SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)
Oleh
IRFAN NUR HIDAYAT 108011000181
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
PROF'ESIONALISME GURU PAI PASCA SERTIFIKASI
MTs N 12 JAKARTA BARAT
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)
Oleh
Irfan Nur Hidayat 108011000181
Dr. Jejen Musfah' M.A.
NIP 19770602 200501 1 004
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA iSI,.q.N'I FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 20rs Ml 1434 H Dibawah Bimbingan
l \
%
LEMBAR PENGESAHAN
Skirpsi berjudul "Profesionalisme Guru PAI Pasca Sertifikasi di MTs N 12 JakartaBarat"
diajukan kepada Fakultas Imu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatull ah Jakarta dan telah
dinyatakan lulus dalam ujian Munaqasah pada tangg al25 Aprrl 2Ol3 di hadapan dewan penguji'
Karena itu penulis berhak memperoleh gelar S1 (S. Pd. I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam
(PAr)
Jakarla, 25 April2013
Panitia Ujian Munaqasah
I(etua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi) Tanggal
Bahrissalim, M. Ag
NIP. 19680307 199803 | 002
Sekretaris Jurusan ( Sekjur Prodi)
J9-
f* 0oI9
Drs. Sapiudin Shidiq M.Ag
NIP. 19670328 200003 1 001
Penguji I
Dra. Mahmudah FitriyahZA, M. Pd
NIP 19640212199703 2 001
Penguji II
lo Maf )-tt tS
2'/73
Drs. Mu'arif SAM' M. Pd
NIP 19650717 199403 | 005
Tanda'Iangan
h dan Keguruan
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Strata 1 di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
__--,.J_akerte. Q! $pril 20 I 3 e\ETERAI
TEMPEI,
4f rldMrc{Mx6/
,08359AAF6575q
qNAIIS"BJ.ACt-lg!
6@-WW
v
Irfan Nur Hidayat, NIM : 108011000181, PROFESIONALISME GURU PAI PASCA SERTIFIKASI DI MTs N 12 JAKARTA BARAT
Profesionalisme guru merupakan keahlian serta pengalaman dalam mengajar sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya dengan maksimal serta memiliki kompetensi sesuai dengan kriteria guru profesional, dan profesinya itu menjadi sumber mata pencaharian. Sedangkan pengembangan profesionalisme guru dimaksudkan untuk merangsang, memelihara, dan meningkatkan kualitas staf dalam memecahkan masalah-masalah keorganisasian. Adapun guru profesional itu sendiri adalah guru yang berkualitas, berkompetensi, dan guru yang dikehendaki untuk mendatangkan prestasi belajar siswa serta mampu mempengaruhi proses belajar mengajar siswa yang nantinya akan menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik. Adapun skripsi ini yang akan diteliti adalah profesionalisme guru PAI pasca sertifikasi yang memiliki kompetensi, yang meliputi: kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi professional, dan kompetensi sosial.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menggambarkan keadaan sebenarnya dari fenomena objek yang diteliti yaitu profesionalisme guru PAI pasca sertifikasi. Untuk mengumpulkan data yang diperoleh dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa instrumen penelitian antara lain: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Setelah data-data tersebut diperoleh, penulis menginterprestasikan data dan menganalisisnya. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan hasil penelitian dan juga mendapatkan data-data yang akurat mengenai objek yang akan diteliti.
vi Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin puji syukur bagi Allah Swt. Tuhan semesta
alam, yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Hanya kepada-Nya kami memohon pertolongan dan
kemudahan dalam segala urusan. Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad Saw, sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan dan suri tauladan kita Nabi Muhammad Saw, yang telah membimbing kita pada jalan yang
diridhai Allah Swt. Selama penyusunan skripsi dan belajar di Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), penulis
banyak mendapatkan dukungan baik moral maupun material dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Rif’at Syauqi Nawawi, M. A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bahrissalim, M. Ag., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs, Sapiudin Shidiq, M. Ag., Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Tanenji, M. A., Dosen Pembimbing Akademik Jurusan Pendidikan Agama
Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Dr. Jejen Musfah, M. A., Dosen Pembimbing skripsi yang meluangkan
waktu memberikan arahan untuk menyelesaikan skripsi ini dengan penuh
kebijaksanaan dan kasih sayang.
6. Bapak/Ibu dosen dan staf pengajar Program Studi Pendidikan Agama
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
7. Jajaran staf dan karyawan perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
vii
8. Ayah dan ibu tercinta, Komarudin dan Nawatih yang telah memberikan
dukungan moral dan material, doa dan senyuman yang menjadi
penyemangat penulis untuk sabar dan tabah dalam menghadapi
kesulitan-kesulitan selama proses pembuatan skripsi.
9. Guru mengaji KH. Suherman Mukhtar M.A., KH. Syarifuddin, M.A., KH.
Alawi Zein, M.A., dan Ust. Nur Halim yang selalu memberikan nasihat
dan motivasi dalam pembuatan skripsi agar tidak mudah putus asa.
10.Anetty Herawati, Ahmad Istikhori S.Pd.I, Saiful Millah S.Pd.I,
teman-teman jurusan PAI kelas E angkatan 2008, teman-teman-teman-teman kelas peminatan
Ilmu Tasawuf dan Pemikiran angkatan 2008, teman-teman Mushollah
Al-Kautsar yang telah memberikan ide-ide dan memfasilitasi serta
penyemangat dalam pembuatan skripsi.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan dalam segala hal. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya hanya kepada Allah penulis berlindung, semoga karya ilmiah
sederhana ini menjadi setitik sumbangan bagi banyak orang. Amin.
Jakarta, 25 April 2013
Penulis
viii DAFTAR ISI
Lembar Halaman Judul ……….. i
Surat Pernyataan Karya Ilmiah ………. ii
Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi ……….... iii
Lembar Pengesahan Sidang Skirpsi ………... iv
Abstrak ……….. v
Kata Pengantar ………. vi
Daftar Isi ………... viii
Daftar Lampiran ………... x
BAB I PENDAHULUAN ……….. 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN TEORI ………... 9
A. Profesionalisme Guru PAI ... 9
1. Pengertian Profesionalisme Guru PAI ... 9
2. Karakteristik Guru Profesional ... 16
3. Syarat-syarat Profesionalisme ... 18
4. Bentuk-bentuk Kompetensi Profesionalisme ... 20
5. Pentingnya Guru Profesional dalam Proses Belajar Mengajar ... 23
B. Sertifikasi Guru ... 25
1. Pengertian, Dasar Hukum, dan Tujuan serta Prinsip-prinsip Sertifikasi guru ... 25
2. Pelaksanaan Sertifikasi Guru ... 31
3. Efektifitas dan Manfaat Sertifikasi Guru ... 33
ix
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36
B. Kehadiran Peneliti ... 36
C. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 36
D. Teknik Pengumpulan Data ... 36
E. Sumber Data ... 38
F. Instrumen Penelitian ... 39
G. Teknik Analisis Data ... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN ………... 41 A. Gambaran Umum MTs N 12 Jakarta Barat ... 41
1. Sejarah Singkat Sekolah ... 41
2. Visi dan Misi ... 42
3. Sarana dan Prasarana ... 44
4. Keadaan Tenaga Pengajar dan Karyawan ... 46
5. Karakteristik Guru PAI ... 46
B. Hasil Pengolahan Data ... 48
BAB V PENUTUP ………... 61 A. Kesimpulan ... 61
B. Saran ... 62
x
Lampiran 1. Surat Bimbingan Skirpsi 66
Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian 67
Lampiran 3. Surat Keterangan MTs N 12 Jakarta 68
Lampiran 4. Pedoman Wawancara 69
Lampiran 5. Berita Wawancara Kepala Sekolah 71
Lampiran 6. Berita Wawancara Guru Bidang Studi Lain 1 73
Lampiran 7. Berita Wawancara Guru Bidang Stud Lain 2 75
Lampiran 8. Berita Wawancara Peserta Didik 1 76
Lampiran 9. Berita Wawancara Peserta Didik 2 78
Lampiran 10. Berita Wawancara Guru PAI 1 80
Lampiran 11. Berita Wawancara Guru PAI 2 82
Lampiran 12. Berita Wawancara Guru PAI 1 84
Lampiran 13. Berita Wawancara Guru PAI 2 85
Lampiran 14. Catatan Lapangan 86
Lampiran 15. Sarana dan Prasarana 90
Lampiran 16. Kegiatan Ekstrakulikuler 91
Lampiran 17. Keadaan Tenaga Pengajar dan Karyawan 92
Lampiran 18. Karakteristik Responden 95
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah wadah untuk mendidik peserta didik agar bertumbuh
dan berkembang kemampuannya (fitrah) yang dibawa sejak lahir. Yang dimaksud
dengan mendidik ialah seluruh kegiatan, tindakan, dan sikap yang dilakukan oleh
pendidik sewaktu mengasuh peserta didik. Pendidik ialah subjek yang mempunyai
peran penting dalam pendidikan. Peserta didik itu sendiri adalah pihak yang
merupakan objek terpenting dalam pendidikan. Sedangkan makna fitrah ialah
suatu kemampuan dasar yang dimiliki oleh setiap orang seperti halnya
pembawaan.
Dilihat dari segi aktualisasinya, pendidikan merupakan proses interaksi
antara guru dengan peserta didik untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang
ditentukan. Pendidik, peserta didik dan tujuan pendidikan merupakan komponen
utama pendidikan.1
Pendidikan sebagai suatu sistem terdiri atas berbagai komponen
masing-masing saling berkaitan dengan hubungan untuk mencapai keberhasilan
pendidikan sesuai dengan apa yang telah diprogramkan. Dengan demikian setiap
komponen memiliki sifat tergantung sesamanya. Keselarasan antarkomponen ini
akan menopang keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan, salah satu di antara
komponen tersebut adalah alat pendidikan. Zuhairini menyebut alat pendidikan
sebagai segala sesuatu yang bisa menunjang kelancaran pendidikan dan salah satu
dari alat pendidikan adalah seorang pendidik.2
Selanjutnya fungsi pendidikan ialah sebagai waratsat al-anbiya, pada dasarnya mengembang misi sebagai rahmat lil al-‘alamin, yaitu suatu misi yang mengajak manusia untuk tunduk dan taat pada hukum-hukum Allah, guna
memperoleh keselamatan dunia dan akhirat. Kemudian tugas ini dikembangkan
1
Nana Syaodih Sukamadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik (Bandung: Rosdakarya, 1997), cet. 1, h. 191.
2
kepada pembentukan manusia yang berjiwa tauhid, kreatif, beramal saleh, serta
bermoral tinggi.3
Bagi manusia pendidikan merupakan sistem dan cara meningkatkan
kualitas hidup dalam segala bidang, sehingga dalam sepanjang sejarah hidup umat
manusia di muka bumi ini, hampir tidak ada manusia yang tidak menggunakan
pendidikan sebagai alat pembudayaan dan kualitasnya. Selain itu, pendidikan juga
merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia, dan
berlangsung sepanjang hayat, yang dilaksanakan di lingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakat. Karena itu pendidikan merupakan tanggung jawab bersama
antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.4
Guru merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam pendidikan. Untuk
itu setiap inovasi pendidikan, khususnya dalam kurikulum dan peningkatan
sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan harus bermuara pada
guru. Hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya peran guru dalam dunia
pendidikan.
Guru adalah figur manusia yang menempati posisi dan memegang peran
penting dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan masalah dunia
pendidikan figur guru mesti terlibat dalam agenda pembicaraan terutama yang
menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah. Pendidik atau guru
merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada msyarakat, terutama
bagi pendidik pada perguruan tinggi. Hal tersebut tidak dapat disangkal karena
lembaga pendidikan formal adalah dunia kehidupan guru, sebagian besar waktu
guru ada di sekolah, sisanya ada di rumah dan di masyarakat.
Guru dituntut mampu memberikan dan merealisasikan harapan dan
keinginan semua pihak masyarakat umum yang telah mempercayai sekolah dan
guru dalam membina peserta didik. Dalam meraih mutu pendidikan yang baik
sangat dipengaruhi oleh kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya sehingga
3
H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), h. 75.
4
kinerja guru menjadi tuntutan penting untuk mencapai keberhasilan pendidikan.
Guru sebagai pekerja harus berkemampuan yang meliputi penguasaan materi
pelajaran, penguasaan profesional keguruan dan pendidikan, penguasaan cara-cara
menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk melaksanakan tugasnya, di samping
itu guru juga harus merupakan pribadi yang berkembang dan dinamis.
Secara operasional, tujuan pendidikan guru yang diberikan kepada
seseorang sebelum ia menjadi guru adalah pemilikan wawasan, sikap, dan
keterampilan sebagai warga negara yang berpendidikan tinggi, penguasaan bahan
ajar, dan pemahaman tentang segala hal yang berhubungan dengan peserta didik,
pengusaan teori dan keterampilan keguruan, pemilikan kemampuan melaksanakan
tugas profesional dalam hubungannya dengan latar kerjanya secara organisator.5 Seperti yang disebutkan di atas bahwa guru merupakan alat pendidikan
agar tercapainya keberhasilan pendidikan, karena seorang guru merupakan pihak
yang setiap hari berinteraksi dengan murid. Tugas dan peran seorang guru
bukanlah hanya sebagai pentransfer ilmu pengetahuan saja, akan tetapi ia juga
sebagai sosok tauladan, pengola kelas, mediator, fasilitator serta evaluator.
Guru sebagai salah satu profesi, yang melekat dalam konteks dunia
kependidikan, merupakan aspek yang selalu mewarnai khazanah perkembangan
bangsa. Karena guru diharapkan dapat mengambil peran nyata bagi
perkembangan generasi bangsa. Oleh karenanya, tuntutan terhadap guru pun
semakin hari semakin meningkat dikarenakan pengaruh globalisasi di berbagai
sendi kehidupan masyarakat. Memang benar, dengan lahirnya Undang-Undang
Guru dan Dosen Tahun 2005, melalui proyek sertifikasi guru, telah membawa
dampak yang sangat besar bagi guru, sehingga membawa angin segar bagi upaya
pencapaian kesejahteraan bagi para guru.6
Kompetensi guru dalam merencanakan proses pembelajaran merupakan
fakor utama dalam mencapai tujuan pembelajaran. keterampilan penguasaan
5
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan (Jakarta: Rineka Cipta. 2007), cet. Ke-3, h. 2.
6
materi dalam proses pembelajaran sangat erat kaitannya dengan tugas dan
tanggung jawab sebagai guru.7
Dalam perkembangannya, kompetensi guru menjadi suatu bekal yang
harus dimiliki oleh setiap guru. Penekanan keharusan guru mempunyai
kompetensi, merupakan hal yang sangat wajar dalam dunia pendidikan. Saat ini
banyak siswa yang mengeluh bosan, malas belajar disebabkan oleh strategi yang
digunakan dalam mengajar sangat monoton, tidak bervariasi, ditambah lagi
hubungan guru dengan peserta didik yang tidak baik.
Pada realisasinya, ada sebagian guru yang tidak membekali dirinya dengan
ilmu keguruan yang memadai, disebabkan rendahnya tingkat kompetensi guru
yang dimilikinya. Kenyataan negatif di lapangan masih ada guru yang tidak suka
membantu kesulitan belajar siswa, tidak suka humor, tidak mempunyai minat
terhadap siswa, tidak memahami keadaan siswa siswinya, kurang tegas dalam
mengendalikan kelas, mempunyai anak emas, tidak adil, kasar, suka mencela
siswanya, sehingga siswa tidak mendapat dorongan untuk belajar. Hal ini cepat
atau lambat akan mempengaruhi proses belajar siswa. Hal yang lebih buruknya
lagi adalah tidak adanya figur guru yang menjadi panutan/patokan siswa untuk
bersikap dan berprilaku dan lemahnya semangat belajar siswa itu sendiri.
Gambaran seperti ini adalah sebuah hasil dari apa yang selama ini
didapatkan. Sebuah refleksi hasil dari pola pengajaran seorang guru yang hanya
mentransfer ilmunya kepada anak didiknya, bahkan dalam mentransfer ilmunya
banyak guru yang tidak memperdulikan apakah anak didiknya telah menerima
ilmunya dengan baik, atau bahkan masa bodoh, sehingga menjadi peserta didik
yang hanya hadir dalam kelas.8
Guru merupakan ujung tombak keberhasilan suatu sistem pendidikan.
Bagaimanapun sistemnya, jika guru kurang siap melaksanakannya tetap hasilnya
kurang maksimal. Sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBM) yang telah
diterapkan pada tahun 2004 sebetulnya sudah diterapkan oleh sekolah swasta yang
7
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), cet. 24, h. 5.
8
ekonomi siswanya menengah keatas, dan hasilnya pun sukses. Keberhasilan itu
dikarenakan mereka berani memberikan kesejahteraan guru yang lebih baik dan
fasilitas yang lengkap dibanding sekolah negeri.
Namun sebetulnya yang sangat mempengaruhi guru adalah kondisi sosial
guru itu sendiri. Guru-guru di Indonesia sebetulnya lebih pandai jika
dibandingkan dengan Malaysia, lalu kenapa pendidikan di Malaysia lebih maju
pesat ketimbang di Indonesia? Karena di Malaysia saat guru melakukan
pengajaran dibenaknya tidak memikirkan masalah keadaan ekonominya, sehingga
membuat pendidikan di Indonesia kalah dengan pendidikan di Malaysia, karena di
Indonesia gurunya sendiri sudah tidak mau bekerja keras untuk pendidikan.9 Selama ini peran dan tugas guru pendidikan terkesan kurang profesional,
ketika melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Masih terdapat guru pendidikan
yang hanya sebatas memberikan ilmu pengetahuan saja. Padahal ditinjau dari
beberapa aspek bahwa seorang guru merupakan suatu contoh yang patut
diidolakan, menjadi tauladan bagi siswa, memiliki banyak gaya dan seni ketika
mengajar, mengelola kelas, menggunakan media pengajaran, mengevakuasi dan
juga menjadi sahabat bagi siswa yang memiliki konflik atau permasalahan yang
dihadapi.
Profesi guru pada saat ini masih banyak dibicarakan orang atau masih saja
dipertanyakan orang, baik dari kalangan para pakar pendidikan maupun di luar
pakar pendidikan. Bahkan dari kalangan bisnispun mengkritisi para guru karena
kualitas para lulusan dianggap kurang memuaskan. Selain dari mereka para orang
tua muridpun kadang-kadang mencemooh dan menuding guru tidak kompeten,
tidak berkualitas, kurang profesional dan lain-lain. Sehingga dari kalangan guru
sendiri nyaris tidak bisa membela diri.
Sikap dan prilaku masyarakat tersebut memang bukan tanpa alasan.
Karena memang ada oknum guru yang melanggar atau menyimpang dari kode
etiknya. Anehnya lagi kesalahan sekecil apapun yang dilakukan oleh guru
mengundang reaksi yang sangat hebat di kalangan masyarakat. Hal ini dapat
9
M. Sobry Sutikno, Pendidikan Sekarang dan Masa Depan: Suatu Refleksi untuk
dimaklumi karena adanya sikap yang demikian, menunjukkan bahwa guru
memang seyogyanya menjadi panutan bagi masyarakat di sekitarnya. Lebih dari
itu, hal inipun menunjukkan bahwa guru sampai saat ini masih di anggap eksis,
sebab posisi guru sampai kapanpun tidak pernah akan tergantikan sekalipun
dengan mesin canggih.10
Sertifikasi profesi merupakan jantungnya reformasi pendidikan. Indonesia
sudah berhasil melangkah maju dengan melahirkan undang-undang Guru dan
Dosen pada tahun 2006, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 18
tahun 2007 tentang sertifikasi bagi guru dalam jabatan dan 13 Juli 2007 tentang
penetapan perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi bagi guru dalam jabatan.
Sebuah tonggak sejarah yang menempatkan guru dan dosen sebagai profesi
sebagaimana halnya dokter, insinyur, dan lain sebagainya.
Pemerintah mewajibkan para guru mengikuti uji kompetensi untuk
memperoleh sertifikat pendidik. Karena dengan diperolehnya sertifikat pendidik
para guru yang sudah memiliki kualifikasi akademik, yaitu berijazah S-1 atau
memiliki Akta IV itu dinyatakan sebagai guru profesional.
Sertifikasi profesi diberikan oleh penyelenggara pendidikan dan lembaga
pelatihan sebagai pengakuan terhadap kompetensi untuk melakukan pekerjaan
tertentu setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan
yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi. Sebagai penghargaannya pemerintah
akan memberikan tunjangan profesi setara gaji pokok. Dengan demikian uji
kompetensi memiliki peran yang sangant penting karena akan menjadi pintu
masuk yang menentukan seorang guru itu profesional atau tidak.
Berdasarkan penjelasan di atas penulis terinspirasi untuk meneliti kajian
ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul: “Profesionalisme Guru PAI Pasca Sertifikasi di MTs N 12 Jakarta Barat.”
B. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah
10
Dari latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
a. Proses kegiatan belajar mengajar yang masih kurang dari harapan.
b. Kurangnya mutu calon guru dan guru untuk memahami makna
profesionalisme pendidikan yaitu profesionalisme guru.
c. Minimnya upaya yang dilakukan sekolah terhadap peningkatan kompetensi
guru.
d. Tidak kompetennya guru dalam penyampaian bahan ajar, secara tidak
langsung akan berpengaruh terhadap hasil pembelajaran.
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka penulis membatasi
permasalahan yang ada hanya pada tatanan profesionalisme guru PAI pasca
sertifikasi di MTs Negeri 12 Jakarta Barat.
3. Perumusan Masalah
“Bagaimanakah profesionalisme guru PAI pasca sertifikasi di MTs N 12 Jakarta Barat?” dari arti kata profesionalisme diatas sangatlah luas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu dalam hal:
1) Kompetensi Pedagogis.
2) Kompetensi Kepribadian.
3) Kompetensi Sosial.
4) Kompetensi Profesional.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Untuk mendeskripsikan hasil penelitian dan mendapatkan data-data
yang akurat mengenai objek yang akan diteliti, yakni mengetahui
profesionalisme guru PAI pasca sertifikasi di MTs N 12 Jakarta Barat.
Penelitian ini akan mengungkapkan bagaimana profesionalisme guru
PAI pasca sertifikasi di MTs N 12 Jakarta Barat. Adapun hasil penelitian ini
diharapkan bermanfaat bagi:
a. Universitas Islam Negeri Jakarta, khususnya program Sarjana, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, sebagai
wujud pelaksanaan dari salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Islam.
b. Bagi lembaga (instansi) yang terkait diharapkan dapat menjadi bahan
acuan dalam meningkatkan mutu pendidik, baik untuk saat ini maupun
untuk saat yang akan datang.
c. Bagi Penulis, dapat menambah wawasan dan informasi tentang
profesionalisme guru PAI pasca sertifikasi untuk meningkatkan kualitas
guru pendidikan agama Islam. Sehingga menjadi bekal untuk proses ke
9 BAB II KAJIAN TEORI
A. Profesionalisme Guru PAI
1. Pengertian Profesionalisme Guru PAI a. Profesionalisme
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, profesional artinya adalah
“bersangkutan dengan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk
menjalankannya (lawan amatir).”1
Menurut Mc Leod, sebagaimana dikutip oleh Muhibbin Syah tentang
istilah profesional adalah kata sifat dari kata profesion (pekerjaan) yang
berarti sangat mampu melakukan pekerjaan.2
Sedangkan menurut Moh. Uzer Usman, “kata profesional berasal dari
kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang
yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya.
“Adapun guru profesional dapat diartikan sebagai “orang yang memiliki
kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu
melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan
maksimal.”3
Rasulullah Saw bersabda dalam sebuah Hadis riwayat Bukhari:
“apabila suatu perkara (pekerjaan) tidak diserahkan kepada ahlinya,
maka tunggulah kehancurannya.”4
Dari hadits ini, kata profesi identik juga dengan kata keahlian. Jarvis
mengartikan seseorang yang melakukan tugas profesi juga sebagai seorang
ahli. Pada sisi lain, profesi mempunyai pengertian seseorang yang menekuni
1
Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), cet. Ke-10, h. 789.
2
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), cet. Ke-7, h. 230.
3
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), cet. Ke-24, h. 14-15.
4
Sayyid Ahmad Al-Hasyimi, Mukhtar Hadits An-Nabawiyyah wa Hikam
pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, teknik, dan prosedur landasan
intelektualitas.
Selanjutnya kata profesionalisme dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia ialah “mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu
profesi atau orang yang profesional.”5 Sedangkan menurut Muhibbin Syah,
profesionalisme adalah “kualitas dan tindak tanduk khusus yang merupakan ciri orang profesional.”6
Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa profesionalisme adalah sifat,
perilaku, atau tindak tanduk guru yang profesional dan berkualitas, yang
memiliki kemampuan dan keterampilan khusus dalam bidang keguruan
sehingga ia dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik.
b. Profesionalisme Guru
Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap
terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Dengan demikian
upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan pendidikan
tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru
yang profesional dan berkompeten. Oleh karena itu, diperlukanlah sosok guru
yang mempunyai kualifikasi, kompetensi dan dedikasi yang tinggi dalam
menjalankan tugas profesionalnya.
Guru profesional adalah yang memiliki keahlian yang memadai, rasa
tanggung jawab yang tinggi, serta memiliki rasa kebersamaan dengan rekan
sejawatnya. Mereka juga mampu melaksanakan fungsi-fungsinya sebagai
pendidik yang bertanggung jawab mempersiapkan siswa bagi perannya
dimasa mendatang. Guru yang profesional pada intinya adalah guru yang
memiliki kompetensi dalam melakukan tugas pendidikan dan pengajaran.7 Dalam rangka mencapai tujuan institusional dan semakin
meningkatnya kemajuan teknologi serta berbagai kemajuan yang ingin
5
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), cet. Ke-1, edisi IV, h. 1104.
6
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, h. 230.
7
dicapai, maka diperlukan adanya guru yang mampu dan siap berperan secara
profesional khususnya di sekolah, dimana ia harus dapat menjalankan
perannya dengan baik dalam berinteraksi dengan peserta didik, sesama guru,
dan staf sekolah, yang dalam hal ini guru dituntut untuk senantiasa bergiat
profesinya secara terus-menerus. Sehingga eksistensi dari guru ini menjadi
sosok figur yang dapat mentransfer ilmu pengetahuan sekaligus bisa ditiru
oleh peserta didik.8
Dengan jiwa profesionalisme guru, guru mencintai pekerjaannya dan
melaksanakannya dengan penuh dedikasi dan tanggung jawab. Tuntunan
profesionalisme bagi guru pendidikan agama Islam memiliki nilai lebih
dibanding dengan guru-guru lain, bukan saja kepada kepala sekolah atau
orang yang memberinya tugas mengajar, melainkan bertanggung jawab juga
kepada sang pencipta yaitu Allah Swt.9
Oleh karena itu, guru sebagai pekerja profesional di bidang
pendidikan, dalam melaksanakan tugas, perlu memiliki kompetensi kepakaran
berhubungan dengan tugasnya terkait dengan norma-norma etika yang
berhubungan dengan bidang tersebut. Berhubungan dengan kompetensi
kepakaran, guru dituntut memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Menguasai
substansi, 2) Menguasai metodologi 3) Menguasai evaluasi 4) Memiliki
integritas kepribadian.10
c. Konsep Profesionalisme Guru
Secara konseptual profesi memiliki aturan-aturan dan teori-teori untuk
dilaksanakan dalam praktek dan unjuk kerja. Teori dan praktek merupakan
perpaduan yang tidak dapat dipisahkan.
8
M. Rasyid Ridla,Tadris:Jurnal Pendidikan Islam (Pamekasan: Jurusan Tarbiyah STAIN, volume 3, Nomor 1, 2008), h. 31.
9
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam: Berbasis Integrasi dan
Komptensi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 178 & 179.
10
Keterampilan dalam pekerjaan profesi sangat didukung oleh teori
yang telah dipelajarinya. Jadi seorang yang profesional yang dituntut banyak
belajar, membaca, dan mendalami teori tentang profesi yang digelutinya.
Dalam perspektif kebijakan nasional, pemerintah telah merumuskan
empat jenis kompetensi guru, sebagaimana tercantum dalam penjelasan
Peraturan Pemerintah Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan keterampilan dan
prilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru
dalam melaksanakan tugas keprofesionalitasnya.11
Untuk terwujudnya tujuan pendidikan yang diinginkan maka yang
diperlukan guru adalah memiliki kompetensi dalam tugas mereka sebagai
guru sehingga mereka mampu melaksanakan tugas yang dipikulnya dengan
baik.
Menurut Muhibbin Syah, kompetensi profesional guru adalah
kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi
keguruannnya.12
Berkenaan dengan kemampuan dan kompeteni guru yang harus
dimilki oleh staf pengajar atau guru professional, dapat diklasifikasikan
menjadi empat yaitu:
1) Kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan, dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Indikator kompetensi ini menjadi pemahaman peserta didik, perancangan
dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembang
peserta didik.13
11
H. Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia (Jakarta: Gaung Prasada Press 2007), Cet. 11, h. 211.
12
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, h. 230.
13
Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru : Melalui Pelatihan Sumber Belajar
2) Kompetensi kepribadian, yaitu kepribadian yang mantab, stabil, dewasa,
arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak
mulia. Menurut Zakiah Daradjat faktor terpenting bagi seorang guru
adalah kepribadiannya, kepribadian itulah yang akan menentukan apakah
ia menjadi pendidik atau pembina yang baik bagi anak-anak didiknya
ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik,
terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat sekolah dasar) dan
mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah).
Dan kepribadian yang sesungguhnya adalah abstrak (maknawi)
sukar dilihat atau diketahui secara nyata, yang dapat diketahui adalah
penampilan atau bekasnya dalam segala segi dan aspek kehidupan
misalnya, dalam tindakannya, ucapan, cara bergaul, berpakaian, dan dalam
menghadapi setiap persoalan atau masalah, baik yang ringan maupun yang
berat.
Perasaan dan emosi guru yang mempunyai kepribadian terpadu
tampak stabil, optimis dan menyenangkan, dia dapat memikat hati anak
didiknya, karena setiap anak merasa diterima dan disayangi oleh guru,
betapapun sikap dan tingkah lakunya.14
3) Kompetensi profesional yaitu kemampuan memahami konsep, struktur,
dan metode keilmuan lain yang berhubungan dengan materi ajar,
kemampuan menguasai materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah,
kemampuan menerapkan hubungan konsep antar mata pelajaran terkait,
kemampuan menerapkan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari,
dan kemampuan berkompetensi secara profesional dalam konteks global
dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.15
4) Kompetensi sosial, yaitu kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
14
Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru (Yogyakarta: Bulan Bintang, 2005), Cet. IV, h. 9-10.
15
didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta
didik dan masyarakat sekitar.16
Dari penjelasan diatas, jelas bahwasannya menjadi seorang guru
yang profesional itu haruslah mempunyai konsep profesionalisme guru
yang mencakup tentang kemampuan profesional, kemampuan sosial, dan
kemampuan personal dan kemampuan pedagogik. Dengan konsep itulah
guru akan mampu memberikan mata pelajaran yang akan diajarkan dengan
baik, bahkan dengan adanya konsep tersebut seorang guru akan bisa
menjadi panutan bagi para siswanya.
d. Pendidikan Agama Islam
Pengertian Pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan yang
mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah,
sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan
manusia, baik dunia maupun di akhirat.17
Hakikat pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa muslim yang
bertaqwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta
perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam
kearah titik pertumbuhan dan perkembangan.18
Pada perkembangannya pendidikan agama Islam tidak hanya dipantau
dari pendekatan simatik saja. Tetapi juga para ahli pendidikan merangkaikan
persepsi masing-masing sekaligus membaut formulasi pendidikan secara
terminologis yang cukup beragam, antara lain:
1) Drs. Ahmad Marimba menyatakan bahwa pendidikan dalam arti sempit
yaitu: “Bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama.”
16
Peraturan Pemerintah RI No. 19 Th. 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan,
(www. Setjendiknas.or.id)
17
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet. IV, h. 8.
18Ibid
Adapun yang dimaksud dengan kepribadian yang utama menurut
Marimba adalah kepribadian yang memiliki nilai agama Islam, memilih
dan memutuskan serta membuat nilai-nilai agama Islam, dan bertanggung
jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.19
2) Menurut H.M. Arifin, bahwa pendidikan Islam adalah suatu sistem
pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh
unsur-unsur pendidikan Islam yang saling berkaitan.” Unsur-unsur tersebut, antara lain:
a. Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang berproses dan mempunyai
objek serta tujuan yang jelas
b. Pendidikan merupakan suatu usaha manusia yang dilakukan secara
sadar, sistematis, dan bertanggung jawab.
c. Pendidikan dalam Islam mencakup segala aspek hidup dan kehidupan
manusia bersifat duniawi dan ukhrowi yang akan ditempuh.
d. Pendidikan Islam harus berlandaskan nilai-nilai Islami yaitu
Al-Qur’an dan Al-Hadis.
e. Secara mutlak bahwa pendidikan yang sebenarnya hanyalah Allah
yaitu yang menciptakan fitrah sekaligus mengatur taraf perkembangan
manusia sehingga mencapai sempurna.20
3) Menurut Zakiah Daradjat bahwa pendidikan Agama Islam adalah suatu
usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah
selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang terkandung di dalam
Islam secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuannya
agar dapat mengamalkannya.21
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
pendidikan agama Islam adalah suatu usaha yang dilakukan scara sadar
dan terencana yang diarahkan kepada suatu pembentukan kepribadian
19
Ahmad Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: PT.
Al-Ma’arif, 1989), cet. VII, h. 23. 20
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, h. 32.
21
anak didik yang sesuai dengan ajaran Islam, supaya kelak menjadi anak
yang cakap dan terampil dalam menyelesaikan tugas hidupnya dengan
baik dan benar sesuai yang di ridoi Allah Swt, sehingga tercapai
kebahagian dunia dan akhirat.
2. Karakteristik Guru Profesional
Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang seperti yang
dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi dan
menyampaikannya kepada siswa sudah cukup. Hal ini belumlah dikategorikan
sebagai guru yang memiliki pekerjaan profesional, karena guru yang
profesional harus memiliki berbagai keterampilan, kemampuan khusus,
mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik, dan lain sebagainya.
Banyak sekali kita menyaksikan atlit berlaga di lapangan, dengan
mempertontonkan keahlian dan kemampuan yang dimilikinya. Mereka
memperlihatkan kebolehan, keahlian, dan kemampuannya melalui
keterampilan-keterampilan yang tidak meninggalkan nilai seni berolahraga.
Dengan keterampilan yang ditunjukkan mereka tidak membuat seseorang
merasa rugi dalam mengeluarkan uang untuk menontonnya, walaupun
dipersembahkan dalam ruangan yang terbatas dengan penonton yang terbatas
pula dan harga tiket yang menguras keuangan pribadi, namun minat seseorang
cukup tinggi untuk menyaksikannya, dan itulah yang disebut dengan atlit
profesional.
Demikian pula halnya seorang guru profesional, dia memiliki keahlian,
keterampilan, dan kemampuan sebagaimana pendapat Ki Hajar Dewantara
dalam falsafah pendidikannya yakni “Tut Wuri Handayani, Ing Ngarso Sung
Tolodo, Ing Madyo Mangun Karso”. Yang maksudnya, seorang guru tidak cukup dengan menguasai materi pelajaran, akan tetapi mengayomi murid,
menjadi contoh atau tauladan bagi murid serta selalu mendorong murid untuk
selalu maju dan lebih baik.22
22
Guru dikatakan berhasil bisa dilihat dari segi proses dan segi hasil.
Dari segi proses guru dikatakan berhasil apabila ia mampu melibatkan
sebagian besar peserta didik secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial
dalam pembelajaran. Sedang dari segi hasil, dikatakan berhasil apabila
pembelajaran yang diberikannya mampu mengadakan perubahan perilaku
pada sebagian besar peserta didik kearah yang lebih baik.23
Untuk memenuhi tuntutan tersebut diperlukan berbagai kemampuan
mengajar. Adapun sikap dan karakteristik guru yang sukses mengajar secara
efektif adalah sebagai berikut:
a. Respek dalam memahami dirinya, dan dapat mengontrol dirinya
(emosinya).
b. Antusias dan bergairah terhadap bahan, kelas, dan seluruh pengajarannya.
c. Berbicara dengan jelas dan komunikatif.
d. Memperhatikan perbedaan individual siswa.
e. Memiliki banyak pengetahuan, inisiatif, kreatif, dan banyak akal.
f. Menghindari sarkasme dan ejekan terhadap siswanya.
g. Menjadi teladan bagi siswanya.24
Sedangkan menurut rumusan Departemen Pendidikan Nasional;
kompetensi guru dibagi menjadi 3 kompetensi yaitu sebagai berikut:
a. Kompetensi Profesional
Guru merupakan suatu jawaban profesi, jadi dalam melaksanakan fungsi
dan tujuan di sekolah harus memiliki kompetensi yang dituntut agar
mampu melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.
b. Kompetensi Personal
Mempunyai arti bahwa guru harus memiliki kepribadian yang luhur
sehingga patut diteladani dan ditiru.
c. Kompetensi Sosial
Yaitu bahwa seorang guru harus memiliki kemampuan berkomunikasi
sosial, baik dengan murid, maupun dengan sesama teman guru, dengan
23
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan
Implementasi dan inovasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h. 187.
24Ibid,
kepala sekolah, dengan tata usaha, serta dapat berkomunikasi dengan
masyarakat sekitarnya terutama dalam hal-hal yang berhubungan dengan
pendidikan.
Adapun yang menjadi indikator kompetensi guru profesional, adalah:
a. Mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya.
b. Mampu melaksanakan peranan-peranannya secara berhasil.
c. Mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan (instruksional)
sekolah.
d. Mampu melaksanakan peranannya dalam proses mengajar dan belajar
dalam kelas.25
3. Syarat-syarat Profesionalisme
Sebagai suatu profesi, guru harus memiliki syarat-syarat profesional.
Menurut Oemar Hamalik yang dikutip Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan,
mengemukakan syarat-syarat profesi guru meliputi dari:
a. Persyaratan fisik, yaitu kesehatan jasmani yang artinya seorang guru harus
berbadan sehat dan tidak memiliki penyakit menular yang membahayakan.
b. Persyaratan psikis, yaitu sehat rohani yang artinya tidak mengalami
gangguan kejiwaan.
c. Persyaratan mental, yaitu memiliki sikap mental yang baik terhadap
profesi kependidikan, mencintai dan mengabdi serta memiliki dedikasi
yang tinggi pada tugas dan jabatannya.
d. Persyaratan moral, yaitu memiliki budi pekerti yang luhur dan memiliki
sikap susila yang tinggi.
e. Persyaratan intelektual, yaitu memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang tinggi yang diperoleh dari lembaga pendidikan tenaga kependidikan,
yang memberi bekal guna menunaikan tugas dan kewajibannya sebagai
pendidik.26
25
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru: Berdasarkan Pendekatan Kompetensi
(Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 38.
26
Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses
Selain itu, syarat profesi yang dikemukakan oleh N. A. Ametembun
yang membagi syarat profesi kepada dua kategori, yaitu syarat primer dan
syarat sekunder. Masing-masing kategori tersebut memiliki bagian-bagian
sebagai berikut:
a. Syarat primer, terbagi ke dalam dua kategori:
Pertama, syarat yang berhubungan dengan unsur mendidik sebagai transfer of values, yaitu:
1) Syarat personality, yaitu syarat yang menyangkut kepribadian seseorang menjadi guru; meliputi kegiatan fisik, kesehatan psycis, kesehatan psychosomatic, dan integritas pribadi.
2) Syarat morality, yaitu syarat yang menyangkut masalah kesusilaan (moral).
3) Syarat religiusitas, yaitu syarat yang berhubungan dengan norma-norma sebagaimana yang dianut oleh seorang guru.
Kedua, syarat yang berhubungan dengan interaksi proses belajar mengajar sebagai transfer of knowledge dan skill, yaitu:
1) Syarat profesionality, yaitu syarat yang berhubungan dengan keahlian dibidang keguruan terdiri dari pengetahuan dan keterampilan.
2) Syarat sociability, yaitu syarat yang berhubungan dengan kemampuan bergaul guru berdasarkan kompetensi sosial yang dimilikinya,
sehingga mudah disegani anak didik.
b. Syarat sekunder, yaitu syarat formal, wewenang seseorang menjadi guru
yang berupa Surat Keputusan (SK) atau ijazah instansi yang berwenang.
Dalam pasal 7 ayat (1) UU Guru dan Dosen, tentang guru profesional,
disebutkan bahwa profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus
yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip:
a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.
b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan, dan akhlak mulia.
c. Memiliki kualifikasi dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan
bidang tugas.
e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.
f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.
g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.
h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan.
i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur
hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan bagi guru dan memiliki
organisasi profesi keilmuan bagi dosen.27
4. Bentuk-bentuk Kompetensi Profesionalisme
Menurut Uzer Usman, seperti disebutkan dalam bukunya,
bentuk-bentuk kompetensi profesionalisme yaitu sebagai berikut:
a. Menguasai landasan kependidikan
Uzer Usman menyebutkan bahwa untuk memenuhi kompetensi
profesionalisme yang baik, seorang guru harus menguasai landasan
kependidikan sebagai berikut:
1) Mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional
a) Mengkaji tujuan pendidikan nasional.
b) Mengkaji tujuan pendidikan dasar dan menengah.
c) Meneliti kaitan antara tujuan pendidikan dasar dan menengah
dengan tujuan pendidikan nasional.
d) Mengkaji kegiatan-kegiatan pengajaran yang menunjang
pencapaian tujuan pendidikan nasional.
2) Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat
a) Mengkaji peranan sekolah sebagai pusat pendidikan dan
kebudayaan.
27Asrorun Ni’am Sholeh, Pengembangan Profesionalitas Guru, Analisis Kronologis
b) Mengkaji peristiwa-peristiwa yang mencerminkan sekolah sebagai
pusat pendidikan dan kebudayaan.
3) Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat
dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar
a) Mengkaji jenis perbuatan untuk memperoleh pengetahuan
keterampilan, dan sikap.
b) Mengkaji prinsip-prinsip belajar.
c) Menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam kegiatan belajar
mengajar.28
b. Menguasai bahan pengajaran
Kemudian yang harus dilakukan oleh seorang guru adalah
menguasai bahan pengajaran yang akan diajarkan kepada siswa, yaitu
sebagai berikut:
1) Menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan
menengah
a) Mengkaji kurikulum pendidikan dasar dan menengah.
b) Menelaah buku teks pendidikan dasar dan menengah.
c) Menelaah buku pedoman khusus bidang studi.
d) Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dinyatakan dalam buku teks
dan buku pedoman khusus.
2) Menguasai bahan pengayaan
a) Mengkaji bahan penunjang yang relevan dengan bahan bidang
studi/mata pelajaran.
b) Mengkaji bahan penunjang yang relevan dengan profesi guru.29 c. Menyusun program pengajaran
Selanjutnya adalah dapat menyusun program-program pengajaran
dengan baik seperti dibawah ini:
1) Menetapkan tujuan pembelajaran
a) Mengkaji ciri-ciri tujuan pembelajaran.
28
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 28.
29Ibid,
b) Dapat merumuskan tujuan pembelajaran.
c) Menetapkan tujuan pembelajaran untuk satu satuan
pembelajaran/pokok pembahasan.
2) Memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran.
a) Dapat memilih bahan pembelajaran sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.
b) Mengembangkan bahan pembelajaran sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.
3) Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar.
a) Mengkaji berbagai metode mengajar.
b) Dapat memilih metode mengajar.
c) Merancang prosedur belajar mengajar yang tepat.
4) Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai.
a) Mengkaji berbagai media pengajaran.
b) Memilih media pengajaran yang tepat.
c) Membuat media pengajaran yang sederhana.
d) Menggunakan media pengajaran.
5) Memilih dan memanfaatkan sumber belajar.
a) Mengkaji berbagai jenis dan kegunaan sumber belajar.
b) Memanfaatkan sumber belajar yang tepat.30 d. Melaksanakan program pengajaran.
Dilanjutkan dengan melaksanakan program pengajaran yang terkait
dengan mata pelajaran yang bersangkutan, seperti:
1) Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat
a) Mengkaji prinsip-prinsip pengelolaan yang tepat
b) Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi suasana belajar
mengajar
c) Menciptakan suasana belajar mengajar yang baik
d) Menangani masalah pengajaran dan pengelolaan
2) Mengatur ruangan belajar
30Ibid,
a) Mengkaji berbagai tata ruang belajar
b) Mengkaji kegunaan sarana dan prasarana kelas
c) Mengatur ruang belajar yang tepat
3) Mengelola interaksi belajar mengajar
a) Mengkaji cara-cara mengamati kegiatan belajar mengajar
b) Dapat mengamati kegiatan belajar mengajar
c) Menguasai berbagai keterampilan dasar mengajar
d) Dapat menggunakan berbagai keterampilan kegiatan belajar
mengajar
e) Dapat mengatur murid dalam kegiatan belajar mengajar.31 e. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan
Terakhir adalah menilai proses belajar mengajar untuk mengetahui
hasil yang didapatkan, dengan cara:
1) Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran
a) Mengkaji konsep dasar penilaian
b) Mengkaji berbagai teknik penilaian
c) Menyusun alat penilaian
d) Mengkaji cara mengelola dan menafsirkan data untuk menetapkan
taraf pencapaian murid.
e) Dapat menyelenggarakan penilaian pencapaian murid
2) Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan
a) Menyelenggarakan penilaian untuk perbaikan proses belajar
mengajar
b) Dapat memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan proses belajar
mengajar32
5. Pentingnya Guru yang Profesional dalam Proses Belajar Mengajar
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih.
Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup.
31Ibid,
h. 29.
32Ibid,
Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Sedangkan melatih berarti mengembangkan
keterampilan-keterampilan pada siswa. Dan tugas guru juga adalah sesuatu yang wajib
dikerjakan oleh guru yang menjadi tanggung jawabnya yaitu menjadi seorang
guru (pengajar dan pendidik). Jadi tugas guru secara garis besar meliputi
empat hal yaitu tugas profesi, tugas keagamaan, tugas kemanusiaan dan tugas
kemasyarakatan.
1) Tugas Profesi
Tugas profesi guru adalah mengajar, mendidik, melatih, dam menilai
atau mengevaluasi proses dan hasil belajar mengajar.33 2) Tugas Keagamaan
Guru dalam pendidikan Islam juga mengemban tugas keagamaan,
yaitu tugas dai yang menyerukan kebaikan dan mencegah kemungkaran
(amar ma’ruf nahi munkar). Ia harus dapat mencurahkan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk mengajak dan membawa peserta
didiknya menjadi insan yang bertakwa kepada Allah Swt. Tentu saja untuk
dapat melaksankan tugas ini seorang guru harus bertakwa kepada Allah Swt
dan memiliki akhlakul karimah karena ia ditiru dan dijadikan figur teladan
oleh para peserta didiknya.
2) Tugas Kemanusiaan
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan disekolah harus dapat
menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati
sehingga ia menjadi idola para siswanya. Pelajaran apapun yang diberikan,
hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar. Bila seorang
guru dalam penampilannya sudah tidak menarik, maka kegagalan pertama
adalah ia tidak akan dapat menanamkan benih pengajarannya itu kepada
siswanya.34
3) Tugas Kemasyarakatan
33Ibid,
h. 7.
34
Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan guru harus bisa
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar sekolah maupun dilingkungan tempat
ia tinggal. Ia harus pandai bergaul, sopan santun, berakhlak mulia, serta dapat
berkomunikasi baik dengan masyarakat. Sehingga menjadikan suasana yang
nyaman dan tenang serta menjadi panutan di lingkungan masyarkat.
Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk
mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk
mencapai tujuan yang ingin dicapai. Guru adalah seorang pendidik,
pembimbing, pelatih, dan pemimpin yang dapat menciptakan iklim belajar
yang menarik, aman, nyaman, dan kondusif. Keberadaannya ditengah-tengah
siswa dapat mencairkan suasana kebekuan, kekakuan, dan kejenuhan belajar
yang terasa berat diterima oleh para siswa. Iklim yang tidak kondusif akan
mengakibatkan tidak baik (berdampak negatif) yang ingin dicapai. Karena
dengan kondisi yang tidak kondusif siswa akan menjadi bosan, gelisah, resah,
dan jenuh. Akan tetapi sebaliknya, jika suasana belajar tercipta kondusif, maka
dapat dengan mudah mencapai tujuan dari proses belajar mengajar, bahkan
proses pembelajaran akan terasa menyenangkan bagi para siswa.35
Guru profesional akan dapat mengarahkan sasaran pendidikan,
membangun generasi muda menjadi suatu generasi bangsa penuh harapan.
Dari penjelasan diatas jelas bahwa guru profesional mempunyai
peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar, karena hitam putihnya
proses belajar mengajar di dalam kelas banyak dipengaruhi oleh mutu guru
itu sendiri.
B. Sertifikasi Guru
1. Pengertian, Dasar Hukum dan Tujuan serta Prinsip-prinsip Sertifikasi Guru
a. Pengertian Sertifikasi Guru
35
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005
tentang guru dan dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses
pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sedangkan sertifikat
pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru
dan dosen sebagai tenaga profesional. Berdasarkan pengertian tersebut,
sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian pengakuan
bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan
pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang
diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Dengan kata lain, sertifikasi guru
adalah proses uji kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan
penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat
pendidik.
National Commission On Educational Services (NCES) memberikan
pengertian sertifikasi secara lebih umum. Certification is a procedure where by the state evaluates and reviews a teacher candidate's credentials and
providen him or her a license to teach.36Dalam hal ini sertifikasi merupakan
prosedur untuk menentukan apakah seseorang calon guru layak diberikan izin
dan kewenangan untuk mengajar. Hal ini diperlukan lulusan lembaga
pendidikan tenaga keguruan sangat bervariasi, baik dikalangan perguruan
tinggi negeri maupun swasta.
Merujuk pada ketentuan Pasal 42 ayat (1) UU Sisdiknas, menuntut
bahwa guru dan dosen wajib memiliki sertifikasi sesuai dengan jenjang
kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.37
Istilah sertifikasi dalam makna kamus berarti surat keterangan
(sertifikat) dari lembaga yang berwenang yang diberikan kepada jenis profesi
dan sekaligus pernyataan (lisensi) terhadap kelayakan profesi untuk
melaksanakan tugas. Bagi guru agar dianggap layak dalam mengemban tugas
profesi mendidik, maka ia harus memiliki sertifikat pendidik. Sertifikat
36
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008),h. 34
37
pendidik tersebut diberikan kepada guru dan dosen yang telah memenuhi
persyaratan.
Sertifikasi secara yuridis menurut ketentuan Pasal 1 ayat (11) UUGD
(Undang-Undang Guru dan Dosen) adalah proses pemberian sertifikat
pendidik untuk guru dan dosen. Ada pun berkaitan dengan sertifikasi guru,
dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (7), bahwa sertifikasi adalah proses pemberian
sertifikat pendidik untuk guru, dan dalam Pasal 1 ayat (12), bahwa sertifikat
pendidik adalah sebagai tenaga profesional. Sedangkan dalam Pasal 11
ayat(2), menyatakan sertifikat pendidikan tersebut hanya dapat diperoleh
melalui program sertifikasi.38 Untuk itu, guru memperoleh sertifikat pendidik minimum yang telah ditentukan (S-l/D-4) dan terbukti telah menguasai
kompetensi tertentu (empat kompetensi dasar). Berkaitan dengan ketentuan
tersebut, maka untuk menjadi guru diperlukan dua syarat, yaitu kualifikasi
akademik minimal (ijazah S1/D4) dan penguasaan kompetensi minimal
sebagai guru. Kedua hal tersebut dapat dibuktikan dengan sertifikasi
pendidikan.
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa sertifikat pendidik,
adalah surat keterangan yang diberikan suatu lembaga pengadaan tenaga
kependidikan yang terakreditasi sebagai bukti formal kelayakan profesi guru,
yaitu memenuhi kualifikasi pendidikan minimum dan menguasai kompetensi
minimal sebagai agen pembelajaran.
b. Dasar Hukum dan Tujuan Sertifikasi
Landasan hukum yang digunakan sebagai acuan pelaksanaan
sertifikasi guru dalam jabatan adalah sebagai berikut:
1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
2) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
3) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
38
4) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru.
5) Fatwa/Pendapat Hukum Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
No.I.UM.01.02-253.
6) Peraturan Menteri pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 tentang
Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan.
7) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan melalui Jalur Pendidikan.
8) Keputusan Mendiknas Nomor 057/O/2007 tahun 2007 tentang Penetapan
Perguruan Tinggi Penyelenggara Sertifikasi Guru Dalam Jabatan.
9) Keputusan Mendiknas Nomor 122/P/2007 Tahun 2007 tentang Penetapan
Perguruan tinggi Penyelenggara Sertifikasi Guru Dalam Jabatan melalui
Jalur Pendidikan.
Ada dua sasaran yang menjadi tujuan dalam proses sertifikasi:
Pertama, mereka para lulusan sarjana pendidikan maupun non kependidikan
yang menginginkan guru sebagai pilihan profesinya. Kedua, para guru dalam jabatannya.39
Sertifikasi guru merupakan pemenuhan kebutuhan untuk
meningkatkan kompetensi profesional. Oleh karena itu, proses sertifikasi
dipandang sebagai bagian esensial dalam upaya memperoleh sertifikat
kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Sertifikasi guru
merupakan proses uji kompetensi bagi calon atau guru yang ingin memperoleh
pengakuan dan meningkatkan kompetensi sesuai profesi yang dipilihnya.
Representasi pemenuhan standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam
sertifikasi kompetensi adalah sertifikat kompetensi pendidik. Sertifikat ini
sebagai bukti pengakuan atas kompetensi guru atau calon guru yang
memenuhi standar untuk melakukan pekerjaan profesi pada jenis dan jenjang
pendidikan tertentu.
39
Trianto dan Titik T.T., Sertifikasi Guru dan Upaya Peningkatan Kualifikasi,
Selain itu, tujuan sertifikasi adalah untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasional melalui peningkatan mutu guru. Guru yang telah lolos uji
sertifikasi akan diberikan tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok
sebagai upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan guru.
c. Model-model Instrumen Sertifikasi Guru
Eloknya, setifikasi guru dilakukan secara berkesinambungan, untuk
mengetahui perkembangan profesionalisme guru. Dengan demikian, hasil uji
kompetensi dalam sertifikasi guru dapat digunakan setiap saat, baik untuk
kenaikan jabatan, penempatan, maupun pemberian penghargaan bagi para
guru.
Sertifikasi guru dapat dilakukan oleh Pemerintah Pusat maupun
Pemerintah Daerah, bekerja sama dengan pusat pengujian dan
lembaga-lembaga yang biasa melakukan pengujian dan pengetesan. Untuk
mendapatkan hasil yang optimal, sertifikasi guru dilakukan dengan berbagai
macam model instrument sertifikasi guru seperti, tes tulis, tes kinerja, self
appraisal, portopolio, dan peer appraisal. Untuk dapat sukses dalam
mengikuti uji kompetensi dalam rangka sertifikasi guru, para calon peserta
sewajarnya memahami instrumen sertifikasi guru.
Dengan demikian, diharapkan dapat ditarik kesimpulan yang utuh dan
tepat terhadap setiap guru yang mengikuti uji kompentensi dalam rangka
sertifikasi guru, sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan, karena
hanya dinilai dari salah satu segi.
d. Prinsip Sertikasi Guru
Adapun prinsip-prinsip sertifkasi menurut Depdiknas, dalam buku
1 Pedoman Penetapan Peserta Sertifikasi dijelaskan bahwa:
1) Dilaksanakan secara objektif, transparan, dan akuntabel
Objektif yaitu mengacu kepada proses perolehan sertifikat
mengacu kepada sertifikasi yang memberikan peluang kepada para
pemangku kepentingan pendidikan untuk memperoleh akses informasi
tentang proses dan hasil sertifikasi. Akuntabel merupakan proses
sertifikasi yang dipertanggung jawabkan kepada pemangku kepentingan
pendidikan secara administratif, finansial, dan akademik.
2) Berujung pada peningkatan mutu pendidikan nasional melalui
peningkatan kompetensi dan kesejahteraan guru
Sertifikasi guru merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan
mutu guru yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru. Guru
yang telah lulus uji sertifikasi akan diberi tunjangan profesi sebesar satu
kali gaji pokok sebagai bentuk upaya pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraan guru. Tunjangan tersebut berlaku, baik bagi guru yang
berstatus pegawai negeri sipil (PNS) maupun bagi guru yang berstatus
bukan pegawai negeri sipil (swasta). Dengan peningkatan mutu dan
kesejahteraan guru maka diharapkan dapat meningkatkan mutu
pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan.
3) Dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan
Program sertifikasi pendidik dilaksanakan dalam rangka memenuhi
amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
4) Dilaksanakan secara terencana dan sistematis
Agar pelaksanaan program sertifikasi dapat berjalan dengan efektif
dan efisien harus direncanakan secara matang dan sistematis. Sertifikasi
mengacu pada kompetensi guru dan standar kompetensi guru. Jumlah
peserta sertifikasi guru ditetapkan oleh pemerintah.
Untuk alasan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan sertifikasi guru
serta penjaminan kualitas hasil sertifikasi, jumlah peserta pendidikan
profesi dan uji kompetensi setiap tahun ditetapkan oleh pemerintah.
kuota guru peserta sertifikasi untuk masing-masing Provinsi dan
Kabupaten/Kota. Penyusunan dan penetapan kuota tersebut didasarkan
atas jurnal data individu guru per Kabupaten/Kota yang masuk di pusat
data Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan.
5) Menghargai pengalaman kerja guru
Pengalaman kerja guru di samping lamanya guru mengajar juga
termasuk pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti, karya yang pernah
dihasilkan baik dalam bentuk tulisan maupun media pembelajaran, serta
aktifitas lain yang menunjang profesionalitas guru. Hal ini diyakini bahwa
pengalaman kerja guru dapat memberikan tambahan kompetensi guru
dalam mengajar. Dalam beberapa hal, guru yang mempunyai masa kerja
lebih lama akan lebih berpengalaman dalam melakukan pembelajaran
dibanding dengan guru yang masih relatif baru. Oleh karena itu,
pengalaman kerja guru perlu masih mendapat penghargaan sebagai salah
satu komponen yang diperhitungkan dalam sertifikasi guru.40
2. Pelaksanaan Sertifikasi Guru
Untuk dapat meningkatkan kualitas peserta didik, maka langkah nyata
yang harus dilakukan adalah peningkatan kualitas hasil proses pendidikan.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka yang harus jadi perhatian