Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE. Sy)
Oleh :
M Rahadiatno Adi Putro
NIM : 105046201717
KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HDAYATULLAH
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Syarat Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh :
M RAHADIATNO ADI PUTRO NIM. 105046201717
Di bawah bimbingan Pembimbing
Dr. Alimin Mesra, M.Ag NIP. 196908252000031001
KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HDAYATULLAH
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 02 Mei 2011
iv
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memperindah kehidupan dengan melimpahkan kasih sayang, kenikmatan, dan kemudahan tiada bertepi. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, dengan kasih sayangnya terhadap hamba Allah juga mahluk lainnya memancar bagai pancaran sinar matahari yang tiada terputus menerangi bumi. Atas nikmat nya dan karunianya yang maha sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
PELUANG PENERAPAN SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DALAM PERSPEKTIF TAKAFUL AL-IJTIMA’I (STUDI KASUS DI PT JAMSOSTEK)
Penulis merasa bahagia dan bersyukur serta bangga dengan selesainya studi dan skripsi ini, tetapi kebahagian dan kebanggaan itu tidak akan tercapai tanpa doa, dukungan dan ketulusan yang penuh dari semua pihak. Oleh karna itu penulis menyampaikan banyak terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Rulof dan ibunda Ananda dengan ketulusan dan keikhlasan beliau memberikan kasih sayang serta dorongan baik moril maupun materil guna keberhasilan dan kebahagiaan anak mu ini, tanpa ayah dan ibunda penulis tidak akan berarti apa-apa.
v
meluangkan waktu hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
4. Bapak Dr. Alimin Mesra, M.Ag selaku pembimbing, yang telah banyak sekali meluangkan waktunya ditengah aktifitas-aktifitasnya yang sangat padat, serta sabar dalam memberikan nasihat, pengarahan, solusi, bimbingan, sekaligus motifasi yang begitu berguna bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Kepada Keluarga Besar Ayah Dr. Musfari Haroen dan Ibu Amitha Haroen
yang telah penulis anggap sebagai orang tua penulis sendiri dan juga kepada Paman-paman Penulis kepada Bapak Jerry Tobing, Ronny Tobing, dan Roy Tobing yang juga sangat memberikan dorongan moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
6. Ibu deva, Mas Jatmiko serta mas Yanto selaku Supervisor Divisi Perencanaan dan Pengembangan dan Operasi PT Jamsostek, yang senantiasa memberikan waktunya yang begitu luar biasa kepada penulis, sehingga diberi kemudahan dalam memberikan data perusahaannya. Makasaih banyak bu.
7. Para dosen yang telah mendidik dengan baik hingga penulis dapat menyelesaikan studi di Program Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah.
vi
Zoel, Tons, Fardan, Firdaus, yang senantiasa tak lupa juga memberikan motivasi sekaligus dorongan untuk tetap semangat, hingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dan penulis berharap persahabatan kita bukan cuma ketika di kampus aja, tetapi jika kita semua sudah sukses kita masih tetap bersahabat. Semoga saja. AMIN…..…
10.Semua teman-teman seperjuangan yaitu temen-temen Muamalat Ekonomi Islam angkatan 2005 yang ikut merasakan betapa banyak pengorbanan kita saat membuat skripsi ini. Semoga kita semua di berikan pekerjaan yang kita cita-citakan semua. AMIN….
11.Tak lupa kepada seluruh temen seperjuangan Komunitas Pencari Kebenaran dari Panji Patra, Edy, Iwin Indra, Idzul, rhama, Asril, Ridwan, Andhika, Mustafa, Damanhuri, Adham, dan lain-lainnya ga kerasa kita 4 tahun lebih bersama, menemani penulis di saat susah maupun senang kita hadapi bersama, canda tawa kalian akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan oleh penulis
vii
……
ﻪﺘ ﻜﺭﺑﻭﷲﺔ ﺣﺭﻭ ﻜﻴﻠﻋ ﻼﱠﺳﻠ ﻭ
Jakarta, 2 Mei 2011
viii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah... 7
C.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
D.Studi Review Terdahulu ... 9
E. Metode Penelitian ... 11
F. Sistematika Penulisan ... 15
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DAN TAKAFUL AL-IJTIMA’I A.Tinjauan Umun Sistem Jaminan Sosial Nasional ... 18
1. Sejarah Sistem Jaminan Sosial Nasional 18
2. Definisi Sistem Jaminan Sosial Nasional 22
3. Landasan Hukum 28
4. Prinsip-prinsip 31
ix
2. Takaful al-Ijtima’i pada masa Khalifah Abu Bakar ... 45
3. Takaful al-Ijtima’i pada masa Khalifah Umar Ibn Khattab ... 46
4. Pengeluaran Baitul Maal dan Kebijakan Fiskal mengenai Sistem Jaminan Sosial Dalam Islam 56
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG PT JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA A.Sejarah Pendirian PT JAMSOSTEK ... 61
B. Visi dan Misi PT JAMSOSTEK... 66
C.Tujuan, Nilai-nilai dan Filosofi ... 67
D.Struktur Organisasi ... 68
E. Tata Kelola Perusahaan ... 71
F. Produk-produk di PT Jamsostek ... 90
BAB IV ANALISA PELUANG PENERAPAN SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DI PT JAMSOSTEK DALAM PERSPEKTIF TAKAFUL AL-IJTIMA’I A. Peluang Penerapan Sistem jaminan Sosial Nasional di PT. Jamsostek Persero ... . 99
x
B. Saran-saran ... 122
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mendiskusikan Negara Kesejahteraan (welfare state) di Indonesia sangat menarik bagi kalangan akademisi dan praktisi ketatanegaraan. Mengapa? Karena
pertama: Indonesia, negara yang memiliki sumberdaya alam yang luar biasa, negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, dan negara dengan jumlah penduduk
pluralis yang besar. Kedua, negara yang mempunyai landasan filosofis ketatanegaraan Pancasila yang di dalamnya mengandung nilai-nilai dasar kemanusiaan berdasarkan pada agama, budaya dan adat istiadat setempat.
Pertumbuhan ekonomi dewasa ini begitu cepat berkembang. Tuntutan untuk mencapai kemakmuran material menjadi prioritas kehidupan manusia. Segala cara
dilakukan untuk meraih kemakmuran material. Dukungan pembiayaan dari lembaga keuangan bank maupun lembaga keuangan non bank terus menjadi incaran masyarakat, baik masyarakat kalangan atas maupun bawah. Di Indonesia pemenuhan
kebutuhan masyarakat dilindungi dan dijamin oleh hukum. Oleh karena itu, seluruh lapisan masyarakat Indonesia mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk
mendapatkan kesejahteraan, melakukan kegiatan usaha dan untuk mendapatkan lapangan kerja.
Menurut Fukuyama, bahwa Negara harus diperkuat, kesejahteraan tidak
perannya secara efektif. Begitu pula sebaliknya, negara yang kuat tidak akan bertahan
lama jika tidak mampu menciptakan kesejahteraan rakyatnya.1 Pentingnya penguatan negara ini terutama sangat signifikan dalam konteks kebijakan sosial. Negara adalah
institusi paling absah yang memiliki kewenangan menarik pajak dari rakyat, dan karenanya paling berkewajiban menyediakan pelayanan sosial dasar bagi warganya. Dalam masyarakat yang beradab, negara tidak boleh membiarkan satu orang pun
yang berada dalam posisi tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Globalisasi dan kegagalan pasar sering dicatat sebagai faktor penyebab mencuatnya persaingan
yang tidak sehat, monopoli dan oligopoli, kesenjangan ekonomi di tingkat global dan nasional, kemiskinan dan keterbelakangan di negara berkembang, serta ketidakmampuan dan keengganan perusahaan swasta mencukupi kebutuhan publik,
seperti jaminan sosial, pelayanan kesehatan dan pendidikan.
Mishra, dalam bukunya “Globalization and Welfare State” menyatakan bahwa
globalisasi telah membatasi kapasitas negara-bangsa dalam melakukan perlindungan sosial. Lembaga-lembaga internasional seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) menjual kebijakan ekonomi dan sosial kepada negara-negara
berkembang dan negara-negara Eropa Timur agar memperkecil pengeluaran pemerintah, memberikan pelayanan sosial yang selektif dan terbatas, serta
menyerahkan jaminan sosial kepada pihak swasta. 2
1
Francis Fukuyama, , State-Building: Governance and World Order in the 21st Century (Memperkuat
Negara: Tata Pemerintahan dan Tata Dunia Abad 21), (Jakarta: Gramedia terjemahan 2005). h 87
2
Oleh karena itu, memang negara bukanlah satu-satunya aktor yang dapat
menyelenggarakan pelayanan sosial. Masyarakat, dunia usaha, dan bahkan lembaga-lembaga kemanusiaan internasional, memiliki peran penting dalam penyelenggaraan
pelayanan sosial. Namun, sebagai salah satu bentuk kebijakan sosial dan publik goods, pelayanan sosial tidak dapat dan tidak boleh diserahkan begitu saja kepada masyarakat dan pihak swasta. Sebagai lembaga yang memiliki legitimasi publik yang
dipilih dan dibiayai oleh rakyat, negara memiliki kewajiban (obligation) dalam memenuhi (to fulfill), melindungi (to protect) dan menghargai (to respect) hak-hak
dasar, ekonomi dan budaya warganya. Mandat Negara untuk melaksanakan pelayanan sosial lebih kuat daripada masyarakat atau dunia usaha. Berdasarkan konvensi internasional, mandat negara dalam pelayanan sosial bersifat wajib.
Sedangkan, mandat masyarakat dan dunia usaha dalam pelayanan sosial bersifat
“tanggung jawab” (responsibility).3
Jaminan sosial sering disebut dengan istilah social security, adalah bantuan ekonomi berupa bantuan finansial yang diberikan oleh Negara bagi warganegaranya yang berada dalam kondisi-kondisi tertentu yang dipersyaratkan. Bantuan finansial
atau tunjangan (benefit), misalnya: tunjangan untuk orang jompo (old age benefit), tunjangan untuk orang cacat (disability benefit), dan sebagainya. Sebagai tanggung
jawab Negara, maka jaminan sosial ini termasuk salah satu bentuk hak ekonomi rakyat, yaitu hak untuk hidup layak secara ekonomis.
3
Sesungguhnya, Islam memiliki landasan tersendii, ada satu sistem yang bisa
dikembangkan dalam makna kesejahteraan bagi kemanusiaan, yaitu sistem yang bisa menjadi alternatif, sistem negara kesejahteraan Islam (Islamic welfare state).
Islam bukan hanya sekadar agama. Ia mencakup pandangan dan cara hidup secara total. Islam adalah agama yang menjunjung tinggi peradaban dan harkat martabat kemanusiaan yang memadukan antara aspek material dan spiritual, keduniawian dan
keukhrowian. Pada puncaknya, Islam bertujuan menciptakan sebuah sistem dimana prinsip keadilan berada di atas keuntungan segelintir atau sekelompok orang.
Dalam Sistem ekonomi Islam misalnya, memiliki dua tujuan: memerangi kemiskinan dan menciptakan distribusi kekayaan yang adil secara ekonomi dan sosial. Implisit dalam pengertian ini adalah adanya pengakuan bahwa umat Islam akan dapat
beribadah kepada Allah secara fokus dan total jika kebutuhan dasarnya terpenuhi dengan baik. Negara melakukan hal ini melalui berbagai mekanisme sukarela
maupun wajib. 4
Menurut Umer Chapra, dalam lapangan ekonomi, Islam menganjurkan kesejahteraan ekonomi melalui pemenuhan semua kebutuhan pokok manusia,
menghapuskan semua sumber utama kesulitan dan ketidaknyamanan (kemiskinan, pengganguran, kesempatan kerja yang rendah, dsb.), meningkatkan kualitas
kehidupan secara moral dan material. Bahkan, Islam menganjurkan penciptaan suatu lingkungan ekonomi yang mampu memanfaatkan waktu dan kemampuan fisik dan skill bagi pengayaan diri, keluarga, dan masyarakatnya.
4
Oleh karena itu, kesejahteraan sosial dalam sistem ketatanegaraan Islam
mempunyai ruang lingkup yang sangat luas baik menyangkut pelayanan publik (public service) maupun pelayanan privat (privat service) dan dapat dilakukan dengan
berbagai bentuk dan mekanisme, seperti misalnya, zakat, wakaf, infak, shadaqah, pajak, qardh al hasan, jaminan sosial, dan lain sebagainya sebagai bentuk memelihara manusia
Pengertian memelihara manusia dalam hal ini adalah bayi Musa. Yakfulu
dapat juga diartikan menjamin seperti dalam firman Allah
Artinya: Barangsiapa yang memberikan syafa'at yang baik[325], niscaya ia akan memperoleh bahagian (pahala) dari padanya. dan Barangsiapa memberi syafa'at yang buruk[326], niscaya ia akan memikul bahagian (dosa) dari padanya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
[325] Syafa'at yang baik Ialah: Setiap sya'faat yang ditujukan untuk
melindungi hak seorang Muslim atau menghindarkannya dari sesuatu kemudharatan. [326] Syafa'at yang buruk ialah kebalikan syafa'at yang baik.
Secara istilah, menurut Latif Mukhtar mungkin istilah Takaful berasal dari
fikrah atau konsep Abu Zahra, seorang faqih di Mesir yang menulis buku al-Takaful al-Ijtimaa`i fi al-Islam (social security in Islam atau jaminan sosial dalam Islam).5
5
Dasar pijak Takaful dalam asuransi mewujudkan hubungan manusia yang
Islami diantara para pesertanya yang sepakat untuk menangung bersama antara mereka, atas resiko yang diakibatkan musibah yang diderita oleh peserta sebagai
akibat dari kebakaran, kecelakaan, kehilangan, sakit dan sebagainya. Semangat asuransi Takaful adalah menekankan kepada kepentingan bersama atas dasar rasa persaudaraan di antara peserta. Persaudaraan di sini meliputi dua bentuk:
persaudaraan berdasarkan kesamaan keyakinan (ukhuwah islamiayah) dan PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) dinilai berpeluang menjadi lokomotif
perubahan dalam penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Jamsostek dianggap kaya pengalaman menyelenggarakan program jaminan sosial. Direktur SDM dan Umum PT Jamsostek Joko Sungkono mengaku empat dari lima
program SJSN sudah dilaksanakan BUMN itu dan hanya jaminan pensiun yang belum. Menurut Joko, PT Jamsostek sudah sangat siap melaksanakan amanat SJSN.
PT Jamsostek tidak hanya unggul dalam pelayanan bagi pesertanya, tetapi juga memiliki segudang pengalaman dalam mengumpul iuran dari perusahaan (sektor swasta) yang prosesnya jauh lebih rumit dari pada pengelolaan dana APBN.
"Sembilan prinsip pelaksanaan SJSN seperti kegotong royongan, nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, dan lainnya, menambah keyakinan, kami
akan mampu menjadi leader, kata Joko. BUMN itu juga sudah menggunakan model
menyeluruh dengan pelayanan kesehatan berjenjang, serta pelibatan dokter keluarga
sebagai pemberi layanan pertama hingga layanan lanjutan.6
Dengan melihat dasar itulah, penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian, memberikan gambaran bagaimana peluang penerapan sistem jaminan
sosial nasional di PT Jamsostek dalam perspektif Takaful Al Ijtima’i, sehingga
penulis tertarik mengambil judul tentang :
“Peluang Penerapan Sistem Jaminan Sosial Nasional Dalam Perspektif
Takaful Al ijtima’i (Studi Kasus di PT Jamsostek)”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.
Berdasarkan pokok permasalahan yang telah penulis rumuskan diatas, ada
beberapa tujuan yang ingin penulis capai di antaranya:
1. Bagaimana Peluang Penerapan Sistem Jaminan Sosial Nasional di PT
Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) terutama dalam jaminan sosial kepada Masyarakat yang membutuhkan?
2. Apa program-program dan kendala–kendala penerapan Sistem
Jaminan Sosial Nasional di PT Jamsostek?
3. Apa relasi Sistem Jaminan Sosial Nasional dengan takaful
al-ijtima’i?
6
Agar masalah yang di kaji tidak melebar dan lebih terfokus, penulis
membatasi dalam hal penerapan Sistem Jaminan Sosial Nasional PT Jamsostek dan hubungannya dengan takaful al-ijtima’i.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan
Berdasarkan pokok permasalahan yang telah penulis rumuskan diatas, ada beberapa tujuan yang ingin penulis capai, diantaranya:
1. Untuk mengetahui Peluang Penerapan Sistem Jaminan Sosial Nasional di PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) terutama dalam jaminan sosial kepada Masyarakat yang
membutuhkan.
2. untuk mengetahui apa saja program-program dan Kendala–
Kendala Penerapan Sistem Jaminan Sosial Nasional oleh PT Jamsostek.
3. Untuk mengetahui hubungan antara penerapan Sistem Jaminan
Sosial Nasional dengan takaful al-ijtima’i.
2. Manfaat Penelitian
a. Penelitian yang dilakukan ini dapat menambah khasanah pengetahuan mengenai PeluangPenerapan SJSN ditinjau dalam takaful al-ijtima’i
b. Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada Seluruh
Masyarakat Indonesia, pihak jamsostek, praktisi dan akademisi yang membahas tentang SJSN, serta para buruh atau pekerja.
D. Studi Review Terdahulu
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyertakan studi review terdahulu hasil
penelitian terdahulu mengenai Peluang Penerapan Sistem Jaminan Sosial Nasional, diantaranya :
1. Saidi, Jurusan Muamalat Ekonomi Islam, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005. “Tinjauan ekonomi Islam terhadap mekanisme pengelolaan dana pensiun (Studi Kasus pada dana
pensiun karyawan jamsostek)”. Penelitian ini menggunakan metode gabungan yaitu studi kepustakaan dan studi lapangan. Dalam penelitian ini
membahas mengenai Tinjauan ekonomi islam terhadap mekanisme pengelolaan dana pensiun di PT Jamsostek. Belum menjelaskan tentang peluang penerapan sistem jaminan sosial nasional secara menyeluruh
dalam perspektif Takaful Al Ijtima’i di PT Jamsostek.
2. Yuyun Fitrianingsih, Jurusan Muamalat Ekonomi Islam, Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005. “Tinjuan hukum Islam Terhadap Pengelolaan dana pensiun karywan PT jamsostek”.
Penelitian ini menggunakan metode gabungan yaitu studi kepustakaan dan
hukum islam secara umum mengenai pengelolaan dana pensiun karyawan
di PT Jamsostek . Belum menjelaskan tentang peluang penerapan sistem jaminan sosial nasional secara menyeluruh dalam perspektif Takaful Al
Ijtima’i di PT Jamsostek.
3. Ahmad Yunus, Jurusan Muamalat Ekonomi Islam, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004. “Pandangan Hukum
Islam tentrang peranan Jamsostek (Upaya meningkatkan kesejahteraan
Masyarakat)”. Penelitian ini menggunakan metode gabungan yaitu studi
kepustakaan dan studi lapangan. Dalam penelitian ini hanya membahas mengenai pandangan umum hukum islam tentang peranan PT Jamsostek dalam upaya meningkatkan kesejahteraaan masyarakat. Belum
menjelaskan tentang peluang penerapan sistem jaminan sosial nasional
secara menyeluruh dalam perspektif Takaful Al Ijtima’i di PT Jamsostek.
4. Woro Hapsari, Jurusan Muamalat Ekonomi Islam, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004. “Tinjauan Ekonomi Islam terhadap mekanisme pengelolaan dana PT Jamsostek”. Penelitian ini
menggunakan metode gabungan yaitu studi kepustakaan dan studi lapangan. Dalam penelitian ini hanya membahas mengenai tinjauan umum
dari Ekonomi Islam mengenai mekanisme pengelolaan dana jaminan sosial di PT Jamsostek. Belum menjelaskan tentang peluang penerapan sistem jaminan sosial nasional secara menyeluruh dalam perspektif
5. Randhy Novadinata, Jurusan Muamalat Ekonomi Islam, Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006. “Perjanjian kerjasama anatara PT Jamsostek dengan pelaksanaan pelayanan kesehatan dalam
perspektif hukum islam”. Penelitian ini menggunakan metode gabungan yaitu studi kepustakaan dan studi lapangan. Dalam penelitian ini hanya membahas mengenai pandangan hukum islam terhadap proses perjanjian
kerja sama antara PT Jamsostek dengan Pihak pelaksana pelayanan kesehatan jaminan sosial dalam perspektif hukum islam. Belum
menjelaskan tentang peluang penerapan sistem jaminan sosial nasional
secara menyeluruh dalam perspektif Takaful Al Ijtima’i di PT Jamsostek.
Berdasarkan penelitian penulis, secara khusus sampai saat ini belum ada yang membahas tentang Peluang Penerapan Sistem Jaminan Sosial Nasional ditinjau
dalam konsep Takaful Al-Ijtima’i (Studi Kasus di PT Jamsostek). Atas dasar itu, Penulis tertarik untuk melakukan penelitian di PT Jamsostek dalam hal Penerapan SJSN ditinjau dalam konsep takaful al-ijtima’i.
E. Metode Penelitian
1. Persiapan Penelitian
Dalam persiapan penelitian ini penulis terlebih dahulu melakukan
survey mengenai problematika yang hendak akan dijadikan sebagai bahan
penelitian yang di dalamnya telah ditentukan rumusan dan batasan masalah
tujuan dan manfaat penelitian, studi riview, kerangka teori, landasan penelitian dan kajian pustaka, menentukan metode penelitian beserta
sampel dan instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini.
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan bersifat deskriptif, yakni penelitian yang menggambarkan data informasi yang berdasarkan pada fakta yang
diperoleh di lapangan.7 Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yakni penelitian yang menghasilkan deskripsi berupa kata-kata atau lisan dari fenomena yang diteliti atau dari orang-orang yang berkompeten
dibidangnya.8 Guna untuk mengetahui peluang penerapan sistem jaminan
sosial nasional di Pt Jamsostek dalam perspektif Takaful Al Ijtima’i.
3. Objek Penelitan
Dalam penelitian ini, penulis memilih tempat penelitian di Kantor Pusat Jamsostek Jl. Jend. Gatot Subroto No. 79 Jakarta Selatan 12930 Tlp.
(021) 5207797 (Hunting 20 Lines) Fax. (021) 5202310 guna untuk menganalisa bagaimana peluang penerapan sistem jaminan sosial nasional
dalam perspektif takaful al ijtima’i di PT Jamsostek.
7
Suharsimi Ari kunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta : PT. Renika Cipta, 1993), cet ke-2, h. 309
8
4. Sumber Data
Dalam Penelitian ini sumber data dibagi menjadi dua kategori : a. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh langsung dari pihak yang terkait seperti PT Jamsostek Persero, yang meliputi wawancara.
b. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari laporan-laporan atau data-data yang merupakan hasil dari library research, dengan teknik studi
dokumentasi terhadap sumber-sumber buku yang dijadikan acuan dalam menelaah suatu penelitian.
5. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan permasalahan yang diangkat, maka dalam
pengumpulan data skripsi ini, penulis menggunakan penelitian sebagai berikut :
1. Studi Dokumen atau Pustaka : dalam hal ini penulis mengadakan
penelitian yang ada kaitannya dengan penulisan skripsi ini, yang dilakukan dengan membaca dan mempelajari teori-teori yang ada
hubungannya dengan masalah pokok-pokok pembahasan melalui buku-buku catatan kuliah, skripsi terdahulu, buku-buku, majalah, artikel, hasil seminar, internat dan media lainnya yang berhubungan dengan
2. Wawancara, dalam hal ini untuk mendapatkan data-data dan informasi
tentang peluang penerapan sistem jaminan sosial nasional dalam perspektif takaful al ijtima’i (studi kasus di PT Jamsostek), dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang melalui : Interview yaitu dengan melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian, baik secara langsung maupun tidak langsung.
6. Teknik Analisis Data
Data atau informasi yang diperoleh dalam penelitian ini akan disajikan secara kualitatif dengan pendekatan yang bersifat deskritif-analisis, yaitu metode untuk memberikan pemecahan masalah dengan
mengumpulkan data, menyusun atau mengklasifikasikan, menganalisis dan menginterprestasikan dengan tujuan memberikan gambaran yang
sistematis, faktual, aktual, akurat mengenai fakta-fakta dan kegiatan yang berkaitan dengan peluang penerapan Sistem Jaminan Sosial Nasional di PT Jamsostek. Analisa data dilakukan secara menyeluruh dan merupakan satu
kesatuan (holistic), metode yang demikian ditempuh mengingat penelitian ini tidak mementingkan kuantitas datanya, akan tetapi lebih mementingkan
[image:25.612.146.531.54.422.2]7. Teknik Penulisan Laporan
Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah
menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas dan Hukum UIN
Syarif Hidayatulah Jakarta 2007”. .
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun menjadi lima bab, masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab, diawali dengan pendahuluan dan diakhiri dengan kesimpulan
serta saran-saran yang dianggap perlu. Adapun penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Didalam Bab ini akan dijelaskan mengenai dan menguraikan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan dan Pembatasan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Studi Review Skripsi Terdahulu, Metode Penelitian Skripsi, pedoman penulisan skripsi, teknik penulisan skripsi dan juga Sistematika Penulisan skripsi.
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DAN TAKAFUL AL-IJTIMA’I
Didalam Bab ini akan dijelaskan mengenai dan menguraikan tentangteori mengenai tinjauan umun tentang sistem jaminan sosial
definisi sistem jaminan sosial nasional, landasan hukum sistem
jaminan sosial nasional, prinsip sistem jaminan sosial nasional, ruang lingkup sistem jaminan sosial nasional. Dan tinjauan umum
takaful al ijtima’i yang meliputi Takaful Al Ijtima’i pada masa
Rasulullah SAW, Takaful Al Ijtima’i pada masa Khulafa
Ar-Rasyidun
BAB III GAMBARAN UMUM PT JAMSOSTEK PERSERO
Didalam Bab ini akan dijelaskan mengenai dan menguraikan tentang kondisi internal PT Jamsostek Persero yang meliputi Sejarah PT Jamsostek Persero, visi dan misi PT Jamsostek Persero,
nilai-nilai budaya kerja PT Jamsostek Persero, struktur organisasi PT Jamsostek Persero, tata kelola perusahaan PT Jamsostek
Persero, produk dan program jaminan sosial di PT Jamsostek Persero
BAB IV ANALISA PELUANG PENERAPAN SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DALAM PERSPEKTIF TAKAFUL AL-IJTIMA’I DI PT JAMSOSTEK PERSERO
Didalam Bab ini akan membahaskan mengenai dan menguraikan tentang Peluang Penerapan Sistem Jaminan Sosial Nasional Di PT
Sosial Nasional Di PT Jamsostek Persero, Relasi Sistem Jamian
Sosial Nasional di PT Jamsostek dengan takaful al-ijtima’i.
BAB V PENUTUP
Bab ini memberikan penerangan tentang intisari (kesimpulan) dari hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya, serta saran-saran yang
18
DAN TAKAFUL AL-IJTIMA’I
A. Tinjauan Umum Sistem Jaminan Sosial Nasional 1. Sejarah Sistem Jaminan Sosial Nasional
Jaminan Sosial muncul pada abad ke-19 di Jerman yang kemudian menyusul di Inggris1. Di Jerman yang memelopori adalah Otto van Bismarck,
kanselir Jerman pada periode 1883-1889. Pada konsep Bismarck dikemukakan bahwa pemberian jaminan sosial yang lebih dikenal dengan
sistem asuransi sosial diberikan pada hubungan industrial antara pemberi kerja dengan pekerja. Dan dengan konsep ini, Jerman merupakan Negara yang pertama kali menerapkan sistem asuransi sosial.
Sistem Jerman ini segera diikuti oleh Negara-negara lainnya di belahan bumi lainnya. Salah satunya adalah Amerika tepatnya pada masa
presiden Franklin Delano Roosevelt membuat Undang-undang tentang Jaminan Sosial yaitu Social Security Act 19352. Undang-undang ini memuat program-program untuk menanggulangi resiko-resiko hari tua, kematian, dan
cacat; dan kemudian juga memberikan asuransi kesehatan. Program-program
1
Bambang Purwoko MA PhD, Jaminan Sosial dan Sistem Penyelenggaraannya: Pandangan &
Gagasan,( Jakarta : Meganet Dutatama Unggul, 1999), hal 3
2
federal ini dikenal dengan OASDHI (Old-Age, Survivors, Disability, and
Health Insurance).
Di Perancis, Jaminan Sosial atau “securite sosiale” merujuk pada
asuransi sosial seperti asuransi kesehatan dan hari tua. Tak hanya itu, Negara ini juga memiliki apa yang disebut dengan “protection social” yang meliputi
bantuan sosial, pelayanan sosial, serta sistem jaminan tingkat pendapatan minimum guna menunjang kemandirian3.
Di Inggris, yang menjadi tonggak sejarahnya adalah konsep Beveridge
(1942) tentang jaminan sosial yang lebih bersifat makro yakni memberikan santunan minimum yang diperuntukkan bagi proteksi orang miskin termasuk
orang jompo4. Dalam UU tersebut juga disebutkan bahwa orang miskin secara hukum berhak memperoleh jaminan-jaminanlain dalam bentuk konsesi yang pembiayaannya menjadi beban APBN karena dikaitkan dengan sistem
perpajakan.
Menurut Rowntree (1941), bahwa masalahnya bukan terletak pada
sistem asuransi sosial maupun program-program demogrant tetapi kemiskinan yang terjadi di eropa di sebabkan karena rendah nya upah pekerja dan terbatasnya kemampuan keuangan Negara. Oleh karena itu, program dan
masalah ketenagakerjaan yang berhubungan dengan pengupahan harus
3
Emir Soendoro, Jaminan Sosial solusi bangsa Indonesia Berdikari, (Jakarta: DInov ProGRESS Indonesia, 2009), hal 38
4
Bambang Purwoko MA PhD, Jaminan Sosial dan Sistem Penyelenggaraannya: Pandangan &
dituntaskan. Karena upah sebagai faktor determinan terutama bagi program
hari tua. Masalah itu seperti ketidakpastian ekonomi yang diwujudkan dalam bentuk upah minimum tidak lain merupakan masalah universal.
Memperhatikan rigidnya pengertian antara jaminan sosial dan asuransi sosial, maka yang jelas bahwa antara jaminan sosial dan asuransi sosial bukan
sesuatu yang dapat dibandingkan karena asuransi sosial merupakan satu komponen jaminan sosial.
Baldwin dan Fakingham pada tahun 1994 mengemukakan bahwa
sistem asuransi sosial bukanlah merupakan suatu supra sistem untuk pengentasan kemiskinan termasuk untuk penanggulangan resiko Pemutusan
Hubungan Kerja. Oleh karena itu sistem asuransi sosial lebih merupakan visi sosial yang dilandaskan pada solidaritas pembeeri kerja untuk dapat memikul resiko secara bersama-sama.
Menurut Kay dan Morris pada tahun 1984, telah mempelopori sebelumnya bahwa asuransi sosial bukan merupakan safety net, karena
keterbatasan lingkup penyertaan dan jumlah manfaat yang diberikan. Maka perlu program penunjang guna melengkapi dari apa yang didapat melalui program dasar sistem asuransi sosial.5
Sementara Creedy dan Disney pada tahun 1985 mengatakan bahwa santunan pada sistem asuransi sosial sangat terikat untuk hal-hal yang bersifat
5
Bambang purwoko, jaminan sosial dan sistem penyelenggaraannya pandangan dan gagasan (
darurat misalnya sakit, kecelakaan kerja, dan meninggal dunia. Oleh
karenanya program tabungan wajib boleh jadi dikaitkan dengan santunan kematian seperti hal nya yang telah dilaksankan oleh PT. Jamsostek (Persero)
dalam hal THT-AK 1978-1991. Dalam hal terjadi pengangguran massal, maka solusinya menjadi porsi program demogrant yaitu semacam
unemployment benefits yang bersumber dari keuangan Negara, karena
sewaktu pekerja masi aktif bekerja dimana yang bersangkutan menjadi objek pajak. Dan sebaliknya pada saat tidak bekerja lagi sehubungan dengan
kebijaksanaan ekonomi yang terlalu ketat, maka bergantian Negara memberikan kewajibannya kepada yang bersangkutan dalam bentuk
unemployment benefit.
Purwoko pada tahun 1994 mengutarakan bahwa sistem asuransi sosial sebenarnya merupakan alat fiskal bagi pemerintah terhadap pemberi kerja
yang dijadikan sebagai objek pungut melalui lembaga yang ditunjuk. Secara filosofi dikatakan bahwa pemberi kerja dalam hal menggunakan pekerja untuk
kepentingannya, maka pemberi kerja diwajibkan oleh UU untuk membayar iuran kompensasi pekerja. PT. Jamsostek (Persero) merupakan salah satu institusi yang ditunjuk.6
Berdasarkan hasil studi empirik tersebut di atas, akhirnya dapat dikemukakan bahwa antara program demogrant, bantuan sosial, dan asuransi
6
Bambang purwoko, jaminan sosial dan sistem penyelenggaraannya pandangan dan gagasan (
sosial pada prinsipnya saling melengkapi. Asuransi sosial adalah suatu sistem
proteksi untuk dapat memenuhi atau paling tidak mampu menciptakan
demand for economics security sehubungan dengan masalah economics
insecurity. Sedangkan sistem asuransi sosial dari segi aspek hukum merupakan alat fiskal sehingga peranannya lebih bersifat sebagai tax institution. Dari segi pelembagaan, maka asuransi sosial sebagai monopoli
pemerintah dalam hal menyelenggarakan proteksi dasar. Karena program proteksi dasar harus dimonopoli oleh hanya satu badan yang ditunjuk oleh
pemerintah agar terjadi pemerataan pembagian resiko secara simultan.7
2. Definisi Sistem Jaminan Sosial Nasional
Jaminan sosial dapat diberi pengertian yang luas sehingga sering
diartikan sebagai kesejahteraan sosial. Di Indonesia kesejahteraan sosial telah diatur dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial. Pasal 2 dari Undang-Undang tersebut menyatakan
bahwa kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan,
kesusilaan, ketentraman lahir-batin, yang memungkinkanbagi setiap warga Negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan
7
Bambang Purwoko MA PhD, Jaminan Sosial dan Sistem Penyelenggaraannya: Pandangan &
sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan
menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia.
Dalam ruang lingkup yang luas tersebut, jaminan sosial dimaksudkan
untuk mencegah dan mengatasi keterbelakangan, ketergantungan, ketelantaran, serta kemiskinan pada umumnya. Dalam pengetian yang luas ini,
jaminan sosial mengandung berbagai unsur diantaranya adalah sebagai berikut:8
1) Bantuan sosial
Berbagai program yang diselenggarakan oleh pemerintah dalam hal ini dapat departemen sosial untuk memberikan bantuan bagi
korban bencana alam, panti asuhan untuk para lanjut usia, anak yatim piatu, dan fakir miskin, rehabilitasi penderita cacat, rehabilitasi berbagai penyandang ketunaan. Pembiayaan bantuan sosial bersumber
dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
2) Asuransi Sosial
Berbagai program yang diselenggarakan oleh pemerintah untuk memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dan keluarganya terhadap
resiko-resiko yang timbul dari pekerjaannya, seperti sakit, kecelakaan, hari tua, pemutusan hubungan kerja, dan meninggal dunia.
8
Sentanoe Kertonegoro, Sistem Dan Program Jaminan Sosial Di Negara-Negara Asean, (Jakarta,
Pembiayaan asuransi sosial bersumber dari iuran pekerja dan pemberi
kerjanya.
Secara khusus jaminan sosial pada umumnya diartikan dalam pengertian yang lebih sempit. Dalam pengertian sempit ini jaminan sosial
diartikan sebagai program perlindungan dan kesejahteraan bagi tenaga kerja terhadap resiko-resiko sakit, kecelakaan, hari tua, pemutusan hubungan kerja
dan kematian yang dapat mengakibatkan penderitaan dan kesulitan ekonomis bagi diri dan keluarganya. Perlindungan tersebut dilakukan oleh pemerintah dengan pembiayaan yang ditanggung oleh tenaga kerja sendiri dan pengusaha
atau pemberi kerjanya.
Setiap program yang diselenggarakan oleh pemerintah selalu bersifat
dasar dan minimal untuk kepentingan rakyat banyak, terutama bagi mereka
yang kurang mampu untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, seperti
perumahan sederhana, pengobatan puskesmas, kredit usaha tani, kredit usaha
kecil, dan sebagainya. Demikian juga dengan jaminan sosial dimaksudkan
untuk memberikan perlindungan dan kesejahteraan dasar dan minimal saja.
Selain itu, pelaksanaannya dilakukan secara wajib bagi seluruh tenaga kerja
dan pengusaha pemberi kerjanya.
Sifat dasar, minimal, dan wajib diambil dengan tujuan agar jaminan
dapat terjangkau oleh segenap lapisan tenaga kerja dan pemberi kerjanya.
Bagi mereka yang menginginkan kemanfaatan yang lebih besar dapat
memperolehnya melalui program dan lembaga lainnya seperti asuransi, dana
pensiun, bank. Dengan kemanfaatan dasar yang lebih besar. Pada gilirannya,
jaminan sosial akan mendorong industri asuransi, dana pensiun, dan lembaga
keuangan lainnya.
Sehubungan dengan pengertian pengertian tersebut diatas, berbagai
definisi dirumuskan baik secara formal perundang-undangan maupun secara literatur. Definisi yang ada dalam Undang-Undang no. 3 Tahun 1992 tentang
jaminan sosial tenaga kerja merumuskan jaminan sosial tenaga kerja sebagai sesuatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang, dan
pelayanan sebagai akibat dari peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal
dunia. Dalam definisi ini, jaminan sosial memberikan empat program perlindungan utama yaitu jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan kematian, jaminan pemeliharaan kesehatan.
Definisi dari ILO yang tercantum dalam Konvensi ILO no. 102 Tahun 1952 mengenai Jaminan Sosial (Standar Minimal) menyatakan Bahwa
ekonomis dan sosial yang disebabkan karena terhentinya atau turunnya
penghasilan yang diakibatkan karena sakit, hamil, kecelakaan kerja, pengangguran, cacat, hari tua, dan kematian, pemberian perawatan medis, dan
pemberian subsidi bagi keluarga yang mempunyai anak. Dalam definisi ini terkandung sembilan cabang kemanfaatan jaminan sosial yaitu :9
1) Perawatan medis 2) Tunjangan sakit
3) Tunjangan pengangguran
4) Tunjangan hari tua
5) Tunjangan kecelakaan kerja
6) Tunjangan keluarga 7) Tunjangan kehamilan 8) Tunjangan cacat
9) Tunjangan ahli waris.
Semua tunjangan diatas kecuali perawatan medis, dibayarkan secara
tunai. Kecelakaan kerja dan kehamilan juga mengandung perawatan medis. Tunjangan keluarga bisa meliputi berbagai unsur kemanfaatan, baik tunai maupun barang dan jasa.
Rincian atau pengelompokan program atau kemanfaatan bias dilakukan dengan berbagai cara dan kombinasi. Misalnya, perawatan medis,
9
Organisasi Perburuhan Internasional, K102 Konvensi ILO No.102 Tahun 1952 mengenai standar
kehamilan, dan persalinan dapat menjadi jaminan pelayanan kesehatan.
Tunjangan hari tua, cacat, ahli waris bias menjadi pensiun (hari tua, cacat, janda-dua/yatim-piatu). Tunjangan kecelakaan kerja dan cacat menjadi
jaminan kecelakaan kerja.
Oleh karena itu Asosiasi Jaminan Sosial Internasional dalam
konstitusinya menggolongkan cabang-cabang jaminan sosial sebagai berikut : a) Asuransi kecelakaan kerja dan/atau penyakit akibat kerja
b) Asuransi sakit dan/atau kehamilan
c) Asuransi hari tua dan/atau cacat dan/atau ahli waris d) Asuransi pengangguran
e) Tunjangan keluarga.
Liputan cabang-cabang tersebut juga berbeda antara Negara yang satu dengan yang lainnya. Jamsostek , misalnya tidak meliputi asuransi pengangguran dan tunjangan keluarga, selain itu asuransi sakit tidak
memberikan tunjangan tunaikarena dianggap menimbulkan penyalahgunaan, tetapi berupa pelayanan medis.10
Dalam Undang Undang tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional no. 40 tahun 2004 yang di godok dan di sah kan oleh dewan perwakilan rakyat,
sistem jaminan sosial nasional di definisikan sebagai berikut,
10
Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk
menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar
hidupnya yang layak.
Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara
penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggaraan jaminan sosial.
Asuransi sosial adalah suatu mekanisme pengumpulan dana yang
bersifat wajib yang berasal dari iuran guna memberikan
perlindungan atas resiko sosial ekonomi yang menimpa peserta dan/atau anggota keluarganya.
Tabungan wajib adalah simpanan yang bersifat wajib bagi peserta
program jaminan sosial.
Bantuan iuran adalah iuran yang dibayar oleh Pemerintah bagi
fakir miskin dan orang mampu sebagai peserta program jaminan
sosial.11
3. Landasan Hukum Sistem Jaminan Sosial Nasional
Yang menjadi landasan hukum pelaksanaan sistem jaminan sosial nasional ada beberapa aspek yang melandasi nya mulai dari Undang-Undang
11
dasar sampai kepada Undang-Undang khusus yang membahas sistem jaminan
sosial nasional berikut yakni:
a. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945
1) Bab XIV Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial Pasal 34 a) Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara
b) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial nasional bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan
c) Negara bertanggung jawab ataspenyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan penyediaan fasilitas umum yang layak
d) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.
b. Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 1992 tentang jaminan
sosial tenaga kerja Bab 2 penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja 1) Pasal 3
a) Untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja diselenggarakan program jaminan sosial tenaga kerja yang pengelolaannya dapat dilaksanakan dengan mekanisme asuransi
a) Program jaminan sosial sebagaimana dimaksud dalam pasal 3
wajib dilakukan oleh setiap perusahaan bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan didalam hubungan kerja sesuai dengan
ketentuan Undang-undang ini
b) Program jaminan sosial tenaga kerja bagi tenaga kerja yang
melakukan pekerjaan di luar hubungan kerja diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah
c) Persyaratan dan tata cara penyelenggaraan program jaminan
sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud ayat (1) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
d) Pasal 5
Kebijakan dan pengawasan umum program jaminan sosial tenaga kerja ditetapkan dengan peraturan pemerintah
c. Undang-undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial nasional Bab 1 ketentuan umum sistem jaminan sosial
nasional 1) Pasal 1
a) Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial
b) Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara
penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggaraan jaminan sosial.
c) Asuransi sosial adalah suatu mekanisme pengumpulan dana yang bersifat wajib yang berasal dari iuran guna memberikan
perlindungan atas resiko sosial ekonomi yang menimpa peserta dan/atau anggota keluarganya.
d) Tabungan wajib adalah simpanan yang bersifat wajib bagi peserta
program jaminan sosial.
e) Bantuan iuran adalah iuran yang dibayar oleh Pemerintah bagi fakir miskin dan orang mampu sebagai peserta program jaminan
sosial.
2) Bab 2 asas, tujuan, dan prinsip penyelenggaraan sistem jaminan sosial pasal 2
Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan berdasarkan asas kemanusiaan, asas manfaat, dan asas keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Pasal 3
4. Prinsip Sistem Jaminan Sosial Nasional
Dalam konsep perlindungan sosial yang komprehensif dan berkelanjutan, terdapat 2 prinsip penting yang diajukan oleh ILO (ILO,
Extending Social Security to All, 2010). Dua prinsip tersebut antara lain adalah sebagai berikut
1. Universalitas (Universality)
Prinsip ini menekankan pada hak seluruh penduduk untuk mendapatkan kepastian akses perlindungan sosial dalam sebuah sistem
jaminan sosial yang efektif. Universal berarti akses perlindungan sosial tersebut diselenggarakan berbasis hak penduduk (right-based scheme). Hal ini
merupakan prinsip yang fundamental dan mendasari seluruh aspek pengembangan sistem jaminan sosial.
Mengingat kepesertaannya yang juga mencakup penduduk
miskin/tidak mampu/tidak bekerja/cacat yang tidak memiliki kemampuan untuk membayar iuran maka hendaknya sistem ini diselenggarakan oleh
negara. Prinsip universalitas jugalah yang mendasari agar penyelenggaraan jaminan sosial tidak boleh lepas dari tanggung jawab negara.
Konsekuensi prinsip universalitas yang harus diemban oleh negara,
khususnya bagi negara yang memiliki keterbatasan sumberdaya (fiskal dan infrastruktur) adalah menetapkan desain manfaat dasar (basic package of
sebagai program perlindungan yang menjadi prioritas utama. Dilain sisi,
memberikan manfaat dan akses jaminan sosial yang seluas-luasnya kepada kelompok penduduk lain yang memiliki kemampuan membayar iuran. 12
2. Progresivitas (Progressiveness)
Sebagai sebuah instrumen publik yang memiliki karakteristik investasi
dibidang modal sosial (social capital) dan modal manusia yang produktif, sistem jaminan sosial harus diselenggarakan secara berkelanjutan dan tidak boleh berhenti pada tingkat manfaat dasar saja (basic benefit). Manfaat dasar
merupakan langkah awal yang menjadi fondasi pengembangan sistem jaminan sosial. Prinsip progrevisitas menjelaskan bahwa konsep universalitas tidak
berarti memberikan keseragaman manfaat kepada seluruh penduduk (uniformity).
Pemerintah wajib, sesuai dengan tahapan perkembangan ekonominya,
memperluas cakupan perlindungan kepada seluruh kelompok penduduk dan tingkat manfaat perlindungan (sebagaimana terlihat pada gambar 6 diatas).
Prinsip progresivitas ini mengamanahkan agar sistem jaminan sosial diselenggarakan secara sistemik dan rasional sehingga mampu menjawab prioritas kebutuhan dasar dan disaat bersamaan memungkinkan tercapainya
mobilitas masyarakat ke tingkat manfaat yang lebih tinggi (basic banefit coverage ke intermediate benefit coverage) dan peningkatan manfaat
12
Organisasi perburuhan internasional, Perlindungan sosial diIndonesia persiapan pengembangan
perlindungan dasar sesuai dengan kemampuan daya beli penduduk dan tingkat
pertumbuhan ekonomi bangsa.
Tidak adanya prinsip progresivitas berimplikasi pada tidak adanya
proses monitoring kepada para penduduk yang menerima BLT tersebut sehingga bantuan tersebut tidak membantu penduduk hingga menjadi mandiri
dan berpindah ke cakupan manfaat yang lebih tinggi.
Bila ditelaah lebih lanjut, prinsip jaminan sosial yang diajukan oleh ILO belum mencakup prinsip-prinsip SJSN yang sebagaimana diamanahkan
dalam UU 40/2004. Sembilan prinsip UU SJSN yang diamanahkan dalam UU nomor 40 dalam pasal 4 tahun 2004 adalah sebagai berikut
a. Kegotong-royongan;13
Prinsip ini diwujudkan dalam mekanisme gotong- royong dari
peserta yang mampu kepada peserta yamg kurang mampu dalam bentuk
kepesertaan wajib bagi seluruh rakyat; peserta yang berisiko rendah
membantu yang berisiko tinggi; dan peserta yang sehat membantu yang
sakit. Melalui prinsip kegotongroyongan ini jaminan sosial dapat
menumbuhkan keadalan sosial bagi keseluruhan rakyat Indonesia.
b. Nirlaba;
Pengelolaan dana amanat tidak dimaksudkan mencari laba (nirlaba)
bagi Badan Penyelenggara Jaminan sosial, akan tetapi tujuan
13
utamapenyelenggaraan jaminan sosial adalah untuk memenuhi
sebesar-besarnya kepentingan peserta. Dana amanat, hasil pengembangannya, dan
surplus anggaran akan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan
peserta.
c. Keterbukaan;
Kegiatan manajemen dalam pengelolaan dana jaminan sosial harus mengedepankan prinsip keterbukaan. Hal ini dikarenakan dana jaminan sosial merupakan dana iuran peserta yang wajib dikelola dengan
baik serta mengedepankan prinsip transparansi dalam pengelolaannya. d. Kehati-hatian;
Prinsip ini wajib dijalankan oleh manajemen dalam hal pengelolaan dana jaminan sosial.
e. Akuntabilitas;
f. Portabilitas;
Jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang
berkelanjutan meskipun peserta berpindah pekerjaan atau tempat tinggal
dalam wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia.
g. Kepesertaan bersifat wajib;
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta
sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh
rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat
dimulai dari pekerja di sektor formal, bersamaan dengan itu sektor informal
dapat menajdi peserta secara mandiri, sehingga pada akhirnya Sistem
Jaminan Sosial Nasional dapat mencakup seluruh rakyat.
h. Dana Amanat
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan titipan kepada
badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka
mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta. Prinsip hasil
pengelolaan Dana Jaminan Sosial Nasional dalam Undang-Undang ini
adalah hasil berupa dividen dari pemegang saham yang dikembalikan untuk
kepentingan peserta jaminan sosial.
Dalam Undang-Undang ini diatur penyelenggaraan Sistem Jaminan
Sosial Nasional yang meliputi jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja,
jaminan pensiun, jaminan hari tua, dan jaminan kematian bagi seluruh
penduduk melalui iuran wajib pekerja. Program-program jaminan sosial
tersebut diselenggarakan oleh beberapa Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dalam Undang-Undang ini
adalah transformasi dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang sekarang
telah berjalan dan dimungkinkan membentuk badan penyelenggara baru
i. Hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk
pengembangan program dan untuk sebesar-besarnya kepentingan peserta.14
5. Ruang lingkup Sistem Jaminan Sosial Nasional
Dalam ruang lingkup sistem jaminan sosial nasional ada beberapa
variabel yang dapat dijadikan patokan dalam pembahasan ini pertama konvensi ILO organisasi perburuhan internasional no 102 pada tahun 1952 mengenai standar minimal jaminan sosial, yang di laksanakan di Jenewa.
Dalam konvensi yang dilakukan pada tanggal 4 juni 1952 ini telah merumuskan dan mengesahkan hal hal yang berkenaan dengan jaminan sosial
yang dalam pembahasan kali ini penulis akan mengungkapkan sembilan ruang lingkup jaminan sosial sebagai berikut.15
1. Layanan kesehatan
2. Tunjangan sakit
3. Tunjangan untuk pengangguran
4. Tunjangan hari tua
5. Tunjangan kecelakaan kerja 6. Tunjangan keluarga
14
Undang Undang Negara Republik Indonesia No 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
15
7. Tunjangan persalinan
8. Tunjangan kecacatan 9. Tunjangan ahli waris
Dari uraian di atas dapat kita telaah sebenarnya dalam konvensi
internasonal telah di sepakati oleh negara-negara internasional mengenai pentingnya peran Negara dalam memberikan jaminan sosial bagi warga
negaranya.
Dalam deklarasi universal mengenai hak asasi manusia di artikel ke 22 yang menyatakan bahwa Everyone, as a member of society, has the right to
social security.Dan artikel ke 25 yang menyatakan Everyone has the right to a standard of living adequate for the health and well-being of himself and of
his family, including food, clothing, housing and medical care and necessary
social services, and the right to security in the event of unemployment,
sickness, disability, widowhood, old age or other lack of livelihood in
circumstances beyond his control
Dalam hal ini siapa saja yang menerima jaminan sosial juga di bagi
dalam klasifikasi menjadi delapan golongan yaitu.16 1. Pekerja sektor formal Pegawai Negeri Sipil
2. Pekerja sektor formal pegawai swasta 3. Pekerja sektor informal
16
Achmad Subianto, Sistem Jaminan sosial nasional pilar penyangga kemandirian perekonomian
4. Pengangguran
5. Orang lanjut usia 6. Anak anak
7. Orang cacat
8. Orang fakir miskin
Dinamika pembangunan bangsa Indonesia telah menumbuhkan tantangan berikut tuntutan penanganan berbagai persoalan yang belum
terpecahkan. Salah satunya adalah penyelenggaraan jaminan sosial bagi seluruh rakyat, yang diamanatkan dalam Pasal 28 ayat (3) mengenai hak
terhadap jaminan sosial dan Pasal 34 ayat (2) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun1945. Jaminan sosial juga dijamin dalam Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak asasi Manusia Tahun 1948 dan
ditegaskan dalam Konvensi ILO Nomor 102 Tahun 1952 yang menganjurkan semua negara untuk memberikan perlindungan minimum kepada setiap tenaga
kerja. sejalan dengan ketentuan tersebut, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia dalam TAP Nomor X/MPR/2001 menugaskan Presiden untuk membentuk Sistem Jaminan Sosial Nasional dalam rangka memberikan
perlindungan sosial yang menyeluruh dan terpadu.
Sistem Jaminan Sosial Nasional pada dasarnya merupakan program
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Melalui program ini, setiap penduduk
diharakan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak apabila tejadi hal-hal yang dapat mengakibatkan hilang atau berkurangnya pendapatan,
karena menderita sakit, mengalami kecelakaan, kehilangan pekerjaan, memasuki usia lanjut, atau pensiun.
Selama beberapa dekade terakhir ini, Indonesia telah menjalankan beberapa program jaminan sosial. Undang-Undang yang secara khusus mengatur jaminan sosial bagi tenaga kerja swasta adalah Undang-Undang
Nomor 3 tahun 1992 tenang Jaminan Tenaga Kerja (JAMSOSTEK), yang mencakup program jaminan pemeliharaan kesehatan, jaminan kecelakaan
kerja, jaminan hari tua dan jaminan kematian.
Untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS), telah dikembangkan program Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN) yang dibentuk
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun1981 dan program Asuransi Kesehatan (ASKES) yang diselenggarakan berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 69 Tahun 1991 yang bersifat wajib bagi PNS/Penerima Pensiun/Perintis Kemerdekaan/Veteran dana anggota keluarganya.
Untuk prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI), anggota Kepolisian
Republik Indonesia (POLRI), dan PNS Departemen Pertahanan/TNI/POLRI beserta keluarganya telah dilaksanakan program Asuransi Sosial Angkatan
Nomor 67 Tahun 1991 yang merupakan perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 44 Tahun 1971. 17
Berbagai program tersebut diatas baru mencakup sebagian kecil
masyarakat. Sebagian besar rakyat belum memperoleh perlindungan yang memadai. Disamping itu, pelaksanaan berbagai program jaminan sosial
tersebut mampu memberikan perlindungan yang adil dan memadai kepada para peserta sesuai dengan manfaat program yang menjadi hak peserta.
Sehubungan dengan hal di atas, dipandang perlu menyusun Sistem
Jaminan Nasional yang mampu mensinkronisasikan penyelenggaraan berbagai bentuk jaminan sosial yang dilaksanakan oleh beberapa
penyelenggara agar dapat menjangkau kepesertaan yang lebih luas serta memberikan manfaat yang lebih besar bagi setiap peserta.
B. Tinjauan Umum Takaful Al-Ijtima’i
Sistem Jaminan Sosial Nasional dalam islam dan dikenal dengan Takaful
Al Ijtima’i memang belum pernah ada yang membahasnya secara baku dalam
ekonomi islam, akan tetapi dapat dilihat dari studi empiris sistem perekonomian yang di lakukan dalam masa Nabi Muhammad saw dan Khulafaur Rasyidin
17
hingga seterusnya yang sedikit banyak menyinggung hal-hal yang berkaitan
dengan jaminan sosial kepada masyarakat muslim saat itu.18
Dalam perjalanannya, perkembangan jaminan sosial Islam mengalami
pasang surut mengikuti perkembangan masyarakat islam pada waktu itu karena memberlakukan jaminan sosial juga bergantung pada tingkat kesejahteraan
Negara pada saat masa pemerintahan berlangsung karena ini menyangkut juga dengan kondisi keuangan Negara pada saat itu. Sedangkan Kondisi keuangan negara pada masa awal pemerintahan Islam tergantung kepada pendapatan
negara. Dan pemasukan negara pada masa Islam didapat dari berbagai instrumen pemasukan negara.
Instrumen utama dalam pemasukan negara pada masa pemerintahan awal Islam adalah zakat, ghanimah, ushr dan lain-lainnya. Sedangkan alokasi dana pemasukan negara akan dimasukkan kepada pos-pos yang telah ditetapkan
[image:53.612.105.536.526.658.2]sebelumnya. Seperti dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara Islam
Penerimaan Pengeluaran
Jenis Regulasi
Zakat Kebutuhan Dasar
Kharaj Kesejahteraan Sosial
Jizyah Pendidikan & Penelitian
Ushr Infrastruktur (Fasilitas Publik)
18
Jenis Sukarela Dakwah & Propaganda Islam
Infak-Shadaqah Adminstrasi Negara
Wakaf Pertahanan dan Keamanan
Hibah-hadiah
Jenis Kondisional Khums
Pajak (Nawaib)
Keuntungan BUMN (Mustaghlah/fay’)
Lain-lain
Sumber : Analisis Teoritis Ekonomi Islam, Ali Sakti Menurut tabel diatas, dapat dilihat bahwa setiap pemasukan negara telah dianggarkan untuk posnya masing-masing. Diantaranya adalah untuk
kesejahteraan sosial masyarakat. Kesejahteraan sosial merupakan salah satu pos anggaran penting, karena berkaitan dengan salah satu fungsi negara yakni
menjadi katalisator bagi warga negara untuk mencapai kesejahteraannya.19 Negara memaksimalkan pemberdayaan sumber daya yang dimiliki untuk kesejahteraan sebesar-sebesarnya warganya. Dimana negara dapat menyediakan
fasilitas-fasilitas vital bagi warga, utamanya pangan, pakaian, perumahan, kesehatan dan variabel apapun yang masuk menjadi kebutuhan dasar warga. Kesemuanya ditujukan untuk menjaga dan meningkatkan kondisi keimanan
warga, dengan begitu tidak ada hambatan-hambatan ekonomi yang dapat
19
Ali Sakti, Analisis teoritis Ekonomi Islam : Jawaban atas Kekacauan ekonomi
memposisikan warga negara pada satu kondisi dimana hubungannya dengan
Allah Swt terganggu.
Jelas terlihat bahwa jaminan sosial atau takaful al-ijtima’i telah
dilaksanakan dalam masa awal pemerintahan islam. Maka dalam penulisan skripsi ini penulis akan mencoba Takaful Al Ijtima’I secara empiris dari masa
Rasulullah SAW sampai fase Khulafaur Rasyidin karena pada fase periode ini lah kita dapat intisari Jaminan Sosial Dalam Islam yang di praktekan pada masa itu.
1. Takaful Al-Ijtima’i Pada Masa Rasulullah SAW
Pada masa Rasulullah Sistem Jaminan Sosial Nasional memang belum
baku di praktekan sebagai suatu sistem baku yang tersusun secara sistematis sebagai suatu sistem jaminan sosial yang di selenggarakan oleh Negara atau pemerintahan pada masa Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW sesungguhnya mengajarkan pada kita ummat nya menerapkan instrument zakat sebagai bagian dari jaminan sosial dalam Islam
atau Takaful Al Ijtima’I, karena dalam fungsi zakat ini ada upaya saling
membantu sesama ummat muslim yang memiliki harta yang berlebihan untuk menzakatkan hartanya untuk dapat di kelola oleh amil untuk di salurkan kepada
delapan asnaf zakat20. Seperti Firman Allah Swt dalam Al-Qur’an pada QS. At -Taubah ayat 60 yaitu :
20
Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana[647].
Praktik jaminan sosial dalam islam pada masa Rasulullah dapat kita lihat pada kebijakan ekonomi Rasulullah yang mendirikan Baitul Maal, pada masa itu
semua hasil penghimpunan kekayaan Negara harus dikumpulkan terlebih dahulu dan kemudian di keluarkan sesuai dengan kebutuhan negara. Sumber pemasukan
baitul maal terdiri dari : a) Kharaj b) Zakat
c) Khums d) Jizyah
e) Kaffarah
f) Harta waris dari orang yang tidak menjadi ahli waris21
21
Dari sumber pendapatan Negara yang dikumpulkan di baitul maal
tersebut dialokasikan untuk penyebaran islam, pendidikan, kebudayaan, ilmu pengetahuan, infrastruktur, armada perang, keamanan, dan penyediaan layanan
kesejahteraan sosial.
Rasulullah SAW juga menetapkan berbagai bentuk sedekah, baik yang
bersifat wajib maupun sukarela, terhadap para individu yang memiliki harta kekayaan yang banyak untuk membantu para anggota masyarakat yang tidak mampu.22
Pada masa Rasulullah sumber sumber pengeluaran Negara yang berubungan dengan jaminan sosial dapat meliputi beberapa hal yang di ambil
dari dana yang telah dikumpulkan oleh baitul maal seperti penyaluran zakat dan ushr kepada yang berhak menerimanya sesuai ketentuan Alquran termasuk para pemungut zakat, bantuan untuk para musafir (dari daerah fadak), bantuan untuk
orang yang belajar agama, pembayaran untuk kaum muslim yang menjadi budak, pembayaran denda atas mereka yang terbunuh secara tidak sengaja oleh pasukan
muslim, pembayaran hutang orang yang meninggal dalam keadaan miskin, pembayaran tunjangan untuk orang miskin, tunjangan untuk sanak saudara Rasulullah, persediaan darurat (sebagian dari pendapatan Khaibar).
22
2. Takaful Al-Ijtima’i Pada Masa Abu Bakar ash Shiddiq
Dalam upayanya meningkatkan kesejahteraan umat, Abu Bakar sangat memperhatikan keakuratan zakat, sehingga tidak terjadi kelebihan atau
kekurangan pembayarannya. Dalam mendistribusikan harta baitul maal Abu Bakar menerapkan pr