• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Stimulasi Perkembangan terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun di Kelurahan Kwala Bekala

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Stimulasi Perkembangan terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun di Kelurahan Kwala Bekala"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG

STIMULASI PERKEMBANGAN TERHADAP

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-5

TAHUN DI KELURAHAN KWALA BEKALA

SKRIPSI

Oleh Yunita Hotmaria

061101049

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

(2)

Judul :Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Stimulasi Perkembangan terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun di Kelurahan Kwala Bekala

Peneliti : Yunita Hotmaria

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Nim : 061101049

Tahun : 2010

Tanggal Lulus : 3 Juli 2010

Pembimbing Penguji I

Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS Rosina Tarigan, S.Kp, M.Kep,Sp.KMB NIP. 19750220 200112 2 001 NIP. 19731031 200212 2 002

Penguji II

Rika Endah Nurhidayah, S.Kp, M.Pd NIP. 19760120 200012 2 001

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui

skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Medan, 5 Juli 2010 Pembantu Dekan I

Erniyati, S.Kp, MNS

(3)

Judul : Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Stimulasi Perkembangan terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun di Kelurahan Kwala Bekala

Nama Mahasiswa : Yunita Hotmaria

NIM : 061101049

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2010

Abstrak

Masa kanak-kanak awal merupakan masa pemenuhan aktivitas mandiri anak dengan pergerakannya. Hal ini didukung oleh perkembangan motorik kasar. Perkembangan motorik kasar tidak hanya didukung melalui pemenuhan status gizi saja akan tetapi didukung oleh stimulasi yang diberikan. Ibu memiliki peran yang besar dalam pemberian stimulasi. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan dan sikap ibu yang baik dalam pemberian stimulasi perkembangan anak. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan anak dengan perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun. Penelitian dilakukan di Kelurahan Kwala Bekala pada tahun 2010 dengan menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan jumlah sampel 32 orang ibu yang memilki anak usia 3-5 tahun. Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji Spearmen. Dari hasil penelitian didapatkan nilai signifikansi (p)=0,782 (p>0,05) untuk hubungan pengetahuan ibu terhadap perkembangan motorik kasar anak dan didapatkan nilai p=0,569 (p>0,05) untuk hubungan sikap ibu terhadap perkembangan motorik kasar anak sehingga dinyatakan tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu tentang stimulasi perkembangan dengan perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun. Baiknya pengetahuan dan sikap ibu tidak mendukung baiknya perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun. Oleh karena itu perlu mengidentifikasi hubungan faktor lain seperti status kesehatan anak, kecukupan energi, atau aktivitas anak dengan perkembangan motorik kasar anak.

__________________________________________________________________ Kata kunci :ibu, pengetahuan, sikap, perkembangan motorik kasar, stimulasi,

(4)

PRAKATA

Segala puji syukur, hormat, dan kemuliaan penulis panjatkan hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menyertai penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Pemberian Stimulasi Perkembangan Anak dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun di Kelurahan Kwala Bekala”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Penyusunan skripsi ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Farida Linda Sari, S.Kep, Ns, MKep selaku dosen pembimbing akademik 3. Ibu Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS sebagai dosen pembimbing skripsi

penulis yang telah meluangkan waktu dan memberikan arahan dan bimbingan serta kritik yang bermanfaat selama penyusunan skripsi ini

4. Ibu Rosina Tarigan, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB selaku dosen penguji I dan Ibu Rika Endah Nurhidayah, S.Kp, M.Pd selaku dosen penguji II dalam sidang skripsi ini.

(5)

6. Bapak Prof. Dr. Rusdidjas SpA(k) yang telah bersedia memvalidasi instrumen penelitian.

7. Para responden yang telah bersedia berpartispasi selama proses penelitian berlangsung dan setiap anggota keluarga responden yang ikut mendukung penelitian ini

8. Teristimewa kepada orangtua tercinta Bapak G. Bancin dan Ibu S. T. Tambunan, serta kepada abang dan adik saya yang telah mendukung saya dengan semangat dan doa.

9. Terkhusus buat sahabatku, Rey Ronald Purba yang telah memberikan semangat dan doa dalam penyelesaian skripsi ini.

10.Teman-teman mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, terkhusus stambuk 2006 yang telah memberikan semangat dan masukan dalam penyusunan skripsi ini

11.Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa dan penuh kasih melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan, terkhusus ilmu keperawatan.

(6)

DAFTAR ISI

Bab 1. Pendahuluan 1. Latar Belakang ... 1

2. Pertanyaan Penelitian ... 4

3. Tujuan Penelitian ... 4

4. Manfaat Penelitian ... 5

Bab 2. Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan ... 7

1.1. Pengertian Pengetahuan ... 7

1.2. Jenis Pengetahuan ... 7

1.3. Hakikat Pengetahuan ... 9

1.4. Sumber Pengetahuan... 10

1.5. Ukuran Kebenaran Pengetahuan ... 12

2. Sikap ... 14

2.1. Pengertian Sikap ... 14

2.2. Faktor Pembentuk Sikap... 15

3. Stimulasi ... 17

3.1. Pengertian Stimulasi ... 17

3.2. Bentuk Stimulasi... 17

3.3. Prinsip Stimulasi ... 18

3.4. Stimulasi Motorik Kasar Usia 3-5 Tahun ... 19

4. Perkembangan Motorik ... 22

4.1. Prinsip Perkembangan Motorik ... 22

4.2. Faktor yang Mempengaruhi Laju Perkembangan Motorik ... 24

4.3. Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun... 27

Bab 3. Kerangka Konsep 1. Kerangka Konseptual ... 29

2. Defenisi Operasional ... 30

3. Hipotesa Penelitian ... 31

Bab 4. Metode Penelitian 1. Desain Penelitian ... 32

2. Populasi dan Sampel penelitian ... 32

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

4. Pertimbangan Etik ... 33

5. Instrumen Penelitian ... 34

(7)

7. Proses Pengumpulan Data ... 38

8. Analisa Data ... 40

Bab. 5 Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian ... 42

1.1. Deskripsi Karakteristik Demografi ... 42

1.2.Deskripsi Pengetahuan Ibu tentang Stimulasi Perkembangan ... 44

1.3. Deskripsi Sikap Ibu tentang Stimulasi Perkembangan ... 44

1.4. Deskripsi Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun. ... 45

1.5. Analisa Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Stimulasi Perkembangan terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun ... 45

1.6. Analisa Hubungan Sikap Ibu tentang Stimulasi Perkembangan terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun ... 46

2. Pembahasan ... 47

2.1. Pengetahuan Ibu tentang Stimulasi Perkembangan ... 47

2.2. Sikap Ibu tentang Stimulasi Perkembangan ... 49

2.3. Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun ... 50

2.4. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Stimulasi Perkembangan terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun ... 51

2.5. Hubungan Sikap Ibu tentang Stimulasi Perkembangan terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun ... 52

Bab. 6 Kesimpulan dan Rekomendasi 1.Kesimpulan ... 55

2. Rekomendasi ... 56

2.1. Bagi Pendidikan Keperawatan ... 56

2.2. Bagi Penelitian Selanjutnya ... 56

(8)

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1. Kerangka konsep penelitian hubungan pengetahuan dan sikap ibu tentang stimulasi perkembangan terhadap

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Keterampilan motorik kasar anak usia 3-5 tahun ... 26 Tabel 2. Kriteria penafsiran korelasi ... 41 Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik demografi

responden ... 43 Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan ibu tentang

stimulasi perkembangan anak ... 44 Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase sikap ibu tentang

stimulasi perkembangan anak ... 45 Tabel 6. Distribusi frekuensi dan persentase perkembangan motorik kasar

anak usia 3-5 tahun ... 45 Tabel 7. Hasil analisa hubungan pengetahuan ibu tentang stimulasi

perkembangan dengan perkembangan motorik kasar anak usia

3-5 tahun ... 46 Tabel 8. Hasil analisa hubungan sikap ibu tentang stimulasi

perkembangan dengan perkembangan motorik kasar anak

(10)

DAFTAR LAMPIRAN 1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

(11)

Judul : Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Stimulasi Perkembangan terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun di Kelurahan Kwala Bekala

Nama Mahasiswa : Yunita Hotmaria

NIM : 061101049

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2010

Abstrak

Masa kanak-kanak awal merupakan masa pemenuhan aktivitas mandiri anak dengan pergerakannya. Hal ini didukung oleh perkembangan motorik kasar. Perkembangan motorik kasar tidak hanya didukung melalui pemenuhan status gizi saja akan tetapi didukung oleh stimulasi yang diberikan. Ibu memiliki peran yang besar dalam pemberian stimulasi. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan dan sikap ibu yang baik dalam pemberian stimulasi perkembangan anak. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan anak dengan perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun. Penelitian dilakukan di Kelurahan Kwala Bekala pada tahun 2010 dengan menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan jumlah sampel 32 orang ibu yang memilki anak usia 3-5 tahun. Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji Spearmen. Dari hasil penelitian didapatkan nilai signifikansi (p)=0,782 (p>0,05) untuk hubungan pengetahuan ibu terhadap perkembangan motorik kasar anak dan didapatkan nilai p=0,569 (p>0,05) untuk hubungan sikap ibu terhadap perkembangan motorik kasar anak sehingga dinyatakan tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu tentang stimulasi perkembangan dengan perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun. Baiknya pengetahuan dan sikap ibu tidak mendukung baiknya perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun. Oleh karena itu perlu mengidentifikasi hubungan faktor lain seperti status kesehatan anak, kecukupan energi, atau aktivitas anak dengan perkembangan motorik kasar anak.

__________________________________________________________________ Kata kunci :ibu, pengetahuan, sikap, perkembangan motorik kasar, stimulasi,

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin sejak anak masih di dalam kandungan. Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak masih di dalam kandungan sampai lima tahun pertama kehidupannya, ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh kembang optimal baik fisik, mental, emosional maupun sosial serta memiliki intelegensi majemuk sesuai dengan potensi genetiknya (Depkes RI, 2005).

Masa balita adalah masa emas dalam rentang perkembangan seorang individu. Pada masa ini, pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, keterampilan motorik dan sosial emosi berjalan demikian pesatnya. Masa balita juga merupakan masa kritis yang akan menentukan hasil proses tumbuh kembang anak selanjutnya (Hariweni, 2003). Dalam masa perkembangan balita, anak mengalami perubahan yang terjadi dalam hal perubahan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan motorik kasar, motorik halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian (Soetjiningsih, 1995).

(13)

keinginan untuk mandiri (Hurlock, 1980) . Salah satu keterampilan yang perlu untuk dikuasai anak adalah keterampilan fisik yaitu keterampilan tangan dan kaki. Anak berusia 3-5 tahun sudah harus dapat melakukan aktivitas seperti makan dan minum sendiri, mandi dan berpakaian sendiri, menyisir rambut, berjalan, berlari, dan mengambil benda yang diperlukannya dengan sendiri (Hurlock, 1980).

Masa kanak-kanak awal disebut juga masa bermain. Pada masa ini, kegiatan bermain merupakan kegiatan yang serius bahkan merupakan kegiatan pokok dalam masa kanak-kanak. Pola bermain anak pada usia ini sudah tidak terlalu difokuskan lagi kepada mainan, akan tetapi anak mulai menggunakan gerak dan ruang yang lebih luas (Hurlock, 1980). Pada masa ini juga, anak sudah mengikuti pendidikan prasekolah atau taman kanak-kanak dimana melalui pendidikan ini anak tidak hanya diajarkan keterampilan kecerdasan, akan tetapi anak juga diajarkan keterampilan berolahraga seperti senam, permainan, dan keterampilan baris berbaris ( Yusuf, 2004).

(14)

kemandirian aktivitasnya yang terlambat, akan tetapi hal itu juga berdampak kepada perkembangan anak yang lain seperti halnya aktivitas sosial, kemampuan konsentrasi, dan kemampuan motor planning yang juga akan kurang baik (Irwan, 2008).

Perkembangan motorik kasar yang baik, tidak hanya didukung melalui pemenuhan status gizi saja, akan tetapi didukung juga oleh stimulasi yang diberikan (Endah, 2008). Dynamic System Theory yang dikembangkan oleh Thelen & Whiteneyerr (dikutip dari Endah, 2008) menyatakan bahwa untuk membangun kemampuan motorik, anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi tersebut untuk bergerak. Pemberian stimulasi dapat mengoptimalkan perkembangan motorik kasar pada anak sesuai dengan tahap perkembangannya (Hariweni, 2003).

(15)

pengetahuan dan sikap ibu tentang stimulasi perkembangan terhadap perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun.

2. Pertanyaan Penelitian

Apakah ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu yang memiliki anak usia 3-5 tahun tentang stimulasi perkembangan terhadap perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun?

3. Tujuan Penelitian 3.1. Tujuan Umum :

Mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu yang memiliki anak usia 3-5 tahun tentang stimulasi perkembangan terhadap perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun di Kelurahan Kwala Bekala.

3.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pengetahuan ibu yang memiliki anak usia 3-5 tahun tentang stimulasi perkembangan di Kelurahan Kwala Bekala .

2. Mengidentifikasi sikap ibu yang memiliki anak usia 3-5 tahun tentang stimulasi perkembangan di Kelurahan Kwala Bekala.

3. Mengidentifikasi perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun di Kelurahan Kwala Bekala.

(16)

perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun di Kelurahan Kwala Bekala.

5. Mengidentifikasi hubungan antara sikap ibu yang memiliki anak usia 3-5 tahun tentang stimulasi perkembangan terhadap perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun di Kelurahan Kwala Bekala.

4. Manfaat Penelitian

4.1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan pengetahuan tentang pentingnya stimulasi dalam mengoptimalkan perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun.

4.2. Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi perawat untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat atau keluarga khususnya ibu tentang pentingnya pemberian stimulasi dalam perkembangan motorik kasar anak dalam mencapai tumbuh kembang anak yang optimal.

4.3. Bagi Masyarakat

(17)

4.4. Bagi Penelitian Selanjutnya

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengetahuan

1.1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran (Gazalba, 1992, dalam Bakhtiar, 2004).

Pengetahuan dalam kamus filsafat adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam peristiwa ini, yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif (Bakhtiar, 2004).

Pengetahuan dalam arti luas adalah semua kehadiran internasional objek dalam subjek, namun dalam arti sempit pengetahuan adalah kebenaran atau kepastian (Bakhtiar, 2004).

1.2. Jenis Pengetahuan

Burhanuddin Salam (1997) dalam Bakhtiar (2004) mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat, yaitu :

1.2.1. Pengetahuan biasa

Pengetahuan biasa dalam ilmu filsafat dikatakan dengan istilah common sense, dan sering diartikan dengan good sense, karena seseorang

(19)

menyebut sesuatu itu merah karena memang itu merah, benda itu panas karena memang dirasakan panas dan sebagainya.

1.2.2. Pengetahuan ilmu

Pengetahuan ilmu adalah ilmu, terjemahan dari science , yang secara sempit diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan objektif. Ilmu dapat merupakan suatu metode berpikir secara objektif yang tujuannya untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia faktual. Pengetahuan yang diperoleh dengan ilmu, diperolehnya melalui observasi, eksperimen, klasifikasi. Analisis ilmu itu objektif dan menyampingkan unsur pribadi, pemikiran logika diutamakan, netral, dalam arti tidak dipengaruhi oleh sesuatu yang bersifat subjektif, karena dimulai dengan fakta. Ilmu merupakan lukisan dan keterangan yang lengkap dan konsisten mengenai hal-hal yang dipelajarinya dalam ruang dan waktu sejauh jangkauan logika dan dapat diamati pancaindera manusia.

1.2.3. Pengetahuan filsafat

(20)

1.2.4. Pengetahuan agama

Pengetahuan agama yakni pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat para utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama. Pengetahuan agama mengandung beberapa hal yang pokok yaitu ajaran tentang cara berhubungan dengan Tuhan, yang sering juga disebut dengan hubungan vertikal dan cara berhubungan dengan sesama manusia, yang sering juga disebut dengan hubungan horizontal.

1.3. Hakikat Pengetahuan

Pengetahuan pada dasarnya adalah keadaan mental (mental state). Mengetahui sesuatu adalah menyusun pendapat tentang suatu objek atau menyusun gambaran tentang fakta yang ada di luar akal (Bakhtiar, 2004).

Ada dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan menurut Bakhtiar (2004) yaitu :

a. Realisme

(21)

b. Idealisme

Ajaran idealisme menegaskan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan yang benar-benar sesuai dengan kenyataan adalah mustahil. Pengetahuan adalah proses-proses mental atau proses psikologis yang bersifat subjektif. Subjektif dipandang sebagai suatu yang mengetahui, yaitu orang yang membuat gambaran tersebut. Karena itu, pengetahuan menurut teori ini tidak menggambarkan hakikat kebenaran. Yang diberikan pengetahuan hanyalah gambaran menurut pendapat atau penglihatan orang yang mengetahui (subjek).

Realisme dan idealisme memiliki kelemahan-kelemahan tertentu. Realisme tidak mementingkan subjek sebagai penilai tetapi hanya memfokuskan pada objek yang dinilai, sementara subjek yang menilai memiliki peran penting dalam menghubungkan antar objek dengan ungkapan tentang objek tersebut. Idealisme menimbulkan kebenaran yang relatif karena setiap individu berhak menolak kebenaran yang datang dari luar dirinya. Akibatnya, kebenaran yang bersifat universal tidak diakui. Idealisme juga terlalu mengutamakan subjek sebagai si penilai dengan merendahkan objek yang dinilai sementara subjek yang menilai kadangkala berada pada keadaan yang berubah-ubah seperti sedang marah dan gembira (Bakhtiar, 2004).

1.4. Sumber Pengetahuan

(22)

Dalam hal ini ada beberapa teori tentang sumber pengetahuan antara lain : a. Empirisme

Empirisme menyatakan bahwa manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman inderawi (Ahmad Tafsir dalam Bakhtiar, 2004). John Locke mengemukakan bahwa manusia itu pada mulanya kosong dari pengetahuan, kemudian pengalamannya mengisi jiwa yang kosong, dan akhirnya ia memiliki pengetahuan. Mula-mula tangkapan indera yang masuk itu sederhana, lama-kelamaan menjadi kompleks, lalu tersusunlah pengetahuan yang berarti (Bakhtiar, 2004).

David Hume (dalam Bakhtiar, 2004) mengatakan bahwa sumber pengetahuan adalah pengamatan. Pengamatan memberikan dua hal, yaitu kesan-kesan (impressions) dan pengerian-pengertian atau ide-ide (ideas). Kesan-kesan adalah pengamatan langsung yang diterima dari pengalaman, seperti merasakan tangan terbakar. Ide adalah gambaran tentang pengamatan yang samar-samar yang dihasilkan dengan merenungkan kembali atau terefleksikan dalam kesan-kesan yang diterima dari pengalaman.

b. Rasionalisme

(23)

tetapi sampainya manusia pada kebenaran adalah semata-mata akal (Bakhtiar, 2004) .

Dari aliran emprisme dan rasionalisme, lahirlah metode ilmiah atau pengetahuan sains. Dalam hal ini, pancaindera mengumpulkan data-data, sedangkan akal menyimpulkan berdasarkan pada prinsip-prinsip universal, yang kemudian disebut universal.

c. Intuisi

Intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan insting, tetapi berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya. Pengetahuan intuisi dapat dipergunakan sebagai hipotesa bagi analisis selanjutnya dalam menetukan benar tidaknya pernyataan yang dikemukakan (Bakhtiar, 2004).

d. Wahyu

Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia lewat perantaraan nabiNya. Akal meyakinkan bahwa kebenaran pengetahuan mereka berasal dari Tuhan, karena pengetahuan itu memang ada pada saat manusia biasa tidak mampu mengusahakannya, karena hal itu memang berada di luar kemampuan manusia (Mustafa, 1997, dalam Bakhtiar, 2004).

1.5. Ukuran Kebenaran Pengetahuan

(24)

tidak sama dengan pengetahuan alam fisik (Bakhtiar, 2004). Kebenaran pengetahuan diidentifikasikan ke dalam beberapa teori epistemologis yaitu teori korespondensi, teori koherensi , teori pragmatisme, dan agama sebagai kebenaran.

Teori korespondensi menyatakan bahwa keadaan benar itu apabila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju atau pernyataan atau pendapat tersebut (Suriasumantri, 2000). Pengetahuan adalah benar bila apa yang terdapat dalam budi pikiran subjek itu benar sesuai dengan apa yang ada di dalam objek (Hadi, 1997, dalam Bakhtiar, 2004).

Teori koherensi menyatakan bahwa kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan (judgement) dengan sesuatu yang lain, yaitu fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antara putusan-putusan itu sendiri. Kebenaran ditegakkan atas hubungan antara putusan yang baru itu dengan putusan-putusan lainnya yang telah diketahui dan diakui kebenarannya terlebih dahulu (Surasumantri, 2000).

Teori pragmatisme adalah teori yang menyatakan bahwa benar tidaknya suatu ucapan, dalil, atau teori semata-mata bergantung kepada asas manfaat. Sesuatu dianggap benar jika mendatangkan manfaat dan akan dikatakan salah jika tidak mendatangkan manfaat (Suriasumantri, 2000).

(25)

2. Sikap

2.1. Pengertian Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu.

Newcomb (dalam Notoatmodjo, 2007)menyatakan bahwa sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku.

Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007) mengatakan sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu obyek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu obyek. c. Kecenderungan untuk bertindak.

Ketiga komponen ini bersama–sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi

(26)

Sikap menurut Notostmodjo (2007) terdiri dari berbagai tingkatan, yakni : 1. Menerima (Receiving)

Subyek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan obyek 2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya serta mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Terlepas jawaban dan pekerjaan itu benar atau salah, orang menerima ide tersebut .

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan terhadap suatu masalah.

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya merupakan tingkat sikap yang paling penting.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju (Notoadmodjo, 2007).

2.2. Faktor Pembentuk Sikap

(27)

seseorang tidak langsung dapat diraba (konkret). Oleh karena itu, dalam mempengaruhi sikap, metode yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan informasi atau dan dengan mengubah ikatannya dengan kelompok.

Pembentukan sikap melalui pemberian informasi dipengaruhi oleh sumber datangnya informasi , bentuk dan isi informasi, serta situasi saat informasi itu diberikan (Kluytmans, 2006). Dampak dari penguatan informasi menjadi semakin besar apabila sumbernya dianggap lebih dapat dipercaya, menarik, dan dilihat publik sebagai salah satu dari mereka. Informasi yang berasal dari sumber yang dipercaya akan lebih dahulu diterima daripada sumber yang kurang dipercaya. Dampak pengaruhnya juga akan lebih besar jika informasi dipersepsi publik sebagai salah satu dari mereka. Seseorang yang dapat membuktikan bahwa ia memahami masalah-masalah, kebiasaan, pendapat-pendapat, dan hal-hal lain dari publik mempunyai pengaruh yang besar.

(28)

3. Stimulasi Perkembangan Anak 3.1. Pengertian Stimulasi

Stimulasi adalah perangsangan yang datangnya dari lingkungan di luar individu anak (Soetjiningsih, 1995). Menurut Oktaria (2009) stimulasi tumbuh kembang adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk merangsang kemampuan dasar anak agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Kemampuan dasar anak yang dirangsang meliputi kemampuan motorik kasar, kemampuan motorik halus, kemampuan berbicara dan bahasa, serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian.

Stimulasi hendaknya diberikan sedini mungkin yaitu sejak bayi baru lahir bahkan sebaiknya sejak janin berusia 6 bulan dan diberikan terus menerus secara rutin dan bervariasi oleh setiap orang yang berinteraksi dengan anak pada setiap kesempatan dalam kehidupan sehari-hari (Maharani, 2009). Pemberian stimulasi sangat penting untuk kemajuan perkembangan anak sebab tanpa stimulasi penyelesaian tugas perkembangan anak menjadi sulit atau tidak tercapai (Potter, 2005).

3.2. Bentuk Stimulasi

(29)

gambar, bercerita, mengucapkan syair sederhana), melatih daya ingat dengan bermain jualan atau menyampaikan berita, bermain musik, mengenal tugas dan larangan-larangan, dan aktivitas sehari-hari (makan sendiri, minum sendiri, kontrol buang air besar, kontrol buang air kecil).

Soetjiningsih (1995) menyatakan bahwa perhatian dan kasih sayang juga merupakan stimulasi yang diperlukan anak. Aktivitas bermain dalam suasana kasih sayang berguna merangsang seluruh sistem indera, melatih kemampuan motorik halus dan kasar, kemampuan berkomunikasi serta perasaan dan pikiran anak.

3.3. Prinsip Stimulasi

Tindakan pemberian stimulasi memiliki prinsip dasar yang perlu diperhatikan. Stimulasi hendaknya dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang dengan cara mengajak bermain, bernyanyi, bervariasi, menyenangkan dengan tanpa paksaan dan tidak ada hukuman. Memberikan pujian pada anak atas keberhasilannya akan memotivasi anak lebih baik (Oktaria, 2009).

(30)

3.4. Stimulasi Motorik Kasar Usia 3-5 Tahun

Irwan (2008) dan Oktaria (2009) menyatakan bahwa kemampuan motorik kasar seperti berjalan, berlari, melompat dan melempar dapat dirangsang atau distimulasi dengan memberikan kesempatan anak melakukan permainan yang melakukan ketangkasan dan kelincahan.

1. Jalan

Pada kemampuan motorik kasar ini, yang harus distimulasi adalah kemampuan berdiri, berjalan ke depan, berjalan ke belakang, berjalan berjingkat, melompat di tempat, berdiri satu kaki, menendang bola, dan lainnya.

Stimulasi dapat diberikan dengan mengajak anak bermain permainan yang menggerakkan anak untuk menggerakkan kakinya berpindah-pindah dan menahan kaki dengan lama. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan karpet bergambar atau menempelkan gambar-gambar yang menarik di lantai dan meminta anak untuk menginjak karpet/lantai. Dapat juga dilakukan dengan permainan yang mengajarkan anak jalan berjinjit sehingga melatih keseimbangan anak dalam berdiri.

2. Lari

Perkembangan lari akan mempengaruhi perkembangan lompat dan melempar. Pada tugas perkembangan ini, dibutuhkan keseimbangan tubuh, kecepatan gerakan kaki, ketepatan 4 pola kaki yaitu (1) heel strike :bertumpu pada tumit; (2) toe off : telapak kaki mengangkat

(31)

berayun; (4) landing : setelah mengayun kaki menapak pada alas. Stimulasi lari dapat dilakukan dengan aktivitas berupa bermain bola, bermain sepeda (mulai roda 4 sampai bertahap ke roda 3 dan kemudian roda 2), berlomba lari, bermain dengan berkejar-kejaran serta naik turun tangga.

3. Lompat

Stimulasi lompat dapat diberikan dengan mengajak anak melompat di tempat dan lompatan berjarak. Lompatan berjarak dapat diajarkan dengan mengajak anak untuk melompat dari satu pijakan ke pijakan yang lain misalnya dengan menggambarkan lingkaran-lingkaran dari kapur atau menggunakan lingkaran holahop yang diatur sedemikian rupa letaknya kemudian meminta anak untuk melompati lingkaran-lingkaran tersebut. Lompatan diajarkan dengan satu kaki dan dua kaki. 4. Lempar

(32)

Bermain sebagai stimulasi motorik kasar anak memiliki hal-hal yang perlu diperhatikan. Menurut Soetjiningsih, beberapa hal yang perlu diperhatikan tersebut antara lain :

a. Ekstra energi

Bermain memerlukan ekstra energi, terlebih lagi permainan yang memerlukan kelincahan.

b. Waktu

Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain karena bermain adalah aktivitas yang serius bagi anak.

c. Alat permainan

Untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai dengan umur dan taraf perkembangannya. Anak usia 3-5 tahun dapat menggunakan alat permainan sederhana seperti bola dalam menstimulasi motorik kasarnya.

d. Ruangan untuk bermain

Anak memerlukan ruang untuk bermain akan tetapi tidak perlu ruangan khusus. Anak dapat bermain di dalam rumah seperti ruang tamu, di halaman, bahkan di ruang tidurnya.

e. Pengetahuan cara bermain

Anak belajar bermain melalui mencoba-coba sendiri, meniru teman-temannya atau diberi tahu caranya oleh orang lain.

f. Teman bermain

(33)

teman-temannya. Akan tetapi, terlalu banyak bermain dengan anak lain dapat mengakibatkan anak tidak mempunyai kesempatan untuk menghibur diri sendiri dan menemukan kebutuhannya sendiri. Bila kegiatan bermain dilakukan bersama orangtua maka hubungan orangtua dengan anak menjadi akrab dan orangtua dapat segera mengetahui setiap kelainan yang terjadi pada anak mereka secara dini.

4. PERKEMBANGAN MOTORIK

Perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi (Hurlock, 1978).

Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Perkembangan motorik kasar adalah perkembangan gerak gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Perkembangan motorik halus adalah perkembangan gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu (Endah, 2008).

4.1. Prinsip Perkembangan Motorik

(34)

Adapun lima prinsip perkembangan motorik kasar yaitu :

4.1.1. Perkembangan motorik kasar bergantung pada kematangan otot dan syaraf.

Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otak lah yang mengatur setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin matangnya perkembangan sistem syaraf otak yang mengatur otot, semakin baik kemampuan motorik anak. Hal ini juga didukung oleh kekuatan otot anak yang baik.

4.1.2. Perkembangan yang berlangsung terus menerus.

Perkembangan motorik berlangsung secara terus menerus sejak pembuahan. Urutan perkembangan cephalocaudal dapat dilihat pada masa awal bayi, pengendalian gerakan lebih banyak di daerah kepala. Saat perkembangan syaraf semakin baik, pengendalian gerakan dikendalikan oleh batang tubuh kemudian di daerah kaki.

Perkembangan secara proximodistal dimulai dari gerakan sendi utama sampai gerakan bagian tubuh terpencil. Misal bayi menggunakan bahu dan siku dalam bergerak sebelum menggunakan pergelangan tangan dan jari tangan.

(35)

duduknya terlambat. Breckenridge dan Vincent menyatakan cara yang cukup teliti untuk memperkirakan pada umur berapa anak akan mulai berjalan yakni dengan mengalikan umur anak mulai merangkak dengan 1,5 atau dengan mengalikan umur anak mulai duduk dengan 2.

4.1.4. Reflek primitif akan hilang dan digantikan dengan gerakan yang disadari.

Reflek primitif ialah gerakan yang tidak disadari, berlangsung secara otomatis dan pada usia tertentu harus sudah hilang karena dapat menghambat gerakan yang disadari.

4.1.5. Urutan perkembangan pada anak sama tetapi kecepatannya berbeda Tahap perkembangan motorik setiap anak sama. Akan tetapi kondisi bawaan dan lingkungan mempengaruhi kecepatan perkembangannya.

4.2. Faktor yang Mempengaruhi Laju Perkembangan Motorik

Hurlock (1978) menyatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi laju perkembangan motorik yaitu faktor keturunan, kehamilan dan kelahiran, kondisi anak, dan motivasi.

4.2.1. Faktor keturunan

(36)

perkembangan motorik yang lebih cepat daripada anak yang memiliki IQ normal atau di bawah normal.

4.2.2. Kehamilan dan kelahiran

Kondisi status gizi ibu dan lingkungan yang baik saat ibu hamil mendorong perkembangan janin yang baik sehingga perkembangan motorik anak juga akan baik.

Kelahiran yang sukar terlebih lagi kelahiran yang mengakibatkan trauma kepala akibat jalan lahir pada umumnya menghambat perkembangan motorik. Anak dengan riwayat lahir prematur juga memiliki perkembangan motorik yang lebih lambat daripada anak yang lahir normal.

4.2.3. Kondisi anak

Status gizi anak yang baik pada dasarnya akan mempercepat perkembangan motorik anak. Keadaan cacat fisik yang terdapat pada anak, seperti kebutaan akan memperlambat perkembangan motorik.

4.2.4. Motivasi

Adanya ransangan, dorongan, dan kesempatan anak untuk menggerakkan semua bagian tubuh akan mempercepat perkembangan motorik. Perlindungan orangtua yang berlebihan akan menghambat berkembangnya kemampuan motorik.

(37)

Yusuf, 2004) menyatakan ada beberapa alasan penting tentang fungsi perkembangan motorik bagi konstelasi perkembangan anak, yaitu:

a. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Misalnya anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar, dan memainkan alat-alat mainan.

b. Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya (helplessness) pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang bebas atau tidak bergantung (indenpendence). Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan dapat menunjang perkembangan rasa percaya diri (self confidence).

c. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal sekolah dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan baris-berbaris.

d. Melalui perkembangan motorik yang normal, anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucil.

(38)

4.3. Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun

Perkembangan motorik kasar anak dinilai dari keterampilan motorik kasar anak. Keterampilan motorik kasar adalah kemampuan anak dalam menggerakkan otot besar atau sebagian tubuh atau seluruh tubuh dalam aktivitas motoriknya.

Wong (2003) dan Einon (2005) mengklasifikasikan keterampilan motorik kasar usia 3-5 tahun dalam Tabel Keterampilan motorik kasar anak usia 3-5 tahun.

Tabel 1. Keterampilan motorik kasar anak usia 3-5 tahun

Usia Keterampilan Motorik Kasar

3 Tahun • Berdiri pada satu kaki untuk 5-10 detik

• Berjalan mundur lebih dari tiga langkah

• Berjalan maju sejauh 2 m di atas balok selebar 7,5 cm dan mundur sejauh 1 m

• Berjalan dengan berjinjit

• Menaiki tangga dengan kaki bergantian tetapi tetap turun dengan kaki yang sama pada tiap injakan

• Berlari dengan baik tetapi masih kesulitan saat berbelok atau berhenti secara mendadak

• Berlari tanpa jatuh

• Mencoba berdansa tetapi keseimbangan mungkin tidak adekuat

• Mendorong, menarik, dan mengendarai mainan beroda atau sepeda roda tiga

• Melompat dari langka h dasar atau tempat pijakan

• Melompat panjang

• Melompat ke depan 5-10 kali dengan dua kaki

• Melompat ke depan 2-5 kali dengan satu kaki

• Membungkuk saat melompat tetapi tidak menekuk lututnya saat mendarat

• Melompati halangan setinggi 7,5-10 cm

• Menendang bola ke belakang dan ke depan dengan mengayunkan kaki

• Menangkap bola yang melambung dengan mendekapnya ke dada 4 Tahun • Berdiri di atas satu kaki selama 10 detik

Berjalan maju dan mundur dengan berjinjit sejauh 6 kaki

• Berjalan maju sejauh 2,5 m di atas balok selebar 7,5 cm dan mundur sejauh 1,5 m

(39)

Tabel 1. (Lanjutan)

4 Tahun • Mulai mengendalikan awal, berhenti, dan berbelok saat berlari

Lomba lari

Bersalto atau berguling ke depan

Melompat dan meloncat dengan satu kaki

Melompat ke depan 10 kali dengan dua kaki

Melompat ke belakang sekali

• Melompat ke depan 5 kali dengan lebih seimbang tapi dengan banyak gerakan lengan

Melompat dari ketinggian sekitar 80 cm

• Menangkap bola dengan dua tangan yang dilemparkan dari jarak 3 kaki

• Melempar bola kecil dengan kedua tangan kepada seseorang yang berjarak 4-6 kaki (1-2 m) darinya

• Melempar bola bergantian tangan

• Menendang secara terkoordinasi ke belakang dan ke depan dengan kaki terayun dan tangan mengayun ke arah berlawanan secara bersamaan

5 Tahun • Berdiri di atas satu kaki selama 10 detik

• Berjalan mundur dengan tumit dan jari kaki

• Berjalan maju sejauh 2,5 - 3 m di atas balok selebar 7,5 cm dan mundur sejauh 2 m

• Menaiki tangga dengan kaki bergantian tetapi tetap turun dengan kaki yang sama pada tiap injakan.

• Dapat berbelok saat berlari

• Dapat berlari dan berhenti sesuai keinginan

• Berlari sambil meloncat sejauh 60 – 84 cm

• Berlari melompati halangan sejauh 23 cm

• Lomba lari

• Bermain skate atau papan seluncur dengan keseimbangan yang baik

• Melompat dan meloncat pada kaki bergantian

• Melompat ke depan 10 kali dengan dua kaki

• Melompat ke depan 7-9 kali dengan dua kaki secara seimbang

• Melompat ke belakang dua kali berturut-turut

• Melompat dari ketinggian 12 inci

• Melompat sejauh 20 – 25 cm

• Meloncat ke atas

• Melempar dan menangkap bola dengan baik

• Melempar bola dengan memutar badan dan melangkah ke depan

(40)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

3. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu yang memilki anak usia 3-5 tahun tentang stimulasi perkembangan terhadap perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun.

Skema 3.1. Kerangka konsep penelitian hubungan pengetahuan dan sikap ibu tentang pemberian stimulasi perkembangan dengan perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun

(41)

1. Variabel

(42)

3. Hipotesa Penelitian

(43)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan tujuan untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan dan sikap ibu tentang stimulasi perkembangan terhadap perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun.

2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang bertempat tinggal di Kelurahan Kwala Bekala. Namun jumlah populasi tidak diketahui dengan pasti oleh karena itu penentuan besarnya sampel dilakukan dengan menggunakan tabel power analisis untuk uji korelasi (Polit & Hungler, 1995). Dari rumusan metode

tersebut ditetapkan level of significance sebesar 0,05 , power 0,80 , dan effect size sebesar 0,50 , sehingga besarnya jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 32 orang.

(44)

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kwala Bekala. Alasan pemilihan lokasi tersebut adalah lokasi tersebut dapat dijangkau oleh peneliti, adanya sampel memadai, dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai hubungan pengetahuan dan sikap ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan anak dengan perkembangan motorik kasar anak. Penelitian dilakukan selama lima bulan yaitu pada bulan Desember 2009 sampai dengan April 2010.

4. Pertimbangan Etik

(45)

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner yang disusun oleh peneliti dengan mengacu kepada tinjauan pustaka yang terdiri dari 4 bagian yaitu kuisioner yang berisi data demografi, kuisioner pengetahuan ibu, kuisioner sikap ibu dan kuisioner keterampilan motorik kasar anak usia 3, 4, dan 5 tahun.

5.1.Kuisioner Data Demografi

Kuisioner data demografi digunakan untuk mengkaji data demografi responden yang meliputi usia ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, usia anak, dan jenis kelamin anak.

5.2.Kuisioner Pengetahuan Ibu

Kuisioner pengetahuan ibu berisi pernyataan-pernyataan tentang informasi stimulasi perkembangan anak yang menunjukkan pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan anak. Peneliti menyusun kuisioner ini berdasarkan tinjauan pustaka tentang pentingnya pemberian stimulasi, prinsip stimulasi, dan bermain sebagai stimulasi motorik kasar.

(46)

(B) = 1, salah (S) = 0. Total skor berkisar antara 0 sampai 15 untuk setiap pernyataan, sehingga nilai terendah yang mungkin dicapai oleh responden adalah 0 dan nilai tertinggi yang mungkin dicapai adalah 15.

Total skor adalah 0-15. Semakin tinggi jumlah skor maka pengetahuan ibu semakin baik.

Berdasarkan rumus statistik p menurut Sudjana (1992) dimana p

merupakan panjang kelas, dengan rentang (nilai tertinggi dikurang nilai terendah) sebesar 15 dan banyak kelas dibagi atas 3 kategori kelas untuk pengetahuan (baik, cukup dan kurang baik), maka akan diperoleh panjang kelas sebesar 5. Dengan menggunakan nilai p , maka pengetahuan ibu dikategorikan sebagai berikut:

0-4 = pengetahuan dikatakan kurang 5-9 = pengetahuan dikatakan cukup 10-15= pengetahuan dikatakan baik

5.3. Kuisioner Sikap Ibu

Kuisioner sikap ibu bertujuan untuk mengidentifikasi respon ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan anak. Kuisioner yang digunakan adalah kuisioner yang dimodifikasi dari tinjauan pustaka tentang prinsip pemberian stimulasi dan hal yang perlu diperhatikan dalam bermain sebagai stimulasi motorik kasar. Kuisioner ini terdiri dari 10 pernyataan, yang terbagi dalam 5 pernyataan tentang prinsip pemberian stimulasi dan 5 pernyataan tentang hal yang perlu diperhatikan dalam bermain.

(47)

sangat tidak setuju (STS) = 1. Total skor berkisar antara 1 sampai 4 untuk setiap pernyataan, sehingga nilai terendah yang mungkin dicapai oleh responden adalah 10 dan nilai tertinggi yang mungkin dicapai adalah 40. Semakin tinggi total skor kuisioner maka semakin baik sikap ibu.

Menggunakan rumus statistik menurut Sudjana (1992), sama seperti pada kuisioner pengetahuan ibu, dengan rentang sebesar 30 dan banyak kelas dibagi atas 3 kategori kelas untuk sikap ibu (baik, cukup dan kurang) didapati panjang kelas sebesar 10.

Dengan p = 10 dan nilai terendah 10 sebagai bawah kelas kategori pertama, maka sikap ibu dikategorikan atas kategori sebagai berikut:

10-19 = sikap ibu dikatakan kurang 20-29 = sikap ibu dikatakan cukup 30-40 = sikap ibu dikatakan baik

5.4. Kuisioner Perkembangan Motorik Kasar Anak

Kuisioner perkembangan motorik kasar anak bertujuan untuk mengidentifikasi perkembangan motorik kasar usia 3-5 tahun . Kuisioner yang digunakan adalah kuisioner yang dimodifikasi dari tinjauan pustaka tentang keterampilan motorik kasar anak usia 3-5 tahun menurut Wong (2003), Einon (2005) dan CRI (1997, dalam Endah, 2008).

(48)

adalah 10 dan nilai tertinggi yang mungkin dicapai adalah 40. Semakin tinggi total skor kuisioner maka semakin baik perkembangan motorik kasar anak.

Menggunakan rumus statistik menurut Sudjana (1992), dengan rentang sebesar 30 dan banyak kelas dibagi atas 3 kategori kelas untuk perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun (baik, cukup baik, kurang baik) didapatilah panjang kelas sebesar 10.

Dengan p = 10 dan nilai terendah 15 sebagai bawah kelas kategori pertama, maka perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun dikategorikan sebagai berikut:

10-19 = perkembangan motorik kasar dikatakan kurang baik 20-29 = perkembangan motorik kasar dikatakan cukup baik 30-40 = perkembangan motorik kasar dikatakan baik

6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Uji validitas yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji validitas isi. Validitas isi adalah suatu keputusan tentang bagaimana instrumen dengan baik mewakili karakteristik yang diteliti. Pengujian validitas isi dilakukan kepada ahlinya yaitu guru besar di bidang kedokteran dengan spesialisasi anak. Hasil uji validitas dikatakan valid dilihat dari Coefisient Validity Index (CVI). Coefisient (r) berada diantara 0.00 dan 1.00. Hasil uji validitas yang dilakukan memiliki nilai coefisient validity index sebesar 0,70 untuk instrumen penelitian pengetahuan,

(49)

Uji reliabilitas instrumen adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama. Reliabilitas instrumen dalam penelitian ini diketahui dengan melakukan uji reliabilitas dengan uji KR-20 pada instrumen penelitian pengetahuan dan dengan uji cronbach alpha pada instrumen penelitian sikap dan perkembangan motorik kasar. Uji reliabilitas dilakukan sebelum pengumpulan data kepada 10 orang di luar sampel yang memiliki kriteria yang sama dengan kriteria sampel penelitian yaitu ibu yang memiliki anak usia 3-5 tahun di Kelurahan Kwala Bekala Lingkungan VII. Instrumen yang baru dikatakan reliable jika memiliki nilai reliabilitas lebih dari 0.70 (Polit & Hungler, 1995).

Hasil uji reliabilitas KR-20 pada instrumen penelitian pengetahuan didapatkan nilai reliabilitas 0,951. Dari hasil uji reliabilitas dengan cronbach alpha pada instrumen penelitian sikap didapatkan nilai reliabilitas 0,837 dan pada

instrumen penelitian perkembangan motorik kasar nilai reliabilitas 0,812. Karena nilai uji reliabilitas lebih dari 0.70 maka instumen penelitian ini dinyatakan reliable.

7. Proses Pengumpulan Data

(50)

Setelah mendapat izin dari Kelurahan Kwala Bekala peneliti melaksanakan pengumpulan data. Peneliti mengumpulkan data pada saat siang hari. Pengumpulan data dilakukan dengan menjumpai warga sekitar Kelurahan Kwala Bekala dan peneliti menanyakan keberadaan rumah warga yang ditempati oleh ibu yang memiliki anak usia 3-5 tahun. Kemudian peneliti menjumpai calon responden.

Saat peneliti menjumpai calon responden, peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri dan menjelaskan pada calon responden tentang tujuan, manfaat dan proses pelaksanaan penelitian. Calon responden yang bersedia, diminta untuk menandatangani informed consent (surat persetujuan). Responden diminta untuk mengisi kuisioner data demografi, kuisioner pengetahuan, kuisioner sikap ibu dan kuisioner penilaian perkembangan motorik kasar anak. Selama pengisian kuisioner, peneliti mendampingi responden dan responden diberi kesempatan untuk bertanya pada peneliti bila ada pernyatan yang tidak dimengerti. Sebagian besar responden meminta peneliti yang membacakan kuisioner penelitian dan peneliti yang mengisi jawaban kuisioner sesuai dengan jawaban responden.

(51)

8. Analisa Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, peneliti melakukan pengolahan data atau analisa data. Analisa data dilakukan melalui beberapa tahapan. Pertama editing, yaitu mengecek atau mengoreksi data yang telah dikumpulkan. Tujuannya untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada pencatatan di lapangan dan bersifat mengoreksi. Kedua coding, yaitu pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama. Ketiga yaitu tabulasi yaitu membuat tabel-tabel yang berisikan data yang telah diberi kode, sesuai dengan analisis yang dibutuhkan (Hasan, 2002). Langkah selanjutnya yaitu pengolahan data. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputerisasi.

Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Statistik univarat

Statistik univariat adalah suatu prosedur untuk menganalisa data dari suatu variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian (Polit & Hungler, 1999). Pada penelitian ini analisa data dengan metode statistik univarat digunakan untuk menganalisa data demografi, variabel indepen (pengetahuan dan sikap ibu) dan variabel dependen (perkembangan motorik kasar anak). Variabel pengetahuan ibu, sikap ibu, dan perkembangan motorik kasar anak dianalisis dengan menggunakan skala ordinal dan ditampilkan dalam distribusi frekuensi. 2) Statistik bivariat

(52)

korelasi Spearman. Uji korelasi Spearman digunakan pada penelitian ini karena variabel pengetahuan, sikap dan perkembangan motorik kasar merupakan variabel dengan skala ordinal. Selain itu terdapat distribusi data yang tidak normal pada variabel pengetahuan dan sikap.

Interpretasi hasil uji korelasi didasarkan pada nilai p, kekuatan korelasi, serta arah korelasi menurut Dahlan (2008). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut .

Tabel 2. Kriteria Penafsiran Korelasi

No. Parameter Nilai Interpretasi

1. Kekuatan korelasi (r) 0,00-0,199 yang bermakna antara dua variabel yang diuji.

3. Arah korelasi (+) positif (-) negatif

Searah, semakin besar nilai satu variabel lainnya.

Berlawanan arah, semakin besar nilai satu

(53)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peneliti akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan antara lain tentang deskripsi karakteristik responden, deskripsi pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan, deskripsi sikap ibu tentang stimulasi perkembangan, deskripsi perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun, analisa hubungan antara pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan terhadap perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun, serta analisa hubungan antara sikap ibu tentang stimulasi perkembangan terhadap perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun di Kelurahan Kwala Bekala pada bab ini.

1. Hasil Penelitian

1.1. Deskripsi Karakteristik Demografi Responden

(54)

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase data demografi ibu di Kelurahan Kwala Bekala (n=32)

Demografi responden Frekuensi persentase (%) Usia

Dewasa awal (20-40 tahun) Dewasa madya (40-60 tahun)

27

(55)

Deskripsi pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kelurahan Kwala Bekala diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan dalam kategori baik (96,9%) dan sebanyak 3,1% ibu memiliki pengetahuan dalam kategori cukup. Untuk lebih jelasnya, gambaran pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan ibu tentang pemberian stimulasi perkembangan (n=32)

karakteristik Frekuensi persentase (%)

Pengetahuan baik 31 96,9

Pengetahuan cukup Jumlah

1 32

3,1 100

__________________________________________________________________

1.3. Deskripsi Sikap Ibu tentang Pemberian Stimulasi Perkembangan Deskripsi sikap ibu tentang stimulasi perkembangan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kelurahan Kwala Bekala diketahui bahwa sebanyak 93,8% ibu memiliki sikap dalam kategori baik dan sebanyak 6,2% ibu memiliki sikap dalam kategori cukup. Untuk lebih jelasnya, gambaran sikap ibu tentang stimulasi perkembangan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase sikap ibu tentang pemberian stimulasi perkembangan (n=32)

Karakteristik Frekuensi persentase (%)

(56)

Sikap cukup

1.4. Deskripsi Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun Deskripsi perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kelurahan Kwala Bekala diketahui bahwa sebanyak 68,8% perkembangan motorik kasar anak dalam kategori baik dan sebanyak 31,2% perkembangan motorik kasar anak dalam kategori cukup baik. Untuk lebih jelasnya, gambaran perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. Distribusi frekuensi dan persentase perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun (n=32)

Karakteristik Frekuensi persentase (%)

Perkembangan baik 22 68,8

Perkembangan cukup baik

1.5. Analisa Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Stimulasi Perkembangan terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun

Hubungan pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan terhadap perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun di Kelurahan Kwala Bekala pada penelitian ini menggunakan uji koefisien korelasi Spearman (Correlations Spearman’s Rho). Dari hasil penelitian didapat nilai p sebesar 0,782 (p>0,05)

(57)

-0,051 yang mengidentifiksasikan bahwa kekuatan hubungan pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan terhadap perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun dalam kategori sangat lemah. Dengan arah korelasi negatif (-) dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan, maka semakin rendah perkembangan motorik kasar anak. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7. Hasil analisa hubungan pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan dengan perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun

Variabel 1 Variabel 2 R p Keterangan Pengetahuan

ibu

Perkembangan motorik kasar

-0,051 0,782 Hubungan korelasi negatif dengan interpretasi sangat lemah

1 .6 . An a lisa H u bun ga n a n t a r a Sik a p I bu t e n t a ng St im u la si Pe r k e m ba n ga n t e r h a da p Pe r k e m ba n gan M ot or ik Ka sa r An a k U sia 3 - 5 Ta hu n

(58)

Dengan arah korelasi positif (+) dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi sikap ibu tentang stimulasi perkembangan, maka semakin tinggi perkembangan motorik kasar anak. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8. Hasil analisa hubungan sikap ibu tentang stimulasi perkembangan terhadap perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun Variabel 1 Variabel 2 R P Keterangan

Sikap ibu Perkembangan motorik kasar

0,104 0,569 Hubungan korelasi positif dengan interpretasi sangat lemah

.

2. Pembahasan

2.1. Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Stimulasi Perkembangan

Hasil penelitian memaparkan bahwa mayoritas responden memiliki

pengetahuan yang baik tentang pemberian stimulasi perkembangan yaitu

sebanyak 31 orang (96,9%). Hal ini menyatakan bahwa sebagian besar

responden memiliki pengetahuan yang baik tentang tujuan pemberian

stimulasi, prinsip pemberian stimulasi, bentuk stimulasi motorik kasar dan

ketentuan dalam pemberian stimulasi motorik kasar.

Data demografi dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar

responden berada pada rentang usia dewasa awal. Hal ini menunjukkan bahwa

responden berada dalam rentang usia yang menuju kematangan berpikir yang

semakin baik. Kematangan berpikir ibu yang baik akan menunjukkan semakin

(59)

bertambahnya usia seseorang maka kematangan dalam berpikir akan semakin baik.

Pengetahuan ibu yang baik tentang pemberian stimulasi perkembangan

juga dipengaruhi oleh pengalaman yang dimiliki oleh responden dalam

keluarganya. Berdasarkan wawancara singkat peneliti dengan responden,

pengetahuan responden dalam memberikan stimulasi bagi perkembangan anak

responden berasal dari pengalaman di dalam keluarganya terdahulu. Hal ini

didukung oleh pendapat Bakhtiar (2004) yang menyatakan bahwa seorang

individu memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Wanita dewasa

memiliki pengalaman dalam mengasuh balita dalam lingkungan keluarga

dimana pengalaman tersebut merupakan bagian dari fungsi afektif dalam

keluarga (Friedman, 1986 dalam Setiawati, 2008). Dengan demikian

pengalaman dari keluarga terdahulu akan memberikan pengetahuan bagi ibu

dalam memberikan stimulasi perkembangan anak.

2.2. Sikap Ibu tentang Pemberian Stimulasi Perkembangan

(60)

yang positif terhadap pentingnya memberikan stimulasi saat anak bermain sesuai dengan ketentuan pemberian stimulasi yang tepat bagi perkembangan anak (dapat dilihat dalam lampiran 5).

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu objek. Dalam penentuan sikap, pengetahuan memegang peranan penting (Notoatmodjo, 2007). Dari hasil penelitian diketahui bahwa hamper seluruh responden memiliki pengetahuan yang baik tentang pemberian stimulasi perkembangan. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor yang menjadikan sikap ibu baik tentang pemberian stimulasi perkembangan oleh karena pengetahuan yang baik tentang pemberian stimulasi perkembangan. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Gathiningsih (2010) yang mengungkapkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap. Jika pengetahuan tentang sesuatu hal semakin baik maka akan semakin positif pula sikap yang diberikan.

(61)

2.3. Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun

Berdasarkan hasil penelitian, perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun di Kelurahan Kwala Bekala adalah dalam kategori baik (68,8%). Hal ini menyatakan bahwa sebagian besar anak usia 3-5 tahun dari responden memiliki kemampuan motorik kasar yang baik dalam berjalan, berlari, melompat dan melempar.

Perkembangan motorik kasar dipengaruhi oleh lingkungan dimana anak belajar keterampilan motorik kasar dari lingkungan tersebut (Hurlock, 1978). Salah satu cara anak mempelajari keterampilan motorik adalah dengan meniru atau dengan mengamati suatu model. Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar (59,4%) responden adalah ibu rumah tangga. Seorang ibu rumah tangga memiliki waktu yang lebih banyak beraktivitas di rumah. Perkembangan motorik kasar anak baik oleh karena anak memiliki kesempatan belajar ketrampilan motorik kasar dari ibu. Anak akan belajar meniru apa yang dilakukan ibunya dan ibu juga meluangkan waktu untuk mengajar anak melakukan berbagai gerakan.

(62)

2.4. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Stimulasi Perkembangan dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun

Hasil analisa statistik dalam penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang pemberian stimulasi perkembangan dengan perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun di Kelurahan Kwala Bekala. Hasil penelitian yang didapat didukung oleh hasil penelitian oleh Pramusinta (2003) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang pemberian stimulasi perkembangan dengan perkembangan motorik kasar anak usia di bawah dua tahun di Kabupaten Purworejo.

(63)

perkembangan anak, menilai pertumbuhan atau perkembangan anak, dan mempunyai motivasi yang kuat untuk memajukan tumbuh kembang anak.

2.5. Hubungan Sikap Ibu tentang pemberian stimulasi perkembangan dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun

Analisa data yang dilakukan antara sikap ibu dengan perkembangan motorik kasar anak menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna sikap ibu tentang pemberian stimulasi perkembangan dengan perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun di Kelurahan Kwala Bekala. Hal ini juga didukung oleh penelitian Pramusinta (2003) yang memaparkan bahwa tidak ada hubungan sikap dengan perkembangan motorik kasar anak usia di bawah dua tahun. Tidak adanya hubungan antara sikap ibu tentang pemberian stimulasi perkembangan dengan perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun di Kelurahan Kwala Bekala kemungkinan disebabkan faktor lain yang lebih dominan dari sikap ibu.

Soetjiningsih (1995) menyatakan bahwa faktor lingkungan mempengaruhi perkembangan anak. Lingkungan yang baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan anak. Hurlock (1978) menyatakan bahwa kesempatan belajar anak, motivasi serta lingkungan yang mendukung merupakan hal yang penting bagi anak dalam mempelajari keterampilan motorik kasar.

(64)

sebayanya namun masih tetap dalam pengawasan ibu. Menurut asumsi peneliti hal ini dapat menjadi faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik kasar anak yang baik oleh karena anak memiliki kesempatan dan motivasi atau dukungan yang baik dalam belajar keterampilan motorik kasar dari lingkungannya. Bermain dengan teman sebaya dapat memotivasi anak dalam belajar gerakan dan mengasah kemampuan motorik kasarnya (Irwan, 2008).

Perkembangan motorik kasar juga dipengaruhi oleh asupan gizi dan kesehatan anak (Soetjiningsih, 2005). Asupan gizi yang cukup serta perawatan kesehatan anak yang baik akan mendukung perkembangan motorik kasar anak. Kecukupan protein akan meningkatkan pertumbuhan sel-sel otot yang baik dan kecukupan energi akan menjadi bahan bakar aktivitas gerak dimana hal tersebut akan mendukung kemampuan pergerakan anak.

(65)

BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan dari hasil analisa dan pembahasan serta rekomendasi mengenai hubungan pengetahuan dan sikap ibu tentang pemberian stimulasi perkembangan dengan perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun akan diuraikan di bab ini.

1. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden berada pada kelompok usia dewasa awal, lebih dari setengah responden memiliki latar belakang pendidikan SMA, dan paling banyak responden memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Mayoritas responden memiliki anak berjenis kelamin laki-laki dan memiliki anak usia 3 tahun.

(66)

pengetahuan dalam kategori baik , sikap dalam kategori baik , dan perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun dalam kategori baik.

Hasil penelitian juga menunjukkan nilai signifikansi (p)=0,782 (p>0,05) untuk hubungan pengetahuan dengan perkembangan motorik kasar dan nilai p=0,569 (p>0,05) untuk hubungan sikap dengan perkembangan motorik kasar sehingga disimpulkan penelitian ini menerima Ho yaitu tidak adanya hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu tentang pemberian stimulasi perkembangan dengan perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun di Kelurahan Kwala Bekala.

Tidak adanya hubungan antara pengetahuan ibu tentang pemberian stimulasi perkembangan dengan perkembangan motorik kasar anak disebabkan oleh meningkatnya pengetahuan yang tidak selalu diikuti oleh perilaku dengan kesadaran atau motivasi yang kuat dalam memberikan stimulasi perkembangan untuk perkembangan motorik yang pesat. Sedangkan tidak adanya hubungan antara sikap ibu tentang pemberian stimulasi perkembangan dengan perkembangan motorik kasar kemungkinan disebabkan oleh adanya faktor lain yang lebih dominan daripada sikap ibu terhadap perkembangan motorik anak seperti lingkungan, asupan gizi, dan kesehatan anak.

2. Rekomendasi

2.1. Bagi Pendidikan Keperawatan

(67)

2.2.Bagi Penelitian Keperawatan

(68)

DAFTAR PUSTAKA

Aprilina, Marisa. (2006). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Stimulasi Kinetik dengan Tingkat Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Prasekolah (3-5 Tahun) di Desa Pucangrejo Wilayah Kerja Puskesmas Gemuh Kendal. http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=44 diakses pada tanggal 15-06-2010

Arikunto. (2001). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Azwar, S. (1997). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Belajar Bakhtiar, Amsal. (2004). Filsafat Ilmu. Jakarta : RajaGrafindo Persada

Barlianto, Eva S. (2001). Ibu Bekerja VS Ibu Rumah Tangga. http://www.tabloid-nakita.com/khasanah/khasanah08408-01.htm diakses pada tanggal 26-06-2010

Chandra, Budiman. (1995). Pengantar Statistik Kesehatan. Jakarta : EGC

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2001). Profil Kesehatan Indonesia 2000. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Endah. (2008). Aspek Perkembangan Motorik dan Keterhubungannya dengan

Aspek Fisik dan Intelektual Anak.

http://parentingislami.wordpress.com/2008/03/01/aspek-perkembangan-motorik-dan-keterhubungannya-dengan-aspek-fisik-dan-intelektual-anak/ diakses pada tanggal 12-9-2009

Einon, Dorothy. (2005). Permainan Cerdas untuk Anak Usia 2-6 Tahun. Jakarta : Erlangga

Gatiningsih. (2010). Hubungan Tingkat Pengetahuan, Support Keluarga dengan Sikap Ibu dalam Memberikan Kolostrum di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kartasura. http://viewer.eprints.ums.ac.id/archive/etd/6402 diakses pada tanggal 20-06-2010

Haweni, Tri. (2008). Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Bekerja dan Tidak Bekerja tentang Stimulasi pada Pengasuhan Anak Balita. http://library.usu.ac.id/index.php?option=com_journal diakses pada tanggal 14-06-2010

Gambar

Tabel 2. Kriteria penafsiran korelasi  ...........................................................
Tabel 1. Keterampilan motorik kasar anak usia 3-5 tahun
Tabel 2. Kriteria Penafsiran Korelasi
Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase data demografi ibu di Kelurahan Kwala Bekala (n=32)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua tentang stimulasi dengan perkembangan motorik kasar anak berusia 0-5

Jadi, ibu yang mempunyai pengetahuan baik tentang perkembangan anak usia 4-5 tahun maka akan menstimulasi perkembangan anak terutama perkembangan motorik kasar dan

Selanjutnya, dilakukan analisis regresi linier sederhana yang digunakan untuk melihat ada tidaknya pengaruh motorik kasar terhadap perkembangan kreatifitas anak usia

Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian yang berjudul “Hubungan Stimulasi Motorik Kasar Dengan Perkembangan Anak Balita 3-5 Tahun Di Posyandu Kelurahan Mangunsuman

Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang disusun dalam penelitian ini yaitu ada hubungan antara stimulasi dini dengan perkembangan motorik kasar anak

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Hubungan Stimulasi Motorik Kasar Dengan Perkembangan Anak Balita 3-5 Tahun Di Posyandu Kelurahan

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu dengan Perkembangan Motorik kasar di TK Idhata Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2022 Analisis Univariat Jumlah

11618 untad.ac.id “PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI” Metodologi Penelitian 1 : Deskriptif Kuantitatif July 2023 In book: Metodologi Penelitian 1 pp.166-178 Publisher: MEDIA