• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESADARAN HUKUM PELAKU USAHA TERHADAP PELAKSANAAN PENDAFTARAN MEREK DI KOTA PADANG ARTIKEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KESADARAN HUKUM PELAKU USAHA TERHADAP PELAKSANAAN PENDAFTARAN MEREK DI KOTA PADANG ARTIKEL"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

KESADARAN HUKUM PELAKU USAHA TERHADAP PELAKSANAAN PENDAFTARAN MEREK DI KOTA PADANG

ARTIKEL

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

Riri Pebriyenni 1110012111102

Bagian Hukum Perdata

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BUNG HATTA

PADANG 2015

(2)
(3)

Kesadaran Hukum Pelaku Usaha Terhadap Pelaksanaan Pendaftaran Merek Di Kota Padang

Riri Pebriyenni, Elyana Novira1, Yofiza Media1

1

Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta Email: Riripebriyenni@yahoo.co.id

ABSTRACT

In the world of trade, the brand as one form of intellectual property rights has an important role because the brand is used to distinguish the origin of the goods and services. In Indonesia, branded regulated in Law Number 15 of 2001 on Marks. Trademark registration is one way to do that brand holders get legal protection from the government. The problems discussed are: 1) How does the legal awareness of entrepreneurs on the implementation of trademark registration in Padang? .2) What are the obstacles encountered in the implementation of the registration of the mark in Padang?. This type of research is juridical sociological. Data sources used include primary data and secondary data. Data collection techniques by means of interviews and document study. The collected data was analyzed by qualitative. Results of the study: 1) Awareness of legal businesses to the implementation of trademark registration in the city of Padang that not all businesses in the city of Padang has registered its brand. 2) Obstacles encountered businesses due to lack of knowledge regarding the registration of the mark and the obstacles encountered the Ministry of Justice and Human Rights is due to lack of interest of businessmen to attend the socialization of brands given the Ministry of Law and Human Rights.

Keywords: Registration, Trademark, Business Communities

Pendahuluan

Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki daya tarik bagi wisatawan lokal dan wisatawan asing. Salah satu yang menjadi tujuan para wisatawan adalah wisata kuliner yang ditawarkan. Masakan Sumatera Barat merupakan salah satu produk kuliner yang dikenal luas di Indonesia, seperti Rendang, Ayam Pop, Gulai Kepala Ikan, dan lain-lain. Terdapat

beberapa rumah makan di Kota Padang yang sering dikunjungi, diantaranya rumah makan pondok ikan bakar, rumah makan sederhana, rumah makan pauh piaman, dan rumah makan lamun ombak. Diantara rumah makan tersebut masih ada rumah makan yang belum mendaftarkan mereknya bahkan pelaku usahanya tidak mengetahui tentang pendaftaran merek.

(4)

Dalam dunia perdagangan, merek sebagai salah satu bentuk Hak Kekayaan Intelektual mempunyai peranan yang penting karena merek digunakan untuk membedakan asal-usul mengenai produk barang dan jasa. Dengan adanya masalah merek tersebut menunjukkan bahwa merek penting untuk di daftarkan. Berbicara mengenai merek, merek erat kaitannya dengan persaingan tidak jujur (Unfair Competition). Menurut molengraf, persaingan tidak jujur adalah peristiwa di dalam mana seseorang untuk menarik para langganan orang lain kepada perusahaan dirinya sendiri atau demi perluasan penjualan omzet perusahaannya, menggunakan cara-cara yang bertentangan dengan itikad baik dan kejujuran di dalam perdagangan. Salah satu praktik perdagangan tidak jujur yakni praktik peniruan merek dagang.1

Di Indonesia telah dibuat dan diubah Undang-Undang yang mengatur khusus tentang merek yaitu sejak Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 tentang Merek kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Merek, dan kemudian diubah lagi dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Merek dan terakhir berlaku sampai sekarang Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001

1

Ok. Saidin, 2003, Aspek Hukum Hak

Kekayaan Intlektual (Intellectual Property Rights),

PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.356.

tentang Merek yang kemudian disingkat dengan UUM (Undang-Undang Merek).

Menurut Pasal 1 angka 1 UUM yang dimaksud dengan merek adalah suatu tanda berupa gambar, nama, kata-kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa. UUM, membedakan merek atas:

1. Merek dagang adalah merek yang dipergunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainya. 2. Merek jasa adalah merek yang

digunakan pada jasa yang di perdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.

Menurut Pasal 3 UUM, Hak atas merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada pemilik merek yang terdaftar dalam daftar umum merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya.

Pemegang merek baru akan diakui atas kepemilikan mereknya kalau merek itu didaftarkan. Hal ini sesuai

(5)

dengan prinsip yang dianut dalam Undang-Undang merek Indonesia yakni

first to file principle (pertama yang

mengajukan), bukan first Come

(pertama datang) atau First Out

(pertama keluar). Berdasarkan pada prinsip ini, maka seseorang ingin memiliki hak atas merek maka, dia harus melakukan pendaftaran atas merek yang bersangkutan.2 Pendaftaran merek merupakan keharusan agar memperoleh hak atas merek. Tanpa pendaftaran merek, negara tidak akan memberikan hak atas merek kepada pemilik merek. Hal ini berarti tanpa pendaftaran merek, seseorang tidak akan diberikan perlindungan hukum oleh negara apabila mereknya ditiru oleh orang lain.

Pendaftaran merek mulai berlaku sejak tanggal dicatat dalam daftar umum. Suatu merek yang telah didaftarkan dan telah memenuhi persyaratan maka pihak yang mengajukan permohonan merek akan mendapatkan sertifikat merek sebagai bukti hak atas merek. Kalau hak atas merek telah dipegang, maka menurut sistem hukum merek Indonesia pihak pemegang merek tersebut akan mendapat perlindungan hukum, artinya apabila terjadi pelanggaran atas merek,

2

Budi Agus Riswandi,M. Syamsudin, 2005,

Hak Kekayaan Intelektual Dan Budaya Hukum, PT.

Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hlm. 85.

maka pihak pemegang merek dapat mengajukan gugatan terhadap pihak lain yang melakukan pelanggaran hak atas merek. Gugatan ini ditujukan untuk mendapatkan ganti rugi dan penghentian semua pembuatan yang berkaitan dengan penggunaan merek tersebut. Gugatan itu diajukan ke Pengadilan Niaga.3

Pendaftaran merek merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan agar pemegang merek mendapat perlindungan hukum. Meskipun diketahui pentingnya pendaftaran merek untuk mencegah persaingan usaha yang tidak jujur terutama dalam perdagangan global saat ini, namun masih banyak pelaku usaha yang belum mendaftarkan merek dagangnya dan belum mengerti tentang pendaftaran merek. Dalam kenyataannya di Kota Padang masih banyak rumah makan yang belum mendaftarkan mereknya.

Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan ternyata banyak pelaku usaha yang belum mendaftarkan merek ke Direktur Jendral Hak Kekayaan Intelektual karena ketidaksadaran pelaku usaha. Atas dasar itu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul:

3

(6)

“ KESADARAN HUKUM

PELAKU USAHA TERHADAP

PELAKSANAAN PENDAFTARAN MEREK DI KOTA PADANG ”.

Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan pada latar belakang, maka yang menjadi pokok permasalahan adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kesadaran hukum pelaku usaha terhadap pelaksanaan pendaftaran merek di Kota Padang ? 2. Apa saja kendala-kendala yang

ditemui dalam pelaksanaan pendaftaran merek di Kota Padang ? Metodologi

Guna memperoleh data yang dibutuhkan sebagai bahan dalam penulisan ini maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis sosiologis (Socio Legal Research), yaitu pendekatan terhadap hukum sebagai suatu norma atau kaidah dan pendekatan terhadap masyarakat dalam arti melihat realita yang ada di masyarakat.4 Penelitian ini dilakukan dengan cara turun langsung ke lapangan untuk memperoleh data primer mengenai kesadaran hukum pelaku usaha terhadap pelaksanaan pendaftaran merek di Kota Padang.

4

Sutarman dan Philips Dillah, 2013, Metode

Penelitian Hukum, Alfabeta, Bandung, hlm.229.

2. Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data sebagai berikut:

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama.5 Data tersebut diperoleh dilapangan dengan melakukan wawancara terhadap informan. Untuk mendapatkan data tersebut penulis melakukan wawancara dengan 8 (Delapan) pelaku usaha di Kota Padang yakni Bapak Erizal selaku Manager Rumah Makan Sederhana, Bapak Boy Hendri Alif selaku Manager Rumah Makan Pauh Piaman, Ibu Rostina selaku Pemilik Rumah Makan Pagi Sore, Bapak Mahdinur selaku Manager Rumah Makan Simpang Raya, Bapak Mudrizal selaku Pemilik Rumah Makan Lubuk Idai, Bapak Syamsul Ridwan selaku Pemilik Rumah Makan Pondok Ikan Bakar Khatib,Bapak Muhammad Faisal selaku Manager Rumah Makan Lamun Ombak, Bapak Budi selaku Pemilik Rumah Makan Budi Baik dan Ibu Eka Kartika selaku Karyawan di Bidang Pelayanan Administrasi Hukum Umum Dan Hak Kekayaan Intelektual

5

Soerjono Soekanto, 2010, Pengantar

Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta,

(7)

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kantor Wilayah Sumatera Barat.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang memiliki kekuatan mengikat ke dalam dan dibedakan dalam :6

1) Bahan Hukum Primer

Bahan yang diperoleh dengan memperhatikan dan mempelajari perundang-undangan yang berlaku dan berkaitan erat dalam penelitian ini, yang antara lain terdiri dari:

a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)

b) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek c) Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

d) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2009 tentang Jenis Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

2) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, yang terdiri

6

Ibid.

dari buku-buku literatur, dokumen-dokumen yang berkaitan dengan Hak Kekayaan Itelektual khususnya tentang merek serta bahan-bahan atau informasi yang didapat baik dari internet maupun media-media lainnya.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data yang dilakukan secara langsung dengan berkomunikasi antara si pewawancara dengan informan.7 Wawancara ini dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara semi terstruktur yaitu penulis akan mengajukan pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu kemudian dikembangkan sesuai dengan masalah yang diteliti.

b. Studi Dokumen

Studi dokumen adalah suatu alat pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari peraturan perundang-undangan, hasil-hasil penelitian, buku-buku kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan

7

(8)

yang diteliti serta bahan lain yang berkaitan dengan skripsi ini.8

4. Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisa data kualitatif yaitu suatu cara yang menghasilkan data deskriptif analisis adalah apa yang dinyatakan oleh responden baik secara tertulis atau lisan, dan juga perilakunya yang nyata, yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh.9 Kemudian ditarik kesimpulan sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Kesadaran Hukum Pelaku Usaha Terhadap Pelaksanaan Pendaftaran Merek Di Kota Padang

Adanya pendaftaran merek, pelaku usaha dapat memperoleh kepastian dan perlindungan hukum terhadap hak atas merek. Oleh karena itu, merek mempunyai peranan yang sangat penting untuk melindungi hak-hak pelaku usaha dalam dunia perdagangan. Pelaku usaha dapat mendaftarkan merek dagangnya pada Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan HAM dari Direktorat Jendral HKI. Pendaftaran merek tersebut merupakan alat bukti yang sah atas merek yang terdaftar. 8 Ibid. 9 Ibid, hlm. 250.

Pendaftaran merek merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar pemegang merek mendapatkan perlindungan hukum dari pemerintah. Namun, tidak semua pemegang merek atau pelaku usaha tersebut mengetahui mengenai tata cara pendaftaran merek, mulai dari syarat pendaftaran merek, fungsi merek, sistem pendaftaran merek dan lain sebagainya yang menyangkut tata cara pendaftaran merek tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan 8 (delapan) pelaku usaha khususnya Rumah Makan (RM) di Kota Padang, dapat diketahui pelaku usaha RM yang belum mendaftarkan mereknya sampai saat ini. Dari hasil wawancara penulis, pelaku usaha RM Pondok Ikan Bakar Khatib, RM Lubuk Idai dan RM Budi Baik sampai saat ini belum mendaftarkan mereknya disebabkan oleh pelaku usaha RM tersebut beranggapan bahwa jika sudah mempunyai Izin Usaha, merek tersebut sudah aman dan tidak perlu mendaftarkan merek usahanya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kurangnya pengetahuan pelaku usaha mengenai tata cara pendaftaran merek.

Namun demikian, berdasarkan penelitian yang penulis lakukan di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Barat,

(9)

bahwa kesadaran hukum pelaku usaha terhadap pelaksanaan pendaftaran merek di kota padang sudah mulai meningkat. Dapat dilihat dari data di kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Barat yang dapat penulis simpulkan bahwa jumlah pendaftaran merek dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 mengalami peningkatan. Meskipun di tahun 2012 mengalami penurunan pendaftaran merek yaitu sebanyak 2 (dua) pendaftar, bahkan di tahun 2013 tidak ada pelaku usaha yang mendaftarkan merek dagangnya. Menurut Ibu Eka Kartika selaku Karyawan Di Bidang Pelayanan Administrasi Hukum Umum Dan Hak Kekayaan Intelektual di Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan HAM Sumatra Barat, hal tersebut salah satunya disebabkan oleh pelaku usaha kurang mengerti arti penting pendaftaran merek, meskipun pihak dari Kementerian Hukum dan HAM telah melakukan berbagai upaya untuk memberikan informasi serta meningkatkan minat pelaku usaha untuk mendaftarkan mereknya.

Pendaftaran merek pada tahun 2014, mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Meskipun peningkatan tersebut tidak begitu besar dan sama pada tahun 2011. Sementara pada tahun 2015 terlihatnya peningkatan

merek yang begitu cukup besar dibanting pada tahun sebelumnya yaitu sebanyak 18 (delapan belas) pendaftar.

2. Kendala-Kendala Yang Ditemui

Pelaku Usaha Dalam Pelaksanaan Pendaftaran Merek Di Kota Padang

Merek merupakan suatu penanda yang membedakan suatu produk dengan produk lainnya serta merupakan suatu strategi pemasaran produk yang mampu bersaiang dengan produk lainnya. Dengan melakukan pendaftaran merek, konsumen akan dapat membedakan produk yang sejenis dipasaran. Apabila pelaku usaha dapat menentukan strategi pemasaran dan mendaftarkan mereknya maka konsumen akan sangat mudah membedakan apa yang menjadi kelebihan dari produk satu dengan produk lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian, kendala-kendala yang ditemui pelaku usaha Rumah Makan dalam pelaksanaan pendaftaran merek di Kota Padang adalah:

1. Kendala dari pelaku usaha rumah makan yang mereknya sudah terdaftar

a. Lamanya proses pendaftaran merek

Pelaku usaha harus menunggu lebih dari 20 bulan hingga sertifikat merek diterbitkan.

(10)

Hal ini disebab oleh lambannya informasi yang diterima oleh pelaku usaha dari Dirjen HKI jika ada persyaratan pendaftaran merek yang tidak lengkap. Jelas bahwa yang terjadi tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang merek. b. Biaya pendaftaran yang cukup

mahal

Dalam pelaksanaan pendaftaran merek pelaku usaha non UMKM (usaha mikro kecil dan menengah) dikenakan biaya sebesar Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah) sedangkan pelaku usaha UMKM (usaha mikro kecil dan menengah) dikenakan biaya sebesar Rp. 600.000 (enam ratus ribu rupiah) dan biaya pengeluaran sertifikat sebesar Rp. 100.000 (seratus ribu rupiah). Biaya pendaftaran merek dinilai cukup mahal bagi pelaku usaha khususnya bagi usaha kecil.

c. Proses pendaftaran merek yang berbelit-belit

Maksudnya adalah informasi yang didapat oleh pelaku usaha jika ada persyaratan yang tidak lengkap tidak sekaligus diberitahukan. Jika ada satu

persyaratan yang telah terpenuhi, tidak lama kemudian ada lagi syarat-syarat lainnya yang harus dipenuhi.

2. Kendala dari pelaku usaha rumah makan yang mereknya belum terdaftar

a. Kurangnya pengetahuan mengenai pendaftaran merek Pelaku usaha belum mengetahui pentingnya pendaftran merek. Pelaku usaha beranggapan bahwa mereka telah mendaftarkan mereknya, yaitu dengan adanya Surat Izin Usaha (SIU) dan Surat Izin Tempat Usaha (SITU). Pelaku usaha menganggap bahwa SIU dan SITU itu adalah sertifikat merek.

b. Pelaku usaha tidak mengetahui mengenai informasi mendaftaran merek, baik dari sesama pelaku usaha lainnya maupun informasi dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Barat yang telah disampaikan melalui kegiatan sosialisai-sosialisai mengenai pendaftaran merek. Berdasarkan hasil penelitian, disamping kendala-kendala yang ditemui pelaku usaha Rumah Makan dalam pelaksanaan pendaftaran merek di

(11)

Kota Padang, kendala lainnya juga ditemui oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Barat, kendala-kendala tersebut yaitu:

1. Kurangnya minat pelaku usaha untuk menghadiri kegiatan sosialisasi yang diberikan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Barat mengenai pendaftaran merek. Hal ini menyebabkan pelaku usaha kurang mengetahui informasi tentang tata cara pendaftaran merek.

2. Pelaksanaan pendaftaran merek dilakukan di kantor pusat yang berada di Jakarta. Meskipun pelaku usaha dapat melakukan pendaftaran di kantor wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia di mana pelaku usaha tersebut berada. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap lamanya waktu yang di tunggu pelaku usaha hingga merek tersebut diterbitkan, sehingga pelaku usaha tidak sabar dan tidak sedikit pelaku usaha yang protes dan menilai kinerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Barat lamban.

Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut diatas, berdasarkan wawancara dengan Ibu Eka Kartika selaku Karyawan Di Bidang Pelayanan Administrasi Hukum Umum Dan Hak

Kekayaan Intelektual Di Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan HAM Sumatra Barat, upaya-upaya yang dilakukan oleh Kementerian Hukum Dan HAM Sumatra Barat dalam meningkatkan minat pelaku usaha untuk mendaftarkan mereknya yaitu sebagai berikut:10

1. Melakukan sosialisasi dan penyuluhan merek

Sosialisasi dan penyuluhan merupakan suatu kegiatan edukasi atau pembelajaran, penyebarluasan informasi yang bertujuan menyampaikan suatu informasi agar dapat diterapkan.Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia melakukan sosialisasi dan penyuluhan merek dengan cara mengumpulkan para pelaku usaha dengan memberikan informasi mengenai tata cara pendaftaran merek, syarat-syarat pendaftaran merek dan lain lain.

Dengan dilakukannya sosialisasi dan penyuluhan merek diharapkan dapat memahami informasi yang diberikan dan menumbuhkan kesadaran pelaku usaha untuk mendaftarkan mereknya

10

Wawancara dengan Eka Kartika selaku Karyawan Di Bidang Pelayanan Administrasi Hukum Umum Dan Hak Kekayaan Intelektual Kantor Wilayah KEMENKUMHAM Sumatra Barat,di ruang kantor Kantor Wilayah KEMENKUMHAM Sumatra Barat,01Mei2015,pukul13.30Wib.

(12)

serta pelaku usaha mengetahui arti pentingnya mendaftarkan merek.

2. Mengadakan Seminar

Kementerian Hukum Dan HAM melakukan seminar-seminar untuk meningkatkan minat pelaku usaha untuk mendaftarakan mereknya, antara lain:

a. Seminar nasional perlindungan hak kekayaan intelektual terhadap inovasi teknologi tradisional di bidang obat, pangan, dan kerajinan.

b. Seminar pada instansi pemerintah serta masyarakat luas yang memerlukan informasi tentang merek

c. Seminar pemenuhan hak-hak ekonomi, sosial dan budaya

d. Perlindungan dan penegakan hukum kekayaan intelektual menurut undang-undang hak kekayaan intelektual

e. Pemberdayaan hak kekayaan intelektual atas hasil penelitian dan produk unggulan daerah sebagai strategi peningkatan daya saing produk

f. Lokakarya perlindungan hukum atas hak kekayaan intelektual terhadap produk-produk unggul

Seminar-seminar tersebut dihadiri oleh perwakilan dari Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan HAM Sumatera Barat, Dinas Perindustrian Dengan Perdagangan Kota Padang Dan Dinas Koperassi Usaha Kecil Dan Menengah Provinsi Sumatera Barat dan pihak-pihak yang terkait lainnya seperti pengusaha.

3. Fasilitas Online

Fasilitas Online yang diberikan Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia diharapkan dapat meningkatkan dan memudahkan pelaku usaha dalam mendaftarkan mereknya, antara lain:

a. Education Tutorial HKI

(E-Tutorial HKI)

Fasilitas e-tutorial HKI merupakan pengalih media untuk buku panduan HKI dan salah satu upaya yang dilakukan oleh Direktur Jenderal HKI, Kementerian Hukum dan HAM RI dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang keberadaan dan pelaksanaan sistem HKI di Indonesia.

Fasilitas E-Tutorial dapat diakses di situs www.dgip.go.id. E-tutorial berisikan materi mengenai hak kekayaan

(13)

intelektual. Fasilitas ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat.

b. Elektronic Book Direktur Jenderal Hak Kekayaan Intelektual

(E-Book)

Fasilitas Elektoric Book Direktur Jendral Hak Kekayaan Intelektualmerupakan buletin media HKI adalah dwibulanan yang diterbitkan oleh Jenderal HKI Kementerian Hukum Dan HAM. Buletin media dimaksudkan sebagai media penyebarluasan informasi seputar HKI kepada masyarakat luas.

Seiring terus meningkatnya permintaan akan media hki dari berbagai kalangan dan mengingat media HKI terbatas, maka Direktur Jenderal Hak Kekayaan Intelektual menyediakan laman khusus tentang media HKI. Dengan mengakses laman www.dgip.go.id masyarakat dapat membaca serta mengunduh seluruh atau sebagian dari isi media HKI yang telah diterbitkan.

3. Pemberian subsidi

Kementerian Hukum dan HAM memberikan subsidi kepada pelaku usaha yang produknya dinilai

dapat berkembang dikemudian hari. Pemberian subsidi ini diberikan kepada pelaku usaha untuk digunakan dala mendaftarkan mereknya. Dalam hal ini tidak hanya Kementerian Hukum dan HAM saja yang membantu memberikan subsidi kepada pelaku usaha melainkan juga pihak-pihak dari Dinas Departemen Perindustrian Dan Perdagangan Kota Padang.

Ucapan Terima Kasih

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak-pihak yang sudah membantu penulis selama menyelesaikan skripsi ini.Pihak-pihak yang dengan sabar membimbing dan meluangkan waktunya serta selalu memberikan motivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kepada: 1) Ibu Elyana Novira, SH.,MH selaku Pembimbing I, 2) Ibu Yofiza Media, S.H.,M.H, selaku Pembimbing II, 3) Bapak Syafril, S.H., M.H, sebagai Penguji I, 4) Bapak Desmal Fajri, S.Ag, M.H, sebagai Penguji II, 5) Bapak Adri, S.H.,M.H, sebagai Penguji III, 6) Keluarga tercinta dan kerabat yang selalu memberikan dukungan kepada penulis, baik moril maupun materi.

DAFTAR PUSTAKA A. Buku-buku

Bambang Sunggono, 2012, Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pers,

(14)

Budi Agus Riswandi,M. Syamsudin, 2005, Hak Kekayaan Intelektual

Dan Budaya Hukum, PT. Raja

GrafindoPersada, Jakarta.

Dwi Rezki Sri Astarini,2009,

Penghapusan Merek Terdaftar,

PT. Alumni, Bandung.

OK. Saidin, 2004, Aspek Hukum Hak

Kekayaan Intelektual ( Intellectual Property Rights ), PT. Raja

Grafindo Perseda, Jakarta.

Rachmadi Usman, 2003, Hukum Hak

Atas Kekayaan Intelektual:

Perlindungan Dan Dimensi

Hukumnya di Indonesia, PT.

Alumni, Bandung.

Soerjono Soekanto, 2010, Pengantar

Penelitian Hukum, Universitas

Indonesia, Jakarta.

Suratman dan Philips Dillah, 2013,

Metode Penelitian Hukum,

Alfabeta, Bandung.

Tim Lindsey dkk, 2006, Hak Kekayaan

Intelektual Suatu Pengantar, PT.

Alumni, Bandung.

B. Peraturan Perundang-Undangan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(KUHPerdata)

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun

2009 tentang Jenis Tarif Atas

Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

B. Sumber Lain

Rina Kartika, 2011, Pentingnya

Pendaftaran HAKI Merek,

https:/yudicare.wordpress.com/20 11/03/17/pentingnya-pendaftaran-haki-merek/.html, diakses 29 Maret 2015, jam 17.00 Wib. Eka Kartika selaku Karyawan Di

Bidang Pelayanan Administrasi Hukum Umum Dan Hak Kekayaan Intelektual Kantor Wilayah KEMENKUMHAM Sumatra Barat, di ruang kantor

Kantor Wilayah

KEMENKUMHAM Sumatra Barat, 01 Mei 2015, pukul 13.30 Wib.

Syamsul Ridwan selaku Pemilik Rumah Makan Pondok Ikan Bakar Khatib, di Rumah Makan Pondok Ikan Bakar Khatib, 27 Mei 2015, pukul 15.00 Wib.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat ditarik simpulan bahwa terdapat peningkatan kadar Imunoglobulin A (IgA) dalam saliva sebelum dan sesudah oklusi

Permasalahan dalam tulisan ini adalah bagaimana perlindungan hukum kepada pemilik merek terdaftar terhadap penggunaan merek yang mempunyai persamaan dengan merek lain

Hal ini sesuai dengan pendapat Suwarno dalam Prastowo (2012, hlm. 131) bahwa “buku bacaan fiksi adalah buku yang ditulis berdasarkan khayalan pengarang dalam

Saat adegan Imam Besar melihat orang yang tergeletak di jalan, salah seorang Pembina mengambil Topi Terbuka di kepalanya pemeran Imam Besar dan mengarahkan untuk

Abdurachman dan Jasni (2015) melakukan penelitian 25 jenis rotan Indonesia yang berasal dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua dengan

Program pengabdian masyarakat ini akan dilaksanakan oleh tim pengabdi ITS bekerjasama dengan Universitas PGRI Ronggolawe untuk memberikan pelatihan dan pendampingan

Survei tutupan lahan di Gunung Parakasak dilakukan untuk mengetahui kondisi kekinian serta kerusakan lahan yang terjadi. Metode yang digunakan untuk mengetahui

Soraya hanya diam tak menjawab, masih dengan tatapan kosongnya, lalu perawat duduk mendekat dengan