• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN METODE Ikan Uji

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAHAN DAN METODE Ikan Uji"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

# Ko re sp o n d e n si: Balai Rise t Per ikan an Bu d id aya Air Tawar d an Pe nyu lu h an Pe rikan an. Jl. Se m p u r No . 1 , Bo g o r 1 61 2 9 , In d o n e s ia.

Te l. + 6 2 2 5 1 8 3 1 3 2 0 0

E-m ail: deni r adona_kkp@ yahoo.com

Tersedia online di: ht t p://ej ournal-balit bang.kkp.go.id/index.php/j ra

BIOLOGI REPRODUKSI DAN TINGKAT KEBERHASILAN PEM IJAHAN IKAN BAUNG

Hemibagrus nemurus (Valenciennes, 1840) POPULASI CIRATA DENGAN INKUBASI SUHU BERBEDA

Deni Radona#, Jojo Subagja, Vitas Atmadi Prakoso, Irin Iriana Kusmini, dan Anang Hari Kristanto

Balai Riset Perikanan Bu didaya Air Tawar dan Penyu luhan Pe rikanan Jl. Sem pur No. 1, Bogor 16129

(Naskah dit erima: 5 Apr il 2018; Revisi final: 16 M ei 2018; Diset ujui publikasi: 16 M ei 2018)

ABSTRAK

Ikan baung merupakan salah satu komoditas populer di Indonesia. Dalam pengembangan budidayanya m asih d ip erlu kan in pu t te kn ologi te ru tama p ad a proses p em be nihan. Pen elit ian in i be rt ujuan un tu k mengevaluasi karakter biologi reproduksi dan keberhasilannya dalam proses pemijahan pada ikan baung po pulasi Cirat a yang diin kub asi pada suh u 23°C-24°C, 25°C-26°C, 27°C-28°C, dan 29°C-30°C. Inkubasi induk dilakukan pada st yrofoam berukuran 45 cm x 35 cm x 25 cm dengan ketebalan 3 cm. Setiap st yrofoam diisi satu ekor induk yang matang gonad. Seleksi tingkat kematangan gonad dilakukan secara kanulasi dan induksi hormon menggunakan LHRH analog (0,6 mL/kg). Penyuntikan dilakukan dua kali dengan selang waktu enam jam. St yrofoam diisi air dengan ketinggian 20 cm, dilengkapi tutup pada bagian atas, wat er heat er, dan sistem aerasi. Inkubasi suhu dilakukan secara ekspe rimental menggunakan rancangan acak lengkap d engan empat perlakuan suhu dan m asing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan suhu optimal inkubasi pada induk yaitu 27°C-28°C dengan waktu laten 8 jam 35 menit, dan derajat ovulasi 100%. Secara statistik inkubasi induk pada suhu 27°C-28°C menunjukkan nilai karakter biologi reproduksi yang berbeda nyata (P< 0,05) dibandingkan dengan inkubasi suhu 23°C-24°C dan 25°C-26°C. Nilai biolo gi reproduksi yang dihasilkan pada perlakuan terbaik tersebut adalah indeks kematangan gonad 8,6 ± 0,5%; fekunditas 23.909 ± 1.473 butir per ekor; derajat pembuahan 85,5 ± 5,5%; d erajat pen et asan 69,9 ± 5,0%; dan sin tasan 72,3 ± 5,8%. Pad a inkubasi su hu 27C°-28°C, t elur terdistribusi dengan diameter telur rata-rata sebesar 1,5 mm.

KATA KUNCI: ikan baung; inkubasi; suhu; reproduksi; pemijahan

ABSTRACT: Reproductive biology and level of spawning of Asian redtail catfish Hemibagrus nemurus (Valenciennes, 1840) from Cirata population incubated at different temperature settings. By: Deni Radona, Jojo Subagja, Vitas Atmadi Prakoso, Irin Iriana Kusmini, and Anang Hari Kristanto

(2)

parame ters generat ed were gonadosomatic in dex of 8.6 ± 0.5%; fecun dity of 23,909 ± 1,473 e gg per individual; fertilization rate of 85.5 ± 5.5%; hatching rate of 69.9 ± 5.0%; and survival rat e of 72.3 ± 5.8%. At t he incubat ion t emperat ure of 27°C-28°C, t he egg was dist ribut ed wit h an average egg diamet er of 1.5 mm.

KEYW ORDS: Asian redtail catfish; incubation; temperature; reproduction; spawning

PENDAHULUAN

Ikan baung Hemibagrus nemurus merupakan salah sat u sumber daya genet ik dari 22 jenis ikan air t awar di Indo nesia yang dapat digunakan untuk diversifikasi usaha budidaya (Gustiano et al., 2015). Ikan ini bernilai eko no mis karena memiliki kualit as daging dan nilai gizi baik. Di pasar nasio nal harga ikan baung per kg berkisar Rp30.000,00-Rp40.000,00. Sejauh ini dalam memenuhi kebut uhan ko nsumsi maupun penyediaan b e n ih u n t u k k e g ia t a n p e m b e s a r a n m a s ih mengandalkan t angkapan dari alam (Leesa-Nga et al., 2000). Di Indo nesia, pemijahan ikan baung pert ama kali dilakukan pada tahun 1983 secara alami, sedangkan pemijahan secara buat an baru dilakukan pada t ahun 1991 dengan menggunakan ho rmo n ekst rak kelenjar hifo pisa ikan mas Cyprinus carpio dan Human Chori-onic Gonadot rophin (HCG) (Gaffar & Muflikhah, 1992). Pengembangan t ekno lo gi pemijahan baru dilakukan pada t ahu n 20 00 an, pem ijahan ikan baung sud ah m e n g g u n a k a n t e k n o lo g i r a n g s a n g a n h o r m o n Lut eunizing Hormon Realising Hormon (LHRH) an alo g ko mbinasi dengan ant i-do pamin.

Sampai saat ini, dalam pengembangan budidaya ika n b a u n g m a sih b a n ya k t e r d a p a t k e n d ala d a n fisio logi dan reproduksi pada ikan (Migaud et al., 2013; Pankhurst & Munday, 2011; Brian et al., 2008; Ko rner et al., 2008). Suhu air yang berflukt uasi sering menjadi p e n g h a m b a t d a la m p r o s e s p e m a t a n g a n g o n a d (Vikingst ad et al., 2008) dan pro ses wakt u jalannya p e m ija h a n (No w o s a d et al. , 2 0 1 4 ). Un t u k it u , diperlukan t ekno lo gi inkubasi induk pada suhu o pt i-mal dalam upaya mempert ahankan kualit as t elur dan mempercepat pro ses o vulasi. Penelit ian pendahuluan t e r k a it in k u b a s i in d u k p a d a ik a n b a u n g s u d a h dilakukan Krist ant o et al. (2016), dari hasil penelit ian memperlihatkan ada pengaruh yang nyata pada kinerja rep ro du ksi ikan . Nam un p ad a pe ne lit ian t e rseb ut , proses inkubasi ket iga induk ikan baung yang mewakili

ulangan dari perlakukan penelit ian dilakukan di dalam wadah yang sama.

Tu ju a n d a r i p e n e lit ia n in i a d a la h u n t u k m e n g e va lu a s i k a r a k t e r b io lo g i r e p r o d u k s i d a n ke b e rh asilan p ro s e s p e m ijah a n p a d a ikan b au n g po pulasi Cirat a yang diinkubasi suhu berbeda.

BAHAN DAN M ETODE

Ikan Uji

Ikan uji yang digunakan dalam penelit ian ini berupa induk bet ina dedara ikan baung po pulasi Cirat a hasil do mest ikasi. Induk berukuran panjang 28,86 ± 0,77 cm; dan bo bo t 326,67 ± 12,47 g; merupakan ikan ko leksi di Inst alasi Riset Plasma Nut fah Perikanan Air Tawar Cijeruk. Induk yang digunakan sebanyak 12 eko r de ngan t in gkat kem at angan go n ad akhir (TKG IV). Seleksi t ingkat kemat angan go nad dilakukan dengan m e t o d e ka n u las i d a n d ilaku ka n in d u k si h o rm o n dengan menggunakan LHRH analo g do sis 0,6 mL/kg. Penyunt ikan dilakukan dua kali dengan selang wakt u enam jam. Sampel ikan berasal dari sat u kelo mpo k umur yang sama dan dipelihara dalam lingkungan yang sama.

Inkubasi Induk

Inku basi in duk dilakukan dengan menggun akan st yrofoam berukuran 45 cm x 35 cm x 25 cm, ketebalan 3 cm dan diisi air set inggi 20 cm. Set iap st yrofoam diisi sat u eko r induk. St yrofoam dilengkapi t ut up pada bagian at as, wat er heat er, dan sist em aerasi. Inkubasi ind uk u nt uk mend apat kan suhu o pt im al dilaku kan secara eksperiment al menggunakan rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan suhu, yait u (A) 23°C-24°C, (B) 25°C-26°C, (C) 27°C-28°C, dan (D) 29°C-30°C. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak t iga kali.

Karakter Biologi Induk

(3)

Kinerja Reproduksi

Kin e rja r e p ro d u k si in d u k ik an b a u n g d ia m a t i set elah proses o vulasi dilakukan. Paramet ernya adalah de rajat p em buahan (%); derajat pe ne t asan (%); d an sintasan (%). Sebanyak 150 butir t elur yang telah dibuahi dit ebar ke dalam basket berukuran 12 cm x 10 cm x 5 cm dengan ket inggian air sekit ar 3 cm. Basket yang digunakan sebanyak 12 buah, m ewakili dari empat perlakuan dan t iga ulangan. Nilai derajat pembuahan diamat i dua jam set elah fert ilisasi, derajat penet asan diamati setelah 30 jam pembuahan, sedangkan sintasan diamat i set elah dua hari penet asan.

Analisis Dat a

Paramet er bio lo gi repro duksi yang diamat i diukur men ggun akan rumu s Effendie (20 02) dan Murt idjo (2001). Dat a yang dipero leh kemudian dit abulasi dan dianalisis dengan analisis varian (ANOVA) pada selang kepercayaan 95%. Perbedaan ant ar perlakuan dianalisis lanjut dengan uji lanjut Duncan menggunakan bant uan pro gram SPSS versi 18.

HASIL DAN BAHASAN

Karakter Biologi Induk

Waktu laten dan derajat ovulasi ikan baung populasi Cirat a disajikan pada Tabel 1, sedangkan karakt erisasi bio lo gi induk yang melipu t i panjang, bo bo t , bo bo t go nad, IKG dan fekundit as disajikan pada Tabel 2.

Berdasarkan hasil pengamat an dari 12 induk ikan baung yang dilakukan pemijahan dipero leh 10 eko r yang mengalami o vulasi. Induk dengan inkubasi suhu 27°C-28°C memiliki wakt u o vulasi rat a-rat a delapan jam dengan derajat o vulasi 100%. Dari hasil perlakuan inkubasi suhu menu njukkan bahwa inkubasi in duk dengan suhu 27°C-28°C dan 29°C-30°C memiliki nilai IKG dan fekunditas yang tidak berbeda nyata (P> 0,05); namun berbeda dengan perlakuan inkubasi pada suhu 2 3°C-24 °C. Su hu m erup akan fakt o r pe nt in g dalam m e m e ngaru h i p ro se s b io lo gi d an ke h id u p an ikan (Targonska et al., 2010). Menurut Schult e (2011), suhu m e miliki p en garu h be sar t e rhad ap p ro se s b io lo gi suat u o rganisme dari ukuran sel hingga eko sist em, kare na hal yan g dip en garuh i adalah t in gkat re aksi bio lo gi dan keseimbangan int eraksi int ermo lekuler. Se la in it u , s u h u ju g a d a p a t m e m e n g a r u h i perkembangan kemat angan gonad dan berperan dalam menghasilkan t elur pada ikan (Migaud et al., 2013; Pankhurst & Munday, 2011; Vikingst ad et al., 2008).

Suhu inkubasi yang optimal akan menghasilkan telur d en gan kualit as d an uku ran t e lur yan g h o mo gen , sebaliknya induk ikan baung yang diinkubasi dengan suhu yang rendah akan menurunkan kualit as t elur dan ukuran yang t idak seragam (Kucharczyk et al., 2014: No wosad et al., 2015). Rendahnya kualit as dan ukuran t elur pada ikan t erjadi karena menurunnya plasma 17â-est radio l (E2) dalam t ubuh dan pro ses sekresinya t idak berjalan secara o pt imal karena pengaruh suhu yang

Tabel 1. Wakt u lat en dan derajat o vulasi, sert a t ingkat keberhasilan pemijahan buat an induk ikan baung dengan inkubasi suhu berbeda

Table 1. Lat ent t ime of ovulat ion, ovulat ion rat e and successful level of art ificial spawning on Asian redt ail cat fish wit h different incubat ion t emperat ures

(4)

t erlalu rendah (Lahnst einer & Leit ner, 2013; Pankhurst & Kin g , 2 0 1 0 ). Te lu r d e n g a n k u a lit a s b a ik a ka n mengalami pro ses embrio genesis dan o rgano genesis ya n g b a ik s e h in g g a m e n g h a s ilk a n la r va ya n g berkualit as.

Kinerja Reproduksi

Kin e r ja r e p r o d u k s i ya n g m e lip u t i d e r a ja t pembuahan, penet asan, dan sint asan disajikan pada Tabel 3. Dari hasil pengamat an kinerja reproduksi induk ikan baung dipero leh hasil dengan nilai repro duksi

tertinggi pada perlakuan inkubasi pada suhu 27°C-28°C, ya it u d e ra ja t p e m b u ah an (8 5 ,5 ± 5 ,5 %); d e r ajat penet asan (69,9 ± 5,0%); dan sint asan (72,3 ± 5,8%). Secara st atist ik nilai t ersebut menunjukkan perbedaan secara nyat a (P< 0,05) dengan perlakuan inkubasi pada suhu 23°C-24°C.

Suhu berperan pent ing dalam waktu pemijahan dan siklus reproduksi pada ikan (Hilder & Pankhurst , 2003; Brian et al., 20 08 ; Ko rn er et al., 2 008 ). Su hu akan memengaruhi pro ses repro duksi melalui hipo t alamus-pit uit ari-go nad. Ho rmo n go nado t ro pin disent esis di Tabel 2. Karakt erist ik induk ikan baung dengan inkubasi pada suhu berbeda

Table 2. Charact erist ics of Asian redt ail cat fish broodst ock subj ect ed t o different incubat ion t emperat ure

Ke terangan: An gka yang d iikuti huruf sup e rskrip yang sama p ad a lajur yan g sama m enun jukkan tid ak ad anya p erbed aan nyata men urut Uji Du ncan (P> 0,0 5)

Tabel 3. Kinerja repro duksi induk ikan baung dengan inkubasi pada suhu berbeda

Table 3. Repr oduct ion per for mance of Asian r edt ail cat fish broodst ock subj ect ed t o different incubat ion t emperat ure sett ings

(5)

kelenjar hipo t alamus (Levavi-Sivan et al., 2010; Zo har et al., 2 0 1 0 ). Pad a p e n e lit ia n in i d ip e ro le h su h u in ku b asi yan g o p t im al 2 7 °C-2 8°C. In ku b asi in d u k dengan suhu relat if rendah akan menghambat pro ses fiso logi dan met abo lisme, sedangkan inkubasi dengan s u h u t in g g i d a p a t m e m e n g a r u h i o vu la s i d in i, perkembangan go nad yang t idak no rmal dan reso rpsi t elur (No wo sad et al., 2015; Pankhurst & King, 2010).

KESIM PULAN

Inkubasi induk ikan baung pada suhu 27°C-28°C memberikan hasil yang nyat a pada karakt er bio lo gi re p r o d u ksi (IKG, fe k u n d it as , d e raja t p e m b u a h an , derajat penetasan, dan sint asan) dengan keberhasilan pemijahan (derajat o vulasi) sebesar 100%. at as saran dan masukannya dalam penulisan makalah in i, kepada Bapak Ot o n g Ze nal Arifin at as fasilit as Pust aka Nusat ama. Yo gyakart a, 163 hlm.

Gaffar, A.K., & Muflikhah, N. (1992). Pemijahan buat an dan pemeliharaan lar va ikan baung. Prosiding Semi-nar Hasil Penelit ian Perikanan Air Tawar, hlm. 254-257.

Gust iano , R., Kusmini, I.I., & At h-t har, M.H.F. (2015). Mengenal sumber daya genet ik ikan lokal air t awar Indonesia unt uk pengembangan budi daya. Institut Pert anian Bo go r Press, 51 hlm.

Hilder, M.L., & Pankhurst , N.W., (2003). Evidence t hat t emperat ure change cues repro duct ive develo p-ment in t he spiny damsel fish, Acant hochromispolya-cant hus. Environment al Biology Fishe, 66, 187-196. Krist an t o , A.H., Subagja, J., At h-Thar, M.H.F., Arifin,

O. Z. , Pr a k o s o , V.A., & Ca h ya n t i, W. (2 0 1 6 ). Pe ngaruh suhu inku basi in duk pada pem berian

naungan pada lar va t erhadap pro duksi benih ikan baung. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakult ur, hlm. 163-167.

Ko rner, O., Ko hno , S., Scho nenberger, R., Sut er, M.J.F., Kn au er, K., Gu illet t e, L.J., & Burkhardt -Ho lm , P. (2 0 0 8 ). Wa t e r t e m p e r a t u re an d co n co m it an t wat erbo rne et hinylest radio l expo sure affect s t he vit ello genin expressio n in juvenile bro wn t ro ut , Salmot rut t a. Aquatic Toxicology, 90, 188-196. Kucharczyk, D., ¯ arski, D., Targo nska, K., £uczyñski,

M.J., Szczerbo wski, A., No wo sad, J., Kujawa, R., & Mamcarz, A., (2014). Inducedart ificial andro gen-esis in co mmo n t ench, Tincat inca (L.), using co m-Tan, S.G., & So dsuk, S. (2000). Bio chemical po ly-mo rphism in yello w cat fish, M yst us nemurus (C&V), fro m Thailand. Biochemical Genet ics, 38, 1-9. Levavi-Sivan, B., Bo gerd, J., Manano ´ s, E.L., Go mez,

A., & Lare yre , J.J. (2 0 1 0 ). Pe rspe ct ives o n fish go n ado t ro pins and t he ir recept o rs. General and Comparat ive Endocrinology, 165, 412-437.

Migaud, H., Bell, G., Cabrit a, E., McAndrew, B., Davie, A., Bo be, J., Herraez, M.P., & Carrillo , M. (2013). Gamet e qualit y and bro o dst o ck management in t emperat e fish. Review in Aquacult ure, 5, 194-223. Murt idjo , B.A. (2001). Beberapa Met o de Pembenihan

Ikan Air Tawar. Kanisius. Yo gyakart a, 108 hlm.

No w o s a d , J., Ta r g o n s k a , K. , Ch w a lu c z yk , R. , Kaszubo wski, R., & Kucharczyk, D. (2014). Effect o f t emperat ure o n t he effect iveness o f art ificial r e p r o d u c t io n o f d a ce [Cyp r in id a e , Leu ci scus leuciscus] under labo rat o r y and field co nd it io ns. Journal of Thermal Biology, 45, 62-68.

No wo sad, J., Kucharczyk, D., Liszewski, T., Targo nska, K., & Kujawa, R., (2015). Co mpariso n o f t empera-t ure sho ck empera-t iming empera-t o ind u ce d arempera-t ificial m iempera-t o empera-t ic gyno genesis and andro genesis in co mmo n t ench. Aquacult ure Int ernat ional, 23(1), 45-53.

Pankhurst , N.W., & Munday, P.L. (2011). Effect o f cli-mat e change o n fish repro duct io n and early life hist o r y st ages. M arine and Freshwat er Research, 62, 1015-1026.

Pankhurst , N.W., & King, H.R. (20 10 ). Te mpe rat u re and salmo nid repro duction: implicatio ns for aquac-ult ure. Journal of Fish Biology, 76, 69-85.

(6)

J.J.Jr., Richard s, J.G., St e ve ns, E.D., (Eds.). Ency-clopedia of fish physiology from genom t o environ-ment. Vo lume 3. Energet ics, int eract io ns wit h t he enviro nment , Lifest yles, and Applicat io ns. Inggris, Elsevier, p. 1688 1694.

Targo nska, K., Kucharczyk, D., Kujawa, R., Mamcarz, A., & ¯ arski, D. (2010). Co nt ro lled repro duct io n o f Aspiusaspius (L.) using lut einizing ho rmo ne re-leasing ho rmo ne (LHRH) analo gues wit h do pam-ine inhibit o rs. Aquacult ure, 306, 407-410.

Vikingst ad, E., Andersso n, E., No rberg, B., Mayer, I., Klenke, U., Zo har, Y., St efansso n, S.O., & Taranger, G.L. (2008). The co mbined effect s o f t emperat ure and GnRH a t reat ment o n t he final st ages of sexual mat urat io n in At lant ic salmo n, Salmo salar L.. Fish Physiology Biochemical, 34, 289-298.

Gambar

Table 1.Latent time of ovulation, ovulation rate and successful level of artificial spawning on Asianredtail catfish with different incubation temperatures
Tabel 2.Karakteristik induk ikan baung dengan inkubasi pada suhu berbedaTable 2.Characteristics of Asian redtail catfish broodstock subjected to different incubation temperature

Referensi

Dokumen terkait

Ada empat hal pokok dalam wacana kebijakan Kampus Merdeka yaitu Pembukaan Program Studi Baru, Sistem Akreditasi Perguruan Tinggi, Perguruan Tinggi Badan Hukum dan Hak

Instrumen penilaian sikap disposisi matematis untuk siswa tunanetra di jenjang Sekolah Dasar Luar Biasa untuk materi Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) dan

Wawancara dengan informan menunjukkan bahwa tidak semua pegawai dapat memahami tugas yang diberikan oleh atasan kepada mereka lni semua tentu saja disebabkan oleh pengalaman

Brand yang akan digunakan sesuai dengan nama produk tersebut yaitu The Beauty Portable yang artinya semua kebutuhan kosmetik, alat-alat kecantikan dan perlengkapan

Pada bagian ini dijelaskan mengenai implementasi data yang telah dikumpulkan dan telah dirancang sedemikian rupa dan proses implementasi atau pengujian data ke aplikasi

Metode geolistrik resistivitas atau tahanan jenis adalah salah satu dari jenis metode geolistrik yang digunakan untuk mempelajari keadaan bawah permukaan dengan

Pemilihan segmentasi khu- susnya untuk penjualan produk bisnis surat dan paket PT Pos Indonesia memilih lebih fokus dalam memilih pelanggan yang ingin ditarik

Untuk itu ditawarkan solusi yaitu dibuat oven yang lebih efisien dalam penggunaan energi dan higienis serta dibuat rak penyimpanan sehingga wingko yang