JAKARTA DAN SMA AL-MUCHLISIN PARUNG BOGOR)
r-::---1. .... ,
!
ENPU,•:n;.:
. , ,
. ----.
/
uttJ
s
YA111;.
• · • • .. ·
11<1A /OLEH: ·---. • . ᄋGNALQセゥOm@
I
--·--·-- l
TAZKIYAH AMER ··--··-··-.!
NIM: 102070026026
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
DAN MOTIF BERKUASA ANTARA SISWA SMA PESANTREN DAN NON
PESANTREN (STUDI KUANTITATIF PADA SMA 55 JAKARTA SELATAN
DAN SMA AL-MUCHLISIN PARUNG)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat
memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)
Ors. Asep Haerul Gani, Psi.
Oleh:
TAZKIYAH AMER
NIM: 102070026026
Di bawah Bimbingan
Pembimbing II
セ@
セセ@
lkhwan Luthfi, M.Psi.
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
PADA SMA 55 JAKARTA SELATAN DAN SMA AL-MUCHLISIN PARUNG) ini telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 Februari 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 20 Februari 2007
Sidang Munaqasyah,
Dekan/
M.Si.
Anggota:
Penguji I
M.Si.
Pembimbing II
ᄋMMセ@
(C) Tazkiyah Amer
(D) Perbedaan Motif Achievement, Motif Afiliasi dan Motif Power Antara Siswa SMA Non Pesantren dan Siswa SMA Pesantren.
(E) xii + 51 halaman
(F) Setiap individu memilki motivasi dalam diri masing-masing, yang tentu saja motivasi yang ada dalam diri masing-masing inclividu sangat
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Lembaga pendiclikan pesantren clan lembaga penclidikan non pesantren adalah dua latar belakang kehidupan yang sangat berbeda dan secara nyata dapat kita lihat berawal dari latar belakang keseharian dan cara memperoleh pengalaman yang berbeda yang dijalani siswa yang berada di lingkungan pesar.tren tentu sangat berbeda dengan siswa yang berada diluar lingkungan pesantren yang pastinya hal ini akan mempengaruhi dorongan atau motif pada masing-masing individu. Ada tiga motif yang dijadikan bahan penelitian dalam skripsi ini, yaitu motif achievement, motif afiliasi dan motif power atau yang disebut motif sosial yang akan diteliti penulis dengan
memperbandingkan dua lembaga pendidikan, yaitu lembaga pendidikan pesantren dan lembaga pendidikan non pesantren.
Penelitian ini menggunakan Skala Likert yang mengukur perbedaan motif achievement dengan reliabilitas skala sebesar 0.593:1, motif afiliasi
dengan reliabilitas skala sebesar 0.762 dan motif power dengan
reliabilitas skala sebesar 0.6714 Penelitian dilakukan di SMA negri 55 clan Pondok pesantren Al-Mukhlisin dan Jumlah Subjek dari masing-masing lokasi adalah 30 orang
Pada penelitian pada motif berprestasi diketahui nilai rata-rata
Segala puji bagi Allah Swt. Tuhan semesta alam yang telah memberikan nikmat iman dan Islam. Shalawat dan salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. karena Beliaulah kita bisa terangkat pada derajat yang lebih tinggi.
Perasaan syukur atas nikmat yang Allah Swt. berikan sehingga skripsi ini dapat tersusun tepat pada waktu yang telah ditentukan. Penulis juga
mengucapkan terima kasih yang tidak terkira kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
1.
Kepada orangtuaku Alm. Solahudin lmroni dan Ulyah yang tercinta yang selalu memberi semangat, dan perhatian dikala penulis menghadapi kejenuhan sewaktu mengerjakan skripsi ini serta saudara-saudaraku Ahmad Torix Amer (aim), Ahmad Sauqi Nabafi, S.Psi., Mahbub Junaidi, Kamalia dan Ana Karima yang telah memberikan semangat dandukungan serta perhatian semoga keluarga kita mencapai sukses dunia akhirat.
2. Dekan Fakultas Psikologi lbu Ora. Hj. Netty Hartati, M. Si.; Pudek Fakultas Psikologi lbu Ora. Hj. Zahrotun Nihayah, M. Si. beserta civitas akademika Psikologi.
3. Bapak Drs.Asep Chaerul Gani,Psi., selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, waktu, pengalaman dan semangat yang luar biasa dalam memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini, semoga apa yang bapak lakukan menjadi amal ibadah dihadapan Allah Swt.
4. Bapak lkhwan Lutfi, M. Psi. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, ilmu dan wawasannya kepada1 penulis sehingga skripsi ini dapat terlaksana dengan baik.
5. Seluruh dosen fakultas Psikologi yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.
8. Untuk saudara sepupuku Karisma dan Lyna atas motivasi, perhatian dan kekompakan kita.
9. Sahabat-sahabatku Rita, Ulva,Yoga, lnta dan Holinda serta
teman-temanku yang lain dikelas c semoga ukhuwah dan silaturahim kita dapat terus dijaga and specially for &i.
10. Kepada semua pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam skripsi ini, semoga Allah Swt. memberikan hidayahnya kepada kita
semua. Amin ...
Jakarta, Februari 2007 Penulis,
LEMBAR PERSETUJUAN ... ,,... ii
LEMBAR PENGESAHAN •...•...••...•... ,,... iii
DEDIKASI ..••...••...•... iv
ABSTRAK ...•... ,,... v
KAT A PENGANT AR ... vii
DAFT AR ISi ... ix
DAFT AR T ABEL ... xii
DAFT AR LAMPIRAN ... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... .... . .. .... .. .. ... ... 1
1.2. ldentifikasi Masalah .. .. .. .. .. .. . .. .. . .. .. .. .. . . .. .. . .. .. .. .. .. .. 7
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... ... ... .... .. .. 7
1. 3. 1 Pembatasan Masalah... ... ... .... ... ... ... 7
1.3. 2 Perumusan Masalah ... 8
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... ... 8
1.4.1 Tujuan Penelitian ... 8
1.4. 2 Manfaat Penelitian ... 9
1.5. Sistematika Penulisan ... 9
2.1.1 Pengertian Motif... 11
2.2. Jenis-jenis Motif... 14
2.2.1. Motif Achievement (berprestasi) ... 15
2.2.2. Motif Afiliasi (bersahabat) ... 18
2.2.3.Motif Power (berkuasa)... 24
2.3. Pendidikan Pesantren dan Non Pesantren ... 26
2.4. Hipotesis Penelitian ... 32
BAB 3 METODE PENELITIAN ... 33
3.1. Jenis Penelitian ... 33
3.2. Populasi dan Sampel ... 34
3.2.1. Populasi... .... ... ... .. .. .. ... .. .. .. .... .. .. . .. .. .. .. .. .. . .. . .. .. 34
3.2.1. Sampel ... 34
3.3. Pengumpulan Data ... 35
3.3.1. lnstrumen Penelitian ... 35
3.4. Prosedur Penelitian ... 38
3.4.1. Tahap persiapan ... 38
3.4.2. Tahap Pengambilan Data... 38
3.4.3. Tahap Pengolahan Data... 39
Tabel 3.3.5 : Blue Print Motif Bersahabat ... ... ... ... ... ... ... .. . ... ... 37
Tabel 3.3.6 : Blue Print Motif Berkuasa... ... ... ... ... ... ... . .. ... ... ... ... . 37
Tabel 4.1. 1 : Proporsi Kelompok Sampel... 42
Tabel 4.1.2. : Jenis Kelamin sampel ... .. . ... ... ... ... ... .. . .. . ... ... ... 42
Tabel 4.2.2. : Hasil Penghitungan Uji T Motif Sosial Berdasarkan
[image:9.595.60.475.136.669.2]Lampiran 3 : Surat lzin Penelitian
Lampiran 4 : Instrument Penelitian
Lampiran 5 : Data Hasil try Out Kelompok Non Pesanten
Lampiran 6 : Data Hasil try Out Kelompok Pesantren
Lampirn 7 : Data Hasil Try Out Gabungan (Pesantren dan Non
Pesantren)
Lampiran 8 : Data Hasil Penelitian Kelompok Non Pesantren
1.1. Latar Belakang
Perkataaan motivasi (motif) menunjukan perilaku kuat yang diarahkan
menuju kesuatu tujuan tertentu. Dibalik perilaku kuat ini disinyalir terdapat
sejenis kebutuhan, keinginan atau hasrat. Motif sebagai disposisi laten yang
berusaha dengan kuat untuk menuju ketujuan tertentu, tujuan ini dapat
berbentuk prestasi, afiliasi atupun kekuasaan (Atkinson, 1984).
David McClelland. Dasar teorinya tetap berdasarkan teori kebutuhan Maslow,
ia fnencoba mengkristalisasinya menjadi tiga kebutuhan:
• Need for Power (nPow)
• Need for Affiliation (nAff)
• Need for Achievement (nAch)
· Dalam membangun teorinya ini ia mengajukan teori kebutuhan motivasi yang
dipelajari yang erat hubunganya dengan konsep belajar. la percaya bahwa
Setiap individu memilki motivasi dalam diri masing-masing, yang tentu saja
motivasi yang ada dalam diri masing-masing individu sangat dipengaruhi
oleh lingkungan sekitar. Ada tiga motif yang sering dijadikan bahan penelitian
dalam skripsi ini, yaitu motif achievement, motif afiliasi dan motif power atau
yang disebut motif sosial yang akan diteliti penulis dengan
memperbandingkan dua Jembaga pendidikan, yaitu Jembaga pendidikan
pesantren dan lembaga pendidikan non pesantren.
Sengaja penulis memilih lembaga pendidikan pesantren dan lembaga
pendidikan non pesantren karna secara nyata dapat kita lihat bahwa latar
belakang keseharian dan cara memperoleh pengalaman yang berbeda yang
dijalani siswa yang berada dilingkungan pesantren tentu sangat berbeda
dengan siswa yang berada diluar lingkungan pesantren yang pastinya hal ini
akan mempengaruhi dorongan atau motif pada masing-rnasing individu.
McClelland (1953) menggunakan istilah motif dan motivasi dalam arti yang
sama atau sinonim, menurutnya semua motif diperoleh dari hasil belajar. Dari
pernyataan dapat kita lihat bahwasanya motif yang ada pada diri individu
sangat dipengaruhi oleh dimana individu itu berada dan berdasarkan
pengalaman yang ia dapatkan.
Perbedaan yang ada pada lingkungan pesantren dan lingkungan pesantren
lingkungan pesantren siswa atau yang disebut juga santri menjalani hari-hari
24 jam non stop dengan teman-teman dan tanpa diasuh oleh orang tua
secara langsung, melainkan dengan asuhan para pengasuh yang terdapat
dipesantren atau yang biasa dipanggil ustadzah dan kakak-kakak kelas,
sedangkan siswa yang tidak berada dilingkungan pesantren atau siswa
sekolah umum, mereka bersekolah dimulai pada pukul 7 pagi sampai pukul 1
siang dan pada waktu selanjutnya mereka menghabiskan waktu dengan
diawasi oleh orang tua mereka sendiri. Dari sini dapat kita lihat pola asuh,
pengawasan dan kedekatan mereka terhadap teman antara siswa yang
berada dilingkungan pesantren yang sangat berbeda. Motif berafiliasi dapat
dimaksudkan antara lain sebagai suatu kebutuhan untuk membangun dan
mempertahankan hubungan dengan orang lain Feldman (1993). Bagi siswa
pesantren yang Jauh dari orang tua dan keluarga dapat memotivasi
seseorang untuk mencai kenyamanan yang dapat meng9antikan
kenyamanan yang didapat dari keluarga, hal inilah yang terjadi bila
seseorang jauh dari keluarga dan mau tidak mau seseorang harus terlibat
untuk berinteraksi dengan orang lain dan sangat membutuhkan orang lain.
dari keterangan diatas, mungkin saja kita dapat berasumsi bahwa anak yang
berada dilingkungan pesantren mempunyai motif afiliasi (bersahabat) lebih
Muflihah (2005) dalam penelitiannya tentang hubungan antara motif
berafiliasi remaja keturunan tionghoa dengan kecenderungan melakukan
hubungan interpersonal antar etnik mendapatkan adanya hubungan yang
kuat antara motif berafiliasi remaja keturunan tionghoa terhadap etnik lain, hal
ini menunjukan bahwa setiap individu akan mempunyai motif afiliasi yang
tinggi karena setiap diri individu terdapat keinginan untuk disukai dan diterima
dan akan selalu berusaha agar hubungan itu tetap ada.
Dilingkungan pesantren, semua kegiatan yang harus dilaksanakan oleh santri
sudah terjadual mulai kapan ia harus mandiri, belajar sampai pada waktu
tidur, dan semua kegiatan diawasi oleh pengasuh atau ustadzah. Sedangkan
siswa non pesantren mereka dapat memilih sendiri kegiatan yang disukainya,
dan diawasi oleh orang tua mereka sendiri. Menurut Teevan dan Smith
(dalam Martaniah, 1984) motif dapat digolongkan atas dasar latar belakang
perkembangan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok primer dan kelopok
sekunder. Motif primer misalnya saja haus, lapar yang berdasarkan proses
kimiawi, fisiologik dan tidak dipelajari. Sedangkan motif sekunder tidak secara
langsung berdasarkan berdasarkan motif kimiawi fisiologik dan yang pada
umumnya dianggap diperoleh dari hasil belajar melalui pengalaman dan
lingkungan, motif sekunder inilah yang disebut motif sosial dan yang
bagi penulis apakah hal ini mempengaruhi motif achievement (motivasi
berprestasi) mereka?
lka Susilawati (2006) dalam penelitiannya tentang korelasi persepsi
hubungan guru dan murid dengna motif berprestasi muricl pada SD Bhakti
Kemanggisan Jakarta Barat, mendapatkan adanya korelasi yang positif
antara persepsi hubungan guru dan murid dengan motivasi berprestasi dalam
kesimpulan penelitian juga dikatakan perlunya dipelihara hubungan yang
baik antara murid dan guru agar meningkatkan motivasi berprestasi siswa.
Dalam penelitian ini menunukan bahwa salah satu hal yang mendorong
motivasi berprestasi murid adalah dengan adanya dan terpeliharanya
hubungan yang baik antara murid dan guru. Bagi siswa yang berada
dilingkungan pesantren diharapkan adanya hubungna yang baik antara siswa
(santri) dengan guru atau pengasuh agar terciptanya rasa nyaman yang
dapat meningkatkan motivasi berprestasi.
Dimanapun siswa berada, terutama mereka yang masih belia, selalu timbul
keinginan untuk mempengaruhi orang lain, menguasai orang lain dan ingin
berdampak terhadap orang lain, motif berkuasa sebagai l<ecenderungan
untuk ingin mencari pengaruh, mengontrol atau mempengaruhi orang lain
sehingga dapat dilihat individu yang memiliki kel<uasaan, bagi senior yang
terutama bagi siswa yang berada dilingkungan pesantren, apakah hal in
dapat menimbulkan motif power (berkuasa) lebih tinggi dibanding siswa non
pesantren?. Setiap individu menginginkan dirinya berpen!Jaruh terhadap
orang lain, bagi siswa senior biasanya mereka menunjukan motif ini kepada
juniornya,-mereka ingin terlihat berkuasa dan dihormati \!\linter (1973).
Pada segi keagamaan, siswa yang berada diluar lingkun9an pesantren dan
bersekolah disekolah umum (bukan sekolah agama) hanya mendapat waktu
2 jam dalam seminggu untuk belajar agama, sedangkan siswa yang berada
dilingkungan pesantren selalu menjalani kegiatan belajar yang mereka jalani
selalu berhubungan dengan keagamaan.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka penulis
tertarik untuk menulis dan meneliti mengenai perbedaan kebutuhan (motif)
achievement (berprestasi) motif affiliasi (bersahabat) dan motif power
(berkuasa) siswa SMA yang berada dilingkungan pesantren dan siswa SMA
yang tidak berada dilingkungan pesantren dengan judul:
"Perbedaan Motif Berprestasi, Motif Bersahabat dan Motif Berkuasa antara
1.2. ldentifikasi Masalah
1. Apakah ada perbedaan motif Berprestasi antara siswa SMA Pesantren
dan siswa SMA non Pesantren?
2. Apakah ada perbedaan motif Bersahabat antara siswa SMA Pesantren
dan siswa SMA non Pesantren?
3. Apakah ada perbedaan motif Berkuasa antara siswa SMA Pesantren
dan siswa SMA non Pesantren?
1.3.
Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1.3.1 Pembatasan masalah
Berdasarkan judul penelitian tersebut, maka penulis memberikan batasan
pada permasalahan yang aka dibahas yaitu:
1. Motivasi atau motif pertama yang dibatasi disini adalah motif achievement
atau disebut juga motif berprestasi yaitu motif atau dorongan yang ada
dalam diri seseorang yang berkaitan pada keinginan untuk melebihi orang
lain, kreatif, bertanggung jawab, dan mencapai sesuatu sesuai dengan
target.
2. Motif yang kedua adalah motif Afiliasi yaitu motif bersahabat sehingga
seseorang suka berinteraksi,suka bekerja sama, mempertahankan
3. Motif yang ketiga adalah motif power atau yang disebut jug a motif
berkuasa yang berkaitan keinginan individu untuk mempengaruhi orang
lain, memberikan bantuan, memaksa dan mengenclalikan orang lain.
4. Siswa SMA yang dimaksud dalam penelitia ini adalah 'siswa SMA Negeri
55 duren tiga Jakarta Selatan dan Siswa SMAPondol< Pesantren
Al-Muchlisin Parung Bogar.
1. 3. 2 Perumusan masalah
Perumusan masalah pada penelitian ini adalah:
Apakah ada perbedaan motif Berprestasi, motif Bersahabat dan motif
Berkuasa antara siswa SMA Pesantren dan siswa SMA non Pesantren?
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. 4. 1 Tujuan penelitian
Berlatar belakang pad a masalah dasar tersebut diatas, pimelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbedaan motifBerprestasi, motif Bersahabat
dan motif Berkasa antara siswa SMA Pesantren dan siswa SMA non
1. 4. 2 Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Menambah Khazanah Penelitian dibidang Psikologi terutama yang
berkaitan dengan motif berprestasi, motif bersahabat dan Motif berkuasa.
,
..
2. Manfaat Praktis
Bagi siswa SMA Negeri 55 dan siswa SMA Pesantren Al-Muchlisin
diharapkan dapat memberikan informasi tentang dapat memberikan
informasi tentang motif berprestasi, motif bersahabat dan motif power.
Sebagai dasar untuk memberikan motivas untuk siswa.
1.5 Sistematika Penulisan
BAB 1
BAB2
: Pendahuluan
Pada BAB ini berisi latar belakang masalah, Perumusan
masalah dan pembatasan masalah, Tujuan dan manfaat
penelitian,Sistematika penulisan dan Teknik penulisan.
: Kajian teori
Pada BAB ini dibahas tentang teori-teori yang berhubungan
dengan masalah yang akan diteliti yaitu motif achievement,
motif afiliasi dan motif power dan teori tentang sekolah umum
BAB3
BAB4
BAB 5
: Metodoiogi penelitian
Pada BAB ini penulis membaginya kedalam beberapa bagian,
yaitu: jenis penelitian, ala! pengumpulan data,prosedur
penelitian dan metode analisa data.
: Hasil penelitian
[image:20.595.63.493.170.514.2]Pada BAB ini diuraikan hasil penelitian yang meliputi
gambaran umum responden, analisa dan interpretasi data.
: Penutup
Pada BAB ini berisi kesimpulan, diskusi dan saran.
1.6
Teknik Penulisan
Teknik penulisan dalam penelitian ini mengacu pada buku pedoman
penyusunan dan penulisan skripsi fakultas Psikologi UIN syarif Hidayatullah
2. 1. Motif
2.1.1 Pengertian motif
Kata motivasi berasal dari bahasa latin yaitu movere, yang artinya
menggerakan, motivasi dapat menerangkan mengapa terjadinya suatu
perilaku yaitu alasan yang menyebabkan seseorang melakukan sesuatu
(Durbin, 1994).
Chaplin (2001) dalam kamusnya mengartikan motivasi sebgai suatu variabel
yang ikut campur tangan yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor
tertentu di dalam organisme, yang membangkitkan, men!Jelola,
mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju satu sasaran.
Atkinson (1984)mengatakan motif sebagai disposisi laten yang berusaha
dengan kuat untuk menuju ketujuan tertentu, tujuan ini dapat berbentuk
Sedangkan McClelland (1953) menggunakan istilah motif dan motivasi dalam
arti yang sama atau sinonim, menurutnya semua motif diperoleh dari hasil
belajar. Selanjutnya ia mengatakan bahwa semua motif tentu didasari oleh
emosi, akan tetapi motif tidak sama dengan emosi dan bahwa motif
merupakan dorongan untuk berubah dalam kondisi yang efektif.
Martaniah (1984) menyebutkan bahwa prediksi dan modifikasi perilaku
merupakan masalah pokok dalam psikologi. Untuk dapat membuat prediksi
tentang perilaku antara lain perlu diperhatikan mengapa perilaku itu terjadi
dan yang dapat menjawab pertanyaan itu adalah psikologi motivasi. la
mengatakan pula bahwa dalam diri individu ada sesuatu yang menentukan
perilaku itu dengan istilah "Need" atau kebutuhan (Muray, 1938) ada yang
menyebutkan dengan istilah motif dan ada pula yang mengggunakan istilah
itu secara bergantian (McClelland, 1967)
Teevan dan Smith ( dalam Martaniah, 1984) menggolongkan motif atas latar
belakang perkembangannya menjadi dua kelompok yaitu motif primer dan
motif sekunder. Motif primer berdasarkan proses kimiawi fisiologik dan yang
tidak dipelajari, misalnya haus dan lapar. Sedangkan motif sekunder tidak
secara langsung berdasarkan proses tersebut dan pad a umumnya dinilai
berpendapat bahwa motif itu antara lain adalah motif berprestasi, motif
berafiliasi dan motif berkuasa atau dikenal juga sebagai motif sosial.
McDonald (dalam Wasty Soemanto, 1998) mendefinisikan motivasi sebagai
suatu perubahan tenaga didalam diri atau pribadi seseorang yang clitandai
oleh clorongan efektif clan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan.
Lusi (dalam Ahmad Faqih HN,2006) mengatakan bahwa motif adalah suatu
kekuatan yang menclorong atau menarik yang tercermin dalam tingkah laku
yang konsisten menuju tujuan tertentu.
Usman Najati (2001) menclefinisikan motivasi sebagai suatu clorongan (clari
dalam diri) yang membangkitkan semangat pacla makhluk hiclup, yang
kemuclian hal itu menciptakan aclanya tingkah laku clan mengarahkannya
pacla pacla suatu tujuan tertentu.
Sarlito Wirawan Sarwono (2000) menclefinisikan motivas;i sebagai suatu
rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga bagi terjaclinya suatu tingkah
laku.
Motivasi aclalah suatu penentu (cleterminan) perilaku dengan kata lain
Kebanyakan perilaku bermotivasi mempunyai komponen emosional (afektif).
Komponen inilah yang menyebabkan perilaku tertentu cenderung diulang
kembali (karena menghasilkan sesuatu yang menyenan9kan) atau dijauhi
(dihindari) karena menghasilkan sesuatu yang tidak disukai (lrwanto, 1997).
Jadi dari uraian diatas dpat kita pahami bahwa motivasi menunjukkan
perilaku kuat yang diarahkan menuju kesuatu tujuan tertentu. Dibalik perilaku
kuat ini disinyalir terdapat sejenis kebutuhan, kein9inan atau hasrat. Atau
istilah butuh atau ingin menunjukkan adanya suatu kekurangan (kelebihan)
akan sesuatu, dimana dengan tercapainya tujuan tadi hal tersebut dapat
dipuaskan. lstilah hasrat menunjukan perasaan kuat. Den9an cara ini kita
melihat motivasi sebagai suatu proses.
2.2.
Jenis-Jenis Motif
David McClelland (1953) mengataka bahwa kebutuhan manusia terbagi
menjadi tiga atau yang selanjutnya disebut jug a disebut motif:
• Need for Power (nPow)
• Need for Affiliation (nAff)
Dalam membangun teorinya ini ia mengajukan teori kebutuhan motivasi yang
dipelajari yang erat hubunganya dengan konsep belajar. la percaya bahwa
banyak kebutuhan yang didapatkan dari kebudayaan suatu masyarakat.
2.2.1 Motif Achievement (berprestasi) .
Motif Achievement atau motif berprestasi ad al ah motif yang paling banyak \
diteliti. Menurut Heck Hausen (dalam Martaniah, 1984) penelitian mengenai
motif ini telah dimulai sejak Narziss Ach ditahun 1910 dan kemudian
diteruskan oleh Kurt Lewin pada tahun 1926. Ach menggunakan konsep
"Determining Tendency" dan Lewin menggunakan konsep "quasi need" bagi
motif tersebut..Tetapi yang berhasil menyebarluaskan konsep motif
berprestasi dan mengembangkan pengukuran adalah McClelland.
Dari penelitian yang dilakukan McClelland (1987) dihasilkan profil
orang-orang yang memiliki kebutuhan berprestasi (nAch):
1. Orang dengan nAch tinggi memilih untuk mengindari tujuan prestasi
yang mudah dan sulit. Mereka sebenarnya memilih tujuan yang
moderat yang mereka pikir akan mampu mereka raih.
2. Orang dengan nAch tinggi memilih umpan balik lansung dan dapat
3. Orang dengn nAch tinggi menyukai エ。ョァァオョAセ@ jawab pemecahan
masalah.
McCleland (1953) mengatakan bahwa motif berprestasi dapat dilihat pada
kegiatan-kegiatan individu dibidang prestasi sek()l(;lh, pekerjaan atau dalam
kompetisi olah raga. Tingkah laku individu pada dasarnya mengarah pada
tujuan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan masing-masing
yang didorong oleh motif-motif tertentu.
Wingkel (1999) mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai daya penggerak
dalam diri seseorang untuk dapat memperoleh keberhasilan dan melibatkan
diri dalam kegiatan dimana keberhasilan tergantung pada usaha pribadi dan
kemampuan yang dimiliki.
Muhibin Syah (2002) mengemukakan bahwa hal yang dapat dilakukan oleh
guru untuk mengetahui murid telah berprestasi atau tidak yaitu dengan
menggunakan cara mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang
dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang
terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa
maupun karsa.
Kebutuhan akan prestasi digambarkan secara operasional, sebagai perilaku
yang menunjukan usaha berbuat yang terbaik, untuk melakukan secara lebih
baik dibanding orang lain (Flogd. L. Ruch, 1973).
McClelland (1990) tidak saja meneliti tentang kebutuhan berprestasi, tapi juga
tentang kebutuhan berkuasa dan kebutuhan bersahabat. Menurutnya orang
yang memiliki kebutuhan berprestasi (need for achievement) mereka lebih
mengejar prestasi dari pada imbalan terhadap keberhasilan, mereka
bergairah untuk melakukan sesuatu lebih baik dan lebih efisien dibandingkan
hasil selanjutnya.
Menu rut Ashar Munandar (2001) seorang yang mempunyai dorongan atau
motivasi yang kuat untuk berprestasi mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:
1. Mereka tersebut lebih mengejar prestasi dari pada imbalan terhadap
keberhasilan.
2. Mereka bergairah untuk melakukan sesuatu lebih baik dan lebih efisien
dibandingkan hasil sebelumnya.
3. Mempunyai keinginan yang sangat l<Uat untuk melakukan hal-hal
dengan baik.
4. Mereka.lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan yang menuntut tanggung
5. Mereka menyukai tugas pekerjaan yang memiliki resiko sedang
(moderate).
McClelland ( 1990) teori motif berprestasi yang dikembangkan dengan
kawan-kawannya adalah teori nilai ekspektansi. Sebab teori kebutuhan berprestasi
menekankan pada asumsi bahwa tendensi individu untuk terlibat dalam
penyelesaian suatu aktifitas berkaitan dengan kekuatan pengharapan kognitif
(keyakinan) dari sekitarnya (sosial). Bahwa tingkah laku akan mengarahkan
pada konsekuensi atau hasil tertentu. Dan nilai konsekuensi itu memiliki arti
penting bagi individu.
McClelland (dalam Stoner dan Freeman, 1994) juga menjelaskan bahwa
seseorang yang memiliki motif berprestasi tinggi cenderung sangat dimotivasi
oleh situasi kerja yang bersaing dan penuh tantangan. Sebaliknya, orang
yang mempunyai motif berprestasi rendah cenderung memiliki prestasi yang
jelek dalam situasi bersaing
2.2.2 Motif affiliasi (bersahabat)
Schachter (dalam Martaniah, 1984) menyatakan ada dua alasan mengapa
orang tertarik antara satu sama lainya. Alasan pertama adalah karena
didalam kehidupan sehari-hari orang memperantarai satu sama lain untuk
lain atau masuk kedalam satu kelompok untuk mencapai tujuan. Alasan
lainnya ialah bahwa dengan hubungan tersebut, orang dapat saling
memberikan pemuasan karena ada kebutuhan-kebutuhan orang yang hanya
dapat dipuaskan dengan hubungan interpersonal.
Atkinson dkk (dalam Martaniah, 1984) motif afiliasi adalah motif yang
mendorong pembentukan dan pertahanan positif dan berafeksi pada orang
lain dengan keinginan untuik disukai dan diterima, jadi menurut Atkinson
orang dengan motif afiliasi yang tinggi mempunyai dorongan untuk membuat
hubungan dengan orang lain, karena ada keinginan untuk disukai dan
diterima serta akan selalu berusaha supaya hubungan itu tetap ada.
Affiliasi (motif bersahabat) mendekatkan diri, bekerja sama atau membalas
ajakan orang lain yang bersekutu (orang lain yang menyerupai atau menyukai
subjek). Membuat senang dan mencari afeksi dari objek yang disukai. Patuh
dan tetap setia kepada seorang kawan (Murray, 1954).
McClelland (1987) mengemukakan bahwa apa yang dimak$ud motif atau
,
kebutuhan afiliasi adalah kebutuhan bersama orang lain, orang yang dengan
motif afiliasi tinggi memiliki karakteristik antara lain bekerja lebih baik jika ada
Feldman (1993) mengatakan bahwa motif berafiliasi adalah suatu kebutuhan
untuk memantapkan dan mempertahankan hubungan dengan orang lain,
orang yang tinggi dalam motif afiliasi terutama sensitif pada hubungan
dengan orang lain, mereka ingin bersama dengan temannya lebih sering dan
kurang ingin sendirian daripada orang yang lebih rendah dalam afiliasi.
Hollander (dalam Runikasari, 1991) mengatakan bahwa motif afiliasi tampil
dengan jelas bila individu tertarik kepada orang lain untuk dijadikan sumber
identitas, realitas sosial dan dukungan sosial, bagi indiviclu-individu dengan
motif afiliasi tinggi, keakrabab dalam berhubungan dengan orang lain
merupakan tujuan utama, mereka mempunyai perhatian besar terhadap diri
orang lain dimana persoalan orang lain dihayati sebagairnana ia menghayati
dirinya sendiri.
Martaniah (1984) mengatakan pada budaya timur di Indonesia motif
berprestasi tidak dinilai tinggi oleh masyarakatnya, yang dinilai tinggi adalah
motif afiliasi, motif afiliasi adalah motif sosial yang sering diartikan sebagai
kebutuhan untuk bersama dengan orang lain.
Untuk lebih melengkapi definisi motif afiliasi seperti yang telah ditulis diatas,
maka pelu diungkapkan pula beberapa hal mengenai Girri-ciri orang yang
1. Berprestasi lebih baik pada situasi-situasi yang afiliatif.
lndividu yang mempunyai motif afiliasi yang tinggi dapat berprestasi lebih
baik dalam menghadapi tugas-tugas, dimana situasi dapat diubah dari
situasi kompetitif menjadi situasi yang afiliasi. Selain if:u mereka juga
menunjukan karakteristik yang diduga berhubungan dengan motif
..
berprestasi yang tinggi. Mereka lebih suka mengambil resiko yang
sedang-sedang saja, kurang tekun pada tugas-tugas yang sukar dan
cenderung tampil lebih baik daripada individu dengan motif afiliasi yang
rendah. Contohnya: saya akan mengerjakan tugas kantor dengan baik
bila ada dukungan dari teman-teman saya. Keinginan mengerjakan tugas
dengan baik bila ada dukungan dari orang lain ini menunjukan bahwa
orang tersebut mempunyai motif afiliasi yang tinggi, hal ini dapat dilihat
karena ada keinginan untuk berprestasi lebih baik pacla situasi yang
afiliatif.
2. Mempertahankan hubungan interpersonal.
lndividu dengan motif afiliasi yang tinggi belajar hubungan sosial lebih
cepat dan lebih peka terhadap manusia dibandingkan dengan
benda-benda. Karena terlibat lebih banyak dalam komunikasi, maka orang
dengan motif afiliasi tinggi akan berusaha mempertahankan hubungan
dengan orang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa orang lain
Agar dinilai kompak, saya sering menuruti keinginan teman dekat saya
meskipun tidak sesuai dengan keinginan saya. Keinginan untuk dinilai
kompak meski harus mengorbankan kepentingan pribadi tersebut
menunjukan bahwa seseorang mempunyai motif afiliasi tinggi, hal ini
dinilai karena ada keinginan untuk mempertahankan hubungna
interpersonal.
3. Menghendaki kerjasama, konformitas dan menghindari konflik.
orang dengan motif afiliasi tinggi cenderung untuk setuju dengan
pendapat orang yang tidak dikenal, dan sependapat clengan mereka
selama orang tersebut dianggap menarik. Banyak studi yang menyatakan
bahwa orang dengan motif afiliasi tinggi sering menghindari konflik, jika
mereka diminta untuk memberikan referensinya dalam mengerjakan
tugas, mereka memberikan sedikit referensi yang dapat mengganggu
keputusan tentang apa yang dikerjakan oleh kelompok. Orang-orang
dengan motif afiliasi yang tinggi juga menghindari penmainan yang bersifat
kompetitif. Contohnya: agar teman saya tidak merasa kecewa, saya akan
menuruti ajakannya meski tugas yang harus saya kerjakan tertunda.
Keinginan untuk membuat orang lain tidak merasa kecewa dengan
menuruti kemauannya, menunjukan bahwa orang ternebut mempunyai
motif afiliasi yang tinggi, hal ini dapat dinilai karena aoia keinginan untuk
bekerja sama, menunjukan konformotas serta: ada keinginan untuk
4. Kurang sukses dalam ha! kepemimpinan.
Menurut Mcclelland (1990) bahwa orang-orang yang memiliki motif afiliasi
tinggi tidak memiliki kesuksesan dalam kemanajemenan. Orang yang
menghindari konflik dan kritik biasanya tidak akan menjadi pemimpin yang
baik. Hal ini dijelaskan karena orang-orang seperti ini hanyalebih banyak
menghabiskan waktu dengan bawahan sebagai usaha untuk membina
hubungan, akan tetapi tidak mampu untuk mengambil
keputusan-keputusan pada situasi yang sulit. Karakteristik pernimpin-pemimpin yang
dalam tugasnya senang bersama orang lain dan lebih banyak
menghabiskan waktu untuk mengurangi perbedaan diantara mereka
merupakan karakteristik yang diharapkan ada pada orang dengan motif
afiliasi yang tinggi. Contoh: bila saya menjadi atasan, akan saya luangkan
sedikit waktu saya untuk sekedar bercakap-cakap dengan anggota saya.
keinginan untuk membina hubungan dengan bawahan tersebut
menunjukan seseorang memilki motif afiliasi yang tinfJgi meski dinilai
kurang dalam kepemimpinan.
5. Takut akan penolakan.
lndividu yang memiliki motif afiliasi tinggi cenderung untuk menghindari
konflik dan kompetisi seandainya ia akan mendapat feedback negatif dari
orang lain. Orang-orang seperti ini juga cenderung memiliki kebutuhan
yang besar akan persetujuan sosial (social approvaD. Dalam motif afiliasi
terhadap ancaman. Contohnya: saya lebih suka bekerja dengan
teman-teman yang mau menerima kehadiran saya. Keinginan untuk dapat
diterima oleh orang lain tersebut menunjukan kalau se:seorang
mempunyai motif afiliasi yang tinggi, hal ini dapat dinilai karena ada rasa
takut akan penolakan dari orang lain.
McCleland (1953) mengatakan bahwa setiap orang menyukai berinteraksi
dengan orang lain, dan beberapa dari mereka mempunyai derajat yang tinggi
dalam menyukai interaksi tersebut.
Vernon dalam Martaniah (1969) menganggap motif berafiliasi adalah suatu
kemauan untuk mengurangi motif personal sehingga dapat diterima oleh
kelompoknya, menurutnya motif afiliasi ini adalah suatu konformitas atau
keseragaman.
2.2.3 Motif power (berkuasa)
Lindgnen (dalam Martaniah, 1984) menggambarkan motif berkuasa sebagai
suatu kebutuhan untuk mendominasi dan mengontrol, selanjutnya ia
mengatakan bahwa pada pandangan sesaat motif berkuasa ini sama dengan
motif berprestasi karena orang yang dimotivasi oleh kebutuhan berprestasi
sering mencari kekuasaan untuk mencapai tujuannya, sedang orang yang
berkuasa ada dalam situasi yang memungkinkannya mencapai banyak tujuan
Perbedaan antara motif berkuasa dan berprestasi terletak pada sifat bahwa
orang yang dikuasai motif berprestasi lebih tertarik pacla prestasi pribadi
dengan atau tanpa bantuan orang lain. Pada prinsipnya ia memilih untuk
mencapai tujuan dengan usahanya sendiri. Sedangkan orang yang dikuasai
motif berkuasa lebih memeotingkan martabat, memanipulasi da.n mengontrol
orang lain. Dapat dikatakan bahwa motif berkuasa ini adalah dorongan untuk
menguasai dan memanipulasi orang lain untuk dapat rnencapai martabat.
Tedeschi (dalam Livia, 1994) mengenai motif untuk berkuasa tingkah laku
motivasi direfleksikan dari usaha nyata seseorang untuk rnencapai efek yang
diinginkan.
McClelland (1987) motif berkuasa adalah keinginan untuk berkuasa,
keinginan lalu disalurkan dalam berbagai cara. la mengatakan bahwa orang
yang memiliki motif berkuasa yang tinggi selalu bersikap asertif dalam
berbagai cara yang cocok dengan situasi atau tidak, lalu menghasilkan
perasaan bersalah dan kecemasan rnengenai dorongan agresif. Disposisi
untuk menjadi agresif atau asertif, memandang dirinya secara negatif karena
memilki apa yang umum dipandang sebagai tendensi anti sosial satu dari
berbagai cara dimana orang dapat melatih pengaruh dalam jalan yang lebih
Tedeschi dan Norman (1985) menekankan bahwa:
"power as the control human motive from which virtually all ather goals drive"
(Tedeschi and Norman, 1985).
Kekuasaan dikatakan sebagai motif sentral pada manusia dan merupakan
awal dari tujuan-tujuan lain. Menu rut Lips (1991) tingkah laku yang
berkorelasi dengan motif untuk berkuasa tinggi forbagi dalam dua kategori,
yaitu kepemimpinan dan tingkah laku yang disebut frogligate impulsive atau
yang sifatnya destruktif dan membahayakan.
Winter (dalam Livia, 1994) mendefinisikan motif kekuasaan sebagai:
" ... as the tendency to strive to feel that one is having an impact on others, to influence, persuade or control other, and to gain recognation an acclaim through these forms of behavior".
Definisi tersebut menjelaskan bahwa motif untuk berkuasa adalah
kecenderungan untuk merasa bahwa dirinya berpengaruh dan dapat
mempersuasi dan menguasai orang lain melalui bentuk dari tingkah lakunya
tersebut.
2.3.
Pendidikan Pesantren dan Non Pesantreni
Poerwadarminta (1976) mengartikan pendidikan adalah suatu perbuatan atau
hal. Pendidikan sebagai suatu proses pertumbuhan dan perkembangan
antara individu dengan lingkungan sosial hal ini akan berrnanfaat bagi
tercapainya perkembangan individu secara optimal yang dapat memajukan
kesejahteraan umat manusia selain itu proses yang diinginkan dalam usaha
kependidikan adalah proses yang berarah dan bertujuan.
Sudjana (1989) mengatakan bahwa pendidikan adalah proses budaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat manusia melalui proses yang panjang dan
berlangsung sepanjang hayat, atau pendidikan juga dipandang sebagai
usaha sadar yang bertujuan dan usahanya untuk mendewasakan anak.
Sebagaimana yang telah disebutkan dalam Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional no. 20 tahun 2003 bahwa: "pendidikan nasional
berujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti /uhur memiliki pengetahuan dan keterampifan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan".
Dasuki (1994) kata pesantren atau santri menurutnya berasal dari bahasa
tamil yang berarti guru mengaji, sumber lainmengatakan bahwa kata itu
berasal dari bahasa India, shsastri , dari akar kata shastra yang berarti
kemudian dalam sebutan sehari-hari disebut dengan pesantren, berarti
tempat tinggal para santri.
Hafiffudin (1988) mengatakan bahwa pesantren adalah satu lembaga
iqamatuddin, yang memiliki dua fungsi utama, yatu fungsi kegiatan,
tafaqahifiddin (pengajaran, pemahaman, dan pendalaman ajaran agama
islam). Dan fungsi ihdzar (menyampaikan dan mendakwahkan ajaran islam
kepada masyarakat).
Transmisi keilmuan dilingkungan pesantren pada umumnya berlangsung
lebih melalui penanaman ilmu dari pada pengembangannya hal ini berkaitan
dengan dua fungsi pesantren. Yakni untuk melakukan transmisi atau transfer
ilmu pengetahuan dan sekaligus untuk mempertahankan atau memelihara
tradisi islam. Unsur lain yang membedakan pesantren dengan lembaga
pendidikan lainnya adalah diajarkannya kitab-kitab islam klasik dipesantren.
Atau yang lebih dikenal dengan sebutan kitab kuning, isi atau materi yang
hukum islam, hadits, tafsir Al-qur'an, tasawuf, tarikh, bahasa arab dan teologi
is lam.
Sebagai lembaga pendidikan yang mengandung makna keaslian Indonesia,
pesantren memilki akar sosiohistoris yang kuat, sehingga membuatnya
mampu menduduki posisi yang relatif sentral dalam dunia keilmuan
masyarakatnya, dan sekaligus bertahan ditengah berbagai gelombang
perubahan.
Ridwan (1992) dalam versi Indonesia mengatakan bahwa pesantren berasal
dari sebutan santri dengan awalan pe dan akhiran an, yang artinya tempat
tinggal para santri, arti kata santri sendiri bermacam-macam, sekalipun
terdapat keseragaman pendapat para ahli dalam mengartikan kata pesantren
itu, namun juga diperolehkesamaan pendapat bahwa kata tersebut
mengandung makna yang berhubungan dengan tugas-rugas suci dan mulia,
yaitu upaya pemahaman ajaran agama.
Yasmadi (2002) mengatakan bahwa ada lima elemen penting yang harus
dimilki oleh pesantren dalam mengembangkan sistem pendidikan pesantren
1. Kiai
Keberadaan seorang kiai dalam lingkungan pesantren laksana jantung
bagi kehidupan manusia. lntensitas kiai memperlihatkan peran yangg
otoriter yang disebabkan karena kiailah perintis, pendiri, pengelola,
pengasuh bahkan pemilik tunggal sebuah pesantren.
2. Masjid
Masjid merupakan sentral sebuah pesantren karna disinilah pada tahap
awal bertumpu seluruh kegiatan dilingkungan pesantren, baik yang
berkaitan dengan ibadah seperti sholat, maupun kegiatan lainnya seperti
belajar mengajar.
3. Santri
Santri merupka elemen penting yang tidak kalah penting dengan unsur
lainya. Biasanya santri terbagi kepada dua tipe, yang pertama santri
mukim adalah santri yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap
dalam pondok pesantren. Kedua, santri kalong ialal1 santri yang beerasal
dari daerahsekitar pondok pesantren dan biasanya mereka tidak menetap
dalam pesantren.
4. Pondok
Pondok merupakan sarana tempat tinggal atau penulisan bersama kiai
beserta para kiainya, adanya pondok sebagai tempat tinggal bersama
antara santri dan kiaibermanfaat dalam rangka bekerja sama memenuhi
5. Pengajaran Kitab-kitab klasik
kajian kitab klasik menjadi fokus utama dalam rangka pelestarian
kebudayaan dan Khazanah kelslaman, dengan sendirnya kitab kuning
menjadi karakteristik yang merupaka ciri dari proses belajar mengajar
dipesantren.
Secara sederhana kelima elemen tersebut merupakankebutuha dasar yang
harus dimiliki sebuah pesantren dalam rangka pengembangan keilmuan dan
kelslaman, maju atau mundurnya pesantren sangat tergantung pada sinerga
dari unsur-unsur yang ada.
Dari uraian diatas dapat dirumuskan tentang pengertian pesantren, yaitu
tempat orang-orang bertempat tinggal yang dibarengi dengan suatu kegiatan
untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati dan mengamalkan
ajaran agama islam. Dengan memberi tekanan pada keseimbangan antara
aspek ilmu dan perilaku. Jadi dapat disimpulkan bahwa, pesantren
merupakan tempat tinggal atau tempat bernaung para santri untuk
melaksanakan segala aktifitas yang berkaitan dengan segala kesantriannya.
Pendidikan non pesantren atau sekolah umum yang dimaksud disini adalah
sekolah umum yang mayoritas pelajarannya adalah pelajaran-pelajaran
memakai seragam rok pendek dan baju kemeja tangan pendek selain itu
setelah jam pelajaran usai siswa pulang kerumah masing-masing dan
memperoleh asuhan langsung dari orang tua masing-masing.
2.4.
Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar atau mungkin juga
salah, hipotesis ini akan diterima jika ada fakta-fakta yang mendukungnya
dan akan ditolak jika tidak ada fakta-fakta yang mendukungnya, dengan
demikian peneriman atau penolakan hipotesis tergantung dari hasil penelitian
yang dilakukan.
Seperti yang telah dikemukakan pada BAB 1, penelitian ini ingin mengetahui
perbedaan motif achievement, motif afiliasi dan motif power berdasarkan
analisis yang telah penulis kemukakan, maka dapat ditarik hipotesis sebagai
berikut:
Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan pada motif berprestasi, motif
bersahabat dan motif berkuasa antara siswa SMA pesantren dan siswa
SMA non pesantren.
H1 : Ada perbedaan yang signifgikan pada motif berprestasi, motif bersahabat
dan motif berkuasa antara siswa SMA pesantren dan siswa SMA non
Seperti yang telah diungkapkan dalam pendahuluan, bahwa yang hendak
diteliti dalam penelitian ini adalah "Apakah ada perbedaan Motif berprestasi,
motif bersahabat dan motif berkuasa antara siswa SMA Non Pesantren dan
siswa SMA Pesantren?". Maka untuk menjawab pertanyaan penelitian
tersebut, ada beberapa hal yang akan ditentukan, yaitu :
3.1
Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif karena
teknik pengolahan data dan dalam menganalisa data akhir dilakukan dengan
menggunakan uji statistik serta adanya pembatasan masalah yang disertai
dengan hipotesis yang telah disusun. Peneliti menggunaka pendekatan
kuantitatif dimana data yang dihasilkan dari hasil penelitian adalah berwujud
angka yang kemudian dijelaskan dan diinterpretasikan dalam suatu uraian
(Hasan, 2002)
Selain itu metode yang digunakan adalah metode deskriptif komparasional
perbedaan motif berprestasi, motif bersahabat da motif bersahabat antara
siswa SMA Pesantren Al-muchlisin dan Siswa SMA 55 Jakarta Selatan.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi·
1. Sesuai dengan tujuan penelitian, populasi pada penelitian ini adalah siswa
Sekolah Menengah Atas (SMA) yang berada dilingkungan pesantren yaitu
SMA Podok Pesantren AL-Muchlisin yang populasinya berjumlah 219
orang dan siswa SMA yang berada diluar lingkungan pesantren (non
pesantren) yaitu SMA Negeri 55 Duren Tiga Jakarta Selatan yang
Populasnya berjumlah 317 orang
2. Untuk populasi siswa SMA yang berada dilingkungan pesantren,
penelitian dilakukan di Pondok Pesantren Al-Muchlisin Ciseeng Parung
Bogor, dan untuk populasi siswa SMA non pesantren penelitian dilakukan
di SMA Negri 55 Duren Tiga Jakarta Selatan yang kesemuanya adalah
siswa kelas XI (dua).
3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik yang dipergunakan untuk pengambilan sampel penelitian .ini adalah
random sampling (pengambilan sample secara acak) pada teknik ini semua
Alasan penulis menggunakan teknik ini adalah karena penelitian yang
dilakukan kepada siswa SMA 55 dan siswa SMA Al-Muchlsisn menunjukan
banyaknya kelas sehingga sampel dalam penelitian ini harus diambil dari
perwakilan tersebut.
3.3 Pengurnpulan Data
3.3.1 lnstrurnen Penelitian
lnstrumen yang digunakan dalam pengukura motif berprestasi, motif
bersahabat dan motif berkuasa skala Likert dan dalam penyusunannya, skala
Likert dibagi menjadi dua bentuk pernyataan, favorable dan unfavorable.
Masing-masing dari pernyataan dalam skala ini subjek diharuskan memilih
jawaban yang paling menggambarkan dirinya sendiri. Ada lima pilihan
jawaban yaitu: (SS) (S) (ATS) (TS) (STS)
Pernyataan tersebut diberi bobot nilai sebagai berikut:
Skala
SS
s
ATS
TS
STS
Table 3.3.2
Bobot Nilai Favorable
5
4
3
2
1
Unfavorable
·1
:2
:3
4 [image:45.595.60.482.166.645.2]Keterangan :
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
ATS : Agak Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak setuju
[image:46.595.68.485.123.563.2]3.3.3 Blue Print
Tabel 3.3.4
Blue Print Tryout Skala Motif Achievement
Aspek Kategori Item Favorable Item
Unfaforable
Achievment • Melebihi orang lain 1* 3 5* 7* 9* 2 4 6* 8* 10
(Berprestasi) • Kreatif 11* 13* 15* 17 12* 14* 16 18*
19* 20
• Bertanggungjawab 21 * 23* 25* 27 22* 24* 26 28*
29* 30
• Mencapai sesuatu 31 33* 35* 37 32 34* 36* 38*
sesuai target 39* 40*
*) Adalah item yang valid
Pada pelaksanaan tryout diujikan sebanyak 40 item ケ。ョセj@ mengukur validitas
skala motif achievement,. Dan selanjutnya diperoleh 27 item yang dipakai
Tabet 3.3.5
Blue Print Tryout Skala Motif Afiliasi
Affiliation • Suka berinteraksi 41* 43* 45* 47* 42* 44 * 46* 48*
(Bersahabat) 49 50
Suka bekerja sama 51* 53* 55* 57 52* 54 56 58*
• 59* 60*
61* 63 65* ,57* 62 64* 66 68*
• Mempertahankan 69* 70*
hubungan 71* 73* 75* 77* 72* 74* 76* 78 '"
• Mengenal lebih 79* 80*
jauh
*) Adalah item yang valid
Pada pelaksanaan tryout diujikan sebanyak 40 item yan9 mengukur validitas
skala motif achievement,. Dan selanjutnya diperoleh 31 item yang dipakai
dalam penelitian deng_an reliabilitas ska la sebesar 0. 76132
Tabel 3.3.6
Blue Print Tryout Skala Motif Pownr
Pownr
•
Mnmpengaruhi 81* 83* 85* 87* 82* 84* 86* 88(Berkuasa) orang lain 89* 90
• Memberikan 91 93* 95* 97* 92* 94* 96 98*
bantuan 99* 100*
• Memaksa 101* 103 105* 102* 104 106
107 109* 108* 11 O*
• Mengendalikan 111* 113* '115 112 114* 116
orang lain 117* 119* 118* 120
[image:47.595.63.495.152.632.2]Pada pelaksanaan tryout diujikan sebanyak 40 item yang mengukur validitas
skala motif achievement,. Dan selanjutnya diperoleh 28 item yang dipakai
dalam penelitian dengan reliabilitas skala sebesar 0.6714
3.4
Prosedur Penelitian
3.4.1 Tahap persiapan
1. Pe1iama-tama Peneliti merumuskan masalah
2. Kemudian peneliti menentukan variable penelitian, melakukan studi
kepustakaan dengan tujuan agar mendapat gambaran dan landasan
teoris yang berhubungan dengan variable penelitian.
3. Menentukan, menyusun dan menyiapkan alat ukur yangt akan digunakan
dalam penelitian, yatu skala Likert yang mengukur perbedaan motif
berprestasi. motif bersahabat dan motif berkuasa antara siswa SMA
pesantren dan siswa SMA non pesantern.
4. Dan selanjutnya peneliti menentukan lokasi, waktu penelitian dan
perizinan penelitian.
3.4.2 Tahap Pengambilan data
1.
Pada tahap ini peneliti menentukan sample penelitian, sample berjumlah60 orang yang terdiri dari 30 orang siswa SMA yang berada dilingkungan
2002) mengatakan bahwa untuk penelitian yang akan menggunakan
analisa data statistik , ukuran sample yang paling minimum adalah 30.
dan selanjutnya peneliti melakukan konfirmasi dengan pihak sekolah SMA
yang ada dipesantren dan SMA non pesantren.
2. Penulis juga memberikan penjelasan mengenai tujuan dan maksud
penelitian dan meminta subjek agar bersedia mengisi pernyataan dalam
penelitian sesuai petunjuk dan instruksi yang sebelurn mengisi angket
dijelaskan oleh penulis terlebih dahulu.
3. Penulis melaksanakan pengambilan data dengan memberikan angket
kepada subjek pada waktu atau jam yang tidak mengganggu jam
pelajaran siswa.
3.4.3 Tahap Pengolahan Data
1. Peneliti melakukan skoring terhadap hasil kuesioner yang tel ah diisi oleh
responden.
2. Peneliti menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh, kemudian
membuat label data.
3. Peneliti melakukan analisa data dengan menggunakan metode statistik
3.4.4 Tahap Pembahasan
Pada tahap ini peneliti menginterpretasikan dan membahas hasil analisa
statistik berdasarkan teori kemudian peneliti merumusk2tn kesimpulan hasil
penelitian dengna memperhitungkan data yang diperoleh.
3.5 Metode Analisa Data
Penelitian yang dilaksanakan ini adalah bersifat kuantitatif dan pengolahan
yang dengan analisis statistik, yakni menggunakan Untuk menentukan
besarnya validitas item-item yang telah diuji cobakan, dari skala motif
achievement, motif afiliasi dan motif power ini dilakukan dengan
menggunakan rumus Product moment, dengan rum us:
a
=
2 [1 -s\2
+
s
22]
?
Sx
-a
=
Koefisien reliabilitas812 dan 822
=
Varians skor belahan 1 dan 28/
=
Varians skor skalaDan menggunakan teknik uji t untuk menghitung perbedaan (t-test) antar
kelompok dengan penghitungan menggunakan perangkat lunak SPSS 13,0
for Windows.
Dengan rumus:
s-
t
= Perbedaan mean antar kedua kelompokx,
=
Mean (rata-rata) sampel 1 (Siswa SMA Pesantren)X 2
=
Mean (rata-rata) sampel 2 (Siswa SMA Non Pesantren)s-
4.1 Gambaran Umum Responden
Responden dalam penelitian ini dibagi dalam 2 kelompok, yang pertama
kelompok siswa SMA yang berada dilingkungan pesantren dan siswa
SMA yang tidak dilingkungan pesantren (non pesantren). Jumlah
responden dalam penelitian ini adalah 60 orang yang terdiri dari 30 orang
(50%) siswa SMA pesantren dan 30 orang (50%) siswa SMA non
[image:52.595.87.509.95.713.2]pesantren.
Tabel 4.1.1
Proporsi kelompok sampel
kelompok Jumlah Pernentase
Siswa SMA Pesantren 30 !i0%
Siswa SMA Non 30 !i0%
Pesantren
Total 60 100%
Tabel 4.1.2
Jenis Kelamin Sampel
JK SMA SMAnon
Pesantren Pesantren
p 12 15
L 18 15
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1 Analisa Data Tingkat Motif Achievement, Motif Afiliasi Dan Motif
Power Siswa SMA Pesantren Dan SMA Non Pesantren
Dengan menggunakan rumus !-test antar kelompok dan analisis dengan
[image:53.595.82.510.199.717.2]menggunakan program SPSS diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.2.2
Hasil Penghitungan Uji TBerdasarkan Masing-masing Motif Dari
Keseluruhan Kelompok
Motif Mean Mean non
t hitung t tabel (a df
Pesantren Pesantren
=
5%)Berprestasi 111.80 116.73 3.301 2.021 58
Bersahabat 128.80 133.86 2.846 2.021 58
Berkuasa 115.66 120.96 3.100 2.021 58
Dari tabel diatas dapat dilihat pada motif Berprestasi bahwa mean atau
skor rata-rata berdasarkan jenis sekolah adalah, skor rata-rata motif
Achievement sma pesanten adalah 111.80 sedangkan skor rata-rata
siswa sma non pesantren adalah 116.73 dimana siswa non pesantren
mempunyai kecenderungan lebih tinggi dibanding siswa pesantren,
dengan t hitung 3.301 dan df sebesar 58, serta nilai t table dengan taraf
signifikansi 5 % sebesar 2.201 maka hal ini menunjukan bahwa terdapat
perbedaan motif berprestasi antara siswa sma pesantren dan siswa sma
Pada motif bersahabat, didapatkan mean atau skor rata-rata siswa sma
pesantren adalah 128.80 sedangkan skor rata-rata siswa sma non
pesantren adalah 133.86 dimana siswa sma non pesantren mempunyai
kecenderungan lebih tinggi dibanding siswa SMA Pesantren, dengan t
hitung 2.856 dan df sebesar 58, serta nilai t table dengan taraf signifikansi
5 % sebesar 2.201 maka ha! ini menunjukan bahwa terdapat perbeclaan
motif bersahabat antara siswa sma non pesantren dan siswa sma
pesantren.
Dan pada motif berkuasa didapatkan mean atau skor rata-rata siswa sma
pesantren adalah 115.66 seclangkan skor rata-rata siswa sma non
pesantren adalah 120.96 dimana siswa non pesantren mempunyai
kecenclerungan lebih tinggi dibanding siswa pesantren, dengan t hitung
3.100 dan df sebesar 58, serta nilai t table dengan taraf signifikansi 5 %
sebesar 2.201 maka hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan motif
berkuasa antara siswa sma pesantren dengan siswa sma non pesantren.
Maka Ho yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan pada motif berprestasi, motif bersahabat an motif
berkuasa antara siswa SMA non Pesantren dan siswa SMA Pesantren
Dengan demikian H1 yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan pada motif berprestasi, motif bersahabat dan motif
berkuasa antara siswa SMA non Pesantren dan siswa SMA Pesantren
diterima.
Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan motif berprestasi, motif bersahabat dan motif berkuasa
antara siswa sma non pesantren dan siswa sma pesantren dimana siswa
non pesantren mempunyai kecenderungan lebih tinggi dibanding siswa
5.1 Kesimpulan
Menjawab pertanyaan yang diajukan pada bab 1 dan dad analisa data
yang telah dikemukakan pada bab 4 maka dapat diperoleh kesimpulan
bahwa:
1. Terdapat perbedaan yang signifikan pada motif achievement,
antara siswa SMA non Pesantren dan siswa SMA Pesantren
dimana siswa SMA non pesantren mempunyai kecenderungan
lebih tinggi dibanding siswa pesantren.
2. Terdapat perbedaan yang signifikan pada motif afiliasi antara
siswa sma non pesantren dan siswa SMA Pesantren dimana siswa
SMA non Pesantren mempunyai kecenderungan lebih tinggi
dibanding siswa pesantren.
3. Terdapat perbedaan yang signifikan pada motif power antara siswa
SMA non Pesantren dan siswa SMA Pesantren dimana siswa non
pesantren mempunyai kecenderungan lebih tinggi dibanding siswa
5.2 Diskusi
Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan pada motif berprestasi,motif bersahabat dan motif berkuasa
antara siswa SMA non Pesantren dan siswa SMA Pesantren.
Dalam Teevan dan Smith (dalam martaniah, 1984) disebut sebagai motif
sekunder yang pada umumnya dianggap diperoleh dari hasil belajar
melalui pengalaman dan lingkungan. kebutuhan yang disebut jug a
kebutuhan sosial, yaitu berprestasi yang memiliki kecenderungan agar
seseorang memperoleh keberhasilan, selanjutnya adalah kebutuhan
bersahabat karna manusia adalah makhluk yang selalu membutuhkan
orang lain untuk bertahan hidup dan kebutuhan lainnya yang tidak kalah
penting adalah kebutuhan untuk berkuasa yaitu kebutuhan untuk
mempengaruhi orang lain, menguasai orang lain dan in£1in berdampak
terhadap orang lain.
Merujuk pada hasil penelitian, didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan
motif berprestasi, motif bersahabat dan motif berkuasa antara siswa SMA
5.3
Saran
Sebagai penutup bab ini peneliti mengajukan beberapa saran yang
bersifat praktis untuk pihak-pihak terkait, dan saran untuk kepentingan
penelitian lebih lanjut.
Sekiranya akan pilakukan penelitian sejenis handaknya:
1. Pada penelitian selanjutnya jumlah sample agar dapat benar-benar
mewakili populasi yang ada serta mendapatkan hasil penelitian yang
lebih variable dan teruji.
2. Penulis menyarankan untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut
ten tang motif berprestasi, motif bersahabat dan motif berkuasa pada
mahasiswa fakultas agama dan mahasiswa faultas non agama.
3. kepada para siswa SMA Pesantren maupun siswa SMA non Pesantren
hendaknya lebih meningkatkan motovasi berprestasi dengan
memanfaatkan motivasi lain yang ada dalam diri seperti motif
bersahabat agar dalam menjalin persahabatan dapat menimbulkan
motif untuk berprestasi atau dalam menjalin persahabatan timbul rasa
saling mendukung untuk berprestasi karna motif bersahabat adalah
motif yang paling tinggi nilainya pada masing-masing sekolah.
4. Bagi para pendidik baik di SMA Pesantren maupun SMA non
Pesantren hendaknya lebih memotivasi siswa agar mempunyai motif
berprestasi lebih tinggi mengingat motif berprestasi adalah motif paling
Daftar Pustaka
1. Buku
Ashar, S. Munandar. (2001 ). Psikologi lndustri dan Organisasi. Jakarta: UI
Press
Chaplin, J.P.,(2002) Kamus Lengkap Psikologi, (terj. Kar1:ini Kartono)
Jakarta: Rajawali Press.
Dasuki, H. A Hafid, dkk. (1994) Ensiklopedi Islam. Jakart:a: lkhtiar Baru
Van Hoeve.
Dhofier, Zamakhsyari, (1983). Tradisi Pesantren Studi Tentang
Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES.
Durbin, A J. (1995). Management of organizazional Behavioral (2nd ed).Prentice, Hall: New Jersey.
Hadi, AT, Sofyan, Al-Barey, M. D. J. (1999). Kamus llmiah Kontemporer.
Bandung: Pustaka Setia.
Hafidudin, Didin (1988). Dakwah Aktual. Jakarta: Gema lnsani Press.
Hasan, Iqbal, (2002) Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan
Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
lrwanto, et. Al. (1997). Psikologi Umum: Buku Panduan Mahasiswa.
Jakarta: Rajawali Press.
Jaelani, H. A Timur, (1980) Peningkatan Mutu Pendidikan dan
Pembangunan. Jakarta: Dermaga.
Lips, H. M. (1991). Women, Man and Power. California: Mayfield
Publishing and Company.
Martaniah, S.M. (1984). Motif sosial Remaja Suku Jawa clan Keturunan
Cina Oibeberapa SMA. Yogyakarta:UGM Press.
McClelland, David. (1953). The Achievement Motive, New York.
McClelland, D.C. (1990). Human Motivation. Cambridge University Press: New York, Port Chester: California.
Muhammad, Ridwan, Lubis. (1992). Pemikiran Sukarno Tentang Islam.
Jakarta: Masagung.
Najati, Usman, (2001 ). Jiwa Manusia Dalam Sorotan Al-qur'an. Jakarta: Cendikia Sentra Muslim. Cet. Ke 6.
Nurgiyantoro,et.al (2002). Statistik Terapan untuk l/mu-ilmu Sosial.
Yogyakarta; UGM Press.
WIS, Poerwadarminta., (1976). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: P. N Balai Pustaka.
Rafiq, A., dkk. (2005). Pemberdayaan Pesantren. Yogyakarta: Lkis
Pelangi Aksara.
Ruch, L Flogd. (1973). Psychology and Life. Scoot, Foresmen and
Company.
Sarlito Sarwono, Wirawan, (2000). Pengantar Umum Psikologi. Jakarta:
Bulan Bintang. . ·
Stoner, James, AF and Freeman, Edward, R. Management, manajement.
Wilhelmus. W. B. dan Benyamin, Molan (tTerjemahan). (1994) Jakarta: lnternasional.
Nana Sudjana, (1989). Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum
Sekolah. Bandung: Sinar Baru.
Wasty Sumanto, (1998). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Muhibbin Syah, (2002) Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.
[image:60.595.73.522.146.706.2]Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (2003) Jakarta: Sinar Grafika.
2. Skripsi
Anwar, Surachman, Mochamad. (1997). Motif Berprestasi, Motif Berafi/iasi
dan Motif Berkuasa Pada Pendaki Gunung, Pengarung Jeram dan Penerjun Paralayang diJakarta. Depok: Fakultas F'sikologi
Universitas Indonesia.
lskandar, Livia. (1994). Motif Untuk Berkuasa Pada Pemimpin Dalam
Bidang Polilik dan Manajerial (Suatu Studi Banding Antara Wanita dan Pria Pemimpin) Depok: Fakultas F'sikologi Universitas
Indonesia.
Muflihah (2003) Hubungan Antara Motif Berafiliasi RemaJa Keturunan
Tionghoa Dengan Kecenderungan Melakukan Hubungan
Interpersonal Antar Etnik .. Jakarta: Fakultas F'sikologi Universitas Islam Negri.
Susianto, H. (1992). Memadukan I/mu dan Seni dalam Menyusun Skala
Liker!. Jurnal F'sikologi.
Susilawati, lka (2006) Korelasi Persepsi Hubungan Guru dan Murid
Dengan Motif Berprestasi Murid SD Bhakti Mu/ya Kemanggisan Jakarta Baral. Jakarta: Fakultas F'sikologi Universitas Islam Negri
3. Internet
http://www.radioonejakarta.com/artikel
http://www.depdiknas.go.id/jurnal/hubungan pola asuh orang tua.htm
,JI J{crla f\1uldi i\o.5 ('ircndt"u C:iptllal .J:ik:1rt;t Sl'l:il:111 15-119 'ftlp. (02J) 7-tJJ060 Fax. 747I·t71-t
--·----
-· MᄋMMMセMMM ------·---セoAャQPイ@
J_an1p. ll<1l
---Ft. 71:()/ .111-;11o:;t0 /\'111/2001>
Kcp<1d<1 Y1h.
Kcpala Sckol:.11 SH UN 55
di
./<1br/a Scl:i1a11
Assala1nu'alaikun1 \\Ir. Wb.
1\ a 111 a
·re111pc11/!'gl lセQィゥイ@
J\la111;it
Sc111i.:s!cr
Noinor Pokok T:1hun Ak:1dc111ik Progra·11
Tazkiyah Amer
.lakurt<r. ?.7 1\gus!us 1983
JI. ゥ|ᄋャセエエョー。ョァ@ l1r:1p;!lan XVl/71\ Ldz;1rL1 Si.:L1t;:11
IX (scmbila11)
102070026026 2006/2007
S1ra1a I (S-1)
Schubung,;111 、」セQァQイQ@ tugas pcnyclcsaian skripsi ケ。Zセァ@ bctjuc.!ul 'Pcrbcd;!1Ul ,.\_n(ara !Ylotif' :\chic\'rncnf, J\filiation dan l\,1otif Pt1n·cr 1\nt:ira Sis\V:I SiVl.1\ Non Pcsantrcn d
an Sis\\'tl Santri S1\1A Pcsnntrcn11 1nahasis\va terscbut n1cr11erluk:1·i izin try out len1baga
yang Bapuk/lbu/Sauclara Pi111pin. Oleh ォョイ・ョセQ@ itu kan1i n1ohon ォ・ウセ、ゥ。。ョ@
Bapak/lbu/Saudara untuk n1cncrin1a 111ahasis\va tersebut dan n1e1nberikan bantuannya.
J)i.:inikian :1t11s pcrhatian dan bantuan l311pak/lbu/Saudara J:a111i ucap\\an terin1a kasih.
Ten1 busan :
,JI, J(crla Mu Id i No.5 ( :i rent! e11 ( :i p u la I ,) a k;11 ta Sela la 11 I S..J I 1) ·1\·I p. (021 ) 7 •l.J.3060 Fax. 7471471 ·t
)J110r FL 71/0T.Ol .// 10010 /Vlll/200(J Jakarta, 29 Agustus 2006
111 Jl.
d Jz'n Penc!itian
Kcpacla Yth.
Kcpala Sckolah SMU I /\l-Muchlisin di
l3ogor
;\ss11hunu'alaikun1 \Vr. \'/b.
[)cng;1n horn1at. kan1i sainpaikan bah\VH :
Tazkiynh Amer
Jak;irta. 27 :\gustus J 983 Na 111 :i
t」ュー。ゥZtセi@ l.:d1ir
1\ 1 " tll ;1 l .IJ :\i;1111p;111g Pr:1p:1t;111 \\.'!..'7,\ J;ik;:r.;1 s」ャセQエZQQQ@
Se111c:-;tL·r
Nun1or Poknk
'l'alH111 .'\k:1dcn1;1.
Prot,;r:1n1
IX {se111bi!;1nJ
I IJ21J7UIJ21>11211 200(1/20117
Stra1<1 I (S-1 J
Schuh\d•g<lil 、エZョセLャAゥ@ tug;1':i ーcャャIGャNNNGォNᄋセ。ゥ[Qョ@ skripsi ケ\ゥョセMセ@ bl:tjudul 'l'er1Jcd:1a11 ,.\ntara
J\'lutir· .. \chie\'1JH:11t, _,\!iliatio11 d:111 fviolif Po\\'Cr 1\11!:tra Sis\\·a S[d,,\ 1'\/on Pesantrl'll d an Sisn·a S:intri Si\·I,\ Pcsantrc.:n" 1n:ihasi:-;\,·a tcrscbut 1nt::n1erluka11 izin try out ャ」ゥョ「セゥァ。@
yang l3<1p<1k/Jbu/SalH.!an1 Pi1npin. Olch karena itu kan1i 111uh