PENGARUH KEPERCAYAAN DIRI TERHADAP
KOMUNIKASI INTERPERSONAL SANTRI DI
PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM
ASSALAAM, SURAKARTA SOLO
Pengajuan Skripsi
Disusun Oleh :
Hermadi Fajar Arifin
106070002246
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ii
PENGARUH KEPERCAYAAN DIRI TERHADAP KOMUNIKASI INTERPERSONAL SANTRI di PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM
ASSALAAM, SURAKARTA SOLO
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar
Sarjana Psikologi
Oleh:
HERMADI FAJAR ARIFIN
NIM: 106070002246
Di bawah bimbingan:
Pembimbing I
Dra. Zahrotun Nihayah,. M.Si NIP. 19620724 198903 2 001
Pembimbing II
Natris Indriyani, M.Si NIP: 150 411 200
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul PENGARUH KEPERCAYAAN DIRI TERHADAP KOMUNIKASI INTERPERSONAL SANTRI di PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM ASSALAAM, SURAKARTA SOLO telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 12 Desember 2012. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 12 Desember 2012
Sidang Munaqasyah
Dekan/Ketua Pembantu Dekan Bidang Akademik/ Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si.
NIP. 130 885 522 NIP.19561223 198303 2 001
Anggota,
Dra. Zahrotun Nihayah,. M.Si NIP. 19620724 198903 2 001
Mulia Sari Dewi, M.Psi Natris Indriyani, M.S
NIP.197805022008012026 NIP: 150 411 200
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : HERMADI FAJAR ARIFIN
NIM : 106070002246
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENGARUH KEPERCAYAAN
DIRI TERHADAP KOMUNIKASI INTERPERSONAL SANTRI di PONDOK
PESANTREN MODERN ISLAM ASSALAAM, SURAKARTA SOLO” adalah benar
merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan
skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya
cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka. Saya bersedia untuk melakukan
proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip
merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, 12 Desember 2011
Yang menyatakan
HERMADI FAJAR ARIFIN
v
MOTTO
Motto:
“
Berlomba-lombalah kam
udalam berb
ua
tkebaikan
(Al-Baqoroh 148)
”
“Barang siapa menuntut ilmu maka Allah akan
permudahkan jalannya menuju syurga (HR Bukhori)”
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini k
Skripsi ini k
Skripsi ini k
Skripsi ini ku persembahkan untuk semua orang yang ku
u persembahkan untuk semua orang yang ku
u persembahkan untuk semua orang yang ku
u persembahkan untuk semua orang yang kusayangi,
sayangi,
sayangi,
sayangi,
terutama untuk
terutama untuk
terutama untuk
terutama untuk Bapakk
Bapakk
Bapakk
Bapakku H.M.Yuli Arifin
u H.M.Yuli Arifin
u H.M.Yuli Arifin
u H.M.Yuli Arifin, , , , Ibuk
Ibuk
Ibuk
Ibuku
u
u
u Hj.
Hj.
Hj.
Hj. Rubiyanti Arifin
Rubiyanti Arifin
Rubiyanti Arifin
Rubiyanti Arifin,,,,
dan
dan
dan
dan Kakak
Kakak
Kakak
Kakak----kakakk
kakakk
kakakk
kakakku Arifin Nugroho dan Nuri Izzah
u Arifin Nugroho dan Nuri Izzah
u Arifin Nugroho dan Nuri Izzah
u Arifin Nugroho dan Nuri Izzah yang tak henti
yang tak henti
yang tak henti
yang tak
henti----hentinya
hentinya
hentinya
hentinya selalu memberikan
selalu memberikan
selalu memberikan
selalu memberikan doa,
doa,
doa,
doa, dukungan, semangat, waktu, tenaga
dukungan, semangat, waktu, tenaga
dukungan, semangat, waktu, tenaga
dukungan, semangat, waktu, tenaga, , , ,
dan nasihat
dan nasihat
vii ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) 12 Desember 2011
C) Hermadi Fajar Arifin
D) Pengaruh Kepercayaan Diri Terhadap Komunikasi Interpersonal santri di Pondok Pesantern Modern Islam Assalaam, Surakarta Solo.
E) 123 halaman+ lampiran
F) Komunikasi interpersonal pada era modern ini sangat penting untuk diteliti karena berkaitan pada interaksi sosial individu pada lingkungan. Komunikasi personal individu harus lebih dilatih dan diperbaiki. Dalam mengadakan komunikasi harus lebih nyata dan aktif. Komunikasi interpersonal dapat dikatakan berhasil apabila penerima pesan berespon atau memberikan tanggapan sesuai dengan apa yang diharapkan dari pemberi pesan. Remaja harus dapat mengemukakan gagasan, ide, pikiran, sikap yang dimilikinya terhadap orang lain agar dirinya tetap eksis dan diterima dalam lingkungan sosialnya.
Individu memerlukan kepercayaan diri untuk berhasil dalam hidupnya, rasa percaya diri berperan dalam memberikan semangat serta memotivasi individu untuk bereaksi secara tepat terhadap tantangan dan kesempatan yang datang padanya maupun untuk merasakan berbagai kebahagian dalam hidupnya. Individu yang memiliki rasa percaya diri biasanya mudah mendapatkan teman, mampu berkomunikasi tanpa perasaan tegang ataupun perasaan tidak enak lainnya. Saat mencapai usia tertentu, terkadang individu berharap bisa memiliki rasa percaya diri pada tingkat tertentu yang bisa membuat individu siap menghadapi situasi apapun. Kesuksesan di dalam bidang apapun tidak akan mungkin dicapai oleh individu jika individu yang bersangkutan tidak memiliki rasa percaya diri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara aspek-aspek komunikasi interpersonal terhadap kepercayaan diri remaja di Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Surakarta Solo. Populasi dari penelitiaan ini adalah siswa-siswi atau santriwan dan santriwati kelas 2 dan 3 Aliyah dan SMA di Pondok Pesantren Moder Islam Assalaam surakarta solo yang berjumlah 375 orang. Dari populasi tersebut sebanyak 100 orang terpilih sebagai sampel penelitian yang terdiri dari 50 santriwan dan 50 santriwati. Penelitian ini menggunakan teknik analisis multipel regresi. Penelitian ini menganalisis kepercayaan diri sampel didasari dari teori Lidenfield (1997) dan komunikasi interpersonal didasari dari teori Devito (1995), kedua konstrak psikologi ini diukur menggunakan skala Likert. Kedua konstrak ini menggnakan pendekatan penelitian kuantitatif dan menggunakan teknik analisis multiple regresi/regresi berganda.
viii
dan kesamaan) semua mendapatkan hasil yang signifikan. Dalam penelitian ini diujikan juga variabel sosiodemografis jenis kelamin dimana hasil dari perhitungan adalah variabel variabel jenis kelamin hanya variabel empati dan keterbukaan saja yang memiliki pengaruh signifikan sedangkan yang lain (keterbukaan, dukungan dan sikap positif) tidak.
Saran Secara teoritis dari penelitian ini diharapkan agar dalam penelitian selanjutnya dapat menggali lagi variable-variabel lain yang turut berhubungan dengan komunikasi interpersonal seperti daya ekspresi, manajemen interaksi dan orientasi kepada orang lain, maupun penelitian yang lebih mendalam seperti meneliti kualitas kepercayaan diri
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahhi rabbil 'alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah Swt atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya yang memberikan kemudahan kepada peneliti maka skripsi ini dapat
terselesaikan. Skripsi ini berjudul “PENGARUH KEPERCAYAAN DIRI TERHADAP
KOMUNIKASI INTERPERSONAL SANTRI DI PONDOK PESANTREN MODERN
ISLAM ASSALAAM, SURAKARTA SOLO.” Shalawat serta salam tak lupa pula
dipanjatkan kepada Nabi Rasulullah Muhammad Saw, yang telah membawa kita dari zaman
yang gelap gulita hingga alam yang terang benderang dengan ilmu pengetahuan.
Peneliti menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih kepada semua pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung yang telah berjasa dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh
karena itu peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah banyak membantu, yaitu sebagai berikut :
1. Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si Pembantu Dekan Bidang Akademik terima kasih telah
memberikan bimbingan selama masa perkuliahan, Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si,
Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan terima kasih telah memberikan bimbingan
selama pembuatan skripsi ini, dan Bambang Suryadi, Ph. D, Pembantu Dekan Bidang
Keuangan.
3. Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si dan Natris Indriyani, M.Si yang telah menjadi
pembimbing yang baik dalam penyelesaian skripsi, memberikan arahan, kesabaran
dalam menjawab berbagai pertanyaan, dan waktu yang diberikan dalam proses
pembuatan skripsi. Terima kasih atas kesediaan membaca skripsi dan memberikan
umpan balik yang bermanfaat untuk menyempurnakan skripsi peneliti.
4. Ucapan terima kasih peneliti berikan kepada penguji I, Ibu Mulia Sari Dewi, M.Psi
dan penguji II sekaligus sebagai pembimbing I Ibu Dra. Zahrotun Nihayah,. M.Si
atas kesediaannya meluangkan waktu untuk menguji, memberikan masukan, saran,
x
5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
membimbing dan memberikan banyak ilmu bagi peneliti. Serta terimakasih kepada
para pegawai bidang akademik dan kemahasiswaan, bagian keuangan, bagian umum
serta seluruh civitas akademik Fakultas Psikologi atas bantuannya.
6. Bapak, ibu dan kakak-ku tercinta, terima kasih atas doa yang tiada henti, selalu
memberikan dukungan, semangat, waktu, tenaga, dan nasihat agar selalu tegar dan
sabar dalam menjalani hidup. Terima kasih juga untuk mas Arifin Nugroho, kak Nuri
Izzah dan Syifa fauziah yang selalu memberikan semangat, doa dan nasehat agar bisa
menyelesaikan skripsi ini.
7. Sahabat-sahabat tercinta, Adiyo, Dwi, Iswahyudi, Lukman, sky, Rajib, dan Denil
terima kasih karena telah menjadi sahabat seperjuangan dalam menjalankan
kehidupan-kehidupan selama diperkuliahan kalian sahabat-sahabat inspirasiku. Untuk
Adiyo terima kasih atas informasinya, bantuan dan suport sehingga aku dapat
menyelesaikan skirpsi ini dengan sangat mudah. Untuk Adam, Ikbal, Obi, Ade,
Dimas, Eja dan Haikal terima kasih atas segala kebaikan, kesabaran, kebersamaan,
dan ketulusan kalian selama ini, menjadi tempat untuk berbagi, baik suka maupun
duka, kenangan bersama kalian tak akan terlupakan, dan mohon maaf kalo ada salah
ya.
8. Untuk seluruh teman-teman angkatan 2006, khususnya kelas C, terimakasih sudah
memberikan kebahagiaan bersama dan memberikan kesan yang indah selama
perkuliahan.
9. Seluruh responden yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi
kuesioner penelitian ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu,
peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata, peneliti berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi
peneliti dan umumnya bagi siapa saja yang membaca.
Jakarta, 12 Desember 2011
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... iii
LEMBAR PERNYATAAN ... iv
MOTTO ... v
PENGESAHAN... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Pembatasan Masalah ... 8
1.3. Perumusan Masalah ... 10
1.4. Tujuan Penelitian ... 11
1.5. Manfaat Penelitian ... 12
1.6. Sistematika Penulisan ... 13
2.1.1. Karakteristik Komunikasi... 19
2.1.2. Fungsi Komunikasi ... 19
2.1.3 Konteks Komunikasi ... 20
2.2. Definisi Komunikasi Interpersonal... 21
2.2.1. Tujuan Komunikasi Interpersonal ... 22
2.2.2. Aspek-Aspek Komunikasi Interpersonal... 23
2.2.3. Hambatan Komunikasi Interpersonal... 26
2.2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal ... 27
2.2.3. Karakteristik Komunikasi Interpersonal... 29
2.3. Percaya Diri ... 31
2.3.1. Devinisi Percaya Diri ... 32
2.3.2. Teori Percaya Diri ... 33
2.3.3. Ciri-Ciri Percaya Diri ... 41
2.3.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Percaya Diri ... 44
2.4. Remaja ... 46
2.4.1. Devinisi dan Ciri-Ciri Umum Masa Remaja ... 46
2.5. Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam ... 51
2.5.1. Sejarah Berdiri Pondok... 51
2.5.2. Visi, Misi dan Tujuan ... 53
2.5.3. Sistem Pendidikan ... 55
2.5.4. Kegiatan Harian Santri ... 57
2.6. Keterkaitan Antara Kepercayaan Diri dengan
Komunikasi Interpersonal ... 60
2.7. Hipotesis ... 62
BAB III METODE PENELITIAN ... 65
3.1. Pendekatan dan Metode Peneitian ... 65
3.1.1. Pendekatan Penelitian ... 65
3.1.2. Metode Penelitian ... 66
3.2. Variabel Penelitian, Definisi konseptual dan definisi Operasional ... 66
3.2.1. Variabel Penelitian ... 66
3.2.2. Definisi konseptual Variabel... 67
3.2.3. Definisi operasional Variabel... 68
3.3. Populasi dan Sampel ... 69
3.3.1. Populasi ... 69
3.3.2. Sampel ... 69
3.3.3. Teknik pengambilan sampel dan Karakteristik sampel... 70
3.4. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data ... 70
3.4.1. Metode Pengumpulan Data………. 70
3.4.2. Alat Ukur Yang Digunakan.……… 71
3.4.3. Instrumen Pengumpulan Data ……… 72
3.5. Uji Instrumen Penelitian ... 83
3.6. Prosedur Penelitian ... 85
BAB IV ANALISA DATA 4.1. Gambaran Umum Responden ... 87
4.2. Analisis Deskriptif... 89
4.2.1. Kategori Skor Kepercayaan Diri... 90
4.2.2. Kategori Skor Komunikasi Interpersonal ... 91
4.3. Uji Hipotesis Penelitian ... 92
4.4. Uji Regresi ... 92
4.5 Pengujian Proposi Varian untuk masing – masing Independent Variabel... 113
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 121
5.2 Diskusi ... 123
5.3 Saran ... 130
5.1.1.Saran teoriti ... 131
5.1.2.Saran praktis ... 132
DAFTAR PUSTAKA ...
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Bagi Skala Komunikasi Interpersonal dan
Kepercayaan Diri ... 72
Tabel 3.2 Blue Print Skala Kepercayaan Diri... 74
Tabel 3.3 Blue Print Hasil Try Out Skala Kepercayaan Diri ... 75
Tabel 3.4 Blue Print Field Tes Skala Kepercayaan Diri ... 77
Tabel 3.5 Blue Print Skala Komunikasi Interpersonal... 79
Tabel 3.6 Blue Print Hasil Try Out Skala Komunikasi Interpersonal ... 80
Tabel 3.7 Blue Print Field Tes Skala Komunikasi Interpersonal ... 82
Tabel 4.1 Deskriptif Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 87
Tabel 4.2 Deskriptif Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 88
Tabel 4.3 Deskriptif Statistik Skala Kepercayaan Diri dan Komunikasi Interpersonal ... 89
Tabel 4.4 Distribusi Skor Kepercayaan Diri ... 90
Tabel 4.5 Distribusi Skor Komunikasi Interpersonal... 91
Tabel 4.6 Tabel Anova Komunikasi Interpersonal ... 92
Tabel 4.7 R Square Model Sumary Komunikasi Interpersonal ... 93
Tabel 4.8 Koefisien regresi Komunikasi Interpersonal ... 94
Tabel 4.9 Tabel Anova Keterbukaan ... 95
Tabel 4.10 R Square Model Sumary Keterbukaan ... 96
Tabel 4.11 Koefisien regresi Keterbukaan ... 97
Tabel 4.12 Tabel Anova Empati ... 99
Tabel 4.14 Koefisien regresi Empati... 101
Tabel 4.15 Tabel Anova Dukungan ... 103
Tabel 4.16 R Square Model Sumary Dukungan ... 104
Tabel 4.17 Koefisien regresi Dukungan... 105
Tabel 4.18 Tabel Anova Sikap Positif ... 106
Tabel 4.19 R Square Model Sumary Sikap Positif ... 107
Tabel 4.20 Koefisien regresi Sikap Positif ... 108
Tabel 4.21 Tabel Anova Kesamaan ... 110
Tabel 4.22 R Square Model Sumary Kesamaan ... 111
Tabel 4.23 Koefisien regresi Kesamaan... 112
Tabel 4.24 Perhitungan Proporsi Varians Keterbukaan ... 114
Tabel 4.25 Perhitungan Proporsi Varians Empati ... 115
Tabel 4.26 Perhitungan Proporsi Varians Dukungan... 117
Tabel 4.27 Perhitungan Proporsi Varians Sikap Positif... 118
Tabel 4.28 Perhitungan Proporsi Varians Kesamaan... 119
Tabel 5.1 Koefisien Regresi ... 121
Tabel 5.2 Group Statistik Kesamaan ... 126
1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Individu memerlukan kepercayaan diri untuk berhasil dalam hidupnya, rasa
percaya diri berperan dalam memberikan semangat serta memotivasi individu untuk
bereaksi secara tepat terhadap tantangan dan kesempatan yang datang padanya
maupun untuk merasakan berbagai kebahagian dalam hidupnya.
Maslow menjelaskan kepercayaan diri adalah merupakan modal dasar untuk
pengembangan dalam aktualisasi diri (eksplorasi segala kemampuan dalam diri),
dengan percaya diri seseorang akan mampu mengenal dan memahami dirinya sediri
(Iswidharmanjaya dan Agun, 2004).
Individu yang memiliki rasa percaya diri biasanya mudah mendapatkan
teman, mampu berkomunikasi tanpa perasaan tegang ataupun perasaan tidak enak
lainnya. Saat mencapai usia tertentu, terkadang individu berharap bisa memiliki rasa
percaya diri pada tingkat tertentu yang bisa membuat individu siap menghadapi
situasi apapun. Kesuksesan di dalam bidang apapun tidak akan mungkin dicapai oleh
individu jika individu yang bersangkutan tidak memiliki rasa percaya diri. Thursan
2 terhadap segala aspek kelebihan yang dimiliki dan dengan keyakinan tersebut
membuat individu yang bersangkutan mampu dan bisa mencapai berbagai tujuan di
dalam hidupnya.
Kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian manusia yang terbentuk
melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Melalui proses interaksi tersebut
individu akan melihat keadaan dirinya, kemudian bagaimana individu lain melihat
dirinya, dan akhirnya akan menimbulkan perasaan bangga atau kecewa dengan
keadaan diri sendiri. Menurut Walgito (1998:68) untuk membantu individu yang
kurang percaya diri dapat dilakukan dengan kebiasaan untuk menanamkan sikap
percaya diri. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan suasana atau kondisi
demokratis, yaitu individu dilatih berpikir mandiri dan diberi suasana yang aman,
sehingga individu tidak takut berbuat kesalahan. Dengan adanya suasana demokratis,
individu akan dapat melakukan evaluasi diri dan belajar dari pengalaman. Selanjutnya
dinyatakan oleh Coleman (1998:68) bahwa melalui evaluasi diri, remaja dapat
memahami diri sendiri dan akan tahu siapa dirinya yang kemudian akan berkembang
menjadi kepercayaan diri.
Goyahnya percaya diri umumnya bersumber pada anggapan tertentu tentang
dirinya yang menyebabkan kurangnya keberanian untuk bertindak maupun kurangnya
panghargaan terhadap kehebatan-kehebatan diri. Kepercayaan diri dikaitkan dengan
kemampuan atau keberanian individu untuk melakukan tindakan-tindakan yang
3 dapat dikatakan tidak memiliki rasa percaya diri jika individu tersebut tidak berani
untuk berbicara atau tampil di depan umum, malu mengungkapkan ide-idenya dalam
suatu rapat, yang semua ini menurut para remaja yang tidak memiliki kepercayaan
diri cukup mengundang resiko dan tidak berani untuk mengambil resiko-resiko
tersebut.
Individu yang gagal meraih kesuksesan dalam hidup hanya karena individu
tersebut salah dalam memandang diri sendiri dan kegagalan dalam komunikasi antar
pribadi. Ada individu lain dapat sukses dengan masalah yang sama atau bahkan lebih
rumit. Kesuksesan yang diraih oleh individu yang berprestasi sesungguhnya sangat
dipengaruhi oleh penghargaan terhadap diri sendiri. Kenyataannya tidak semua
individu memiliki penilaian yang positif terhadap diri sendiri. Penilaian atau dimensi
evaluative yang menyeluruh dari diri inilah yang disebut sebagai rasa percaya diri
oleh Santrock (2003:336)
Jalaluddin Rahmat (2001:104) mengatakan bahwa “bila orang merasa rendah
diri, maka akan mengalami kesulitan untuk mengkomunikasikan gagasan kepada
orang-orang yang dihormatinya dan tidak mampu berbicara di depan umum, atau
ragu-ragu menuliskan pemikirannya dalam media massa. Orang yang kurang percaya
diri akan cenderung sedapat mungkin menghindari situasi komunikasi. Ia takut orang
lain akan mengejeknya dan menyalahkannya, dalam diskusi akan lebih banyak diam,
dalam berpidato akan berbicara terpatah-patah. (Jalaluddin Rahmat, 2001:109) Jika
4 dan peka dengan penilaian orang lain terhadap dirinya. Perasaan terancam bahwa
dirinya akan dinilai atau ditanggapi dengan negative, membuat komunikasinya
menjadi terhambat.
Individu adalah makhluk yang tidak dapat hidup sendiri. Individu
membutuhkan kehadiran individu lain untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh sebab itu
individu dikenal sebagai makhluk social. Berawal dari dalam kandungan kemudian
lahir hingga menuju tahap akhir kehidupan, individu membutuhkan individu lain
untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa komunikasi individu tidak
dapat mengadakan hubungan sosialisasinya dengan individu lainnya. Sebagian besar
komunikasi antar manusia dilakukan melalui komunikasi interpersonal atau
komunikasi antar pribadi.
Komunikasi interpersonal yang baik akan menunjang di dalam proses
perkembangan sosialisasi. Komunikasi merupakan proses yang penting dalam
fenomena social. Sebagai contoh dalam kehidupan sekolah. Setiap anak yang telah
lulus dari pendidikan dan melanjut kejenjang pendidikan yang lebih tinggi harus
dapat menyesuaikan dirinya di lingkungan barunya baik terhadap teman, guru-guru
maupun lingkungan sekolah barunya. Interaksi social yang lebih luas dapat dicapai
apabila seorang remaja dapat melakukan komunikasi antar pribadi. Komunikasi antar
pribadi dapat dikatakan dengan baik dan lancar apabila pesan yang disampaikan antar
individu dapat dimengerti sesuai dengan isi pesan yang diberikan serta mendapat
5 Komunikasi menyentuh segala aspek kehidupan manusia. Menurut hasil
penelitian mengatakan bahwa 75% dari seluruh waktu seseorang digunakan untuk
berkomunikasi. Oleh karena itulah komunikasi interpersonal tidak dapat dipisahkan
dalam kehidupan manusia. Jika seseorang menutup dirinya dalam melakukan
komunikasi maka komunikasi interpersonal yang dilakukannya akan mengalami
hambatan. Manusia dapat berkomunikasi secara bermakna jika bisa saling mengenal
diri sendiri, dan itu dapat terjadi jika komunikan dan komuikator dalam melakukan
komunikasi interpersonal saling membuka diri.
Tapi fenomena yang ada sekarang tentang munculnya media cetak dan siar
menggiatkan kegiatan jurnalistik. Orang-orang justru tidak perlu lagi mendatangi
suatu sumber untuk memperoleh informasi, tapi informasi akan datang sendiri lewat
jurnalis yang bekerja di media massa. Hal ini pun akhirnya berpengaruh dalam
fenomena komunikasi. Awalnya, manusia lebih banyak melakukan komunikasi antar
personal (tatap muka). Namun seiring dengan lajunya perkembangan, media
elektronik dan masa menjadi lebih popular jika dibandingkan dengan komunikasi
tatap muka, misalnya pada saat seorang komunikator harus menyampaikan pesan
kepada orang banyak maka kegiatan tatap muka saja tidak cukup. Dalam hal ini,
manusia akhirnya membutuhkan media.
Ada juga fenomena tentang anak-anak atau remaja yang suka dengan
permainan game (playstation) sering menjadi masalah bagi seorang anak dalam
6 bergaul atau berinteraksi dengan teman-temannya, hal ini yang sering dikeluhkan
oleh orang tua terutama ibu dalam mendidik anaknya. Dikarenakan keseringan dalam
bermain game playstation, seorang anak dapat menghabiskan waktunya hanya untuk
bermain dengan game tersebut tetapi lupa dalam bermain dengan teman-temannya
atau bergaul dan berinteraksi dengan teman-temannya, karena hal ini maka
komunikasi tidak dapat berjalan dengan baik.
Dipondok pesantren sendiri, kepercayaan diri sangat dibutuhkan dalam
komunikasi interpersonal. Dimana ketika para remaja masuk ke dala suasana pondok,
berarti dia berada jauh dari keluarga dan saudara-saudaranya. Teman, guru dan ustadz
pembimbinglah yang akan menjadi keluarga dan saudara-saudaranya ketika sedang
berada di dalam lingkungan pondok pesantren. Maka dari itu dia sendiri yang
menentukan hidupnya ketika di dala pondok pesantren, dan ketika dia ingin
berinteraksi dengan teman-temannya dibutuhkan kemahiran dalam berkomunikasi.
Menurut fenomena diatas, remaja juga sebenarnya sangat membutuhkan
sebuah komunikasi interpersonal dalam kehidupan sehari-hari, baik itu untuk bergaul
atau berinteraksi dengan teman-temannya ataupun juga berfungsi memperoleh sebuah
informasi yang ia butuhkan. Kesemuanya itu membutuhkan yang namanya
komunikasi interpersonal. Tidak dipungkiri lagi bahwa masa remaja adalah masa
yang paling indah, masa remaja juga dapat dikatakan sebagai masa pubertas atau
7 perkembangan manusia yang paling menarik dibandingkan dengan masa
perkembangan diusia balita maupun perkembangan manusia dewasa.
Masa remaja merupakan suatu periode yang unik karena merupakan masa
transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Remaja sebagai bagian dari
masyarakat dituntut untuk mampu mengembangkan dirinya, mampu berpendapat,
mempunyai harga diri yang tinggi, tidak mudah putus asa, mempunyai pandangan
yang positif tentang dirinya. Anak harus dapat menyesuaikan dirinya dalam
lingkungan yang baru dan lebih matang dengan teman sebayanya serta berusaha
bertingkah laku social yang bertanggung jawab agar dapat masuk ke dalam
lingkungan yang baru secara menyenangkan. Secara fisik remaja dapat dikatakan
telah dewasa, namun secara psikitis terutama perkembangan emosionalnya masih
labil, apabila perubahan-perubahan fisik dan psikis dapat diterima dengan baik. Hal
tersebut dapat memberikan penguatan positif terhadap dirinya dan juga dapat
membentuk kepercayaan diri. Sebaliknya apabila perubahan itu tidak sesuai dengan
keadaan yang diidealkan, remaja akan mengalami penolakan terhadap dirinya,
sehingga akan menghambat hubungan social. Remaja jenis terkhir ini dikategorikan
memiliki rasa percaya diri yang rendah atau negative.
Dari uraian di atas, dapat diasumsikan betapa pentingnya membentuk
kepercayaan diri dan meningkatkan rasa percaya diri pada remaja sehingga dengan
kepercayaan diri tersebut, remaja lebih mudah untuk beradaptasi dan berkomunikasi
8 Berdasarkan pada permasalahan yang telah diuraikan, maka penulis merasa
tertarik untuk meneliti “Pengaruh Kepercayaan Diri Terhadap Komunikasi
Interpersonal Santri di Pondok Pesantern Modern Islam Assalaam, Surakarta
Solo”
1.1Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi masalah pada
hubungan percaya diri dengan hambatan komunikasi interpersonal pada remaja
dengan definisi konseptual sebagai berikut:
1. Kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan akan kemampuan dan
kepuasan diri baik lahir maupun batin. Kepercayaan diri batin adalah
kepercayaan diri yang memberi kepada kita perasaan dan anggapan bahwa
kita dalam keadaan baik, sedangkan kepercayaan diri lahir memungkinkan
kita untuk tampil dan berperilaku dengan cara yang menunjukkan kepada
dunia luar bahwa kita mampu akan diri kita (Lidenfield 1997).
Kepercayaan diri adalah suatu perasaan yang dimiliki individu mengenai
kemampuan dan kelebihan yang dimilikinya tanpa memperbandingkan
kemampuan dan kelebihan dirinya dengan kemampuan orang lain, yang
diperoleh dari skor tanggapan responden terhadap instrument berdasarkan
9 2. Komunikasi interpersonal dalam hal ini adalah adalah suatu proses
pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau
sekelompok orang dengan efek umpan balik langsung (Devito, 1995).
Indicator yang digunakan untuk mengukur variable ini adalah skala
komunikasi interpersonal Joseph Devito (1997:259), seperti: keterbukaan,
empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan atau kesamaan.
3. Remaja pada penelitian ini dibatasi pada remaja usia 16-18, berada pada
masa pendidikan sekolah menengah atas (SMA) baik laki-laki dan
perempuan yang berdomisili atau tinggal di pondok pesantren modern
islam assalaam.
4. Jenis kelamin, menurut Matsumoto & Juang (2008) didefinisikan secara
biologis berdasarkan perbedaan anatomi dan fisik antara laki-laki dan
perempuan. Peneliti membatasi variabel ini pada jenis kelamin partisipan.
Jenis Kelamin pada penelitian ini didapat dengan menanyakan kepada
partisipan.
5. Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda
atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Usia yang dimaksud di
10 biologis seseorang (merujuk pada Kapardis, 2003). Usia pada penelitian
ini didapat dengan menanyakan pada partisipan.
1.2Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada pengaruh kepercayaan diri dan jenis kelamin terhadap
komunikasi interpersonal santri pondok pesantren modern Islam Assalaam
Solo.
2. Apakah ada pengaruh kepercayaan diri terhadap keterbukaan santri pondok
pesantren modern Islam Assalaam Solo.
3. Apakah ada pengaruh kepercayaan diri terhadap empati santri pondok
pesantren modern Islam Assalaam Solo.
4. Apakah ada pengaruh kepercayaan diri terhadap dukungan santri pondok
pesantren modern Islam Assalaam Solo.
5. Apakah ada pengaruh kepercayaan diri terhadap sikap positif santri pondok
pesantren modern Islam Assalaam Solo.
6. Apakah ada pengaruh kepercayaan diri terhadap kesamaan santri pondok
pesantren modern Islam Assalaam Solo.
7. Apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap keterbukaan santri pondok
11 8. Apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap empati santri pondok pesantren
modern Islam Assalaam Solo.
9. Apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap dukungan santri pondok
pesantren modern Islam Assalaam Solo.
10. Apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap sikap positif santri pondok
pesantren modern Islam Assalaam Solo.
11. Apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap kesamaan santri pondok
pesantren modern Islam Assalaam Solo.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
dirumuskanlah masalah sebagai berikut “Apakah ada pengaruh kepercayaan diri
terhadap komunikasi interpersonal pada santri pondok pesantren Islam Assalaam
Solo.
1.3Tujuan penelitian
Dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji:
1. Apakah ada pengaruh kepercayaan diri dan jenis kelamin terhadap
komunikasi interpersonal santri pondok pesantren modern Islam Assalaam
12 2. Pengaruh kepercayaan diri terhadap keterbukaan santri pondok pesantren
modern Islam Assalaam Solo.
3. Pengaruh kepercayaan diri terhadap empati santri pondok pesantren modern
Islam Assalaam Solo.
4. Pengaruh kepercayaan diri terhadap dukungan santri pondok pesantren
modern Islam Assalaam Solo.
5. Pengaruh kepercayaan diri terhadap sikap positif santri pondok pesantren
modern Islam Assalaam Solo.
6. Pengaruh kepercayaan diri terhadap kesamaan santri pondok pesantren
modern Islam Assalaam Solo.
7. Pengaruh jenis kelamin diri terhadap keterbukaan santri pondok pesantren
modern Islam Assalaam Solo.
8. Pengaruh jenis kelamin terhadap empati santri pondok pesantren modern
Islam Assalaam Solo.
9. Pengaruh jenis kelamin terhadap dukungan santri pondok pesantren modern
Islam Assalaam Solo.
10. Pengaruh jenis kelamin terhadap sikap positif santri pondok pesantren
modern Islam Assalaam Solo.
11. Pengaruh jenis kelamin terhadap kesamaan santri pondok pesantren modern
Islam Assalaam Solo.
13 Manfaat penelitian ini yaitu;
· Secara teoritis: penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan teori-teori psikologi. Terutama yang berkaitan dengan
psikologi sosial dan psikologi perkembangan tentang hubungan
keperayaan diri dengan komunikasi interpersonal pada remaja.
· Secara praktis: penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan
kepercayaan diri santri-santri agar dapat melakukan komunikasi
interpersonal yang lebih baik lagi, khususnya bagi santri-santri PPMI
Assalaam.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari proposal seminar skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab I PENDAHULUAN
Dalam bab ini mengemukakan bab pendahuluan yang meliputi latar
belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II KAJIAN TEORI
Dalam Bab ini berisi tentang teori kepercayaan diri, komunikasi
14 Bab III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini berisi tentang pendekatan dan metode penelitian, definisi
konseptual dan definisi operasional, variabel penelitian, subjek penelitian
yang terdiri dari populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, teknik
pengumpulan data yang terdiri dari metode dan instrument penelitian,
teknik analisis data yang terdiri dari reliabilitas dan validitas alat ukur.
Bab IV HASIL PENELITIAN
Bab ini berisi tentang hasil penelitian.
Bab V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan, diskusi, dan saran.
15
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Definisi komunikasi
Salah satu cara terbaik untuk memahami komunikasi adalah dengan
menerangkan arti komunikasi berdasarkan etimologi kata komunikasi. Kata
komunikasi (communication) berasal dari bahasa latin “communication” yang
terbentuk dari dua akar kata: ”com” (bahasa latin “cum”), berarti “dengan” atau
“bersama dengan”. Jadi komunikasi dapat diartikan “union with” (bersatu dengan)
atau “union together with” (bersama dengan). Ungkapan ini lazim disebut dalam satu
kata saja, yakni “communion”, yang berarti “saya” tidak sekedar “bersama-sama
dengan” orang lain (bersama dalam satu kesatuan—bersatu dalam kesamaan).
Istilah komunikasi atau bahasa inggris communication berasal dari kata latin
communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini
maksudnya adalah sama makna. (Onong effendy,2006)
Jadi, komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat
terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya, jika
seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lainkepadanya, maka
16 komunikatif. Sebaliknya jika ia tidak mengerti, komunikasi tidak berlangsung.
Dengan lain perkataan, hubungan antara orang-orang itu tidak komunikatif. (Onong
effendy,2006)
Beberapa definisi dari Komunikasi juga dapat diartikan sebagai berikut:
1. Komunikasi adalah proses yang menggambarkan siapa mengatakan apa
dengan cara apa kepada siapa dengan efek apa.
2. Komunikasi merupakan rangkaian proses pengalihan informasi dari satu
orang kepada orang lain dengan maksud tertentu.
3. Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada
orang lain untuk memberitahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau
perilaku, baik secara lisan, maupun tak langsung melalui media. (Onong
effendy,2006).
4. Komunikasi adalah proses yang melibatkan seseorang untuk menggunakan
tanda-tanda (alamiah atau universal) berupa simbol-simbol (berdasarkan
perjanjian manusia) verbal atau non-verbal yang disadari atau tidak disadari
yang bertujuan untuk memengaruhi sikap orang lain.
5. Komunikas merupakan proses pengalihan suatu maksud dari satu sumber
kepada penerima, proses tersebut merupakan suatu seri aktivitas, rangkaian
17 6. Komunikasi merupakan setiap proses pertukaran informasi, gagasan dan
perasaan. Proses ini meliputi informasi yang disampaikan baik secara lisan
maupun tertulis dengan kata-kata, atau yang didsampaikan dengan bahasa
tubuh, gaya maupun penampilan diri, menggunakan alat bantu disekeliling
kita sehingga sebuah pesan menjadi lebih kaya (Hybels dan weafer II 1992,
Alo Liliweri, 2003)
7. Komunikas merupakan proses pengalihan suatu maksud dari satu sumber
kepada penerima, proses tersebut merupakan suatu seri aktivitas, rangkaian
atau tahap-tahap yang memudahkan peralihan maksud tersebut.
Secara luas komunikasi adalah setiap bentuk tingkah laku seseorang baik
verbal maupun nonverbal yang ditanggapi oleh orang lain. Komunikasi
mencakup pengertian yang lebih luas dari sekedar wawancara. Setiap bentuk
tingkah laku mengungkapkan pesan tertentu, sehingga juga merupakan
sebentuk komunikasi (Johnson 1981 dalam supratiknya 1995:30).
Secara sempit komunikasi diartikan sebagai pesan yang dikirimkan seseorang
kepada satu atau lebih penerima dengan maksud sadar untuk mempengaruhi
18 Dari beberapa definisi di atas, kita dapat mengatakan bahwa komunikasi
sebagai suatu aktivitas manusia selalu melibatkan:
1. Sumber komunikasi
2. Pesan komunikasi yang berbentuk verbal dan non verbal
3. Media atau saluran sebagai sarana atau tempat pesan serta rangkaian pesan
dialihkan.
4. Cara, alat, atau metode untuk memindahkan pesan.
5. Penerima atau sasaran yang menerima komunikasi.
6. Tujuan dan maksud komunikasi.
7. Rangkaian kegiatan antara sumber atau pengirim dengan sasaran atau
penerima.
8. Situasi komunikasi.
9. Proses komunikasi, yakni proses satu arah, interaksi dan proses transaksi.
10.Pemberian makna bersama atas pesan dari sumber dan penerima yang
terlibat dalam komunikasi.
11.Pembagian pengalaman atas pesan yang dipertukarkan dari sumber dan
19 2.1.1 Karakteristik Komunikasi
Setiap komunikasi manusia berawal dan berdasarkan komunikasi antar
personal, dari komunikasi antar personal itulah kemudian berkembang
menjadi komunikasi kelompok, organisasi, public dan komunikasi massa.
Secara umum komunikasi manusia mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Komunikasi merupakan proses simbolis
2. Komunikasi merupakan proses social (isasi)
3. Komunikasi merupakan proses satu arah atau dua arah
4. Komunikasi bersifat koorientasi
5. Komunikasi bersifat purposif dan persuasive
6. Komunikasi mendorong interpretasi individu
7. Komunikasi merupakan aktivitas pertukaran makna
8. Komunikasi terjadi dalam konteks
2.1.2 Fungsi komunikasi
20 1. Sumber atau pengirim menyebarluaskan informasi agar dapat diketahui
penerima.
2. Sumber meyebarluaskan informasi dalam rangka mrndidik penerima.
3. Sumber memberikaninstruksi agar dilaksanakan penerima.
4. Sumber memengaruhi konsumen dengan informasi yang persuasive untuk
mengubah persepsi, sikap dan perilaku penerima.
5. Sumber menyebarluaskan informasi untuk menghibur sambimemengaruhi
penerima.
2.1.3 Konteks komunikasi
Beberapa konteks komunikasi adalah:
1. Komunikasi interpersonal
2. Komunikasi kelompok
3. Komunikasi orgaisasi
4. Komunikasi public
21 Dalam hal ini sesuai dengan permasalahan yang sesuai dengan tema yang
akan banyak dibahas adalah komunikasi interpersonal, atau pembahasan akan lebih
difokuskan kepada komunikasi interpersonal.
2.2 Definisi Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal menurut Devito (1995), adalah suatu proses
pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok orang
dengan efek umpan balik langsung.
Sedangkan Carell mengatakan komunikasi interpersonal adalah komunikasi
antar individu untuk bertukar informasi dan pengertian, komunikasi interpersonal
adalah suatu seni praktis dan efektivitas seseorang sebagai seorang teman, pasangan,
teman kerja, dan lain-lain. Dan interaksi dalam situasi interpersonal mengkuti norama
sosial dan budaya masyarakat
Senada dengan itu, menurut Deddy (2004) komunikasi interpersonal adalah
komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun
non verbal.
Berdasarkan pengertian komunikasi intepersonal diatas dapat disimpulkan
22 komunikan dengan efek dan umpan balik langsung untuk mengetahui apakah pesan
yang dikirimkan itu berdampak positif atau negatif baik secara verbal maupun non
verbal.
Komunikasi interpersonal sangat potensial untuk menjalankan fungsi
instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita
dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan
yang kita komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang paling
lengkap dan paling sempurna, komunikasi interpersonal berperan penting hingga
kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi
tatap-muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda
dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat
teknologi tercanggihpun.
2.2.1 Tujuan Komunikasi Intersonal
Menurut Davito (1995), tujuan komunikasi interpersonal diantaranya :
1. Mempelajari; untuk mendapatkan pengetahuan diri dan orang lain serta untuk
memperoleh keahlian,
23 3. Mempengaruhi; untuk mengendalikan dan mengarahkan. Dalam
berkomunikasi kita berusaha untuk mengubah sikap dan prilaku orang lain
serta berusaha mengajak orang lain melakukan sesuatu.
4. Memainkan; untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan hati. Kita
menggunakan banyak perilaku komunikasi untuk bermain dan menghibur diri.
5. Membantu; untuk menolong, melayani kebutuhan orang lain dan untuk
menghibur diri sendiri dan orang lain.
2.2.2 Aspek-aspek komunikasi interpersonal
De vito (1997) menjelaskan lima aspek yang mempengaruhi komunikasi
interpersonal, yaitu:
1. Keterbukaan
Kualitas keterbukaan dari komunikasi interpersonal mempunyai tiga aspek
yaitu: keinginan untuk terbuka dan berinteraksi dengan orang lain, keinginan
untuk berintteraksi secara jujur terhadap stimulus yang dating dan mengakui
bahwa perasaan dan pikiran yang akan dilontarkan individu adalah miliknya
dan tanggung jawabnya.
2. Empati
Menurut Pearson(1983) empati adalah kemampuan mempersepsikan dunia
24 pemahaman yang lebih besar kepada orang lain, pemahaman yang lebih besar
terhadap diri sendiri dan hubungan interpersonal yang semakin dalam.
Sedang Freud mengartikan empati sebagai memahami orang lain yang tidak
mempunyai arti emosional bagi si pendengar (Jalaludin Rakhmat, 1998)
Dengan demikian, empati merupakan usaha si pendengar dalam memahami
yang dirasakan orang lain dengan mencoba membayangkan dirinya pada
kejadian yang menimpa orang tersebut, namun tidak berarti ikut terlibat secara
emosional atau larut dalam perasaan orang itu sehingga tidak lagi mampu
memberikan penilaian yang objektif. Empati tampil apabila ada hubungan
akrab dan saling percaya antara orang-orang yang terlibat dalam suatu
komunikasi.
3. Dukungan
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan yang mana terdapat
sikap saling mendukung dan terdapat tiga hal yang menunjang sikap saling
mendukung. Yang pertama adalah deskriptif, dimana suasana
bersifatdeskriptif dan bukannya evaluative akan menciptakan adanya sikap
mendukung. Kedua adalah spontanitas, dimana gaya yang spontan dan
terbuka dalam mengutarakan pendapat dan pikiran biasanya akan bereaksi
25 terbuka serta bersedia mendengar pandangan yang berlawan dan bersedia
untuk berubah posisi jika keadaan mengharuskan. Dukungan ada kalanya
terungkap secara verbal maupun non verbal. Dukungan non verbal tidaklah
mempunyai nilai negative melainkan dapat menambah makna dari
komunikasi interpersonal tersebut.
4. Sikap positif
Kualitas kepositifan dalam komunikasi interpersonal mempunyai tiga spek,
yaitu:
a. Komunikasi interpersonal akan berhasil apabila terdapat sikap yang
positif terhadap diri sendiri
b. Komunikasi interpersonal akan terpelihara dengan baik apabila suatu
perasaan positif terhadap orang lain itu dikomunikasikan sehingga
membuat orang lain merasa lebih baik dan mempunyai keberanian
untuk melakukan hal yang sama dan dan lebih berpartisipasi pada
setiap kesempatan
c. Suatu perasaan positif dalam komunikasi interpersonal sangat
bermanfaat untuk mengefektifkan kerja sama
26 Komunikasi interpersonal akan lebih berhasil apabila orang-orang yang turut
mengambil bagia dalam komunikasi tersebut dalam suasana kesamaan dan
didukung sikap yang sama, artinya ada pengakuan bahwa kedua belah pihak
sama-sama bernilai dan berharga sehingga individu dapat menerima dan
menghargai lawan bicaranya.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
komunikasi interpersonal merupakan suatu proses pertukaran informasi yang
berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka melalui
saluran-saluran yang memungkinkan dapat memberikan isi pesan dan hubungan pesan
serta terdapat umpan balik secara langsung yang meliputi keterbukaan,
empati, dukungan kepositifan dan kesamaan.
2.2.3 Hambatan Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal yang berjalan dengan lancar tentu saja diharapkan
oleh para perilaku komunikasi, namun pada kenyataannya ada hambatan-hambatan
dalam komunikasi.
Menurut Hafied (2003), mengatakan bahwa rintangan komunikasi adalah
adanya hambatan yang membuat proses komunikasi tidak berlangsung sebagaimana
27 Adapun hambatan komunikasi tersebut diantaranya:
1. Hambatan teknis, terjadi jika salah satu alat yang digunakan dalam
berkomuniksi mengalami gangguan, sehingga informasi yang diberikan
melalui saluran mengalami kerusakan.
2. Hambatan tematik, adalah gangguan komunikasi yang disebabkan kesalahan
pada bahasa yang digunakan.
3. Hambatan psikologis, terjadi karena adanya gangguan komunikasi yang
disebabkan persoalan-persoalan dalan diri individu, misalnya rasa curiga
penerima kepada sumber.
4. Hambatan fisik, adalah rintangan yang disebabkan kondisi biografis, misalnya
tidak adanya sarana komunikasi seperti telepon, pos, dan lain-lain.
5. Hambatan status, adalah rintangan yang disebabkan jarak social diantara
peserta komunikasi, misalnya perbedaan status antara atasan dengan bawahan.
6. Hambatan kerangka berpikir, adalah rintangan yang disebabkan perbedaan
persepsi antara komunikator dan halayak terhadap pesan yang digunakan
dalam komunikasi, misalnya latar belakang pendidikan.
7. Hambatan budaya, ialah rintangan yang disebabkan adanya perbedaan norma,
kebiasaan, nilai yang di anut oleh pihak yang terlibat dalam komunikasi.
28 Pearson 1983 mengemukakan tiga faktor komunikasi efektif, yaitu membuka
diri, asertif, mendengar aktif dan empati. Kedua factor pertama menunjukkan
kepercayaan diri, sedangkan kedua factor berikutnya menunjukkan perhatian dalam
komunikasi.
1. Membuka diri
Menjalin hubungan akrab dengan orang lain diperlukan kesediaan untuk
membuka diri, dalam arti bersedia menjelaskan atau memberikan informasi
kepada orang lain mengenai dirinya agar lebih mudah mengenalnya. Menurut
pearson (1983) ada tiga unsure dalam mengemukakan diri sendiri kepada
orang lain, yaitu bersedia membuka diri dengan sengaja dan member
informasi yang tepat mengenai dirinya. Informasi bisa berupa hobi, tujuan
hidup dan cita-cita
Ada tiga keuntungan dalam membuka diri, yaitu: 10 dapat membangun
pemahaman dan penerimaan diri yang lebih besar,2) dapat membangun
pemahaman dan penerimaan yang lebih besar terhadap orang lain, 3) dapat
membangun hubungan yang lebih dalam dan penuh artidengan orang lain
(pearson, 1983).
2. Asertif
Perilaku asertif dalam komunikasi mencakup kemampuan mengemukakan
29 menimbulkan dampak merugikan atau meremehkan hak orang lain. Menurut
Pearson (1983) dengan berperilaku asertif seseorang dapat mengemukakan
dirinya, mempertahankan pendapatnya dan mengekspresikan perasaannya
tanpa rasa takut melanggar hak orang lain.
Perilaku asertif mempunyai hubungan positif dengan konsep diri yang positif,
kecakapan komunikasi dan hubungan interpersonal yang memuaskan.
Perilaku asertif juga mempunyai hubungan negative dengan amarah dan
kecemasan (Pearson, 1983)
3. Mendengar aktif
Mendengar aktif merupakan mendengar dengan segenap indera yang dimiliki,
baik dengan verbal maupun non verbal. Mendengar aktif bukan Cuma
mendengar ucapan seseorang tetapi juga mencoba mengetahui pesan yang
tersirat sehinggadapat menggali informasi yang lebih dalam apabila ada hal
yang tidak jelas. Menurut Pearson (1983) mendengar aktif adalah mendengar
dengan tujuan untuk memperoleh informasi, petunjuk, data, memahami orang
lain, menyelesaikan masalah danmenunjukkan dukungan bagi orang lain.
Seorang pendengar aktif mampu mendengar informasi dengan baik, berusaha
30 2.2.5 Karakteristik keterampilan komunikasi interpersonal.
Berdasarkan pendekatan pragmatis (Devito, 1994) karakteristik keterampilan
komunikasi interpersonal adalah:
1. Kepercayaan diri (confidence).
Komunikator yang efektif memiliki kepercayaan diiri sosial, selalu nyaman
bersama orang lain dan situasi komunikasi pada umumnya. Komunikator yang
secara sosial memiliki kepercayaan diri, bersikap santai, tidak gugup, tidak
kaku, fleksibel dan terkendali.
2. Kebersatuan (immediacy)
Komunikator yang memperlihatkan kebersatuan mengisyaratkan minat dan
perhatian. Kebersatuan menyatukan pembicara dan pendengar. Secara non
verbal individu mengkomunikasikan kebersatuan dengan memelihara kontak
mata yang patut, kedekatan fisik yang menunjukkan kedekatan psikologis,
serta sosok tubuh yang terbuka.
3. Manajemen interaksi (interaction management)
Dalam manajemen interaksi yang efektif, tidak seorang pun merasa diabaikan
atau merasa menjadi tokoh penting. Masing-masing pihak berkontribusi dalam
keseluruhan komunikasi. Manajemen interaksi ditunjukkan melalui gerakan
31 manajemen interaksi juga perlu diperhatikan dalam penyampaian pesan verbal
dan non verbal yang saling bersesuaian dan saling memperkuat.
4. Daya pengungkapan ( expressiveness)
Daya ekspresi mengacu pada keterampilan mengkomunikasikan keterlibatan
tulus dalam interaksi antar pribadi. Daya ekspresi sama dengan keterbukaan
dalam hal keterlibatan dan ini mencakup misalnya ekspresi tanggung jawab
atas pikiran dan perasaan, mendorong daya ekspresi orang lain dan
memberikan umpan balik yang relevan dan patut.
5. Orientasi kepada orang lain (other orientation)
Orientasi mencakup kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan
lawan bicara selama percakapan. Komunikator yang berorientasi kepada
lawan bicara melihat situasi dan interaksi dari sudut lawan bicara dan
mengahrgai perbedaan pandangan dari lawan bicara. Orientasi kepada lawan
bicara dapat berupa menghargai perbedaan pandangan lawan bicara, empati,
serta memberikan umpan balik yang cepat dan pantas.
2.3.Percaya diri
Kepercayaan diri sering disebut-sebut debagai kunci utama penentu
32 menyesuaikan diri dalam lingkungan manapun. Orang yang pandai secara intelegensi
belum tentu memiliki rasa percaya diri yang baik, terkadang kepandaiannya belum
tentu bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Terkadang kita bisa
melihat orang yang penuh percaya diri dari pembawaan dirinya, langkahnya pasti,
berjalan tegap, tidak mudah canggung, mudah bergaul dengan siapa pun bahkan
dengan lingkungan baru sekalipun, sebaliknya orang yang tidak percaya diri akan
menutup diri dan menarik diri dari lingkungan dan kelompok sosialnya.
2.3.1. Definisi Percaya Diri
Definisi menurut kamus psikologi istilah kepercayaan diri adalah percaya
akan kemampuan diri sendiri, menyadari kemampuan yang dimiliki, serta
memanfaatkannya secara tepat (Hasan dkk, 1990).
Hal tersebut di atas senada dengan pendapat Angelis (1997), yang menyatakan
bahwa kepercayaan diri berarti yakin terhadap kemampuan diri sendiri yang berawal
dari tekad pada diri sendiri untuk melakukan segala hal yang diinginkan dan
dibuthkan dalam hidup ini.
Sedangkan Maslow menjelaskan kepercayaan diri adalah merupakan modal
dasar untuk pengembangan dalam aktualisasi diri (Eksplorasi segala kemampuan
dalam diri), dengan percaya diri seseorang akan mampu mengenal dan memahami
33 Rogers menambahkan bahwa kepercayaan diri adalah kemampuan untuk
membuat keputusan dan penilaian-penilaian tanpa harus bergantung pada orang lain.
Kepercayaan diri juga merupakan keyakinan individu untuk melakuakan
tindakan yang dianggap benar (Koswara, 1998).
Jacinta F. Rini (2003), berpandanganbahwa kepercayaan diri adalah sikap
positif seseorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan
penilaian positif baik terhadap diri sendiri terhadap lingkungan atau situasi yang
dihadapi.
Maka dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah penilaian seseorang
akan kesanggupan dan keterampilan yang dimilikinya yang menimbulkan ketegasan
atau keyakinan untuk bertindak dalam area fungsi yang lebih luas.
2.3.2 Teori Kepercayaan Diri
Teori kepercayaan diri menurut Lidenfield (1997) kepercayaan diri
merupakan suatu keyakinan akan kemapuan dan kepuasan diri baik lahir maupun
batin. Kepercayaan diri batin adalah kepercayaan diri yang memberi kepada kita
perasaan dan anggapan bahwa kita dalam keadaan baik, sedangkan kepercayaan diri
lahir memungkinkan kita untuk tampil dan berperilaku dengan cara yang
34 Jenis kepercayaan diri
Lindenfield (alih bahasa Ediati Kamil, 1997 : 4) menyatakan ada dua jenis
kepercayaan diri yaitu :
1. Kepecayaan diri batin adalah kepercayaan diri yang memberikan kepada
individu perasaan dan anggapan bahwa individu dalam keadaan baik.
2. Jenis percaya diri lahir memungkinkan individu untuk tampil dan berperilaku
dengan cara menunjukkan kepada dunia luar bahwa individu yakin akan
dirinya.
Percaya Diri Batin
Lindenfield (alih bahasa Ediati Kamil, 1997 : 47) menjelaskan ada empat ciri
utama yang khas pada orang yang mempunyai kepercayaan diri batin yang sehat.
Keempat ciri itu adalah :
a. Mencintai diri sendiri
Orang yang percaya diri mencintai diri mereka, dan cinta diri ini bukan
merupakan sesuatu yang dirahasiakan. Orang yang percaya diri peduli akan dirinya
karena perilaku dan gaya hidupnya adalah untuk memelihara diri. Dengan unsur
percaya diri batin individu akan :
· Menghargai kebutuhan jasmani dan rohani serta menempatkan diri sejajar
35
· Mempunyai alasan yang tepat untuk memenuhi kebutuhannya, dan tidak akan
menyiksa diri mereka sendiri dengan rasa bersalah setiap kali meminta atau
memperoleh sesuatu yang mereka butuhkan.
· Secara terbuka menunjukkan keinginan untuk dipuji, ditentramkan dan
mendapat hadiah secara wajar, dan tidak akan mencoba memanfaatkan orang
lain untuk memenuhi permintaan itu secara langsung.
· Merasa senang bila diperhatikan orang lain dan mampu untuk
mendapatkannya.
· Bangga akan sifat-sifat yang baik dan memusatkan diri untuk memafaatkan
sebaik mungkin, mereka tidak mau membuang-buang waktu, tenaga atau uang
untuk memikirkan kekurangan-kekurangan mereka sendiri.
· Tidak secara sengaja melakukan hal-hal yang akan merusak kemungkinan
untuk memperoleh kesuksesan dan kebahagiaan, atau yang memperpendek
hidupnya.
b. Memahami diri
Orang yang percaya diri batin juga sadar diri. Mereka tidak terus menerus
merenungi diri sendiri, tetapi secara teratur mereka memikirkan perasaan, pikiran dan
perilaku mereka, dan mereka selalu ingin tahu bagaimana pendapat orang lain tentang
36
· Menyadari kekuatan mereka sehingga akan mampu mengembangkan
kemampuannya secara penuh.
· Mengenal kelemahan dan keterbatasan mereka sehingga kecil kemungkinan
mereka membiarkan diri mengalami kegagalan berulang kali.
· Tumbuh dengan kesadaran yang mantap tentang identitas diri sendiri,
merekapun jauh lebih mampu dan puas menjadi seorang “pribadi” dan tidak
begitu saja mengikuti “khalayak ramai”.
· Mempunyai pengertian yang sehat mengenai nilai-nilai yang mereka anut,
sehingga tidak akan terus menerus resah memikirkan apakah yang mereka
lakukan atau yang tidak dilakukan secara moral dapat dibenarkan.
· Cenderung mempunyai teman-teman yang tepat karena mereka tahu apa yang
mereka butukan dari persahabatan itu.
· Terbuka untuk menerima umpan balik dari orang lain atau tidak selalu
melonjak untuk membela diri, bila dikritik orang lain.
· Mau dan sedia mendapat bantuan dan pelajaran karena mereka bukan orang
37 c. Memiliki tujuan yang jelas
Orang yang percaya diri selalu tahu tujuan hidupnya, karena mereka
mempunyai pikiran yang jelas mengapa mereka melakukan tindakan tertentu dan
mereka tahu hasil apa yang bisa diharapkan. Dengan unsur ini yang memperkuat rasa
kepercayaan diri, individu akan :
· Terbiasa menentukan sendiri tujuan yang bisa dicapai, mereka tidak selalu
harus bergantung pada orang lain untuk melakukan kegiatannya.
· Mempunyai lebih banyak energi dan semangat karena mereka bermotivasi
tinggi.
· Lebih tekun karena menyadari bahwa langkah-langkah yang kecil dan
kadang-kadang membosankan sekalipun mempunyai tujuan.
· Belajar menilai diri sendiri karena mereka bisa memantau kemajuannya
dilihat dari tujuan yang mereka tentukan sendiri.
· Mudah membuat keputusan karena mereka tahu betul apa yang mereka
inginkan.
d. Mampu berfikir positif
Orang yang mempunyai kepercayaan diri biasanya hidupnya menyenangkan.
38 mereka mengharap serta mencari pengalaman dan hasil yang bagus. Dengan kekuatan
batin yang penting ini, individu akan :
· Tumbuh dengan harapan bahwa hidup ini membahagiakan.
· Memandang orang lain dari satu sisi positifnya, kecuali kalau ada alasan
khusus untuk berhati-hati.
· Percaya bahwa setiap masalah dapat diselesaikan.
· Tidak menyia-nyiakan tenaga untuk mengkhawatirkan kemungkinan hasil
yang negatif.
· Percaya bahwa masa depan akan sebaik (atau mungkin lebih baik) masa lalu.
· Mau bekerja meskipun ada perubahan yang membuat fustasi karena mereka
suka pada pertumbuhan dan perkembangan.
· Bersedia menghabiskan waktu dan energi untuk belajar dan melakukan
tugasnya, karena mereka percaya bahwa pada akhirnya tujuan mereka akan
tercapai.
Percaya diri lahir
Menurut Lindenfield (alih bahasa Ediati Kamil, 1997 : 7-11) menjelaskan
bahwa untuk memberi kesan percaya diri pada dunia luar, individu perlu
39 a. Mampu beromunikasi dengan baik
Dengan memiliki dasar yang baik di bidang ketrampilan berkomunikasi,
individu akan dapat :
· Mendengarkan orang lain dengan tepat, tenang dan penuh perhatian.
· Dapat berkomunikasi dengan orang dari segala usia dan segala jenis latar
belakang.
· Tahu kapan dan bagaimana berganti pokok pembicaraan dari percakapan
biasa ke yang lebih mendalam.
· Berbicara secara fasih dan menggunakan nalar.
· Berbicara di depan umum tanpa rasa takut.
· membaca dan memanfaatkan bahasa tubuh orang lain.
b. Memiliki ketegasan
Sikap tegas akan menambah rasa percaya diri karena individu akan dapat :
· Menyatakan kebutuhan mereka secara langsung dan terus terang.
· Membela hak mereka dan hak orang lain.
40
· Memberi dan menerima pujian secara bebas dan penuh kepekaan.
· Memberi dan menerima kritik yang membangun.
c. Peduli pada penampilan diri
Ketrampilan ini akan mengajarkan akan pentingnya “tampil” sebagai orang
yang percaya diri. Hal ini akan memungkinkan mereka untuk :
· Memilih gaya pakaian dan warna yang paling cocok kepribadian dan kondisi
fisik.
· memilih pakaian yang cocok untuk berbagai peran peristiwa, dengan tetap
mempertahankan gaya pribadinya.
· Mampu menciptakan penampilan pertama yang menarik.
· Menyadari dampak gaya hidupnya terhadap pendapat orang lain mengenai diri
mereka, tidak terbatas pada keinginan untuk selalu ingin menyenangkan orang
lain.
d. Mampu mengendalikan perasaannya
Dalam hidup sehari-hari orang perlu mengendalikan perasaan. Individu perlu
41
· Lebih percaya diri karena tidak khawatir akan lepas kendali.
· Berani menghadapi tantangan dan resiko karena mereka bisa mengatasi rasa
takut, khawatir dan frustasi.
· Menghadapi kesedihan dengan wajar karena mereka tidak takut kalau-kalau
kesedihan itu akan membebani dan menekan mereka selamanya.
· Mengatasi konfrontasi secara efektif dan membela diri terhadap pelecehan,
karena mereka bisa menyalurkan energi kemarahan mereka dengan cara yang
kontruktif.
· Membiarkan dirinya bertindak spontan dan lepas kalau ingin santai, karena
mereka tidak khawatir akan lepas kendali.
· Cara meningkatkan atau mengambangkan kepercayaan diri
2.3.3 Ciri-ciri Percaya Diri
Menurut Guilford ciri-ciri orang percaya diri dapat dinilai melaui 3 aspek, yaitu:
1. Individu merasa adekuat (yakin terhadap apa yang dilakukan)
2. Individu merasa diterima oleh kelompok
42 Lautser memaparkan beberapa ciri yang memiliki kepercayaan diri, yaitu sebagai
berikut:
a. Tidak mementingkan diri sendiri
b. Cukup toleran
c. Tidak membutuhkan dukungan dari orang lain secara berlebihan
d. Bersikap optimis dan gembira.
Sedangkan Maslow menyebutkan ciri-ciri orang yang memiliki kepercayaan
diri adalah orang yang memiliki kemerdekaan psikologis, yaitu:
a. Kebebasan mengarahkan pilihan dan mencurahkan tenaga
b. Berdasarkan keyakinan pada dirinya untuk melakukan hal-hal yang produktif
Oleh karena itu biasanya orang yang percaya diri menyukai pengalaman baru,
suka menghadapi tantangan, pekerja yang efektif, dan bertanggung jawab sehingga
tugas yang dibebankan selesai dengan tuntas (Isdhamajaya dan Agung, 2004)
Dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri orang yang percaya diri adalah orang yang
yakin akan seluruh kemampuan yang tersimpan dalam dirinya, memiliki keberanian
untuk mengembangkan dan mengeluarkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya
43 Sedangkan orang-orang yang tidak percaya diri memiliki cirri-ciri seperti
yang diungkapkan oleh Amitya Kumara (1998), yaitu:
a. Malu menerima pujian
b. Takut mencintai dan dicintai
c. Takut kritikan
d. Menutup diri
e. Tidak peka terhadap lingkungan
f. Mudah menyalahkan diri sendiri
Iswidhamanjaya dan Agung (2004), juga menambhkan ciri-ciri orang yang
tidak percaya diri adalah:
a. Tidak bisa menunjukkan kemampuan diri
b. Kurang berprestasi dalam belajar
c. Merasa canggung
d. Tidak berani mengungkapkan ide-ide
e. Cenderung hanya melihat dan menunggu kesempatan
44 g. Rendah diri bahkan takut dan merasa tidak aman
h. Apabila gagal cenderung menyalahkan orang lain
i. Suka mencari pengakuan dari orang lain
2.3.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepoercayaan diri seseorang adalah
sebagai berikut:
a. Penampilan Fisik
Penampilan fisik menjadi salah satu faktor utama yang menunjang
keberhasilan seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain. Tak bisa dipungkiri
banyak orang yang tidak berhasil melakukan interaksi social dengan baik hanya
karena ia merasa tidak percaya dir