GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN HIGIENE
SANITASI PEDAGANG MAKANAN JAJANAN DI SEKOLAH
DASAR CIPINANG BESAR UTARA KOTAMADYA JAKARTA
TIMUR TAHUN 2014
SKRIPSI
DISUSUN OLEH:
ELFIRA AUGUSTIN
1110101000070
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN (FKIK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Dengan ini saya meny
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Neger
h Jakarta.
ber daya yang saya gunakan dalam penulisan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakult
esehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syari
udian hari terbukti bahwa karya ini bukan h
erupakan jiplakan dari karya orang lain, maka
sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokter
niversitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatu
ii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, 30 Januari 2015
Elfira Augustin, NIM: 1110101000070
GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN HIGIENE SANITASI PEDAGANG MAKANAN JAJANAN DI SEKOLAH DASAR CIPINANG BESAR UTARA KOTAMADYA JAKARTA TIMUR TAHUN 2014
( xxii + 111 halaman, 33 tabel, 3gambar, 6 lampiran)
ABSTRAK
Makanan adalah kebutuhan dasar yang sangat penting untuk kehidupan sehari-hari tetapi sangat mungkin terkontaminasi sehingga menimbulkan penyakit bawaan makanan. Seringkali kasus keracunan makanan jajanan yang dijual di sekolah dasar dikarenakan higiene sanitasi makanan yang buruk. Jenis penelitian ini merupakan kuantitatif deskriptif dengan desain penelitian cross sectional yang dilakukan sejak bulan Oktober sampai dengan Nopember tahun 2014 di Sekolah Dasar Cipinang Besar Utara Kotamadya Jakarta Timur. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling dengan jumlah sampel 35 pedagang makanan dan menggunakan analisis univariat.
Hasil penelitian menunjukkan 60% responden berjenis kelamin laki-laki, 34,4% responden berumur 31-40 tahun, 68,6% respoden menggunakan gerobak, 60% responden berstatus pemilik sarana berdagang, 74,3% responden telah bekerja selama ≤ 10 tahun, serta 40% responden berpendidikan SMA. Pada pengetahuan responden, 60% responden berpengetahuan baik mengenai kebersihan diri, 62,9% berpengetahuan baik mengenai peralatan, 68,6% responden berpengetahuan baik mengenai penyajian dan sebesar 74,3% berpengetahuan baik mengenai sarana. Dalam sikap responden, 80% responden bersikap baik terhadap kebersihan diri, 65,7% responden bersikap baik terhadap peralatan, 80% responden bersikap baik terhadap penyajian dan sebesar 97,1% responden bersikap baik terhadap sarana. Untuk tindakan responden, 77,1% responden bertindak baik terhadap kebersihan diri, 60% responden bertindak baik terhadap peralatan, 60% responden bertindak baik terhadap penyajian tetapi sebesar 54,3% responden masih bertindak buruk terhadap sarana.
Meskipun pengetahuan, sikap dan tindakan higiene sanitasi pedagang makanan secara umum adalah baik, tindakan terhadap sarana masih termasuk buruk. Oleh karena itu pengetahuan dan kesadaran pedagang makanan jajanan perlu ditingkatkan dengan cara memberikan penyuluhan, pelatihan serta pengawasan yang memenuhi persyaratan higiene sanitasi makanan jajanan.
Kata kunci: Higiene sanitasi, pengetahuan, sikap, tindakan, pedagang makanan.
iii
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA ISLAMIC STATE UNIVERSITY FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH
Undergraduate Thesis, 30th January 2015
Elfira Augustin, Reg 1110101000070
HYGIENE KBOWLEDGE, ATTITUDE, AND PRACTICE OF FOOD SELLERS AT CIPINANG BESAR UTARA ELEMENTARY SCHOOLS, EAST JAKARTA MUNICIPAL 2014
( xxii + 111 pages, 33 tables, 3 pictures, 6 attachments)
ABSTRACT
Food is an important primary need for daily life. In other hand, it can easily contaminated so that foodbone disease occurs. There are often food intoxication cases because of the food concumption which sold in elementary schools. Food intoxicaton occurs because of terrible food higiene.
This research is a quantitative descriptive study using cross sectional study design, conducted since October to November 2014 at Cipinang Besar Utara elementary schools. The sampling method used was total sampling with a sample of 35 food sellers and using univariate analysis.
Results of research based on the characteristics of the respondent indicates there are 60% of respondents are male, 34,4% of respondents are in 31-40 age range, 68,6% of respondents uses cart, 60% of respondents are owners, such as: attitude of personal hygiene (80%), attitude of utensils (65,7%), attitude of food serving (80%), and attitude of facility (97,1%). This research also shows that the level of practice was mostly good (personal higiene (77,1%), utensils (60%), food serving (60%)), except the facility was poor (54,3%).
Although the level of knowledge, level of attitude and level of practice were mostly good, the facility was not yet good enough. That is why knowledge and awareness of food sellers have to be increased with some information about food sanitation and supervision in order to fulfil the food hygiene sanitation requierements.
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama Lengkap : Elfira Augustin Tempat , Tanggal
Lahir
: Jakarta, 20 Agustus 1992
Alamat : Jl. Tebet Timur III-G No. 2, Jakarta 12820
Agama : Islam
Telp / HP : 08568938935
E-mail : elfira.augustin@gmail.com Golongan Darah : O
Riwayat Pendidikan
1998 – 2004 : SD Negeri Klender 04 Pagi, Jakarta 2004 – 2007 : SMP Negeri 255, Jakarta
2007 – 2010 : SMA Negeri 61, Jakarta
2010 – sekarang : Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Peminatan Kesehatan Lingkungan
Pengalaman Organisasi
2011 - 2013 : Paduan Suara Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (PASIFIK) UIN Jakarta
2012 - 2013 : Staf Departemen Penelitian, Pengembangan dan Keilmuan (P2K), Pergerakan Anggota Muda IAKMI (PAMI) Jakarta Raya
2012 - 2013 : Staf Departemen Slavia, Himpunan Pelajar Bahasa Seluruh Indonesia (HIPESASI)
2013 : Ketua Redaksi majalah Jiwa Slavia
2013 - 2014 : Ketua Forum Kajian Edukasi (FoKaSi), Environmental Health Student Association (ENVIHSA) UIN Jakarta
Pengalaman Praktik Kerja
2012 – 2013 : Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) Puskemas Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan
2013 : Orientasi Kerja di bagian QHSE PT. Aerofood ACS, Garuda Indonesia Group, Jakarta.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih
dan Maha Penyayang,, yang telah memberi kekuatan kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi yang berjudul “Gambaran
Perilaku Higiene Sanitasi Pedagang Makanan Jajanan di Sekolah Dasar Cipinang Besar Utara Kotamadya Jakarta Timur Tahun 2014”. Shalawat
dan salam kepada baginda Rasulullah SAW yang membawa Rahmat kepada
semesta alam.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapat dukungan dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. Orang tua dan keluarga penulis yang telah memberi motivasi serta kasih
sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
2. Prof. Dr. (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat
4. Ibu Dewi Utami Iriani, Ph. D selaku Dosen Pembimbing I, terima kasih
penulis ucapkan atas semua arahan dan masukan dalam bimbingannya
serta keikhlasan waktunya selama penyusunan skripsi.
5. Ibu Yuli Amran SKM, MKM selaku Dosen Pembimbing II, penulis
ucapkan terima kasih semua arahan dan masukan dalam bimbingannya
serta keikhlasan waktunya selama penyusunan skripsi.
6. Bapak Dr. Farid Hamzens, M.Si selaku Dosen Penasehat Akademik dan
Penguji Skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk mengarahkan
viii
7. Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS dan Bapak Anton Wibawa, M.KM selaku
penguji siding skripsi yang telah mengarahkan penulis pada skripsi ini.
8. Pihak Suku Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Timur yang telah
mengizinkan, mendukung dan membantu penelitian ini.
9. Bapak Rindit Pambayun dan Ibu Febria Agustina selaku peneliti dari
UNSRI yang telah membantu selama studi pendahuluan.
10.Adik-adik peminatan Kesehatan Lingkungan 2012: Annisa, Isna, Ivan
dan Putri yang sudah membantu selama uji kuesioner.
11.Para Kepala Sekolah Dasar Cipinang Besar Utara yang telah
mengizinkan dan membantu penelitian ini.
12.Seluruh pedagang makanan jajanan di lingkungan sekolah dasar Cipinang
Besar Utara yang sukarela menjadi responden dalam penelitian ini.
13.Sahabat-sahabat karib Endah Purwanti, Maulana Yodha Permana,
Darizky Retno Setyorini dan Muhamad Syarif Hidayat yang telah
mendukung proses pembuatan skripsi ini.
14.Kawan-kawan peminatan Kesehatan Lingkungan 2010: Tri Astuti, Rizka,
Misyka, Fitri, Nida, Annis, Dillah, Alya, Reka, Ifa, Yuni, Ilham, Fuad,
Angger, Febri dan Akbar.
15.Teman-teman program studi Kesehatan Masyarakat 2010.
Semoga berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan
masukan kepada Penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT. Akhir kata,
penelitian ini tidak lepas dari berbagai kekurangan, sehingga saran dan kritik dari
pembaca sangat Penulis harapkan agar terdapat perbaikan di masa yang akan
datang.
Jakarta, Februari 2015
ix DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xx
DAFTAR LAMPIRAN ... xxi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 8
1.3 Pertanyaan Penelitian ... 9
1.4 Tujuan Penelitian ... 9
1.4.1 Tujuan Umum ... 9
1.4.2 Tujuan Khusus ... 10
1.5 Batasan Masalah ... 10
1.6 Manfaat Penelitian ... 11
1.6.1 Manfaat bagi Sekolah ... 11
x
1.6.3 Manfaat bagi Institansi ... 11
1.7 Ruang Lingkup ... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perilaku ... 13
2.1.1 Pengertian Pengetahuan ... 14
2.1.2 Pengertian Sikap ... 14
2.1.3 Pengertian Tindakan ... 15
2.2 Pengertian Higiene Sanitasi ... 15
2.2.1 Kebersihan Diri ... 16
2.2.2 Peralatan ... 17
2.2.3 Penyajian ... 17
2.2.4 Sarana ... 18
2.3 Pengertian Pedagang Makanan Jajanan ... 19
2.3.1 Pengertian Pedagang ... 19
2.3.2 Makanan Jajanan ... 19
2.4 Kantin Sehat ... 20
2.5 Zat yang Mempengaruhi Higiene Sanitasi Pedagang Makanan Jajanan ... 21
2.5.1 Pewarna, pemanis dan pengawet ... 22
2.5.2 Mikroba ... 23
2.5.3 Logam Berat ... 24
xi
2.7 Faktor-faktor Lain yang Mempengaruhi Higiene Sanitasi Pedagang
Makanan Jajanan ... 26
2.8 Kerangka Teori ... 28
BAB III KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep ... 29
3.2 Definisi Operasional ... 31
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian ... 35
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 35
4.3 Tempat dan Waktu ... 36
4.4 Pengumpulan Data ... 37
4.4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 37
4.4.2 Data Primer dan Sekunder ... 38
4.5 Pengolahan dan Analisis Data ... 39
4.5.1 Pengolahan Data... 39
4.5.2 Analisis Data ... 40
4.6 Aspek Pengukuran ... 40
4.6.1 Pengetahuan ... 40
4.6.2 Sikap ... 41
4.6.3 Tindakan ... 41
BAB V HASIL 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 43
xii
5.1.2 Gambaran Umum Sekolah Dasar di Kelurahan Cipinang Besar
Utara ... 44
5.2 Gambaran Umum Pedagang Makanan Jajanan di Sekolah Dasar
Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 ... 45
5.2.1 Gambaran Jenis Kelamin Pedagang Makanan Jajanan di Sekolah
Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 ... 45
5.2.2 Gambaran Umur Pedagang Makanan Jajanan di Sekolah Dasar
Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 ... 46
5.2.3 Gambaran Jenis Sarana Berdagang yang Digunakan oleh Pedagang
Makanan Jajanan di Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara
Tahun 2014 ... 46
5.2.4 Gambaran Status Kepemilikan Sarana Berdagang yang Digunakan
Pedagang Makanan Jajanan di Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar
Utara Tahun 2014 ... 47
5.2.5 Gambaran Lama Bekerja Pedagang Makanan Jajanan di Sekolah
Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 ... 48
5.2.6 Gambaran Tingkat Pendidikan Pedagang Makanan Jajanan di
Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 ... 49
5.3 Aspek Pengetahuan pada Pedagang Makanan Jajanan di Sekolah Dasar
Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 ... 49
5.3.1 Aspek Pengetahuan Mengenai Kebersihan Diri pada Pedagang
Makanan Jajanan di Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara
xiii
5.3.2 Aspek Pengetahuan Mengenai Peralatan pada Pedagang Makanan
Jajanan di Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014
... 51
5.3.3 Aspek Pengetahuan Mengenai Penyajian pada Pedagang Makanan
Jajanan di Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014
... 53
5.3.4 Aspek Pengetahuan Mengenai Sarana pada Pedagang Makanan
Jajanan di Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014
... 55
5.4 Aspek Sikap pada Pedagang Makanan Jajanan di Sekolah Dasar
Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 ... 56
5.4.1 Aspek Sikap Terhadap Kebersihan Diri pada Pedagang Makanan
Jajanan di Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014
... 57
5.4.2 Aspek Sikap Terhadap Peralatan pada Pedagang Makanan Jajanan
di Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 . 59
5.4.3 Aspek Sikap Terhadap Penyajian pada Pedagang Makanan Jajanan
di Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 . 60
5.4.4 Aspek Sikap Terhadap Sarana pada Pedagang Makanan Jajanan di
Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 ... 62
5.5 Aspek Tindakan pada Pedagang Makanan Jajanan di Sekolah Dasar
xiv
5.5.1 Aspek Tindakan Kebersihan Diri pada Pedagang Makanan Jajanan
di Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 . 64
5.5.2 Aspek Tindakan Terhadap Peralatan pada Pedagang Makanan
Jajanan di Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014
... 66
5.5.3 Aspek Tindakan Saat Penyajian pada Pedagang Makanan Jajanan di Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 ... 67
5.5.4 Aspek Tindakan Terhadap Sarana pada Pedagang Makanan Jajanan di Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 . 70 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Keterbatasan Penelitian ... 72
6.2 Karakteristik Pedagang Makanan Jajanan di Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 ... 73
6.2.1 Jenis Kelamin ... 73
6.2.2 Umur ... 74
6.2.3 Jenis Sarana Berdagang ... 75
6.2.4 Status Kepemilikan Sarana ... 76
6.2.5 Lama Bekerja ... 77
6.2.6 Tingkat Pendidikan ... 78
xv
6.3.1 Pengetahuan Mengenai Kebersihan Diri pada Pedagang Makanan
Jajanan di Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014
... 80
6.3.2 Pengetahuan Mengenai Peralatan pada Pedagang Makanan Jajanan
di Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 . 83
6.3.3 Pengetahuan Mengenai Penyajian pada Pedagang Makanan Jajanan
di Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 . 85
6.3.4 Pengetahuan Mengenai Sarana pada Pedagang Makanan Jajanan di
Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 ... 87
6.4 Sikap Higiene Sanitasi Pedagang Makanan Jajanan di Sekolah Dasar
Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 ... 89
6.4.1 Sikap Terhadap Kebersihan Diri pada Pedagang Makanan Jajanan
di Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 . 89
6.4.2 Sikap Terhadap Peralatan pada Pedagang Makanan Jajanan di
Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 ... 91
6.4.3 Sikap Terhadap Penyajian pada Pedagang Makanan Jajanan di
Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 ... 92
6.4.4 Sikap Terhadap Sarana pada Pedagang Makanan Jajanan di Sekolah
Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 ... 94
6.5 Tindakan Higiene Sanitasi Pedagang Makanan Jajanan di Sekolah Dasar
Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 ... 95
6.5.1 Tindakan Kebersihan Diri pada Pedagang Makanan Jajanan di
xvi
6.5.2 Tindakan Terhadap Peralatan pada Pedagang Makanan Jajanan di
Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 ... 99
6.5.3 Tindakan Saat Penyajian pada Pedagang Makanan Jajanan di Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 ... 100
6.5.4 Tindakan Terhadap Sarana pada Pedagang Makanan Jajanan di Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 ... 103
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan ... 108
7.2 Saran ... 109
7.2.1 Saran bagi Sekolah ... 107
7.2.2 Saran bagi Peneliti Selanjutnya ... 110
7.2.3 Saran bagi Instansi ... 111
DAFTAR PUSTAKA ... 112
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.2 Definisi Operasional ... 34
Tabel 4.1 Hasil Uji Reliabilitas ... 38
Tabel 5.1 Distribusi Sekolah Dasar di Kelurahan Cipinang Besar Utara 44
Tabel 5.2 Distribusi Pedagang Makanan Jajajan di Sekolah Dasar Kelurahan
Cipinang Besar Utara Tahun 2014 berdasarkan Jenis Kelamin ... 45
Tabel 5.3 Distribusi Pedagang Makanan Jajanan di Sekolah Dasar Kelurahan
Cipinang Besar Utara Tahun 2014 berdasarkan Umur ... 46
Tabel 5.4 Distribusi Pedagang Makanan Jajanan di Sekolah Dasar Kelurahan
Cipinang Besar Utara berdasarkan Jenis Sarana Berdagang ... 47
Tabel 5.5 Distribusi Pedagang Makanan Jajanan di Sekolah Dasar Kelurahan
Cipinang Besar Utara berdasarkan Status Kepemilikan Sarana ... 47
Tabel 5.6 Distribusi Pedagang Makanan Jajanan di Sekolah Dasar Kelurahan
Cipinang Besar Utara berdasarkan Lama Bekerja ... 48
Tabel 5.7 Distribusi Pedagang Makanan Jajanan di Sekolah Dasar Kelurahan
Cipinang Besar Utara berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 49
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Tingkat
Pengetahuan Pedagang Makanan Jajanan mengenai Kebersihan Diri di Sekolah
Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 ... 50
Tabel 5.9 Distribusi Pengetahuan mengenai Kebersihan Diri pada Pedagang
Makanan Jajanan di Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014
xviii
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Tingkat
Pengetahuan Pedagang Makanan Jajanan mengenai Peralatan di Sekolah Dasar
Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 ... 52
Tabel 5.11 Distribusi Pengetahuan mengenai Peralatan pada Pedagang Makanan
Jajanan di Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 53
Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Tingkat
Pengetahuan Pedagang Makanan Jajanan mengenai Penyajian di Sekolah Dasar
Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 ... 53
Tabel 5.13 Distribusi Pengetahuan Mengenai Penyajian pada Pedagang Makanan
Jajanan di Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 55
Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Tingkat
Pengetahuan Pedagang Makanan Jajanan mengenai Sarana di Sekolah Dasar
Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 ... 55
Tabel 5.15 Distribusi Pengetahuan Mengenai Sarana pada Pedagang Makanan
Jajanan di Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 56
Tabel 5.16 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Tingkat Sikap
Pedagang Makanan Jajanan mengenai Kebersihan Diri di Sekolah Dasar
Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 ... 57
Tabel 5.17 Distribusi Sikap Terhadap Kebersihan Diri pada Pedagang Makanan
Jajanan di Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 58
Tabel 5.18 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Tingkat Sikap
Pedagang Makanan Jajanan mengenai Peralatan di Sekolah Dasar Kelurahan
xix
Tabel 5.19 Distribusi Sikap Terhadap Peralatan pada Pedagang Makanan Jajanan
di Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 ... 60
Tabel 5.20 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Sikap
Pedagang Makanan Jajanan Terhadap Penyajian di Sekolah Dasar Kelurahan
Cipinang Besar Utara Tahun 2014 ... 61
Tabel 5.21 Distribusi Sikap Terhadap Penyajian pada Pedagang Makanan
Jajanan di Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 62
Tabel 5.22 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Sikap
Pedagang Makanan Jajanan Terhadap Penyajian di Sekolah Dasar Kelurahan
Cipinang Besar Utara Tahun 2014 ... 62
Tabel 5.23 Distribusi Sikap Terhadap Sarana pada Pedagang Makanan Jajanan di
Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 ... 63
Tabel 5.24 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tindakan Pedagang
Makanan Jajanan Terhadap Kebersihan Diri di Sekolah Dasar Kelurahan
Cipinang Besar Utara Tahun 2014 ... 64
Tabel 5.25 Distribusi Tindakan Terhadap Kebersihan Diri pada Pedagang
Makanan Jajanan di Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014
... 65
Tabel 5.26 Distribusi Pedagang Makanan Jajanan di Sekolah Dasar Kelurahan
Cipinang Besar Utara Tahun 2014 berdasarkan Tindakan Terhadap Peralatan
... 66
Tabel 5.27 Distribusi Tindakan Terhadap Peralatan pada Pedagang Makanan
xx
Tabel 5.28 Distribusi Pedagang Makanan Jajanan di Sekolah Dasar Kelurahan
Cipinang Besar Utara Tahun 2014 berdasarkan Tindakan Terhadap Penyajian
... 67
Tabel 5.29 Distribusi Tindakan Saat Penyajian pada Pedagang Makanan Jajanan
di Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 ... 69
Tabel 5.30 Distribusi Pedagang Makanan Jajanan di Sekolah Dasar Kelurahan
Cipinang Besar Utara Tahun 2014 berdasarkan Tindakan Terhadap Penyajian
... 70
Tabel 5.31 Distribusi Tindakan Terhadap Sarana pada Pedagang Makanan
xxi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Klasifikasi Penyebab foodborne disease ... 26
Gambar 2.2 Kerangka Teori ... 26
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
Lampiran 2 Output SPSS
Lampiran 3 Perrmohonan Izin Pengambilan Data
Lampiran 4 Balasan Izin Pengambilan Data
Lampiran 5 Permohonan Izin Penelitian di Sekolah Dasar
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makanan yang sehat dan bergizi serta seimbang adalah yang mengandung
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, air, dan mineral dalam jumlah yang
seimbang. Makananan baik kualitas maupun kuantitasnya merupakan kebutuhan
agar kesehatan tetap terjaga (Akase, 2012). Sebagai kebutuhan yang paling
mendasar dalam hidup manusia, makanan sangat mungkin terkontaminasi
sehingga menyebabkan penyakit bawaan makanan (food-borned disease)
(Agustina dkk, 2009). Makanan yang dijajakan di sekolah, terutama sekolah dasar
dan anak sekolah merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Terburu-buru
berangkat ke sekolah, orangtua yang sangat sibuk dan rasa jajanan yang enak
membuat anak sekolah dasar lebih memilih untuk jajan di lingkungan sekolah
(Suci, 2009).
Makanan jajanan sangat rentan terkontaminasi akibat proses penyimpanan
yang salah, pengolahan makanan yang kurang baik serta penyajian yang tidak
higienis (WHO, 2005). Makanan dapat menjadi media perantara bagi suatu
penyakit. Terjadinya penyakit akibat makanan yang terkontaminasi disebut
penyakit bawaan makanan atau food-borne diseases (Susanna dan Hartono, 2003).
Timbulnya gejala diare merupakan salah satu gejala penyakit bawaan
2
bawaan makanan dengan jumlah penderita meninggal sebanyak 3 juta. Penyakit
bawaan makanan ini banyak menyerang kalangan bayi dan anak-anak. Sedangkan
diare merupakan penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia (WHO,
2005). Menurut laporan tahunan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
tahun 2012, terjadi kejadian luar biasa (KLB) keracunan makanan yang berasal
dari 23 provinsi dengan jumlah orang yang terpapar sebanyak 8.590 orang, 3.235
orang diantaranya sakit dan 19 orang meninggal dunia. Sedangkan menurut Profil
Kesehatan Indonesia tahun 2013, angka kematian (CFR) akibat diare di Indonesia
adalah 1,08%.
Kasus diare di Kecamatan Jatinegara, DKI Jakarta menempati urutan
tertinggi, yaitu 10.643 kasus (Sudinkes Kotamadya Jakarta Timur, 2013). Salah
satu kelurahan di Kecamatan Jatinegara, yaitu Kelurahan Cipinang Besar Utara,
mengalami kenaikan secara terus-menerus sejak tahun 2009 sampai tahun 2012,
yaitu 412 kasus (2009), 569 kasus (2010), 740 kasus (2011) menjadi 861 kasus
(2012), tetapi di tahun 2013 hanya 6 kasus karena data surveilans tidak lengkap,
dibandingkan kelurahan lainnya (Balimester, Kp. Melayu, Cipinang Muara,
Cipinang Besar Selatan, Bidara Cina, Cipinang Cempedak dan Rawa Bunga) yang
tidak mengalami kenaikan selama empat tahun berturut-turut (Surveilans Dinas
Kesehatan DKI Jakarta, 2009-2013).
Jenis makanan penyebab KLB keracunan makanan tahun 2012 yang paling
mendominasi adalah masakan rumah tangga (27,38%) dan makanan jajanan
(27,38%). Sedangkan keracunan makanan berdasarkan tempat/ lokasi kejadian,
3
keracunan makanan. Pada umumnya KLB keracunan makanan di sekolah dasar
disebabkan kontaminasi bakeri patogen, sehingga pemberdayaan dan pengawasan
mengenai makanan jajanan di sekolah perlu ditingkatkan (BPOM, 2012).
Makanan yang terkontaminasi seringkali dibuat dan dijual oleh penjaja
kaki lima yang memiliki standar higiene yang buruk dan mutu yang rendah
(WHO, 2005). Menurut keputusan Menteri Kesehatan RI nomor
942/MENKES/SK/VII/2003 tentang pedoman persyaratan higiene sanitasi
makanan jajanan, higiene sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan faktor
makanan, orang,tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat
menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan. Dampak dari perilaku yang
tidak higienis yang meliputi orang yang menangani makanan, tempat berjualan,
peralatan dan proses pengolahan makanan yaitu keracunan makanan (Purawidjaja,
1995 dalam Susanna dan Hartono, 2003).
Pedagang makanan jajanan seringkali memiliki higiene sanitasi yang
rendah. Menurut penelitian Agustina, dkk (2009), terdapat 47,8% responden yang
kebersihan dirinya tidak baik, 65,2% responden memiliki sanitasi yang tidak baik
dari segi peralatannya, 30,4%responden menyajikan makanan jajanan dalam
keadaan sanitasi yang tidak baik, dan 47,8% responden yang memiliki sarana
penjaja yang sanitasinya tidak baik.
Higiene sanitasi yang buruk dapat menimbulkan dampak terhadap
kesehatan. Menurut penelitian Manalu dkk (2012), ada hubungan yang bermakna
antara kepadatan lalat, perilaku ibu mencuci tangan, perilaku ibu menutup
4
pada balita. Berdasarkan penelitian Rahayu (2007), proses pengolahan makanan,
pencucian bahan makanan, higiene penjamah dan sanitasi makanan berpengaruh
dengan angka bakteri pada makanan. Makanan juga dapat terkontaminasi melalui
vektor, salah satunya lalat. Lalat mencemari makanan dan minuman oleh bakteri
yang terbawanya setelah hinggap di tempat-tempat yang kotor. Bakteri tersebut
tersebut lalu termakan manusia dan dapat menyebabkan penyakit diare
(Andriani,2007 dalam Manalu dkk, 2012). Hidayanti (2012) menyatakan hal
serupa bahwa perilaku cuci tangan, higiene sanitasi makanan, faktor lingkungan
(jenis lantai, sumber air bersih, penanganan sampah dan pembuangan tinja) serta
bakteriologis air bersih, terdapat hubungan yang bermakna dengan kejadian
penyakit bawaan makanan.
Tindakan higiene sanitasi pada pedagang makanan merupakan hal yang
penting. Penelitian mengenai pengetahuan dan tindakan higiene sanitasi pedagang
makanan jajanan diperkuat oleh penelitian Aminah dan Hidayah (2006). Tingkat
pengetahuan pedagang makanan tentang keamanan makanan yang baik masih
terbilang kurang, hanya sebesar 17,65%. Tingkat pengetahuan mengenai dosis
yang tidak berlebihan dari pewarna makanan sebesar 64,7% sedangkan 52%
pedagang mengetahui bahaya formalin dan boraks. Di sisi lain, praktik higiene
sanitasi pedagang yang masuk kategori baik sebesar 58,82%. Pengetahuan tentang
higiene sanitasi juga tidak selalu sebanding dengan kondisi tempat berjualan yang
memenuhi syarat. Berdasarkan penelitian Pratiwi (2012), pedagang dengan
keadaan lokasi tempat berjualan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 100%,
5
syarat (50%) serta pedagang dengan tingkat pengetahuan tentang higiene sanitasi
yang cukup baik sebanyak 67%.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, dari 13
pedagang makanan jajanan yang terdapat di Kelurahan Cipinang Besar Utara,
beberapa diantaranya menunjukkan perilaku yang tidak higienis dalam
menjajakan makanannya. 100% pedagang tidak mencuci tangan saat sebelum
menjamah makanan, 38% diantaranya menjajakan makanan dalam keadaan
terbuka di pinggir jalan serta menjamah makanan tanpa menggunakan alat,
merokok ketika menyajikan makanan dan berkuku panjang masing-masing
sebesar 8%. Banyak atau sedikitnya pedagang yang berperilaku tidak higienis
dalam kebersihan diri mengindikasikan adanya risiko makanan yang dijajakan
oleh mereka dapat tercemar kuman penyakit yang dapat mengakibatkan penyakit
bawaan makanan (Purnawijayanti, 2002).
Di Jakarta, makanan jajanan banyak dikonsumsi anak-anak dikarenakan
penduduknya identik dengan kesibukan kerja yang padat, memperbesar
kemungkinan para orangtua siswa tidak sempat menyiapkan bekal untuk anaknya,
sehingga lebih memilih memberikan uang jajan agar anaknya bisa membeli
makanan sendiri di sekolah. Hal seperti ini memungkinkan siswa sekolah dasar
rentan terkena penyakit bawaan makanan karena pengetahuan yang terbatas
mengenai jajanan yang sehat serta kurangnya pengawasan orangtua tehadap apa
yang dimakan anaknya (Suci, 2009).
Penyakit bawaan makanan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
6
serius, sehingga seringkali kurang diperhatikan (Judarwanto, 2012).
Penyakit bawaan makanan seringkali terjadi pada orang-orang yang kekebalan
tubuhnya rentan seperti: bayi, anak-anak, lansia dan mereka mengalami penyakit
gangguan kekebalan tubuh (WHO, 2005). Dari golongan orang-orang yang
kekebalan tubuhnya rentan terhadap penyakit, salah satunya adalah anak-anak.
Seringkali mereka suka jajan di sekolah karena sering terburu-buru ke sekolah,
orang tua yang sibuk dan citarasa jajanan yang lebih enak (Suci, 2009). Sehingga
anak-anak adalah golongan yang sering menjadi korban penyakit akibat makanan
(Agustina, 2009).
Sekolah merupakan salah satu lokasi yang strategis untuk ditempati
pedagang makanan, terutama pedagang kaki lima (Widjajanti, 2009). Banyaknya
pendatang dari luar kota untuk mencari nafkah di Jakarta serta banyaknya jumlah
sekolah dasar, memungkinkan banyaknya pedagang makanan jajanan yang
berjualan di sekitar sekolah dasar. Sebagian besar dari pedagang makanan jajanan
adalah pendatang dari luar Jakarta atau penduduk musiman (Mokoginta, 1999).
Besarnya jumlah penduduk di Jakarta (13.000-15.000 Jiwa/km2 dalam Bank Data
DKI Jakarta (2009) berbanding dengan banyaknya jumlah sekolah dasar dan
jumlah siswanya. Berdasarkan informasi dari Bank Data DKI Jakarta tahun 2010,
jumlah sekolah dasar negeri di Jakarta sebesar 2.225 sekolah. Dengan rincian di
masing-masing Kotamadya yaitu: Jakarta Pusat sebanyak 285 sekolah, Jakarta
Utara sebanyak 269 sekolah, Jakarta Barat sebanyak 456 sekolah, Jakarta Selatan
sebanyak 527 sekolah, Jakarta Timur sebanyak 674 sekolah dan Kepulauan Seribu
7
sebesar 686.610 siswa, dengan jumlah siswa di masing-masing Kotamadya yaitu:
Jakarta Pusat sebanyak 69.921 siswa, Jakarta Utara sebanyak 93.641 siswa,
Jakarta Barat sebanyak 145.919 siswa, Jakarta Selatan sebanyak 155.314 siswa,
Jakarta Timur sebanyak 219.501 siswa dan Kepulauan Seribu sebanyak 2.314
siswa. Kotamadya Jakarta Timur dipilih karena memiliki jumlah sekolah dan
siswa sekolah dasar negeri terbanyak.
Melihat banyaknya jumlah sekolah dasar dan jumlah siswa yang ada, bisa
dipastikan setiap sekolah ada beberapa pedagang yang berjualan makanan.
Kelurahan Cipinang Besar Utara terdapat 13 sekolah dasar yang sering disinggahi
pedagang makanan jajanan, baik sekolah yang letaknya di pinggir jalan raya
maupun di tengah-tengah permukiman. Banyaknya pedagang makanan yang
berjualan di sekolah dasar dikarenakan beberapa sekolah yang ada dalam satu
gedung dan anak-anak yang bersekolah saat pagi maupun petang.
Higiene sanitasi makanan merupakan salah satu dari ruang lingkup
kesehatan lingkungan. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut meliputi:
vektor penyakit, higiene sanitasi makanan, penyediaan air minum, pengolahan air
limbah, pembuangan tinja, pencemaran udara, pengelolaan sampah padat serta
perumahan dan lingkungan permukiman (WHO, 1975). Oleh karena itu, penyakit
bawaan makanan secara khusus merupakan masalah kesehatan lingkungan karena
terdapat makanan atau pangan sebagai media transmisi penyakit (Achmadi ,2012).
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai gambaran
8
peralatan penyajian dan sarana pada pedagang makanan jajanan di Kelurahan
Cipinang Besar Utara Kotamadya Jakarta Timur.
1.2 Rumusan Masalah
Kasus tertinggi diare ditemukan pada Kecamatan Jatinegara. Salah satu
kelurahannya, yaitu Kelurahan Cipinang Besar Utara, terdapat kasus diare yang
terus meningkat selama tahun 2009 sampai tahun 2012. Banyaknya sekolah dasar
yang terdapat pedagang makanan jajanan serta ditemukannya perilaku pedagang
makanan jajanan yang tidak higienis sangat berisiko mengakibatkan penyakit
bawaan makanan, mengingat sekolah dasar menempati peringkat kedua kejadian
KLB keracunan makanan dan makanan jajanan adalah jenis makanan yang paling
mendominasi penyebab KLB keracunan makanan.
Perilaku pedagang yang tidak higienis seperti: tidak mencuci tangan saat
sebelum menjamah makanan, menjajakan makanan dalam keadaan terbuka di
pinggir jalan, menjamah makanan tanpa menggunakan alat, merokok ketika
menyajikan makanan dan berkuku panjang berisiko menimbulkan penyakit
bawaan makanan pada konsumen, khususnya anak sekolah. Perilaku tersebut tidak
sesuai pedoman Depkes RI tahun 2003 tentang persyaratan higiene sanitasi
makanan jajanan. Hal tersebut merupakan ironi mengingat anak sekolah dasar
sebagai mayoritas konsumen makanan jajanan yang berada dalam usia
pertumbuhan, merupakan investasi bagi orangtua dan negara sehingga
membutuhkan makanan dengan nutrisi yang baik serta terjaga kebersihannya agar
9
Berdasarkan latar belakang di atas, serta belum pernah diadakannya
penelitian ini di wilayah tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang perilaku higiene sanitasi pedagang makanan jajanan di lingkungan sekolah
dasar Kecamatan Cipinang Besar Utara.
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran umum pedagang makanan jajanan di sekolah dasar
Kelurahan Cipinang Besar Utara?
2. Bagaimana gambaran pengetahuan mengenai higiene sanitasi(kebersihan
diri, peralatan, penyajian, sarana) pedagang makanan jajanan di sekolah
dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara?
3. Bagaimana gambaran sikap mengenai higiene sanitasi (kebersihan diri,
peralatan, penyajian, sarana) pedagang makanan jajanan di sekolah dasar
kelurahan Cipinang Besar Utara?
4. Bagaimana gambaran tindakan mengenai higiene sanitasi (kebersihan diri,
peralatan, penyajian, sarana) pedagang makanan jajanan di sekolah dasar
Kelurahan Cipinang Besar Utara?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran perilaku higiene sanitasi pedagang makanan
10
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran umum pedagang makanan jajanan di sekolah
dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara.
2. Diketahuinya gambaran pengetahuan (kebersihan diri, peralatan,
penyajian, sarana) pedagang mengenai higiene sanitasi makanan jajanan di
sekolah dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara.
3. Diketahuinya gambaran sikap (kebersihan diri, peralatan, penyajian,
sarana) higiene sanitasi pedagang makanan jajanan di sekolah dasar
Kelurahan Cipinang Besar Utara.
4. Diketahuinya gambaran tindakan (kebersihan diri, peralatan, penyajian,
sarana) higiene sanitasi pedagang makanan jajanan di sekolah dasar
Kelurahan Cipinang Besar Utara.
1.5 Batasan Masalah
Variabel yang diukur dalam penelitian ini yaitu pengetahuan, sikap dan
tindakan higiene sanitasi pada pedagang makanan jajanan, baik di dalam sekolah
(kantin) maupun di luar sekolah yaitu: kebersihan diri pedagang makanan,
kebersihan peralatan, penyajian serta kondisi sarana yang digunakan pedagang
makanan jajanan. Penelitian ini menggunakan analisis univariat sehingga tidak
11
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitianini memberikan informasi mengenai gambaran pengetahuan,
sikap dan tindakan higiene sanitasi pada pedagang makanan jajanan.
1.6.1 Manfaat bagi Sekolah
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada pihak
sekolah agar dapat dilakukan upaya tindakan higiene sanitasi oleh pedagang
makanan di kantin sekolah.
1.6.2 Manfaat bagi Peneliti
a. Melatih pola pikir secara sistematis dalam menghadapi masalah
kesehatan lingkungan.
b. Mengaplikasikan ilmu yang didapat selama perkuliahan.
c. Hasil penelitian dapat digunakan untuk referensi bagi penelitian
selanjutnya.
1.6.3 Manfaat bagi Instansi
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi instansi
terkait, yaitu Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Timur untuk memberikan
penyuluhan kepada pedagang makanan jajanan mengenai pentingnya higiene
sanitasi pada pengolahan dan penyajian makanan. Sehingga dapat dilakukan
12
1.7 Ruang Lingkup
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku higiene
sanitasi pada pedagang makanan jajanan di Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang
Besar Utara tahun 2014. Penelitian ini akan dilaksanakan bulan Oktober 2014.
Sampel dalam penelitian ini yaitu pedagang yang berjualan makanan di
lingkungan sekolah, baik di dalam maupun di sekitar sekolah.
Jenis penelitian ini yaitu kuantitatif deskriptif dengan desain studi kasus.
Dalam pengumpulan data primer mengenai higiene sanitasi pedagang makanan,
peneliti menggunakan observasi dan kuesioner. Data sekunder didapatkan dari
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Higiene sanitasi merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
pencegahan penyakit menular, khususnya penyakit bawaan makanan yang
disebabkan cara penanganan makanan yang salah. Hal ini terkait dengan
pembangunan derajat kesehatan masyarakat Indonesia, khususnya di Jakarta.
Cara pengolahan makanan yang baik agar tidak menimbulkan penyakit
merupakan isu yang penting untuk dibahas. Gejala penyakit bawaan makanan
yang populer di masyarakat adalah diare. Saat ini banyak pedagang makanan yang
cara menjajakan makanannya berisiko menimbulkan penyakit bawaan makanan.
Misalnya makanan dibiarkan terbuka, berjualan di tempat yang kotor, tidak
mencuci tangan, tidak mencuci peralatan makan di air yang mengalir, serta tidak
menjaga kebersihan diri. Semua hal tersebut merupakan faktor penyebab makanan
terkontaminasi dengan patogen, sehingga bukan tidak mungkin diare dapat
menyerang konsumen, khususnya anak sekolah dasar.
2.1 Pengertian Perilaku
Perilaku merupakan semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang
diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo,
2003). Perilaku yang diamati dapat diukur dengan berbagai skala, salah satunya
14
atas pernyataan / pertanyaan: ya dan tidak, positif dan negatif, setuju-tidak setuju,
serta benar dan salah (Hidayat, 2007). Bloom (1956) dalam Notoatmodjo (2003)
membagi perilaku dalam tiga domain/ kawasan. Pembagian kawasan ini dilakukan
untuk kepentingan tujuan pendidikan. Ketiga komponen tersebut antara lain:
pengetahuan, sikap dan tindakan.
2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui. Manusia memiliki rasa
ingin tahu, lalu ia mencari, hasilnya ia tahu sesuatu. Sesuatu itulah dinamakan
pengetahuan. Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan
pengelaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu
rangsangan tertentu (Notoatmodjo, 2003). Menurut Plato dalam Budiman dan
Riyanto (2013), pengetahuan adalah “kepercayaan sejati” yang dibenarkan
(valid). Hasil Pengukuran tingkat pengetahuan dapat dinyatakan dengan
“baik” atau “ buruk” (Dahlan, 2008).
2.1.2 Pengertian Sikap
Sikap menurut Sarwono (2003) adalah kesiapan atau kesediaan seseorang
untuk bertingkah laku atau merespon sesuatu baik terhadap rangsangan positif
maupun rangsangan negatif dari suatu objek rangsangan. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktivitas tetapi merupakan faktor predisposisi
bagi seseorang untuk berperilaku. Menurut Djaali dan Muljono (2007), sikap
15
Sikap dapat dikatakan sebagai respon evaluatif. Respon evaluatif artinya
adanya reaksi dari individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus juga
berbentuk penilaian baik-buruk, positif-negatif serta menyenangkan-tidak
menyenangkan (Azwar, 2011).
2.1.3 Pengertian Tindakan
Sikap yang diwujudkan menjadi suatu perbuatan nyata oleh suatu individu
disebut tindakan (Budiman dan Riyanto, 2013). Menurut Allport dalam Tim
Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI (2007), tindakan dalam pilihan
seseorang didasari oleh nilai, sehingga tindakan dan perbuatan dapat berupa
benar-salah, baik-buruk serta indah-tidak indah.
2.2 Pengertian Higiene Sanitasi
Dalam Undang-undang No. 11 Tahun 1962 tentang Higiene Untuk
Usaha-usaha bagi umum disebutkan, higiene adalah segala Usaha-usaha untuk memelihara dan
mempertinggi derajat kesehatan (Hanafiah, 1999). Dalam pengertian lain, higiene
adalah suatu pengetahuan mengenai kesehatan dan pencegahan suatu penyakit
(Tarwotjo, 1998).
Sanitasi diartikan sebagai usaha pencegahan penyakit dengan cara
mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai perpindahan
penyakit. Sedangkan ilmu sanitasi adalah sebuah penerapan prinsip untuk
membantu memperbaiki, mempertahankan atau mengembalikan kondisi kesehatan
16
dapat disebut sebagai penciptaan atau pemeliharaan kondisi yang mampu
mencegah terjadinya kontaminasi terhadap makanan atau terjadinya penyakit yang
disebabkan oleh makanan (Labensky dkk, 1994 dalam Purnawijayanti, 2006).
Menurut keputusan Menteri Kesehatan RI nomor
942/MENKES/SK/VII/2003 tentang pedoman persyaratan higiene sanitasi
makanan jajanan, higiene sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan faktor
makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat
menimbulkan penyakit atau gangguan. Dengan demikian, higiene dan sanitasi
adalah pengetahuan mengenai kesehatan dan pencegahan penyakit dengan cara
menerapkan kondisi sehingga terjadinya suatu penyakit dapat dicegah.
2.2.1 Kebersihan Diri
Kebersihan diri (personal hygiene) seseorang dalam menjajakan makanan
adalah syarat yang harus dipenuhi. Menurut Depkes RI (2003), persyaratan
tersebut antara lain:
a. Tidak menderita penyakit mudah menular seperti: batuk, pilek,
influenza, diare, serta penyakit perut lainnya;.
b. Jika terdapat luka atau bisul harus ditutup;
c. Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku dan pakaian;
d. Memakai celemek dan tutup kepala;
e. Mencuci tangan setiap kali menangani makanan;
f. Menjamah makanan dengan alat atau sarung tangan;
17
h. Tidak batuk atau bersin dihadapan makanan yang dijajakan tanpa
menutup mulut atau hidung.
2.2.2 Peralatan
Peralatan masak adalah semua perlengkapan yang diperlukan dalam proses
pengolahan makanan seperti pisau, sendok, kuali dan lain-lain. Sehingga yang
perlu diperhatikan dalam perlengkapan dan peralatan masak untuk menjaga
kebersihannya adalah bentuk peralatan mudah dibersihkan dan tidak boleh
berlekuk, tidak boleh digunakan untuk keperluan lain selain memasak,
mengolah makanan dan penyimpanan makanan (Depkes RI, 1999). Peralatan
yang memenuhi persyaratan higiene sanitasi antara lain:
a. Peralatan dicuci dengan air bersih;
b. Dikeringkan dengan pengering atau lap yang bersih;
c. Disimpan ditempat yang bersih
d. Tidak digunakan lebih dari sekali apabila dirancang hanya untuk
sekali pakai (Depkes RI, 2003).
2.2.3 Penyajian Makanan
Kebersihan ketika penyajian makanan meliputi berbagai hal, seperti: air,
bahan makanan, bahan tambahan serta cara penyajian makanan itu sendiri.
a. Air yang digunakan harus memenuhi standar higiene sanitasi yang
18
b. Bahan makanan yang akan diolah harus dalam keadaan baik
mutunya dan terdaftar di Departemen Kesehatan jika bahan
makanan tersebut merupakan bahan olahan dalam kemasan.
c. Bahan makanan, bahan tambahan, bahan penolong serta bahan
makanan yang mudah rusak harus disimpan secara terpisah.
d. Makanan jajanan yang dijajakan harus dalam keadaan tertutup dan
pembungkusnya dalam keadaan bersih serta tidak ditiup.
e. Makanan yang diangkut harus dalam keadaan tertutup dan terpisah
dari bahan mentah (Depkes RI, 2003).
2.2.4 Sarana
Sarana penjaja adalah suatu tempat atau fasilitas yang digunakan untuk
penanganan makanan jajanan, baik menetap maupun berpindah-pindah.
Kebersihan sarana meliputi berbagai hal yang harus dipenuhi, antara lain:
a. Konstruksi sarana dapat melindungi makanan dari pencemaran;
b. Konstruksi sarana penjaja mudah dibersihkan dan tersedia tempat:
air bersih, penyimpanan bahan makanan, penyimpanan makanan
jadi, penyimpanan peralatan, tempat cuci dan tempat sampah
19
2.3 Pengertian Pedagang Makanan Jajanan
2.3.1 Pengertian Pedagang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), pedagang adalah orang
yang mencari nafkah dengan berdagang. Pedagang dapat dikelompokan
menjadi:
a. Pedagang besar: Adalah kegiatan pengumpulan dan penjualan
kembali barang baru atau bekas oleh pedagang dari produsen atau
importir ke pedagang lainnya.
b. Pedagang eceran: Kegiatan pedagang melayani konsumen
perorangan tanpa mengubah sifat barang itu sendiri (Badan Pusat
Statistik, 2012).
2.3.2 Makanan Jajanan
Makanan merupakan kebutuhan dasar yang terkadang merupakan
kesenangan. Disamping itu, makanan dapat meningkatkan kesehatan atau
malah menyebabkan penyakit (Sunardi dan Soetardjo, 2001). Makanan
sambilan dan makanan jajanan adalah sejenis makanan yang keberadaannya
tidak terlalu penting karena makanan tersebut bukan makanan pokok
(Moertjipto, 1993). Makanan jajanan juga merupakan makanan yang siap
makan atau dimasak terlebih dahulu di tempat berjualan (Lindawati dkk,
2006).
Menurut keputusan Menteri Kesehatan RI nomor
20
makanan jajanan, makanan jajanan adalah makanan yang dijajakan sebagai
makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga,
rumah makan/restoran, dan hotel.
2.4 Kantin Sehat
Menurut Kemendiknas (2011), kantin atau warung sekolah yang
merupakan salah satu tempat jajan didalam sekolah memiliki peranan yang
penting, yaitu menyediakan makanan sepinggan maupun makanan cemilan dan
minuman yang sehat, aman dan bergizi. Makanan yang disajikan harus terbebas
dari bahaya: mikrobiologis, kimia maupun fisik. Ada lima kunci penyediaan
makanan yang aman, yaitu:
a. Menjaga kebersihan;
b. Memisahkan makanan mentah dari makanan yang matang;
c. Memasak makanan dengan benar;
d. Menyimpan makanan pada suhu yang aman;
e. Menggunakan air dan bahan baku yang aman.
Kantin sekolah terdapat dua jenis, yaitu jenis tertutup maupun terbuka
seperti di koridor atau halaman. Meskipun kantin berada di ruang terbuka, tempat
penyimpanan makanan harus dalam keadaan tertutup. Kantin sekolah dengan
ruangan tertutup maupun terbuka harus memiliki sarana dan prasarana berupa:
sumber air bersih, tempat penyimpanan, tempat pengolahan, tempat penyajian dan
ruang makan, fasilitas sanitasi, perlengkapan kerja serta tempat pembuangan
21
Dalam mewujudkan kantin yang sehat di sekolah, terdapat
langkah-langkah yang harus dilakukan oleh pihak sekolah, antara lain:
1. Melakukan koordinasi dengan Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan
Puskesmas;
2. Melakukan sosialisasi kepada orang tua murid, pengelola kantin atau
penjual makanan di sekolah;
3. Menunjuk pembina dan pengawas kantin sekolah;
4. Mengirimkan pembina dan pengawas kantin sekolah untuk mengikuti
pelatihan kantin sehat yang dilaksanakan oleh instansi terkait;
5. Melakukan pelatihan dan pembinaan terhadap pengelola kantin dan
penjual makanan di sekolah;
6. Melakukan perbaikan dan penyediaan sarana kantin sehat;
7. Melakukan monitoring internal terhadap pelaksanaan kantin sehat di
sekolah.
2.5 Zat yang Mempengaruhi Higiene Sanitasi Makanan Jajanan
Makanan jajanan masih berisiko buruk terhadap kesehatan dikarenakan
penanganannya serikali tidak higienis sehingga memungkinkan terkontaminasi
oleh mikroorganisme berbahaya, bahan tambahan pangan yang tidak diizinkan
22
2.5.1 Pewarna, pemanis dan pengawet
Pewarna yang umum digunakan dalam makanan jajanan antara lain:
tartrazine, erythrosine, fast green FCF dan sunset yellow. Meskipun pewarna
tersebut diizinkan tetapi pemakaiannya dibatasi. Berikut ini berbagai dampak
buruk konsumsi makanan yang mengandung pewarna sintetis berlebihan:
a. Tartrazine menyebabkan reaksi alergi, asma dan hiperaktif pada
anak-anak.
b. Erithrosine menyebabkan reaksi alergi pada saluran pernafasan, tumor
dan tiroid pada tikus, gangguan pada otak, hiperaktif dan gangguan
perilaku pada anak-anak.
c. Fast green FCF menyebabkan reaksi alergi dan tumor.
d. Sunset yellow menyebabkan radang selaput lendir pada hidung, sakit
pinggang, muntah-muntah serta gangguan pencernaan (Cahanar dan
Suhanda, 2006).
Pemanis yang digunakan dalam sebagian besar makanan jajanan adalah
sakarin, siklamat dan aspartam. Sakarin menyebabkan kanker kandung kemish
dan terputusnya plasenta pada janin. Siklamat hanya boleh dikonsumsi oleh
penderita diabetes karena kandungan kalorinya yang rendah. Namun,
penggunaan siklamat sudah dilarang di Amerika, Inggris dan Kanada pada
tahun 1970-an karena produk degradasinya bersifat karsinogen (Saparinto dan
Hidayati, 2006). Aspartam akan berubah menjadi formaldehida dan
diketopierazin yang bersifat karsinogen ketika berada di dalam tubuh,
23
Boraks dan formalin sering digunakan sebagai pegawet untuk mi, bakso,
saus tomat, ikan segar, ikan asin serta ayam potong. Formalin pada dasarnya
digunakan dalam pembuatan karpet, lem, plywood, tekstil, antiseptik,
desinfektan dan pengawetan mayat. Kadar formalin yang tinggi dalam tubuh
manusia bereaksi dengan hampir semua sel sehingga fungsinya tertekan dan
terjadi kematian sel. Jika formalin masuk lewat mulut dalam dosis berlebih
menyebabkan sakit perut, kolaps, pingsan, mual, muntah dan kematian karena
kegagalan peredaran darah (Saparinto dan Hidayati, 2006).
2.5.2 Mikroba
Mikroorganisme yang mengontaminasi makanan terjadi karena beberapa
sebab, yaitu terbawa dari bahan makanan saat proses produksi atau
pendistribusian produk. Bakteri pencemar makanan antara lain Entamoeba
proteus, Eschericia coli, Pseudomonas dan Salmonella. Mikroorganisme ini
seringkali menyebabkan berbagai penyakit seperti: sesak nafas, mual,
muntah, pusing, diare, disentri, pingsan hingga kematian (Saparinto dan
Hidayati, 2006). Dalam kehidupan sehari-hari, ada tiga jenis bakteri yang
sering muncul, antara lain:
a. Salmonella: seringkali ditemukan pada daging unggas, telur, daging
babi, kambing dan binatang pengerat. Gejala yang ditimbulkan akibat
infeksi Salmonella antara lain sakit kepala, nyeri perut, diare, muntah,
24
b. E. coli: ditemukan pada keju, daging sapi, susu tanpa pasteurisasi, ikan
mentah, serta makanan yang tidak bersih. Gejala yang ditimbulkan saat
infeksi E. coli yaitu sakit perut akut, kram, muntah, demam, diare,
koma, penggumpalan darah pada otak hingga kematian.
c. Listeria: ditemukan pada daging dan susu tanpa pasteurisasi. Gejala
yang timbul karena infeksi Listeria antara lain pusing, sakit kepala,
muntah, pingsan, shock, koma (Susianto. dkk, 2008).
2.5.3 Logam berat
Makanan jajanan dapat tercemar logam berat, seperti Pb dan Hg (merkuri).
Pb yang mencemari makanan dapat berasal dari lapisan keramik, porselen atau
tanah liat yang dapat larut dalam cairan asam serta kertas koran atau kertas
bekas lainnya yang digunakan sebagai bungkus makanan (PERSAGI, 2009).
Pb yang berada dalam makanan juga diduga berasal dari sisa pembakaran
kendaraan bermotor dikarenakan tempat berjualan yang berlokasi di pinggir
jalan serta makanan jajanan yang tidak ditutup. Timbal dapat menyebabkan
keracunan kronis dan akut. Gejala keracunan Pb kronis yaitu: depresi, sakit
kepala, sulit berkonsentrasi, gangguan daya ingat dan insomnia. Sedangkan
gejala keracunan Pb akut antara lain: mual, muntah, sakit perut hebat, kelainan
fungsi otak, anemia berat, kerusakan ginjal hingga kematian dalam jangka
waktu 1-2 hari (Saparinto dan Hidayati, 2006).
Merkuri atau air raksa (Hg) yang mencemari makanan dapat berasal dari
25
penyakit Minamata. Hg masuk ke dalam tubuh ikan-ikan yang hidup di sekitar
Teluk Minamata sehingga terakumulasi. Ikan tersebut dimakan oleh para
nelayan dan timbul penyakit tersebut dengan gejala seperti: sakit kepala, baal
terutama pada ujung kaki dan kehilangan keseimbangan (Sumardjo, 2006).
2.6 Penyakit Bawaan Makanan (foodborne disease)
Arisman (2009) menyatakan bahwa penyakit bawaan makanan adalah
penyakit yang ditularkan lewat makanan, tanpa mempedulikan apakah
mikroorganisme (bakteri, virus dan parasit) tersebut menghasilkan racun atau
tidak. Dalam praktiknya, foodbone disease dibagi menjadi tiga, antara lain:
a. Foodborne infections: masuknya mikroorganisme patogen kedalam
tubuh dan menetap. Pada umumnya mikroorganisme ini berkembang
biak didalam saluran cerna sambil mengiritasi saluran cerna bahkan
ada yang sampai menginvasi jaringan. Contoh mikroorganisme
patogen itu antara lain Listeria, Salmonella, dan Campylobacter, akan
tetapi tidak semua Salmonella dapat menimbulkan infeksi.
b. Foodborne toxicoinfections: adalah ketika mikroorganisme
menghasilkan racun dan berkembang biak di dalam saluran
pencernaan. Dalam arti, yang berbahaya tidak hanya
mikroorganismenya saja tetapi juga racun yang dihasilkannya.
26
c. Foodborne intoxications: terjadi akibat mengonsumsi makanan yang
mengandung racun. Racun ini dihasilkan saat pertumbuhan bakteri
(enterotoksin).
Gambar 2.1 Klasifikasi penyebab foodborne disease (Arisman, 2009)
2.7 Faktor-faktor Lain yang Mempengaruhi Higiene Sanitasi Pedagang
Makanan Jajanan
Menurut Lawrence Green dalam WHO (2005), ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi higiene sanitasi pedagang makanan jajanan. Faktor-faktor
27
a. Faktor predisposisi (predisposing factor) merupakan pemicu atau
alasan terbentuknya perilaku, misalnya: pengetahuan, kepercayaan,
nilai-nilai, keterampilan dan lain-lain).
b. Faktor kemudahan (enabling factor) merupakan suatu kondisi yang
dapat memudahkan terwujudnya suatu tujuan. Faktor kemudahan ini
dapat berupa ketersediaan fasilitas seperti air untuk mencuci dan
tempat untuk berjualan.
c. Faktor penguat (reinforcing factor) merupakan faktor yang muncul
sesudah suatu perilaku. Faktor ini dapat berupa imbalan atau insentif
yang diberikan karena keberlangsungan suatu perilaku, misalnya
pemberian penghargaan kepada penjamah makanan yang lulus
pemeriksaan higiene sanitasi makanan.
Dari faktor predisposisi, upaya higiene sanitasi makanan dipengaruhi
umur, jenis kelamin, lama kerja, tingkat pendidikan dan status kepemilikan.
Sedangkan sarana berjualan dapat dilihat sebagai faktor kemudahan (Budiyono,
2008). Cahyaningsih, dkk (2009) menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat
28
2.8 Kerangka Teori
Sumber: Modifikasi Bloom (1956) dalam Notoatmodjo (2003), Wahyuni (2005),
Cahyaningsih, dkk (2009), Green dalam WHO (2005), Budiyono (2008), Depkes
RI (2003), Arisman (2009)
29
BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini ingin mengetahui gambaran karakteristik
serta pengetahuan, sikap dan tindakan higiene sanitasi pada pedagang makanan
jajanan di sekolah dasar dengan melihat beberapa aspek dari sisi karakteristik,
pengetahuan, sikap maupun tindakan oleh pedagang makanan jajanan yang sesuai
kaidah higiene sanitasi. Anak-anak sekolah dasar merupakan konsumen yang
paling berisiko terkena penyakit bawaan makanan (foodbone disease). Oleh
karena itu, foodborne disease tidak diteliti karena sampel penelitian ini adalah
pedagang makanan jajanan, sedangkan foodborne disease merupakan penyakit
yang melanda konsumen akibat memakan makanan dengan higiene sanitasi yang
30
31
3.2 Definisi Operasional
Karakteristik Pedagang Makanan Jajanan
No. Variabel Definisi
Cara Ukur Alat Ukur Skala Ukur Hasil ukur
1. Jenis kelamin Pembagian responden berdasarkan jenis kelamin laki-laki atau perempuan.
Wawancara Kuesioner Nominal 1. Laki-laki 2. Perempuan 3. Jenis sarana Pembagian responden berdasarkan jenis sarana yang
digunakan
Wawancara Kuesioner Nominal 1. Gerobak 2. Kios
4. Status kepemilikan Pembagian responden berdasarkan status kepemilikan sarana
Wawancara Kuesioner Nominal 1. Pemilik 2. Penyewa 3. Peminjam
5. Lama bekerja Pembagian responden berdasarkan lama bekerja sebagai pedagang makanan jajanan
Wawancara Kuesioner Nominal 1. ≤ 10 tahun 2. 11-20 tahun 3. ≥ 21 tahun
6. Tingkat pendidikan Pembagian responden berdasarkan pendidikan terakhir yang pernah ditempuh
32
Kuesioner Pengetahuan Pedagang Makanan Jajanan
No. Variabel Definisi
Cara Ukur Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur
1. Pengetahuan mengenai kebersihan diri
Segala sesuatu yang diketahui oleh pedagang makanan jajanan mengenai kebersihan diri (Bloom, 1956).
Wawancara Kuesioner Ordinal 1. Baik 2. Buruk
2. Pengetahuan
mengenai peralatan Segala sesuatu yang diketahui oleh pedagang makanan jajanan mengenai bagaimana cara menjaga kebersihan peralatan (Bloom, 1956).
Wawancara Kuesioner Ordinal 1. Baik 2. Buruk
3.
Pengetahuan
mengenai penyajian Segala sesuatu yang diketahui oleh pedagang makanan jajanan mengenai penyajian makanan yang sesuai standar (Bloom, 1956).
Wawancara Kuesioner Ordinal 1. Baik 2. Buruk
4. Pengetahuan
mengenai sarana Segala sesuatu yang diketahui oleh pedagang makanan jajanan mengenai higiene sanitasi pada sarana yang digunakan untuk berjualan seperti gerobak atau kios (Bloom, 1956).
33
Kuesioner Sikap Pedagang Makanan Jajanan
No. Variabel Definisi
Cara Ukur Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur
5. Sikap terhadap kebersihan diri
Pernyataan dari pedagang makanan jajanan mengenai kesediaan untuk mentaati persyaratan tentang kebersihan diri
(Sarwono, 2003).
Wawancara Kuesioner Ordinal 1. Baik 2. Buruk
6. Sikap terhadap peralatan
Pernyataan dari pedagang makanan jajanan mengenai kesediaan untuk mentaati persyaratantentang kebersihan peralatan
(Sarwono, 2003).
Wawancara Kuesioner Ordinal 1. Baik 2. Buruk
7. Sikap terhadap penyajian
Pernyataan dari pedagang makanan jajanan mengenai kesediaan untuk mentaati persyaratanterhadap persyaratan tentang penyajian yang baik
(Sarwono, 2003).
Wawancara Kuesioner Ordinal 1. Baik 2. Buruk
8. Sikap
terhadapsarana
Pernyataan dari pedagang makanan jajanan mengenai kesediaan untuk mentaati persyaratanterhadap persyaratan tentang kebersihan sarana.
(Sarwono, 2003).
34
Tabel 3.2 Definisi Operasional
Form Observasi Pengamatan Tindakan Pedagang Makanan Jajanan
No. Variabel Definisi
Cara Ukur Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur
9. Tindakan kebersihan diri
Suatu sikap yang diwujudkan oleh pedagang makanan jajanan mengenai kebersihan diri yang sesuai pedoman higiene sanitasi makanan jajanan (Budiman dan Riyanto, 2013).
Suatu sikap yang diwujudkan oleh pedagang makanan jajanan mengenai bagaimana cara menjaga kebersihan peralatan yang sesuai pedoman higiene sanitasi makanan jajanan (Budiman dan Riyanto, 2013).
Observasi dan
Suatu sikap yang diwujudkan oleh pedagang makanan jajanan mengenai penyajian makanan yang sesuai pedoman higiene sanitasi makanan jajanan (Budiman dan Riyanto, 2013).
35
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif di mana data
yang besarnya semua variabel digambarkan dalam bentuk numerik. Desain yang
digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional di mana data variabel bebas
dan variabel terikat dibandingkan pada waktu yang sama. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan higiene sanitasi
pedagang makanan jajanan di sekolah dasar Cipinang Besar Utara. Gambaran
tersebut diperoleh dengan menggunakan instrumen kuesioner dan lembar
observasi.
Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap dan tindakan
higiene sanitasi pedagang makanan jajanan. variabel higiene sanitasi pedagang
makanan jajanan diukur berdasarkan kemampuannya untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan dengan benar pada kuesioner untuk aspek pengetahuan dan
sikap serta check list untuk tindakan yang terdiri atas: kebersihan diri pedagang,
peralatan yang digunakan, penyajian makanan serta sarana yang digunakan.
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang makanan jajanan