• Tidak ada hasil yang ditemukan

SOSIOLOGI GENDER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SOSIOLOGI GENDER"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

SOSIOLOGI GENDER

“STRUKTUR SOSIAL BUDAYA DAN GENDER” Dosen Pengampu: Prof. Dr. Farida Hanum, M.Si.

Disusun oleh:

Ruli Yuliani 14413241066

Sosiologi B 2014

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)

A. Sruktur Sosial Budaya dan Gender

Berlakunya suatu kaidah di dalam masyarakat tergantung pada kekuatan kaidah itu sebagai petunjuk bagi seseorang. Begitu pula dengan relasi gender yang ada di masyarakat sangat bergantung dengan kaidah yang berlaku dalam masyarakat. Pada masyarakat patriakhi relasi gender lebih mengutamakan laki-laki, sehingga wanita ada di posisi suborndinasi seakan akan mereka adalah warga kelas dua ( second class). Kaidah yang berlaku di dalam masyarakat, berbagai sosialisasi dan internalisasi cenderung membuat pola tersebut berakar kuat dalam budaya masyarakat. Dalam menganalisis ketidakadilan diperlukan pemahaman yang benar tentang konsep gender dan seks (jenis kelamin). Ketimpangan gender juga dapat dijelaskan dengan memperhatikan aspek sosial budaya yang mengkonstruksi ketimpangan tersebut. Konstruksi sosial membantu menjelaskan kecenderungan tersebut dengan cara melihat realitas sebagai sesuatu yang dibentuk secara sosial. Pengalaman tentang sesuatu diketahui dan di interpretasikan melalui aktivitas sosial. Manusia dalam proses pencarian makna kehidupan melalui proses dialektika yang melibatkan tiga proses yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Eksternalisasi dapat diartikan dengan proses penyesuaikan diri terhadapa lingkungan. Objektivasi adalah proses menjadikan tatanan kehidupan yag dibangun manusia sebagai suatu realitas yang terpisah dengan subjektivitasnya. Sedangan internalisasi merupakan proses pemahaman terhadap nilai-nilai general atau realitas objektif oleh individu. Dalam proses ini ada dialektika antara data-data objektif dan makna-makna subjektif tantang apa yang dialami sebagai realitas luar dan yang dialami sebagai apa yang ada dalam individu itu sendiri.

Subordinasi wanita tidak hanya bersifat kultural, namun berakar pada pembagian kerja berdasarkan gender. Wanita dialokasikan pada sektor domestik sedangkan laki-laki di sektor publik. Hal ini tentu melahirkan ketimpangan, dimana laki-laki dipandang superior dan wanita inferior. Hal ini juga dikaitkan dengan aspek biologis manusia terutama yng menyangkut dengan ketahanan tubuh terhadap seleksi alam.

(3)

Perkembangan pribadi ditempatkan didalam habitat ekologi-kultural yang bersifat natural. Ekologi merupakan lingkungan fisik yang berinteraksi dengan komponen budaya dan perilaku individu. Lingkungan masyarakat merupakan ruang kehidupan dimana individu belajar dan mencari pengalaman agar ia menjadi pribadi yang peka terhadap dunia luar. Ada tiga prasyarat agar kelangsungan hidup masyarakat dapat bertahan yang pertama yaitu adaptasi terhadap lingkungan luar baik fisik maupun manusia, adaptasi terhadap problem biososial meliputi pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, papan, sosial budaya, dan yang ketiga adaptasi terhadap kondisi kehidupan bersama dengan mengembangkan tata hubungan sosial kelembagaan. Dalam Sosiologi, sospialisasi merupakan proses penting dalam membentuk kepribadian seseorang. Sehingga perubahan pola hubungan gender dapat dilakukan dengan mengubah pola sosialisasi gender melalui berbagai lembaga dan pranata sosial.

Stereotype merupakan pelabelan suatu kelompok terhadap kelompok sosio-kultural lain yang seringkali bersifat subyektif dan jauh dari kenyataan sebenarnya. Srereotipe yang ada di masyarakat berkaitan dengan sifat wanita yang emosional, lemah, dan irrasional membuat posisi wanita selalu berada di belakang, bersifat inferior dan melakukan pekerjaan-pekerjaan domestik. Sedangkan laki-laki dipandang kuat, rasional, dan melakukan pekerjaan-pekerjaan di wilayah publik sehingga mereka dianggap lebih superior dari wanita. Stereotipe ini tetap semakin menguat di masyarakat karena budaya dan sistem sosial yang ada justru melanggengkan keberadaannya. Dari generasi ke generasi terjadi sosialisasi terus menerus sehingga stereotipe ini dipandang sebagai hal yang biasa dan lumrah. Stereotipe seringkali merugikan kaum wanita dan menghambat mereka dalam mobilitas sosial.

B. Ketidakadilan Gender

Pemahaman yang salah tentang gender akan berdampak pada ketidakadilan gender, baik bagi kaum laki-laki maupun perempuan. Ketidakadilan gender di masyarakat antara lain:

1. Marginalisasi

Ada beberapa faktor yang menyebabkan marginalisasi kaum laki-laki maupun perempuan antara lain: kebijakan pemerintah, tafsiran agama, tradisi, kebiasaan bahkan asumsi ilmu pengetahuan. Seperti contoh kaum wanita termarginalisasi karena sistem keluarga patriarkhi yang terlalu mengutamakan laki-laki sehingga posisi wanita berada di bawah laki-laki.

(4)

Paradigma bahwa wanita sangat emosional dan irrasional berakibat munculnya sikap menempatkan wanita pada posisi yang tidak penting. Wanita dipandang terlalu emosional sehingga tidak mampu untuk memimpin dan berada di depan. Misal pada masyarakat Jawa yang memprioritaskan laki-laki dalam pendidikan, sehingga wanita terhambat dalam memajukan dirinya.

3. Stereotype dan Pelabelan

Stereotype merupakan pelabelan terhadap kelompok tertentu karena paradigma yang biasanya bersifat subyektif dan seingkali jauh dari keyataan. Stereotype ini berakibat pada perlakuan tidak adil terhadap kelompok tertentu. Asumsi-asumsi yang berkembang di masyarakat menimbulkan sifat pelabelan dan stereotype dalam masyarakat.

4. Kekerasan

Kekerasan gender disebabkan kerena ketidaksetaraan kekuatan didalam masyarakat. Wanita dipandang sebagai makhluk yang lemah dari segi fisik sehingga ada kesempatan dari laki-laki untuk melakukan tindak kekerasan kepada wanita. Bentuk kekerasan tersebut antara lain: pemerkosaan, serangan fisik, pelecehan, pornografi, pemaksaan strerilisasi dalam program KB, pelacuran, dan penyiksaan terhadap organ kelamin (genital mutilation).

Sifat rajin, ulet dan memelihara dalam jiwa wanita membuat mereka ditempatkan pada pekerjaan domestik mulai dari mengurus rumah dan merawat anak. Belum lagi jika seorang wanita bekerja maka ia akan mempunyai peran ganda dalam keluarganya. Akhirnya muncul penggolongan pada pekerjaan. Wanita melakukan pekerjaan domestik yang dikategorikan sebagai “buakn produktif”. Padahal wanita bekerja lebih keras bahkan seringkali terjadi perbudakan, namun mereka kurang mendapat perhatian oleh pemerintah. Kebijakan dari pemerintah yang melindungi wanita dari kondisi ini sangat minim sehingga tindak penindasan masih sering terjadi. Ketidakadilan gender dalam bentuk marginalisasi ekonomi, subordinasi, kekerasan, stereotipe terjadi di berbagai tingkatan. Pada tingkatan negara dan pemerintahan dapat dilihat dari berbagai kebijakan, hukum negara, perundang-undangan serta program-program pemerintah masih mencerminkan ketidakadilan gender. Begitu pula di dunia pendidikan, dunia kerja maupun organisasi yang aturan-aturan, manajemen, kurikulum dan kebijakannya melanggengkan ketidakadilan gender. Tradisi dan adat didalam masyarakat juga tidak lepas dari manifestasi ketidakadilan gender.

(5)

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 4.15 Salah seorang ekstras sedang menggunakan kostum tentara Sumber: Screenshot behind the scene film Ruma Maida.. Gambar 4.16 Hasil lilitan kain pada kaki tentara

Bila dalam suatu wadah semprotkan busa pada dinding bagian dalam jangan pada cairan yang terbakar, searah dengan angin dan bila hanya suatu ceceran semprotkan pada pangkal api

Kesembuhan anjing penderita terjadi pada pengobatan minggu kedua untuk anjing penderita demodikosis lokal yakni pada hari ke-15 menunjukan luka yang mengering dan

Teknik Analisa Data Berikut beberapa hasil analisa kuisioner yang telah dibagikan peneliti kepada mahasiswa, ahli materi, dan ahli media : - Mahasiswa Gambar 17 Tingkat

Penelitian ini adalah penelitian untuk mengetahui pengaruh satu atau lebih variabel bebas ( independent variable ) terhadap variabel terikat ( dependent variable )

Berdasarkan objek penelitian tersebut, maka akan dilakukan penelitian mengenai Pengaruh Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) dan Metode

Tujuan dari penelitian ini adalah berapa nilai tingkat kebisingan (Leq) di kawasan permukiman sekitar bandara Sultan Hasanuddin dan dampaknya terhadap lingkungan

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah mendapatkan strategi pengembangan profesionalisme Sumber Daya M anusia di Kantor Kecamatan Rongkop yaitu : (1) M enempatkan