• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI PERMOHONAN PENDAFTARAN MEREK TAPIS TANGAN EMAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IDENTIFIKASI PERMOHONAN PENDAFTARAN MEREK TAPIS TANGAN EMAS"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI PERMOHONAN PENDAFTARAN MEREK TAPIS TANGAN EMAS

Oleh

FARHAN MAULANA MAKKI

Merek merupakan perlindungan hukum terhadap produk perdagangan dan jasa yang memberikan ciri dan kualitas pada barang yang dihasilkan. Kain tapis merupakan salah satu produk unggulan Provinsi Lampung, dan dari banyaknya pengrajin kain tapis di Provinsi Lampung merek tapis tangan emas merupakan salah satu kerajinan tapis yang sudah cukup dikenal oleh konsumen tapis, yang sudah beredar di masyarakat luas karena kualitasnya yang baik. Namun merek tapis tangan emas tersebut belum di daftarkan. Oleh karena itu merek tapis tangan emas harus di daftarkan agar mendapatkan perlindungan hukum. Dalam penelitian ini yang menjadi permasalahan adalah bagaimana pendaftaran merek tapis tangan emas dengan pokok bahasan Tapis tangan emas sebagai merek yang dapat didaftarkan, pihak yang dapat mengajukan permohonan pendaftaran tapis tangan emas sebagai merek, permohonan pendaftaran tapis tangan emas sebagai merek. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguraikan langkah-langkah proses pendaftaran merek untuk mendapatkan hak atas merek dan perlindungan hukum pada merek kain tapis tangan emas.

Metode penelitian hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah normatif empiris dengan tipe penelitian eksploratif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi pustaka, studi dokumen, studi lapangan dilakukan melalui wawancara dan pengamatan (observasi). Kemudian data yang telah didapat dianalisis secara kualitatif.

(2)

tersebut. Permohonan pendaftaran merek tapis tangan emas dapat menjadi acuan dalam tata cara pendaftaran merek yang telah disesuaikan dengan ketentuan Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek dan Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1993 tentang Tata Cara Permintaan Pendaftaran Merek, agar kain tapis tangan emas mendapatkan perlindungan hukum atas mereknya tersebut.

(3)

A. Latar Belakang Masalah

Hak kekayaan intelektual merupakan suatu hak milik hasil pemikiran yang bersifat tetap dan eksklusif serta melekat pada pemiliknya. Hak kekayaan intelektual timbul atau lahir dari intelektualita manusia. Perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual mencakup ide, solusi, teknis atau informasi lain yang telah diwujudkan dalam berbagai bentuk yang nyata.

Manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling sempurna yang dikaruniai cipta, rasa dan karsa. Ketiga hal penting tersebut dapat melahirkan ide kreatif, karya seni, maupun cipataan inovatif lain yang merupakan suatu wujud nyata dari kekayaan intelektual. Keberadaan hak kekayaan intelektual merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari.

(4)

pencipta alam semesta. Karena itu munculnya tenun tapis ini ditempuh melalui tahapan-tahapan waktu yang mengarah kepada kesempurnaan teknik tenun, bahan-bahan maupun cara-cara memberikan ragam hias atau motif sesuai dengan perkembangan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan.

Pada awalnya, kain tapis hanya dipergunakan pada upacara adat yang mencerminkan status pemakaianya. Seiring perkembangan zaman, kain tapis kini berperan fungsi menjadi benda yang bersifat ekonomis karena saat ini semua pihak dapat memiliki. Kain Tapis Lampung dijadikan komoditas perdagangan domestik maupun internasional yang mencerminkan daerah Lampung.

Kain tapis saat ini telah mengalami beberapa modifikasi, diantaranya dengan menggunakan bahan dasar kain batik sutera bermotif khas dan menjadi lebih ringan dan nyaman dipakai. Dengan demikian kain tapis memerlukan perlindungan hukum untuk dapat dijadikan komoditi perdagangan dan menjaga ciri khasnya. Hak kekayaan intelektual yang dapat melindungi kain tapis sebagai perdagangan barang atau jasa adalah merek. Karena dengan mendaftarkan merek kain tapis tersebut maka menimbulkan dampak hukum dan kegiatan ekonomi bagi pengrajin maupun daerah tempat barang tersebut berasal.

(5)

Pengaturan mengenai merek yang kemudian diperbaharui dengan diterbitkannya Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek pada tanggal 1 Agustus 2001. Dalam Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 yaitu dalam Pasal 1 Ayat (1) Merek yaitu sebagai tanda pembeda atas suatu barang, merek merupakan suatu tanda yang merupakan gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa.

Ketentuan merek dalam Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 merupakan konsekuensi dari keikutsertaan Indonesia sebagai negara yang meratifikasi perjanjian dari organisasi internasional The World Intellectual Property Organization (WIPO) dan

The World Trade Organization (WTO), akibatnya peraturan perundang-undangan wajib disesuaikan dengan konvensi atau perjanjian internasional Agreement Establishing The World Trade Organization dan Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights(TRIP’s)

(6)

keuntungan ekonomis bagi para produsen. Selain itu daerah yang menjadi asal dari produk dapat terkenal serta dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersifat ekonomis. Tidak terkecuali dengan kain tapis Lampung, jika kain tapis memenuhi persyaratan Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 dan didaftarkan oleh pihak-pihak yang berhak maka hal ini akan memberikan kepastian hukum dan menghambat pihak lain yang berminat untuk meniru atau menyamai kain tapis Lampung serta memberikan aspek ekonomis bagi daerah Lampung.

Kain tapis merupakan salah satu kebanggaan masyarakat Lampung yang juga menjadi khas atau dapat dijadikan sebagai cindera mata bagi para wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Bagi para pengrajinatau para pengrajin yang bergerak dalam usaha ini merupakan sebagai mata pencarian bagi mereka dan tentunya para pengrajintapis memiliki ciri khas dalam corak tapis yang di produksi dan mencerminkan kualitas dari pengrajin tersebut. Salah satunya adalah kain tapis tangan emas, dalam hal ini kain tapis dengan logo tangan emas merupakan salah satu pengrajin tapis yang sudah memiliki nama yang cukup dikenal oleh masyarakat Lampung sendiri maupun masyarakat di luar Lampung.

(7)

pendaftaran dari merek, dan dilihat dari kriteria merek kain tapis tangan emas, maka merek tersebut segera harus didaftarkan agar dapat perlindungan hukum atas merek dan bukti apabila merek tersebut telah didaftar adalah pengrajin kain tapis tersebut mendapatkan bukti berupa sertifikat merek yang dikeluarkan dari kantor Direktorat Merek Dirjen (Direktorat Jendral) Hak kekayaan intelektual.

Dari uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap proses pendaftaran kain tapis tersebut secara lebih terperinci dengan judul penelitian:“Identifikasi Permohonan Pendaftaran Merek Tapis Tangan Emas”

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang tersebut diatas, maka yang menjadi rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah : “Bagaimanakah tata cara pendaftaran merek kain tapis tangan emas?”

Pokok bahasan dalam penelitian ini meliputi :

1. Kriteria tapis tangan emas sebagai merek yang dapat didaftarkan.

2. Pihak yang dapat mengajukan permohonan pendaftaran tapis tangan emas sebagai merek.

3. Permohonan pendaftaran tapis tangan emas sebagai merek.

(8)

2. Pihak yang dapat mengajukan permohonan pendaftaran tapis tangan emas sebagai merek.

3. Permohonan pendaftaran tapis tangan emas sebagai merek

Ruang lingkup bidang ilmu yaitu penelitian dibidang hukum ekonomi yang berkenaan dengan hak kekayaan intelektual khususnya tentang merek.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan pokok bahasan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran secara lengkap, jelas, rinci dan sistematis mengenai :

1. Kriteria tapis tangan emas sebagai merek yang dapat didaftarkan.

2. Pihak yang dapat mengajukan permohonan pendaftaran tapis tangan emas sebagai merek.

3. Permohonan pendaftaran tapis tangan emas sebagai merek

4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini terdiri dari kegunaan teoritis dan kegunaan praktis sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

(9)

2. Kegunaan Praktis

(10)

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hak Kekayaan Intelektual

Pengertian mengenai HKI dalam hukum Anglo Saxon dikenal istilah hukum

Intelectual Property Rights. Istilah hukum tersebut diterjemahkan kedalam bahasa indonesia menjadi 2 macam istilah hukum: Hak Milik Intelektual dan Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Perbedaan terjemahan terletak pada kata property. Kata tersebut memang dapat diartikan sebagai kekayaan, dapat juga sebagai milik. Bila berbicara tentang kekayaan selalu tidak lepas dari milik, dan sebaliknya berbicara tentang milik

propertytidak terlepas dari kekayaan.1

Hak kekayaan intelektual adalah hak milik hasil pemikiran (intelektual) yang melekat pada pemiliknya, bersifat tetap dan eksklusif. Hak kekayaan intelektual merupakan serangkaian hak dan kepentingan yang sah terkait dengan produk yang dihasilkan dari aktivitas intelektual manusia. Hak kekayaan intelektual adalah hak yang berasal dari kegiatan kreatif suatu kemampuan daya pikir manusia yang diekspresikan kepada khalayak umum dalam berbagi bentuknya, bermanfaat, berguna untuk menunjang kehidupan dan memiliki nilai ekonomi.2

1Abdulkadir Muhammad,Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, PT. Citra Aditya

Bandung, 2007. hlm.1

2Djumhana dan R. Djubaedilah IV,Hak Milik Intelektual,Cetakan Kedua, PT. Citra Aditya

(11)

Hak kekayaan intelektual merupakan hak privat (private rights) dan memiliki keistimewaan tersendiri dibanding hak perdata lainnya. Keistimewaannya yakni pada sifat eksklusifnya. Hak kekayaan intelektual hanya diberikan dan berlaku kepada pemiliknya, si pencipta, penemu ataupun pemegang karya intelektual lainnya. Pihak mana pun dilarang untuk meniru, memakai dan mempergunakan dalam perdagangan suatu karya intelektual tanpa seizin pemiliknya. Ekslusivitas hak kekayaan intelektual memberi hak paling unggul kepada pemiliknya.

Hak kekayaan intelektual merupakan bagian dari harta kekayaan (kebendaan). Harta kekayaan adalah benda milik orang atau badan yang memiliki nilai ekonomi, diakui dan dilindungi oleh hukum berdasarkan bukti yang sah, serta dapat dialihkan kepada pihak lain, baik karena perjanjian maupun karena undang-undang.3

Walaupun perlindungan hak kekayaan intelektual lebih dominan pada perlindungan individu namun untuk menyeimbangkan antara kepentingan individu dengan kepentingan masyarakat, maka hak kekayaan intelektual mendasarkan diri pada prinsip sebagai berikut:

1) Prinsip KeadilanThe Principle of Natural Justice

Hukum memberikan perlindungan kepada pencipta sebuah karya berupa imbalan baik materi atau bukan materi seperti adanya rasa aman dilindungi dan diakui atas hasil karyanya atau yang disebut hak;

2) Prinsip ekonomiThe Economy Argument

Hak Kekayaan intelektual merupakan hak yang berasal dari kegiatan yang kreatif dari suatu kemampuan daya pikir manusia yang diekspresikan kepada khalayak umum yang bersifat ekonomis yang bertujuan mencari keuntungan;

(12)

3) Prinsip KebudayaanThe Cultural Argument

Pengakuan atas kreasi, karya, cipta manusia yang dibakukan dalam system Hak Kekayaan Intelektual adalah suatu usaha yang tidak dapat dilepaskan sebagai perwujudan suasana yang diharapkan mampu membangkitkan semangat dan minat untuk melahirkan ciptaan baru;

4) Prinsip sosialThe Social Argument

Hukum tidak mengatur kepentingan manusia sebagai perseorangan yang berdiri sendiri, terlepas dari manusia yang lain akan tetapi hukum mengatur kepentingan manusia sebagai warga masyarakat.4

Perlindungan hukum hak kekayaan intelektual merupakan sistem hukum yang terdiri atas:

1) Subjek Perlindungan, yaitu pihak pemilik atau pemegang hak, aparat penegak hukum, pejabat pendaftaran dan pelanggaran hukum;

2) Objek Perlindungan, yaitu semua jenis Hak Kekayaan Intelektual yang diatur oleh undang-undang seperti merek, cipta, paten, desain industri, rahasia dagang, tata letak sirkuit terpadu, perlindungan varietas tanaman;

3) Pendaftaran Perlindungan, dimana Hak Kekayaan Intelektual yang dilindungi adalah sudah terdaftar dan dibuktikan dengan sertifikat pendaftaran;

4) Jangka Waktu Perlindungan, yaitu lamanya Hak Kekayaan Intelektual itu dilindungi oleh undang-undang;

Tindakan Hukum Perlindungan bagi pihak yang terbukti melakukan pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual maka pelanggar harus dikenai hukuman baik secara perdata maupun secara pidana.5

Penggolongan hak kekayaan intelektual menurut TRIPs dapat digolongkan dalam dua lingkup yaitu:

1. Hak Cipta(Copy Rights)

Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Bahwa hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu

4Pipin Syarifin, 2004,Peraturan Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia,Pustaka Bani

Quraisy, Bandung, hlm. 11-12.

5Abdulkadir Muhammad, 2001,Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual (Suatu

(13)

dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Hak Kekayaan Industri (Industrial Property Rights).6 Adapun dalam lingkup Hak Kekayaan Industri mencakup: 1) Merek(Trade Mark)

2) Paten(Patens)

3) Rahasia Dagang(Trade Secret)

4) Desain Industri(Industrial Design)

5) Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (Layout Design Topographics of Integration Circuits)

6) Perlindungan Varietas Tanaman(Plant Variety).

Dari paparan tersebut di atas dapat diketahui bahwa penggolongan hak kekayaan intelektual digolongkan dalam dua ruang lingkup, Hak Cipta (Copy Rights) dan Hak Kekayaan Industri(Industrial Property Rights) yang terdiri dari Merek(Trade Mark), Paten (Patens), Rahasia Dagang (Trade Secret), Desain Industri (Industrial Design), serta Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu(Layout Design Topographics of Integration Circuits), kemudian Perlindungan Varietas Tanaman (Plant Variety). Mengingat merek digunakan dalam dunia usaha perdagangan dan industri, sehingga hak atas merek digolongkan dalam ruang lingkup hak kekayaan industri (Industrial Property Rights). Di bawah pengawasan Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual Kementrian Hukum dan HAM RI.

(14)

B. Tinjauan Umum Tentang Merek

1. Pengertian Merek

Pengertian merek menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, merek adalah tanda yang dikenakan oleh pengusaha (pabrik, produsen dan sebagainya) pada barang yang dihasilkan sebagai tanda pengenal, cap (tanda) yang menjadi pengenal untuk menyatakan nama dan sebagainya. Menurut Mollengraaf, merek yaitu “dengan mana di pribadikanlah sebuah barang tertentu untuk menunjukan asal barang dan jaminan kualitasnya sehingga bisa di bandingkan dengan barang-barang sejenis yang dibuat dan diperdagangkan oleh orang lain”.7

Menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 15 Tahun 2001, merek adalah tanda yang berupa gambar, nama kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Di dalam penjelasan Pasal 5 huruf b Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 ditekankan bahwa merek tidak perlu memiliki daya pembeda. Maksudnya adalah tanda yang digunakan sebagai merek tidak boleh terlalu sederhana dan tidak boleh terlalu rumit sehingga menjadi tidak jelas. Merek yang bentuknya sederhana dan terlalu rumit akan membingungkan masyarakat apakah tanda itu sebagai merek atau bukan.8Hal ini tidak dapat memberi kesan dari suatu merek. Agar

7Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah,Op. Cit,hlm. 121.

8Sudargo Gautama dan Rizwanto Winato,Undang-Undang Merek Baru Tahun 2001,Citra

(15)

dapat memberikan individualitas kepada suatu benda maka merek yang bersangkutan harus memiliki kekuatan-kekuatan individualitas.

Selain batasan yuridis, ada beberapa sarjana yang memberikan pendapat mengenai pengertian merek:9

1. H.M.N Purwosutjipto, merumuskan bahwa merek adalah suatu tanda dengan nama suatu benda tertentu dipribadikan, sehingga dapat dibedakan dengan benda lain yang sejenis.

2. Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, merumuskan bahwa merek adalah nama dipribadikan sebuah barang tertentu, untuk menunjukan asal barang, dan jaminan kualitas sehingga bias dibandingkan dengan barang-barang sejenis yang dibuat dan diperdagangkan oleh orang atau perusahaan lain.

3. Todung Mulya Lubis, mengemukakan bahwa merek adalah sebuah tanda yang pada dirinya terkandung daya pembedaan yang cukup capable of distinguishing

dengan barang-barang lain yang sejenis. Kalau tidak ada pembedaan, maka tidak mungkin disebut merek.

Dari pengertian merek di atas baik menurut kamus maupun undang-undang, dapat diketahui bahwa pada pokoknya pengertian merek menunjuk kepada tanda dan tanda tersebut sengaja dibuat untuk kepentingan perdagangan. Tampak terdapat hubungan erat antara tanda dengan produk yang diperdagangkan, yaitu sebagai tanda pengenal produk yang berfungsi untuk membedakan antara produk yang satu dengan yang lain.

9Saidin,Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (intellectual Property Rights),jakarta, PT

(16)

Berdasarkan beberapa definisi sarjana tersebut, dapat diartikan bahwa merek adalah sebuah tanda atau alat yang pada dirinya terdapat daya pembedaan dengan barang-barang lain yang sejenis untuk menunjukan asal barang-barang, jaminan kualitasnya dan membedakan barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu perusahaan, sehingga bisa dibandingkan dengan barang-barang sejenis yang dibutanya dan diperdagangkan oleh orang atau perusahaan lainnya.

2. Subyek Hak atas Merek

Suatu merek mempunyai hubungan yang erat dengan perusahaan yang menghasilkan atau mengedarkan barang-barang yang memakai merek itu. Oleh karena itu suatu merek tidak dapat berlaku tanpa adanya perusahaannya dan merek itu akan hapus dengan hapusnya perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya apabila perusahaannya berpindah tangan kepada pihak lain, maka hak atas merek itu beralih bersama-sama dengan perusahaannya kepada pemilik yang baru.

(17)

Dengan kata lain merek perniagaan ini digunakan oleh suatu perusahaan dagang

handle inrichting, trade enterprise.

Yang berhak atas sesuatu merek dengan demikian adalah:10

1. Orang yang mempunyai barang-barang tersebut, karena ia memiliki suatu perusahaan yang menghasilkan barang-barang itu.

2. Suatu perusahaan dagang, suatu badan usaha, yang memperdagangkan barang-barang dengan merek bersangkutan.

Menurut Pasal 3 Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek, Hak Atas Merek adalah hak eksklusif yang di berikan oleh negara kepada pemilik merek yang terdaftar dalam daftar umum merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya. kecuali secara tegas dinyatakan lain, yang dimaksud dengan pihak dalam pasal ini dan pasal-pasal selanjutnya dalam Undang-Undang ini adalah seseorang beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum.

Hak eksklusif memakai merek ini berfungsi seperti suatu monopoli, hanya berlaku untuk barang atau jasa tertentu. Oleh karena suatu merek memberi hak eksklusif atau hak mutlak pada yang bersangkutan, maka hak itu dapat di pertahankan terhadap siapapun. Hak atas merek diberikan kepada pemilik merek yang beritikad baik, pemakainya meliputi pula barang dan jasa.

10Sudargo Gautama,Hukum Merek Indonesia,Bandung, PT Citra Aditya Bakti, 1993, Hlm

(18)

Sesuai dengan ketentuan bahwa hak merek itu diberikan pengakuannya oleh negara, maka pendaftaran atas merknya merupakan suatu keharusan apabila ia menghendaki agar menurut hukum di pandang sah sebagai orang yang berhak atas merek. Bagi orang yang mendaftarakan mereknya terdapat suatu kepastian hukum bahwa dialah yang berhak atas merek itu. Sebaliknya bagi pihak lain yang mencoba akan mempergunakan merek yang sama atas barang atau jasa lainnya yang sejenis oleh Kantor Merek akan di tolak pendaftarannya.

3. Bentuk dan Jenis Merek

Merek menurut Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.

Dalam praktik di pasar perdagangan terhadap sebuah merek yang menggunakan kombinasi antara unsur-unsur tanda tersebut, seperti contohnya mengkombinasikan antara huruf-huruf dan warna seperti pada merek ABC dengan menggunakan warna biru, putih dan merah. Kemudian contoh selanjutnya dari kombinasi antara warna, kata, angka dan gambar dapat diambil contoh produsen rokok yaitu dari unsur gambar bintang-bintang dan dikombinasikan dengan kata Dji Sam Soe, angka 234 dan warna kuning pada merek rokok tersebut.

(19)

adapun jenis merek dapat dibedakan atas dasar jenis penggunaanya dalam produk barang atau jasa antara lain : Merek Dagang, Merek Jasa, Merek Kolektif.11

a. Merek Dagang

Menurut Pasal 1 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 bahwa Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama – sama untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.

Disini merek dalam penggunaannya melekat pada barang hasil produksi yang bersangkutan, dan memberikan ciri atau tanda untuk membedakan dengan barang hasil produksi lainnya. Hal ini dapat kita lihat merek dagang pada merek batik Jogja, merek batik Pekalongan,dan sebagainya.

b. Merek Jasa

Berdasarkan Pasal 1 Ayat 3 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 bahwa merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan seseorang atau beberapa orang atau bersama-sama atau adan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.

Merek ini digunakan pada jasa yang bersangkutan misalnya jasa pelayaan salon, jasa pelayanan hotel, jasa konsultan dan lain sebagainya yang digunakan dalam kegiatan usaha seperti jasa dalam Lembaga pendidikan LIA dan lain-lain.

11Sentosa Sembiring,Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI Tentang Waralaba, PT.

(20)

c. Merek Kolektif

Merek Kolektif yang digunakan pada barang dan/atau jasa dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya.12

Berdasarkan Pasal 1 Ayat 4 Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 merek kolektif adalah merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa dengan karakteristik yang sama diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum untuk membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya.

Selanjutnya menurut Pasal 54 Ayat (1) Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek menyatakan bahwa Hak atas Merek Kolektif terdaftar hanya dapat dialihkan kepada pihak penerima yang dapat melakukan pengawasan efektif sesuai dengan ketentuan penggunaan Merek Kolektif tersebut.

Menurut Pasal 55 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek. Bahwa Merek Kolektif terdaftar tidak dapat dilisensikan kepada pihak lain.

Dari pemaparan di atas dapat diketahui bahwa jenis-jenis merek meliputi merek dagang, merek jasa dan merek kolektif. Jenis-jenis merek tersebut di atas merupakan merek yang diperdagangkan oleh orang atau beberapa orang atau badan hukum namun merek kolektif merupakan merek yang diperdagangkan oleh orang atau beberapa orang atau badan hukum baik secara pribadi maupun bersama-sama sesuai

(21)

dengan jenisnya masing-masing. Namun merek kolektif terdaftar tidak dapat dilisensikan hanya bisa dialihkan kepada pihak lain.

4. Fungsi Merek dan Pendaftaran Merek

1. Fungsi Merek

Melihat arti merek dan objek yang dilindunginya, maka merek digunakan untuk membedakan barang atau produksi 1 (satu) perusahaan dengan barang atau jasa produksi perusahaan lain yang sejenis. Lebih lanjut, merek adalah tanda pengenal asal barang dan jasa, sekaligus mempunyai fungsi menghubungkan barang dan jasa yang bersangkutan dengan produsennya, maka hal itu menggambarkan jaminan kepribadian individuality dan reputasi barang dan jasa hasil usahanya tersebut sewaktu diperdagangkan.13

Merek juga memberikan jaminan nilai atau kualitas dari barang dan jasa yang bersangkutan. Hal itu tidak hanya bagi produsen pemilik merek tersebut, tetapi juga memberikan perlindungan dan jaminan mutu barang kepada konsumen.

Merek berfungsi sebagai saranan promosi means of trade promotion dan reklame bagi produsen atau pengusaha-pengusaha yang memperdagangkan barang atau jasa yang bersangkutan. Dalam pasar luar negeri, merek sering kali adalah satu-satunya cara untuk menciptakan dan mempertahankan “goodwill” dimata konsumen. Merek tersebut adalah simbol dengan mana pihak pedagang memperluas pasarannya diluar negeri dan juga mempertahankan pasaran tersebut. Goodwill atas merek adalah sesuatu yang tidak ternilai dalam memperluas pasaran, merek juga dapat bertugas

13Muhammad Djumhana,Hak Milik Intelektual: sejarah, Teori dan Praktiknya di Indonesia,

(22)

merangsang pertumbuhan industri perdagangan yang sehat, dan menguntungkan semua pihak.

Dari penjabaran diatas fungsi merek adalah sebagai berikut:

1. Sebagai identitas atau tanda pengenal untuk membedakan produk perusahaan yang satu dengan produk perusahaan yang lainnyaProduct Identity

2. Sebagai sarana promosi dagangMeans Of Trade Promotion

3. Sebagai jaminan atas mutu barang atau jasaQuality Guarantee

4. Penunjukan asal barang atau jasa yang dihasilkanSource of origin.14

2. Pendaftaran Merek

Dalam hal pendaftaran merek terdapat dua sistem pendaftaran merek, yaitu:

1. Sistem Konstitutif atau sistem atribut, yaitu memperoleh hak atas merek dengan pendaftaran merek tersebut pada kantor pendaftran.

2. Sistem Deklaratif, yaitu memperoleh hak atas merek dengan pemakaian pertama merek yang bersangkutan atau terciptanya hak atas merek karena pemakai pertama suatu merek walaupun tidak didaftarkan.

Pada Sistem konstitutif (First to File), pendaftaran merek merupakan kewajiban, jadi ada wajib daftar merek. Merek yang tidak didaftarkan tidak memperoleh perlindungan hukum. Sedangkan pada sistem deklaratif (First to Use), pendaftaran merek tidak merupakan keharusan, jadi tidak ada wajib daftar merek. Pendaftaran merek hanya untuk pembuktian, bahwa pendaftaran merek adalah pemakai pertama yang bersangkutan.

(23)

Pendaftaranlah yang akan memberikan perlindungan terhadap suatu merek, meskipun demikian, bagi merek yang tidak terdaftar tetapi luas pemakaiannya dalam perdagangan (well known trademark), juga diberikan perlindungan terhadapnya terutama dari tindakan persaingan yang tidak jujur (Pasal 50 dan 52 sub a dariModel Law For Developing Countries on Marks Trade Names, and Acts of Unfair

Competition).15

Sistem Konstitutif ini memberikan hak atas merek terdaftar, jadi siapa saja yang mereknya terdaftar dalam Daftar Umum Kantor Merek, maka dialah yang berhak atas merek tersebut. Sistem ini lebih menjamin adanya kepastian hukum berupa diterimanya tanda bukti pendaftaran dalam bentuk sertifikat merek sebagai bukti hak atas merek dan sekaligus dianggap sebagai pemakai pertama yang bersangkutan.

Hak pemegang atas merek ini diatur dalam Pasal 76 Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek, yang berbunyi sebagai berikut:

“Pemilik Merek Terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap pihak lain yang secara

hak menggunakan merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya untuk barang dan jasa yang sejenis berupa:

a. gugatan ganti rugi, dan/atau

b. penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan Merek tersebut. Dalam hak ini, pemilik atau pemegang hak merek terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap orang atau badan hukum yang menggunakan mereknya, yang mempunyai persamaan baik pada pokoknya atau pada keseluruhannya secara tanpa

(24)

hak, berupa peemintaan ganti rugi dengan penghentian pemakaian merek tersebut Pasal 76 Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.

Dengan adanya hak-hak yang tersebut diatas, maka pemegang hak atas merek akan memperoleh perlindungan hukum hak atas merek, sehingga pemilik atau pemegang hak atas merek tidak perlu khawatir dan takut apabila terjadi sengketa dalam hal pelanggaran hak atas merek, pemilik atau pemegang hak atas merek dapat menuntut ganti rugi baik perdata maupun pidana.

C. Pengertian, Jenis dan Proses Pembuatan Kain Tapis

1. Pengertian Kain Tapis

(25)

adat kebudayaan atau marga, yaitu acara begawi, cakak pepadun, menyambut tamu, dan pakaian mempelai pada upacara pernikahan.

Setiap upacara adat, kain tapis berperan penting atau lambing spiritual sekaligus posisi seorang dalam masyarakat adatnya. Pada masyarakat pepadun, kain tapis merupakan kain tenun berbentuk sulaman benang emas yang dipergunakan untuk setiap acara adat, seperti ngigel dalam acara adat cangget. Warna emas pada kain tapis memiliki arti yang melambangkan keakayaan dan kejayaan.

2. Proses Produksi Kain Tapis Tangan Emas

Kain dasar tapis merupakan hasil tenunan benang kapas pada alat tenun gedogan

yang disebut pattek ( Panthok ). Warna yang digunakan pada kain dasar tapis umumnya merah dan coklat dari getah buah sepang ( Caeselpinia sappan ), akar mengkudu dan asam jawa. Warna kuning menggunakan kunyit, kapur sirih dan asam jawa. Sedangkan warna biru dari indigo, daun talom atau buah dadukuk.16

Pengelolaan benang yang ditenun dimulai dari mencelup (nyelep) benang dengan zat pewarna selama beberapa hari sampai upaya pengawetannya dengan akar serai wangi dan daun sirih agar tidak cepat luntur.

Setelah itu, benang dibuat kaku dengan cara membasahinya dengan air nasi atau pakai pantis (zat lilin yang diambil dari sarang lebah). Kemudian disisir untuk memisahkan benang-benang sebelum dijemur (ngenghang) agar kering. Setelah kering benang siap ditenun.

(26)

Penyulaman dilakukan dengan cara menyisipkan benang hias pada benang kain atau dengan teknik sawat, yaitu mengikatkan benang hias pada kain dasar dengan benang penyawat untuk membentuk ragam hias yang diinginkan pada kain yang dikencangkan padateukangyaitu alat pengencang kain17. Benang emas yang diimpor dari Negara lain memperindah desain kain tapis. Benang emas adalah satu-satunya bahan tapis yang berasal dari luar Lampung.

Proses pembuatan tenun kain tapis menggunakn peralatan-peralatan sebagai berikut :

1. Sesang yaitu alat untuk menyusun benang sebelum dipasang pada alat tenun.

2. Mattakh yaitu alat untuk menenun kain tapis yang terdiri dari bagian alat-alat :

3. Terikan (alat menggulung benang)

4. Cacap (alat untuk meletakkan alat-alat mettakh)

5. Belida (alat untuk merapatkan benang)

6. Kusuran (alat untuk menyusun benang dan memisahkan benang)

7. Apik (alat untuk menahan rentangan benang dan menggulung hasil tenunan)

8. Guyun (alat untuk mengatur benang)

9. Ijan atau Peneken (tunjangan kaki penenun)

10. Sekeli (alat untuk tempat gulungan benang pakan, yaitu benang yang dimasukkan

melintang)

11. Terupong/Teropong (alat untuk memasukkan benang pakan ke tenunan)

12. Amben (alat penahan punggung penenun)

17Esther Helena, Eko Wahyunigsih,Katalog Kain Tapis, Dinas Pendidikan Provinsi

(27)

13. Tekang yaitu alat untuk merentangkan kain pada saat menyulam benang emas.

3. Jenis dan Motif Kain Tapis

Jenis-jenis motif dan corak khas kain tapis Lampung, antara lain:

1. TapisJung Sarat

Memiliki motif hias tajuk bersarung (pucuk rebung) dengan motif iluk keris dan

sasabdengan motifmato kibau.

2. TapisRaja Tunggal

Memiliki motif hias orang di atas rato (kereta kerajaan) ditarik orang, kayu aro,

pucuk rebung sasab, dengan motiftajuk beketik.

3. TapisRaja Medal

Memiliki motif hias orang di atas rato (kereta kerajaan) ditarik orang, ayam

nyecak konci,pucuk rebung, motifmato egal.

4. TapisLaut Andak

Memiliki motif hias orang di atas rato(kereta kerajaan) ditarik orang,sasapmotif

pucuk rebungdantajuk beketik.

5. TapisBalak

Memiliki motif hiaspucuk rebung sasapmotiftajuk beketik.

6. TapisLaut Silung

(28)

7. TapisLaut Linau

Memiliki motif hias bunga intan dansasap.

8. TapisPucuk Rebung

Memiliki motif hiaspucuk rebung,sasap motiftajuk ayun.

9. TapisCucuk Andak

Memiliki motif hias bintang perak, pucuk rebung, cucuk andak dan sasab motif

tajuk.

10. TapisLimar Sekebar

Memiliki motif hiaspucuk rebung, bungalimar dansasap bertajuk.

11. TapisCucuk Pinggir

Memiliki motif hiaspucuk rebung, luak,manuk dansasap bertajuk.

12. TapisTuho

Memiliki motif hias naga,kayu aro, bintang perak dansasap bertajuk

13. TapisAgheng/Areng

Tapis ini tidakdicucukdan memiliki warna hitam.

14. TapisInuh

(29)

benang lungsi ditenun. Bahan dasarnya terbuat dari sutera alam. Kain dasar ini umumnya dipakai pada saat menghadiri upacara adat.

15. TapisDewasano

TapisDewasanoini memiliki motif hias pucuk rebungdan belah ketupat. Ragam hias dengan sulaman benang emas penuh. Bahan dasarnya berwarna merah dan cokelat terbuat dari benang kapas.

16. Tapis Kaca

Tapis kaca ini memiliki ragam hias yang disulam dengan benang sutera dan tempelan mika dengan membentuk motif sulaman pucuk rebung, sulur daun dan

meander. Bahan dasarnya berwarna merah, coklat dan kuning yang terbuat dari benang kapas dan sutera.

17. Tapis Binatang

Ragam hiasnya disulam dengan benang emas dengan motif pucuk rebung penuh, di atas jalur-jalur besar dan motif binatang di atas jalur-jalur kecil. Bahan dasarnya berwarna merah hati, cokelat dan kuning terbuat dari benang kapas.

18. TapisBidak Cukkil

(30)

Kain tapis tangan emas

Pihak yang dapat mengajukan permohonan pendaftaran merek tapis tangan emas

Kriteria tapis tangan emas sebagai merek yang dapat

didaftarkan

Permohonan pendaftaran merek tapis tangan emas sebagai merek 19. Tapis Bintang Perak

Tapis ini memiliki motif hias bunga, bintang dan belah ketupat. Ragam hias disulam dengan benang emas. Bahan dasarnya berwarna biru dan cokelat yang membentuk lajur-lajur kecil. Terbuat dari benang kapas

D. Kerangka Pikir

(31)

Penjelasan:

(32)

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi yang dilakukan secara metodelogis, sistematis dan konsisten. Metodelogis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu, sistematis adalah berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu.18

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif empiris (socio law research)19, yang mengkaji ketentuan hukum positif (perundang-undangan) secara faktual pada suatu peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat. Penelitian ini hendak mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dengan berpedoman kepada peraturan perundang-undangan, buku-buku dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu tentang pendaftaran merek kain tapis (pendaftaran merek tangan emas pada kain tapis).

18Soerjono Soekanto,pengantar Penelitian Hukum,Jakarta: Cetakan Ketiga, UI Press, 1986,

hlm. 42.

19Abdulkadir Muhammad,Hukum dan Penelitian Hukum,Bandung: PT Citra Adtya Bakti,

(33)

B. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian eksploratif yaitu tipe penelitian yang bertujuan untuk memperoleh data awal melalui penjelajahan (exploration) terhadap hukum positif tertulis tidak perlu merumuskan masalah sebagai dasar kajian, sudah cukup menggunakan logika hukum.20 Penelitian ini adalah untuk persyaratan yang harus dipenuhi merek agar dapat terdaftar merek dari kain tapis tersebut. Pihak-pihak yang berhak dalam mengajukan permohonan pendaftaran merek tapis dan syarat dan tata cara permohonan merek kain tapis tangan emas.

C. Pendekatan Masalah

Metode pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif empiris yaitu penelitian yang menggali hukum yang hidup dalam masyarakat melalui perilaku yang dialami oleh masyarakat21. pendekatan yang berdasarkan pada ilmu tentang kaedah yang membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan rumusan kaedah hukum. Sehingga berpedoman pada studi pustaka. Sumber studi pustaka yang digunakan adalah Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang merek, buku-buku dan literatur-literatur serta sumber tertulis lainnya yang berhubungan dengan merek. Dan juga menggunakan data-data yang diperoleh pada saat melakukan penelitian pada Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Provinsi Lampung.

20Ibidhlm. 114.

(34)

D. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, sedangkan data primer hanya sebagai pendukung data sekunder. Adapun data yang digunakan pada penelitian ini adalah:

a. Data Primer, yaitu data yang bersifat hanya sebagai pendukung data sekunder berupa hasil wawancara dengan pihak-pihak yang terkait, terdiri dari instansi pemerintah dan pelaku usaha kain tapis.

b. Data sekunder yaitu data utama yang diperoleh dari studi pustaka dan studi dokumen, dengan cara mengumpulkan data yang diperoleh dari berbagai sumber bacaan berupa bahan pustaka yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat, yang berasal dari:

1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.

2) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1993 tentang Tata Cara Pendaftaran Merek

3) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1993 tentang Klasifikasi Barang dan Jasa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 31)

(35)

pandangan dan pendapat para ahli (pakar), akademisi, ataupun praktisi melalui penelusuran dokumen-dokumen, buku-buku, maupun literatur lainnya yang relevan yang ada hubungannya dengan merek.

3. Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi tentang bahan primer dan bahan hukum sekunder, yang berkaitan dengan penelitian ini di antaranya adalah berita dari surat kabar, internet, dan kamus bahasa Indonesia.

E. Metode Pengumpulan Data

Berdasarkan jenis data dalam penelitian ini, maka metode pengumpulan data yang digunakan adalah:

1. Studi Pustaka

Studi pustaka adalah pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang berasal dari berbagai sumber dan publikasikan secara luas yang relevan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Kegiatan studi pustaka tersebut dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:

a. Penentuan sumber data sekunder (bahan hukum primer dan sekunder), berupa peraturan perundang-undangan, dokumen hukum, catatan hukum dan literatur bidang ilmu pengetahuan hukum khususnya yang berkaitan dengan merek dan kain tapis Lampung;

b. Identifikasi data sekunder (bahan hukum primer dan sekunder) yang diperlukan; c. Inventarisasi data sesuai dengan rumusan masalah dengan cara pengutipan atau

(36)

d. Pengkajian data yang sudah terkumpul guna menentukan relevansinya dengan kebutuhan dan rumsan masalah.

2. Wawancara

Wawancara yang dilakukan sifatnya hanya sebagai pendukung data sekunder, yaitu dengan melakukan Tanya jawab langsung dengan Bapak Masriakromi pada Kanwil Kemenhumkam Lampung dan Ibu Rusiana sebagai pemilik Tapis Tangan Emas, kemudian diadakan pencatatan terhadap hasil tanya jawab tersebut.

3. Pengamatan (Observasi)

Yaitu mengamati secara langsung merek tapis tangan emas sebagai obyek yang diteliti, mengambil dokumentasi, dan mencatat data yang ada di lapangan yang berguna dalam penelitian ini.

F. Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh baik studi pustaka maupun hasil dari wawancara tersebut diolah untuk kemudian diambil kesimpulan yang melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Inventarisasi data, pada tahap ini seluruh data hasil studi dikumpulkan;

2. Pemeriksaan data editing, yaitu mengoreksi data yang terkumpul sudah cukup lengkap, sudah benar dan jelas, relevan dengan permasalahan;

3. Rekonstruksi data, yaitu menyusun ulang data secara teratur, beruntun, dan logis sehingga mudah dipahami dan diintepretasikan;

(37)

masalah yang diteliti. Setelah cukup lengkap maka selanjutnya akan diadakan persiapan analisis data.

G. Analisis Data

(38)

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang telah diperoleh dan pembahasan yang telah peneliti lakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Bahwa merek tapis tangan emas telah memenuhi persyaratan atau kriteria sebagai Merek karena merek tapis tangan emas telah memiliki nama, tanda berupa gambar yang menunjukan ciri dari merek tapis tangan emas itu sendiri dan sudah sesuai dengan Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.

2. Berdasarkan Pasal 7 Ayat (3) Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek bahwa pihak yang berhak mengajukan permohonan pendaftaran merek tapis tangan emas adalah pemilik dari merek tapis tangan emas tersebut sebagai perwakilan dari kerajinannya.

(39)

tahapan-tahapan tersebut apabila ingin menjadi sebuah merek dan di umumkan melalui Berita Resmi Merek oleh Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual.

B. Saran

1. Pemerintah khususnya Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual dan Pemerintah Daerah Lampung seharusnya lebih meningkatkan sosialisai tentang pendaftaran merek dan pengaturannya. Mengingat sebagian pihak-pihak pengarajin yang berhak mendaftarakan masih belum paham mengenai pengaturan pendaftaran merek, sehingga mereka dapat memahami pentingnya pendaftaran merek agar mendapatkan perlindungan hukum.

(40)

Oleh

FARHAN MAULANA MAKKI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum

Pada

Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(41)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 6

1. Kegunaan Teoritis ... 6

2. Kegunaan Praktis ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Ruang Lingkup HKI ... 8

B. Tinjauan Umum Tentang Merek ... 12

1. Pengertian Merek ... 12

2. Subyek Hak Atas Merek ... 14

3. Bentuk dan Jenis Merek ... 16

a. Merek Dagang ... 17

b. Merek Jasa ... 17

c. Merek Kolektif ... 18

4. Fungsi Merek dan Pendaftaran Merek ... 19

a. Fungsi Merek ... 19

b. Pendaftaran Merek ... 20

C. Pengertian, Jenis dan Proses Pembentukan Kain Tapis... 23

1. Pengertian Kain Tapis ... 23

2. Proses Pembuatan Kain Tapis ... 24

3. Jenis dan Motif Kain Tapis... 25

D. Sumber Data dan Jenis Data... 33

E. Metode Pengumpulan Data ... 34

F. Metode Pengolahan Data ... 35

(42)

1. Berupa Tanda ... 38

2. Memiliki Unsur Pembeda ... 42

3. Digunakan Dalam Perdagangan ... 43

B. Pihak Yang Dapat Mengajukan Permohonan Pendaftaran Tapis Tangan Emas Sebagai Merek ... 43

C. Permohonan Pendaftaran Tapis Tangan Emas Sebagai Merek ... 47

D. Syarat Formal ... 49

E. Syarat Substantif ... 55

F. Tata Cara Pemeriksaan ... 56

G. Pemeriksaan Administratif ... 56

H. Pemeriksaan Substantif ... 57

I. Pengumuman ... 59

V. PENUTUP A. Kesimpulan... 64

B. Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA

(43)

A. Buku

Anonim, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. 2001. Departemen Kehakiman dan HAM, Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta. ________________ 2011. NSPM Bangunan Berarsitektur Lampung. Dinas Tata

Kota Bandar Lampung.

Djausal, Anshori. 2002.Kain Tapis Lampung. Dinas Pendidikan Propinsi Lampung.

Djumhana. Muhammad dan R. Djubaedillah. 1997 Hak Milik Intelektual, Sejarah teori dan Prakteknya di Indonesia. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

_________. 2003 Hak Milik Intelektual, Cetakan kedua, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,

Gautama, Sudargo. 1990.Segi-segi Hak Milik Intelektual, Alumni Bandung. ________. 1993Hukum Merek Indonesia, PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung. ________.Undang-undang Merek Baru Tahun 2001. 2002. Alumni, Bandung.

Haryuni, Sri. 2010. Hukum Hak kekayaan Intelektual, PT. Pustaka Yustisia, Sleman Yogyakarta.

Mertokusumo, Sudikno. Mengenai Hukum Suatu Pengantar, Liberti, Yogyakarta, 1998.

Muhammad, Abdulkadir. 2001. Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual

(Suatu Pengantar), Alumni, Bandung.

(44)

Saidin. 1997. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelekual, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sentosa Sembiring. 2008. Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI Tentang Waralaba, PT. Nuansa Aulia, Bandung.

Soekanto, Soerjono, 1986,Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta

Syarifin, Pipin. 2004. Peraturan Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia, Pustaka Bani Quraisy, Bandung.

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001, sebagai Perubahan Atas Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997, sebagai Perubahan Atas Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek.

Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1993 tentang Tata Cara Pendaftaran Merek.

(45)

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, Bandar Lampung tanggal 24 September 1990, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, dari Bapak H. Fauzi Makki, S.H. dan Ibu Hj. Ferry Yusticia S.H., M.M.

Riwayat pendidikan penulis dimulai pada Sekolah Dasar diselesaikan pada tahun 2002 di SDN 2 Rawa Laut (teladan), Sekolah Menengah Pertama di SMP KARTIKA 2-II Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2005. SMAN 4 Bandar Lampung, diselesaikan pada tahun 2008.

Pada tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa, penulis pada tahun 2009 menjadi anggota UKM PSBH (Pusat Studi Bantuan Hukum), dan pada tahun 2011 menjadi anggota HIMA Perdata periode kepengurusan 2011/2012.

(46)

”Manusia tidak merancang untuk gagal, mereka gagal untuk merancang”

(William J. Siegel)

“Do not do that which others can do as well”

(Booker T. Washington)

“Penghargaan atas karya intelektual manusia sama artinya dengan penghargaan atas nilai-nilai kemanusiaan dan peradaban seluruh umat manusia”

(47)

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT, Zat yang Maha Kuasa dan Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.

Kupersembahkan skripsi ini kepada :

Kedua orang tuaku Tercinta Fauzi Makki, S.H. dan Ferry Yusticia, S.H., M.M, kakakku Hurriyah Farisa Makki, S.S. dan adikku Muhammad Aqsha Makki serta

keluarga besarku tercinta yang telah memberikan cinta, kasih sayang, kebahagiaan, doa, motivasi, semangat serta pengorbanannya selama ini untuk

keberhasilanku. Sahabat-sahabat terbaik

(48)

Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan Semesta Alam yang mengadakan dan meniadakan segala sesuatunya di muka bumi ini, serta Shalawat serta Salam selalu tercurahkan kepada Rasullullah Muhammad SAW. Nabi akhir zaman beserta para sahabatnya.

Alhamdulillah atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Identifikasi Permohonan Pendaftaran Merek Tapis Tangan Emas”. Adapun

Maksud penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai gelar kesarjanaan di Fakultas Hukum Universitas Lampung. Segala kemampuan telah penulis curahkan guna menyelesaikan skripsi ini, namun penulis menyadari masih terdapat kekurangan baik dari segi substansi maupun penulisannya. Oleh karena itu, berbagai saran, koreksi serta kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

(49)

Hukum Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum. Ketua Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

3. Ibu Lindati Dwiatin, S.H., M.Hum. selaku Pembimbing 1 (satu) yang telah banyak membantu penulis selama menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Lampung dengan meluangkan waktunya, mencurahkan segenap pemikirannya, memberikan bantuan moril, saran serta kritik yang membangun di dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dianne Eka Rusmawati, S.H., M.Hum. selaku Pembimbing 2 (dua) yang telah banyak membantu dengan meluangkan waktunya dan mencurahkan segenap pemikirannya, memberikan saran serta kritik yang membangun di dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Rilda Murniati, S.H., M.Hum. Pembahas 1 (satu) yang telah memberikan kritik, saran dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini.

6. Ibu Rohaini, S.H., M.H. Pembahas 2 (dua) yang telah memberikan kritik, saran serta masukan yang membangun terhadap skripsi ini.

7. Bapak Maroni, S.H, M.H. Pembimbing Akademik yang telah membantu penulis menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Lampung. 8. Bapak dan Ibu dosen beserta seluruh staf karyawan Fakultas Hukum

(50)

kemudahan dalam Penelitian.

10. Ibu Rusiana, S.H. sebagai pemilik kerajinan yang telah memberikan data sehingga penulis mendapatkan kemudahan dalam penelitian.

11. Kedua saudaraku kakak dan adikku yang selalu memberi nasihat, semangat, doa serta bantuan baik secara moril maupun materiil.

12. Untuk sahabat-sahabatku Alvo Guntara Hermawan, M. Taufan Fajar Eko Wibowo, Rewind Tri Fazardo, Puja Kesuma Suud Putra, Nurdian Syafei, Indu Satia Hestiono, Bimo Haryo Purnomo, Syopian Febriansyah, Robi Okta Suryantas, dan Eko Yudho Ariwibowo yang telah memberi semangat dan doa serta bantuan secara moril maupun materil.

13. Untuk Kak Fajri Afrian Fauzi, Afandi Sitamala, Bang Adit, Hilda Silvia Yoga, Gilang Tofani, Mona Sindytia, Karina Devia Putri, Lionda Rizka, Necya Kartika, Sherly Octarina, Sischa Dwi Putri, Muhammad Zulfikar, Mbak Nur Linda Sagala, Cholifatullah Semidang, Fikri Jansa, Aziza Nurhayatun, Abdi Vodka Prambudi, Billy Sandro Primadita, Widya, Adrian Erickatama, Ricky Darmawan, Rio Caesar, Jefri Kurniawan Tobing dan Akbar Rachmatullah serta kawan-kawan yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberi semangat dan doa serta bantuan baik secara moril maupun materil. 14. Untuk seluruh teman-teman seperjuang skripsi, serta Teman-teman Fakultas

(51)

Amin.

Bandar Lampung, Mei 2012 Penulis,

(52)

Nama Mahasiswa :

Farhan Maulana Makki

No. Pokok Mahasiswa : 0812011028

Bagian : Hukum Perdata Ekonomi

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Lindati Dwiatin, S.H., M.Hum. Dianne Eka Rusmawati, S.H., M.Hum. NIP 196004211986032001 NIP 197903252009122000

2. Ketua Bagian Hukum Perdata

(53)

1. Tim Penguji

Ketua : Lindati Dwiatin, S.H., M.Hum. ...

Sekretaris/Anggota: Dianne Eka Rusmawati, S.H., M.Hum ...

Penguji

Bukan Pembimbing: Rilda Murniati, S.H., M.Hum. ...

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H., M.S. NIP 196211091987031003

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dikaji dari hukum Islam dan hukum perdata positif dengan menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu suatu penelitian yang bertujuan

Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil bahwa pelaksanaan pendaftaran hak atas tanah untuk memperoleh kepastian hukum melalui program nasional agraria kantor pertanahan

Dalam penulisan skripsi ini menggunakan jenis penelitian normatif, yaitu penelitian hukum dengan abstraksi melalui proses deduksi dari norma hukum positif yang berupa

Penelitian kepustakaan ( Library Research ), yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh suatu data sekunder melalui bahan hukum primer, bahan hukum

b.Wawancara, yaitu suatu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara mengajukan pertanyaan sehingga melalui pertanyaan-pertanyaan itu akan diperoleh

Penelitian ini menggunakan spesifikasi deskriptif, yaitu penelitian hukum deskriptif bersifat pemaparan dan bertujuan untuk memperoleh gambaran

Penelitian yang akan dilakukan ini bertujuan untuk memperoleh sebuah metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya retak pada sebuah poros yang

Jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian hukum normatif yaitu penelitian hukum dengan abstraksi melalui proses deduksi dari norma hukum positif yang berupa