), h.89

8

(15)

4

pengetahuan yang dikuasai dalam bidang studi tertentu atau kegiatan kurikulum.9

Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar dapat dari tiga ranah, yakni ranah kognitif, efektif, dan ranah psikomotorik, dan masing ranah tersebut memiliki penilaian yang berbeda-beda, dalam artian bahwa pembelajaran yang dilaksanakan penilaian tidak hanya ia mengerti akan materi yang diajarkan, akan tetapi pembelajaran yang dilaksanakan apakah dapat dipahami dan diimplementasikan dalam kehidupanya atau tidak.

Berkaitan dengan hasil belajar, dalam dunia pendidikan dimana proses belajar sangat jelas dan nyata terjadi secara formal, dimana di dalamnya terjadi interkasi belajar mengajar dengan tujuan yang ingin dicapai yang tertuang dalam hasil pembelajaran baik dalam kurikulum maupun target ketuntasan minimal (KKM). Sesuai dengan fungsi pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor : 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 yaitu :“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepadaTuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, sehat, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.10

Sering kali tujuan yang begitu mulia dan sangat ideal bagi peserta didik yang tertuang dalam kurikulum maupun kriteria ketuntasan minimal (KKM) tidak tercapai bahkan salah sasaran, sehingga tidak jarang seorang guru harus memaksakan siswa untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang telah ditargetkan baik oleh sekolah maupun oleh pemerintah yang tertuang dalam buku hasil belajar siswa (raport) dan nilai ujian. Dalam setiap

9

Jalaluddin dan Idi Abdullah, Ifilsafat pendidikan (Cet. I; Jakarta: Gaya Media Pratama, 1979).

10

(16)

5

pembelajaran guru melakukan proses pembelajaran yang terdapat dalam satuan pembelajaran yang disebut rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Pada RRP tersebut guru membuat skenario pembelajaran yang tujuannya tidak lain adalah tercapainya tujuan pembelajaran yang tertera pada hasil belajar dengan indikator-indikator yang harus tercapai. Namun demikian konsep dan skenario yang ada terkadang bertolak belakang dengan realita dilapangan dimana siswa dan guru tidak dapat memenuhi skenario pembelajaran karena media dan sumber yang tidak ada, daya serap siswa yang rendah, metode dan model pembelajaran yang membosankan dan profesionalisme guru yang rendah. Kewajiban guru dalam mempersiapkan skenario pembelajaran dan melaksanakan skenario tersebut banyak tidak dilaksanakan bukan hanya karena tidak adanya kontrol dan evaluasi dari pimpinan dalam hal ini kepala sekolah namun juga karena rendahnya tanggung jawab terhadap tugas yang diembannya selaku pendidik dalam mencerdaskan anak bangsa.

Faktor-faktor tersebut yang menjadi kendala tidak tercapainya tujuan belajar dan rendahnya hasil belajar siswa dan yang lebih memperihatinkan lagi guru harus tetap mencapai standar minimal dan standar kelulusan dalam proses pembelajaran siswa, sehingga guru lebih banyak menngambil jalan pintas dengan mengkatrol nilai siswa sesuai tuntutan standar ketuntasan belajar tanpa terlebih dahulu mengadakan pengayaan maupun remedial.

(17)

6

Melalui penelitian ini, peneliti berupaya mencari jawaban dari permasalahan-permasalahan yang telah diuraika atas, dengan melakukan penelitian tindakan kelas (PTK), melalui penerapan metode aktif learning dengan tipe jigsaw. Metode ini dikedepankan sebagai jawab untuk meningkatakan hasil belajar siswa dan memecahkan kebosanan siswa selama mengikuti proses pembelajaran khususnya pada pembelajaran IPS.

Sebagai ilmu sosial, pembelajaran IPS bertujuan untuk membekali peserta didik untuk: (1) memiliki pengetahuan sosial, (2) Mampu menganalisi, mengidentifikasi dan mencari alternatif dalam bermasyarakat, (3) Mampu mengmbangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan masyarakat dan IPTEK.11 Untuk mengimbangi tujuan pembelajaran tersebut tentunya harus ditunjang dengan kemampuan pendidik dalam menggunakan berbagai model dan metode pembelajaran. Dan salah satu model yang dapat dikembangkan oleh pendidik adalah dengan model pembelajaran aktif atau active learning. Metode active learning atau biasa disebut pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam benuk interaksi antar siswa maupun siswa dengan guru.

Dalam penjelasannya Hisyam Zaini dkk, mengatakan “pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. 12 Ketika peserta didik belajar secara aktif maka siswa secara langsung mendominasi proses pembelajaran dengan melibatkan seluruh kemampuan baik berfikir maupun bertindak dan dalam hal ini pendidik bertindak sebagai fasilitator, tutor untuk kelangsungan proses pembelajaran dan keberhasilan tujuan pembelajaran. Saat ini pembelajaran aktif sudah menjadi trend dan trobosan dalam dunia pendidikan, karena pesatnya perkembangan dunia pendidikan dan meningkatnya tingkat keingintahuan dan

11

Farida Novita, Pengertian Tujuan dan Ruang Lingkup IPS, Artikel diakses pada tanggal 18 Maret, http://www.farida novita.blogspot.com/2013/04/ips-pengertian-tujuan-dan-ruang-lingkup.html

12

(18)

7

kritisnya siswa dala menerima materi pelajaran, siswa tidak lagi menjadi pendengar teteapi menjadi aktor utama dalam proses pembelajaran sebagaimana yang tertuang dalam skenario pembelajaran. Selain itu fungsi motorik panca indra manusia, sudah lebih dari 2400 tahun silam, Konfusius menyatakan “Yang saya dengar, saya lupa. Yang saya lihat, saya ingat. Yang saya kerjakan, saya faham.”13

Jika kita mau memahami, merenungkan dan merasakan kalimta Konfusis tersebut bahwa mlihat dan mengerjakan suatu pembelajaran mempunyai pengaruh yang besar terhadap keberhasilan belajar ketimbang mendengar. Dan inipula yang selama ini menjadi kegagalan pendidikan di Indonesia, dimana seorang guru lebih senang menggunakan metode ceramah dengan menjelaskan/bereceramah didepan kelas dan berharap anak didiknya paham akan apa yang dijelaskan tanpa mengikut sertakan siswa berperan aktif dalam mengikuti proses belajar.

Banyaknya model active learning yang berkembang saat ini menjadi bahan dan rujukan guru dalam mengajar merupakan bentuk wajah baru dari dunia pendidikan dan masa perlaihan dari pendidikan centralisasi menjadi pendidikan desentralisasi dengan mengedepankan aktiftas dan kreatifitas siswa. Untuk mengkrucutkan pembahasan metode aktive learning, penulis membatasi pada bahasan metode active learning tipe metode jigsaw.

Metode Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawannya dari Universitas Texas dan kemudian di adaptasi oleh Slavin dan kawan-kawannya.14 Melalui metode jigsaw kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan tiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.

13

Melvin L Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nuansa, 2012), Cet. 7,h. 1

14

(19)

8

Metode jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Jigsaw adalah teknik pembelajaran aktif yang biasa digunakan karena teknik ini mempertahankan tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi. Tujuan dari jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian.15

Melalui metode active learning dengan tipe motode jigsaw penelitian tindakan kelas (PTK), diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar, memotivasi siswa dan memberikan suasana pembelajaran baru yang dapat membawa siswa pada situasa yang nyaman dan enjoy khususnya siswa kelas 5 MI Darul Amal Kota Tangerang pada pembelajaran IPS.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka permasalahan yang akan diteliti dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Masih banyak guru belum mengenal dan menggunakan model pembelajaran kooferatif learning tipe jigsaw.

2. Pembelajaran yang dilakukan guru di MI Darul Amal Kota Tangerang masih bersifat konvensioanl ya’ni dengan mengandalkan metode ceramah dan hafalan.

3. Masih banyak siswa hasil belajar pada mata pelajaran IPS belum mencapai ketuntasan minimum yang ditentukan oleh sekolah sebesar 70. 4. Siswa diperlakukan sebagai objek pembelajaran bukan subjek

pembelajaran.

5. Rendahnya keaktifitan siswa pada pembelajaran IPS yang berdampak pada rendahnya minat dan motivasi belajar sehingga hasil belajar tidak mencapai KKM

(20)

9

6. Kurangnya sarana dan prasarana belajar dalam menunjang proses pembelajaran IPS.

7. Kurangnya persiapan guru dalam mengajar, ditandai dengan tidak adanya RPP, media dan bahan ajar.

8. Latar belakang pendidikan guru yang tidak sesuai dengan mata pelajaran yang diampu.

C. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada penerapan metode aktif leraning tipe jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar IPS kelas V Mi Darul Amal Kota Tangerang.

D. Perumusan Masalah Penelitian

Mengacu pada pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah penerapan metode aktif learning tipe jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar IPS kelas V MI Darul Amal Kota Tangerang ?

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar IPS kelas V MI Darul Amal Kota Tangerang dengan menerapkan metode aktif learning tipe jigsaw.

2. Kegunaan Penelitian

Melalui penelitian tindakan kelas (PTK) ini, Penelitian ini diharapkan berguna bagi:

1. Bagi Sekolah

(21)

10

IPS melalui penerapan ametode aktif learning tipe jigsaw. Meningkatkan sarana belajar dan bahan ajar.

2. Bagi siswa

(22)

11

BAB II

KAJIAN TEORITIK, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS TINDAKAN

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti 1. Hasil Belajar IPS

a. Pengertian Hasil Belajar IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu disiplin ilmu yang masuk kedalam kurikul nasional mulai dati tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) adapun pada bangku kulia pembelajaran IPS merupakan salah satu jurusan yang ada pada Fakultas Keguruan yang tentunya cangkupan keilmuannya jauh lebih luas.

Sapriya mengutif pendapat Somatri “Pendidikan IPS adalah seleksi penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedegogis untuk tujuan pendidikan”.1 Sebagai ilmu sosial yang mempelajari dan mendalami hubungan dan interaksi manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

Dalam kurikulum 2006, mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungnnya.

2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu , inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan2

1

Supriya, Pendidikan IPS , (Bandung : PT Remaja Rosda Karya,2001), h. 11. 2

(23)

12

Ruang lingkup mata pelajaran IPS, dalam kurikulum 2006 meliputi aspek-aspek (1) Manusia, Tempat dan Lingkungan (2) Waktu , Keberlanjutan dan Perubahan (3) sitem Sosial dan Budaya (4) Prilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.3

Pada intinya, IPS merupakan mata pelajaran yang diberikan pada semua jenjang pendidikan, didalamnya mencangkup seluruh aspek kehidupan sosial manusia dan dengan lingkungannya, kehidupan masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang serta mempelajari bagaimana manusia memenuhi seluruh kebutuhan hidupnyadan menyelesaikan seluruh permasalahan yang dihadapinya.

[image:23.595.131.514.506.699.2]

Penerapan pembelajaran IPS dengan pokok bahasan Prokamasi Kemerdekaan Indonesia, dengan menerapkan metode jigsaw, tentunya harus diarahkan pada tujuan yang hendak dicapai, yang dapat dilihat dari tiap-tiap indikator yang ada pada standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) dan hasil belajar yang hendak dicapai. Berikut tabel Standa Kompetensi dan Kompetensi dasar serta Indikator dari Pokok Bahasan Proklamasi Kemerdekan Indonesia.

Tabel 2.1

Standar ISI Pembelajaran IPS Kelas V Semester Genap Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Pokok

Bahasan

Indikator

Menghargai peranan

tokoh pejuang dan

masyarakat dalam

mempersiapkan dan

mempertahankan

kemerdekaan Indonesi

Menghargai jasa dan

peranan tokoh

perjuangan dalam

mem-proklamasikan kemerdekaan Indonesia Peristiwa Sekitar Proklamasi kemerdekan

Menyebutkan tokoh

dalam

memproklamasikan

kemerdekaan

Menceritakan jasa

dan peranan tokoh

dalam

memprokmasikan

kemerdekaan

Sumber : Kementerian Agama RI, Kurikulum KTSP 2008, (2009: 154)

3Ibid,

(24)

13

Dengan mengacu pada isi kurikulum hasil belajar IPS, siswa diarahkan dan dibimbing guru dalam mengenal tokoh-tooh perjuangan yang ikut dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Siswa juga diarahkan untuk dapat menceritakan jasa tokoh-tokoh yang memperjuangkan proklamasi kemerdekaa Indonesia.

Hasil belajar merupakan hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar karena kegiatan belajar merupakan proses sedangkan hasil belajar adalah sebagian hasil yang dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar dengan terlebih dahulu mengandakan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan. Untuk memahami pengertian hasil belajar maka harus bertitik tolak dari pengertian belajar itu sendiri.

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam menyelenggarakakn setiap jenis dan jenjang pendidikan. .4 Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, ketiaka ia berada di sekolah maupun dilingkungan rumah.

Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya fotensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia , sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.5

Belajar merupakan proses transformasi pengetahuan berdasarkan yang didengar, dilihat dan dialami untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan belajar seseorang mengetahui nilai-nilai kebaikan dan nilai -nilai keburukan, yang selanjutnya menjadi acuan untuk bebuat dan bertindak.

4

Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Rosda Karya 2009), h. 87

5

(25)

14

Salah satu indikator tercapai atau tidaknya suatu proses pembelajaran adalah dengan melihat hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Suatu proses pembelajaran tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan stndar kompetensinya (KD) dapat tercapai. 6 Hasil belajar merupakan cerminan tingkat keberhasilan atau pencapaian tujuan dari proses belajar yang telah dilaksanakan yang pada puncaknya diakhiri dengan suatu evaluasi. Hasil belajar diartikan sebagai hasil ahir pengambilan keputusan tentang tinggi rendahnya nilai siswa selama mengikuti proses belajar mengajar, pembelajaran dikatakan berhasil jika tingkat pengetahuan siswa bertambah dari hasil sebelumnya

Hasil belajar merupakan tingkat penguasaan yang dicapai oleh murid dalam mengikuti program belajar mengajar, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Tujuan dari hasil belajar disekolah tentunya sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah, sebgai mana diuangkapkan dalam Undang-Undang Nomor : 20 Tahun 2003 Bab II

Pasal 3 yaitu : “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, sehat, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.7

Hasil belajar berorentasi pada tujuan belajar yang tentunya disesuaikan dengan tujuan pemerintah yang tertuang dalam standar isi, dan standar kelulusan, pencapaian tujuan tersbut yang dituangkan pada skenario pembelajaran dalam bentuk tes evaluasi belajar dengan alat ukurnya adalah nilai yang diperoleh siswa.

Indikator tercapainya tujuan belajar apabila telah tercapainya hasil belajar setelah siswa melakukan dan mengalami proses belajar. Hasil

6

Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), cet. 2, h. 119

7

(26)

15

belajar ini diperoleh setelah siswa mengikuti serangkan tes, dan ujia materi melalui ulangan harian, ulangan semester maupun ujian nasional.

Untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran dibagi atas beberapa tingkatan taraf sebagai berikut.

a) Istimewa/maksimal, apabila seluruh bahan pelajaran dapat dikuasai oleh siswa.

b) Baik sekali/optimal, apabila sebagian besar bahan pelajaran dapat dikuasai 76%-99%.

c) Baik/minimal, apabila bahan pelajaran hanya dikuasai 60%-75%. Kurang, apabila bahan pelajaran yang dikuasai kurang dari 60%.8

Alat ukur pencapaian hasil belajar, saat ini sangat ditentukan oleh batasan kriteria ketuntasan minimun (KKM), dimana KKM ini dibuat oleh guru yang berangkutan dengan memberikan skor pada tiap tipa indikator yang ada pada kompetensi dasar (KD) dengan mengukur tingkat kesulitan materi, daya dukung atau sarana yang disediakan oleh sekolah dalam meunjang proses belaajar mengajar dan daya serap siswa atau kemampuan dasar siswa sebelum menerima materi pembelajaran yang baru.

Sering kali pencapaian hasil belajar ini tidak memenuhi stanadar minimum yang ada pada KKM, sehingga penilaian hasil belajar siswa tidak obyektif sebagaimana kemampuan siswa. Hal ini terjadi karena standar minimum yang dibuat guru tidak mengikuti prosedur yang belaku, guru memberikan batasan minimum nilai dalam KKM hanya berdasarkan perkiraan dan ada juga yang melihat dari sekolah lain sebagai bahan rujukan dan acuan KKM pada sekolah tersebut. Selain itu rasa malu, jika batasan minimum yang dibuat guru lebih kecil dari sekolah lain, padahal situasi dan kondisi tiap sekolah tidak dapat disamakan baik daya dukung maupun daya serap siswanya. Selain itu banyak faktor-faktor yang mempengaruhi hail belajar.

8

(27)

16

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Sebagaimana yang telah diuraikan diatas, bahwa hasil belajar siswa banyak ditentukan dari faktor-faktor pendukung baik faktor internal maupun eksternal sebagaimana yang diungkapkan oleh Slameto dalam

“bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya”9. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, si subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedangdipelajari.

.Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya strategi Belajar mengajar mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah tujuan, guru, anak didik, kegiatan pengajaran, alat evaluasi, bahan evaluasi dan suasana belajar.10

Pada masa perkembangan anak usia remaja, sebagai masa rasa ingin tahu, coba-coba sangat besar. Dan jika hal ini kurang mendapat perhatian, tempat mencurahkan perasaan baik dari guru maupun orang tua, maka besar kemungkinan mereka akan mencari sendiri tempat dan perhatian dari luar lingkungan sekolah dan rumah.

Faktor-fator ini juga yang harusnya menjadi bahan pertimbangan dan penilaian seorang guru, karena tidak semua memiliki dan berada pada kondisi yang baik, baik dalam keluarga, masyarakat dan sekolah juga faktor yang ada pda diri siswa itu sendiri seperti faktor kesehatan, faktor fsikologis minat dan bakat dari siswa itu sendiri. Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut, guru dapat mengambil tindakan bimbingan kepada siswa agar hasil belajarnya jauh lebih baik dari yang sudah diperoleh.

c. Penilaian Hasil Belajar

Penilaian merupakan bagian akhir dari peoses belajar, sebagai tolak ukur tingkat kemampuan seseorang dalam mengikkuti proses tersebut.

9

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003) Cet. 4, h. 55

10

(28)

17

Pengalaman (Proses) Belajar

(c) (a)

b)

Tujuan Pengajaran

Hasil Belajar

Belajar mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan, yakni tujuan pengajaran, pengalaman belajar dan hasil belajar.11. Hubungan ketiga unsur tersebut digambarkan dalam diagram dibawah ini

Diagram 2.1

Hubungan Unsur Proses Pembelajaran

Dari diagram diatas, diketahui bahwa belajar merupakan proses yang didalamnya terdapat pengalaman dari sesuatu yang didengar,dilihat dan dialami yang selanjutnya ditransfer dalam bentuk daya ingat, kemudian diaflikasikan dalam bentuk perbuatan dengan adanya perubahan sikap, prilaku dan ucapan yang disebut dengan hasil belajar. Baik atau tidaknya hasil belajar yang diperoleh tidak terlepas dari tujuan pengajaran. Karena proses yang dilakukan dalam belajar mengacu pada tujuan belajar. Dan tercapai tidaknya tujuan tersebut diukur melalui hasil belajar .

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain

mengungkapkan, “bahwa untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar.12 Tes secara harfiah diartikan suatu deretan pertanyaan atau latihan yang mengukur kemampuan, tingkah laku, fotensi, prestasi baik sebagai hasil belajar .13

Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan kedalam jenis penilaian, sebagaiberikut:

11

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009) Cet. 14, h. 2

12

Syaiful Bahri dan Asan Zain, Op.Cit, h. 120 13

(29)

18

1) Tes Formatif, penilaian ini dapat mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dalam waktu tertentu.

2) Tes Sub sumatif, tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.

3) Tes Sumatif, tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua bahan pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tarap atau tingkat keberhasilan belajar siswa dalam satu periode belajar tertentu

Luasnya cangkupan penilaian hasil belajar siswa yang tidak hanya bertumpu pada kemampuan intelktual semata namun juga penilaian akan aktifitas, kreatifitas dan sikap siswa selama mengikuti proses pembelajaran menajdikan alat ukur hasil dan prestasi belajar siswa penilaian yang baik adalah penilaian yang menyeluruh dari semua sisi yang ada pada diri siswa , sehingga hasil belajar dapan relefan dengan tujuan yang diharapkan. Penilaian menurut Mehrens dan Lehman yang dikutif oleh Noehi Nasution

“Penilaian merupakan suatu pertimbangan profesional atau suatu proses yang memungkinkan seseorang untuk membuat suatu pertimbangan

mengenai nilai sesuatu”.14

Untuk lebih memahami bentuk-bentuk dan jenis-jenis tes sebagai alat penilaian, termasuk bukan tes (non tes) dapat dilihat pada diagram berikut:

14Ibid,

(30)

19 Alat Penilaia n Non Tes Tes Lisan Tulisan Tindakan Observasi Kuesioner/Wa wancaea Skala Sosiometri Studi Kasus Checklist Individual Kelompok Esai Objektif Individual Kelompok Langsung Tak Langsung Partisipasi Berstruktur Tak Berstruktu Penilaian Sikap Berstruktur Bebas Terbatas Benar-salah Menjodohkan Isian Pendek Pilihan Ganda Sikap Diagram 2.2 Alat dan Jenis Penilaian

(Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar, 2009 :6) 2. Metode Aktif Learning

(31)

20

Mengajar bukan semata menceritakan, belajar bukanlah konsekwensi otomatis dari penaungan informasi kedalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan Pemeragaan semata tidak akan membuahi hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif. Pembelajaran aktif adalah belajar yang memperbanyak aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dari berbagai sumber, untuk dibahas dalam proses pembelajaran dalam kelas, sehingga memperoleh berbagai pengalaman yang tidak saja menambah pengetahuan, tapi juga kemampuan analisis dan sintesis. Belajar aktif menuntut siswa untuk bersemangat, gesit, menyenangkan, dan penuh gairah, bahkan siswa sering meninggalkan tempat duduk untuk bergerak leluasa dan berfikir keras (moving about and thinking aloud). Selama proses belajar siswa dapat beraktivitas, bergerak dan melakukan sesuatu dengan aktif.15

Keaktifan siswa tidak hanya keaktifan fisik tapi juga keaktifan mental. Belajar aktif sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang bermuara pada belajar mandiri, maka kegiatan belajar mengajar yang dirancang harus mampu melibatkan siswa secara aktif. Siswa dan guru dalam belajar aktif sama berperan untuk menciptakan suatu pengalaman belajar yang bermakna.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif adalah suatu metode belajar yang mana siswa tidak hanya sekedar mendengarkan informasi yang disampaikan oleh guru, akan tetapi siswa juga melihat apa yang dijelaskan oleh guru dan terakhir siswa melakukan atau mencobakan langsung apa yang telah dipelajari untuk memperoleh hasil belajar.

Seorang guru tidak uabahnya seperti seorang koki, dengan berbagai tehnik dan strategi meramu bahan makanan sedemikian rupa dengan campuran bumbu agar menjadi makanan yang lezat dan nikmat, sehingga orang yang memakan dari masakan tersebut merasakan kenikmatan dan

15

(32)

21

kelezatan dari masakan tersebut, dan kenimatan dan kelezatan makanan yang dirasakan oleh orang yang memakan makanan tersebut akan menjadi kepuasan dan kebanggaan dari si koki.

Dalam dunia pendidikan guru yang mampu memberikan rasa nyaman, enjoy dan senang para siswanya tanpa harus terbebani dengan materi pelajaran, tetapi malah menikmati pelajaran tersebut. Ini merupakan indikator keberhasilan seorang guru. Karena dengan disenanginya materi yang disampaikan guru akan menumbuhkan motivasi dan semangat dalam belajar sehingga memudahkan siswa dalam menyerap materi pelajaran.

Menumbuhkan rasa nyaman, enjoy dan menyenangkan, bukan perkara mudah. Tidak sedikit siswa merasa bosan, jenuh, malas, dan bahkan benci terhadap pelajaran tersebut juga kepada guru yang mengajar. Ketika ini ada pada siswa, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran dan hasil belajar akan jauh dari harapan. Oleh karena itu kemampuan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenagkan, enjoy dan aktip hanya dapat dilakukan bagi guru-guru yang memiliki kemampuan dan profesionalisme dalam dunia pendidikan. Profesional adalah perkerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukakan keahlian, kemahiran atau kecakapan memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.16

Sebagai tenaga profesional guru adalah pendidik profesioanl yang mendidik, mengajar membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Guru tidak hanya orang yang melakukan transformasi ilmu kepada peserta didik, guru bukanlah pekerjaan yang dilakukan karena tidak ada pekerjaan lagi, guru bukan pekerjaan sambilan, guru bukan pekerjaan yang dapat dilakukan oleh semua orang, tetapi guru meruapakan pekrjaan yang memiliki keahlian khusus dan dipersiapkana melalui pendidikan profes yan terlampir dalam kualifikasi akademik yang dimiliki, dimana guru yang mengajar bahasa Inggris yang memiliki beground

16

(33)

22

akademik bahasa Inggris, guru yang mengajar IPS adalah guru yang memiliki kualifikasi akdemik IPS dan seterusnya.

Peran dan fungsi guru berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan di sekolah . diantara peran dan fungsi guru tersebut sebagai berikut :(1) Sebagai pendidik dan pengajar, (2) Sebagai anggota masyarakat, (3) Sebagai pemimpin, (4) Sebagai administrator, (5) Sebagai pengelola pembelajaran17 Untuk mencapai hal tersebut, guru dituntut untuk dapat mengelola dan meramu materi pelajaran yang dituangkannya dalam skenario pembelajaran seperti rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam mencapai tujuan pembelajaran dan hasil belajar sesuai kriteria ketuntasan minimum (KKM) guru harus mampu membuat strategi pembelajaran dan metode pembelajaran.

Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah di tentukan.18 Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.

Kemampuan mengembangan strategi sangat terkait dengan kemampuan memilih metode pengajaran. Karena metode pengajaran merupakan alat untuk mencapai sasaran dalam hal ini tujuan pembelajaran

dan hasil belajar. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Zuhairini “

Metode pendidikan adalah segala usaha yang sistimatis dan pragmatis untuk mencapai tujuan pendidikan, dengan melalui berbagai aktivitas, baik didalam maupun diluar kelas dalam lingkungan sekolah.19

Masih banyak para pendidik dalam melaksanakn proses pengajaran masih menggunakan metode tradisional atau metode yang monoton. Hal ini karena ilmu pendidikan yang dimiliki seorang guru dalam mengajar cenderung lebih berkiblat pada gurunya terdahulu, dimana guru terdahulu menggunakan metode yang memeang sedang berkembang pada masa itu.

17Mulyana, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009), cet.4, h. 19

18

Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit, h. 5. 19

(34)

23

Seperti metode cermah, tanya jawab, diskusi, pemberian tugas, demontrasi/eksperimen, belajar kelompok, sosiodrama, karya wisata, metode drill, metode sistem regu dan lain-lain.

Dengan berkembangnya karaktek, sikap dan prilaku siswa yang telah terkontaminasi dengan budaya dan pergaulan yang lebih cenderung negatif, maka perlu peningkatan dan pengembangan metode mengajar yang lebih mengarah pada aktifitas dan kratifitas siswa serta menjadikan siswa sebagai subyek dari proses tersebut. Metode yang menekankan kepada pembelajaran aktif atau yang disebut dengan metode aktif learaning.

Kecendrungan guru dalam mengajar seringkali tidak melihat perkembangan dan fotensi yang dimiliki siswa, mereka menyamaratakan semua siswa dalam hal kognitif, psikomotorik dan afektif siswa, sehingga hasil belajar yang diharapkan tidak mencapai ketuntasan minimum. Pendekatan, metode dan model pembelajaran pada setiap bahasan tidak dibedakan, sementara tujuan dan hasil yang diharapkan berbeda pada tiap-tiap bahasan.

Pembelajaran yang menyamakan penyampaian materi dengan satu metode untuk semua materi pembelajaran berdampak pada rendahnya kualitas pembelajaran yang diberikan guru kepada siswa-siswanya. Hal ini dikarenakan tidak samanya setiap pembahasan materi pembelajaran baik dari proses, tujuan, hasil yang ingin dicapai, media dan sumber belajar yang digunakan. Sudah saatnya guru lebih berkonsentrasi pada model dan metode pembelajarn aktif (active learning). Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bonwell, yang dikutif oleh Supardi, “pembelajaran aktif memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

1) Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh pengajar melainkan pada pengembangan ketrampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas,

(35)

24

3) Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi pembelajaran/kuliah,

4) Siswa/Mahasiswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan melakukan evaluasi,

5) Umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.”20 Pada pembelajaran aktif learning, karakteristik-karakteristi pembelajaran lebih mengedepankan pada aktifitas dan kreatifitas siswa sebagai subjek dalam proses pembelajaran.

Di samping karakteristik tersebut di atas, secara umum suatu proses pembelajaran aktif memungkinkan diperolehnya beberapa hal. Pertama, interaksi yang timbul selama proses pembelajaran akan menimbulkan positive interdependence dimana konsolidasi pengetahuan yang dipelajari hanya dapat diperoleh secara bersama-sama melalui eksplorasi aktif dalam belajar. Kedua, setiap individu harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pengajar harus dapat mendapatkan penilaian untuk setiap mahasiswa sehingga terdapat individual accountability. Ketiga, proses pembelajaran aktif ini agar dapat berjalan dengan efektif diperlukan tingkat kerjasama yang tinggi sehingga akan memupuk social skills.

b. Tipe-tipe Pembelajaran Active Learning

Pendidikan pada semua tingkat terkait dengan memperoleh pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (atitudes). Belajar kognitif meliputi mendapatkan informasi dan konsep. Itu dilakukan tidak hanya dengan memahami pelajaran namun juga dengan menganalisis dan menerapkannya terhadap berbagai situasi baru. Belajar afektif melibatkan pengujian dan klarifikasi perasaan dan prefensi. Para peserta didik dilibatkan dalam menilai diri mereka sendiri dan hubungan personalnya terhadap pelajaran. Bagai mana pengetahuan, keterampilan,

20

(36)

25

dan sikap yang diperoleh bisa membuat semua berbeda di dunia akankah hal itu dilakukan secara aktif atau fasip.

Dengan berkembangnya materi pelajran dan bahsan yang dikaji seiring dengan berkembangnya tehknologi dan informasi, menuntut adanya perkembangan metode-metode pembelajaran yang mengarah kepada aktifitas siswa dalam menggali dan mempelajari serta memahami ilmu yang diterimanya. Dari pengembangan metode active learning maka lahirlah tipe-tipe metode active learning yang lebih terarah, terfocus pada bahasan yang dapat digunakan guru dengan disesuaikan bahasan yang dipelajari dan tujuan yang ingin dicapai seperti, guru ingin membuat peserta didik aktif sejak dini, maka tipe yang dapat digunakan adalah tradeing place, group resume, prediction, team getway. Atau ketika guru ingin membantu peserta didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan dan sikap secara aktif, guru dapat mengembangkan metode listening team, active debate learning star with question, information search atau jigsaw learning dan lain sebagainya.

Berikut sebagain tipe-tipe pembelajaran active learning yang dapat dikembangkan guru dalam meningkatkan aktifitas siswa.

1) Examples Non Examples (Contoh Dapat Dari Kasus/Gambar Yang Relevan Dengan K)

Langkah-langkah :

a) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran

b) Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP

c) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar

d) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas

(37)

26

f) Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai

g) Kesimpulan 2) Picture And Picture

Langkah-langkah :

a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai b) Menyajikan materi sebagai pengantar

c) Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi

d) Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/ mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis

e) Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut f) Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan

konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai g) Kesimpulan/rangkuman

3) Numbered Heads Together Langkah-Langkah :

a) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor

b) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya

c) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/ mengetahui jawabannya

d) Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka

e) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain

(38)

27

Skrip kooperatif merupakan metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari

Langkah-langkah :

a) Guru membagi siswa untuk berpasangan

b) Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan

c) Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar

d) Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.

e) Sementara pendengar :

f) Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap

g) Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya h) Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi

pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas. i) Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan Guru

j) Penutup

5) Kepala Bernomor Struktur (Modifikasi Dari Number Heads) Langkah-Langkah :

Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkai Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dst

(39)

28

kerja sama mereka. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain dan Kesimpulan

6) Student Teams-Achievement Divisions (Stad) Tim Siswa Kelompok Prestasi

Langkah-Langkah :

a) Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)

b) Guru menyajikan pelajaran

c) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.

d) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu

e) Memberi evaluasi f) Kesimpulan

7) Jigsaw (Model Tim Ahli) Langkah-Langkah :

a) Siswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim

b) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda c) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan

d) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka

e) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh

f) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi g) Guru memberi evaluasi

(40)

29

8) Problem Based Introductuon (Pbi) (Pembelajaran Berdasarkan Masalah)

Langkah-Langkah :

a) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

b) Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)

c) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.

d) Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya

e) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

9) Mind Mapping

Sangat Baik Digunakan Untuk Pengetahuan Awal Siswa Atau Untuk Menemukan Alternatif Jawaban

Langkah-Langkah :

a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

b) Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa/sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban

c) Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang

(41)

30

e) Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru

f) Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru 10)Think Pair And Share

Langkah-Langkah :

a) Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai b) Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang

disampaikan guru

c) Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing

d) Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya

e) Berawal dari kegiatan tersebutmengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diuangkapkan para siswa

f) Guru memberi kesimpulan g) Penutup

11)Snowball Throwing Langkah-Langkah :

a) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan

b) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi

c) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya

(42)

31

e) Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit

f) Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian

g) Evaluasi h) Penutup 12)Demonstration

(Khusus materi yang memerlukan peragaan atau percobaan misalnya Gussen)

Langkah-langkah :

a) Guru menyampaikan TPK

b) Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan dismpaikan c) Siapkan bahan atau alat yang diperlukan

d) Menunjukan salah seorang siswa untuk mendemontrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan

e) Seluruh siswa memperhatikan demontrasi dan menganalisa

f) Tiap siswa atau kelompok mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman siswa didemontrasikan

g) Guru membuat kesimpulan

13)Cooperative Integrated Reading And Composition (Circ) Kooperatif Terpadu Membaca Dan Menulis

Langkah-Langkah :

a) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen

b) Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran c) Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok

dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas

(43)

32

f) Penutup.21

Pemilihan dan penerapan metode-metode diatas sangat ditentukan dari keinginan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran dan bentuk keaktifan siswa serta kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa,baik secara individu maupun kelompok.

3. Metode Aktif Learning Tipe Jigsaw

Sebagaimana yang telah diuraikan mengenai metode active learning dan tipe-tipe dari metode active learning, penulis akan mengulas lebih khusus mengenai metode jigsaw. Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawannya dari Universitas Texas dan kemudian di adaptasi oleh Slavin dan kawan-kawannya. Melalui metode jigsaw kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks, dan tiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.22

Para anggota dari berbagai tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut "kelompok pakar" (expert group). Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali kembali ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam "home teams", para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.

Dalam hal ini peneliti menggunakan metode jigsaw. Istilah metode berasal dari bahasa Yunani "Metodos". Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu "Metha" yang berarti melalui atau melewati dan "hodos" jalan atau

21

Mel Silberman, OP.Cit, h. 166. 22

(44)

33

cara.23 Jadi metode adalah suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Pengertian Kata jigsaw berasal dari bahasa Inggris yang berarti

“gergaji atau memotong”.24

Dalam metode pembelajaran teknik jigsaw termasuk dalam jenis metode pembelajaran kooperatif.

Metode jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Jigsaw adalah teknik pembelajaran aktif yang biasa digunakan karena teknik ini mempertahankan tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi. Tujuan dari jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian.

1) Sejarah Jigsaw

Teknik jigsaw adalah salah satu teknik cooperative learning yang pertama kali diterapkan oleh aronson tahun 1971 dan dipublikasikan tahun 1978. Pada awalnya penelitiannya kelas jigsaw ini dipakai untuk tujuan agar mengurangi rasa kompetisi pembelajar dan masalah ras yang terdapat di sebuah kelas yang berada di Austin, Texas. Kota texas ini termasuk mengalami masalah rasis yang sangat parah, dan itu pun memunculkan intervensi dari sekolah--sekolah untuk menghilangkan masalah tersebut.25

Di dalam suatu kelas banyak pembelajar amerika keturunan afrika, keturunan hispanik (latin), dan pembelajar kulit putih amerika untuk yang pertama kalinya berada dalam sebuah kelas bersama--sama. Situasi semakin memanas dan mangancam lingkungan belajar mereka. Dan pada tahun 1971 Aronson dan beberapa lulusan pembelajar lainnya menciptakan jigsaw dan mencoba untuk menerapkannya didalam kelas. Dan usaha keras ini berhasil dengan

23

Ahmad Tafsir, Metodelogi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), h. 9.

24

Rudy, Kamus Lengakap Inggris Indonesia, (Jakarta: Kasiko Publisher, 2004), Cet. 4, h.174. 25

(45)

34

sukses, pembelajar yang pada awalnya kurang berkomunikasi mulai berkomunikasi dan mulai bekerja sama.

Eksperimen ini terdiri dari membentuk kelompok pembelajaran (kelompok jigsaw) dimana tiap pembelajar tergantung kepada anggota kelompoknya untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk lulus dalam ujian. Tanpa memandang ras, mereka digabungkan menjadi sebuah grup dan wajib berkerjasama diantara anggotanya agar mencapai sukses akademik. Ketika dibandingkan dengan kelas tradisional dimana pembelajar--pembelajar bersaing secara individu, pembelajar--pembelajar di dalam kelas.

2) Langkah-langkah Metode Pembelajaran Jigsaw

Dalam pembelajaran kooperatif jigsaw langkah-langkah yang harus dilakukan antara lain :

a) Pembelajaran jigsaw diawali dengan pengenalan topik. Guru menuliskan topik tersebut di papan tulis dan menanyakan kepada peserta didik apa yang mereka ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata atau struktur kognitif peserta didik agar lebih siap menghadapi kegiatan pelajaran yang baru.

b) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah topik yang akan dibahas yang memiliki kemampuan akademik yang heterogen. Kelompok ini dinamakan kelompok asal.

c) Masing-masing anggota kelompok asal mengambil undian untuk menentukan topik yang akan dibahas.

(46)

35

e) Setelah selesai, peserta didik dari masing-masing kelompok ahli kembali kekelompok asal untuk membagikan pengetahuan yang mereka dapatkan dari kelompok ahli. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berdiskusi.

f) Sebelum pembelajaran diakhiri, diadakan diskusi dengan seluruh kelas. Selanjutnya, guru menutup pembelajaran dengan memberikan review terhadap topik yang telah dipelajari.

Selanjutnya untuk memudahkan pelaksanaan daro metode jigsaw ini, guru harus bisa-bisa mengelola dan mengatur waku pembelajaran, jangan sampai skenario pembelajaran yang telah dibuat tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya. Disamping itu alokasi pembelajaran yang diberikan sekolah atau kurikulum pendidikkan hanya berkisar antara 30 – 40 menit/jam pelajaran. Tentunya dengan alokasi waktu yang sangat sempit ini membutuhkan kepintaran guru dalam melaksanakan skenario pembelajaran tersebut. Berikut contoh pembagian waktu dalam penerapan metode jigsaw.

5" pertama, guru akan memberikan penjelasan tentang metode pembelajaran yang akan dilaksanakan termasuk bidang studi apa yang akan menjadi pokok bahasan. 6" kedua, guru akan membagi siswa menjadi beberapa kelompok serta menjelaskan tugas untuk masing-masing kelompok. Kelompok ini disebut kelompok awal.

Siswa diberi kesempatan untuk membaca materi selama 6" dan diharapkan siswa dapat menyerap informasi sebanyak-banyaknya pada kesempatan ini kemudian siswa diberi Lembar Kerja (LK) dan diberi waktu 8" untuk mengerjakan lembar kerja tersebut.

(47)

36

Siswa kembali ke kelompok awal untuk mendiskusikan informasi yang diperoleh selama 10". Kemudian salah satu anggota kelompok berlatih untuk memasukkan data ke komputer dengan menggunakan program inspiration selama 20". Setelah itu siswa akan mebuat peta konsep di komputer dan kelompok lain akan memasukkan informasi ke chart yang telah disediakan. Pada tahap ini siswa diberikan waktu selama 20" untuk menyelesaikan tugasnya. Dan pada 5" terakhir guru akan memberikan penguatan dari tugas yang harus dikerjakan siswa di rumah.

Proses pelaksanaan metode jigsaw ini dapat dilaksanakan ssesuai dengan kondisi, usia dan karakter siswa dengan mengedepankan pendekatan persuasif untuk menumbuhkan rasa senang dan gembira dalam mengikuti pembelajaran tersebut. Karena pada dasarnya pembelajaran kooferatif learning adalah bagaimana membuat siswa aktif, kreatif dan inovatif dalam melaksanakan proses pembelajaran. sehingga guru hanya berperan sebagai mediator dan tutor bagi siswanya.

B. Fokus yang Diteliti

Beradasrkan uraian tentang hasil belajar IPS dan penerapan metode kooperatif learning tipe jigsaw, maka penelitian tindakan kelas ini difokuskan

pada “Penerapan Metode Aktif Learning Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan

Hasil Belajar IPS Kelas V”

C. Hasil Penelitian yang Relevan

(48)

37

penelitian yang relevan dengan materi peneliti. Adapaun materi yang relevan dengan materi yang diteliti adalah sebagai berikut :

(49)

38

Cooperative Learning tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV B SD Negeri 2 Metro Timur.26

2. Judul “Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pelajaran ekonomi kelas X SMA Taman Siswa Malang” oleh Wiwit Agustin. 27

3. Judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Mahasiswa” oleh Ratih Indah Kartikasari.28

D. Kerangka Pemikiran

Hasil belajar bukan sesuatu yang tiba-tiba ada tetapi merupakan hasil interaksi siswa dan guru yaitu proses kegiatan belajar mengajar dengan bahan dan sumber belajar, media dan metode dalam mengkaji mengenal dan memahamai suatu materi ajar dalam bahasan-bahasan yang tertuang pada standar isi yang disebut kurikulum.

Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dijadikan bahan kajian penelitian dan pembelajaran untuk menghasilkan suatu pengetahuan untuk dijadikan ilmu sebagai bekal kehidupan di masyarakat. Kemampuan guru dalam mengelola sumber belajar baik yanng diperoleh dari materi ajar maupun dari lingkungan untuk dikaji dan didalami akan jauh lebih berhasil jika sumber belajar ini dapat langsung dilihat, dialami dan diterapkan yang melibatkan sisi emosional siswa untuk aktif dalam prosess pembelajaran. Keaktifan siswa dalam proses belajar akan memacu daya tangkap dan daya serap siswa yang secara langsung akan meningkatkan hasil belajar siswa.

Hasil belajar banyak dipengaruhi dari berbagai faktor, salah satu faktor yang diduga adalah penggunaan metode. Metode merupakan cara yang digunakan seorang guru dalam berusaha menyampaikan materi pelajaran agar

26

Muqii Tania, http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/PAUD/article/view/460, 27

Wiwit Agustin, http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=58700 28

(50)

39

tujuan dari pembelajaran tersebut dapat tercapai sebagai mana yang tertuang dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar serta hasil belajar. Kemampuan memi

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Tabel 3.1
Tabel dan grafik tersebut menunjukan adanya peningkatan jumlah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Illahi (2012), discovery learning merupakan suatu metode yang memungkinkan siswa terlibat langsung dalam kegiatan belajar mengajar sehingga mampu

SASARAN PERUBAHAN PARADIGMA SEHAT (2).. PENGUATAN PELAYANAN KESEHATAN a) Pemenuhan tenaga b) Peningk sarana pelayanan primer c) Pemenuhan prasarana pendukung d) Inovasi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel MV, ROA, EPS dan BAS terhadap holding period saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan.. sejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak

Dalam penjelasan pasal tersebut disebutkan bahwa lembaga pengawasan jasa keuangan yang akan dibentuk melakukan pengawasan terhadap Bank dan

Dalam penentuan tinggi muka air laut pada penelitian penelitian ini dilakukan relatif terhadap titik base , sehingga model separasi sederhana tidak dipakai dalam

After analyzing the data, the writer gets the research findings, namely: 1) The process of teaching and learning reading consists of: a) The preparation such as lesson plan

Dengan demikian pertumbuhan agama pada anak-anak telah mucul sejak pendengaran (dan pengelihatan) mereka mulai berfungsi. Meskipun demikian pertumbuhan agama pada