• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Keterampilan Menulis Cerita Pendek Siswa Kelas VII MTs. Negeri Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Keterampilan Menulis Cerita Pendek Siswa Kelas VII MTs. Negeri Jakarta Selatan"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

Rizki Dwi Yanti

NIM 109013000059

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode Simulasi terhadap keterampilan menulis cerita pendek pada siswa kelas I dan VII-II.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah eksperimen dengan rancangan penelitian posttest. Populasinya adalah siswa kelas VII MTs. Negeri 19 Jakarta Selatan tahun pelajaran 2012/2013. Sampel diambil dua kelas yakni kelas kontrol dan kelas eksperimen. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui tes.

Analisis data menggunakan uji-t. Pada uji hipotesis dengan menggunakan uji perbedaan dua rata-rata diperoleh bahwa hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol maka hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan metode simulasi terhadap keterampilan menulis cerita pendek pada siswa diterima dengan kontribusi sebesar 1,897 dengan α = 0,05. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan keterampilan menulis cerpen pada siswa MTs. N 19 Jakarta Selatan yang signifikan dalam pembelajaran dengan metode simulasi (kelas eksperimen) dan pembelajaran konvensional (kelas kontrol).

(6)

ii

Skills of Students in Grade VII MTs. N 19 South Jakarta, Scientific Papers, the Department of Education Indonesian Language and Literature, Faculty of Tarbiyah and Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

This study aims to determine the effect of application of simulation method for short story writing of sixty five of students.

The method used in this study is an experiment with a posttest research design. Its population is grade VII MTs. N 19 South Jakarta academic year 2012/2013. Samples were taken two classes that control class and experimental class. Data collection techniques obtained through tests.

Data analysis using a t-test. In hypothesis testing using two different test average was obtained that the experimental class learning outcomes better than the control class, the research hypothesis which states that there is a significant relationship between the application of simulation methods to short story writing skills of the students receive contribution of 1,897 with α = 0,05. Based on these data, we can conclude that there are differences in short story writing skills in students MTs. N 19 South Jakarta significant in learning with simulation method (experimental class) and conventional learning (control class).

(7)

iii

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Metode Simulasi terhadap

Keterampilan Menulis Cerpen pada Siswa.” Shalawat dan salam penghormatan semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang menjauhkan kita dari jalan kebodohan. Skripsi ini, penulis susun untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kepentingan pembacanya. Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak luput dari berbagai hambatan dan rintangan. Tanpa bantuan dan peran serta berbagai pihak, skripsi ini tidak mungkin terwujud. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Dra. Nurlena Rifai, M.A., Ph.D., selaku Dekan FITK UIN Jakarta yang telah mempermudah dan melancarkan penyelesaian skripsi ini;

2. Dra. Mahmudah Fitriyah Z. A., M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan ilmu dan bimbingan yang sangat berharga bagi penulis selama ini;

3. Dra. Hindun, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia sekaligus dosen pembimbing skripsi yang sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas arahan, bimbingan, kasih sayang yang Ibu berikan selama ini.

(8)

iv

Izar, Nazwa, Chaca, Chawa, Nadhif, yang telah memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini;

7. Seluruh mahasiswa PBSI, khususnya kelas B angkatan 2009, terima kasih atas pengalaman dan pembelajaran berharga yang penulis dapatkan selama ini. Terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada Hayatun Nufus, Yunita, Lufi Nurfadillah, Khori Yatun Nisa, Jelita C.N, Syena Yuliana. P, Dewi Sumiyati yang telah mendukung, mengingatkan, membantu, dan menyemangati penulis untuk segera menyelesaikan skripsi;

8. Sahabat penulis, Anna Tryana, S.S., Yasmine Raguan, S.Pd, Lina Sumaya, S.Sos, Mia Zaenab, S.Pd dan M. Bagus Salim Muharom, terima kasih atas kebersamaan, dukungan dan motivasi yang telah kalian berikan selama ini, kalian semua inspirasi saya;

9. Bunda Fera Ladjuris dan teman-teman penghuni Kost Pepaya, terima kasih atas hunian yang hangat dan dukungan yang telah diberikan pada penulis; 10.Kepala Sekolah dan Dewan Guru MTs. N 19 Jakarta Selatan, terima kasih

atas pengalaman dan pembelajaran selama penulis melaksanakan PPKT; 11.Teman-teman PPKT MTs. N 19 Jakarta Selatan, periode Februari-Juni 2013,

Siti Fatimah, Nur Hidayah, Mega Wati, Khaira, Uswatun, Afroh, Ahmad Fadli, Ahmad Dzikri, Bayu Septian, Prasetyo Andi, Fachrurozi;

12.Serta kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga semua bantuan, dukungan, dan partisipasi yang diberikan kepada penulis, mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin.

Jakarta, 08 Januari 2014

(9)

v

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR. ... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 2

C. Pembatasan Masalah Penelitian ... 3

D. Rumusan Masalah ... 3

E. Tujuan Penelitian ... 3

F. Kegunaan Penelitian ... 4

BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoretis ... 6

1. Metode Simulasi ... 6

a.Pengertian Metode Simulasi ... 6

b.Langkah-langkah Metode Simulasi ... 8

c.Tujuan Metode Simulasi ... 9

d.Peranan Guru dalam Simulasi ... 11

e.Kelebihan dan Kelemahan Metode Simulasi ... 13

2. Hakikat Keterampilan Menulis ... 14

(10)

vi

b. Ciri-ciri Cerita Pendek ... 19

c. Unsur-unsur Cerita Pendek ... 19

d. ManfaatMenulis Cerita Pendek ... 23

4. Penelitian yang Relevan ... 24

B. Kerangka Berpikir ... 26

C. Pengajuan Hipotesis ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

B. Metode dan Desain Penelitian ... 29

C. Populasi dan Sampel ... 31

D. Teknik Pengumpulan Data ... 32

E. Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Sekolah ... 36

1. Profil Sekolah ... 36

2. Visi dan Misi ... 37

3. Guru dan Tenaga Kependidikan ... 38

4. Kurikulum ... 41

5. Kegiatan Kesiswaan ... 41

B. Hasil Penelitian ... 42

1. Deskripsi Proses Pembelajaran ... 42

2. Deskiripsi Hasil Penelitian ... 43

3. Analisis Data ... 49

a. Uji Prasyarat Analisis ... 49

b. Pengujian Hipotesis ... 52

(11)

vii

A. Kesimpulan ... 59 B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 60

LAMPIRAN...

(12)

viii

Lampiran 2 : RPP Kelas Kontrol

Lampiran 3 : Karya Siswa Kelas Eksperimen

(13)

1

Dalam proses belajar mengajar tentunya ada sebuah metode yang diterapkan kepada peserta didik. Dewasa ini dari berbagai observasi yang dilakukan oleh beberapa ahli terhadap pelaksanaan pembelajaran menulis cerita pendek di sekolah, aspek penulisan kreatif kurang mendapat perhatian. Tidak banyak guru yang mempunyai metode untuk melatih peserta didiknya sehingga metode yang digunakan hanyalah metode konvensional.

Metode konvensional, sebagaimana kita ketahui adalah metode ceramah. Guru menerangkan dan murid memperhatikan. Dengan metode konvensional, kebanyakan siswa merasa kesulitan untuk dapat memahami pelajaran yang dijelaskan karena mereka hanya menjadi pendengar sehingga minat dan motivasi siswa dalam memahami pelajaran menjadi rendah.

Dalam pembelajaran keterampilan menulis cerita pendek, masih banyak digunakan metode ceramah (konvensional) yang membuat siswa menjadi jenuh dan bosan berada di dalam kelas. Metode konvensional pun menyulitkan siswa berkesempatan menentukan ide dalam sebuah cerita pendek karena mereka tidak berkesempatan langsung untuk lebih memahami proses kreatif. Berdasarkan keluhan-keluhan ini wajar jika menimbulkan kejenuhan siswa dalam mengikuti materi bahasa Indonesia.

(14)

merasa dan berbuat sesuatu. Jadi dalam pembelajaran dengan metode simulasi siswa dilatih memegang peranan sebagai orang lain.

Penerapan metode simulasi dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar. Dengan kata lain, penerapan metode simulasi memberikan manfaat baik bagi guru ataupun siswa. Bagi guru, penerapan metode simulasi dapat membantu dalam penyajian materi sedangkan bagi siswa tidak hanya termotivasi untuk belajar mengenai cerita pendek tetapi juga memperoleh kesenangan karena bisa merasakan membuat cerita pendek dengan metode simulasi.

Peneliti memilih MTs. N 19 Jakarta Selatan sebagai tempat dilakukannya penelitian dikarenakan karakteristik dari siswa-siswi di sana kurang begitu menyukai pelajaran bahasa Indonesia dengan alas an jenuh dan membosankan. Semua itu disebabkan oleh penggunaan metode pembelajaran di sana kurang tepat sehingga tidak dapat menumbuhkan semangat belajar siswa.

Pada penelitian ini, peneliti membahas tentang metode pembelajaran yang akan digunakan oleh guru untuk meningkatkan keterampilan dalam menulis cerita pendek. Oleh karena itu, judul pada penelitian ini adalah “Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Keterampilan Menulis Cerita

Pendek Siswa Kelas VII MTs. N 19 Jakarta Selatan.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut.

1. Keterampilan menulis cerita pendek dianggap sulit oleh sebagian siswa.

(15)

3. Siswa tidak dibiasakan dan dilatih dalam memahami konsep cerita pendek.

4. Siswa merasa jenuh dengan metode konvensional oleh guru dalam pembelajaran keterampilan menulis cerita pendek.

C. Pembatasan Masalah

Agar mencapai hasil yang representatif setelah mengidentifikasi

masalah maka penulis membatasi penelitian ini pada “Pengaruh Metode

Simulasi Terhadap Keterampilan Menulis Cerita Pendek pada Siswa Kelas VII-I dan VII-II Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013 di MTs. N 19 Jakarta Selatan.”

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini adalah: Bagaimana pengaruh metode simulasi terhadap keterampilan menulis cerita pendek siswa kelas VII MTs. N 19 Jakarta Selatan?

E. Tujuan Penelitian

(16)

F. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai pihak khususnya guru yang berguna sebagai alternatif di dalam menentukan metode dalam menulis sebuah cerita pendek. Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini meliputi manfaat teoretis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoretis

Dari segi teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah penelitian pendidikan dalam menulis cerita pendek. Selain itu, dapat memberikan sumbangan wawasan dan pengetahuan mengenai penerapan metode simulasi dalam keterampilan menulis cerita pendek.

2. Manfaat praktis a) Bagi siswa

1. Memberikan kemudahan siswa menemukan ide dan gagasan dalam cerita pendek

2. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan 3. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis

cerita pendek b) Bagi guru

1. Mengatasi kesulitan dalam pengajaran cerita pendek

2. Membantu dalam penyajian materi pembelajaran cerita pendek

3. Menjadi acuan atau pedoman untuk pembelajaran keterampilan menulis cerita pendek.

c) Bagi peneliti

1. Mengaplikasikan teori yang diperoleh.

(17)

6

BAB II

DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGUJIAN

HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretis

1. Metode Simulasi

a. Pengertian Metode Simulasi

Dalam proses pembelajaran, guru harus memiliki strategi agar siswa dapat secara efektif dan efisien mencapai tujuan dari pembelajaran. Strategi yang tepat harus dipilih seorang guru dalam menyajikan materi agar tujuan dari pembelajaran tercapai dengan sempurna. Oleh karena itu, seorang guru harus mengenal, mempelajari dan menguasai berbagai teknik penyajian materi yang bervariasi dan marak digunakan oleh para guru.

Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru kepada siswanya adalah metode simulasi. Simulasi berasal dari kata

simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan.1 Simulasi dalam metode mengajar dimaksudkan sebagai cara untuk menjelaskan pelajaran melalui perbuatan yang bersifat pura-pura atau bermain peran mengenai tingkah laku yang dilakukan seolah-olah dalam keadaan yang sebenarnya.

Hamalik mengungkapkan bahwa simulasi adalah mirip dengan latihan, tetapi tidak dalam realitas sebenarnya, melainkan seolah-olah dalam bayangan yang menggambarkan keadaan sebenarnya dalam arti terbatas, tidak meliputi semua aspek.2

1

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, cet. ke-8, 2011), h. 159

2

(18)

Simulasi terkadang dikaitkan dengan permainan, tapi terdapat perbedaan di antara kedua permainan tersebut. Dalam permainan, para pemain melakukan persaingan untuk mencapai kemenangan atau mengalahkan lawannya. Selain itu, permainan lebih memberi kesenangan kepada pemain-pemainnya sedangkan permainan dalam simulasi, unsur persaingan dan mencapai kemenangan tidak ada, sehingga simulasi lebih bersifat realitas dan mengandung unsur pendidikan dari pada permainan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode simulasi adalah metode pembelajaran yang melatih siswa untuk melakukan dan meniru perbuatan yang bersifat pura-pura dan menggambarkan keadaan sebenarnya.

Dalam metode simulasi terdapat beberapa bentuk dari pembelajarannya di antaranya sosiodrama, psikodrama dan role playing, namun yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran simulasi dengan bentuk role playing (bermain peran). Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa3. Sanjaya mengemukakan bahwa role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasikan peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang.4 Bermain peran sudah sangat popular dalam dunia pembelajaran sehingga yang bermain tersebut mampu berbuat seperti yang dimainkannya.

Dalam bermain peran, peserta meniru dan bertingkah laku sesuai dengan aturan karakter, atau bagian-bagian yang dimiliki oleh pribadi,

3

Hindun, Pembelajaran Bahasa Indonesia Berkarakter di Madrasah Ibtidaiyah / Sekolah Dasar

(Depok:Nufa Citra Mandiri, 2013), h.70

4

(19)

motivasi dan latar belakang yang berbeda dari diri mereka. Role-playing

juga bisa merujuk kepada peran pelatihan di mana orang berlatih situasi dalam persiapan untuk kinerja masa depan dan untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam peran5. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bermain peran juga terjadi dalam situasi buatan seperti simulasi.

Esensi dari bermain peran adalah keterlibatan pemain dan pengamat dalam situasi masalah yang nyata dan menginginkan solusi yang dapat diterima apa adanya ditimbulkan keterlibatannya. Dengan demikian siswa dapat menemukan dan memahami inti dari pokok bahasan dalam proses bermain peran.

b. Langkah-langkah Metode Simulasi

Langkah-langkah yang harus ditempuh oleh guru dalam mengajar dengan memakai metode simulasi adalah sebagai berikut: 6

1) Persiapan Simulasi

a) Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh simulasi.

b) Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan.

c) Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peranan yang harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang disediakan.

d) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi. 2) Pelaksanaan Simulasi

5

Role Playing, http://en.wikipedia.org/wiki/role-playing/ diunduh pada 20 Februari 2013 pk. 21.00

6

(20)

a) Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran b) Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.

c) Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan.

d) Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang disimulasikan.

3) Penutup

a) Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita yang disimulasikan. Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi.

b) Merumuskan kesimpulan.

Untuk melaksanakan metode simulasi guru harus mempersiapkan langkah-langkah yang matang sehingga akan tercapai hasil yang diinginkan. Ketika simulasi sedang bejalan, siswa lain diharapkan mencatat serta menyimpulkan apa yang disampaikan oleh temannya. Guru juga bertugas membimbing siswa sebelum bermain simulasi, serta mengomentari hasil simulasi setelah siswa selesai bersimulasi.

c. Tujuan Metode Simulasi

Setiap metode yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran memiliki tujuan. Adapun menurut Kamboja, metode simulasi bertujuan untuk:7

1) Melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari.

7

(21)

2) Memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip. 3) Melatih memecahkan masalah.

4) Meningkatkan keaktifan belajar.

5) Memberikan motivasi belajar kepada siswa.

6) Melatih siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok.

7) Menumbuhkan daya kreatif siswa

8) Melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi.

Dengan demikian, penggunaan simulasi dalam proses pembelajaran sesuai dengan kecenderungan pengajaran modern sekarang, yaitu meninggalkan pengajaran yang bersifat pasif, menuju pada pembelajaran siswa yang bersifat individual dan kelompok kecil, mencari sendiri perolehan pemahaman dan aktif. Simulasi memiliki sifat utama yang dapat meningkatkan keaktifan siswa di dalam proses belajar mengajar, yaitu:

1) Simulasi adalah metode mengajar yang berorientasi pada keaktifan siswa dalam pengajaran di kelas, baik guru maupun siswa mengambil bagian di dalamnya.

2) Simulasi pada umumnya bersifat pemecahan yang sangat berguna untuk melatih siswa melakukan pendekatan interdisiplin dalam belajar. Di samping itu, mempraktikan keterampilan-keterampilan sosial yang relevan dengan kehidupan masyarakat.

(22)

d. Peranan Guru dalam Simulasi

Proses simulasi tergantung pada peran guru, terdapat 4 (empat) prinsip yang harus dipegang oleh guru, yaitu: 8

1) Penjelasan

Untuk melakukan simulasi pemain harus benar-benar memahami aturan main. Oleh karena itu, guru hendaknya memberikan penjelasan dengan sejelas-jelasnya tentang aktivitas yang harus dilakukan berikut konsekuensi-konsekuensinya.

2) Mengawasi

Simulasi dirancang untuk tujuan tertentu dengan aturan dan prosedur main tertentu. Oleh karena itu, guru harus mengawasi proses simulasi sehingga berjalan sebagaimana seharusnya.

3) Melatih

Dalam simulasi, pemain/peserta akan mengalami kesalahan. Oleh karena itu, guru harus memberikan saran dan petunjuk, atau arahan sehingga memungkinkan mereka tidak melakukan kesalahan yang sama.

4) Memimpin Diskusi

Dalam simulasi, refleksi menjadi sangat penting. Oleh karena itu, setelah simulasi selesai, guru mendiskusikan beberapa hal, seperti (1) seberapa jauh simulasi sudah sesuai dengan situasi nyata, (2) kesulitan-kesulitan, (3) hikmah apa yang dapat diambil dari simulasi, dan (4) bagaimana cara memperbaiki/meningkatkan kemampuan simulasi dan lain-lain.

8

(23)

e. Kelebihan dan Kelemahan Metode Simulasi

Setiap metode pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing maka dari itu seorang guru harus mengenal sifat-sifat dari metode yang akan diterapkan di sekolah. Sama halnya dengan metode simulasi yang mempunyai kelebihan dan kelemahan.

Sanjaya mengemukakan kelebihan dan kekurangan dengan menggunakan simulasi sebagai metode mengajar, di antaranya: 9

1) Kelebihan metode simulasi, yaitu:

a) Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.

b) Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik yang disimulasikan.

c) Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa. d) Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang

diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.

e) Simulasi dapat meningkatkan gairah isswa dalam proses pembelajaran.

2) Kekurangan metode simulasi, yaitu:

a) Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan di lapangan.

b) Pengelolaan yang kurang baik, sering membuat simulasi dijadikan sebagai alat hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terbengkalai.

9

(24)

c) Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi siswa dalam melakukan simulasi.

Kegiatan simulasi lebih dekat dengan masalah kehidupan nyata para siswa, dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa, mendorong siswa untuk berpikir tentang masalah kehidupan nyata dan berusaha untuk memecahkannya, mengembangkan kreativitas, memupuk keberanian dan percaya diri, memperkaya pengetahuan sikap dan keterampilan, meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran. Tetapi, untuk mencapai semua itu harus membutuhkan persiapan untuk mengidentifikasi permasalahan dari kehidupan nyata para siswa, membutuhkan biaya yang terlalu mahal untuk mempersiapkan alat-alatnya, dan kadang-kadang kegiatannya dapat menyita waktu lebih lama. Namun untuk meminimalisir kekurangan metode simulasi ini terutama pada mahalnya biaya untuk mempersiapkan alat-alatnya yaitu kita bisa menggunakan barang-barang seadanya, misalkan tas atau buku-buku siswa yang digunakan untuk mensimulasikan kegiatan.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kelebihan metode simulasi, yaitu: dapat dijadikan bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya, mengembangkan kreativitas siswa, memupuk keberania dan percaya diri siswa, memperkaya pengetahuan dan meningkatkan gairah belajar siswa. Adapun kelemahannya adalah sering dijadikan sebagai alat hiburan, menimbulkan rasa malu dan takut pada siswa ketika melakukan simulasi.

(25)

2. Hakikat Keterampilan Menulis

a. Pengertian Menulis

Tulisan terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan segala kelengkapan lambang tulisan seperti ejaan dan pungtuasi.10 Tulisan merupakan salah satu alat komunikasi. Komunikasi melaui tulisan bersifat tidak langsung sehingga penulis tidak dapat menjelaskan sesuatu yang diekspresikannya dengan unsur-unsur pembantu komunikasi lainnya, seperti mimik, gerak tubuh dan nada. Tulisan adalah hasil kegiatan menulis. Menulis termasuk salah satu bentuk kegiatan dan keterampilan berbahasa, di samping bentuk kegiatan keterampilan berbahasa lainnya, yakni menyimak, berbicara, dan membaca. Kegiatan menulis adalah untuk mengungkapkan fakta-fakta, gagasan, sikap, pikiran, argumen, perasaan dengan jelas dan efektif kepada pembaca.11

Saddhono mengungkapkan bahwa menulis merupakan serangkaian aktivitas yang terjadi dan melibatkan beberapa fase (tahap) yaitu tahap persiapan, penulisan, dan pascapenulisan (telaah dan revisi atau penyempurnaan tulisan).12 Tarigan mengemukakan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.13

10

Anwar Efendi, Bahasa dan Sastra Dalam Berbagai Perspektif, (Yogyakarta: Tiara Wacana, cet. ke-1, 2008), h.327

11

Setiawan Pujiono, Terampil Menulis: Cara Mudah dan Praktis dalam Menulis, (Yogyakarta: Graha Ilmu, Cet-1, 2013), h.53

12

Kundharu Saddhono dan St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia (Teori dan Aplikasinya), (Bandung: CV. Karya Putra Darwati, cet. ke-1, 2012), h. 96

13

(26)

Menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis untuk tujuan, misalnya, memberi tahu, meyakinkan dan menghibur. Hasil dari proses kreatif menulis ini biasa disebut dengan istilah tulisan atau karangan14. Menulis sebagai sebuah keterampilan berbahasa adalah kemampuan seseorang dalam mengemukaakan gagasan, perasaan dan pikiran-pemikirannya kepada orang atau pihak lain dengan menggunakan media tulisan.

Menulis merupakan keterampilan berbahasa aktif. Kemampuan puncak seseorang untuk dikatakan terampil berbahasa wujudnya ialah mampu menulis. Menulis merupakan keterampilan yang sangat kompleks. Menulis-tulisan juga merupakan media untuk melestarikan dan menyebarluaskan informasi dan ilmu pengetahuan15.

Dalam kegiatan berbahasa menulis melibatkan empat unsur, yaitu penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, medium tulisan, serta pembaca sebagai penerima pesan. Kegiatan menulis sebagai sebuah perilaku berbahasa memiliki fungsi dan tujuan: personal, interaksional, informatif, instrumental, heuristik, dan estetis.

Sebagai salah satu aspek dari keterampilan berbahasa, menulis atau mengarang merupakan kegiatan yang kompleks. Kompleksitas menulis terletak pada tuntutan kemampuan untuk menata dan mengorganisasikan ide secara runtut dan logis, serta menyajikannya dalam ragam bahasa tulis dan kaidah penulisan lainnya. Akan tetapi, di balik kerumitannya, menulis menjanjikan manfaat yang begitu besar dalam membantu pengembangan daya inisiatif dan kreativitas, kepercayaan diri dan keberanian, serta kebiasaan dan kemampuan dalam menemukan, mengumpulkan, mengolah, dan menata informasi. Budinuryanta mengungkapkan bahwa

14

Daeng Nurjamal dkk, Terampil Berbahasa, (Bandung: Alfabeta, 2013), h.69

15

(27)

terdapat beberapa manfaat menulis bagi penulis. Pertama, dengan menulis penulis dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi diri. Kedua,

melalui kegiatan menulis penulis dapat mengembangkan berbagai gagasan. Ketiga, kegiatan menulis memperluas wawasan baik secara teoretis maupun mengenai fakta-fakta yang bersangkutan. Keempat,

menulis dapat menjelaskan permasalahan yang semula masih samar bagi diri penulis sendiri. Kelima, melalui tulisan penulis akan dapat meninjau serta menilai gagasan secara lebih objektif. Keenam, menulis lebih mudah memecahkan permasalahan. Ketujuh, mendorong penulis belajar secara aktif. Kedelapan, kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan berpikir serta berbahasa secara tertib.16 Sayangnya, tidak banyak orang yang suka menulis. Di antara penyebabnya ialah karena orang merasa tidak berbakat serta tidak tahu bagaimana dan untuk apa menulis. Alasan itu sebenarnya tak terlepas dari pengalaman belajar yang dialaminya di sekolah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah proses menuangkan gagasan secara kreatif yang hasilnya berupa tulisan atau karangan. Dengan menulis seseorang dapat menambahkan atau memberikan informasi baru untuk orang lain. Menulis merupakan kegiatan berbahasa aktif yang menghasilkan informasi dalam sebuah komunikasi tulis.

b. Keterampilan Menulis Cerita Pendek Menggunakan Metode Simulasi

Pendidikan bukanlah soal berbicara dan bercerita tetapi sebuah proses transfer ilmu yang seharusnya mempunyai titik tekan yang bersikap aktif.

16

(28)

Jika hanya guru yang berbicara dan bercerita sedangkan siswa hanya mendengarkan dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru., kegiatan belajar mengajar menjadi pasif. Seharusnya siswa dilibatkan secara aktif dalam proses belajar.

Seorang guru harus bisa melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, yaitu dengan menerapkan metode mengajar yang bervariatif dan dapat disesuaikan antara metoe yang akan digunakan dengan konsep yang akan dipelajari, agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif, efisien, dan dapat mencapai tujuan, serta menimbulkan rasa senang dan tidak bosan di dalam kelas.

Salah satu metode pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif adalah pembelajaran dengan menggunakan metode simulasi. Dengan metode simulasi siswa dapat terlibat secara langsung dalam sebuah permasalahan dan memainkan perannya di depan kelas.

Keadaan kelas dengan menggunakan metode simulasi akan mempengaruhi daya tangkap siswa dalam menerima dan memahami pelajaran yang akan dipelajari. Jika dalam suatu proses belajar mengajar keadaan masing-masing siswa senang dan tidak merasa bosan, maka daya tangkap siswa dalam menerima dan memahami pelajaran akan lebih baik.

3. Hakikat Cerpen

a. Pengertian Cerita Pendek

(29)

Dari uraian beberapa definisi cerpen di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa cerpen adalah cerita fiksi yang memiliki keterkaitan pada satu kesatuan jiwa dan bisa dibaca sampai selesai hanya dengan waktu setengah sampai dua jam.

b. Ciri-ciri Cerpen

Nugroho dalam Tarigan mengatakan bahwa cerpen adalah cerita yang panjangnya di sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi yang terpusat dan lengkap pada dirinya sendiri.17 Untuk menentukan panjang cerpen memang sulit untuk ukuran yang umum, cerpen selesai dibaca dalam waktu 10 sampai 20 menit.

Tarigan mengemukakan ciri-ciri cerita pendek sebagai berikut;18 1) Ciri-ciri utama cerpen adalah: singkat, padat, intensif. 2) Unsur-unsur utama dalam cerpen: adegan, tokoh, dan gerak. 3) Bahasa cerpen haruslah tajam, sugestif, dan menarik perhatian. 4) Cerita pendek harus mengandung interpretasi pengarang tentang

konsepsinya mengenai kehidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

5) Sebuah cerpen harus menimbulkan satu efek dalam pikiran pembaca

6) Cerpen harus menimbulkan perasaan pada pembaca bahwa jalan ceritalah yang pertama-tama menarik perasaan, dan baru kemudian pikiran pembaca.

17

Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, cet. Ke-1, 1994), h. 179

18

(30)

7) Cerita pendek mengandung detail –detail dan insiden-insiden yang dipilah dengan sengaja dan yang bisa menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dalam pikiran pembaca.

8) Cerpen harus mempunyai seorang pelaku utama. 9) Cerpen bergantung pada satu situasi.

10) Cerpen memberikan impresi tunggal. 11) Cerpen memberikan suatu kebulatan efek. 12) Cerpen menyajikan satu emosi.

c. Unsur-unsur Cerpen

Sebuah cerpen merupakan sebuah bangun cerita yang menampilkan sebuah dunia yang sengaja dikreasikan pengarang. Dalam cerpen terdapat unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik, berikut penjelasan mengenai kedua unsure tersebut:

1) Unsur instrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. 19

Adapun yang termasuk unsur-unsur instrinsik yaitu tema, penokohan, alur, latar, sudut pandang.

a) Tema

Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjahmada University Press, 2007), h.23

20

(31)

berbagai pengalaman kehidupan, seperti masalah cinta, kasih, rindu, takut, maut, religious, dan sebagainya. Dalam hal tertentu, tema sering dapat disinonimkan dengan idea tau tujuan utama cerita.

b) Penokohan

Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Penokohan sebagai salah satu unsur pembangun fiksi dapat dikaji dan dianalisis keterjalinannya dengan unsur-unsur pembangunan lainnya. Untuk memberikan gambaran mengenai tokoh-tokoh dalam sebuah karya fiksi dibedakan ke dalam beberapa jenis berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan, yaitu: a. Berdasarkan segi peranan tokoh

1) Tokoh utama

(32)

c) Alur

Alur merupakan unsur cerita yang penting, bahkan tak sedkit orang yang menganggapnya sebagai yang terpenting di antara berbagai unsur lainnya. Stanton mengemukakan bahwa alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.21 Menurut Abrams dalam Nurgiantoro mengemukakan bahwa sebuah alur haruslah terdiri dari tahap awal, tengah, dan

Tahap tengah cerita disebut sebagai tahap pertikaian, menampilkan pertentangan atau konflik yang sudah mulai dimunculkan pada tahap sebelumnya menjadi semakin meningkat, semakin menegangkan.

c. Tahap akhir

Tahap akhir sebuah cerita dapat disebut sebagai tahap peleraian, menampilkan adegan tertentu sebagai akibat klimaks. Tahap akhir berisi bagaimana kesudahan cerita atau menyarankan pada hal bagaimana akhir sebuah cerita.

21

Ibid, h. 113

22

(33)

d) Latar

Latar adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi atau keterangan mengenai waktu, ruang/ tempat dan suasana dalam suatu cerita. Menurut Nurgiantoro unsure latar dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu:23

a. Latar tempat

Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, dan lokasi tertentu tanpa nama jelas.

b. Latar waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

c. Latar sosial

Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial berhubungan juga dengan status sosial tokoh yang bersangkitan, misalnya: rendah, menengah, atau atas. e) Sudut Pandang

Abrams dalam Nurgiantoro mengemukakan bahwa sudut pandang merupakan cara dan atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk

23

(34)

cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.24 Terdapat pembedaan sudut pandang yang akan dikemukakan berikut berdasarkan pembedaan yang telah umum dilakukan orang, yaitu bentuk persona ketiga dan persona pertama.

a. Sudut pandang persona ketiga: “Dia”

Pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang

persona ketiga, gaya “dia”, narator adalah seseorang yang

berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya; ia, dia, mereka. b. Sudut pandang persona pertama: “Aku”

Pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang

persona pertama, gaya “aku”, narator adalah seseorang ikut terlibat dalam cerita.

2) Unsur Ektrinsik

Unsur ekstrinsik merupakan latar belakang dan sumber informasi bagi karya sastra dan tidak dapat diabaikan karena mempunyai nilai dan pengaruh. Unsur ekstrinsik merupakan unsur atau bagian yang secara fungsional berhubungan dengan sebuah karya sastra satu sama lainnya.

d. Manfaat Menulis Cerpen

Segala sesuatu yang kita kerjakan pasti ada manfaatnya. Begitu juga dengan menulis cerpen. Menulis sebuah cerpen dapat melatih kita berani mengekspresikan diri melalui kata-kata tanpa harus ada lawan bicara secara langsung.

24

(35)

Manfaat menulis menurut Tarigan adalah:25

1) Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir.

2) Menolong kita berpikir secara kritis.

3) Memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi kita.

4) Memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi. 5) Membantu menjelaskan pikiran-pikiran kita.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis mempunyai banyak manfaat, diantaranya meningkatkan kecerdasan, mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas, dapat memberikan informasi kepada orang lain, memperdalam daya tanggap sehingga kita mampu berpikir secara kritis, dapat menuangkan ide ke dalam tulisan, dan dengan menulis kita dapat mempengaruhi pandangan orang lain melalui tulisan yang kita.

4. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan peneliti, di antaranya sebagai berikut:

1) Penelitian yang dilakukan oleh Toha dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran dengan Menggunakan Metode Simulasi Terhadap Pemahaman Konsep Matematika siswa”. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa: (1) pemahaman konsep matematika kelompok eksperimen lebih baik dibandingkan kelompok kontrol dan (2) nilai rata-rata kelas eksperimen dengan menggunakan

25

(36)

metode simulasi lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional.

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Toha dengan penelitian ini yaitu bahwa Matematika sebagai objek dari penelitian yang menggunakan metode simulasi. Selanjutnya dalam penelitian yang dilakukan oleh Toha dilaksanakan di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, Ciputat sedangkan skripsi ini dilakukan di MTs. Negeri 19 Jakarta selatan dengan sampel siswa kelas VII-I dan VII-II .

2) Penelitian yang dilakukan oleh Khori Yatun Nisah dalam

skripsinya yang berjudul “Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) Terhadap Kemampuan Menganalisis

Cerpen”. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa pembelajaran menganalisis cerpen melalui strategi Think-Talk-Write (TTW) sangat berpengaruh dan berhasil.

Penelitian yang dilakukan oleh Khori Yatun Nisah merupakan penelitian eksperimen. Selanjutnya dalam penelitian Khori Yatun Nisah menggunakan teknik Think-Talk-Write sedangkan penelitian ini menggunakan metode simulasi. Penelitian Khori Yatun Nisah dilaksanakan di SMK Triguna Utama dengan sampel siswa kelas X-OC dan kelas X-OD sedangkan penelitian ini dilaksanakan di MTs. Negeri 19 Jakarta Selatan dengan sampel siswa kelas VII-I dan kelas VII-II.

3) Penelitian yang dilakukan oleh Isroyati dalam skripsinya yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Narasi Dengan Penggunaan Metode Field Trip Pada Siswa Kelas IX di SMP Dwiguna

(37)

metode field trip dan siswa lebih termotivasi dalam belajar menulis paragraph narasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Isroyati merupakan penelitian tindakan kelas sedangkan penelitian yang peneliti lakukan ialah penelitian eksperimen. Selanjutnya dalam penelitian Isroyati menggunakan metode field trip sedangkan penelitian ini menggunakan metode simulasi. Penelitian Isroyati dilaksanakan di SMP Dwiguna dengan sampel kelas IX sedangkan penelitian ini dilaksanakan di MTs. N 19 Jakarta Selatan dengan sampel siswa kelas VII.

Dari hasil penelitian di atas, terihat bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode simulasi dapat mengaktifkan dan meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Pengaruh Metode Simulasi terhadap Keterampilan

Menulis Cerita Pendek Siswa.”

B. Kerangka Berpikir

Dari kajian teori di atas, dapat disusun kerangka pemikiran guna memperoleh jawaban sementara atas permasalahan yang timbul. Kelemahan siswa dalam menulis suatu bacaan khususnya cerita pendek membuat penurunan hasil belajar bahkan tujuan dari proses pembelajaran itu sendiri tidak tercapai.

Keterampilan menulis cerita pendek, yaitu keterampilan individu untuk menuliskan sebuah cerita pendek dengan berbagai tema tentang kehidupan. Dalam praktiknya, individu mampu mengenal suatu masalah dan menuliskan ke dalam sebuah cerita.

(38)

dalam mencapai tujuan pembelajaran. Guru kreatif dituntut mencari cara atau suatu metode pembelajaran yang tepat untuk dapat mencapai tujuan tersebut. Metode pembelajaran merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan kegunan tertentu. Oleh karena itu, pemilihan metode pembelajaran haruslah tepat, karena disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai.

Guru yang professional harus menguasai bahan ajar, memahami karakteristik peserta didik, dan terampil dalam memilih metode pembelajaran. Namun demikian pada kenyataannya guru tidak memiliki metode yang tepat untuk menangani kesulitan siswa siswa dalam menulis sebuah cerita pendek. Padahal untuk menulis cerita pendek sangatlah rumit karena harus memikirkan jalan cerita, penokohan, latar, dan sudut pandangnya.

Maka dari itu peneliti membuat penelitian dengan cara menerapkan metode yang dirasa cocok dengan permasalahan tersebut yaitu metode simulasi agar guru dan siswa aktif dalam pembelajaran. Metode simulasi harus direncanakan secara matang untuk seorang guru dalam proses belajar mengajar karena jika tidak direncanakan secara matang maka guru akan tertinggal. Dengan menggunakan metode simulasi siswa dapat secara langsung berpartisipasi sehingga dapat lebih mudah untuk memahami cerita pendek.

C. Hipotesis Penelitian

(39)

Hipotesis penelitiannya sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan melalui penggunaan metode simulasi terhadap keterampilan menulis cerpen siswa.

(40)

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MTs Negeri 19 Jakarta Selatan untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia pada pokok bahasan cerpen. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah kelasVII-I dan kelas VII-II yang berjumlah enam puluh lima siswa.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini mulai dilaksanakan pada penyerahan permohonan bimbingan skripsi, tepatnya pada bulan Januari 2013 hingga penelitian ini selesai dibuat yaitu pada Januari 2014. Pengambilan data dilakukan pada 3 Juni sampai dengan 14 Juni 2013.

B.Metode Penelitian dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Metodologi berasal dari kata “methode” yang berarti cara atau metode dan “logos” yang berarti ilmu, yang jika digabungkan menjadi

“ilmu tentang cara”. Dalam konteks ini berarti ilmu tentang cara

melakukan penelitian.1 Sugiyono mengemukakan bahwa metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.2

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Gay dalam Emzir menyatakan bahwa metode penelitian eksperimental merupakan satu-satunya metode penelitian yang dapat

1

Umi Zulfa, Metode Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta: Cahaya Ilmu, cet. ke-1, 2010), h. 2

2

(41)

menguji secara benar hipotesis menyangkut hubungan kausal.3 Adapun menurut Sugiyono, penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.4

Jadi, metode eksperimen adalah suatu teknik mencari pengaruh perlakuan yang terkendali dalam sebuah penelitian. Metode ini digunakan untuk mengetahui pengaruh keterampilan menulis cerita pendek pada siswa kelas VII MTs. N 19 Jakarta Selatan. Metode simulasi diterapkan pada satu dari dua kelompok belajar yang berbeda..

2. Desain Penelitian.

Desain penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah “Posttest

-Only Control Design”. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang maisng-masing dipilih secara random (R). Kelompok yang diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok control. Pengaruh adanya perlakuan adalah (O 1: O 2).

3

Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, cet. ke-1, 2008), h. 63-63

4

(42)

Tabel 1

Desain Metode Penelitian

Dalam penelitian yang sesungguhnya, pengaruh treatment dianalisis dengan uji beda, menggunakan statistik t-test. Jika terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan.

C.Populasi dan Sampel

1. Populasi

Sugiyono mengungkapkan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.5

Arikunto menyebutkan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.6 Nawawi dalam Margono mengemukakan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian.7

5

Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, cet. ke-13, 2008) h.61

6

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik , (Jakarta: Rineka Cipta, cet.ke-13, 2006), h. 130

7

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, cet. ke-6, 2007), h. 118.

R X O 2

(43)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah wilayah penelitian yang terdiri atas subjek atau objek yang memiliki karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas VII MTs. N 19 Jakarta Selatan yang berjumlah 130 siswa.

2. Sampel

Sampel adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu.8 Adapun pengertian lain mengenai sampel menurut Sugiyono adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.9 Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII dengan menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu sampel kelompok. Dalam sampel kelompok, nilai sampel adalah rata-rata kelompoknya, bukan nilai individu unsur sampel. Dalam penelitian ini terpilih dua kelas yang dijadikan sebagai sampel yaitu kelas VII-I sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-II sebagai kontrol.

D.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini hanya melalui tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. 10

Tes dalam penelitian ini yaitu latihan menulis cerita pendek dengan perbedaan perlakuan antara kelas eksperimen dan kelas control. Kelas eksperimen dengan menggunakan metode simulasi sedangkan kelas control menggunakan metode ceramah. Kriteria penilaian masing-masing cerita pendek yang ditulis siswa berdasarkan ketepatan antara tema dan judul,

(44)

penokohan, alur atau jalan ceritanya, latar dan sudut pandang yang digunakan oleh siswa dalam cerita pendek yang dibuatnya. Arikunto mengungkapkan bahwa tes digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang diteliti.11 Jadi, tes digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil akhir kemampuan menulis cerita pendek siswa setelah pelaksanaan pembelajaran melalui post test.

E.Teknik Analisis Data

Untuk pengujian hipotesis data hasil post test kemampuan menulis cerita pendek siswa dari kedua kelompok, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dianalisis dengan menggunakan statistik inferensial melalui uji beda rata-rata. Namun sebelumnya harus diadakan uji prasyarat analisis.

1. Uji prasyarat analisis

Uji homogenitas varians ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang didapat homogen atau tidak. Pengujian homogenitas ada tiga cara,12 yaitu:

a. Varians terbesar dibandingkan varians terkecil. b. Varians terkecil dibandingkan varians terbesar. c. Varians Bartlett (untuk lebih dari 2 kelompok)

Dari ketiga cara di atas peneliti memilih cara yang pertama yaitu cara varians terbesar dibandingkan varians terkecil dengan langkah-langkah sebagian berikut:

1) Tulis Ha dan Ho dalam bentuk kalimat. 2) Cari Fhitung dengan menggunakan rumus:

11

Suharsimi Arikunto, Op.Cit, h.223

12

(45)

3) Tetapkan taraf signifikansi ( 4) Hitung Ftabel dengan rumus:

Ftabel = F1/2 (dk varians terbesar - 1, dk varians terkecil - 1) Dengan menggunakan tabel F didapat Ftabel

5) Tentukan criteria pengujian Ho yaitu:

Jika Fhitung Ftabel maka Ho diterima (homogen) 6) Bandingkan Fhitung dengan Ftabel

7) Buatlah kesimpulannya.

2. Pengujian Hipotesis

Untuk pengujian hipotesis digunakan statistic inferensial yaitu uji perbedaan dua rata-rata. Adapun rumus statistic uji-t yang digunakan jika varians tidak homogen, yaitu:

Uji hipotesis untuk Ho: 1 - 2 = 0 akan mempunyai statistic uji 13:

Dimana t mengikuti distribusi t dengan derajat bebas sama dengan:

13

(46)

Sedangkan rumus statistic uji t yang digunakan jika varians homogen, yaitu:

;dengan derajat bebas (db)= n1 + n2 -2

(47)

36

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi Sekolah

1. Profil Sekolah

Madrasah Tsanawiyah Negeri 19 Jakarta, merupakan lembaga pendidikan yang setingkat dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) berciri khas Islam. Sebagai lembaga pendidikan Islam, Madrasah Tsanawiyah Negeri 19 Jakarta tidak hanya terpaku pada kegiatan penggalian ilmu pengetahuan semata, tetapi juga menjadi

wahana “pelatihan” untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan pada tataran realitas.

Selain itu, pendidikan di madrasah ini tidak hanya mengarah pada keunggulan akademis, tetapi justru menegaskan pada orientasi pembentukan karakter (character

building) yang berasaskan pada prinsip akhlaq al-karimah.

Keberadaan Madrasah Tsanawiyah Negeri 19 Jakarta sebelumnya adalah kelas jauh dari Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Mampang Jakarta Selatan yang berlokasi di Mampang Jakarta Selatan. Kegiatan belajar mengajar pertama dimulai pada tahun pelajaran 1995/1996 dengan menempatkan siswa kelas I Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Mampang Jakarta Selatan, dan sebagai pimpinan lokasinya adalah H. Mahfudz Ismail, BA.

(48)

Tabel 2

NO Nama Kepala Madrasah Tahun Jabatan

1 Drs. H. Mahdy 1995-2002

2 Drs. H. Wandin, AS 2002-2004

3 Drs. H. Budi 2004-2007

4 Haerawan, M. SI 2007-2011

5 Drs. H. Wawan M, M. Pd 2011-sekarang

2. Visi dan Misi Madrasah

Sebuah sekolah/madrasah tentunya memiliki visi dan misi tertentu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Begitupun dengan MTs. Negeri 19 Jakarta Selatan yang memiliki visi dan misi.

Berikut adalah visi MTs. Negeri 19 Jakarta Selatan:

“Terwujudnya madrasah berprestasi, cerdas, terampil dan berakhlak mulia”.

Dengan indikator visi sebagai berikut:

a. Tumbuh budaya pembelajaran yang progresif, kondusif terhadap peningkatan mutu belajar sekolah.

b. Memelihara kultur madrasah dalam mengoptimalkan waktu belajar.

c. Terukur peningkatan prestasi akademik dan non akademik secara berkelanjutan

d. Tercapai layanan prima proses pembelajaran berbasis ICT dan prinsip-prinsip nilai pedagogis.

e. Terdorong pengembangan diri berwawasan intelektual dan budaya penelitian f. Tanggap dan proaktif dalam mengolah informasi/data

(49)

Adapun misi dari madrasah ini adalah:

a. Mengembangkan potensi minat dan kompetensi dasar siswa secara optimal dalam proses pembelajaran.

b. Meningkatkan kompetensi standar ketenagaan yang professional.

c. Melaksanakan layanan prima dalam penyelenggaraan pendidikan dan kegiatan belajar mengajar (KBM) yang bermutu.

d. Mewujudkan sekolah yang berwawasan wiyata mandala untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pencapaian prestasi.

e. Meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pencapaian prestasi tingkat nasional.

f. Mewujudkan sistem penilaian yang berstandar nasional.

g. Mewujudkan kerjasama dengan lembaga-lembaga yang relevan untuk meningkatkan prestasi baik akademik maupun non akademik.

h. Mewujudkan ruang belajar yang representatif.

i. Mewujudkan pengembangan kemampuan seni budaya yang kompetitif dan mampu bersaing di tingkat nasional.

j. Mewujudkan pengembangan berbagai klub mata pelajaran untuk menghasilkan output yang kompetitif di tingkat kota.

k. Mengembangkan hidden silabi dalam mengaktualisasikan nilai-nilai keagamaan.

l. Menumbuhkan sikap kebersamaan dalam menghargai perbedaan.

3. Guru dan Tenaga Kependidikan

Berikut ini adalah data tenaga pengajar di MTsN 19 Jakarta

Tabel 3. Data Tenaga Pengajar di MTs. N 19 Jakarta

No Nama Jabatan Mata Pelajaran

(50)

3 Gojali, S.Ag Wakamad Bid. Kesiswaan Fiqh/Qiro’atulQutub 4 Djubaidah, S.Ag,

M.Pd.

Wakamad Bid. Humas Matematika

5 Dra. Hj. Yeni Triasih, M.Pd.

Kepala Perpustakaan Bahasa Indonesia

6 Nani Nihayati, S.Ag. Instruktur Kesenian dan Keputrian dan Wali Kelas 8

Aqidah Akhlak

7 M. Alwi, S.Ag Kepala Program

peningkatan mutu

BahasaInggris

8 H.A. Bukhori, S.Ag Kepala program keagamaan Qur’an Hadits

9 Drs. Edison Pembina OSIS IPS 20 Istianah Nurkhoirin,

M.Pd

Wali Kelas 7.5 Bahasa Arab

(51)

23 Drs. Shadiqin, M.Pd - B. Indonesia

24 Dra. Maryani Wali Kelas IX IPA

25 Retno Sri Sulistyowati, BA

- IPS

26 Nurhayati, S.Pd.I Wali Kelas 7.4 Fiqh, PLKJ

27 Ii Barkah, MA Wali Kelas 8 Fiqh

28 M. Toha, S.Pd. - PKn, PLKJ

29 Rahadi Wiyanto, A.Md.

- TIK

30 Nur Alfia Sholihat, S.Pd.

Kepala Lab IPA IPA

31 Ida Saidah, S.Pd.I. - Bahasa Arab

32 Ani Susanti, S.Sn. - Seni Budaya, Tata Boga

Tabel 4. Petugas Tenaga Kependidikan (tata usaha)

No Nama Jabatan

1 Amiruddin, A.Md. Kepala Urusan Tata Usaha

2 Ohan Jauhari, S.HI Bendahara DIPA

3 Santi Marta, S.Kom Bendahara BOP

4 Herman Sutisna PPABP, Kepegawaian

5 Yulnieti Arsiparis

6 Wiwik Hastuty Petugas BMN

7 Rusminah Petugas SAI

(52)

Tabel 5. Data Komite

No Nama Jabatan

1 Drs. H. Hanafi Ketua Komite

2 M. Alwi, S.Ag Wakil Ketua

3 Muhaddad, S.Ag Sekretaris 4 H.A. Bukhori, S.Ag Wakil Sekretaris

5 Ida Yusuf Bendahara

6 Djubaidah, S.Ag, M.Pd Wakil Bendahara 7 H. MukriSenun, S.Ag Anggota

8 Akib Anggota

4. Kurikulum

Kurikulum yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran di madrasah ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk semua jenjang kelas.

5. Kegiatan Kesiswaan

Kegiatan-kegiatan kesiswaan yang diadakan di madrasah ini meliputi kegiatan pembiasaan, kegiatan pembelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler. Berikut adalah pemaparannya:

a) Kegiatan Pembiasaan/rutin

Kegiatan rutin yang dilakukan di madrasah ini adalah sebagai berikut:

 Sholat berjama’ah setiap hari berikut sholat jum’at

 Tadarus bersama setiap pagi

 Pembacaan tahlil, tahmid dan surat yasin setiap jum’at

 Muroja’ah setiap pagi

(53)

b) Kegiatan pembelajaran

Kegiatan pembelajaran di madrasah ini dilakukan setiap Senin s.d. Jum’at. Dimulai dari jam 06.30-14.10, terkecuali Jumat dari jam 06.30-11.30. adapun di hari Sabtu dipergunakan untuk kegiatan pengembangan diri (ekstrakurikuler) dan pendalaman materi.

B.Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam penelitian ini, diperoleh hasil tes akhir (post test) pada kedua kelas. Adapun hasil data yang peneliti peroleh, dianalisis dan ditampilkan dalam bentuk tabel yang disertai pendeskripsiannya. Hasil akhir dari data yang telah diproses bertujuan untuk membuktikan apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas control dan kelas eksperimen setelah metode simulasi diterapkan dalam pembelajaran menulis cerita pendek.

1. Deskripsi Proses Pembelajaran di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol a) Proses Pembelajaran di Kelas Eksperimen

Dalam pembelajaran di kelas VII-I sebagai kelas eksperimen peneliti menggunaka metode simulasi. Metode simulasi merupakan metode pembelajaran yang dapat melatih siswa untuk melakukan dan meniru perbuatan yang bersifat berpura-pura dan menggambarkan keadaan sebenarnya.

Dalam metode ini siswa dituntut untuk dapat menulis sebuah cerita pendek berdasarkan metode yang dipilih peneliti. Berikut proses pembelajaran / tahap penerapan metode simulasi;

Pertama, peneliti menjelaskan kepada peserta didik bahwa peniliti akan

(54)

yang akan disimulasikan. Kelima, peneliti menyiapkan siswa yang akan berperan dalam simulasi cerita pendek. Keenam, pemeran menampilkan cerita sesuai dengan cerita yang dibuat peneliti dan peserta didik yang lainnya memperhatikan dengan seksama. Ketujuh, peneliti menjelaskan bagian-bagian dari cerita yang diperagakan dan mempersilahkan peserta didik untuk bertanya. Kedelapan, peneliti memberi tugas kepada peserta didik untuk membuat cerita pendek dengan meniru dan mengembangkan cerita yang dibuat sebelumnya oleh peneliti.

b) Proses Pembelajaran di Kelas Kontrol

Dalam pembelajaran di kelas VII-II sebagai kelas kontrol, peneliti tidak menggunakan metode simulasi seperti di dalam kelas eksperimen. Peneliti menggunakan metode ceramah untuk menjelaskan materi tentang menulis cerita pendek. Berikut proses / tahap pembelajaran dengan metode ceramah; hal pertama yang dilakukan sebelum melaksanakan pembelajaran dengan materi menulis cerita pendek adalah menjelaskan tentang cerita pendek. Kemudian memberikan kesempatan siswa untuk bertanya mengenai cerita pendek. Selanjutnya siswa diberi tugas untuk membuat cerita pendek berdasarkan pengalaman hidupnya. Tema tidak ditentukan oleh peneliti jadi peserta didik dapat dengan bebas menuliskan cerita berdasarkan pengalaman pribadinya. Selanjutnya peserta didik mengumpulkan hasil karangannya berupa cerita pendek.

2. Deskripsi Hasil Penelitian

(55)

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan peneliti di MTs. 19 Jakarta Selatan dengan menerapkan perlakuan metode terdapat perbedaan dari skor dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Output dari penelitian berupa cerita pendek yang dibuat oleh peserta didik. Hasil penyekoran setiap aspek dari kedua kelas kemudian diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan. Tingkat pertama, dengan skor tertinggi yaitu 100. Tingkat kedua, dengan skor sedang yaitu 70. Tingkat ketiga, dengan skor terendah yaitu 50. Berikut adalah deskripsi hasil penulisan cerita pendek kelas eksperimen (kelas VII-I) dan kelas control (kelas VII-II);

a. Kelas Eksperimen

Hasil dari pembelajaran keterampilan menulis cerita pendek di kelas VII-I sebagai kelas eksperimen terdapat dua peserta didik dengan nilai tertinggi, dua puluh satu peserta diidk dengan nilai sedang, dan lima peserta didik dengan nilai terendah.

b. Kelas Kontrol

Hasil dari pembelajaran keterampilan menulis cerita pendek di kelas VII-II sebagai kelas kontrol terdapat satu peserta diidk dengan nilai tertinggi, delapan belas peserta diidk dengan nilai sedang, dan delapan peserta diidk dengan nilai terendah.

Berdasarkan deskripsi di atas peneliti menyimpulkan bahwa dengan menggunakan metode simulasi peserta didik akan lebih mudah dalam menulis sebuah cerita pendek. Sedangkan dengan metode ceramah siswa agak sedikit kesulitan dalam menulis cerita pendek. Meskipun hasil nilai dari kedua kelas tersebut terlihat perbedaan yang tidak signifikan.

Untuk lebih jelasnya peneliti akan memaparkan hasil penilaian keterampilan menulis cerita pendek siswa kelas VII baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol yang sudah diolah ke dalam bentuk angka-angka

(56)

Tabel. 6. Hasil Penilaian Keterampilan Menulis Cerita Pendek Siswa Kelas VII

(Kelas Eksperimen)

No Nama Siswa

(Kelas Eksperimen) Tema Penokohan Alur Latar

Sudut

Pandang Nilai

1 Aditya Wicaksono 20 15 20 10 10 75

2 Aksyal Al-Fikri 15 15 15 20 15 80

3 Annisa Nurul Aini 15 20 15 15 15 80

4 Ayu Dina Firawati 10 15 10 15 10 60

5 Desti Wulandari 15 20 10 15 15 75

6 Devi Rahma Ariani 15 20 15 15 10 75

7 Dina Riyani Mukti 15 20 20 20 10 85

8 Elsa Aulia Meilana 25 18 20 10 10 83

9 Ferdi Apriyadi 10 10 10 10 10 50

10 Gina Yusnita Sari 20 20 20 20 15 95

11 Imam Agshol 15 20 20 15 15 85

12 Indriani 15 15 15 20 10 75

13 Khodijah 15 20 15 20 15 85

14 Lu'lu'atul Fuada 15 20 15 10 10 70

15 Muhammad Rizki 15 15 20 15 15 80

16 Miftahul Jannah 15 15 20 20 10 80

17 Mirza Fath Al-Azhari 15 15 15 20 15 80

18 Muhammad Haqi Annazili 20 20 20 15 15 90

(57)

Tabel. 7. Hasil Penilaian Keterampilan Menulis Cerita Pendek Siswa Kelas VII

(Kelas Kontrol)

20 Nabila Husnul Chotimah 10 15 10 15 15 65

21 Nur Asmi Fadillah 10 15 15 15 10 65

22 Nurul Marfuah 15 20 20 15 10 80

23 Pangestika Ramadhanty 15 15 15 15 10 70

24 Rafliansyah Al-Rifqi 10 10 15 15 10 60

25 Reni Sukmawati 15 15 20 20 10 80

26 Rizka Fikayandini 15 20 20 20 15 85

27 Ruwani Sri Sulastri 15 15 20 20 10 80

28 Satrio Yudo Sakti Utomo 15 15 20 20 10 85

Jumlah 2148

No Nama Siswa

(Kelas Kontrol) Tema Penokohan Alur Latar

Sudut

Pandang Nilai

1 Adhi Kosasih 10 15 15 10 10 60

2 Adhisti Toatillah 15 20 15 20 10 80

3 Ahmad Shofie Ashfiya 15 15 15 15 10 70

4 Annisa Krisya Diaz 15 20 15 15 10 75

5 Avi Mulia Awangga 10 15 15 10 10 60

6 Biyan Tito Jianto 10 10 10 10 10 50

7 Devi Fitri Rahayu 15 15 20 15 10 75

8 Difa Maulaya 15 15 15 20 10 75

(58)

10 Fazarullah Damaraldy 15 15 15 20 10 75

11 Geby Septi Fahira - - - -

12 Ilham Hafizd Ahmadi 10 15 15 15 10 65

13 Indah Widiastuti 15 20 20 15 15 85

14 Khairun Nissa Ainun Fitriani 15 20 15 10 10 70

15 Lulu Fathiya 15 20 20 15 10 80

16 Muhammad Haikal Putra. H 15 20 15 10 10 70

17 Maulana Ishak Almahmudi 15 20 15 10 10 70

18 Meilina Widiastuti 15 20 20 15 15 85

19 Muhammad Fikri Zakky 15 20 15 15 10 75

20 Muhammad Yusril Azhim 10 15 10 15 10 60

21 Muhammad Zharfan Hanif 10 15 10 15 10 60

22 Nabilah Oktaviani Gunawan 15 20 15 20 15 85

23 Nur Alifia 15 15 15 15 10 70

24 Nurmala Budiarti 10 10 15 10 10 60

25 Oktaviani Nurmalasary 15 15 20 15 15 80

26 Raihanah 20 20 20 15 15 90

27 Rendi Melyanto 15 15 20 15 15 80

28 Rina Ajizah 20 20 20 15 15 85

(59)
(60)

22 80 85 6400 7225

23 70 70 4900 4900

24 60 60 3600 3600

25 80 80 6400 6400

26 85 90 7225 8100

27 80 80 6400 6400

28 85 85 7225 7225

Jumlah 2148 1955 167.414 144175

3. Analisis Data

Untuk pengujian hipotesis, data hasil belajar siswa dari kedua kelompok, baik kelompok eksperimen maupun kelompok control dianalisis dengan menggunakan statistik inferensial melalui uji beda rata-rata. Namun sebelumnya harus diadakan uji prasyarat analisis.

a. Uji Prasyarat Analisis Uji Homogenitas Varians

Uji Homogenitas adalah pengujian data, apakah data tersebut homogeny atau tidak. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan cara uji: varians terbesar dibandingkan varians terkecil.

1) Hipotesis

Ho = Tidak terdapat perbedaan varians 1 dengan varians 2 (homogen).

(61)

2) Menentukan Fhitung dan Ftabel

Fhitung =

;dengan derajat bebas (db)= (nbesar-1, nkecil-1)

Mencari varians (S2):

S12 = n1( ∑ x12) –( ∑x1 ) 2

n1 (n1-1)

S12=

S12 =

S12 =

S12 =

S22 = n2( ∑ x22) –( ∑x2 ) 2

n2 (n2-1)

(62)

S22 =

S22=

S22=

Keterangan : S2 = Varians

N1 = Banyaknya jumlah kelas eksperimen N2 = Banyaknya jumlah kelas control

3) Menghitung Fhitung

F =

=

=

;db = (28-1,27-1) = (27,26)

4) Hitung Ftabel dengan rumus:

Ftabel = F1/2 (dk varians terbesar - 1, dk varians terkecil - 1)

Gambar

Tabel 1 Desain Metode Penelitian
NO Tabel 2 Nama Kepala Madrasah
Tabel 3. Data Tenaga Pengajar di MTs. N 19 Jakarta
Tabel 4.  Petugas Tenaga Kependidikan (tata usaha)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini, sampel diberi satu kali tes, yaitu tes yang dilakukan untuk mengetahui keterampilan menulis cerita pendek peserta didik Kelas X SMA Negeri 35 Jakarta

Laksmi, Paramita. Peningkatan Keterampilan Menulis cerita pendek berdasarkan cerita rakyat pada Siswa Kelas X-8 SMA Islam Sultan Agung I Semarang. Bahasa dan Sastra

Laksmi, Paramita. Peningkatan Keterampilan Menulis cerita pendek berdasarkan cerita rakyat pada Siswa Kelas X-8 SMA Islam Sultan Agung I Semarang. Bahasa dan Sastra

Kriteria keberhasilan dalam keterampilan menulis ini dapat dilihat dari perbedaan keterampilan menulis siswa khususnya menulis cerita pendek antara siswa yang

Pemakaian media pembelajaran VideoScribe dapat meningkatkan motivasi, antusias, dan keterampilan menulis cerita pendek dengan hasil belajar peserta didik di siklus

Peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran keterampilan menulis cerita pendek ditunjukkan dengan peningkatan di siklus II dengan persentase nilai keaktifan

Peningkatan Proses Pembelajaran Keterampilan Menulis Cerita Pendek Menggunakan Metode Resitasi pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II Berdasarkan tabel 15, persentase hasil

Candro Saragih 75 80 Keterampilan Menulis Cerpen 69,91 80,91 Menurut dari hasil penelitian tentang proses dan hasil belajar siswa dengan materi menulis cerita pendek melalui dua