ANALISIS KONVERGENSI – DIVERGENSI (KODI)
DI SELAT LEMBEH SULAWESI UTARA
PARWINIA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Pemodelan Ko-Eksistensi Pariwisata dan Perikanan: Analisis Konvergensi-Divergensi (KODI) di Selat Lembeh Sulawesi Utara adalah karya saya sendiri dengan arahan Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Bogor, Januari 2007
PARWINIA. Pemodelan Ko-Eksistensi Pariwisata dan Perikanan : Analisis Konvergensi – Divergensi (KODI) di Selat Lembeh Sulawesi Utara. Dengan komisi pembimbing AKHMAD FAUZI (ketua), DEDI SOEDHARMA, ANDIN H. TARYOTO, MENNOFATRIA BOER (anggota).
Perairan pesisir Sulawesi Utara dikenal di dunia internasional karena keanekaragaman hayatinya, seperti Selat Lembeh di Kota Bitung yang juga dimanfaatkan untuk pelabuhan, perikanan tangkap dan pariwisata.
Perlindungan sebagian kawasan pesisir untuk konservasi dan pariwisata bahari akan memberikan manfaat baik secara ekonomi maupun ekologi. Namun demikian dalam kondisi dimana area yang dilindungi ini tumpang tindih dengan area penangkapan ikan tradisional maka diharapkan kegiatan-kegiatan ini dapat saling ko-eksis.
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab issu tersebut melalui pemodelan bio-ekonomi. Secara spesifik tujuan penelitian ini adalah 1) Melakukan analisis komparatif nilai ekonomi antara wisata dan kegiatan perikanan sekaligus melakukan analisis skenario perubahan nilai ekonomi pada suatu kawasan konservasi jika harus ko-eksis dengan kegiatan perikanan; 2) Menganalisis pola konvergensi / divergensi antara wisata dan perikanan di daerah konservasi; 3) Melakukan analisis kebijakan terhadap implikasi ko-eksistensi antara wisata dan perikanan
Model ini menunjukkan bahwa Ko-eksistensi antara Pariwisata dan Perikanan akan dimungkinkan ketika manfaat yang diperoleh keduanya menguntungkan. Nilai ekonomi tersebut bagaimanapun belum dapat dimanfaatkan secara utuh karena belum optimalnya pengelolaan sumberdaya alam di Selat Lembeh. Penelitian ini juga menghasilkan empat tipologi interaksi antara konservasi dan perikanan tergantung dari besaran kapasitas ekonomi dan kapasitas biofisik. Beberapa alternative kebijakan untuk melindungi pengelolaan kawasan pesisir yang mungkin dapat dilakukan adalah melalui kemitraan antara pengelola kawasan konservasi dan wisata dengan nelayan (sebagai guide diving,pemandu wisata).
Analisis dinamik merupakan interaksi antara kegiatan perikanan yang diwakili dengan potensi perikanan dengan kegiatan pariwisata yang diwakili jumlah wisatawan. Konvergensi terjadi pada tahun ke 40 dengan nilai biomasa ikan sebesar lebih kurang 13 ton dengan jumlah tersebut wisatawan sebanyak 119 orang. Sementara itu interaksi dinamik melalui analisis phase line memiliki keseimbangan
stable focus dimana keseimbangan system jangka panjang akan dicapai melalui penyesuaian antara kedua kegiatan tersebut. Artinya bahwa peningkatan jumlah wisatawan hanya bisa dicapai jika kegiatan perikanan dikurangi.
PARWINIA. Modeling of Co-Existence between Tourism and Fisheries : Convergence-Divergence Analysis in Lembeh Strait North Sulawesi. Under supervision of AKHMAD FAUZI, DEDI SOEDHARMA, ANDIN H. TARYOTO, MENNOFATRIA BOER.
Coastal areas of North Sulawesi are world renowned for their marine biodiversity. Such an area is Lembeh Strait located in the city of Bitung which also serves for other activities such as port, fishing and tourism.
Protecting same coastal areas for conservation and marine tourism will benefit both economically and ecologically. However, when protected areas are intermingle with traditional fishing ground, the question of how these activities could co-exist becomes a crucial point. This study addresses such an issue through a modeling exercise by means of bio-economic modeling. Specifically, the objectives of the study are 1) to determine economic value of marine resource ini Lembeh Strait as well as the scenario if the strait is reserved as marine protected area; 2) to determine convergence-divergence mechanism between tourism and fisheries activities and 3) to analyze policy implication associated with the implementation of MPA (Marine Protecting Area) in the area.
The model shows that there is a significant economic value that could be generated from the Lembeh Strait from fisheries and marine tourism. These values, however, are not yet materialized due to suboptimality in exploiting the resource in the Lembeh Strait. Based on bioeconomic analyses, a co-existence between conservation (marine tourism) and fisheries would be possible once the benefits accrued in both sides are profitable. This study also yields four typologies of interaction between conservation and fisheries depending upon the magnitude of economic capacity and biophysical capacity. Some policy management alternatives for protecting some coastal areas could be proposed. These include partnership between MPA managers and fishermen, engaging community in marine tourism as well as empowering current fisheries activities more to value added rather than just fish for consumption. A phase plane analysis using dynamic model between fisheries (biomass) and tourism shows that a stable focus for long run equilibrium can be achieved with higher rate of tourism at rate of decreasing fisheries activity.
PEMODELAN KO-EKSISTENSI
PARIWISATA DAN PERIKANAN:
ANALISIS KONVERGENSI – DIVERGENSI (KODI)
DI SELAT LEMBEH SULAWESI UTARA
PARWINIA
Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
di Selat Lembeh Sulawesi Utara
Nama : Parwinia
NIM : P.31600013
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, DEA Ketua Anggota
Dr. Ir. Andin H. Taryoto Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA Anggota Anggota
Diketahui
Ketua Departemen Dekan Sekolah Pascasarjana Manajemen Sumberdaya Perairan
Dr.Ir. Sulistiono, M.Sc Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS
© Hak cipta milik IPB, tahun 2007 hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah Rahmat dan
Karunia NYA disertasi ini dapat diselesaikan. Disertasi dengan judul ”Pemodelan
Ko-Eksistensi Pariwisata dan Perikanan: Analisis Konvergensi – Divergensi (KODI)
di Selat Lembeh Sulawesi Utara”. Judul ini berkaitan dengan minat dan perhatian
penulis pada aspek pariwisata bahari dan konservasi pesisir dimana secara umum
bertujuan mengembangkan model pengelolaan kawasan konservasi untuk wisata
bahari yang dapat ko-eksis dengan kegiatan ekonomi pesisir lainnya seperti
perikanan, dan secara khusus adalah melakukan analisis komparatif nilai ekonomi
antara wisata, konservasi dan kegiatan perikanan; melakukan analisis skenario
perubahan nilai ekonmi pada suatu kawasan konservasi jika harus ko-eksis dengan
kegiatan perikanan; menganalisis pola konvergensi/divergensi antara wisata dan
perikanan di daerah konservasi; dan selanjutnya melakukan analisis kebijakan
terhadap implikasi ko-eksistensi antara wisata dan perikanan.
Selat Lembeh sebagai salah satu kawasan yang direncanakan sebagai kawasan
konservasi laut merupakan wilayah pesisir dan laut yang memiliki nilai cukup
strategis dalam pembangunan ekonomi Kota Bitung. Berbagai kegiatan dilakukan di
selat ini diantaranya transportasi, penangkapan ikan, industri, konservasi dan
pariwisata. Di kawasan ini terdapat sekitar 20 lokasi tujuan wisata. Nilai strategis
tersebut telah direkomendasikan oleh para pakar sebagai kawasan konservasi laut.
Untuk menjustifikasi rekomendasi tersebut maka dibutuhkan berbagai penelitian yang
salah satunya berkaitan dengan masalah sosial-ekonomi yang dapat menjadi bahan
pertimbangan pengelolaan kawasan tersebut.
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan
karuniaNYA sehingga disertasi ini dapat penulis selesaikan dengan baik. Pada
kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan
yang tinggi kepada :
1. Yang terhormat Bapak Dr. Ir. Akhmad Fauzi, MSc., selaku ketua komisi
pembimbing, dengan kesabarannya yang tidak pernah mengenal lelah dan
selalu meluangkan waktu untuk memberi semangat, arahan dan bimbingan
sejak awal penulisan disertasi ini hingga selesai. Dengan bimbingan beliau,
disertasi ini akan menjadi sumbangan ilmu berharga bagi pengelolaan
sumberdaya pesisir dan lautan khususnya pada sektor pariwisata dan
perikanan.
2. Yang terhormat Bapak Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, DEA., selaku anggota
komisi pembimbing yang selalu meluangkan waktu untuk memberi arahan
dan bimbingan sejak awal penulisan disertasi ini hingga selesai.
3. Yang terhormat Bapak Dr. Ir. Andin H. Taryoto, selaku anggota komisi
pembimbing yang selalu memonitor perkembangan penulisan disertasi ini dan
meluangkan waktu untuk memberi semangat, arahan dan bimbingan sejak
awal penulisan disertasi ini hingga selesai. Kesabaran beliau menghadapai
perilaku penulis yang kadang merepotkan, sungguh membuat ketenangan hati
dalam penyelesaian disertasi ini.
4. Yang terhormat Bapak Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA., selaku anggota
komisi yang telah banyak meluangkan waktu dengan penuh kesabaran
memberikan sumbangan pemikiran dan arahan yang sangat berarti bagi
penulis dalam menyelesaikan disertasi ini.
5. Yang terhormat Bapak Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc., selaku Penguji Luar
dan saran demi kesempurnaan disertasi ini
6. Yang terhormat Bapak Dr. Ir. Unggul Aktani, M.Sc selaku Penguji dari PS
SPL IPB pada saat ujian tertutup tanggal 26 Desember 2006 yang telah
memberikan sumbangan pemikiran, kritik dan saran demi kesempurnaan
disertasi ini
7. Yang terhormat Bapak Dr. Sapta Nirwandar, selaku Penguji Luar Komisi
pada saat ujian terbuka pada tanggal 25 Januari 2007, yang telah meluangkan
waktu disela-sela kesibukan beliau sebagai Sekjen Departemen Kebudayaan
dan Pariwisata RI, telah memberikan sumbangan pemikiran, kritik dan saran
demi kesempurnaan disertasi ini
8. Yang terhormat Dr. Suzy Anna, M.Si, selaku penguji informal sekaligus
Penguji Luar Komisi pada saat ujian terbuka pada tanggal 25 Januari 2007.
Banyak sekali yang ingin penulis sampaikan kepada beliau, sebagian besar
yang ingin dikatakan adalah terimakasih. Terimakasih karena selalu sabar,
memberikan semangat, berdiskusi dan membantu dalam penulisan disertasi
ini.
9. Ketua dan Sekretaris serta seluruh civitas akademika Program Studi Ilmu
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor atas
semua bekal ilmu dan bantuan dan kerjasamanya selama penulis menuntut
ilmu di PS-SPL IPB. Khususnya untuk staf administrasi di PS-SPL : Pak
Zainal, terimakasih atas segala bantuannya.
10.Terimakasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Georgina Maria Tinungki,
sahabat yang terus menerus memberi semangat; Ir. Norry Kopojos-sahabat
penulis di Tondano yang banyak sekali membantu penulis dalam memperoleh
data penelitian; Dr. Desniarti, sahabat setia dalam suka-duka penyelesaian
disertasi ini; Dr. Sofyan, Dr. Toni, Indra, Taslim Arifin, Nana dan semua
teman yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah banyak
ANALISIS KONVERGENSI – DIVERGENSI (KODI)
DI SELAT LEMBEH SULAWESI UTARA
PARWINIA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Pemodelan Ko-Eksistensi Pariwisata dan Perikanan: Analisis Konvergensi-Divergensi (KODI) di Selat Lembeh Sulawesi Utara adalah karya saya sendiri dengan arahan Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Bogor, Januari 2007
PARWINIA. Pemodelan Ko-Eksistensi Pariwisata dan Perikanan : Analisis Konvergensi – Divergensi (KODI) di Selat Lembeh Sulawesi Utara. Dengan komisi pembimbing AKHMAD FAUZI (ketua), DEDI SOEDHARMA, ANDIN H. TARYOTO, MENNOFATRIA BOER (anggota).
Perairan pesisir Sulawesi Utara dikenal di dunia internasional karena keanekaragaman hayatinya, seperti Selat Lembeh di Kota Bitung yang juga dimanfaatkan untuk pelabuhan, perikanan tangkap dan pariwisata.
Perlindungan sebagian kawasan pesisir untuk konservasi dan pariwisata bahari akan memberikan manfaat baik secara ekonomi maupun ekologi. Namun demikian dalam kondisi dimana area yang dilindungi ini tumpang tindih dengan area penangkapan ikan tradisional maka diharapkan kegiatan-kegiatan ini dapat saling ko-eksis.
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab issu tersebut melalui pemodelan bio-ekonomi. Secara spesifik tujuan penelitian ini adalah 1) Melakukan analisis komparatif nilai ekonomi antara wisata dan kegiatan perikanan sekaligus melakukan analisis skenario perubahan nilai ekonomi pada suatu kawasan konservasi jika harus ko-eksis dengan kegiatan perikanan; 2) Menganalisis pola konvergensi / divergensi antara wisata dan perikanan di daerah konservasi; 3) Melakukan analisis kebijakan terhadap implikasi ko-eksistensi antara wisata dan perikanan
Model ini menunjukkan bahwa Ko-eksistensi antara Pariwisata dan Perikanan akan dimungkinkan ketika manfaat yang diperoleh keduanya menguntungkan. Nilai ekonomi tersebut bagaimanapun belum dapat dimanfaatkan secara utuh karena belum optimalnya pengelolaan sumberdaya alam di Selat Lembeh. Penelitian ini juga menghasilkan empat tipologi interaksi antara konservasi dan perikanan tergantung dari besaran kapasitas ekonomi dan kapasitas biofisik. Beberapa alternative kebijakan untuk melindungi pengelolaan kawasan pesisir yang mungkin dapat dilakukan adalah melalui kemitraan antara pengelola kawasan konservasi dan wisata dengan nelayan (sebagai guide diving,pemandu wisata).
Analisis dinamik merupakan interaksi antara kegiatan perikanan yang diwakili dengan potensi perikanan dengan kegiatan pariwisata yang diwakili jumlah wisatawan. Konvergensi terjadi pada tahun ke 40 dengan nilai biomasa ikan sebesar lebih kurang 13 ton dengan jumlah tersebut wisatawan sebanyak 119 orang. Sementara itu interaksi dinamik melalui analisis phase line memiliki keseimbangan
stable focus dimana keseimbangan system jangka panjang akan dicapai melalui penyesuaian antara kedua kegiatan tersebut. Artinya bahwa peningkatan jumlah wisatawan hanya bisa dicapai jika kegiatan perikanan dikurangi.
PARWINIA. Modeling of Co-Existence between Tourism and Fisheries : Convergence-Divergence Analysis in Lembeh Strait North Sulawesi. Under supervision of AKHMAD FAUZI, DEDI SOEDHARMA, ANDIN H. TARYOTO, MENNOFATRIA BOER.
Coastal areas of North Sulawesi are world renowned for their marine biodiversity. Such an area is Lembeh Strait located in the city of Bitung which also serves for other activities such as port, fishing and tourism.
Protecting same coastal areas for conservation and marine tourism will benefit both economically and ecologically. However, when protected areas are intermingle with traditional fishing ground, the question of how these activities could co-exist becomes a crucial point. This study addresses such an issue through a modeling exercise by means of bio-economic modeling. Specifically, the objectives of the study are 1) to determine economic value of marine resource ini Lembeh Strait as well as the scenario if the strait is reserved as marine protected area; 2) to determine convergence-divergence mechanism between tourism and fisheries activities and 3) to analyze policy implication associated with the implementation of MPA (Marine Protecting Area) in the area.
The model shows that there is a significant economic value that could be generated from the Lembeh Strait from fisheries and marine tourism. These values, however, are not yet materialized due to suboptimality in exploiting the resource in the Lembeh Strait. Based on bioeconomic analyses, a co-existence between conservation (marine tourism) and fisheries would be possible once the benefits accrued in both sides are profitable. This study also yields four typologies of interaction between conservation and fisheries depending upon the magnitude of economic capacity and biophysical capacity. Some policy management alternatives for protecting some coastal areas could be proposed. These include partnership between MPA managers and fishermen, engaging community in marine tourism as well as empowering current fisheries activities more to value added rather than just fish for consumption. A phase plane analysis using dynamic model between fisheries (biomass) and tourism shows that a stable focus for long run equilibrium can be achieved with higher rate of tourism at rate of decreasing fisheries activity.
PEMODELAN KO-EKSISTENSI
PARIWISATA DAN PERIKANAN:
ANALISIS KONVERGENSI – DIVERGENSI (KODI)
DI SELAT LEMBEH SULAWESI UTARA
PARWINIA
Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
di Selat Lembeh Sulawesi Utara
Nama : Parwinia
NIM : P.31600013
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, DEA Ketua Anggota
Dr. Ir. Andin H. Taryoto Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA Anggota Anggota
Diketahui
Ketua Departemen Dekan Sekolah Pascasarjana Manajemen Sumberdaya Perairan
Dr.Ir. Sulistiono, M.Sc Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS
© Hak cipta milik IPB, tahun 2007 hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah Rahmat dan
Karunia NYA disertasi ini dapat diselesaikan. Disertasi dengan judul ”Pemodelan
Ko-Eksistensi Pariwisata dan Perikanan: Analisis Konvergensi – Divergensi (KODI)
di Selat Lembeh Sulawesi Utara”. Judul ini berkaitan dengan minat dan perhatian
penulis pada aspek pariwisata bahari dan konservasi pesisir dimana secara umum
bertujuan mengembangkan model pengelolaan kawasan konservasi untuk wisata
bahari yang dapat ko-eksis dengan kegiatan ekonomi pesisir lainnya seperti
perikanan, dan secara khusus adalah melakukan analisis komparatif nilai ekonomi
antara wisata, konservasi dan kegiatan perikanan; melakukan analisis skenario
perubahan nilai ekonmi pada suatu kawasan konservasi jika harus ko-eksis dengan
kegiatan perikanan; menganalisis pola konvergensi/divergensi antara wisata dan
perikanan di daerah konservasi; dan selanjutnya melakukan analisis kebijakan
terhadap implikasi ko-eksistensi antara wisata dan perikanan.
Selat Lembeh sebagai salah satu kawasan yang direncanakan sebagai kawasan
konservasi laut merupakan wilayah pesisir dan laut yang memiliki nilai cukup
strategis dalam pembangunan ekonomi Kota Bitung. Berbagai kegiatan dilakukan di
selat ini diantaranya transportasi, penangkapan ikan, industri, konservasi dan
pariwisata. Di kawasan ini terdapat sekitar 20 lokasi tujuan wisata. Nilai strategis
tersebut telah direkomendasikan oleh para pakar sebagai kawasan konservasi laut.
Untuk menjustifikasi rekomendasi tersebut maka dibutuhkan berbagai penelitian yang
salah satunya berkaitan dengan masalah sosial-ekonomi yang dapat menjadi bahan
pertimbangan pengelolaan kawasan tersebut.
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan
karuniaNYA sehingga disertasi ini dapat penulis selesaikan dengan baik. Pada
kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan
yang tinggi kepada :
1. Yang terhormat Bapak Dr. Ir. Akhmad Fauzi, MSc., selaku ketua komisi
pembimbing, dengan kesabarannya yang tidak pernah mengenal lelah dan
selalu meluangkan waktu untuk memberi semangat, arahan dan bimbingan
sejak awal penulisan disertasi ini hingga selesai. Dengan bimbingan beliau,
disertasi ini akan menjadi sumbangan ilmu berharga bagi pengelolaan
sumberdaya pesisir dan lautan khususnya pada sektor pariwisata dan
perikanan.
2. Yang terhormat Bapak Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, DEA., selaku anggota
komisi pembimbing yang selalu meluangkan waktu untuk memberi arahan
dan bimbingan sejak awal penulisan disertasi ini hingga selesai.
3. Yang terhormat Bapak Dr. Ir. Andin H. Taryoto, selaku anggota komisi
pembimbing yang selalu memonitor perkembangan penulisan disertasi ini dan
meluangkan waktu untuk memberi semangat, arahan dan bimbingan sejak
awal penulisan disertasi ini hingga selesai. Kesabaran beliau menghadapai
perilaku penulis yang kadang merepotkan, sungguh membuat ketenangan hati
dalam penyelesaian disertasi ini.
4. Yang terhormat Bapak Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA., selaku anggota
komisi yang telah banyak meluangkan waktu dengan penuh kesabaran
memberikan sumbangan pemikiran dan arahan yang sangat berarti bagi
penulis dalam menyelesaikan disertasi ini.
5. Yang terhormat Bapak Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc., selaku Penguji Luar
dan saran demi kesempurnaan disertasi ini
6. Yang terhormat Bapak Dr. Ir. Unggul Aktani, M.Sc selaku Penguji dari PS
SPL IPB pada saat ujian tertutup tanggal 26 Desember 2006 yang telah
memberikan sumbangan pemikiran, kritik dan saran demi kesempurnaan
disertasi ini
7. Yang terhormat Bapak Dr. Sapta Nirwandar, selaku Penguji Luar Komisi
pada saat ujian terbuka pada tanggal 25 Januari 2007, yang telah meluangkan
waktu disela-sela kesibukan beliau sebagai Sekjen Departemen Kebudayaan
dan Pariwisata RI, telah memberikan sumbangan pemikiran, kritik dan saran
demi kesempurnaan disertasi ini
8. Yang terhormat Dr. Suzy Anna, M.Si, selaku penguji informal sekaligus
Penguji Luar Komisi pada saat ujian terbuka pada tanggal 25 Januari 2007.
Banyak sekali yang ingin penulis sampaikan kepada beliau, sebagian besar
yang ingin dikatakan adalah terimakasih. Terimakasih karena selalu sabar,
memberikan semangat, berdiskusi dan membantu dalam penulisan disertasi
ini.
9. Ketua dan Sekretaris serta seluruh civitas akademika Program Studi Ilmu
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor atas
semua bekal ilmu dan bantuan dan kerjasamanya selama penulis menuntut
ilmu di PS-SPL IPB. Khususnya untuk staf administrasi di PS-SPL : Pak
Zainal, terimakasih atas segala bantuannya.
10.Terimakasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Georgina Maria Tinungki,
sahabat yang terus menerus memberi semangat; Ir. Norry Kopojos-sahabat
penulis di Tondano yang banyak sekali membantu penulis dalam memperoleh
data penelitian; Dr. Desniarti, sahabat setia dalam suka-duka penyelesaian
disertasi ini; Dr. Sofyan, Dr. Toni, Indra, Taslim Arifin, Nana dan semua
teman yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah banyak
12.Terima kasih yang sangat besar kepada Ayahanda Hadi Hermono (alm) dan
Ibunda Hj. Martidjah serta Bapak-Ibu Mertua: Bapak Drs. H. Rochsjad
Dahlan – Hj. Chusniyah, atas restu dan doa-doanya sehingga penulis dapat
menimba ilmu dan menyelesaikan disertasi ini.
13.Terimakasih pula penulis sampaikan kepada para pengasuh anak-anak di
rumah. Atas jasa dan kehadiran mereka maka penulis dapat merasa lebih
ringan dalam menuntut ilmu.
14.Keberhasilan menyelesaikan studi ini tidak terlepas dari dorongan,
pengorbanan dan doa dari suami tercinta dr. H. Dharmawan Setiabudi,
MARS., dan anak-anak tercinta Andina Lathifah, Andito Mohammad
Penulis dilahirkan di Karawang 10 Januari 1962 merupakan anak kelima dari
enam bersaudara keluarga Bapak Hadi Hermono dan Ibu Hj.Martidjah. Pendidikan
sekolah dasar di selesaikan pada tahun 1975 di SD YAPENKA Jakarta, Sekolah
Menengah Pertama di selesaikan di Sekolah Indonesia di Singapura pada tahun 1979.
Setelah menamatkan SMA pada tahun 1981 di Singapura penulis diterima sebagai
mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Proyek Perintis II. Pendidikan
sarjana diselesaikan pada jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, fakultas
Perikanan IPB pada tahun 1985. Pendidikan program master di peroleh dari bidang
Manajemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor pada tahun 1994. Pada tahun 2000
penulis mengikuti program doktor pada program Studi Pengelolaan Sumberdaya
Pesisir dan Lautan (SPL).
Sejak tahun 1986 penulis bekerja sebagai staf Kerjasama Luar Negeri pada
Departemen Pertanian. Selanjutnya pernah menjabat sebagai kepala subbidang
Kemitraan Perikanan - Badan Agribisnis (1994-2000). Saat ini penulis bekerja di
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Departemen Pertanian.
Penulis menikah dengan dr. H. Dharmawan Setiabudi, MARS pada tahun 1989
dan dikaruniai tiga orang anak yaitu : Andina Lathifah (Jakarta, 20 Juli 1999), Andito
Mohammad Wibisono (Jakarta, 2 Februari 2001) dan Adi Mohammad Arief (Jakarta,
Halaman DAFTAR TABEL...
DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR LAMPIRAN...
1 PENDAHULUAN... 1.1 Latar Belakang... 1.2 Perumusan Masalah... 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian………. 1.4 Hipotesis………. 1.5 Hasil yang diharapkan……….
2 TINJAUAN PUSTAKA ……… 2.1 Pembangunan Wilayah Pesisir………. 2.2 Ekosistem Wilayah Pesisir………... 2.3 Ekonomi Wisata dan Konservasi WilayahPesisir... 2.4 Kawasan Konservasi dan Pengendalian Perikanan... 2.5 Pemodelan Sumberdaya Pesisir... 2.6 Pemodelan Konservasi, Wisata dan Perikanan... 2.7 Kebijakan Wisata Bahari... 2.8 Pendekatan Welfare (Kesejahteraan)... 2.9 Teori Pertumbuhan dan Konvergensi ...
3 METODE PENELITIAN... 3.1 Kerangka Pendekatan Penelitian... 3.2 Metode Assessment Konservasi dan Perikanan... 3.3 Model Konservasi dengan Perikanan... 3.4 Pengukuran Dampak Kesejahteraan... 3.5 Pendekatan Konvergensi – Divergensi... 3.6 Model KODI Konservasi – Wisata... 3.7 Parameterisasi Model... 3.7.1 Estimasi Parameter Biofisik... 3.7.2 Kalibrasi Parameter ... 3.8 Pengumpulan Data ... 3.9 Tempat dan Waktu Penelitian ... 3.10 Pemetaan Penelitian ...
4 KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ... 4.1 Gambaran Umum Kota Bitung...
4.2.2 Iklim ... 4.3 Kondisi Biologis ... 4.3.1 Padang lamun (Sea grass) ... 4.3.2 Hutan Mangrove ... 4.3.3 Terumbu Karang ... 4.3.4 Keanekaragaman Hayati... 4.4 Kondisi Sosial dan Budaya ... Penduduk ... 4.5 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 4.5.1 Kecamatan Bitung Selatan ... 4.5.2 Kecamatan Bitung Timur ... 4.6 Kegiatan Ekonomi ... 4.6.1 Perikanan ... 4.6.2 Peran Sub Sektor Perikanan terhadap
Perekonomian Sulawesi Utara ... 4.6.3 Pariwisata ...
5 ANALISIS TRADE OFF ANTARA KONSERVASI,
WISATA DAN PERIKANAN ………... 5.1 Analisis Regresi ... 5.2 Valuasi Ekonomi Kawasan Konservasi ... 5.3 Dampak Kawasan Konservasi Terhadap Perikanan ... 5.4 Dampak Kesejahteraan ... 5.5 Analisis Sensitivitas ... 5.6 Model KODI Konservasi – Wisata ... 5.7 Analisis Nilai Ekonomi KKL ... 5.7.1 Nilai Ekonomi Ekstraktif ... 5.7.2 Nilai Ekonomi Non-Ekstraktif ... 5.7.3 Nilai Ekonomi Total Selat Lembeh ...
6 IMPLIKASI KEBIJAKAN MODEL KO-DI TERHADAP KONSERVASI/WISATA ... 6.1 Potensi dan Manfaat Ekonomi Sumberdaya Pesisir
Selat Lembeh ... 6.2 Implikasi bagi Pengembangan Wilayah ...
6.3 Pariwisata Berkelanjutan ... 6.4 Model Tipologi Pengelolaan Kawasan Konservasi/ Wisata – Perikanan ...
6.5 Implikasi bagi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 6.6 Implikasi Operasional ... 6.7 Pola Kemitraan yang dapat Dikembangkan ...
7 SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan ... 7.2 Saran ... 7.2.1 Saran Operasional Kebijakan ... 7.2.2 Saran Penelitian Lanjutan ...
DAFTAR PUSTAKA...
LAMPIRAN ...
132 132 134 134 134
136
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Standar kebutuhan ruang fasilitas Pariwisata Pantai ...
Jarak antara Ibukota Bitung dengan Ibukota Kecamatan …………...
Kondisi kemiringan lahan kota Bitung, Sulawesi Utara ...
Topografi berdasarkan ketinggian dari permukaan laut ...
Lokasi dan kondisi terumbu karang di Selat Lembeh ...
Jenis-jenis Biota dasar yang ditemukan di Selat Lembeh
(Pratasik et al. 2002) ...
Penduduk dirinci menurut kecamatan di kota Bitung
tahun 1999-2004 ...
Kepadatan penduduk kota Bitung menurut Kecamatan
tahun 1999 – 20004...
Perkembangan produksi hasil laut berdasarkan kelompok
hasil tangkapan di Kota Bitung tahun 1986 – 2004 ...
Perkembangan jumlah unit tangkap perikanan laut
menurut jenis alat tangkap di kota Bitung Tahun 2002-2004...
Data industri perikanan di kota Bitung...
Jumlah wisatawan yang berkunjung ke kota Bitung
melalui Pelabuhan Bitung Tahun 1992 – 2005 ...
Potensi pariwisata di kota Bitung (Pratasik et al. 2002) ...
Akomodasi di sekitar Selat Lembeh tahun 2006 ...
Titik-titik penyelaman yang terdapat di Selat Lembeh
beserta keunikannya ...
Akomodasi dan tarif diving di lokasi: Lembeh Resort tahun 2006 ...
Potensi manfaat dan biaya dari KKL ...
Hasil Analisis Bioekonomi Perikanan KKL ...
Analisis Surplus Produsen ...
Sensitivity Analysis terhadap Biaya ...
Hasil Simulasi Perubahan Parameter KODI ...
Parameter baseline analysis ...
25
26
27
28
29
30
31
Parameter Skenario untuk simulasi KKL ...
Indikator ekonomi KKL Selat lembeh dalam berbagai skenario ...
Net Present Value indikator ekonomi KKL Selat Lembeh ...
Nilai Ekonomi Non-Ekstraktif Selat Lembeh ...
Nilai Ekonomi Ekosistem di Selat Lembeh ...
Nilai Ekonomi Total Selat Lembeh ...
Matriks Logframe Pengelolaan kawasan Pesisir di Selat Lembeh ...
108
109
109
112
113
114
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Perumusan masalah penelitian dalam pengelolaan
Sumberdaya pesisir dan lautan...
Prinsip Spill Over dari KKL (dimodifikasi dari White 2001)………….
Kurva perkiraan perubahan kesejahteraan ...
Pendekatan analisis untuk mengembangkann model
pengelolaan Pariwisata dan Perikanan ...
Kurva pertumbuhan logistik ...
Kurva produksi lestari-upaya (yield-effort curve) ...
Pendekatan analisis melalui Konvergensi-Divergensi ...
Beberapa tipologi ko-eksistensi antara
wisata dengan perikanan ...
Simulasi dinamika wilayah Selat Lembeh, kota Bitung ………....
Metode assessment untuk mengembangkan pengelolaan
Pariwisata dan perikanan ...
Peta Lokasi Penelitian Selat Lembeh ...
Pemetaan Proses Penelitian ...
Pulau Lembeh, Selat Lembeh dan kota Bitung ...
Grafik Perkembangan Penduduk berdasarkan kecamatan
Kota Bitung Tahun 1999 – 2004 ...
Persentase Jenis Pekerjaan di Kecamatan Bitung Selatan
Dan Bitung Timur tahun 2005 ...
Perkembangan Produksi hasil laut Menurut Jenis hasil
Tangkapan di Kota Bitung Tahun 1986-2004 ...
Perkembangan Banyaknya Perahu / Kapal Ikan
di Kota Bitung Tahun 1995-2004 ...
Perkembangan Produksi Perikanan dan Nilai Produksi
di Kota Bitung dan Sulawesi Utara Tahun 1986-2004 ...
Produksi Perikanan Menurut Jenis (dominan) di Kota Bitung
Selama tahun 1986 – 2004 ...
Perkembangan produksi dan nilai perikanan laut berdasarkan-
Jenis Ikan yang dominan di Kota Bitung Tahun 2004 ...
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Jenis Alat Tangkap di Kota Bitung Tahun 2002 – 2004 ...
Perkembangan Jumlah Wisatawan yang berkunjung
Ke kota Bitung melalui pelabuhan Bitung tahun 1992 – 2005 ...
Nilai produksi, effort dan Rente Optimal pada kondisi tanpa-
dan dengan KKL ...
Nilai produksi dan effort pada perikanan open akses kondisi
tanpa dan dengan KKL ...
Kurva Yield Effort dengan KKL (0.3) dan tanpa KKL ...
Kurva Yield Effort dengan KKL (0.9) dan tanpa KKL ...
Perkembangan Harvest, Effort dengan Perubahan Biaya ...
Dampak Peningkatan Biaya terhadap Effort dan Harvest
pada Perikanan Open Access ...
Hubungan Konvergensi – Divergensi antara Perikanan
dan Wisata pada kondisi baseline ...
Hubungan Konvergensi – Divergensi antara Perikanan
dan Wisata dengan perubahan biaya 0.032,0.050 dan 0.075 ...
Hubungan Konvergensi – Divergensi antara Perikanan
dan Wisata dengan perubahan sigma 0.3, 0.5 dan 0.8 ...
Hubungan Konvergensi – Divergensi antara Perikanan
dan Wisata dengan perubahan nilai eta 0.3, 0.5 dan 0.8 ...
Grafik Interkasi masing-masing parameter
(Biaya-Sigma-Eta) ...
Analisis Phase Plane Model Baseline ...
Nilai Ekonomi Perikanan pada empat desa di Selat Lembeh ...
Net Present Value manfaat ekonomi Selat Lembeh ...
Nilai Ekonomi Selat Lembeh dalam skenario KKL ...
Nilai NPV Selat Lembeh dalam skenario KKL ...
Peningkatan Present Value dari Diving ...
Model tipologi pengelolaan wisata - perikanan...
Pola Kemitraan antara Pengusaha Wisata dan usaha kecil Perikanan....
Halaman 1. Produksi Perikanan Kota Bitung (Tahun 1986 s/d Tahun 2004 ……… 145
2. Data Effort Berdasarkan Alat Tangkap di
Kota Bitung Tahun 1986-2004 ... 146
3. Data Catch Per Unit Effort Selat Lembeh Berdasarkan Alat Tangkap,
Kota Bitung, Tahun 1986 – 2004 ... 147
4. MAPLE Output untuk Optimal Produksi dan Effort dengan
Beberapa luasan KKL di Selat Lembeh ... 148
5. Minitab Output untuk Regresi ... 152
6. Tabulasi Tingkat RT Nelayan desa Makawide-Bitung Timur ... 154
7 Tabulasi Tingkat RT Nelayan desa Aertembaga-Bitung Timur ... 155
8. Tabulasi Tingkat RT Nelayan desa Binuang-Bitung Selatan ... 156
9. Tabulasi Tingkat RT Nelayan desa Paudean-Bitung Selatan ... 157
10. Tabulasi aspek Ekonomi desa Aertembaga-Bitung Timur... 158
11.
12.
Tabulasi aspek Ekonomi desa Makawide- Bitung Timur ...
Framework Kesimpulan Penelitian ...
163
1.1 Latar Belakang
Wilayah pesisir memiliki arti strategis karena merupakan wilayah peralihan
antara ekosistem darat dan laut, serta memiliki potensi sumberdaya alam dan
jasa-jasa lingkungan yang sangat kaya, sehingga menimbulkan daya tarik bagi
berbagai pihak untuk memanfaatkan sumberdayanya. Di sisi lain, sumberdaya
alam pesisir ini sering bersifat multi-guna dimana berbagai kegiatan memiliki hak
atas akses dan pemanfaatan sumberdaya di kawasan ini. Kawasan ini dapat
dimanfaatkan sebagai tempat beraktifitas untuk penangkapan ikan dan juga
kawasan ini merupakan ruang untuk melakukan aktivitas pariwisata bahari.
Peranan yang besar itu menjadikan wilayah ini sangat rentan dari berbagai
masalah, baik itu yang menyangkut masalah dari aspek fisik dan biologi maupun
masalah yang menyangkut aspek sosial, ekonomi maupun budaya. Permasalahan
ini terutama menyangkut sumberdaya alam sebagai kendala yang merupakan
ekosistem penting bagi keberlanjutan hidup baik manusianya sendiri, maupun
sumberdaya alam dan lingkungannya secara keseluruhan.
Untuk banyak negara, baik berkembang maupun sedang berkembang,
pariwisata merupakan sumber paling penting sebagai sumber pendapatan dan
penyedia kerja. Pertumbuhan yang diharapkan dalam sektor pariwisata dan
meningkatnya kebergantungan dari banyak negara sedang berkembang pada
sektor ini sebagai penyedia kerja dan kontributor utama bagi perekonomian lokal,
regional dan nasional mendorong pemerintah untuk memberi perhatian khusus
pada hubungan antara konservasi dan perlindungan lingkungan dengan pariwisata
yang berkelanjutan (UN 2001 diacu dalam Noronha, 2003). Sebenarnya, kualitas
lingkungan – baik yang alami dan yang buatan manusia – penting bagi pariwisata
dan aktivitas ini sangat bergantung pada kekuatan daya tarik dari sumberdaya di
tempat tujuan.
Kebijakan pemerintah saat ini yang menjadikan pariwisata sebagai sasaran
praktis untuk meningkatkan perekonomian masih bersifat sektoral. Akibatnya
banyak pembangunan pariwisata yang hanya mengeksploitasi sumberdaya alam
mengesampingkan keberadaan masyarakat setempat. Sementara di lain pihak,
sektor perikanan juga merupakan salah satu sektor yang diharapkan menjadi
tumpuan bagi bangsa Indonesia untuk melakukan pemulihan ekonomi akibat
krisis yang berlangsung sejak tahun 1997. Dalam situasi seperti ini, kebijakan
pemerintah hendaknya dapat mengatur keberadaan suatu kegiatan di kawasan
pesisir yang dapat memberikan manfaat kepada kegiatan-kegiatan tersebut.
Permasalahan dasarnya adalah dalam pengelolaannya. Selama ini pemerintah
belum memiliki bentuk pengelolaan yang tepat bagi wilayah pesisir maupun
lautnya. Hal ini bisa di lihat dari kondisi wilayah ini yang tidak lebih baik dari
hari ke hari. Kenyataan menunjukkan bahwa sampai saat ini masyarakat pesisir di
Indonesia adalah masyarakat yang masih dililit kemiskinan dengan pendapatan
per kapita yang jauh di bawah standard World Bank. Kenyataan juga
menunjukkan bahwa wilayah dengan kondisi kekayaan alam yang relatif tinggi
ternyata memiliki tingkat pertumbuhan yang rendah.
Selat Lembeh yang terletak di Kota Bitung, Sulawesi Utara merupakan
wilayah perairan pesisir yang unik dan memiliki nilai cukup strategis dalam
pembangunan ekonomi kota Bitung, baik dalam pemanfaatan ekonomi maupun
ekologinya. Dalam pengelolaannya diperlukan keterpaduan antar berbagai
kegiatan dalam koordinasi dan mengarahkan berbagai kegiatan yang ada di
wilayah pesisir Selat Lembeh tersebut. Hal ini dimaksudkan sebagai suatu upaya
secara terpogram untuk mencapai tujuan yang dapat mengharmoniskan dan
mengoptimalkan antara berbagai kepentingan agar terpelihara lingkungan dan
tercapainya pembangunan ekonomi.
Pariwisata merupakan salah satu sektor tumpuan yang diharapkan dapat
memberikan kontribusi dalam upaya pemulihan ekonomi yang sedang
dilaksanakan di Propinsi Sulawesi Utara. Oleh karenanya pembangunan di sektor
ini terus ditingkatkan dengan memanfaatkan sumberdaya dan potensi wisata yang
memang unggul di propinsi ini. Keunggulan ini dapat dilihat dari dua sisi,
pertama, sebagai daerah tujuan wisata yang memiliki potensi wisata bahari yang ditunjang oleh keindahan lingkungan alam dan sumberdaya alam yang melimpah,
terdapat beberapa obyek wisata bahari seperti wisata pantai dan wisata alam
pintu gerbang pariwisata regional karena posisinya yang strategis sebagai pintu
masuk/pintu keluar di kawasan Timur Indonesia belahan utara ke pasar pariwisata
global, khususnya di kawasan Asia Pasifik.
Pengelolaan wilayah pesisir dan laut khususnya sektor pariwisata bahari di
Indonesia masih jauh dari yang diharapkan. Oleh karenanya perlu adanya
peningkatkan kepedulian, keterlibatan dan kemampuan dalam mengelola dan
melestarikan potensi-potensi wisata bahari, khususnya melibatkan partisipasi aktif
secara seimbang antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Masyarakat
diletakkan sebagai faktor utama, yang memiliki kepentingan berpartisipasi secara
langsung dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat
melalui upaya konservasi serta pemanfaatan sumber daya alam oleh masyarakat
setempat, kemitraan dengan pihak swasta dan sewa lahan atau sumber daya
lainnya baik oleh masyarakat maupun kerja sama dengan swasta.
Kawasan konservasi laut selama ini dipandang sebagai kawasan konservasi
dengan menitik beratkan pada fungsi ekologinya semata. Padahal di dalam
kawasan koservasi tersebut tersimpan nilai-nilai ekonomi dan sosial yang sangat
potensial. Ketimpangan pandangan tersebut selain karena kurangnya informasi
mengenai pentingnya kawasan konservasi laut, juga dilatar belakangi oleh
minimnya informasi mengenai nilai ekonomi yang diperoleh dari kawasan
tersebut serta ketiadaan pengetahuan mengenai pendanaan yang berkelanjutan
untuk keperluan pengelolaan kawasan konservasi laut.
Untuk itulah penelitian ini dibuat dalam rangka mengembangkan Model
Pengelolaan Kawasan Wisata, Kawasan Konservasi Pesisir dan Perikanan secara
ko-eksistensi melalui analisis Konvergensi dan Divergensi di Selat Lembeh,
Sulawesi Utara.
1.2 Perumusan Masalah
Kebijakan yang menjamin bertahannya industri pariwisata dalam jangka
waktu yang lama memang sulit tanpa adanya pengaruh terhadap lingkungan. Oleh
karenanya, industri wisata perlu dikelola dengan baik dan benar dalam rangka
memelihara kelestarian ekosistem dan menjamin keberlanjutannya. Pada
pengelolaannya yang belum optimal. Pemanfaatan lahan di daerah pesisir terus
meningkat dan mendesak sampai pada lahan-lahan yang seharusnya sebagai
daerah konservasi, hal ini disebabkan karena lemahmya keterpaduan antar sektor
yang terlibat di daerah pesisir. Kelemahan ini berkaitan dengan rendahnya
pemahaman masyarakat pesisir tentang potensi yang terkandung pada sumberdaya
pesisir dan laut itu sendiri. Selain itu, adanya konflik kepentingan dan lemahnya
informasi sebagai landasan pengelolaan, juga menjadi akar permasalahan dalam
mencapai tujuan akhir keterpaduan pengelolaan pariwisata .di daerah pesisir.
Lembaga pemerintah dan swasta masih belum optimum dalam memberdayakan
masyarakat di daerah wisata bahari. Akibatnya terjadi pengelolaan sumberdaya
pariwisata bahari yang belum terintegrasi. Gambar 1 dibawah ini menjelaskan
usulan pemecahan masalah untuk menjawab kelemahan pengelolaan wisata bahari
yang sekaligus menjadi kawasan konservasi.
SDA Pesisir
dan Laut
PERMASALAHAN KONDI SI I DEAL
Potensi Barang Potensi Jasa Pariwisata Perikanan Potensi I ntrinsik Ekso-genous Endo-genous Kendala I nfrastruktur Makro/ Political System Kendala SD Konflik Akses Karakteristik intrinsik Penge-lolaan SD Wisata yang belum optimal dan Terinte-grasi Opsi Pengelolaan dan Solusi Permasalahan melalui Pendekatan Analitis dan Pemodelan KO DI KO Tipo-Logi Penge Lolaan Pari-Wisata Dan Per-ikanan Analisis Dinamika I nstitusi USULAN PEMECAHAN MASALAH Konservasi SDA Pesisir dan Laut PERMASALAHAN KONDI SI I DEAL
[image:34.595.107.553.388.700.2]Potensi Barang Potensi Jasa Pariwisata Perikanan Potensi I ntrinsik Ekso-genous Endo-genous Kendala I nfrastruktur Makro/ Political System Kendala SD Konflik Akses Karakteristik intrinsik Penge-lolaan SD Wisata yang belum optimal dan Terinte-grasi Opsi Pengelolaan dan Solusi Permasalahan melalui Pendekatan Analitis dan Pemodelan KO DI KO Tipo-Logi Penge Lolaan Pari-Wisata Dan Per-ikanan Analisis Dinamika I nstitusi USULAN PEMECAHAN MASALAH Konservasi
Pertanyaan Penelitian
Atas dasar rumusan masalah dalam Gambar 1 di atas, maka beberapa pertanyaan
yang muncul adalah :
1) Bagaimana suatu kawasan konservasi yang ditujukan untuk wisata bahari
dapat ko-eksis dengan kegiatan ekonomi lainnya seperti perikanan ?
2) Apakah memungkinkan terjadinya konvergensi atau divergensi antara wisata
di daerah konservasi dengan kegiatan perikanan ?
3) Bagaimana pengelolaan suatu kawasan yang bersifat multiple use dapat
dilakukan dalam suatu pendekatan modeling ?
4) Bagaimana implikasi kebijakan dari penerapan pengelolaan seperti diuraikan
pada poin-poin diatas ?
Berdasarkan uraian di atas, pokok permasalahan yang terdapat pada kawasan
konservasi dimana sekaligus sebagai kawasan wisata bahari adalah belum adanya
model pengelolaan kawasan wisata bahari yang ko-eksis dengan kawasan
perikanan.
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model
pengelolaan kawasan konservasi untuk wisata bahari yang dapat ko-eksis dengan
kegiatan ekonomi pesisir lainnya seperti perikanan. Secara khusus penulisan ini
bertujuan untuk :
1) Melakukan analisis komparatif nilai ekonomi antara wisata, konservasi
dan kegiatan perikanan.
2) Melakukan analisis skenario perubahan nilai ekonomi pada suatu
kawasan konservasi jika harus ko-eksis dengan kegiatan perikanan.
3) Menganalisis pola konvergensi / divergensi antara wisata dan perikanan
di daerah konservasi.
4) Melakukan analisis kebijakan terhadap implikasi ko-eksistensi antara
1.4 Hipotesis
Mengacu pada permasalahan yang dihadapi maka disusun hipotesis sebagai
berikut :
1) Diduga bahwa pemanfaatan suatu kawasan untuk menjadi kawasan
konservasi laut dan dimanfaatkan untuk kepentingan wisata bahari tidak
akan menurunkan nilai ekonomi kawasan tersebut.
2) Pemanfaatan kawasan konservasi dan wisata akan memberikan nilai
tambah pada kegiatan perikanan
3) Diduga dalam jangka panjang akan terjadi pola konvergensi antara
kegiatan wisata dan perikanan di kawasan konservasi
1.5 Hasil yang diharapkan
Secara umum penelitian ini akan menghasilkan model pengelolaan yang
mengakomodasi ko-eksistensi antara kepentingan konservasi (ekologi) dan
pemanfaatan ekonomi. Lebih khusus lagi bahwa dari penelitian ini akan
diperoleh:
1) Nilai ekonomi (indikator) dari kawasan konservasi yang dapat
dimanfaatkan untuk pengembangan wisata
2) Model multi-guna konservasi dan wisata di kawasan Selat Lembeh,
Sulawesi Utara
3) Model tipologi pengelolaan kawasan konservasi – wisata.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembangunan Wilayah Pesisir
Indonesia memiliki potensi sumberdaya pesisir yang sangat besar, baik
potensi hayati maupun non hayati. Berdasarkan data Departemen Kelautan dan
Perikanan, Indonesia memiliki pulau-pulau dengan jumlah sebesar 17 500 dengan
total panjang garis pantai mencapai 81 000 km serta memiliki luas wilayah laut
yang mencakup 70% dari total luas wilayah Indonesia. Selain itu, Indonesia juga
memiliki potensi sumberdaya ikan dengan potensi lestari mencapai lebih kurang
6.2 juta ton/tahun, di luar sumber keragaman hayati lainnya seperti rumput laut,
terumbu karang, dan lainnya (DKP 2001). Di sisi sumber daya tidak terbarukan,
Indonesia memiliki sumber bahan tambang misalnya minyak dan gas bumi, pasir
kuarsa, timah. Sumber daya pesisir juga memiliki potensi sebagai jasa lingkungan
untuk pariwisata, perhubungan laut dan jasa-jasa lainnya. Disamping itu,
peningkatan permintaan konsumsi domestik dan pasar ekspor terhadap produk
perikanan laut Indonesia merupakan potensi besar yang bisa dimanfaatkan dalam
pembangunan sektor kelautan.
Indonesia sebagai negara yang memiliki wilayah laut yang sangat luas dan
terletak di jalur utama transportasi laut internasional sangat beruntung karena
memiliki potensi untuk mengembangkan sarana dan prasarana bagi kegiatan
bongkar-muat kapal perdagangan internasional, sekaligus membuka peluang bagi
pembangunan ekonomi melalui kegiatan ekspor dan impor produk-produk yang
potensial Indonesia. Namun potensi sumberdaya pesisir yang kaya tersebut tidak
diikuti dengan pemanfaatan yang baik. Sampai saat ini tingkat pemanfaatan
sumberdaya pesisir tersebut masih jauh dari tingkat optimal dan berkelanjutan.
Hal ini terjadi karena kebijakan nasional selama ini bias terhadap sektor lain
sehingga lebih berorientasi pada ekonomi daratan. Sektor-sektor yang terkait
dengan pesisir belum menjadi prioritas utama untuk ditumbuhkembangkan secara
optimal bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan memberikan kontribusi
yang signifikan bagi pembangunan ekonomi nasional. Selain itu wilayah pesisir
publik yang masih rendah atas apa yang berlangsung pada sumberdaya pesisir
(Dahuri 2000).
Secara geologis terdapat keterkaitan ekologis (hubungan fungsional) baik
antar ekosistem di dalam kawasan pesisir maupun antara kawasan pesisir dengan
lahan atas dan laut lepas. Dengan demikian perubahan yang terjadi pada suatu
kawasan suatu ekosistem pesisir, cepat atau lambat akan mempengaruhi ekosistem
lainnya. Selain itu biasanya dalam suatu kawasan pesisir terdapat lebih dari dua
macam sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang dapat dikembangkan
untuk kepentingan pembangunan, yang memungkinkan terjadinya pemanfaatan
multiguna.
Dilihat dari sudut ekologi, wilayah pesisir dan laut merupakan lokasi
beberapa ekosistem yang unik dan saling terkait, dinamis dan produktif. Begitu
pula apabila dipandang secara ruang arsitektural, wilayah ini dikenal sebagai
suatu bentukan lanskap yang tinggi kualitasnya terutama karena secara dinamis
terus menerus mengalami perubahan bentukan dalam musim dan tahun, serta
akibat interaksinya dengan manusia. Dinamika perubahan wajah alam ini yang
disertai dengan kekuatan karakter lanskap pesisir menjadi salah satu daya tarik
yang kuat untuk dikembangkan sebagai daerah yang pantas dikunjungi dan
dinikmati. Keragaman bentukan dan struktur ruang dengan keragaman ekosistem
utamanya, diantaranya hutan mangrove, terumbu karang, pantai, baik pantai
berbatu maupun berpasir, dan pulau-pulau kecil, juga merupakan nilai tinggi yang
dimilikinya (Cicin Sain and Knecht 1998).
Keunikan dan keragaman bentang alam dan juga apa yang terkandung di
dalamnya menjadikan wilayah pesisir sebagai suatu kawasan yang memiliki
prospek yang tinggi untuk di kembangkan sebagai kawasan wisata. Namun
demikian pemanfaatan potensi pariwisata ini banyak terkendala oleh karena
kurangnya perhatian terhadap pengelolaan yang berkelanjutan.
Banyak negara sedang berkembang menganggap pariwisata sebagai sumber
pendapatan devisa yang potensial, namun keahlian untuk merencanakan suatu
industri yang berkelanjutan dan dikelola dengan baik masih kurang. Meskipun
potensi pariwisata yang dimiliki suatu negara sangat variatif, seperti wisata alam,
dijadikan satu-satunya faktor andalan untuk menarik wisatawan. Hal ini
mengingat keunggulan suatu tempat wisata tidak hanya dinilai dari segi fisiknya
saja. Banyak faktor pendukung lain yang turut menentukan marketable atau
tidaknya suatu tempat wisata, termasuk infrastruktur dan lingkungan budaya
setempat (UN 2001 diacu dalam Noronha et al. 2003).
2.2 Ekosistem Wilayah Pesisir
Kawasan pesisir selama ini dianggap merupakan suatu kawasan yang unik
karena merupakan pertemuan antara daratan dan lautan serta menjadi tantangan
dalam pengelolaannya. Transisi antara daratan dan lautan menghasilkan ekosistem
yang beragam dan produktif dimana secara historis sangat membantu bagi tempat
hunian manusia. Kombinasi antara pemanfaatan sumberdaya pesisir dengan
nilainya sebagai basis perdagangan antar negara telah diketahui sejak dahulu
mengakibatkan daerah ini sangat berharga. Dan sebaliknya daerah ini juga
mendapat tekanan keras sebagai akibat dari berbagai dampak yang ditimbulkan
oleh kegiatan manusia sehingga daerah ini juga sangat rentan terhadap kerusakan
ekosistem yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup signifikan.
Sebagaimana diketahui bahwa dalam suatu wilayah pesisir terdapat satu
atau lebih sistem lingkungan (ekosistem) dan sumber daya pesisir. Berdasarkan
sifatnya, ekosistem pesisir dapat bersifat alami (natural) atau buatan (man-made).
Ekosistem alami yang terdapat di wilayah pesisir diantaranya adalah (Dahuri
2003) :
a. Terumbu karang (coral reefs), yaitu ekosistem yang ditandai atau
didominasi oleh keberadaan endapan-endapan masif terutama kalsium
karbonat yang dihasilkan oleh organisme karang, alga berkapur dan
organismme-organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat.
b. Padang lamun (seagrass beds), yaitu ekosistem yang ditandai atau
didominasi oleh keberadaan tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya
menyesuaikan diri untuk hidup terbenam di dalam laut (lamun atau
c. Hutan Bakau (Mangrove), ekosistem ini ditandai atau di dominasi oleh keberadaan beberapa spesies pohon yang khas atau semak-semak yang
memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berkembang dalam perairan asin.
d. Rumput laut (Sea weeds), yaitu ekosistem yang ditandai atau didominasi
oleh kebanyakan tumbuhan laut golongan Thallophyta tanpa daun, akar,
rongga, baik yang susunannya tunggal/monosekuler maupun multiselular.
e. Estuaria, yaitu ekosistem yang terletak di teluk di pesisir yang sebagian
tertutup tempat air tawar dan air asin bertemu dan bercampur.
f. Pantai pasir (Sandy beach), ekosistem ini ditandai oleh keberadaan pasir
kwarsa dan berada di daerah dimana pergerakan air yang kuat
mengangkut partikel-pertikel yang halus dan ringan
g. Pantai berbatu (Rocky beach), ekosistem ini ditandai oleh keberadaan
pantai yang berbatu-batu, memanjang ke laut dan terbenam di air.
h. Pulau-pulau kecil (Small island), ekosistem yang berada di pulau-pulau
berukuran kecil yang secara ekologis terpisah dari pulau induknya
(mainland).
Sedangkan ekosistem buatan antara lain berupa sawah pasang surut, tambak,
kawasan pariwisata, kawasan industri dan kawasan pemukiman.
Ekosistem terumbu karang merupakan salah satu kekayaan alam yang
dimiliki Indonesia yang tidak ternilai harganya. Menurut Soedharma (1999),
keunggulan ekosistem ini antara lain adalah pertama, ekosistem ini sangat khas
dan hanya ada di perairan tropis yang biasanya bersama dengan ekosistem
sekelilingnya seperti mangrove dan sea grass yang saling berinteraksi positif;
kedua, memiliki kekayaan jenis organisma dengan lebih 400 jenis coral dan 500
jenis ikan perairan karang; ketiga, merupakan spawning habitat yang berfungsi
sebagai jembatan kehidupan dari siklus hidup organisma; keempat, merupakan
habitat yang sangat baik bagi organisma lain seperti avertebrata antara lain
molusca, bintang ular, star fish dan plankton serta vertebrata laut misalnya
mamalis laut jenis dugong yang biasanya hidup di sea grass; dan kelima,
merupakan store house atau gen pool atau sumberdaya genetik karena keragaman
organisma yang hidup di terumbu karang, juga adanya mikro organisma seperti
Fungsi terumbu karang lainnya yang menonjol secara fisik adalah ekosistem
ini memproteksi garis pantai karena keberadaanya yang terus menerus dihantam
ombak mengakibatkan terjadi patahan karang yang membentuk tanggul dan
mampu meredam ombak. Dengan kelebihan-kelebihan tersebut, keberadaan
terumbu karang misalnya, bukan saja menguntungkan bagi konservasi wilayah
pesisir namun juga dapat dijadikan aset bagi pengembangan wisata.
2.3 Ekonomi Wisata dan Konservasi Wilayah Pesisir
Konservasi adalah upaya perlindungan sumberdaya alam dan ekosistemnya
yang dilakukan secara sadar, bijaksana, bertanggung jawab dan bermakna oleh
manusia, sehingga kualitas dan nilai keanekaragaman tetap terpelihara dan
kesinambungan, pemanfaatan persediaanya tetap terjamin dan berkelanjutan
untuk pembangunan dan kesejahteraan manusia (Soedharma 1999). Disamping
itu, konservasi berperan dalam menuntun rencana pengelolaan sumberdaya alam
dengan skala prioritas maupun dalam pemanfaatan sumberdaya sesuai dengan
karakteristik suatu wilayah.
Sejalan dengan maksud tersebut, secara global, tujuan dan kegiatan
konservasi diarahkan untuk (1) menjaga proses ekologis penting sebagai
penyangga sistem kehidupan (perlindungan sistem penyangga kehidupan): (2)
melestarikan keanekaragaman sumberdaya genetik dan ekosistemnya yang
penting bagi pembangunan dan pengembangan IPTEK, budidaya, medis,
pendidikan dan industri (pengawetan keanekaragaman jenis); (3) menjamin
pemanfaatan pendayagunaan jenis dan ekosistemnya untuk mendukung kehidupan
manusia dan menopang pembangunan (pemanfaatan jenis dan ekosistem secara
lestari).
Sejumlah ahli konservasi telah menyatakan bahwa yang perlu menjadi
sasaran utama bagi upaya konservasi adalah komunitas dan ekosistem, sedangkan
spesies dapat menjadi sasaran sekunder (McNaughton 1989; Scott et al. 1991;
Reid 1992; Grumbine 1994b diacu dalam Primack 1997). Kawasan konservasi
laut selama ini dipandang sebagai kawasan konservasi dengan menitikberatkan
pada fungsi ekologinya semata. Padahal di dalam kawasan konservasi tersebut
pandangan tersebut selain karena kurangnya informasi mengenai pentingnya
kawasan konservasi laut, juga dilatar belakangi oleh minimnya informasi
mengenai nilai ekonomi yang diperoleh dari kawasan tersebut serta ketiadaan
pengetahuan mengenai pendanaan yang berkelanjutan untuk keperluan
pengelolaan kawasan konservasi laut. Padahal jika kawasan ini dikelola dengan
baik dengan mengetahui nilai ekonomi yang dapat ditingkatkan akan memberikan
manfaat yang tinggi.
2.4 Kawasan Konservasi dan Pengendalian Perikanan
Pandangan umum selama ini melihat bahwa penutupan suatu kawasan laut
menjadi kawasan konservasi akan merugikan kegiatan ekonomi lainnya. Padahal
kawasan konservasi dapat juga dijadikan sebagai instrumen pengendalian
perikanan untuk mencapai perikanan yang berkelanjutan.
Awal tahun 1990-an mulai diperkenalkan instrumen yang didisain langsung
pada pengendalian sumberdaya alam, yaitu berupa penentuan suatu kawasan
sebagai kawasan konservasi laut (KKL) atau marine reserve atau Marine
Protected Area (MPA). Pada kawasan ini input dan output pada produksi perikanan diatur dengan menutup sebagian kawasan untuk daerah perlindungan.
Walaupun mulai berkembang pada tahun 1990-an, sebenarnya pemerintah
Finlandia telah membangun kawasan seperti ini pada tahun 1800-an. Namun
demikian, kita tahu bahwa penetapan Kawasan Konservasi Laut ini masih menjadi
bahan perdebatan baik di kalangan para akhli maupun stakeholders. Ada berbagai
tanggapan yang berbeda baik pro dan kontra, pandangan optimis maupun
pandangan pesimis mengenai manfaat dari sisi ekonomi pengelolaan berbasiskan
konservasi atau MPA ini (Sanchirico et al. 2002).
Sebenarnya terdapat banyak dukungan empiris yang menyatakan bahwa
KKL akan meningkatkan dan memperbaiki kondisi ekologi yang mencakup
peningkatan komposisi umur maupun ukuran dari stok ikan dan tingkat stok yang
lebih tinggi untuk perbaikan habitat. Lebih lanjut para ilmuwan lain juga telah
mempertegas bahwa banyak manfaat tambahan yang diperoleh dari adanya
kawasan konservasi ini termasuk untuk keperluan pendidikan, pariwisata dan
Gell dan Robert (2002) bahkan mengatakan bahwa manfaat perikanan dari
suatu kawasan yang dilindungi dapat diperoleh dengan cepat. Dalam beberapa
kasus manfaat tersebut dapat diperoleh dalam kurun waktu lima tahun melalui
perubahan pola perikanan (fishing patern). Dalam beberapa kasus produksi
perikananmeningkat lebih cepat daripada tanpa kawasan konservasi.
Prinsip dari MPA adalah spill over effect (Gambar 2)atau dampak limpahan
dimana pada kawasan yang dilindungi, stok ikan akan tumbuh dengan baik dan
limpahan dari pertumbuhan ini akan mengalir ke wilayah di luar kawasan yang
kemudian dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan tanpa mengurangi sumber
pertumbuhan di daerah yang dilindungi. MPA memiliki banyak manfaat yang
signifikan yang akan membantu pengelolaan sumberdaya kelautan dalam jangka
panjang. Li (2000) merinci manfaat kawasan konservasi laut sebagai berikut:
manfaat biogeografi, keaneka ragaman hayati, perlindungan terhadap spesies
endemic dan spesies langka, perlindungan terhadap spesies yang rentan dalam
masa pertumbuhan, pengurangan mortalitas akibat penangkapan, peningkatan
produksi pada wilayah yang berdekatan, perlindungan pemijahan, manfaat
penelitian, ekoturisme, pembatasan hasil samping ikan-ikan juvenil (juvenile by
catch), dan peningkatan produktifitas perairan (productivity enchancement).
[image:43.595.116.509.484.691.2]Sumber : (Fauzi dan Anna, 2005)
Gambar 2 Prinsip Spill over dari Kawasan Konservasi Laut (dimodifkasi
Manfaat-manfaat tersebut di atas sebagian merupakan manfaat langsung
yang bisa dihitung secara moneter, sebagian lagi merupakan manfaat tidak
langsung yang sering tidak bisa dikuantifikasi secara moneter. Namun demikian
secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kawasan konservasi laut memiliki
nilai ekonomi yang tinggi yang tidak hanya bersifat tangible (terukur) namun juga
manfaat ekonomi yang tidak terukur (intangible). Manfaat yang terukur biasanya
digolongkan kedalam manfaat kegunaan baik yang dikonsumsi maupun tidak,
sementara manfaat yang tidak terukur berupa manfaat non-kegunaan yang lebih
bersifat pemeliharaan ekosistim dalam jangka panjang (Fauzi & Anna 2005).
Sebagai suatu kawasan yang sifatnya ”Spill over”, beberapa kalangan
meragukan manfaat KKL terhadap peningkatan biomass untuk kegiatan
perikanan. Namun demikian sebagaimana yang ditunjukkan oleh Halpern (2003)
penetapan suatu kawasan konservasi rata-rata telah meningkatkan kelimpahan
(abundance) sebanyak dua kali lipat, dengan peningkatan biomass ikan dan keanekaragaman hayati tiga kali lipat. Akibat peningkatan ini maka terjadi pula
peningkatan produktifitas perikanan. Studi yang dilakukan Cesar (1996)
misalnya menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rasio Catch Per Unit Effort
(CPUE) antara 30% sampai 60% di beberapa daerah konservasi seperti di Apo Island Filipina dan George Bank di Amerika Serikat.
Pemanfaatan suatu kawasan konservasi laut menjadi kawasan wisata dan
kegiatan perikanan dapat memberikan manfaat ekonomi yang tinggi. Cesar
(1996) mengemukakan bahwa hasil studi White dan Cruz Trinidad di Apo Island,
Filipina menunjukkan bahwa KKL mampu membangkitkan nilai ekonomi hampir
400 ribu US$ dari sektor wisata dan perikanan. Nilai ini akan lebih berkelanjutan
dibandingkan dengan nilai sesaat yang diperoleh dari kegiatan perikanan yang
destruktif (bom dan sianida) serta kegiatan wisata yang tidak ditunjang oleh
lingkungan konservsi yang baik. Selain manfaat ekonomi, KKL juga dapat
memberikan manfaat sosial dimana keterbatasan masyarakat dalam memelihara
lingkungannya akan semakin meningkat karena ditunjang oleh kepastian
ketersediaan sumber daya ikan di wilayah tersebut.
Fauzi dan Anna (2005) mengemukakan beberapa model yang dapat
KKL ini, diantaranya adalah : model valuasi ekonomi dan model bioekonomi.
Dalam kondisi data yang tidak memadai biasanya kedua model tersebut dapat
digunakan dengan penyesuaian-penyesuaian. Selain untuk mengevaluasi KKL,
model valuasi ekonomi penting digunakan dalam perencanaan pembangunan
kawasan konservasi laut, diantaranya adalah: 1) Untuk mengetahui bagaimana
sebenarnya value/nilai dari sumber daya alam yang ada di lokasi tersebut sebagai
justifikasi bagi pembangunan Kawasan Konservasi Laut tersebut, 2) Sebagai
bahan masukan bagi stakeholders apakah worth it (bernilai) membangun suatu
KKL di kawasan tersebut.
Studi literatur mengenai implementasi kawasan konservasi laut di Indoensia
memang masih sangat terbatas. Namun demikian Fauzi dan Anna (2005) telah
mencoba melakukan analisis ekonomi untuk kawasan Selat Lembeh di Sulawesi
Utara. Kawasan Selat Lembeh, adalah salah satu daerah pesisir dan laut yang
memiliki permasalahan tipikal kawasan ini. Dengan potensi yang luar biasa,
kawasan ini dimanfaatkan secara berlebihan dan dikhawatirkan tidak mampu
mempertahankan kelestarian dari sumber daya alam dan lingkungannya.
Walaupun pemanfaatan dari kawasan ini diatur dengan berbagai kebijakan baik
tingkat nasional maupun tingkat lokal, namun tampaknya kondisi kawasan ini
tidak juga membaik, malah cenderung memiliki laju degradasi dan deplesi yang
cukup mengkhawatirkan. Hal ini dapat dibuktikan dari data-data yang ada yang
menyangkut produktifitas catch per unit effort sumber daya alam terutama
sumber daya ikan yang menurun dari tahun ke tahun. Penurunan produktifitas ini
akan terus berlanjut, karena input yang semakin meningkat baik dari legal fishing
maupun illegal fishing tanpa pengendalian, dan berbagai tindakan merusak seperti
pengeboman terumbu karang maupun peracunan ikan dari masyarakat sekitar.
Sebagai kawasan dengan kekayaan biodiversity yang cukup tinggi,
kemudian juga sebagai daerah yang dikenal berfungsi spawning ground, namun
dimanfaatkan secara multi-use, dikhawatirkan akan berdampak penurunan baik
kualitas maupun kuantitas sumber daya alam dan lingkungannya, juga
dikhawatirkan akan kehilangan beberapa spesies penting di wilayah ini. Kondisi
ini mendesak pemerintah untuk berbuat sesuatu untuk tujuan perlindungan
Kawasan Konservasi Laut, diperlukan penelitian yang mendalam berkaitan
dengan perhitungan nilai ekonomi kawasan ini melalui valuasi ekonomi.
Masalah utama dalam pengalokasian suatu kawasan konservasi adalah
menetapkan batas ekologis yang dapat digunakan untuk mencapai suatu kawasan
konservasi. Selama ini batas kawasan konservasi didasarkan pada karakteristik
geologis kawasan (batas daratan dan lautan), batas administratif (nasional,
provinsi atau kabupaten), atau biaya (lokasi yang lebih kecil memerlukan biaya
yang lebih kecil untuk melindungi atau mempertahankan keberadaannya).
Secara umum sangat sedikit alasan ekologis yang dijadikan dasar untuk
menentukan batas kawasan konservasi, namun alasan ekologis yang tepat
haruslah digunakan menentukan batas dan zonasi kawasan konservasi. Tidak ada
aturan baku yang menetapkan ukuran optimal dan rancangan dari suatu kawasan
konservasi. Namun demikian secara umum terhadap 2 (dua) kategori kawasan
konservasi, yakni : kategori disagregasi (sekelompok kawasan konservasi yang
berukuran kecil), dan kategori kawasan agregasi (sekelompok kawasan konservasi
yang berukuran besar). Setiap kategori ukuran memiliki keunggulan sendiri.
Kawasan konservasi yang berukuran kecil dapat mendukung kehidupan lebih
banyak jenis biota dengan relung yang berbeda-beda serta tidak merusak semua
kawasan konservasi secara bersamaan bila terdapat bencana. Kawasan konservasi
yang berukuran besar menuntut adanya zonasi kawasan untuk dapat mendukung
pengelolaan yang efektif bagi berbagai pemanfaatan secara berkelanjutan. Dengan
adanya zonasi, maka pemanfaatan sumber daya alam dapat dikontrol secara
efektif untuk mencapai sasaran dan tujuan kawasan konservasi
.
Pada dasarnya, keberhasilan dari diciptakannya KKL tentu saja tergantung
pada tujuan awalnya. Literatur manajemen perikanan menyatakan bahwa
”keamanan stok” merupakan motivasi penting bagi pengelola kawasan konservasi
laut sebagai alat kebijakan. Bila memang demikian maka pengelola perikanan
telah menilai bahwa kenaikan dalam biomasa agregat akibat penutupan kawasan
laut tersebut merupakan kebijakan yang baik. Namun apabila tujuan penutupan
sebagian kawasan untuk meningkatkan manajemen/pengelolaan perikanan maka
tentu pengkajiannya lebih berfokus kepada dampak-dampak terhadap industri
2.5 Pemodelan Sumberdaya Pesisir
Menurut Jeffers 1978 diacu dalam Grant et al. 1997, suatu model
merupakan abstraksi dari kenyataan. Model adalah deskripsi formal dari
faktor-faktor penting dalam suatu masalah. Karena faktor-faktor-faktor-faktor penting dalam suatu
masalah merupakan faktor-faktor yang didefinisikan untuk menjadi system of
interest maka model dapat digunakan sebagai deskripsi formal dari system of interest. Deskripsi tersebut dapat bersifat fisik, matematik ataupun verbal. Model bermanfaat dalam beberapa hal dan salah satu yang paling penting adalah
bahwa model membantu dalam melakukan konseptualisasi, mengorganisir dan
mengkomunikasikan fenomena yang rumit. Dengan kata lain model adalah
representasi suatu realitas dari seorang pemodel, model sebagai jembatan antara
dunia nyata dan dunia berpikir untuk memecahkan suatu masalah. Dapat
dikatakan bahwa pemodelan merupakan proses berpikir melalui sekuen yang