• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Masyarakat Desa Terhadap Pembangunan Prasarana Transportasi Darat (Studi Deskriptif: Pada Desa Hutatinggi, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatra Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Partisipasi Masyarakat Desa Terhadap Pembangunan Prasarana Transportasi Darat (Studi Deskriptif: Pada Desa Hutatinggi, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatra Utara)"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

PARTISIPASI MASYARAKAT DESA TERHADAP

PEMBANGUNAN PRASARANA TRANSPORTASI

DARAT

(Studi Deskriptif: Pada Desa Hutatinggi, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatra Utara)

SKRIPSI

Oleh:

Abdul Haris Nasution

060901033

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul “ Partisipasi Masyarakat Desa Terhadap Pembangunan Prasarana Transportasi Darat”. Berangkat dari kondisi desa Hutatinggi yang begitu jauh tertinggal dan sangat membutuhkan pembangunan, khususnya prasarana transportasi. Sekarang ini pembangunan prasarana trasportasi sedang di galakkan di Kabupaten Mandailing Natal. Hutatinggi sekarang ini sedang mengalami pembangunan jalan trasportasi darat. Mulai dari pembangunan jalan hingga pembangunan gang desa. Ini semua merupakan proses perubahan yang terjadi di desa Hutatinggi. Pembangunan yang terjadi di desa Hutatinggi sebagian merupakan berawal dari masyarakat desa Hutatinggi. Masyarakat desa Hutatinggi tidak hanya menunggu pembangunan dari pemerintah pusat. Mereka mempunyai kekuatan untuk membuat sebuah perubahan di desa Hutatinggi. Masyarakat desa sekarang ini sudah berdaya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik studi deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data di lakukan dengan observasi, wawancara mendalam, studi kepustakaan dan Dokumentasi. Adapun yang menjadi unit analisis dan informan adalah warga desa Hutatinggi dan pihak pihak yang terkait dengan pembangunan desa Hutatinggi. Interperetasi data dengan mengunakan catatan-catatan dari setiap kali turun kelapangan.

(3)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT. Atas segala limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tercurah ke haribaan Rasulullah SAW, keluarganya, serta para sahabatnya yang telah berjuang membawa ummatnya ke jalan yang benar.

Skripsi ini di susun sebagai salah satu syarat untuk memproleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik yang berjudul “PARTISIPASI

MASYARAKAT DESA TERHADAP PEMBANGUNAN PRASARANA

TRANSPORTASI DARAT” (Studi Deskriptif: Pada Desa Hutatinggi,

Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatra Utara). Secara ringkas skripsi ini menggambarkan pembangunan prasarana trasportasi darat di desa Hutatinggi.

(4)

Izinkanlah penulis menyampaikan penghargaan yang tulus dan ucapan terima kasih yang mendalam kepada pihak pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

1. Bapak Prof. DR. M. Arif Nasution., MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. DR. Badaruddin Rangkuti, M.si. Selaku Ketua Departemen Sosiologi dan Ibu Dra. Rosmiani. M.si. Selaku sekretaris Departemen Sosiologi, Universitas Sumatra Utara.

3. Rasa hormat dan terimakasih yang tidak akan dapat penulis ucapkan dengan kata-kata kepada Bapak Drs. Sismudjito, M.si. Selaku dosen pembimbing penulis yang telah banyak mencurahkan waktu, tenaga, ide dan pemikiran dalam pembimbingan penulis dari awal kuliah hingga penulisan sripsi ini.

4. Segenap dosen, staf , dan seluruh pegawai Fakultas Ilmu social dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara kak Feni, kak Devi, dan Kak beti yang telah cukup banyak membantu administrasi penulis selama masa perkuliah.

5. Adik –adikku yang sangat kusayangi dan kucintai: Saqawi Nasution. Fadilah nasution, Nur Ropidah Nasution, Ahmad Sulaiman Nasution. Terimakasih atas doa, dukungannya.

(5)

7. Nenek Samsuddin “nenek saba laru”, Nenek bouk risda . yang telah banyak memberikan doa dan nasehatnya sehingga penulis bisa tetap semangat.

8. Udak Hardi Nasution, Udak Helmi Nasution, Udak sakban Nasution. Almarhum Uwak Derli Nasution, Etek Erna Nasution, Tulang Ahmad Rifai Nasution. “Terima kasih atas segala doa, dukungan dan perhatiannya.”

9. Nenek Puli beserta istri, Bapak sebayang beserta istri, Orang tua bang rabu, Nande Rabun, Bang Rabun, Bang Haris, Pak No, Bang Man “Terima kasih atas segala doa, dukungan dan perhatiannya”.

10.Sahabat Sahabatku satu kos selama kuliah yang bisa mengerti dan menerimaku baik dalam keadaan suka maupun duka: Bang Sakban Batubara (Teknik Elektro 01), Bang Ardi (Teknik Elektro 01), Kak Lena (FKM 04), bang Pahrul Rozi (FE 05),Bang Jamil (FMIPA 03) Suratman (Polmed 06), Munah (Keperawatan 07), Aziz (FK 06), Dian (Antro 07), Suaibah (FK 07). Darwin, Rahmad (Polmed 08), Uya (FMIPA 08) Akmal (FP 08). Arif, cipto (Siti hajar). Nafi, ari, Zay (FS).

11.Sahabat Sahabat ku yang terbaik: Ryan Parlindungan Nasution, Ahmad Efedi Siregar, Afwan, Semangat Bantuan baik moril, maupun materil, penulis bersukur dan bangga punya sahabat seperti kalian.

(6)

yang sangat menyenangkan yang saya pernah lalui bersama kalian selama menuntut Ilmu di Departemen Sosiologi Fisip USU.

13.Keluarga besar IMASI (Ikatan Mahasiswa Sosiologi) FISIP USU, Abang/kakak stambuk 2002-2005 dan adik adik junior sosiologi sambuk 2007-2009.

14.Abang abang di Forum Mahasiswa Sorik Marapi Mandailing Natal (FORMASI MADINA): bang Rozak, bang Pikar, bang Sein, bang Idris, bang Zainul Aris, bang mansur dan lain lain. Beserta adik adik: Sahir, Masitoh, ibarahim, siti dan lain lain.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi terdapat berbagai kekurangan, keterbatasan untuk itu penulis mengharapkan masukan dan yang sifatnya membangun demi kebaikan tulisan ini. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga tulisan ini bisa bermamfat bagi para pembaca, dan akhir kata penulis mengucapkan terima kasih banyak pada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.

Medan, Maret 2010 (Penulis)

(7)

DAFTAR ISI

halaman

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ...vi

Daftar Tabal Dan Gambar ...vii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 6

1.3.Tujuan Penelitian ... 6

1.4.Manfaat Penelitian ... 7

1.4.1 Manfaat teoritis ... 7

1.4.2 Manfaat Praktis ... 7

1.5. Defenisi Konsep ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa ... 9

2.2. Pembangunan Pedesaan ... 10

2.3. Manfaat Perencanaan Pembangunan Partisipatif ... 15

BAB III METODE PENELITIAN... 17

3.1. Jenis Penelitian ... 17

3.2. Lokasi Penelitian ... 17

3.3. Unit Analisa dan Informan ... 17

3.3.1. Unit Analisa ... 18

3.3.2. Informan... 18

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 18

3.5. Interpretasi data ... 20

3.6. Jadwal Kegiatan ... 20

3.7. Keterbatsan Penelitian ... 21

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPERETASI DATA ... 22

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 22

4.1.1. Sejarah Desa Hutatinggi ... 22

4.1.2. Keadaan alam dan batas wilayah desa Hutatinggi. ... 26

4.1.3. Pemerintahan Desa ... 29

4.1.4. Keadaan Penduduk dan penguasaan lahan. ... 32

A. Keadaan Penduduk ... 32

B. Kondisi rumah ... 34

C. Penguasaan Lahan ... 34

D. Jenis pekerjaan ... 35

(8)

2. Saran pendidikan. ... 38

3. Sarana Kesehatan. ... 40

4. Sarana Olah raga. ... 41

5. Organisasi Sosial. ... 41

6. Sarana komunikasi. ... 42

7. Rumah Ibadah. ... 42

4.2. Profil Informan ... 43

4.2.1. Informan Kunci (key Informan) ... 43

4.2.1. Informan Biasa ... 52

4.3. Kondisi Desa Hutatinggi Sebelum Adanya Pembangunan... 55

4.4. Awal mula pembangunan jalan di desa Hutatinggi. ... 57

4.4.1.Pembangunan jalan dari desa Hutatinggi menuju Desa Pastap Julu ... 57

4.4.2.Pembangunan jalan raya dari desa Maga menuju desa Hutatinggi. ... 63

4.4.3. Pembangunanan gang desa ... 66

4.4.4.Pembangunan jalan menuju persawahan masyarakat desa Hutatinggi. ... 67

4.4.5. Pembangunan Jalan Menuju Sekolah Dasar ... 78

4.4.6.Pembangunan jalan di desa Hutatinggi. PNPM mandiri (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) ... 80

BAB V PENUTUP ... 83

5.1. Kesimpulan ... 83

5.2. Saran ... 84

(9)

ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul “ Partisipasi Masyarakat Desa Terhadap Pembangunan Prasarana Transportasi Darat”. Berangkat dari kondisi desa Hutatinggi yang begitu jauh tertinggal dan sangat membutuhkan pembangunan, khususnya prasarana transportasi. Sekarang ini pembangunan prasarana trasportasi sedang di galakkan di Kabupaten Mandailing Natal. Hutatinggi sekarang ini sedang mengalami pembangunan jalan trasportasi darat. Mulai dari pembangunan jalan hingga pembangunan gang desa. Ini semua merupakan proses perubahan yang terjadi di desa Hutatinggi. Pembangunan yang terjadi di desa Hutatinggi sebagian merupakan berawal dari masyarakat desa Hutatinggi. Masyarakat desa Hutatinggi tidak hanya menunggu pembangunan dari pemerintah pusat. Mereka mempunyai kekuatan untuk membuat sebuah perubahan di desa Hutatinggi. Masyarakat desa sekarang ini sudah berdaya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik studi deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data di lakukan dengan observasi, wawancara mendalam, studi kepustakaan dan Dokumentasi. Adapun yang menjadi unit analisis dan informan adalah warga desa Hutatinggi dan pihak pihak yang terkait dengan pembangunan desa Hutatinggi. Interperetasi data dengan mengunakan catatan-catatan dari setiap kali turun kelapangan.

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah Negara yang memiliki 70.611 desa yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia, dan sekitar dari 32.376 desa tergolong desa yang tertinggal yang membutuhkan pembangunan.

(http:/groups.yahoo.com/group/lingkungan/essage/28317)

Di Indonesia, masyarakat desa banyak bekerja di sektor pertaniaan, dan sebagian lagi bekerja sebagai nelayan. Hidup sederhana adalah ciri khas dari pada masyarakat Desa. Kebanyakan masyarakat desa masih bekerja secara sederhana (bersifat sebagai gaya hidup). dan belum beriorentasi secara ekonomis. Kehidupan di desa masih memiliki rasa solidaritas yang tinggi. Rasa kegotong-royongan masih terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Keramah-tamahan dan sopan santun masih terpelihara.

Sumatra Utara sebagi salah satu Provinsi di Indonesia. Masyarakatnya masih banyak yang tinggal di pedesaan, dan belum tersentuh oleh pembangunan. Desa-desa tersebut membutuhkan pembangunan sehingga dapat meningkatkan kesejahtraan masyarakat.

Sebanyak 818 desa masih tergolong sebagai daerah yang tertinggal, dan diantaranya tersebar di enam kabupaten tertinggal di Sumatra Utara (SUMUT), yaitu Dairi (95 Desa), Nias Selatan (206), Tapanuli Tengah (68), Pakpak Barat (42), Nias (313), dan samosir (94). Sisanya, 1.931 Desa tertinggal, terdapat di kabupaten lain yang tidak termasuk kabupaten tertinggal.

(11)

Dalam konteks yang lebih kecil lagi, Sumatra Utara yang memiliki beberapa kabupaten, salalah satunya adalah Mandailing Natal. Sebelum Mandailing Natal menjadi sebuah kabupaten, wilayah ini masih termasuk kabupaten Tapanuli Selatan. Setelah terjadi pemekaran, dibentuklah kabupaten Mandailing Natal berdasarkan undang undang Nomor 12 tahun 1998, secara formal di resmikan oleh Menteri dalam Negeri pada tanggal 9 Maret 1999.

Masyarakat Mandailing Natal terdiri dari suku/etnis Mandailing, Minang, Jawa, Batak, Nias, Melayu dan Aceh, namun etnis mayoritas adalah etnis Mandailing 80,00 % etnis Melayu Pesisir 7,00% dan etnis jawa 6,00 %. Etnis Mandailing Sebagian besar mendiami daerah mandailing, sedangkan Melayu dan Minang mendiami daerah Pantai Barat.

(12)

Di Kabupaten Mandailing Natal (Madina) masih banyak desa yang belum tersentuh Jaringan Listrik PLN. Tujuh desa di kecamatan Kotanopan, Kabupaten Madina belum tersentuh jaringan listrik. Selain di kecamatan Kotanopan sejumlah desa di kecamatan lainnya juga bernasib sama. Desa-desa di kecamatan Kotanopan yang belum di masuki jaringan listrik tersebut meliputi Desa Batahan, Sopo Sorik, Muara Potan, Patialo, Simandolam, Gunung Tua Simandolam dan Desa Simpang Pinang, Di Kecamatan Muara Sipongi ada satu yakni Desa Silogun. Di kecamatan Panyabungan Desa Sopo Batu. Kecamatan Ulu Pumgkut, Dudu Dolok. Kecamatan Siabu , Desa Tanjung Sialang. Kecamatan Natal Desa Sundutan Tigo.

Kecamatan Muara Batang Gadis dan Kecamatan Batang Natal termasuk dua kecamatan yang paling banyak desanya yang tak memilki jaringan listrik. Di kecamatan Muara Batang Gadis meliputi desa Manuncang, Hutaimbaru, Rantau Panjang, Lubuk Kapundung, sikapas panungulan , Batu Mundom, Tagilang Julu dan Desa Sali Baru.

Kecamatan Batang Natal meliputi desa Aek Nabara, Ampung Julu, Guo Batu, Aek Holbung, Hadangkahan, Aek Manggis, Aek Baru Julu, Lubuk Bondar dan Desa Tor Naincat. Di Kecamatan Batahan ada dua desa yakni desa Sondet dan Pulau Tamang. Kecamtan Lingga Bayu satu desa yaitu desa Simpang Durian.

(13)

jauh berada di pedalaman. Selain itu , PT. PLN (persero) masih menghadapi persoalan angaran pendanaan bagi perluasan jaringan menuju desa- desa terisolir. (http:/www\harian Sinar Indonesia baru>>blog archive <<34 desa di Madina belum tersentuh jaringan listrik PLN.htm)

Salah satu kecamatan yang ada di kabupaten Mandailing Natal adalah kecamatan Puncak Sorik Marapi. Kecamatan Puncak Sorik Marapi berada tepat di bawah kaki gunung Sorik Marapi . Desa desa yang ada di kecamatan Puncak Sorik Marapi berada tepat di bawah gunung tersebut. Mata pencaharian masyarakat desa yang ada di kecamatan Puncak Sorik Marapi adalah bertani dan ada sebagian yang mengantungkan hidupnya di hutan.

Salah satu desa yang ada di kecamatan puncak sorik marapi adalah desa Hutatinggi. Desa tersebut di kelilingi oleh hutan dan gunung yang masih aktif. Letaknya sangat jauh dari pusat keramaian seperti ibu kota kabupaten yang menjadi pusat pemerintahan dan perekonomian. Kondisi pemukiman penduduk yang masih sangat sesuai dengan alam. Artinya alam masih menyediakan segalanya untuk masyarakat yang tinggal di tepat tersebut. Alam masih menjadi sumber kehidupan masyarakat. Rumah-rumah masih terbuat dari kayu yang di ambil dari hutan. Rumah penduduk masih berbentuk rumah panggung yang atapnya terbuat dari ijuk yang bersal dari pohon aren . dari pohon aren tersebut masyarakat juga bertani gula aren.

(14)

masyarakat masih mempercayai mistik tentang pegunungan tersebut salah satunya apabila mendaki gunung, perempuan tidak boleh di ajak untuk ikut mendaki gunung karena akan mengakibatkan kabut besar dan para pendaki akan kehilangan jejak untuk pulang.

Perubahan seperti alat alat musik seperti keyboard dan lainnya yang berbau modern belum boleh dihidupkan di pemukiman penduduk yang berada di sekitar pegunungna Sorik Marapi karena di anggab gunung akan bergoyang dan akan mengakibatkan meletusnya gunung tersebut. Maka alat musik sangat dilarang.

Sekarang ini pemerintah daerah mulai membangun jalan jalan yang ada di kabupaten Mandailing natal. Selah mulai dibagun, bahkan yang lebih jelasnya pembangunan sekarang ini sudah sampai pada pelosok desa yang jauh sekali dari kota. Dan di desa mulai di bangun jalan jalan yang berjeniskan “gang” yang menghubungkan jalan dari rumah penduduk ke jalan aya. Gang tersebut sekarang ini mulai di bangun di berbagai daerah di mandailing natal. Sekarang ini pembangunan mulai di lakukan di desa Hutatinggi.

(15)

serta dalam dalam perencanaan pembangunan. Masyarakat yang di ikutkan masih ada yang bersifat tradisional artinya masyarakat desa masih ingin tetap ingin seperti yang sudah ada. Masyarakat tidak mau adanya sebuah perubahan terhadap sruktur maupun sosial ekonomi masyarakat desa. Masyarakat desa sudah merasa tidak perlu lagi dengan adanya sebuah perubahan.

Namun masyarakat yang lain tetap menginginkan adanya sebuah perubahan terhadap desa Hutatinggi, karena mereka sudah membandingkan dengan dunia luar jadi ada rasa kebutuhan untuk pembangunan tersebut. Warga yang tidak menginginkan perubahan tersebut karena kurang berhungun dengan dunia luar. Pembangun jalan raya sering mengalami kendala karena penolakan masyarakat terhadap pembangunan masyarakat. Padahal dengan adanya pembangunan tersebut masyarakat semakin mudah untuk melakukan hubungan dengan dunia luar.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Bagaimana Partisipasi Masyarakat Desa Terhadap Pembangunan

Prasarana Transportasi Darat?

1.1Tujuan Penelitian

(16)

1. Mengetahui partisipasi masyarakat Desa Hutatinggi dalam pembangunan Prasarana transportasi darat.

2. Mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pembangunan Prasarana transportasi darat di Desa Hutatinggi.

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai kondisi pedesaan di Indonesia dan dapat memberi kontribusi positif secara akademis bagi kajian sosiologis, khususnya sosiologi pedesaan.

1.4.2 Manfaat Praktis

(17)

1.5 Defenisi Konsep

1. Partisipasi : keterlibatan seseorang dalam sebuah kegiatan atau pekerjaan atas kehendak sendiri, baik dalam hal perencanaan, pelaksanaan hingga pada proses pengawasan.

2. Masyarakat: kumpulan dari beberapa individu dan kelompok, yang hidup dalam suatu daerah tertentu, yang di atur oleh norma-norma, nilai-nilai yang sipatnya memaksa. Masyarakat juga mempunyai lembaga/institusi.

3. Partisipasi masyarakat adalah: keterlibatan anggota masyarakat dalam sebuah kegiatan atau pekerjaan, meliputi perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) pekerjaan di dalam masyarakat.

4. Pembangunan: suatu usaha untuk meningkatkan ekonomi masyarakat melalui peningkatan infrasturuktur masyarakat.

5. Prasarana : Suatu bentuk fasilitas umum yang di persediakan untuk melayani masyarakat sehingga memudahkan masyarakat dalam melakukan kegiatan.

6. Pembangunan prasarana: suatu usaha untuk meningkatkan ekonomi masyarakat melalui peningkatan fasilitas umum serperti infrasturuktur masyarakat.

7. Trasportasi darat: suatu bentuk sarana trasportasi dengan menggunakan jalan raya, maupun berbentuk gang untuk memudahkan berhubungan dengan dunia luar.

(18)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1.Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa

Partisipasi anggota masyarakat adalah ketertiban anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program/proyek pembangunan yang dikerjakan dalam masyarakat lokal.

Pastisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan (pedesaan) merupakan aktualisasi dari kesediaan dan kemampuan anggota masyarakat berkorban dan berkoordinasi dalam implemetasi program/proyek yang dilaksanakan.

Dimaklumi bahwa anggaran pembangunan yang tersedia adalah relatif terbatas sedangkan program/proyek pembangunan yang dibutuhkan (yang telah direncanakan) jumlahnya relative banyak, maka perlu dilakukan peningkatan pertisipasi masyarakat untuk menunujang implementasi pembangunan program/proyek di masyarakat.

(19)

Alasan atau pertimbangannya adalah anggota masyarakat dianggap bahwa mereka mengetahui sepenuhnya tentang permasalahan dan kepentingannya atau kebutuhannya.

1. Meraka memahami sesungguhnya tentang keadaan lingkungan sosial dan ekonomi masyarakatnya

2. Mereka mampu menganalisis sebab akibat dari berbagai kejadian yang terjadi dalam masyarakat.

3. Mereka mampu merumuskan solusi untuk mengatasi permasalahan dan kendala yang dihadapi masyrakat.

4. Meraka mampu memanfaatkan sember daya pembangunan (SDA, SMD dan TEKNOLOGI) yang dimiliki untuk meningkatkan produksi dan produktifitas dalam rangka mencapai sasaran pembangunan masyarakat

5. Anggota masyarakat dengan upaya meningkatkan kemampuan dan SDM-nya sehingga dengan berlandaskan pada kepercayaan diri dan kewaspadaan yang kuat mampu menghilangkan sebagian besar tergantung pada pihak luar

2.2. Pembangunan Pedesaan

(20)

masing- masing desa memproleh jumlah dan yang relative kecil, sehingga pemampaatanya kurang berhasil

Desa sebagai unit produksi (utamanya sektor pertanian dalam arti luas) mempunyai peranan yang sangat penting sebagi penyangga daerah perkotaan. Kurang berhasil pembangunan desa pada masa lalu, maka pada masa sekarang ini pemerataan dan keadilan perlu di modivikasi dengan:

(1) pendekatan spasial dalam bentuk pembentukan desa pusat pertumbuhan (DPP) dan kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa (KTP2D) dan

(2) pembangunan dilakukan secara partisipatif

Pendekatan yang diarahkan pada masing masing desa itu (pada masa lalu) dapat di ibaratkan seperti sebatang lidi yang berdiri sendiri, jelas sangat bermamfat, sebaliknya jika lidi lidi tersebut di himpun di persatukan dalam bentuk sapu lidi akan lebih kuat dan lebih bermampaat ( Desa Pusat Pertumbuhan Dan Desa Desa Hinterland Dan Kawasan Terpilih Pusat Pertumbuhan Desa)

(21)

setempat. Jadi perencanan di lakukan secara Bottom-up (dari lapisan masyarakat grass rool) dan merupakan pendekatan partisipatif dan sepesial.

Menurut McClledland yang menyarankan dalam sebuah hipotesanya “Dorongan kearah kejayaan “ itu bahwa kejayaan yang selalunya wujud dalam sebuah masyarakat yang menghadapi sifat individualiasme yang sangat tinggi, susunan persangan, serta mempunyai dorongan yang kuat untuk maju. ( Mohd Shukri Abdullah. 1989:37)

Dalam hal tersebut pembangunan saran teranan transportasi desa telah membuat masyarakat menjuat kerah kemajuan. Pembangunan trasportasi desa akan membuat semangat masyarakat menuju dalam sebuah perubahan. Informasi informasi akan cepat masuk ke dalam desa. Keinginan yang kuat untuk maju membuat masyarakat untuk berubah. Dalam teorinya McCledland perubahan itu bukan dari pemerintah melainkan berasal dari masyarakat itu sendiri. Adanya pembangunan saran trasportasi baik jalan maupun yang berjeniskan gang akan mendorong masyarakat kearah kemajuan.

Adanya dorongan yang kuat untuk maju yang berasal dari sebagaian masyarakat desa Hutatinggi untuk tetap membangun sarana trasportasi merukan ciri-ciri dari pada masyarakat yang sudah mempunyai pandangan kedepan. Mereka sudah beriorentasi secara ekonomis dan tidak terkungkung oleh nilai nilai yang lama, sehingga membuat masyarakat tetap staknan.

(22)

menjawab beberapa pertanyaan mendasar yang berkaitan dengan peningkatan-peningkatan partisipatif dan produksi penduduk/masyarakat:

1. Bagaimana dapat mendorong partisipasi masyarakat, terutama keluarga keluarga berpendapatan rendah dalam proses pembanguan.

2. Bagaimana dapat mencipatakan kegiatan perekonomian antara sektoral di tingkat desa.

3. Bagaimana dapat menyususun perencanan dalam program pembangunan yang di butuhkan masyarakat pedesaaan.

Konsep perencanaan yang dilakasanakan sebelum Revelita IV (1983/1984) merupakan Top-Down Planning. Filosospi pembangunan dalam beberapa dasawarsa waktu itu adalah bertumpu pada paradigma klasik (Trickling Down Effect atau dampak tetesan kebawah). Dampak tetesan kebawah merupakan

mekanisme pembangun yang instruktif dan bersiapat Top Down. Konsep pembanganan ini di motivasi oleh semangat pembangunan yang mengangap pertumbuhan maksimal. Melalui produktipitas yang tinggi dan kompleksitas produksi (Production development centre). Aplikasi konsep yang hegemonitik ini telah menimbulkan berbagai masalah yang cukup serius, misalanya ketimpangan, kemiskinan, keterbelakangan dan kemasalasan. Dampak negatif tersebut secara tidak langsung mengakibatkan ke marginalisasian masyarakat bawah (grassroot).

(23)

dalam implementasi dan pelembagaan dari konsep pembangunan pedesaan ini, yakni:

• Prefensi (kepentingan) masyarakat, banyak program pembangunan di

susun dengan tidak memperhatikan kebutuhan dan kehendak masyarakat setempat secara luas.

• Lingkungan sosial budaya, tampa di sadari paradigma pembangunan

yang di laksananakan ternyata tidak serasi dan bahkan bertentangan dengan budaya tradisional.

• Kehidupan sosial dan budaya, semata- mata lebih menekan pada aspek

fisik dan ekonomi sehingga program pembangunan ternyata banyak di antranya telah menimbulkan dampak negative sehingga merusak ekologi lingkungan.

(24)

mengantikan top- down, ternya memiki kekurangan bahkan kegagalan di sebakan oleh tidak memperhatikan aspirasi masyarakat sehingga masyarakat tidak berpatisipasi secara aktif dalam pembangunan

Pembangunan masyarakat desa pada dasarnya merupakan masyarakat yang didukung oleh pemerintah untuk memajukan masyarakat desa. Oleh karena itu pendekatan utama yang di gunakan dalam pembangunan desa adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan partisipatif yang melibatkan warga masyarakat desa dengan segenap proses pembangunan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengambilan, dan pemanfaatan hasil hasilnya.

2. Pendekatan kemandirian yang menitik beratkan pada kegiatan dan usuha berdasarkan kemandirian lokal.

3. Pendekatan keterpaduan, yakni mengarahkan kegiatan pembangunan secara sektoral dan lintas daerah ke dalam suatu proses pembangunan yang menyeluruh dan terpadu.

2.3. Manfaat Perencanaan Pembangunan Partisipatif

(25)

pasar, jalan desa, dan sebagainya). Dalam proses komunikasi dan diskusi dalam kelompok masyarakat adalah kesejajaran dari semua peserta. Diskusi seharusnya mencerminkan masalah yang terkai orang dalam masyarakat.

Perencanaan secara partisipatif di perlukan Karena memberi mamfaat sekuarang kuarangnya, yaitu:

A. Anggota masyarakat mampu secara kritis menilai lingkungan sosial ekonominya dan mampu mengidentifikasi bidang-bidang atau sektor-sektor yang perlu dilakukan perbaikan, dengan demikian perlu di lakukan arah masa depan mereka.

B. Anggota masyarakat dapat berperan dalam merencanakan masa depan masyarakat tampa memerlukan bantuan para pakar atau instansi perencana pembangunan dari luar daerah pedesaan. C. Masyarakat dapat menghimpun sumber daya dan sumber dana

(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Peneletian deskriptif dimaksudkan untuk mendeskriptifkan situasi atau area populasi tertententu yang bersifat factual secara sistematis dan akurat. Penelitian desktiptif dapat pula diartikan sebagai penelitian yang di maksudkan untuk memotret fenomena individu, situasi, atau kelompok tertentu yang terjadi secara kekinian. ( Sudarwan Denim.2002:41)

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Hutatinggi, kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal. Adapun alasannya pemilihan lokasi di daerah tersebut karena daerah desa Hutatinggi sekarang ini mengalami pembangunan infrastuktur desa yang cukup luas. Dan pembangunan di desa Hutatinggi selama ini yang di lihat oleh peneliti banyak kendala yang di hadapi. Di samping itu karena alasan moral, peneliti merasa bertanggung jawab terhadap tanah kelahiran peneliti.

3.3. Unit Analisis Dan Imforman

(27)

Adapun unit analisis dalam penelitian ini adalah masyarakat desa Hutatinggi, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal.

Informan adalah Subjek yang memahami imformasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang mahami objek penelitian . (Burhan Bungin.2007:76)

Dalam penelitian ini peneliti membagi informan ke dalam dua kategori yaitu:

A. Informan kunci yaitu:  Tokoh masyarakat Tokoh agama Tokoh adat

B. Informan biasa yaitu:

Sebagian masyarakat desa Hutatinggi dengan menggunakan teknik snow ball. Teknik ni merupakan teknik penentuan informan penelitian dengan mengikuti informasi-informasi dari informan sebelumnya.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data di lakukan agar data yang di proleh untuk kebutuhan dalam rangka penelitian. Sehingga penelitian ini kebenaran datanya dapat di jamin. Adapun teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(28)

A. Observasi partisipasi adalah pengumpulan data melalui observasi terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan serta berada dalam aktivitas kehidupan objek pengamatan. Dengan demikian, pengamatan betul-betul menyelami kehidupan objek pengamatan dan bahkan tidak jarang pengamatan kemudian mengambil bagian dalam kehidupan budaya mereka. ( Burhan Bungin. 2007:161)

B. Wawancara mendalam adalah proses memproleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab sampai bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang di wawancarai, dengan atau tampa pedoman (guide) wawancara. Dimana pewawancara dan imforman telibat dalam kehiduapan social yang relative lama. Dengan demikian, ke khasan wawancara mendalam adalah keterlibatan informan dalam kehidupan imforman. (Burhan Bungin. 2007:108)

2. Data sekunder, dapat di peroleh melalui:

A. Studi kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan berbagai literature seperti buku, majalah, jurnal, laporan penelitian dan lain lain.

(29)

C. Metode penelususran data online

Perkembangan internet yang semakin maju pesat serta telah mampu menjawab berbagi kebutuhan masyarakat saat itu mungkin. Para akademis mau tak mau menjadikan internet sebagi salah satu medium atau ranah yang sangat bermamfaat bagi penelusuran berbagi imformasi, mulai dari imformasi teoritis maupun data-data perimer atau pun sekunder yang di inginkan oleh peneliti untuk keburtuhan penelitian. . (Burhan Bungin. 2007:124)

D. Hasil penelitian terdahulu.

3.5. Interperetasi Data

Data yang akan di peroleh dari lapangan akan di susun di uraikan dan di kelompokkan dan pola uraian tertentu. Disini peneliti akan mengumpulkan data dari responden dan imporman selanjutnya akan di pelajari.

3.6. Jadwal kegiatan

Tabel. 1 Jadwal kegiatan

NO Kegiatan

Bulan ke

1 2 3 4 5 6

1 Pra-observasi √

2 ACC Judul

(30)

4 Seminar proposal penelitian √

5 Revisi Provosal Penelitian √

6 Penelitiam lapangan √

7 Pengumpulan data dan analisis data √

8 Bimbingan √

9 Penulisan laporan ahir √ √

10 Sidang meja hijau √

3.7. Keterbatasan Penelitian.

Sebagai peneliti yang belum berpengalaman, penulis merasakan banyak kendala yang di hadapi, salah satunya adalah penulis masih belum menguasai secara penuh teknik dan metode penelitian sehingga dapat menjadi keterbatasan dalam mengumpulkan dan menyajikan data. Kendala tersebut di atasi melalui proses bimbingan dengan dosen pembibing skripsi, selain bimbingan dengan dosen pembimbing, penulis juga berusaha untuk mencari berbagai imformasi dari berbagai sumber yang dapat mendukung proses penelitian ini. Terbatasnya waktu yang di miliki informan juga mempengaruhi pengerjaan tulisan ini. Para informan yang bekerja sebagi petani hanya dapat di jumpai pada malam hari karena hampir seharian penuh mereka bekerja di ladang mereka masing masing.

(31)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPERETASI DATA

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1. Sejarah Desa Hutatinggi

Sejarah berdirinya desa Hutatinggi sampai saat ini belum ada seraca tertulis. Penulis membuat tulisan ini berdasarkan wawancara yang di lakukan oleh tokoh adat yang ada di di desa Hutatinggi dan sisilah Marga Nasution. Dari hasil wawancara yang di lakukan dengan informan kunci dan di proleh informasi bahwasanya yang membuka desa Hutatinggi adalah raja dari marga nasution yang berasal dari desa Hutanamale. Nama dari raja yang telah membuka desa Hutatinggi yaitu: Sutan Nagodang.

Menurut penuturan tokoh adat, dulunya Sutan Nagodang ini adalah raja yang ada di desa Hutanamale, Desa Hutanamale ini adalah desa yang tempatnya bertetanggaan dengan desa Hutatinggi sekarang ini. Raja tersebut sudah tinggal sejak lama di desa Hutanamale. Kakek dari Raja tersebut berasal dari daerah Pidoli Dolok yang merupakan tempat marga nasution berasal. Namun untuk mempertahankan hidup di sebabkan karena lahan semakin sempit, maka raja Pidoli Dolok menyuruh keluarganya untuk pidah ke berbagai daerah dan banyak dari mereka yang melakukan perpindahan menjadi raja. Jadi ini yang menyebabkan banyak marga Nasution menjadi raja di berbagi daerah.

(32)

pengamatan penulis dan penuturan para orang tua dulu masyarakatnya belum memeluk agama islam, namun masih memeluk agama yang sering di sebut dengan agama “sipele begu” yaitu memuja pepohonan dan roh-roh halus yang ada di hutan. Ini di buktikan dengan di temukannya pekuburan raja marga nasution di desa Sibanggor yang kuburannya menghadap ke timur.

Dulu masyarakat yang di desa Hutanamale telah megalami kehabisan

lahan untuk di jadikan lahan pertanian, ini di sebabkan karena masyarakatnya hidup dengan bertani. Dan bertani secara berpindah pindah. Maka raja mengambil keputusan untuk mencari temapat yang lain yang dapat di jadikan lahan pertanian. Maka sebagian desa Hutanamale pindah ke daerah yang tanahnya perbukitan dan masih hutan belantara. Masyarakat membuka kampung Hutatinggi dengan cara menebangi pohon-pohon yang ada di bukit tersebut. Setelah pohon di tebangi maka masyarakat mulai membangun rumahnya, dan menurut penuturan para tokoh adat. Masyarakat yang pindah dari desa Hutanamale hanya beberapa rumah tangga. Mereka pindah dengan di pimpin oleh raja Sutan Nagodang. Dan sebagian masyarakat masih takut karena dulu masih banyak harimau yang berkeliaran di daerah yang hendak mau di jadikan tempat tinggal.

(33)

Masyarakat hidup dengan tenteram. Masyarakat hidup dengan di pimpin oleh raja. Jadi raja lah yang memimpin desa. Raja yang membuat peraturan dan hukum-hukum adat. Misalanya raja mengutif pungutan untuk pembangunan desa yaitu berbentuk padi. Atau yang sering di sebut pajak desa. Padi tersebut di ambil dari petani yang panen dan setelah itu padi tersebut di simpan di tempat lumbung padi yang merupakan tempat penyimpanan padi.

Ke gunaan padi ini untuk ke butuhan desa dan masyarakat bisa meminjamnya jika masyarakat membutuhkanya. Raja di gantikan oleh anaknya dengan sebutan sutan begitulah berjalan terus menerus samapai pada 5 keturunan. Yang terahir memimpin raja namanya adalah raja Junjungan. Raja Junjungan masih memipin dengan sistem kerajaan. Rumahnya masih ada di desa Hutatinggi dan sering di sebut dengan “Bagas Godang”. :Bagas Godang sering di jadikan sebagi temapat musyawarah-musayarah adat. Dan halamanya rumahnya sering di jadikan sebagi tempat acara umum.

(34)

di desa Hutatinggi. Pemerintahan desa masih menjadikan para tokoh adat dalam merumuskan kebijakan desa. Artinya kekuatan tokoh adat masih di perhitungkan.

Pada tanggal 9 Maret 1999 Mandailing Natal. secara formal di resmikan oleh Menteri dalam Negeri dan menjadi sebauah kabupaten di provinsi Sumatra utara. berdasarkan undang undang Nomor 12 tahun 1998. dan terdiri dari 8 kecamatan. Dan pada tahun 2003 setelah di lakukan pemekaran jumlah kecamatan bertambah menjadi 17. salah satu kecamatan yang di mekarkan adalah kecamatan kotanopan. Sejak berdirinya Tapanuli Selatan, Hutatinggi sudah ber induk kan ke kecamatan Kotanopan yang ber ibu kota di Kotanopan. Setalah berdirinya kabupaten Mandailing Natal, sebagai sebuah kabupaten yang baru. Kota Nopan masih menjadikan sebagi pusat pemerintahan.

Setelah waktu demi waktu berjalan, dan untuk memajukan daerah maka kecamatan Kotanopan di bagi ke dalam 4 kecamatan. Sedangkan desa Hutatinggi menjadi kawasan kecamatan laru-tambangan. Sebenarnya desa Hutatinggi lebih dekat dengan kecamatan lembah sorik marapi yang beribu kotakan. Pasar maga. Namun desa Hutatinggi lebih ikut dengan desa yang ada di sekitar desa Hutatinggi. Ini di sebabakan karena desa desa yang ada di sekitar Hutatinggi mengalami konflik vertikal. Ini di sebabakan karena masalah pengolahan kayu yang ada di sekitar gunung sorik marapi.

(35)

Menurut penuturan tokoh masyarakat proses penentuan pertapakan dari kantor kecamatan. Maka tokoh-tokoh adat desa di kawasan Puncak Sorik Marapi mengadakan pertemuan. Hampir setiap minggu para tokoh masyarakat melakukan pertemuan. Untuk mencapai kesepakatan di mana di letakan kantor kecamatan. Dari pertemuan masing masing desa menunjukkan ke egoisan sendiri. Setiap desa bersedia untuk di jadikan sebagi tempat didirikanya kantor kecamatan. Namun dari musyawarah masyarakat mengatakan bahwa pertapakan dari kantor kecamatan harus di beri ganti rugi, Sementara pemerintah kabupaten tidak akan memberikan kantor kecamatan kalau pertapakanya harus ganti rugi. Dari perseteruan yang terjadi banyak yang bersedia memberikan tanahnya untuk di jadikan kantor kecamatan. Dan setelah di observasi ternya tanahnya tidak ada yang mau di ajukan. Setelah beberapa perseteruan maka masyarakat dari desa sibanggor tonga bersedia memberikan tanahnya untuk di jadikan sebagai tempat pertapakan kantor camat. Kantor camat yang sekarang ini merupakan dulunya sawah masyarakat desa sibanggor tonga, yang hasilnya di sumbangkan untuk kas desa. Namun untuk ke majuan bersajama masyarakat sibanggor tonga memberikan untuk dijakan sebagai pertapakan. Dan sekarang ini pusat pemerintahan dari kecamatan Puncak Sorik marapi adalah sibangggor tonga.

4.1.2. Keadaan alam dan batas wilayah desa Hutatinggi.

(36)

karena rumah penduduk yang berada di tebing, maka penduduk menanaminya dengan pepohonan. Pohon pohon tersebut menjaga agar tidak longsor dan tanah tetap terjaga. Dan jika hujan turun maka air bisa di tampung oleh pohon. Jenis pohon yang di tanama adalah sejenis tanam-tanaman tua. Seperti jeruk manis. Di kabupaten Mandailing Nalal, Dulu masih kabupaten Tapanuli Selatan. dan Merupakan daerah penghasil jeruk terbanya,

Keadaan alam yang cukup asri dan penomena pemandangan gunung sorik marapi membuat pemandangan alam dari desa hutatinggi cukup mengagumpakan, di sebelah barat maka akan nampak gunung sorik marapi yang berdiri begitu megahnya. Gunung berdiri menjulang tinggi. Jika cuaca cerah maka gunung tersebut tampak indah dan tampak mengagumkan. Gunung yang berwarna biru setiap hari mengeluarkan asap, karena gunung tersebut masih aktif. Jika cuaca mendung maka gunung akan di selimuti oleh kabut asap yang tebal, sehingga puncak gunung tidak tampak.

Asap vulkanik dari mulut gunung sorik marapi , sangat bermamfat bagi masyarakat yang ada di sekitar gunung sorik marapi. Akibatnya tanah menjadi subur dan tumbuh tumbuhan menjadi tumbuh subur. Kondisi ini di mamfaatkan oleh penduduk. Masyarakat mengelola tanam tanaman menjadi lebih mudah. Sayur sayuran yang yang ditanam akan tumbuh subur.

(37)

sangat potensial untuk di jadikan sebagai objek pariwisata yang dapat menyumbangkan pendapatan penduduk bahkan pendapaan daerah sekali pun.

Secara geografis desa hutatinggi memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah timur berbatas dengan wilayah desa hutan desa Angin Barat, dan Laru Dolok. Antara desa hutatinggi dengan angin barat dibatasi kurang lebih sekitar ±7 kilometer, sedangkan ke laru sekitar ±7 kilometer. Batas antara kedua desa tersebut di pisahkan oleh hutan belantara, perkebunan keret dari penduduk dan sawah sawah dari penduduk.. masyarakat dari ke tiga kampong ini melakukan usaha pertanian di lokasi yang sering di sebut “Saba sialang” dan “Saba laru”. Tempat tersebut menjadi pusat pertanian dari kedua desa antara desa hutatinggi dengan desa laru dolok. Masyarakat sering bertemu dan melakakukan tatap muka di areal persawahan, misalanya ketika lagi istirahat dari sawah. Sedangkan antara Hutatinggi dengan desa angina barat di pisahkan hutan belantara yang masih jarang di kunjungi oleh penduduk baik dari kedua desa tersebut. Masyarakat sering menyebutkanya dengan sebuatan Aek Botung. Aek Botung ini merupakan tanah ulayat masyarakat desa dari angin barat. Namun masyarakat desa sering berinteraksi keketika kedua masyarakat desa melakukan perburuan hewan seperti rusa dan kijang di tengah hutan.

(38)

masyarakat kedua desa. Masyarakat menggantungkan hidupnya di areal persawahan tersebut.

3. Sebelah utara berbatasan dengan perkebunan desa Pastap. Antara desa Hutatinggi dengan pastap julu di pisahkan oleh hutan lindung yang cukup luas. Hutan Taman Nasional Batang Gadis yang merupakan satu satunya hutan lindung di Mandailing Natal. Taman Nasional Batang Gadis di bentuk pada tahun 2004, dan di resmikan oleh peresiden Revoplik Indonesia yaitu ibu Megawati Sukarno Putri Hutan lindung tersebut di bentuk dari tanah ulayat dari beberapa desa. Salah satunya desa Hutatinggi dan pastap julu. Sekarang ini masyarakat sudah jarang bertemu di hutan, ini di sebabkan area hutan tersebut sudah berbentuk hutan lindung. Jadi masyarakat sudah jarang pergi ke hutan untuk mengambil kayu.

4. Sebelah selatan berbatasan dengan desa Handel, HutaBaru, Hutalombang. Batas antara ke tiga desa ini hanya di batasi oleh persawahan penduduk. Batas dari ke 3 desa hanya sekitar ±1.5 kilometer. Sama seperti masyarakat desa Hutanamale. Tempat tersebut menjadi ajang pertemuan jika melakukan usaha pertanian.

Pemerintahan Desa

(39)

tahun sekali. Pemelihan dilakuakan biasanya dengan pemungutan suara. Desa hutatinggi terdiri dari 4 Banjar/lingkungan. . yang memimpin dari 4 lingkungan ini adalah seorang kepala lingkungan yang di angkat oleh masyarakat melalui musyawarah. Pengangkatan kepala lingkungan dilakukan dengan pemilihan umum atau sering di sebut dengan PEMILU. Siapa yang layak dia yang memimpin. Biasanya yang diangkat adalah “Para Hatobangon atau alim ulama” yang merupakan tokoh masyarakat desa Hutatinggi. Mereka terus berkordinasi dengan kepala desa. Permasalahan permasalahan di lingkungan harus di selesaikan dulu oleh kepala lingkungan sebelum di selesaikan oleh kepala desa. Penyelesaian masalah di utamakan secara kekeluargaan. Kalau tidak selesai secara kekeluargaan baru menggunakan hukum yang berlaku. Bisanya para tokoh masyarakat berkumpul dan melakukan musyawarah bersama. Misalnya kasus perceraian, perkelahian, pencurian, dll. Jadi yang paling penting dalam masyarakat desa adalah para tokoh masyarakat.

(40)

sekretaris desa di Hutatinggi cukup tinggi. Masyarakat banyak berharap untuk menjadi seorang Pegawai negeri Sipil (PNS).

Desa Hutatinggi melakukan hubungan pemerintahan dengan kecamatan yang ada di daerah tersebut yaitu. Kecamatan puncak sorik marapi, yang bertempat di desa sibanggor tonga.

Berikut ini adalah Jabtan secara struktural dari pemerintahan Desa Hutatinggi. Gambar. 1

Gambar Struktur Organisasi Pemerintah Desa Hutatinggi

KEPALA DESA (Saparuddin Nasution)

BPD Ketua (H. Martaon)

Sekretaris (Arsat Nasution)

Kepala lingkungan I

(Tohir Nasution) Kepala lingkungan II (Rohmad)

Kepala lingkungan III

( Ali alatas) Kepala lingkungan IV (Sopian Nasution)

Kaur Pembangunan

(Gosman Nasution) Kaur Kemasyarakatan (Marsuki Pulumgan)

(41)

4.1.4. Keadaan Penduduk dan penguasaan lahan.

A. Keadaan Penduduk

Desa Hutatinggi yang merupakan desa yang yang paling banyak jumlah penduduknya di kawasan Puncak Sorik Marapi. Desa Hutatinggi memiliki 4 banjar/ lingkunganan. Dari penuturan kepala desa Hutatinggi jumlah penduduk desa Hutatinggi sebanyak 1750 jiwa dan memiliki 365 kepala keluarga. Masyarakat desa hutatinggi merupakan masyarakat yang homogen. Masyarakat yang memeliki hubungan kekeluargaan yang begitu erat. Warga desa mempunyai tali persaudaraan antara warga yang satu dengan yang lain. Ini di sebabakan merga/klen yang paling mendominasi di desa hutatinggi adalah klen/marga nasution. Dan dari pengamatan penulis, masyarakat desa hutatinggi melakukan perkawinan masih mengabil dalam satu keluarga. Dalam budaya mandailing masyarakatnya di haruskan untuk mengambil anak dari tulang (dalam bahasa Mandailing yang berarti adek ibu yang laki laki). Masyarakat desa Hutatinggi dapat dapat dilihat masih memegang nilai nili dari pada adat istiadat Mandailing.

Di desa Hutatinggi masyarakatnya mempunyai berbagai macam-macam marga Mandailing diantara lain adalah: marga nasution, rangkuty, pulungan, lubis dan siregar. Marga nasution merupakan marga yang mendominasi marga marga di desa Hutatinggi. Sedangakan posisi yang kedua adalah marga pulungan. Marga pulungan sangat sedikit di desa hutatinggi. Namun jumlangnya tidak sebanyak dari pada marga nasution dan rangkutiy.

(42)

perkirakan hanya beberapa keluarga saja yang memiliki marga lubis. Sedangkan marga siregar merupkan marga yang tidak asli dari pada masyarakat desa. Orang yang memiliki marga tersebut adalah orang yang di tugaskan di desa hutatinggi seperti para guru guru yang mengajar di sekolah dasar.

Marga dalam masyarakat desa Hutatinggi dan pada umumnya masyarakat mandailing sangat sangat berarti sekalai. Marga menjadi identitas seseorang. Seseorang yang tidak mempunyai marga maka dia tidak akan bisa hidup di dalam suatu kampung. Ini di sebabkan karena ketika dia melakukan acara seperti pesta dan syukuran maka yang bertanggung jawab malaksanakan kegiatan tersebut adalah keluarganya yang memiki marga yang sama.

Jika sesorang mempunyai masalah di kampung tersebut maka yang menyelasaikanya adalah keluaranya yang memiliki mara yang sama. Seseorang yang datang ke desa Hutatinggi dan berniat untuk tinggal di desa Hutatinggi maka ia harus menjumpai marga yang sama dengan di rinya. Dalam istilah mandailingnya adalah manopot kahanggi . Dalam hal ini seseorang yang manopohot kahanggi tersebut membayat uang sebesar Rp200.000,00. dan ini di gunakan untuk kast desa. Jadi dalam masyarakat mandailing magra sangat lah penting dalam kehidupan sehari hari.

(43)

berinteraksi di sebabkan karena acara acara/ ritual agama seperti: pengajian ibu-ibu, muda mudi. Namun menurut penuturan dari pada orang tua dulu agama yang di anut oleh masyarakat desa bukan agama islam namu agama yang sudah di wariskan secara turu temurun Agamnya di sebut dengan “sipele begu”. Kepercayaan terhadap roh roh halus dan keuatan pohon besar dan kuburan keramat. Ini mnenjadi sumber ke aifan lokal dari masyarakat desa. Pemujaan terhadap roh halus dengan tidak menebang pohn sembarangan tidak merusak hutan merupakan kepercayan masyarakat desa hutatinggi dahulu kala.

B. Kondisi rumah

Rumah-rumah di desa Hutatinggi rata-rata terbuat dari kayu. Atapnya terbuat dari ijuk. Rumahnya rata-rata berbentuk panggung. Rumah tersebut di buat untuk menjaga kondisi suhu di dalam rumah karena daerah pegunungan dan cuaca yang begitu dinggin membuat masyarakat untuk beradaptasi dengan alam. Rumah tersebut dapat menahan panas jika siang hari dan dapat mengurangi dinginnya malam hari. Sehingga di dalam rumah tetap hangat. Jika rumah terbuat dari seng maka akan mengakibatkan kerusakan secara cepat pada seng. Sengnya akan cepat karatan. Sengnya akan mudah kekuning kunigan. menurut penuturan masyarakat ini di sebabakan Karena asap belerang yang di keluarkan oleh gunung sorik marapi.

.

C. Penguasaan Lahan

(44)

desa melakukan kegiatan perkebunan di daerah yang yang merupakan awalnya tanah yang di miliki secara turun temurun. Pembangian lahan dulu ceitanya masyarakat desa melakukan pembagian lagan berdasarkan marga. Misalnya lahan yang satu di kuasai oleh marga nasution.

Masyarakat Hutatinggi melakukan kegiatan pertanian di wilayah yang sering di sebut” saba sialang” jarang dari desa Hutatinggi sekitar 7 km. untuk menempuh persawahan tersebut, dalam perjalanan di butuhkan sekitar 2 jam dengan jalan kaki. Sedang perkebunan masyarakat desa Hutatinggi ada di sebuah daerah antara pasatap dengan desa Hutatinggi. Daerah tersebut biasanya di sebut” banggua”. Masyarakat desa Hutatinggi memiliki tanah ulayat. Tanah ulayat masyarakat desa Hutatinggi berada di daerah “banggua”

D. Jenis pekerjaan.

Tabel. 2 Jenis Pekerjaan.

No Jenis pekerjaa Jumlah kepala keluarga Persenta si

1 Petani dan peternakan 328 89.86%

2 Pegawi negeri sipil 21 5.75%

3 Wiraswasta 16 4.39%

Total 365 100%

Sumber: Kantor Kepala desa.

(45)

padi, gula aren, kayu manis, coklat. Dan karet/getah.pertanian di desa Hutatinggi yang di lakukan oleh masyarakat desa adalah pertanian dengan mengunakan sistem sekali dalam 4 bulan akan melakukan pemanennan. Masyarakat basih bertani sebagai gaya hidup. Hasil pertanian hanya untuk kebutuhan hidup saja. Dan masyarakat kalau ingin menjualanya hanya karena butuh secara tiba tiba. Kebutuhan air dalam bertani di desa huatinggi, cukup untuk memenuhi kebutuhan dari masyarakat tersebut. Air mengalir secara deras dari pegunungan gunung sorik marapi.

Biasanya masyarakat di samping bertanani padi masyarakat juga biasanya bertani sayur sayuran di perkebunan, seperti kacang panjang, pepaya, kol, dan lain lain. Masyarakat tidak perlu lagi membeli sayur sayuran di pasar untuk di jadikan lauk. Kadang kadang masyarakat membuat kolam di tengah sawah. Jika mereka ingin ikan hanya tinggal mengambil ikan si kolam. Namun yang di beli dari pasar hanyalah seperti ikan laut.

Sebagaian lagi masyarakat, khusus para laki laki mereka menyadap pohon aren. Pohon aren yang tumbuh di tengah hutan. Masyarakat memampaatkanya untuk menambah uang saku. di Desa Hutatinggi dulunya pohon aren cukup banyak namun sekarang ini sudah mulai berkurang. Di perkirakan penghasilan dalam satu minggu masyarakat menghasilkan sekitar 500kg/minggu. Dan masyarakat menjualanya dengan harga Rp 11.000/kg. hasil gula aren akan di pasarkan ke kota medan melalu toke/tengkulak.

(46)

karet biasanya di pasarkan di pekan. Pekan pasar maga merpakan pekan yang di adakan setiap satu kali dalam satu minggu. Harga karet sekarang ini hampir mencapai Rp11.000/kg. tergantung karetnya. Dari Hutatinggi karet yang di hasilkan masyarakat tersebut hampir mencapai 2 ton/ minggunya.

Sebagai tambahan masyarakat mempunyai pokok kayu manis. Kayu manis ini tumbuh sendiri di tengah hutan. Masyarakat tidak menanamnya. Namun sebagaian ada yang menanamnya untuk di panen nantinya kulit kayunya. Sekarang ini harga dari kayu manis perkilonya sekitar Rp.6500. sama seperti coklat pohon colat hanya sebagi tambah tambahan bagi masyarakat. Pohon coklat ini di tanam oleh masyarakat. Namun hasilnya ini tidak di begitu bayak seperti pohon karet. Coklat ini cuga di jual ke pasar. Jadi dari penjelelasn di atas memang masyarakat desa Hutatinggi sejahtera Karena sumber daya alam cukup luas.

4.1.5. Sarana dan Pra sarana desa.

Desa Hutatinggi adalah desa yang terisolir dan sulit di jangkau oleh masyarakat dari luar daerah. Desa Hutatinggi sebagai sebuah desa yang memiliki aktifitas sehari hari. Untuk mendukung perekonomian masyarakat desa agar kebutuhan masyarakat desa terpenuhi. Dan aktifitas masyarakat desa dapat berjalan lancar.

1.Sarana Trasportasi.

(47)

Saran trasportasi seperti mobil yang mengangkut barang dan mobil angkutan sekarang ini sangat mudah untuk di jumpai. Berbeda dengan zaman dahulu sekitar 6 tahun yang lalu. Yang mana mobil untuk menuju desa hutatinggi sangat sulit untuk dijumpai. Bahakan dulu hanya satu kali dalam satu hari baru mobil bisa di jumpai.

Pembangunan yang terus berjalan secara bergilir. Membuat pembangunan Mandailing Natal semakin maju. Namun realitanya. Ada sebuah kekurangan yang nampak dari pembangunan tersebut. Di mana penulis melihat ada sebuah ketimpangan dari pembangunan pemerintah daerah. Jalan raya yang di bangun oleh pemerintah menuju desa Hutatinggi hanya sampai pada desa hadel saja. Ada 0.5 kilo meter pembangunan itu tidak di lanjutkan. Ini membuat pertanyaan bagi peneliti. Mengapa ini bisa terjadi. Dari wawancara yang di lakukan di lapangan ternyata permasalahanya adalah permasalahan politis.

Kondisi rumah masyarakat desa hutatinggi yang sembrautan dan tidak terarah membuat tata letak dari rumah tersebut tampak tidak terartur, sehingga membuat desa Hutatinggi sulit untuk berhungan antara rumah yang satu dengan rumah yang lain. Sekarang ini pembangunan jalan raya semakin di galakkan. Dan pembangunan Gang di desa Hutatinggi mulai di laksanakan. Perumahan yang berada di tebing tebing bukit membuat pembanguan semakin sulit.

2. Saran pendidikan.

(48)

pendidikan sangatlah di butuhkan oleh masyarakat desa. Pendidikan akan membuat masyarakat lebih maju. Sarana pendidikan sudah bisa di nikmati oleh masyarakat desa Hutatinggi karena sarana tersebut sudah tersedia.

Sekolah dasar yang ada Hutatinggi terdapat 2 sekolah yang satu sekolai SD impress dan yang satunya lagi SDN 2 hutanamale. Siswa yang belajar di SDN2 Hutanamle berasal dari hutatinggi dan kampung lamo. Jumlah siswanya cukup banyak. namun kekurangan tenaga pengajar. Selama penulis berada di lapangan, nampak sedang di lakukan renovasi dari bagunan SDN2 tersebut.

Di desa Hutatinggi terdapat juga sebuah sekolah yang di tujukan untuk anak anak yang ingin belajar agama islam. Sekolah tersebut adalah di beri nama Madrasah Iptidaiah Nurul Falah. Setiap anak anak SDN2 dan SD impres pulang sekolah maka mereka terus menuju sekolah. Sesudah sholat zuhur dan makan. Sejak kecil mereka telah di bekali oleh ajaran agama islam. Sekitar jam 14.30 JIB maka pelajaran agama mulai di berikan oleh guru mengaji yang merupakan lulusan Mustopawiah Purba Baru, salah satu pondok pesanteren terkemuka di Mandailing Natal. Pelajaran di berikan sampai jam 17.00 wib.

(49)

departemen agama. jarak dari desa Hutatinggi ke desa kampong lamo tersebut sekitar 1.5 meter.

Untuk melanjukan sekolah lanjutan atas (SMA/MA) para siswa yang belajar. Maka mereka harus ke pusat kota. Mereka harus pergi ke panyabungan atau kotanopan. Di sanalah baru di jumpai SMA tersebut. Di daerah tersebut tidak memiliki fasilitas sekolah menegah atas sehingga diharapkan pemerintah kedepannya agar meberikan sekolah mengah keatas di kawasan puncak sorik marapi.

3. Sarana Kesehatan.

Di desa Hutatinggi memiliki seorang bidan desa yang bertugas untuk mengurusi masyarakat desa jika mengalami sakit. Bidan tersebut harus rela tinggal di sebuah puskesmas yang di sediakan oleh masyarakat untuk tempa tinggal,nya. Di puskesmas ini masyarakat berobat. Bidan tersebut rela meninggalakan kampung halamanya yang jauh menuju desa Hutatinggi demi tugas yang mulia yaiu untuk mengobati masyarakat desa Hutatinggi. Jika masyarakat ada yang sakit pada malah hari maka ia rela bagun untuk mengobatinya. Dari penuturan seorang ibu, ia sangat bersyukur karena adanya seorang bidan di desa tersebut.

(50)

Namun sebagian masyarakat berobat ke pusat kota yaitu di panyabungan jika sakit yang di deritanya cukup parah dan cukup serius.

Sedangkan peratalan bidan di desa Hutatinggi tidak mencukup maka sering kali bidan menyarankan agar pasien di bawa berobat ke panyabungan.Air bersih di desa Hutatinggi cukup lumanyan. Air yang mengalir ke desa hutatinggi menuju ke tempat penampungan air. Sehinggga air sangat berlimpah ruah di desa Hutatinggi. keberadaan air bersih ini cukup membantu bagi masyarakat desa. Sebelum adanya peyaluran air bersih ini masyarakat terpaksa harus pergi mengambil air ke sugai yang ada di bawah, sangat jauh dari rumah penduduk. Sedangkankan sarana kamar mandi dan WC di desa ini hampir tidak ada. Hanya sebagian yang memiliki kamar mandi. Masyarakat harus mandi di mesjid dan sebagian nya lagi pergi ke sungai yang ada di desa hutatinggi.

4.Sarana Olah raga.

Desa Hutatinggi merupakan desa yang cukup luas. di desa Hutatinggi terdapat satu lapangan bola kaki dan 2 tempat permainan bulu tangkis. Lapangan bola tepat berda di atas desa Hutatinggi. Lapangan bola berada di atas bukit. Setiap sore para pemuda melakukan kegiatan bermain bola kaki. Kelehan bekerja seharian di ladang akan di tumpahkan di lapangan bola. sedangkan kalau malam hari masyarakat melakukan permainan yang namanya bulu tangkis.

5. Organisasi Sosial.

(51)

mengambilnya di persatuan para ibu-ibu.. Semua perlekapan sudah tersedia. masyarakat bersatu membelinya, agar siapa yang ingin kawin maka tidak perlu mengeluarkan uang banyak. Di desa Hutatinggi juga terdapat Serikat tolong menolong (STM). Jika ada masyarakat yang mengalami ke malangan maka serikat tolong menolong ini akan membatunya.

Di desa Hutatinggi terdapat juga organisasi ke pemudaan. Organisasi tersebut yang di beri nama Persatuan Naposo Nauli Bulung (PNNB). Di dalam organisasi ini. Pemuda desa berkumpul dan melakukan pengajian jika di malam hari. Ikatan kekeluargaan semakin tersa di dalamya.

6. Sarana komunikasi.

Perkembangan jaman yang terus maju. Hambatan untuk maju pun tidak ada lagi. Rata rata sekarang masyarakat desa Hutatinggi sudah memiliki yang namany Handphone (HP). Walaupun rumahnya belum tersentuh listrik.. Komunakasi ke sanak saudara yang ada di kota kota besar di Indonesia ini semakin mudah.

7. Rumah Ibadah.

(52)

lingkungan . musolla tersebut di dirikan di pingiir sungai sehingga memudahkan masyarakat mengambil air untuk keperluan ber ribadah.

4.2. Profil Informan.

4.2.1. Informan Kunci (key Informan)

Dalam penelitian ini terdapat imforman kunci yang mengetahui banyak hal mengenai permasalahan yang ingin di ungkapkan dalam penelitian ini. Para informan ini terlibat langsung dalam proses mengusulkan, perencanaan pembangunan dan pengawasan terhap proses pembangunan di desa Hutatinggi. namun tidak semua informan dapat memberikan semua jawaban yang ingin di teliti, karena keterbatasan pengetahuan dari informan tersebut. Karena proses wawancara di lakukan pada saat sang informan sambil bekerja. Dan tidak semua informan dapat di cantiumkan di dalam tuliskan ini

A.Tokoh Masyarakat

1. Kasmir nasution.

(53)

Hutatinggi sekitar tahun 1975-1980. adan belia sudah menjabat sebagai kepala lingkungan sebanyak 8 kali.

Di desa Hutatinggi Kasmir nasution sering menjadi “Hatobangon” dalam pesta perkawinan. Kasmir nasution sering mengurusi masyarakat desa hutinggi juka mengalami masalah. Selama proses wawancara bapak kasmir nasution menjawab pernyataan dari penulis dengan tutur kata yang halus. Ia mengatakan bahwa sanya dulu yang membuka desa hutatinggi ini adalah marga klen dari marga nasution. Sehingga sekarang banyak di desa Hutatinggi yang bermarga nasution.beliau juga mencerikan sejarahnya bagaimana desa Hutatinggi ini menjadi desa yang begitu besar di kawasan puncak sorik marapi ini.

Kasim Nasution di tunjuk oleh kepala desa sebagai tokoh masyarakat di desa Hutatinggi sekarang ini. Kasmir nasution mempunai rekan-rekan yang menjadi tokoh masyarakat di desa Hutatinggi adalah sebagi berikut: lokot, jautari, dkk. Merekalah yang sering menjadi Sumber pengaduan masyarakat desa jika mempunyai permasalahan. Sering kali bapak Kasmir nasution ini mendamaikan masyarakat jika bermasalah atau yang sering di sebut dengan pihak mediasi.

(54)

pengalamannya waktu masih menjabat sebagai pengurus di partai Golkar. Dan boleh di katakan belau sudagh fungsionaris partai golkar.

Beliau menjelaskan bahwa sanya perencanan pembangunan jalan raya maupun ang ke desa Hutatinggi ini sudah lama di rencanakan. Sebagai mana di tuturkan oleh bapak kasimir nasution dalam wawancara dengan penulis.

“ perencanaan pembangunan desa Hutatinggi suda lama kami rencanakan dan kemi perjuangkan di tingkat satu. Dulu kepala desa masih saudara Donnik nasution pembangun sudah di rencanakan”.

(Hasil Wawancara, bulan Desember 2009)

Menurut Kasmir nasution pembangunan di desa Hutatinggi sudah sering diusahakan agar anggaran pembangunan dapat di kucurkan ke desa Hutatinggi. Namun menurutnya pemerintah daerah kurang memperhatikan desa Hutatinggi. Menurut kasmir nasution di sudah menyuruh kepala desa membuat proposal pembangunan. Setelah proposal itu di buat maka ia pergi ke kota penyabungan menjumpai pejabat-pejabat tingkat satu di kabupaten. Dengan bermodalkan proposal pembangunan desa dan beliau rela meninggalakan usahanya demi ke majuan Hutatinggi. Namun menurut beliau. Pejabat nampanya kurang memperhatikanya. Menurutnya sudah sering di adakan musyawarah demi pembangunan desa manun tidak ada hasilnya.

2. Saparuddin nasution. ( kepala desa Hutatinggi)

(55)

Saparuddin sangat pandai dalam masalah agama dan sering menjadi ustat jika ada acara acara ke agamaan.

Sebagai seorang kepala desa bapak tersebut memberi pelayanan kepada masyarakat sangat sangat lah baik. Jika masyarakat ingin mengurus kartu tanda penduduk (KTP) maka bapak tersebut memberi pelayan kepada warganya. Sebagai seorang kela desa dan Sebagai seorang guru di pesanteren merupakan tugas yang begitu berat namun belia menjalankannya dengan telus hati.

Perananya dalam masyarakat adalah sebagai pendamai atau penegah apabila ada konflik di tengah tengah warga desa, maupun dengan warga desa lain. Sama seperti bapak Kasmir nasution belia juga serig di undang dalam acara perkawinan dari masyarakat desa Hutatinggi. Perananya sebagai seorang “parkobar” (sebagai pemberi nasehat pada kedua mempelai yang ingin melaksanakan perkawinanan) seputar masalah hidup yang berumah tangga sehingga perkawinannya menjadi baik di kemudian hari,.

Mengenai masalah pebangunan desa. Bapak kepala desa menceritakan bagaimana sejarah perjuangan agar desa ini lebih maju dan lebih terhormat. Khususnya dalam masalah pembangunan. Menurutnya sejak pemerintahanyanya sudah di rencanakan pembangunan gang di desa Hutatinggi. Tahun 1996 sudah di recanakan bagaimana pembangunan gang di desa Hutatinggi sampai sekarang ini.

(56)

merantau ke kota bogor sehingga sulut untuk di minta tanahnya untuk di jadikan sebagai gang. Bahkan ada yang marah-marah ketika di minta untuk tanahnya untuk di jadikan gang. Permasalahan permasalahan ini yang merupaka pekerjaan rumah dari seorang kepala desa. Usaha yang dilakuan bagaimana semua pembesan lahan dapat berjalan lancara. Menurut penuturan nya dalam wawancara dengan penulis dia menuturkan:” setiap orang berbeda cara pendekatannya”. Begitulah menjadi seorang kepala desa.

3. Tohir Nasution ( kepala lingkungan I desa Hutatinggi.)

Bapak tersebut adalah seorang yang kegiatan sehari harinya bekerja sebagai petani. Bapak tersebut tinggal di lingkungan satu desa Hutatinggi. Beliau sekarang ini menjadi kepala lingkungan satu desa Hutatinggi. Belia sangat sangat di hormati di lingkungan satu desa Hutatingi. Beliau salah satu tokoh masyarakat desa Hutatinggi. Kemauanya mengapdi dalam masyarakat membuatnya sangat di kenala oleh masyarakat di desa Hutatinggi. Beliau juga sering mendamaikan warga desa yang mengalami perkelahian. Belia juga sering di undang untuk menghadiri acara peseta dalam masyarakat. Posisnya sebagai pemberi nasehat kepada ke dua mempelai ( Markobar)

(57)

Dalam proses wawancara dengan beliau mengenai permasalahan pembangunan desa Hutatinggi. Beliau termasuklah yang menentukan mana mana yang akan di jadikan Gang desa Desa Hutatinggi yang kondisi alamnya terlihat di perbukitan membuat kondisi rumah yang tidak teratur. Dan juga mengakibatkan sulitnya untuk di jadikan gang. Bapak Tohir nasution termasuk orang yang memperjuangkan agar gang desa bisa terwujud. Dalam peroses wawancara dalam penuturan beliau mengatakan”

” Sekarang ini masyarakat sulit untuk di ajak dalam gotong royong. Masyarakat sudah mementingkan dinya sendiri. Ini terbukti ketika kami mengajak warga masyarakat untuk mengadakan gotong royong masyarakat yang hadir hampir tidak ada. Hanya tiga sampai empat orang saja yang hadir. contohnya lagi ketika masyarakat di minta untuk membayar pajak. Banyak orang yang tidak membayarnya. Orang sulit sekali untuk di atur ke jalan yang bagus”.

(Hasil Wawancara, bulan Desember 2009)

Beliau termasuk orang yang membebaskan lahan dari warga. Beliau menjumpai warga yang tidak memberikan tanahnya untuk di jadikan gang. Dengan teknik pendekatan secara kekeluargaan maka warga ahirnya memberikan tanahnya untuk di jadikan jalan raya. Dalam proses penentuan kebijakan beliau sering di ajak oleh kepala desa untuk merumuskan kebijakan masalah pembangunan desa.

4. Hambali Nasution. ( Tokoh masyarakat)

(58)

wawasan yang cukup luas dan memiliki pengetahuan tentang pembangunan desa Hutatinggi ini, mungkin ini di sebapkan karena beliau sering berhubungan dengan masyarakat luar. beliau sudah tinggal di desa Hutatinggi sejak lahir, beliau juga merupakaan keturan dari marga nasution yang berasal dari pidoli dolok. Silsilah dari marga nasuton ada di dalam rumahnya . jadi ketika kawancara di lakukan belia sangat memahami betul mengenai silsilah marga nasution.

Setiap hari senin sampai hari kamis beliau pergi ke pasar untuk membeli gula merah. Lalu gula merah ini akan di kirim ke kora medan sebagai kota penampung gula aren terbesar di Sumatra utara. Di selala sela kesibukannya sebagai seorang pedang. Belia juga menjadi tokoh masyarakat di desa Hutatinggi. Beliau meluangkan waktunya untuk mengapdi kepada masyarakat. Jika ada masyaraat yang mengalami masalah seperti perkelahian.

(59)

5. Gosman Nasution.

Belia adalah seorang tokoh masyarakat desa Hutating. Beliau tinggal di lingkingan II desa Hutatinggi. Beliau yang sering memperjuangkan masyarakat pemabanguan di desa Hutatinggi di tingkat kecamatan. dalam baru baru ini desa Hutatinggi memperoleh bantuan dari PMPN mandiri.

Beliaulah salah satu yang mengusulkannya di tingkat kecamatan. Pekerjaannya adalah seorang petani. Namun walaupun petani beliau sangat memahami betul mengenai permasalahan Desa Hutatinggi. Dan wawasannya cukup luas tentang kondisi mandailing natal sekarang ini. Beliau juga salah satu penggagas dari ada jalan dari desa Hutatinggi ke temapat pertaniaan warga desa. Dulunya tempat tersebut sangat lama di tempuh dengan jalan kaki.

Karena jalan yang di lalaui adalah perbukitan dan Hutan belantara. Untuk menempuh persawahan masyarakat desa Hutatinggi di butuhkan 2 jam. Namun dengan gagasanya yaitu di bangunnya jalan dengan sewadaya masyarakat. Masyarakat yang bekerja di mulai dari proses perencanaan dan pelaksanaan, tinggal pengawasan sekarang ini. Maka jalan yang dulunya di tempuh sekitar 2 jam sekarang ini bisa di tempuh dengan hanya 5 menit. Maka masyarakat sekarang ini sudah marasakan ke untungannya.namun perjungan nya itu tidak semudah membalikkan telapak tangan.

(60)

Walaupun beliau sedang bekerja membangun jalan. Namun ketika peroses wawancara beliau tetap memberikan jawaban atas apa yang penulis tanyakan.

Disamping sebagai seorang yang memperjuangkan desa hutatinggu untuk maju. Beliau sering membentuk pertandingan bola kaki se-kabupaten mandailing natal yang tujuanya untuk memperkuat persatuan dan kesatuan masyarakat mandailing. beliau yang menjadi ketuanya. Pertandingan sering di adakan di desa Hutatinggi. Tempatnya di atas bukit.

6. Ali alatas.

Alatas adalah seorang tenaga pengajar di pesanteren di desa kampung lama belia merupakan seorang warga desa hutatinggi yang tinggal di lingkungan 3 . Beliau sangat mengerti betul mengenai kondisi desa Hutatinggi. Karena dulunya

adalah sekretaris desa Hutatinggi. Namun karena pergantian kepala desa di tidak di angkat lagi menjadi sekretaris desa. Beliau juga sempat mencalonkan kepala desa di Hutatinggi. Namun karena belum mempunyai kesemapatan maka beliau tidak menang dalam pemilihan tersebut.

(61)

lakukan wawancara beliau menjawabnya dengan jujur dan memberikan penjelasan secara detail mengenai pembangunan desa Hutatingi.

4.2.1. Informan biasa

Dalam penelitian ini di lakukan wawancara terhadap masyarakat biasa. Sebagian masyarakat desa Hutatinggi dengan menggunakan teknik snow ball. Teknik ini merupakan teknik penentuan informan penelitian dengan mengikuti informasi-informasi dari informan sebelumnya.

1. Ali Muda ( Wakil Pemuda Pancasila.)

Ali muda yang biasa di panggil ali adalah warga desa Hutatinggi yang tinggal di lingkungan satu. Belia sehari harinya bekerja membangun rumah. Dalam organisasi beliau sebagai wakil pemuda pancasila untuk daerah Puncak Sorik Marapi. Di dalam masyarakat bapak ini termasuk orang sangat di segani, beliau berperawakan besar dan wajahnya sangat menyeramkan, kulitnya yang sau matang. Beliau sering berkelahi dengan pemuda pemuada dari luar desa. Apalagi jika ada keramaian seperti acara turnamen sepak bola maka yang sering menjadi penanggung jawabnya adalah bapak ali.

(62)

dilapangan. Jadi beliau sangat paham betul mengenai masalah pembangunan di desa Hutatinggi.

2. Hj. Fatimah pulungan..

Nenek ini sudah berusia ±74 tahun. Beliau tinggal di lingkungan satu desa Hutatinggi. Rumahnya bersebelahan dengan rumah bapak hambali nasution. Dan masih dalam satu ikatan kekeluargaan. Beliau tinggal sebatang kara. Anak anaknya semuanya sudah berumah tangga. Jadi dalam kesehariannya beliau berjualan. Kalau hari senin dan hari rabu beliau menjual makan makan seperti lontong dan pecal.

Terkait dengan masalah pembngunan desa Hutatinggi beliau termasuk orang yang pertama menolak tanahnya untuk di jadikan gang. Ketika penulis melakukan wawancara dengan beliau. Beliau mengatakan ketika tanahnya di minta untuk di jadikan jalan, orang-orang yang datang kerumahnya tidak sopan. Jadi beliau merasa tersinggung.

Gambar

Tabel. 1 Jadwal kegiatan
Gambar Struktur Organisasi Pemerintah Desa Hutatinggi
Tabel. 2 Jenis Pekerjaan.

Referensi

Dokumen terkait

Dan orang-orang yang memberikan apa yang t elah mereka berikan, dengan hat i yang t akut , (karena mereka t ahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka..

MASYARAKAT, APA YANG BISA KITA LAKUKAN DALAM UPAYA MENCEGAH DAN. MENYELAMATKAN PENGGUNA

Hasil penelitian menunjukkan bahwa privasi berpengaruh negatif terhadap penerimaan teknologi informasi untuk bertransaksi e-commerce dengan koefisien variabel privasi diperoleh

Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi V.. Jakarta:

Dikarenakan belum adanya penelitian yang meneliti preferensi gaya manajemen konflik di Indonesia maka dalam penelitian ini akan diteliti pengaruh nilai budaya

Perlakuan penambahan BAP dan madu baik tunggal maupun kombinasi tidak mempercepat waktu muncul nodul pada eksplan biji manggis asal Bengkalis yang dipotong tiga secara

Bagi para guru dapat menerapkan model MEA untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, untuk siswa diharapkan lebih aktif dalam proses pembelajaran

Item Uji Flow Normal Flow Tidak Normal Hasil yang diharapkan Hasil Value dalam texbox tidak sesuai dengan session captcha yang ditentukan Menampilakan tampilan menu