• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Pelaksanaan Pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor di Kantor Satuan Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Tebing Tinggi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Prosedur Pelaksanaan Pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor di Kantor Satuan Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Tebing Tinggi."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI PROSEDUR PELAKSANAAN PEMUNGUTAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR

DI KANTOR SATUAN ADMINISTRASI MANUNGGAL SATU ATAP (SAMSAT) TEBING TINGGI

O L E H

NAMA : AULIA ARIEF NIM : 082600099

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, dengan segenap kerendahan hati penulis

mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan

hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir dalam

Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang berjudul “Prosedur Pelaksanaan

Pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor di Kantor Satuan Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Tebing Tinggi” yang

dimaksud untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada

Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan yang

disebabkan oleh keterbatasan ilmu dan kurangnya pengalaman penulis, sehingga

penulis sangat mengharapkan segala kritik dan saran yang bersifat membangun

demi kesempurnaan penulisan laporan yang lebih baik lagi.

Laporan ini dibuat oleh penulis berdasarkan Praktik Kerja Lapangan

Mandiri pada Kantor Dinas Pertamanan Kota Medan dan tentunya tidak terlepas

dari bantuan berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan

(3)

1. Teristimewa Rasa hormat dan terima kasih sebesar-besarnya penulis

sampaikan kepada keluarga penulis, pertama kepada kedua orang tua,

Ayahanda tercinta Drs. Syafrial Firdaus MBA dan Ibunda tersayang Dra. Umi

kalsum. Mpd yang telah bersusah payah untuk membesarkan, mendidik, dan

selalu mendoakan penulis agar selalu menjadi yang terbaik.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.si selaku Ketua Jurusan Program Studi

Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

4. Ibu Arlina. SH.M.Hum selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

membantu dan memberikan pengarahan dalam proses penulisan laporan ini.

5. Seluruh Dosen, Staf pengajar, serta para pegawai Program Studi Diploma III

Administrasi Perpajakan FISIP USU.

6. Bapak salamat Nasution selaku Supervisor Lapangan di kantor SAMSAT

Tebing Tinggi yang telah banyak membantu penulis

7. Buat adik-adikku tersayang, Imam Surkani (Raka), Trisna Akbar Sanubari

(Nanda), Annisa Safira,si Ayonk (anggi), Vina, Rindu, M. Tri Kurniawan

yang memberikan dukungan kepada penulis.

8. Buat Mayonkkuh (Teman Hidup yang tersayang) Fauziah Novi Utari yang

selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis untuk

menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

9. Buat teman tersolid penulis Abdul Hadi Risky,Fatrinaldi Amri semoga

(4)

10. Seluruh teman-teman mahasiswa/i Administrasi Perpajakan FISIP USU

stambuk 2008 Kelas A. Khususnya Kelas B, Kelas C

11. Teman-teman tergila dan sepetualangan bedol, Inal, Raysa, Tina, Susi

(Cibro), Risky, daniel, Tokek, Rino, Evan, Fahmi (Olga), Baluat (Parto),

Johana (anes dan hana), Denny, Deddy tidak akan pernah ku lupakan

kenangan dengan kalian.

12. Buat rekan-rekan seorganisasi yaitu UKMI As-Siyasah, KAMMI USU, dan

IMPROSAJA Terima kasih atas pengalaman Organisasi yang telah diberikan

kepada penulis

Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu lagi, penulis

mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungan hingga terselenggaranya

laporan ini. Akhir kata penulis harap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi

kita maupun pihak lain yang memerlukannya.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Medan,12 JUNI 2011

Penulis

(Aulia Arief)

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan dan Manfaat PKLM ... ... 2

C. Uraian Teoritis ... 4

D. Ruang Lingkup PKLM ... ... 5

E. Metode PKLM ... ... 5

F. Metode Pengumpulan Data ... 6

G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM ... 7

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PKLM A. Sejarah Singkat ... 9

B. Struktur Organisasi ... ... 12

C. Susunan Struktur dan Organisasi UPTD ... ... 15

D. Gambaran Data Pegawai ... ... 19

E. Tata Kerja ... 20

BAB III GAMBARAN TENTANG BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR A. Ketentuan Umum ... 23

B. Subjek dan Objek BBN-KB ... ... 26

(6)

D. Cara Perhitungan BBN-KB... 29

E. Surat Pemberitahuan dan Ketetapan BBN-KB... 30

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI A. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Pengenaan BBN-KB... 31

B. Sistem Penilaian dalam Pemungutan BBN-KB... 32

C. Syarat Pengurusan BBN-KB... ... 34

D. Prosedur BBN-KB.. ... 35

E. Kegiatan Pelayanan BBN-KB... 37

F. Kendala dan Solusi Yang Di Hadapi Dalam Pelaksanaan Pemungutan BBN-KB ... 40

G. Skema Tata Cara dan Prosedur BBN-KB ... 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... ... 44

B. Saran ... ... 46

DAFTAR PUSTAKA

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa sumber pendapatan negara

yang sangat berpengaruh dan memiliki peranan yang terpenting bagi Negara

Indonesia adalah pajak. Baik pajak negara (Pajak Pusat) maupun pajak daerah.

Tinggi rendahnya pendapatan dari sektor perpajakan sangat mempengaruhi

pendapatan Negara yang akhirnya berpengaruh terhadap tingkat ketergantungan

terhadap pinjaman luar negeri dan pembangunan nasional.

Untuk meningkatkan penghasilan tersebut pemerintah melakukan

kebijakan-kebijakan dibidang perpajakan untuk mendukung perkembangan dan

kemajuan negaranya. Pemerintah Pusat memberikan kewenangan kepada tiap-tiap

daerah yaitu kepada Pemerintah Daerah untuk melakukan kebijakan-kebijakan

dibidang perpajakan terhadap daerahnya dengan tujuan untuk membangun

daerahnya.

Setiap pajak daerah pada pelaksanaanya telah di atur dalam peraturan

daerah. Dalam peraturan daerah ini diatur semua yang menyangkut tentang

subjek, objek, tarif serta bagaimana aturan pelaksanaannya. Salah satu kebijakan

pemerintah dalam Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Bea Balik

Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air. Dengan Undang- Undang

ini pemerintah daerah akan mendapatkan pemasukan kas daerah melalui

pemungutan Bea Balik Nama (BBN) Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas

(8)

Setiap pemilik kendaraan haruslah mengetahui tentang Bea Balik Nama

ini dengan tujuan untuk memastikan keabsahan kepemilikan kendaraan bermotor

tersebut. Dalam hal mengetahui tentang BBN ini yang terpenting adalah

bagaimana mengetahui tentang prosedur pelaksanaannya. Karena dengan

mengetahui prosedur pelaksanaanya kita akan dengan mudah 

melaksanakan Bea Balik Nama ini. Baik kemudahan bagi wajib pajak itu sendiri

maupun bagi petugas pelaksanaannya.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis merasa tertarik untuk

mengadakan penelitian dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang

merupakan syarat kelulusan dari Program Diploma III Administrasi Perpajakan

pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dengan

judul : “Prosedur Pelaksanaan Pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan

bermotor di Kantor Satuan Administrasi Manunggal Satu Atap (Samsat)

Tebing Tinggi”.

B. Tujuan dan Manfaat PKLM

Tujuan dilaksanakan PKLM ini adalah :

1. Untuk memenuhi secara jelas prosedur pelaksanaan pemungutan Bea

Balik Nama Kendaraan Bermotor.

2. Untuk mengetahui tentang subjek dan objek serta tarif yang dikenakan

terhadap bea balik nama kendaraan bermotor.

3. Untuk mengetahui tingkat kesadaran masyarakat dalam melakukan

(9)

4. Untuk mengetahui masalah yang terjadi dan cara penanganan masalah

yang terjadi dalam prosedur pelaksanaan pemungutan bea balik nama

kendaraan bermotor.

Manfaat dari PKLM adalah :

1. Bagi Mahasiswa

a. Mengaplikasikan teori yang dipelajari dibangku perkuliahan.

b. Mengetahui lebih dalam tentang prosedur pemungutan bea balik

nama kendaraan bermotor.

c. Meningkatkan komunikasi dan pendekatan dalam berinteraksi.

d. Merangsang aktivitas dan efisiensi dalam pelaksanaan tugas.

2. Bagi Kantor SAMSAT Tebing Tinggi

a. Memperoleh ide-ide baru baik berupa efisiensi, peningkatan dan

perbaikan sistem birokrasi kantor samsat tebing tinggi.

b. Membina hubungan yang baik dengan Program Studi Diploma III

Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

c. Sebagai salah satu sarana untuk menyebar luaskan informasi

mengenai Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

3. Bagi Pogram Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

a. Meningkatkan hubungan kerjasama antara Program Studi Diploma

III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

(10)

b. Memberikan uji nyata terhadap disiplin ilmu yang telah di

sampaikan melalui bangku perkuliahan

c. Membuka interaksi antara dosen dan instansi pemerintah khususnya

Dinas Pendapatan Daerah

d. Mengusahakan adanya umpan balik untuk revisi kurikulum

C. Uraian Teoritis

Dengan berlakunya Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

pemerintahan daerah danUundang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah.

Bahwasanya pajak daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang

penting guna membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah. Bahwa dalam rangka

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan kemandirian daerah perlu

dilakukan perluasan objek pajak daerah dan retribusi daerah dan pemberian

dikresi dalam penetapan tarif.

Menurut Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 pajak daerah adalah

kontribusi wajib pajak kepada daerah yang terhutang oleh orang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah

bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Salah satu pajak daerah yang memberikan pendapatan kepada pemerintah

(11)

balik nama kendaraan bermotor adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan

bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan

yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan

kedalam badan usaha.

Tarif bea balik nama kendaraan bermotor ditetapkan paling tinggi

penyerahan pertama sebesar 20% dan penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1

%. Besaran pokok pajak bea balik nama kendaraan bermotor yang terutang

dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak. Bea balik

nama kendaraan bermotor yang terutang dipungut diwilayah daerah tempat

kendaraan motor terdaftar. Pembayaran bea balik nama kendaraan bermotor

dilakukan pada saat pendaftaran.

Wajib pajak bea balik nama kendaraan bermotor wajib mendaftarkan

penyerahan kendaraan bermotor dalam jangka waktu paling lambat 30 hari kerja

sejak saat penyerahan.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Ruang lingkup Praktek Kerja Lapangan Mandiri ini meliputi :

1. Data terbaru yang diharapkan dapat mendukung penyusunan laporan

akhir baik data lisan maupun tulisan yang keakuratannya dapat

dipertanggung jawabkan

2. Informasi dari seksi yang berkenaan dengan judul yang diajukan oleh

penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dengan

pertimbangan seluruh informasi yang dapat dipercaya dan diterima

(12)

3. Pembelajaran dan pembekalan secara langsung mengenai Bea Balik

Nama Kendaraan Bermotor berupa dasar hukum,subjek,objek,tarif,serta

aturan dalam memungut dan pihak yang melakukan pemungutan.

4. Pemahaman lebih dalam prosedur pemungutan Bea Balik Nama

Kendaraan Bermotor di Kantor Samsat Tebing Tinggi.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Metode dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah :

1. Tahap Persiapan

Yaitu kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa sebelum terjun langsung

melakukan praktik kerja lapangan mandiri di objek lokasi praktik kerja lapangan

mandiri yang meliputi kegiatan seperti :

a. Pengajuan judul praktik kerja lapangan mandiri.

b. Penentuan judul praktik kerja lapangan mandiri.

c. Pemilihan lokasi praktik kerja lapangan mandiri.

d. Pengajuan proposal tentang judul dari kegiatan yang akan dibawa

dalam praktik kerja lapangan manndiri.

e. Mempersiapkan surat pengantar praktik kerja lapangan mandiri.

2. Studi Literatur

Yaitu kegiatan studi mencari data-data serta informasi-informasi dengan

membaca landasan teori, menelaah peraturan perundang-undangan dibidang

perpajakan, buku-buku dan catatan-catatan ataupun bahasa tertulis yang

(13)

3. Observasi Lapangan

Penulis melakukan observasi lapangan dikantor SAMSAT Tebing Tinggi.

Dalam observasi penulis memberikan surat pengantar untuk melakukan

pengamatan terhadap data yang diperlukan.

4. Analisis dan Evaluasi

Penulis melakukan analisa dan evaluasi sesuai dengan fakta-fakta yang

ada secara faktual dan cermat mngenai pelaksanaan prosedur pelaksanaan bea

balik nama kendaraan bermotor di Kantor SAMSAT Tebing Tinggi.

F. Metode Pengumpulan Data

Dalam praktik kerja lapangan mandiri ini ada tiga metode yang digunakan

dalam pengumpulan data, yaitu :

1. Metode Wawancara (Interview)

Yaitu kegiatan mengumpulkan data dan mencari data dengan melakukan

wawancara dan mengajukan pertanyaan kepada pegawai instansi yang

berkompeten dan menambah objektivitas yang berkaitan dengan

kebutuhan.

2. Metode Observasi (Pengamatan)

Yaitu kegiatan mengumpulkan data dengan cara langsung maupun tidak

langsung terjun ke lapangan untuk melakukan peninjauan dengan

mengamati, mendengar dan bila perlu ikut serta dalam mengerjakan tugas

(14)

terlebih dahulu dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku pada

instansi dan tidak boleh melakukan pekerjaan yang menjadi rahasia dan

memiliki resiko tinggi.

3. Dokumentasi

Yaitu kegiatan mengumpulkan data dengan membuat daftar dokumentasi

yang telah diperoleh dari instansi.

G. Sistematika Penulisan Laporan

Untuk mempermudah pemahaman dalam pembahasan laporan PKLM ini,

penulis membagi sistematika penulisan kedalam beberapa bab yang terdiri dari :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisikan tentang latar belakang praktik kerja lapangan

mandiri, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, uraian teoritis, ruang

lingkup praktik kerja lapangan mandiri, metode penelitian dan sistematika

penulisan penelitian.

BAB II DESKRIPSI LOKASI PRAKTIK

Berisikan tentang gambaran umum tentang kantor SAMSAT Tebing

Tinggi serta tugas dan fungsi kantor SAMSAT Tebing Tinggi khususnya

mengenai BBNKB.

BAB III GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK

Berisikan tentang data-data yang diperoleh selama melaksanakan praktik

dan merupakan sebagai dasar dalam membuat laporan. Adapun isi dari bab ini

(15)

Nama baik dari dasar hukum sampai dengan pelaksanaannya di Kantor SAMSAT

Tebing Tinggi.

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis menjelaskan tentang data-data yang telah

dikumpulkn melalui proses analisa dan evaluasi selama masa penelitian.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang kesimpulan dan saran

mengenai objek PKLM.

LAMPIRAN

(16)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA

A.Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Sumatera Utara

Sebelum Dinas berdiri sendiri sebagai Instansi tersendiri, Pemgelola Pajak

dilakukan oleh Gubernur Sumatera Utara. Yang mana Pendapatan Daerah adalah

merupakan salah satu bagian yang berada dibawah Biro Keuangan yang bernaung

pada Sekretariat Kantor. Dan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala

Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang Susunan Organisasi dan Tata Cara

Sekretariat Wilayah Daerah Provinsi Sumatera Utara maka Biro Keuangan

ditingkatkan menjadi Direktorat Keuangan.

Dengan demikian maka Bagian Pajak dan Pendapatan Daerah berubah

menjadi Sub Direktorat. Pendapatan Daerah pada Direktorat Keuangan tersebut

dengan terbitnya Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sumatera

Utara tanggal 21 Maret 1975 Nomor 137/II/GSU, dan mulai berlaku tanggal 1

April 1975, maka Sub Direktorat Pendapatan Daerah ditingkatkan menjadi

Direktorat Pendapatan Daerah.

Pada tanggal 1 September 1975, Menteri Dalam Negeri menerbitkan surat

Nomor KUPD 3/12/43 tentang Pembentukan Dinas Pendapatan Daerah Tingkat-I

dan Dinas Pendapatan Tingkat-II diseluruh Indonesia, maka bersamaan dengan itu

Direktorat Pendapatan Daerah di ubah menjadi Dinas Pendapatan Daerah.

(17)

Pada tahun 1976 Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Tingkat-I Sumatera

Utara dibentuk dan dikeluarkan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sumatera

Utara tanggal 31 Maret 1976 Nomor 143/II/GBU, dengan persetujuan DPD.

Pembentukan Dinas ini ditetapkan dalam peraturan Daerah Tingkat-I Sumatera

Utara Nomor 1 Tahun 1976.

Kemudian sesuai dengan Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 061/274/S

tanggal 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah maka terhitung sejak tanggal

dikeluarkannya surat tersebut, kemudian namanya merubah menjadi Dinas

Pendapatan Sumatera Utara.

Pada tahun 1978 dibentuklah kantor perwakilan Tebing Tinggi yang

wilayah kerjanya adalah daerah Tebing Tinggi dengan kode BK. Dan secara terus

menerus volume Dinas Pendapatan Sumatera Utara terus meningkat dari tahun ke

tahun, sehingga mendorong perkembangan organisasi untuk meningkatkan

Pendapatan Daerah terutama pelayanan kepada masyarakat khususnya wajib

pajak, maka secara bertahap, dibentuk cabang Dinas Pendapatan Daerah tingkat I

dan tingkat II di seluruh daerah Sumatera Utara.

Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat pemilik kendaraan

bermotor, maka oleh pemerintah dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama Tiga

Menteri yaitu Menhamkam, Menteri Keuangan, dan Menteri Dalam Negeri nomor

Kep/13/XII/1976, Kep/199/MK/12/1976 tertanggal 28 September 1976 tentang

(18)

yang disebut Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (On Line Room

Operation).

Pada tanggal 1 April 1978 resmilah didirikan Kantor Bersama SAMSAT

Perwakilan Tebing Tinggi yang melayani pengurusan surat- surat kendaraan

bermotor wilayah Tebing Tinggi.

SAMSAT merupakan singkatan dari Sistem Administrasi Manunggal

Satu Atap adalah gabungan dari tiga instansi yang mempunyai tugas dan fungsi

berbeda tetapi mempunyai objek data yang sama yaitu kendaraan bermotor yang

berdomisili di daerah Provinsi Sumatera Utara dengan kode BK untuk wilayah

Tebing Tingggi.

Instansi yang terkait dalam Kantor SAMSAT :

1. Kepolisian Daerah Sumatera Utara yaitu DIPLANTAS POLDASU;

2. Pemerintah Daerah Sumatera Utara yaitu Dinas Pendapatan Provinsi

Sumatera Utara;

3. Departemen Keuangan yaitu PT (Persero) Jasa Raharja Cabang Utama

Tebing Tinggi.

Berdirinya kantor samsat adalah merupakan tindak lanjut dari Surat

Keputusan Bersama Tiga Mentri ( Menhamkam, Menteri Keuangan, Menteri

Dalam Negeri ) yang membentuk kerja sama dengan sistem baru yang di sebut

dengan Sistem Administrasi Manunggal di BawaH Satu Atap (On Line Under

(19)

1. Sebagai usaha untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat pemilik kendaraan bermotor yang berdomisili di Daerah

Sumatera Utara;

2. Meningkatkan Pendapatan Daerah Sumatera Utara melalui penerimaan

dari sektor BKP dan penerimaan dari sektor BBM-KB;

3. Meningkatkan penerimaan Asuransi Kerugian Kecelakaan Jasa

Raharja Cabang Utama Tebing Tinggi yang merupakan aparat

Departemen Keuangan Sumatera Utara;

4. Sebagai usaha menyeragamkan tindakan, ketertiban dan kelancaran

dan pengadaan administrasi kendaraan bermotor.

B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Sumatera Utara

Dalam rangka memberikan pembagian wewenang dan tanggung jawab

yang seimbang, maka perlu dibentuk struktur organisasi yang baik, sehingga tugas

yang diberikan dapat dikerjakan secara efesien, sistematis dan terkoordinir.

Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor

061/274/V tanggal 1 Oktober 1999 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja

Dinas Pendapatan Sumatera Utara, antara lain ditetapkan Tata Kerja dan

Pelaksanaan Organisasi Dinas Pendapatan Sumatera Utara yaitu dalam

melaksanakan tugasnya Kepala Dinas Pendapatan Daerah, Bagian Tata Usaha,

Kepalal Bidang dan Kepala UPT wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi,

(20)

pejabat struktural dinas wajib membangun, memelihara dan membina komunikasi

vertikal dan komunikasi horizontal serta koordinasi kerjasama dengan pihak yang

terkait, baik dalam lingkungan Dinas Pendapatan Daerah maupun dengan instansi

yang lain diluar Dinas Pendapatan Daerah sesuai dengan bidang tugasnya.

Kepala Dinas Pendapatan Daerah, Kepala Bagian Tata Usaha, Kepala

Bidang dan Kepala UPT wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk serta

bertanggung jawab pada atasannya dan menyampaikan laporan berkala tepat pada

waktunya. Kepala Dinas, Kepala Bagian Tata Usaha, Kepala Bidang dan Kepala

UPT memimpin dan mengkoordinasi bawahannya serta memberi bimbingan dan

petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya.

Adapun susunan dari organisasi Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera

Utara terdiri dari :

1. Kepala Dinas;

2. Wakil Kepala Dinas;

3. Bagian Tata Usaha, terdiri dari :

a. Sub Bagian Kepegawaian;

b. Sub Bagian Keuangan;

c. Sub Bagian Umum dan Perlengkapan;

d. Sub Bagian Organisasi dan Hukum;

4. Bidang Bina Program, terdiri dari :

a. Seksi Perencanaan dan Pengembangan;

(21)

c. Seksi Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan;

5. Bidang Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air,terdiri dari :

a. Seksi Teknis Perpajakan;

b. Seksi Sengketa Pajak dan Keberatan;

c. Seksi Pembukuan dan Pelaporan;

6. Bidang Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Pajak

Bahan Bakar Kendaraan Bermotor,terdiri dar :

a. Sekksi Teknis Perpajakan Lain- lain;

b. Seksi Sengketa Pajak dan Keberatan;

c. Seksi Pembukuan dan Pelaporan;

7. Bidang Retribusi dan Pelaporan lain- lain, terdiri dari :

a. Seksi Teknis Retribusi

b. Seksi Sengketa Pajak dan Keberatan;

c. Seksi Pembukuan dan Pelaporan;

8. Bidang Pengendalian dan Pembinaan, terdiri dari :

a. Seksi Pengendalian Keuangan dan Material;

b. Seksi Pengendalian Aparat Pelaksana;

c. Seksi Pembinaan Teknis Administrasi Pendapatan;

9. Unit Pelaksana Teknis Dinas;

(22)

C. Susunan Struktur dan Organisasi Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)

Struktur dan Susunan Organisasi Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)

Pendapatan serta rincian tugas pokok, fungsi dan uraian tugas masing- masing di

tetapkan berdasarkan Keputusan Kepala Daerah.

Susunan Organisasi Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD) Pendapatan

adalah sebagai berikut :

a. Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD ) Pendapatan

Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pendapatan membantu

Kepala Dinas dalam pengadministrasian dan pengutipan PKB, PKDA, Pajak

ABT/APU, PBB-KB, Retribusi dan Pendapatan lain- lain.

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Kepala Unit Pelaksana Teknis

Dinas (UPTD) Pendapatan mempunyai fungsi :

1. Menyempurnakan dan menyusun konsep standar- standar pendataan

potensi, pengadministrasian dan pengutipan dan pelaporan hasil

pengutipan PKB, PKDA, Pajak ABT/APU, PBB-KB, Retribusi dan

Pendapatan lain- lain;

2. Menyelenggarakan optimalisasi potensi pengadministrasian dan

pengutipan dan pelaporan hasil pengutipan PKB, PKDA, Pajak

ABT/APU, PBB-KB, Retribusi dan Pendapatan lain-lain sesuai dengan

(23)

3. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai

dengan bidang tugas dan fungsinya;

4. Mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Kepala

Dinas dan wakil Kepala Dinas;

5. Memberikan masukan yang perlu kepada Kepala Dinas dan wakil

Kepala Dinas sesuai dengan bidang dan fungsinya.

b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha

Kepala Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas sebagai berikut :

1. Menyusun dan menyampaikan rencana kebutuhan keuangan, dan

personil dan peralatan UPTD, sesuai standar yang di tetapkan;

2. Menyelenggarakan pengolahan keuangan, personil, peralatan dan

ketata usahaan UPTD sesuai standar yang di tetapkan;

3. Menghimpun bahan atau data dari seksi lainnya, untuk pembukuan

dan pelaporan hasil pengutipan PKB, PKDA, Pajak ABT/APU,

PBB-KB, Retribusi dan Pendapatan lain- lain sesuai dengan standar yang di

tetapkan;

4. Melaksanakan tugas lain yang di berikan oleh Kepala UPTD sesuai

dengan bidang, tugas dan fungsinya;

5. Mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Kepala

UPTD sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya;

6. Memberikan pemasukkan yang perlu kepada Kepala UPTD sesuai

(24)

c. Kepala Seksi Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

Kepala Seksi Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) mempunyai tugas sebagai

berikut :

1. Melaksanakan Pendapatan potensi, penetapan dan penagihan,

menerima dan memproses usul/ pengajuan keberatan dari wajib pajak

dan membuat daftar jumlah tagihan, tunggakan dan denda PKB dan

BBMKB sesuai dengan standar yang di tetapkan;

2. Melaksanakan tugas lain yang di berikan oleh Kepala UPTD sesuai

dengan bidang tugas dan fungsinya;

3. Mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugasnya pada Kepala UPTD

sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya;

4. Memberikan masukkan yang perlu kepada Kepala UPTD sesuai

dengan bidang tugas dan fungsinya.

d. Kepala Seksi Pajak Kendaraan Di Atas Air (PKDA)

Kepala Seksi Pajak Kendaraan Diatas Air (PKDA) mempunyai tugas

sebagai berikut :

1. Melakukan pendataan potensi, penetapan dan penagihan, menerima

dan memproses usul keberatan wajib pajak dan membuat daftar yang

jumlah tagihan, tunggakan dan denda pajak, pengambilan dan

pemanfaatan ABT/ APU dan PBB-KB sesuai dengan standar yang

(25)

2. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPTD sesuai

dengan bidang tugas dan fungsinya;

3. Mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Kepala

UPTD sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya;

4. Memberikan masukan yang perlu kepada Kepala UPTD sesuai dengan

bidang dan fungsinya.

e. Kepala Seksi Retribusi

Kepala Seksi Retribusi mempunyai tugas sebagai berikut :

1. Melakukan pendataan potensi, penetapan dan penagihan, menerima

dan memproses usul keberatan dari wajib pajak dan membuat daftar

jumlah tagihan, tunggakan dan denda retribusi sesuai dengan standar

yang di tetapkan;

2. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPTD sesuai

bidang tugas dan fungsinya;

3. Mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Kepala

UPTD sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya;

4. Memberikan masukkan yang perlu kepada Kepala UPTD sesuai

dengan bidang tugas dan fungsinya.

f. Kepala Seksi Pendapatan Lain- Lain

Kepala Seksi Pendapatan Lain- lain mempunyai tugas sebagai berikut :

1. Melakukan pendataan potensi, penetapan dan penagihan, menerima

(26)

jumlah tagihan, tunggakan dan denda setiap jenis pendapatan lain- lain

sesuai dengan standar yang di tetapkan;

2. Melakukan tugas lain yang di berikan oleh Kepala UPTD sesuai

dengan bidang tugas dan fungsinya;

3. Mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Kepala

UPTD sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya;

4. Memberikan masukkan yang perlu kepada Kepala UPTD sesuai

dengan bidang tugas dan fungsinya.

D. Gambaran Pegawai UPTD Tebing Tinggi Dinas Pendapatan Sumatera Utara

Berdasarkan Personil Tamatan SMA 5 Orang Tamatan D3 2 Orang

Tamatan S1 4 O rang

Tamatan S2 1 Orang

Tamatan S3 1 Orang

Berdasarkan Pangkat atau Golongan

Golongan IV/b 1 Orang

Golongan III/d 3 Orang

Golongan III/c 1 Orang

(27)

Golongan III/a 1 Orang

Golongan II/c 2 Orang

Golongan II/a 3 Orang

THL (Tenaga Harian Lepas) 2 Orang

Petugas Polri 16 Orang

TTHL Polri 1 Orang

Petugas PT Jasa Raharja 1 Orang

Sumber : Dinas Pendapatan Sumatera Utara 2011

E. Tata Kerja

1. Dalam melaksanakan tugas setiap pimpinan unit organisasi dan kelompok

tenaga fungsional wajib menerapkan prinsip koordinasi, intergrasi, dan

sinkronisasi baik dalam lingkungan masing- masing maupun antar satuan

organisasi di lingkungan pemerintah daerah dengan instansi lain di luar

pemerintah daerah sesuai dengan tugas masing- masing;

2. Setiap pemimpin satuan organisasi wajib menguasai bawahannya masing-

masing dan bila terjadi penyimpangan agar mengambil langkah- langkah

yang diperlukan sesuai dengan Peraturan Perundang- Undangan;

3. Setiap pimpinan organisasi bertanggung jawab memimpin dan

mengkoordinasikan bawahan masing- masing dan memberikan bimbingan

(28)

4. Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan mematuhi

petunjuk dan bertanggung jawab kepada atasan masing- masing dan

menyiapkan laporan berkala tepat pada waktunya;

5. Setiap laporan yang di terima oleh pimpinan satuan organisasi dari

bawahannya wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan untuk

penyusunan laporan lebih lanjut dan untuk memberikan petunjuk kepada

bawahannya;

6. Dalam penyampaian laporan masing- masing kepada atasan, tembusan

laporan wajib disampaikan kepada satuan organisasi lain yang secara

fungsional mempunyai hubungan kerja;

7. Dalam melaksanakan tugas setiap pemimpin satuan organisasi di

bawahnya dan dalam rangka pemberian bimbingan kepada bawahan

masing- masing wajib mengadakan rapat berkala;

8. Kepangkatan, pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian pejabat/

Pegawai Negeri Sipil (PNS) dilingkungan Dinas Pendapatan Provinsi

Sumatera Utara di atur sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-

(29)

BAB III

GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK

A.Ketentuan Umum

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah

Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut :

1. Daerah adalah Provinsi Sumatera Utara;

2. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Sumatera Utara;

3. Gubernur adalah Gubernur Sumatera Utara;

4. Dinas Pendapatan adalah Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara;

5. Pemerintahan Daearah adalah Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan

oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

menurut asos otonomi dan tugas pembantuan dengan perinsip otonomi

seluas- luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik

Indonesia;

6. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor yang selanjutnya disebut

BBNKB adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor

sebagai akibat perjanjian 2 pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan

yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau

pemasukan ke dalam badan usaha;

7. Jenis kendaraan bermotor adalah sepeda motor, mobil penumpang,

(30)

8. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, yang selanjutnya di singkat

SPTPD, adalah surat oleh wajib pajak di gunakan untuk melaporkan

perhitungan dan/ atau pembayaran pajak, objek pajak dan/ atau bukan

objek pajak dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan Ketentuan

Perundang- Undangan Perpajakan Daerah.

9. Surat Ketetapan Pajak Daerah yang selanjutnya disebut SKPD, adalah

Surat Ketetapan Pajak yang menentukan besar jumlah pokok pajak

yang terhutang.

10.Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari perhimpunan

data objek dan subjek pajak penentuan besarnya objek pajak yang

terhutang sampai kegiatan penagihan pajak kepada wajib pajak serta

pengawasan penyetorannya.

11.Nilai Jual Kendaraan Bermotor yang selanjutnya disingkat NJKB

adalah nilai jual kendaraan motor yang di peroleh berdasarkan harga

pasaran umum atas suatu kendaraan bermotor sebagai mana tercantum

dalam tabung nilai jual kendaraan bermotor yang berlaku.

12.Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi pembayar pajak,

pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan

kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perUndang-Undangan perpajakan daerah.

13.Masa pajak adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender atau jangka

(31)

(tiga) bulan kalender, yang menjadi dasar bagi wajib pajak untuk

menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang.

14.Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat,

dalam Masa Pajak dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak

sesuai dengan ketentuan peraturan perUndang- Undangan perpajakan

daerah.

15.Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat

SPTPD, adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk

melaporkan penghitungan dan/ atau pembayaran pajak, objek pajak

dan/ atau bukan objek pajak, dan/ atau harta dan kewajiban sesuai

dengan ketentuan peraturan perUndang- Undangan perpajakan daerah.

16.Surat Ketetapan Pajak Daerah yang selanjutnya disebut SKPD, adalah

surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak

yang terutang.

17.Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari perhimpunan

data objek dan subjek pajak penentuan besarnya pajak yang terutang

sampai kegiatan penagihan pajak kepada wajib pajak serta pengawasi

penyetoran.

18.Subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan

pajak.

19.Nilai Jual Kendaraan Bermotor yang selanjutnya disingkat NJKB,

(32)

Harga Pasaran Umum atas suatu kendaraan bermotor, sebagaimana

tercantum dalam tabel Nilai Jual Kendaraan Bermotor yang berlaku.

20.Nomor Pokok Wajib Pajak Provinsi yang selanjutnya disebut NPWPP

adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam

administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal

diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban

perpajakan.

B.Subjek dan Objek Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 1. Subjek Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

Subjek Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau

badan yang dapat menerima penyerahan kendaraan bermotor. Sedangkan wajib

pajak adalah orang pribadi atau badan yang menerima penyerahan kendaraan

bermotor.

2. Objek Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor\

. Objek Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah penyerahaan

kepemilikan kendaraan bermotor. Termasuk penyerahan kepemilikan kendaraan

bermotor seperti pemasukan kendaraan bermotor dari luar negeri untuk dipakai

secara tetap di daerah, kecuali :

a. Untuk dipakai sendiri oleh orang pribadi yang bersangkutan;

(33)

c. Untuk dikeluarkan kembali dari wilayah pabean Indonesia kecuali

apabila 3 (tiga) tahun berturut- turut tidak dikeluarkan kembali dari

wilayah pabean Indonesia;

d. Digunakan untuk pameran, penelitian, contoh, dan kegiatan olah raga

bertaraf Internasional.

Yang dikecualikan dari Objek Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

adalah:

a. Kereta Api;

b. Kendaraan bermotor yang semata- mata digunakan untuk keperluan

pertahanan dan keamanan negara;

c. Kendaraan bermotor yang dimiliki dan/ atau dikuasai kedutaan,

konsulat, perwakilan negara asing dengan asas timbal balik dan

lembaga- lembaga internasional yang memperoleh fasilitas

pembebasan pajak dari pemerintah;

d. Kendaraan bermotor yang di operasikan di atas air.

C.Tarif dan Dasar Pengenaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 1. Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

. Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan berdasarkan

(34)

a. Penyerahan pertama untuk Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

sebesar 15% (lima belas persen);

b. Penyerahan kedua dan seterusnya untuk Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor sebesar 1% (satu persen).

Khususnya untuk kendaraan bermotor alat- alat berat dan alat- alat besar yang

tidak menggunakan jalan umum, tarif pajak ditetapkan masing- masing sebagai

berikut :

a. Penyerahan pertama sebesar 0,75% (nol koma tujuh puluh lima

persen);

b. Penyerahan kedua atau seterusnya sebesar 0,075% (nol koma nol tujuh

lima persen).

2. Dasar Pengenaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

Dasar pengenaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah Nilai Jual

Kendaraan Bermotor (NJKB). Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB) di tetapkan

dengan Peraturan Gubernur yang berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam

(35)

D.Cara Perhitungan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

Adapun rumus perhitungan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah sebagai

berikut :

NJKB X TARIF

Keterangan :

NJKB : Nilai Jual Kendaraann Bermotor

Tarif : Tarif yang akan dikenakan atas NJKB yang akan dikenakan yaitu

sesuai dengan jenis kendaraan yang dipungut Bea Balik Nama

Kendaraan Bermotor

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) yang terutang di pungut di

Wilayah Daerah tempat kendaraan bermotor didaftarkan, dimana orang pribadi

atau badan yang menyerahkan kendaraan bermotor wajib melaporkan secara

tertulis kepada Gubernur atas terjadinya penyerahan hak milik tersebut selambat-

lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak saat penyerahan kendaraan bermotor.

Dan apabila terjadi pemindahan kendaraan bermotor dari satu daerah ke daerah

lain, maka wajib pajak yang bersangkutan harus memperlihatkan bukti pelunasan

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) di daerah asalnya berupa surat

keterangan fiskal antar daerah. Diman pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor (BBN-KB) merupakan satu kesatuan dengan pengurusan administrasi

(36)

E.Surat Pemberitahuan dan Ketetapan

Wajib pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) wajib

mendaftarkan penyerahan kendaraan bermotor dengan mengisi Surat

Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga

puluh) hari sejak penyerahan (untuk kendaraan bekas), sedangkan untuk

penyerahan kendaraan bermotor yang baru dalam jangka waktu paling lama 14

(empat belas) hari sejak penyerahan.

Orang pribadi atau badan yang menyerahkan kendaraan bermotor wajib

melaporkan secara tertulis penyerahan tersebut kepada Gubernur atau Kepala

Dinas Pendapatan Sumatera Utara atau Kepala Kantor Unit Pelaksanaan (UPT)

Dinas dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak penyerahan.

Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) harus di isi dengan jelas, benar, dan

lengkap serta ditanda tangani oleh wajib pajak atau orang yang di beri kuasa

olehnya.

SPTPD sekurang- kurangnya harus memuat :

1. Nama dan alamat lengkap pemilik;

2. Tanggal penyerahan;

3. Jenis, merek, isi silinder, tahun pembuatan, warna, nomor rangka, dan

nomor mesin.

Bentuk, isi, kualitas, dan ukuran SPTPD ditetapkan oleh Gubernur yang

(37)

Berdasarkan pendaftaran kendaraan bermotor yang telah ditetapkan tarif Bea

Balik Nama Kendaraan Bermotor dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak

Daerah (SKPD) atau dokumen lain yang dipersamakan.

Pajak terutang timbul sejak diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD).

Setiap wajib pajak yang terlambat mendaftarkan kendaraan bermotor dikenakan

sanksi administrasi sebesar 25% dari besaran pokok Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor (BBN-KB).

Setiap kendaraan bermotor yang mengalami perubahan bentuk dan/ atau

penggantian mesin, wajib melaporkan kepada Gubernur atau Kepala Dinas

Pendapatan Daerah atau juga Kepala Kantor Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas

paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak perubahan bentuk dan/ atau penggantian

mesin selesai dilaksanakan. Perubahan bentuk dan/ atau penggantian mesin yang

dilakukan akan diperhitungkan besaran Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

(38)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI DATA

A.Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Pengenaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB)

Dalam upaya meningkatkan penerimaan daerah melalui Bea Balik Nama

Kendaraan Bermotor masih di hadapkan pada masalah- masalah kurangnya

kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak atas pengenaan Bea Balik Nama

Kendaraan Bermotor. Hal ini di sebabkan karena kesadaran wajib pajak untuk

membayar Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor masih rendah, di tambah lagi

dengan adanya krisis ekonomi yang berkepanjangan yang melanda bangsa

Indonesia sampai dengan saat ini. Padahal dengan membayar pajak dapat

meningkatkan pendapatan daerah dan menunjang pembangunan di daerah itu

sendiri.

Adapun realisasi penerimaan Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

(BBN-KB) dalam 3 (tiga) tahun anggaran adalah sebagia berikut :

Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) Persen (%)

2008 500.000.000 539.021.292 107,80

2009 530.000.000 432.154.077 81,54

2010 424.004.000 373.760.852 88,15

(39)

Dari tabel di atas menunjukan bahwa realisasi penerimaan Bea Balik

Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) selama 3 (tiga) tahun terakhir adalah pada

tahun 2008, 2009, dan 2010 selalu mengalami penurunan dari tahun ke tahun atas

penerimaan realisasi dari rencana target yang akan di setor ke kas daerah untuk

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) guna pembangunan daerah

tersebut.

Dan dapat kita lihat bahwa ketidak patuhan wajib pajak dalam membayar

pengenaan Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor pada tahun 2008 sampai

dengan 2010 sangat rendah. Ini disebabkan karena kurangnya kesadaran wajib

pajak dalam mematuhi Peraturan- Peraturan mengenai pentingnya Bea Balik

Nama Kendaraan Bermotor yang akan digunakan Pemerintah Daerah tersebut

untuk kepentingan umum. Penurunan ini juga disebabkan karena kurang

pengawasannya pihak yang terkait dan banyaknya masyarakat yang membayar

pajak BBN-KB bersamaan (sekaligus) dengan membayar PKB untuk tahun

berikutnya.

B.Sistem Penilaian Dalam Pemungutan BBN-KB

Pemungutan Pajak Daerah (BBN-KB) adalah suatu kesatuan kegiatan

yang dilakukan yang dimulai dari menghimpun data objek dan subjek pajak,

menentukan besarnya pajak yang terutang hingga kegiatan penagihan pajak

kepada wajib pajak serta pengawasan penyetorannya.

Pelaksanaan pemungutan Pajak Daerah pada umumnya tidak dapat

(40)

Kepala Daerah atau dengan kata lain dibayar sendiri oleh wajib pajak dengan

menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD)Nyang dikeluarkan oleh

Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjukan.

Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) khususnya bagi pengenaan Bea

Balik Nama Kendaraan Bermotor terdiri dari 5 (lima) lembar :

1. Lembar kesatu untuk Wajib Pajak;

2. Lembar kedua untuk Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara;

3. Lembar ketiga untuk PT. (AK) Jasa Raharja;

4. Lembar keempat untuk Bendaharawan Khusus Penerima;

5. Lembar kelima untuk Kantor SAMSAT.

Wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajak harus menggunakan Surat

Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD). Kepada wajib pajak yang telah mendapat

Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) dapat dikeluarkan Surat Tagihan Pajak

Daerah (STPD). Apabila wajib pajak tidak membayar pajak terutang sampai jatuh

tempo (selama 30 hari), maka STPD yang disampaikan kepada Kepala Daerah

akan ditambah dengan sanksi administrasi sebesar 2 % (dua persen) perbulan,

berlaku paling lama 15 (lima belas) bulan sejak saat terutangnya pajak dan bila

wajib pajak sudah mendapat STPD tetapi tidak juga membayar pajaknya, maka

Kepala Daerah dapat mengeluarkan Surat Tagihan Pajak Daerah atau Surat Paksa

(41)

C.Syarat Pengurusan BBN-KB

Jika terjadi penyerahan hak milik kendaraan bermotor, maka orang pribadi atau badan yang telah menerima penyerahan hak milik (dalam hal ini di

anggap sebagai wajib pajak BBN-KB) wajib mendaftarkan penyerahan kendaraan

bermotor dengan mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) yang di

tetapkan oleh Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari

sejak saat penyerahan.

SPTPD tersebut harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditanda

tangani oleh wajib pajak atau orang yang telah diberi kuasa. Dan adapun yang

menjadi syarat dalam pengurusan BBN-KB secara umum, wajib pajak ataupun

kuasanya harus melampirkan dan menyerahkan berkas- berkas sebagai berikut :

1. BPKB (Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor) asli + foto copy;

2. STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor) asli + foto copy;

3. KTP (Kartu Tanda Penduduk) asli + foto copi;

4. Bukti Penyerahan Hak Milik Kendaraan Bermotor sebagai akibat

perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak yang meliputi :

a. Kuitansi jual beli (jika terjadi karena jual beli kendaraan bermotor

b. Bukti tukar menukar kendaraan bermotor (jika terjadi pertukaran

kendaraan bermotor)

c. Surat hibah (termasuk hibah karena wasiat, hadiah, atau

(42)

d. Hasil checking fisik kendaraan bermotor yang telah di tanda

tangani oleh petugas check fisik di Kantor SAMSAT tersebut

e. SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah) tahun sebelumnya

D.Prosedur BBN-KB

Adapun prosedur- prosedur yang harus dilalui dalam melaksanakan Bea

Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah sebagai berikut :

1. Pendaftaran

Dalam hal ini yang harus di lakukan oleh wajib pajak adalah :

a. Pengambilan Formulir SPPKB (Surat Pendaftaran dan Pendataan

Kendaraan Bermotor)

b. Pengisian SPPKB

c. Pendaftaran berkas

d. Menyampaikan berkas yang telah di tandatangani oleh wajib pajak

atau kuasanya kepada petugas checking

2. Penelitian berkas

Dalam tahap ini petugas meneliti kelengkapan berkas yang meliputi :

a. Check persyaratan dan kelengkapan berkas

b. Pendaftaran (entry)

c. Menyampaikan berkas kepada Bagian Penetapan

3. Penetapan

Yang dilakukan pada bagian penetapan ini adalah sebagai berikut :

(43)

b. Membuat nomor kohir

c. Mencheck ketetapan SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah)

d. Menyampaiakn berkas kepada Korektor (Final Checking)

4. Korektor (Final Checking)

Pada bagian ini petugas melakukan hal- hal sebagai berikut :

a. Meneliti kebenaran perhitungan

b. Meneliti kebenaran penetapan

c. Meneliti data pajak dalam ketetapan BBN-KB

5. Pembayaran

Prosedur pada bagian ini adalah :

a. Menerima pembayaran dari wajib pajak (Loket Kasir)

b. Membukukan hasil penerimaan

c. Menyampaikan SKPD pada Loket Embossing STNK

d. Menyampaikan berkas kepada petugas kartu boks (arsip)

e. Menyetorkan hasil penerimaan kasir kepada Bendaharawan (BPP)

f. Menyetorkan hasil penerimaan BPP ke bank yang di tunjuk (dalam

hal ini adalah BANK SUMUT)

g. Menyampaikan berkas belum bayar penagihan

6. Penagihan

Yang menjadi tugas di bagian ini adalah sebagai berikut :

a. Menghimpun dan membukukan berkas tunggakan pajak

b. Membuat dan menyampaikan Surat Tagihan Pajak (STP) yang belum

(44)

c. Membuat penetapan denda tunggakan pajak bagi hasil pajak yang

menyelesaikan tunggakan

d. Mengirim berkas penyelesaian tunggakan kepada kartu boks

7. Pelaporan

Pada tahapan ini yang dilakukan adalah hal- hal sebagai berikut :

a. Mempersiapkan laporan target dan realisasi penerimaan

b. Laporan permintaan dan pemakaian SPT/ SKPD dan pemakaian

formulir lainnya

c. Setoran Bank

d. Laporan tunggakan dan laporan lainnya.

E.Kegiatan Pelayanan BBN-KB

Kegiatan pelayanan BBN-KB dilaksanakan pada kantor SAMSAT Tebing

dengan instansi yang tekait yaitu POLRI, DIPENDA, dan PT. (AK) Jasa Raharja.

Dalam pelaksanaan pelayanan BBN-KB, para petugas di arahkan untuk lebih

memprioritaskan wajib pajak yang langsung membayar pajaknya daripada kuasa

wajib pajak, untuk itu di siapkan loket- loket bagi wajib pajak dan kuasa wajib

pajak.

Contoh Perhitungan BBN-KB

Dody Rusmayadi, seorang penduduk bertempat tinggal di jl. Bukit Bundar

No. 27 Lk.03 Tebing Tinggi membeli sebuah sepeda motor keluaran tahun 2006

(45)

Gunung Krakatau Lk. III DS Lalang Tebing Tinggi seharga Rp 7.900.000 (Tujuh

Juta Sembilan Ratus).

Ditanya :

1. Apakah syarat-syarat yang harus di penuhi untuk mengurus BBN-KB ?

2. Berapakah Pajak BBN-KB yang harus di bayar oleh Dody Rusmayadi ?

Jawab :

1. Syarat- syarat yang harus diserahkan oleh Dody Rusmayadi adalah

sebagai berikut :

a. Menyerahkan BPKB (Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor) asli +

fotocopi atas nama Bapak Irianto

b. Menyerahkan STNK asli + fotocopi

c. Menyerahkan KTP Dody Rusmayadi yang asli + fotocpi

d. Menyerahkan kuitansi jual beli kendaraan bermotor yang telah di

setujui oleh pihak SAMSAT (Kepolisian)

e. Menyerahkan SKPD tahun sebelumnya atas nama Bapak Irianto

2. Perhitungan Pajak BBN-KB

a. Pembelian yang dilakukan oleh Dody Rusmayadi adalah pembelian

kendaraan bermotor bekas (bukan baru) dari dealer agen atau

penyalur/ orang lain.

b. Jenis kendaraan bermotornya adalah kendaraan bermotor bukan

umum, sepeda motor merek suzuki type FD 110 XCSD buatan tahun

(46)

c. Harga kendaraan bermotor sesuai dengan kuitansi jual beli adalah Rp

7.900.000.

d. Tarif yang berlaku untuk penyerahan kedua kendaraan bermotor

bukan umum adalah 1% (satu persen) sesuai dengan Peraturan Daerah

Sumatera Utara Nomor 1 Tahun 2011.

e. Daftar nilai jual kendaraan bermotor untuk Suzuki type FD 110 XCSD

berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 25 Tahun 2010

tentang Perhitungan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dan

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Tahun 2010 adalah sebagai

berikut :

Jenis/ Merek/ Tipe

Tahun

Pembuatan

Bobot

Nilai Jual Kendaraan

Bermotor (Rp)

Suzuki FD 110

XCSD

2004 1.00 7.600.000

2005 1.00 7.700.000

2006 1.00 7.900.000

2007 1.00 8.200.000

2008 1.00 8.300.000

Perhitungan :

Rumus = Tarif X Nilai Jual Kendaraan Bermotor

= 1% x Rp 7.900.000

= 1/100 x Rp 7.900.000

(47)

Catatan : Nilai Jual Kendaraan Bermotor yang berlaku disini bukanlah

nilai jula disetujui antara penjual dengan pembeli, tetapi nilainya

telah di tetapkan oleh Pemerintah berdasarkan ketentuan yang

berlaku.

F. Kendala yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Pemungutan BBN-KB dan Solusinya

Dalam kepengurusannya BBN-KB ini pada dasarnya dapat dilaksanakan

tanpa ada kendala, baik dari pihak petugas maupun wajib pajak itu sendiri. Setelah

penulis melakukan pengamatan dalam melakukan PKLM dan melakukan

wawancara kepada petugas kepengurusan BBN-KB, menyimpulkan bahwa dari

pihak SAMSAT Tebing Tinggi tidak mengalami masalah atau kendala dalam

melakukan tugasnya. Karena semua prosedur yang mereka jalankan sudah

ditetapkan dan dijalankan sesuai dengan yang telah di atur.

Walau demikian, masih ada kekurangan yang di rasakan dari pihak

SAMSAT sendiri, yaitu mengenai kurang luasnya sosialisasi tentang Peraturan

Daerah yang mengatur tentang BBN-KB ini. Sehingga tidak semua wajib pajak

yang memiliki kendaraan bermotor khususnya yang melakukan penyerahan

kendaraan bermotor dapat mengetahui secara benar tentang prosedur pemungutan

BBN-KB ini yang akhirnya ia menggunakan jasa calon dalam kepengurusannya.

Solusi dari masalah di atas adalah agar pihak SAMSAT bekerja sama

(48)

di tingkat pendidikan seperti Universitas, masyrakat umum melalui media

elektronik dan media cetak. Dengan demikian masyarakat akan mudah memahami

pentingnya melakukan BBN-KB dan akan menimbulkan kesadaran pada masing-

masing wajib pajak.

Adapun masalah atau kendala yang sering terjadi adalah dari wajib pajak

yang melakukan penyerahan kendaraan bermotor. Seperti tidak taatnya wajib

pajak yang melakukan penyerahan kendaraan bermotor untuk melakukan Bea

Balik Nama dalam waktu 30 (tiga puluh) hari. Kemudian banyak wajib pajak

yang menggunakan jasa calo dalam hal kepengurusan BBNnya sehingga wajib

pajak tersebut harus mengeluarkan biaya tambahan untuk mengurus BBNnya.

Padahal kepengurusan BBN-KB tidak lha begitu sulit.

Adapun jalan keluar dari masalah ini adalah bagaimana caranya agra

setiap wajib pajak mengetahui prosedur pemungutan BBN-KB dari mulai

pendaftaran sampai hingga proses akhir. Dengan demikian akan memudahkan

bagi wajib pajak untuk melaksanakan kepengurusannya. Dan apabila ada hal- hal

yang kurang atau tidak dimengerti wajib pajak di anjurkan agar bertanya kepada

petugas yang bersangkutan. Dan diharapkan juga kepada wajib pajak agar selalu

melakukan BBN-KB ke Kantor SAMSAT terdekat secepat mungkin dalam waktu

maksimal 30 (tiga puluh) hari sebab dengan demikian akan menjadi bukti ke

(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Dari pembahasan tentang tata cara Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

diatas, Maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai hasil akhir

dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang dilakukan di Kantor SAMSAT Tebing

Tinggi, sebagai berikut :

1. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak yang dipungut di

tingkat provinsi atas setiap penyerahan hak milik kendaraan bermotor

sebagai akibat perjanjian 2 (dua) pihak atau perbuatan sepihak atau

keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, termasuk

wasiat atau hadiah, warisan atau pemasukkan ke dalam badan usaha yang

di tetapkan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

Persyaratan- persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh wajib pajak

dalam mengurus BBN-KB adalah melampirkan : BPKB asli + pas foto,

STNK asli + fotocopi, KTP asli + fotocopi, bukti penyerahan hak milik

kendaraan bermotor, hasil checking fisik kendaraan bermotor dan SKPD

tahun sebelumnya.

2. Peraturan tentang Pajak Daerah khususnya tentang BBN-KB ditinjau

ulang dan di perbaharui setiap 5 (lima) tahun sekali sesuai dengan cara dan

(50)

3. Di Kantor SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap) Tebing

Tinggi merupakan gabungan dari 3 (tiga) instansi:

a. Kepolisian Daerah Sumatera Utara (DitlantasPolisi Daerah Sumatera

Utara);

b. Pemerintah Daerah Tingkat I Sumatera utara (DISPENDA Sumatera

Utara);

c. Departemen Keuangan (PT. AK Jasa Raharja Cabang Utama Tebing

Tinggi).

4. Masih banyak masyarakat yang belum mengerti dan memahami tentang

prosedur- prosedur yang harus di laksananakan dan di ikuti dalam

mengurus Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, serta kesadaran

masyarakat (khususnya wajib pajak) dalam pentingnya pembayaraan pajak

atas pengenaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. Hal ini terlihat dari

data penerimaan realisasi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor selama 3

(tiga) tahun terakhir (2008-2010) dan juga dikarenakan oleh banyaknya

masyarakat yang membayar pajak BBN-KB bersamaan (sekaligus) dengan

membayar PKB untuk tahun berikutnya, padahal batas untuk melakukan

BBN-KB adalah 30 (tiga puluh) hari setelah terjadinya pemindahan hak

milik. Serta masih banyak masyarakat yang mengurusnya melalui para

calo, padahal hal ini sangat merugikan masyarakat itu sendiri. Hal ini

dapat di artikan bahwa kesadaran dari pemilik kendaraan bermotor dalam

(51)

B.SARAN

Sebagai hasil akhir dari Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini,

penulis juga mempunyai saran- saran yang mungkin dapat memberikan manfaat

untuk Dinas Pendapatan Daerah Tingkat I Sumatera Utara, khususnya Kantor

SAMSAT Tebing Tinggi, adapun saran- saran yang dapat penulis berikan adalah

sebagai berikut :

1. Perlunya meningkatkan sosialisai peraturan- peraturan tentang BBN-KB

yang lebih menyentuh dan menyadarkan masyarakat akan pentingnya

mengurus Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

2. Hendaknya prosedur- prosedur yang berlaku dalam mengurus Bea Balik

Nama Kendaraan Bermotor agar lebih di sederhanakan untuk

memudahkan masyarakat dalam mengurus kepentingannya.

3. Agar memberikan penjelasan kepada masyarakat melalui brosur- brosur,

spanduk atau pamflet tentang pentingnya kesadaran masyarakat dalam

membayar pajak daerah khususnya BBN-KB dalam menunjang

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Siahaan, Marihot, 2000, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Jakarta :

PT Grafindo Persada

Mardiasmo, 2005, Perpajakan, Yogyakarta: Andi Offset

Undang- Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2009, Tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah

Pemerintah Republik Indonesia, Undang- Undang Nomor 34 Tahun 2000

Tentang Pajak dan Retribusi Daerah.

Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun

2001 Tentang Pajak Daerah.

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun

2011 Tentang Pajak Daerah Provinsi Sumatera Utara

Pemeintah Daerah Sumatera Utara, Keputusan Gubernur Sumatera Utara

Nomor 973/ 1620. K/Tahun 2002 Tentang Petunjuk Pelaksanaan

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 4Tahun 2002

Tentang Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Di

Atas Air

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Hadari Nawawi (2012:68), terdapat beberapa bentuk penelitian dalam metode deskriptif, yaitu bentuk penelitian studi hubungan (Interrelationship studies) yang

[r]

focusing on the malaysian army due to its ex- tensive experience in hadR missions, the study was attempted to determine empirically the effects of logistics, coordination and

Oleh karena itu Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Bangka Belitung(HMTS-UBB) mengadakan Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional dengan Tema “ Optimalisasi

Sustainable development appraisal (SDA): a metho- dological tool for the participatory assessment of sustainability from local to regional planning levels.. Centre for Development

akan ditentukan panitia dikemudian hari jika terjadi kecurangan

Core LQIs identified for immediate development are: nutrient balance, yield gap, land use intensity and diversity, and land cover; LQIs requiring longer term research include:

Dengan ini saya menyatakan ikut serta dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional Tingkat Mahasiswa yang di adakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil