• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ventilasi Alamiah pada Rumah Kaca Standard Peak Tipe Curam Termodifikasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ventilasi Alamiah pada Rumah Kaca Standard Peak Tipe Curam Termodifikasi"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

- -

Technical Paper

VENTlLASl ALAMIAH PADA RUMAH KACA

STANDARD PEAK

TlPE CURAM TERMODlFlKASl

Natural Ventilation in the Modified Steep Type Standard Peak Greenhouse

, Yudi Chadirin2, Sumini3, Titin Nuryawati4

ABSTRACT

During the daytime in the tropical region, air temperature inside the greenhouse rises some degrees above the temperature level of outside air. Many greenhouses are build very tight. It formed hot air pocket in upper part of the greenhouse. A modification should be done to allow maximum air exchange rate through natural ventilation. This paper deals with the evaluation of natural ventilation role in reducing air temperature in the modified greenhouse as compared to that in the existing greenhouse. Results showed that greenhouse modification by increasing the area of side wall openings added 77.82 % air flow rate and reduced the temperature of the inside air about 1

OC

to

3

OC.

The calculated air exchange in both greenhouses agreed well with the measured values.

Keywords: greenhouse in the tropics, neutral pressure level, air exchange rate.

Diterima: 29 Juni 2007; Disetujui: 19 Agustus 2007

LATAR BELAKANG dalam laju yang sangat kecil. Selanjutnya,

pada siang hari ketika cuaca cerah, suhu Dalam merancang rumah kaca untuk udara di dalam rumah kaca terlalu tinggi daerahtropika,paraperancangsering b a g i p e r t u m b u h a n t a n a m a n . kali kurang memperhaikan kondisi iklim Perancangan rumah kaca untuk daerah tropikayangberbedaclgngansubtropika. tropika perlu dilakukan dengan Beberapa rumah kaca yang dibangun di memperbesar laju ventilasi alamiah daerah tropika ternyata mirip dengan semaksimal mungkin agar suhu udara rumah kaca di daerah-subtropika yaitu di dalam rumah kaca tidak terlalu tinggi. cenderung k e d a p dan kurang Harmanto et al. (2006) telah meneliti memanfaatkan ventilasi alamiah. Hal ini rancangan rumah kaca untuk daerah menyebabkan pertukaran udara antara tropika basah dengan menyevaluasi mmah kaca dengan udara luar terjadi penggunaan screen, yang dipasang untuk

Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, lnstitut Pertanian Bogor, Karnpus IPB Darmaga Bogor 16680, herrysuhardiyanto@ipb.ac.id

Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, lnstitut Pertanian Bogor, Karnpus IPB Darrnaga Bogor 16680, yudi@ipb.ac.id

Alumnus Departemen Teknik Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian, lnstitut Pertanian Bogor, nieenie@yahoo.com

(2)

Vol. 21

No.

3

Se

mencegah masuknya serangga, terhadap suhu dan kelembaban udara di dalam rumah kaca.

Laju ventilasi alamiah dapat diperbesar dengan memperluas bukaan ventilasi. Ventilasi alamiah tidak memerlukan biaya operasional. Bagi rumah kaca yang terlanjur dibangun dengan rancangan yang kurang memanfaatkan ventilasi alamiah, biaya yang diperlukan hanya untuk memodifikasi rumah kaca tersebut. Selain menurunkan suhu udara di dalam rumah kaca, ventilasi alamiah menghilangkan udara lembab dan mengembalikan konsentrasi karbondioksida pada tingkat konsentrasi di udara luar pada siang hari (Takakura, 1991).

Ventilasi alamiah terjadi karena efek angin dan efek termal. Efek angin terdiri dari efek steady dan efek tuhulen. Efek

steady te jadi pada saat angin bertiup di atas dan di sekeliling bangunan sehingga membangkitkan perbedaan tekanan pada lokasi yang berbeda dan menghasilkan distribusi tekanan pada bangunan. Efek

turbulen terjadi karena kecepatan angin tidak bersifat statis melainkan bervariasi secara kontinyu dan ha1 ini menghasilkan fluktuasi tekanan. Apabila tekanan rata- rata di luar dua lubang ventilasi yang berbeda besarnya sama, maka tekanan sesaat bisa saja berbeda (Bot, 1983). Efek termal timbul dari perbedaan temperatur di dalam dan di luar rumah kaca. Perbedaan kerapatan udara mengakibatkan perbedaan tekanan udara di dalam dan di luar rumah kaca, sehingga terjadi aliran udara keluar atau masuk rumah kaca melalui bukaan. Faktor termal tersebut mengakibatkan te~bentuknya suatu bidang horisontal pa'da bukaan, sehingga tidak te Qadi aliran udara karena tekanan udara di dalam dan di luar rumah kaca tersebut sama. Bidang ini disebut bidang tekanan netral. Pada bagian bawah bidang tekanan netral, tekanail udara luar lebih tinggi daripada tekanan udara di dalam rumah kaca, sehingga

250

-

terjadi aliran udara masuk ke dalamnya. Pada bagian di atas bidang tekanan netral, tekanan udara di dalam lebih tinggi daripada tekanan udara di luar rumah kaca, sehingga tejadi aliran udara keluar (Brockett dan Albright, 1987).

Di Kebun Percobaan Cikabayan, Kampus IPB Darmaga, terdapat rumah kaca standard peak tipe curam, yang pada siang hari ketika cuaca cerah, mengalami kenaikan suhu udara terlalu tinggi bagi pertumbuhan tanaman. Berdasarkan penelitian sebelumnya, luas bukaan ventilasi pada rumah kaca tersebut kurang memadai, ha1 ini mengakibatkan suhu udara di dalam rumah kaca sangat tinggi. Suhu udara di dalam rumah kaca tersebut pada radiasi matahari tinggi yaitu sekitar 500 W/m2 dapat mencapai 43

OC

(Widyarti et a/.,

2004). Pada rumah kaca dengan atap yang lebih curam, ketika tengah hari, radiasi matahari yang masuk ke dalamnya lebih sedikit dibandingkan dengan rumah kaca dengan atap yang lebih landai. Tetapi, untuk ketinggian bubungan yang sama, atap yang lebih curam menyebabkan volume udara panas yang terjebak di bagian atas rumah kaca lebih besar dan ketinggian dinding lebih r e n d a h , y a n g m e n g a k i b a t k a n pengurangan luas bukaan ventilasi dinding. Oleh karena itu, rumah kaca tersebut perlu dimodifikasi. Suatu analisis m o d i f i k h bagi rumah kaca standard peak tipe curam tersebut telah dilakukan (Suhardiy-anto et a/., 2006). Selanjutnya, rumah kaca tersebut telah dimodifikasi sesuai dengan tipe modifikasi terpilih, yaitu modifikasi dengan laju ventilasi alamiah terbesar tetapi dengan biaya terkecil.

(3)

Tabel 1. Ukuran Rumah Kaca

suhu udara di dalam rumah kaca. Penelitian i n i bertujuan untuk mengevaluasi kinerja ventilasi alamiah pada rumah kaca yang dimodifikasi tersebut dan membandingkannya dengan rumah kaca di sebelahnya yang belum dimodifikasi.

Ukuran Rumah Kaca

Tinggi rumah kaca dari lantai kebubungan

Tinggi ventilasi dinding dari lantai ke sumbu tengah ventilasi dinding Tinggi ventilasi atap dari lantai ke sumbu tengah ventilasi dinding Tinggi ventilasi atap dari sumbu tengah ventilasi dinding

Tinggi ventilasi dinding Tinggi ventilasi atap Volume rumah kaca

Tinggi bidang tekanan netral Panjang dinding rumah kaca Lebar ventilasi atap

Tinggi dinding batako Panjang atap rumah kaca Lebar rumah kaca

Sudut kemiringan atap

Rurnah Kaca dan Peralatan Percobaan Rumah kaca yang daunakan dalam penelitian ini terdiri dan dua buah rumah kaca single-span tipe standard peak (Gambar

1

dan

2).

Dimensi kedua rumah

. kaca dapat dilihat pada Tabel

1.

Kedua

rumah kaca tersebut terletak di Uniyersity Farm, lnstitut Pertanian Bogor di Cikabayan, Kampus IPB Darmaga, Bogor. Lokasi penelitian terletak pada

6,33

LS dan

106,42

BT. Rumah kaca tersebut berukuran panjang

20

m, lebar

7,5

m dan tinggi bubungan

7,35

m. Konstruksi rumah kaca terdiri dari tiang

utama yang terbuat dari baja WF (Wide Flange), atap dari kaca setebal

8

mm, dinding dari screen dengan ukuran lubang

1

mm2, dan lantai terbuat dari paving block. Rumah kaca dibangun dengan orientasi Utara-Selatan. Kedua rumah kaca ini terletak bersebelahan, sehingga m e m u n g k i n k a n d i l a k u k a n n y a perbandingan hasil pengukuran suhu udara di dalamnya dengan kondisi lingkungan sekitarnya yang sama. Portable weather station diguna kan untuk merekam beberapa parameter lingkungan di sekitar rumah kaca. Sensor dalam weather station tersebut meliputi anemometer untuk mengukur kecepatan dan arah angin, psychrometer untuk mengukur suhu dan kelembaban udara, pyranometer untuk mengukur radiasi matahari, serta typing bucket precipe gauge untuk mengukur curah hujan. Sensor-sensor tersebut dihubungkan dengan translatorsehingga nilai-nilai hasil pengukuran dapat ditampilkan melalui layar display dan selanjutnya disimpan Simbol dan

Satuan

T (m) tw (m)

tr (m) dh (m) Iw, d 1 (m)

Ir (m) Vol (m3)

h (m) I (m) d2 (m)

t (m) la (m)

W (m)

a (O)

Belum Dimodifikasi

7,35

1,40

4,83

3,67

2,4

0,47

690,990

3,038

20

3,5

0 2

12

7 3

45

Sudah Dimodifikasi

7,35

2,04

5,72

4,24

3,68

.

1,13

838,996

4,138

20

3 3

0,2

2

0

7 3

[image:3.445.31.396.71.331.2]
(4)

Vol.

21

No.

3

September

2007

T w .

[image:4.450.77.432.63.597.2]

Rumah kaca yang sudah dimodifikasi

(5)

]#ma/

KETEKNIKAN

PERTANIAN

dalarn memory kornputer. Untu k yang diukur adalah kecepatan angin, arah rnengukur suhu dan kelernbaban udara angin, suhu udara, tekanan udara, curah - di dalam rurnah kaca digunakan hujan, dan radiasi matahari, sedangkan terrnorneter bola basah dan bola kering. parameter di dalarn rumah kaca terdiri Suhu bola basah dan bola kering hasil dari suhu bahan penutup, suhu udara pengukuran digunakan untuk rnengetahui dalarn rurnah kaca, dan suhu perrnukaan kelernbaban udara dan kerapatan udara lantai. Interval pengarnbilan data di dalam mmah kaca dengan rnernplotkan pengukuran dengan weather station nilai hasil pengukuran padapsychmmetric adalah 10 menit. Pengukuran dilakukan chart. Untuk rnenentukan kecepatan sejak pukul6:OO sampai dengan pukul aliran udara yang rnasuk ke dalarn rurnah 18:OO WB. Pengukuran kecepatan aliran kaca melalui bukaan ventilasi digunakan udara pada bukaan ventilasi dilakukan bola-bola styrofoam yang digantungkan pada sepuluh lokasi di dalarn rumah kaca

dengan benang. dengan rnengukur simpangan bola-bola

styrofoam. Untuk rnenghitung kecepatan Pengukuran dan Pengolahan Data aliran udara dari pengukuran ini, Parameter lingkungan rurnah kaca digunakan persarnaan turunan dari

,Rumah kaca yang belum dimodifikasi

9

L

. I , Rumah kaca yang sudah dimodifikasi

(6)

Vol.

21

No.

3 September

2007

persamaan Bernoulli. Data hasil pengukuran diolah menggunakan program komputer dengan bahasa Visual Basic 6.0 untuk menghitung laju ventilasi alamiah dan untuk mengetahui nilai bidang tekanan netral pada rumah kaca. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan Juni 2006.

Untuk menentukan suatu bagian dari bukaan pada rumah kaca berfungsi sebagai inlet atau outlet, maka perlu diketahui lebih dahulu ketinggian bidang tekanan netral rumah kaca tersebut pada keadaan lingkung'an tertentu. Ketinggian bidang tekanan netral dihitung menggunakan persamaan Bruce (1978),

sebagaimana d i u r a i k a n dalam Suhardiyanto et a/. (2006). Laju ventilasi alamiah ditentukan oleh perbedaan tekanan udara di dalam dan di luar rumah kaca. Perbedaan tekanan udara tersebut merupakan nilai keseluruhan dari tekanan statik pada lantai rumah kaca dan tekanan

akibat faktor angin dan termal. Untuk menentukan tekanan yang disebabkan oleh pengaruh angin digunakan nilai koefisien tekanan menurut Kozai dan Sase (1978).

HASlL DAN PEMBAHASAN

Pada Gambar 3 disajikan pola perubahan suhu udara di dalam rumah kaca yang sudah dimodifikasi dibandingkan dengan suhu udara di dalam rumah kaca yang belum dimodifikasi. Dalam gambar tersebut disajikan pula suhu udara di luar rumah kaca. Gambar tersebut merupakan pola tipikal perubahan suhu siang hari yang diperoleh dari beberapa hari pengukuran. Perbedaan suhu rata-rata di luar dan di dalam rumah kaca yang belum dimodifikasi adalah sekitar 4.29

OC,

sedangkan perbedaan suhu pada rumah

45

40

35

30

0 I

f

25

d

:

20

z

3 V)

15

10

5

0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

( D b c o

. = " z : 2 ! 2 z z z k 2 '

[image:6.451.69.440.352.615.2]

Waktu setempat, WIB

Gambar 3. Pola perubahan suhu udara di luar dan di dalam rumah kaca yang belum dan sudah dimodifikasi pada cuaca cerah (tanggal 2 Juli 2006)

254

-

;-.-I

-

S u h u udara di luar mmah kaca

--cSuhu udara dalam rumah kaca yang belum dimodifikasi

(7)

Rumah kaca yang belum dimodifikasi

kgls

[image:7.451.21.379.71.290.2]

Rumah kaca yang sudah dimodifikasi

Gambar 4. Arah dan laju aliran udara (kgls) pada tanggal 2 Juli 2006, pukul08:20

(8)

Vol.

21

No.

3

September 2007

kaca yang sudah dimodifikasi adalah kaca. Daerah di atas bidang tekanan sekitar 2.05 O C . Hal ini menunDkkan netral berfungsi sebagai outlet, karena

bahwa modifikasi rumah kaca yang tekanan udara di dalam rumah kaca lebih dilakukan dapat menurunkan suhu udara tinggi daripada tekanan udara di luar di dalam rumah kaca. Modifikasi rumah rumah kaca, maka udara akan mengalir kaca ini telah berhasil menurunkan suhu ke luar rumah kaca. Kondisi tersebut udara di dalam rumah kaca antara 1 terjadi ketika faktor termal lebih dominan sampai dengan 3 O C . daripada faktor angin. Sebaliknya bila

Dalam penelitian ini, tinggi bidang faktor angin lebih dominan, maka ventilasi tekanan netral dan laju ventilasi alamiah atap juga dapat berfungsi sebagai inlet. dihitung menggunakan cam seperti pada Tinggi bidang tekanan tekanan netral Suhardiyanto et a/. (2006). Dari hasil pada rurnah kaca berubah, sesuai dengan perhitungan, didapatkan tinggi bidang tekanan angin yang terjadi. Apabila tekanan netral pada rumah kaca yang perbedaan tekanan bernilai positif maka belum dimodifikasi adalah 3,038 m dari bidang tekanan netral, akan berada lebih lantai, sedangkan pada rumah kaca yang tinggi dari pada bidang tekanan semula. sudah dimodifikasi adalah 4,138 m dari Sebaliknya, apabila perbedaan tekanan lantai. Kenaikan ini terjadi karena bernilai negatif, maka bidang tekanan modifikasi rumah kaca yang dilakukan netral akan berada di bawah bidang telah menambah tinggi dan luas bukaan tekanan netral semula.

samping. Daerah bukaan di bawah Laju ventilasi alamiah dinyatakan bidang tekanan netral berfungsi sebagai dengan laju aliran udara yaitu laju aliran inlet, karena tekanan udara di luar rumah udara volumetrik yang masuk atau keluar kaca lebih tinggi daripada tekanan udara dari rumah kaca dikali dengan di dalam rumah kaca maka terjadi aliran kerapatannya. Dari hasil perhitungan laju udara dari luar masuk ke dalam rurnah aliran udara yang terjadi ketika angin

120

E 100

m

c'

F

6

80

CT)

c

3 .cI

.-

r

5

60

a (3

I

40

20

20 40 60 80 100 120 140 160

[image:8.460.76.440.382.614.2]

CHG Pengukuran, lljam

Gambar 5. Perbandingan laju pertukaran udara hasil pengukuran dan perhitungan

(9)

j#ma/ KETEKNIKAN

PERTANIAN

tidak bertiup pada masing-masing rurnah ternyata laju pertukaran udara pada kaca, dapat diketahui bahwa bukaan 1 kedua rurnah kaca tersebut rneningkat dan 4 ( g r dan g 4 ) pada kedua rurnah kaca dengan pola yang serupa.

[image:9.451.24.393.379.608.2]

berfungsi sebagai inlet dan bukaan 2 dan Laju pertukaran udara pada cuaca 3 ( 9 2 dan g 3 ) berfungsi sebagai outlet. cerah c e n d e r u n g l e b i h t i n g g i Hal ini rnenunjukkan bahwa ventilasi dibandingkan dengan Laju pertukaran alarniah yang terjadi pada kedua rurnah udara pada cuaca rnendung. Hal ini kaca lebih banyak dipengaruhi oleh faktor karena pada saat cuaca cerah, selisih terrnal. Narnun, laju aliran udara pada suhu udara di dalam rurnah kaca dengan rurnah kaca yang sudah dirnodifikasi jelas suhu udara di luar rurnah kaca lebih besar lebih besar dibandingkan dengan laju dibandingkan dengan selisih ketika cuaca ventilasi alamiah yang belum dirnodifikasi. mend u n g . S e l i s i h s u h u u d a r a Pada Gambar 4 disajikan skerna laju rnenyebabkan selisih tekanan udara. aliran udara hasil perhitungan pada rurnah Selisih yang lebih besar antara tekanan kaca yang belurn dan sudah dirnodifikasi, udara di dalarn rurnah kaca dengan ketika tidak ada angin. tekanan udara di luar rurnah kaca pada Keti ka angin bertiup dengan saat cuaca cerah rnengakibatkan laju kecepatan antara 1 sarnpai dengan 2 aliran udara dari luar rurnah kaca ke mls, laju aliran udara pada bukaan 1 ( g r ) dalarn rurnah kaca lebih tinggi sehingga bernilai positif atau rnenunjukkan arah laju pertukaran udara juga lebih tinggi, aliran udara rnemasuki rurnah kaca, dibandingkan dengan ketika cuaca sedangkan laju aliran udara pada bukaan rnendung. Gambar 5 dan 6 menunjukkan 2, 3 dan 4 ( 9 2 9 3 , dan g4) bernilai negatif grafik perbandingan laju pertukaran udara atau menunjukkan arah aliran udara hasil perhitungan dengan hasil keluar dari rumah kaca. Selanjutnya, pengukuran pada masing-masing rurnah ketika kecepatan angin lebih dari 2 rnls, kaca.

Gambar 6. Perbandingan laju pertukaran udara hasil pengukuran dan perhitungan pada rurnah kaca yang sudah dimodifikasi

257

I

100

E

m 80

<

-F

c

m

0)

C

3 60

=

f

a, a

(3 I

r

40

0

20

20 40 60 80 100 120 140

(10)

Vol.

21

No.

3

September

2007

Dari Garnbar 5 dan 6 dapat diketahui bahwa persarnaan regresi lineac yang dihasilkan untuk perbandingan laju pertukaran udara hasil perhitungan dan pengukuran pada rurnah kaca yang belum dimodifikasi adalah Y

=

0,6036 X

+ 5,464 dengan R2

=

0,878, sedangkan pada rurnah kaca yang sudah dirnodifikasi adalah Y = 0,7377 X

-

3,8497 dengan

R2 = 0,8049. Selanjutnya, nilai laju pertukaran rnassa udara pada rurnah kaca yang sudah dirnodifikasi ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan pada rumah kaca yang belurn dimodifikasi. Hal ini rnenunjukkan bahwa ventilasi alarniah pada rurnah kaca yang sudah dimodifikasi lebih baik dibandingkan dengan rurnah kaca yang belum dirnodifikasi. Peningkatan laju pertukaran udara yang terjadi adalah sebesar 11,82 %.

1. Modifikasi rumah kaca dengan rnenarnbah tinggi serta panjang ventilasi atap, berarti menarnbah luas bukaan, menyebabkan pertambahan laju ventilasi alamiah pada rurnah kaca yang telah dimodifikasi.

2. Tinggi bidang tekanan netral pada rumah kaca yang belurn dimodifikasi

- adalah 3,038 rn, sedangkan tinggi

bidang tekanan netral pada rumah kaca yang sudah dimodifikasi adalah

4,138 m dari lantai rurnah kaca. 3. Faktor termal lebih banyak rnernpengaruhi te rjadinya laju ventilasi alarniah baik pada rurnah kaca yang telah dirnodifikasi rnaupun pada rumah kaca yang belum _dirnodifikasi. 4. Modifikasi rurnah kacs yang telah

dilakukan dapat rnenaikkan laju aliran rnassa udara sebesar 11,82%,

sehingga dapat menurunkan suhu udara dalarn rurnah kaca 1 OC sampai dengan 3 OC.

DAFTAR PUSTAKA

Bot, G.P.A. 1983. Greenhouse Climate: from Physical Processes to a Dynamic Model. Thesis. Agricultural University of Wagenigen, Netherland.

Brockett, B.L. and Albright, L.D. 1987.

Natural ventilation in single air span building. Journal of Agricultural Engineering Research (37): 141 -1 54.

Bruce, J.M. 1978. Natural convection through openings and its application in cattle building ventilation. Journal of Agric. Eng. Research (23): 151- 167.

Harmanto, H.J. Tantau and V.M. Salokhe.

2006. Effect of screen sizes on performance of an adapted greenhouse for tomato production in the humid tropics. Jurnal Enjiniring

Pertanian. 4(1): 33

-

40.

Kozai, T. and Sase, S. 1978. A simulation of natural ventilation for a rnulti span greenhouse. J.Acta Horticulturae (87) : 29-49.

Widyarti, M., H. Suhardiyanto dan I.S. Muliawati: 2004. Analisis laju ventilasi alarn pada single-span greenhouse,

Cikabayan, Karnpus IPB Darmaga. Jurnal Keteknikan Pertanian 18(1): 26-37.

Suhardiyanto, H., M. Widyarti., F. Chrisfian, 1.S. Muliawati. 2006. Analisis ventilasi alamiah.untuk rnodifikasi rumah kaca standanl peak tipe curarn. Jurnal Keteknikan Pertanian 20 (2):

127;J 38.

Takakura, T 1991. Environmental Control System for Greenhouse. Proceedings of Automatic Agriculture for 21''

Century. Chicago, 16-17 December

Gambar

Tabel 1. Ukuran Rumah Kaca
Gambar 1. Skema dimensi rumah kaca (tarnpak depan)
Gambar 3. Pola perubahan suhu udara di luar dan di dalam rumah kaca yang belum dan sudah dimodifikasi pada cuaca cerah (tanggal 2 Juli 2006)
Gambar 4. WIB Arah dan laju aliran udara (kgls) pada tanggal 2 Juli 2006, pukul08:20 dengan kecepatan angin 0,O mls cuaca cerah (radiasi matahari 152,93Wlm2)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan metode Two Stay Two Stray diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa sehingga hasil belajar siswa pun menjadi meningkat.Model yang diterapkan dalam

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran experiential learning terhadap hasil belajar IPA kelas V di SD Negeri Menganti.. Jenis

Tabel ini menggambarkan nilai penyusutan fiskal dan selisihnya dengan penyusutan komersial dengan menggunakan metode garis lurus. Dalam tabel penyusutan CV. Mitra Agro

Upaya penyempurnaan bahasa Indonesia secara terus menerus dengan pembinaan dan penyuluhan yang tepat terhadap pemakai bahasa Indonesia merupakan langkah yang baik

media yang satu ke bentuk media yang lain untuk keperluan masa kini maupun mendatang, hal senada juga tertulis dalam tugas Bidang Transformasi Digital Perpustakaan Nasional RI,

Objektif yang ingin dicapai di dalam kajian kualiti air ini ialah: (1) mengkaji sistem saliran ke Tasik Kejuruteraan, kampus UKM Bangi; (2) menentukan kualiti

Tujuan penelitian ini adalah “untuk mengetahui aktivitas belajar siswa selama penerapan strategi pembelajaran aktif tipe Class Concern dalam pembelajaran matematika

Pelaksanaan tindakan siklus II dapat memperbaiki kekurangan pada kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran pada siklus I untuk kemampuan guru dalam persiapan