• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK Acara K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK Acara K"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALITIK

ACARA 3 KOMPLEKSOMETRI

Penanggung Jawab:

Tanty Purwaning Atmajayanti (A1F015007) Muhamad Wildan Firdaus (A1F015055)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

(2)

I. PENDAHULUAN A. Lalar Belakang

Salah satu dari reaksi-reaksi matematis yang tidak disertai perubahan

valensi adalah reaksi pembentukan kompleks. Penetapan kualitatif yang

berdasarkan reaksi komlpeks disebut kompleksometri. Kompleksometri disebut

juga dengan kelatometri. Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan

titrat saling mengompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi-reaksi

pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan

penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian

yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan

pada titrasi.

Reaksi pembentukan kompleks antara ion logam dengan EDTA sangat peka

terhadap pH. Karena reaksi pembentukan kompleks selalu dilepaskan H+ maka (H+)

didalam larutan akan meningkat walaupun sedikit. Akan tetapi yang sedikit ini akan

berakibat menurunnya stabilitas kompleks pada suasana tersebut (reaksi ini dapat

berjalan pada suasana asam, netral dan alkalis). Untuk menghindari hal tersebut,

maka perlu diberikan penahan (buffer). Sebagai larutan buffer yang dapat langsung

digunakan dengan campuran NH4Cl dan NH4OH. Indikator untuk menetukan titik

akhir titrasi adalah EBT (Erichrom Black T). Satuan yang digunakan molaritas.

EBT dipakai untuk titrasi dengan suasana pH = 7-11, untuk penetapan kadar

dari logam Cu, Al, Fe, Co, Ni, Pt dipakai cara titrasi tidak langsung, sebab ikatan

kompleks antara logam tersebut dengan EBT cukup stabil. EBT yang ditambahkan

kedalam larutan ZnSO4 yang telah ditambahkan buffer menghasilkan ZnEBT yang

berwarna merah anggur. Raeaksi dengan EDTA yang dititrasi menghasilkan

perubahan warna dari merah anggur ke biru.

Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA,

merupakan salah satu jenis asam amino polikarboksilat. EDTA sebenaranya adalah

ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua

nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang

mengandung lebih dari dua atom koordinasi permolekul, misalnya asam

(3)

dua atom nitrogen penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam

molekul.

Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan

sejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif.

Dalam larutan yang agak asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa

pematahan sempurna kompleks logam, yang menghasilkan spesies seperti CuHY–. Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi

dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam larutan

tersebut.

B. Tujuan

(4)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling

mengkompleks, sehingga dapat membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi-reaksi

pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan

penerapannya juga banyak tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu penggantian

yang cukup luas tentang kompleks. Sekalipun disini pertama-tama akan ditetapkan

pada titrasi.

Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik

melibatkan pembentukan (formosi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun

sedikit terdisosiasi. Kompleks yang bermaksud disini adalah kompleks yang

dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah katian, dengan sebuah anion atau

molekul netral.

Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan

sejumlah besar ion logam, sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif.

Dalam larutan yang sedikit asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa

pematahan sempurna kompleks logam yang menghasilkan secara spesies seperi

CuHY-. Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka

titrasi dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam

larutan tersebut.

Titrasi kompleksometri yang berdasarkan pembentukan persenyawaan

kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion). Kompleksometri

merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks membentuk

hasil berupa kompleks. Reaksi-reaksi pembentukan kompleks atau yang

menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya

dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks,

sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi.

Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks adalah tingkat kelarutan tinggi,

selain titrasi kompleksometri yang dikenal sebagai kelartometri seperti yang

menyambut penggunaan EDTA. Gugus yang terikat pada ion pusat, disebut ligan

(polidentat). Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH= 10

(5)

juga bertindak sebagai pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut

indikator metalokromat (Khopar, 2002).

Kelebihan titrasi kompleksometri adalah EDTA stabil, mudah larut dan

menunjukkan komposisi kimiawi yang tertantu. Selektivitas kompleks dapat diatur

dengan penegendalian pH misal pada magnesium, krom, kalsium dapat di titrasi

pada pH=11. Etilen diamin asetat (EDTA) sebagai garam natrium sendii merupakan

standar primer sehingga tidak perlu standarisasi lebih lanjut. Kompleks yang mudah

larut dalam air ditemukan.

Kestabilan kompleks-kompleks logam EDTA dapat diubah dengan mengubah

pH dan adanya zat-zat pengompleks lain. Maka tetapan kestabilan kompleks EDTA

akan berbeda dari nilai yang dicatat pada suatu pH tertentu. Larutan air EDTA akan

memiliki nilai yang berbeda dari nilaiyang telah dicatat. Kondisi baru ini

dinamakan tetapan kestabilan nampak atau tetapan kestabilan menurut kondisi

(Sodiq, 2005).

Analisa kadar kalsium dapat dilakukan dengan metode kompleksometri. Titrasi

kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara

kation dengan zat pembentukan ompleks yang banyak digunakan dalam titrasi

kompleksometri adalah garam dinatrium etilen diamin tetraasetat ( dinatrium

EDTA) (Hidayanti,2010).

Titrasi ini digunakan dalam estimasi garam logam. Etilen diamin asam tetra

asetat (EDTA) adalah titran yang biasa digunakan membentuk stabel 1:1 komplek

dengan semua logam efektif. Logam alkali seperti natrium dan kalium. Logam

alkali tanah seperi kalsium dan magnesium bentuk kompleks yang stabil pada nilai

pH rendah dan dititrasi dalam ammonium klorida penyangga di pH= 10 (

Watson,2000).

Titrasi komleksometri berguna untuk menentukan sejumlah besar logam.

Selektivitas dapat dicapai dengan penggunaan yang tepat dari agen (penambah agar

pengompleks lainnya adalah asam lemah dan basa lemah yang kestimbangan, dan

pengaruh pH pada kstimbangan ini. Kami menjelaskan titrasi ion logam dengan zat

pengompleks sangat berguna yaitu EDTA, faktor-faktor yang mempengaruhi

mereka, dan indikator untuk titrasi. Titrasi EDTA pada kalsium ditambah

(6)

Hampir semua logam lainnya dapat secara akurat ditentukan oleh titrasi

kompleksometri. Kompleksometri memainkan peran penting dalam banyak kimia

dan biokimia. Banyak kation akan membentuk kompleks dalam larutan dengan

berbagai zat yang memiliki pasangan elektron baik terbagi ( misalnya pada N,O,S

atom dalam molekul ) mampu memuaskan bilang koordinasi pada logam. Ion

logam adalah asam lewis (elektron pasangan akseptor), komplexer adalah basa

lewis (donor pasangan elektron). Jumlah molekul zat pengompleks disebut ligan,

akan tergantung pada jumlah koordinasi logam dan pada jumlah kelompok

pengompleks pada molekul ligan. Asam yang paling banyak digunakan dalam

titrasi adala EDTA (Christian, 2009).

Titrasi kompleksometri adalah penetapan kadar zat yang berdasarkan atas

pembentukan senyawa kompleks yang larut, yang berawal dari reaksi antara ion

logam/kation (komponen zat uji) dengan zat pembentuk kompleks sebagai ligan

(fentiker). EBT merupakan asam lemah tidak stabil dalam air karena senyawa

organik ini merupakan gugus sulfonat yang mudah terdisosiasi sempurna dalam air

(7)

III. METODE

A. Alat dan Bahan 1. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah labu ukur, Erlenmeyer, botol

kering, pipet dan neraca.

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah larutan ZnSO4.7H2O 0,05

M, Na2EDTA 0,05M, larutan dapar salmiak PH 10, indikator EBT dan indikator

murexide.

B. Prosedur Kerja

 Pembuatan larutan

1. Larutan baku primer ZnSO4.7H2O

2. Larutan baku sekunder Na2EDTA 0,05 M

3. Larutan dapar salmiak PH 10

ZnSO4.7H2O ditimbang dengan teliti, dimasukkan dalam labu ukur 100

ml

Ditambah 1-2 ml H2SO4 4N

Kemudian diencerkan hingga tanda batas

Dilarutkan Na2EDTA dalam aquades

(8)

 Indikator

1. Eriochrom Black T (EBT)

2. Murexide

Diencerkan dengan aquades sampai volume 250 ml

PHnya diperiksa

Bila perlu ditambahkan HCl atau NH4OH sampai PH 10 ± 0,1

1 gram EBT dihaluskan (digerus) dengan 100g NaCL kering

Dihaluskan dan disimpan dalam botol kering

1 gram murexide dalam NaCl 1:100

(9)

Pembakuan Na2EDTA dengan ZnSO4.7H2O

Penetapan sampel

1. Penetapan kadar magnesium

Larutan ZnSO4.7H2O 10 ml dimasukkan dalam Erlenmeyer dengan

pipet

Ditambah 1 ml dapur salmiak PH 10 dan ± 25mg EBT

Dititrasi dengan larutan Na2EDTA sampai terjadi perubahan warna dari

anggur merah menjadi biru

Volume Na2EDTA dicatat

MgCL 10 ml dimasukkan ke Erlenmeyer dengan pipet

Ditambah 1 ml larutan dapar salmiak PH 10 dan indikator EBT

Dititrasi dengan Na2EDTA pada suhu 400C sampai terjadi perubahan

(10)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil 1. Pembakuan Na2EDTA dengan ZnSO4.7H2O

No Perlakuan Perubahan yang terjadi

1 5 ml larutan ZnSO4.7H2O dimasukkan didalam

erlenmeyer

Larutan berwarna

bening

2 Ditambahkan 1 ml dapar salmiak + 1g EBT Larutan berwarna

anggur merah

3 Dititrasi dengan larutan Na2EDTA Larutan berwarna biru

4 Volume titrasi Na2EDTA 103 ml

2. Penetapan sampel kadar magnesium

No Perlakuan Perubahan yang terjadi

1 10 ml MgCl dimasukkan ke dalam Erlenmeyer Larutan berwarna bening

2 Ditambahkan 1 ml larutan dapar salmiak +

(11)

5 . 0,05 = 103 . M2

0,25 = 103 M2

M2= 0,25

103 = 0,0024 M

2. Penetapan sampel kadar magnesium

Dik: M1= 0,05 M V2= 10 ml

Kemudian larutan ZnSO4.7H2O dimasukkan ke Erlenmeyer lalu tambahkan 1 ml

dapar salmiak dan EBT,setelah itu di kocok hingga homogen lalu di titrasi dengan

Na2EDTA sampai terjadi perubahan warna dari anggur merah menjadi biru setelah

(12)

Dengan prosedur di atas maka di dapatkan hasil volume titrasi Na2EDTA

sebanyak 103 ml. Karena Maka tetapan kestabilan kompleks EDTA akan berbeda

dari nilai yang dicatat pada suatu pH tertentu, hal ini sama seperti teori yang ada.

Seperti Sodiq (2005) yang menyatakan bahwa kestabilan kompleks-kompleks

logam EDTA dapat diubah dengan mengubah pH dan adanya zat-zat pengompleks

lain. Maka tetapan kestabilan kompleks EDTA akan berbeda dari nilai yang dicatat

pada suatu pH tertentu. Larutan air EDTA akan memiliki nilai yang berbeda dari

nilai yang telah dicatat. Kondisi baru ini dinamakan tetapan kestabilan nampak atau

tetapan kestabilan menurut kondisi. Dan sama halnya seperti Hidayanti (2010) yang

menyatakan Analisa kadar kalsium dapat dilakukan dengan metode

kompleksometri. Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan

senyawa kompleks antara kation dengan zat pembentukan ompleks yang banyak

digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah garam dinatrium etilen diamin

tetraasetat ( dinatrium EDTA) .

2. Penetapan sampel kadar magnesium

Pada percobaan pembakuan larutan EDTA dengan larutan MgCl2.

Pertama-tama yang dilakukan adalah mengambil 10 ml MgCl2, lalu dimasukkan kedalam

erlenmayer. MgCl2 merupakan larutan yang digunakan untuk menstandarisasi EDTA.

MgCl2 berwarna bening. Lalu ditambahkan 1ml larutan dapar salmiak pH 10 dan 0,04

gram EBT. Tujuan ditambahkan larutan dapar salmiak pH 10 untuk menjaga ion tetap

dalam larutan dan EBT sebagai indikator untuk mengetahui titik akhir titrasinya.

Setelah ditambahkan dapar salmiak pH 10 dan EBT, warna larutan berubah menjadi

merah anggur. Lalu dititrasi dengan EDTA. Setelah dititrasi dengan EDTA larutan

berubah warna menjadi biru, pada V = 298 ml. Hal ini sama seperti yang diungkapkan

Basset (1994), titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang

berguna sebagai tanda tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator

ion logam dapat digunakan pada pendeteksian visual dari titik- titik akhir yaitu

reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir semua ion

logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat. Kedua, reaksi

warna itu haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif. Ketiga,

(13)

disosiasi, tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun,

kompleks-indikator logam itu harus kurang stabil dibanding kompleks logam-EDTAuntuk

menjamin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion logamdari

kompleks-indikator logam ke kompleks logam-EDTA harus tajam dan cepat. Kelima, kontras

warna antara indikator bebas dan kompleks-indikator logam harus sedemikian

sehingga mudah diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion logam (yaitu,

terhadap pM) sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin dengan titik

(14)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling

mengkompleks, sehingga dapat membentuk hasil berupa kompleks.

2. EDTA merupakan ligan yang tidak selektif yang dapat membentuk senyawa

kompleks yang mantap dengan sejumlah besar ion logam.

3. Kelebihan titrasi kompleksometri adalah EDTA stabil, mudah larut dan

menunjukkan komposisi kimiawi yang tertantu.

B. Saran

Buku petunjuk praktikum diharapkan lebih tertata rapih dan tidak

membingunkan praktikan dalam melakukan praktikum. Alat dan bahan harap di

perbanyak dan di perlengkap agar praktikum berjalan dengan lancar. Diharapkan

asprak membimbing praktikan dengan lebih baik lagi dan jangan meninggalkan

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Basset, J, et al. 1994. Buku Ajar Vogel; Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.

Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta

Christian, Gary. D. 2004. Analytical Chemistry. University of Washington.

United States of America.

Hidayanti, A. 2010. Penetapan Kadar Senyawa Kalsium (Ca) pada Pasta Gigi.

Jurnal Kimia. Vol 02. No 01. Hal 43-47.

Khopar, 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.

Sodiq, I.M. 2005. Kimia Analitik I. Universitas Negri Malang. Malang.

Watson, David. 2000. Pharmaceutical Analysis A Textbook For Pharmacy

Students and Pharmaceutical Chemist. University of Strathclyde. Glasgow

(16)
(17)
(18)

Referensi

Dokumen terkait

Isolasi senyawa tembaga(I) dapat dilakukan dengan membentuk suatu senyawa kompleks, di mana pada percobaan ini akan dibuat senyawa tembaga(I) dalam

pada konsentrasi suatu anion yang dengan ion yang berasal dari elektroda.. membentuk endapan aatau ion kompleks yang

Jika suatu logam transisi berikatan secara kovalen koordinasi dengan satu atau lebih ligan maka akan membentuk suatu senyawa kompleks, dimana logam transisi tersebut

Senyawa kompleks adalah senyawa yang molekul atau ionnya membentuk ikatan kovalen koordinasi dengan atom atau ion logam. Senyawa kompleks dapat berupa ion positif,

Pada penelitian ini diharapkan gugus aktif N yang merupakan ligan basa borderline akan selektif terhadap Cu 2+ yang termasuk dalam ion logam asam borderline sedangkan gugus aktif

EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat

Senyawa kompleks binuklir oksalat memiliki struktur bervariasi yang terdiri dari jaringan ion- ion logam bi- dan tri-valensi berkoordinasi dengan oksalat sebagai ligan

TITRASI KOMPLEKSOMETRI Kompleksometri adalah suatu analisis volumetri berdasarkan reaksi pembentukan senyawa kompleks antara ion logam dengan zat pembentuk kompleks ligan atau ligan