• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan motif berprestasi motif bersahabat dan motif berkuasan antara siswa SMU Pesantren dan non pesantren : studi kuantitatif pada SMA 55 Jakarta dan SMA al-Muchlisin Parung Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan motif berprestasi motif bersahabat dan motif berkuasan antara siswa SMU Pesantren dan non pesantren : studi kuantitatif pada SMA 55 Jakarta dan SMA al-Muchlisin Parung Bogor"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

JAKARTA DAN SMA AL-MUCHLISIN PARUNG BOGOR)

r-::---1. .... ,

!

ENPU,•:n;.:

. , ,

. ----.

/

uttJ

s

YA111;.

• · • • .. ·

11<1A /

OLEH: ·---. • . ᄋGNALQセゥOm@

I

--·--·-- l

TAZKIYAH AMER ··--··-··-.!

NIM: 102070026026

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

DAN MOTIF BERKUASA ANTARA SISWA SMA PESANTREN DAN NON

PESANTREN (STUDI KUANTITATIF PADA SMA 55 JAKARTA SELATAN

DAN SMA AL-MUCHLISIN PARUNG)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat

memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)

Ors. Asep Haerul Gani, Psi.

Oleh:

TAZKIYAH AMER

NIM: 102070026026

Di bawah Bimbingan

Pembimbing II

セ@

セセ@

lkhwan Luthfi, M.Psi.

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

PADA SMA 55 JAKARTA SELATAN DAN SMA AL-MUCHLISIN PARUNG) ini telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 Februari 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.

Jakarta, 20 Februari 2007

Sidang Munaqasyah,

Dekan/

M.Si.

Anggota:

Penguji I

M.Si.

Pembimbing II

ᄋMMセ@

(4)

(C) Tazkiyah Amer

(D) Perbedaan Motif Achievement, Motif Afiliasi dan Motif Power Antara Siswa SMA Non Pesantren dan Siswa SMA Pesantren.

(E) xii + 51 halaman

(F) Setiap individu memilki motivasi dalam diri masing-masing, yang tentu saja motivasi yang ada dalam diri masing-masing inclividu sangat

dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Lembaga pendiclikan pesantren clan lembaga penclidikan non pesantren adalah dua latar belakang kehidupan yang sangat berbeda dan secara nyata dapat kita lihat berawal dari latar belakang keseharian dan cara memperoleh pengalaman yang berbeda yang dijalani siswa yang berada di lingkungan pesar.tren tentu sangat berbeda dengan siswa yang berada diluar lingkungan pesantren yang pastinya hal ini akan mempengaruhi dorongan atau motif pada masing-masing individu. Ada tiga motif yang dijadikan bahan penelitian dalam skripsi ini, yaitu motif achievement, motif afiliasi dan motif power atau yang disebut motif sosial yang akan diteliti penulis dengan

memperbandingkan dua lembaga pendidikan, yaitu lembaga pendidikan pesantren dan lembaga pendidikan non pesantren.

Penelitian ini menggunakan Skala Likert yang mengukur perbedaan motif achievement dengan reliabilitas skala sebesar 0.593:1, motif afiliasi

dengan reliabilitas skala sebesar 0.762 dan motif power dengan

reliabilitas skala sebesar 0.6714 Penelitian dilakukan di SMA negri 55 clan Pondok pesantren Al-Mukhlisin dan Jumlah Subjek dari masing-masing lokasi adalah 30 orang

Pada penelitian pada motif berprestasi diketahui nilai rata-rata

(5)

Segala puji bagi Allah Swt. Tuhan semesta alam yang telah memberikan nikmat iman dan Islam. Shalawat dan salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. karena Beliaulah kita bisa terangkat pada derajat yang lebih tinggi.

Perasaan syukur atas nikmat yang Allah Swt. berikan sehingga skripsi ini dapat tersusun tepat pada waktu yang telah ditentukan. Penulis juga

mengucapkan terima kasih yang tidak terkira kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

1.

Kepada orangtuaku Alm. Solahudin lmroni dan Ulyah yang tercinta yang selalu memberi semangat, dan perhatian dikala penulis menghadapi kejenuhan sewaktu mengerjakan skripsi ini serta saudara-saudaraku Ahmad Torix Amer (aim), Ahmad Sauqi Nabafi, S.Psi., Mahbub Junaidi, Kamalia dan Ana Karima yang telah memberikan semangat dan

dukungan serta perhatian semoga keluarga kita mencapai sukses dunia akhirat.

2. Dekan Fakultas Psikologi lbu Ora. Hj. Netty Hartati, M. Si.; Pudek Fakultas Psikologi lbu Ora. Hj. Zahrotun Nihayah, M. Si. beserta civitas akademika Psikologi.

3. Bapak Drs.Asep Chaerul Gani,Psi., selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, waktu, pengalaman dan semangat yang luar biasa dalam memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini, semoga apa yang bapak lakukan menjadi amal ibadah dihadapan Allah Swt.

4. Bapak lkhwan Lutfi, M. Psi. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, ilmu dan wawasannya kepada1 penulis sehingga skripsi ini dapat terlaksana dengan baik.

5. Seluruh dosen fakultas Psikologi yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

(6)

8. Untuk saudara sepupuku Karisma dan Lyna atas motivasi, perhatian dan kekompakan kita.

9. Sahabat-sahabatku Rita, Ulva,Yoga, lnta dan Holinda serta

teman-temanku yang lain dikelas c semoga ukhuwah dan silaturahim kita dapat terus dijaga and specially for &i.

10. Kepada semua pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam skripsi ini, semoga Allah Swt. memberikan hidayahnya kepada kita

semua. Amin ...

Jakarta, Februari 2007 Penulis,

(7)

LEMBAR PERSETUJUAN ... ,,... ii

LEMBAR PENGESAHAN •...•...••...•... ,,... iii

DEDIKASI ..••...••...•... iv

ABSTRAK ...•... ,,... v

KAT A PENGANT AR ... vii

DAFT AR ISi ... ix

DAFT AR T ABEL ... xii

DAFT AR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... .... . .. .... .. .. ... ... 1

1.2. ldentifikasi Masalah .. .. .. .. .. .. . .. .. . .. .. .. .. . . .. .. . .. .. .. .. .. .. 7

1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... ... ... .... .. .. 7

1. 3. 1 Pembatasan Masalah... ... ... .... ... ... ... 7

1.3. 2 Perumusan Masalah ... 8

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... ... 8

1.4.1 Tujuan Penelitian ... 8

1.4. 2 Manfaat Penelitian ... 9

1.5. Sistematika Penulisan ... 9

(8)

2.1.1 Pengertian Motif... 11

2.2. Jenis-jenis Motif... 14

2.2.1. Motif Achievement (berprestasi) ... 15

2.2.2. Motif Afiliasi (bersahabat) ... 18

2.2.3.Motif Power (berkuasa)... 24

2.3. Pendidikan Pesantren dan Non Pesantren ... 26

2.4. Hipotesis Penelitian ... 32

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 33

3.1. Jenis Penelitian ... 33

3.2. Populasi dan Sampel ... 34

3.2.1. Populasi... .... ... ... .. .. .. ... .. .. .. .... .. .. . .. .. .. .. .. .. . .. . .. .. 34

3.2.1. Sampel ... 34

3.3. Pengumpulan Data ... 35

3.3.1. lnstrumen Penelitian ... 35

3.4. Prosedur Penelitian ... 38

3.4.1. Tahap persiapan ... 38

3.4.2. Tahap Pengambilan Data... 38

3.4.3. Tahap Pengolahan Data... 39

(9)

Tabel 3.3.5 : Blue Print Motif Bersahabat ... ... ... ... ... ... ... .. . ... ... 37

Tabel 3.3.6 : Blue Print Motif Berkuasa... ... ... ... ... ... ... . .. ... ... ... ... . 37

Tabel 4.1. 1 : Proporsi Kelompok Sampel... 42

Tabel 4.1.2. : Jenis Kelamin sampel ... .. . ... ... ... ... ... .. . .. . ... ... ... 42

Tabel 4.2.2. : Hasil Penghitungan Uji T Motif Sosial Berdasarkan

[image:9.595.60.475.136.669.2]
(10)

Lampiran 3 : Surat lzin Penelitian

Lampiran 4 : Instrument Penelitian

Lampiran 5 : Data Hasil try Out Kelompok Non Pesanten

Lampiran 6 : Data Hasil try Out Kelompok Pesantren

Lampirn 7 : Data Hasil Try Out Gabungan (Pesantren dan Non

Pesantren)

Lampiran 8 : Data Hasil Penelitian Kelompok Non Pesantren

(11)

1.1. Latar Belakang

Perkataaan motivasi (motif) menunjukan perilaku kuat yang diarahkan

menuju kesuatu tujuan tertentu. Dibalik perilaku kuat ini disinyalir terdapat

sejenis kebutuhan, keinginan atau hasrat. Motif sebagai disposisi laten yang

berusaha dengan kuat untuk menuju ketujuan tertentu, tujuan ini dapat

berbentuk prestasi, afiliasi atupun kekuasaan (Atkinson, 1984).

David McClelland. Dasar teorinya tetap berdasarkan teori kebutuhan Maslow,

ia fnencoba mengkristalisasinya menjadi tiga kebutuhan:

Need for Power (nPow)

Need for Affiliation (nAff)

Need for Achievement (nAch)

· Dalam membangun teorinya ini ia mengajukan teori kebutuhan motivasi yang

dipelajari yang erat hubunganya dengan konsep belajar. la percaya bahwa

(12)

Setiap individu memilki motivasi dalam diri masing-masing, yang tentu saja

motivasi yang ada dalam diri masing-masing individu sangat dipengaruhi

oleh lingkungan sekitar. Ada tiga motif yang sering dijadikan bahan penelitian

dalam skripsi ini, yaitu motif achievement, motif afiliasi dan motif power atau

yang disebut motif sosial yang akan diteliti penulis dengan

memperbandingkan dua Jembaga pendidikan, yaitu Jembaga pendidikan

pesantren dan lembaga pendidikan non pesantren.

Sengaja penulis memilih lembaga pendidikan pesantren dan lembaga

pendidikan non pesantren karna secara nyata dapat kita lihat bahwa latar

belakang keseharian dan cara memperoleh pengalaman yang berbeda yang

dijalani siswa yang berada dilingkungan pesantren tentu sangat berbeda

dengan siswa yang berada diluar lingkungan pesantren yang pastinya hal ini

akan mempengaruhi dorongan atau motif pada masing-rnasing individu.

McClelland (1953) menggunakan istilah motif dan motivasi dalam arti yang

sama atau sinonim, menurutnya semua motif diperoleh dari hasil belajar. Dari

pernyataan dapat kita lihat bahwasanya motif yang ada pada diri individu

sangat dipengaruhi oleh dimana individu itu berada dan berdasarkan

pengalaman yang ia dapatkan.

Perbedaan yang ada pada lingkungan pesantren dan lingkungan pesantren

(13)

lingkungan pesantren siswa atau yang disebut juga santri menjalani hari-hari

24 jam non stop dengan teman-teman dan tanpa diasuh oleh orang tua

secara langsung, melainkan dengan asuhan para pengasuh yang terdapat

dipesantren atau yang biasa dipanggil ustadzah dan kakak-kakak kelas,

sedangkan siswa yang tidak berada dilingkungan pesantren atau siswa

sekolah umum, mereka bersekolah dimulai pada pukul 7 pagi sampai pukul 1

siang dan pada waktu selanjutnya mereka menghabiskan waktu dengan

diawasi oleh orang tua mereka sendiri. Dari sini dapat kita lihat pola asuh,

pengawasan dan kedekatan mereka terhadap teman antara siswa yang

berada dilingkungan pesantren yang sangat berbeda. Motif berafiliasi dapat

dimaksudkan antara lain sebagai suatu kebutuhan untuk membangun dan

mempertahankan hubungan dengan orang lain Feldman (1993). Bagi siswa

pesantren yang Jauh dari orang tua dan keluarga dapat memotivasi

seseorang untuk mencai kenyamanan yang dapat meng9antikan

kenyamanan yang didapat dari keluarga, hal inilah yang terjadi bila

seseorang jauh dari keluarga dan mau tidak mau seseorang harus terlibat

untuk berinteraksi dengan orang lain dan sangat membutuhkan orang lain.

dari keterangan diatas, mungkin saja kita dapat berasumsi bahwa anak yang

berada dilingkungan pesantren mempunyai motif afiliasi (bersahabat) lebih

(14)

Muflihah (2005) dalam penelitiannya tentang hubungan antara motif

berafiliasi remaja keturunan tionghoa dengan kecenderungan melakukan

hubungan interpersonal antar etnik mendapatkan adanya hubungan yang

kuat antara motif berafiliasi remaja keturunan tionghoa terhadap etnik lain, hal

ini menunjukan bahwa setiap individu akan mempunyai motif afiliasi yang

tinggi karena setiap diri individu terdapat keinginan untuk disukai dan diterima

dan akan selalu berusaha agar hubungan itu tetap ada.

Dilingkungan pesantren, semua kegiatan yang harus dilaksanakan oleh santri

sudah terjadual mulai kapan ia harus mandiri, belajar sampai pada waktu

tidur, dan semua kegiatan diawasi oleh pengasuh atau ustadzah. Sedangkan

siswa non pesantren mereka dapat memilih sendiri kegiatan yang disukainya,

dan diawasi oleh orang tua mereka sendiri. Menurut Teevan dan Smith

(dalam Martaniah, 1984) motif dapat digolongkan atas dasar latar belakang

perkembangan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok primer dan kelopok

sekunder. Motif primer misalnya saja haus, lapar yang berdasarkan proses

kimiawi, fisiologik dan tidak dipelajari. Sedangkan motif sekunder tidak secara

langsung berdasarkan berdasarkan motif kimiawi fisiologik dan yang pada

umumnya dianggap diperoleh dari hasil belajar melalui pengalaman dan

lingkungan, motif sekunder inilah yang disebut motif sosial dan yang

(15)

bagi penulis apakah hal ini mempengaruhi motif achievement (motivasi

berprestasi) mereka?

lka Susilawati (2006) dalam penelitiannya tentang korelasi persepsi

hubungan guru dan murid dengna motif berprestasi muricl pada SD Bhakti

Kemanggisan Jakarta Barat, mendapatkan adanya korelasi yang positif

antara persepsi hubungan guru dan murid dengan motivasi berprestasi dalam

kesimpulan penelitian juga dikatakan perlunya dipelihara hubungan yang

baik antara murid dan guru agar meningkatkan motivasi berprestasi siswa.

Dalam penelitian ini menunukan bahwa salah satu hal yang mendorong

motivasi berprestasi murid adalah dengan adanya dan terpeliharanya

hubungan yang baik antara murid dan guru. Bagi siswa yang berada

dilingkungan pesantren diharapkan adanya hubungna yang baik antara siswa

(santri) dengan guru atau pengasuh agar terciptanya rasa nyaman yang

dapat meningkatkan motivasi berprestasi.

Dimanapun siswa berada, terutama mereka yang masih belia, selalu timbul

keinginan untuk mempengaruhi orang lain, menguasai orang lain dan ingin

berdampak terhadap orang lain, motif berkuasa sebagai l<ecenderungan

untuk ingin mencari pengaruh, mengontrol atau mempengaruhi orang lain

sehingga dapat dilihat individu yang memiliki kel<uasaan, bagi senior yang

(16)

terutama bagi siswa yang berada dilingkungan pesantren, apakah hal in

dapat menimbulkan motif power (berkuasa) lebih tinggi dibanding siswa non

pesantren?. Setiap individu menginginkan dirinya berpen!Jaruh terhadap

orang lain, bagi siswa senior biasanya mereka menunjukan motif ini kepada

juniornya,-mereka ingin terlihat berkuasa dan dihormati \!\linter (1973).

Pada segi keagamaan, siswa yang berada diluar lingkun9an pesantren dan

bersekolah disekolah umum (bukan sekolah agama) hanya mendapat waktu

2 jam dalam seminggu untuk belajar agama, sedangkan siswa yang berada

dilingkungan pesantren selalu menjalani kegiatan belajar yang mereka jalani

selalu berhubungan dengan keagamaan.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka penulis

tertarik untuk menulis dan meneliti mengenai perbedaan kebutuhan (motif)

achievement (berprestasi) motif affiliasi (bersahabat) dan motif power

(berkuasa) siswa SMA yang berada dilingkungan pesantren dan siswa SMA

yang tidak berada dilingkungan pesantren dengan judul:

"Perbedaan Motif Berprestasi, Motif Bersahabat dan Motif Berkuasa antara

(17)

1.2. ldentifikasi Masalah

1. Apakah ada perbedaan motif Berprestasi antara siswa SMA Pesantren

dan siswa SMA non Pesantren?

2. Apakah ada perbedaan motif Bersahabat antara siswa SMA Pesantren

dan siswa SMA non Pesantren?

3. Apakah ada perbedaan motif Berkuasa antara siswa SMA Pesantren

dan siswa SMA non Pesantren?

1.3.

Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1.3.1 Pembatasan masalah

Berdasarkan judul penelitian tersebut, maka penulis memberikan batasan

pada permasalahan yang aka dibahas yaitu:

1. Motivasi atau motif pertama yang dibatasi disini adalah motif achievement

atau disebut juga motif berprestasi yaitu motif atau dorongan yang ada

dalam diri seseorang yang berkaitan pada keinginan untuk melebihi orang

lain, kreatif, bertanggung jawab, dan mencapai sesuatu sesuai dengan

target.

2. Motif yang kedua adalah motif Afiliasi yaitu motif bersahabat sehingga

seseorang suka berinteraksi,suka bekerja sama, mempertahankan

(18)

3. Motif yang ketiga adalah motif power atau yang disebut jug a motif

berkuasa yang berkaitan keinginan individu untuk mempengaruhi orang

lain, memberikan bantuan, memaksa dan mengenclalikan orang lain.

4. Siswa SMA yang dimaksud dalam penelitia ini adalah 'siswa SMA Negeri

55 duren tiga Jakarta Selatan dan Siswa SMAPondol< Pesantren

Al-Muchlisin Parung Bogar.

1. 3. 2 Perumusan masalah

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah:

Apakah ada perbedaan motif Berprestasi, motif Bersahabat dan motif

Berkuasa antara siswa SMA Pesantren dan siswa SMA non Pesantren?

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. 4. 1 Tujuan penelitian

Berlatar belakang pad a masalah dasar tersebut diatas, pimelitian ini

bertujuan untuk mengetahui perbedaan motifBerprestasi, motif Bersahabat

dan motif Berkasa antara siswa SMA Pesantren dan siswa SMA non

(19)

1. 4. 2 Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Menambah Khazanah Penelitian dibidang Psikologi terutama yang

berkaitan dengan motif berprestasi, motif bersahabat dan Motif berkuasa.

,

..

2. Manfaat Praktis

Bagi siswa SMA Negeri 55 dan siswa SMA Pesantren Al-Muchlisin

diharapkan dapat memberikan informasi tentang dapat memberikan

informasi tentang motif berprestasi, motif bersahabat dan motif power.

Sebagai dasar untuk memberikan motivas untuk siswa.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB 1

BAB2

: Pendahuluan

Pada BAB ini berisi latar belakang masalah, Perumusan

masalah dan pembatasan masalah, Tujuan dan manfaat

penelitian,Sistematika penulisan dan Teknik penulisan.

: Kajian teori

Pada BAB ini dibahas tentang teori-teori yang berhubungan

dengan masalah yang akan diteliti yaitu motif achievement,

motif afiliasi dan motif power dan teori tentang sekolah umum

(20)

BAB3

BAB4

BAB 5

: Metodoiogi penelitian

Pada BAB ini penulis membaginya kedalam beberapa bagian,

yaitu: jenis penelitian, ala! pengumpulan data,prosedur

penelitian dan metode analisa data.

: Hasil penelitian

[image:20.595.63.493.170.514.2]

Pada BAB ini diuraikan hasil penelitian yang meliputi

gambaran umum responden, analisa dan interpretasi data.

: Penutup

Pada BAB ini berisi kesimpulan, diskusi dan saran.

1.6

Teknik Penulisan

Teknik penulisan dalam penelitian ini mengacu pada buku pedoman

penyusunan dan penulisan skripsi fakultas Psikologi UIN syarif Hidayatullah

(21)

2. 1. Motif

2.1.1 Pengertian motif

Kata motivasi berasal dari bahasa latin yaitu movere, yang artinya

menggerakan, motivasi dapat menerangkan mengapa terjadinya suatu

perilaku yaitu alasan yang menyebabkan seseorang melakukan sesuatu

(Durbin, 1994).

Chaplin (2001) dalam kamusnya mengartikan motivasi sebgai suatu variabel

yang ikut campur tangan yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor

tertentu di dalam organisme, yang membangkitkan, men!Jelola,

mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju satu sasaran.

Atkinson (1984)mengatakan motif sebagai disposisi laten yang berusaha

dengan kuat untuk menuju ketujuan tertentu, tujuan ini dapat berbentuk

(22)

Sedangkan McClelland (1953) menggunakan istilah motif dan motivasi dalam

arti yang sama atau sinonim, menurutnya semua motif diperoleh dari hasil

belajar. Selanjutnya ia mengatakan bahwa semua motif tentu didasari oleh

emosi, akan tetapi motif tidak sama dengan emosi dan bahwa motif

merupakan dorongan untuk berubah dalam kondisi yang efektif.

Martaniah (1984) menyebutkan bahwa prediksi dan modifikasi perilaku

merupakan masalah pokok dalam psikologi. Untuk dapat membuat prediksi

tentang perilaku antara lain perlu diperhatikan mengapa perilaku itu terjadi

dan yang dapat menjawab pertanyaan itu adalah psikologi motivasi. la

mengatakan pula bahwa dalam diri individu ada sesuatu yang menentukan

perilaku itu dengan istilah "Need" atau kebutuhan (Muray, 1938) ada yang

menyebutkan dengan istilah motif dan ada pula yang mengggunakan istilah

itu secara bergantian (McClelland, 1967)

Teevan dan Smith ( dalam Martaniah, 1984) menggolongkan motif atas latar

belakang perkembangannya menjadi dua kelompok yaitu motif primer dan

motif sekunder. Motif primer berdasarkan proses kimiawi fisiologik dan yang

tidak dipelajari, misalnya haus dan lapar. Sedangkan motif sekunder tidak

secara langsung berdasarkan proses tersebut dan pad a umumnya dinilai

(23)

berpendapat bahwa motif itu antara lain adalah motif berprestasi, motif

berafiliasi dan motif berkuasa atau dikenal juga sebagai motif sosial.

McDonald (dalam Wasty Soemanto, 1998) mendefinisikan motivasi sebagai

suatu perubahan tenaga didalam diri atau pribadi seseorang yang clitandai

oleh clorongan efektif clan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan.

Lusi (dalam Ahmad Faqih HN,2006) mengatakan bahwa motif adalah suatu

kekuatan yang menclorong atau menarik yang tercermin dalam tingkah laku

yang konsisten menuju tujuan tertentu.

Usman Najati (2001) menclefinisikan motivasi sebagai suatu clorongan (clari

dalam diri) yang membangkitkan semangat pacla makhluk hiclup, yang

kemuclian hal itu menciptakan aclanya tingkah laku clan mengarahkannya

pacla pacla suatu tujuan tertentu.

Sarlito Wirawan Sarwono (2000) menclefinisikan motivas;i sebagai suatu

rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga bagi terjaclinya suatu tingkah

laku.

Motivasi aclalah suatu penentu (cleterminan) perilaku dengan kata lain

(24)

Kebanyakan perilaku bermotivasi mempunyai komponen emosional (afektif).

Komponen inilah yang menyebabkan perilaku tertentu cenderung diulang

kembali (karena menghasilkan sesuatu yang menyenan9kan) atau dijauhi

(dihindari) karena menghasilkan sesuatu yang tidak disukai (lrwanto, 1997).

Jadi dari uraian diatas dpat kita pahami bahwa motivasi menunjukkan

perilaku kuat yang diarahkan menuju kesuatu tujuan tertentu. Dibalik perilaku

kuat ini disinyalir terdapat sejenis kebutuhan, kein9inan atau hasrat. Atau

istilah butuh atau ingin menunjukkan adanya suatu kekurangan (kelebihan)

akan sesuatu, dimana dengan tercapainya tujuan tadi hal tersebut dapat

dipuaskan. lstilah hasrat menunjukan perasaan kuat. Den9an cara ini kita

melihat motivasi sebagai suatu proses.

2.2.

Jenis-Jenis Motif

David McClelland (1953) mengataka bahwa kebutuhan manusia terbagi

menjadi tiga atau yang selanjutnya disebut jug a disebut motif:

Need for Power (nPow)

Need for Affiliation (nAff)

(25)

Dalam membangun teorinya ini ia mengajukan teori kebutuhan motivasi yang

dipelajari yang erat hubunganya dengan konsep belajar. la percaya bahwa

banyak kebutuhan yang didapatkan dari kebudayaan suatu masyarakat.

2.2.1 Motif Achievement (berprestasi) .

Motif Achievement atau motif berprestasi ad al ah motif yang paling banyak \

diteliti. Menurut Heck Hausen (dalam Martaniah, 1984) penelitian mengenai

motif ini telah dimulai sejak Narziss Ach ditahun 1910 dan kemudian

diteruskan oleh Kurt Lewin pada tahun 1926. Ach menggunakan konsep

"Determining Tendency" dan Lewin menggunakan konsep "quasi need" bagi

motif tersebut..Tetapi yang berhasil menyebarluaskan konsep motif

berprestasi dan mengembangkan pengukuran adalah McClelland.

Dari penelitian yang dilakukan McClelland (1987) dihasilkan profil

orang-orang yang memiliki kebutuhan berprestasi (nAch):

1. Orang dengan nAch tinggi memilih untuk mengindari tujuan prestasi

yang mudah dan sulit. Mereka sebenarnya memilih tujuan yang

moderat yang mereka pikir akan mampu mereka raih.

2. Orang dengan nAch tinggi memilih umpan balik lansung dan dapat

(26)

3. Orang dengn nAch tinggi menyukai エ。ョァァオョAセ@ jawab pemecahan

masalah.

McCleland (1953) mengatakan bahwa motif berprestasi dapat dilihat pada

kegiatan-kegiatan individu dibidang prestasi sek()l(;lh, pekerjaan atau dalam

kompetisi olah raga. Tingkah laku individu pada dasarnya mengarah pada

tujuan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan masing-masing

yang didorong oleh motif-motif tertentu.

Wingkel (1999) mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai daya penggerak

dalam diri seseorang untuk dapat memperoleh keberhasilan dan melibatkan

diri dalam kegiatan dimana keberhasilan tergantung pada usaha pribadi dan

kemampuan yang dimiliki.

Muhibin Syah (2002) mengemukakan bahwa hal yang dapat dilakukan oleh

guru untuk mengetahui murid telah berprestasi atau tidak yaitu dengan

menggunakan cara mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang

dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang

terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa

maupun karsa.

(27)

Kebutuhan akan prestasi digambarkan secara operasional, sebagai perilaku

yang menunjukan usaha berbuat yang terbaik, untuk melakukan secara lebih

baik dibanding orang lain (Flogd. L. Ruch, 1973).

McClelland (1990) tidak saja meneliti tentang kebutuhan berprestasi, tapi juga

tentang kebutuhan berkuasa dan kebutuhan bersahabat. Menurutnya orang

yang memiliki kebutuhan berprestasi (need for achievement) mereka lebih

mengejar prestasi dari pada imbalan terhadap keberhasilan, mereka

bergairah untuk melakukan sesuatu lebih baik dan lebih efisien dibandingkan

hasil selanjutnya.

Menu rut Ashar Munandar (2001) seorang yang mempunyai dorongan atau

motivasi yang kuat untuk berprestasi mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:

1. Mereka tersebut lebih mengejar prestasi dari pada imbalan terhadap

keberhasilan.

2. Mereka bergairah untuk melakukan sesuatu lebih baik dan lebih efisien

dibandingkan hasil sebelumnya.

3. Mempunyai keinginan yang sangat l<Uat untuk melakukan hal-hal

dengan baik.

4. Mereka.lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan yang menuntut tanggung

(28)

5. Mereka menyukai tugas pekerjaan yang memiliki resiko sedang

(moderate).

McClelland ( 1990) teori motif berprestasi yang dikembangkan dengan

kawan-kawannya adalah teori nilai ekspektansi. Sebab teori kebutuhan berprestasi

menekankan pada asumsi bahwa tendensi individu untuk terlibat dalam

penyelesaian suatu aktifitas berkaitan dengan kekuatan pengharapan kognitif

(keyakinan) dari sekitarnya (sosial). Bahwa tingkah laku akan mengarahkan

pada konsekuensi atau hasil tertentu. Dan nilai konsekuensi itu memiliki arti

penting bagi individu.

McClelland (dalam Stoner dan Freeman, 1994) juga menjelaskan bahwa

seseorang yang memiliki motif berprestasi tinggi cenderung sangat dimotivasi

oleh situasi kerja yang bersaing dan penuh tantangan. Sebaliknya, orang

yang mempunyai motif berprestasi rendah cenderung memiliki prestasi yang

jelek dalam situasi bersaing

2.2.2 Motif affiliasi (bersahabat)

Schachter (dalam Martaniah, 1984) menyatakan ada dua alasan mengapa

orang tertarik antara satu sama lainya. Alasan pertama adalah karena

didalam kehidupan sehari-hari orang memperantarai satu sama lain untuk

(29)

lain atau masuk kedalam satu kelompok untuk mencapai tujuan. Alasan

lainnya ialah bahwa dengan hubungan tersebut, orang dapat saling

memberikan pemuasan karena ada kebutuhan-kebutuhan orang yang hanya

dapat dipuaskan dengan hubungan interpersonal.

Atkinson dkk (dalam Martaniah, 1984) motif afiliasi adalah motif yang

mendorong pembentukan dan pertahanan positif dan berafeksi pada orang

lain dengan keinginan untuik disukai dan diterima, jadi menurut Atkinson

orang dengan motif afiliasi yang tinggi mempunyai dorongan untuk membuat

hubungan dengan orang lain, karena ada keinginan untuk disukai dan

diterima serta akan selalu berusaha supaya hubungan itu tetap ada.

Affiliasi (motif bersahabat) mendekatkan diri, bekerja sama atau membalas

ajakan orang lain yang bersekutu (orang lain yang menyerupai atau menyukai

subjek). Membuat senang dan mencari afeksi dari objek yang disukai. Patuh

dan tetap setia kepada seorang kawan (Murray, 1954).

McClelland (1987) mengemukakan bahwa apa yang dimak$ud motif atau

,

kebutuhan afiliasi adalah kebutuhan bersama orang lain, orang yang dengan

motif afiliasi tinggi memiliki karakteristik antara lain bekerja lebih baik jika ada

(30)

Feldman (1993) mengatakan bahwa motif berafiliasi adalah suatu kebutuhan

untuk memantapkan dan mempertahankan hubungan dengan orang lain,

orang yang tinggi dalam motif afiliasi terutama sensitif pada hubungan

dengan orang lain, mereka ingin bersama dengan temannya lebih sering dan

kurang ingin sendirian daripada orang yang lebih rendah dalam afiliasi.

Hollander (dalam Runikasari, 1991) mengatakan bahwa motif afiliasi tampil

dengan jelas bila individu tertarik kepada orang lain untuk dijadikan sumber

identitas, realitas sosial dan dukungan sosial, bagi indiviclu-individu dengan

motif afiliasi tinggi, keakrabab dalam berhubungan dengan orang lain

merupakan tujuan utama, mereka mempunyai perhatian besar terhadap diri

orang lain dimana persoalan orang lain dihayati sebagairnana ia menghayati

dirinya sendiri.

Martaniah (1984) mengatakan pada budaya timur di Indonesia motif

berprestasi tidak dinilai tinggi oleh masyarakatnya, yang dinilai tinggi adalah

motif afiliasi, motif afiliasi adalah motif sosial yang sering diartikan sebagai

kebutuhan untuk bersama dengan orang lain.

Untuk lebih melengkapi definisi motif afiliasi seperti yang telah ditulis diatas,

maka pelu diungkapkan pula beberapa hal mengenai Girri-ciri orang yang

(31)

1. Berprestasi lebih baik pada situasi-situasi yang afiliatif.

lndividu yang mempunyai motif afiliasi yang tinggi dapat berprestasi lebih

baik dalam menghadapi tugas-tugas, dimana situasi dapat diubah dari

situasi kompetitif menjadi situasi yang afiliasi. Selain if:u mereka juga

menunjukan karakteristik yang diduga berhubungan dengan motif

..

berprestasi yang tinggi. Mereka lebih suka mengambil resiko yang

sedang-sedang saja, kurang tekun pada tugas-tugas yang sukar dan

cenderung tampil lebih baik daripada individu dengan motif afiliasi yang

rendah. Contohnya: saya akan mengerjakan tugas kantor dengan baik

bila ada dukungan dari teman-teman saya. Keinginan mengerjakan tugas

dengan baik bila ada dukungan dari orang lain ini menunjukan bahwa

orang tersebut mempunyai motif afiliasi yang tinggi, hal ini dapat dilihat

karena ada keinginan untuk berprestasi lebih baik pacla situasi yang

afiliatif.

2. Mempertahankan hubungan interpersonal.

lndividu dengan motif afiliasi yang tinggi belajar hubungan sosial lebih

cepat dan lebih peka terhadap manusia dibandingkan dengan

benda-benda. Karena terlibat lebih banyak dalam komunikasi, maka orang

dengan motif afiliasi tinggi akan berusaha mempertahankan hubungan

dengan orang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa orang lain

(32)

Agar dinilai kompak, saya sering menuruti keinginan teman dekat saya

meskipun tidak sesuai dengan keinginan saya. Keinginan untuk dinilai

kompak meski harus mengorbankan kepentingan pribadi tersebut

menunjukan bahwa seseorang mempunyai motif afiliasi tinggi, hal ini

dinilai karena ada keinginan untuk mempertahankan hubungna

interpersonal.

3. Menghendaki kerjasama, konformitas dan menghindari konflik.

orang dengan motif afiliasi tinggi cenderung untuk setuju dengan

pendapat orang yang tidak dikenal, dan sependapat clengan mereka

selama orang tersebut dianggap menarik. Banyak studi yang menyatakan

bahwa orang dengan motif afiliasi tinggi sering menghindari konflik, jika

mereka diminta untuk memberikan referensinya dalam mengerjakan

tugas, mereka memberikan sedikit referensi yang dapat mengganggu

keputusan tentang apa yang dikerjakan oleh kelompok. Orang-orang

dengan motif afiliasi yang tinggi juga menghindari penmainan yang bersifat

kompetitif. Contohnya: agar teman saya tidak merasa kecewa, saya akan

menuruti ajakannya meski tugas yang harus saya kerjakan tertunda.

Keinginan untuk membuat orang lain tidak merasa kecewa dengan

menuruti kemauannya, menunjukan bahwa orang ternebut mempunyai

motif afiliasi yang tinggi, hal ini dapat dinilai karena aoia keinginan untuk

bekerja sama, menunjukan konformotas serta: ada keinginan untuk

(33)

4. Kurang sukses dalam ha! kepemimpinan.

Menurut Mcclelland (1990) bahwa orang-orang yang memiliki motif afiliasi

tinggi tidak memiliki kesuksesan dalam kemanajemenan. Orang yang

menghindari konflik dan kritik biasanya tidak akan menjadi pemimpin yang

baik. Hal ini dijelaskan karena orang-orang seperti ini hanyalebih banyak

menghabiskan waktu dengan bawahan sebagai usaha untuk membina

hubungan, akan tetapi tidak mampu untuk mengambil

keputusan-keputusan pada situasi yang sulit. Karakteristik pernimpin-pemimpin yang

dalam tugasnya senang bersama orang lain dan lebih banyak

menghabiskan waktu untuk mengurangi perbedaan diantara mereka

merupakan karakteristik yang diharapkan ada pada orang dengan motif

afiliasi yang tinggi. Contoh: bila saya menjadi atasan, akan saya luangkan

sedikit waktu saya untuk sekedar bercakap-cakap dengan anggota saya.

keinginan untuk membina hubungan dengan bawahan tersebut

menunjukan seseorang memilki motif afiliasi yang tinfJgi meski dinilai

kurang dalam kepemimpinan.

5. Takut akan penolakan.

lndividu yang memiliki motif afiliasi tinggi cenderung untuk menghindari

konflik dan kompetisi seandainya ia akan mendapat feedback negatif dari

orang lain. Orang-orang seperti ini juga cenderung memiliki kebutuhan

yang besar akan persetujuan sosial (social approvaD. Dalam motif afiliasi

(34)

terhadap ancaman. Contohnya: saya lebih suka bekerja dengan

teman-teman yang mau menerima kehadiran saya. Keinginan untuk dapat

diterima oleh orang lain tersebut menunjukan kalau se:seorang

mempunyai motif afiliasi yang tinggi, hal ini dapat dinilai karena ada rasa

takut akan penolakan dari orang lain.

McCleland (1953) mengatakan bahwa setiap orang menyukai berinteraksi

dengan orang lain, dan beberapa dari mereka mempunyai derajat yang tinggi

dalam menyukai interaksi tersebut.

Vernon dalam Martaniah (1969) menganggap motif berafiliasi adalah suatu

kemauan untuk mengurangi motif personal sehingga dapat diterima oleh

kelompoknya, menurutnya motif afiliasi ini adalah suatu konformitas atau

keseragaman.

2.2.3 Motif power (berkuasa)

Lindgnen (dalam Martaniah, 1984) menggambarkan motif berkuasa sebagai

suatu kebutuhan untuk mendominasi dan mengontrol, selanjutnya ia

mengatakan bahwa pada pandangan sesaat motif berkuasa ini sama dengan

motif berprestasi karena orang yang dimotivasi oleh kebutuhan berprestasi

sering mencari kekuasaan untuk mencapai tujuannya, sedang orang yang

berkuasa ada dalam situasi yang memungkinkannya mencapai banyak tujuan

(35)

Perbedaan antara motif berkuasa dan berprestasi terletak pada sifat bahwa

orang yang dikuasai motif berprestasi lebih tertarik pacla prestasi pribadi

dengan atau tanpa bantuan orang lain. Pada prinsipnya ia memilih untuk

mencapai tujuan dengan usahanya sendiri. Sedangkan orang yang dikuasai

motif berkuasa lebih memeotingkan martabat, memanipulasi da.n mengontrol

orang lain. Dapat dikatakan bahwa motif berkuasa ini adalah dorongan untuk

menguasai dan memanipulasi orang lain untuk dapat rnencapai martabat.

Tedeschi (dalam Livia, 1994) mengenai motif untuk berkuasa tingkah laku

motivasi direfleksikan dari usaha nyata seseorang untuk rnencapai efek yang

diinginkan.

McClelland (1987) motif berkuasa adalah keinginan untuk berkuasa,

keinginan lalu disalurkan dalam berbagai cara. la mengatakan bahwa orang

yang memiliki motif berkuasa yang tinggi selalu bersikap asertif dalam

berbagai cara yang cocok dengan situasi atau tidak, lalu menghasilkan

perasaan bersalah dan kecemasan rnengenai dorongan agresif. Disposisi

untuk menjadi agresif atau asertif, memandang dirinya secara negatif karena

memilki apa yang umum dipandang sebagai tendensi anti sosial satu dari

berbagai cara dimana orang dapat melatih pengaruh dalam jalan yang lebih

(36)

Tedeschi dan Norman (1985) menekankan bahwa:

"power as the control human motive from which virtually all ather goals drive"

(Tedeschi and Norman, 1985).

Kekuasaan dikatakan sebagai motif sentral pada manusia dan merupakan

awal dari tujuan-tujuan lain. Menu rut Lips (1991) tingkah laku yang

berkorelasi dengan motif untuk berkuasa tinggi forbagi dalam dua kategori,

yaitu kepemimpinan dan tingkah laku yang disebut frogligate impulsive atau

yang sifatnya destruktif dan membahayakan.

Winter (dalam Livia, 1994) mendefinisikan motif kekuasaan sebagai:

" ... as the tendency to strive to feel that one is having an impact on others, to influence, persuade or control other, and to gain recognation an acclaim through these forms of behavior".

Definisi tersebut menjelaskan bahwa motif untuk berkuasa adalah

kecenderungan untuk merasa bahwa dirinya berpengaruh dan dapat

mempersuasi dan menguasai orang lain melalui bentuk dari tingkah lakunya

tersebut.

2.3.

Pendidikan Pesantren dan Non Pesantreni

Poerwadarminta (1976) mengartikan pendidikan adalah suatu perbuatan atau

hal. Pendidikan sebagai suatu proses pertumbuhan dan perkembangan

(37)

antara individu dengan lingkungan sosial hal ini akan berrnanfaat bagi

tercapainya perkembangan individu secara optimal yang dapat memajukan

kesejahteraan umat manusia selain itu proses yang diinginkan dalam usaha

kependidikan adalah proses yang berarah dan bertujuan.

Sudjana (1989) mengatakan bahwa pendidikan adalah proses budaya untuk

meningkatkan harkat dan martabat manusia melalui proses yang panjang dan

berlangsung sepanjang hayat, atau pendidikan juga dipandang sebagai

usaha sadar yang bertujuan dan usahanya untuk mendewasakan anak.

Sebagaimana yang telah disebutkan dalam Undang-undang Sistem

Pendidikan Nasional no. 20 tahun 2003 bahwa: "pendidikan nasional

berujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia

yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi

pekerti /uhur memiliki pengetahuan dan keterampifan, kesehatan jasmani dan

rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

kemasyarakatan dan kebangsaan".

Dasuki (1994) kata pesantren atau santri menurutnya berasal dari bahasa

tamil yang berarti guru mengaji, sumber lainmengatakan bahwa kata itu

berasal dari bahasa India, shsastri , dari akar kata shastra yang berarti

(38)

kemudian dalam sebutan sehari-hari disebut dengan pesantren, berarti

tempat tinggal para santri.

Hafiffudin (1988) mengatakan bahwa pesantren adalah satu lembaga

iqamatuddin, yang memiliki dua fungsi utama, yatu fungsi kegiatan,

tafaqahifiddin (pengajaran, pemahaman, dan pendalaman ajaran agama

islam). Dan fungsi ihdzar (menyampaikan dan mendakwahkan ajaran islam

kepada masyarakat).

Transmisi keilmuan dilingkungan pesantren pada umumnya berlangsung

lebih melalui penanaman ilmu dari pada pengembangannya hal ini berkaitan

dengan dua fungsi pesantren. Yakni untuk melakukan transmisi atau transfer

ilmu pengetahuan dan sekaligus untuk mempertahankan atau memelihara

tradisi islam. Unsur lain yang membedakan pesantren dengan lembaga

pendidikan lainnya adalah diajarkannya kitab-kitab islam klasik dipesantren.

Atau yang lebih dikenal dengan sebutan kitab kuning, isi atau materi yang

(39)

hukum islam, hadits, tafsir Al-qur'an, tasawuf, tarikh, bahasa arab dan teologi

is lam.

Sebagai lembaga pendidikan yang mengandung makna keaslian Indonesia,

pesantren memilki akar sosiohistoris yang kuat, sehingga membuatnya

mampu menduduki posisi yang relatif sentral dalam dunia keilmuan

masyarakatnya, dan sekaligus bertahan ditengah berbagai gelombang

perubahan.

Ridwan (1992) dalam versi Indonesia mengatakan bahwa pesantren berasal

dari sebutan santri dengan awalan pe dan akhiran an, yang artinya tempat

tinggal para santri, arti kata santri sendiri bermacam-macam, sekalipun

terdapat keseragaman pendapat para ahli dalam mengartikan kata pesantren

itu, namun juga diperolehkesamaan pendapat bahwa kata tersebut

mengandung makna yang berhubungan dengan tugas-rugas suci dan mulia,

yaitu upaya pemahaman ajaran agama.

Yasmadi (2002) mengatakan bahwa ada lima elemen penting yang harus

dimilki oleh pesantren dalam mengembangkan sistem pendidikan pesantren

(40)

1. Kiai

Keberadaan seorang kiai dalam lingkungan pesantren laksana jantung

bagi kehidupan manusia. lntensitas kiai memperlihatkan peran yangg

otoriter yang disebabkan karena kiailah perintis, pendiri, pengelola,

pengasuh bahkan pemilik tunggal sebuah pesantren.

2. Masjid

Masjid merupakan sentral sebuah pesantren karna disinilah pada tahap

awal bertumpu seluruh kegiatan dilingkungan pesantren, baik yang

berkaitan dengan ibadah seperti sholat, maupun kegiatan lainnya seperti

belajar mengajar.

3. Santri

Santri merupka elemen penting yang tidak kalah penting dengan unsur

lainya. Biasanya santri terbagi kepada dua tipe, yang pertama santri

mukim adalah santri yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap

dalam pondok pesantren. Kedua, santri kalong ialal1 santri yang beerasal

dari daerahsekitar pondok pesantren dan biasanya mereka tidak menetap

dalam pesantren.

4. Pondok

Pondok merupakan sarana tempat tinggal atau penulisan bersama kiai

beserta para kiainya, adanya pondok sebagai tempat tinggal bersama

antara santri dan kiaibermanfaat dalam rangka bekerja sama memenuhi

(41)

5. Pengajaran Kitab-kitab klasik

kajian kitab klasik menjadi fokus utama dalam rangka pelestarian

kebudayaan dan Khazanah kelslaman, dengan sendirnya kitab kuning

menjadi karakteristik yang merupaka ciri dari proses belajar mengajar

dipesantren.

Secara sederhana kelima elemen tersebut merupakankebutuha dasar yang

harus dimiliki sebuah pesantren dalam rangka pengembangan keilmuan dan

kelslaman, maju atau mundurnya pesantren sangat tergantung pada sinerga

dari unsur-unsur yang ada.

Dari uraian diatas dapat dirumuskan tentang pengertian pesantren, yaitu

tempat orang-orang bertempat tinggal yang dibarengi dengan suatu kegiatan

untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati dan mengamalkan

ajaran agama islam. Dengan memberi tekanan pada keseimbangan antara

aspek ilmu dan perilaku. Jadi dapat disimpulkan bahwa, pesantren

merupakan tempat tinggal atau tempat bernaung para santri untuk

melaksanakan segala aktifitas yang berkaitan dengan segala kesantriannya.

Pendidikan non pesantren atau sekolah umum yang dimaksud disini adalah

sekolah umum yang mayoritas pelajarannya adalah pelajaran-pelajaran

(42)

memakai seragam rok pendek dan baju kemeja tangan pendek selain itu

setelah jam pelajaran usai siswa pulang kerumah masing-masing dan

memperoleh asuhan langsung dari orang tua masing-masing.

2.4.

Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar atau mungkin juga

salah, hipotesis ini akan diterima jika ada fakta-fakta yang mendukungnya

dan akan ditolak jika tidak ada fakta-fakta yang mendukungnya, dengan

demikian peneriman atau penolakan hipotesis tergantung dari hasil penelitian

yang dilakukan.

Seperti yang telah dikemukakan pada BAB 1, penelitian ini ingin mengetahui

perbedaan motif achievement, motif afiliasi dan motif power berdasarkan

analisis yang telah penulis kemukakan, maka dapat ditarik hipotesis sebagai

berikut:

Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan pada motif berprestasi, motif

bersahabat dan motif berkuasa antara siswa SMA pesantren dan siswa

SMA non pesantren.

H1 : Ada perbedaan yang signifgikan pada motif berprestasi, motif bersahabat

dan motif berkuasa antara siswa SMA pesantren dan siswa SMA non

(43)

Seperti yang telah diungkapkan dalam pendahuluan, bahwa yang hendak

diteliti dalam penelitian ini adalah "Apakah ada perbedaan Motif berprestasi,

motif bersahabat dan motif berkuasa antara siswa SMA Non Pesantren dan

siswa SMA Pesantren?". Maka untuk menjawab pertanyaan penelitian

tersebut, ada beberapa hal yang akan ditentukan, yaitu :

3.1

Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif karena

teknik pengolahan data dan dalam menganalisa data akhir dilakukan dengan

menggunakan uji statistik serta adanya pembatasan masalah yang disertai

dengan hipotesis yang telah disusun. Peneliti menggunaka pendekatan

kuantitatif dimana data yang dihasilkan dari hasil penelitian adalah berwujud

angka yang kemudian dijelaskan dan diinterpretasikan dalam suatu uraian

(Hasan, 2002)

Selain itu metode yang digunakan adalah metode deskriptif komparasional

(44)

perbedaan motif berprestasi, motif bersahabat da motif bersahabat antara

siswa SMA Pesantren Al-muchlisin dan Siswa SMA 55 Jakarta Selatan.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi·

1. Sesuai dengan tujuan penelitian, populasi pada penelitian ini adalah siswa

Sekolah Menengah Atas (SMA) yang berada dilingkungan pesantren yaitu

SMA Podok Pesantren AL-Muchlisin yang populasinya berjumlah 219

orang dan siswa SMA yang berada diluar lingkungan pesantren (non

pesantren) yaitu SMA Negeri 55 Duren Tiga Jakarta Selatan yang

Populasnya berjumlah 317 orang

2. Untuk populasi siswa SMA yang berada dilingkungan pesantren,

penelitian dilakukan di Pondok Pesantren Al-Muchlisin Ciseeng Parung

Bogor, dan untuk populasi siswa SMA non pesantren penelitian dilakukan

di SMA Negri 55 Duren Tiga Jakarta Selatan yang kesemuanya adalah

siswa kelas XI (dua).

3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik yang dipergunakan untuk pengambilan sampel penelitian .ini adalah

random sampling (pengambilan sample secara acak) pada teknik ini semua

(45)

Alasan penulis menggunakan teknik ini adalah karena penelitian yang

dilakukan kepada siswa SMA 55 dan siswa SMA Al-Muchlsisn menunjukan

banyaknya kelas sehingga sampel dalam penelitian ini harus diambil dari

perwakilan tersebut.

3.3 Pengurnpulan Data

3.3.1 lnstrurnen Penelitian

lnstrumen yang digunakan dalam pengukura motif berprestasi, motif

bersahabat dan motif berkuasa skala Likert dan dalam penyusunannya, skala

Likert dibagi menjadi dua bentuk pernyataan, favorable dan unfavorable.

Masing-masing dari pernyataan dalam skala ini subjek diharuskan memilih

jawaban yang paling menggambarkan dirinya sendiri. Ada lima pilihan

jawaban yaitu: (SS) (S) (ATS) (TS) (STS)

Pernyataan tersebut diberi bobot nilai sebagai berikut:

Skala

SS

s

ATS

TS

STS

Table 3.3.2

Bobot Nilai Favorable

5

4

3

2

1

Unfavorable

·1

:2

:3

4

[image:45.595.60.482.166.645.2]
(46)

Keterangan :

S : Setuju

SS : Sangat Setuju

ATS : Agak Tidak Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak setuju

[image:46.595.68.485.123.563.2]

3.3.3 Blue Print

Tabel 3.3.4

Blue Print Tryout Skala Motif Achievement

Aspek Kategori Item Favorable Item

Unfaforable

Achievment • Melebihi orang lain 1* 3 5* 7* 9* 2 4 6* 8* 10

(Berprestasi) • Kreatif 11* 13* 15* 17 12* 14* 16 18*

19* 20

• Bertanggungjawab 21 * 23* 25* 27 22* 24* 26 28*

29* 30

• Mencapai sesuatu 31 33* 35* 37 32 34* 36* 38*

sesuai target 39* 40*

*) Adalah item yang valid

Pada pelaksanaan tryout diujikan sebanyak 40 item ケ。ョセj@ mengukur validitas

skala motif achievement,. Dan selanjutnya diperoleh 27 item yang dipakai

(47)

Tabet 3.3.5

Blue Print Tryout Skala Motif Afiliasi

Affiliation • Suka berinteraksi 41* 43* 45* 47* 42* 44 * 46* 48*

(Bersahabat) 49 50

Suka bekerja sama 51* 53* 55* 57 52* 54 56 58*

59* 60*

61* 63 65* ,57* 62 64* 66 68*

• Mempertahankan 69* 70*

hubungan 71* 73* 75* 77* 72* 74* 76* 78 '"

• Mengenal lebih 79* 80*

jauh

*) Adalah item yang valid

Pada pelaksanaan tryout diujikan sebanyak 40 item yan9 mengukur validitas

skala motif achievement,. Dan selanjutnya diperoleh 31 item yang dipakai

dalam penelitian deng_an reliabilitas ska la sebesar 0. 76132

Tabel 3.3.6

Blue Print Tryout Skala Motif Pownr

Pownr

Mnmpengaruhi 81* 83* 85* 87* 82* 84* 86* 88

(Berkuasa) orang lain 89* 90

• Memberikan 91 93* 95* 97* 92* 94* 96 98*

bantuan 99* 100*

• Memaksa 101* 103 105* 102* 104 106

107 109* 108* 11 O*

• Mengendalikan 111* 113* '115 112 114* 116

orang lain 117* 119* 118* 120

[image:47.595.63.495.152.632.2]
(48)

Pada pelaksanaan tryout diujikan sebanyak 40 item yang mengukur validitas

skala motif achievement,. Dan selanjutnya diperoleh 28 item yang dipakai

dalam penelitian dengan reliabilitas skala sebesar 0.6714

3.4

Prosedur Penelitian

3.4.1 Tahap persiapan

1. Pe1iama-tama Peneliti merumuskan masalah

2. Kemudian peneliti menentukan variable penelitian, melakukan studi

kepustakaan dengan tujuan agar mendapat gambaran dan landasan

teoris yang berhubungan dengan variable penelitian.

3. Menentukan, menyusun dan menyiapkan alat ukur yangt akan digunakan

dalam penelitian, yatu skala Likert yang mengukur perbedaan motif

berprestasi. motif bersahabat dan motif berkuasa antara siswa SMA

pesantren dan siswa SMA non pesantern.

4. Dan selanjutnya peneliti menentukan lokasi, waktu penelitian dan

perizinan penelitian.

3.4.2 Tahap Pengambilan data

1.

Pada tahap ini peneliti menentukan sample penelitian, sample berjumlah

60 orang yang terdiri dari 30 orang siswa SMA yang berada dilingkungan

(49)

2002) mengatakan bahwa untuk penelitian yang akan menggunakan

analisa data statistik , ukuran sample yang paling minimum adalah 30.

dan selanjutnya peneliti melakukan konfirmasi dengan pihak sekolah SMA

yang ada dipesantren dan SMA non pesantren.

2. Penulis juga memberikan penjelasan mengenai tujuan dan maksud

penelitian dan meminta subjek agar bersedia mengisi pernyataan dalam

penelitian sesuai petunjuk dan instruksi yang sebelurn mengisi angket

dijelaskan oleh penulis terlebih dahulu.

3. Penulis melaksanakan pengambilan data dengan memberikan angket

kepada subjek pada waktu atau jam yang tidak mengganggu jam

pelajaran siswa.

3.4.3 Tahap Pengolahan Data

1. Peneliti melakukan skoring terhadap hasil kuesioner yang tel ah diisi oleh

responden.

2. Peneliti menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh, kemudian

membuat label data.

3. Peneliti melakukan analisa data dengan menggunakan metode statistik

(50)

3.4.4 Tahap Pembahasan

Pada tahap ini peneliti menginterpretasikan dan membahas hasil analisa

statistik berdasarkan teori kemudian peneliti merumusk2tn kesimpulan hasil

penelitian dengna memperhitungkan data yang diperoleh.

3.5 Metode Analisa Data

Penelitian yang dilaksanakan ini adalah bersifat kuantitatif dan pengolahan

yang dengan analisis statistik, yakni menggunakan Untuk menentukan

besarnya validitas item-item yang telah diuji cobakan, dari skala motif

achievement, motif afiliasi dan motif power ini dilakukan dengan

menggunakan rumus Product moment, dengan rum us:

a

=

2 [1 -

s\2

+

s

22]

?

Sx

-a

=

Koefisien reliabilitas

812 dan 822

=

Varians skor belahan 1 dan 2

8/

=

Varians skor skala

Dan menggunakan teknik uji t untuk menghitung perbedaan (t-test) antar

kelompok dengan penghitungan menggunakan perangkat lunak SPSS 13,0

for Windows.

Dengan rumus:

s-

(51)

t

= Perbedaan mean antar kedua kelompok

x,

=

Mean (rata-rata) sampel 1 (Siswa SMA Pesantren)

X 2

=

Mean (rata-rata) sampel 2 (Siswa SMA Non Pesantren)

s-

(52)

4.1 Gambaran Umum Responden

Responden dalam penelitian ini dibagi dalam 2 kelompok, yang pertama

kelompok siswa SMA yang berada dilingkungan pesantren dan siswa

SMA yang tidak dilingkungan pesantren (non pesantren). Jumlah

responden dalam penelitian ini adalah 60 orang yang terdiri dari 30 orang

(50%) siswa SMA pesantren dan 30 orang (50%) siswa SMA non

[image:52.595.87.509.95.713.2]

pesantren.

Tabel 4.1.1

Proporsi kelompok sampel

kelompok Jumlah Pernentase

Siswa SMA Pesantren 30 !i0%

Siswa SMA Non 30 !i0%

Pesantren

Total 60 100%

Tabel 4.1.2

Jenis Kelamin Sampel

JK SMA SMAnon

Pesantren Pesantren

p 12 15

L 18 15

(53)

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1 Analisa Data Tingkat Motif Achievement, Motif Afiliasi Dan Motif

Power Siswa SMA Pesantren Dan SMA Non Pesantren

Dengan menggunakan rumus !-test antar kelompok dan analisis dengan

[image:53.595.82.510.199.717.2]

menggunakan program SPSS diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.2.2

Hasil Penghitungan Uji TBerdasarkan Masing-masing Motif Dari

Keseluruhan Kelompok

Motif Mean Mean non

t hitung t tabel (a df

Pesantren Pesantren

=

5%)

Berprestasi 111.80 116.73 3.301 2.021 58

Bersahabat 128.80 133.86 2.846 2.021 58

Berkuasa 115.66 120.96 3.100 2.021 58

Dari tabel diatas dapat dilihat pada motif Berprestasi bahwa mean atau

skor rata-rata berdasarkan jenis sekolah adalah, skor rata-rata motif

Achievement sma pesanten adalah 111.80 sedangkan skor rata-rata

siswa sma non pesantren adalah 116.73 dimana siswa non pesantren

mempunyai kecenderungan lebih tinggi dibanding siswa pesantren,

dengan t hitung 3.301 dan df sebesar 58, serta nilai t table dengan taraf

signifikansi 5 % sebesar 2.201 maka hal ini menunjukan bahwa terdapat

perbedaan motif berprestasi antara siswa sma pesantren dan siswa sma

(54)

Pada motif bersahabat, didapatkan mean atau skor rata-rata siswa sma

pesantren adalah 128.80 sedangkan skor rata-rata siswa sma non

pesantren adalah 133.86 dimana siswa sma non pesantren mempunyai

kecenderungan lebih tinggi dibanding siswa SMA Pesantren, dengan t

hitung 2.856 dan df sebesar 58, serta nilai t table dengan taraf signifikansi

5 % sebesar 2.201 maka ha! ini menunjukan bahwa terdapat perbeclaan

motif bersahabat antara siswa sma non pesantren dan siswa sma

pesantren.

Dan pada motif berkuasa didapatkan mean atau skor rata-rata siswa sma

pesantren adalah 115.66 seclangkan skor rata-rata siswa sma non

pesantren adalah 120.96 dimana siswa non pesantren mempunyai

kecenclerungan lebih tinggi dibanding siswa pesantren, dengan t hitung

3.100 dan df sebesar 58, serta nilai t table dengan taraf signifikansi 5 %

sebesar 2.201 maka hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan motif

berkuasa antara siswa sma pesantren dengan siswa sma non pesantren.

Maka Ho yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang

signifikan pada motif berprestasi, motif bersahabat an motif

berkuasa antara siswa SMA non Pesantren dan siswa SMA Pesantren

(55)

Dengan demikian H1 yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan pada motif berprestasi, motif bersahabat dan motif

berkuasa antara siswa SMA non Pesantren dan siswa SMA Pesantren

diterima.

Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan motif berprestasi, motif bersahabat dan motif berkuasa

antara siswa sma non pesantren dan siswa sma pesantren dimana siswa

non pesantren mempunyai kecenderungan lebih tinggi dibanding siswa

(56)

5.1 Kesimpulan

Menjawab pertanyaan yang diajukan pada bab 1 dan dad analisa data

yang telah dikemukakan pada bab 4 maka dapat diperoleh kesimpulan

bahwa:

1. Terdapat perbedaan yang signifikan pada motif achievement,

antara siswa SMA non Pesantren dan siswa SMA Pesantren

dimana siswa SMA non pesantren mempunyai kecenderungan

lebih tinggi dibanding siswa pesantren.

2. Terdapat perbedaan yang signifikan pada motif afiliasi antara

siswa sma non pesantren dan siswa SMA Pesantren dimana siswa

SMA non Pesantren mempunyai kecenderungan lebih tinggi

dibanding siswa pesantren.

3. Terdapat perbedaan yang signifikan pada motif power antara siswa

SMA non Pesantren dan siswa SMA Pesantren dimana siswa non

pesantren mempunyai kecenderungan lebih tinggi dibanding siswa

(57)

5.2 Diskusi

Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan pada motif berprestasi,motif bersahabat dan motif berkuasa

antara siswa SMA non Pesantren dan siswa SMA Pesantren.

Dalam Teevan dan Smith (dalam martaniah, 1984) disebut sebagai motif

sekunder yang pada umumnya dianggap diperoleh dari hasil belajar

melalui pengalaman dan lingkungan. kebutuhan yang disebut jug a

kebutuhan sosial, yaitu berprestasi yang memiliki kecenderungan agar

seseorang memperoleh keberhasilan, selanjutnya adalah kebutuhan

bersahabat karna manusia adalah makhluk yang selalu membutuhkan

orang lain untuk bertahan hidup dan kebutuhan lainnya yang tidak kalah

penting adalah kebutuhan untuk berkuasa yaitu kebutuhan untuk

mempengaruhi orang lain, menguasai orang lain dan in£1in berdampak

terhadap orang lain.

Merujuk pada hasil penelitian, didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan

motif berprestasi, motif bersahabat dan motif berkuasa antara siswa SMA

(58)

5.3

Saran

Sebagai penutup bab ini peneliti mengajukan beberapa saran yang

bersifat praktis untuk pihak-pihak terkait, dan saran untuk kepentingan

penelitian lebih lanjut.

Sekiranya akan pilakukan penelitian sejenis handaknya:

1. Pada penelitian selanjutnya jumlah sample agar dapat benar-benar

mewakili populasi yang ada serta mendapatkan hasil penelitian yang

lebih variable dan teruji.

2. Penulis menyarankan untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut

ten tang motif berprestasi, motif bersahabat dan motif berkuasa pada

mahasiswa fakultas agama dan mahasiswa faultas non agama.

3. kepada para siswa SMA Pesantren maupun siswa SMA non Pesantren

hendaknya lebih meningkatkan motovasi berprestasi dengan

memanfaatkan motivasi lain yang ada dalam diri seperti motif

bersahabat agar dalam menjalin persahabatan dapat menimbulkan

motif untuk berprestasi atau dalam menjalin persahabatan timbul rasa

saling mendukung untuk berprestasi karna motif bersahabat adalah

motif yang paling tinggi nilainya pada masing-masing sekolah.

4. Bagi para pendidik baik di SMA Pesantren maupun SMA non

Pesantren hendaknya lebih memotivasi siswa agar mempunyai motif

berprestasi lebih tinggi mengingat motif berprestasi adalah motif paling

(59)

Daftar Pustaka

1. Buku

Ashar, S. Munandar. (2001 ). Psikologi lndustri dan Organisasi. Jakarta: UI

Press

Chaplin, J.P.,(2002) Kamus Lengkap Psikologi, (terj. Kar1:ini Kartono)

Jakarta: Rajawali Press.

Dasuki, H. A Hafid, dkk. (1994) Ensiklopedi Islam. Jakart:a: lkhtiar Baru

Van Hoeve.

Dhofier, Zamakhsyari, (1983). Tradisi Pesantren Studi Tentang

Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES.

Durbin, A J. (1995). Management of organizazional Behavioral (2nd ed).Prentice, Hall: New Jersey.

Hadi, AT, Sofyan, Al-Barey, M. D. J. (1999). Kamus llmiah Kontemporer.

Bandung: Pustaka Setia.

Hafidudin, Didin (1988). Dakwah Aktual. Jakarta: Gema lnsani Press.

Hasan, Iqbal, (2002) Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan

Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.

lrwanto, et. Al. (1997). Psikologi Umum: Buku Panduan Mahasiswa.

Jakarta: Rajawali Press.

Jaelani, H. A Timur, (1980) Peningkatan Mutu Pendidikan dan

Pembangunan. Jakarta: Dermaga.

Lips, H. M. (1991). Women, Man and Power. California: Mayfield

Publishing and Company.

Martaniah, S.M. (1984). Motif sosial Remaja Suku Jawa clan Keturunan

Cina Oibeberapa SMA. Yogyakarta:UGM Press.

McClelland, David. (1953). The Achievement Motive, New York.

(60)

McClelland, D.C. (1990). Human Motivation. Cambridge University Press: New York, Port Chester: California.

Muhammad, Ridwan, Lubis. (1992). Pemikiran Sukarno Tentang Islam.

Jakarta: Masagung.

Najati, Usman, (2001 ). Jiwa Manusia Dalam Sorotan Al-qur'an. Jakarta: Cendikia Sentra Muslim. Cet. Ke 6.

Nurgiyantoro,et.al (2002). Statistik Terapan untuk l/mu-ilmu Sosial.

Yogyakarta; UGM Press.

WIS, Poerwadarminta., (1976). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: P. N Balai Pustaka.

Rafiq, A., dkk. (2005). Pemberdayaan Pesantren. Yogyakarta: Lkis

Pelangi Aksara.

Ruch, L Flogd. (1973). Psychology and Life. Scoot, Foresmen and

Company.

Sarlito Sarwono, Wirawan, (2000). Pengantar Umum Psikologi. Jakarta:

Bulan Bintang. . ·

Stoner, James, AF and Freeman, Edward, R. Management, manajement.

Wilhelmus. W. B. dan Benyamin, Molan (tTerjemahan). (1994) Jakarta: lnternasional.

Nana Sudjana, (1989). Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum

Sekolah. Bandung: Sinar Baru.

Wasty Sumanto, (1998). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Muhibbin Syah, (2002) Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.

[image:60.595.73.522.146.706.2]

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (2003) Jakarta: Sinar Grafika.

(61)

2. Skripsi

Anwar, Surachman, Mochamad. (1997). Motif Berprestasi, Motif Berafi/iasi

dan Motif Berkuasa Pada Pendaki Gunung, Pengarung Jeram dan Penerjun Paralayang diJakarta. Depok: Fakultas F'sikologi

Universitas Indonesia.

lskandar, Livia. (1994). Motif Untuk Berkuasa Pada Pemimpin Dalam

Bidang Polilik dan Manajerial (Suatu Studi Banding Antara Wanita dan Pria Pemimpin) Depok: Fakultas F'sikologi Universitas

Indonesia.

Muflihah (2003) Hubungan Antara Motif Berafiliasi RemaJa Keturunan

Tionghoa Dengan Kecenderungan Melakukan Hubungan

Interpersonal Antar Etnik .. Jakarta: Fakultas F'sikologi Universitas Islam Negri.

Susianto, H. (1992). Memadukan I/mu dan Seni dalam Menyusun Skala

Liker!. Jurnal F'sikologi.

Susilawati, lka (2006) Korelasi Persepsi Hubungan Guru dan Murid

Dengan Motif Berprestasi Murid SD Bhakti Mu/ya Kemanggisan Jakarta Baral. Jakarta: Fakultas F'sikologi Universitas Islam Negri

3. Internet

http://www.radioonejakarta.com/artikel

http://www.depdiknas.go.id/jurnal/hubungan pola asuh orang tua.htm

(62)

,JI J{crla f\1uldi i\o.5 ('ircndt"u C:iptllal .J:ik:1rt;t Sl'l:il:111 15-119 'ftlp. (02J) 7-tJJ060 Fax. 747I·t71-t

--·----

-· MᄋMMMセMMM ---

---·---セoAャQPイ@

J_an1p. ll<1l

---Ft. 71:()/ .111-;11o:;t0 /\'111/2001>

Kcp<1d<1 Y1h.

Kcpala Sckol:.11 SH UN 55

di

./<1br/a Scl:i1a11

Assala1nu'alaikun1 \\Ir. Wb.

1\ a 111 a

·re111pc11/!'gl lセQィゥイ@

J\la111;it

Sc111i.:s!cr

Noinor Pokok T:1hun Ak:1dc111ik Progra·11

Tazkiyah Amer

.lakurt<r. ?.7 1\gus!us 1983

JI. ゥ|ᄋャセエエョー。ョァ@ l1r:1p;!lan XVl/71\ Ldz;1rL1 Si.:L1t;:11

IX (scmbila11)

102070026026 2006/2007

S1ra1a I (S-1)

Schubung,;111 、」セQァQイQ@ tugas pcnyclcsaian skripsi ケ。Zセァ@ bctjuc.!ul 'Pcrbcd;!1Ul ,.\_n(ara !Ylotif' :\chic\'rncnf, J\filiation dan l\,1otif Pt1n·cr 1\nt:ira Sis\V:I SiVl.1\ Non Pcsantrcn d

an Sis\\'tl Santri S1\1A Pcsnntrcn11 1nahasis\va terscbut n1cr11erluk:1·i izin try out len1baga

yang Bapuk/lbu/Sauclara Pi111pin. Oleh ォョイ・ョセQ@ itu kan1i n1ohon ォ・ウセ、ゥ。。ョ@

Bapak/lbu/Saudara untuk n1cncrin1a 111ahasis\va tersebut dan n1e1nberikan bantuannya.

J)i.:inikian :1t11s pcrhatian dan bantuan l311pak/lbu/Saudara J:a111i ucap\\an terin1a kasih.

Ten1 busan :

(63)

,JI, J(crla Mu Id i No.5 ( :i rent! e11 ( :i p u la I ,) a k;11 ta Sela la 11 I S..J I 1) ·1\·I p. (021 ) 7 •l.J.3060 Fax. 7471471 ·t

)J110r FL 71/0T.Ol .// 10010 /Vlll/200(J Jakarta, 29 Agustus 2006

111 Jl.

d Jz'n Penc!itian

Kcpacla Yth.

Kcpala Sckolah SMU I /\l-Muchlisin di

l3ogor

;\ss11hunu'alaikun1 \Vr. \'/b.

[)cng;1n horn1at. kan1i sainpaikan bah\VH :

Tazkiynh Amer

Jak;irta. 27 :\gustus J 983 Na 111 :i

t」ュー。ゥZtセi@ l.:d1ir

1\ 1 " tll ;1 l .IJ :\i;1111p;111g Pr:1p:1t;111 \\.'!..'7,\ J;ik;:r.;1 s」ャセQエZQQQ@

Se111c:-;tL·r

Nun1or Poknk

'l'alH111 .'\k:1dcn1;1.

Prot,;r:1n1

IX {se111bi!;1nJ

I IJ21J7UIJ21>11211 200(1/20117

Stra1<1 I (S-1 J

Schuh\d•g<lil 、エZョセLャAゥ@ tug;1':i ーcャャIGャNNNGォNᄋセ。ゥ[Qョ@ skripsi ケ\ゥョセMセ@ bl:tjudul 'l'er1Jcd:1a11 ,.\ntara

J\'lutir· .. \chie\'1JH:11t, _,\!iliatio11 d:111 fviolif Po\\'Cr 1\11!:tra Sis\\·a S[d,,\ 1'\/on Pesantrl'll d an Sisn·a S:intri Si\·I,\ Pcsantrc.:n" 1n:ihasi:-;\,·a tcrscbut 1nt::n1erluka11 izin try out ャ」ゥョ「セゥァ。@

yang l3<1p<1k/Jbu/SalH.!an1 Pi1npin. Olch karena itu kan1i 111uh

Gambar

Tabel 3. 3. 2 : Bobo! Nilai........................................................
gambaran umum responden, analisa dan interpretasi data.
Table 3.3.2
Tabel 3.3.4
+5

Referensi

Dokumen terkait

daun majemuk yang sudah membuka. Pada waktu itu belum ada daun majemuk semai D. falcatus yang sudah membuka. Pada umur 25 hari daun majemuk D. Pada pangkal dan ujung tangkainya

Meningkatkan efektivitas dan efisiensi anggaran pembangunan dan optimalisasi pemanfaatan fasilitas, sarana dan prasarana pendidikan, serta meningkatkan,

Pengaturan fungsi Bangunan Gedung dalam Peraturan Daerah dimaksudkan agar Bangunan Gedung yang didirikan dari awal telah ditetapkan fungsinya sehingga masyarakat

Menurut Sani &amp; Sudiran (2012) penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar yang bertujuan untuk memperbaiki

Disamping materi pokok yang kami ajarkan, kami juga memberikan materi tambahan diantaranya Hafalan surah-surah pendek, Doa sehari-hari serta nasehat-nasehat yang bermanfaat

Tabel 2 menunjukkan bahwa perusahaan cenderung untuk mempromosikan karyawan kontrak daripada karyawan tetap, berdasarkan hal tersebut karyawan tetap merasa tidak

“Polres Solok Kota berhasil meraih penghargaan dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia sebagai unit penyelenggaraan

Bab Pertama, pendahuluan merupakan uraian tentang mengapa suatu penelitian dilakukan, yang dinarasikan dengan sistematika dalam beberapa sub bab meliputi latar belakang