• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai Karakter Pada Novel Negeri Lima Menara Karya Ahmad Fuadi Dan Semester Pertama Di Malory Towers Karya Enid Blyton

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nilai Karakter Pada Novel Negeri Lima Menara Karya Ahmad Fuadi Dan Semester Pertama Di Malory Towers Karya Enid Blyton"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

(Sebuah Kajian Bandingan)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

Oleh

Meidyal Fioleta

109013000109

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Karya Ahmad Fuadi dan Semester Pertama di Malory Towers karya Enid Blyton (Sebuah Kajian Bandingan)”. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dosen Pembimbing : Jamal D. Rahman, M.Hum. April 2014.

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah nilai-nilai karakter yang terkandung dalam novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi dan Semester Pertama di Malory Towers karya Enid Blyton dan perbandingan karakter pada kedua novel tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai karakter yang terkandung dalam novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi dan

Semester Pertama di Malory Towers karya Enid Blyton. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi dan novel

Semester Pertama di Malory Towers karya Enid Blyton.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi dan Semester Pertama di Malory Towers mengandung nilai-nilai karakter. Nilai karakter yang ditemukan dalam novel Negeri Lima Menara di antaranya yaitu religius, ikhlas, disiplin, peduli, mandiri, sabar, kerja keras, tegar, berani, kasih sayang sesama muslim, berbakti kepada kedua orang tua, menyeru kebaikan, bersyukur, bersungguh-sungguh, Sedangkan nilai karakter yang ditemukan pada novel Semester Pertama di Malory Towers yaitu berkepribadian baik, berani mengakui kesalahan, peduli sosial, setia kawan, bekerja sama, menghargai prestasi.

Perbandingan karakter pada kedua novel berdasarkan paradigma pendidikan karakter adalah karakter pada novel Negeri Lima Menara lebih mengarah kepada paradigma fundamentalis yang dibangun oleh tradisi agama. Karakter yang dibangun oleh tradisi agama ini adalah karakter manusia yang patuh dan taat kepada nilai-nilai kebaikan yang mutlak dalam tradisi keagamaan. Agama pada novel ini yaitu agama Islam. Sedangkan paradigma karakter pada novel Semester Pertama di Malory Towers lebih mengarah kepada paradigma konservatif yang mendukung ketaatan terhadap lembaga-lembaga dan proses-proses budaya yang sudah teruji oleh waktu. Keberhasilan pendidikan dalam paradigma ini diukur dari keberhasilan peserta didik dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.

Kata kunci : Nilai Karakter, Novel, Kajian Bandingan, Negeri Lima Menara,

(6)

ii

Study).” Majors Indonesian Literature and Language Education. Faculty of Tarbiyah and Teaching Sciences. UIN SyarifHidayatullah Jakarta . Supervisor: Jamal D. Rahman, M. Hum. April 2014 .

Issues discussed in this study are the values contained in the novel character of The Land of Five Towers by Ahmad Fuadi and First Term at Malory Towers by Enid Blyton and character comparisons in the both of novel . This study aimed to describe the character values contained in The Land of Five Towers by Ahmad through the ceremony and the First Term at Malory Towers by Enid Blyton. The method used in this study is a qualitative method . Sources of data in this study are The Land of Five Towers by Ahmad Fuadi and First Term at Malory Towers by Enid Blyton . The results of this study show that The Land of Five Towers by Ahmad Fuadi and

First Term at Malory Towers by Enid Blyton contain character values . Value of characters found in the novel The Land of Five Towers of them are religious , sincere , disciplined , caring , independent , patient , hard working , brave , brave , affectionate fellow Muslims , filial to parents , called goodness , grateful , sincere , while the value of the character found on the First Term at Malory Towers is a good personality , dare to admit mistakes , social care , solidarity , working together , to appreciatethe achievement .

Comparison of the characters in both novels based educational paradigm is a character in the novel character of The Land of Five Towers more directed to the paradigm established by the fundamentalist religious traditions . Character is built by this religious tradition is the human character docile and obedient to the values of absolute goodness in religious traditions . Religion in this novel is Islam . While the characters in a novel paradigm in the First Term Malory Towers is more directed to the conservative paradigm that supports the observance of social institutions and cultural processes that have been tested by time . Educational success measured in this paradigm of learner success in adapting to the surrounding environment .

(7)

iii

skripsi yang berjudul “Nilai Karakter pada Novel Negeri Lima Menara Karya Ahmad Fuadi dan Semester Pertama di Malory Towers karya Enid Blyton (Sebuah Kajian Bandingan)”. Salawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw yang menjauhkan kita dari jalan kegelapan.

Skripsi ini, penulis susun untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kepentingan pembacanya. Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak luput dari berbagai hambatan dan rintangan. Tanpa bantuan dan peran serta berbagai pihak, skripsi ini tidak mungkin terwujud. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Dra. Nurlena Rifa’i, M.A., Ph. D., selaku Dekan FITK UIN Jakarta; 2. Dra. Mahmudah Fitriyah Z.A., M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia;

3. Jamal D. Rahman, M. Hum selaku dosen pembimbing skripsi yang sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas arahan, motivasi, bimbingan, dan kesabaran Bapak selama ini;

4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang selama ini telah membekali penulis berbagai ilmu pengetahuan;

5. Papa Asrial yang meskipun telah meninggal 19 tahun yang lalu, namun jasa-jasanya tak dapat penulis lupakan. Mama Sulfi Lisna yang telah membesarkan dan memberikan dukungan, serta kedua adik penulis Miche Leo Fullgita dan Niken Febra yang selalu memberikan semangat dan membantu penulis dalam berbagai hal.

(8)

iv

Hardiani yang telah mendukung penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini;

8. Roommates yang selama ini telah menjadi pengganti saudara selama penulis menempuh pendidikan. Terima kasih Nisa, Yuyun, Shofwah, Iif, Ria, Vina, Lilis, Miss Nunu, Aliah, Nurris, dan Mae untuk persahabatannya selama ini.

9. Teman-teman Ikatan Keluarga Mahasiswa Minang Ciputat, Koalisi Pemuda Hijau Indonesia, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, dan Garuda Youth Community.

10.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga semua yang membantu, memberi dukungan, dan partisipasi kepada penulis, mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Aamiin.

Jakata, 28 April 2014

(9)

v SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQOSAH

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ……….ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB 1 PENDAHULUAN ...1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D.Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

G. Metodologi Penelitian……….6

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A.Nilai Karakter ... 10

B. Novel ... 13

C. Kajian Bandingan ... 21

D.Penelitian yang Relevan ... 25

BAB III ANALISIS NILAI KARAKTER PADA NOVEL NEGERI LIMA MENARA KARYA AHMAD FUADI DAN SEMESTER PERTAMA DI MALORY TOWERS KARYA ENID BLYTON ………....28

A. BiografiAhmad Fuadi...28

(10)

vi

Towers...43

G. Nilai Karakter pada Novel Negeri Lima Menara...53

H. NilaiKarakter pada Novel Semester Pertama di Malory Towers...64

I. Kajian Bandingan ...69

BAB V PENUTUP... 71

A.Simpulan………… ... . 71

B. Saran ... ...71

DAFTAR PUSTAKA ... ...73

LAMPIRAN

(11)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan menurut John Dewey adalah proses pembentukan kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.1 Tujuan pendidikan dalam hal ini agar generasi muda sebagai penerus generasi tua dapat menghayati, memahami, mengamalkan nilai-nilai atau norma-noram tersebut dengan cara mewariskan segala pengalaman, pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang melatarbelakangi nilai-nilai dan norma-norma.

Sastra memiliki fungsi ganda, yakni menghibur dan sekaligus bermanfaat bagi pembacanya. Sastra menghibur dengan cara menyajikan keindahan, memberikan makna terhadap kehidupan (kematian, kesengsaraan, maupun kegembiraan) dan menjadi sarana untuk menyampaikan pesan tentang kebenaran, tentang apa yang baik dan buruk. Karya sastra dapat dipakai untuk menggambarkan apa yang ditangkap pengarang tentang kehidupan di sekitarnya. Hal tersebut disebabkan karena sastra tidak terlahir dari kekosongan budaya. Sastra terlahir dengan menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Sastra dapat membuat anggota masyarakat menyadari berbagai masalah penting yang terjadi di masyarakat, misalnya, masalah pendidikan.

Dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk menguraikan nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel karena pendidikan karakter saat ini adalah hal yang sangat penting bagi terciptanya kesadaran moral yang

1Masnur Muslich. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional.

(12)

tinggi dan pembenahan budaya dan karakter positif bangsa yang semakin lama semakin rapuh. Novel yang memaparkan masalah kehidupan manusia dengan salah satu tujuan arifnya, yaitu untuk memanusiakan manusia diharapkan dapat menjadi salah satu media yang dapat menjadi pembaca atas persoalan yang ada dan menjadi sarana penanaman pendidikan karakter bangsa secara tidak langsung. Penulis memilih novel sebagai objek penelitian karena novel merupakan jenis sastra fiksi yang menarik dengan sifat menghibur dan imajinatif, membuat pembaca seolah-olah menjadi bagian dalam cerita sehingga pesan yang terkandung di dalam novel dapat tersampaikan tanpa pembaca merasa digurui oleh penulis. Selain itu, novel dapat dijadikan salah satu media atau bahan ajar yang tepat dalam mentransfer sejumlah nilai-nilai kepada siswa. Hal tersebut berkaitan pula dengan pembelajaran sastra Indonesia di sekolah khususnya dalam kegiatan mengapresiasi novel.

Pada penelitian ini, penulis memilih novel karya Enid Blyton yang berjudul Semester Pertama di Malory Towers untuk dibandingkan dengan novel karya Ahmad Fuadi dalam hal pendidikan karakter. Novel Semester Pertama di Malory Towers telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Djokolelono dari judul aslinya yaitu First Term at Malory Towers. Novel ini terdiri dari 6 seri yakni Semester Pertama di Malory Towers (First Term at Malory Towers), Kelas Dua di Malory Towers (Second Form at Malory Towers), Kelas Tiga di Malory Towers (Third Year at Malory Towers), Kelas Empat di Malory Towers (Upper Four at Malory Towers), Kelas Lima di Malory Towers (In the fifth at Malory Towers), Semester Terakhir di Malory Towers (Last Term at Malory Towers). Namun fokus penelitian hanya pada seri satu yaitu Semester Pertama di Malory Towers.

(13)

Penulis memilih kedua novel tersebut karena keduanya bercerita tentang pendidikan di sebuah sekolah asrama (boarding school). Bedanya, pada novel Negeri Lima Menara, siswanya laki-laki, sementara pada novel

Semester Pertama di Malory Towers semua siswanya perempuan

A. Identifikasi Masalah

1. Kondisi moral/akhlak generasi muda yang rusak/hancur.

2. Rusaknya moral bangsa dan menjadi akut (korupsi, asusila, kejahatan, tindakan kriminal pada semua pembangunan).

3. Bergesernya nilai etika dalam kehidupan bermasyarakat.

B. Batasan Masalah

Pembatasan masalah ditujukan agar ruang lingkup penelitian dapat lebih jelas, terarah sehingga tidak mengaburkan penelitian. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah fokus kepada pendidikan karakter yang terdapat pada novel Negeri Lima Menara dan Semester Pertama di Malory Towers.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan masalah yaitu

1. Bagaimana pendidikan karakteryang terdapat pada novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi?

2. Bagaimana pendidikan karakter yang terdapat pada novel Semester Pertama di Malory Towers karya Enid Blyton?

(14)

D. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini ada tiga tujuan yang ingin dicapai yaitu

1. Mendeskripsikan pendidikan karakter yang terdapat pada novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi

2. Mendeskripsikan pendidikan karakter yang terdapat pada novel

Semester Pertama di Malory Towers

3. Mendeskripsikan perbandingan pendidikan karakter pada kedua novel tersebut.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi para pembaca baik bersifat teoretis maupun praktis. Adapun manfaat tersebut adalah

1. Manfaat Teoretis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu sastra.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya penggunaan teori sastra bandingan.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperdalam materi tentang pendidikan karakter yang terdapat pada kedua novel tersebut. 2. Manfaat Praktis

a. Dapat memberikan masukan untuk menentukan novel yang sesuaidenganpembentukankarakter yang diinginkan.

(15)

F. MetodologiPenelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pada penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif pada dasarnya sama dengan metode hermeneutika. Artinya, baik metode hermeutika, kualitatif, dan analisi isi, secara keseluruhan memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikannya dalam bentuk deskripsi. 2

Metode kualitatif memberikan perhatian terhadap data alamiah, data dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya. Landasan berpikir metode kualitatif menurut Moleong dalam Teori, Metode, dan Penelitian Sastra; Nyoman Kutha Ratna adalah paradigma Max Weber, Immanuel Kant, dan Wilhelm Dilthey.3 Objek penelitian bukan gejala sosial sebagai bentuk substansif, melainkan makna-makna yang terkandung di balik tindakan, yang justru mendorong timbulnya gejala sosial tersebut. Dalam hubungan inilah metode kualitatif dianggap persis sama dengan metode pemahaman atau verstehen. Sesuai dengan namanya penelitian kualitatif mempertahankan hakikat nilai-nilai.

Penelitian ini secara intensif meneliti nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat pada novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi dan Semester Pertama di Malory Towers karya Enid Blyton. Hasilnya kemudian dianalisis secara deskriptif. Penelitian yang menggunakan metode deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan dengan tidak mengutamakan pada angka-angka, tetapi menggunakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antarkonsep yang sedang dikaji secara empiris.Pada metode deskriptif ini data diuraikan dalam bentuk kata-kata.

2. Objek Penelitian

2 Nyoman Kutha Ratna. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.

Yogyakarta:Pustaka Pelajar. 2006 .h. 46.

(16)

Objek penelitian adalah unsur-unsur yang bersama-sama dengan sasaran penelitian membentuk data dan konteks data. Objek penelitian ini penting bahkan merupakan jiwa penelitian. Apabila objek penelitian tidak ada, maka tentu saja penelitian tidak pernah ada. Objek dalam penelitian ini adalah novel Negeri Lima Menarakarya Ahmad Fuadicetakanpertama 2009 dan Semester Pertama di Malory Towerskarya Enid Blyton yang diterjemahkanpertama kali kedalambahasa Indonesia padatahun 1984.

3. Data dan Sumber Data a. Data

Data penelitian sastra adalah kata-kata, kalimat, wacana. Data pada penelitian ini adalah data yang berupa kata, kalimat, dan wacana yang terdapat dalam novel Negeri Lima Menara dan Semester Pertama di Malory Towers. Data tersebut kemudian dianalisis struktural kedua karya, kemudian baru diperbandingkan.

b. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini dibedakan menjadi sumber data primer dan sekunder. Data yang diperoleh dari sumber data tersebut adalah sebagai berikut:

1). Sumber data primer

Sumber data primer adalah sumber data utama, sumber asli. Sumber data primer yaitu data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber data oleh penyidik untuk tujuan khusus.

Sumber data primer yang digunakan pada penelitian ini berupa sumber data tertulis yang terdapat pada novel Negeri Lima Menara dan

(17)

Novel Negeri Lima Menara ini diterbitkan untuk pertama kalinya pada tahun 2009 terdiri dari 46 bab dan 405 halaman. Sedangkan novel

Semester Pertama di Malory Towersterdiri dari 22 bab dan 248 halamandantelahditerjemahkansertaditerbitkankedalambahasa

Indonesia pertama kali padatahun 1984.

2). Sumber data sekunder

Sumber data sekunder merupakan data yang kedua. Data sekunder merupakan data pelengkap dalam penelitian ini. Selain itu, data sekunder membantu peneliti dalam menganalisis data primer dalam sebuah penelitian. Data sekunder dapat berupa buku, jurnal, dan artikel yang berhubungan dengan objek penelitian.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pustaka. Penulis mencatat data-data yang diambil dari data primer yang berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian. Penulis mencoba menelaah kata demi kata, kalimat demi kalimat, dan wacana yang terdapat pada novel Negeri Lima Menara dan Semester Pertama di Malory Towers. Adapun langkah-langkahpengumpulan data tersebut yaitu membaca secara cermat kedua novel tersebut, kemudian menganalisisunsurinstrinsiknya, mencatat kalimat yang menggambarkan adanya pendidikan karakter pada kedua novel tersebut, lalu menganalisis nilai-nilai pendidikan karakter yang ada pada kedua novel tersebut. Setelah data dianalisis, lalu ditafsirkan, kemudian yang terakhir baru dinilai.

5. Teknik Analisis Data

(18)

cermat dan teliti tiap kata, kalimat, ataupun paragraf dalam kedua novel tersebut kemudian menandai kata-kata kunci atau gagasan yang berkenaan dengan pendidikan karakter dengan memberi tanda berupa garis bawah.

Tahap kedua penulis melakukan pembacaan hermeneutik. Hermeneutik secara sederhana berarti ilmu tafsir.4Hermeneutik sastra termasuk salah satu pendekatan tafsir sastra yang menggunakan logika linguistik dalam membuat telaah atas sebuah karya sastra. Logika linguistik membuat penjelasan dan pemahaman dengan menggunakan makna kata dan selanjutnya makna bahasa sebagai bahan dasar, serta makna budaya. Hermeneutik sastra bandingan ini dilakukan dengan sangat hati-hati untuk mencermati makna tekstual dan kontekstual. Makna tekstual memerlukan pencermatan secara holistik untuk menangkap hal- hal kontekstual, yaitu makna dibalik teks.

Pada dasarnya medium pesan adalah bahasa. Penafsiran disampaikan lewat bahasa, bukan bahasa itu sendiri. Karya sastra perlu ditafsirkan sebab di satu pihak karya sastra terdiri atas bahasa, di pihak lain, di dalam bahasa sangat banyak makna yang tersembunyi, atau dengan sengaja disembunyikan.5 Jadi pada tahap ini penulis menafsirkan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam sebuah kata atau kalimat.

4

Endraswara, Suwardi. Metodologi Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta:Bukupop. 2011.

h. 124.

5Nyoman Kutha Ratna. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:

(19)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Karakter

1. Pengertian Karakter

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia karakter diartikan sebagai tabiat, perangai, dan sifat-sifat seseorang. “Menurur Hurlock, karakter yaitu keselarasan individu dengan pola-pola kelompok sosial tempat individu itu hidup sebagai hasil dari kontrol hati nurani terhadap tingkah laku individu.”1

Nilai-nilai karakter menurut Kemdiknas (2010) yaitu2

a. Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

b. Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu percaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.

c. Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

d. Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh yang pada berbagai ketentuan dan peraturan.

1 Dharma Kesuma, dkk. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2011. h. 29.

2Agus, Wibowo. Pendidikan Karakter Berbasis Sastra. Yogyakarta:

(20)

e. Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

f. Kreatif adalah berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

g. Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam dalam menyelesaikan tugas-tugas.

h. Demokratis adalah cara berpikir, bersikap, dan bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

i. Rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya ntuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dielajarinya, dilihat, dan didengar.

j. Semangat kebangsaan adalah cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

k. Cinta tanah air adalah cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

l. Menghargai prestasi adalah sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk mengahasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan meakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

(21)

n. Cinta damai adalah sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

o. Gemar membaca adalah kebiasaan menyediakan waktu untuk berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. p. Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu

berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembankan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alamyang sudah terjadi.

q. Peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin member bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

r. Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang ntuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakuakn, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Selain nilai karakter yang di atas, ada lagi nilai karakter sebagai berikut: Ikhlas, sabar, tegar, berbakti kepada orang tua, bersyukur, dan bersungguh-sungguh.

2. Analisis Persamaan dan Perbedaan Karakter, Akhlak, dan Moral

Akhlak berasal dari bahasa Arab yakni khuluqun yang menurut logika diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan

khalaqun yang berarti kejadian serta erat hubungannya dengan khaliq yang berarti pencipta dan makhluk yang berarti diciptakan.3 Secara etimologi akhlak berarti suatu keinginan yang ada di dalam jiwa yang akan dilakukan dengan perbuatan tanpa intervensi akal/pikiran.

3

(22)

Adapun moral berasal dari bahasa Latin yakni „mores‟ kata

jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan4. Moral ialah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia yang baik dan wajar. Dari pengertian di atas dapat dilihat persamaan ketiganya terletak pada fungsi dan peran, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan manusia untuk ditetapkan baik atau buruk. Secara rinci persamaan tersebut terdapat dalam tiga hal :

a. Objek yaitu perbuatan manusia b. Ukuran yaitu baik dan buruk

c. Tujuannya membentuk kepribadian manusia

Adapun perbedaan ketiganya terletak pada:

a. Sumber atau acuan

Moral bersumber dari norma atau adat istiadat. Akhlak bersumber dari wahyu. Karakter bersumber dari penyadaran dan kepribadian.

b. Sifat pemikiran

Moral bersifat empiris. Akhlak merupakan perpaduan antara wahyu dan akal. Sedangkan karakter merupakan perpaduan antara akal, kesadaran, dan kepribadian.

c. Proses munculnya perbuatan

Moral muncul karena pertimbangan suasana. Akhlak muncul secara spontan atau tanpa pertimbangan. Karakter merupakan proses dan bisa mengalami perubahan.

(23)

B. Novel

1. Pengertian Novel

Novel berasal dari kata Latin novellus yang diturunkan pula dari kata

novies yang berarti “baru”. Dikatakan baru karena kalau dibandingkan

dengan jenis-jenis sastra lainnya seperti puisi, drama, dan lain-lain, maka novel ini muncul kemudian. Dalam The American College Dictionary

seperti yang dikutip oleh Henry Guntur Tarigan, novel adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.5

Dalam The Advanced Learner’s Dictionary of Current English, novel adalah suatu cerita dengan suatu alur, cukup panjang mengisi satu buku atau lebih yang menggarap kehidupan pria dan wanita yang bersifat imajinatif.6

Virginia Wolf mengatakan bahwa sebuah roman atau novel ialah terutama sekali sebuah eksplorasi atau suatu kronik penghidupan; merenungkan dan melukiskan dalam bentuk yang tertentu, pengaruh, ikatan, hasil, kehancuran, atau tercapainyan gerak gerik manusia. 7

The novel is fictious-fiction, as we often refer to it. It depicts imaginary characters and situations. A novel may include references to real places, people, and events, but it cannot contain only such references and remain a novel. However, even though its characters and actions are imaginary they are in some senses

‘representative of real life’8

Jadi novel adalah suatu cerita yang bergantung pada tokoh dan menyajikan lebih dari satu impresi, efek, serta emosi.

5 Henry Guntur Tarigan. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. 1993. h. 164.

(24)

Dari jumlah kata, novel biasanya novel mengandung 35000 kata sampai tidak berbatas jumlahnya. Materinyamencakup humor, petualangan, misteri, realism, drama, detektif, kajianpsikologistokoh, dansebagainya.9

Menurut Rahmanto, novel seperti halnya bentuk prosa cerita yang lain, sering memiliki struktur yang kompleks dan biasanya dibangun dari unsur-unsur yang dapat didiskusikan seperti berikut: (a) Latar, (b) Perwatakan, (c) cerita, (d) teknik cerita, (e) bahasa, dan (tema).10

2. Jenis Novel

Berdasarkan strukturnya, novel dapat dibagi sebagai berikut11: a. Novel plot atau novel kejadian yaitu novel yang lebih

mementingkan plot atau struktur cerita. Novel ini menitikberatkan pada perkembangan kejadian yang biasanya penuh ketegangan dan kejutan. Contoh novel ini adalah Surapati oleh Abdul Muis,

Hulubalang Raja oleh Nur Sutan Iskandar, I Swasta Setahun di Bedahulu A. A. Panji Tisna.

b. Novel watak yaitu novel novel yang menekankan unsur karakter atau watak pelakunya. Pengarang ingin menggambarkan sifat-sifat watak seseorang atau beberapa tokoh, sehingga seluruh kejadian atau cerita dalam novel sangat ditentukan oleh watak tokoh-tokohnya. Misalnya novel Atheis dari Achdiat Kartamihardja menggambarkan watak tokoh Hasan yang kurang mendalam pengetahuan dan keyakinan agamanya, sehingga ketika berhadapan dengan orang-orag Atheis seperti Anwar, maka keyakinan agamanya akan goyah. Pengarang menemukan watak tokoh, dan dari sana muncul cerita.

9

Furqonul, Aziz dan Abdul Hasim.MenganalisisFiksiSebuahPengantar.Bogor :Ghalia

Indonesia. 2010. H. 34.

10 B, Rahmanto. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta. Kanisius. 1988. h. 70

(25)

c. Novel tematis yaitu novel yang menekankan pada unsur tema atau persoalan. Karena tema novel begitu banyak maka muncul beberapa kategori novel dari jenis ini misalnya novel politik, novel sosial, dan novel keagamaan.

Berdasarkan pola umumnya novel dibagi atas:

a. Novel detektif yaitu novel yang selalu dimulai dengan pembunuhan, kemudian sang detektif mencari bukti, melacak pembunuh dan akhirnya ditutup dengan ditemukannya si pembunuh yang tak disangkasangka pembaca.

b. Novel kriminal yaitu novel yang hampir mirip dengan novel detektif, hanya saja peranan polisi dan penjahat amat ditekankan, tak ada detektifnya.

c. Novel Romance yaitu novel yang menekankan kisah percintaan antara para remaja, biasanya tokoh-tokohnya tampan dan cantik, muda, kaya, dan penuh dengan kejadian-kejadian cinta yang manis. d. Novel western yaitu novel yang mengisahkan kehidupan para

cowboy di Amerika Serikat.

3. Unsur Instrinsik Novel a. Tema

(26)

Pengkajian Fiksi: Burhan Nurgiyantoro, tema (theme) adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita.12

b. Tokoh

Tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi.13 Tokoh dalam fiksi merupakan ciptaan pengarang, meskipun dapat juga berupa gambaran dari orang-orang yang hidup di alam nyata. Oleh karena itu, dalam sebuah karya sastra tokoh hendaknya dihadirkan secara alamiah. Dalam arti tokoh-tokoh itu memiliki derajat

lifelikenesss (kesepertian).14 Sama halnya dengan manusia yang ada dalam alam nyata, yang bersifat tiga dimensi, maka tokoh dalam suatu fiksi pun hendaknya memiliki dimensi fisiologis, sosiologis, dan psikologis. Dimensi fisiologis meliputi usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, dan sebagainya. Dimensi sosiologis meliputi status sosial, pekerjaan, jabatan, peranan di dalam masyarakat, pendidikan, agama, pandangan hidup, ideologi, aktivitas sosial, organisasi, hobi, bangsa, suku, dan keturunan. Dimensi psikologis meliputi mentalitas, ukuran moral, keinginan dan perasaan pribadi, sikap dan kelakuan juga intelektualitasnya.

Tokoh dalam fiksi biasanya dibedakan menjadi beberapa jenis. Sesuai dengan keterlibatannya dalam cerita dibedakan antara tokoh utama (sentral) dan tokoh tambahan (periferal). Tokoh disebut sebagai tokoh sentral apabila memenuhi tiga syarat yaitu paling terlibat dengan makna atau tema, paling banyak berhubungan dengan tokoh lain, paling banyak memerlukan waktu penceritaan.

12

Burhan Nurgiyantoro. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press. 2005. h. 67.

(27)

c. Alur (Plot)

Menurut Sayuti dalam Wiyatmi, alur adalah rangkaian peristiwa yang disususun berdasarkan hubungan kausalitas.15 Rangkaian peristiwa itu merupakan susunan yang membentuk suatu kesatuan yang utuh. Keutuhan itu juga menyangkut logis atau tidaknya peristiwa. Peristiwa yang, yang tidak disusun berdasarkan hukumkausalitas tidak dapat disebut alur, tetapi disebut cerita atau story. Secara garis besar alur dibagi ke dalam tiga hubungan kausalitas yaitu awal, tengah, dan akhir.

Plot dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Sesuai dengan penyusunan peristiwa atau bagian-bagiannya, dikenal plot kronologis atau plot progresif, dan plot regresif atau flashback atau sorot balik. Dalam plot progresif peristiwa disusun: awal-tengah-akhir, sementara pada plot regresif alur disusun sebaliknya, misalnya: tengah-awal-akhir, atau akhir-awal-tengah. Dilihat dari akhir cerita dikenal plot terbuka dan plot tertutup. Plot disebut tertutup ketika sebuah cerita memiliki akhir (penyelesaian) yang jelas.

d. Latar

Menurut Abrams, latar atau setting disebut juga sebagai landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakannya.16 Dengan demikian, yang membangun suatu latar cerita adalah segala keterangan, petunjuk, pengacauan yang berkaitan dengan ruang, waktu, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra. Latar dapat dipisahkan sebagai berikut:

15. Mochtar, Lubis. Teknik Mengarang. Jakarta:Balai Pustaka. 1960.h. 36.

16 Burhan Nurgiyantoro. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:Gadjah Mada University

(28)

1) Latar tempat

Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi17.

2) Latar waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.Masalah kapan tersebut biasanya dihubungkan dengan masalah faktua, waktu yang ada kaitannya, atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah.Pengetahuan dan persepsi pembaca terhadap waktu sejarah itu kemudian dipergunakan untuk mencoba masuk ke dalam suasana cerita.Pembaca berusaha memahami dan menikmati cerita berdasarkan acuan waktu yang diketahuinya yang berasal dari luar cerita yang bersangkutan.Adanya persamaan perkembangan dan atau kesejalanan waktu tersebut juga dimanfaatkan untuk mengesani pembaca seolah-olah cerita itu sebagai sungguh-sungguh ada dan terjadi.

Menurut Genett, masalah waktu dalam karya naratif, dapat bermakna ganda, di satu pihak menyaran pada waktu penceritaan, waktu penulisan cerita, dan dipihak lain menunjuk pada waktu dan urutan waktu yang terjadi dan dikisahkan dalam cerita18.

3) Latar sosial

Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan

17

(29)

bersikap. Latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan misalnya rendah, menengah, atau atas.

e. Amanat

Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra ; pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar. Di dalam karya sastra modern amanat ini biasanya tersirat; di dalam karya sastra lama pada umumnya amanat tersurat19.

f. Sudut Pandang

Sudut pandang atau point of view adalah cara pengarang memandang cerita. Sudut pandang mengandung arti hubungan di antara tempat pencerita berdiri dengan ceritanya. Hubungan antara pengarang dan cerita ada dua macam, yaitu hubungan pencerita

“diaan” dengan ceritanya dan hubungan pencerita äkuan” dengan

ceritanya.

Sudut pandang dibedakan menjadi sudut pandang orang pertama dan orang ketiga. Masing-masing sudut pandang tersebut kemudian dibedakan lagi menjadi20:

1) Sudut pandang first person central atau akuan sertaan;

2) Sudut pandang first person peripheral atau akuan taksertaan; 3) Sudut pandang third person omniscient atau diaan maha-tahu; 4) Sudut pandang third person limited atau diaan terbatas.

Pada sudut pandang first person central atau akuan sertaan, cerita disampaikan oleh tokoh utama, karena cerita dilihat dari sudut pandangnya, maka dia memakai kata ganti aku. Sementara itu, penggunaan sudut pandang akuan tak sertaan terjadi ketika

(30)

pencerita adalah tokoh pembantu yang hanya muncul di awal dan di akhir cerita.

Sementara itu, pada sudut pandang diaan maha tahu, pencerita berada di luar cerita dan menjadi pengamat yang mengetahui banyak hal tentang tokoh-tokoh lain. Hal ini berbeda dengan diaan terbatas, karena hanya tahu dan menceritakan tokoh yang menjadi tumpuan cerita saja. Penggunaan sudut pandang ini amat jarang ditemui karena dengan detail tokoh yang terbatas, cerita menjadi tidak hidup.

C. Kajian Bandingan

Sastra bandingan merupakan kajian sastra di luar batas sebuah negara dan tentang hubungan di antara sastra dengan bidang ilmu serta kepercayaan lain. 21 Patokan sastra bandingan seyogianya menitikberatkan pada dua hal. Pertama, bahasa dan konteks budaya yang dipergunakan. Kedua, asal usul kewarganegaraan negara pengarang yang dominan tinggal di mana.

Metode sastra bandingan tidak jauh berbeda dengan metode kritik sastra, yang objeknya lebih dari satu karya. Penekanan sastra bandingan adalah pada aspek kesejarahan teks. Menurut Yapar dalam bukuMetodologi Penelitian yang ditulisSuwardi Andaswara sastra bandingan bersifat positifistik.22 Kajiannya bercorak binari (duaan) dan bertumpu pada rapports defaitsartinya perhubungan faktual antara dua buah teks yang diteliti secara pasti. Kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis, menafsirkan, dan menilai. Karena objeknya lebih dari satu, setiap objek harus ditelaah, barulah hasil tersebut diperbandingkan.

Sementara itu, menurut Sapardi Djoko Darmono dalam bukunya yang berjudul Pegangan Penelitian Sastra Bandingan penelitian yang

21Suwardi, Endaswara. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta:Center for Academic

Publishing Service. 2013. h. 136.

(31)

membicarakan dua karya terjemahan dapat dibandingkan tetapi hanya membicarakan masalah tema dan sama sekali tidak bersangkut-paut dengan stilistika.23Dengan menggunakan terjemahan, seharusnya masih bisa membanding-bandingkan kecendrungan tematik yang ada dalam karya-karya yang dibandingkan. Pada novel Negeri Lima Menara dan Semester Pertama di Malory Towers, tema yang dibandingkan adalah pendidikan karakter dalam kedua novel tersebut.

1. Perbandingan Berdasarkan Paradigma Pendidikan Karakter

Secara sederhana paradigma dapat diartikan sebagai kacamata atau alat pandang. Sedangkan secara akademis menurut Fakih seperti yang dikutip oleh Bagus Mustakim dalam bukunya yang berjudul

Pendidikan Karakter Membangun Delapan Karakter Emas Menuju Indonesia Bermartabat menjelaskan bahwa paradigma merupakan konstelasi teori, pendekatan, serta prosedur yang dipergunakan oleh suatu nilai dan tema pemikiran. 24Konstelasi ini dikembangkan dalam rangka memahami kondisi sejarah dan sosial untuk memberikan kerangka konsepsi dalam memberi makna terhadap realitas. . Paradigma menjadi tempat berpijak dalam melihat suatu realitas.Kekuatan paradigma terletak pada kemampuannya membentuk realitas yang dilihat, menemukan masalah, serta menyelesaikan masalah itu.

Pendidikan karakter yang dipraktikkan dalam sejarah umat manusia memiliki teori, pendekatan, serta prosedur khusus, yang menghasilkan pola pendidikan yang berbeda-beda. Paradigma itu digunakan untuk mengkonstruksi suatu praktik pendidikan yang pada

23

Sapardi,DjokoDamono. PeganganPenelitianSastraBandingan. Jakarta: PusatBahasa.

2005. h. 12

24

Bagus, Mustakim. Pendidikan Karakter Membangun Delapan Karakter Emas Menuju

(32)

akhirnya melahirkan realitas yang berbeda-beda sesuai karakter yang ingin dibangun.

Berdasarkan karakter tersebut maka pendidikan karakter digolongkan kepada paradigma berikut:

a. Paradigma fundamentalis

Fundamentalis menurut KBBI adalah paham yang cenderung untuk memperjuangkan sesuatu secara radikal.25Sementara menurut Bagus Mustakim dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Karakter Membangun Delapan Karakter Emas Menuju Indonesia Bermartabat menjelaskan bahwa paradigma fundamentalis dibangun oleh tradisi agama26. Paradigma ini mendasar proses pendidikan karakter pada kebenaran yang diwahyukan Tuhan. Karakter yang dibangun adalah karakter manusia yang patuh dan taat kepada nilai-nilai kebaikan yang mutlak dalam tradisi keagaamaan.

Paradigma fundamentalis membimbing peserta sekolah ke arah kepatuhan terhadap Tuhan, melestarikan tradisi-tradisi yang bersumber dari wahyu Tuhan, sekaligus menciptakan generasi-generasi baru penyampai wahyu Tuhan. Sekolah melakukan misi itu dengan jalan memberikan pengetahuan-pengetahuan tentang Tuhan, tatacara peribadatan kepada Tuhan, serta hidup berdasarkan aturan dan keinginan Tuhan.

Sekolah berparadigma fundamentalis mengembangkan proses pembelajarannya secara dogmatis dan doktriner. Paradigma ini menekankan peran sentral pelatihan rohaniah sebagai landasan pembangunan karakter yang tepat. Guru ditempatkan sebagai pusat belajar dan dianggap sebagai pihak yang paling mengetahui

25

Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-4. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama. 2008.

26

(33)

kehendak Tuhan. Siswa diharuskan menerima seluruh kebenaran yang disampaikan guru dengan penuh keyakinan.

b. Paradigma konservatif

Konservatif menurut KBBI adalah paham politik yang ingin mempertahankan tradisi dan stabilitas sosial, melestarikan pranata yang sudah ada, menghendaki perkembangan setapak semi setapak, serta menantang perubahan yang radikal.27Sementara menurut Bagus Mustakim dalam bukunya yang berjudul

Pendidikan Karakter Membangun Delapan Karakter Emas Menuju Indonesia Bermartabat menjelaskan bahwa konservatif pada dasarnya adalah posisi yang mendukung ketaatan terhadap lembaga-lembaga dan proses-proses budaya yang sudah teruji oleh waktu.28 Liberalisme Eropa yang dibangun di atas humanism dan modernisme mewarisi sifat-sifat konservatif ini. Lembaga dan proses budaya yang dijadikan orientasi dalam liberalisme bukanlah wahyu sebagaimana dalam paradigma fundamentalis, melainkan konstruksi sosial dan budaya modern yang terbentuk oleh modernism Barat.

Budaya modern dibangun di atas humanism dan rasionalisme modern yang memposisikan manusia sebagai pusat realitas.Manusia dipandang sebagai makhluk yang memiliki bakat, kapasitas, dan potensi manusia, sebagai landasan pembangunan karakter yang tepat. Dalam pandangan modernis Barat, budaya modern ini dinilai sebagai budaya unggul dan dominan di antara kebudayaan-kebudayaan yang lain.

Tugas guru, dalam pembelajaran konservatif, bertindak sebagai pembimbing. Guru membimbing siswa agar dapat

27

Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-4. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama. 2008.

28

(34)

memperoleh informasi dan pengalaman belajar sebanyak-banyaknya. Melalui informasi dan pengalaman inilah siswa bisa mengenal dan memperoleh beragam nilai tentang modernism. Tujuannya adalah agar nilai-nilai itu dapat digunakan oleh peserta didik dalam proses adaptasi dengan pola social dan tradisi modern. Keberhasilan pendidikan dalam paradigma ini diukur dari keberhasilan peserta didik dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.

c. Paradigma kritis

Paradigma kritis dibangun di atas pandangan yang menganggap realitas sebagai sesuatu yang pluralistic.Paradigma kritis menilai bahwa pola sosial dan tradisi yang dibangun di atas modernisasi tidak bisa dijadikan sebagai ukuran universal bagi semua realitas.Pola sosial dan tradisi yang sudah mapan perlu dievaluasi secara kritis.Bagi paradigm kritis sekolah diarahkan agar berperan aktif dalam menciptakan suatu perubahan.

Peran sentral sekolah, memang sama seperti dalam paradigm konservatif yakni, sebagai latihan intelktual. Akan tetapi arah latihannya berbeda. Paradigma konservatif membangun intelektualitas dalam rangka proses adaptasi terhadap nilai-nilai yang sudah mapan, sementara paradigma kritis mengarah pada peran aktif untuk ikut serta mengkritisi dominasi pola sosial dan tradisi modern menuju perubahan yang lebih adil.

(35)

D. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan memuat penelitian-penelitian yang terdahulu relevan dengan topik penelitian. Penelitian-penelitian tersebut diuraikan sebagai berikut: Analisis pada novel Negeri Lima Menara telah dilakukan di antaranya oleh Nur Kholis Hidayah yang berjudl Nilai-nilai Moral dalam novel Negeri Lima Menara Karya Ahmad Fuadi.29Hasil penelitiannya adalah nilai moral ketuhanan dalam novel Negeri Lima Menara karya A. Fuadimeliputi nilai moral ketuhanan positif dan nilai moral ketuhanan negatif.Segalatindakan yang didasarkan atas ibadah kepada Allah merupakan nilai positif.Adapun tindakan yang didasarkan atas sesuatu selain Allah, termasuk di dalamnyaperilaku atas kehendak sendiri, merupakan nilai moral ketuhanan negatif.Nilai moral ketuhanan positif meliputi (1) ikhlas, (2) tawakkal, dan (3)takwa kepada Allah.Perilaku ikhlas ditunjukkan dengan perilaku tanpamengharap imbalan apapun kecuali mengharap ridho dari Allah. Sikap ikhlas paratokoh dalam novel Negeri Lima Menara merupakan implementasi dari perintahAllah dalam surat (Al-Dzariyat :56). Keyakinan bahwa manusia diciptakan hanyauntuk mengabdi kepada Allah, menjadikan para ustad di PM ikhlas menjadi khalis(mengajar hanya karena ibadah kepada Allah) tanpa mengharap imbalan gajisedikitpun.Nilai moral ketuhanan negatif meliputi (1) shalat karena takut kepadapetugas keamanan, (2) tergesa-gesa dalam berdoa, dan (3) berdoa untukmelunakkan hati seseorang.Shalat yang dikerjakan bukan karena Allah termasuknilai moral negatif.Perilaku tersebut tercermin melalui tokoh Aku (Alif) yangmengerjakan shalat karena takut dengan petugas keamanan bernama Tyson, tidakdidasarkan pada kewajiban ibadah kepada Allah.

Sudjadi dalam analisisnya Nilai-nilai Karakter dalam Novel Negeri Lima Menara,30 hasil penelitiannya menunjukkanbahwa dalam novel Negeri 5 Menarakarya A. Fuadi terdapat nilai-nilaikarakter seperti: Nilai karakter

29

Hidayah, Nur Kholis. Nilai-nilai Moral dalam Novel Karya Ahmad Fuadi. Skripsi pada

Universitas Negeri Malang

30Sudjadi .Nilai Karakter dalam Novel Negeri Lima Menara.Skripsi pada program studi

(36)

cintaTuhan/religius, nilai karakterdisiplin, nilai karakter disiplin, nilaikarakter kerja keras, dan nilaikarakter tanggung jawab.Nilai karakter religius yangterdapat dalam novel Negeri 5Menara karya A. Fuadi tercermindalam sikap atau pola pikir seringmenggunakan ungkapan Islamis;rajin beribadah; sikap dan perkataandilandasi nilai keagamaan atauIslami; taat dan patuh kepada orangtua; melakukan kegiatan yangdidasari semangat ridho Tuhan; sertaikhlas melaksanakan ibadah, tugasdan pekerjaanNilai Karakter Disiplin yangterkandung dalam novel Negeri 5Menara karya A. Fuadi tercermindalam sikap dan pola pikir: taat padatatatertib; sangat menghargai waktu;taat kepada berbagai ketentuan yangberlaku; tertib dalam menjalankanibadah; konsisten dalam menjalankantugas. Cerminan sikap ini dilukiskandalam novel Negeri 5 Menara karyaA. Fuadi.Nilai karakter mandiri yangterkandung dalam novel

Negeri 5Menara karya A. Fuadi tercermin novel Negeri 5 Menara karya A.FuadiMaya Martha Eka Putri (2010) mahasiswa Universitas Andalas dalam skripsinya yang berjudul Amanat dalam Novel Negeri Lima Menara Karya Ahmad Fuadi (Tinjauan Struktural).31Simpulan amanat dari hasil penelitian siapa yang bersunggguh-sungguh pasti sukses.Sementara itu, untuk novel Semester Pertama di Malory Towers belum ada penelitian tentang novel tersebut.

Persamaan penelitian ini dari beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya adalah pengkajian dilakukan pada nilai-nilai yang terdapat pada novel tersebut khusunya nilai karakter.Adapun perbedaan pada penelitian ini adalah nilai karakter yang ditemukan pada novel Negeri Lima Menara tersebut kemudian dibandingkan dengan novel Semester Pertama di Malory Towers.

31Putri, Martha Eka. Amanant dalam Novel Negeri Lima Menara Karya Ahmad Fuadi (Tinjauan

(37)

27

BLYTON

A. Biografi Ahmad Fuadi

Ahmad Fuadi lahir di Bayur, kampung kecil di pinggir Danau Maninjau tahun 1972, tidak jauh dari kampung Buya Hamka. Fuadi merantau ke Jawa mematuhi permintaan Ibunya untuk masuk sekolah agama. Di Pondok Modern Gontor dia bertemu dengan kiai dan ustad yang diberkahi keikhlasan mengajarkan ilmu hidup

dan ilmu akhirat. Gontor pula yang mengajarkan kepadanya “mantra” sederhana

yang sangat kuat, man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses. Lulus kuliah Hubungan Internasional UNPAD, dia menjadi wartawan majalah Tempo. Kelas jurnalistik pertamanya dijalani dalam tugas-tugas reportase di bawah bimbingan para wartawan senior Tempo. Tahun 1999, dia mendapat beasiswa Fulbright untuk kuliah S-2 di School of Media anad Public Affairs, George Washington University, USA. Merantau ke Washington DC bersama Yayi, istrinya –yang juga wartawan Tempo- adalah mimpi masa kecilnya yang menjadi kenyataan. Sambil kuliah, mereka menjadi koresponden Tempo dan wartawan Voice of America (VOA).1

Tahun 2004 Ahmad Fuadi mendapatkan beasiswa Chevening Award untuk belajar di Royal Holloway, University of London untuk bidang film dokumenter. Seorang scholarship hunter, Fuadi selalu bersemangat melanjutkan sekolah dengan mencari beasiswa. Sampai sekarang, Fuadi telah mendapatkan 9 beasiswa untuk belajar di luar negeri. Dia telah mendapat kesempatan tinggal dan belajar di Kanada, Singapura, Amerika Serikat, Inggris, dan Italia. Penyuka fotografi ini

1“Biografi Ahmad Fuadi” http://negeri5menara.com/penulis/ diunduh pada tanggal 8

(38)

pernah menjadi Dirktur Komunikasi The Nature Conservancy, sebuah NGO konservasi internasional.

Novel perdananya –Negeri 5 Menara- telah mendapatkan beberapa penghargaan, antara lain Nominasi Khatulistiwa Award 2010, Penulis & Buku Fiksi Terfavorit versi Anugerah Pembaca Indonesia, Buku Fiksi & Penulis Fiksi Terbaik 2011 dari Perpustakaan Nasional. Negeri 5 Menara juga telah diadaptasi ke layar lebar dengan judul yang sama, dan menjadi salah satu film terlaris tahun 2012. Selain Negeri Lima Menara, novel Ahmad Fuadi yang lainnya yaitu Ranah Tiga Warna (2011), dan Rantau Satu Muara (2013) yang merupakan lanjutan dari novel sebelumnya, Negeri Lima Menara.

Ahmad Fuadi kini sibuk menulis, jadi pembicara dan motivator, serta membangun yayasan sosial untuk membantu pendidikan orang yang tidak mampu

–Komunitas Menara.

B. Biografi Enid Blyton

Enid Blyton (lahir 11 Agustus1897 – meninggal 28 November1968) adalah seorang penulis buku cerita anak berkebangsaan Inggris yang populer yang juga dikenal sebagai Mary Pollock. Ia adalah salah satu penulis buku cerita anak yang paling terkenal pada generasinya. Ia seorang penulis produktif yang telah menghasilkan lebih dari 400 buku selama hidupnya. Ia telah menjual lebih dari 600 juta kopi bukunya. Dia lahir pada akhir tahun 1890an dan dibesarkan di Buckingham. Ayahnya berharap ia menjadi seorang pianis, tetapi ia lebih memilih untuk menjadi penulis buku anak-anak.

Pada tahun 1924, Enid Blyton menikah dengan suami pertamanya H.A. Pollock dan memiliki 2 orang anak. Pada tahun 1943, ia menikah dengan suaminya yang kedua yang bernama Kenneth Waters.

(39)

C. Sinopsis Novel Negeri Lima Menara

Novel Negeri Lima Menara berkisah tentang enam orang sahabat yang bersekolah di Pondok Madani (PM), Ponorogo, Jawa Timur. Mereka dengan sungguh-sungguh akhirnya berhasil meraih mimpinya yang awalnya dinilai terlalu tinggi. Mereka adalah Alif Fikri Chaniago, Raja Lubis, Said Jufri, Dulmajid, Atang, dan Baso Salahuddin.

Alif adalah seorang anak dari sebuah kampung yaitu Desa Bayur yang terletak di dekat Danau Maninjau, Sumatera Barat. Alif baru saja lulus dari SMP dan ia ingin melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri dan kemudian ke ITB Bandung untuk mewujudkan impiannya menjadi seorang pakar dan ahli iptek.

Ia tak ingin seumur hidupnya tinggal di kampung dan mempunyai cita-cita untuk merantau. Ia ingin melihat dunia luar dan ingin sukses seperti sejumlah tokoh yang ia baca di buku atau mendengar cerita temannya di desa. Tapi orang tuanya menginginkan Alif mendalami ilmu agama dan menjadi seseorang yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Melalui Amak (ibunya), Alif diminta untuk meneruskan pendidikan ke pesantren yaitu Pondok Madani di sudut Kota Ponorogo, Jawa Timur.

Keinginan itu juga merupakan keinginan ayahnya, yang diperkuat oleh

pernyataan dari “Mak Etek” atau paman yang sedang kuliah di Kairo.

Keluarga mengharapkan Alif bisa bermanfaat bagi masyarakat seperti Bung Hatta dan Buya Hamka. Namun Alif sendiri ingin menjadi seseorang yang menguasai teknologi tinggi seperti B.J. Habibie.

Dengan setengah hati, akhirnya berangkat juga Alif ke Pondok Pesantren atas saran dari keluarganya. Dia bersama ayahnya naik bus tiga hari tiga malam melintasi Sumatera dan Jawa menuju sebuah pesantren yang bernama Gontor.

(40)

pertama di Pondok Madani ini. Seiring berjalannya waktu Alif mulai bersahabat dengan teman sekamarnya, Baso dari Gowa, Atang dari Bandung, Raja dari Medan, Said dari Surabaya, dan Dulmajid dari Madura.

Keenam anak yang menuntut ilmu di Pondok Madani Gontor ini setiap sore mempunyai kebiasaan unik yaitu menjelang azan magrib berkumpul di bawah menara masjid sambil melihat ke awan. Ketika membayangkan awan itulah mereka melambungkan impiannya. Misalnya Alif membayangkan awan itu berbentuk seperti benua Amerika, sebuah negara yang ingin dikunjunginya setelah lulus nanti. Begitu pula yang lainnya membayangkan awan itu seperti negara Arab Saudi, Mesir dan Benua Eropa.

Berawal dari kebiasaannya berkumpul di bawah menara masjid tadi, mereka berenam pun menamakan diri Sahirul Menara, artinya pemilik menara.

Di Pondok Madani itu ada ungkapan luar biasa yang selalu diingat oleh Alif. Ungkapan itu disampaikan oleh salah seorang guru bernama Ustad Salman

yaitu “Man jadda wa jada” yang artinya siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. Ungkapan tersebut sangat bermakna bagi enam sahabat ini. Kemudian mereka mulai memiliki impian dan bertekad untuk meraihnya.

Di Pondok Pesantren mereka dididik sangat ketat. Mulai dari keharusan berbicara menggunakan bahasa Arab atau Inggris dan akan dihukum jika menggunakan bahasa Indonesia.

Mereka juga dilatih dengan disiplin yang sangat ketat. Semua siswa harus tepat waktu dalam segala aktivitas. Kalau terlambat beberapa menit saja langsung mendapatkan hukuman. Dari proses belajar dan ungkapan dari Pondok Madani itulah keenam sahabat itu jadi memiliki cita-cita besar.

(41)

Tapi sayang, salah seorang dari sahabat tersebut yaitu Baso harus keluar dari pesantren. Ia meninggalkan Pondok Madani untuk menjaga neneknya dan berusaha menghafal Alquran di kampungnya.

Waktu terus berjalan, Sahibul Menara yang lain terus melanjutkan pendidikan di Pondok Madani. Hari ke hari terasa makin indah bagi mereka. Makin banyak manfaat yang mereka peroleh, baik dari persahabatan mereka, mau pun dari sistem pendidikan yang sangat baik. Hingga akhirnya mereka bisa meraih mimpi yang selama ini hanya bayangan.Mereka membuktikan bahwa mereka bisa menaklukkan dunia. Mereka kemudian bernostalgia dan membuktikan impian mereka ketika melihat awan di bawah menara masjid Pondok Pesantren Madani, Jawa Timur. Ternyata bagi mereka, menempuh pendidikan di pesantren mempunyai makna indah yang tak ternilai. Alif yang tadinya beranggapan pesantren itu kampungan dan kuno, ternyata salah besar. Pendidikan di pesantren sangat menjunjung tinggi disiplin sehingga mencetak generasi yang bertanggung jawab dan mempunyai komitmen.

Apalagi di pesantren, jiwa dan gelora muda para santri disulut dan dibakar oleh para ustad agar tidak gampang menyerah. Secara rutin, setiap pagi didengungkan kata-kata sakti “Man jadda wa jada”. Alif menjadi bersyukur dan berterima kasih kepada Amaknya yang telah menyuruhnya melanjutkan sekolah di pesantren.

D. Sinopsis Novel Semester Pertama di Malory Towers

(42)

Sekolah Malory Towers terletak di tepi pantai, di mana tenis dan renang merupakan kegiatan utamanya. Darrell berangkat ke sekolah ini diantar oleh ibunya dengan naik kereta api. Di dalam kereta api Darrell mendapat teman yang bernama Alicia yang nakal tapi cerdas dan gemar melakukan berbagai muslihat untuk menjebak guru-gurunya.

Di Malory Towers itu juga terdapat seorang anak yang manja, suka membual, dan berhati keji yang bernama Gwendoline. Gwendoline belum pernah sekolah. Sebelumnya ia belajar di rumah dengan guru pribadinya yang bernama Nona Winter. Oleh karena itu, Gwendoline sangat susah beradaptasi di Malory Towers. Ia tidak punya sahabat dekat kaena sifatnya yang buruk.

Hari pertama masuk sekolah, Darrell bersama teman-temanya berkenalan dengan guru-gurunya. Setelah satu minggu Darrell dan teman-temannya sudah dapat menyesuaikan diri di sekolahnya. Setelah beberapa minggu di sana semua anak sudah saling kenal bahkan seperti keluarga sendiri. Mereka selalu berkumpul bersama untuk berbincang-bincang tetapi setiap kali mereka berbincang-bincang pasti Alicia selalu membuat lelucon.

Suatu hari Darrell tak bisa menguasai diri karena Gwendoline menubruk Mary-Lou dan Mary-Lou terjatuh kedalam kolam renang. Tidak hanya itu, Gwendoline juga membenamkan Mary-Lou kuat-kuat ke dalam air. Semua teman-teman Darrell heran karena Darrell yang tenang itu bisa marah. Setelah pertengkaran itu, akhirnya Darrell dan Gwendoline saling meminta maaf. Karena takut, setiap hari Mary-Lou selalu mengikuti Darrell.

Akibat terlalu lalu lama menyelam Alicia menjadi tuli untuk beberapa waktu. Alicia mendapat masalah baru yaitu tidak dapat mendengar.

(43)

di kaki Gwendoline dan Gwendoline sangat ketakutan. Dalam satu minggu tersebut yang paling sedih adalah Mary-Lou karena ia selalu mendapatkan masalah akibat ulah Gwendoline.

Tibalah waktu untuk menerima rapor tengah semester. Anak-anak sangat senang karena bisa bertemu dengan orang tua mereka. Saat tingkatan rapor dibacakan Darrell sangat kecewa karena Darrell berada diurutan kesepuluh dari bawah.

Semua anak bahagia, kecuali Mary-Lou yang sedih karena orang tuanya tidak bisa datang. Tetapi teman-teman Mary-Lou tidak mau ada temannya yang sedih, maka Mary-Lou diajak bergabung dengan keluarga mereka.

Suatu hari Darrell bertengkar dengan Sally, Darrell mendorong Sally sampai–sampai Sally masuk rumah sakit. Saat mendengar Sally masuk rumah sakit Darrell menjadi lemas. Gara-gara dia Sally masuk rumah sakit. Darrel terkejut senang saat melihat ayahnya menjenguknya. Tapi perasaan itu tiba-tiba hilang saat ia mengingat apa yang telah dilakukannya pada Sally. Melihat Darrell yang tiba-tiba sedih ayahnya curiga kenapa anaknya tiba-tiba sedih. Darrell tidak mau menjawab, akhirnya beberapa saat kemudian Darrell mau mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Ia menceritakan kepada ayahnya kalau ia telah mendorong Sally sampai-sampai Sally masuk rumah sakit. Lalu ayah Darrell tersenyum karena Sally masuk rumah sakit bukan karena didorong oleh Darrell, tetapi karena Sally sakit usus buntu. Darrell pun merasa lega.

Sally dan Darrel sepakat membuat rencana untuk Mary-Lou agar ia tidak penakut lagi. Darrel akan berpura-pura tenggelam di kolam renang dan ia akan meminta Mary-Lou untuk melempar ban penyelamat. Tapi yang terjadi sungguh di luar dugaan. Mary-Lou tidak melempar ban itu, tetapi ia langsung berenang menyelamatkan Darrel. Ini membuktikan bahwa sebenarnya Mary-Lou anak yang pemberani.

(44)

percaya Darrel yang melakukan itu, tetapi tidak dengan Sally Hope dan Mary-Lou. Mary-Lou lalu mencari bukti dan menemukan bahwa Gwendoline lah yang telah merusak pulpennya, bukan Darrel. Gwendoline akhir harus mengganti pulpen Mary-Lou. Ia pun dibenci teman-temannya.

Semester pertama pun hampir berakhir. Darrel merasa cukup puas dengan hasil yang diperolehnya. Gwendoline yang belajar keras selama tiga minggu terakhir menampakkan perubahan pada nilai-nilainya. Hari libur pun tiba, semua siswa Malory Towers kembali ke rumahnya masing-masing.

E. Unsur Instrinsik Novel Negeri Lima Menara

1. Tema

Tema yang disampaikan pengarang melalui novel Negeri Lima Menara adalah perjuangan seorang anak dalam mencapai cita-cita melalui sebuah mantra man jadda wa jadasebagaimana kutipan berikut.

(45)

2. Tokoh

a. Tokoh sentral 1) Alif

Alif adalah seorang remaja laki-laki yang baru menamatkan sekolahnya di MTs. Ia adalah lelaki yang penurut sebagaimana kutipan berikut : “Selama ini aku anak penurut”.2 Ia menurut saja pada saat ibunya memintanya bersekolah di madrasah tsanawiyah. Akan tetapi, Alif memberontak ketika Amak memintanya untuk kembali melanjutkaan sekolah di madrasah yaitu madrasah aliyah. Kali ini, Alif memberontak karena tidak sesuai dengan keinginannya untuk melanjutkan ke SMA. Namun pada akhirnya Alif menuruti kehendak ibunya untuk masuk sekolah agama. Ia memilih Pondok Madani sebagai tempatnya menuntut ilmu. Alif juga merupakan sosok yang memiliki sifat ragu-ragu. Walaupun ia sendiri yang memilih untuk melanjutkah sekolah di Pondok Madani tetapi ia sendiri tidak yakin dengan keputusannya itu. Berikut kutipannya:

“Bahkan sesungguhnya aku sendiri belum yakin betul dengan keputusan ini.” 3 Selain penurut dan ragu-ragu Alif merupakan anak yang teliti. Hal

ini digambarkan sebagaimana kutipan berikut :“Sejenak, aku cek lagi kalau semuanya telah rapi dan licin, tidak ada gombak dan kusut” 4

2) Dulmajid

Dulmajid merupakan lelaki yang mandiri. Ketika santri lain di antar orang tuanya ke Pondok Madani, Dulmajid justru berangkat sendiri.“Tentu

saja saya datang sendiri.” 5 Begitu kata Dulmajid saat Alif menanyakan dengan siapa ia datang. Dulmajid juga merupakan anak yang mempunyai semangat belajar yang tinggi. Hal itu pun diakui tokoh Aku sebagaiamana

kutipan berikut: “Animo belajarnya memang maut. ” 6 Tokoh Aku juga mengakui Dulmajid sebagai orang yang jujur keras dan setia kawan. “Aku

(46)

menyadari dia orang paling jujur, paling keras, tapi juga paling setia

kawan yang aku kenal.” 7

3) Raja

Raja adalah seorang lelaki yang percaya diri seperti kutipan

berikut: “Raja Lubis yang duduk di meja paling depan maju dengan penuh

percaya diri.” 8Ia juga merupakan lelaki yang ekspresif “…tampak mengayun-ayunkan tinjunya diudara sambil berteriak “Allahu Akbar!” 9Selain percaya diri dan ekspresif, Raja juga merupakan seorang lelaki

yang pantang menyerah seperti kutipan berikut: “Jangan. Kita coba dulu.

Aku saja yang maju duluan,”10

4) Atang

Atang, ia merupakan seseorang yang suka menepati janji sebagaimana kutipan berikut: “Sesuai janji, Atang yang membayari ongkos.”11 Ia juga memiliki merupakan anak yang baik seperti digambarkan tokoh Aku

dalam kutipan berikut: “Aku bersyukur sekali mempunyai teman-teman

yang baik dan tersebar dibeberapa kota seperti Atang dan Said.”12

5) Said

Said adalah seorang anak yang berperawakan dewasa dan juga memiliki cara berfikir yang dewasa. Ia suka memberi motivasi dan merupakan teman yang baik seperti diungkapkan tokoh Aku dalam kutipan berikut:“…senyum dan cerita yang mengobarkan semangat” 13

7 Ibid.,

8 Ibid,. h. 44.

9 Ibid,. h. 108.

10

Ibid,. h. 124. 11 Ibid,. h. 221.

12 Ibid., h. 226.

(47)

Karena cara berpikirnya yang dewasa itu, tanpa disadari Said menjadi pemimpin informal Sahibul Menara. Dia kerap jadi tempat bertanya bagi teman-temannya.Ia selalu memandang sesuatu dengan positif.

6) Baso

Baso adalah santri yang disiplin. Ia selalu menyediakan waktu untuk membaca. Ia juga anak yang rajin. Baso selalu bersungguh-sungguh membaca buku pelajaran dan juga Alquran. Sebagaimana terdapat pada

kutipan berikut: “Hampir setiap waktu kami melihat Baso membaca buku

pelajaran dan Al-Quran dengan sungguh-sungguh”.14 Bagi Baso, tiada hari tanpa buku. Oleh karena itu, ia sering menjadi tempat bertanya bagi teman-temannya yang kesulitan dalam pelajaran.

b. Tokoh periferal 1) Amak

Amak adalah seorang wanita separuh baya yang ramah, rela berkorban, peduli akan umat Islam, dan seorang ibu yang konsisten terhadap keputusannya.

Tokoh Amak di sini digambarkan selalu tersenyum kepada siapa saja. Ini menunjukkan bahwa ia sosok yang ramah. Amak dengan semangat rela berkorbannya menjadi guru sukarela yang hanya dibayar dengan beras selama 7 tahun. Ia juga seseorang yang peduli pada umat Islam. Amak melarang Alif untuk masuk SMA dan menyarankannya masuk madrasah agar kelak lahir ulama-ulama pintar yang mendakwahkan agama kepada umat. Amak tidak ingin hanya anak-anak dengan prestasi rendah yang bersekolah di madrasah. Ia khawatir mereka akan menjadi ulama dengan kualitas rendah pula. Sikap adil juga ditunjukkan Amak pada saat pembagian rapor. Alif yang tidak mau menyanyi di depan kelas pada pelajaran kesenian, ia beri angka merah pada mata pelajaran itu. Ayah Alif atau suami Amak sendiri bertanya mengapa Amak tega memberikan angka

14

(48)

merah pada anaknya sendiri. Pada saat itulah Amak menjelaskan bahwa ia harus bersikap adil kepada siapa saja termasuk anaknya sendiri.

2) Ayah

Ayah adalah sosok yang dapat dipercaya. Ia menunaikan amanat orang-orang kepadanya dengan sangat baik. Berikut kutipannya :“Amanat dari jamaah surau kami untuk membeli seekor sapi untuk kurban idul adha minggu depan telah ditunaikan Ayah”.15 Sosok ayah pada novel ini juga tidak terlalu banyak bicara. Ia hanya sering menyetujui apa yang dikatakan oleh Amak.

3) Ustad Salman

Ustad Salman merupakan pengajar di Pondok Madani. Ia adalah seseorang yang kreatif sebagaimana diungkapkan pada kutipan berikut:

“Itulah gaya unik Ustad Salman, selalu mencari jalan kreatif untuk terus memantik api potensi dan semangat kami”16. Tidak hanya kreatif, Ustad Salman merupakan legenda hidup dalam mempelajari bahasa.Dia menguasai bahasa Arab, Inggris, Perancis, dan Belanda.Hobinya membaca kamus.Ia menguasai kamus bahasa Arab paling canggih bernama Munjid.

4) Kiai Rais

Kiai Rais adalah seorang lelaki separuh baya yang merupakan pimpinanPM. Dia seorang pendidik dengan pengetahuan dan pengalaman lengkap.Ia pernah sekolah di Al-Azhar, Madinah, dan Belanda.Kiai Rais disebut sebagai renaissance man pribadi yang tercerahkan karena aneka ragam ilmu dan kegiatannya. Petuahnya sering kali membangkitkan semangat para santri.

15 Ibid., h. 91.

16

Referensi

Dokumen terkait

Nilai Motivasi dalam Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi: Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra di SMK Muhammadiyah

[r]

Sementara dalam penelitian dari Siti Isnaniah novel yang dikaji berupa novel karya Habiburahman El-Shirazy, dalam penelitian ini akan menganalisis nilai pendidikan yang

untuk mengidentifikasi nilai Pendidikan Akhlak apa saja yang ada dalam novel Negeri 5 Menara , terutama terkait dengan akhlak terhadap Allah dan akhlak terhadap manusia.. Adapun

Interaksi sosial yang terdapat dalam novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi terdiri atas (1) imitasi yang terjadi pada beberapa tokoh yang meniru gaya dan perbuatan orang lain,

Dengan kata lain, novel merupakan salah satu bentuk fiksi dalam bentuk prosa yang memiliki panjang cukupan dalam arti tidak terlalu panjang dan juga tidak terlalu pendek serta di

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna lima di dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi dengan menggunakan pendekatan semiotik. Untuk mendapatkan hasil

berupa nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Negeri 5 Menara karya A.Fuadi.. Data yang diperlukan dalam penelitian ini tergolong data verbal yang. berupa penggunaan