TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMP SWASTA
KRISTEN IMMANUEL MEDAN KELAS VIII
TERHADAP PENYALAHGUNAAN DAN
KETERGANTUNGAN NAPZA TAHUN 2011
Oleh :
ESANIKARUPPIAH JAGATHISEN
080100413
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMP SWASTA
KRISTEN IMMANUEL MEDAN KELAS VIII
TERHADAP PENYALAHGUNAAN DAN
KETERGANTUNGAN NAPZA TAHUN 2011
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh :
ESANIKARUPPIAH JAGATHISEN
080100413
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Tingkat Pengetahuan Siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan Kelas VIII Terhadap Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA Tahun 2011
Nama : Esanikaruppiah Jagathisen NIM : 080100413
Medan, Januari 2012 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
( Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD – KGEH ) NIP: 19540220 198011 1 001
Pembimbing
( dr. Zairul Arifin, Sp.A, DAFK) NIP: 19460406 196902 1 001
Penguji I
( dr. Nurchaliza Siregar, Sp.M) NIP: 19700908 200003 2 001
Penguji II
ABSTRAK
Penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA) merupakan satu ancaman yang dapat menghancurkan generasi muda. Dalam DSM-IV-TR (The Diagnostic And Statistical Manual of Mental
Disorder’s,4th edition, Text Revision) seperti DSM-III dan DSM-IV,
ketergantungan dan penyalahgunaan kenyataannya merupakan manifestasi fisik dan psikologis dari penyakit akibat penggunaan obat-obatan yang terdiri dari dua kategori bahan yang menyebabkan ketergantungan dan bahan yang disalahgunakan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa-siswi Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII tahun 2011 mengenai penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA.
Hasil survei Badan Narkotika Nasional menunjukkan, prevalensi penyalahgunaan narkoba di lingkungan pelajar mencapai 4,7% dari jumlah pelajar dan mahasiswa atau sekitar 921.695 orang.
Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik total sampling.
Dengan jumlah sampel sebanyak 54 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA mayoritas berada pada kategori sedang, yaitu 46,3%, kategori baik dan kurang masing-masing 35,2% dan 18,5%.
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan siswa-siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA berada pada kategori sedang. Diharapkan pihak sekolah maupun petugas kesehatan dapat memberikan informasi dan materi pelajaran mengenai penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA yang diperlukan oleh siswa-siswi SMP Swasta Kristen Immanuel Medan.
ABSTRACT
Narcotics, psychotropic and addictive substances misuse and dependence are a threat to the future of younger generation. In DSM-IV-TR (The Diagnostic And Statistical Manual of Mental Disorders ,4th
This study was conducted to apprehend the adolescents’ knowledge towards substance abuse and dependence in SMP Swasta Kristen Immanuel Medan 8
edition, Text Revision) as DSM-III and DSM-IV, substance abuse and dependence are manifestations from physical and psychological illness due to usage of drugs which consist of substance abuse and substance dependence. Based on survey conducted by Badan Narkotika Nasional (BNN), the prevalence of drug misuse among students is 4,7 % from the total number of students which is 921.695 people.
th
This research was conducted with descriptive research method, the approach used in this study design was a cross sectional study and sampling by using total sampling technique.
grade in 2011.
With a total sample of 54 people, obtained the results of studies showing that the level of respondents knowledge on substance abuse and dependence majority are at average category that is 46,3%, good and less categories respectively 35,2% and 18,5%.
From these results, it can be concluded that knowledge of adolescents in SMP Swasta Kristen Immanuel Medan 8th grade in 2011 towards substance abuse and dependence is at average category. The authorized party is expected to provide information and learning materials on substance abuse and dependence of the students in SMP Swasta Kristen Immanuel Medan.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh kelulusan sebagai sarjana kedokteran program studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Karya tulis ilmiah ini berjudul Tingkat Pengetahuan Siswa SMP Swasta
Kristen Immanuel Medan Kelas VIII Terhadap HIV/AIDS Tahun 2011. Dalam
penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis telah banyak menerima
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa
terima kasih kepada :
1. Bapak Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar,Sp.PD-KGEH, selaku dekan FK
USU.
2. dr. Zairul Arifin, Sp.A, DAFK selaku dosen pembimbing, yang telah banyak
memberikan arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah
ini dapat terselesaikan dengan baik. Juga kepada dr. Nurchaliza Siregar, Sp.M
dan Ibu Nenni Dwi A. Lubis, SP, MSi selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran dan masukan yang membangun untuk penelitian ini.
3. dr. Dina Keumala Sari, SpGK yang telah menjadi dosen penasihat akademik
penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
4. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang
telah memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti selama masa pendidikan.
5. Kedua orang tua penulis, yang tiada bosan-bosannya mendoakan serta
memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan.
6. Teman sejawat Juan Carson atas masukan dan bantuannya dalam
pengambilan data untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
7. Teman sejawat Fadillah Akbar S atas masukan dan bantuannya dalam
8. Teman sejawat Justin Michal atas masukan dan bantuannya dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
9. Serta semua pihak baik langsung maupun tidak langsung yang telah
memberikan bantuan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.
Kepada semua pihak tersebut, penulis ucapkan terima kasih. Semoga
Tuhan Yang Maha Esa selalu membalas semua kebaikan yang selama ini
diberikan kepada penulis dan melimpahkan rahmat-Nya.
Cakupan belajar sepanjang hayat dan mengembangkan pengetahuan baru,
dalam area kompetensi KIPDI-3, telah memotivasi penulis dalam melaksanakan
penelitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Siswa SMP Swasta Kristen
Immanuel Medan Kelas VIII Terhadap Penyalahgunaan Dan Ketergantungan
NAPZA Tahun 2011” ini. Harapan penulis semoga penelitian ini mendapat
persetujuan untuk pelaksanaan demi memberikan sumbangsih bagi perkembangan
ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu kedokteran.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah
ini dapat berguna bagi kita semua.
Medan, 10 Desember 2011
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN ... i
ABSTRAK……… ii
ABSTRACT………. iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABLE……… ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Rumusan Masalah ... 2
1.3.Tujuan Penelitian ... 3
1.4.Manfaat Penelitian ... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1. Pengetahuan ... 4
2.1.1 Definisi Pengetahuan ... 4
2.1.2 Tingkat Pengetahuan ... 4
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 5
2.2. NAPZA ... 5
2.2.1 Definisi NAPZA ... 5
2.2.2 Klasifikasi NAPZA ... 7
2.2.3 Heroin ... 8
2.2.4 Morfin ... 8
2.2.6 Ekstasi ... 9
2.2.7 Shabu-shabu ... 10
2.2.8 Tranquilizers dan Penenang Non Obat Tidur ... 10
2.2.9 Alkohol ... 11
2.3. Penyalahgunaan dan Ketergantungan Zat NAPZA ... 12
2.3.1 Penyalahgunaan Zat NAPZA ... 12
2.3.2 Ketergantungan Zat NAPZA ... 13
2.3.3 Perbedaan Antara Ketergantungan dan Penyalahgunaan ... 14
BAB 3. KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 16
3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 16
3.2. Definisi Operasional ... 16
3.2.1 Variable Pengetahuan ... 16
3.2.2 Variable Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA .. 17
BAB 4. METODE PENELITIAN ... 18
4.1. Jenis Penelitian ... 18
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 18
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 18
4.3.1 Populasi ... 18
4.3.2 Sampel ... 19
4.3.2.1 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 19
4.3.2.2 Besar Sampel ... 19
4.4. Teknik Pengambilan Data ... 19
4.4.1 Jenis Data ... 19
4.4.2 Cara Pengambilan Data ... 19
4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 20
4.5.1 Pengolahan Data ... 20
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 22
5.1. Hasil Penelitian ... 22
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 22
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 23
5.1.3. Deskripsi Tingkat Pengetahuan ... 27
5.2. Pembahasan ... 29
5.2.1. Karakteristik Responden ... 29
5.2.2. Pengetahuan ... 30
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 34
6.1. Kesimpulan ... 34
6.2. Saran ... 35
DAFTAR PUSTAKA ... 36
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Untuk Setiap
Pertanyaan ……… 20
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Dan Persentasi Karakteristik
Responden Menurut Jenis Kelamin………. 23
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Dan Persentasi Karakteristik
Responden Menurut Pekerjaan Orang Tua………... 23
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Dan Persentasi Karakteristik
Responden Menurut Sumber Informasi…………... 24
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Kuesioner
Responden………. 25
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat
Pengetahuan………... 26
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan
Responden Menurut Jenis Kelamin………... 27
Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Kuesioner
Lampiran 3 Surat Izin Survei Awal Penelitian Lampiran 4 Lembar Ethical Clearence Lampiran 5 Surat Izin Penelitian
Lampiran 6 Surat Keterangan Hasil Penelitian Lampiran 7 Lembar Penjelasan Penelitian Lampiran 8 Informed Consent
ABSTRAK
Penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA) merupakan satu ancaman yang dapat menghancurkan generasi muda. Dalam DSM-IV-TR (The Diagnostic And Statistical Manual of Mental
Disorder’s,4th edition, Text Revision) seperti DSM-III dan DSM-IV,
ketergantungan dan penyalahgunaan kenyataannya merupakan manifestasi fisik dan psikologis dari penyakit akibat penggunaan obat-obatan yang terdiri dari dua kategori bahan yang menyebabkan ketergantungan dan bahan yang disalahgunakan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa-siswi Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII tahun 2011 mengenai penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA.
Hasil survei Badan Narkotika Nasional menunjukkan, prevalensi penyalahgunaan narkoba di lingkungan pelajar mencapai 4,7% dari jumlah pelajar dan mahasiswa atau sekitar 921.695 orang.
Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik total sampling.
Dengan jumlah sampel sebanyak 54 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA mayoritas berada pada kategori sedang, yaitu 46,3%, kategori baik dan kurang masing-masing 35,2% dan 18,5%.
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan siswa-siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA berada pada kategori sedang. Diharapkan pihak sekolah maupun petugas kesehatan dapat memberikan informasi dan materi pelajaran mengenai penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA yang diperlukan oleh siswa-siswi SMP Swasta Kristen Immanuel Medan.
ABSTRACT
Narcotics, psychotropic and addictive substances misuse and dependence are a threat to the future of younger generation. In DSM-IV-TR (The Diagnostic And Statistical Manual of Mental Disorders ,4th
This study was conducted to apprehend the adolescents’ knowledge towards substance abuse and dependence in SMP Swasta Kristen Immanuel Medan 8
edition, Text Revision) as DSM-III and DSM-IV, substance abuse and dependence are manifestations from physical and psychological illness due to usage of drugs which consist of substance abuse and substance dependence. Based on survey conducted by Badan Narkotika Nasional (BNN), the prevalence of drug misuse among students is 4,7 % from the total number of students which is 921.695 people.
th
This research was conducted with descriptive research method, the approach used in this study design was a cross sectional study and sampling by using total sampling technique.
grade in 2011.
With a total sample of 54 people, obtained the results of studies showing that the level of respondents knowledge on substance abuse and dependence majority are at average category that is 46,3%, good and less categories respectively 35,2% and 18,5%.
From these results, it can be concluded that knowledge of adolescents in SMP Swasta Kristen Immanuel Medan 8th grade in 2011 towards substance abuse and dependence is at average category. The authorized party is expected to provide information and learning materials on substance abuse and dependence of the students in SMP Swasta Kristen Immanuel Medan.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika, psikotropika dan zat
adiktif (NAPZA) merupakan satu ancaman yang dapat menghancurkan generasi
muda. Sampai saat ini belum semua orang memiliki kesadaran untuk memerangi
penggunaan NAPZA, karena masih kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap
bahaya penyalahgunaan NAPZA. Penyuluhan perlu dilakukan terutama pada
anak-anak usia sekolah untuk mendidik masyarakat tentang bahaya
penyalahgunaan NAPZA (Kaplan, 1991).
Pada saat ini anak-anak sekolah dasar sudah mengenal narkotika, oleh
karena itu sudah saatnya bagi kita untuk mensosialisasikan bahaya narkotika ini di
kalangan masyarakat. Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), kasus
pemakaian narkoba oleh pelaku dengan tingkat pendidikan SD hingga tahun 2007
berjumlah 12.305 kasus. Data ini begitu mengkhawatirkan karena seiring dengan
meningkatnya kasus narkoba (khususnya di kalangan usia muda dan anak-anak),
penyebaran HIV/AIDS semakin meningkat dan mengancam. Penyebaran narkoba
menjadi makin mudah karena anak SD juga sudah mulai mencoba-coba mengisap
rokok. Tidak jarang para pengedar narkoba memasukkan zat-zat adiktif (zat yang
menimbulkan efek kecanduan) ke dalam lintingan tembakaunya dan akhirnya
sampai pada stadium ketergantungan (dependence) (World Drug Report, 2010).
Dalam DSM-IV-TR (The Diagnostic And Statistical Manual of Mental
Disorder’s,4th edition, Text Revision) seperti DSM-III dan DSM-IV,
ketergantungan dan penyalahgunaan kenyataannya merupakan manifestasi fisik
dan psikologis dari penyakit akibat penggunaan obat-obatan yang terdiri dari dua
kategori bahan yang menyebabkan ketergantungan dan bahan yang
disalahgunakan. Substance abuse atau penyalahgunaan obat-obatan adalah
perilaku maladaptif. Penelitian telah menunjukkan lebih jauh lagi tentang
ketergantungan obat-obatan daripada penggunaan obat-obatan (Leshner, 1999;
kesehatan jasmani, fungsi intelektual, kehidupan emosi dan sosial yang dapat
merugikan keluarga dan masyarakat sekitar maupun negara (American Psychiatric
Association, 2000).
Prevalensi penggunaan NAPZA dari tahun ke tahun terus terjadi
peningkatan sehingga dapat terlihat seperti fenomena gunung es (iceberg
phenomenon). Menurut data BNN, pada tahun 2009 terdapat 35.299 orang
tersangka korban narkoba. Dari status tersangka diputuskan sebagai terpidana
kasus narkoba sebanyak 28.392 orang dan 9.661 terpidana kasus narkotika. Bila
dilihat data yang ada, sekitar 86% penyalahgunaan narkotika justru usia produktif
yang butuh upaya rehabilitasi. Untuk mengakomodasi hak atas rehabilitasi
pecandu dan penyalahguna narkotika, BNN melalui Unit Terapi Rehabilitasi
(Unitra) hanya memiliki tempat untuk pecandu dan penyalahguna maksimal
menampung 500 orang dan pada tahun 2009 hanya 249 orang korban yang
direhabilitasi di Unitra Lido. Padahal pecandu ada 3,6 juta pecandu (Badan
Narkotika Nasional, 2009).
Hasil survei BNN menunjukkan, prevalensi penyalahgunaan narkoba di
lingkungan pelajar mencapai 4,7% dari jumlah pelajar dan mahasiswa atau sekitar
921.695 orang. Kabid Pembinaan dan Pencegahan Badan Narkotika Provinsi
Sumatera Utara menyatakan dari jumlah tersebut 61% di antaranya menggunakan
narkoba jenis analgesic dan 39% jenis ganja, amphetamine, ekstasi dan lem.
Berdasarkan data di atas, peneliti ingin mengkaji tingkat pengetahuan siswa SMP
Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII terhadap penyalahgunaan dan
ketergantungan NAPZA.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana tingkat pengetahuan siswa SMP Swasta Kristen Immanuel
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui tingkat pengetahuan siswa SMP Swasta Kristen Immanuel
Medan kelas VIII terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA.
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. Mengetahui tingkat pengetahuan siswa berdasarkan jenis kelamin.
2. Mengetahui tingkat pengetahuan siswa berdasarkan pekerjaan orang tua
(sosio-ekonomi).
3. Mengetahui tingkat pengetahuan siswa berdasarkan sumber informasi.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa
Hasil penelitian ini dapat menjadi refrensi siswa tentang bahaya
penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA.
2. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini sebagai sarana informatif bagi pihak sekolah untuk
mendidik siswa dan mengadakan penyuluhan supaya siswa tidak terlibat
dalam penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA.
3. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat memperdalam pengetahuan penulis tentang NAPZA
dan memberi pengalaman nyata untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa
tentang penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
2.1.1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik malalui indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo, 2003).
2.1.2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan mempunyai enam tingkatan,yaitu:
1. Tahu (know).
Tahu adalah suatu keadaan dimana seseorang dapat mengingat sesuatu yang
telah dipelajari sebelumnya.Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah.
2. Paham (comprehension).
Paham diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang mampu
menjelaskan dengan benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (application).
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
4. Analisis (analysis).
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu objek ke dalam
komponen-komponen yang masih dalam satu struktur organisasi dan masih
ada kaitannya satu sama lain, misalnya mengelompokkan dan membedakan.
5. Sintesis (synthesis).
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
6. Evaluasi (evaluation).
Evaluasi adalah suatu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu
materi atau objek (Notoatmodjo, 2003).
2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) dan Widianti (2007), pengetahuan seseorang
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman
orang lain. Pengalaman yang diperoleh dapat memperluas pengetahuan
seseorang.
2. Secara umum orang yang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki
pengetahuan yang lebih luas daripada orang yang berpendidikan lebih
rendah.
3. Biasanya keyakinan diperoleh secara turun-menurun baik keyakinan yang
positif maupun keyakinan yang negatif, tanpa adanya pembuktian terlebih
dahulu.
4. Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan
seseorang adalah majalah, radio, koran, televisi, buku, dan lain-lain.
5. Penghasilan tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengetahuan
seseorang. Namun, jika seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia
mampu menyediakan fasilitas yang lebih baik.
6. Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi
pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.
2.2. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif) 2.2.1. Definisi NAPZA
NAPZA terdiri dari narkotika, psikotropika dan zat adiktif. Narkotika
disebut juga sebagai obat-obatan yang dipakai sebagai anestesi sehingga dapat
mengakibatkan hilangnya kesadaran karena mempengaruhi sistem susunan saraf
pusat. Menurut Undang-Undang No. 22 tahun 1997, narkotika merupakan obat
menimbulkan ketergantungan. Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya
dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak ditujukan untuk terapi
serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan. Contohnya
adalah heroin dan ganja. Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki
khasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam
terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contohnya adalah morfin dan petidin
(
Menurut Undang-Undang No. 5 tahun 1997, psikotropika merupakan zat
atau obat, baik alamiah maupun sintesis yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas
pada aktivitas mental dan perilaku seseorang (Parapat, 2002). Psikotropika
golongan I hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan
sindrom ketergantungan. Contohnya adalah ekstasi, shabu, dan LSD (lysergic acid
diethylamide). Psikotopika golongan II adalah berkhasiat pengobatan dan dapat
digunakan dalam terapi, dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi yang kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya adalah
amfetamin, metilfenidat atau ritalin.
Parapat, 2002).
Psikotropika golongan III adalah berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi sedang mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contohnya adalah
pentobarbital dan flunitrazepam. Psikotropika golongan IV berkhasiat pengobatan
dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contohnya adalah diazepam, fenobarbital, nitrazepam dan klonazepam. Zat adiktif
adalah bahan yang dapat menimbulkan kerugian bagi seseorang yang
menggunakannya akibat timbulnya ketergantungan psikis seperti golongan
2.2.2. Klasifikasi NAPZA
Pengolongan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lain menurut
Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) didasarkan atas pengaruhnya terhadap
tubuh manusia.
1. Opiates (opiat).
Opiod mengurangi rasa nyeri dan menyebabkan mengantuk atau turunya
kesadaran. Contohnya adalah opium, morfin, heroin dan petidin.
2. Ganja.
Ganja menyebabkan perasaan riang, meningkatkan daya khayal dan
berubahnya perasaan waktu.
3. Kokain.
Kokain dan daun koka tergolong dalam stimulan meningkatkan aktivitas otak
atau fungsi organ lain.
4. Golongan amfetamin (stimulan).
Contohnya adalah amfetamin, ekstasi dan shabu.
5. Alkohol.
Alkohol terdapat dalam minuman keras menyebabkan ataxia.
6. Halusinogen.
Menyebabkan halusinasi (khayalan). Contohnya (lysergic acid diethylamide).
7. Sedativa dan hipnotika.
Obat penenang atau obat tidur.
8. Solvent dan inhalasi.
Gas atau uap yang dihirup. Contohnya tiner dan lem.
9. Nikotin.
Terdapat pada tembakau (termasuk stimulan).
10.Kafein (stimulansia).
Terdapat dalam kopi, berbagai jenis obat penghilang rasa sakit atau nyeri dan
2.2.3. Heroin
Narkotika yang paling sering disalahgunakan oleh para remaja usia
sekolah, zat ini sangat adiktif mempengaruhi otak sehingga menghasilkan efek
yang menyenangkan dan menghilangkan rasa nyeri. Di Indonesia, heroin juga
dikenal dengan nama putaw. Penggunaannya secara injeksi intavena,
intramuskuler dan dihisap dengan pipa. Heroin berasal dari opium atau opiat yang
dihasilkan langsung oleh tanaman bernama poppy /papaver somniferum dimana di
dalam bentuk bubuk tersebut mengandung morfin yang sangat baik untuk
menghilangkan rasa sakit dan kodein yang bertindak sebagai obat antitusif. Opiat
dibagaikan kepada tiga kelompok besar yaitu opiat alamiah yang terdiri daripada
morfin dan kodein, opiat semi sintetik yang terdiri daripada morfin/putaw dan
hidromorfin dan seterusnya opiat sintetik yang terdiri daripada metadon dan
meperidin (Harahap, 2001).
Efek dari heroin seperti mengalami euforia, panas pada kulit, mulut
kering, anggota badan terasa berat dan fungsi mental terganggu karena depresi
susunan saraf pusat. Orang yang ketergantungan pada heroin akan menimbulkan
kesan negatif seperti rasa mual disebabkan oleh efek euforia yang berlebihan dan
jika seseorang mengalami putus obat akan mengalami reaksi fisik dan psikologis
yang tidak menyenangkan. Saat gejala putus obat terjadi, akan terjadi penyakit
yang berupa flu berat dengan mata selalu berair, hidung meler, demam tinggi,
denyut jantung meningkat dan menganggu metabolisme serta menyebabkan rasa
sakit pada setiap anggota tubuh, dan mungkin menimbulkan delirium dan
halusinasi (Preda, 2011).
2.2.4. Morfin
Biasanya terdapat dalam opium. Efeknya meningkatkan ambang nyeri,
sehingga merasa bebas dari nyeri, menyebabkan letargi, dan tertidur. Kelompok
opiat ini bekerja pada reseptor mu1 yang menyebabkan efek analgesik, euforia
dan hipotermia, pada reseptor mu2 menyebabkan bradikardi, depresi pernafasan
pernafasan, Efek sentral menekan pusat pernafasan menyebabkan terganggu
respirasi sampai terjadi hipoksia (Stephens, 2010).
2.2.5. Ganja
Sering dikenal dengan nama lain seperti, gele, marijuana dan sebagainya,
biasanya dihisap dari gulungan yang menyerupai rokok atau dengan mengunakan
pipa rokok. Ganja mengandung sejenis bahan kimia yang disebut
delta-9-tetrahydrocannabinol (THC) yang bisa mempengaruhi suasana hati dan
mempengaruhi cara orang tersebut melihat dan mendengar hal-hal disekitarnya.
Penggunaan ganja akan mengalami gejala psikologik yaitu euforia,
halusinasi penglihatan dan lebih senang menyendiri. Gejala fisik yang terlihat
seperti konjungtiva kemerahan, nafsu makan meningkat, mulut dan kerongkongan
terasa kering dan frekeunsi denyut jantung meningkat. Marijuana dan ganja sering
diklasifikasikan sebagai halusinogen. Ini karena efeknya menimbulkan halusinasi
dan memiliki efek antidepresan yang mempengaruhi sistem saraf. Dalam
perawatan medis, marijuana digunakan pada penderita kanker yang menjalani
kemoterapi untuk menurunkan rasa jijik dan mual serta meningkatkan selera
makan (Hawari, 2002).
Efek psikofarmakologis dari ganja dapat menyebabkan gangguan fungsi
psikomotorik lainnya dan ketergantungan psikis yang sangat hebat (Joewana,
1989).
2.2.6. Ekstasi
Dikenal dengan berbagai jenis ada yang berbentuk tablet dan berbentuk
kapsul. Ekstasi merupakan salah satu jenis amfetamin yang nama generiknya
adalah D-pseudo epinefrin. Bentuk amfetamin adalah berbentuk bubuk warna
putih dan keabuan digunakan dengan cara menghirup atau dengan menelan tablet
atau kapsul. Terdapat dua jenis amfetamin yaitu MDMA (methylene dioxy
methamphetamine) dan methamfetamin ice. Ekstasi termasuk dalam golongan
MDMA. Amfetamin menekan nafsu, oleh karena itu dapat digunakan oleh orang
waktu singkat dapat meningkatkan koordinasi gerakan. Efek samping dari
penggunaan amfetamin terhadap fisik meliputi tekanan darah tinggi, kecepatan
detak jantung, demam, sakit kepala, tremor, dan rasa mual. Secara psikologis, si
pemakai merasa resah, mudah tersinggung, bermusuhan, bingung, bersemangat
atau dalam waktu yang singkat sangat gembira (Kaplan Sadock, 1991).
Penyalahgunaan amfetamin dapat menyebabkan kerusakan parah pada otak
dibandingkan heroin, kokain dan alkohol (Volkow et al. ,2001).
Efek dari ekstasi adalah seperti timbul rasa gembira secara berlebihan,
hiperaktif, rasa percaya diri meningkat, mengalami halusinasi penglihatan,
berkeringat secara berlebihan, nafsu makan berkurang, mual dan muntah.
Pemakaian ekstasi seperti timbul rasa gembira secara berlebihan, melampaui batas
kemampuan seseorang (Handly, 2009).
2.2.7. Shabu-shabu
Psikotropika jenis ini mengandung methil amfetamin berbentuk kristal
putih. Biasanya dihisap dengan menggunakan botol kaca yang khusus disebut
bong dan asapnya dihirup. Efek yang dapat terlihat seperti badan atau fisik merasa
lebih kuat dan energik (meningkatkan stamina), hiperaktif, rasa percaya diri
meningkat, nafsu makan menurun, badan kurus, susah tidur, tekanan darah
meningkat dan mengalami gangguan interaksi sosial dan pekerjaan (Salomone,
2009).
2.2.8. Tranquilizers dan Penenang Non Obat Tidur
Semua obat yang termasuk dalam golongan tranquilizers (obat penenang)
mempunyai permasalahan utama seperti obat tidur. Obat-obat ini dapat membuat
kecanduan dan mempunyai efek samping yang serius meliputi rasa ngantuk,
kesulitan bernapas, dan lemas serta kesulitan fungsi intelektual. Pada orang yang
lebih tua, mereka peka sekali terhadap bahaya tranquilizers dan obat tidur
penenang karena mereka dapat mengalami gangguan pernafasan dan menderita
depresi tinggi. Seseorang yang menggunakan obat-obatan pada awalnya hanya
untuk kelegaan. Setelah memakai selama dua minggu, bagaimanapun toleransi
meningkat dan dosis yang biasa tidak dapat membuat tidur malam menjadi
nyenyak (West, 2011).
Pemakaian obat tidur pada orang yang mengalami sulit tidur
lama-kelamaan menjadi buruk karena pemakaian obat tidur secara terus-menerus
menyebabkan insomnia, pola kegelisahan dan gangguan tidur yang tidak nyenyak.
Selain itu, obat-obat ini menindas cepat pergerakan tidur mata (rapid eye
movement/REM) tingkatan dalam tidur dimana terjadi mimpi. Jika dalam satu
minggu atau lebih mengalami pengaruh tidur dan pengguna mencoba untu tidur
tanpa menggunakan obat, mereka seolah mengalami suatu pantulan kembali
seperti keresahan bermimpi, mimpi buruk dan kegelisahan tidur yang luar biasa.
Tranquilizers juga digunakan untuk kecemasan umum seperti tekanan pekerjaan
dan stress berat dalam sebuah lingkungan (Brenner, 2009).
2.2.9. Alkohol
Alkohol adalah zat yang paling sering disalahgunakan manusia. Alkohol
diperoleh atas peragian/fermentasi madu, gula, sari buah atau umbi-umbian. Dari
peragian tersebut dapat diperoleh alkohol sampai 15% tetapi dengan proses
penyulingan (destilasi) dapat dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi bahkan
mencapai 100%. Kadar alkohol dalam darah maksimum dicapai 30-90 menit.
Setelah diserap, alkohol/etanol disebarluaskan ke suluruh jaringan dan cairan
tubuh. Dengan peningkatan kadar alkohol dalam darah orang akan menjadi
euforia, namun dengan penurunannya orang tersebut menjadi depresi. Ada 3
golongan minuman berakohol yaitu golongan A; kadar etanol 1%-5% (bir),
golongan B; kadar etanol 5%-20% (anggur/wine) dan golongan C; kadar etanol
20%-45% (
Efek yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi alkohol dapat dirasakan
segera dalam waktu beberapa menit saja, tetapi efeknya berbeda-beda, tergantung
dari jumlah / kadar alkohol yang dikonsumsi. Dalam jumlah yang kecil, alkohol
menimbulkan perasaan relaks dan pengguna akan lebih mudah mengekspresikan
emosi, seperti rasa senang, rasa sedih dan kemarahan. Bila dikonsumsi
berlebihan, akan muncul efek sebagai berikut: merasa lebih bebas lagi
mengekspresikan diri, tanpa ada perasaan terhambat menjadi lebih emosional
(sedih, senang, marah secara berlebihan); muncul akibat ke fungsi fisik - motorik,
yaitu bicara cadel, pandangan menjadi kabur, sempoyongan, inkoordinasi motorik
dan bisa sampai tidak sadarkan diri. Kemampuan mental mengalami hambatan,
yaitu gangguan untuk memusatkan perhatian dan daya ingat terganggu. Pengguna
biasanya merasa dapat mengendalikan diri dan mengontrol tingkah lakunya. Pada
kenyataannya mereka tidak mampu mengendalikan diri seperti yang mereka
sangka mereka bisa. Oleh sebab itu banyak ditemukan kecelakaan mobil yang
disebabkan karena mengendarai mobil dalam keadaan mabuk (Larson, 2010).
Pemabuk atau pengguna alkohol yang berat dapat terancam masalah
kesehatan yang serius seperti radang usus, penyakit hati dan kerusakan otak.
Kadang-kadang alkohol digunakan dengan kombinasi obat-obatan berbahaya
lainnya, sehingga efeknya jadi berlipat ganda. Bila ini terjadi, efek keracunan dari
penggunaan kombinasi akan lebih buruk lagi dan kemungkinan mengalami over
dosis akan lebih besar
2.3. Penyalahgunaan dan Ketergantungan Zat NAPZA
(National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism,
2010).
2.3.1. Penyalahgunaan Zat NAPZA
Penyalahgunaan zat adalah suatu kelainan yang menunjukkan jiwa tidak
lagi berfungsi secara wajar sehingga terjadi perilaku maladaptif dan negatif dalam
masyarakat. Ketidakmampuan untuk mengendalikan atau menghentikan
pemakaian zat menimbulkan gangguan fisik yang hebat jika dihentikan.
Penyalahgunaan zat tidak saja berbahaya dan merugikan keluarga serta
menimbulkan dampak soasial yang luas. Masalah ketergantungan obat terutama
disebabkan oleh golongan opiat, morphin, hipnotik sedatif dan minor
Dewasa ini ada kecenderungan untuk menyalahgunakan zat ganda (Poly
drugs abuser). Menurut WHO, bahwa ketergantungan obat tidak hanya karena
satu sebab melainkan terdapat berbagai faktor yang paling berinteraksi. Ini adalah
gangguan kepribadian dengan diketahui adanya risiko jangka panjang yang
merugikan. Ini adalah manifestasi upaya mengatasi stres psikis, sosial dan
ekonomi, depresi, kecemasan kronis dan gangguan psikiatri lain. Semua sebagai
manifestasi dari perlawanan terhadap nilai dari perlawanan terhadap nilai sosial
yang konvensional, tekanan sosial budaya, dan peran keluarga (Joewana, 1989).
Penyalahgunaan zat adalah pemakaian zat atau obat di luar indikasi medik
tanpa petunjuk atau resep dokter, digunakan untuk pemakaian sendiri secara
teratur atau berkala, sekurang-kurangnya selama satu bulan dan dapat
menciptakan keadaan yang tak terkuasai oleh individu. Pemakaian zat merupakan
suatu pola gangguan zat yang bersifat patologik sehingga menimbulkan gangguan
fungsi sosial (Brannon, 2010).
2.3.2. Ketergantungan Zat NAPZA
Ketergantungan zat adalah suatu keadaan mental maupun fisik yang
diakibatkan oleh adanya interaksi antara organisme hidup dan zat. Kondisi ini
memiliki tanda-tanda tingkah laku yang menimbulkan reaksi tertentu seperti
dorongan untuk mempergunakan obat secara periodik atau kontinu.
Secara umum ketergantungan zat (NAPZA) dapat dibagi tiga yaitu
ketergantungan primer, ketergantungan reaktif dan ketergantungan simptomatis.
1. Ketergantungan primer.
Biasanya terjadi pada orang dengan kepribadian yang tidak stabil, ditandai
dengan adanya kecemasan dan depresi.
2. Ketergantungan reaktif.
Biasanya terjadi pada remaja, karena adanya dorongan keingintahuan, bujukan
3. Ketergantungan simptomatis.
Sebagai salah satu gejala tipe kepribadian yang mendasarinya pada umumnya
terjadi pada orang dengan kepribadian anti sosial (psikopat) dan pemakaian zat
itu untuk kesenangan semata (Griswold, 2008).
2.3.3. Perbedaan Antara Ketergantungan dan Penyalahgunaan
Dalam DSM-IV-TR seperti DSM-III dan DSM-IV, ketergantungan dan
penyalahgunaan kenyataanya merupakan manifestasi fisik dan psikologis dari
penyakit akibat penggunaan obat-obatan yang terdiri dari dua kategori bahan yang
menyebabkan ketergantungan dan disalahgunakan. Kedua masalah tersebut
dimasukkan ke dalam kriteria behavioural/perilaku. Dengan kata lain, masalahnya
bukan pada obat-obatan tersebut, tapi pada cara orang yang memakai obat-obatan
tersebut. Faktanya bahwa seseorang yang memakai obat-obatan (legal/illegal)
tidak mengindikasikan menyebabkan kecanduan atau ketagihan.
Seseorang dapat dikategorikan substance dependence atau ketergantungan
obat-obatan jika memenuhi 3 kriteria dari 7 kriteria berikut ini. Kriteria-kriteria di
bawah ini mempunyai reflek yang mendorong untuk menggunakan obat dan
kehilangan kontrol.
Kriteria-kriteria itu antara lain:
1. Selalu memikirkan tentang obat.
2. Pemakaian obat secara berlebihan yang tidak disengaja.
3. Toleransi.
4. Kemunduran.
5. Keinginan terus-menerus atau usaha untuk mengontrol penggunaan
obat-obatan.
6. Tidak melakukan kegiatan sosial.
7. Terus memakai obat-obatan, meskipun terkena penyakit yang disebabkan
memakai obat-obatan tersebut.
Substance abuse atau penyalahgunaan obat-obatan adalah perilaku
jauh lagi tentang ketergantungan obat-obatan daripada menggunakan banyak obat.
Berdasarkan DSM-IV-TR, seseorang dapat dikategorikan substance abuse atau
penyalahgunaan bahan, jika dia menunjukkan salah satu dari karakteristik berikut
ini:
1. Sering melanggar peraturan atau melalaikan kewajiban (contoh: bolos
sekolah, melantarkan anak).
2. Sering menggunakan obat-obatan pada saat situasi berbahaya (contoh:
menyetir mobil sambil mabuk).
3. Obat-obatan yang berhubung dengan masalah legal (contoh: penangkapan
karena perilaku buruk).
4. Terus-menerus menggunakan obat, meskipun ada masalah pribadi atau
masalah sosial yang diakibatkan oleh obat (contoh: pertengkaran rumah
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Tingkat Pengetahuan
• Jenis kelamin
• Pekerjaan orang tua
• Sumber informasi
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
3.2. Variabel dan Definisi Operasional 3.2.1. Variabel Pengetahuan
• Definisi Operasional: Pengetahuan adalah segala informasi yang diketahui
(hasil tahu) siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan Kelas VIII,
mengenai NAPZA (narkotika, psikotopika, zat adiktif) dan penyalahgunaan
zat.
• Cara Ukur: Pengukuran dilakukan dengan cara angket.
• Alat Ukur: Pengukuran dilakukan menggunakan kuesioner melalui
pertanyaan dalam bentuk pertanyaan tertutup. Jumlah pertanyaan sebanyak 20
pertanyaan dimasukkan ke dalam kuesioner untuk menguji tingkat
pengetahuan siswa.
• Hasil ukur: Hasil ukur didapatkan dari 20 pertanyaan tersebut dengan nilai
maksimum 20. Jika jawaban benar, diberi nilai 1 dan jika jawaban salah,
diberi nilai 0. Pengetahuan responden kemudian dikategori menjadi tiga
kelompok yaitu, baik, sedang, dan rendah dengan perinician nilai seperti
berikut (Pratomo,1990) :
NAPZA
• Penyalahgunaan
1. Kategori baik apabila responden mempunyai skor > 80% atau mempunyai
nilai skor>16.
2. Kategori sedang apabila responden mempunyai skor 40-75% atau
mempunyai nilai total skor 8-15.
3. Kategori rendah apabila responden mempunyai skor 0-35% atau
mempunyai total nilai skor 0-7.
• Skala ukur: Ordinal.
3.2.2. Variabel Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA
Penyalahgunaan NAPZA adalah suatu kelainan yang menunjukkan jiwa
tidak lagi berfungsi wajar sehingga terjadi perilaku maladaptif dan negatif dalam
masyarakat.
Ketergantungan NAPZA adalah suatu keadaan mental maupun fisik yang
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian
deskriptif. Tujuan digunakannya rancangan deskriptif dalam penelitian ini adalah
untuk menggambarkan tingkat pengetahuan siswa-siswi di Sekolah SMP Swasta
Kristen Immanuel Medan kelas VIII tentang bahaya narkotika tahun 2011.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional (potong lintang)
dimana pengambilan data dilakukan hanya sekali bagi tiap subyek pada saat
pengumpulan data.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah SMP Swasta Kristen Immanuel
Medan. Alasan memilih lokasi penelitian adalah sebagai berikut:
1. Sekolah SMP Swasta Kristen Immanuel Medan berada di tengah kota
sehingga peneliti mengasumsikan bahwa kemungkinan responden
memperoleh informasi lebih cepat mengenai NAPZA.
2. Belum pernah dilakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan siswa tentang
bahaya NAPZA di sekolah tersebut.
Waktu pengambilan data dilakukan pada semester VII yaitu antara
Oktober hingga November 2011.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh siswa-siswi di Sekolah SMP Swasta
Kristen Immanuel Medan kelas VIII pada tahun 2011. Populasi berjumlah 58
4.3.2. Sampel
4.3.2.1.Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Sampel penelitian ini adalah siswa Sekolah SMP Swasta Kristen
Immanuel Medan kelas VIII.
1. Kriteria Inklusi.
a. Siswa-siswi Sekolah SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII
tahun ajaran 2011/2012.
b. Responden bersedia dan menjawab kuesioner dengan lengkap.
2. Kriteria Eksklusi.
Responden tidak hadir saat penelitian dengan alasan apapun.
4.3.2.2.Besar Sampel
Besar sampel pada penelitian ini adalah seluruh populasi siswa-siswi SMP
Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII tahun 2011 yang hadir saat penelitian
yang berjumlah 54 orang, terdapat 4 orang yang tidak hadir dikarenakan sakit dan
keluar kota. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling
(Notoatmodjo, 2010).
4.4. Teknik Pengambilan Data 4.4.1. Jenis Data
Jenis data adalah data primer. Data yang diperoleh langsung dari subyek
penelitian dengan pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber
informasi (Budiarto, 2002)
4.4.2. Cara Pengumpulan Data
Responden pada penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Swasta Kristen
Immanuel Medan Kelas VIII yang telah terpilih sebagai sampel. Siswa-siswi
tersebut dibagikan kuesioner yang akan mereka jawab untuk mengumpulkan
informasi yang berhubungan dengan pengetahuan mereka tentang bahaya
4.4.3. Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas dan
reliabilitasnya dengan menggunakan teknik korelasi “product moment” dan uji
Cronbach (Cronbach Alpha) dengan menggunakan program SPSS versi 17.0.
Sampel yang digunakan dalam uji validitas ini memiliki karakter yang hampir
sama dengan sampel dalam penelitian ini. Jumlah sampel dalam uji validitas dan
reliabilitas ini adalah sebanyak 20 orang. Hasil uji validitas dan reliabiltas dapat
dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliablitas Kuesioner
4.5. Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1. Pengolahan Data
Data dari angket akan diperiksa silang (cross-checked) oleh supervisor
(peneliti) di lapangan.Setiap ketidakkonsistenan atau ketidaklengkapan informasi
akan diperbaiki sebelum meninggalkan lokasi penelitian. Kuesioner yang lengkap
akan diteliti dan dimasukkan ke dalam komputer oleh programmer (peneliti).
Pada proses pemasukan data, akan dilakukan pengecekan ganda oleh tenaga entry
data dan analisis tingkat pengetahuan siswa tentang bahaya NAPZA dilakukan
secara deskriptif dengan menggunakan bantuan program SPSS (Statistical
Package for the Social Sciences) for Windows 17.0 dan disajikan dalam bentuk
tabel.
4.5.2. Analisis Data
Analisis dilakukan dengan metode analisis univariat. Analisis univariat
dilakukan pada variabel tingkat pengetahuan untuk memperoleh gambaran
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai
tingkat pengetahuan siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII
terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA, dimana penelitian ini telah
dilaksanakan dari bulan Oktober-November 2011. Penelitian ini diikuti 54
siswa-siswi yang hadir dan bersedia mengikuti penelitian dan menjawab dengan lengkap
seluruh pertanyaan yang tertuang dalam kuesioner yang dibagikan.
Selain menjawab pertanyaan penelitian mengenai pengetahuan terhadap
penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA, dalam bab ini juga dijabarkan
deskripsi lokasi penelitian dan deskripsi karakteristik responden yang berada di
SMP Swasta Kristen Immanuel Medan.
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di SMP Swasta Kristen Immanuel Medan.
SMP ini berada di pusat kota yang bertempat di Jalan Slamat Riyadi No. 1,
Kelurahan Madras Hulu, Kecamatan Medan Polonia. SMP ini memiliki 6 ruang
kelas ruang laboratorium, perpustakaan, aula serba guna, studio musik,
halaman/lapangan olah raga, kantin, ruang tata usaha, ruang guru dan ruang
kepala sekolah. Kelas VIII yang menjadi sampel dalam penelitian ini terdiri atas
dua kelas. SMP Swasta Kristen Immanuel Medan mempunyai batas-batas sebagai
berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Hotel Tiara,
b. Sebelah timur berbatasan dengan Gereja HKBP Soedirman,
c. Sebelah barat berbatasan dengan Perumahan penduduk ,
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini, responden yang diteliti sebanyak 54 siswa kelas VIII
SMP Swasta Kristen Immanuel Medan, masih berstatus pelajar dan aktif
bersekolah. Gambaran karakteristik responden yang diamati meliputi jenis
kelamin, sosio-ekonomi, dan sumber informasi para siswa SMP Swasta Kristen
Immanuel Medan. Data lengkap mengenai karakteristik responden tersebut dapat
dilihat pada tabel-tabel yang ada di bawah ini.
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persen (%)
Laki-laki 32 59,3
Perempuan 22 40,7
Total 54 100
Berdasarkan Tabel 5.1. di atas, diketahui bahwa jumlah siswa SMP Swasta
Kristen Immanuel Medan kelas VIII pada tahun 2011 sebanyak 54 siswa, dengan
jumlah siswa laki-laki sebanyak 32 responden (59,3%) dan jumlah siswa
perempuan sebanyak 22 responden(40,7%).
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan Orang Tua (Sosio-ekonomi)
Pekerjaan Orang Tua Frekuensi (n) Persen (%)
Pegawai Negeri 16 29,6
Pegawai Swasta 14 25,9
Wiraswasta 22 40,7
Pensiunan 2 3,7
Berdasarkan Tabel 5.2. di atas, diketahui bahawa orang tua responden
paling banyak bekerja sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 22 orang (40,7%)
sedangkan paling sedikit bekerja sebagai pensiunan yaitu sebanyak 2 orang
(3,7%) .
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden Menurut Sumber Informasi
Sumber Informasi Frekuensi (n) Persen (%)
Sekolah 5 9,3
Media cetak 19 35,2
Media elektronik 11 20,4
Lain-lain 19 35,2
Total 54 100
Berdasarkan Tabel 5.3. diatas, diketahui bahawa rata-rata responden
mendapat sumber informasi dari media cetak dan lain-lain yang terdiri dari
organisasi intra sekolah, orang tua dan teman yaitu sebanyak 19 orang (35,2%)
sedangkan yang paling rendah adalah dari sekolah sebanyak 5 orang (9,3%).
5.1.3. Deskripsi Tingkat Pengetahuan
Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner penelitian terdapat 20
pertanyaan mengenai pengetahuan siswa terhadap penyalahgunaan dan
ketergantungan NAPZA. Pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam kuesioner
tersebut telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Data lengkap distribusi frekuensi
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Kuesioner Responden
17 Apa penyalahgunaan akibatkan ketergantungan 43 79,6 11 20,4
18 Apa ketergantungan pada pengguna NAPZA 34 63,0 20 37,0
19 Apa kesan ketergantungan NAPZA 27 50,0 27 50,0
20 Apa kesan NAPZA pada generasi muda 39 72,2 15 27,8
Berdasarkan table 5.4. di atas, dapat dilihat bahawa pernyataan yang
paling banyak dijawab responden dengan benar oleh responden adalah pertanyaan
pertama dengan persentase sebesar 90,7%. Sedangkan pertanyaan yang paling
banyak dijawab dengan salah oleh responden adalah pertanyaan nombor 19
Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu baik,
sedang, dan kurang. Pengetahuan seorang responden akan dikatakan baik apabila
jumlah skor untuk dua puluh pertanyaan yang berhasil dijawab dengan benar oleh
responden sebanyak 16-20. Pengetahuan sedang, apabila jumlah skor untuk dua
puluh pertanyaan yang berhasil dijawab dengan benar oleh responden sebanyak
8-15, pengetahuan kurang, apabila jumlah skor untuk dua puluh pertanyaan yang
berhasil dijawab dengan benar oleh responden < 8. Berdasarkan hasil uji tersebut
maka tingkat pengetahuan siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan pada
tahun 2011 dapat dikategorikan pada Tabel 5.5. di bawah ini.
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan
Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n) Persen (%)
Baik 19 35,2
Sedang 25 46,3
Kurang 10 18,5
Total 54 100
Pada tabel 5.5. di atas, dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan responden
terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA paling banyak berada pada
kategori sedang sebanyak 25 siswa (46,3%), diikuti dengan kategori baik
sebanyak 19 siswa (35,2%), dan kategori kurang sebanyak 10 siswa (18,5%).
Data lengkap distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden terhadap
penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA menurut jenis kelamin dapat dilihat
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Menurut Jenis Kelamin
Jenis
Kelamin
Tingkat Pengetahuan
Baik Sedang Kurang Total
n % n % n % n %
Laki-laki 8 14,8 16 29,6 8 14,8 32 59,3
Perempuan 11 20,4 9 16,7 2 3,7 22 40,7
Total 19 35,2 25 46,3 10 18,5 54 100
Berdasarkan Tabel 5.6. dapat diketahui pengetahuan responden pada
kategori baik lebih tinggi pada kelompok kelamin perempuan yaitu sebanyak 11
orang (20,4%) dibandingkan dengan laki-laki sebanyak 8 orang (14,8%). Pada
kategori pengetahuan kurang lebih banyak pada kelompok laki-laki yaitu
sebanyak 8 orang (14,8%) sedangkan pada kelompok perempuan adalah sebanyak
2 orang (3,7%).
Data lengkap distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden terhadap
penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA menurut pekerjaan orang tua dapat
dilihat pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Menurut Pekerjaan Orang Tua (Sosio-ekonomi)
Jenis Pekerjaan
Tingkat Pengetahuan
Baik Sedang Kurang Total
n % n % n % n %
Pegawai Negeri 5 9,3 7 13,0 4 7,4 16 29,6
Pegawai Swasta 7 13,0 5 9,3 2 3,7 14 25,9
Pensiunan 0 0 2 3,7 0 0 2 3,7
Wiraswasta 7 13,0 11 20,4 4 7,4 22 40,7
Berdasarkan Tabel 5.7. diatas, dapat diketahui pengetahuan responden
yang paling baik dilihat dari karakteristik sosio-ekonominya adalah responden
yang orang tuanya bekerja sebagai wiraswsta dan pegawai swasta yaitu sebanyak
7 orang (13,0%). Sedangkan tingkat pengetahuan responden pada kategori kurang
adalah dari pekerjaan orang tua sebagai pegawai negeri dan wiraswasta yaitu
sebanyak 4 orang (7,4%) masing-masing.
Data lengkap distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden terhadap
penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA menurut sumber informasi dapat
dilihat pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Menurut Sumber Informasi
Sumber
informasi
Tingkat Pengetahuan
Baik Sedang Kurang Total
n % n % n % n %
Sekolah 2 3,7 3 5,6 0 0 5 9,3
Media cetak 7 13,0 6 11,1 6 11,1 19 35,2
Media elektronik 2 3,7 7 13,0 2 3,7 11 20,4
Lain-lain 8 14,8 9 16,7 2 3,7 19 35,2
19 35.2 25 46,3 10 18,5 54 100
Berdasarkan data table 5.8. di atas, didapati bahawa tingkat pengetahuan
responden yang paling baik adalah dari sumber informasi lain-lain yang terdiri
dari organisasi intra sekolah (OSIS), orang tua dan teman yaitu sebanyak 8 orang
(14,8%). Sedangkan tingkat pengetahuan kurang paling banyak dari golongan
yang mendapat sumber informasi dari media cetak yaitu sebanyak 6 orang
5.2. PEMBAHASAN Karakteristik Responden
Menurut Notoadmodjo (2010), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi
oleh faktor umur, pendidikan, pekerjaan, dan sumber informasi yang
digunakannya. Karakteristik siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas
VIII tahun 2011 yang dinilai dalam penelitian ini terdiri dari karakteristik jenis
kelamin, sosio-ekonomi, dan sumber informasi.
Berdasarkan karakterisitk jenis kelamin pada tabel 5.1, dapat diketahui
bahawa jenis kelamin responden terbanyak adalah laki-laki dengan jumlah 32
siswa (59,3%) manakala jumlah responden selebihnya adalah perempuan yaitu
sebanyak 22 siswa (40,7%). Sedangkan berdasarkan tabel 5.6 tingkat pengetahuan
yang paling baik adalah jenis kelamin perempuan yaitu terdapat 11 siswa
perempuan (20,4%) yang mendapat pengetahuan baik. Menurut analisis peneliti,
jumlah perempuan yang memiliki tingkat pengetahuan baik lebih banyak
dibandingkan laki-laki karena perempuan memilki ketertarikan lebih besar
terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA dibandingkan laki-laki.
Menurut hasil penelitian Muhlisa (2002), bahawa laki-laki lebih banyak
menyalahgunakan obat dibandingkan dengan responden perempuan.
Berdasarkan karakteristik sosio-ekonomi (pekerjaan orang tua) pada tabel
5.2, dapat diketahui bahwa orang tua responden terbanyak bekerja sebagai
wiraswasta dengan jumlah 22 siswa (40,7%). Sedangkan berdasarkan tabel 5.7
tingkat pengetahuan yang paling baik terdapat pada orang tua responden yang
bekerja sebagai wiraswasta dan pegawai swasta yaitu terdapat 7 siswa
masing-masing (13,0%) yang mendapat pengetahuan baik. Menurut Notoatmodjo (2010),
pekerjaan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas hidup manusia
dan memberikan motivasi untuk memperoleh informasi yang berguna.
Berdasarkan penelitian Adiningsih (2002), memperlihatkan bahwa keadaan
keluarga yang tidak kondusif atau dengan kata lain disfungsi keluarga mempunyai
dibandingkan dengan anak/remaja yang dididik
Berdasarkan karakteristik sumber informasi pada tabel 5.3, dapat diketahui
bahwa sumber informasi terbanyak pada siswa adalah media cetak dan lain-lain
dengan jumlah 19 siswa (35,2%) masing-masing. Sedangkan berdasarkan tabel
5.8 tingkat pengetahuan yang paling baik terdapat pada sumber informasi lain-lain
yaitu terdapat 8 siswa (14,8%) yang mendapat pengetahuan baik. Menurut
Notoatmodjo (2010), informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang memperoleh
banyak sumber informasi, maka seseorang cenderung memperoleh pengetahuan
yang lebih luas. Menurut pengamatan peneliti, dengan berkembang pesatnya
teknologi maka tiap orang akan dengan mudah memperoleh informasi yang
diinginkannya, terutama melalui media elektronik.
dalam keluarga yang sehat dan
harmonis (kondusif).
Hasil penelitian oleh Rustini (2002) mengenai Gambaran Tingkat
Pengetahuan mengenai NAPZA pada murid-murid SMU Marsudirini Kemang
Pratama Bekasi menunjukkan bahwa jumlah responden yang mendapat informasi
mengenai NAPZA dari orang tua dan memiliki pengetahuan yang baik yaitu
sebanyak 64,3%. Sedangkan pada penelitian ini jumlah responden yang memiliki
pengetahuan baik yaitu sebanyak 14,8% dari sumber lain-lain yang terdiri
daripada organisasi intra sekolah, orang tua dan teman.
Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penelitian ini memperlihatkan tingkat
pengetahuan siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII terhadap
penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA seperti yang terlihat pada data
statistik. Dari hasil analisa data dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan siswa
SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII terhadap penyalahgunaan dan
ketergantungan NAPZA berada rata-rata dalam kategori sedang.
ketergantungan NAPZA serta perbedaan antara penyalahgunaan dan
ketergantungan. Untuk mengukur tingkat pengetahuan responden, terdapat 20
pertanyaan yang akan ditanyakan melalui kuesioner sebagai alat ukur yang
dipakai oleh peneliti. Pada tabel 5.5 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan
responden terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA paling banyak
berada pada kategori sedang sebanyak 25 siswa (46,3%), diikuti dengan kategori
baik sebanyak 19 siswa (35,2%), dan rendah sebanyak 10 siswa (18,5%).
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui responden yang mengetahui
pengertian NAPZA (pertanyaan 1) yaitu narkotika, psikotropika dan zat adiktif.
Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 49 responden (90,7%) manakala 5
responden (9,3%) menjawabnya dengan salah. Soal kesan pengambilan NAPZA
terhadap prestasi akademik (pertanyaan 2), jawabannya adalah mutu pelajaran
menurun. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 46 responden (85,2%)
manakala dijawab dengan salah oleh 8 responden (14,8%). Soal bahan yang
terdiri dari NAPZA (pertanyaan3), jawabannya adalah alkohol, narkoba dan
shabu-shabu. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 47 responden (87%)
manakala dijawab dengan salah oleh 7 responden (13%). Soal kesan pengambilan
alkohol jangka panjang (pertanyaan4), jawabannya adalah mengakibatkan
kecelakaan jalan raya. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 31 responden
(57,4%) manakala dijawab dengan salah oleh 23 responden (42,6%). Soal
masalah kesehatan yang timbul akibat penggunaan alkohol (pertanyaan5),
jawabannya adalah kerusakan hati. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 41
responden (75,9%) manakala dijawab dengan salah oleh 13 responden (24,1%).
Soal jenis minuman alkohol (pertanyaan 6), jawabannya adalah wine, bir, tapai.
Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 44 responden (81,5%) manakala
dijawab dengan salah oleh 10 responden(18,5%).
Soal penyebab siswa mengambil alkohol (petanyaan 7), jawabannya
adalah pengaruh teman dan pengaruh lingkungan. Pertanyaan ini dijawab dengan
benar oleh 41 responden (75,9%) manakala dijawab dengan salah oleh 13
responden (24,1%). Soal kesan pengambilan ganja (pertanyaan 8), jawabannya
dijawab dengan benar oleh 42 responden (77,8%) manakala dijawab dengan salah
oleh 12 responden (22,2%).
Soal bentuk shabu-shabu (pertanyaan 9), jawabannya adalah bentuk kristal
putih. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 40 responden (74,1%) manakala
dijawab dengan salah oleh 14 responden (25,9%). Soal kesan pengambilan
shabu-shabu (pertanyaan 10), jawabannya adalah penurunan nafsu makan, hiperaktif.
Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 28 responden (58,9%) manakala
dijawab dengan salah oleh 26 responden (48,1%). Soal pengertian transqulizers
atau obat penenang non obat tidur (pertanyaan 11), jawabaanya adalah digunkan
untuk kecemasan umum seperti tekanan kerja dan stress berat. Pertanyaan ini
dijawab dengan benar oleh 37 responden (68,5%) manakala dijawab dengan salah
oleh 17 responden (31,5%). Soal cara invasif yang digunakan oleh penagih
narkoba (pertanyaan 12), jawabaanya adalah melalui suntikan jarum, menghisap
atau menghirup. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 40 responden (74,1%)
manakala dijawab dengan salah oleh 14 responden (25,9%).
Soal apakah perkongsian jarum bisa mengakibatkan HIV (pertanyaan 13),
jawabannya. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 40 responden (74,1%)
manakala dijawab dengan salah oleh 14 responden (25,9%). Soal apakah
pemakaian NAPZA bisa mengakibatkan gangguan fungsi sosial dalam masyarakt
(pertanyaan 14), jawabannya adalah ya. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh
37 responden (68,5%) manakala dijawab dengan salah oleh 17 responden
(31,5%). Soal pengertian penyalahgunaan zat NAPZA (pertanyaan 15),
jawabaanya adalah pemakaian obat atau zat di luar indikasi medik. Pertanyaan ini
dijawab dengan benar oleh 33 responden (66,1%) manakala dijawab dengan salah
oleh 21 responden (38,9%).Soal pengertian ketergantungan zat NAPZA
(pertanyaan 16), jawabannya adalah keadaan mental maupun fisik yang
diakibatkan oleh adanya interaksi antara organisme hidup dan zat. Pertanyaan ini
dijawab dengan benar oleh 32 responden (59,3%) manakala dijawab dengan salah
oleh 22 responden (40,7%). Soal apakah penyalahgunaan NAPZA bisa
Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 43 responden (79,6%) manakala
dijawab dengan salah oleh 11 responden (20,4%).
Soal ketergantungan yang terjadi pada pengguna NAPZA (pertanyaan 18),
jawabannya adalah pada orang dengan kepribadian yang tidak stabil, ditandai
dengan adanya kecemasan dan depresi. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh
34 responden (63%) dan dijawab dengan salah oleh 20 responden (37%). Soal
kesan ketergantungan pada pengguna NAPZA (pertanyaan 19), jawabannya
adalah intoksisitas zat. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 27 responden
(50%) manakala dijawab dengan salah oleh 27 responden selebihnya (50%). Soal
kesan penggunaan NAPZA oleh generasi muda (pertanyaan 20), jawabannya
adalah perkembangan sesuatu bangsa dan negara terhalang. Pertanyaan ini
dijawab dengan benar oleh 39 responden (72,2%) manakala dijawab dengan salah
oleh 15 responden (27,8%). Pertanyaan 4,10,15,16 dan 19 mempunyai persentasi
yang hampir sama. Menurut analisis peneliti, hal ini mungkin dikarenakan
informasi-informasi mengenai pertanyaan tersebut telah sampai pada hampir
setengah siswa-siswi sehingga menghasilkan persentasi yang hampir sama.
Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Rustini Floranita (2002)
mengenai Gambaran Tingkat Pengetahuan Mengenai NAPZA pada murid-murid
Marsuridini Kemang Bekasi dimana siswa yang pengetahuannya baik sebesar
55,2% sedangkan pengetahuan yang kurang baik sebesar 44,8%. Baik tidaknya
pengetahuan siswa tentang NAPZA dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Beberapa faktor tersebut misalnya umur, kelas, jenis kelamin, pendidikan dan
pekerjaan orang tua. Selain itu keterpaparan media informasi yang sangat
mendukung. Media informasi tersebut seperti petugas kesehatan, media cetak,
maupun media elektronik. Makin banyak mendapatkan informasi maka makin
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut.
1. Tingkat pengetahuan siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas
VIII tahun 2011 terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA
berada dalam kategori sedang yaitu sebesar 46,3%.
2. Tingkat pengetahuan responden yang paling baik dilihat dari karakteristik
jenis kelamin terdapat pada kelompok jenis kelamin perempuan, dimana
11 siswa perempuan (20,4%) dalam kategori pengatahuan baik, sedangkan
9 siswa perempuan (16,7%) dalam kategori sedang manakala 2 siswa
perempuan (3,7%) dalam kategori kurang.
3. Tingkat pengetahuan responden yang paling baik dilihat dari karakteristik
pekerjaan orang tua terdapat pada responden yang orang tuanya bekerja
sebagai wiraswasta dan pegawai swasta, dimana 7 orang (13,0%)
masing-masing dalam kategori pengetahuan baik, sedangkan 11 orang (20,4%)
responden orang tuanya bekerja sebagai wiraswasta dalam kategori
pengetahuan sedang manakala dalam kategori rendah pula pada pekerjaan
wiraswasta dan pegawai negeri sebanyak 4 orang masing-masing (7,4%).
4. Tingkat pengetahuan responden yang paling baik dilihat dari karakteristik
sumber informasi terdapat pada kategori sumber informasi dari media lain,
dimana 8 siswa (14,8%) dalam kategori baik , sedangkan 9 siswa (16,7%)
dalam kategori sedang bagi sumber informasi lain-lain manakala pada