# Ko r esp o n d e n si: Balai Be sar Rise t Bu d id aya Lau t d an Pe n yu lu h an Pe r ikan an . Jl. Br. Go n d o l, Ke c. Ge ro kg ak Kab . Bu le le n g , Ko t ak Po s 1 4 0 , Sin g ar aja, Bali 8 11 0 1 , In d o ne sia. Te l. + (0 3 6 2 ) 9 2 2 7 8
E-m ail: hut apeahar i ant o@ gmail .com
Tersedia online di: ht t p://ej ournal-balit bang.kkp.go.id/index.php/j ra
PERFORM A PEM IJAHAN IKAN TUNA SIRIP KUNING,
Thunnus albacares
DI KERAM BA JARING APUNG
Jhon Harianto Hutapea, Ananto Setiadi, Gunawan, dan I Gusti Ngurah Perm ana Balai Besar Rise t Bu didaya Laut dan Penyuluhan Pe rikanan
(Naskah dit erima: 21 M aret 2016; Revisi final: 21 M ar et 2017; Diset uj ui publikasi: 21 M aret 2017)
ABSTRAK
Ikan t una sirip kuning meru pakan komo ditas e kspo r yang bern ilai ekono mis tin ggi yan g po pulasin ya semakin menurun di alam. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut, Gondol dan bertujuan untuk mengetahui performa pemijahan ikan tuna sirip kuning yang dipelihara di dalam keramba jaring apung. Sebanyak 100 ekor induk ikan tuna dengan ukuran bobot sekitar 15-30 kg dipelihara dalam keramba sejak tahun 2014. Induk ikan diberi pakan berupa ikan layang dan cumi-cumi dengan rasio 2:1 dua kali sehari (pagi dan sore hari). Pengamatan yang dilakukan meliputi tingkah laku induk, pemijahan, dan keragaan telur yang dihasilkan, serta kualitas air terutama suhu dan oksigen dilakukan setiap hari. Induk ikan memijah untuk pertama kalinya terjadi pada tahun 2015. Selanjutnya pemijahan terjadi hampir setiap malam hari dengan jumlah telur yang dapat dikumpulkan berkisar 30.000-3.600.000 b ut ir. Daya te t as t elu r yang dipe ro leh b erkisar 26%-96%, de ngan ke tah an an h idu p lar va t an p a pakan
(survival act ivit y index-SAI) berkisar 0,1-3,8. Berdasarkan hasil pengamatan ini dapat disimpu lkan bahwa
induk ikan tuna sirip kuning umur dua tahun dapat memijah di keramba jaring apung dan menghasilkan performa pemijahan yang baik.
KATA KUNCI: ikan tuna sirip kuning; keramba jaring apung; performa pemijahan
ABSTRACT: Spawning performance of yellowfin tuna, Thunnus albacares reared in floating net cage. By: Jhon Harianto Hutapea, Ananto Setiadi, Gunawan, and I Gusti Ngurah Permana
Yellowfin t unais an export commodit y and high economic value but it s populat ion t end t o decrease. The research was
conduct ed at Inst it ut e for M aricult ure Research and Development of Indonesia. The purpose of t his st udy was t o observe t he spawning performance of yellowfin t una in float ing net cage. The st udy was st art ed in 2014 using 100 broodst ock wit h est imat ed weight range of 15-30 kg. Feed supplied for broodst ock were scad mackerel and squid wit h 2:1 rat io and was given t wice a day in t he morning and aft ernoon. The obser vat ions included broodst ock behavior, spawning, egg performance, and daily morning of wat er quality (t emperat ure and dissolve oxygen). First spawning was obser ved in Januar y, 2015, where eggs were found in float ing net collect or deployed in float ing net cage. Spawning occured nearly every day at night t ime. The number of eggs collected was ranged from 30,000 to 3,600,000 eggs wit h varied hat ching of 26%-96% and survival act ivit y index of 0.1-3.8. Based on t hese result s, it can be concluded t hat yellowfin t una broodst ock can spawn in float ing net cage near shore at t he age of t wo year wit h good spawning performance.
KEYW ORDS: floating net cage; yellowfin tuna; spawning performance
PENDAHULUAN
Dat a st at ist ik FAO menunjukkan bahwa ko ntribusi
hasil penangkapan ikan t una sirip kuning (
Thunnus albacares) t erhadap t o t al t o nase perdagangan dunia
m e n capai 2 7 % (An o n ym o u s, 2 01 4 ) d an In do n e sia
berko nt ribusi sebanyak 12% yait u sebanyak 1,1 jut a
t o n (Jusuf, 2014).
n elayan. Hal ini t e nt un ya ju ga akan m em pe rce pat
t erjadinya penurunan po pulasinya di alam (De St efano
& Van Der Heijden, 2007).
Balai Besar Penelit ian dan Pengembangan Budidaya
Laut (BBPPBL), Gondo l-Bali telah berpengalaman dalam
t ransport asi ikan t una hidup dan pemeliharaan hingga
pemijahan induk ikan t una dalam bak bet o n (Hut apea
et al., 2010). Namun selama pemeliharaan induk dalam
bak bet o n dit emukan beberapa permasalahan sepert i
t in ggin ya m o rt alit as in d u k akib at ikan m e n ab rak
dinding, pemijahan hampir setiap hari sehingga ketika
ada infeksi endo parasit dalam telur, siklus endo parasit
t ersebut t idak bisa diput us maka seluruh t elur yang
dihasilkan pada hari selanjutnya t idak dapat digunakan
dan pro dukt ivit as induk pada t ahun ket iga pemijahan
sangat rendah. Unt uk menanggulangi permasalahan
t ersebut maka sejak t ahun 2013, pemeliharaan induk
ikan t una mulai dialihkan dalam karamba jaring apung
(KJA) di laut (Hut apea
et al., 2015).
Info rmasi yang t ersedia menyat akan bahwa ikan
t u n a sirip ku n in g b e t ina m e m ijah u n t u k p e rt am a
kalin ya pada um ur 1,6 -2 ,0 t ah un (Mergulies
et al.,
2007 ). Pene lit ian lain m enggunakan panjang cagak
sebagai st andar dan dipero leh info rmasi bahwa ikan
t u na bet ina me mijah unt u k p ert ama kalin ya pada
ukuran panjang cagak 52,5-56,7 cm di perairan Filipina,
yan g b e rbe d a d en gan di Sam u de ra Pasifik Te n gah
bagian kh at ulist iwa p ada panjang cagak 70-80 cm,
bahkan di Samudera Hindia umumnya pada panjang
cagak d i at as 9 0 cm (Sum ad h ih arga, 2 00 9 ). Hasil
penelit ian Ashida
&Ho rie (2015) menemukan bahwa
s u h u p e r a ir a n m e r u p a k a n fa k t o r ya n g s a n g a t
berpengaruh terhadap pemijahan ikan t una. Ikan t una
sirip kuning
T. albacaresd i Panama m ulai m em ijah
k e t ika su h u a ir m e n ca p ai se k it a r 2 3 ,3 °C-2 9 ,7 °C
(Me r g u lie s
et al., 2 0 0 7 ). Se b a lik n ya , d i d a e r a h
khat ulist iwa dengan po sisi lint ang 10°LU-15°LU dan
bujur 120°BT-180°BT di Samudera Pasifik, ikan t una
sirip kuning dapat memijah sepanjang t ahun dengan
puncak pemijahan pada bulan Juli-No vember. Induk
ikan tuna sirip kuning dengan ukuran bo bo t lebih dari
9 kg at au panjang cagak lebih dari 82,2 cm; dengan
p erkiraan um ur se kit ar d ua t ahu n yan g dip elih ara
dalam bak t erko nt ro l dapat memijah sepanjang t ahun
(Hut apea
et al., 2010).
Me m p e r h a t ik a n
b e b e r a p a
fa k t o r
ya n g
memengaruhi pemat angan dan pemijahan ikan t una
sirip kuning baik berdasarkan ukuran, umur, maupun
lo kasi pemijahannya, maka perlu dilakukan penelit ian
untuk mengetahui performa pemijahan induk ikan tuna
sirip ku ning yan g d ipe lih ara d alam keramb a jaring
apung (KJA) di laut .
BAHAN DAN M ETODE
Pem eliharaan Induk Ikan Tuna
Pemeliharaan induk ikan tuna sirip kuning dilakukan
di KJA milik BBPPBL yang t erlet ak di Dusun Go ndo l
Desa Penyabangan Kecamat an Gero kgak Kabupat en
Bu le le n g , Ba li. KJA b e r b e n t u k b u n d a r d e n g a n
diam et er 5 0 m dan ke dalaman jaring 8 m d en gan
menggunakan jaring dengan bahan
High Densit y Poly Et hylene(HDPE) de ngan mat a jarring 3,5 inci; yang
d ip asan g b e rjarak 3 0 0 -40 0 m d ari p an t ai d e n gan
kedalaman perairan 20-30 m.
Calo n induk ikan t una dengan bo bo t 0,3-0,4 kg
d it angkap d i se kit ar rum p o n yan g t e rle t ak 1 2 -1 5
neut icalmile lepas pant ai Ut ara Bali pada pertengahan
t ahun 2013 dengan mengikut i met o de penangkapan
dan t ran sp o rt asi ke KJA yang t elah dike mb an gkan
sebelumnya (Hut apea
et al., 2010). Pemeliharaan ikan
dilakukan hingga mencapai induk dengan memberikan
pakan dan o b ser vasi kesehat an ikan sesuai dengan
met o de yang dikembangkan Hut apea
et al. (2010).
Pakan yang diberikan selama pemeliharaan adalah
pakan segar berupa ikan layang dan cumi-cumi dengan
perbandingan 2:1. Persentase pemberian sebanyak
3%-5% dari est imasi bio massa ikan t una yang dipelihara
per hari sehingga dipero leh t ingkat kekenyangan induk
yang o pt im um d an p em be rian p akan d it in gkat kan
sampai 7% per hari terut ama pada musim ikan liar yang
melimpah. Pemberian pakan dilakukan pada pagi dan
so re hari. St o k pakan segar disimpan dalam ruangan
pendingin (
cold st orage) dengan suhu minus 20°C-30°C.
Pakan d ip ind ah kan ke dalam ruang dingin (
chiller)
dengan suhu 0°C-5°C sehari sebelum diberikan pada
induk ikan agar es pada pakan meleleh dan mudah
d ib e r sih ka n . Ju m lah p a ka n s e ga r yan g d ib e rik an
disesuaikan set iap 2-3 hari. Jika pemanfaat an pakan
o leh indu k ikan t u na me ningkat , maka pem be rian
ju m lah p a ka n ju ga d it in gk a t k an . De m ik ia n ju g a
sebaliknya jumlah pakan dit urunkan jika nafsu makan
ikan berkurang. Penambahan vit amin juga dilakukan
sebagai
immunost imulant agentyait u Vit amin C dan E,
sert a vit am in m ix de ngan jum lah 1 % dari e st im asi
bo bo t kering pakan se gar yang diberikan. Vit am in
dimasukkan ke dalam kapsul (0,3 g vit amin/kapsul) lalu
kapsul ini disisipkan ke dalam ikan layang dan
cumi-cumi sebelum diberikan ke induk ikan.
Pemijahan Induk dan Penanganan Telur Ikan Tuna
beriringan dengan kecepat an yang lebih t inggi dari
biasanya. Un t uk menget ahui adanya pe mijahan, air
la p is a n p e r m u k a a n d a la m KJA d is a r in g d e n g a n
menggunakan saringan seser b ert angkai (
scope net)
dengan ukuran mata jaring 400 µm, dan hasilnya
dimasukkan ke dalam gelas
beakerunt uk diamat i ada
t idaknya t elur. Pro ses pengamat an, pemanenan, dan
penanganan t elur ikan t una disajikan pada Gambar 1.
Jika d it e m u kan t e lu r, m aka p e n gam b ilan t e lo r
dilakukan secara manual dengan menggunakan sero k
mengitari KJA atau dengan menggunakan sampan kecil
(ka t a m a r an ) b e r m e s in ya n g d i b ag ia n d e p a n n ya
dilengkapi dengan seser. Agar t elur t idak keluar dari
KJA se b e lu m d ip an e n , p a d a so re h a ri b e riku t n ya
d ilaku kan p e m asan gan jaring m e n ge lilingi b agian
dalam KJA dengan lebar jaring 2 m dan mat a jaring
500-600 µm. Jaring dipasang 50 cm di atas air hingga
1,5 m di bawah permukaan air. Agar jaring t et ap dalam
po sisi yang baik, maka bagian at asnya diikat ke jaring
KJA sement ara bagian bawahnya dipasang pemberat .
Hasil pemanenan telur yang t erkumpul dalam serok
a t a u se s e r, d isa r in g d e n ga n sa r in ga n b e r t in g ka t
berukuran
mesh size1.000
µm
. Telur ikan t una dapat
m e le w at i s ar in g an t e rs e b u t , s e d an g ka n p ar t ike l
sampah dan o rganisme hidup lainnya yang berukuran
lebih dari 1.000 µm tidak lolos. Selanjutnya, telur ikan
t una disaring lagi dengan saringan ukuran mesh size
400 µm
, agar sampah dan o rganisme hidup yang halus
t erbuang dan dipero leh t elur yang lebih bersih. Hasil
saringan ini dimasukkan ke dalam bak penampungan
b e r u p a e m b e r p la s t ik vo lu m e 1 5 L ya n g t e la h
dilengkapi dengan aerasi. Set elah panen selesai, t
elur-t e lu r dalam e mb er dielur-t ran sp o relur-t asikan ke d araelur-t d an
dimasukkan dalam bak fiber kerucut vo lume 100 L
untuk dilakukan pemisahan antara telur dan organisme
lain (co p epo d) yang masih t ercampur dengan t elur.
Met o de p em isah an me m an faat kan sifat p ho t aksis
po sit if co p ep o d sed angkan t e lur de ngan perfo rma
yang baik akan mengapung di permukaan air. Unt uk
it u, bak fiber yang t elah berisi t elur dit utup kain hit am
dari bagian at as hingga dasar, t anpa aerasi dan pada
bagian dasar bak diberi cahaya (lampu sent er). Telur
yang b aik akan me ngap ung ke lapisan p ermu kaan
sement ara co pepod dan o rganisme lainnya mendekat i
cahaya dan t elur rusak berkumpul di dasar bak. Setelah
o rgan isme t arget t e rkum pu l, air bagian dasar bak
dibuang dengan cara membuka keran secara
perlahan-lahan sampai semua t elur yang rusak, co pepo d, dan
o rgan isme lain t erbu ang. Se lan ju t n ya t elu r disu
ci-hamakan melalui perendaman dalam larut an fo rmalin
25 mg/L selama 10 menit dengan t et ap diaerasi dengan
kecepat an yang cukup unt uk mengaduk t elur secara
merat a. Sekit ar 100 but ir t elur diambil secara acak
u n t u k k e p e r lu a n p e n g a m a t a n d a n p e n g u k u r a n
d ia m e t e r t e lu r d a n b u t ir a n m in ya k , s t a d ia
perkembangan embrio , dan ko ndisi t elur (st eril at au
fe r t ile ), s e r t a a d a t id a k n ya in fe ks i e n d o p a r a sit .
Pe ngamat an dilakukan di bawah mikro sko p Niko n
SMZ1000 dan Niko n EclipseE600 yang dihubungkan
d en gan kam e ra Niko n Digit al DXM12 0 0F-TV Len s
C-0.6X Japan dan ko mput er yang dilengkapi pro gram
Win ROOF v 5.0 u n t u k p e n yim pan an gam b ar dan
pro gram ACT-Minat i Co rpo rat io n unt uk pengukuran.
Gambar 1. Skema pengamat an pemijahan induk ikan t una sirip kuning (
Thunnus albacares), pemanenan
dan penanganan t elur
Figure 1. Schemat ic on spawning observat ion of yellowfin t una (Thunnus albacares), harvest ing and han-dling of eggs
side of float ing net cage
Pisahkan te lur dan copepod St erilize t he eggs using
formaldehyde
Tebar t elur dalam inkubator Put t he eggs int o t he
Se t e lah su ci-h am a se le sai, t e lu r d is arin g d e n g an
saringan bermata jaring 600 µm, dibilas, lalu
dimasukkan ke dalam bak inkubasi berupa bak
fiber glasskerucut ber vo lume 200 L. Bak dilengkapi dengan
sist em aerasi dan air laut mengalir ko nt inu (600 mL/
det .). Penghitungan jumlah telur dilakukan secara
sam-pling, dengan mengambil 100 mL air penampungan
t elur secara acak sebanyak tiga kali. Jumlah t elur dalam
set iap sampel dihit ung lalu diko nversi ke dalam vo
l-ume bak unt uk mempero leh jumlah t elur ikan t una
keakt ifan lar va (SAI). Unt uk menentukan SAI, air berisi
t elur dari bak inkubat o r diambil dengan menggunakan
gelas
beaker100 mL, lalu dengan menggunakan pipet
g e la s 5 m L, t e lu r d ip ilih d a n d ih it u n g u n t u k
dimasukkan dalam
beaker1 L yang t elah berisi air laut
bersih hingga mencapai jumlah 100 butir dan kemudian
gelas
beakert e rsebut dit em pat kan dalam bak yang
berfungsi sebagai
wat er bat h. Set elah t elur menet as,
dilakukan penghit ungan t elur yang t idak menet as dan
lar va yan g mat i. Se t iap h ari b e riku t n ya dilakukan
penghitungan lar va yang mat i dan demikian seterusnya
h in g g a s e m u a la r va m a t i. Da t a ya n g d ip e r o le h
d it am pilkan d alam be nt uk gam bar d an t ab el yan g
selanjut nya dianalisis secara deskript if.
HASIL DAN BAHASAN
Be r d a s a r k a n p e n g a m a t a n h a r ia n p a d a s a a t
pemberian pakan, pemberian pakan sebesar 3%-5% dari
bio massa induk, yait u 35-60 kg pakan yang diberikan,
hanya dalam wakt u 1-2 menit sudah habis dimakan
o leh induk ikan t una. Hasil pengamat an sebelumnya
pada pemeliharaaan induk t una dalam bak bet o n dan
diberi pakan hingga kenyang menunjukkan penurunan
t ingkat p emangsaan set elah t iga men it pe mbe rian
pakan (Hut apea
et al., 2010) sebagai t anda induk sudah
kenyang.
Ikan t un a se bagai ikan pe re nan g ce pat de ngan
jumlah kebut uhan pakan yang t inggi akan berusaha
menangkap ikan liar, yait u ikan lain yang ada di dalam
maupun di luar KJA, jika pakan yang diberikan t idak
mencukupi. Hal ini dapat menyebabkan induk ikan tuna
m e nab rak jaring d an b ah kan d apat m en ye b abkan
kemat ian ind uk. Oleh karena it u, pem berian pakan
dit ingkat kan dari 3%-5% bio massa per hari menjadi 7%
per hari (85-102 kg/hari) t erutama pada musim di mana
ikan liar di se kit ar KJA melim pah . Den gan cara ini
diharapkan dapat mengurangi agresivit as induk dan
ju ga d ap at m e n st im u las i ke m at an gan go n a d d an
pemijahan.
Pe mijahan ind uk ikan t un a di KJA pe rt am a kali
diamat i pada Januari 2015 dengan est imasi umur induk
2 -3 t a h u n d an b o b o t b ad an 2 0 -3 0 k g. Pe rfo r m a
pemijahan induk di KJA selama tahun 2015 dapat dilihat
pada Gambar 2. Tidak ada perbedaaan est imasi umur
in d u k p e r t a m a k ali m e m ija h an t a r a in d u k ya n g
dipelihara dalam bak bet on maupun dalam KJA, t et api
berb eda dalam est imasi ukurannya (Hut ape a
et al.,
2010) karena pert umbuhan ikan t una dalam KJA jauh
lebih cepat dibandingkan dengan yang dipelihara dalam
bak bet o n.
Selama Januari hingga Maret 2015 jumlah telur yang
dihasilkan masih sedikit . Hal ini dapat t erjadi karena
p e rse n t a si ju m lah in d u k ya n g b ar u p e rt am a ka li
m e m ija h m a s ih s e d ik it (Ma s u m a , 2 0 0 6 ). La ju
pemat angan go nad dan pemijahan induk dalam kolam
at au jaring lebih rendah dibandingkan di alam bebas
(Seo ka
et al., 2008). Jika dihubungkan dengan kualit as
air, kemungkinan ada hubungan linier po sit if ant ara
ju m la h t e lu r ya n g d ih a s ilk a n d e n g a n s u h u d a n
kan dungan o ksigen . Ke t ika o ksigen t erend ah p ada
bulan April yait u sekit ar 3,6 mg/L dan suhu permukaan
air t ere n d ah t e rjad i p ad a b u lan Ju n i yait u 2 7 ,0 °C
(Sut armat
et al., 2015), pro duksi t elur ikan t una lebih
rendah dibandingkan dengan pro duksi t elur di bulan
Agust us.
Pad a b u lan Jan u ari h in gga Mare t , p e n gu ku ran
kualit as air dilakukan di sekit ar KJA dan mulai bulan
April, pengukuran dilakukan o leh bagian penelit ian
kualit as air di perairan sekit ar Go ndo l, sepert i t ert era
p a d a Tab e l 1 . Se lan ju t n ya d a t a ku alit a s air ya n g
d igu n a ka n ad alah d a t a s e k u n d e r d ar i p e n e lit ian
Sut armat
et al. (2015) yang melakukan pengamat an
kualit as air di perairan pant ai Go ndo l, t erm asuk di
sekit ar KJA ikan t una sirip kuning. Ket ika kandungan
o ksigen men in gkat d an men cap ai t ert inggi (> 5 ,0
mg/L) pada bulan Agust us dan suhu air juga meningkat
mencapai t ert inggi pada bulan Sept ember-No vember
sebesar 29,5°C (Sut armat
et al., 2015) pro duksi t
elur-t elur ikan elur-t una juga berada pada puncaknya.
dan mengecek ada t idaknya t elur. Telur yang dipanen
hanyalah t elur yang sudah dibuahi, yait u t elur yang
mengapung di lapisan permukaan air. Pemanenan t elur
dilakukan selama 1-3 jam, t ergant ung jumlah telur yang
t elah diperoleh. Diperkirakan hanya sebagian kecil dari
t e lur yan g dip ijah kan yan g d ap at d ip an e n kare n a
luasnya permukaan KJA, sert a ket erbat asan alat dan
wakt u. Telur dit ampung dalam ember selama 1-2 jam
dengan jumlah ant ara 100.000-4.000.000 but ir. Hasil
penelit ian Andamari
et al. (2012) menunjukkan bahwa
induk ikan t una sirip kuning di alam dengan bo bo t
b ad an an t ara 46 ,2-71 ,5 kg me mp u nyai fe ku n dit as
ant ara 2,7-6,7 jut a but ir at au sekit ar 58.000-93.000
but ir/kg induk. Berdasarkan info rmasi fekundit as ini
maka diperkirakan bahwa jumlah telur yang dihasilkan
per pemijahan mungkin jauh lebih banyak dari jumlah
yang dapat dipanen. To t al t elur yang dipro duksi juga
t idak dapat diest imasi karena pemanenan t elur t idak
dilakukan set iap malam dan lama pemanenan yang
t idak ko n sist en . Ket ika jum lah t elur yang d ip an en
sudah banyak walaupun wakt unya hanya sebentar, telur
h aru s se gera d it ran spo rt asikan agar t e t ap t e rjaga
dapat dilihat dari hasil pengecekan telur pada ko lekto r
t erapung. Hasil pengecekan ini menunjukkan bahwa
induk ikan t una memijah hampir set iap malam. Secara
umu m diket ahui bahwa masa p emijahan ikan t u na
Gambar 2. Jumlah t elur yang dihasilkan dan jumlah pakan yang diberikan dalam pemeliharaan
induk ikan t una sirip kuning (
Thunnus albacares) di KJA selama t ahun 2015
Figure 2. Number of eggs produced and feed given in t he rearing of yellowfin t una (Thunnusalbacares) broodst ock in float ing net cage in year 2015
Tabel 1.
Paramet er kualit as air di dalam keramba jaring apung pemeliharaan induk ikan t una
sirip kuning (
Thunnus albacares) t ahun 2015
Table 1. Wat er qualit y paramet ers in float ing net cage of yellow fin t una (Thunnus albacares)
14000000 Pakan induk/Bro odst ock fe ed
d ap at b e rlan ju t t e ru s se lam a ke t e rse d iaan p akan
memadai. Hal ini terbukti dari hasil penelit ian Hut apea
et al. (2 0 1 0 ) b ah wa ikan t u n a sirip ku n in g d ap at
memijah sepanjang t ahun selama ket ersediaan pakan
ko nt inu.
Jumlah t elur yang dipro duksi t idak menunjukkan
ad an ya ko r e la si d e n ga n fase b u la n , se p e rt i ju ga
dilapo rkan Mergulies
et al. (2007). Namun ada hal lain
yang m e n arik yan g d it e m u kan o le h Go rd o a
et al.
(2 00 9), bahwa ind uk ikan t un a sirip b iru (
Thunnus t hynnus) yang sedang dit arik dari daerah penangkapan
ke d ae rah t e m p at p e m e lih ara an (p e n g ge m u kan ),
memijah, dan bertepatan dengan munculnya larva
ubur-ubur. Hal ini juga penting diamat i mengingat pada saat
ubu r-ub ur m elimp ah d i sekit ar KJA ikan t un a, juga
dit emukan jumlah t elur induk ikan t una sirip kuning
ya n g b an ya k. Did u ga u b u r u b u r se b a ga i p e m icu
p e m ijah an at au se b e n arn ya b e rh u b un gan d e n gan
kesuburan perairan sehingga ketersediaan pakan alami
melimpah dan ini menjadi
triggerbagi induk-induk ikan
laut pada umumnya unt uk melakukan pemijahan.
Uku ran d iam e t e r t e lu r d an b u t iran m in yakn ya
disajikan pada Gamb ar 3. Ju mlah t e lu r yan g d ap at
dipanen pada bulan Maret -Mei sangat sedikit sehingga
t idak d ilaku kan p engukuran. Tidak ada pe rbe daan
ukuran diamet er t elur yang nyat a pada set iap bulan
walaupun t erlihat bahwa pada bulan No vember dan
Desember t elur cenderung lebih kecil dibandingkan
bulan-bulan lainnya, di daerah sub t ro pis ukuran t elur
sa n gat d ip e n ga ru h i o le h s u h u p e r aira n , d i m a n a
semakin t inggi suhu air pada saat pe mijahan maka
d ia m e t e r t e lu r aka n le b ih ke cil (Masu m a , 2 0 0 9 ).
Ternyat a ukuran diamet er t elur ikan t una sirip biru
relat if lebih besar yait u sekit ar 1 mm dengan but iran
minyak 250 µm atau dengan rasio 25% (Mylonas
et al.,
2007). Sement ara hasil penelit ian pada ikan t una sirip
kuning ini menunjukkan rasio ant ara but iran minyak
dengan diamet er t elur hanya 18%-21%.
Te lu r d a n la r va ika n t u n a s ir ip k u n in g h a s il
pemijahan di KJA dari set iap pemanenan t elur selalu
d ilak u ka n u ji u n t u k m e n ge t a h u i d aya t e t a s d a n
ket ahanan lar va t anpa diberi pakan (
sur vival act ivit y index-SAI) dit ampilkan pada Tabel 2.
Ketahanan hidup lar va ikan t una sirip kuning t anpa
pakan dalam penelitian ini rata-rata empat hari dengan
nilai SAI 0,12 hingga 3,88 dengan rat a-rat a t ert inggi
pada bulan Agust us yait u 2,58 ± 1,20. Lar va dengan
nilai SAI yang tinggi menunjukkan sintasan yang secara
nyat a lebih t inggi dibandingkan dengan lar va dengan
SAI yang rendah (Mat suo
et al., 2006). Nilai SAI t idak
h an ya b e rhu b u ngan d e n gan pe n yim p anan nu t rie n
t et api juga berhubungan dengan ko ndisi lingkungan
(Wang
et al., 2013). Ket ika lingkungan hidup dalam
ko ndisi o pt imal, maka energi lebih banyak yang dapat
Gambar 3. Diamet er t elur, diamet er but iran minyak dan rasio but iran minyak, dan diamet er t elur ikan
t una sirip kuning,
Thunnus albacareshasil pemijahan di KJA selama t ahun 2015
Figure 3. Egg diamet er, oil globule diamet er and its rat io of yellowfin tuna, Thunnus albacares from broodstock spawned in float ing net cage during year 2015
16.5
Diam et er t elur/Egg Dia. Oil globule Rasio d ia. oil globul-t elur/oil globule-egg dia. Rat io
D
digunakan u nt uk perkembangan dan pert umbu han
lar va. Int eraksi ant ara suhu dan salinit as yang o pt imal
juga dapat meningkatkan nilai SAI pada lar va ikan t una
sirip kuning (Kim
et al., 2015). Dengan demikian dapat
dikat akan bahwa kualit as t elur yang dihasilkan dalam
penelit ian ini sudah baik dan mampu mempro duksi
lar va, sert a diharapkan dapat memproduksi benih ikan
t una sirip kuning.
KESIM PULAN
Induk ikan t una sirip kuning yang dipelihara di KJA
m e n u n ju k k a n p e r fo r m a r e p r o d u k s i ya n g b a ik .
Fre ku e n si p e m ija h a n t e rja d i h am p ir s e t ia p h a ri,
dengan estimasi jumlah telur yang dapat dipanen ant ara
3 0.0 0 0-3 .60 0 .00 0 b u t ir/p em ijah an d e ngan u ku ran
diameter telur 870-920 µm. Kualitas telur yang
dihasilkan berupa daya t et as ber variasi ant ara
26%-96%, larva maksimal bertahan hidup t anpa diberi pakan
hingga lima hari set elah menet as dengan nilai indeks
ket ahanan larva (
Sur vival Act ivit y Index) kualifikasi baik
ant ara 0,1-3,8.
UCAPAN TERIM A KASIH
Pe nelit ian ini dilaksanakan at as dana APBN T.A.
2015 yang dalam pelaksanaannya dibant u o leh teknisi.
Pe n u lis m e n g u cap k an t e r im a kas ih k e p ad a Pu t u
Sudarsana, Jafar Sho diq, Syahrodi, dan Muhammad Arif
yang t elah membant u penelit ian ini.
DAFTAR ACUAN
Andamari, R., Hut apea, J.H., & Prisant o so , B.I. (2012).
Aspek repro duksi ikan t una sirip kuning (
Thunnus albacares).
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelaut an Tropis,
4(1), 89-96.
Ano nymous. (2014). Review o f t he st at ist ical dat a and
fish er y t re nd s fo r t ro pical t unas. Ind ian Oce an
Tuna Co mmissio n (IOTC). Fift een Wo rking Part y
Tabel 2.
Frekuensi pemanenan t elur ikan t una sirip kuning (
Thunnus albacares) per bulan, rat a-rat a ket ahanan
hidup lar va, dan indeks ket ahanan hidup lar va sepanjang t ahun 2015
Table 2. Fequencies of yellowfin t una (Thunnus albacares) eggs harvest ed per mont h, mean larval survival (day aft er hat ch), mean and st andard deviat ion of survival act ivit y index (SAI) of larvae in year 2015
Kisaran
Range
Rat a-rat a ± St andar deviasi
M ean ± Standar d deviation
Jan u ar i
January 6 4 .0 1 .20 -3 .2 2 2.1 8 ± 0 .69
Feb ru ari
February 8 3.7 5 1 .35 -2 .6 7 1.7 6 ± 0 .41
Mar et
M arch 10 4 .0 1 .46 -3 .5 2 2.0 7 ± 0 .71
Ap r il
April 15 3 .7 1 .03 -3 .2 6 1.8 4 ± 0 .76
Mei (M ay) 3 4 .0 0 .78 -2 .4 0 1.5 7 ± 0 .82
Ju n i (June) 4 4 .0 1 .19 -2 .3 1 1.9 3 ± 0 .46
Ju li (July) 3 4 .0 1 .07 -3 .7 1 2.2 3 ± 1 .11
Ag u stu s
August 11 4 .5 0 .84 -3 .8 8 2.5 8 ± 1 .20
Sep temb er
Sept ember 6 4 .0 0 .12 -3 .1 3 1.9 0 ± 1 .02
Okto ber
October 10 4 .0 0 .74 -3 .0 0 1.8 7 ± 0 .68
No vemb er
November 6 5 .0 0 .68 -3 .4 4 2.2 9 ± 0 .96
Desember
Descember No d ata -- --
--Nilai i ndeks ket ahanan hidup larva
Sur vival activity index of lar vae
Bul an
M onths
Jum lah pem anenan t el ur
Frequency of eggs
harvesting
Rat a-rat a ket ahanan hi dup larva (hari)
M ean lar val