• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan Kelas VIII Terhadap Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan Kelas VIII Terhadap Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA Tahun 2011"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMP SWASTA

KRISTEN IMMANUEL MEDAN KELAS VIII

TERHADAP PENYALAHGUNAAN DAN

KETERGANTUNGAN NAPZA TAHUN 2011

Oleh :

ESANIKARUPPIAH JAGATHISEN

080100413

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMP SWASTA

KRISTEN IMMANUEL MEDAN KELAS VIII

TERHADAP PENYALAHGUNAAN DAN

KETERGANTUNGAN NAPZA TAHUN 2011

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

ESANIKARUPPIAH JAGATHISEN

080100413

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Tingkat Pengetahuan Siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan Kelas VIII Terhadap Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA Tahun 2011

Nama : Esanikaruppiah Jagathisen NIM : 080100413

Medan, Januari 2012 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

( Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD – KGEH ) NIP: 19540220 198011 1 001

Pembimbing

( dr. Zairul Arifin, Sp.A, DAFK) NIP: 19460406 196902 1 001

Penguji I

( dr. Nurchaliza Siregar, Sp.M) NIP: 19700908 200003 2 001

Penguji II

(4)

ABSTRAK

Penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA) merupakan satu ancaman yang dapat menghancurkan generasi muda. Dalam DSM-IV-TR (The Diagnostic And Statistical Manual of Mental

Disorder’s,4th edition, Text Revision) seperti DSM-III dan DSM-IV,

ketergantungan dan penyalahgunaan kenyataannya merupakan manifestasi fisik dan psikologis dari penyakit akibat penggunaan obat-obatan yang terdiri dari dua kategori bahan yang menyebabkan ketergantungan dan bahan yang disalahgunakan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa-siswi Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII tahun 2011 mengenai penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA.

Hasil survei Badan Narkotika Nasional menunjukkan, prevalensi penyalahgunaan narkoba di lingkungan pelajar mencapai 4,7% dari jumlah pelajar dan mahasiswa atau sekitar 921.695 orang.

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik total sampling.

Dengan jumlah sampel sebanyak 54 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA mayoritas berada pada kategori sedang, yaitu 46,3%, kategori baik dan kurang masing-masing 35,2% dan 18,5%.

Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan siswa-siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA berada pada kategori sedang. Diharapkan pihak sekolah maupun petugas kesehatan dapat memberikan informasi dan materi pelajaran mengenai penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA yang diperlukan oleh siswa-siswi SMP Swasta Kristen Immanuel Medan.

(5)

ABSTRACT

Narcotics, psychotropic and addictive substances misuse and dependence are a threat to the future of younger generation. In DSM-IV-TR (The Diagnostic And Statistical Manual of Mental Disorders ,4th

This study was conducted to apprehend the adolescents’ knowledge towards substance abuse and dependence in SMP Swasta Kristen Immanuel Medan 8

edition, Text Revision) as DSM-III and DSM-IV, substance abuse and dependence are manifestations from physical and psychological illness due to usage of drugs which consist of substance abuse and substance dependence. Based on survey conducted by Badan Narkotika Nasional (BNN), the prevalence of drug misuse among students is 4,7 % from the total number of students which is 921.695 people.

th

This research was conducted with descriptive research method, the approach used in this study design was a cross sectional study and sampling by using total sampling technique.

grade in 2011.

With a total sample of 54 people, obtained the results of studies showing that the level of respondents knowledge on substance abuse and dependence majority are at average category that is 46,3%, good and less categories respectively 35,2% and 18,5%.

From these results, it can be concluded that knowledge of adolescents in SMP Swasta Kristen Immanuel Medan 8th grade in 2011 towards substance abuse and dependence is at average category. The authorized party is expected to provide information and learning materials on substance abuse and dependence of the students in SMP Swasta Kristen Immanuel Medan.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh kelulusan sebagai sarjana kedokteran program studi

Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul Tingkat Pengetahuan Siswa SMP Swasta

Kristen Immanuel Medan Kelas VIII Terhadap HIV/AIDS Tahun 2011. Dalam

penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis telah banyak menerima

bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa

terima kasih kepada :

1. Bapak Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar,Sp.PD-KGEH, selaku dekan FK

USU.

2. dr. Zairul Arifin, Sp.A, DAFK selaku dosen pembimbing, yang telah banyak

memberikan arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah

ini dapat terselesaikan dengan baik. Juga kepada dr. Nurchaliza Siregar, Sp.M

dan Ibu Nenni Dwi A. Lubis, SP, MSi selaku dosen penguji yang telah

memberikan saran dan masukan yang membangun untuk penelitian ini.

3. dr. Dina Keumala Sari, SpGK yang telah menjadi dosen penasihat akademik

penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara.

4. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang

telah memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti selama masa pendidikan.

5. Kedua orang tua penulis, yang tiada bosan-bosannya mendoakan serta

memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan.

6. Teman sejawat Juan Carson atas masukan dan bantuannya dalam

pengambilan data untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

7. Teman sejawat Fadillah Akbar S atas masukan dan bantuannya dalam

(7)

8. Teman sejawat Justin Michal atas masukan dan bantuannya dalam

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

9. Serta semua pihak baik langsung maupun tidak langsung yang telah

memberikan bantuan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

Kepada semua pihak tersebut, penulis ucapkan terima kasih. Semoga

Tuhan Yang Maha Esa selalu membalas semua kebaikan yang selama ini

diberikan kepada penulis dan melimpahkan rahmat-Nya.

Cakupan belajar sepanjang hayat dan mengembangkan pengetahuan baru,

dalam area kompetensi KIPDI-3, telah memotivasi penulis dalam melaksanakan

penelitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Siswa SMP Swasta Kristen

Immanuel Medan Kelas VIII Terhadap Penyalahgunaan Dan Ketergantungan

NAPZA Tahun 2011” ini. Harapan penulis semoga penelitian ini mendapat

persetujuan untuk pelaksanaan demi memberikan sumbangsih bagi perkembangan

ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu kedokteran.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna,

untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang

membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah

ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, 10 Desember 2011

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK……… ii

ABSTRACT………. iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABLE……… ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 2

1.3.Tujuan Penelitian ... 3

1.4.Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Pengetahuan ... 4

2.1.1 Definisi Pengetahuan ... 4

2.1.2 Tingkat Pengetahuan ... 4

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 5

2.2. NAPZA ... 5

2.2.1 Definisi NAPZA ... 5

2.2.2 Klasifikasi NAPZA ... 7

2.2.3 Heroin ... 8

2.2.4 Morfin ... 8

(9)

2.2.6 Ekstasi ... 9

2.2.7 Shabu-shabu ... 10

2.2.8 Tranquilizers dan Penenang Non Obat Tidur ... 10

2.2.9 Alkohol ... 11

2.3. Penyalahgunaan dan Ketergantungan Zat NAPZA ... 12

2.3.1 Penyalahgunaan Zat NAPZA ... 12

2.3.2 Ketergantungan Zat NAPZA ... 13

2.3.3 Perbedaan Antara Ketergantungan dan Penyalahgunaan ... 14

BAB 3. KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 16

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 16

3.2. Definisi Operasional ... 16

3.2.1 Variable Pengetahuan ... 16

3.2.2 Variable Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA .. 17

BAB 4. METODE PENELITIAN ... 18

4.1. Jenis Penelitian ... 18

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 18

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 18

4.3.1 Populasi ... 18

4.3.2 Sampel ... 19

4.3.2.1 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 19

4.3.2.2 Besar Sampel ... 19

4.4. Teknik Pengambilan Data ... 19

4.4.1 Jenis Data ... 19

4.4.2 Cara Pengambilan Data ... 19

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 20

4.5.1 Pengolahan Data ... 20

(10)

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 22

5.1. Hasil Penelitian ... 22

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 22

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 23

5.1.3. Deskripsi Tingkat Pengetahuan ... 27

5.2. Pembahasan ... 29

5.2.1. Karakteristik Responden ... 29

5.2.2. Pengetahuan ... 30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

6.1. Kesimpulan ... 34

6.2. Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Untuk Setiap

Pertanyaan ……… 20

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Dan Persentasi Karakteristik

Responden Menurut Jenis Kelamin………. 23

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Dan Persentasi Karakteristik

Responden Menurut Pekerjaan Orang Tua………... 23

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Dan Persentasi Karakteristik

Responden Menurut Sumber Informasi…………... 24

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Kuesioner

Responden………. 25

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat

Pengetahuan………... 26

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan

Responden Menurut Jenis Kelamin………... 27

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Kuesioner

Lampiran 3 Surat Izin Survei Awal Penelitian Lampiran 4 Lembar Ethical Clearence Lampiran 5 Surat Izin Penelitian

Lampiran 6 Surat Keterangan Hasil Penelitian Lampiran 7 Lembar Penjelasan Penelitian Lampiran 8 Informed Consent

(14)

ABSTRAK

Penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA) merupakan satu ancaman yang dapat menghancurkan generasi muda. Dalam DSM-IV-TR (The Diagnostic And Statistical Manual of Mental

Disorder’s,4th edition, Text Revision) seperti DSM-III dan DSM-IV,

ketergantungan dan penyalahgunaan kenyataannya merupakan manifestasi fisik dan psikologis dari penyakit akibat penggunaan obat-obatan yang terdiri dari dua kategori bahan yang menyebabkan ketergantungan dan bahan yang disalahgunakan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa-siswi Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII tahun 2011 mengenai penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA.

Hasil survei Badan Narkotika Nasional menunjukkan, prevalensi penyalahgunaan narkoba di lingkungan pelajar mencapai 4,7% dari jumlah pelajar dan mahasiswa atau sekitar 921.695 orang.

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik total sampling.

Dengan jumlah sampel sebanyak 54 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA mayoritas berada pada kategori sedang, yaitu 46,3%, kategori baik dan kurang masing-masing 35,2% dan 18,5%.

Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan siswa-siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA berada pada kategori sedang. Diharapkan pihak sekolah maupun petugas kesehatan dapat memberikan informasi dan materi pelajaran mengenai penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA yang diperlukan oleh siswa-siswi SMP Swasta Kristen Immanuel Medan.

(15)

ABSTRACT

Narcotics, psychotropic and addictive substances misuse and dependence are a threat to the future of younger generation. In DSM-IV-TR (The Diagnostic And Statistical Manual of Mental Disorders ,4th

This study was conducted to apprehend the adolescents’ knowledge towards substance abuse and dependence in SMP Swasta Kristen Immanuel Medan 8

edition, Text Revision) as DSM-III and DSM-IV, substance abuse and dependence are manifestations from physical and psychological illness due to usage of drugs which consist of substance abuse and substance dependence. Based on survey conducted by Badan Narkotika Nasional (BNN), the prevalence of drug misuse among students is 4,7 % from the total number of students which is 921.695 people.

th

This research was conducted with descriptive research method, the approach used in this study design was a cross sectional study and sampling by using total sampling technique.

grade in 2011.

With a total sample of 54 people, obtained the results of studies showing that the level of respondents knowledge on substance abuse and dependence majority are at average category that is 46,3%, good and less categories respectively 35,2% and 18,5%.

From these results, it can be concluded that knowledge of adolescents in SMP Swasta Kristen Immanuel Medan 8th grade in 2011 towards substance abuse and dependence is at average category. The authorized party is expected to provide information and learning materials on substance abuse and dependence of the students in SMP Swasta Kristen Immanuel Medan.

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika, psikotropika dan zat

adiktif (NAPZA) merupakan satu ancaman yang dapat menghancurkan generasi

muda. Sampai saat ini belum semua orang memiliki kesadaran untuk memerangi

penggunaan NAPZA, karena masih kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap

bahaya penyalahgunaan NAPZA. Penyuluhan perlu dilakukan terutama pada

anak-anak usia sekolah untuk mendidik masyarakat tentang bahaya

penyalahgunaan NAPZA (Kaplan, 1991).

Pada saat ini anak-anak sekolah dasar sudah mengenal narkotika, oleh

karena itu sudah saatnya bagi kita untuk mensosialisasikan bahaya narkotika ini di

kalangan masyarakat. Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), kasus

pemakaian narkoba oleh pelaku dengan tingkat pendidikan SD hingga tahun 2007

berjumlah 12.305 kasus. Data ini begitu mengkhawatirkan karena seiring dengan

meningkatnya kasus narkoba (khususnya di kalangan usia muda dan anak-anak),

penyebaran HIV/AIDS semakin meningkat dan mengancam. Penyebaran narkoba

menjadi makin mudah karena anak SD juga sudah mulai mencoba-coba mengisap

rokok. Tidak jarang para pengedar narkoba memasukkan zat-zat adiktif (zat yang

menimbulkan efek kecanduan) ke dalam lintingan tembakaunya dan akhirnya

sampai pada stadium ketergantungan (dependence) (World Drug Report, 2010).

Dalam DSM-IV-TR (The Diagnostic And Statistical Manual of Mental

Disorder’s,4th edition, Text Revision) seperti DSM-III dan DSM-IV,

ketergantungan dan penyalahgunaan kenyataannya merupakan manifestasi fisik

dan psikologis dari penyakit akibat penggunaan obat-obatan yang terdiri dari dua

kategori bahan yang menyebabkan ketergantungan dan bahan yang

disalahgunakan. Substance abuse atau penyalahgunaan obat-obatan adalah

perilaku maladaptif. Penelitian telah menunjukkan lebih jauh lagi tentang

ketergantungan obat-obatan daripada penggunaan obat-obatan (Leshner, 1999;

(17)

kesehatan jasmani, fungsi intelektual, kehidupan emosi dan sosial yang dapat

merugikan keluarga dan masyarakat sekitar maupun negara (American Psychiatric

Association, 2000).

Prevalensi penggunaan NAPZA dari tahun ke tahun terus terjadi

peningkatan sehingga dapat terlihat seperti fenomena gunung es (iceberg

phenomenon). Menurut data BNN, pada tahun 2009 terdapat 35.299 orang

tersangka korban narkoba. Dari status tersangka diputuskan sebagai terpidana

kasus narkoba sebanyak 28.392 orang dan 9.661 terpidana kasus narkotika. Bila

dilihat data yang ada, sekitar 86% penyalahgunaan narkotika justru usia produktif

yang butuh upaya rehabilitasi. Untuk mengakomodasi hak atas rehabilitasi

pecandu dan penyalahguna narkotika, BNN melalui Unit Terapi Rehabilitasi

(Unitra) hanya memiliki tempat untuk pecandu dan penyalahguna maksimal

menampung 500 orang dan pada tahun 2009 hanya 249 orang korban yang

direhabilitasi di Unitra Lido. Padahal pecandu ada 3,6 juta pecandu (Badan

Narkotika Nasional, 2009).

Hasil survei BNN menunjukkan, prevalensi penyalahgunaan narkoba di

lingkungan pelajar mencapai 4,7% dari jumlah pelajar dan mahasiswa atau sekitar

921.695 orang. Kabid Pembinaan dan Pencegahan Badan Narkotika Provinsi

Sumatera Utara menyatakan dari jumlah tersebut 61% di antaranya menggunakan

narkoba jenis analgesic dan 39% jenis ganja, amphetamine, ekstasi dan lem.

Berdasarkan data di atas, peneliti ingin mengkaji tingkat pengetahuan siswa SMP

Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII terhadap penyalahgunaan dan

ketergantungan NAPZA.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana tingkat pengetahuan siswa SMP Swasta Kristen Immanuel

(18)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui tingkat pengetahuan siswa SMP Swasta Kristen Immanuel

Medan kelas VIII terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Mengetahui tingkat pengetahuan siswa berdasarkan jenis kelamin.

2. Mengetahui tingkat pengetahuan siswa berdasarkan pekerjaan orang tua

(sosio-ekonomi).

3. Mengetahui tingkat pengetahuan siswa berdasarkan sumber informasi.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa

Hasil penelitian ini dapat menjadi refrensi siswa tentang bahaya

penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA.

2. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini sebagai sarana informatif bagi pihak sekolah untuk

mendidik siswa dan mengadakan penyuluhan supaya siswa tidak terlibat

dalam penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA.

3. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat memperdalam pengetahuan penulis tentang NAPZA

dan memberi pengalaman nyata untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa

tentang penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA.

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik malalui indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo, 2003).

2.1.2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan mempunyai enam tingkatan,yaitu:

1. Tahu (know).

Tahu adalah suatu keadaan dimana seseorang dapat mengingat sesuatu yang

telah dipelajari sebelumnya.Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rendah.

2. Paham (comprehension).

Paham diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang mampu

menjelaskan dengan benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (application).

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

4. Analisis (analysis).

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu objek ke dalam

komponen-komponen yang masih dalam satu struktur organisasi dan masih

ada kaitannya satu sama lain, misalnya mengelompokkan dan membedakan.

5. Sintesis (synthesis).

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain

(20)

6. Evaluasi (evaluation).

Evaluasi adalah suatu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu

materi atau objek (Notoatmodjo, 2003).

2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) dan Widianti (2007), pengetahuan seseorang

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman

orang lain. Pengalaman yang diperoleh dapat memperluas pengetahuan

seseorang.

2. Secara umum orang yang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki

pengetahuan yang lebih luas daripada orang yang berpendidikan lebih

rendah.

3. Biasanya keyakinan diperoleh secara turun-menurun baik keyakinan yang

positif maupun keyakinan yang negatif, tanpa adanya pembuktian terlebih

dahulu.

4. Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan

seseorang adalah majalah, radio, koran, televisi, buku, dan lain-lain.

5. Penghasilan tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengetahuan

seseorang. Namun, jika seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia

mampu menyediakan fasilitas yang lebih baik.

6. Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi

pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

2.2. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif) 2.2.1. Definisi NAPZA

NAPZA terdiri dari narkotika, psikotropika dan zat adiktif. Narkotika

disebut juga sebagai obat-obatan yang dipakai sebagai anestesi sehingga dapat

mengakibatkan hilangnya kesadaran karena mempengaruhi sistem susunan saraf

pusat. Menurut Undang-Undang No. 22 tahun 1997, narkotika merupakan obat

(21)

menimbulkan ketergantungan. Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya

dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak ditujukan untuk terapi

serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan. Contohnya

adalah heroin dan ganja. Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki

khasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam

terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi

tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contohnya adalah morfin dan petidin

(

Menurut Undang-Undang No. 5 tahun 1997, psikotropika merupakan zat

atau obat, baik alamiah maupun sintesis yang berkhasiat psikoaktif melalui

pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas

pada aktivitas mental dan perilaku seseorang (Parapat, 2002). Psikotropika

golongan I hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak

digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan

sindrom ketergantungan. Contohnya adalah ekstasi, shabu, dan LSD (lysergic acid

diethylamide). Psikotopika golongan II adalah berkhasiat pengobatan dan dapat

digunakan dalam terapi, dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai

potensi yang kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya adalah

amfetamin, metilfenidat atau ritalin.

Parapat, 2002).

Psikotropika golongan III adalah berkhasiat pengobatan dan banyak

digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai

potensi sedang mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contohnya adalah

pentobarbital dan flunitrazepam. Psikotropika golongan IV berkhasiat pengobatan

dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan

serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.

Contohnya adalah diazepam, fenobarbital, nitrazepam dan klonazepam. Zat adiktif

adalah bahan yang dapat menimbulkan kerugian bagi seseorang yang

menggunakannya akibat timbulnya ketergantungan psikis seperti golongan

(22)

2.2.2. Klasifikasi NAPZA

Pengolongan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lain menurut

Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) didasarkan atas pengaruhnya terhadap

tubuh manusia.

1. Opiates (opiat).

Opiod mengurangi rasa nyeri dan menyebabkan mengantuk atau turunya

kesadaran. Contohnya adalah opium, morfin, heroin dan petidin.

2. Ganja.

Ganja menyebabkan perasaan riang, meningkatkan daya khayal dan

berubahnya perasaan waktu.

3. Kokain.

Kokain dan daun koka tergolong dalam stimulan meningkatkan aktivitas otak

atau fungsi organ lain.

4. Golongan amfetamin (stimulan).

Contohnya adalah amfetamin, ekstasi dan shabu.

5. Alkohol.

Alkohol terdapat dalam minuman keras menyebabkan ataxia.

6. Halusinogen.

Menyebabkan halusinasi (khayalan). Contohnya (lysergic acid diethylamide).

7. Sedativa dan hipnotika.

Obat penenang atau obat tidur.

8. Solvent dan inhalasi.

Gas atau uap yang dihirup. Contohnya tiner dan lem.

9. Nikotin.

Terdapat pada tembakau (termasuk stimulan).

10.Kafein (stimulansia).

Terdapat dalam kopi, berbagai jenis obat penghilang rasa sakit atau nyeri dan

(23)

2.2.3. Heroin

Narkotika yang paling sering disalahgunakan oleh para remaja usia

sekolah, zat ini sangat adiktif mempengaruhi otak sehingga menghasilkan efek

yang menyenangkan dan menghilangkan rasa nyeri. Di Indonesia, heroin juga

dikenal dengan nama putaw. Penggunaannya secara injeksi intavena,

intramuskuler dan dihisap dengan pipa. Heroin berasal dari opium atau opiat yang

dihasilkan langsung oleh tanaman bernama poppy /papaver somniferum dimana di

dalam bentuk bubuk tersebut mengandung morfin yang sangat baik untuk

menghilangkan rasa sakit dan kodein yang bertindak sebagai obat antitusif. Opiat

dibagaikan kepada tiga kelompok besar yaitu opiat alamiah yang terdiri daripada

morfin dan kodein, opiat semi sintetik yang terdiri daripada morfin/putaw dan

hidromorfin dan seterusnya opiat sintetik yang terdiri daripada metadon dan

meperidin (Harahap, 2001).

Efek dari heroin seperti mengalami euforia, panas pada kulit, mulut

kering, anggota badan terasa berat dan fungsi mental terganggu karena depresi

susunan saraf pusat. Orang yang ketergantungan pada heroin akan menimbulkan

kesan negatif seperti rasa mual disebabkan oleh efek euforia yang berlebihan dan

jika seseorang mengalami putus obat akan mengalami reaksi fisik dan psikologis

yang tidak menyenangkan. Saat gejala putus obat terjadi, akan terjadi penyakit

yang berupa flu berat dengan mata selalu berair, hidung meler, demam tinggi,

denyut jantung meningkat dan menganggu metabolisme serta menyebabkan rasa

sakit pada setiap anggota tubuh, dan mungkin menimbulkan delirium dan

halusinasi (Preda, 2011).

2.2.4. Morfin

Biasanya terdapat dalam opium. Efeknya meningkatkan ambang nyeri,

sehingga merasa bebas dari nyeri, menyebabkan letargi, dan tertidur. Kelompok

opiat ini bekerja pada reseptor mu1 yang menyebabkan efek analgesik, euforia

dan hipotermia, pada reseptor mu2 menyebabkan bradikardi, depresi pernafasan

(24)

pernafasan, Efek sentral menekan pusat pernafasan menyebabkan terganggu

respirasi sampai terjadi hipoksia (Stephens, 2010).

2.2.5. Ganja

Sering dikenal dengan nama lain seperti, gele, marijuana dan sebagainya,

biasanya dihisap dari gulungan yang menyerupai rokok atau dengan mengunakan

pipa rokok. Ganja mengandung sejenis bahan kimia yang disebut

delta-9-tetrahydrocannabinol (THC) yang bisa mempengaruhi suasana hati dan

mempengaruhi cara orang tersebut melihat dan mendengar hal-hal disekitarnya.

Penggunaan ganja akan mengalami gejala psikologik yaitu euforia,

halusinasi penglihatan dan lebih senang menyendiri. Gejala fisik yang terlihat

seperti konjungtiva kemerahan, nafsu makan meningkat, mulut dan kerongkongan

terasa kering dan frekeunsi denyut jantung meningkat. Marijuana dan ganja sering

diklasifikasikan sebagai halusinogen. Ini karena efeknya menimbulkan halusinasi

dan memiliki efek antidepresan yang mempengaruhi sistem saraf. Dalam

perawatan medis, marijuana digunakan pada penderita kanker yang menjalani

kemoterapi untuk menurunkan rasa jijik dan mual serta meningkatkan selera

makan (Hawari, 2002).

Efek psikofarmakologis dari ganja dapat menyebabkan gangguan fungsi

psikomotorik lainnya dan ketergantungan psikis yang sangat hebat (Joewana,

1989).

2.2.6. Ekstasi

Dikenal dengan berbagai jenis ada yang berbentuk tablet dan berbentuk

kapsul. Ekstasi merupakan salah satu jenis amfetamin yang nama generiknya

adalah D-pseudo epinefrin. Bentuk amfetamin adalah berbentuk bubuk warna

putih dan keabuan digunakan dengan cara menghirup atau dengan menelan tablet

atau kapsul. Terdapat dua jenis amfetamin yaitu MDMA (methylene dioxy

methamphetamine) dan methamfetamin ice. Ekstasi termasuk dalam golongan

MDMA. Amfetamin menekan nafsu, oleh karena itu dapat digunakan oleh orang

(25)

waktu singkat dapat meningkatkan koordinasi gerakan. Efek samping dari

penggunaan amfetamin terhadap fisik meliputi tekanan darah tinggi, kecepatan

detak jantung, demam, sakit kepala, tremor, dan rasa mual. Secara psikologis, si

pemakai merasa resah, mudah tersinggung, bermusuhan, bingung, bersemangat

atau dalam waktu yang singkat sangat gembira (Kaplan Sadock, 1991).

Penyalahgunaan amfetamin dapat menyebabkan kerusakan parah pada otak

dibandingkan heroin, kokain dan alkohol (Volkow et al. ,2001).

Efek dari ekstasi adalah seperti timbul rasa gembira secara berlebihan,

hiperaktif, rasa percaya diri meningkat, mengalami halusinasi penglihatan,

berkeringat secara berlebihan, nafsu makan berkurang, mual dan muntah.

Pemakaian ekstasi seperti timbul rasa gembira secara berlebihan, melampaui batas

kemampuan seseorang (Handly, 2009).

2.2.7. Shabu-shabu

Psikotropika jenis ini mengandung methil amfetamin berbentuk kristal

putih. Biasanya dihisap dengan menggunakan botol kaca yang khusus disebut

bong dan asapnya dihirup. Efek yang dapat terlihat seperti badan atau fisik merasa

lebih kuat dan energik (meningkatkan stamina), hiperaktif, rasa percaya diri

meningkat, nafsu makan menurun, badan kurus, susah tidur, tekanan darah

meningkat dan mengalami gangguan interaksi sosial dan pekerjaan (Salomone,

2009).

2.2.8. Tranquilizers dan Penenang Non Obat Tidur

Semua obat yang termasuk dalam golongan tranquilizers (obat penenang)

mempunyai permasalahan utama seperti obat tidur. Obat-obat ini dapat membuat

kecanduan dan mempunyai efek samping yang serius meliputi rasa ngantuk,

kesulitan bernapas, dan lemas serta kesulitan fungsi intelektual. Pada orang yang

lebih tua, mereka peka sekali terhadap bahaya tranquilizers dan obat tidur

penenang karena mereka dapat mengalami gangguan pernafasan dan menderita

(26)

depresi tinggi. Seseorang yang menggunakan obat-obatan pada awalnya hanya

untuk kelegaan. Setelah memakai selama dua minggu, bagaimanapun toleransi

meningkat dan dosis yang biasa tidak dapat membuat tidur malam menjadi

nyenyak (West, 2011).

Pemakaian obat tidur pada orang yang mengalami sulit tidur

lama-kelamaan menjadi buruk karena pemakaian obat tidur secara terus-menerus

menyebabkan insomnia, pola kegelisahan dan gangguan tidur yang tidak nyenyak.

Selain itu, obat-obat ini menindas cepat pergerakan tidur mata (rapid eye

movement/REM) tingkatan dalam tidur dimana terjadi mimpi. Jika dalam satu

minggu atau lebih mengalami pengaruh tidur dan pengguna mencoba untu tidur

tanpa menggunakan obat, mereka seolah mengalami suatu pantulan kembali

seperti keresahan bermimpi, mimpi buruk dan kegelisahan tidur yang luar biasa.

Tranquilizers juga digunakan untuk kecemasan umum seperti tekanan pekerjaan

dan stress berat dalam sebuah lingkungan (Brenner, 2009).

2.2.9. Alkohol

Alkohol adalah zat yang paling sering disalahgunakan manusia. Alkohol

diperoleh atas peragian/fermentasi madu, gula, sari buah atau umbi-umbian. Dari

peragian tersebut dapat diperoleh alkohol sampai 15% tetapi dengan proses

penyulingan (destilasi) dapat dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi bahkan

mencapai 100%. Kadar alkohol dalam darah maksimum dicapai 30-90 menit.

Setelah diserap, alkohol/etanol disebarluaskan ke suluruh jaringan dan cairan

tubuh. Dengan peningkatan kadar alkohol dalam darah orang akan menjadi

euforia, namun dengan penurunannya orang tersebut menjadi depresi. Ada 3

golongan minuman berakohol yaitu golongan A; kadar etanol 1%-5% (bir),

golongan B; kadar etanol 5%-20% (anggur/wine) dan golongan C; kadar etanol

20%-45% (

Efek yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi alkohol dapat dirasakan

segera dalam waktu beberapa menit saja, tetapi efeknya berbeda-beda, tergantung

dari jumlah / kadar alkohol yang dikonsumsi. Dalam jumlah yang kecil, alkohol

menimbulkan perasaan relaks dan pengguna akan lebih mudah mengekspresikan

(27)

emosi, seperti rasa senang, rasa sedih dan kemarahan. Bila dikonsumsi

berlebihan, akan muncul efek sebagai berikut: merasa lebih bebas lagi

mengekspresikan diri, tanpa ada perasaan terhambat menjadi lebih emosional

(sedih, senang, marah secara berlebihan); muncul akibat ke fungsi fisik - motorik,

yaitu bicara cadel, pandangan menjadi kabur, sempoyongan, inkoordinasi motorik

dan bisa sampai tidak sadarkan diri. Kemampuan mental mengalami hambatan,

yaitu gangguan untuk memusatkan perhatian dan daya ingat terganggu. Pengguna

biasanya merasa dapat mengendalikan diri dan mengontrol tingkah lakunya. Pada

kenyataannya mereka tidak mampu mengendalikan diri seperti yang mereka

sangka mereka bisa. Oleh sebab itu banyak ditemukan kecelakaan mobil yang

disebabkan karena mengendarai mobil dalam keadaan mabuk (Larson, 2010).

Pemabuk atau pengguna alkohol yang berat dapat terancam masalah

kesehatan yang serius seperti radang usus, penyakit hati dan kerusakan otak.

Kadang-kadang alkohol digunakan dengan kombinasi obat-obatan berbahaya

lainnya, sehingga efeknya jadi berlipat ganda. Bila ini terjadi, efek keracunan dari

penggunaan kombinasi akan lebih buruk lagi dan kemungkinan mengalami over

dosis akan lebih besar

2.3. Penyalahgunaan dan Ketergantungan Zat NAPZA

(National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism,

2010).

2.3.1. Penyalahgunaan Zat NAPZA

Penyalahgunaan zat adalah suatu kelainan yang menunjukkan jiwa tidak

lagi berfungsi secara wajar sehingga terjadi perilaku maladaptif dan negatif dalam

masyarakat. Ketidakmampuan untuk mengendalikan atau menghentikan

pemakaian zat menimbulkan gangguan fisik yang hebat jika dihentikan.

Penyalahgunaan zat tidak saja berbahaya dan merugikan keluarga serta

menimbulkan dampak soasial yang luas. Masalah ketergantungan obat terutama

disebabkan oleh golongan opiat, morphin, hipnotik sedatif dan minor

(28)

Dewasa ini ada kecenderungan untuk menyalahgunakan zat ganda (Poly

drugs abuser). Menurut WHO, bahwa ketergantungan obat tidak hanya karena

satu sebab melainkan terdapat berbagai faktor yang paling berinteraksi. Ini adalah

gangguan kepribadian dengan diketahui adanya risiko jangka panjang yang

merugikan. Ini adalah manifestasi upaya mengatasi stres psikis, sosial dan

ekonomi, depresi, kecemasan kronis dan gangguan psikiatri lain. Semua sebagai

manifestasi dari perlawanan terhadap nilai dari perlawanan terhadap nilai sosial

yang konvensional, tekanan sosial budaya, dan peran keluarga (Joewana, 1989).

Penyalahgunaan zat adalah pemakaian zat atau obat di luar indikasi medik

tanpa petunjuk atau resep dokter, digunakan untuk pemakaian sendiri secara

teratur atau berkala, sekurang-kurangnya selama satu bulan dan dapat

menciptakan keadaan yang tak terkuasai oleh individu. Pemakaian zat merupakan

suatu pola gangguan zat yang bersifat patologik sehingga menimbulkan gangguan

fungsi sosial (Brannon, 2010).

2.3.2. Ketergantungan Zat NAPZA

Ketergantungan zat adalah suatu keadaan mental maupun fisik yang

diakibatkan oleh adanya interaksi antara organisme hidup dan zat. Kondisi ini

memiliki tanda-tanda tingkah laku yang menimbulkan reaksi tertentu seperti

dorongan untuk mempergunakan obat secara periodik atau kontinu.

Secara umum ketergantungan zat (NAPZA) dapat dibagi tiga yaitu

ketergantungan primer, ketergantungan reaktif dan ketergantungan simptomatis.

1. Ketergantungan primer.

Biasanya terjadi pada orang dengan kepribadian yang tidak stabil, ditandai

dengan adanya kecemasan dan depresi.

2. Ketergantungan reaktif.

Biasanya terjadi pada remaja, karena adanya dorongan keingintahuan, bujukan

(29)

3. Ketergantungan simptomatis.

Sebagai salah satu gejala tipe kepribadian yang mendasarinya pada umumnya

terjadi pada orang dengan kepribadian anti sosial (psikopat) dan pemakaian zat

itu untuk kesenangan semata (Griswold, 2008).

2.3.3. Perbedaan Antara Ketergantungan dan Penyalahgunaan

Dalam DSM-IV-TR seperti DSM-III dan DSM-IV, ketergantungan dan

penyalahgunaan kenyataanya merupakan manifestasi fisik dan psikologis dari

penyakit akibat penggunaan obat-obatan yang terdiri dari dua kategori bahan yang

menyebabkan ketergantungan dan disalahgunakan. Kedua masalah tersebut

dimasukkan ke dalam kriteria behavioural/perilaku. Dengan kata lain, masalahnya

bukan pada obat-obatan tersebut, tapi pada cara orang yang memakai obat-obatan

tersebut. Faktanya bahwa seseorang yang memakai obat-obatan (legal/illegal)

tidak mengindikasikan menyebabkan kecanduan atau ketagihan.

Seseorang dapat dikategorikan substance dependence atau ketergantungan

obat-obatan jika memenuhi 3 kriteria dari 7 kriteria berikut ini. Kriteria-kriteria di

bawah ini mempunyai reflek yang mendorong untuk menggunakan obat dan

kehilangan kontrol.

Kriteria-kriteria itu antara lain:

1. Selalu memikirkan tentang obat.

2. Pemakaian obat secara berlebihan yang tidak disengaja.

3. Toleransi.

4. Kemunduran.

5. Keinginan terus-menerus atau usaha untuk mengontrol penggunaan

obat-obatan.

6. Tidak melakukan kegiatan sosial.

7. Terus memakai obat-obatan, meskipun terkena penyakit yang disebabkan

memakai obat-obatan tersebut.

Substance abuse atau penyalahgunaan obat-obatan adalah perilaku

(30)

jauh lagi tentang ketergantungan obat-obatan daripada menggunakan banyak obat.

Berdasarkan DSM-IV-TR, seseorang dapat dikategorikan substance abuse atau

penyalahgunaan bahan, jika dia menunjukkan salah satu dari karakteristik berikut

ini:

1. Sering melanggar peraturan atau melalaikan kewajiban (contoh: bolos

sekolah, melantarkan anak).

2. Sering menggunakan obat-obatan pada saat situasi berbahaya (contoh:

menyetir mobil sambil mabuk).

3. Obat-obatan yang berhubung dengan masalah legal (contoh: penangkapan

karena perilaku buruk).

4. Terus-menerus menggunakan obat, meskipun ada masalah pribadi atau

masalah sosial yang diakibatkan oleh obat (contoh: pertengkaran rumah

(31)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Tingkat Pengetahuan

• Jenis kelamin

• Pekerjaan orang tua

• Sumber informasi

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Variabel dan Definisi Operasional 3.2.1. Variabel Pengetahuan

Definisi Operasional: Pengetahuan adalah segala informasi yang diketahui

(hasil tahu) siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan Kelas VIII,

mengenai NAPZA (narkotika, psikotopika, zat adiktif) dan penyalahgunaan

zat.

Cara Ukur: Pengukuran dilakukan dengan cara angket.

Alat Ukur: Pengukuran dilakukan menggunakan kuesioner melalui

pertanyaan dalam bentuk pertanyaan tertutup. Jumlah pertanyaan sebanyak 20

pertanyaan dimasukkan ke dalam kuesioner untuk menguji tingkat

pengetahuan siswa.

Hasil ukur: Hasil ukur didapatkan dari 20 pertanyaan tersebut dengan nilai

maksimum 20. Jika jawaban benar, diberi nilai 1 dan jika jawaban salah,

diberi nilai 0. Pengetahuan responden kemudian dikategori menjadi tiga

kelompok yaitu, baik, sedang, dan rendah dengan perinician nilai seperti

berikut (Pratomo,1990) :

NAPZA

• Penyalahgunaan

(32)

1. Kategori baik apabila responden mempunyai skor > 80% atau mempunyai

nilai skor>16.

2. Kategori sedang apabila responden mempunyai skor 40-75% atau

mempunyai nilai total skor 8-15.

3. Kategori rendah apabila responden mempunyai skor 0-35% atau

mempunyai total nilai skor 0-7.

Skala ukur: Ordinal.

3.2.2. Variabel Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA

Penyalahgunaan NAPZA adalah suatu kelainan yang menunjukkan jiwa

tidak lagi berfungsi wajar sehingga terjadi perilaku maladaptif dan negatif dalam

masyarakat.

Ketergantungan NAPZA adalah suatu keadaan mental maupun fisik yang

(33)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian

deskriptif. Tujuan digunakannya rancangan deskriptif dalam penelitian ini adalah

untuk menggambarkan tingkat pengetahuan siswa-siswi di Sekolah SMP Swasta

Kristen Immanuel Medan kelas VIII tentang bahaya narkotika tahun 2011.

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional (potong lintang)

dimana pengambilan data dilakukan hanya sekali bagi tiap subyek pada saat

pengumpulan data.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah SMP Swasta Kristen Immanuel

Medan. Alasan memilih lokasi penelitian adalah sebagai berikut:

1. Sekolah SMP Swasta Kristen Immanuel Medan berada di tengah kota

sehingga peneliti mengasumsikan bahwa kemungkinan responden

memperoleh informasi lebih cepat mengenai NAPZA.

2. Belum pernah dilakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan siswa tentang

bahaya NAPZA di sekolah tersebut.

Waktu pengambilan data dilakukan pada semester VII yaitu antara

Oktober hingga November 2011.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh siswa-siswi di Sekolah SMP Swasta

Kristen Immanuel Medan kelas VIII pada tahun 2011. Populasi berjumlah 58

(34)

4.3.2. Sampel

4.3.2.1.Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Sampel penelitian ini adalah siswa Sekolah SMP Swasta Kristen

Immanuel Medan kelas VIII.

1. Kriteria Inklusi.

a. Siswa-siswi Sekolah SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII

tahun ajaran 2011/2012.

b. Responden bersedia dan menjawab kuesioner dengan lengkap.

2. Kriteria Eksklusi.

Responden tidak hadir saat penelitian dengan alasan apapun.

4.3.2.2.Besar Sampel

Besar sampel pada penelitian ini adalah seluruh populasi siswa-siswi SMP

Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII tahun 2011 yang hadir saat penelitian

yang berjumlah 54 orang, terdapat 4 orang yang tidak hadir dikarenakan sakit dan

keluar kota. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling

(Notoatmodjo, 2010).

4.4. Teknik Pengambilan Data 4.4.1. Jenis Data

Jenis data adalah data primer. Data yang diperoleh langsung dari subyek

penelitian dengan pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber

informasi (Budiarto, 2002)

4.4.2. Cara Pengumpulan Data

Responden pada penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Swasta Kristen

Immanuel Medan Kelas VIII yang telah terpilih sebagai sampel. Siswa-siswi

tersebut dibagikan kuesioner yang akan mereka jawab untuk mengumpulkan

informasi yang berhubungan dengan pengetahuan mereka tentang bahaya

(35)

4.4.3. Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas dan

reliabilitasnya dengan menggunakan teknik korelasi “product moment” dan uji

Cronbach (Cronbach Alpha) dengan menggunakan program SPSS versi 17.0.

Sampel yang digunakan dalam uji validitas ini memiliki karakter yang hampir

sama dengan sampel dalam penelitian ini. Jumlah sampel dalam uji validitas dan

reliabilitas ini adalah sebanyak 20 orang. Hasil uji validitas dan reliabiltas dapat

dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliablitas Kuesioner

(36)

4.5. Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1. Pengolahan Data

Data dari angket akan diperiksa silang (cross-checked) oleh supervisor

(peneliti) di lapangan.Setiap ketidakkonsistenan atau ketidaklengkapan informasi

akan diperbaiki sebelum meninggalkan lokasi penelitian. Kuesioner yang lengkap

akan diteliti dan dimasukkan ke dalam komputer oleh programmer (peneliti).

Pada proses pemasukan data, akan dilakukan pengecekan ganda oleh tenaga entry

data dan analisis tingkat pengetahuan siswa tentang bahaya NAPZA dilakukan

secara deskriptif dengan menggunakan bantuan program SPSS (Statistical

Package for the Social Sciences) for Windows 17.0 dan disajikan dalam bentuk

tabel.

4.5.2. Analisis Data

Analisis dilakukan dengan metode analisis univariat. Analisis univariat

dilakukan pada variabel tingkat pengetahuan untuk memperoleh gambaran

(37)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai

tingkat pengetahuan siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII

terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA, dimana penelitian ini telah

dilaksanakan dari bulan Oktober-November 2011. Penelitian ini diikuti 54

siswa-siswi yang hadir dan bersedia mengikuti penelitian dan menjawab dengan lengkap

seluruh pertanyaan yang tertuang dalam kuesioner yang dibagikan.

Selain menjawab pertanyaan penelitian mengenai pengetahuan terhadap

penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA, dalam bab ini juga dijabarkan

deskripsi lokasi penelitian dan deskripsi karakteristik responden yang berada di

SMP Swasta Kristen Immanuel Medan.

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di SMP Swasta Kristen Immanuel Medan.

SMP ini berada di pusat kota yang bertempat di Jalan Slamat Riyadi No. 1,

Kelurahan Madras Hulu, Kecamatan Medan Polonia. SMP ini memiliki 6 ruang

kelas ruang laboratorium, perpustakaan, aula serba guna, studio musik,

halaman/lapangan olah raga, kantin, ruang tata usaha, ruang guru dan ruang

kepala sekolah. Kelas VIII yang menjadi sampel dalam penelitian ini terdiri atas

dua kelas. SMP Swasta Kristen Immanuel Medan mempunyai batas-batas sebagai

berikut :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Hotel Tiara,

b. Sebelah timur berbatasan dengan Gereja HKBP Soedirman,

c. Sebelah barat berbatasan dengan Perumahan penduduk ,

(38)

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini, responden yang diteliti sebanyak 54 siswa kelas VIII

SMP Swasta Kristen Immanuel Medan, masih berstatus pelajar dan aktif

bersekolah. Gambaran karakteristik responden yang diamati meliputi jenis

kelamin, sosio-ekonomi, dan sumber informasi para siswa SMP Swasta Kristen

Immanuel Medan. Data lengkap mengenai karakteristik responden tersebut dapat

dilihat pada tabel-tabel yang ada di bawah ini.

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persen (%)

Laki-laki 32 59,3

Perempuan 22 40,7

Total 54 100

Berdasarkan Tabel 5.1. di atas, diketahui bahwa jumlah siswa SMP Swasta

Kristen Immanuel Medan kelas VIII pada tahun 2011 sebanyak 54 siswa, dengan

jumlah siswa laki-laki sebanyak 32 responden (59,3%) dan jumlah siswa

perempuan sebanyak 22 responden(40,7%).

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan Orang Tua (Sosio-ekonomi)

Pekerjaan Orang Tua Frekuensi (n) Persen (%)

Pegawai Negeri 16 29,6

Pegawai Swasta 14 25,9

Wiraswasta 22 40,7

Pensiunan 2 3,7

(39)

Berdasarkan Tabel 5.2. di atas, diketahui bahawa orang tua responden

paling banyak bekerja sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 22 orang (40,7%)

sedangkan paling sedikit bekerja sebagai pensiunan yaitu sebanyak 2 orang

(3,7%) .

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden Menurut Sumber Informasi

Sumber Informasi Frekuensi (n) Persen (%)

Sekolah 5 9,3

Media cetak 19 35,2

Media elektronik 11 20,4

Lain-lain 19 35,2

Total 54 100

Berdasarkan Tabel 5.3. diatas, diketahui bahawa rata-rata responden

mendapat sumber informasi dari media cetak dan lain-lain yang terdiri dari

organisasi intra sekolah, orang tua dan teman yaitu sebanyak 19 orang (35,2%)

sedangkan yang paling rendah adalah dari sekolah sebanyak 5 orang (9,3%).

5.1.3. Deskripsi Tingkat Pengetahuan

Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner penelitian terdapat 20

pertanyaan mengenai pengetahuan siswa terhadap penyalahgunaan dan

ketergantungan NAPZA. Pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam kuesioner

tersebut telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Data lengkap distribusi frekuensi

(40)

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Kuesioner Responden

17 Apa penyalahgunaan akibatkan ketergantungan 43 79,6 11 20,4

18 Apa ketergantungan pada pengguna NAPZA 34 63,0 20 37,0

19 Apa kesan ketergantungan NAPZA 27 50,0 27 50,0

20 Apa kesan NAPZA pada generasi muda 39 72,2 15 27,8

Berdasarkan table 5.4. di atas, dapat dilihat bahawa pernyataan yang

paling banyak dijawab responden dengan benar oleh responden adalah pertanyaan

pertama dengan persentase sebesar 90,7%. Sedangkan pertanyaan yang paling

banyak dijawab dengan salah oleh responden adalah pertanyaan nombor 19

(41)

Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu baik,

sedang, dan kurang. Pengetahuan seorang responden akan dikatakan baik apabila

jumlah skor untuk dua puluh pertanyaan yang berhasil dijawab dengan benar oleh

responden sebanyak 16-20. Pengetahuan sedang, apabila jumlah skor untuk dua

puluh pertanyaan yang berhasil dijawab dengan benar oleh responden sebanyak

8-15, pengetahuan kurang, apabila jumlah skor untuk dua puluh pertanyaan yang

berhasil dijawab dengan benar oleh responden < 8. Berdasarkan hasil uji tersebut

maka tingkat pengetahuan siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan pada

tahun 2011 dapat dikategorikan pada Tabel 5.5. di bawah ini.

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan

Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n) Persen (%)

Baik 19 35,2

Sedang 25 46,3

Kurang 10 18,5

Total 54 100

Pada tabel 5.5. di atas, dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan responden

terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA paling banyak berada pada

kategori sedang sebanyak 25 siswa (46,3%), diikuti dengan kategori baik

sebanyak 19 siswa (35,2%), dan kategori kurang sebanyak 10 siswa (18,5%).

Data lengkap distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden terhadap

penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA menurut jenis kelamin dapat dilihat

(42)

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis

Kelamin

Tingkat Pengetahuan

Baik Sedang Kurang Total

n % n % n % n %

Laki-laki 8 14,8 16 29,6 8 14,8 32 59,3

Perempuan 11 20,4 9 16,7 2 3,7 22 40,7

Total 19 35,2 25 46,3 10 18,5 54 100

Berdasarkan Tabel 5.6. dapat diketahui pengetahuan responden pada

kategori baik lebih tinggi pada kelompok kelamin perempuan yaitu sebanyak 11

orang (20,4%) dibandingkan dengan laki-laki sebanyak 8 orang (14,8%). Pada

kategori pengetahuan kurang lebih banyak pada kelompok laki-laki yaitu

sebanyak 8 orang (14,8%) sedangkan pada kelompok perempuan adalah sebanyak

2 orang (3,7%).

Data lengkap distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden terhadap

penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA menurut pekerjaan orang tua dapat

dilihat pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Menurut Pekerjaan Orang Tua (Sosio-ekonomi)

Jenis Pekerjaan

Tingkat Pengetahuan

Baik Sedang Kurang Total

n % n % n % n %

Pegawai Negeri 5 9,3 7 13,0 4 7,4 16 29,6

Pegawai Swasta 7 13,0 5 9,3 2 3,7 14 25,9

Pensiunan 0 0 2 3,7 0 0 2 3,7

Wiraswasta 7 13,0 11 20,4 4 7,4 22 40,7

(43)

Berdasarkan Tabel 5.7. diatas, dapat diketahui pengetahuan responden

yang paling baik dilihat dari karakteristik sosio-ekonominya adalah responden

yang orang tuanya bekerja sebagai wiraswsta dan pegawai swasta yaitu sebanyak

7 orang (13,0%). Sedangkan tingkat pengetahuan responden pada kategori kurang

adalah dari pekerjaan orang tua sebagai pegawai negeri dan wiraswasta yaitu

sebanyak 4 orang (7,4%) masing-masing.

Data lengkap distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden terhadap

penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA menurut sumber informasi dapat

dilihat pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Menurut Sumber Informasi

Sumber

informasi

Tingkat Pengetahuan

Baik Sedang Kurang Total

n % n % n % n %

Sekolah 2 3,7 3 5,6 0 0 5 9,3

Media cetak 7 13,0 6 11,1 6 11,1 19 35,2

Media elektronik 2 3,7 7 13,0 2 3,7 11 20,4

Lain-lain 8 14,8 9 16,7 2 3,7 19 35,2

19 35.2 25 46,3 10 18,5 54 100

Berdasarkan data table 5.8. di atas, didapati bahawa tingkat pengetahuan

responden yang paling baik adalah dari sumber informasi lain-lain yang terdiri

dari organisasi intra sekolah (OSIS), orang tua dan teman yaitu sebanyak 8 orang

(14,8%). Sedangkan tingkat pengetahuan kurang paling banyak dari golongan

yang mendapat sumber informasi dari media cetak yaitu sebanyak 6 orang

(44)

5.2. PEMBAHASAN Karakteristik Responden

Menurut Notoadmodjo (2010), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi

oleh faktor umur, pendidikan, pekerjaan, dan sumber informasi yang

digunakannya. Karakteristik siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas

VIII tahun 2011 yang dinilai dalam penelitian ini terdiri dari karakteristik jenis

kelamin, sosio-ekonomi, dan sumber informasi.

Berdasarkan karakterisitk jenis kelamin pada tabel 5.1, dapat diketahui

bahawa jenis kelamin responden terbanyak adalah laki-laki dengan jumlah 32

siswa (59,3%) manakala jumlah responden selebihnya adalah perempuan yaitu

sebanyak 22 siswa (40,7%). Sedangkan berdasarkan tabel 5.6 tingkat pengetahuan

yang paling baik adalah jenis kelamin perempuan yaitu terdapat 11 siswa

perempuan (20,4%) yang mendapat pengetahuan baik. Menurut analisis peneliti,

jumlah perempuan yang memiliki tingkat pengetahuan baik lebih banyak

dibandingkan laki-laki karena perempuan memilki ketertarikan lebih besar

terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA dibandingkan laki-laki.

Menurut hasil penelitian Muhlisa (2002), bahawa laki-laki lebih banyak

menyalahgunakan obat dibandingkan dengan responden perempuan.

Berdasarkan karakteristik sosio-ekonomi (pekerjaan orang tua) pada tabel

5.2, dapat diketahui bahwa orang tua responden terbanyak bekerja sebagai

wiraswasta dengan jumlah 22 siswa (40,7%). Sedangkan berdasarkan tabel 5.7

tingkat pengetahuan yang paling baik terdapat pada orang tua responden yang

bekerja sebagai wiraswasta dan pegawai swasta yaitu terdapat 7 siswa

masing-masing (13,0%) yang mendapat pengetahuan baik. Menurut Notoatmodjo (2010),

pekerjaan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas hidup manusia

dan memberikan motivasi untuk memperoleh informasi yang berguna.

Berdasarkan penelitian Adiningsih (2002), memperlihatkan bahwa keadaan

keluarga yang tidak kondusif atau dengan kata lain disfungsi keluarga mempunyai

(45)

dibandingkan dengan anak/remaja yang dididik

Berdasarkan karakteristik sumber informasi pada tabel 5.3, dapat diketahui

bahwa sumber informasi terbanyak pada siswa adalah media cetak dan lain-lain

dengan jumlah 19 siswa (35,2%) masing-masing. Sedangkan berdasarkan tabel

5.8 tingkat pengetahuan yang paling baik terdapat pada sumber informasi lain-lain

yaitu terdapat 8 siswa (14,8%) yang mendapat pengetahuan baik. Menurut

Notoatmodjo (2010), informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan

mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang memperoleh

banyak sumber informasi, maka seseorang cenderung memperoleh pengetahuan

yang lebih luas. Menurut pengamatan peneliti, dengan berkembang pesatnya

teknologi maka tiap orang akan dengan mudah memperoleh informasi yang

diinginkannya, terutama melalui media elektronik.

dalam keluarga yang sehat dan

harmonis (kondusif).

Hasil penelitian oleh Rustini (2002) mengenai Gambaran Tingkat

Pengetahuan mengenai NAPZA pada murid-murid SMU Marsudirini Kemang

Pratama Bekasi menunjukkan bahwa jumlah responden yang mendapat informasi

mengenai NAPZA dari orang tua dan memiliki pengetahuan yang baik yaitu

sebanyak 64,3%. Sedangkan pada penelitian ini jumlah responden yang memiliki

pengetahuan baik yaitu sebanyak 14,8% dari sumber lain-lain yang terdiri

daripada organisasi intra sekolah, orang tua dan teman.

Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penelitian ini memperlihatkan tingkat

pengetahuan siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII terhadap

penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA seperti yang terlihat pada data

statistik. Dari hasil analisa data dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan siswa

SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII terhadap penyalahgunaan dan

ketergantungan NAPZA berada rata-rata dalam kategori sedang.

(46)

ketergantungan NAPZA serta perbedaan antara penyalahgunaan dan

ketergantungan. Untuk mengukur tingkat pengetahuan responden, terdapat 20

pertanyaan yang akan ditanyakan melalui kuesioner sebagai alat ukur yang

dipakai oleh peneliti. Pada tabel 5.5 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan

responden terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA paling banyak

berada pada kategori sedang sebanyak 25 siswa (46,3%), diikuti dengan kategori

baik sebanyak 19 siswa (35,2%), dan rendah sebanyak 10 siswa (18,5%).

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui responden yang mengetahui

pengertian NAPZA (pertanyaan 1) yaitu narkotika, psikotropika dan zat adiktif.

Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 49 responden (90,7%) manakala 5

responden (9,3%) menjawabnya dengan salah. Soal kesan pengambilan NAPZA

terhadap prestasi akademik (pertanyaan 2), jawabannya adalah mutu pelajaran

menurun. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 46 responden (85,2%)

manakala dijawab dengan salah oleh 8 responden (14,8%). Soal bahan yang

terdiri dari NAPZA (pertanyaan3), jawabannya adalah alkohol, narkoba dan

shabu-shabu. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 47 responden (87%)

manakala dijawab dengan salah oleh 7 responden (13%). Soal kesan pengambilan

alkohol jangka panjang (pertanyaan4), jawabannya adalah mengakibatkan

kecelakaan jalan raya. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 31 responden

(57,4%) manakala dijawab dengan salah oleh 23 responden (42,6%). Soal

masalah kesehatan yang timbul akibat penggunaan alkohol (pertanyaan5),

jawabannya adalah kerusakan hati. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 41

responden (75,9%) manakala dijawab dengan salah oleh 13 responden (24,1%).

Soal jenis minuman alkohol (pertanyaan 6), jawabannya adalah wine, bir, tapai.

Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 44 responden (81,5%) manakala

dijawab dengan salah oleh 10 responden(18,5%).

Soal penyebab siswa mengambil alkohol (petanyaan 7), jawabannya

adalah pengaruh teman dan pengaruh lingkungan. Pertanyaan ini dijawab dengan

benar oleh 41 responden (75,9%) manakala dijawab dengan salah oleh 13

responden (24,1%). Soal kesan pengambilan ganja (pertanyaan 8), jawabannya

(47)

dijawab dengan benar oleh 42 responden (77,8%) manakala dijawab dengan salah

oleh 12 responden (22,2%).

Soal bentuk shabu-shabu (pertanyaan 9), jawabannya adalah bentuk kristal

putih. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 40 responden (74,1%) manakala

dijawab dengan salah oleh 14 responden (25,9%). Soal kesan pengambilan

shabu-shabu (pertanyaan 10), jawabannya adalah penurunan nafsu makan, hiperaktif.

Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 28 responden (58,9%) manakala

dijawab dengan salah oleh 26 responden (48,1%). Soal pengertian transqulizers

atau obat penenang non obat tidur (pertanyaan 11), jawabaanya adalah digunkan

untuk kecemasan umum seperti tekanan kerja dan stress berat. Pertanyaan ini

dijawab dengan benar oleh 37 responden (68,5%) manakala dijawab dengan salah

oleh 17 responden (31,5%). Soal cara invasif yang digunakan oleh penagih

narkoba (pertanyaan 12), jawabaanya adalah melalui suntikan jarum, menghisap

atau menghirup. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 40 responden (74,1%)

manakala dijawab dengan salah oleh 14 responden (25,9%).

Soal apakah perkongsian jarum bisa mengakibatkan HIV (pertanyaan 13),

jawabannya. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 40 responden (74,1%)

manakala dijawab dengan salah oleh 14 responden (25,9%). Soal apakah

pemakaian NAPZA bisa mengakibatkan gangguan fungsi sosial dalam masyarakt

(pertanyaan 14), jawabannya adalah ya. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh

37 responden (68,5%) manakala dijawab dengan salah oleh 17 responden

(31,5%). Soal pengertian penyalahgunaan zat NAPZA (pertanyaan 15),

jawabaanya adalah pemakaian obat atau zat di luar indikasi medik. Pertanyaan ini

dijawab dengan benar oleh 33 responden (66,1%) manakala dijawab dengan salah

oleh 21 responden (38,9%).Soal pengertian ketergantungan zat NAPZA

(pertanyaan 16), jawabannya adalah keadaan mental maupun fisik yang

diakibatkan oleh adanya interaksi antara organisme hidup dan zat. Pertanyaan ini

dijawab dengan benar oleh 32 responden (59,3%) manakala dijawab dengan salah

oleh 22 responden (40,7%). Soal apakah penyalahgunaan NAPZA bisa

(48)

Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 43 responden (79,6%) manakala

dijawab dengan salah oleh 11 responden (20,4%).

Soal ketergantungan yang terjadi pada pengguna NAPZA (pertanyaan 18),

jawabannya adalah pada orang dengan kepribadian yang tidak stabil, ditandai

dengan adanya kecemasan dan depresi. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh

34 responden (63%) dan dijawab dengan salah oleh 20 responden (37%). Soal

kesan ketergantungan pada pengguna NAPZA (pertanyaan 19), jawabannya

adalah intoksisitas zat. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 27 responden

(50%) manakala dijawab dengan salah oleh 27 responden selebihnya (50%). Soal

kesan penggunaan NAPZA oleh generasi muda (pertanyaan 20), jawabannya

adalah perkembangan sesuatu bangsa dan negara terhalang. Pertanyaan ini

dijawab dengan benar oleh 39 responden (72,2%) manakala dijawab dengan salah

oleh 15 responden (27,8%). Pertanyaan 4,10,15,16 dan 19 mempunyai persentasi

yang hampir sama. Menurut analisis peneliti, hal ini mungkin dikarenakan

informasi-informasi mengenai pertanyaan tersebut telah sampai pada hampir

setengah siswa-siswi sehingga menghasilkan persentasi yang hampir sama.

Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Rustini Floranita (2002)

mengenai Gambaran Tingkat Pengetahuan Mengenai NAPZA pada murid-murid

Marsuridini Kemang Bekasi dimana siswa yang pengetahuannya baik sebesar

55,2% sedangkan pengetahuan yang kurang baik sebesar 44,8%. Baik tidaknya

pengetahuan siswa tentang NAPZA dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Beberapa faktor tersebut misalnya umur, kelas, jenis kelamin, pendidikan dan

pekerjaan orang tua. Selain itu keterpaparan media informasi yang sangat

mendukung. Media informasi tersebut seperti petugas kesehatan, media cetak,

maupun media elektronik. Makin banyak mendapatkan informasi maka makin

(49)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut.

1. Tingkat pengetahuan siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas

VIII tahun 2011 terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA

berada dalam kategori sedang yaitu sebesar 46,3%.

2. Tingkat pengetahuan responden yang paling baik dilihat dari karakteristik

jenis kelamin terdapat pada kelompok jenis kelamin perempuan, dimana

11 siswa perempuan (20,4%) dalam kategori pengatahuan baik, sedangkan

9 siswa perempuan (16,7%) dalam kategori sedang manakala 2 siswa

perempuan (3,7%) dalam kategori kurang.

3. Tingkat pengetahuan responden yang paling baik dilihat dari karakteristik

pekerjaan orang tua terdapat pada responden yang orang tuanya bekerja

sebagai wiraswasta dan pegawai swasta, dimana 7 orang (13,0%)

masing-masing dalam kategori pengetahuan baik, sedangkan 11 orang (20,4%)

responden orang tuanya bekerja sebagai wiraswasta dalam kategori

pengetahuan sedang manakala dalam kategori rendah pula pada pekerjaan

wiraswasta dan pegawai negeri sebanyak 4 orang masing-masing (7,4%).

4. Tingkat pengetahuan responden yang paling baik dilihat dari karakteristik

sumber informasi terdapat pada kategori sumber informasi dari media lain,

dimana 8 siswa (14,8%) dalam kategori baik , sedangkan 9 siswa (16,7%)

dalam kategori sedang bagi sumber informasi lain-lain manakala pada

Gambar

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliablitas Kuesioner
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden
+5

Referensi

Dokumen terkait

Juliani, Silfi Eka. “Efektivitas Permainan im Dreierpack Untuk Meningkatkan Penguasaan Kosakata Bahasa Jerman ”. Bandung: Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman.

[r]

Model ini mempunyai tujuan untuk memaksimumkan pendapatan dari semua spesies hewan yang ada dalam ranch. Dalam model ini dapat diketahui banyaknya hewan optimal yang

Nasabah mempunyai kecenderungan lebih besar untuk menunggak (menjadi nasabah gagal) apabila nasabah berada pada usia muda, tingkat pendidikan lebih rendah dari SMA,

a. Relief Valve , digunakan untuk mengatur tekanan yang bekerja pada sistem dan juga mencegah terjadinya beban lebih atau tekanan yang melebihi kemampuan rangkaian

Judul Tugas Akhir ini adalah Prarancangan Pabrik Amonium Sulfat dari Amoniak dan Asam Sulfat denngan Proses Netralisasi Kapasitas 25.000 Ton Per Tahun.. Adanya prarancangan pabrik

BOGOR 2012.. Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Analisis Perubahan Tutupan Lahan, Struktur Genetik, dan Kandungan Biomassa Karbon Pinus merkusii Jungh et de Vriese strain

Bapak Susatyo Yuwono, S.Psi., M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang telah berkenan memberi ijin dan kesempatan kepada penulis