• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PER (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PER (1)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN I

KEKUATAN MEDAN LIGAN

NAMA : HASMAWATI

STAMBUK : F1C1 13 088 KELOMPOK : II (DUA)

ASISTEN : WULAN PURNAMASARI

LABORATORIUM KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALU OLEO

(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Unsur-unsur dalam tabel periodik memiliki wujud atom yang

berbeda-beda. Unsur-unsur tersebut berinteraksi satu sama lain membentuk persenyawaan

yang kompleks. Hal ini terjadi karena tidak semua unsur dalam table periodik

merupakan unsur stabil, sehingga perlu ada ikatan dengan unsur lain agar unsur

tersebut menjadi lebih stabil. Senyawa kompleks, umumnya didominasi oleh

unsur golongan transisi atau golongan B yang sangat elektropositif. Unsur-unsur

dalam golongan transisi merupakan unsur-unsur yang menjadi ataom pusat dalam

senyawa kompleks yang mampu menjadi sasaran bagi unsur golongan lain yang

lebih negatif. Unsur golongan transisi akan membentuk ikatan dengan unsur lain

yang dapat dijelaskan dalam teori medan ligan.

Ion kompleks biasanya didefinisikan sebagai kombinasi antara kation

pusatdengan satu atau lebih ligan. Ligan adalah sebarang ion atau molekul

dalamkoordinasi dari ion sentral. Tetapi seringkali air diabaikan di dalam ion

komplekssehingga pengertian ion kompleks kadang-kadang terbatas untuk selain

air. Liganlainnya melakukan penetrasi bagian dalam (inner) dari ion pusat dan

menggantikan satu atau lebih molekul air bagian dalam.Seperti yang kita ketahui

bahwa unsur transisi sering didefinisikan sebagaikelompok, yang sebagai unsur

mempunyai kulit-kulit d dan f yang terisi sebagian.Namun untuk maksud

praktis, yang akan dipandang sebagai unsur transisi adalahunsur yang memiliki

(3)

Pengetahuan tentang ikatan ligan-makromolekul diperlukan dalam

mempelajari farmakodinamika zat-zat aktif dan pada perancangan obat baru.

Berbagai metoda, seperti dialisis, ultrafiltrasi, spektroskopi, atau khromatografi

gel, telah digunakan untuk keperluan tersebut. Adapun cakupan bahasan dalam

kekuatan medan ligan adalah orbital pada sub kulit d dan f. Unsur transisi umumnya memiliki sub kulit yang berakhir pada sub kulit d dan f.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka praktikum kekuatan medan

ligan dilakukan guna menambah wawasan tentang kekuatan dari berbagai macam

unsur berbeda dalam dalam suatu senyawa kompleks.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada percobaan kekuatan medan ligan adalah

bagaimana cara mempelajari perbedaan kekuatan medan ligan ammoniak dan air ?

C. Tujuan

Tujuan dari percobaan kekuatan medan ligan adalah untuk mempelajari

perbedaan kekuatan medan ligan ammoniak dan air.

D. Manfaat

Manfaat dari percobaan kekuatan medan ligan adalah dapat menegetahui

(4)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Molekul H2O terdapat dua ikatan dan dua pasang elektron yang tak

berikatan atau mandiri dan berbentuk V. Sedangkan molekul NH3, terapat tiga

ikatan dan satu pasangan elektron tak berikatan (bebas mandiri) dan berbentuk

piramida trigonal. Air dan amonia memiliki bagan hibridisasi sp3 sangat sesuai

dengan teori VSEPR mengenai sudut ikatan dalam molekul H2O dan NH3. Dalam

diagram orbital, orbital 2s dan tiga orbital 2p berhibridisasi, dan pada setiap orbital terdapat jumlah elektron yang sesuai. Jika pembentukan ikatan melibatkan

dua atau tiga orbital p dari kulit valensi atom pusat, dapat diharapkan besarnya sudut ikatan adalah 90o. Orbital p saling tegak lurus atau satu sama lain. Suduk

ikatan H2O dan NH3 masing-masing adalah 104,5o dan 107o, ini disebabkan

karena keelektronegatifan O lebih besar dari pada H maka elektron lebih dekat ke

atom O pada ikatan O-H di dalam molekul H2O. Hal ini mengakibatkan atom H

sedikit bermuatan positif (Petruci, 1987).

Suatu ion (molekul) kompleks terdiri dari satu atom pusat dan sejumlah

ligan yang terikat erat dengan atom pusat. Jumlah relatif komponen-komponen ini

dalam kompleks yang stabil nampak mengikuti stoikiometri yang sangat tertentu,

meskipun ini tidak daoat ditafsirkan dalam lingkup konsep valensi. Atom pusat ini

ditandai dengan bilangan koordinasi suatu angka bulat, yang menunjukkan jumlah

ligan yang dapat membentuk kompleks yang stabil dengan satu atom pusat salah

satu conthnya yaitu Cu2+ dan Cu+. Bilangan koordinasi menyatakan jumlah

ruangan yang tersedia sekitar atom atau ion pusat yang masing-masing dapat

(5)

Medan ligan menyebabkan penguraian tingkatan-energi orbital-orbital d atom pusat, yang lalu menghasilkan energi untuk menstanilkan kompleks itu

(energi stabilitas medan ligan). Pembentukan kompleks dalam analisis kualitatif

sering terlihat dan dipakai untuk pemisahan atau identifikasi. Salah satu fenomena

yang paling umum muncul bila ion kompleks terbentuk adalah perubahan warna

dalam larutan (Jeffery dkk, 2012).

Senyawa kompleks merupakan senyawa yang terbentuk dari ion logam

yang berikatan dengan ligan atau senyawa yang terbentuk dari ion pusat dan ligan

secara kovalen koordinasi. Ikatan koordinasi merupakan ikatan kovalen dimana

ligan memberikan sepasang elektronnya pada ion logam untuk berikatan. Ikatan

ini terjadi ketika ion logam menyediakan orbital kosong bagi pasangan elektron

ligan untuk berkoordinasi. Kestabilan senyawa kompleks dipengaruhi oleh faktor

ligan dan atom pusat. Faktor yang mempengaruhi kestabilan kompleks

berdasarkan pengaruh atom pusat antara lain besar dan muatan dari ion, nilai

CFSE, dan faktor distribusi muatan (Agustina dkk., 2013).

Senyawa kompleks banyak dipelajari melelui suatu tahapan-tahapan reaksi

(mekanisme reaksi) dengan menggunakan ion-ion logam serta ligan yang berbeda-beda.

Ligan memiliki kemampuan sebagai donor pasangan elektron sehingga dapat dibedakan

atas ligan monodentat, bidentat, tridentat dan polidentat. Reaksi pergantian ligan ini

terjadi dalam kompleks oktahedral dan segi empat. Ligan-ligan yang menyebabkan gugus

yang letaknya trans terhadapnya bersifat labil, dikatakan mempunyai efek trans yang

kuat (Rilyanti dkk., 2010).

(6)

A. Waktu dan Tempat

Percobaan Kekuatan Medan Ligan dilaksanakan pada hari Kamis , tanggal

21 Mei 2015, pukul 12.00-13.30 WITA dan bertempat di Laboratorium Riset

Terpadu dan Laboratorium Kimia Analitik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan Kekuatan Medan Ligan

adalah Spektrofotometer UV-Vis, filler, pipet ukur 5 mL dan 1 mL, batang pengaduk, gelas kimia 100 mL, pipet tetes, labu ukur 25 mL dan 250 mL,

timbangan analitik, spatulla dan kuvet.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan Kekuatan Medan Ligan

adalah larutan amonia 1 M, larutan ion Cu2+ ,alluminium foil dan akuades.

C. Prosedur Kerja

(7)

1. Menyiapkan 4 buah labu ukur 25 mL untuk membuat larutan ion Cu2+ dalam

pelarut air, campuran amonia 1 M sebanyak 12,5 mL dengan air, campuran

amonia 1 M sebanyak 6,25 mL dengan air dan dalam pelarut amonia.

2. Membuat larutan 1 dengan melarutkan 4,5 mL larutan ion Cu2+ dalam labu

ukur 25 mL dengan air hingga tanda tera.

3. Membuat larutan II dengan melarutkan 4,5 mL larutan ion Cu2+ dalam labu

ukur 25 mL dengan 12,5 mL larutan amonia 1 M kemudian menambahkan air

hingga tanda tera.

4. Membuat larutan III dengan melarutkan 4,5 mL larutan ion Cu2+ dalam

labu ukur 25 mL dengan 6,25 mL larutan amonia 1 M kemudian

menambahkan air hingga tanda tera.

5. Membuat larutan IV dengan melarutkan 4,5 mL larutan ion Cu2+ dalam

labu ukur 25 mL dengan larutan amonia 1 M hingga tanda tera.

6. Memasukkan masing-masing larutan sampel ke daalam kuvet.

7. Mengamati serapan masing-masing larutan tersebut menggunakan

spektrofotometer UV-Vis dengan air sebagailarutan blanko pada panjang gelombang antara 510-710 nm dengan interval 10 nm.

8. Membandingkan panjang gelombang maksimum untuk mengetahui

perbedaan kekuatan ligan antara air dan amonia.

Prosedur kerja dalam diagram alir

Larutan ion Cu2+ 0,1 M Larutan ion

Cu2+ 0,1 M Larutan ion

(8)

DAFTAR PUSTAKA

 dipipet sebanyak 4,5 mL

 dimasukkan dalam labu ukur 25 mL

 ditambahkan dengan 6,25 mL larutan amonia 1 M

 ditambahkan dengan air hingga tanda tera

 dihomogenkan Larutan I Larutan II

 dipipet sebanyak 4,5 mL

 dimasukkan dalam labu ukur 25 mL

 ditambahkan dengan 12,5 mL larutan ammonia 1 M

 ditambahkan dengan air hingga tanda tera

 dihomogenkan  dipipet sebanyak

4,5 mL  dimasukkan

dalam labu ukur 25 mL

 ditambahkan dengan air hingga tanda tera

 dihomogenkan

- dimasukkan larutan sampel kedalam kuvet secara bergantian

- diamati serapan keempat larutan menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan air sebagai blangkonya pada panjang gelombang antara 510-710 nm dengan interval 10 nm

- dibandingkanpanjang gelombang

maksimumnya untuk mengetahui perbedaan kekuatan ligan antara air dan amonia

Absorbans masing-masing larutan

 dimasukkan dalam labu ukur 25 mL  ditambahkan

dengan

amonia1 M hingga tanda tera

 dihomogenkan

(9)

Agustina, L., Suhartana., dan Sariatun., 2013, Sintesis Dan Karakterisasi Senyawa Kompleks Cu(Ii)-8-Hidroksikuinolin Dan Co(Ii)-8-Hidroksikuinolin, Chem Info. Vol. 1 (1).

Jeffery, G.H., 2010, Penentuan Pengaruh Badan-Banyak pada Kompleks [Co(NH3)n]2+ (n=1-6) Berdasarkan Perhitungan Ab Initio ”, Indonesian Journal of Chemistry, Vol. 2 No. 1.

Petrucci, R. H., 1987, Kimia Dasar Prinsip Dan Terapan Modern Edisi Ke Empat Jilid 1, Jakarta : Erlangga.

Rilyanti, M., Zipora, S. R. A., Tri, H., dan Subki, 2011, Sintesis Senyawa Kompleks Cis-[Co(Bipi)2(Cn)2] Dan Uji Interaksinya Dengan Gas No2 Menggunakan Metoda Spektrofotometri Uv-Vis Dan Ir, Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II Universitas Lampung, ISSN : 978-979-1165-74-7.

Svehla, G. 1985. Teks Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Erlangga.

(10)

Teori medan kristal (Bahasa Inggris: Crystal Field Theory), disingkat CFT,

adalah sebuah model yang menjelaskan struktur elektronik dari senyawa logam

transisi yang semuanya dikategorikan sebagai kompleks koordinasi. CFT berhasil

menjelaskan beberapa sifat-sifat magnetik, warna, entalpi hidrasi, dan struktur

spinel senyawa kompleks dari logam transisi, namun ia tidak ditujukan untuk

menjelaskan ikatan kimia. Teori medan ligan merupakan aplikasi dari teori

orbital molekul terhadap senyawa kompleks.

Teori medan ligan ini menjelaskan interaksi elektrostatik dari ikatan dalam

ion kompleks. Interaksi elektrostatik terbagi menjadi dua, yaitu interaksi tarik

menarik antara ion logam positif dan ligannya yang negatif serta ujung ligan yang

bermuatna negative terhadap senyawa yang diikatnya.

Percobaan ini dilakukan untuk membandingkan kekuatan medan ligan

antara ligan amoniak dan air menggunakan spektrofptometri Uv-Vis. Percobaan

ini digunakan spektrofotometri Uv-Vis untuk melihat panjang gelombang yang

terjadi pada larutan sampel. Sampel yang mengandung medan ligan yang lebih

kuat akan membentuk Δ-nya bernilai tinggi, sehingga akan menyerap cahaya

dengan λ yang lebih pendek dan meningkatakan frekuensi ν cahaya yang diperlihatkan.

Perlakuan pertama diawali dengan membuat empat buah larutan Cu2+

dengan larutan campuran yang berbeda-beda. Pada percobaan ini, akan diketahui

perbedaan kekuatan medan antara ligan ammonia dan air dengan mengunakan

spektrofotometer. Larutan Cu2+ berwarna biru yang berasal dari eksitasi atom

(11)

meningkatnya konsentrasi amoniak di dalam campuran larutan. Hal ini telah

membuktikan kekuatan medan ligan dari ligan amoniak dibandingkan air apabila

ditinjau secara kualitatif.

Dari hasil pengamatan, larutan keempat merupakan larutan yang

mengandung amoniak paling banyak. Sehingga, jika ditinjau secara teori, larutan

ini harusnya berwarna biru lebih pekat apabila dibandingkan dengan

larutan-larutan sebelumnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat nilai Dq yang

menurun. Ketidak sesuaian teori dengan praktikum ini diduga berasal dari

komponen ligan dalam larutan. Larutan yang lebih kompleks, atau mengandung

ligan amoniak dan air akan menimbulkan warna yang lebih pekat karena adanya

interaksi antara kedua zat tersebut dengan ion Cu2+ ataupun sesamanya dalam

larutan. Sementara pada larutan keempat, komponen ligan yang terkandung

hanyalah amoniak, sehingga warna yang ditimbulkan hanyalah hasil dari interaksi

ion Cu2+ dengan ligan amoniak.

(12)

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa

kekuatan medan ligan NH3 lebih kuat dibandingkan dengan kekuatan medan ligan

air. Perbedaan kekuatan medan ligan ini dibedakan melalui penentuan energi yang

merupakan energi yang dibutuhkan untuk terjadinya splitting atau pemisahan

orbital d atau elektron yang tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi ketika

Referensi

Dokumen terkait

Traditional database development often uses variables declared in the package specification to act as globals for application code. This approach is valid for

Model persamaan regresi menun- jukkan hubungan antara kepuasan kon- sumen (Y) pembeli karkas di RPA Kampung Mandar sebagai variabel de- penden yang terdiri dari

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Imigrasi, distribusi wisman kelompok usia 25- 34 tahun yang berkunjung ke Indonesia pada bulan November 2020 sebesar 29,34 persen,

Prosedur Pelaksanaan Penelitian Kelompok kontrol, setelah inokulasi sel darah merah yang mengandung parasit Plasmodium berghei sebesar 1 x 10 5 dalam 0,2 ml pada tiap

Selama ini, anestesi lokal yang dipakai adalah bupivacaine dan efek samping anestesi spinal adalah penurunan tekanan darah untuk itu penelitian ini bertujuan mendapatkan

HASIL KERJA PETUGAS PUSKESMAS DENGAN CARA MEMBANDINGKAN RENCANA KERJA BULAN LALU DARI SETIAP PETUGAS DENGAN HASIL. KEGIATANNYA DAN MEMBANDINGKAN CAKUPAN KEGIATAN DARI DAERAH

Tanggung jawab kami adalah untuk menyatakan suatu opini atas laporan keuangan tersebut berdasarkan audit kami. Kami melaksanakan audit kami berdasarkan Standar Audit

Oleh karena itu berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran dosis penggunaan parasetamol sebagai obat pilihan dalam