• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MERUMUSKAN HIPOTESIS DAN MENARIK KESIMPULAN PADA MATERI KOLOID

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MERUMUSKAN HIPOTESIS DAN MENARIK KESIMPULAN PADA MATERI KOLOID"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PERNYATAAN

Dengan ini Saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan Saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata kelak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan Saya diatas, maka Saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.

Bandar Lampung, Oktober 2012

(2)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MERUMUSKAN

HIPOTESIS DAN MENARIK KESIMPULAN PADA MATERI KOLOID

Oleh

ANGGUN SARI NURULITA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi, pada tanggal 12 Maret 1990, sebagai anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Basri Nawawi dan Ibu Viliawati,S.Pd. Penulis mengawali pendidikan formal di TK R.A. Muslimin Kotabumi kemudian melanjutkan ke SD Negeri 1 Kotabumi Tengah sampai tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMP Negeri 7 Kotabumi yang diselesaikan pada tahun 2005. Tahun 2005 masuk SMA Negeri 3 Kotabumi dan selesai pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai

mahasiswa Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung .

(4)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan-Nya kepada Penulis.

Dengan kerendahan hati dan rasa sayang yang tulus, kupersembahkan lembaran- lembaran sederhana ini untuk :

Ayah dan Bunda…

Kalian merupakan pahlawan tanpa tanda jasa di kehidupan Ananda. Semoga Allah SWT selalu melindungi dan menuntun setiap langkah kalian dan

semoga Ananda dapat membahagiakan kalian. Amiin.

Adik-adik dan keluargaku tersayang...

Perhatian dan kasih sayang kalian adalah motivasi dan penyemangat dalam hidupku.

Sahabat-sahabatku...

Doa, perhatian, dan kebersamaan yang telah kalian berikan adalah suatu hal yang sangat berarti bagiku.

(5)

MOTTO

Syukur dan sabar ibarat dua sisi mata uang. Disaat kita merasa masalah

semakin rumit, justru disaat yang sama solusi itu semakin dekat. Allah adalah

sebaik-baik penolong

(Anggun Sari Nurulita)

Kebanggaan terbesar bukan saat kita tak pernah gagal, melainkan saat bangkit

kembali ketika kita jatuh

(Anggun Sari Nurulita)

The world comes to life and everything's bright,

from beginning to end when you have a friend by your side

(6)

iv DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pemecahan Masalah (Problem Solving) ... 8

B. Keterampilan Proses Sains ... 11

C. Keterampilan Merumuskan Hipotesis dan Menarik Kesimpulan ... 14

D. Data Penelitian yang Relevan ... 15

E. Kerangka Berpikir ... 16

F. Anggapan Dasar ... 17

G. Hipotesis Penelitian ... 18

III. METODE PENELITIAN A. Latar Penelitian ... 19

(7)

v

C Metode dan Desain Penelitian ... 19

D. Variabel Penelitian ... 20

E . Alur Penelitian ... 20

F. Instrumen Penelitian ... 21

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 22

H. Teknik Analisis Data ... 23

I. Gain Ternormalisasi ... 23

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 25

B. Pembahasan ... 27

C. Kendala-kendala yang Dihadapi... 39

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 41

B. Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA... . 42

LAMPIRAN 1. Silabus ... 44

2. RPP ... 52

3. Lembar Kerja Siswa ... 85

4. Soal Pretes dan Postes ... 90

5. Kisi-kisi Soal Pretes dan Postes ... 93

6. Pedoman Penskoran Pretes dan Postes ... 98

7. Data Skor Pretes, Postes, dan n-Gain ... 104

(8)
(9)

viii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur penelitian ... 21

(10)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “ Efektivitas Model Pembelajaran Problem Solving dalam Meningkatkan Keterampilan Merumuskan Hipotesis dan Menarik Kesimpulan pada Materi Koloid” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia sekaligus Pembimbing I, atas keikhlasan waktu, kesabaran, motivasi dan bimbingannya.

4. Ibu Dra. Chansyanah Diawati, M.Si., selaku Pembimbing II, atas keikhlasan waktu, kesabaran, motivasi dan bimbingannya.

5. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., selaku Pembahas atas bimbingan, keikhlasan waktu, motivasi, kesabaran dan bantuannya.

6. Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.S., selaku Pembimbing Akademik atas bimbi-ngan, keikhlasan waktu, motivasi, dan kesabarannya.

(11)

8. Bapak Drs. H. Berchah Pitoewas, M.H, selaku Kepala SMA YP Unila Bandar Lampung, Ibu Ismita Dewi, S.Pd selaku guru mitra, seluruh siswa dan Staf SMA YP Unila atas kerja sama dan bantuannya selama penelitian.

9. Teristimewa untuk ayah dan bunda, yang selalu memberikan kasih sayang, cinta, doa yang tulus dan tak pernah putus, adik-adikku Tiara, Lazuardi, dan Umai atas doa, perhatian, motivasi, keceriaan, dan kasih sayangnya.

10.Om dan tante, orang tua keduaku, yang menjadi inspirasi, yang selalu men-curahkan perhatian dan doa, serta seluruh keluarga besarku, terima kasih atas segalanya.

11.Sahabatku tercinta Yuri dan Agita, sebagai tim yang solid, susah senang kita lalui bersama dalam penyusunan skripsi ini, Vera, Nia, Rina.S, Icha, sahabat berbagi apapun itu, Della sahabat yang selalu membuatku tersenyum dan sahabat seperjuanganku angkatan 2008 di Program Studi Pendidikan Kimia. 12.Rekan-rekan KKN dan PPL , Rina.A, Wulan, Uus, Shintia, Rian, Janwar,

Yudi, Eka, dan Gigih serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu terima kasih atas masukannya.

Akhirnya, penulis menghanturkan maaf atas ucapan dan tingkah yang kurang berkenan dihati. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Bandar Lampung, Oktober 2012 Penulis

(12)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Indikator keterampilan proses sains ... 13

2. Data Penelitian yang Relevan... 15

3. Desain Penelitian ... 19

4 Klasifikasi Gain ... 24

5. Perolehan Rerata Skor Pretest dan Posttest ... 25

(13)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MERUMUSKAN

HIPOTESIS DAN MENARIK KESIMPULAN PADA MATERI KOLOID

(Skripsi)

Oleh

ANGGUN SARI NURULITA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(14)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kimia merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains, yang sangat erat kaitan- nya dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu ilmu kimia yang diperoleh siswa seharusnya tidak sekedar untuk memenuhi tuntutan belajar siswa di seko-lah saja, tetapi juga dapat melatih cara berfikir siswa untuk memecahkan masaseko-lah terutama yang berkaitan dengan ilmu kimia secara ilmiah. Ada tiga hal yang ber-kaitan dengan kimia yaitu kimia sebagai produk yang berupa fakta, konsep, prin-sip, hukum, dan teori; kimia sebagai proses; dan kimia sebagai sikap. Oleh sebab itu pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik kimia sebagai proses, produk, dan sikap.

(15)

2

tanpa didasarkan pada hasil kerja praktek. Ketiga, pengajaran sains berfokus pada menjawab pertanyaan, guru cenderung untuk menggunakan metode tanya jawab, sementara jawaban yang harus dikemukakan adalah fakta, konsep, dan prinsip ba-ku yang telah diajarkan guru atau tertulis dalam buba-ku ajar. Seharusnya siswa menggali masalah dan menemukan jawaban atas masalahnya melalui pengamatan atau percobaan.

Demikian halnya dengan pembelajaran kimia di kelas XI IPA SMA YP Unila Bandar Lampung. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia, pada pem-belajaran sebelumnya guru menerapkan model pempem-belajaran ceramah, diskusi, dan praktikum. Namun, untuk praktikum belum berjalan dengan optimal. Prak-tikum hanya dilakukan pada materi-materi tertentu saja dan masih terbatas pada pembuktian teori. Ketika diskusi pembelajaran berlangsung hanya sebagian kecil siswa yang terlibat aktif dalam diskusi yaitu siswa yang berkemampuan akademik tinggi, sedangkan siswa yang lain hanya diam. Dalam proses pembelajaran, akti-vitas guru terlihat lebih dominan. Guru menjelaskan dan beberapa siswa mencatat penjelasan guru. Terkadang guru menggunakan media slide power point. Namun kebanyakan dari siswa kurang memperhatikan dan banyak melakukan aktivitas-aktivitas lain seperti mengobrol, melamun, mencoret-coret kertas bahkan mema-inkan handphone. Belum terlihat aktivitas yang mendukung siswa dalam me-ngembangkan keterampilan proses yang seharusnya ada pada pembelajaran kimia.

(16)

3

proses pembelajaran guru juga diharapkan dapat memilih model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran banyak sekali jenisnya. Masing-masing model mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pemilihan suatu model perlu memper-hatikan beberapa hal seperti yang disampaikan, tujuan pembelajaran, waktu yang tersedia, jumlah siswa, mata pelajaran, fasilitas dan kondisi siswa dalam pembe-lajaran serta hal-hal yang berkaitan dengan keberhasilan siswa dalam proses pem-belajaran (Suryabrata, 1993). Salah satu model pempem-belajaran yang dapat diguna-kan adalah model pembelajaran problem solving. Model problem solving adalah suatu penyajian materi pelajaran dengan menghadapkan siswa kepada persoalan yang harus dipecahkan atau diselesaikan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran ini, siswa diharuskan melakukan penyelidikan otentik untuk mencari penyelesaian terhadap masalah yang diberikan. Mereka menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis mengumpulkan dan menga-nalisis informasi, membuat referensi dan merumuskan kesimpulan. Model prob-lem solving terdiri dari 5 fase. Fase 1 yaitu mengorientasikan siswa pada masalah, fase 2 yaitu mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecah-kan masalah, fase 3 yaitu menetapmemecah-kan jawaban sementara dari masalah, fase 4 yaitu menguji keaktifan jawaban sementara, dan fase 5 yaitu menarik kesimpulan (Depdiknas, 2008).

(17)

4

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai kompetensi dasar tersebut, diperlukan suatu proses yang dapat memunculkan karakter sains. Proses yang baik akan terwujud jika siswa memiliki keterampilan proses dalam mem-pelajari kimia sebagai rumpun ilmu sains yaitu, keterampilan proses sains. Dua di antaranya adalah keterampilan merumuskan hipotesis dan menarik kesimpulan. Meskipun materi pelajaran koloid relatif mudah dipelajari oleh siswa, namun un-tuk menumbuhkan keterampilan merumuskan hipotesis dan menarik kesimpulan pada materi koloid pada siswa adalah hal yang berbeda. Diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat menumbuhkembangkan kreativitas siswa sehingga men-jadi lebih aktif dan terampil dalam memecahkan masalah terutama yang berkaitan dengan ilmu kimia secara ilmiah serta mampu menerapkan berbagai keterampilan dalam mempelajari sains secara lebih optimal. Model pembelajaran problem sol-ving diharapkan dapat meningkatkan keterampilan merumuskan hipotesis dan me-narik kesimpulan siswa pada materi koloid karena fase-fase yang dilalui dalam pembelajaran problem solving, terutama fase 3 dan 5, melatih siswa untuk me-ningkatkan dua keterampilan tersebut.

(18)

5

Berdasarkan latar belakang dan uraian tersebut maka dipandang perlu dilakukan penelitian yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Problem Solving

Da-lam Meningkatkan Keterampilan Menyusun Hipotesis dan Menarik Kesimpulan Siswa pada Materi Koloid.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran problem solving dalam meningkatkan keterampilan merumuskan hipotesis pada materi koloid? 2. Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran problem solving dalam

meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan pada materi koloid?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran problem solving dalam meningkatkan keterampilan merumuskan hipotesis dan menarik kesimpu-lan pada materi koloid.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang bersangkutan.

1. Siswa

(19)

6

kemampuan berpikir siswa pada materi koloid karena siswa belajar berdasarkan masalah dan temuannya sendiri.

2. Guru

Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu alternatif model dan strategi pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan produktif bagi guru.

3. Sekolah

Penerapan model problem solving dalam pembelajaran merupakan alternatif untuk meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

4. Peneliti lain

Peneliti lain, yaitu sebagai bahan/gambaran untuk dapat mengembangkan

peneli-tian sejenis dengan ruang lingkup yang lebih luas.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari penelitian yang berbeda-beda terhadap istilah yang digunakan, maka perlu dikembangkan beberapa istilah sebagai berikut.

1. Lokasi penelitian di SMA YP Unila Bandar Lampung.

2. Siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 4 SMA YP Unila Bandar Lampung.

(20)

7

4. Pembelajaran problem solving dikatakan efektif apabila ada perbedaan pema-haman awal dengan pemapema-haman akhir siswa yang ditunjukkan dengan rerata n-gain.

(21)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri. Konstruktivisme menurut Von Glasers-feld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001) "konstruktivisme juga me-nyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil kemungkinan adanya transfer pengetahuan dari sese-orang kepada yang lain.”

(22)

9

Menurut Suparno (1997) prinsip-prinsip konstruktivisme, antara lain:

(1) pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif; (2) tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; (3) mengajar adalah membantu siswa belajar; (4) tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir; (5) kurikulum menekankan partisipasi siswa; dan (6) guru adalah fasilitator.

Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan su-atu masalah dan memecahkannya berdasarkan data dan informasi yang akurat, se-hingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat. Proses problem solving memberikan kesempatan peserta didik berperan aktif dalam mempelajari, menca-ri, dan menemukan sendiri informasi untuk diolah menjadi konsep, prinsip, teomenca-ri, atau kesimpulan. Dengan kata lain, problem solving menuntut kemampuan mem-proses informasi untuk membuat keputusan tertentu (Hidayati, 2006).

Problem solving bukan perbuatan yang sederhana, akan tetapi lebih kompleks da-ripada yang diduga. Problem solving memerlukan keterampilan berpikir yang ba-nyak ragamnya termasuk mengamati, melaporkan, mendeskripsi, menganalisis, mengklasifikasi, menafsirkan, mengkritik, meramalkan, menarik kesimpulan, dan membuat generalisasi berdasarkan informasi yang dikumpulkan dan diolah. Un-tuk memecahkan masalah kita harus melokasi informasi, menampilkannya dari ingatan lalu memprosesnya dengan maksud untuk mencari hubungan, pola, atau pilihan baru.

Fase-fase model problem solving (Depdiknas, 2008) yaitu meliputi :

1. Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.

(23)

10

3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di atas.

4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa ha-rus beha-rusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawa-ban tersebut itu betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawajawa-ban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu sa-ja diperlukan modelmodel lainnya seperti demonstrasi, tugas, diskusi, dan lain-lain.

5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terak-hir tentang jawaban dari masalah tadi.

Pembelajaran dengan model problem solving harus mengikuti langkah-langkah dari menentukan masalah apa yang ingin dipecahkan hingga pada tahap mencari kesimpulan agar siswa mampu memecahkan masalah. Dengan memecahkan ma-salah berarti siswa memperoleh sesuatu yang baru, yaitu pelajaran baru yang diha-silkan dari pemikiran siswa saat memecahkan masalah berdasarkan aturan-aturan yang pernah dipelajarinya.

Nasution (2006) menyatakan, :

“memecahkan masalah memerlukan pemikiran dengan menggunakan dan menghubungkan berbagai aturan-aturan yang telah kita kenal menurut kom-binasi yang berlainan. Dalam memecahkan masalah sering harus dilalui ber-bagai langkah seperti mengenal setiap unsur dalam masalah itu, mencari aturan-aturan yang berkenaan dengan masalah itu dan dalam segala langkah perlu ia berpikir.”

(24)

11

menerapkan aturan-aturan yang diketahui, akan tetapi juga menghasilkan pela-jaran baru.

Kelebihan dan kekurangan model problem solving menurut Dzamarah dan Zain (2002) adalah sebagai berikut:

1. Kelebihan model problem solving

a. Model ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan.

b. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil. c. Model ini merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara

kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi da-lam rangka mencari pemecahannya.

2. Kekurangan model problem solving

a. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan ting-kat berfikir siswa, tingting-kat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pe-ngalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru

b. Proses belajar mengajar dengan menggunakan model ini sering memerlu-kan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain

c. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan permasalah sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

B. Keterampilan Proses Sains

(25)

kete-12

rampilan dasar untuk melakukan kegiatan ilmiah tersebut. Kemampuan dasar ter-sebut dikenal dengan istilah keterampilan proses IPA/sains.

Menurut Gagne (dalam Dahar 1996) keterampilan proses IPA adalah kemampu-an-kemampuan dasar tertentu yang dibutuhkan untuk menggunakan dan mema-hami sains. Setiap keterampilan proses merupakan keterampilan yang khas yang digunakan oleh semua ilmuwan, serta dapat digunakan untuk memahami fenome-na apapun juga. Keterampilan proses sains mempunyai cakupan yang sangat luas, sehingga aspek-aspek keterampilan proses sains dapat digunakan dalam beberapa pendekatan dan model pembelajaran. Demikian halnya dalam model pembelajar-an ypembelajar-ang dikembpembelajar-angkpembelajar-an yaitu problem solving, keterampilan proses sains menjadi bagian yang tidak terpisah dalam kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan.

Menurut Hariwibowo, dkk. (2009):

Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemam-puan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan-kemampuan men-dasar yang telah dikembangkan dan telah terlatih lama-kelamaan akan menja-di suatu keterampilan, sedangkan pendekatan keteram-pilan proses adalah ca-ra memandang anak didik sebagai manusia seutuhnya. Caca-ra memandang ini dijabarkan dalam kegiatan belajar mengajar memperhatikan pengembangan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan. Ketiga unsur itu menyatu da-lam satu individu dan terampil dada-lam bentuk kreatifitas.

Cartono (2007) mengemukakan bahwa:

(26)

13

Menurut Esler & Esler (1996) keterampilan proses sains dikelompokkan seperti

pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Keterampilan Proses Sains

Keterampilan Proses Dasar Keterampilan Proses Terpadu

Mengamati (observasi)

Semiawan (Hariwibowo, 2008) mengemukakan empat alasan mengapa

pende-katan keterampilan proses harus diwujudkan dalam proses belajar dan

pembela-jaran, yaitu:

a. Dengan kemajuan yang sangat pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi,

guru tidak mungkin lagi mengajarkan semua fakta dan konsep dari sekian mata

pelajaran, karena waktunya tidak akan cukup.

b. Siswa-siswa, khususnya dalam usia perkembangan anak, secara psikologis

le-bih mudah memahami konsep,apalagi yang sulit, bila disertai dengan

contoh-contoh konkrit, dialami sendiri, sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.

J. Piaget mengatakan bahwa intisari pengetahuan adalah kegiatan atau

akti-vitas, baik fisik maupun mental.

c. Ilmu pengetahuan dapat dikatakan bersifat relatif, artinya suatu kebenaran

teori pada suatu saat berikutnya bukan kebenaran lagi, tidak sesuai lagi dengan

situ-asi. Suatu teori bisa gugur bila ditemukan teori-teori yang lebih baru dan

lebih jitu. Jadi, suatu teori masih dapat dipertanyakan dan diperbaiki. Oleh

karena itu, perlu orang-orang yang kritis, mempunyai sikap ilmiah. Wajar

(27)

14

dan sikap kritis ini. Untuk saat ini, dengan menggunakan keterampilan proses

maka tuju-an tersebut dapat tercapai.

d. Proses belajar dan pembelajaran bertujuan membentuk manusia yang utuh

ar-tinya cerdas, terampil dan memiliki sikap dan nilai yang diharapkan. Jadi,

pe-ngembangan pengetahuan dan sikap harus menyatu. Dengan keterampilan

memproses ilmu, diharapkan berlanjut kepemilikan sikap dan mental.

C. Keterampilan Merumuskan Hipotesis dan Menarik Kesimpulan

Menurut Soetardjo dan Soejitno (1998), hipotesis adalah dugaan tentang hu-bungan antara beberapa variabel. Sebelum suatu penelitian atau eksperimen di-laksanakan, biasanya dinyatakan hipotesisnya. Hipotesis memberikan petunjuk kepada peneliti tentang data yang harus dikumpulkan. Hipotesis biasanya dibuat pada suatu perencanaan penelitian yang memberikan prediksi pengaruh yang akan terjadi dari variabel manipulasi terhadap variabel respon. Hipotesis dapat diru-muskan secara induktif berdasarkan data hasil pengamatan maupun secara deduk-tif berdasarkan teori menuju suatu pernyataan.

Beberapa petunjuk melatih siswa dalam merumuskan hipotesis sebagai berikut: 1) hipotesis dihasilkan dari masalah-masalah yang telah diidentifikasi atau pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan, 2) hipotesis harus dapat diuji melalui suatu penyelidikan, dan 3) hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan

(jika…maka...), bukan dalam bentuk pertanyaan. Cartono (2007) menyusun

(28)

15

penyebab suatu hal terjadi dengan mengungkapkan bagaimana cara melakukan pemecahan masalah.

Inferensi atau kesimpulan adalah sebuah pernyataan yang dibuat berdasarkan fak-ta hasil pengamafak-tan. Hasil inferensi dikemukakan sebagai pendapat seseorang ter-hadap sesuatu yang diamatinya. Pola pembelajaran untuk melatih keterampilan proses inferensi (menyimpulkan), sebaiknya menggunakan teori belajar kons-truktivisme, sehingga siswa belajar merumuskan sendiri inferensinya. Menurut Soetardjo dan Soejitno (1998), inferensi adalah sebuah pernyataan yang ditarik berdasarkan bukti (fakta) hasil serangkaian observasi.

Terdapat dua metode dalam menarik suatu kesimpulan, yaitu metode deduktif dan metode induktif. Metode deduktif merupakan metode penarikan kesimpulan yang diperoleh dari gejala umum untuk mendapatkan hal yang lebih spesifik. Sedang-kan metode induktif sebaliknya, yaitu penariSedang-kan kesimpulan yang dimulai dengan gejala-gejala yang spesifik untuk mendapatkan hal-hal yang umum. Cartono (2007) menyusun indikator-indikator keterampilan menarik kesimpulan sebagai berikut : mampu membuat suatu kesimpulan tentang suatu benda atau fenomena setelah mengumpulkan, menginterpretasi data dan informasi.

D. Data Penelitian yang Relevan

Berikut ini adalah penelitian-penelitian yang relevan beserta keterangannya: Tabel 2. Data penelitian yang relevan

No Nama/

Tahun Judul Penelitian

(29)

16 konsep kimia dan respon positif siswa problem solving dapat meningkatkan

(30)

17

proses mengamati, menafsirkan, mengajukan pertanyaan, mengelompokkan dan penyelidikan. Fase ketiga adalah menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan pada data yang telah dipe-roleh pada langkah kedua. Hasil dari fase ketiga ini adalah siswa dilatih untuk mengembangkan keterampilan proses memprediksi dan merumuskan hipotesis atau dugaan sementara. Fase keempat adalah menguji hipotesis yang telah dibuat. Pengujian hipotesis umumnya dilakukan melalui percobaan. Dari fase ini hasil yang diperoleh siswa adalah dapat mengembangkan keterampilan proses menga-mati, berkomunikasi, melakukan percobaan dan penyelidikan serta menggunakan alat dan bahan. Pada fase ini keaktifan, kreatifitas, dan rasa ingin tahu siswa sa-ngat diperlukan dalam pembelajaran. Fase terakhir dalam pembelajaran problem solving adalah menarik kesimpulan. Dari fase ini hasil yang dicapai siswa adalah dapat mengembangkan keterampilan proses menarik kesimpulan.

Dari uraian di atas terlihat bahwa model pembelajaran problem solving sangat mendukung siswa untuk mengembangkan keterampilan proses sains yang dimi-likinya terutama keterampilan merumuskan hipotesis dan menarik kesimpulan yang sangat relevan dengan langkah ketiga dan langkah kelima model pembe-lajaran problem solving.

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

(31)

18

2. Tingkat kedalaman dan keluasan materi yang dibelajarkan sama. 3. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi peningkatan keterampilan

merumuskan hipotesis dan keterampilan menarik kesimpulan pada materi pokok koloid siswa kelas XI semester genap SMA YP UNILA TP 2011/2012 di kelas XI IPA 4 sekecil mungkin sehingga dapat diabaikan.

G. Hipotesis Penelitian

(32)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Latar Penelitian

Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA 4 SMA YP Unila Bandar Lampung yang berjumlah 38 siswa. Penelitian ini berlangsung sejak bulan Maret hingga Mei 2012.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat kuantitatif yaitu data hasil tes sebelum pembelajaran diterapkan (pretest) dan hasil tes setelah pembelajaran diterapkan (posttest) siswa. Adapun sumber data adalah siswa kelas XI IPA 4 SMA YP Unila Bandar Lampung.

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode pre-eksperimen. Sedangkan design yang digunakan adalah One Group Pretest-Posttest Design (Sugiyono, 2002). Di da-lam design penelitian ini terdapat langkah-langkah yang menunjukkan suatu urutan kegiatan penelitian yaitu:

Tabel 3. Desain penelitian

Pretest Perlakuan Postest

(33)

20

O1 adalah pretest yang diberikan sebelum diberikan perlakuan, O2 adalah postest

yang diberikan setelah diberikan perlakuan. X adalah perlakuan berupa penerapan model pembelajaran problem solving.

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai variabel bebas adalah pembelajaran menggunakan model problem solving. Sedangkan yang bertindak sebagai variabel terikat adalah keterampilan merumuskan hipotesis dan menarik kesimpulan.

E. Alur Penelitian

Dalam penelitian ini tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah perlakuan diberikan. Tes yang dilakukan sebelum perlakuan disebut pretest dan sesudah perlakuan disebut posttest. Kegiatan dalam tahap pelaksanaan ini meliputi:

a. Pelaksanaan pretest untuk menjaring keterampilan awal siswa. Soal pretest terdiri dari 6 butir soal essay, 3 butir soal untuk menguji keterampilan meru-muskan hipotesis dan 3 butir soal untuk menguji keterampilan menarik kesim-pulan.

b. Pelaksanaan penelitian disesuaikan dengan jadwal penyajian materi pokok dan dilaksanakan dalam rentang waktu yang telah ditentukan.

c. Pelaksanaan posttest untuk melihat perbedaan keterampilan sebelum dan sesu-dah siswa diberi pembelajaran problem solving. Soal posttest sama dengan soal pretest.

(34)

21

studi literatur, penyusunan instrumen, implementasi metode problem solving dan ter-akhir adalah analisis data dan kesimpulan. Adapun langkah-langkah penelitian tersebut ditunjukkan pada alur penelitian, seperti ditunjukkan pada alur berikut:

Gambar 1. Alur Penelitian

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari Lembar Kerja Siswa (LKS), soal pretest dan posttest, Rencana Pelaksanaan Pembelajarn (RPP) dan silabus. LKS Kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah LKS yang dibuat dengan mene-rapkan model pembelajaran problem solving. Terdapat empat LKS yaitu LKS 1 yang berisi materi tentang pengertian koloid , LKS 2 berisi materi jenis dan contoh-contoh koloid, LKS 3 berisi materi sifat-sifat koloid , dan LKS 4 berisi materi pene-rapan koloid dalam kehidupan sehari-hari dan pembuatan koloid. Soal pretest dan posttest terdiri dari 6 butir soal essay yang sama. Untuk memperoleh hasil penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan maka instrumen yang digunakan harus dilakukan uji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran. Namun dikarenakan keterbatasan peneliti dan terkendala waktu, maka instrumen yang digunakan hanya dilakukan uji validitas. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan

Penyusunan

Observasi Tes awal

(Pretest)

(35)

22

suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dalam konteks pengujian validitas instrumen dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu cara judgment atau penilaian, dan pengujian empirik.

Penelitian ini menggunakan validitas isi. Adapun pengujian validitas isi ini dilaku-kan dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpul-kan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan. Oleh karena dalam mela-kukan judgment diperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh dosen pembimbing pene-litian untuk mengujinya. Sedangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan silabus yang digunakan dalam penelitian ini adalah RPP dan silabus yang sesuai de-ngan standar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah: 1. Observasi pendahuluan

a. Peneliti meminta izin kepada Kepala SMA YP Unila untuk melaksanakan penelitian.

b. Peneliti menentukan pokok bahasan yang akan diteliti berdasarkan data nilai kimia Tahun Pelajaran 2011/2012 yang cukup rendah.

(36)

23

2. Pelaksanaan penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu: a. Tahap persiapan

Peneliti menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan instrumen tes.

b. Tahap pelaksanaan proses pembelajaran : 1. Memberikan pretest pada siswa.

2. Memberikan pembelajaran problem solving. 3. Memberikan posttest pada siswa.

H. Teknik Analisis Data

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

Nilai pretest dan postest dirumuskan sebagai berikut:

Data yang diperoleh kemudian dicari gain ternormalisasinya.

I. Gain Ternormalisasi

(37)

24

Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi dari Hake seperti terdapat pada tabel berikut:

Tabel 4. Klasifikasi gain ( g )

Besarnya g Interpretasi

g > 0.7 Tinggi

0,3 < g ≤ 0,7 Sedang

g ≤ 0,3 Rendah

(38)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Model pembelajaran problem solving efektif dalam meningkatkan keteram-pilan merumuskan hipotesis pada materi koloid dengan kategori sedang. 2. Model pembelajaran problem solving efektif dalam meningkatkan

keteram-pilan menarik kesimpulan pada materi koloid dengan kategori sedang.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, disarankan bahwa:

1. Bagi calon peneliti lain yang juga tertarik untuk menerapkan pembelajaran problem solving, hendaknya lebih mengoptimalkan persiapan yang diperlukan pada tiap fase dalam model pembelajaran problem solving.

2. Bagi calon peneliti disarankan untuk lebih kreatif lagi dalam mengelola kelas sehingga keributan-keributan kecil yang ditimbulkan siswa dapat diminima-lisir.

(39)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Noor Fadiawati, M.Si ___________

Sekretaris : Dra. Chansyanah Diawati, M.Si ___________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dra. Nina Kadaritna, M.Si ___________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman M.Si NIP. 19600315 198503 1 003

(40)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN

PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN MERUMUSKAN HIPOTESIS DAN MENARIK KESIMPULAN

PADA MATERI KOLOID

Nama Mahasiswa : Anggun Sari Nurulita

No. Pokok Mahasiswa : 0813023018

Program Studi : Pendidikan Kimia

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. Noor Fadiawati, M. Si. Dra. Chansyanah Diawati, M.Si

NIP. 196608241991112001 NIP 196608241991112002

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Gambar

Tabel 1.  Keterampilan Proses Sains
Tabel 2. Data penelitian yang relevan
Tabel 4. Klasifikasi gain ( g )

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dengan mengingat sumpah jabatan, dan apabila dikemudian hari, isi pernyataan ini ternyata tidak benar, yang

Pada proses ini peneliti berserta masyarakat RT 19 melakukan pertemuan kembali di rumah ibu titin pada tanggal 30 maret 2018. Membahas tentang mimpi-mimpi yang ingin

Reaksi pencoklatan (Mallard) dan rasemisasi asam amino telah berdampak kepada menurunnya ketersedian lisin pada produk-produk olahan susu. Penurunan ketersediaan lisin pada

The dominant type of translation in this research is literal translation.The second is that there are three kinds of translation variations which occur in English-Indonesian

[r]

menggunakan SPSS, diperoleh hasil bahwa : Nilai Koefisien korelasi (R) sebesar 0,957 menunjukkan bahwa derajat hubungan (korelasi) antara variabel independen dengan variabel

Asuhan Keperawatan pada Ny.P dengan Prioritas Masalah Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri Gastritis di Lingkungan.. VI Kelurahan Sari Rejo Kecamatan