• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Nazareth Musik Tiup Pada Masyarakat Karo Di Desa Surbakti Kecamatan Simpang IV Kabupaten Karo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Dinamika Nazareth Musik Tiup Pada Masyarakat Karo Di Desa Surbakti Kecamatan Simpang IV Kabupaten Karo."

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

DINAMIKA NAZARETH MUSIK TIUP DI DESA SURBAKTI KECAMATAN SIMPANG IV KABUPATEN KARO

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O

L E H

JAYANTHA SURBAKTI NIM : 070707008

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

(2)

DINAMIKA NAZARETH MUSIK TIUP DI DESA SURBAKTI KECAMATAN SIMPANG IV KABUPATEN KARO

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O

L E H

JAYANTHA SURBAKTI NIM : 070707008

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Perikuten Tarigan, M.si Dra. Frida deliana, M.Si NIP : 195804021987031003 NIP : 196011181988032001 Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Seni dalam bidang Etnomusikologi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

JURUSAN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN

(3)

DISETUJUI OLEH :

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Medan, Agustus 2013

JURUSAN ETNOMUSIKOLOGI

Ketua jurusan

NIP.19651221 199103 1 001

(4)

PENGESAHAN

Diterima Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera UtaraUntuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Bidang etnomusikologi Pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan

Pada Tanggal : Agustus 2013

Hari :

FAKULTAS ILMU BUDAYA USU Dekan,

DR. Syahron Lubis, MA. NIP : 195110131976031001

Panitia Ujian :

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan

penyusunan skripsi yang berjudul Dinamika Nazareth Musik Tiup Pada Masyarakat Karo Di Desa Surbakti” ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Seni S-1 pada Departemen Etnomusikologi, Fakultas

Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua tercinta Bapak

Y.Surbakti dan Bunda N.br Ginting yang telah membesarkan penulis dengan

kasih sayang dan bersusah payah membiayai, mendoakan, dan mendukung serta

memberikan semangat yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan

studi ini. Juga kepada saudara-saudara penulis yang tersayang kak Yanthi, Bang

Andren dukungannya) adek Inka ( Semangat terus dalam mengejar harapan dan

cita nya dek) Buat special one in my hearth Srinatalia br Sembiring ( terimakasih

buat segala kesabaran, kesetiaaan dan dukungannya selama ini yang menjadi

penyemangat penulis dalam menyelesaikan skripsi ini ).

Terima kasih Kepada Bapak dr. Drs. Syahron Lubis. MA selaku dekan

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Dan tak lupa kepada mam

Audri yang telah banyak membantu di kantor jurusan, serta kepada seluruh staf

pengajar jurusan Etnomusikologi penulis mengucapkan terima kasih atas

bimbingan dan bantuan yang diberikan, sehingga memperluas wawasan penulis

(6)

Terima kasih kepada Ketua Departemen Etnomusikologi Bapak Drs.

Muhammad Takari, M.Hum, Ph.D. dan Dra. Heristina Dewi M.Pd selaku

sekretaris departemen etnomusikologi yang telah memberikan dukungan dan

bantuan dalam administrasi serta registrasi perkuliahan dalam menyelesaikan

tugas akhir penulis.

Terima kasih kepada Bapak Drs. Perikuten Tarigan, M.Si selaku dosen

pembimbing I dan Drs.Frida Deliana, M.Si. selaku dosen pembimbing II yang

telah memberikan banyak bimbingan dan masukkan yang berguna dalam

penulisan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh informan Bapak

Iswanta Sembiring ( pimpinan Nazareth Musik Tiup) yang telah menerima

penulis dengan sangat baik selama melakukan peleitian, Dani irvanta Sembiring (

terimkasih buat segala informasinya), Bapak Markus surbakti, Bapak Julius

Ginting, Bapak Pilus Ginting, Bapak Masjontianus Surbakti, Bapak Drs.Samion

Pinem( penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya buat waktu

yang telah diluangkan)

Ucapan terima kasih juga kepada sahabat-sahabat 07: Adi gons, Fuad,

Excel. Salmon. Jacup, Winka, lek Tumpal, Batoan, Bonggud, Crismash, Pendi,

Fredi, Bery, Jemmy dan semua sahabat-sahabat penulis yang tidak mungkin

(untuk dituliskan satu persatu( terimakasih untuk semua pengalaman berbaginya)

Terimakasih banyak buat abang saya alumni Franseda Sitepu S.Sn yang

(7)

mengucapkan Terimakasih kepada IME (Ikatan Mahasiswa Enomusikologi) dan

tidak lupa kepada IMKA SIROGA FIB(Ikatan Mahasiswa Karo )

Penulis menyadari ini masih belum dapat dikatakan sempurna, oleh sebab

itu penulis juga masih tetap mengharapkan segala masukkan dan saran-saran yang

sifatnya membangun dari pembaca sekalian, sehingga lebih mengarah kepada

kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu Etnomusikologi.

Akhirnya, penulis berharap tulisan ini dapat berguna dan menambah

pengetahunan serta informasi baru bagi seluruh pembaca.

Medan, Juli 2011 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Pokok Permasalahan ... 3

1.3 Tujuan da Manfaat ... 4

1.3.1 Tujuan ... 4

1.3.2 Manfaat ... 4

1.4. Konsep dan Teori ... 5

1.4.1. Konsep ... 5

1.4.2. Teori ... 9

1.5 Metode Penelitian ... 10

1.5.1 Menentukan Lokasi penelitian ... 11

1.5.2. Studi Kepustakaan ( Library research ) ... 11

1.5.3 Penelitian lapangan (Field Research ) ... 11

1.5.4 Kerja Laboratorium ( Laboratory Research ) ... 12

BAB II KONDISI GEOGRAFIS MASYARAKAT KARO DI DESA SURBAKTI ... 13

2.1.Geografis Desa Surbakti ... 13

(9)

2.3 Kondisi Umum Masyarakat Desa Surbakti ... 15

2.3.1. Sistem Kekerabatan ... 15

2.3.2. Adat Istiadat... 16

2.3.3. Sistem Religi ... 17

2.3.4 Tngkat Pendidikan ... 18

2.3.5 Mata Pencarian dan Kondisi Perekonomian ... 19

2.4 Sistem Kesenian Masyarakat Desa Surbakti ... 20

BAB III SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MUSIK TIUP DALAM KONTEKS KEBUDAYAAN KARO ... 22

3.1. Sejarah Dan Perkembangan Musik Tiup Di Kabupaten Karo ... 22

3.2. Penggunaan Musik Tiup Dalam Masyarakat Karo ... 25

3.2.1 Penggunaan Nazareth Musik Tiup Dalam Upacara Kematian. ... 26

3.2.2 Pengunaan Nazareth Musik Tiup Dalam Upacara Perkawinan ... 34

3.3. Perubahan Instrumentasi Nazareth Musik Tiup ... 34

3.4. Sistem Perekrutan Anggota ... 40

3.5. Keberadaan Nazareth Musik Tiup ... 41

3.6. Sistem Pembelajaran dan Proses Latihan ... 42

3.7 Alat-alat Musik Nazareth Musik Tiup ... 42

3.8. Manajemen Pertunjukan ... 47

BAB IV DESKRIPSI PENGGUNAAN DAN FUNGSI PENYAJIAN

(10)

MASYARAKAT KARO ... 49

4.1. Pengantar ... 49

4.2. Deskripsi penggunaan Musik Tiup Nazareth dalam upacara kematian dalam masyarakat Karo ... 50

4.3.Fungsi Musik dalam upacara kematian Karo Yang Dibawakan Nazareth Musik Tiup ... 62

BAB V KESIMPULAN ... 65

5.1. Kesimpulan ... 65

5.2.Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Secara umum pengertian musik tiup adalah alat musik yang bunyinya

bersumber dari getaran udara atau aerofon dan cara memainkannya adalah dengan

cara meniupnya. Instrumen musik tiup terdiri atas banyak jenis materi dasar

pembentuknya, antara lain kuningan, logam, kayu, tanduk, bambu, dan lain

sebagainya. Tulisan ini bermaksud untuk meneliti salah satu jenis materi dasar

dari istrumen musik tiup tersebut yang dimaksudkan di dalam tulisan ini adalah

alat musik yang dikenal dengan nama brass, yang artinya kuningan. Contohnya

antara lain : terompet, saksofon, trombone, horn dan lain lain. Brass pada awalnya

adalah instrumen yang berkembang dalam kebudayaan barat.

Di dalam kebudayaan masyarakat Karo dikenal juga istilah musik tiup,

yang pada awalnya konsep istilah tersebut tidak jauh berbeda dengan pengertian

musik tiup secara umum di atas, begitu juga dengan materi dasar pembentuknya

antara lain kuningan , logam, kayu, bambu dan lain sebagainya. Sampai saat ini

penulis belum bisa memastikan kapan pastinya musik tiup mulai masuk ke dalam

kebudayaan masyarakat Karo. Tetapi, dari beberapa hasil wawancara, diskusi, dan

juga hasil pengamatan penulis mengenai perkembangan musik tiup ini sendiri,

sampai saat ini ada di salah satu lembaga kerohanian di daerah Karo yaitu suatu

lembaga gereja GBKP yang dimana di dalamnya terdapat beberapa grup musik

(12)

Gereja GBKP tersebut juga merupakan hasil dari perkembangan yang

terjadi disebabkan masuknya agama Kristen ke tanah Karo yang dibawakan oleh

misionaris berkebangsaan Belanda yang bernama Pdt.H.C.Kruyt sekitar tahun

1890, dimana pusat penginjilan pertamanya berada di Desa Buluh Awar yang

selanjutnya berpindah ke kota Kabanjahe. Dari hasil wawancara penulis dengan

bapak Pt.Iswanta Sembiring (pimpinan Nazareth Musik Tiup), Sekitar pada tahun

1965 para misionaris berkebangsaan Jerman juga datang ke Tanah Karo dalam

rangka menyebarkan injil, seiring dengan masuknya injil tersebut para misionaris

juga membawa alat-alat musik brass sebagai pengiring ibadah pada kebaktian

minggu sehingga proses ibadah menjadi lebih menarik.

Para misionaris yang sekaligus menjadi pemain musik tiup tersebut pada

awalnya menggunakan alat terompet, trombone, horn, tuba untuk mengiringi

kebaktian minggu. Seiring berjalannya waktu mereka mengajari masyarakat

setempat untuk mengiringi kebaktian minggu. Dan khususnya di Desa surbakti

terbentuklah sebuah grup musik tiup yang bernama NAZARETH MUSIK. Pada

perkembangan selanjutnya, grup inilah yang menggantikan fungsi para misionaris

tersebu t untuk memainkan musik tiup dalam mengiringi kebaktian minggu. Grup

ini pun mengalami perkembangan dalam perjalanannya. Grup yang pada awalnya

hanya mengiringi kebaktian minggu, sudah berkembang menjadi grup komersil

yang dapat disewa untuk mengiringi acara-acara kebaktian lainnya diluar

kebaktian minggu di gereja. Selanjutnya sampai sekarang ini, grup musik tiup ini

sudah mengiringi upacara-upacara adat seperti upacara kematian dan juga acara

(13)

Perkembangan Nazareth Musik ini juga terjadi dalam instrumentasinya.

Grup yang pada awalnya hanya terdiri dari instrumen terompet, trombone, horn,

dan tuba berkembang dengan penambahan beberapa alat musik seperti gitar bass,

drum, dan keyboard. Perkembangan instrumen tersebut secara otomatis

mempengaruhi pola musikal musik tiup tersebut.

Perubahan-perubahan pada Nazareth Musik inilah yang menyebabkan

mereka tetap eksis, Nazareth Musik Tiup juga tetap mampu bertahan dan sering

dipanggil untuk mengisi upacara-upacara perkawinan dan kematian, melihat hal

tersebut, penulis merasa tertarik untuk meneliti dan menuliskan tentang Nazareth

Musik Tiup dan bagaimana perkembangannya pada masyarakat Karo ke dalam

skripsi yang berjudul: “DINAMIKA NAZARETH MUSIK TIUP DI DESA

SURBAKTI KECAMATAN SIMPANG IV KABUPATEN KARO.”

1.2. Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan

sebelumnya terdapat beberapa permasalahan, namun untuk menghindari

kesimpang siuran dan tumpang tindih terhadap permasalahan permasalahan yang

akan dibahas di dalam penelitian, maka penulis menentukan beberapa pokok

permasalahan, yaitu :

1. Bagaimanakah sejarah dan perkembangan Nazareth Musik Tiup.

2. Sejauh mana peran Grup Nazareth Musik Tiup dalam upacara adat Karo.

3. Bagaimana perkembangan komposisi yang digunakan Nazareth Musik

(14)

1.3 Tujuan dan Manfaat 1.3.1 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana

perkembangan ensambel musik tiup sejak masuknya di Kebudayaan Karo melalui

perkembangan grup grup musik tiup yang ada di tanah Karo, Dan faktor faktor

yang mempengaruhi dinamika Nazareth Musik Tiup dalam masyarakat Karo.

1.3.2Manfaat

Penulis melihat penelitian ini sangat bermanfaat baik bagi penulis sendiri

dan bagi kita semua. Adapun manfaat bagi penulis adalah sebagai bentuk

pengaplikasian ilmu yang diperoleh selama menjalani studi di jurusan

Etnomusikologi Universitas Sumatera Utara. Sedangkan manfaatnya bagi kita

semua adalah sebagai sarana untuk memperluas pengetahuan kita mengenai

dinamika grup musik tiup Nazareth di dalam masyarakat Karo.

Secara khusus, penelitian ini juga bermanfaat bagi para pemain musik tiup

yang tergabung dalam grup grup musik tiup dan juga pemilik atau pemimpin grup

musik tiup dimana saja berada khususnya yang berada di tanah Karo. Karena

dalam tulisan ini akan dijelaskan tentang bagaimana sesungguhnya keberadaan

grup musik tiup di tanah Karo dan faktor faktor apa yang mempengaruhi

bertahannya sebuah grup musik tiup dan juga bagaimana perubahan , pergerakan

perkembangan dari musik tiup khususnya Nazareth Musik Sehingga melalui

tulisan ini mereka dapat melihat bagaimana keberadaan grup mereka didalam

(15)

Selain itu, secara umum penelitian juga bermanfaat sebagai bahan

dokumentasi yang menggambarkan tentang perkembangan ensambel musik tiup

di dalam masyarakat Karo dan juga dapat menjadi dasar pertimbangan bagi

peneliti peneliti selanjutnya yang juga akan mengadakan penelitian tentang

ensambel musik tiup.

1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep

Konsep adalah pengertian abstrak terhadap sebuah istilah. Konsep dapat

membatasi dan mengarahkan perhatian seorang penulis pada topik yang telah

ditentukan. Konsep suatu istilah dapat dikutip dari sumber sumber seperti buku,

skripsi, paper, majalah dan artikel selain itu juga dapat di kutip berdasarkan

pendapat seseorang atau berdasarkan pemahaman peneliti sendiri.

Konsep juga dapat diperoleh dari kamus yang diterjemahkan langsung dari

bahasa asing seperti bahasa Inggris. Dalam tulisan ini juga terdapat istilah istilah

yang perlu dijelaskan atau diuraikan secara jelas dan sederhana, agar tidak terjadi

kesalah pahaman dalam mengartikan kata kata yang digunakan dalam tulisan ini.

Judul skripsi ini adalah : DINAMIKA GRUP NAZARETH MUSIK TIUP DI

DESA SURBAKTI KECAMATAN SIMPANG IV KABUPATEN KARO.

Agar penulis dan pembaca memiliki pemahaman yang sama terhadap kata

kata yang terkandung di dalam judul tulisan ini, maka perlu diuraikan konsep dari

kata kata tersebut, yaitu sebagai berikut:

Dinamika adalah studi tentang gerak beserta hal hal yang menyebabkan

(16)

kamus besar bahasa indonesia 2008 juga terdapat pengertian dinamika yaitu suatu

pergerakan yang mengakibatkan suatu perubahan, jika dikaitkan ke dalam ruang

lingkup sosial maka dinamika artinya pergerakan atau perkembangan yang

dilakukan oleh suatu masyarakat tertentu yang menimbulkan suatu perubahan

bagi masyarakat itu sendiri. Dinamika yang dimaksudkan dalam penelitian saya

ini adalah bagaimana perkembangan, perubahan Nazareth Musik Tiup pada

masyarakat Karo dan faktor-faktor penyebabnya.

Grup atau yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah Organisasi berarti

kumpulan beberapa orang yang mempunyai tugas masing masing dengan tujuan

yang sama dan disusun secara berstruktur (Kamus Bahasa Indonesia

Kontemporer.2002). george R.Terry, seorang ahli manajemen, mengatakan bahwa

organisasi adalah pembinaan hubungan yang didalamnya terdapat tindakan

mengusahakan hubungan yang efektif antara orang-orang, sehingga dapat

bekerjasama secara efisien dan dengan demikian memperoleh kepuasan diri dalam

melaksanakan tugas tugas tertentu dalam kondisi lingkungan tertentu guna

mencapai tujuan dan sasaran tertentu (2001;119). Dalam hal ini organisasi

ensambel musik tiup yang dimaksud adalah grup musik yang ada di tanah Karo.

Penulis menyatakan grup musik sebagai organisasi karena unsur unsur yang

membentuk sebuah organisasi juga terdapat dalam grup musik yaitu :

1. Manusia yang bekerjasama, ada pemimpin dan yang di pimpin

2. Tempat kedudukan, yang juga dimilki oleh grup musik tiup yaitu ditengah

kehidupan adat masyarakat Karo sebagai masyarakat pendukungnya

3. Tujuan yang ingin dicapai, yang dalam hal ini tujuan grup musik tiup

(17)

4. Pekerjaan yang akan dikerjakan yaitu bermain musik

5. Teknologi, dalam hal ini grup musik tiup juga menggunakan teknologi

khususnya dalam penggunaan alat musik dan soundsystem

Grup yang dimaksudkan didalam tulisan ini dikhususkan kepada grup

musik tiup Nazareth, grup musik tiup yang masih bertahan dan tetap exsis sampai

saat ini yang dipimpin oleh bapak Pt.Iswanta Sembiring. Grup musik tiup ini

telah banyak mengalami dinamika baik dari segi instrumen, konsep, dan

fungsinya bagi sebagian kalangan masyarakat Karo pada khususnya dan yang

akan dibahas lebih terperinci di bab selanjutnya.

Musik adalah seni pengungkapan gagasan melalui bunyi, yang unsurnya

adalah melodi, irama, dan harmonisasi dengan unsur pendukung berupa bentuk

gagasan, sifat dan warna bunyi namun penyajian sering masih berpadu dengan

unsur unsur lain seperti: bahasa, gerak, ataupun warna (M. Soekanto:1992).

Musik tiup adalah alat musik yang sumber getar penghasil bunyinya

adalah uadara atau aerofon dan cara memainkannya adalah dengan meniupnya.

Instrumen musik tiup terdiri dari atas banyak materi dasar pembentuknya antara

lainmateri dasar pembentuknya, antara lain kuningan, logam, kayu, tanduk,

bambu, dan lain sebagainya. Salah satu materi dasar alat musik yang dimaksud

adalah alat musik yang dikenal dengan nama brass, yang artinya tembaga atau

kuningan. Contohnya antara lain adalah : terompet, saksofon, trombone, horn dan

lain lain.

Sedikit berbeda dengan pengertian yang telah dimaksudkan diatas musik

tiup yang dimaksud dalam tulisan ini adalah ensambel musik yang bukan hanya

(18)

musik lain seperti keyboard, gitar listrik, drum, saxophone, trombone, horn, tuba

dan lain lain. Atau bisa dikatakan musik tiup yang telah mengalami perubahan

atau dinamika baik secara intrument dan juga fungsinya Tetapi tetap saja

memakai nama musik tiup

Masyarakat Karo, berdasarkan etnosains mereka, membagi wilayah

budayanya kedalam dua kategori yaitu Karo gugung atau orang-orang Karo yang

berada di wilayah pegunungan, terutama di kawasan Kabupaten Karo, Langkat,

dan Deli Serdang, dan Karo jahe, Yaitu mereka yang berada di kawasan pesisir

terutama di wilayah Kabupaten Deli Serdang dan Langkat. Masyarakat Karo

Gugung dianggap lebih murni menerapkan kebudayaan Karo, sedangkan

KaroJahe lebih banyak mengalami akulturasi dengan kebudayaan sekitarnya

terutama dengan etnik Melayu.

Satu hal yang paling penting dalam masyarakat Karo adalah adanya

sistem klen eksogamus, Yang mendasarkan hubungan perkawinan kepada

kelompok klen luarnya. Seperti halnya suku-suku lain, Masyarakat Karo

mempunyai sistem kemasyarakatan. Pada masyarakat Karo sistem

kemasyarakatan dikenal dengan nama merga silima, tutur siwaluh, dan rakut

sitelu. Masyarakat Karo mempunyai sistem merga (klan). Merga tersebut disebut

untuk laki-laki, sedangkan untuk perempuan disebut beru. Merga atau beru ini

disandang di belakang nama seseorang. Merga dalam masyarakat Karo terdiri dari

lima kelompok, yang disebut dengan merga silima, yang berarti marga yang lima.

Kelima merga tersebut adalah Karo-Karo, Tarigan, Ginting, Sembiring, dan

(19)

Terkait dengan penjelasan masyarakat Karo di atas, di dalam tulisan ini

masyarakat Karo yang dimaksudkan adalah sebagian besar mereka yang

beragama nasrani khususnya masyarakat di dalam ruang lingkup lembaga Gereja

Batak Karo Protestan (GBKP).

1.4.2 Teori

Koentjaraningrat (1973:10) mengatakan teori adalah alat yang terpenting

dari suatu pengetahuan. Tanpa teori hanya ada pengetahuan tentang serangkaian

fakta saja, tetapi tidak akan ada ilmu pengetahuan. Teori adalah landasan dasar

keilmuan untuk menganalisis berbagai fenomena. Teori adalah rujukan utama

dalam memecahkan masalah penelitian di dalam ilmu pengetahuan. Sebagai

pedoman dalam menyelesaikan tulisan ini penulis menggunakan beberapa teori yg

berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan

ini

Menurut Achsan Peremas (3003:17), organisasi adalah sekelompok orang

yang sepakat bekerjasama untuk tujuan bersama. Berbicara tentang organisasi

maka tidak akan lepas dengan manajemen karena manajemen akan membantu

sebuah organisasi untuk dapat mencapai tujuan mereka secara efisien dan efektif.

(Achsan Permas, 2003:19).

Melalui penelitian ini akan dilihat bagaimana grup musik tiup membuat

perencanaan kemudian mengaturnya dalam sebuah pengorganisasian dan

mengarahkan setiap anggota untuk mengerjakanb bagian masing masing secara

maksimal dan terkendali dengan memperhatikan situasi dan Manajemen adalah

(20)

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian dengan

memperhatikan situasi dan kondisi lingkungankondisi lingkungan.

Selain memiliki rencana dan pencapaian tujuan yang dilakukan melalui

program program dan metode, maka termasuk didalamnya adalah tugas mencari

dan mengalikasikan sumberdaya yang dimilki organisasi dan mempunyai

pemimpin yang bertanggungjawab atas keberhasilan organisasi dalam mencapai

tujuan yang ditetapkan ( A.M.Kadarman, 2001:2). Melalui penelitian ini akan

dilihat bagaimana peran seorang pimpinan grup musik tiup memanfaatkan aset

yang ada demi kemajuan grup dan menjalin hubungan dengan setiap anggota yang

dipimpinnya.

Penulis akan menggunakan teori Use dan Function yang dikemukakan

oleh Alan P. Merriam untuk melihat fungsi yang terkandung dari penggunaan

ensambel musik tiup oleh masyarakat Karo. Salah satu alasan ensambel musik

tiup masih digunakan sampai saat ini pasti karena ensambel musik tiup memiliki

fungsi bagi mayarakat Karo sebagai masyarakat pendukungnya.

1.5 Metode Penelitian

Metode adalah cara kerja untuk mendapatkan objek yang menjadi sasaran

ilmu yang bersangkutan (Koentjaraningrat:1997). Dalam melakukan penelitian

ini, penulis menggunakan metode peneltian deskriptif yang bersifat kualitatif yaitu

suatu metode penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara rinci dan

jelas tentang sesuatu hal yang menjadi fokus penelitian. Data diperoleh melalui

pernyataan pernyataan atau tulisan tulisan individu masyarakat yang bersangkutan

(21)

Berkaitan dengan metode yang digunakan untuk memperoleh data, maka

penulis membaginya kedalam beberapa tahap yaitu :

1.5.1 Menentukan Lokasi Penelitian

Untuk kepentingan penelitian dalam pengumpulan datra dan informasi dan

juga membatasi cakupan daerah yang akan diamati, penulis memilih lokasi

penelitian di desa Surbakti, Kecamatan simpang Empat, Kabupaten Karo karena

lokasi ini terdapat grup Nazareth Musik Tiup berdomisili dan masyarakat Karo

sebagai masyarakat pendukungnya.

1.5.2 Studi Kepustakaan

Sebelum melakukan penelitian ini, penulis telah terlebih dahulu

mengadakan studi kepustakaan mengenai musik tiup. Penulis mencari dan

membaca literatur literatur seperti : buku, majalah, artikel dan sebagainya yang

relevan dengan pokok permasalahan yang akan dibahas. Selain itu, penulis juga

membaca beberapa skripsi sarjana yang membahas tentang musik tiup. Walaupun

kemungkinan beberapa informasi yang diperoleh dari skripsi tersebut tidak lagi

relevan dengan keadaan sekarang ini sesuai dengan perubahan yang terjadi. Oleh

karena itu, penulis merasa penting untuk membahas tentang studi dan kritikal

kepustakaan dalam satu bab khusus yaitu pada BAB II.

1.5.3 Penelitian Lapangan

Untuk mendapatkan data dan informasi yang lebih akurat, penulis juga

(22)

lokasi penelitian yang dimulai sejak proposal ini disahkan dan diijinkan untuk

melakukan penelitian lebih lanjut. Tetapi untuk tujuan dari skripsi ini penulis telah

melakukan beberapa wawancara wawancara kepada beberapa informan, dosen –

dosen yang terkait dan juga beberapa alumni Etnomusikologi usu.

1.5.4 Kerja Laboratorium

Semua data dan informasi yang telah diperoleh akan diolah dalam kerja

laboratorium dengan melakukan penyaringan dan penyeleksian, pengaplikasian,

menambah data yang kurang, memodifikasi serta mengembangkannya, selain itu

proses kerja laboratorium lainya adalah menganalisis data dari analisi data inilah

maka akan didapatkan suatu kesimpulan, Kemudian di cek ulang agar tidak terjadi

kerancuan dan tumpang tindih sehingga mudah dipahami dan tercapai tujuan dari

(23)

BAB II

KONDISI GEOGRAFIS MASYARAKAT KARO DI DESA SURBAKTI

Pada bab ini dimulai dengan penjelasan singkat mengenai kondisi

geografis desa Surbakti yang kemudian dilanjutkan dengan latar belakang sejarah

kesenian masyarakat Karo di desa Surbakti. Pembahasan akan dilanjutkan dengan

penggunaan musik tiup dan faktor- faktor yang melatar-belakangi penerimaan dan

penggunaan musik tiup dalam masyarakat Karo di desa Surbakti.

2.1 Geografis Desa Surbakti

Desa Surbakti adalah salah satu desa yang masuk ke dalam wilayah

Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Berjarak ± 1 km arah barat dari

Kantor Camat Simpang Empat, dan berjarak ± 7 Km ke ibu kota kabupaten yaitu

kota Kabanjahe, dengan batas-batas sebagai berikut: sebelah Utara berbatasan

dengan Desa Perteguhan Kecamatan Simpang Empat, sebelah Selatan berbatasan

dengan Desa Lingga Kecamatan Simpang Empat, sebelah Timur berbatasan

dengan Desa Ndokum Siroga Kecamatan Simpang Empat, sebelah Barat

berbatasan dengan Desa Beganding Kecamatan Simpang Empat (Tim Penyusun

RKPDES Surbakti, 2010-2014). Desa Surbakti termasuk ke dalam wilayah

dataran tinggi yaitu berada pada ketinggian antara ± 1.000 m s/d 1.300 m diatas

permukaan laut. Curah hujan rata-rata per tahun adalah 2.000 mm s/d 3.000 mm,

dan suhu temperaturnya adalah 16ºc s/d 27ºc.

Luas areal desa Surbakti adalah 825 Ha, dengan perincian sebagai berikut

(24)

2. Perumahan/pemukiman 10 Ha

3. Sawah/perikanan 60 Ha

4. Jalan umum/jalan dusun 100 Ha

Dari data tahun 2009-2010, tercatat jumlah penduduk Desa Surbakti

sebanyak 2167 jiwa. Yang terdiri atas 1003 jiwa laki-laki dan 1164 jiwa

perempuan. Dihitung berdasarkan jumlah Kepala Keluarga (KK), Desa Surbakti

dihuni oleh 632 Kepala Keluarga, dimana 90% penduduk Desa Surbakti

merupakan Suku Karo dan 10% nya lagi merupakan suku- suku pendatang seperti

Jawa, Simalungun,Nias dan Toba.

2.2 Penduduk Desa Surbakti

Desa Surbakti adalah salah satu desa tua di kecamatan Simpang Empat di

Kabupaten Karo, awal dibentuknya Desa Surbakti atau dalam istilah Karo

disebut simanteken kuta adalah bermarga Karo-Karo yang lebih spesifikasi nya

lagi Karo-Karo surbakti. Karo-Karo surbakti yang menempati desa Surbakti ini

terbagi menjadi 4 bagian wilayah tempat mereka tinggal dalam istilah Karo

disebut kesain, yaitu

1. Kesain Surbakti Rumah Lige

2. Kesain Surbakti Rumah Suah

3. Kesain Surbakti Rumah Jahe

4. Kesain Ginting Rumah page/Suka pengulun.

2.3 Kondisi Umum Masyarakat di Desa Surbakti

Seperti pada penjelasan di atas Masyarakat di Desa Surbakti mayoritas

(25)

sendiri. Seiring perjalanan waktu dan perkembangan zaman, penduduk di Desa

Surbakti juga semakin bertambah dengan datangnya suku-suku lain walaupun

dalam jumlah yang tidak terlalu besar.

2.3.1 Sistem kekerabatan

Masyarakat Karo dikenal sebagai masyarakat yang menganut sistem

kekerabatan Patriliniel, seperti halnya yang dianut suku Batak lainnya

(Simalungun, Toba, Mandailing, Pakpak/Dairi). Dalam sistem kekerabatan ini,

setiap anak yang lahir dalam sebuah keluarga, baik laki-laki maupun perempuan,

dengan sendirinya akan mengikuti garis keturunan atau marga dari ayahnya.

Dengan demikian yang dapat meneruskan marga atau silsilah ayahnya adalah

anak laki-laki. Sehingga apabila seorang anak perempuan menikah, maka

anak-anak yang dilahirkannya akan mengikuti marga suaminya. Hal ini yang membuat

kedudukan seorang anak laki-laki sangat penting dalam masyarakat Karo.

Demikian jugalah masyarakat Karo di Desa Surbakti, menganut paham ini dalam

sistem kekerabatannya.

Sistem kekerabatan ini didukung dengan prinsip rakut sitelu yang terdiri

dari tiga dasar. Keterkaitan ketiga pancangan ini mengibaratkan kedudukan orang

–orang Karo di dalam kebudayaannya, yaitu: senina, anak beru dan kalimbubu.

Senina adalah orang-orang yang satu kata dalam permusyawaratan adat. Se berarti

satu, nina berarti kata atau pendapat. Senina juga dapat diartikan sebagai orang

yang bersaudara dan memiliki marga yang sama. Anak beru berarti anak

perempuan dan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Karo dikenal sebagai

(26)

kelompokpemberi dara bagi keluarga(marga)tertentu. Dalam kehidupan

sehari-hari sering juga disebut dibata ni idah(Tuhan yang kelihatan), karena

kedudukannya sangat dihormati dalam kebudayaan masyarakat Karo.

Selain itu marga juga adalah suatu dasar penyusunan sistem kekerabatan

bagi masyarakat Karo. Apabila seseorang berkenalan dan menyebutkan marga

nya, mereka bisa langsung ertutur(tata cara seseorang berkenalan/berbicara yang

berkaitan dengan selsilah dan sistem kekerabatan)diantara mereka. Biasanya

apabila seseorang berkenalan dengan pria lain yang ternyata satu marga

dengannya, maka diantara kedua orang ini akan terjalin sebuah rasa persaudaraan

dengan sendirinya. Marga juga memiliki peranan penting dalam mengatur

hubungan kekeluargaan yang di sebabkan perkawinan dan hubungan darah (garis

keturunan). Sesuai dengan sistem kekerabatan patriliniel dan prinsip rakut sitelu,

maka orang Karo (baik pria maupun wanita) yang se-marga tidak boleh menikah

karena mereka memiliki ikatan satu marga. Karena itu seorang pria Karo

dianjurkan untuk menikah dengan wanita yang se-beru dengan ibunya ataupun

wanita lain dengan beru lain yang tidak sama dengan marga-nya sendiri.

2.3.2 Adat Istiadat

Dalam kehidupan masyarakat Karo di Desa Surbakti setidaknya ada dua

upacara adat yang pasti dilaksanakan oleh sebuah keluarga yaitu, upacara adat

pernikahan dan upacara adat kematian. Secara umum orang Karo membagi

Upacara kematian ini menjadi 3 yaitu

1. Cawir metua disebut cawir metua, apabila umur anak yang meninggal sudah

(27)

berkeluarga. Inilah kriteria untuk cawir metua. Namun ada kalanya orang yang

meninggal itu sudah berusia lanjut, tetapi masih ada anaknya yang belum

berkeluarga, maka dalam keadaan demikian bisa dilaksanakan adat cawir metua

dengan persetujuan kalimbubu dan anak yang belum kawin tersebut.

2. Tabah-tabah galuh apabila umur yang meninggal dunia belum lanjut, tetapi

anak-anaknya sudah berkeluarga(sai utang).

3. Mate nguda apabila umur yang meninggal dunia masih mud, bisa jadi belum

kawin, atau sudah kawin dan anak-anaknya belum semua berkeluarga. Mate

nguda ini boleh jadi meninggal sebelum berkeluarga atau ketika masih anak-anak.

Disamping kedua upacara adat tersebut diatas masih ada beberapa

upacara-upacara adat lain yang juga dilakukan oleh masyarakat Karo dalam

kehidupan mereka yaitu, memasuki rumah baru, adat mereken toktok, ciken

,bulang, tudung(upacara penghormatan terhadap orang tua yang usianya sudah

lanjut usia yang dilakukan oleh sangkep ngeluhnya, adat mesur-mesuri (upacara

tujuh bulanan bagi perempuan yang sedang hamil dan mengandung anak pertama)

dan acara-acara adat lainnya.

2.3.3. Sistem Religi

Sistem religi berarti sistem kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam hal ini masyarakat desa Surbakti uumnya sudah menganut agama tertentu.

Walaupun masyarakat Karo biasa diidentikkan dengan agama Kristen akan tetapi

ternyata tidak semua masyarakat Karo di desa Surbakti menganut agama Kristen

(Protestan atau Katolik). Di antaranya ada juga yang menganut agama lain seperti

(28)

diantara masyarakat Karo di desa Surbakti ini yang tidak menganut agama

tertentu tetapi menganut aliran kepercayan (parmalim) dan aliran kepercayaan

lainnya.

2.3.4. Tingkat Pendidikan

Desa Surbakti saat ini saat ini telah terhubung baik dengan daerah lain

melalui jalan desa. Keadaan jalan desa secara umum cukup baik dengan adanya

jalan aspal di desa ini. Sarana trasportasi yang paling banyak digunakan warga

masyarakat adalah bus umum dan sepeda motor, karena hampir setiap rumah

tangga sudah memiliki sepeda motor dan sebagian memiliki mobil.

Kemudahan akses untuk keluar dari desa merupakan salah satu penunjang

bagi masyarakat di desa Surbakti untuk mendapatkan sarana pendidikan yang

mereka ingingkan sesuai dengan potensi dan kemampuan secara ekonomi.

Berdasarkan pengamatan penulis tingkat pendidikan masyarakat Karo di desa

Surbakti sudah tergolong baik. Umunya mereka sudah menikmati Pendidikan

sampai tingkat menengah ke atas. Bahkan bagi masyarakat dengan tingkat

perekonomian menengah ke atas sudah menganyam pendidikan di perguruan

tinggi baik di perguruan tinggi negeri maupun swasta. Selain itu ada juga yang

menganyam pendidikan setara diploma (diploma satu atau diploma tiga) di

berbagai bidang, seperti misalnya ekonomi atau managemen, komputer, bahasa

inggris dan lainnya. Bagi yang tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang

perguruan tinggi biasanya akan mencari pekrjaan atau merantau ke luar kota

seperti Jakarta, Batam, Pakanbaru dan kota-kota lainnya. Jika dilihat dari jumlah

(29)

tamat SD 500 jiwa, tamat SMP 475 jiwa, Sarjana 200 jiwa (Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Desa Surbakti)

2.3.5 Mata Pencarian dan Kondisi Perekonomian

Sebagai masyarakat yang hidup dan sudah menetap di sebuah desa yang

sudah memiliki akses keluar dengan beberapa kota seperti Berastagi, Kabanjahe,

Medan dan juga kota-kota besar lainnya masyarakat desa Surbakti berpeluang

untuk mengembangkan usaha di berbagai bidang baik dalam bidang perdagangan,

perndidikan, kesehatan dan terutama dalam bidang pertanian. Keadaan ini

membuat sistem mata pencarian mereka juga beragam, akan tetapi masyarakat

desa surbakti umumnya bematapencaharian sebagai petani. Hal ini didukung oleh

keadaan alam dan lahan yang subur dan juga tersedianya lahan yang cukup untuk

bercocok tanam, baik itu tanaman muda dan juga tanaman tua. Contoh Tanaman

muda yang biasa ditanam oleh para petani di desa surbakti adalah tomat, kol,

buncis, kentang, jagung, padi dan lain sebagainya, dan untuk tanaman tuanya para

petani di desa Surbakti umumnya menanam tanaman kopi dan jeruk di ladang

mereka, dan desa surbakti terkenal dengan tanaman jeruknya yang berbuah manis

dan besar. Hasil dari tanaman muda dan tanaman tua ini biasanya dikirim ke

kota-kota besar seperti Batam, Bandung, Medan, Jakarta dan kota-kota-kota-kota lainnya.

Selebihnya ada juga yang bekerja sebagai pedagang yang berjualan di

pasar-pasar tradisional dengan berbagai dagangan untuk keperluan sehari-hari.

Ada yang berjualan kain di pusat-pusat perbelanjaan. Ada jugayang membuka

warung atau kede kelontong di rumah mereka. Disamping itu ada juga yang

(30)

sebagian kecil ada juga yang menduduki jabatan-jabatan penting di kantor-kantor

pemerintahan walaupun dalam jumlah yang sedikit. Berikut adalah data mata

pencaharian masyarakat di desa Surbakti: 870 jiwa adalah petani, 55 jiwa PNS

TNI/POLRI, 125 jiwa wiraswasta(pedagang, karyawan dan lain-lain).

Dari kondisi diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat perkonomian

masyarakat desa Surbakti masih pada tahan menengah ke bawah. Walaupun ada

juga kalangan dengan kemampuan ekonomi yang cukup tinggi belum bisa

dikatakan tingkat perekonomian di desa surbakti pada tahan menengah ke atas

karena jika dilihat dari jumlah keseluruhan kalangan dengan kemampuan ekonomi

dilihat dari data statistik maka dapat dituliskan dari 632 Kepala keluarga(KK)

sebanyak 150 KK adalah golongan kaya/sejahtera, 305 adalah golongan

menengah, dan 177 KK adalah golongan kurang mampu(Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Desa Surbakti 2010-2014).

2.4 Sistem Kesenian Masyarakat Desa Surbakti

Kesenian yang paling disukai oleh warga Surbakti dulunya adalah

tari-tarian khas adat Karo seperti tari lima serangkai, dikkar(tari pencak silat Karo),

namun belakangan ini para pemuda cenderung lebih menyukai musik keyboard

dan musik-musik modern lainnya. Kelompok- kelompok kesenian tradisional

tampak mulai hilang kegiatannya.

Dari wawancara penulis dengan bapak Pt.Iswanta Sembiring(pimpinan

Nazareth Musik Tiup) sekitar pada tahun 1965 alat-alat musik brash sudah masuk

ke desa Surbakti yang dibawa oleh misionaris berkebangsaan Jerman. awalnya

(31)

gereja GBKP, dan dimainkan oleh para misionaris itu sendiri, yang seiring waktu

mereka mengajari warga desa yang sekaligus adalah anggota gereja untuk

memainkan alat-alat musik brash tersebut yang terdiri dari terompet, horn, tuba,

sopran, alto. Dari sinilah awal cikal bakalnya terbentuk Nazareth Musik Tiup

yang sampai saat ini masih bertahan dan sudah mengalami dinamika baik dari segi

(32)

BAB III

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MUSIK TIUP DALAM KONTEKS KEBUDAYAAN KARO

Pada bagian ini akan dilihat bagaimana sesungguhnya pandangan

masyarakat Karo terhadap ensambel musik tiup. Selain itu juga akan dilihat

bagaimana penggunaannya dalam upacara adat mereka dan fungsi yang

terkandung dari penggunaan musik tiup.

Pembahasan akan dilanjutkan dengan sejarah dan perkembangan ensambel

musik tiup di Karo. Berbicara mengenai sejarah dan perkembangan ensambel

musik tiup pasti tidak terlepas dari sejarah dan perkembangannya di daerah asal

musik tiup tersebut atau tepatnya di desa Surbakti dan sekitarnya. Akan tetapi

dalam tulisan ini penulis tidak akan menguraikan hal ini secara terperinci. Penulis

akan lebih memfokuskan pembahasan pada sejarah, perkembangan, dan

perubahan penggunaan ensambel musik tiup di tanah Karo. Untuk itu, penulis

akan melihat dari segi perkembangan instrumentasi dan reportoar lagu atau lagu

lagu yang dimainkan dalam penggunaan musik tiup di tanah Karo.

3.1 Sejarah Dan Perkembangan Musik Tiup Di Kabupaten Karo

Berbicara dengan sejarah dan perkembangan musik tiup di Kabupaten

Karo tidak bisa terlepas dari kaitan sejarah dan perkembangan Gereja Batak Karo

Protestan(GBKP) yang merupakan awal cikal bakal terbentuknya Nazareth Musik

Tiup yang diteliti oleh penulis.

Di dalam buku ‘Sejarah GBKP Klasis Kabanjahe’ 1941 -2005 yang ditulis

(33)

Pada saat injil datang ke Tanah Karo (18 april 1890) Kota kabanjahe masih terisolasi dari dunia luar, namun masyarakat kabanjahe telah berulang kali dikunjungi oleh para misionaris NZG (netherland Zending Genoschaap) seperti Pdt.H.C.Kryut, Pdt.J.Kwijngaarden, Pdt.M.Joustra dan Pdt.Hendrik Guillaume. Pada tanggal 10 april 1905 Pdt. E.J.Van den berg mulai menetap di kabanjahe. Beliau mendirikan rumah sekolah di Kabanjahe dan di desa Bukit. Beliau memasang lonceng gereja di rumahnya dan membunyikannya setiap hari minggu walaupun gedung gereja belum ada. Beliau juga membangun kamar obat di lau cimba Kabanjahe. Pada tanggal 20 September 1920 kamar obat itu berkembang menjadi Rumah Sakit bataksche instituut di Gung Leto Kabanjahe. Beliau juga membangun pemukiman para penderita kusta di Lau Simomo pada tangal 25 Agustus 1906.

Setelah sarana jalan Medan-Kabanjahe dibuka tahun 1907, perkembangan Injil dikabanjahe semakin pesat. Sekolah-sekolah dibuka termasuk sekolah kweek school Raya, sekolah pertukangan bataksche

timmer winkel, sekolah pertanian (sayur mayur ) yang kesemuanya itu

membangun masyarakat Karo seara umum dan masyarakat kabanjahe pada khususnya.

Sampai pada tahn 1909 di Kabanjahe dan desa-desa sekitarnya NZG telah mendirikan delapan buah sekolah dengan murid 708 orang yaitu di:

1. Desa Kabanjahe 2. Desa Bukit 3. Desa Dokan 4. Desa Lingga 5. Desa Cingkes 6. Desa Naman 7. Desa Berastagi 8. Desa Barusjahe

Pada kedelapan Desa tersebut telah berdiri jemaat. Jumlah anggota jemaat keseluruhan sebanyak 101 orang. Lima tahun kemudian tepatnya pada tahun 1914 jumlah anggota jemaat Kabanjahe dan sekitarnya bertambah menjadi 451 orang.

(34)

Beberapa waktu setelah itu Pada sekitaran tahun 1960 Para misionaris

berkebangsaan Jerman datang ke tanah Karo untuk menyebarkan injil,

Kedatangan para misionaris ini menyebabkan terjadinya kontak kebudayaan.

Kontak kebudayaan ini terjadi karena selain melaksanakan misinya para

misionaris juga turut membawa dan mengembangkan kebudayaan mereka ke

tanah Karo. Salah satu hasil kebudayaan mereka itu adalah musik tiup.

Kehadiran para misionaris di tanah Karo cukup berpengaruh tarhadap

kehidupan masyarakat Karo pada waktu itu. Sebelum kedatangan para misionaris

ini mereka tidak memiliki/menganut agama tertentu. Mereka hanya menganut

aliran kepercayaan tertentu. Kemudian setelah kedatangan para misionaris ini,

walaupun dalam jangka waktu cukup lama , mereka mulai memeluk agama

Kristen. Mereka juga melakukan ibadah-ibadah di tempat khusus yang kemudian

disebut gereja.

Penggunaan ensambel musik tiup sendiri diawali dengan penggunaannya sebagai

musik pengiring dalam ibadah yang diadakan oleh masyarakat Karo yang sudah

menganut agama Kristen pda waktu itu di gereja. Sekitar tahun 1960 ensambel

musik tiup mulai digunakan sebagai musik pengiring ibadah di gereja. Awal

penggunaan dan perkembangan ensambel musik tiup ini bisa dilihat dari

penerimaan alat dari misionaris tersebut di beberapa kota atau desa di tanah Karo

seperti :

1. Kabanjahe,

2. Berastagi,

3. Tiga nderket,

(35)

yang keseluruhan daerah tersebut menggunaan ensambel musik tiup

tersebut sebagai pengiring ibadah. Dan khususnya di desa Surbakti (tempat awal

terbentuknya Nazareth Musik) yang menerima ensambel musik tiup tersebut yang

terdiri dari ;

Terompet,

1. Horn,

2. Tuba,

3. Sopran

4. dan Alto yang keseluruhan berjumlah delapan buah alat musik tiup.

Dari hasil wawancara penulis dengan bapak Pt.Iswanta Sembiring

(pimpinan Nazareth Musik Tiup) keseluruhan alat tersebut masih utuh keadaaanya

walaupun ada beberapa yang sudah rusak. Dari beberapa group yang ada di tanah

Karo hanya group Nazareth Musik Tiup lah yang sudah berubah dan mengalami

perkembangan secara instrument dan fungsional. Daerah- daerah lain yang juga

menerima alat tersebut ada yang masih menggunakannya dan ada yang tidak

memakainya lagi.

3.2 Penggunaan Musik Tiup Dalam Masyarakat Karo

Seperti yang sudah di paparkan oleh penulis pada bab sebelumnya pada

awalnya musik tiup digunakan hanya sebagai pengiring ibadah minggu di gereja.

Dan dewasa ini penggunaan dari musik tiup tersebut telah mengalami

perkembangan, musik tiup tidak hanya dimainkan sebagai pengiring ibadah

(36)

upacara kematian, upacara perkawinan dan juga acara-acara lainya yang sebagian

besar konsumennya beragama Kristen.

3.3.1 Penggunaan Nazareth Musik Tiup Dalam Upacara Kematian.

Tepat pada tanggal 19 maret 2013 mulai pada pukul 9.00 wib penulis

sudah berada di jambur serbaguna GBKP jalan udara Berastagi dengan tujuan

melakukan observasi langsung dengan Nazareth Musik Tiup dalam upacara

kematian yang bernama Kontan br Karo. Dimana Nazareth Musik Tiup bertugas

sebagai pengiring dalam beberapa lagu dan juga beberapa moment yang sudah

diaturkan oleh protokol.

Pemain Nazareth Musik Tiup ini terdari dari :

1. Pt.Iswanta Pelawi sebagai pimpinan (saxophonne)

2. Julius Ginting Pemain (horn)

3. Pilus ginting pemain ( Alto)

4. Drs.samion pinem pemain(sopran) 5. Dani irvanta Pelawi pemain (keyboard )

6. Mejontianus Surbakti pemain (guitar bass)

(37)
[image:37.595.118.506.84.373.2]

Gambar 01. Personil Nazareth Musik Tiup

Dokumentasi Penulis

Selain bertugas sebagai pengiring dalam upacara kematian, Biasanya

Nazareth Musik Tiup ini juga berperan sebgai pengiring dalam acara ngapuli (

pemberian kata penghiburan dari keluarga yang ditinggal ) dimana jenazah dari

orang yang meninggal masih berada dikediamannya. Dalam acara ini biasanya

diadakan kebaktian singkat yang diikuti oleh kerabat dan juga anggota gereja

yang biasanya komposisi lagu yang dibawakan adalah lagu dari kitap ende-enden,

penambahen ende-enden dan juga kidung pujian berikut merupakan beberapa

contoh judul lagu yang biasanya diiringi oleh Nazareth Musik Tiup

1. Ola kel lupaken aku ( kitap ende-enden no 190 )

(38)

3. Rembak ras kam Tuhan ( kitap ende-enden no 160 )

4. Perkuah ate Simbelin ( kitap ende-enden no 212 )

5. Ernalem gelah man Yesus ( kitap ende-enden no 202 )

6. O Tuhanku babai min dalinku ( kitap ende-enden no 200 )

7. Segedang gedang geluhku ( kitap ende-enden no 181 )

8. Bas ia ngenca lit kepe ( kitap ende-enden no 165 )

9. Ise kin ndia temanta ( kitap ende-enden no 98 )

10. Tuhan yesus Si permakan ( kitap ende-enden )

11. Perlawesku kempak pardis ( kitap ende-enden no 74 )

12. Kulebenndu Dibatangku (kitap ende-enden no 76 )

13. Di reh kenca percuban ( penambahen ende-enden no 10 )

14. Adi kuidah ampar bintang terang (penambahen ende-enden no 51 )

15. Kegluhen doni Tuhan singaturkenca (penambahen ende-enden no

68)

16. Saya mau iring Yesus ( kidung pujian )

17. Kumau Cinta Yesus ( kidung pujian)

Biasanya setelah mereka menyanyikan lagu-lagu pujian tersebut dan

selesainya ibadah singkat yang dilakukan maka pihak keluarga biasanya meminta

Nazareth Musik Tiup untuk mengiringi beberapa lagu Pop yang berjudul ‘ayah’

apabila yang meninggal tersebut adalah laki-laki. Lagu ini cukup populer

dikalangan industri musik pop yang dibawakan oleh the mercy’s dan jika yang

meninggal tersebut adalah perempuan maka pihak keluarga yang meninggal

(39)

‘mama’.lagu ini juga cukup populer dikalangan industri musik pop di tanah air

yang dibawakan oleh Eddy Silitonga.

Dari fakta lapangan yang didapat diatas maka penulis melihat beberapa

perubahan dan perkembangan fungsi dari Nazareth Musik Tiup ini sendiri. Yaitu

bagaimana mereka tidak hanya sebagai pengiring dalam kebaktian singkat yang

dilakukan tetapi selepas setelah itu juga mereka tetap melayani pihak keluarga

yang ingin bernyanyi walaupun lagu-lagu yang mereka minta untuk dibawakan

tidak hanya lagu gereja saja.

Beberapa fakta lagi yang ditemukan dilapangan oleh penulis Setelah

jenazah dibawa ke jambur untuk mengadakan proses jalannya adat, biasanya tidak

hanya Nazareth Musik Tiup saja yang menjadi musik pengiring jalannya

upacara adat tetapi ada juga pemusik tradisional Karo yaitu gendang lima

sendalanen sebagai pengiring jalannya upacara adat cawir metua tersebut

walaupun untuk beberapa upacara kematian Nazareth Musik Tiup ini bertugas

sepenenuhnya sebagai pengiring jalannya acara.

Biasanya tugas dari gendang lima sendalen ini adalah untuk mengiringi

pihak sangkep ngeluh seperti kalimbubu,sukut,anak beru,runggun gereja dan juga

rekan-rekan kerja dari anak yang meninggal tersebut dalam memberikan

kata-kata turut berduka cita dan turut berbela sungkawa. Setelah mereka selesai dalam

memberikan kata- katanya mereka dipersilahkan untuk duduk ke tempat masing-

masing.

Biasanya Sekitar pada pukul 12.40 wib tiba saatnya untuk makan siang

(40)

diminta untuk mengiringi beberapa lagu yang dimintakan oleh kerabat-kerabat

dekat dan juga rekan-rekan dari almarhum menyanyikan beberapa lagu yang

biasanya diiringi oleh Nazareth Musik Tiup seperti beberapa contoh lagu

1. Nikita yang berjudul ‘Di Doa Ibuku Namaku Disebut,

2. Nande

3. Di Reh Kenca Percuban ( Penambahen Ende-enden No 10 )

4. Saya Mau Iring Yesus ( Kidung Pujian )

5. Ola Kel Lupaken Aku ( Kitap Ende-enden no 190 )

Seiring dengan berjalannya waktu dan setelah semua sangkep ngeluh dari

orang yang meninggal tersebut memberikan kata turut berduka citannya maka

upacara adat cawir metua pun berakhir. Sebelum dibawa ke kuburan maka acara

pun diserah kan ke pihak gereja GBKP yang dipimpin oleh seorang pendeta, maka

diadakanlah kebaktian singkat sesuai dengan proses liturgi penguburan yang ada

di ruang lingkup GBKP. Disinilah peran dari Nazareth Musik Tiup secara

keseluruhan untuk mengiringi lagu-lagu kitap ende-enden (buku lagu puji-pujian

yang ada di GBKP) dan juga beberapa lagu rohani seperti lagu :

1. O Tuhanku kam Kap Permakanku ( Penambahen Ende-enden no

95)

2. Hati sebagai hamba ( Kidung Pujian )

3. Di Reh Kenca Percuban ( Penambahen Ende-enden no 10 )

4. Perlawesku Kempak Pardis (Kitap Ende-enden no 74 )

Setelah kebaktian selesai, peti jenazah pun ditutup dan diangkut ke mobil

(41)

Musik Tiup tepat berada dibelakang mobil jenazah tersebut dengan menaikii

sebuah mobil pick up agar mereka tetap bisa memainkan lagu-lagu gereja dengan

leluasa, mereka tetap memainkan lagu-lagu gereja di sepanjang jalan sampai

jenazah tiba di lokasi penguburan.

Biasanya Sekitar pada pukul 18.00 wib jenazah pun dimakamkan dan

diadakan kebaktian singkat oleh pendeta sekaligus acara tabur bunga yang

dipimpin oleh pendeta dan Nazareth Musik tetap membawakan lagu-lagu gereja

seperti lagu KEE(kitap ende enden) maupun PEE(penambahen ende-enden) yang

berjudul:

1. Enggo Me Talu Kematen, ( Kitap Ende-enden no 128 )

2. Tetapkenlah Ukurta ( Kitap Ende-enden no 75 )

3. O Tuhanku kam Kap Permakanku ( Penambahen Ende-enden no

95)

4. Kam sinjayam ngeluhku

5. Tuhan Dibata Sinemani ( Penambahen Ende-enden no 115 )

6. dan lagu terakhir mereka ‘perkuah ate simbelin’ ( Kitap

Ende-enden no 212 )

Sampai kebaktian selesai dan semua pihak keluarga dan kerabat-kerabat

dekat mulai meninggalkan kuburan tersebut. Dari keseluruhan lagu dalam acara

sampai akhir upacara ini sudah direkam oleh penulis sendiri baik dalam bentuk

audio maupn vidio menggunakan blackberry 9300 dan camera Canon Eos 600D

Penulis mendapat info dari Pt.Iswanta Pelawi bahwa dalam seminggu

(42)

maksimalnya mereka bisa bermain full dalam seminggu ( setiap hari mereka

keluar untuk melayani permintaan ).

Dari info tersebut penulis beransumsi bahwa secara pandangan masyarakat

Karo khususnya masyarakat Karo yang beragama kristen.Nazareth Musik Tiup

bisa dikatakan cukup exsis dan diminati karena setiap minggunya mereka selalu

ada panggilan untuk mengiringi acara-acara adat yang kebanyakan adalah upacara

adat kematian.

Untuk memastikan hal tersebut maka Pada tanggal 20 maret 2013 penulis

sekali turut serta dalam Nazareth Musik untuk mengadakan observasi lebih lanjut

yaitu dalam upacara kematian Pt.em.Menang tarigan, yang diadakan di jambur

desa Jandi Meriah kecamatan Tiga Nderket.

Secara konsep dan pemilihan lagu-lagu untuk dibawakan, secara pola

permainan dan juga penempatan kapan mereka untuk mengisi dan terlibat ke

dalam upacara kematian tersebut Nazareth Musik Tiup tidak banyak mengalami

perubahan bahkan nyaris sama dengan sehari sebelumnya di jambur serbaguna

jalan udara Berastagi yang penulis terlibat langsung dalam mengikuti upacara

kematian tersebut. Berikut beberapa contoh lagu yang direkam oleh penulis

sendiri pada upacara cawir metua Pt.em Menang Tarigan

1. Di Reh Kenca Percuban ( Penambahen Ende-enden no 10 )

2. Saya Mau Iring Yesus ( Kidung Pujian )

3. Siapakah Aku Ini Tuhan ( Kidung Pujian )

4. Adi Kuidah Ampar Bintang Terang ( Penambahen Ende-enden no

(43)

Pada proses adat yang sudah diaturkan oleh protokol acara mereka hanya

membawakan beberapa lagu saja karena setelah proses acara adat cawir metua

selesai dilaksakan masih ada acara kebaktian proses penguburan yang jenazah dari

Pt.em Menang tarigan tersebut dibawa ke gereja GBKP jandi meriah. Hal ini

dilaksakan karena orang yang meninggal tersebut merupakan seorang )Pertua

emeritus di dalam GBKP gelar tersebut didapat dari proses pemilihan oleh jemaat

sebagai pelayan di dalam gereja dan telah terpilih sebanyak lima kali periode,

yang satu periodenya waktunya adalah 5 tahun, jadi bisa dikaakan secara singkat

beliau telah melayani lebih dari 25 tahun di dalam lembaga GBKP. Dalam acara

kebaktian ini Nazareth Musik berperan penuh untuk mengiringi lagu-lagu gereja

yang sudah diatur oleh pendeta yang memimpin kebaktian dalam gereja tersebut

mereka membawakan beberapa lagu KEE ( Kitab Eende-Enden ) dan PEE(

Penambahen Ende-Enden ) yang berjudul

1. Kulebenndu Dibatangku ( Kitap Ende-enden no 76 )

2. Tetapkenlah Ukurta ( Kitap Ende-enden no 75 )

3. Kegeluhen Doni Tuhan Singaturkenca ( Penambahen Ende-enden

no 68 )

4. Man Bandu Raja Gereja ( Penambahen Ende-enden no 85 )

Setelah acara kebaktian selesai maka proses pemakaman pun tidak jauh

berbeda dengan sebelumnya dimana Nazareth msuik tiup menghantarkan jenazah

sampai di kuburan dan sampai acara tabur bunga selesai dan pihak keluarga mulai

(44)

3.3.2 Pengunaan Nazareth Musik Tiup dalam Upacara Perkawinan

Selain digunakan dalam upacara kematian, Nazareth Musik Tiup juga

digunakan dalam upacara perkawinan atau lebih tepatnya dikatakan upacara

pemberkatan karena proses ini terjadi di gereja yang dipimpin oleh seorang

pendeta dalam ruang lingkup GBKP pada khususnya.

Secara singkat kronologis dari upacara pemberkatan ini dimulai dari rumah

pihak mempelai wanita yang sebentar lagi akan menuju ke gereja untuk upacara

pemberkatan. Mereka berjalan kaki dari rumah pihak mempelai wanita menuju

gereja yang jaraknya tidak terlalu jauh. Nazareth Musik Tiup meminpin barisan

paling depan dengan memainkan beberapa lagu rohani dan dari belakang diikuti

oleh pengantin, pihak keluarga, dan juga beberapa petugas gereja. Sesampainya di

gereja Nazareth Musik Tiup pun membawakan beberapa lagu pemberkatan yang

sudah diaturkan terlebih dahulu oleh pihak gereja dan juga pendeta

3.4 Perubahan Instrumentasi Nazaret Musik Tiup

Di dalam perjalanan aktifitas musiknya, Nazaret musik tiup telah

mengalami perkembangan dan perubahan dari segi instrumentasi.

Pada tahun 1967 : Misionaris berkebangsaan Jerman menyerahkan

beberapa alat musik Brash kepada masyarakat Desa surbakti dan beberapa desa

yang lain seperti :Kabanjahe kota, Tanjung barus dan Tiga nderket yang

berjumlah 8 buah yaitu :

(45)

2. horn,

3. tuba,

4. sopran

5. dan alto.

Dari sinilah muncul ide dari masyarakat Surbakti untuk membentuk suatu

grup yang bertujuan untuk memberikan pelayanan di Gereja maka terbentuklah

grup musik tiup Surbakti pertama yang dipimpin oleh Pt.em.Drs.Yohannes

Sembiring.

Grup musik tiup generasi pertama memulai aktifitasnya pada tahun 1967

sampai tahun 1980. Selain melakukan pelayanan rutin setiap minggu di gereja,

grup ini juga melakukan aktifitas musiknya dalam acara pernikahan (pasu-pasu)

yang dilakukan di gereja. Generasi pertama ini berangotakan :

1. Pt.em.Drs Yohannes Sembiring

2. Pt.Japorman Sinaga

3. Hesron Purba

4. Edison Surbakti

5. Eliakim Surbakti

6. David Ginting

7. Eden Ginting

8. Bebas Sitepu

9. Penerangen Sitepu

Pada tahun 1980 akhir, musik tiup Surbakti generasi pertama ini mulai

(46)

Pada tahun 1985, terbentuklah grup musik tiup Surbakti generasi kedua

yang di pimpin oleh bapak Iswanta Sembiring. Grup ini pun mulai aktif kembali

dalam melayani acara gereja, pernikahan dan kematian dengan alat istrument ;

terompet, horn, tuba, sopran dan alto. Seiring dengan perjalanan aktifitas

musiknya, Pt.Iswanta Sembiring merasa perlu untuk menambahkan alat musik lain

kedalam bentuk musik tiup mereka dengan menambahkan alat musik drum

dengan tujuan untuk mengatur tempo permainan musik mereka maka pada tahun

1987 grop Musik Tiup Nazareth pun membeli seperangkat alat musik drum yang

digabungkan dengan musik brash lainnya seperti terompet, horn, tuba, sopran, dan

alto sehingga bertambahlah instrument mereka yaitu

1. Terompet

2. Horn

3. Tuba

4. Sopran

5. Alto

6. Drum

Disini bisa kita lihat bahwa Nazareth Musik Tiup telah mengalami

perkembangan secara instrument dan mereka tetap memakai nama musik tiup

sebagai suatu grup.

Kemudian pada tahun 1995, musik tiup toba datang ke tanah Karo secara

khusus untuk mengiringi acara kematian dengan konsep musiknya berasal dari

perbaduan alat instrumentasi seperti suling toba, tagading, drum, gitar Bass, dan

(47)

toba ini mulai sering diundang oleh masyarakat Karo untuk mengiringi acara

kematian.

Melihat dari kemajuan grup musik toba ini, maka bapak Iswanta

Sembiring terinspirasi untuk menambah alat instrumennya sehingga pada tahun

1997 dilakukan penambahan alat musik berupa gitar bass yang digunakan untuk

menggantikan fungsi tuba. Hal ini dilakukan karena memiliki body yang besar

dan sulit dibawa disaat Nazareth Musik Tiup dipanggil untuk bermain dengan

jarak yang cukup jauh sehingga format instrument dari Nazareth Musik Tiup pun

mengalami perubahan yang dapat dituliskan secara ringkas sebagai berikut

1. Terompet

2. Horn

3. Tuba Digantikan Oleh Gitar bass

4. Sopran

5. Alto

6. Drum

Karena permintaaan yang Semakin bertambah dan Nazareth mulai dikenal

di kalangan GBKP pada awalnya mereka pun sering diundang untuk bermain dari

desa desa yang lain dan cukup eksis sampai saat ini karena mereka selalu

mendapatkan undangan untuk bermain sampai saat ini

Pada akhir tahun 1997, grup musik ini mengadakan pergelaran musik tiup

pertama di sentrum Kabanjahe yang bertujuan untuk menggalang dana untuk

kemajuan grup musik ini, dan pada tahun ini jugalah grup ini sepakat untuk

(48)

Sejak terbentuknya nama baru grup mereka dan aktifnya kegiatan mereka

maka grup musik ini mulai melakukan aktifitasnya di luar desa Surbakti untuk

memenuhi panggilan dari konsumen. Berikut merupakan daerah-daerah yang

pernah menjadi tempt pelayanan mereka

1. Gereja Pasar 2 yang beralamatkan Jalan Jamin Ginting Padang

bulan pasar 2 Medan

2. Gereja KM 7 yang beralamatkan Jalan Jamin Ginting Simpang Pos

Medan,

3. Gereja pokok mangga Medan yang beralamatkan Jalan Jamin

Ginting Simpang Simalingkar Medan

Seiring dengan perkembangan musik modern dan juga bertambahnya

permintaan dari konsumen untuk pelayanan musik tiup mereka maka grup musik

ini mulai berfikir untuk menambahkan alat musik keyboard didalam

permainannya untuk mem back up bunyi dari instrument musik tiup yang kadang

suaranya tidak keluar dengan sempurna karena dipengaruhi oleh kondisi fisik

yang kurang fit atau kelalahan dari pemain yang meniupnya yang kelelahan.

Namun keterbatasan dana menghambat keinginan grup ini sehingga grup

ini berinisiatif untuk menyewa sebuah keyboard pada tahun 1998. Dengan suatu

konsep manajemen yang bisa dikatakan bagus dimana pimpinan dari Musik Tiup

Nazareth yaitu Pt.iswanta Sembiring mengadakan iuran dari honor yang diterima

setiap anggota setelah selesai mengadakan pelayanan musik tiup mereka akhirnya

pada tahun 2000 Keinginan grup musik ini untuk menambahkan keyboard pada

(49)

keyboard KN 2000 sehingga format instrumental pun mengalami penambahan lagi

yang dapat dituliskan secara singkat seperti berikut

1. Terompet

2. Horn

3. Gitar bass

4. Sopran

5. Alto

6. Drum

7. Keyboard

Grup Nazareth Musik Tiup masih aktif hingga saat ini dengan struktur

anggotanya yaitu :

Pimpinan : Pt.Iswanta Pelawi ( memainkan saxophone)

Anggota :

1. Pilus Ginting ( memainkan Horn )

2. Pt. Markus Surbakti ( memainkan Terompet,drum )

Pada upacara kematian Pt.Markus surbakti bertugas ganda dimana saat acara

adat dia memainkan instrument drum dan ketika jenazah akan dimakamkan dia

pun membawa terompet untuk mengiringi jenazah sampai ke makamnya.

3. Julius Ginting ( memainkan Alto )

4. Dani Irfanta Pelawi ( memainkan Keyboard )

5. Mejon Tianus Surbakti ( memainkan guitar bass )

(50)

3.5. Sistem Perekrutan Anggota

Di dalam sebuah grup yang ingin dibentuk pasti ada cara-cara bagaimana

grup ini mendapatkan personil dan personil tersebut mau bergabung dengan grup

mereka. Sama halnya dengan Nazareth Musik Tiup. Dalam pembahasan ini

penulis juga sempat melakukan wawancara dengan bagaimana Nazareth Musik

Tiup terbentuk dan bagaimana cara Nazareth Musik Tiup mendapatkan personil.

Sistem perekrutan anggota Nazareth Musik Tiup yaitu ada beberapa yang masih

memiliki hubungan kekerabatan yang cukup dekat, ada juga yang menawarkan

diri untuk bergabung dengan grup ini, dan ada juga yang direkrut berdasarkan

latar belakang kemampuan musikal mereka sebagai contoh pak Samion Pinem

yang memiliki latarbelakang pendidikan musik yang merupakan lulusan ISI

Yogyakarta. Dari ketiga latar belakang sistem perekrutan inilah Nazareth musik

Tiup merekrut anggota mereka

3.6 Keberadaan

Sebahagian besar personil dari Nazareth Musik Tiup bertempat tinggal di

Desa Surbakti. Di Desa inilah pertama kalinya mereka mengapresiasikan diri

hingga terbentuknya Nazareth Musik Tiup yang tepatannya berada di rumah

pimpinan dari Nazareth Musik Tiup yaitu pak Iswanta Sembiring yang sampai ini

(51)
[image:51.595.207.420.82.406.2]

Gambar 3.1: Rumah Kediaman Pak Iswanta Sembiring

Dokumentasi Penulis

Selain beraktivitas musik dalam grup Nazareth masing masing dari

personil Nazareth Musik Tiup juga memiliki aktivitas lain yang mayoritas

bertani sebagai pekerjaan utamanya. Artinya mereka tidak diwajibkan untuk

mengabdi di Nazareth Musik Tiup saja tetapi boleh cari rezeki di tempat lain.

Yang penting niat untuk meneruskan dan membangun Nazareth Musik Tiup harus

dihidupkan terus.

3.7 Sistem Pembelajaran dan Proses Latihan

Dalam kelompok musik Nazareth Musik Tiup ini, sebagian besar belajar

(52)

secara formal. Pak Iswanta Sembiring merupakan arranger dan pimpinan

Nazareth Musik Tiup. Meskipun bertindak sebgai arranger pak Iswanta Sembiring

masih menerapkan sistem demokrasi sebab anggota sering juga dipercayakan

untuk mengarasemen musik-musik yang akan mereka bawakan.

Pak Iswanta juga menambahkan bahwa semua personil Marsada adalah

orang-orang yang memang memiliki bakat dalam membuat sebuah komposisi

musik, Dari wawancara yang pernah dilakukan , penulis menyimpulkan dengan

jelas bahwa cita rasa musik dan lagu yang dipilih sebelum dibawakan dalam

berbagai acara sudah didiskusikan dan dimusyawarahkan di antara sesama

personil Nazareth Musik Tiup. Jadi mereka percaya bahwa masalah cita rasa

estetika musikal sudah bisa diwakili oleh para personil grup musik ini.

3.8 Alat-alat Musik Nazareth Musik Tiup

Alat-alat musik dari Nazareth terdiri dari Horn, Guitar bass, Tuba,

(53)
[image:53.595.206.424.83.409.2]

Gambar 3.2: Horn

Dokumentasi penulis

Gambar 3.3. Guitar Bass

[image:53.595.182.445.507.680.2]
(54)
[image:54.595.200.425.120.456.2]

Gambar 3.4: Tuba

(55)
[image:55.595.193.434.80.326.2]

Gambar 5: Trombone

Dokumentasi Penulis

Gambar 6 : keyboard

[image:55.595.157.469.402.612.2]
(56)
[image:56.595.220.408.83.361.2]

Gambar 7 : Drum

Dokumentasi Penulis

Gambar 8 : Alto saxophone

[image:56.595.240.387.457.680.2]
(57)

Semua alat musik ini selalu digunakan oleh Nazareth Musik tiup dalam

bermusik.

3.9 Manajemen Pertunjukan

Dari sisi manajemen, menurut Dosen Sekolah Tinggi Seni Indonesia

Bandung, Dadang Suganda, di negara-negara Barat, organisasi kesenian ditangani

secara lebih profesional dengan adanya pemisahan antara manajer yang

bertanggung jawab di bidang artistik dan di bidang nonartistik. Sedangkan di

Indonesia, pada umumnya, organisasi-organisasi kesenian khususnya organisasi

seni pertunjukan tradisional Fungsi artistik meliputi pengendalian mutu,

koordinasi, dan integrasi, serta upaya membantu artis, aktor, penari, pemusik,

(58)

Fungsi nonartistik (manajerial) meliputi upaya manajemen kebutuhan

penonton/sponsor, pengelolaan anggota organisasi, pengelolaan anggaran,

promosi, serta perencanaan pengembangan organisasi yang dipimpinnya.

Pimpinan organisasi (sutradara, koreografer, komposer, dalang) memiliki peran

ganda, yaitu fungsi artistik dan fungsi nonartistik.

Dari Kondisi manajemen yang dijelaskan di atas ada beberapa yang

diterapkan dalam Nazareth Musik Tiup yang. Untuk fungsi artistik yang

dijelaskan diatas nazareth Musik Tiup menerapkan beberapa fungsi tersebut yaitu

terlihat dengan kegiatan –kegiatan peningkatan mutu serta kualitas permainan

mereka dengan mengadakan latihan rutin dan evaluasi di akhir setiap pertunjukan

mereka serta merekrut orang-orang muda yang berbakat.

Koordinator di bidang artistik dan nonartistik dalam Nazareth musik Tiup

pada saat pertunjukan di atas panggung adalah pak Iswanta Sembiring. Beliau

tidak hanya bertugas di bidang artistik tetapi juga merangkap dalam bidang non

artistik Adapun tugas-tugas yang ditangani oleh Beliau di bidang artistik meliputi

peningkatan mutu serta kualitas permainan Nazareth musik Tiup dan tugas beliau

di dalam bidang non artistik adalah mengelola keuangan dan administrasi untuk

menunjang aktifitas Nazareth Musik Tiup dalam bermusik.

(59)

BAB IV

DESKRIPSI PENGGUNAAN DAN FUNGSI PENYAJIAN MUSIK TIUP NAZARETH DALAM UPACARA KEMATIAN MASYARAKAT KARO

4.1. Pengantar

Kebudayaan bersifat dinamis, sehingga perubahan merupakan hal yang

cukup wajar sesuai dengan perkembangan waktu, baik itu perubahan yang di

akibatkan pengaruh materi maupun inovasi-inovasi yang dilakukan oleh

masyarakat.

Awalnya musik brass pada masyarakat Karo dipergunakan dalam

ibadah-ibadah minggu di gereja. Namun, pada perkembangannya penggunaan musik

brass saat ini lebih banyak kita temui pada upacara kematian, bahkan sudah sangat

jarang dimainkan untuk kegiatan-kegiatan ibadah yang lain.

Belakangan perubahan fungsi dari brash band yang awal

perkembangannya dari ruang lingkup gereja menjadi salah satu bagian dari acara

adat yaitu sebagai pengiring lagu pada upacara kematian seperti contoh lagu yang

berjudul ‘ayah’(apabila yang meninggal laki-laki) dan lagu yang berjudul ‘mama’

apabila yang meninggal tersebut wanita yang kerap kali diminta dimainkan pada

upacara adat kematian secara instrumental oleh grup musik tiup Nazareth

tersebut.

Pada bab ini akan diperlihatkan bagaimana bentuk penyajian musik itu

(60)

4.2. Deskripsi penggunaan Musik Tiup Nazareth dalam upacara kematian dalam masyarakat Karo

Untuk mengetahui sejauh mana penggunaan musik tiup ini bisa kita lihat

melalui beberapa transkipsi di bawah ini yang kerap kali dibawakan pada upacara

kematian yaitu lagu yang berjudul ‘Ola kel lupakan aku’

TRANSKIPSI OLA KEL LUPAKEN AKU

(61)
(62)

Gambar

Gambar 01. Personil Nazareth Musik Tiup
Gambar 3.1:  Rumah Kediaman Pak Iswanta Sembiring
Gambar 3.3. Guitar Bass
Gambar 3.4: Tuba
+3

Referensi

Dokumen terkait

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Departemen Pendidikan Seni Musik.

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Seni Musik.. Oleh

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Departemen Pendidikan Seni Musik. ©Irni Aftriani 2014 Universitas

“STUDI ORGANOLOGI KETENG KETENG PADA MASYARAKAT KARO BUATAN BAPAK BANGUN TARIGAN” ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Seni S-1 pada Departemen

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Seni Musik. © Annisa Nurhidayati Universitas

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Departemen Pendidikan Seni

STRATEGI BERTAHAN HIDUP PETANI PERPOLA (Studi Kasus Di Desa Munte Kecamatan Munte Kabupaten Karo) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Skripsi yang berjudul “DESKRIPSI TEMA LAGU CIPTAAN DJAGA DEPARI DALAM KONTEKS SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT KARO.” ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Seni