• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK SISWA KELAS VI SD NEGERI KARANGJATI DENGAN STRATEGI 3M (MENIRU, MENGOLAH, MENGEMBANGKAN).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK SISWA KELAS VI SD NEGERI KARANGJATI DENGAN STRATEGI 3M (MENIRU, MENGOLAH, MENGEMBANGKAN)."

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK SISWA KELAS VI SD NEGERI KARANGJATI DENGAN STRATEGI

3M (MENIRU, MENGOLAH, MENGEMBANGKAN)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Briliyan S.A. NIM 11108241113

P52*5$0678',3(1',',.$1*8586(.2/$+'$6$5

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis maka ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah – Pramodya Ananta Toer

(6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta.

(7)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK SISWA KELAS VI SD NEGERI KARANGJATI DENGAN STRATEGI

3M (MENIRU, MENGOLAH, MENGEMBANGKAN) Oleh

Briliyan S.A. NIM 11108241113

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan proses dan besarnya peningkatan keterampilan menulis cerita pendek siswa Kelas VI SD Negeri Karangjati dengan strategi 3M (meniru-mengolah-mengembangkan).

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan model siklus yang berulang dan berkelanjutan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri Karangjati yang berjumlah 25 siswa. Objek dalam penelitian ini adalah meningkatkan proses menulis cerita pendek dengan strategi 3M (meniru-mengolah-mengembangkan). Instrumen yang digunakan adalah observasi, wawancara dan tes. Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya Penggunaan strategi 3M (meniru, mengolah, mengembangkan) mampu meningkatkan proses keterampilan menulis cerita pendek siswa kelas VI SD Negeri Karangjati karena mudah digunakan oleh siswa. Sejak dilakukan kegiatan dari pratindakan hingga akhir siklus II nilai rata-rata mengalami peningkatan sebanyak 22,3%. Dengan peningkatan hasil belajar tersebut seluruh siswa kelas VI SD Negeri Karangjati telah mencapai KKM. Selain itu . Sehingga dapat disimpulkan bahwa strategi 3M (meniru, mengolah, mengembangkan) dapat meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek siswa kelas V SD Negeri Karangjati.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Pendek Siswa Kelas VI SD Negeri Karangjati dengan Strategi 3M (meniru, mengolah, mengembangkan)” dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terwujud tanpa dorongan dan bimbingan segenap pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar dan menempuh pendidikan akademik di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Dr. Haryanto, M.Pd, yang telah memberikan penulis kesempatan untuk menyelesaikan penelitian ini.

3. Wakil Dekan I, Dr. Sugito, M.A, yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Ketua Jurusan PPSD, Ibu Hidayati, M.Hum, yang telah memberikan arahan dalam pengambilan tugas akhir skripsi ini.

(9)

6. Bapak Kepala SD Negeri Karangjati yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di sekolahnya.

7. Bapak Suwaji, S. Pd. selaku guru kelas VI SD Negeri Karangjati yang telah bersedia bekerjasama dalam pelaksanaan penelitian ini.

8. Adikku yang bersemangat Ruhamahani Fathu R, dan seluruh keluarga besarku yang selalu membanggakan.

9. Endah Fajriani Rifai, jadilah istri yang baik.

10. Semua pihak yang telah membantu, memberikan doa dan masukan, dukungan, serta memberikan semangat kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan. Demikianlah skripsi ini saya buat semoga bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 18 September 2015 Penulis

(10)

DAFTAR ISI A. Kajian tentang Keterampilan Menulis ... 12

1. Hakikat tentang Menulis ... 12

2. Tahapan Menulis ... 16

B. Hakikat Cerita Pendek ... 21

(11)

2. Tujuan Menulis Cerita Pendek ... 24

3. Unsur-unsur dalam Cerita Pendek ... 25

4. Asesment dalam Menulis Cerita Pendek ... 30

C. Hakikat Keterampilan Menulis Cerita Pendek ... 31

D. Kajian tentang Strategi 3M (Meniru, Mengolah, Mengembangkan) ... 32

1. Strategi Pembelajaran 3M (Meniru, Mengolah, Mengembangkan) ... 32

2. Langkah-Langkah Strategi 3M (Meniru, Mengolah, Mengembangkan) ... 34

E. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Kelas VI ... 36

1. Perkembangan Siswa Sekolah Dasar ... 36

2. Perkembangan Menulis Siswa Kelas VI Sekolah Dasar ... 38

F. Penelitian yang Relevan ... . 39

G. Kerangka Pikir ... 40

H. Hipotesis Penelitian ... 41

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 42

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 43

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 43

D. Desain Penelitian ... 44

1. Perencanaan (Planning) ... 45

2. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan (Acting and Observing) ... 46

(12)

A. Hasil Penelitian

1. Diskripsi Prasiklus ... 54

2. Pelaksanaan Tindakan Kelas dalam Menulis Cerita Pendek Menggunakan Strategi 3M (Meniru, Mengolah, Mengembangkan) pada siklus I ... 57

3. Pelaksanaan Tindakan Kelas dalam Menulis Cerita Pendek Menggunakan Strategi 3M (Meniru, Mengolah, Mengembangkan) pada siklus II ... 68

4. Hasil Kerja Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Menulis Cerita Pendek Dengan Menggunakan Strategi 3M (Meniru, Mengolah, Mengembangkan) ... 78

5. Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Pendek dengan Menggunakan Strategi 3M (Meniru, Mengolah, Mengembangkan) ... 83

B. Pembahasan 1. Informasi Awal Keterampilan Siswa dalam Menulis Cerita Pendek ... 87

2. Proses Tindakan ... 88

3. Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Pendek dengan Menggunakan Strategi 3M (Meniru, Mengolah, Mengembangkan) ... 88

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 93

B. Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 95

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kriteria Penilaian Tes Menulis Cerita Pendek ... 30

Tabel 2. Penilaian Keterampilan Menulis ... . 31

Tabel 3. Jadwal Penelitian ... 44

Tabel 4. Lembar Observasi dalam Penelitian ... 50

Tabel 5. Kisi-kisi Lembar Penilaian Keterampilan Menulis Cerita Pendek ... 51

Tabel 6. Klasifikasi Keberhasilan Skor Menulis Cerita Pendek... 52

Tabel 7. Hasil Pengamatan Pratindakan ... 55

Tabel 8. Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Pratindakan ... 55

Tabel 9. Skor Tiap Aspek Menulis Cerita Pendek pada Pratindakan ... 56

Tabel 10. Hasil Pengamatan Pertemuan Pertama Siklus I ... 62

Tabel 11. Hasil Pengamatan Pertemuan Kedua Siklus I ... 66

Tabel 12. Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Siklus I ... 67

Tabel 13. Hasil Pengamatan Pertemuan Pertama Siklus II ... 73

Tabel 14. Hasil Pengamatan Pertemuan Kedua Siklus II ... 76

Tabel 15. Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Siklus II ... 77

Tabel 16. Skor Tiap Aspek Menulis Cerita Pendek pada Siklus I ... 79

Tabel 17. Skor Tiap Aspek Menulis Cerita Pendek pada Siklus II ... 81

Tabel 18. Rangkuman Kriteria Keberhasilan Menulis Cerita Pendek ... 82

Tabel 19. Rangkuman Data Keterampilan Menulis Cerita Pendek ... 83

Tabel 20. Peningkatan Skor Rata-rata Keterampilan Menulis Cerita Pendek dari Siklus I ke Siklus II ... 84

Tabel 21. Peningkatan Skor Rata-rata Aspek Keterampilan Menulis Cerita Pendek pada Pratindakan ke Siklus II... 85

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Proses Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan

Mc Taggart ... 45 Gambar 2. Skor Rata-rata Tiap Aspek dalam Menulis Cerita Pendek

pada Pratindakan ... 57 Gambar 3. Skor Rata-rata Tiap Aspek dalam Menulis Cerita Pendek

pada Siklus I ... 80 Gambar 4. Skor Rata-rata Tiap Aspek dalam Menulis Cerita Pendek

pada Siklus II ... 82 Gambar 5. Peningkatan Skor Rata-rata Keterampilan Menulis

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Daftar Nama Siswa Kelas VI SDN Karangjati... 97

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 98

Lampiran 3. Lembar Observasi ... 114

Lampiran 4. Skor Penilaian Keterampilan Menulis Cerita Pendek ... 115

Lampiran 5. Hasil Cerita Pendek Siswa ... 118

Lampiran 6. Dokumentasi Selama Penelitian ... 124

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan perjalanan yang tidak pernah berakhir dalam pembinaan dan pemahaman diri. Ini berarti bahwa analisis serta perbaikan cara-cara belajar dituntut agar tetap berlangsung berkesinambungan (Sindhunata, 2000:115). Proses belajar tersebut dapat di lakukan di mana saja, salah satunya adalah di sekolah.

Berdasarkan jenjang persekolahan, pendidikan paling dasar adalah pendidikan sekolah dasar. Dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah dasar, siswa mendapatkan berbagai macam pelajaran. Salah satu pelajaran yang ada di sekolah dasar adalah pelajaran Bahasa Indonesia. Agar penyelenggaraan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, setiap pembelajaran di sekolah membutuhkan adanya interaksi antara peserta didik dan sumber belajar.

Pelaksanaan pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis dan berhitung bagi setiap warga masyarakat (UU sisdiknas No 23 tahun 2003). Siswa diberi pembelajaran membaca dan menulis pada setiap mata pelajaran. Namun dalam hal ini pelajaran Bahasa Indonesia lebih fokus pada peningkatan keterampilan membaca dan menulis siswa.

(17)

bahasa yang digunakan sebagai bahasa pengantar sehari-hari masih membuat siswa mengalami kesulitan dalam belajar Bahasa Indonesia.

Dalam aktifitas menulis khususnya membuat cerita pendek, siswa mengalami kesulitan dalam mencari ide dan merangkai kalimat menjadi cerita yang ingin dikembangkan. Padahal menulis merupakan aktifitas yang menyenangkan. Caryn Mirriam-Goldberg Ph.D (2005:28) dalam bukunya yang berjudul “Daripada Bete, Nulis Aja!” menyatakan bahwa mampu menuliskan kata ke atas kertas dan mengisi halaman-halaman dengan gagasan dan pendapat dari diri sendiri menimbulkan kegembiraan tersendiri. Kegembiraan tersebut didapat melalui aktifitas siswa dalam berimajinasi.

Berimajinasi merupakan kebutuhan alamiah dan bukan bentuk kemalasan. Imajinasi siswa bisa saja lahir sebagai hasil dari imitasi atau meniru dari tayangan yang ditontonnya bahkan bisa juga pengaruh dari dongeng yang di dengarnya. Namun, imajinasi juga bisa muncul secara murni dan orisinil dari benaknya sebagai hasil mengolah dan memanfaatkan kelebihan dari kemampuan otak yang dianugerahkan Tuhan (Andri Wicaksono, 2014:2). Imajinasi dapat bermanfaat apabila mampu dituliskan menjadi rangkaian kata-kata yang tersusun menjadi sebuah cerita. Hal ini dapat dilakukan dengan kegiatan menulis, salah satunya adalah menulis cerita pendek.

(18)

sebuah strategi yang dapat membantu siswa untuk mempermudah dalam mencari ide dan memulai menulis suatu cerita pendek.

Siswa sekolah dasar pada dasarnya dalam tahapan operasional konkret. Hal ini juga diutarakan oleh Piaget (Rita Eka Izzati dkk, 2008:105-106) yang menyatakan bahwa anak pada umur 7-12 tahun berada pada tahap operasional konkret. Sangat penting bagi guru untuk memahami tahapan ini. Pada awal masa kanak-kanak konsep yang didapatkan masih samar-samar dan tidak jelas.

Pada tahapan operasional konkret anak sudah dapat menggunakan operasai mental untuk memecahkan masalah-masalah yang aktual. Anak juga mampu menggunakan mentalnya untuk memecahkan masalah yang konkret. Oleh karena itu peranan guru sangat penting dalam mengembangkan keterampilan siswa, khususnya keterampilan menulis cerita pendek.

Pelajaran menulis cerita pendek pada siswa memerlukan sebuah strategi yang memudahkan siswa dalam belajar menulis. Strategi tersebut harus membuat siswa lebih memahami konsep Bahasa Indonesia secara gampang. Sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan dapat membuat siswa lebih fokus dan tertarik pada pelajaran yang diberikan guru.

(19)

berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan tersebut guru memiliki peranan penting pada saat pembelajaran, dalam hal ini guru berperan untuk memfasilitasi siswa.

Oleh karena itu diperlukan sosok guru yang kreatif dan inovatif untuk menjadi fasilitator bagi siswa. Seharusnya guru mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan tidak hanya menggunakan metode ceramah untuk menyampaikan materi pembelajaran. Pembelajaran yang hanya menggunakan metode ceramah dapat mematikan kreatifitas siswa. Padahal, jika dikembangkan kreatifitas siswa pada masa anak-anak ini sangat luar biasa.

Pada tahapan ini anak masih berfikir polos, tidak takut pada apapun dan memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Dalam hal ini guru harus mengembangkan strategi yang digunakan dalam pembelajaran, mengingat sekarang ini sudah banyak teknik, stategi dan metode yang cocok digunakan dalam menyampaikan materi pada proses pembelajaran.

Penggunaan strategi yang dapat mempermudah pembelajaran menuntut guru untuk lebih aktif dan kreatif dalam mencari bahan yang digunakan pada saat pembelajaran berlangsung. Salah satunya dengan penggunaan strategi 3M (meniru-mengolah-mengembangkan) dalam pembelajaran menulis cerita pendek. Penggunaan strategi ini akan mempermudah siswa dalam belajar menulis cerita pendek.

(20)

mudah dipraktikan oleh siswa. Tahapan strategi ini meliputi tahapan meniru ide dari cerita pendek yang sudah ada, lalu diolah dengan ide yang dimiliki siswa dan dikembangkan sesuai kreativitas masing-masing.

Jika guru tidak menggunakan strategi yang dapat mempermudah pembelajaran, maka proses penerimaan informasi dari guru kepada siswa dapat terhambat. Hal ini membuat siswa cepat bosan dan sulit untuk memahami konsep yang diberikan oleh guru. Kondisi demikian terjadi pada beberapa mata pelajaran khususnya pada pelajaran Bahasa Indonesia.

Materi Bahasa Indonesia di sekolah dasar bisa dikatakan masih ada yang abstrak, dalam artian guru kesulitan mencari media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran tersebut. Oleh karena itu seorang guru harus kreatif agar dapat mengkonkretkan materi melalui media yang menyenangkan sehingga mudah diterima siswa.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada guru Kelas VI SD Negeri Karangjati diperoleh data wawancara mengenai pelajaran Bahasa Indonesia sebagai berikut:

(21)

Kedua, guru belum banyak mengetahui tentang strategi, yang dapat digunakan untuk menyampaikan materi pada pelajaran Bahasa Indonesia. Teks bacaan dalam buku pelajaran selalu digunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran. Hal tersebut membuat variasi strategi pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi terbatas. Padahal, dalam pelajaran Bahasa Indonesia guru harus menggunakan strategi menarik agar materi yang dianggap sukar oleh siswa dapat menjadi lebih mudah.

Ketiga, siswa merasa kesulitan dalam pokok bahasan membuat cerita pendek. Walaupun siswa dibebaskan dalam membuat cerita pendek, namun pelajaran menulis cerita pendek cukup membuat siswa kesulitan. Kesulitan tersebut berasal dari mencari ide untuk membuat cerita pendek. Siswa juga merasakan kesulitan dalam membuat awalan dalam memulai sebuah cerita cerita pendek. Peranan guru dalam pembelajaran dikelas cukup minim, dikarenakan banyak siswa yang cenderung pasif mengikuti pelajaran di kelas.

Keempat, keterampilan menulis cerita pendek siswa Kelas VI SD Negeri Karagjati masih rendah. Siswa masih mengalami kesulitan dalam pemilihan kata dan belum ada keterkaitan antar paragraph pada cerita pendek yang dibuat siswa. Saat membuat cerita pendek siswa juga belum memperhatikan tanda baca. Waktu yang diberikan oleh guru belum banyak dimanfaatkan dengan baik oleh siswa. Siswa yang sudah bosan lalu asyik dengan pekerjaan lain seperti menggambar dan bercanda dengan temannya yang lain.

(22)

sebanyak-banyaknya melalui kegiatan membaca. Namun dilapangan siswa Kelas VI SD Negeri Karangjati belum maksimal mamanfaatkan perpustakaan yang ada. Pada jam istirahat siswa lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain dan membeli jajanan di kantin sekolah. Padahal di perpustakaan sekolah terdapat banyak buku yang menarik untuk dibaca referensi untuk membuat tulisan cerita pendek.

Keenam, guru masih sebagai pusat pembelajaran. Dalam hal ini siswa cenderung lebih pasif dan kurang aktif dalam mengikuti pelajaran. Penggunaan media sebenarnya sangat penting agar siswa mampu lebih aktif dalam mengikuti pelajaran. Namun, guru belum menggunakan media dalam menjelaskan materi pada pokok bahasan menulis cerita pendek.

Sesuai dengan permasalahan pembelajaran Bahasa Indonesia pada pokok pembahasan menulis cerita pendek di Kelas VI SD Negeri Karangjati, minimnya strategi dalam membelajarkan Bahasa Indonesia mengakibatkan hasil belajar siswa rendah. Dari permasalahan tersebut peneliti merasa perlu melakukan penelitian tindak kelas untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis cerita pendek melalui strategi 3M (meniru-mengolah-mengembangkan).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(23)

2. Guru Kelas VI SD Negeri Karangjati belum banyak mengetahui strategi yang dapat digunakan untuk menyampaikan materi pada pelajaran Bahasa Indonesia.

3. Siswa Kelas VI SD Negeri Karangjati merasa kesulitan dalam mencari ide untuk membuat cerita pendek.

4. Keterampilan menulis cerita pendek siswa Kelas VI SD Negeri Karangjati masih rendah.

5. Minat membaca siswa Kelas VI SD Negeri Karangjati masih rendah, padahal di perpustakaan telah ada banyak buku bacaan yang menarik. 6. Pusat pembelajaran terdapat pada guru, sehingga siswa masih terlihat pasif

dalam mengikuti pelajaran. C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, permasalahan penelitian ini dibatasi pada keterampilan menulis cerita pendek siswa Kelas VI SD Negeri Karangjati dengan strategi 3M (meniru-mengolah-mengembangkan) yang masih rendah.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut.

(24)

2. Seberapa besar peningkatan keterampilan menulis cerita pendek siswa Kelas VI SD Negeri Karangjati melalui strategi 3M (meniru-mengolah-mengembangkan)?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk meningkatkan proses keterampilan menulis cerita pendek siswa Kelas VI SD Negeri Karangjati dengan strategi 3M (meniru-mengolah-mengembangkan).

2. Untuk mengetahui besar peningkatan keterampilan mengarang siswa Kelas VI SD Negeri Karangjati dengan strategi 3M (meniru-mengolah-mengembangkan).

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, dapat diperoleh beberapa manfaat. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis, penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi tambahan bagi praktisi pendidikan yang mengadakan upaya peningkatan keterampilan menulis cerita pendek pada siswa Kelas VI SD Negeri Karangjati.

2. Manfaat praktis

(25)

b. Bagi pihak sekolah, kontribusi hasil penelitian ini adalah bukti konkrit untuk memberikan informasi dan sebagai refleksi kualitas proses pembelajaran.

c. Bagi guru, hasil penelitian ini sebagai bahan masukan agar terus meningkatkan kemapuan mengarang siswa Kelas VI SD Negeri Karangjati.

d. Bagi peneliti, hasil penelitian ini adalah bagian dari pengabdian yang dapat dijadikan refleksi untuk terus mengembangkan inovasi dalam hal pembelajaran menuju hasil yang lebih baik serta menjadikan pengalaman yang sangat berharga sehingga menjadi bekal dan acuan dalam penyusunan karya ilmiah selanjutnya.

e. Bagi siswa, penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu cara meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek.

G. Definisi Operasional

1. Keterampilan menulis cerita pendek

Keterampilan menulis cerita pendek merupakan keterampilan yang dimiliki siswa dalam menuliskan ide-ide dan gagasan untuk menyusun kalimat menjadi sebuah cerita. Siswa harus memiliki banyak referensi dan bahan cerita, maka perlu banyak membaca buku cerita sebelum membuat tulisan cerita pendek.

2. Strategi 3M (Meniru-Mengolah-Mengembangkan)

(26)
(27)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian tentang Keterampilan Menulis 1. Hakikat tentang Menulis

Menulis menurut Gie (2002:3) diistilahkan mengarang, yaitu segenap rangkaian kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami. Dalam kehidupan modern ini jelas bahwa keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Menulis dipergunakan sesorang untuk mencatat atau merekam, meyakinkan, melaporkan atau memberitahukan, dan mempengaruhi orang lain.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Prof. M. Atar Semi (2007:14) yang menyatakan bahwa menulis atau mengarang merupakan suatu proses kreatif menindahkan gagasan kedalam lambang lambang tulisan. Menulis memiliki tiga aspek utama. Pertama, adanya tujuan atau maksud tertentu yang hendak dicapai. Kedua, adannya gagasan yang hendak dikomunikasikan. Ketiga, adanya sistem pemindahan gagasan, yaitu berupa sistem bahasa.

(28)

bercakap-cakap; dalam tulisan tidak terdapat intonasi, ekspresi wajah, gerakan fisik, serta situasi yang menyertai percakapan, (4) merupakan suatu ragam komunikasi yang perlu dilengkapi dengan alat-alat penjelas serta ejaan dan tanda baca, (5) merupakan bentuk komunikasi untuk menyampaikan gagasan penulis kepada khalayak pembaca yang dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.

Pendapat tersebut menerangkan bahwa menulis merupakan suatu bentuk komunikasi pemikiran tentang gagasan yang akan disampaikan. Selain itu menulis diartikan berbeda dengan percakapan karena menulis menggunakan pelengkap seperti alat penjelas serta ejaan dan tanda baca. Menulis juga merupakan bentuk komunikasi yang berusaha menyampaikan gagasan penulis kepada pembaca yang dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.

Ngalim Purwanto dan Djeniah Alim (1997:58) di dalam bukunya menerangkan bahwa ada perbedaan mengarang dengan becakap-cakap. Perbedaannya adalah bercakap-cakap melahirkan pikiran dan perasaan dengan cara yang teratur. Sedangkan mengarang adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan cara yang teratur dan diwujudkan dengan bentuk bahasa tulis atau tulisan.

(29)

sehingga oranglain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut, kalau mereka memahami bahasa dan lambang tersebut.

Sejalan dengan pendapat tersebut Sumarno (2009:5) juga mengungkapkan pendapatnya mengenai menulis adalah kegiatan meletakkan simbol grafis yang mewakili bahasa yang dimengerti oranglain. Pengertian tersebut menunjukan bahwa gagasan diwujudkan ke dalam simbol grafis yang mewakili bahasa yang dimengeri orang lain perlu dibuat dengan jelas dan dapat dimengerti oranglain agar informasi yang ingin disampaikan dapat diterima dengan mudah.

Lado menerangkan bahwa to write is not put down the graphic symbol that represent a language one understands, so that other can read

these graphic representation yang dapat diartikan bahwa menulis

menempatkan simbol-simbol grafis yang menggambarkan suatu bahawa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta simbol grafisnya. (Andri Wicaksono, 2014:11).

(30)

Sejalan dengan pengertian di atas, Andri Wicaksono (2014:12) menjelaskan bahwa menulis adalah kegiatan menuangkan gagasan, ide, atau pendapat yang disampaikan kepada orang lain (pembaca) melalui media bahasa tulis untuk dipahami tepat seperti yang dimaksud oleh penulis. Pada prinsipnya, fungsi utama tulisan adalah sebagai alat komunikasi secara tidak langsung atau tidak bertatap muka dengan orang yang diajak berkomunikasi.

Bagi seorang siswa kegiatan menulis mempunyai fungsi utama sebagai sarana untuk berpikir dan belajar. Melalui tugas menulis yang diberikan, siswa telah belajar mengungkapkan ide dan mendemonstrasikan bahwa mereka telah menguasai materi yang diberikan. Dalam hal ini menulis sesungguhnya adalah aktivitas yang mudah.

Berbeda dengan hal tersebut menulis dianggap sebagai suatu proses maupun suatu hasil. Menulis adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam menghasilkan sebuah tulisan. Dalam hal ini menulis merupakan keterampilan yang sukar dan kompleks. (Heaton dalam St. Y. Slamet, 2008:141)

(31)

piano. Menulis dapat dilakukan dimana saja. Peralatan yang diperlukan adalah pena, kertas, dan tentu saja imajinasi.

Widyamartaya dalam Andri Wicaksono (2014:10) menerangkan bahwa menulis dapat dipahami sebagai keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami tepat seperti yang dimaksud pengarang. Menulis juga bisa diartikan sebagai usaha untuk berkomunikasi yang mempunyai aturan main serta kebiasaannya sendiri (Murahimin, 1994:13).

Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan kegiatan yang produktif dalam menghasilkan tulisan. Menulis dapat dilakukan dimana saja dan menjadi sebuah aktivitas yang mudah dan menyenangkan. Melalui kegiatan ini menulis dapat menjadi sarana untuk menuangkan ide dan gagasan menjadi sebuah karya yang dapat dinikmati pembaca sebagai penerima informasi. Untuk itu dalam kegiatan menulis seorang penulis harus memperhatikan tulisannya agar mudah dipahami dan dimengerti pembaca.

2. Tahapan Menulis

(32)

kerangka karangan, (5) penulisan naskah awal, (6) revisi, dan (7) penulisan akhir.

Andri wicaksono (2014:14) menjelaskan langkah-langkah awal dalam menghasilkan cerita pendek meliputi.

Langkah 1: Menetapkan Niat

Segala sesuatu diawaki dengan niat. Apapun yang kita lakukan harus dilandasi dengan niat dan motivasi. Ada tiga cara untuk dapat menjadi penulis, yaitu dengan menulis, menulis, dan menulis serta sebuah keberanian, keingintahuan yang besar dan semangat mencoba sesuatu yang baru.

Dalam hal menulis cerita siswa perlu diberikan motivasi bahwa menulis merupakan hal yang menyenangkan, sehingga guru dapat memberikan contoh atau teknik menulis yang menyenangkan dan bermakna agar siswa lebih tertarik dalam pelajaran. Motivasi yang dapat dilakukan guru adalah dengan cara memberikan sumber bacaan yang menarik bagi siswa dan membiasakan siswa untuk selalu menuliskan segala ide serta gagasan yang mereka miliki.

Langkah 2: Beternak Ide

(33)

Pengembangan ide tersebut dapat dilakukan melalui penggabungan dari beberapa ide atau gagasan menjadi sesuatu yang baru.

Ide dalam cerita ibarat rencana dalam menu. Para tokoh, peristiwa, percakapan dan unsur lainnya, seperti benang tenun yang berjalin satu sama lain, sehingga tampak rapid an bagus hasil tenunannya (Abdul Aziz Abdul Majid, 2002:17). Menyusun ide tersebut dapat dilakukan dengan cara membuat kerangka karangan yang nantinya akan memudahkan siswa dalam menyusun cerita.

Sebuah dapat diperoleh dari pengalaman dan lingkungan sekitar siswa. Dalam hal ini siswa perlu untuk meurumuskan gagasan mereka menjadi suatu kerangka karangan yang saling padu. Ide terse but perlu di sesuaikan dengan tema yang diberikan oleh guru. Selain itu dalam mencari ide siswa diberikan kebebasan dalam mengemukakan gagasannya dan mencoba mengeluarkan kreativitasnya mengolah suatu tema.

Langkah 3: Menentukan Judul

Dalam membuat tulisan diperlukan sebuah judul yang eye-cathing, intinya tonjolkan kelebihan dan tutupi kekurangan dalam tulisan. Ini merupakan hal yang wajar dalam membuat sebuah tulisan. Judul dibuat sederhana, menarik dan mudah dimengerti oleh pembaca. Sehingga apa yang ada dalam judul dapat mewakili isi yang ada dalam tulisan tersebut.

(34)

sehingga judul perlu dibuat dengan jelas dan sesederhana mungkin agar menarik dan mudah dipahami.

Langkah 4: Bermain Dialog dan Narasi

Pelukisan kejadian atau tindakan dalam sebuah tulisan dapat memperlancar sebuah tulisan untuk dipahami oleh pembaca. Dialog sangat diperlukan dan dimanfaatkan untuk menyampaikan informasi. Adanya kemudahan informasi yang dibuat penulis akan menambah kenyamanan dari pembaca dalam memahami isi tulisan.

Dialog dan narasi dapat membuat tulisan lebih hidup. Untuk itu siswa perlu membuat dialog yang sederhana. Dalam membuat dialog ini tanda baca perlu diperhatikan selain itu sebuah tulisan bukan hanya narasi saja atau bahkan dialog saja. Perlu adanya kesesuaian antara dialog dan narasi agar tulisan lebih hidup.

Langkah 5: Menjadi Epigon

Dalam kepenulisan, orang yang meniru gaya tulisan seorang penulis lazim disebut epigon. Menulis awal merupakan kegiatan yang sulit dilakukan, seperti layaknya seorang bayi meniru atau mengamati adalah hal yang sangat perlu. Para penulis besar menjadi terkenal karena mereka mampu kreatif membebaskan diri dari dari meniru gaya penulis yang dikagumi.

(35)

a. Prewriting (pra-menulis)

Prewriting adalah proses berpikir untuk menentukan tujuan tulisan,

menyesuaikan gaya bahasa dan bahasan dengan pembaca, serta memilih topic. Penulis perlu menentukan tujuan sebelum memulai menulis. Tujuan tersebut berupa menyampaikan informasi, menghibur, atau berupa ajakan.

b. Outlining (penulisan naskah awal)

Setelah topik telah ditentukan, langkah berikutnya adalah membaca referensi dan membuat garis besar tulisan (outline). Dalam hal ini perlu diperhatikan tentang penentuan pendahuluan, bahasan utama dan pokok bahasan.

c. Writing (pembahasan isi naskah)

Pada tahap ini, penulis membuat draf kasar naskah. Penulis bebas menuliskan apa saja yang ada di kepalanya, entah itu gagasan maupun ide kreatif yang dapat dijadikan sebagai bahan menulis. Pada tahap ini dinamakan free writing.

d. Rewriting

(36)

e. Editing

Tahapan ini adalah tahap akhir yang perlu dilakukan sebelum menyelesaikan tulisan. Penulis perlu membaca ulang setiap kata, kalimat, tanda baca, dan ungkapan asing.

Dalam menulis cerita, terutama para pemula biasanya mengalami kesulitan dalam menuliskan ide atau gagasannya. Hal ini membuat penulis pemula merasa menulis itu sulit dan membosankan. Untuk dapat menulis hingga mahir, siswa memerlukan bahan bacaan atau tokoh yang menginspirasi dalam menulis. Siswa dapat memilih cerita yang mereka sukai kemudian menuliskan dengan bahasanya sendiri atau meniru gaya bahasa penulis yang sudah mahir.

B. Hakikat Cerita Pendek

1. Pengertian Cerita Pendek

Jacob Sumardjo (2007:174) menyatakan bahwa cerita pendek bukan hanya kisah pendek seseorang, tetapi ia punya arti yang lebih luas lagi, yakni pengalaman segolongan masyarakat atau sekelompok orang tertentu. Pengalaman yang khusus tadi harus memiliki arti yang lebih luas dan lebih umum.

(37)

dapat dibaca dalam waktu sekali duduk. Selain itu cerita pendek adalah cerita yang selesai dalam satu tulisan cerita pendek. Berbeda dengan novel yang panjangnya bisa sampai berlembar-lembar, cerita pendek biasanya terdiri dari beberapa lembar saja.

Afifah Afra (2011:130) dalam bukunya yang berjudul “Be a Briliant Writer” menyatakan bahwa cerita pendek atau cerita pendek adalah tulisan fiksi yang terdiri dari 500-10.000 kata. Dalam hal ini yang dimaksud adalah jika cerita pendek tersebut dibuat dalam tulisan cetak. Sedangkan Edgar Alan Poe, si Bapak Cerita pendek, mengatakan bahwa prose tale (cerita pendek dalam sebutan Poe) adalah narasi yang bisa dibaca dalam sekali duduk dengan lama waktu setengah hingga dua jam.

Hal ini didukung oleh pernyataan Haris Effendi Thahar (2008:5) yang menyatakan bahwa sesuai dengan namanya cerita pendek tentulah pendek. Jika dibaca, biasanya jalannya cerita dalam cerita pendek lebih padat. Jadi. Bisa dikatakan bahwa cerita pendek bukan hanya sekedar ringkasan novel tetapi lebih pada cerita yang lebih padat jalan ceritanya.

(38)

Sejalan dengan hal tersebut Poe dalam Afifah Afra (2011:130) menyebutkan bahwa sebuah cerita pendek harus unik dan berefek tunggal. Untuk membentuk efek tunggal tersebut, plot dan karakter harus langsung diwujudkan dalam tindakan, bukan dalam deskripsi atau komentar tulisan. Hartono dan B. Rahmanto menjelaskan bahwa sifat umum cerita pendek adalah pemusatan perhatian pada satu tokoh saja yang ditempatkan pada suatu situasi sehari-hari. Cerita pendek tamatnya seringkali tiba-tiba dan bersifat terbuka. Bahasa yang digunakan dalam cerita pendek biasanya sederhana tetapi sugestif (Andri Wicaksono, 2014:56)

Pengertian tersebut didukung oleh pengertian Suminto A. Sayuti (2000:10) yang menyarakan bahwa cerita pendek menunjukan kualitas yang bersifat compression “pemadatan”, concentration “pemusatan”, dan intensity “pendalaman”, yang semuanya berkaitan dengan panjang cerita

dan kualitas struktural yang diisyaratkan oleh panjang cerita.

Burhan Nurgiyantoro (2002:11) menyatakan bahwa kelebihan cerita pendek yang khas adalah kemampuannya yang mengemukakan secara lebih banyak dari apa yang diceritakan. Selain itu Jacob Sumardjo dan Saini menerangkan bahwa cerita pendek memiliki beberapa ciri, yaitu ceritanya bersifat pendek, bersifat rekaan, dan bersifat naratif. Keutuhan atau kelengkapan sebuah cerita pendek dapat dilihat dari unsur-unsur yang membentuknya (Andri Wicaksono, 2014:57).

(39)

singkat dan pendek. Cerita pendek biasanya hanya terdiri dari 500-10.000 kata. Selain itu dalam cerita pendek cerita yang dibuat terpusat pada suatu peristiwa pokok. Selain itu, jumlah pengembangan pelaku terbatas dan keseluruhan cerita memberikan kesan tunggal.

2. Tujuan Menulis Cerita Pendek

Setiap pembelajaran yang dilakukan harus mempunyai tujuan, baik tujuan instruksional yang sudah ditentukan, ataupun tujuan tambahan yang secara tersirat dikehendaki oleh guru dalam setiap materi dan pertemuan (Heru Kurniawan,2014:14) dalam pelajaran menulis cerita pendek, ada beberapa tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut digunakan oleh guru untuk menentukan aspek apa saja yang dapat dijadikan sebagai penilaian.

Menurut M. Atar Semi (2007: 14-21), mengungkapkan bahwa secara umum tujuan orang menulis, yaitu:

a) Untuk menceritakan sesuatu, menceritakan disini memiliki maksud agar orang lain atau pembaca tahu tentang apa yang dialami, diimpikan, dikhayalkan, maupun yang dipikirkan oleh si penulis. Dengan begitu akan terjadi kegiatan berbagi pengalaman, perasaan dan pengetahuan.

b)Untuk memberikan petunjuk atau pengarahan, maksudnya bila seseorang mengajari orang lain bagaimana cara mengerjakan, memberikan petunjuk, maupun memberikan pengarahan dengan tahapan-tahapan yang benar, berarti orang itu sedang member petunjuk atau pengarahan.

c) Untuk menjelaskan sesuatu, bahwa penulis berusaha menyampaikan gagasannya dalam menjelaskan sesuatu melalui tulisan yang bertujuan menjelaskan sesuatu itu kepada pembaca, sehingga pengetahuan pembaca menjadi bertambah serta pemahaman pembaca tentang topik yang kamu sampaikan itu menjadi lebih baik.

(40)

e) Untuk merangkum, maksudnya dengan menuliskan rangkuman, pembaca akan sangat tertolong dan sangat mudah dalam mempelajari isi buku yang panjang dan tebal. Hal lain pembaca akan semakin mudah untuk menguasai bahan pelajaran dengan membaca rangkuman tersebut dibandingkan kalau tidak merangkumnya.

Suparno dan Mohamad Yunus (2007:3), mengungkapkan bahwa tujuan yang ingin dicapai seorang penulis adalah menjadikan pembaca ikut berpikir dan bernalar, membuat pembaca tahu tentang hal yang diberitakan, menjadikan pembaca beropini, menjadikan pembaca mengerti, membuat pembaca terpersuasi oleh isi karangan, dan membuat pembaca senang dengan menghayati nilai-nilai yang dikemukakan.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan menulis adalah segala perencanaan yang digunakan untuk mengarahkan penulis dalam proses penulisannya serta mempermudah pembaca dalam memahami maksud dan isi dari tulisan yang dibacanya. Sehingga pembaca dapat memahami nilai-nilai yang ada dalam sebuah tulisan dan membarikan hubungan timbale balik berupa perubahan sikap atau komentar terhadap tulisan yang dibacanya.

3. Unsur-unsur dalam Cerita Pendek

(41)

a. Tema

Sugihastuti dan Suharto dalam Andri Wicaksono (2014: 57) menyatakan bahwa tema dipandang sebagai dasar arti atau gagasan dasar umum sebuah karya. Tema menjadi unsur cerita yang memberikan makna dan kekuatan sekaligus unsur pemersatu semua fakta dan sarana cerita

Senada dengan pendapat tersebut Eni Setiati (2010:44) dalam bukunya yang berjudul “Kids Writer” menyatakan bahwa dalam menulis cerita pendek, siswa sudah harus memiliki tema cerita. Dengan adanya tema, setiap kali siswa ingin menuliskan ceritanya aka nada tali penghubung antara setting plot yang satu dengan yang lainnya sehingga menjadi cerita utuh.

Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan inti yang harus dimiliki sebelum penulis memulai ceritanya. Dalam hal ini tema dapat menjadi penghubung antar setting plot yang beraneka macam menjadi satu alur yang berkesinambungan.

b. Alur

(42)

berdasarkan urutan waktu, urutan kejadian, atau hubungan sebab-akibat.

Senada dengan pendapat tersebut Heru Kurniawan (2014:79) menyatakan bahwa alur adalah rangkaian kejadian atau peristiwa yang terjalin dalam cerita. Alur ini bersifat sebab akibat dan menjalin hubungan kesatuan yang padu sehingga membentuk cerita yang utuh. Alur yang baik adalah alur yang sederhana, tidak rumit, dan kompleks sehingga mudah dipahami oleh pembaca.

Dengan demikian dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa alur merupakan rangkaian peristiwa yang memuat urutan waktu, urutan kejadian, atau hubungan sebab-akibat. Yang perlu diperhatikan dalam membuat alur adalah kesederhanaan dalam pembuatan alur. Sehingga, pembaca tidak kesulitan dalam membaca pola pikir penulis.

c. Tokoh atau Penokohan

Tokoh merupakan pelaku-pelaku yang ada dalam cerita. Tokoh diwujudkan sebagai tokoh utama, yaitu tokoh yang menjadi pusat penceritaan; dan tokoh pembantu, yaitu tokoh yang keberadaannya melengkapi dan membantu tokoh utama (Heru Kurniawan, 2014:78).

(43)

tokoh biasanya mengaburkan jalan cerita. Dalam hal ini yang penting adalah jangan terjebak pada saat melakukan penokohan. Fokuskan cerita mengenai tokoh utama.

Dari kedua pendapat tersebut tokoh atau penokohan dapat disimpulkan sebagai pelaku-pelaku yang ada dalam sebuah cerita pendek. Penokohan ini dapat berupa tokoh utama ataupun tokoh pembantu yang keberadaannya membantu dan melengkapi tokoh utama. Selain itu tokoh dapat berupa tokoh protagonis dan antagonis.

d. Latar

Latar dalam cerita pendek menyangkut tentang tempat dan waktu terjadinya peristiwa yang dialami dan sedang terjadi pada tokoh. Latar yang sesuai dengan sudut pandang siswa adalah latar sebagai tempat dan waktu terjadinya peristiwa yang sering dialami atau dibayangkan siswa (Heru Kurniawan, 2014:78)

(44)

Kedua pendapat tersebut menjelaskan bahwa latar mencakup tempat, waktu, dan keadaan yang ada dalam suatu cerita. Dalam membuat cerita pendek latar perlu dikemas dengan baik, sehingga pembaca dapat menikmati cerita tersebut dengan mudah dan menyenangkan. Untuk dapat mewujudkan hal itu penulis harus jeli dalam membuat kaitan antara waktu, tempat, dan suasana.

e. Pesan atau Moral

Sebuah karya fiksi ditulis oleh pengarang untuk menawarkan model kehidupan yang diidealkannya. Fiksi mengandung penerapan moral dalam sikap dan tingkah laku para tokoh sesuai dengan pandangannya tentang moral melalui cerita, sikap, dan tingkah laku tokoh. Diharapkan pembaca dapat mengambil hikmah dari pesan-pesan moral yang disampaikan (Andri Wicaksono, 2014:69)

(45)

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pesan atau moral dalam suatu cerita harus ada dalam sebuah cerita. Pesan biasanya berisi nilai-nilai kebaikan yang dekat dengan anak. Pesan yang baik adalah pesan yang mampu memotivasi pembacanya untuk melakukan kebaikan setelah membaca sebuah cerita.

4. Asesment dalam Menulis Cerita Pendek

Ada beberapa aspek yang dapat digunakan dalam melakukan penilaian tes menulis cerita pendek. Aspek tersebut meliputi tema atau isi, latar, tokoh dan sudut pandang, alur serta amanat. Di bawah ini ada beberapa kriteria dalam melakukan penilaian menulis cerita pendek. Dalam kriteria tersebut guru dapat mengembangkan penilaian sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.

Tabel 1. Kriteria Penilaian Tes Menulis Cerita Pendek Sumber: Andri Wicaksono (2014:92)

ASPEK KRITERIA PENILAIAN

Tema Kesesuaian dengan tema

Latar Kreativitas dalam mengembangkan latar cerita Tokoh Kreativitas dalam mengembangkan penokohan dan

penyudut pandangan

Alur Penyajian urutan cerita secara logis Amanat Penyampaian amanat

(46)

gagasan dengan tema, organisasi isi, struktur kata bahasa, pilihan kata, dan ejaan.

Tabel 2. Penilaian Keterampilan Menulis

Sumber: Ahmad Rofi’udin dan Darmiyati Zuchdi (1999:273)

NO ASPEK YANG DINILAI SKOR

MAKSIMAL 1 Kesesuaian isi gagasan dengan tema 30

2 Organisasi isi 10

3 Struktur Kata Bahasa 15

4 Gaya Pilihan Kata 20

5 Ejaan 15

Jumlah 100

Dari kedua bentuk penilaian tersebut, dalam penelitian ini penilaian yang digunakan mengacu pada penilaian Andri Wicaksono. Hal tersebut dikarenakan penilaian pada tingkat sekolah dasar lebih menekankan pada keterampilan mengembangkan ide kreatif siswa dalam membuat cerita pendek dengan menggunakan Strategi 3M (meniru-mengolah-mengembangkan).

Selain penilaian tersebut dalam penelitian ini aspek psikomotor dan afektif dinilai melalui lembar pengamatan. Penilaian dilakukan oleh mahasiswa peneliti bersama rekannya. Hal ini dilakukan untuk menghindari penilaian yang subjektif. Kemudian setelah selesai dirata-rata hasil penilaian didiskusikan dengan guru.

(47)

Penilian aspek psikomotor dan afektif dalam penelitian ini meliputi pengamatan pada keaktifan siswa dan sikap siswa dalam mengikuti pelajaran di kelas. Dalam hal ini penilaian psikomotor lebih menekankan pada aktivitas siswa di dalam mengikuti pelajaran. Sedangkan aspek afektif yang dinilai adalah motivasi siswa dalam membuat cerita pendek.

Pada penilaian aktivitas siswa (sebagian besar) yang dinilai adalah perhatian siswa dalam pelajaran, partisipasi siswa dalam pelajaran dan efektifitas penggunaan waktu. Sedangkan pada penilaian motivasi siswa (sebagian besar) dalam pembelajaran yang dinilai meliputi antusias siswa, antusias siswa menulis cerita pendek dan antusias siswa saat membacakan tulisan.

C. Hakikat Keterampilan Menulis Cerita Pendek

Menurut Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuchdi (1999: 159),

keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan menuangkan pikiran, gagasan, pendapat tentang sesuatu, tanggapan terhadap suatu pernyataan keinginan, atau pengungkapan perasaan dengan menggunakan bahasa tulis. Dalam hal ini keterampilan menulis cerita pendek dapat diartikan sebagai ungkapan perasaan yang dituliskan menjadi sebuah cerita sekali duduk.

(48)

Sabarti Akhadiah (1993: 64) mengemukakan bahwa keterampilan menulis sangat kompleks karena menuntut siswa untuk menguasai komponen – komponen di dalamnya, misalnya penggunaan ejaan yang benar, pemilihan kosakata yang tepat, penggunaan kalimat efektif, dan penyusunan paragraf yang baik.

Dari beberapa pendapat tersebut keterampilan menulis cerita pendek dapat disimpulkan sebagai kecakapan dalam menulis suatu kata menjadi kalimat yang kemudian menjadi sebuah cerita pendek. Dalam hal ini keterampilan berbeda dengan kemampuan menulis walaupun keduanya sangat berhubungan dengan erat. Perbedaannya adalah, kemampuan (competence) lebih diartikan sebagai sesuatu yang ada dalam hati. Sedangkan keterampilan (performance) adalah wujud dair sesuatu dalam hati tersebut.

Keterampilan menulis sangat diperlukan dengan siapapun. Termasuk dalam hal ini adalah siswa sekolah dasar. Selain itu keterampilan menulis cerita pendek dapat digunakan oleh siswa untuk belajar menulis dengan aktifitas yang menyenangkan. Sehingga dengan adanya keterampilan menulis cerita pendek siswa dapat lebih mudah dalam menuangkan gagasan serta ide kreatifnya kedalam bentuk tulisan yang mudah dipahami.

D. Kajian tentang Strategi 3M (Meniru-Mengolah-Mengembangkan) 1. Pengertian Strategi Pembelajaran

(49)

efektif. Pernyataan tersebut menunjukan bahwa strategi dapat dikatakan sebagai sebuah rencana yang disusun untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Secara sederhana strategi pembelajaran merupakan siasat/teknik yang harus dipikirkan/direncanakan guru untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah di tetapkan. Dengan demikian strategi pembelajaran mencakup tujuan pembelajaran, materi, kegiatan pembelajaran, media, pengelolaan kelas dan penilaian (Jamil Suprihatiningrum, 2013:153) 2. Strategi Pembelajaran 3M (Meniru-Mengolah-Mengembangkan)

Andri Wicaksono (2014:92) menyatakan bahwa strategi 3M dalam menulis cerita pendek mengacu pada beberapa tahapan pembelajaran menulis seperti karya-karya yang sudah ada. Strategi ini adalah untuk mengembangkan daya imajinasi siswa dalam menulis cerita pendek. Imajinasi tersebut didapatkan dalam proses meniru gagasan yang sudah ada, kemudian diolah dengan menggunakan kreatifitas siswa. Setelah itu siswa dapat mengembangkan gagasannya menjadi cerita yang utuh.

(50)

Missal menulis cerita pendek, maka seorang penulis bisa mengamati karya cerita pendek penulis lain yang sudah jadi.

Hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan meniru ini bukanlah proses menjiplak. Proses meniru dalah hal ini bukanlah meniru kata perkata, atau kalimatnya. Penulis perlu memperhatikan logika dan sistem berpikirnya untuk ditiru. Setelah mengetahui kerangka tulisan yang ingin ditiru makan kerangka tersebut dapat diolah menjadi paragraf utuh. Sedangkan langkah terakhir adalah mengembangkan cerita yang telah dibuat dengan bahasa yang menarik agar tulisan semakin mudah untuk dibaca dan dipahami oleh pembaca.

Selain pendapat tersebut konsep 3M memiliki kesamaan dengan konsep Niteni, Niroke, Nambahi yang dikemukakan Ki Hajar Dewantara dalam Sabardi (2001:2). Niteni adalah menemukan hal-hal yang penting dan mengutamakan hal penting tersebut. Kaitannya dengan menulis cerita pendek, siswa dapat mencari hal-hal penting atau gagasan utama dalam cerita pendek yang ditiru. Niroke adalah mengambil hal-hal yang terbaik untuk ditiru. Sedangkan Nambahi adalah proses melengkapi tulisan agar menjadi lebih baik.

(51)

adalah dunia pengalaman, yaitu karya sastra itu sendiri tidak bisa mewakili kenyataan yang sesungguhnya, melainkan hanya sebagai peniruan.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Strategi 3M adalah strategi yang dapat mempermudah siswa dalam belajar menulis cerita pendek. Strategi ini dimulai dari proses meniru gagasan inti dari cerita pendek yang ingin ditiru kemudian mengolah gagasan inti tersebut menjadi cerita. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa strategi 3M bukan lah menjiplak persis dengan cerita pendek yang ditiru, namun perlu adanya pengembangan cerita yang sesuai dengan lingkungan sekitar siswa.

3. Langkah-Langkah Strategi 3M (Meniru-Mengolah-Mengembangkan) Andri Wicaksono (2014:95) menyatakan ada beberapa tahapan dalam pembelajaran menulis menggunakan strategi 3M. Tahapan yang dimaksud adalah sebagai berikut.

a. Tahapan Meniru

Tahapan meniru diawali dengan kegiatan pramenulis yakni dengan membaca cerita pendek yang dijadikan model. Pada tahap ini siswa diberikan cerita pendek untuk dijadikan sebagai model dalam menulis cerita pendek. Pada tahapan ini guru memberikan contoh-contoh cerita pendek yang dekat dengan lingkungan sekitar anak. Cerita pendek yang diberikan dapat berupa cerita fiksi maupun cerita non fiksi.

(52)

siapa, kapan, bagaimana, dimana, dan mengapa. Identifikasi ini dapat dijadikan sebagai kerangka awal karangan yang ingin dibuat oleh siswa.

Ada beberapa unsur yang dapat diubah siswa dalam hal meniru cerita pendek yang dijadikan sebagai model. Unsur tersebut meliputi tokoh, latar, dan alur. Ketiganya merupakan bagian yang mudah untuk dikembangkan secara kreatif dalam pembelajaran. Dalam hal ini siswa dapat mengubah unsur-unsur tersebut sesuai dengan imajinasi siswa. b. Tahapan Mengolah

Pada tahapan mengolah siswa akan mengolah hasil saduran dan mengganti beberapa unsur meliputi unsur tokoh, latar, dan alur. Ketiga unsur ini cukup efisien diajarkan dalam proses pembelajaran. Selain mudah dikembangkan, siswa kelas VI SD juga sudah memahami pengertian dari ketiga unsur tersebut.

c. Tahapan Mengembangkan

Tahap mengembangkan dilakukan siswa setelah tahap mengolah. Pada tahap ini siswa akan mengembangkan tema baru, mengembangkan tokoh baru, mengembangkan latar baru dan mengembangkan peristiwa baru.

(53)

mengembangkan peristiwa dalam kalimat secara lengkap, (5) menggunakan bahasa yang komunikatif.

E. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Kelas VI 1. Perkembangan Siswa Sekolah Dasar

Perkembangan peserta didik merupakan bagian dari pengkajian dan penerapan psikologi perkembangan. Perkembangan berlangsung seumur hidup dan bersifat multidimensional. Perkembangan peserta didik merupakan ranah yang kompleks yang dibagi menjadi empat ranah utama, yaitu perkembangan fisik, intelektual yang termasuk kognitif dan bahasa, serta emosi sosial yang didalamnya juga termasuk perkembangan moral (Rita Eka Izzati dkk, 2008: 8). Perkembangan fisik sering dikenal dengan istilah pertumbuhan, sedangkan perkembangan intelektual menyangkut kemampuan kognitif peserta didik. Piaget mengemukakan bahwa perkembangan kognitif peserta didik meliputi 4 tahap, yaitu tahap sensorimotor (0-2 tahun), tahap pra operasional (2-7 tahun), tahap operasional konkret (7-11 tahun), dan tahap operasional formal (11 tahun ke atas).

Menurut Piaget (Rita Eka Izzati dkk, 2008: 103) masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap berpikir konkret (usia 7-12 tahun) dimana konsep yang pada awal masa kanak-kanak merupakan konsep samar— samar dan tidak jelas, sekarang lebih konkret.

(54)

sebelumnya. Pemahaman tentang konsep ruangan, kausalitas, kategorisasi, konversi, dan penjumlahan dengan lebih baik.

Kemampuan berpikir anak berkembang dari tingkat yang sederhana dan konkret ke tingkat yang lebih rumit dan abstrak. Pada masa ini anak sudah dapat memecahkan masalah-masalah yang bersifat konkret. Anak mampu memahami konsep volume dan bentuk. Aspek afektif pun berkembang dengan berkurangnya rasa ego dan mulai bersikap sosial dan bekerja sama (Rita Eka Izzati dkk, 2008: 106-107).

2. Perkembangan Menulis Siswa Kelas VI Sekolah Dasar

Dalam mengajarkan menulis guru perlu memperhatikan perkembangan siswa. Mengajarkan menulis pada siswa memerlukan bimbingan dan proses pengajaran yang sistematis oleh guru. Menurut Temple dalam Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi (1999: 77) perkembangan tulisan anak meliputi 4 tahap sebagai berikut.

a. Tahap prafonemik.

Pada tahap ini anak sudah mengenal bentuk dan ukuran huruf tetapi belum bisa menyusunnya untuk menulis kata. Anak belum bisa mengetahui prinsip fonetik yakni huruf mewakili bunyi-bunyi yang membentuk kata.

b. Tahap fonemik awal.

(55)

c. Tahap nama huruf.

Pada tahap ini, anak sudah bisa menggunakan prinsip fonetik, dia dapat menggunakan huruf-huruf yang mewakili bunyi-bunyi yang membentuk suatu kata.

d. Tahap transisi.

Tahap ini ditandai dengan penguasaan anak terhadap tata tulis yang semakin lengkap, dia juga sudah bisa menggunakan ejaan dan tanda baca dalam tulisan.

Setelah semua tahapan tesebut diperoleh siswa maka siswa dapat melanjutkan pada pembelajaran menulis tahap selanjutnya yaitu pelajaran menulis kelas tinggi. Akhadiah (1993: 82-90) menggolongkan pembelajaran menulis di sekolah dasar adalah sebagai berikut.

a. Pembelajaran menulis permulaan.

Pembelajaran ini meliputi persiapan menulis dengan melatih siswa memegang pensil dan menggoreskannya di kertas, menulis huruf dan merangkainya menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat sederhana.

b. Pembelajaran menulis lanjut.

Dalam pembelajaran ini, dapat dikelompokkan menjadi 4 pokok bahasan yaitu:

1) pengembangan paragraf, 2) menulis surat dan laporan,

(56)

4) menulis puisi dan naskah drama. F. Penelitian yang Relevan

1. Skripsi oleh Indri Lestari dengan judul – Peningkatan Kemampuan Karangan Sederhana Siswa Kelas III SDN 1 Balonggebang, Kabupaten Nganjuk dengan Strategi 3M (meniru-mengolah-mengembangkan).

2. Skripsi oleh Roberto Dwi Aldhomoro dengan judul – Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita pendek Melalui Penggunaan Strategi 3m (meniru, mengolah dan mengembangkan) pada Siswa Kelas X.1 SMA Negeri Musuk Kabupaten Boyolali Semester 2 Tahun Pelajaran 2009/2010.

G. Kerangka Pikir

Tahapan belajar dalam pelajaran Bahasa Indonesia diawali dengan kegiatan membaca baru kemudian menulis. Keterampilan menulis sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Belajar menulis dapat dilakukan dengan memberikan pengalaman yang diajarkan melalui keterampilan menulis cerita pendek di SD. Hal ini dikarenakan menulis cerita pendek merupakan pengalaman yang menyenangkan. Menulis cerita pendek dapat mengembangkan imajinasi dan melatih siswa untuk membuat kalimat sederhana dan efektif.

(57)

Adanya kendala dalam media yang terbatas dapat diatasi dengan menerapkan strategi yang menarik dan menyenangkan bagi siswa dalam pembelajaran menulis cerita pendek. Salah satu strategi yang menarik dan menyenangkan dalam pembelajaran menulis cerita pendek adalah strategi 3M (meniru-mengolah-mengembangkan).

Strategi pembelajaran 3M (meniru-mengolah-mengembangkan) bertujuan agar siswa dapat meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek dengan menggunakan imajinasi dan ide-ide kreatif yang dimilikinya. Selain itu strategi ini memberikan kemudahan bagi siswa dalam membuat cerita pendek dan melatih siswa untuk membuat cerita pendek layaknya penulis cerita pendek terkenal.

Penerapan strategi 3M (meniru-mengolah-mengembangkan) dalam membelajarkan keterampilan menulis cerita pendek diharapkan dapat memotivasi siswa untuk selalu belajar dan mengembangkan kemampuan menulisnya. Selain itu dengan strategi ini diharapkan siswa dapat tertarik dengan pelajaran Bahasa Indonesia dan merasa pelajaran ini menarik dan menyenangkan.

H. Hipotesis Tindakan

(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi (2006: 3) mengemukakan bahwa PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.

Selanjutnya E. Mulyasa (2010:11) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu upaya untukmencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan. Hal ini didukung pernyataan Pardjono, dkk. (2007:13) yang menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas (Class Room Action Research) adalah penelitian yang dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelasnya.

(59)

Dari beberapa pendapat di atas dan dilihat dari karakteristiknya dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan sebuah penelitian pembelajaran yang digunakan untuk memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru untuk meningkatkan atau memperbaiki mutu pembelajran.

Penelitian ini dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek siswa kelas VI SD dalam dengan menerapkan strategi 3M (meniru-mengolah-mengembangkan). Dalam hal ini penelitian dilakukan secara kolaboratif. Kolaboratif artinya peneliti bekerjasama dengan guru kelas yang bersangkutan dalam pelaksanaan tindakan yang direncanakan.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri Karangjati. Objek penelitian ini adalah peningkatan keterampilan menulis cerita pendek melalui strategi 3M (meniru-mengolah-mengembangkan).

C. Waktu dan Tempat Penelitian

(60)

Tabel 3. Jadwal Penelitian

Kegiatan

Bulan dalam tahun 2015, Minggu ke-

Mei Juni Juli Agustus September

Penelitian ini menggunakan model PTK yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin Mc Taggart. Model tersebut terdiri dari siklus yang meliputi empat komponen yaitu perencanaan (planning), aksi/ tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Sesudah satu siklus selesai diimplementasikan, khususnya sesudah ada refleksi, tahap dilanjutkan dengan perencanaan ulang/ revisi terhadap implementasi selanjutnya. Perencanaan ulang tersebut dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri (Joko Suwandi, 2011: 9).

(61)

Rancangan penelitian ini divisualisasikan pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Proses Penelitian Tidakan Kelas Model Kemmis dan Mc Taggart (Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2010:21)

Penjabaran kegiatan setiap siklus pada peningkatan keterampilan menulis cerita pendek melalui penerapan strategi 3M (meniru-mengolah-mengembangkan) adalah sebagai berikut.

1. Perencanaan (Planning)

Dalam perencanaan ini, dimulai dari penemuan masalah, dan kemudian merancang tindakan yang dilakukan. Pada tahapan ini peneliti dan guru kolaboraator melakukan diskusi yang dilanjutkan dengan observasi kelas dalam pembelajaran menulis cerita pendek. Penelitian ini difokuskan untuk meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek siswa kelas VI SD Negeri Karangjati dengan strategi 3M (meniru-mengolah-mengembangkan). Selanjutnya peneliti melakukan kegiatan dalam tahap perencanaan diantaranya sebagai berikut.

Keterangan: Siklus I 1. Plan

2. Act & Observe 3. Reflect

Siklus II 1. Plan

(62)

a. Peneliti bersama kolaborator menyamakan persepsi dan melakukan diskusi untuk mengidentifikasi masalah yang muncul dalam pembelajaran menulis cerita pendek.

b. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan dilaksanakan pada pembelajaran menulis cerita pendek.

c. Membuat instrumen observasi, wawancara dan tes untuk mengetahui proses, kendala, serta tanggapan dalam pembelajaran menulis cerita pendek.

d. Menyiapkan sarana pendukung pembelajaran seperti media berupa contoh cerita pendek dan alat tulis.

e. Menyiapkan kamera sebagai alat pendokumentasian kegiatan pembelajaran.

2. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan (Acting and Observing)

(63)

a. Guru membantu siswa untuk membuat Kontrak Belajar yang terdiri dari kegiatan belajar yang akan dilakukan di kelas, rencana produk, dan tanggal penyelesaian.

b. Guru mengkondisikan siswa ke dalam pengalaman yang sesuai dengan topik yang diajarkan melalui penggunaan metode dan media yang sesuai dengan materi. Pengalaman pada Siklus I yaitu diskusi, mengamati teks bacaan cerpen dan mencoba membuat sendiri kerangka cerita pendek yang ingin dibuat oleh siswa.

c. Guru memerintahkan siswa untuk mengembangkan kerangka yang didapat dari membaca cerita pendek.

d. Guru mengajak siswa untuk menyelesaikan cerita pendeknya dan mempresentasikan di depan kelas.

e. Guru dan siswa memberikan komentar dan saran pada karya cerita pendek yang dipresentasikan.

f. Guru mengingatkan siswa tentang tindak lanjut yang akan dilakukan Pada kegiatan pengamatan, peneliti mengamati kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Pengamatan meliputi aktivitas siswa dan guru terkait dengan tindakan yang dilakukan. Pengamatan dilakukan berdasarkan pedoman observasi yang telah dirancang.

3. Refleksi (Reflection)

(64)

setelah selesai melakukan tindakan. Diskusi meliputi refleksi guru pelaksana sendiri dalam melaksanakan tindakan disinkronkan dengan hasil pengamatan peneliti. Diskusi dilakukan untuk melihat kekurangan dan kelebihan pada saat tindakan dilaksanakan serta penentuan siklus selanjutnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh menggunakan teknik observasi, wawancara, dan pengamatan dokumen.

1. Observasi (pengamatan)

Observasi atau pengamatan meluputi kegiatan pemantauan terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera (Suharsimi Arikunto, 2006:156). Dalam penelitian ini observasi dilakukan untuk mengetahui keterampilan menulis siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis cerita pendek di dalam kelas, aktivitas guru pada pelaksanaan pembelajaran menulis cerita pendek menggunakan strategi 3M (meniru-mengolah-mengembangkan), dan peran guru untuk meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek siswa. Selain itu, observasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang berupa respon atau tanggapan siswa terhadap pelaksanaan tindakan.

2. Wawancara

(65)

observasi. Wawancara dilakukan dengan cara menanyakan hal-hal yang tidak dapat diamati oleh peneliti ketika melakukan pengamatan.

3. Tes

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:150) tes adalah serentetat pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan dalam mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes dapat digunakan untuk mengukur keterampilan siswa, baik keterampilan awal maupun keterampilan akhir siklus tindakan.

Tes dalam penelitian ini dilakukan secara tertulis yaitu tes menulis cerita pendek berdasarkan sumber belajar yang disajikan. Peneliti menggunakan penilaian produk untuk melihat tingkat keterampilan menulis cerita pendek siswa kelas VI SD Negeri Karangti dalam menulis cerita pendek.

F. Instrumen Penelitian

Suharsimi Arikunto (2006:160) mengatakan bahwa Instrumen dalam penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

(66)

1. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk memonitor aspek-aspek psikomotor dan afektif yang muncul saat diberikan tindakan. Hasil pengamatan ini kemudian disesuaikan dengan hasil tes menulis cerpen. Diharapkan antara hasil pengamatan dan tes menulis menunjukan hubungan yang signifikan dan seimbang. Berikut ini adalah lembar observasi dalam penelitian.

Tabel 4. Lembar observasi dalam penelitian

No Aspek Pengamatan Hasil

Pengamatan *)

(67)

peneliti dapat mengembangkan pertanyaan guna memperoleh data selengkap-lengkapnya.

3. Lembar Tes

Tes disusun sesuai dengan KTSP dan silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia SD Negeri Karangjati. Tes dimaksudkan untuk mengukur dan mengetahui sejauh mana siswa dapat menulis cerita pendek dengan strategi 3M (meniru-mengolah-mengembangkan). Dalam tes menulis cerpen peneliti mengadaptasi model penilaian menulis cerpen Andri Wicaksono.

Tabel 5. Kisi-kisi Lembar Penilaian Keterampilan Menulis Cerita Pendek.

NO UNSUR YANG

(68)

Menurut Suwarsih Madya (1994:33) analisis diwakili oleh momen refleksi pada setiap putaran tindakan. Dengan mengerjakan refleksi tindakan, akan diperoleh wawasan otentik yang berguna untuk menafsirkan data. Hasil refleksi siklus I menjadi dasar atau acuan untuk menyusun kegiatan pada siklus II sehingga aspek-aspek dalam strategi 3M (meniru-mengolah-mengembangkan) yang belum dicapai pada siklus I dapat ditingkatkan pada siklus II dan seterusnya.

Hasil tes akan dihitung secara kuantitatif dan akan disajikan dalam bentuk deskriptif kualitatif. Hasil tes pada siklus I akan dibandingkan dengan hasil tes siklus II. Skor perolehan dari menulis cerita pendek didistribusikan ke dalam rentang nilai.

Tabel 6. Klasifikasi Keberhasilan Skor Menulis Cerita Pendek No Klasifikasi Keberhasilan Interval Skor

1 Baik Sekali 8,1-10

2 Baik 6,1-8

3 Cukup 4,1-6

4 Kurang 2,1-4

5 Kurang Sekali 0-2

H. Indikator Keberhasilan

Keberhasilan tindakan sangan tergantung pada kondisi kelas dan PTK sehingga peran guru kelas yang mengetahui tentang segala karakteristik kelas dan siswanya sangatlah penting (Joko Suwandi, 2011:35). Keberhasilan penelitian ini ditandai dengan adanya perubahan menuju arah perbaikan. Indikator keberhasilan tidakan terdiri atas keberhasilan proses dan produk. 1. Indikator keberhasilan proses dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu:

(69)

b. siswa aktif berperan serta selama proses pembelajaran berlangsung c. siswa paham tentang pembelajaran menulis cerpen dengan strategi 3M

(meniru-mengolah-mengembangkan)

Gambar

Tabel 1. Kriteria Penilaian Tes Menulis Cerita Pendek Sumber: Andri Wicaksono (2014:92)
Tabel 2. Penilaian Keterampilan Menulis chdi (1999:273)
Tabel 3. Jadwal Penelitian Bulan dalam tahun 2015, Minggu ke-
Gambar 1. Proses Penelitian Tidakan Kelas Model Kemmis dan Mc Taggart (Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2010:21)
+7

Referensi

Dokumen terkait

siswa dalam menulis teks cerita pendek dengan menggunakan media.. photostory lebih baik daripada keterampilan menulis teks

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan proses pembelajaran dan keterampilan menulis cerita pendek menggunakan media pop up siswa kelas IV SD

Judul Skripsi : Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Pendek Melalui Metode Edutainment dengan Media Kartu pada Siswa Kelas VC SD Muhammadiyah 8 Jagalan Surakarta Tahun

Penelitian tentang efektivitas penggunaan media Audio visual terhadap keterampilan menulis cerita pendek kelas V SDN 50 Bulu Datu Kota Palopo bertujuan untuk

Pemakaian media pembelajaran VideoScribe dapat meningkatkan motivasi, antusias, dan keterampilan menulis cerita pendek dengan hasil belajar peserta didik di siklus

Pada bagian ini dipaparkan data dan temuan hasil tindakan pembelajaran penggunaan media gambar bagi peningkatan keterampilan menulis kreatif cerita pendek kelas XI

Data dalam penelitian ini adalah skor keterampilan menulis teks Cerita pendek sebelum menggunakan Model Discovery Learning dan skor keterampilan menulis teks Cerita pendek sesudah

Berdasarkan pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata keterampilan menulis teks cerita pendek siswa kelas XI SMA Semen Padang secara umum sebesar 79,12 dan berada