• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh kepercayaan diri terhadap komunikasi interpersonal santri di Pondok Pesantren modern Islam Assaaam, Surakarta Solo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh kepercayaan diri terhadap komunikasi interpersonal santri di Pondok Pesantren modern Islam Assaaam, Surakarta Solo"

Copied!
189
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEPERCAYAAN DIRI TERHADAP

KOMUNIKASI INTERPERSONAL SANTRI DI

PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM

ASSALAAM, SURAKARTA SOLO

Pengajuan Skripsi

Disusun Oleh :

Hermadi Fajar Arifin

106070002246

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

ii

PENGARUH KEPERCAYAAN DIRI TERHADAP KOMUNIKASI INTERPERSONAL SANTRI di PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM

ASSALAAM, SURAKARTA SOLO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar

Sarjana Psikologi

Oleh:

HERMADI FAJAR ARIFIN

NIM: 106070002246

Di bawah bimbingan:

Pembimbing I

Dra. Zahrotun Nihayah,. M.Si NIP. 19620724 198903 2 001

Pembimbing II

Natris Indriyani, M.Si NIP: 150 411 200

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul PENGARUH KEPERCAYAAN DIRI TERHADAP KOMUNIKASI INTERPERSONAL SANTRI di PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM ASSALAAM, SURAKARTA SOLO telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 12 Desember 2012. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.

Jakarta, 12 Desember 2012

Sidang Munaqasyah

Dekan/Ketua Pembantu Dekan Bidang Akademik/ Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si.

NIP. 130 885 522 NIP.19561223 198303 2 001

Anggota,

Dra. Zahrotun Nihayah,. M.Si NIP. 19620724 198903 2 001

Mulia Sari Dewi, M.Psi Natris Indriyani, M.S

NIP.197805022008012026 NIP: 150 411 200

(4)

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : HERMADI FAJAR ARIFIN

NIM : 106070002246

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENGARUH KEPERCAYAAN

DIRI TERHADAP KOMUNIKASI INTERPERSONAL SANTRI di PONDOK

PESANTREN MODERN ISLAM ASSALAAM, SURAKARTA SOLO” adalah benar

merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan

skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya

cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka. Saya bersedia untuk melakukan

proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip

merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, 12 Desember 2011

Yang menyatakan

HERMADI FAJAR ARIFIN

(5)

v

MOTTO

Motto:

Berlomba-lombalah kam

u

dalam berb

u

a

t

kebaikan

(Al-Baqoroh 148)

“Barang siapa menuntut ilmu maka Allah akan

permudahkan jalannya menuju syurga (HR Bukhori)”

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini k

Skripsi ini k

Skripsi ini k

Skripsi ini ku persembahkan untuk semua orang yang ku

u persembahkan untuk semua orang yang ku

u persembahkan untuk semua orang yang ku

u persembahkan untuk semua orang yang kusayangi,

sayangi,

sayangi,

sayangi,

terutama untuk

terutama untuk

terutama untuk

terutama untuk Bapakk

Bapakk

Bapakk

Bapakku H.M.Yuli Arifin

u H.M.Yuli Arifin

u H.M.Yuli Arifin

u H.M.Yuli Arifin, , , , Ibuk

Ibuk

Ibuk

Ibuku

u

u

u Hj.

Hj.

Hj.

Hj. Rubiyanti Arifin

Rubiyanti Arifin

Rubiyanti Arifin

Rubiyanti Arifin,,,,

dan

dan

dan

dan Kakak

Kakak

Kakak

Kakak----kakakk

kakakk

kakakk

kakakku Arifin Nugroho dan Nuri Izzah

u Arifin Nugroho dan Nuri Izzah

u Arifin Nugroho dan Nuri Izzah

u Arifin Nugroho dan Nuri Izzah yang tak henti

yang tak henti

yang tak henti

yang tak

henti----hentinya

hentinya

hentinya

hentinya selalu memberikan

selalu memberikan

selalu memberikan

selalu memberikan doa,

doa,

doa,

doa, dukungan, semangat, waktu, tenaga

dukungan, semangat, waktu, tenaga

dukungan, semangat, waktu, tenaga

dukungan, semangat, waktu, tenaga, , , ,

dan nasihat

dan nasihat

(7)

vii ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi

B) 12 Desember 2011

C) Hermadi Fajar Arifin

D) Pengaruh Kepercayaan Diri Terhadap Komunikasi Interpersonal santri di Pondok Pesantern Modern Islam Assalaam, Surakarta Solo.

E) 123 halaman+ lampiran

F) Komunikasi interpersonal pada era modern ini sangat penting untuk diteliti karena berkaitan pada interaksi sosial individu pada lingkungan. Komunikasi personal individu harus lebih dilatih dan diperbaiki. Dalam mengadakan komunikasi harus lebih nyata dan aktif. Komunikasi interpersonal dapat dikatakan berhasil apabila penerima pesan berespon atau memberikan tanggapan sesuai dengan apa yang diharapkan dari pemberi pesan. Remaja harus dapat mengemukakan gagasan, ide, pikiran, sikap yang dimilikinya terhadap orang lain agar dirinya tetap eksis dan diterima dalam lingkungan sosialnya.

Individu memerlukan kepercayaan diri untuk berhasil dalam hidupnya, rasa percaya diri berperan dalam memberikan semangat serta memotivasi individu untuk bereaksi secara tepat terhadap tantangan dan kesempatan yang datang padanya maupun untuk merasakan berbagai kebahagian dalam hidupnya. Individu yang memiliki rasa percaya diri biasanya mudah mendapatkan teman, mampu berkomunikasi tanpa perasaan tegang ataupun perasaan tidak enak lainnya. Saat mencapai usia tertentu, terkadang individu berharap bisa memiliki rasa percaya diri pada tingkat tertentu yang bisa membuat individu siap menghadapi situasi apapun. Kesuksesan di dalam bidang apapun tidak akan mungkin dicapai oleh individu jika individu yang bersangkutan tidak memiliki rasa percaya diri.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara aspek-aspek komunikasi interpersonal terhadap kepercayaan diri remaja di Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Surakarta Solo. Populasi dari penelitiaan ini adalah siswa-siswi atau santriwan dan santriwati kelas 2 dan 3 Aliyah dan SMA di Pondok Pesantren Moder Islam Assalaam surakarta solo yang berjumlah 375 orang. Dari populasi tersebut sebanyak 100 orang terpilih sebagai sampel penelitian yang terdiri dari 50 santriwan dan 50 santriwati. Penelitian ini menggunakan teknik analisis multipel regresi. Penelitian ini menganalisis kepercayaan diri sampel didasari dari teori Lidenfield (1997) dan komunikasi interpersonal didasari dari teori Devito (1995), kedua konstrak psikologi ini diukur menggunakan skala Likert. Kedua konstrak ini menggnakan pendekatan penelitian kuantitatif dan menggunakan teknik analisis multiple regresi/regresi berganda.

(8)

viii

dan kesamaan) semua mendapatkan hasil yang signifikan. Dalam penelitian ini diujikan juga variabel sosiodemografis jenis kelamin dimana hasil dari perhitungan adalah variabel variabel jenis kelamin hanya variabel empati dan keterbukaan saja yang memiliki pengaruh signifikan sedangkan yang lain (keterbukaan, dukungan dan sikap positif) tidak.

Saran Secara teoritis dari penelitian ini diharapkan agar dalam penelitian selanjutnya dapat menggali lagi variable-variabel lain yang turut berhubungan dengan komunikasi interpersonal seperti daya ekspresi, manajemen interaksi dan orientasi kepada orang lain, maupun penelitian yang lebih mendalam seperti meneliti kualitas kepercayaan diri

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhi rabbil 'alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah Swt atas limpahan

rahmat dan karunia-Nya yang memberikan kemudahan kepada peneliti maka skripsi ini dapat

terselesaikan. Skripsi ini berjudul “PENGARUH KEPERCAYAAN DIRI TERHADAP

KOMUNIKASI INTERPERSONAL SANTRI DI PONDOK PESANTREN MODERN

ISLAM ASSALAAM, SURAKARTA SOLO.” Shalawat serta salam tak lupa pula

dipanjatkan kepada Nabi Rasulullah Muhammad Saw, yang telah membawa kita dari zaman

yang gelap gulita hingga alam yang terang benderang dengan ilmu pengetahuan.

Peneliti menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih kepada semua pihak baik secara

langsung maupun tidak langsung yang telah berjasa dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh

karena itu peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak

yang telah banyak membantu, yaitu sebagai berikut :

1. Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si Pembantu Dekan Bidang Akademik terima kasih telah

memberikan bimbingan selama masa perkuliahan, Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si,

Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan terima kasih telah memberikan bimbingan

selama pembuatan skripsi ini, dan Bambang Suryadi, Ph. D, Pembantu Dekan Bidang

Keuangan.

3. Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si dan Natris Indriyani, M.Si yang telah menjadi

pembimbing yang baik dalam penyelesaian skripsi, memberikan arahan, kesabaran

dalam menjawab berbagai pertanyaan, dan waktu yang diberikan dalam proses

pembuatan skripsi. Terima kasih atas kesediaan membaca skripsi dan memberikan

umpan balik yang bermanfaat untuk menyempurnakan skripsi peneliti.

4. Ucapan terima kasih peneliti berikan kepada penguji I, Ibu Mulia Sari Dewi, M.Psi

dan penguji II sekaligus sebagai pembimbing I Ibu Dra. Zahrotun Nihayah,. M.Si

atas kesediaannya meluangkan waktu untuk menguji, memberikan masukan, saran,

(10)

x

5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah

membimbing dan memberikan banyak ilmu bagi peneliti. Serta terimakasih kepada

para pegawai bidang akademik dan kemahasiswaan, bagian keuangan, bagian umum

serta seluruh civitas akademik Fakultas Psikologi atas bantuannya.

6. Bapak, ibu dan kakak-ku tercinta, terima kasih atas doa yang tiada henti, selalu

memberikan dukungan, semangat, waktu, tenaga, dan nasihat agar selalu tegar dan

sabar dalam menjalani hidup. Terima kasih juga untuk mas Arifin Nugroho, kak Nuri

Izzah dan Syifa fauziah yang selalu memberikan semangat, doa dan nasehat agar bisa

menyelesaikan skripsi ini.

7. Sahabat-sahabat tercinta, Adiyo, Dwi, Iswahyudi, Lukman, sky, Rajib, dan Denil

terima kasih karena telah menjadi sahabat seperjuangan dalam menjalankan

kehidupan-kehidupan selama diperkuliahan kalian sahabat-sahabat inspirasiku. Untuk

Adiyo terima kasih atas informasinya, bantuan dan suport sehingga aku dapat

menyelesaikan skirpsi ini dengan sangat mudah. Untuk Adam, Ikbal, Obi, Ade,

Dimas, Eja dan Haikal terima kasih atas segala kebaikan, kesabaran, kebersamaan,

dan ketulusan kalian selama ini, menjadi tempat untuk berbagi, baik suka maupun

duka, kenangan bersama kalian tak akan terlupakan, dan mohon maaf kalo ada salah

ya.

8. Untuk seluruh teman-teman angkatan 2006, khususnya kelas C, terimakasih sudah

memberikan kebahagiaan bersama dan memberikan kesan yang indah selama

perkuliahan.

9. Seluruh responden yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi

kuesioner penelitian ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu,

peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk

menyempurnakan skripsi ini.

Akhir kata, peneliti berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi

peneliti dan umumnya bagi siapa saja yang membaca.

Jakarta, 12 Desember 2011

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PENGESAHAN... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Pembatasan Masalah ... 8

1.3. Perumusan Masalah ... 10

1.4. Tujuan Penelitian ... 11

1.5. Manfaat Penelitian ... 12

1.6. Sistematika Penulisan ... 13

(12)

2.1.1. Karakteristik Komunikasi... 19

2.1.2. Fungsi Komunikasi ... 19

2.1.3 Konteks Komunikasi ... 20

2.2. Definisi Komunikasi Interpersonal... 21

2.2.1. Tujuan Komunikasi Interpersonal ... 22

2.2.2. Aspek-Aspek Komunikasi Interpersonal... 23

2.2.3. Hambatan Komunikasi Interpersonal... 26

2.2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal ... 27

2.2.3. Karakteristik Komunikasi Interpersonal... 29

2.3. Percaya Diri ... 31

2.3.1. Devinisi Percaya Diri ... 32

2.3.2. Teori Percaya Diri ... 33

2.3.3. Ciri-Ciri Percaya Diri ... 41

2.3.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Percaya Diri ... 44

2.4. Remaja ... 46

2.4.1. Devinisi dan Ciri-Ciri Umum Masa Remaja ... 46

2.5. Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam ... 51

2.5.1. Sejarah Berdiri Pondok... 51

2.5.2. Visi, Misi dan Tujuan ... 53

2.5.3. Sistem Pendidikan ... 55

2.5.4. Kegiatan Harian Santri ... 57

(13)

2.6. Keterkaitan Antara Kepercayaan Diri dengan

Komunikasi Interpersonal ... 60

2.7. Hipotesis ... 62

BAB III METODE PENELITIAN ... 65

3.1. Pendekatan dan Metode Peneitian ... 65

3.1.1. Pendekatan Penelitian ... 65

3.1.2. Metode Penelitian ... 66

3.2. Variabel Penelitian, Definisi konseptual dan definisi Operasional ... 66

3.2.1. Variabel Penelitian ... 66

3.2.2. Definisi konseptual Variabel... 67

3.2.3. Definisi operasional Variabel... 68

3.3. Populasi dan Sampel ... 69

3.3.1. Populasi ... 69

3.3.2. Sampel ... 69

3.3.3. Teknik pengambilan sampel dan Karakteristik sampel... 70

3.4. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data ... 70

3.4.1. Metode Pengumpulan Data………. 70

3.4.2. Alat Ukur Yang Digunakan.……… 71

3.4.3. Instrumen Pengumpulan Data ……… 72

(14)

3.5. Uji Instrumen Penelitian ... 83

3.6. Prosedur Penelitian ... 85

BAB IV ANALISA DATA 4.1. Gambaran Umum Responden ... 87

4.2. Analisis Deskriptif... 89

4.2.1. Kategori Skor Kepercayaan Diri... 90

4.2.2. Kategori Skor Komunikasi Interpersonal ... 91

4.3. Uji Hipotesis Penelitian ... 92

4.4. Uji Regresi ... 92

4.5 Pengujian Proposi Varian untuk masing – masing Independent Variabel... 113

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 121

5.2 Diskusi ... 123

5.3 Saran ... 130

5.1.1.Saran teoriti ... 131

5.1.2.Saran praktis ... 132

DAFTAR PUSTAKA ...

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Bagi Skala Komunikasi Interpersonal dan

Kepercayaan Diri ... 72

Tabel 3.2 Blue Print Skala Kepercayaan Diri... 74

Tabel 3.3 Blue Print Hasil Try Out Skala Kepercayaan Diri ... 75

Tabel 3.4 Blue Print Field Tes Skala Kepercayaan Diri ... 77

Tabel 3.5 Blue Print Skala Komunikasi Interpersonal... 79

Tabel 3.6 Blue Print Hasil Try Out Skala Komunikasi Interpersonal ... 80

Tabel 3.7 Blue Print Field Tes Skala Komunikasi Interpersonal ... 82

Tabel 4.1 Deskriptif Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 87

Tabel 4.2 Deskriptif Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 88

Tabel 4.3 Deskriptif Statistik Skala Kepercayaan Diri dan Komunikasi Interpersonal ... 89

Tabel 4.4 Distribusi Skor Kepercayaan Diri ... 90

Tabel 4.5 Distribusi Skor Komunikasi Interpersonal... 91

Tabel 4.6 Tabel Anova Komunikasi Interpersonal ... 92

Tabel 4.7 R Square Model Sumary Komunikasi Interpersonal ... 93

Tabel 4.8 Koefisien regresi Komunikasi Interpersonal ... 94

Tabel 4.9 Tabel Anova Keterbukaan ... 95

Tabel 4.10 R Square Model Sumary Keterbukaan ... 96

Tabel 4.11 Koefisien regresi Keterbukaan ... 97

Tabel 4.12 Tabel Anova Empati ... 99

(16)

Tabel 4.14 Koefisien regresi Empati... 101

Tabel 4.15 Tabel Anova Dukungan ... 103

Tabel 4.16 R Square Model Sumary Dukungan ... 104

Tabel 4.17 Koefisien regresi Dukungan... 105

Tabel 4.18 Tabel Anova Sikap Positif ... 106

Tabel 4.19 R Square Model Sumary Sikap Positif ... 107

Tabel 4.20 Koefisien regresi Sikap Positif ... 108

Tabel 4.21 Tabel Anova Kesamaan ... 110

Tabel 4.22 R Square Model Sumary Kesamaan ... 111

Tabel 4.23 Koefisien regresi Kesamaan... 112

Tabel 4.24 Perhitungan Proporsi Varians Keterbukaan ... 114

Tabel 4.25 Perhitungan Proporsi Varians Empati ... 115

Tabel 4.26 Perhitungan Proporsi Varians Dukungan... 117

Tabel 4.27 Perhitungan Proporsi Varians Sikap Positif... 118

Tabel 4.28 Perhitungan Proporsi Varians Kesamaan... 119

Tabel 5.1 Koefisien Regresi ... 121

Tabel 5.2 Group Statistik Kesamaan ... 126

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Individu memerlukan kepercayaan diri untuk berhasil dalam hidupnya, rasa

percaya diri berperan dalam memberikan semangat serta memotivasi individu untuk

bereaksi secara tepat terhadap tantangan dan kesempatan yang datang padanya

maupun untuk merasakan berbagai kebahagian dalam hidupnya.

Maslow menjelaskan kepercayaan diri adalah merupakan modal dasar untuk

pengembangan dalam aktualisasi diri (eksplorasi segala kemampuan dalam diri),

dengan percaya diri seseorang akan mampu mengenal dan memahami dirinya sediri

(Iswidharmanjaya dan Agun, 2004).

Individu yang memiliki rasa percaya diri biasanya mudah mendapatkan

teman, mampu berkomunikasi tanpa perasaan tegang ataupun perasaan tidak enak

lainnya. Saat mencapai usia tertentu, terkadang individu berharap bisa memiliki rasa

percaya diri pada tingkat tertentu yang bisa membuat individu siap menghadapi

situasi apapun. Kesuksesan di dalam bidang apapun tidak akan mungkin dicapai oleh

individu jika individu yang bersangkutan tidak memiliki rasa percaya diri. Thursan

(18)

2 terhadap segala aspek kelebihan yang dimiliki dan dengan keyakinan tersebut

membuat individu yang bersangkutan mampu dan bisa mencapai berbagai tujuan di

dalam hidupnya.

Kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian manusia yang terbentuk

melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Melalui proses interaksi tersebut

individu akan melihat keadaan dirinya, kemudian bagaimana individu lain melihat

dirinya, dan akhirnya akan menimbulkan perasaan bangga atau kecewa dengan

keadaan diri sendiri. Menurut Walgito (1998:68) untuk membantu individu yang

kurang percaya diri dapat dilakukan dengan kebiasaan untuk menanamkan sikap

percaya diri. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan suasana atau kondisi

demokratis, yaitu individu dilatih berpikir mandiri dan diberi suasana yang aman,

sehingga individu tidak takut berbuat kesalahan. Dengan adanya suasana demokratis,

individu akan dapat melakukan evaluasi diri dan belajar dari pengalaman. Selanjutnya

dinyatakan oleh Coleman (1998:68) bahwa melalui evaluasi diri, remaja dapat

memahami diri sendiri dan akan tahu siapa dirinya yang kemudian akan berkembang

menjadi kepercayaan diri.

Goyahnya percaya diri umumnya bersumber pada anggapan tertentu tentang

dirinya yang menyebabkan kurangnya keberanian untuk bertindak maupun kurangnya

panghargaan terhadap kehebatan-kehebatan diri. Kepercayaan diri dikaitkan dengan

kemampuan atau keberanian individu untuk melakukan tindakan-tindakan yang

(19)

3 dapat dikatakan tidak memiliki rasa percaya diri jika individu tersebut tidak berani

untuk berbicara atau tampil di depan umum, malu mengungkapkan ide-idenya dalam

suatu rapat, yang semua ini menurut para remaja yang tidak memiliki kepercayaan

diri cukup mengundang resiko dan tidak berani untuk mengambil resiko-resiko

tersebut.

Individu yang gagal meraih kesuksesan dalam hidup hanya karena individu

tersebut salah dalam memandang diri sendiri dan kegagalan dalam komunikasi antar

pribadi. Ada individu lain dapat sukses dengan masalah yang sama atau bahkan lebih

rumit. Kesuksesan yang diraih oleh individu yang berprestasi sesungguhnya sangat

dipengaruhi oleh penghargaan terhadap diri sendiri. Kenyataannya tidak semua

individu memiliki penilaian yang positif terhadap diri sendiri. Penilaian atau dimensi

evaluative yang menyeluruh dari diri inilah yang disebut sebagai rasa percaya diri

oleh Santrock (2003:336)

Jalaluddin Rahmat (2001:104) mengatakan bahwa “bila orang merasa rendah

diri, maka akan mengalami kesulitan untuk mengkomunikasikan gagasan kepada

orang-orang yang dihormatinya dan tidak mampu berbicara di depan umum, atau

ragu-ragu menuliskan pemikirannya dalam media massa. Orang yang kurang percaya

diri akan cenderung sedapat mungkin menghindari situasi komunikasi. Ia takut orang

lain akan mengejeknya dan menyalahkannya, dalam diskusi akan lebih banyak diam,

dalam berpidato akan berbicara terpatah-patah. (Jalaluddin Rahmat, 2001:109) Jika

(20)

4 dan peka dengan penilaian orang lain terhadap dirinya. Perasaan terancam bahwa

dirinya akan dinilai atau ditanggapi dengan negative, membuat komunikasinya

menjadi terhambat.

Individu adalah makhluk yang tidak dapat hidup sendiri. Individu

membutuhkan kehadiran individu lain untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh sebab itu

individu dikenal sebagai makhluk social. Berawal dari dalam kandungan kemudian

lahir hingga menuju tahap akhir kehidupan, individu membutuhkan individu lain

untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa komunikasi individu tidak

dapat mengadakan hubungan sosialisasinya dengan individu lainnya. Sebagian besar

komunikasi antar manusia dilakukan melalui komunikasi interpersonal atau

komunikasi antar pribadi.

Komunikasi interpersonal yang baik akan menunjang di dalam proses

perkembangan sosialisasi. Komunikasi merupakan proses yang penting dalam

fenomena social. Sebagai contoh dalam kehidupan sekolah. Setiap anak yang telah

lulus dari pendidikan dan melanjut kejenjang pendidikan yang lebih tinggi harus

dapat menyesuaikan dirinya di lingkungan barunya baik terhadap teman, guru-guru

maupun lingkungan sekolah barunya. Interaksi social yang lebih luas dapat dicapai

apabila seorang remaja dapat melakukan komunikasi antar pribadi. Komunikasi antar

pribadi dapat dikatakan dengan baik dan lancar apabila pesan yang disampaikan antar

individu dapat dimengerti sesuai dengan isi pesan yang diberikan serta mendapat

(21)

5 Komunikasi menyentuh segala aspek kehidupan manusia. Menurut hasil

penelitian mengatakan bahwa 75% dari seluruh waktu seseorang digunakan untuk

berkomunikasi. Oleh karena itulah komunikasi interpersonal tidak dapat dipisahkan

dalam kehidupan manusia. Jika seseorang menutup dirinya dalam melakukan

komunikasi maka komunikasi interpersonal yang dilakukannya akan mengalami

hambatan. Manusia dapat berkomunikasi secara bermakna jika bisa saling mengenal

diri sendiri, dan itu dapat terjadi jika komunikan dan komuikator dalam melakukan

komunikasi interpersonal saling membuka diri.

Tapi fenomena yang ada sekarang tentang munculnya media cetak dan siar

menggiatkan kegiatan jurnalistik. Orang-orang justru tidak perlu lagi mendatangi

suatu sumber untuk memperoleh informasi, tapi informasi akan datang sendiri lewat

jurnalis yang bekerja di media massa. Hal ini pun akhirnya berpengaruh dalam

fenomena komunikasi. Awalnya, manusia lebih banyak melakukan komunikasi antar

personal (tatap muka). Namun seiring dengan lajunya perkembangan, media

elektronik dan masa menjadi lebih popular jika dibandingkan dengan komunikasi

tatap muka, misalnya pada saat seorang komunikator harus menyampaikan pesan

kepada orang banyak maka kegiatan tatap muka saja tidak cukup. Dalam hal ini,

manusia akhirnya membutuhkan media.

Ada juga fenomena tentang anak-anak atau remaja yang suka dengan

permainan game (playstation) sering menjadi masalah bagi seorang anak dalam

(22)

6 bergaul atau berinteraksi dengan teman-temannya, hal ini yang sering dikeluhkan

oleh orang tua terutama ibu dalam mendidik anaknya. Dikarenakan keseringan dalam

bermain game playstation, seorang anak dapat menghabiskan waktunya hanya untuk

bermain dengan game tersebut tetapi lupa dalam bermain dengan teman-temannya

atau bergaul dan berinteraksi dengan teman-temannya, karena hal ini maka

komunikasi tidak dapat berjalan dengan baik.

Dipondok pesantren sendiri, kepercayaan diri sangat dibutuhkan dalam

komunikasi interpersonal. Dimana ketika para remaja masuk ke dala suasana pondok,

berarti dia berada jauh dari keluarga dan saudara-saudaranya. Teman, guru dan ustadz

pembimbinglah yang akan menjadi keluarga dan saudara-saudaranya ketika sedang

berada di dalam lingkungan pondok pesantren. Maka dari itu dia sendiri yang

menentukan hidupnya ketika di dala pondok pesantren, dan ketika dia ingin

berinteraksi dengan teman-temannya dibutuhkan kemahiran dalam berkomunikasi.

Menurut fenomena diatas, remaja juga sebenarnya sangat membutuhkan

sebuah komunikasi interpersonal dalam kehidupan sehari-hari, baik itu untuk bergaul

atau berinteraksi dengan teman-temannya ataupun juga berfungsi memperoleh sebuah

informasi yang ia butuhkan. Kesemuanya itu membutuhkan yang namanya

komunikasi interpersonal. Tidak dipungkiri lagi bahwa masa remaja adalah masa

yang paling indah, masa remaja juga dapat dikatakan sebagai masa pubertas atau

(23)

7 perkembangan manusia yang paling menarik dibandingkan dengan masa

perkembangan diusia balita maupun perkembangan manusia dewasa.

Masa remaja merupakan suatu periode yang unik karena merupakan masa

transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Remaja sebagai bagian dari

masyarakat dituntut untuk mampu mengembangkan dirinya, mampu berpendapat,

mempunyai harga diri yang tinggi, tidak mudah putus asa, mempunyai pandangan

yang positif tentang dirinya. Anak harus dapat menyesuaikan dirinya dalam

lingkungan yang baru dan lebih matang dengan teman sebayanya serta berusaha

bertingkah laku social yang bertanggung jawab agar dapat masuk ke dalam

lingkungan yang baru secara menyenangkan. Secara fisik remaja dapat dikatakan

telah dewasa, namun secara psikitis terutama perkembangan emosionalnya masih

labil, apabila perubahan-perubahan fisik dan psikis dapat diterima dengan baik. Hal

tersebut dapat memberikan penguatan positif terhadap dirinya dan juga dapat

membentuk kepercayaan diri. Sebaliknya apabila perubahan itu tidak sesuai dengan

keadaan yang diidealkan, remaja akan mengalami penolakan terhadap dirinya,

sehingga akan menghambat hubungan social. Remaja jenis terkhir ini dikategorikan

memiliki rasa percaya diri yang rendah atau negative.

Dari uraian di atas, dapat diasumsikan betapa pentingnya membentuk

kepercayaan diri dan meningkatkan rasa percaya diri pada remaja sehingga dengan

kepercayaan diri tersebut, remaja lebih mudah untuk beradaptasi dan berkomunikasi

(24)

8 Berdasarkan pada permasalahan yang telah diuraikan, maka penulis merasa

tertarik untuk meneliti “Pengaruh Kepercayaan Diri Terhadap Komunikasi

Interpersonal Santri di Pondok Pesantern Modern Islam Assalaam, Surakarta

Solo

1.1Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi masalah pada

hubungan percaya diri dengan hambatan komunikasi interpersonal pada remaja

dengan definisi konseptual sebagai berikut:

1. Kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan akan kemampuan dan

kepuasan diri baik lahir maupun batin. Kepercayaan diri batin adalah

kepercayaan diri yang memberi kepada kita perasaan dan anggapan bahwa

kita dalam keadaan baik, sedangkan kepercayaan diri lahir memungkinkan

kita untuk tampil dan berperilaku dengan cara yang menunjukkan kepada

dunia luar bahwa kita mampu akan diri kita (Lidenfield 1997).

Kepercayaan diri adalah suatu perasaan yang dimiliki individu mengenai

kemampuan dan kelebihan yang dimilikinya tanpa memperbandingkan

kemampuan dan kelebihan dirinya dengan kemampuan orang lain, yang

diperoleh dari skor tanggapan responden terhadap instrument berdasarkan

(25)

9 2. Komunikasi interpersonal dalam hal ini adalah adalah suatu proses

pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau

sekelompok orang dengan efek umpan balik langsung (Devito, 1995).

Indicator yang digunakan untuk mengukur variable ini adalah skala

komunikasi interpersonal Joseph Devito (1997:259), seperti: keterbukaan,

empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan atau kesamaan.

3. Remaja pada penelitian ini dibatasi pada remaja usia 16-18, berada pada

masa pendidikan sekolah menengah atas (SMA) baik laki-laki dan

perempuan yang berdomisili atau tinggal di pondok pesantren modern

islam assalaam.

4. Jenis kelamin, menurut Matsumoto & Juang (2008) didefinisikan secara

biologis berdasarkan perbedaan anatomi dan fisik antara laki-laki dan

perempuan. Peneliti membatasi variabel ini pada jenis kelamin partisipan.

Jenis Kelamin pada penelitian ini didapat dengan menanyakan kepada

partisipan.

5. Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda

atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Usia yang dimaksud di

(26)

10 biologis seseorang (merujuk pada Kapardis, 2003). Usia pada penelitian

ini didapat dengan menanyakan pada partisipan.

1.2Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada pengaruh kepercayaan diri dan jenis kelamin terhadap

komunikasi interpersonal santri pondok pesantren modern Islam Assalaam

Solo.

2. Apakah ada pengaruh kepercayaan diri terhadap keterbukaan santri pondok

pesantren modern Islam Assalaam Solo.

3. Apakah ada pengaruh kepercayaan diri terhadap empati santri pondok

pesantren modern Islam Assalaam Solo.

4. Apakah ada pengaruh kepercayaan diri terhadap dukungan santri pondok

pesantren modern Islam Assalaam Solo.

5. Apakah ada pengaruh kepercayaan diri terhadap sikap positif santri pondok

pesantren modern Islam Assalaam Solo.

6. Apakah ada pengaruh kepercayaan diri terhadap kesamaan santri pondok

pesantren modern Islam Assalaam Solo.

7. Apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap keterbukaan santri pondok

(27)

11 8. Apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap empati santri pondok pesantren

modern Islam Assalaam Solo.

9. Apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap dukungan santri pondok

pesantren modern Islam Assalaam Solo.

10. Apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap sikap positif santri pondok

pesantren modern Islam Assalaam Solo.

11. Apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap kesamaan santri pondok

pesantren modern Islam Assalaam Solo.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

dirumuskanlah masalah sebagai berikut “Apakah ada pengaruh kepercayaan diri

terhadap komunikasi interpersonal pada santri pondok pesantren Islam Assalaam

Solo.

1.3Tujuan penelitian

Dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji:

1. Apakah ada pengaruh kepercayaan diri dan jenis kelamin terhadap

komunikasi interpersonal santri pondok pesantren modern Islam Assalaam

(28)

12 2. Pengaruh kepercayaan diri terhadap keterbukaan santri pondok pesantren

modern Islam Assalaam Solo.

3. Pengaruh kepercayaan diri terhadap empati santri pondok pesantren modern

Islam Assalaam Solo.

4. Pengaruh kepercayaan diri terhadap dukungan santri pondok pesantren

modern Islam Assalaam Solo.

5. Pengaruh kepercayaan diri terhadap sikap positif santri pondok pesantren

modern Islam Assalaam Solo.

6. Pengaruh kepercayaan diri terhadap kesamaan santri pondok pesantren

modern Islam Assalaam Solo.

7. Pengaruh jenis kelamin diri terhadap keterbukaan santri pondok pesantren

modern Islam Assalaam Solo.

8. Pengaruh jenis kelamin terhadap empati santri pondok pesantren modern

Islam Assalaam Solo.

9. Pengaruh jenis kelamin terhadap dukungan santri pondok pesantren modern

Islam Assalaam Solo.

10. Pengaruh jenis kelamin terhadap sikap positif santri pondok pesantren

modern Islam Assalaam Solo.

11. Pengaruh jenis kelamin terhadap kesamaan santri pondok pesantren modern

Islam Assalaam Solo.

(29)

13 Manfaat penelitian ini yaitu;

· Secara teoritis: penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

pengembangan teori-teori psikologi. Terutama yang berkaitan dengan

psikologi sosial dan psikologi perkembangan tentang hubungan

keperayaan diri dengan komunikasi interpersonal pada remaja.

· Secara praktis: penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan

kepercayaan diri santri-santri agar dapat melakukan komunikasi

interpersonal yang lebih baik lagi, khususnya bagi santri-santri PPMI

Assalaam.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari proposal seminar skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab I PENDAHULUAN

Dalam bab ini mengemukakan bab pendahuluan yang meliputi latar

belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II KAJIAN TEORI

Dalam Bab ini berisi tentang teori kepercayaan diri, komunikasi

(30)

14 Bab III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini berisi tentang pendekatan dan metode penelitian, definisi

konseptual dan definisi operasional, variabel penelitian, subjek penelitian

yang terdiri dari populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, teknik

pengumpulan data yang terdiri dari metode dan instrument penelitian,

teknik analisis data yang terdiri dari reliabilitas dan validitas alat ukur.

Bab IV HASIL PENELITIAN

Bab ini berisi tentang hasil penelitian.

Bab V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan, diskusi, dan saran.

(31)

15

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Definisi komunikasi

Salah satu cara terbaik untuk memahami komunikasi adalah dengan

menerangkan arti komunikasi berdasarkan etimologi kata komunikasi. Kata

komunikasi (communication) berasal dari bahasa latin “communication” yang

terbentuk dari dua akar kata: ”com” (bahasa latin “cum”), berarti “dengan” atau

“bersama dengan”. Jadi komunikasi dapat diartikan “union with” (bersatu dengan)

atau “union together with” (bersama dengan). Ungkapan ini lazim disebut dalam satu

kata saja, yakni “communion”, yang berarti “saya” tidak sekedar “bersama-sama

dengan” orang lain (bersama dalam satu kesatuan—bersatu dalam kesamaan).

Istilah komunikasi atau bahasa inggris communication berasal dari kata latin

communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini

maksudnya adalah sama makna. (Onong effendy,2006)

Jadi, komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat

terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya, jika

seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lainkepadanya, maka

(32)

16 komunikatif. Sebaliknya jika ia tidak mengerti, komunikasi tidak berlangsung.

Dengan lain perkataan, hubungan antara orang-orang itu tidak komunikatif. (Onong

effendy,2006)

Beberapa definisi dari Komunikasi juga dapat diartikan sebagai berikut:

1. Komunikasi adalah proses yang menggambarkan siapa mengatakan apa

dengan cara apa kepada siapa dengan efek apa.

2. Komunikasi merupakan rangkaian proses pengalihan informasi dari satu

orang kepada orang lain dengan maksud tertentu.

3. Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada

orang lain untuk memberitahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau

perilaku, baik secara lisan, maupun tak langsung melalui media. (Onong

effendy,2006).

4. Komunikasi adalah proses yang melibatkan seseorang untuk menggunakan

tanda-tanda (alamiah atau universal) berupa simbol-simbol (berdasarkan

perjanjian manusia) verbal atau non-verbal yang disadari atau tidak disadari

yang bertujuan untuk memengaruhi sikap orang lain.

5. Komunikas merupakan proses pengalihan suatu maksud dari satu sumber

kepada penerima, proses tersebut merupakan suatu seri aktivitas, rangkaian

(33)

17 6. Komunikasi merupakan setiap proses pertukaran informasi, gagasan dan

perasaan. Proses ini meliputi informasi yang disampaikan baik secara lisan

maupun tertulis dengan kata-kata, atau yang didsampaikan dengan bahasa

tubuh, gaya maupun penampilan diri, menggunakan alat bantu disekeliling

kita sehingga sebuah pesan menjadi lebih kaya (Hybels dan weafer II 1992,

Alo Liliweri, 2003)

7. Komunikas merupakan proses pengalihan suatu maksud dari satu sumber

kepada penerima, proses tersebut merupakan suatu seri aktivitas, rangkaian

atau tahap-tahap yang memudahkan peralihan maksud tersebut.

Secara luas komunikasi adalah setiap bentuk tingkah laku seseorang baik

verbal maupun nonverbal yang ditanggapi oleh orang lain. Komunikasi

mencakup pengertian yang lebih luas dari sekedar wawancara. Setiap bentuk

tingkah laku mengungkapkan pesan tertentu, sehingga juga merupakan

sebentuk komunikasi (Johnson 1981 dalam supratiknya 1995:30).

Secara sempit komunikasi diartikan sebagai pesan yang dikirimkan seseorang

kepada satu atau lebih penerima dengan maksud sadar untuk mempengaruhi

(34)

18 Dari beberapa definisi di atas, kita dapat mengatakan bahwa komunikasi

sebagai suatu aktivitas manusia selalu melibatkan:

1. Sumber komunikasi

2. Pesan komunikasi yang berbentuk verbal dan non verbal

3. Media atau saluran sebagai sarana atau tempat pesan serta rangkaian pesan

dialihkan.

4. Cara, alat, atau metode untuk memindahkan pesan.

5. Penerima atau sasaran yang menerima komunikasi.

6. Tujuan dan maksud komunikasi.

7. Rangkaian kegiatan antara sumber atau pengirim dengan sasaran atau

penerima.

8. Situasi komunikasi.

9. Proses komunikasi, yakni proses satu arah, interaksi dan proses transaksi.

10.Pemberian makna bersama atas pesan dari sumber dan penerima yang

terlibat dalam komunikasi.

11.Pembagian pengalaman atas pesan yang dipertukarkan dari sumber dan

(35)

19 2.1.1 Karakteristik Komunikasi

Setiap komunikasi manusia berawal dan berdasarkan komunikasi antar

personal, dari komunikasi antar personal itulah kemudian berkembang

menjadi komunikasi kelompok, organisasi, public dan komunikasi massa.

Secara umum komunikasi manusia mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1. Komunikasi merupakan proses simbolis

2. Komunikasi merupakan proses social (isasi)

3. Komunikasi merupakan proses satu arah atau dua arah

4. Komunikasi bersifat koorientasi

5. Komunikasi bersifat purposif dan persuasive

6. Komunikasi mendorong interpretasi individu

7. Komunikasi merupakan aktivitas pertukaran makna

8. Komunikasi terjadi dalam konteks

2.1.2 Fungsi komunikasi

(36)

20 1. Sumber atau pengirim menyebarluaskan informasi agar dapat diketahui

penerima.

2. Sumber meyebarluaskan informasi dalam rangka mrndidik penerima.

3. Sumber memberikaninstruksi agar dilaksanakan penerima.

4. Sumber memengaruhi konsumen dengan informasi yang persuasive untuk

mengubah persepsi, sikap dan perilaku penerima.

5. Sumber menyebarluaskan informasi untuk menghibur sambimemengaruhi

penerima.

2.1.3 Konteks komunikasi

Beberapa konteks komunikasi adalah:

1. Komunikasi interpersonal

2. Komunikasi kelompok

3. Komunikasi orgaisasi

4. Komunikasi public

(37)

21 Dalam hal ini sesuai dengan permasalahan yang sesuai dengan tema yang

akan banyak dibahas adalah komunikasi interpersonal, atau pembahasan akan lebih

difokuskan kepada komunikasi interpersonal.

2.2 Definisi Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal menurut Devito (1995), adalah suatu proses

pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok orang

dengan efek umpan balik langsung.

Sedangkan Carell mengatakan komunikasi interpersonal adalah komunikasi

antar individu untuk bertukar informasi dan pengertian, komunikasi interpersonal

adalah suatu seni praktis dan efektivitas seseorang sebagai seorang teman, pasangan,

teman kerja, dan lain-lain. Dan interaksi dalam situasi interpersonal mengkuti norama

sosial dan budaya masyarakat

Senada dengan itu, menurut Deddy (2004) komunikasi interpersonal adalah

komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap

pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun

non verbal.

Berdasarkan pengertian komunikasi intepersonal diatas dapat disimpulkan

(38)

22 komunikan dengan efek dan umpan balik langsung untuk mengetahui apakah pesan

yang dikirimkan itu berdampak positif atau negatif baik secara verbal maupun non

verbal.

Komunikasi interpersonal sangat potensial untuk menjalankan fungsi

instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita

dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan

yang kita komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang paling

lengkap dan paling sempurna, komunikasi interpersonal berperan penting hingga

kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi

tatap-muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda

dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat

teknologi tercanggihpun.

2.2.1 Tujuan Komunikasi Intersonal

Menurut Davito (1995), tujuan komunikasi interpersonal diantaranya :

1. Mempelajari; untuk mendapatkan pengetahuan diri dan orang lain serta untuk

memperoleh keahlian,

(39)

23 3. Mempengaruhi; untuk mengendalikan dan mengarahkan. Dalam

berkomunikasi kita berusaha untuk mengubah sikap dan prilaku orang lain

serta berusaha mengajak orang lain melakukan sesuatu.

4. Memainkan; untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan hati. Kita

menggunakan banyak perilaku komunikasi untuk bermain dan menghibur diri.

5. Membantu; untuk menolong, melayani kebutuhan orang lain dan untuk

menghibur diri sendiri dan orang lain.

2.2.2 Aspek-aspek komunikasi interpersonal

De vito (1997) menjelaskan lima aspek yang mempengaruhi komunikasi

interpersonal, yaitu:

1. Keterbukaan

Kualitas keterbukaan dari komunikasi interpersonal mempunyai tiga aspek

yaitu: keinginan untuk terbuka dan berinteraksi dengan orang lain, keinginan

untuk berintteraksi secara jujur terhadap stimulus yang dating dan mengakui

bahwa perasaan dan pikiran yang akan dilontarkan individu adalah miliknya

dan tanggung jawabnya.

2. Empati

Menurut Pearson(1983) empati adalah kemampuan mempersepsikan dunia

(40)

24 pemahaman yang lebih besar kepada orang lain, pemahaman yang lebih besar

terhadap diri sendiri dan hubungan interpersonal yang semakin dalam.

Sedang Freud mengartikan empati sebagai memahami orang lain yang tidak

mempunyai arti emosional bagi si pendengar (Jalaludin Rakhmat, 1998)

Dengan demikian, empati merupakan usaha si pendengar dalam memahami

yang dirasakan orang lain dengan mencoba membayangkan dirinya pada

kejadian yang menimpa orang tersebut, namun tidak berarti ikut terlibat secara

emosional atau larut dalam perasaan orang itu sehingga tidak lagi mampu

memberikan penilaian yang objektif. Empati tampil apabila ada hubungan

akrab dan saling percaya antara orang-orang yang terlibat dalam suatu

komunikasi.

3. Dukungan

Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan yang mana terdapat

sikap saling mendukung dan terdapat tiga hal yang menunjang sikap saling

mendukung. Yang pertama adalah deskriptif, dimana suasana

bersifatdeskriptif dan bukannya evaluative akan menciptakan adanya sikap

mendukung. Kedua adalah spontanitas, dimana gaya yang spontan dan

terbuka dalam mengutarakan pendapat dan pikiran biasanya akan bereaksi

(41)

25 terbuka serta bersedia mendengar pandangan yang berlawan dan bersedia

untuk berubah posisi jika keadaan mengharuskan. Dukungan ada kalanya

terungkap secara verbal maupun non verbal. Dukungan non verbal tidaklah

mempunyai nilai negative melainkan dapat menambah makna dari

komunikasi interpersonal tersebut.

4. Sikap positif

Kualitas kepositifan dalam komunikasi interpersonal mempunyai tiga spek,

yaitu:

a. Komunikasi interpersonal akan berhasil apabila terdapat sikap yang

positif terhadap diri sendiri

b. Komunikasi interpersonal akan terpelihara dengan baik apabila suatu

perasaan positif terhadap orang lain itu dikomunikasikan sehingga

membuat orang lain merasa lebih baik dan mempunyai keberanian

untuk melakukan hal yang sama dan dan lebih berpartisipasi pada

setiap kesempatan

c. Suatu perasaan positif dalam komunikasi interpersonal sangat

bermanfaat untuk mengefektifkan kerja sama

(42)

26 Komunikasi interpersonal akan lebih berhasil apabila orang-orang yang turut

mengambil bagia dalam komunikasi tersebut dalam suasana kesamaan dan

didukung sikap yang sama, artinya ada pengakuan bahwa kedua belah pihak

sama-sama bernilai dan berharga sehingga individu dapat menerima dan

menghargai lawan bicaranya.

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

komunikasi interpersonal merupakan suatu proses pertukaran informasi yang

berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka melalui

saluran-saluran yang memungkinkan dapat memberikan isi pesan dan hubungan pesan

serta terdapat umpan balik secara langsung yang meliputi keterbukaan,

empati, dukungan kepositifan dan kesamaan.

2.2.3 Hambatan Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal yang berjalan dengan lancar tentu saja diharapkan

oleh para perilaku komunikasi, namun pada kenyataannya ada hambatan-hambatan

dalam komunikasi.

Menurut Hafied (2003), mengatakan bahwa rintangan komunikasi adalah

adanya hambatan yang membuat proses komunikasi tidak berlangsung sebagaimana

(43)

27 Adapun hambatan komunikasi tersebut diantaranya:

1. Hambatan teknis, terjadi jika salah satu alat yang digunakan dalam

berkomuniksi mengalami gangguan, sehingga informasi yang diberikan

melalui saluran mengalami kerusakan.

2. Hambatan tematik, adalah gangguan komunikasi yang disebabkan kesalahan

pada bahasa yang digunakan.

3. Hambatan psikologis, terjadi karena adanya gangguan komunikasi yang

disebabkan persoalan-persoalan dalan diri individu, misalnya rasa curiga

penerima kepada sumber.

4. Hambatan fisik, adalah rintangan yang disebabkan kondisi biografis, misalnya

tidak adanya sarana komunikasi seperti telepon, pos, dan lain-lain.

5. Hambatan status, adalah rintangan yang disebabkan jarak social diantara

peserta komunikasi, misalnya perbedaan status antara atasan dengan bawahan.

6. Hambatan kerangka berpikir, adalah rintangan yang disebabkan perbedaan

persepsi antara komunikator dan halayak terhadap pesan yang digunakan

dalam komunikasi, misalnya latar belakang pendidikan.

7. Hambatan budaya, ialah rintangan yang disebabkan adanya perbedaan norma,

kebiasaan, nilai yang di anut oleh pihak yang terlibat dalam komunikasi.

(44)

28 Pearson 1983 mengemukakan tiga faktor komunikasi efektif, yaitu membuka

diri, asertif, mendengar aktif dan empati. Kedua factor pertama menunjukkan

kepercayaan diri, sedangkan kedua factor berikutnya menunjukkan perhatian dalam

komunikasi.

1. Membuka diri

Menjalin hubungan akrab dengan orang lain diperlukan kesediaan untuk

membuka diri, dalam arti bersedia menjelaskan atau memberikan informasi

kepada orang lain mengenai dirinya agar lebih mudah mengenalnya. Menurut

pearson (1983) ada tiga unsure dalam mengemukakan diri sendiri kepada

orang lain, yaitu bersedia membuka diri dengan sengaja dan member

informasi yang tepat mengenai dirinya. Informasi bisa berupa hobi, tujuan

hidup dan cita-cita

Ada tiga keuntungan dalam membuka diri, yaitu: 10 dapat membangun

pemahaman dan penerimaan diri yang lebih besar,2) dapat membangun

pemahaman dan penerimaan yang lebih besar terhadap orang lain, 3) dapat

membangun hubungan yang lebih dalam dan penuh artidengan orang lain

(pearson, 1983).

2. Asertif

Perilaku asertif dalam komunikasi mencakup kemampuan mengemukakan

(45)

29 menimbulkan dampak merugikan atau meremehkan hak orang lain. Menurut

Pearson (1983) dengan berperilaku asertif seseorang dapat mengemukakan

dirinya, mempertahankan pendapatnya dan mengekspresikan perasaannya

tanpa rasa takut melanggar hak orang lain.

Perilaku asertif mempunyai hubungan positif dengan konsep diri yang positif,

kecakapan komunikasi dan hubungan interpersonal yang memuaskan.

Perilaku asertif juga mempunyai hubungan negative dengan amarah dan

kecemasan (Pearson, 1983)

3. Mendengar aktif

Mendengar aktif merupakan mendengar dengan segenap indera yang dimiliki,

baik dengan verbal maupun non verbal. Mendengar aktif bukan Cuma

mendengar ucapan seseorang tetapi juga mencoba mengetahui pesan yang

tersirat sehinggadapat menggali informasi yang lebih dalam apabila ada hal

yang tidak jelas. Menurut Pearson (1983) mendengar aktif adalah mendengar

dengan tujuan untuk memperoleh informasi, petunjuk, data, memahami orang

lain, menyelesaikan masalah danmenunjukkan dukungan bagi orang lain.

Seorang pendengar aktif mampu mendengar informasi dengan baik, berusaha

(46)

30 2.2.5 Karakteristik keterampilan komunikasi interpersonal.

Berdasarkan pendekatan pragmatis (Devito, 1994) karakteristik keterampilan

komunikasi interpersonal adalah:

1. Kepercayaan diri (confidence).

Komunikator yang efektif memiliki kepercayaan diiri sosial, selalu nyaman

bersama orang lain dan situasi komunikasi pada umumnya. Komunikator yang

secara sosial memiliki kepercayaan diri, bersikap santai, tidak gugup, tidak

kaku, fleksibel dan terkendali.

2. Kebersatuan (immediacy)

Komunikator yang memperlihatkan kebersatuan mengisyaratkan minat dan

perhatian. Kebersatuan menyatukan pembicara dan pendengar. Secara non

verbal individu mengkomunikasikan kebersatuan dengan memelihara kontak

mata yang patut, kedekatan fisik yang menunjukkan kedekatan psikologis,

serta sosok tubuh yang terbuka.

3. Manajemen interaksi (interaction management)

Dalam manajemen interaksi yang efektif, tidak seorang pun merasa diabaikan

atau merasa menjadi tokoh penting. Masing-masing pihak berkontribusi dalam

keseluruhan komunikasi. Manajemen interaksi ditunjukkan melalui gerakan

(47)

31 manajemen interaksi juga perlu diperhatikan dalam penyampaian pesan verbal

dan non verbal yang saling bersesuaian dan saling memperkuat.

4. Daya pengungkapan ( expressiveness)

Daya ekspresi mengacu pada keterampilan mengkomunikasikan keterlibatan

tulus dalam interaksi antar pribadi. Daya ekspresi sama dengan keterbukaan

dalam hal keterlibatan dan ini mencakup misalnya ekspresi tanggung jawab

atas pikiran dan perasaan, mendorong daya ekspresi orang lain dan

memberikan umpan balik yang relevan dan patut.

5. Orientasi kepada orang lain (other orientation)

Orientasi mencakup kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan

lawan bicara selama percakapan. Komunikator yang berorientasi kepada

lawan bicara melihat situasi dan interaksi dari sudut lawan bicara dan

mengahrgai perbedaan pandangan dari lawan bicara. Orientasi kepada lawan

bicara dapat berupa menghargai perbedaan pandangan lawan bicara, empati,

serta memberikan umpan balik yang cepat dan pantas.

2.3.Percaya diri

Kepercayaan diri sering disebut-sebut debagai kunci utama penentu

(48)

32 menyesuaikan diri dalam lingkungan manapun. Orang yang pandai secara intelegensi

belum tentu memiliki rasa percaya diri yang baik, terkadang kepandaiannya belum

tentu bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Terkadang kita bisa

melihat orang yang penuh percaya diri dari pembawaan dirinya, langkahnya pasti,

berjalan tegap, tidak mudah canggung, mudah bergaul dengan siapa pun bahkan

dengan lingkungan baru sekalipun, sebaliknya orang yang tidak percaya diri akan

menutup diri dan menarik diri dari lingkungan dan kelompok sosialnya.

2.3.1. Definisi Percaya Diri

Definisi menurut kamus psikologi istilah kepercayaan diri adalah percaya

akan kemampuan diri sendiri, menyadari kemampuan yang dimiliki, serta

memanfaatkannya secara tepat (Hasan dkk, 1990).

Hal tersebut di atas senada dengan pendapat Angelis (1997), yang menyatakan

bahwa kepercayaan diri berarti yakin terhadap kemampuan diri sendiri yang berawal

dari tekad pada diri sendiri untuk melakukan segala hal yang diinginkan dan

dibuthkan dalam hidup ini.

Sedangkan Maslow menjelaskan kepercayaan diri adalah merupakan modal

dasar untuk pengembangan dalam aktualisasi diri (Eksplorasi segala kemampuan

dalam diri), dengan percaya diri seseorang akan mampu mengenal dan memahami

(49)

33 Rogers menambahkan bahwa kepercayaan diri adalah kemampuan untuk

membuat keputusan dan penilaian-penilaian tanpa harus bergantung pada orang lain.

Kepercayaan diri juga merupakan keyakinan individu untuk melakuakan

tindakan yang dianggap benar (Koswara, 1998).

Jacinta F. Rini (2003), berpandanganbahwa kepercayaan diri adalah sikap

positif seseorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan

penilaian positif baik terhadap diri sendiri terhadap lingkungan atau situasi yang

dihadapi.

Maka dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah penilaian seseorang

akan kesanggupan dan keterampilan yang dimilikinya yang menimbulkan ketegasan

atau keyakinan untuk bertindak dalam area fungsi yang lebih luas.

2.3.2 Teori Kepercayaan Diri

Teori kepercayaan diri menurut Lidenfield (1997) kepercayaan diri

merupakan suatu keyakinan akan kemapuan dan kepuasan diri baik lahir maupun

batin. Kepercayaan diri batin adalah kepercayaan diri yang memberi kepada kita

perasaan dan anggapan bahwa kita dalam keadaan baik, sedangkan kepercayaan diri

lahir memungkinkan kita untuk tampil dan berperilaku dengan cara yang

(50)

34 Jenis kepercayaan diri

Lindenfield (alih bahasa Ediati Kamil, 1997 : 4) menyatakan ada dua jenis

kepercayaan diri yaitu :

1. Kepecayaan diri batin adalah kepercayaan diri yang memberikan kepada

individu perasaan dan anggapan bahwa individu dalam keadaan baik.

2. Jenis percaya diri lahir memungkinkan individu untuk tampil dan berperilaku

dengan cara menunjukkan kepada dunia luar bahwa individu yakin akan

dirinya.

Percaya Diri Batin

Lindenfield (alih bahasa Ediati Kamil, 1997 : 47) menjelaskan ada empat ciri

utama yang khas pada orang yang mempunyai kepercayaan diri batin yang sehat.

Keempat ciri itu adalah :

a. Mencintai diri sendiri

Orang yang percaya diri mencintai diri mereka, dan cinta diri ini bukan

merupakan sesuatu yang dirahasiakan. Orang yang percaya diri peduli akan dirinya

karena perilaku dan gaya hidupnya adalah untuk memelihara diri. Dengan unsur

percaya diri batin individu akan :

· Menghargai kebutuhan jasmani dan rohani serta menempatkan diri sejajar

(51)

35

· Mempunyai alasan yang tepat untuk memenuhi kebutuhannya, dan tidak akan

menyiksa diri mereka sendiri dengan rasa bersalah setiap kali meminta atau

memperoleh sesuatu yang mereka butuhkan.

· Secara terbuka menunjukkan keinginan untuk dipuji, ditentramkan dan

mendapat hadiah secara wajar, dan tidak akan mencoba memanfaatkan orang

lain untuk memenuhi permintaan itu secara langsung.

· Merasa senang bila diperhatikan orang lain dan mampu untuk

mendapatkannya.

· Bangga akan sifat-sifat yang baik dan memusatkan diri untuk memafaatkan

sebaik mungkin, mereka tidak mau membuang-buang waktu, tenaga atau uang

untuk memikirkan kekurangan-kekurangan mereka sendiri.

· Tidak secara sengaja melakukan hal-hal yang akan merusak kemungkinan

untuk memperoleh kesuksesan dan kebahagiaan, atau yang memperpendek

hidupnya.

b. Memahami diri

Orang yang percaya diri batin juga sadar diri. Mereka tidak terus menerus

merenungi diri sendiri, tetapi secara teratur mereka memikirkan perasaan, pikiran dan

perilaku mereka, dan mereka selalu ingin tahu bagaimana pendapat orang lain tentang

(52)

36

· Menyadari kekuatan mereka sehingga akan mampu mengembangkan

kemampuannya secara penuh.

· Mengenal kelemahan dan keterbatasan mereka sehingga kecil kemungkinan

mereka membiarkan diri mengalami kegagalan berulang kali.

· Tumbuh dengan kesadaran yang mantap tentang identitas diri sendiri,

merekapun jauh lebih mampu dan puas menjadi seorang “pribadi” dan tidak

begitu saja mengikuti “khalayak ramai”.

· Mempunyai pengertian yang sehat mengenai nilai-nilai yang mereka anut,

sehingga tidak akan terus menerus resah memikirkan apakah yang mereka

lakukan atau yang tidak dilakukan secara moral dapat dibenarkan.

· Cenderung mempunyai teman-teman yang tepat karena mereka tahu apa yang

mereka butukan dari persahabatan itu.

· Terbuka untuk menerima umpan balik dari orang lain atau tidak selalu

melonjak untuk membela diri, bila dikritik orang lain.

· Mau dan sedia mendapat bantuan dan pelajaran karena mereka bukan orang

(53)

37 c. Memiliki tujuan yang jelas

Orang yang percaya diri selalu tahu tujuan hidupnya, karena mereka

mempunyai pikiran yang jelas mengapa mereka melakukan tindakan tertentu dan

mereka tahu hasil apa yang bisa diharapkan. Dengan unsur ini yang memperkuat rasa

kepercayaan diri, individu akan :

· Terbiasa menentukan sendiri tujuan yang bisa dicapai, mereka tidak selalu

harus bergantung pada orang lain untuk melakukan kegiatannya.

· Mempunyai lebih banyak energi dan semangat karena mereka bermotivasi

tinggi.

· Lebih tekun karena menyadari bahwa langkah-langkah yang kecil dan

kadang-kadang membosankan sekalipun mempunyai tujuan.

· Belajar menilai diri sendiri karena mereka bisa memantau kemajuannya

dilihat dari tujuan yang mereka tentukan sendiri.

· Mudah membuat keputusan karena mereka tahu betul apa yang mereka

inginkan.

d. Mampu berfikir positif

Orang yang mempunyai kepercayaan diri biasanya hidupnya menyenangkan.

(54)

38 mereka mengharap serta mencari pengalaman dan hasil yang bagus. Dengan kekuatan

batin yang penting ini, individu akan :

· Tumbuh dengan harapan bahwa hidup ini membahagiakan.

· Memandang orang lain dari satu sisi positifnya, kecuali kalau ada alasan

khusus untuk berhati-hati.

· Percaya bahwa setiap masalah dapat diselesaikan.

· Tidak menyia-nyiakan tenaga untuk mengkhawatirkan kemungkinan hasil

yang negatif.

· Percaya bahwa masa depan akan sebaik (atau mungkin lebih baik) masa lalu.

· Mau bekerja meskipun ada perubahan yang membuat fustasi karena mereka

suka pada pertumbuhan dan perkembangan.

· Bersedia menghabiskan waktu dan energi untuk belajar dan melakukan

tugasnya, karena mereka percaya bahwa pada akhirnya tujuan mereka akan

tercapai.

Percaya diri lahir

Menurut Lindenfield (alih bahasa Ediati Kamil, 1997 : 7-11) menjelaskan

bahwa untuk memberi kesan percaya diri pada dunia luar, individu perlu

(55)

39 a. Mampu beromunikasi dengan baik

Dengan memiliki dasar yang baik di bidang ketrampilan berkomunikasi,

individu akan dapat :

· Mendengarkan orang lain dengan tepat, tenang dan penuh perhatian.

· Dapat berkomunikasi dengan orang dari segala usia dan segala jenis latar

belakang.

· Tahu kapan dan bagaimana berganti pokok pembicaraan dari percakapan

biasa ke yang lebih mendalam.

· Berbicara secara fasih dan menggunakan nalar.

· Berbicara di depan umum tanpa rasa takut.

· membaca dan memanfaatkan bahasa tubuh orang lain.

b. Memiliki ketegasan

Sikap tegas akan menambah rasa percaya diri karena individu akan dapat :

· Menyatakan kebutuhan mereka secara langsung dan terus terang.

· Membela hak mereka dan hak orang lain.

(56)

40

· Memberi dan menerima pujian secara bebas dan penuh kepekaan.

· Memberi dan menerima kritik yang membangun.

c. Peduli pada penampilan diri

Ketrampilan ini akan mengajarkan akan pentingnya “tampil” sebagai orang

yang percaya diri. Hal ini akan memungkinkan mereka untuk :

· Memilih gaya pakaian dan warna yang paling cocok kepribadian dan kondisi

fisik.

· memilih pakaian yang cocok untuk berbagai peran peristiwa, dengan tetap

mempertahankan gaya pribadinya.

· Mampu menciptakan penampilan pertama yang menarik.

· Menyadari dampak gaya hidupnya terhadap pendapat orang lain mengenai diri

mereka, tidak terbatas pada keinginan untuk selalu ingin menyenangkan orang

lain.

d. Mampu mengendalikan perasaannya

Dalam hidup sehari-hari orang perlu mengendalikan perasaan. Individu perlu

(57)

41

· Lebih percaya diri karena tidak khawatir akan lepas kendali.

· Berani menghadapi tantangan dan resiko karena mereka bisa mengatasi rasa

takut, khawatir dan frustasi.

· Menghadapi kesedihan dengan wajar karena mereka tidak takut kalau-kalau

kesedihan itu akan membebani dan menekan mereka selamanya.

· Mengatasi konfrontasi secara efektif dan membela diri terhadap pelecehan,

karena mereka bisa menyalurkan energi kemarahan mereka dengan cara yang

kontruktif.

· Membiarkan dirinya bertindak spontan dan lepas kalau ingin santai, karena

mereka tidak khawatir akan lepas kendali.

· Cara meningkatkan atau mengambangkan kepercayaan diri

2.3.3 Ciri-ciri Percaya Diri

Menurut Guilford ciri-ciri orang percaya diri dapat dinilai melaui 3 aspek, yaitu:

1. Individu merasa adekuat (yakin terhadap apa yang dilakukan)

2. Individu merasa diterima oleh kelompok

(58)

42 Lautser memaparkan beberapa ciri yang memiliki kepercayaan diri, yaitu sebagai

berikut:

a. Tidak mementingkan diri sendiri

b. Cukup toleran

c. Tidak membutuhkan dukungan dari orang lain secara berlebihan

d. Bersikap optimis dan gembira.

Sedangkan Maslow menyebutkan ciri-ciri orang yang memiliki kepercayaan

diri adalah orang yang memiliki kemerdekaan psikologis, yaitu:

a. Kebebasan mengarahkan pilihan dan mencurahkan tenaga

b. Berdasarkan keyakinan pada dirinya untuk melakukan hal-hal yang produktif

Oleh karena itu biasanya orang yang percaya diri menyukai pengalaman baru,

suka menghadapi tantangan, pekerja yang efektif, dan bertanggung jawab sehingga

tugas yang dibebankan selesai dengan tuntas (Isdhamajaya dan Agung, 2004)

Dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri orang yang percaya diri adalah orang yang

yakin akan seluruh kemampuan yang tersimpan dalam dirinya, memiliki keberanian

untuk mengembangkan dan mengeluarkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya

(59)

43 Sedangkan orang-orang yang tidak percaya diri memiliki cirri-ciri seperti

yang diungkapkan oleh Amitya Kumara (1998), yaitu:

a. Malu menerima pujian

b. Takut mencintai dan dicintai

c. Takut kritikan

d. Menutup diri

e. Tidak peka terhadap lingkungan

f. Mudah menyalahkan diri sendiri

Iswidhamanjaya dan Agung (2004), juga menambhkan ciri-ciri orang yang

tidak percaya diri adalah:

a. Tidak bisa menunjukkan kemampuan diri

b. Kurang berprestasi dalam belajar

c. Merasa canggung

d. Tidak berani mengungkapkan ide-ide

e. Cenderung hanya melihat dan menunggu kesempatan

(60)

44 g. Rendah diri bahkan takut dan merasa tidak aman

h. Apabila gagal cenderung menyalahkan orang lain

i. Suka mencari pengakuan dari orang lain

2.3.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepoercayaan diri seseorang adalah

sebagai berikut:

a. Penampilan Fisik

Penampilan fisik menjadi salah satu faktor utama yang menunjang

keberhasilan seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain. Tak bisa dipungkiri

banyak orang yang tidak berhasil melakukan interaksi social dengan baik hanya

karena ia merasa tidak percaya dir

Gambar

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Bagi Skala Komunikasi Interpersonal dan
Tabel: Skala Percaya Diri
Tabel 3.3 BLUE PRINT HASIL TRY OUT
Tabel 3.4 BLUE PRINT FIELD TES
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh santri baik yang terorganisir ataupun yang tidak, untuk dijadikan informasi bagi santri agar dapat

dukungan sosial dengan penyesuaian diri pada santri di pondok pesantren modern. islam assalam”, Penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul

Komunikasi interpersonal adalah salah satu cara yang dilakukan oleh seorang pengasuh kepada santri di pondok pesantren untuk membangun sebuah motivasi dalam belajar..

Dari hasil ini menjelaskan bahwa hipotesa yang terdapat dalam penelitian ini diterima, dimana para santri pondok pesantren yang mempunyai religiusitas tinggi maka

Hasil penelitian Yuniar dkk (2005) menunjukkan bahwa setiap tahunnya 5-10% dari santri baru di Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Assalam Surakarta mengalami

Hasil penelitian ini adalah implementasi konsep pendidikan Islam Rahmatan Li Al-Alamin di pondok pesantren Modern IslamAssalaam didasarkan pada prinsip-SULQVLS ³.($66$/$$0$1´.

Intensi Agresivitas adalah kecenderungan seseorang berperilaku yang berlawanan dengan aturan umum atau norma sosial yang dilakukan baik secara fisik maupun verbal dengan sengaja

Hasil penelitian menunjukkan adanya dua sistem yang dipadukan dalam pola pendidikan di PPMI Assalaam dengan sistem pendidikan Salafiyah dengan sistem pendidikan