# Ko re sp o n d e n si: Balai Rise t Per ikan an Bu d id aya Air Tawar d an Pe n yu lu h an Pe r ikan an . Jl. Se m p u r No . 1 , Bo g o r 1 6 1 5 4 , In d o n e sia. Te l. + 6 2 2 5 1 8 3 1 3 2 0 0
E-m ail: vi t as.at madi @ gmai l .com
Tersedia online di: ht t p://ej ournal-balit bang.kkp.go.id/index.php/j ra
PERTUM BUHAN IKAN LALAWAK (Barbonymus balleroides) GENERASI PERTAM A
HASIL DOM ESTIKASI
Vit as At madi Prakoso#, Fera Permata Putri, dan Irin Iriana Kusm ini
Balai Riset Perikanan Bu didaya Air Tawar dan Penyu luhan Pe rikanan
(Naskah dit erima: 19 M ar et 2017; Revisi final: 31 Okt ober 2017; Diset ujui publikasi: 31 Okt ober 2017)
ABSTRAK
Ikan lalawak (Barbonymus balleroides) merupakan komoditas potensial untuk dikembangkan sebagai ikan budidaya, namun masih sedikit upaya yang dilakukan untuk mengembangkannya. Sementara itu, kelestarian ikan ini mulai terganggu akibat tingginya tingkat penangkapan di alam. Saat ini, proses domestikasi yang dilakukan telah menghasilkan gen erasi pertama (G-1). Penelitian ini bertujuan untuk me mpelajari pola pertumbu han ikan lalawak gene rasi pertam a hasil do mestikasi u ntuk mendu kung prose s dome stikasi. Un t u k m e n ge t ah u i p o la pe rt u m b u h an ikan lalawak ge n e rasi p e rt am a h asil d o m e st ikasi, d ilaku kan pemeliharaan benih hasil pemijahan induk G-0. Benih G-1 dipelihara di kolam beton (2 m x 5 m x 1 m; tinggi air: 0,5 m) yang berarus tenang dengan padat tebar 15 ekor/m2. Selama pemeliharaan, ikan diberi pakan
komersial dengan kadar protein 34%. Pakan diberikan 3% dari bobot biomassa dengan frekuensi pemberian pakan dua kali sehari selama 90 hari masa pemeliharaan. Sampling dilakukan tiap 30 hari dengan mengambil secara acak 30% total biomassa ikan untuk diukur panjang dan bobotnya. Hasil penelitian menunjukkan b ah wa ikan lalawak ge ne rasi p e rt ama se lam a 90 h ari me n galam i ke naikan b o b o t se b e sar 352,54%; pertambahan panjang sebesar 65,68%; SGR bobot 1,60 ± 0,103%; SGR panjang 0,54 ± 0,036%; rata-rata pertambahan bobot dan panjang harian masing-masing sebesar 0,02 ± 0,001 g/hari dan 0,006 ± 0,0004 cm /hari; rasio konversi pakan seb esar 1,59 ± 0,431; dan sintasan 99,78 ± 0,314%. Dari analisis data hubungan panjang-bobot ikan, diperoleh nilai b> 3 dengan faktor kondisi 0,99 ± 0,10.
KATA KUNCI: Barbonymus balleroides; pertumbuhan; domestikasi
ABSTRACT: Growth on first generation of domesticated barb (Barbonymus balleroides). By: Vitas Atmadi Prakoso, Fera Permata Putri, and Irin Iriana Kusmini
Barb fish (Barbonymus balleroides) is a pot ent ial commodit y t o be developed for aquacult ure. However, lit t le effort
has been made t o develop it s culture. M eanwhile, the sustainability of t hese fish is under int ense pressure due t o t he high rat e of capt ure in it s nat ural habit at . Recent ly, t he domest icat ion process of t his species has result ed t he first fish generat ion (G-1). This st udy was aimed t o st udy t he growt h pat t erns of t he first generat ion of domest icat ed barb fish t o support t he domest icat ion process. In order t o det ermine the growt h pat t ern of t he first generat ion of domest icat ed barb, growt h performance t est of seed produced by t he broodst ock (G-0) was conduct ed. The fish were reared in
concret e ponds (2 m x 5 m x 1 m, wat er level: 0.5 m) wit h low current and wit h stocking densit y of 15 fish/m2. During
t he t est , t he fish were fed wit h commercial pellet s wit h a prot ein cont ent of 34%. Feed was given 3% of biomass, t wice per day during 90 days of t he rearing period. Dat a sampling was conduct ed every 30 days by t aking randomly 30% of sample and measuring t heir lengt h and weight . The result s showed t hat t he first -generat ion barb experienced weight increased of 352.54%; lengt h growt h of 65.68%; SGR of weight 1.60 ± 0.103%; SGR of lengt h 0.54 ± 0.036%; mean of daily weight and lengt h gain of 0.02 ± 0.001 g/day and 0.006 ± 0.0004 cm/day, respect ively; feed conversion rat e of 1.59 ± 0.431 and survival rat e of 99.78 ± 0.314% during t he 90 days of rearing period. The lengt h-weight relat ionship of fish was obt ained wit h t he value of b> 3 and condit ion fact or of 0.99 ± 0.10.
PENDAHULUAN
Ikan lalawak (Barbonymus balleroides) merupakan jenis ikan lo kal spesifik di Indo nesia yang po t ensial unt uk dikembangkan sebagai ko mo dit as budidaya. Di Indo nesia, ikan lalawak t ersebar luas di daerah Jawa dan Kalimant an (Ro bert s, 1989; Ko t t elat et al., 1993). Akan t e t api, ke le st arian d an ket e rsed iaan ikan in i mulai t erganggu akibat tingginya t ingkat penangkapan di alam (Rumo ndang, 2013).
Sampai saat ini, masih sedikit sekali upaya unt uk membudidayakan ikan lalawak (Kusmini et al., 2016). Oleh karena it u, dilakukan upaya do mest ikasi unt uk keperluan budidaya dan penebaran ikan kembali ke alam. Berhubungan dengan hal t ersebut , sifat bio lo gi, ge n e t ik, p e n yakit m au p u n asp e k so sial e ko n o m i sp esie s yang d id o m est ikasi h arus d iket ah ui u nt uk m e nd u ku ng d o me st ikasi (Masku r, 20 0 2 ). Tah ap an pro ses do mest ikasi ikan lalawak dilakukan melalui beberapa penelitian. Beberapa penelitian tent ang ikan la law ak p e r n a h d ila ku k an , se p e r t i as p e k b io lo gi (Su t a rd ja , 1 9 8 0 ; Fa ja r w a t i, 2 0 0 6 ), k e b ia s a a n m aka n an n ya (Lu vi, 2 0 0 0 ), m o rfo lo gi (Su rawijaya, 2004), dan juga repro duksinya (Yulfiperius, 2006; Mot e et al., 2 0 1 4 ). Masih d ip e rlu kan le b ih b an yak lagi info rmasi men genai ikan ini unt u k dap at d ijadikan sebagai komodit as budidaya. Untuk mendukung usaha pembudidayaan ikan hasil do mest ikasi, sifat bio lo gi ikan t ersebut harus diket ahui dengan sebaik-baiknya, di ant aranya adalah po la pert umbuhannya. Pengamat an po la pert umbuhan melalui ko leksi dat a panjang dan bo bo t di ant aranya bermanfaat dalam mengest imasi fakt o r ko ndisi, pro dukt ivit as, dan perkembangan go -nad (Everhart & Yo ungs, 1981; Blackwell et al., 2000; Richt er, 200 7). Be berapa pen elit ian m enge nai po la pert umbuhan beberapa spesies ikan t elah dilakukan o leh para peneliti (Manik, 2009; Muchlisin et al., 2010, Isa et al., 20 10; Mulfizar et al., 201 2). Akan t et api, ket ersediaan info rmasi po la pert umbuhan pada ikan la la w a k ya n g d id o m e s t ik a s i p a d a lin g k u n g a n t e rko nt ro l masih t erbat as. Pene lit ian in i b ert uju an unt uk me mpelajari po la p ert umbuhan ikan lalawak g e n e r as i p e r t a m a (G-1 ) h a sil d o m e s t ikas i u n t u k mendukung pro ses do mest ikasi.
BAHAN DAN M ETODE
Lokasi dan Waktu Penelit ian
Pen elit ian d ilakukan di Inst alasi Pe ne lit ian dan Pen gemb angan Plasma Nut fah Perikanan Air Tawar, Cijeruk, Bogor, Jawa Barat . Penelitian berlangsung pada bulan Maret sampai Juni 2016.
Ikan Uji
Ikan yang digunakan dalam penelit ian ini adalah ikan lalawak generasi pert ama (G-1) yang merupakan hasil domest ikasi di lingkungan budidaya. Ikan lalawak generasi pert ama ini dipero leh dari hasil pemijahan b uat an m assal in d uk ikan lalawak G-0 yan g t e lah diko leksi dan dipelihara sebelumnya. Benih ikan yang digunakan berukuran 4,4-5,7 cm dengan bo bo t rat a-rat a 2,43 g sebanyak 450 eko r.
Pem eli haraan
Pemeliharaan dilakukan pada t iga unit ko lam beto n ukuran 5 m x 2 m x 1 m dengan kedalaman air 0,5 m. Se la m a p e m e lih a r a a n , ik a n d ib e r i p a k a n p e le t komersial dengan kandungan pro tein 34% dengan do sis pemberian 3% dari bio massa, diberikan dua kali pada pukul 07.00 WIB dan 16.00 WIB.
Parameter
Unt uk me nget ahui pert u mbuhan ikan dilakukan sampl ing 3 0 h a ri s e k ali, h a l in i d ilak u k an u n t u k m e n gu ran gi t in gkat st re s p ad a ikan . Be rd asarkan pengamat an sebelumnya pada pemeliharan induk G-0 yang d ip ero le h dari alam , jika ad a gangguan akan berpengaruh t erhadap nafsu makan unt uk 2-3 hari ke depan. Sampel ikan diambil secara acak sebanyak 30% dari jumlah t ot al per kolam pemeliharaan. Ko leksi dat a berupa pengukuran panjang standar, panjang t ot al, dan bo bo t . Unt uk m en ge t ahu i po la p ert u mb uh an , laju pert umbuh an spesifik (SGR), rat a-rat a pert ambahan b o b o t d an p an ja n g h a rian , la ju ko n ve r si p ak an , sint asan, fakt or ko ndisi, dan hubungan panjang-bo bo t d ih it un g b e rd asarkan ru m u s d ari Bage n al (1 9 7 8 ), Huisman (1987), dan Effendie (2002) sebagai berikut :
Laju pert umbuhan spesifik panjang (Specific growt h
Rat a-rat a pert ambahan bo bo t harian:
d i mana:
ADG= rata-rata p ertambahan bo bo t harian (g/hari) Wt = b o bo t rat a-rata ikan p ad a saat akh ir (g) Wo = bo bo t rata-rata ikan p ad a saat awal (g) t = lama p e rlakuan (hari)
Rat a-rat a pertambahan panjang harian:
d i m an a:
ADL = rata-rata pertambahan p anjang harian (cm/hari) L masing-masing sebesar 0,02 ± 0,001 g/hari dan 0,006 ± 0,0004 cm/hari. Rasio ko nversi pakan ikan lalawak G-1 yait u sebesar 1,59 ± 0,431 dan sint asan 99,78 ± 0,314% (Tabel 1 dan Gambar 1).
Dari analisis dat a hubungan panjang-bo bo t ikan dipero leh nilai b> 3, yait u 3,187 (Gambar 2). Nilai ini menunjukkan bahwa ikan lalawak yang dipelihara di ko lam be t o n berarus t en ang po la pert um buhannya bersifat allo met rik po sit if di mana pert ambahan bo bo t lebih cepat daripada pert ambahan panjang. Sement ara it u, hasil perhit ungan nilai fakt o r ko ndisi dipero leh nilai sebesar 0,99 ± 0,10.
Men u rut Effe n die (2 0 02 ), p e rt u m b uh an ad alah pert ambahan ukuran panjang at au bo bo t dalam suat u wakt u, hal ini dapat t erjadi apabila ada kelebihan in-put energi dan asam amino (pro t ein) yang berasal dari pakan setelah digunakan untuk kebutuhan maintenance. Po la p e r t u m b u h a n ik a n a d a d u a m a ca m , ya it u pert umbuhan iso metrik dan allomet rik. Pertumbuhan ikan membent uk po la iso met rik apabila pert umbuhan panjang seimbang dengan pert umbuhan bo bo t . Po la allomet rik apabila pertumbuhan bo bo t t idak seimbang dengan pert umbuhan panjang (Effendie, 2002).
nilai b yang lebih besar. Feno mena ini dapat disebabkan o leh tingkah laku ikan sebagaimana dikemukakan o leh Muchlisin et al. (2010) yang menyebut kan bahwa besar kecilnya nilai b juga dipengaruhi o leh perilaku ikan, misalnya ikan yang berenang akt if menunjukkan nilai b yang lebih rendah bila dibandingkan dengan ikan yang berenang pasif, walaupun demikian ikan ini t etap memiliki bent uk badan yang pipih. Dalam kait annya d en gan p en elit ian in i, ikan d ip e lihara pada ko lam budidaya yang airnya t enang sesuai dengan habit at alami ikan lalawak yang hidup d i p erairan berarus t enang. Pada ko ndisi t ersebut ikan jarang berenang akt if, sehingga nilai b lebih t inggi dari t iga. Nilai b ya n g le b ih b e s a r d a r i t ig a m e m p e r lih a t k a n pert umbuhan bo bo t lebih do minan daripada panjang ket ika ukurannya bert ambah besar (Ali et al., 2002).
Se cara u m u m n ilai b t e rgan t u n g p ad a ko n d isi fisio lo gis dan lingkungan sepert i suhu, pH, salinit as, let ak geo grafis, t eknik sampling juga ko ndisi bio lo gis s e p e r t i p e r k e m b an g a n g o n a d d a n k e t e r se d ia a n makanan (Je nnin g et al., 200 1; Fro ese, 20 06). Dari hubungan panjang-bo bo t dipero leh nilai regresi (R2) 0,883; hasil t ersebut menunjukkan bahwa t erdapat keerat an ant ara panjang dengan bo bot sebesar 88,3%. Nilai regresi m e nd e kat i sat u m e nu n ju kkan b ahwa keragaman yang dipengaruhi o leh variabel lain cukup kecil dan hubungan ant ara panjang dan bo bo t ikan
sangat erat , didukung o leh pendapat Walpo le (1995) jika nilai (R2) mendekati sat u maka terdapat hubungan yang kuat ant ara kedua variabel t ersebut . Hubungan panjang-bo bo t berbeda ant ar spesies yang berkait an dengan bent uk badan secara genet is, dan di dalam suat u spesies hubungan panjang-bo bo t dipengaruhi o leh kondisi kebugaran individu. Ko ndisi ini seringkali menunjukkan ket ersediaan pakan, kecepat an dalam memangsa makanan, dan pertumbuhan masing-masing in d ivid u . Me n u r u t Sch n e id e r et al. (2 0 0 0 ), je n is kelamin dan perkembangan go nad juga memberikan va r ia s i h u b u n g a n p a n ja n g . Be n t u k b a d a n ik a n ce n d e ru n g b e r u b ah d e n g an ad an ya p e rt am b ah an panjang, dan ini dit unjukkan dengan nilai b menjadi lebih besar dari t iga bila ikan menjadi lebih gemuk, dan bila nilai b lebih kecil dari t iga menunjukkan ikan lebih kurus (Jo bling, 2002). Info rmasi t ent ang fakt o r ko n d isi sangat pe n t in g d alam p en gelo laan sist e m budidaya karena fakt o r ko ndisi menunjukkan ko ndisi spesifik yang t erjadi pada ikan budidaya (Araneda et al., 2008). Menurut Effendie (2002), ikan yang nilai fakt o r ko ndisinya 0-1 maka ikan t ersebut t ergo lo ng ikan yang pipih at au t idak gemuk. Sedangkan unt uk ikan yan g n ilai fa kt o r ko n d isin ya 1 -3 , m ak a ikan t ersebut t ergo lo ng ikan yang bentuk badannya kurang pipih. Pada p ene lit ian ini, nilai fakt o r ko n disi ikan la la w a k b e r a d a p a d a k is a r a n 0 -1 . Ha l t e r s e b u t Tabel 1. Pert umbuhan, rasio ko nversi pakan, dan sint asan ikan lalawak (Barbonymus balleroides)
generasi pert ama hasil do mest ikasi selama 90 hari pemeliharaan
Table 1. Growt h, feed conversion rat io, and survival rat e of t he first generat ion of domest icat ed barb (Barbonymus balleroides) during t he 90 days of rearing
Param et er (Parameter s) Rat a-rat a ± SD
M ean ± SD
Bo b o t awal (Initial weight ) (g ) 2.4 3 ± 0 .25 Bo b o t akh ir (Final weight) (g ) 1 0 .9 9 ± 0 .3 5 Pan jan g awal (Initial lengt h) (cm) 5.7 6 ± 0 .28 Pan jan g akh ir (Final lengt h) (cm) 9.5 4 ± 0 .12 Pertamb ah an b o b o t (Weight gain) (g ) 7.8 2 ± 0 .97 Pertamb ah an p an jang (Length gain) (cm) 3.5 7 ± 0 .30 Laju p er tu mb u h an sp esifik bo b o t (%/h ari)
Specif ic growt h rate of weight (%/day) 1 .6 0 ± 0 .1 0 3
Laju p er tu mb u h an sp esifik pan jan g (%/har i)
Specif ic growt h rate of lengt h (%/day) 0 .5 4 ± 0 .0 3 6
Rata-rata per tamb ahan b o b o t har ian (g /har i)
Average daily growt h of weight (g/day) 0 .0 2 ± 0 .0 0 1
Rata-rata per tamb ahan p an jan g h ar ian (cm /h ar i)
Average daily growt h of length (cm/day) 0 .0 0 6 ± 0 .0 0 0 4
Gambar 1. Keragaan pert umbuhan ikan lalawak (Barbonymus balleroides) generasi pert ama hasil do mest ikasi selama 90 hari pemeliharaan.
Figure 1. Growt h performance of t he first generat ion of domest icat ed barb (Barbonymus balleroides) during t he 90 days of rearing.
Gambar 2. Grafik hubungan panjang-bo bo t ikan lalawak (Barbonymus balleroides) generasi pert ama hasil do mest ikasi yang dipelihara di ko lam bet o n
dikarenakan ikan t ersebut masih belum berada pada t ahap mat ang go nad, sehingga bent uknya cenderung pip ih.
Selama pe melih araan berlangsung, ikan lalawak memiliki sint asan yang t inggi, yait u sebesar 99,78 ± 0,314%. Pada hasil penelit ian t erdahu lu, dit emukan b a h w a s in t a s a n ik a n g e n e r a s i p e r t a m a h a s il do mest ikasi lainnya lebih rendah, sepert i pada ikan gabus dengan sint asan 53,33% (Muflikhah, 2007), ikan ke lab au seb esar 7 9,7 3% (Rukm ini, 2 016 ), dan ikan semah sebesar 81% (Subagja et al., 2013). Berdasarkan info rmasi t ersebut , hasil penelit ian ini menunjukkan b a h w a g e n e r a s i p e r t a m a ik a n la la w a k s u d a h t erdo me st ikasi d e ngan b aik d i lin gkun gan ex sit u. Sint asan yang t inggi ini dipero leh karena ikan lalawak dipelihara di lingkungan pemeliharaan yang t erkont ro l d ar i se gi p e m b e r ia n p a ka n m a u p u n ku alit as a ir, s e h in g ga m o rt a lit a s ik a n ya n g d ip e lih a ra d ap a t dimin imalisasi.
KESIM PULAN
Ikan lalawak generasi pert ama hasil do mest ikasi menunjukkan po la hubungan panjang-bo bo t dengan pe rsamaan y = 3,187 x - 12 ,15 (R² = 0 ,88 3), at au bersifat allo met rik po sit if. Laju pert umbuhan spesifik bo bo t dan panjang masing-masing selama 90 hari masa pemeliharaan sebesar 1,60 ± 0,103%/hari dan 0,54 ± 0,036%/hari dengan nilai rat a-rat a pert umbuhan bo bo t dan p anjang harian masin g-masing sebesar 0 ,02 ± 0 ,0 0 1 g/h ari d a n 0 ,0 0 6 ± 0 ,0 0 0 4 cm /h a ri. Ra sio k o n ve r s i p a k a n ik a n la la w a k h a s il d o m e s t ik a s i menunjukkan nilai sebesar 1,59 ± 0,431, sedangkan s in t as a n ika n la law a k s e b e sa r 9 9 ,7 8 ± 0 ,3 1 4 %. Informasi ini diharapkan dapat memberikan ko nt ribusi unt uk do mest ikasi spesies ini.
UCAPAN TERIM A KASIH
Penulis mengucapkan t erima kasih kepada Heppy Aprilist ian t o at as ko nt rib u sin ya selama pe n e lit ian be rlangsu ng. Pene lit ian ini me ru pakan bagian dari penelitian yang dibiayai oleh DIPA BPPBAT tahun 2016. DAFTAR ACUAN
Ali, M., Salam , A., Iq bal, F., & Ali Kh an, B. (2 00 2). Gro wt h perfo rmance o f Channa punctat a from t wo eco lo gical regimes o f Punjab, Pakist an. Pakist an Journal of Biological Sciences, 5, 1123-1125. Araneda, M., Perez, E.P., & Gasca, L.E. (2008). Whit e
shrimp Penaeus vannamei cult ure in freshwat er at t hree densit ies: co ndit io n st at e based o n lengt h and weight . Aquacult ure, 283, 13-18.
Bagenal, T. (1 978). Met ho ds fo r t he assessment o f fish pro duct io n in fresh wat ers. 3rd Ed. Oxfo rd, Lo ndo n: Blackwell Scient ific Publicat io ns. Blackwell, B.G., Bro wn, M.L., & Willis, D.W. (2000).
Relat ive weight (Wr) st at us and current use in fish-eries assessment and management. Reviews in Fish-eries Science, 8, 1-44.
Effendie, M.I. (2002). Bio lo gi perikanan. Yo gyakart a: Yayasan Pust aka Nusant ara, 112 hlm.
Everhart , W.H. & Yo ungs, W.D. (1981). Principles o f fisher y Science. 2nd Edit io n. Lo ndo n: Co mst o ck Publishing Asso ciat es, A Divisio n o f Co rnell Uni-versit y Press, 349 pp.
Fajar wat i, E.N. (2006). Aspek eko-biologi ikan lalawak (Barbodes balleroides) pada ber bagai ket inggian t empat di Kabupat en Sumedang, Jawa Barat. Skripsi. Inst it ut Pert anian Bo go r. Bo go r, 48 hlm. & Md Shah, A.S.R. (2010). Lengt h–weight relat io n-ship s o f freshwat er fish specie s in Kerian River Basin and Pedu Lake. Research Journal of Fisheries and Hydrobiology, 5, 1-8.
Jen nin gs, S., Kaise r, M.J., & Re yn o ld s, J.D. (2 0 01 ). Marine fisher y eco lo gy. Oxfo rd, Lo ndo n: Blackwell Scien ces.
Manik, N. (2009). Hubungan panjang-berat dan fakt o r kondisi ikan layang (Decapt erus ruselli) dari perairan sekit ar Teluk Likupang Sulawesi Ut ara. Jurnal Ilmiah Oseanologi dan Limnologi, 35, 65-74.
Masku r. (2002). Pro gram p elest arian plasma n ut fah ikan-ikan perairan umum. Jurnal Akuakult ur Indo-nesia, 1(3), 139-144.
Mo t e, N., Affan d i, R., & Har yo n o . (20 1 4 ). Bio lo gi re p r o d u k si ik an b re k (Bar bonymus ball er oi des Cuvie r & Val. 1842) di Sungai Se rayu zo na at as dan bawah Waduk Panglima Besar So edirman, Jawa Tengah. Jurnal Ikt iologi Indonesia, 14(2), 111-122. Muchlisin, Z.A., Musman, M., & Azizah, M.N.S. (2010).
Lengt h-weight relatio nships and co ndit ion facto rs o f t wo t hreat ened fishes, Rasbora t awarensis and Por opunt ius t aw ar ensi s, e n d e m ic t o Lake La u t Tawar, Aceh Pro vince, Indo nesia. Journal of Applied Icht hyology, 26, 949-953.
Muflikhah, N. (2007). Do mest ikasi ikan gabus (Channa st riat a). BAWAL, 1(5),169-175.
Mu lfizar, Z.A., Mu ch lisin , & De wiyan t i, I. (2 0 1 2 ). Hubungan panjang berat dan fakt o r ko ndisi t iga je n is ika n yan g t e r t an gka p d i p e raira n Ku a la Gigieng, Aceh Besar, Pro vinsi Aceh. Depik, 1, 1-9. Richt er, T.J. (2007). Deve lo pment and evaluat io n o f st andard weight equat io ns fo r b ridgelip sucker and largescale sucker. Nort h American Journal of Fish-eries M anagement, 27, 936-939.
Ro bert s, T.R. (1989). The freshwat er fishes o f West -ern Bo rneo (Kalimant an Barat , Indo nesia). M em-oirs of t he California Academy of Sciences, 14, 1-210. Rukmini. (2016). Wat er level variat io ns fo r egg hat ch-abilit y and larval sur vival of kelabau fish (Osteochilus melanopleura Blkr). Tropical Wet land Journal, 2(3), 6-10.
Rumo ndang. (2013). Kaj ian makanan dan pert umbuhan ikan brek (Barbonymus balleroides Val. 1842) di
Sungai Serayu Kabupaten Banj arnegara Provinsi Jawa Tengah. Te sis. In st it u t Pe rt an ian Bo go r. Bo go r, 61 hlm.
Schneider, J.C., Laarman, P.C., & Go wing, H. (2000). Len gt h-we ight relat io nship . Manu al o f fisheries sur vey met ho ds II. Wit h perio dic updat es. Michi-gan Depart ment o f Nat ural Reso urces, Fisheries Special Repo rt 25. Ann Arbo r.
Shuko r, M.Y., Samat , A., Ahmad, A.K., & Ruziat o n, J. (2008). Co mparat ive analysis o f lengt h-weight re-lat io nship o f Rasbora sumat rana in relat io n t o t he ph ysicch em ical ch aract erist ic in d iffe ren t ge o -graphical areas in peninsula Malaysia. M alaysian Applied Biology, 37(1), 21-29.
Su b a gja , J., Kris t a n t o , A.H., & Su lh i, M. (2 0 1 3 ). Do mest ikasi ikan semah (Tor douronensis) melalui p e n g e m b an ga n b u d id aya. Dalam Su ga m a , K., Krist an t o , A.H., Rad iart a, I N., Lu siast ut i, A.M., Ku sd iart i, Prio n o , B., Insan, I., Dewi, R.R.S.P.S., & Gar d e n ia, L. (Ed s .), Pr osi di ng For um Inovasi Teknologi Akuakult ur 2013 (p. 1-7). Jakart a: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya. Surawijaya, A.A. (2004). St udi morfologi beberapa j enis ikan lalawak (Barbodes spp.) di Sungai Cikandung dan kolam budidaya Kecamat an Buahdua Kabupat en Sumedang. Skripsi. Inst it ut Pert anian Bogo r. Bogo r, 42 hlm.
Su t ard ja, O.S. (1 9 8 0 ). Beber apa aspek biol ogi i kan lalawak, Puntius bramoides (Cuvier & Valenciennes) di Waduk Jat iluhur Jaw a Barat. Skripsi. In st it u t Pert anian Bo go r. Bo go r, 56 hlm.
Walp o le, R.E. (1 995). Pengant ar St at ist ik edisi ke-3 alih bahasa o leh Sumant ri, B. Jakart a: PT Gramedia Pust aka Ut ama, 515 hlm.