Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pasangan Usia Subur tentang Pemeriksaan
Pap smear di Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara
D I S U S U N
Oleh : Imelda Sirait
Pembimbing : Nur Asiah S.Kep, Ns
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul : Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pasangan Usia Subur tentang Pemeriksaan Pap smear di Kelurahan Bane Kecamatan Siantar Utara
Nama Mahasiswa : Imelda Sirait
NIM : 091101048
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2013
ABSTRAK
Kanker serviks merupakan salah satu penyakit yang paling banyak diderita wanita di negara yang sedang berkembang. Di Indonesia diperkirakan ditemukan 40 ribu kasus baru kanker serviks setiap tahunnya. Kanker serviks bisa dideteksi secara dini dengan mengetahui adanya perubahan pada daerah mulut rahim dengan cara pemeriksaan sitologi menggunakan pap smear. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap pasangan usia subur tentang pemeriksaan pap smear. Metode penelitian menggunakan deskriptif korelasional dengan rancangan penelitian cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 87 orang dengan derajat ketepatan (d) sebesar 0,1. Teknik pengambilan sampel dengan
accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisa menggunakan uji statistik Spearman. Korelasi pengetahuan dengan sikap suami didapatkan nilai (p) 0,025, nilai (r) 0,240 dan korelasi pengetahuan dengan sikap istri didapatkan nilai (p) 0,016, nilai (r) 0,259 Dari 87 responden, kelompok terbesar responden berusia 35-50 tahun, berpendidikan tinggi (35,1%), pekerjaan wiraswasta (33,3%), dan mendapat sumber informasi dari media elektronik yaitu televisi (46%), internet (6,9%), serta penyuluhan (11,5%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pengetahuan pasangan usia subur baik dan memiliki sikap positif (23%) dan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap pasangan usia subur tentang pemeriksaan pap smear dengan kekuatan korelasi lemah. Untuk itu diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk meningkatkan kesadaran pasangan usia subur melakukan pemeriksaan pap smear melalui kader Puskesmas Bane.
Tittle : The Correlation between Knowledge and Attitude of Productive-Aged Couples and Pap Smear Examination at Kelurahan Bane, North Siantar Subdistrict
Name : Imelda Sirait
Std. ID Number : 091101048 Study Program : Nursing
Academic Year : 2013
Abstract
Cervix cancer is one of the diseases which is most suffered by women in the developing countries. In Indonesia, it is estimated that there are 40 thousand new cases of cervix cancer each year. Cervix cancer can be detected early by identifying the change in womb opening by examining the cytology, using Pap smear. The objective of the study was to know the correlation between knowledge and attitude of productive-aged couples and Pap smear examination. The study used descriptive correlation with cross sectional design. The samples comprised 87 respondents with the accuracy level (d) of 0.1, using accidental sampling technique. The data were gathered by using questionnaires and analyzed by Spearman statistic test. The correlation between knowledge and husbands’ attitude was p = 0.025, r = 0.240 and the correlation between knowledge and wives’ attitude was p = 0.016 and r = 0.259. Of 87 respondents, the majority of respondents were 31 – 50 years old, the highest level of education was 35.1%, entrepreneurs were 33.3%, getting information from electronic media, from television, was 46%, from internet was 6.9%, and from counseling was 11.5%. The result of the study showed that the majority of respondents had good knowledge and positive attitude (23%), and there was significant correlation between knowledge and attitude of the productive-aged couples with Pap smear examination with weak correlation. It is suggested that health workers increase the awareness of productive-aged couples to implement Pap smear examination through Puskesmas cadres.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
perlindungan dan berkat-Nya yang selalu menyertai penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan Pengetahuan dengan
Sikap Pasangan Usia Subur tentang Pemeriksaan Pap smear di Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara”.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan,
dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan butir-butir pemikiran yang
sangat berharga bagi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara dan Ibu Erniyati S.Kp., MNS selaku dosen pembimbing
akademik.
2. Ibu Nur Asiah S.Kep, Ns selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang
bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Nur Afi Darti, SKp., MKep. selaku penguji I dan Siti Saidah Nasution,
S.Kp., M.Kep., Sp.Mat selaku penguji II yang telah memberikan masukan
dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan
5. Kepala Puskesmas Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara yang telah
memberikan izin kepada penulis dalam melaksanakan penelitian.
6. Teristimewa penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
ayahanda Drs. K. Sirait dan ibunda E. Damanik S.Pd yang mendoakan,
memberikan dukungan moril maupun materil dan segala yang terbaik
untuk penulis, dan
7. Abang dan adik saya Richan Sirait, Bernad Sirait, Maria Sihombing,
Debora Sirait memberikan semangat, motivasi, dan doa buat saya.
8. Seluruh teman-teman F.Kep 2009 yang selalu memberikan semangat dan
motivasi dan teristimewa untuk kalian semua Meszadena, Heppy, Trisna,
Susi, Sannesy, Asrilchan, dan Hendra
9. Abang dan kaka Yedija Family yang memberikan semangat dan doa buat saya
10.Seluruh teman-teman Paduan Suara Mahasiswa USU dan ALBUMED
yang memberikan motivasi dan doa.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini, oleh
sebab itu penulis menerima kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat
membangun. Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi peningkatan dan
pengembangan ilmu dan praktik keperawatan. Terimakasih.
Medan, Juni 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR SKEMA... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB 1 Pendahuluan ... 1
1.1 Latar belakang... 1
1.2 Rumusan Masalah... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
BAB 2 Tinjauan Pustaka... 8
2.1 Pengetahuan ... 8
2.2 Sikap ... 11
2.3 Pasangan Usia Subur ... 13
2.4 Pap smear... 14
BAB 3 Kerangka Penelitian ... 19
3.1 Kerangka Penelitian... 19
3.2 Definisi Operasional ... 21
3.3 Hipotesa Penelitian ... 22
BAB 4 Metodologi Penelitian ... 23
4.1 Desain Penelitian ... 23
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24
4.4 Pertimbangan Etik ... 25
4.5 Instrumen Penelitian ... 25
4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 28
4.7 Teknik Pengumpulan Data ... 29
4.8 Analisa Data ... 29
BAB 5 Hasil dan Pembahasan ... 31
5.1 Hasil Penelitian ... 31
5.1.1 Karakteristik Responden ... 31
5.1.2 Pengetahuan Pasangan Usia Subur ... 34
5.1.3 Sikap Pasangan Usia Subur ... 37
5.1.4 Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pasangan Usia Subur . 40 5.2 Pembahasan... 42
5.2.1 Pengetahuan Pasangan Usia Subur ... 42
5.2.2 Sikap Pasangan Usia Subur ... 44
. 5.2.3 Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pasangan Usia Subur . 45 5.3 Keterbatasan Penelitian ... 47
BAB 6 Kesimpulan dan Saran ... 49
6.1 Kesimpulan ... 49
6.2 Saran ... 49
DAFTAR TABEL
Tabel 3.2 Tabel Definisi Operasional………. 20
Tabel 4.5 Tabel Kuesioner Pengetahuan……… 26 Tabel 4.5 Tabel Kuesioner Sikap……… 27
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasangan Usia Subur………... 33
Tabel 5.2 Distribusi Tingkat Pengetahuan Pasangan Usia Subur………….. 38
Tabel 5.3 Distribusi Sikap Pasangan Usia Subur tentang Pap smear……… 41
Tabel 5.4 Distribusi Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pasangan Usia
DAFTAR SKEMA
Skema 3.1 Kerangka penelitian hubungan pengetahuan dengan sikap pasangan
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Penjelasan Calon Subjek Penelitian
Lampiran 2 Informed Consent
Lampiran 3 Instrumen Penelitian
Lampiran 4 Reliabilitas
Lampiran 4 Hasil Analisa Data
Lampiran 5 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Pengetahuan dan Sikap
Lampiran 6 Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan
Lampiran 7 Ethical clearance
Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 9 Lembar Konsultasi
Lampiran 10 Jadwal Penelitian
Lampiran 11 Taksasi Dana
Lampiran 12 Daftar Riwayat Hidup
Judul : Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pasangan Usia Subur tentang Pemeriksaan Pap smear di Kelurahan Bane Kecamatan Siantar Utara
Nama Mahasiswa : Imelda Sirait
NIM : 091101048
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2013
ABSTRAK
Kanker serviks merupakan salah satu penyakit yang paling banyak diderita wanita di negara yang sedang berkembang. Di Indonesia diperkirakan ditemukan 40 ribu kasus baru kanker serviks setiap tahunnya. Kanker serviks bisa dideteksi secara dini dengan mengetahui adanya perubahan pada daerah mulut rahim dengan cara pemeriksaan sitologi menggunakan pap smear. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap pasangan usia subur tentang pemeriksaan pap smear. Metode penelitian menggunakan deskriptif korelasional dengan rancangan penelitian cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 87 orang dengan derajat ketepatan (d) sebesar 0,1. Teknik pengambilan sampel dengan
accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisa menggunakan uji statistik Spearman. Korelasi pengetahuan dengan sikap suami didapatkan nilai (p) 0,025, nilai (r) 0,240 dan korelasi pengetahuan dengan sikap istri didapatkan nilai (p) 0,016, nilai (r) 0,259 Dari 87 responden, kelompok terbesar responden berusia 35-50 tahun, berpendidikan tinggi (35,1%), pekerjaan wiraswasta (33,3%), dan mendapat sumber informasi dari media elektronik yaitu televisi (46%), internet (6,9%), serta penyuluhan (11,5%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pengetahuan pasangan usia subur baik dan memiliki sikap positif (23%) dan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap pasangan usia subur tentang pemeriksaan pap smear dengan kekuatan korelasi lemah. Untuk itu diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk meningkatkan kesadaran pasangan usia subur melakukan pemeriksaan pap smear melalui kader Puskesmas Bane.
Tittle : The Correlation between Knowledge and Attitude of Productive-Aged Couples and Pap Smear Examination at Kelurahan Bane, North Siantar Subdistrict
Name : Imelda Sirait
Std. ID Number : 091101048 Study Program : Nursing
Academic Year : 2013
Abstract
Cervix cancer is one of the diseases which is most suffered by women in the developing countries. In Indonesia, it is estimated that there are 40 thousand new cases of cervix cancer each year. Cervix cancer can be detected early by identifying the change in womb opening by examining the cytology, using Pap smear. The objective of the study was to know the correlation between knowledge and attitude of productive-aged couples and Pap smear examination. The study used descriptive correlation with cross sectional design. The samples comprised 87 respondents with the accuracy level (d) of 0.1, using accidental sampling technique. The data were gathered by using questionnaires and analyzed by Spearman statistic test. The correlation between knowledge and husbands’ attitude was p = 0.025, r = 0.240 and the correlation between knowledge and wives’ attitude was p = 0.016 and r = 0.259. Of 87 respondents, the majority of respondents were 31 – 50 years old, the highest level of education was 35.1%, entrepreneurs were 33.3%, getting information from electronic media, from television, was 46%, from internet was 6.9%, and from counseling was 11.5%. The result of the study showed that the majority of respondents had good knowledge and positive attitude (23%), and there was significant correlation between knowledge and attitude of the productive-aged couples with Pap smear examination with weak correlation. It is suggested that health workers increase the awareness of productive-aged couples to implement Pap smear examination through Puskesmas cadres.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker serviks merupakan salah satu penyakit yang paling banyak diderita
wanita di negara yang sedang berkembang (Jamsiah, 2009). Setiap tahun
diperkirakan terdapat 500.000 kasus kanker serviks baru di seluruh dunia, 77% di
antaranya ada di negara-negara sedang berkembang (Sjamsuddin, 2001).
Sedangkan, kanker serviks di negara-negara maju menempati urutan keempat
setelah kanker payudara, kolorektum, dan endometrium (Rasdiji, 2009).
Menurut National Cancer Institute (2012), angka kejadian kanker serviks di Amerika Serikat terdapat 12.170 kasus baru dan 4.220 meninggal dunia . Di
tahun 2002, kanker serviks adalah penyebab pertama kematian di antara penduduk
usia kerja Meksiko total 2.958 kematian, dengan tingkat 4,9 per 100.000
penduduk berusia 15-16 tahun (Laura, 2007). Di Australia, kanker serviks berada
di urutan ketiga belas. Setiap tahun 740 wanita didiagnosis dengan kanker serviks
dan 270 meninggal dunia. Di Inggris, kanker serviks berada diurutan kedua belas.
Setiap tahun, 2800 wanita didiagnosis dengan kanker serviks dan 1100 meninggal
dunia (Dunleavey, 2009). Di Kanada angka kejadian kanker serviks turun dari
28,4 menjadi 6,9 per 1000 wanita dan angka kematian turun dari 11,4 menjadi 3,3
Di Indonesia diperkirakan ditemukan 40 ribu kasus baru kanker serviks
setiap tahunnya. Menurut data kanker berbasis patologi di 13 pusat laboratorium
patologi, kanker serviks merupakan penyakit kanker yang memiliki jumlah
penderita terbanyak di Indonesia, yaitu lebih kurang 36%. Dari data 17 rumah
sakit di Jakarta 1977, kanker serviks menduduki urutan pertama, yaitu 432 kasus
di antara 918 kanker pada perempuan. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo,
frekuensi kanker serviks sebesar 76,2% diantaranya kanker ginekologi. Terbanyak
pasien datang pada stadium lanjut, yaitu stadium IIB-IVB, sebanyak 66,4%.
Kasus dengan stadium IIIB, yaitu stadium dengan gangguan fungsi ginjal,
sebanyak 37,3% atau lebih dari sepertiga kasus (Rasjidi, 2009). Di Sumatera
Utara diperoleh data dari Dinas Kesehatan Provinsi jumlah penderita kanker
serviks pada tahun 1999 tercatat 475 kasus, tahun 2000 sebanyak 548 kasus dan
tahun 2001 sebanyak 681 kasus. Data dari laboratorium USU tahun 2002 terdapat
21 kasus, dari jumlah tersebut 17 kasus sudah berada pada tingkat displasia atau
sel-sel ganas (Rahmi, 2004).
Menurut Prayitno (2006), 89% penyebab dari kanker serviks saat ini akibat
Human Papilloma Virus (HPV). Human Papilloma Virus ditularkan melalui hubungan seksual. Infeksi Human Papilloma Virus berhubungan dengan keganasan saluran urogenital dan anus. Selain Human Papilloma Virus, ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan terjadinya kanker serviks yaitu (1)
perilaku seksual : melakukan coitus <16 tahun, berganti – ganti pasangan saat
melakukan hubungan seksual, berhubungan dengan pria berisiko tinggi mengidap
karsinogen baik yang dihisap sebagai rokok maupun yang dikunyah . Asap rokok
menghasilkan polycyclic aromatic hydrocarbons heterocyclic amine yang sangat karsinogen dan mutagen, sedangkan bila dikunyah menghasilkan netrosamine. Zat tersebut dapat menyebabkan kerusakan DNA epitel serviks sehingga
mengakibatkan neoplasma serviks; (3) nutrisi : dari beberapa penelitian, ternyata
defisiensi terhadap asam folat, vitamin C, E, beta karotin/retinol dihubungkan
dengan peningkatan risiko kanker serviks. Vitamin E, C, dan beta karotin
mempunyai khasiat antioksidan yang kuat. Antioksidan dapat melindungi
DNA/RNA terhadap pengaruh buruk radikal bebas yang terbentuk akibat oksidasi
karsinogen bahan kimia (Sjamsuddin, 2001); (4) kontrasepsi oral : hasil penelitian
menyatakan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi oral selama 5 tahun
atau lebih memiliki peningkatan risiko kanker serviks. Kontrasepsi oral dianggap
mengganggu kemampuan serviks untuk melawan infeksi HPV (Tinari, 2008);
(5) perubahan sistem imun : dihubungkan dengan meningkatkan risiko terjadinya
karsinoma serviks invasif. Hal ini dihubungkan dengan penderita yang terinfeksi
dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) meningkatkan angka kejadian kanker serviks prainvasif dan invasif (Rasjidi, 2007); (6) kehamilan multipel :
Menurut National Cancer Institute (2012), wanita yang hamil sebanyak tujuh kali ataupun lebih berisiko empat kali terinfeksi HPV dibandingkan dengan wanita
yang belum pernah hamil. Kehamilan yang berulang kali menyebabkan traumatik
pada leher rahim sehingga lebih rentan terhadap infeksi HPV (Tinari, 2008).
Penanganan kanker sering terlambat akibat minimnya gejala yang
cenderung mengalami pergeseran kearah usia yang lebih muda (Jonatan, 2000
dalam Melva, 2008). Secara umum, kasus kanker serviks dan kematian bisa
dideteksi dengan mengetahui adanya perubahan pada daerah mulut rahim dengan
cara pemeriksaan sitologi menggunakan pap smear. American College of Obstetrician and Gynecologists (ACOG), American Cancer Society (ACS), dan
US Preventive Task Force (USPSTF) mengeluarkan panduan bahwa setiap wanita seharusnya melakukan pap smear untuk skrining kanker serviks saat 3 tahun pertama dimulainya aktivitas seksual atau saat usia 21 tahun. Karena tes ini
mempunyai risiko false negatif sebesar 5-6%, pap smear yang kedua seharusnya dilakukan satu tahun pemeriksaan yang pertama. Pada akhir tahun 1987,
American Cancer Society mengubah kebijakan mengenai interval pemeriksaaan
pap smear tiap tiga tahun setelah dua kali hasil negatif (Rasdiji, 2007)
Saat ini, sesuai dengan American Cancer Society, American Cancer Colposcopy and Cervical Pathology and American Society for Clinical Pathology
(2012) menganjurkan pemeriksaan pap smear dimulai pada semua wanita yang telah berusia 21 tahun karena remaja memiliki risiko yang sangat rendah terkena
kanker serviks dan wanita yang berusia 21-29 tahun harus melakukan pap smear setiap tiga tahun sekali. Setelah wanita tersebut mendapatkan tiga atau lebih pap smear normal, tes dapat dilakukan dengan frekuensi yang lebih jarang sesuai dengan yang dianjurkan dokter. Diperkirakan sebanyak 40% kanker serviks
invasif dapat dicegah dengan skrining pap smear interval 3 tahun. Tingginya angka kematian penderita kanker serviks di Indonesia disebabkan sebagian besar
datang dalam stadium lanjut, hal ini karena kurangnya kesadaran wanita Indonesia
untuk mencegah dan mendeteksi secara dini kanker serviks (Depkes, 2008).
Sari (2009) dalam penelitiannya menyatakan adanya hubungan antara
pengetahuan dan sikap ibu tentang kanker serviks, dimana sebagian besar ibu
(57,1%) berpengetahuan baik dan juga memiliki sikap yang positif (82,8%).
Kelurahan Bane merupakan salah satu kelurahan di Kota Pematangsiantar
dan merupakan salah satu desa yang berada pada cakupan wilayah kerja
Puskesmas Bane. Berdasarkan hasil survei peneliti tahun 2012, Kelurahan Bane
mempunyai jumlah penduduk sebanyak 6.961 orang dan jumlah penduduk wanita 3.496 orang. Jumlah wanita usia 20 – 49 sebanyak 1.750 dengan jumlah pasangan
usia subur (PUS) sebanyak 772 pasangan. Puskesmas Bane belum pernah
mengadakan penyuluhan tentang deteksi dini kanker serviks dengan melakukan
pemeriksaan pap smear kepada penduduk di wilayahnya. Kurangnya informasi atau pendidikan kesehatan tentang pencegahan dini kanker serviks dengan
melakukan pemeriksaan pap smear dan berdasarkan hasil survei peneliti (2012) penderita kanker serviks tahun 2011 sebanyak 33 kasus, dan tahun 2012 sebanyak
40 kasus serta masyarakat yang melakukan pemeriksaan pap smear di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar tahun 2011 sebanyak
45 orang dan tahun 2012 sebanyak 9 orang (Medical Record RSUD dr. Djasamen
Saragih)
Dari permasalahan diatas penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang “ Hubungan Pengetahuan dan Sikap Pasangan Usia Subur Tentang
1.2 Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian berdasarkan latar belakang masalah diatas adalah apakah
ada hubungan pengetahuan dan sikap pasangan usia subur tentang pemeriksaan
pap smear di Kelurahan Bane,Kecamatan Siantar Utara?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan
dan sikap tentang pencegahan dini kanker serviks.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat pengetahuan pasangan usia subur tentang pemeriksaan pap smear di Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara.
b. Mengetahui sikap pasangan usia subur terhadap pemeriksaan pap smear di Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara.
c. Mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap pasangan usia subur terhadap
pemeriksaan pap smear di Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara. 1.4 Manfaat Penelitian
1. Tenaga Pelayanan Kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai informasi bagi tenaga
pelayanan kesehatan dalam upaya meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat
2. Institusi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai informasi tambahan terkait
hubungan pengetahuan dengan sikap pasangan usia subur tentang pemeriksaan
pap smear di Kelurahan Bane 3. Peneliti
Peneliti dapat mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap pasangan usia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
2.1.1 Pengertian
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera
pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang
(Notoatmodjo, 2005).
2.1.2 Tingkat Pengetahuan
Ada 6 tingkatan pengetahuan, yaitu: (1) tahu : kemampuan individu untuk
menghafal, mengingat, mendefinisikan, atau mengidentifikasi informasi tertentu;
(2) pemahaman : kemampuan individu untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar;
(3) aplikasi : kemampuan individu untuk menggunakan materi yang yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya); (4) analisa : kemampuan
individu untuk mengenali dan menyusun informasi dengan cara menguraikannya
menjadi bagian-bagian yang lebih terperinci dan menentukan hubungan antara
(6) evaluasi : kemampuan individu untuk memberikan penilaian dalam bentuk
esai, desain, atau tindakan, dengan cara menerapkan standar atau kriteria yang
tepat (Notoatmodjo, 2007).
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Sukmadinata (2003) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan adalah :
a. Faktor internal
1. Jasmani
Faktor jasmani diantaranya adalah kesehatan indera seseorang
2. Rohani
Faktor rohani diantaranya adalah kesehatan psikis, intelektual,
psikomotor, serta kondisi kognitif dan afektif individu
b. Faktor eksternal
1. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap pemberian
respon dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberi respon
yang lebih rasional terhadap informasi yang datang, akan berpikir sejauh
mana keuntungan yang mungkin mereka peroleh dari gagasan tersebut.
2. Paparan media massa
Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik, berbagai informasi
dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering
informasi yang lebih banyak jika dibandingkan dengan orang yang tidak
pernah terpapar informasi media.
3. Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan sekunder, keluarga
dengan status ekonomi yang baik akan mudah tercukupi dibandingkan
dengan keluarga yang ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi
pemenuhan kebutuhan akan informasi pengetahuan yang termasuk
kebutuhan sekunder.
4. Hubungan sosial
Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan saling
berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi
secara lanjut akan lebih besar terpapar informasi, sementara faktor
hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai
komunikan untuk menerima pesan menurut model komunikasi media
5. Pengalaman
Pengalaman seseorang tentang berbagai hal dapat diperoleh dari
lingkungan kehidupan dalam perkembangannya, misalnya mengikuti
seminar dan organisasi.
2.2 Sikap
2.2.1 Pengertian
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan
sikap adalah kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan
tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi
perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup (Notoatmodjo, 2005).
Proses Terbentuknya Sikap dan Tindakan
2.2.2 Komponen Pokok Sikap
Menurut Allport (1954), sikap terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu:
kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan
emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, serta kecenderungan untuk
bertindak. Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang
utuh. Dalam menentukan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan
emosi memegang peranan penting.
2.2.3 Tingkatan Sikap
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai
tingkatan, yaitu : (1) menerima : seseorang atau subjek mau menerima stimulus
yang diberikan (objek); (2) merespon : memberikan jawaban apabila ditanya, Stimulus
(rangsangan)
Proses stimulus
Reaksi Terbuka (Tindakan)
Reaksi Tertutup
mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap; (3) menghargai : seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek
atau stimulus, dalam arti, membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak
atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon; (4) bertanggung
jawab : bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo, 2007).
2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap
Azwar (2005) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan sikap adalah:
1. Pengalaman pribadi
Sesuatu yang telah atau sedang dialami seseorang akan membentuk dan
mempengaruhi penghayatannya terhadap stimulus sosial. Individu akan menerima
pengalaman, orang yang melakukan tanggapan atau penghayatan, biasanya tidak
melepaskan pengalaman yang sedang dialaminya dari pengalaman-pengalaman
lain yang terdahulu, yang relevan.
2. Kebudayaan
Budaya dimana tempat seseorang hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan sikapnya. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota
masyarakatnya, karena kebudayaan memberi corak pengalaman individu-individu
yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya. Hanya kepribadian
individu yang telah mapan dan kuat yang dapat memudarkan dominasi
3. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau
searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Hal ini di motivasi karena
keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan
orang tersebut.
4. Media massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,
surat kabar, majalah dan lain-lainnya, mempunyai pengaruh besar dalam
pembentukan opini dan kepercayaan orang.
5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem juga mempunyai
pengaruh dalam pembentukan sikap karena keduanya meletakkan dasar
pengertian dan konsep moral dalam diri individu.
6. Pengaruh faktor emosional
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman
pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang
didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau
peralihan dalam bentuk mekanisme pertahanan ego.
2.3 Pasangan Usia Subur
Menurut BKKBN (2011), pasangan usia subur adalah pasangan yang wanitanya
2.4 Pap smear 2.4.1 Pengertian
Tes Papanicolou atau Pap smear adalah metode pemeriksaan sitologi yang aman dan murah untuk mendeteksi kelainan atau lesi prakanker pada epitel
serviks. Sel-sel yang diambil dari serviks diperiksa di bawah mikroskop untuk
melihat perubahan-perubahan yang terjadi. Tes ini pertama kali ditemukan oleh
Dr.Goerge N.Papanicolou pada tahun 1928, sehingga nama tes ini sesuai dengan
nama penemunya. Tes ini diterapkan secara luas tahun 1950 di negara barat dan di
Indonesia baru diterapkan tahun 1970 (Shinta, 2007).
2.4.2 Tujuan
Tujuan pemeriksaan pap smear adalah untuk mendeteksi kanker alat genital wanita, diagnostik dini kanker serviks, penilaian terhadap respon dari radioterapi
kanker, kontrol terhadap pengobatan kanker serviks dan penyebab radang untuk
menentukan derajat kelainan (Shinta, 2007)
2.4.3 Indikasi
Pap smear merupakan sarana pencegahan dan deteksi dini kanker serviks yang seharusnya dilakukan oleh setiap wanita yang sudah menikah atau sudah
melakukan hubungan seksual serta wanita yang memiliki faktor risiko. Faktor
risiko : (1) perilaku seksual : melakukan coitus <16 tahun, berganti – ganti
pasangan saat melakukan hubungan seksual, berhubungan dengan pria berisiko
tinggi mengidap kondiloma akuminatum; (2) merokok : tembakau mengandung bahan – bahan karsinogen baik yang dihisap sebagai rokok maupun yang
heterocyclic amine yang sangat karsinogen dan mutagen, sedangkan bila dikunyah menghasilkan netrosamine. Zat tersebut dapat menyebabkan kerusakan epitel serviks sehingga mengakibatkan neoplasma serviks; (3) nutrisi : dari beberapa
penelitian, ternyata defisiensi terhadap asam folat, vitamin C, E, beta
karotin/retinol dihubungkan dengan peningkatan risiko kanker serviks. Vitamin E,
C, dan beta karotin mempunyai khasiat antioksidan yang kuat. Antioksidan dapat
melindungi dari pengaruh buruk radikal bebas yang terbentuk akibat oksidasi
karsinogen bahan kimia (Sjamsudin, 2001); (4) kontrasepsi oral : hasil penelitian
menyatakan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi oral selama 5 tahun
atau lebih memiliki peningkatan risiko kanker serviks. Kontrasepsi oral dianggap
mengganggu kemampuan serviks untuk melawan infeksi HPV (Tinari, 2008); (5)
perubahan sistem imun : dihubungkan dengan meningkatkan risiko terjadinya
karsinoma serviks invasif. Hal ini dihubungkan dengan penderita yang terinfeksi
dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) meningkatkan angka kejadian kanker serviks prainvasif dan invasif (Rasjidi, 2007); (6) kehamilan multipel :
Menurut National Cancer Institute, wanita yang hamil sebanyak tujuh kali ataupun lebih berisiko empat kali terinfeksi HPV dibandingkan dengan wanita
yang belum pernah hamil. Kehamilan yang berulang kali menyebabkan traumatik
pada leher rahim sehingga lebih rentan terhadap infeksi HPV (Tinari, 2008).
Saat ini, sesuai dengan American Cancer Society, American Cancer Colposcopy and Cervical Pathology and American Society for Clinical Pathology
kanker serviks dan wanita yang berusia 21-29 tahun harus melakukan pap smear
setiap tiga tahun sekali. Setelah wanita tersebut mendapatkan tiga atau lebih pap smear normal, tes dapat dilakukan dengan frekuensi yang lebih jarang sesuai dengan yang dianjurkan dokter. Wanita yang berusia > 65 tahun yang telah
melakukan pemeriksaan pap smear sebanyak tiga kali dan hasilnya normal tidak perlu lagi melakukan pap smear. Wanita yang sudah melakukan histerektomi tidak dianjurkan untuk melakukan pap smear (National Cancer Institute, 2012). Diperkirakan sebanyak 40% kanker serviks invasif dapat dicegah dengan skrining
pap smear interval 3 tahun.
2.4.5 Tata Cara Pengambilan Sampel
Pasien ditidurkan telentang dengan kedua lutut ditekuk (litotomi), vulva
dibersihkan dengan kapas yang dibahasi cairan antiseptik. Spekulum dalam
keadaan tertutup dimasukkan dengan hati-hati ke liang vagina, dan setelah
sebagian besar berada di liang vagina, spekulum dibuka sehingga terlihat mulut
rahim. Spatula Ayre dimasukkan ke vagina dengan ujung terpanjang mengenai perbatasan skuamokolumnar, spatula diputar 360 derajat untuk mengambil sampel
dari seluruh permukaan serviks, spatula dikeluarkan dari vagina. Usapan tersebut
dioleskan pada object-glass dengan rata. Object-glass segera dimasukkan ke dalam tempat fiksasi dan dibiarkan 10 menit, kemudian dikeringkan di udara.
Sampel sudah siap dikirim ke laboratorium patologi untuk pemeriksaan lebih
lanjut (Aziz dkk, 2006).
tidak melakukan hubungan seksual selama 48 jam (2 hari), tidak memakai
bahan-bahan antiseptik pada vagina, pasien paska bersalin, paska radiasi sebaiknya
datang 6-8 minggu kemudian, dan pasien yang mendapatkan pengobatan lokal
seperti vagina supostoria atau ovula sebaiknya dihentikan 1 minggu sebelum
pap smear.
2.4.6 Tempat pemeriksaan pap smear
Pap smear dapat dilakukan di rumah sakit pemerintah dengan biaya yang relatif murah, rumah sakit swasta, laboratorium swasta, dan tempat-tempat yang
menyediakan fasilitas pap smear (Sukaca, 2009). Biaya pemeriksaan pap smear
dari 47.500-197.500 (Depkes, 2008). Pemeriksaan pap smear sebaiknya dilakukan oleh dokter spesialis pemeriksaan panggul dan dokter Obstetri dan
Ginekologi (Ellis & Ellis, 2003).
2.4.7 Hasil
Pelaporan hasil pap smear ada beberapa cara, antara lain klasifikasi
Papanicolou dan klasifikasi Bethesda. Klasifikasi Papanicolou membedakan hasil
pap smear menjadi dua kelompok yaitu sitologi kanker dan proses inflamasi. Sitologi kanker menurut klasifikasi Papanicolou ada lima kelas, yaitu : kelas I: tidak ada sel atipik atau sel abnormal; kelas II : gambaran sitologi atipik tetapi
tidak ada bukti keganasan; kelas III : gambaran sitologi mengesankan tetapi tidak
konklusif ganas; kelas IV : gambaran sitologi yang mencurigakan ganas; dan kelas
V : gambaran sitologi yang menunjukkan keganasan (Shinta, 2007).
Sistem pelaporan Bethesda diakui secara internasional sejak 1988. Sistem
Undetermined Significance (ASCUS) : terdapat inflamasi tetapi tidak termasuk dalam batasan intraepitel; (2) Low –Grade Squamous Cells of Intraepithelial Lesion (LG-SIL) : tidak ada laporan sel malignan, terdapat HPV dan dysplasia ringan; (3) High-Grade Squamous Cells Intraepithelial Lesion (HG-SIL) : displasia sedang/NIS 2 dan displasia berat/NIS 3; (4) Atypical Glandular Cells of Undetermined Significance (AGUS) : lesi invasif berasal dari serviks dan endometrium; (5) Adenokarsinoma Insitu Serviks (AIS) : sel-sel kanker terbatas pada permukaan serviks; (6) Adenokarsinoma : kanker berada pada endoserviks,
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
3.1Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian dalam penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan
pengetahuan dengan sikap pasangan usia subur tentang pemeriksaan pap smear di
Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara.
PENGETAHUAN PUS TENTANG
PEMERIKSAAN PAP SMEAR
1. Definisi 2. Tujuan 3. Indikasi
4. Tata cara pengambilan sampel 5. Tempat pemeriksaan pap smear
SIKAP PUS TENTANG PEMERIKSAAN
PAP SMEAR
Faktor-faktor yang mempengaruhi :
1. Jasmani : kesehatan indera 2. Rohani : kesehatan psikis,
intelektual, dan psikomotor 3. Pendidikan
4. Paparan media massa 5. Ekonomi
6. Hubungan sosial 7. Pengalaman Faktor-faktor yang mempengaruhi : 1. Pengalaman pribadi 2. Budaya
3. Pengaruh orang lain
Keterangan :
Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak diteliti
3.2 Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Operasional
Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala
1 Pengetahuan
pasangan
usia subur
Segala sesuatu
yang diketahui
suami-istri di
Kelurahan Bane,
Kecamatan
Siantar Utara
tentang
pemeriksaan pap smear, yang meliputi:
- Definisi
- Tujuan
- Indikasi
- Tata cara
pengambilan
Kuesioner Penyebaran
kuesioner kepada
responden dengan
pertanyaan
tertutup atau
sampel.
- Tempat
pemeriksaan
pap smear
2 Sikap
pasangan
usia subur
Reaksi suami-istri
menerima atau
menolak tentang
pemeriksaan pap
smear di
Kelurahan Bane,
Kecamatan
Siantar Utara.
Kuesioner Penyebaran
kuesioner kepada
responden dengan
cara memberi
check list pada
jawaban yang
dianggap cocok
oleh responden.
Pilihan jawaban
adalah sangat
setuju, setuju,
tidak tahu, tidak
setuju, sangat
tidak setuju
- Sikap positif
Skor 15-25
(Suami)
Skor 27-45
(Istri)
- Sikap negatif
Skor 5-14
(Suami)
Skor 9-26
(Istri)
3. 3 Hipotesa Penelitian
Hipotesa dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif (Ha) yaitu ada hubungan
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan rancangan penelitian cross sectional untuk melihat hubungan pengetahuan dengan sikap pasangan usia subur tentang pemeriksaan pap smear. Pengumpulan data dilakukan dalam satu periode waktu tertentu.
(Notoatmodjo,2010). Pengetahuan merupakan variabel independen dan sikap
merupakan variabel dependen.
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian
4.2.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah pasangan usia subur di Kelurahan Bane,
Kecamatan Siantar Utara. Jumlah pasangan usia subur ada 772 pasang.
(Laporan Tahunan Puskesmas Bane, 2012)
4.2.2 Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah pasangan usia subur di Kelurahan Bane,
Kecamatan Siantar Utara. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini dengan
mempertimbangkan besar kecilnya sampel (Notoatmodjo, 2005), yaitu jika
populasi kurang dari 10.000 subjek penelitian, maka rumus yang digunakan
menggunakan Rumus Slovin :
n = N
1 + N (d2)
Keterangan:
n = jumlah sampel
d = penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang
diinginkan yaitu 0,1 atau 10%
N = besarnya populasi yang akan teliti
Besarnya perhitungan menggunakan rumus diatas, maka besar sampel yang
diperlukan adalah sebanyak 89 pasangan usia subur. Tetapi pada saat
pengumpulan data, sampel yang didapat sebanyak 87 pasangan usia subur
dikarenakan keterbatasan waktu peneliti. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah teknik accidental sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan kebetulan bertemu atau ada. Adapun kriteria sampelnya
yaitu:
a. Kriteria inklusi
1. Pasangan usia subur yang wanitanya berusia 20 - 49 tahun
2. Mampu membaca dan menulis
3. Dapat diajak berinteraksi
4. Bersedia berpartisipasi dan menandatangani lembar persetujuan
b. Kriteria eksklusi
1. Pasangan usia subur yang wanitanya berusia > 49 tahun
3. Tidak dapat diajak berinteraksi
4. Tidak bersedia berpartisipasi dan menandatangani lembar persetujuan\
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara. Adapun
alasan pemilihan lokasi karena Puskesmas Bane belum pernah melakukan
penyuluhan tentang deteksi dini kanker serviks dengan pemeriksaan pap smear. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Mei 2013.
4.4 Pertimbangan Etik
Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan izin permohonan
penelitian kepada institusi pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara, ethical clearance dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Kepala Kelurahan Bane, Kepala Dinas Kesehatan,
Kepala Puskesmas Bane, Direktur RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar.
Sedangkan kepada responden, peneliti memberikan penjelasan kepada responden
tentang maksud dan tujuan penelitian tentang prosedur penelitian yang dilakukan.
Lembar persetujuan menjadi bukti kesediaan sebagai sampel penelitian. Dalam
hal ini responden berhak untuk menolak terlibat dalam penelitian ini. Peneliti
merahasiakan identitas responden serta tidak mencampuri hal-hal yang bersifat
pribadi dari responden. Kerahasiaan informasi responden dijamin olen peneliti
4.5 Instrumen Penelitian
Instrumen pada penelitian ini menggunakan angket atau kuesioner yang
terdiri dari tiga bagian, yaitu data demografi, kuesioner pengetahuan, dan
kuesioner sikap.
1. Data Demografi
Data demografi terdiri dari inisial, umur, jenis kelamin, agHBNGNBama,
suku, pendidikan terakhir, pekerjaan, sumber informasi, pernah melakukan
pap smear
2. Kuesioner pengetahuan
Instrumen penelitian pengetahuan pasangan usia subur dibuat oleh peneliti
berdasarkan tinjauan pustaka untuk mengetahui gambaran pengetahuan
pasangan usia subur tentang pemeriksaan pap smear dengan menggunakan kuesioner. Instrumen penelitian tentang pengetahuan terdiri dari 11
pertanyaan.
No Pertanyaan Pengetahuan No. Soal
1 Pengertian pap smear 1
2 Tujuan pap smear 2
3 Indikasi pap smear 3, 4, 5, 6, 7
4 Tata cara pengambilan sampel 8, 9, 10
5 Tempat pemeriksaan pap smear 11
Penilaian menggunakan Skala Likert dengan cara menetapkan bobot
jawaban terhadap tiap-tiap item yaitu skor pernyataan benar (skor 2), salah
tertinggi 22. Semakin tinggi skor maka semakin baik pengetahuan pasangan
usia subur.
Berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (2001) adalah :
P = Rentang
Banyak kelas
Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang 22 dan 3 kategori kelas
untuk menilai pengetahuan pasangan usia subur yang pengetahuan baik,
pengetahuan cukup, dan pengetahuan kurang, maka didapatkan panjang kelas
7. Menggunakan P = 7 dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas interval
pertama, maka pengetahuan pasangan usia subur dikategorikan dengan
interval sebagai berikut : 0 – 6 adalah pengetahuan kurang, 7 – 14 adalah pengetahuan cukup, 15 – 22 adalah pengetahuan baik.
3. Kuesioner Sikap
Instrumen penelitian tentang sikap pasangan usia subur akan dibuat sendiri
oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka yang terdiri dari:
No Pernyataan Sikap Suami No. Soal
1. Sikap Positif 1, 2
2. Sikap Negatif 3, 4, 5
No Pernyataan Sikap Istri No. Soal
1. Sikap Positif 1, 2, 3
Penilaian menggunakan Skala Likert dengan cara menetapkan bobot
jawaban terhadap tiap-tiap item yaitu skor pernyataan positif yaitu : sangat setuju
(skor 5), setuju (skor 4), tidak setuju (skor 3), sangat tidak setuju (skor 2), tidak
tahu (skor 1) dan skor pernyataan negatif yaitu : sangat tidak setuju (skor 5), tidak
setuju (skor 4), setuju (skor 3), sangat setuju (skor 2), tidak tahu (skor 1). Total
skor untuk ibu diperoleh terendah 9 yang tertinggi 45, sedangkan total skor untuk
suami diperoleh terendah 5 yang tertinggi 25. Semakin tinggi skor maka semakin
positif sikap pasangan usia subur.
Berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (2001) adalah :
P = Rentang Banyak kelas
Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang 36 dan 2 kategori kelas untuk
menilai sikap istri yaitu sikap positif dan sikap negatif, maka didapatkan panjang
kelas 18. Menggunakan P = 18 dan nilai terendah 9 sebagai batas bawah kelas
interval pertama, maka sikap istri dikategorikan interval sebagai berikut : 9-26
adalah sikap negatif dan 27-45 adalah sikap positif.
Sedangkan skor untuk suami, dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang
20 dan 2 kategori kelas untuk menilai sikap suami yaitu sikap positif dan sikap
negatif, maka didapatkan panjang kelas 10. Menggunakan P = 10 dan nilai
terendah 5 sebagai batas bawah interval pertama, maka sikap suami dikategorikan
interval sebagai berikut: 5 – 14 adalah sikap negatif dan 15 – 25 adalah sikap
4.6 Uji Validitas
Untuk mengetahui keakuratan isi dari instrumen, maka peneliti melakukan uji
validitas isi yang dilakukan oleh salah satu dosen keperawatan maternitas di
Fakultas Keperawatan yang berkompetensi dibidangnya yaitu Siti Saidah
Nasution S.Kp, M.Kep, Sp.Mat . Validitas isi adalah suatu alat yang mengukur
sejauh mana kuesioner atau alat ukur mewakili semua aspek kerangka konsep
(Riwidikdo, 2008).
4.7 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas berfungsi untuk mengetahui seberapa besar derajat atau
kemampuan alat ukur untuk mengukur secara konsisten. Instrumen diujikan
kepada 20 pasang responden di Kelurahan Bane diluar sampel. Uji reliabilitas
menggunakan sistem komputerisasi. Untuk instrumen pengetahuan dan instrumen
sikap menggunakan cronbachs Alpha. Dimana nilai untuk pengetahuan suami 0,906 , pengetahuan istri 0,875 dan sikap suami 0,885 , sikap istri 0,776
Kuesioner dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpha minimal 0,7 (Riwidikdo,
2008).
4.8 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa prosedur yaitu peneliti
mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada Institusi
Pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Lurah Bane,
Kepala Dinas Kesehatan, dan Kepala Puskesmas Bane. Sedangkan kepada
responden, peneliti mendatangi setiap responden ke rumah - rumah dengan
memperkenalkan diri kepada responden dan memberikan lembar penjelasan
kepada responden untuk dibaca dengan waktu 3 menit. Peneliti menjelaskan
manfaat, tujuan dari penelitian, dan memberikan kesempatan kepada responden
untuk bertanya apabila mereka tidak mengerti . Setelah mendapatkan persetujuan
responden, peneliti membagikan kuesioner. Peneliti mendampingi 42 responden
dalam mengisi kuesioner dan memberikan waktu 10-15 menit dan sebanyak 45
responden tidak menyelesaikan kuesioner pada hari itu juga dikarenakan
kesibukan responden. Jadi, peneliti mengambil kuesioner yang telah diisi pada
hari berikutnya.
Pada saat pengumpulan data, ada 15 responden yang menolak untuk diteliti
dengan alasan menjaga rahasia rumah tangga responden.
4.9 Analisa Data
Analisa data hasil penelitian disesuaikan dengan tujuan penelitian
(Notoatmodjo, 2010). Analisa data akan dilakukan dengan dua cara, yaitu :
a. Analisa Univariat
Analisa univariat disajikan untuk mendeskripsikan karakteristik setiap
variabel penelitian. Analisa univariat menghasilkan distribusi frekuensi
responden berdasarkan umur, jenis kelamin, suku, agama, pekerjaan,
pendidikan terakhir, sumber informasi, dan pernah melakukan pap smear
serta presentase setiap variabelnya yaitu variabel bebas pengetahuan
b. Analisa Bivariat
Yaitu untuk melihat hubungan antara dua variabel dengan menggunakan
sistem komputerisasi. Untuk uji hipotesis yang digunakan adalah
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian serta pembahasan mengenai
hubungan pengetahuan dengan sikap pasangan usia subur tentang pemeriksaan
pap smear di Kelurahan Bane Kecamatan Siantar Utara. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 89 pasangan usia subur, tetapi pada saat pengumpulan data
responden yang didapat sebanyak 87 responden dikarenakan keterbatasan waktu
oleh peneliti. Pengumpulan data ini dilakukan dalam waktu 3 bulan yaitu
Maret-Mei 2013.
5.1.1. Karakteristik Responden
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, diketahui karakteristik usia
suami paling banyak berusia 35-50 tahun 66 orang (75,9%), beragama Islam 47
orang (54%), suku Batak 45 orang (51,7%), pendidikan SMA 37 orang (42,5%),
pekerjaan wiraswasta 56 orang (64.4%). Sedangkan karakteristik usia istri paling
banyak berusia 35-50 tahun ada 58 orang (66,7%), beragama Islam 47 orang
(54%), suku Batak 49 orang (56.3%), pendidikan SMA 32 orang (36.8%), dan
pekerjaan wiraswasta 39 orang (44,8%).
Mayoritas suami-istri mendapatkan informasi tentang pemeriksaan pap smear dari media elektronik seperti televisi 40 orang (46%), internet 6 orang (6,9%), dan penyuluhan 10 orang (11,5%). Istri yang belum pernah melakukan
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Pasangan Usia Subur di Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara Tahun 2013
Karakteristik responden Frekuensi Persentase (%)
Umur Suami 20-34 35-50 51-65 Umur Istri 20-34 35-50 14 66 7 29 58 16.1 75.9 8.0 33.3 66.7 Agama Suami Islam Kristen Katolik Agama Istri Islam Protestan Katolik 47 26 14 47 26 14 54.0 29.9 16.1 54.0 29.9 16.1 Suku Suami Batak Jawa Minang Lain-lain Suku Istri Batak Jawa Minang Lain-lain 45 38 3 1 49 37 1 0 51.7 43.7 3.41 1.1 56.3 42.5 1.1 0
Pendidikan Suami SD SMP SMA Diploma Sarjana Pendidikan Istri SD SMP SMA Diploma Sarjana 4 15 37 10 21 8 16 32 14 17 4.6 17.2 42.5 11.5 24.1 9.2 18.4 36.8 16.1 19.5 Pekerjaan Suami Bertani Wiraswasta Pegawai negeri/swasta Karyawan/Buruh Tidak Bekerja Pekerjaan Istri Bertani Wiraswasta Pegawai negeri/swasta Karyawan/Buruh Tidak Bekerja 1 56 23 5 2 1 39 14 6 27 1.1 64.4 26.4 5.7 2.3 1.1 44.8 16.1 6.9 31.0
Sumber Informasi Istri Tidak ada Televisi Penyuluhan Koran Seminar Internet
Gabungan Beberapa Sumber Informasi 1 51 12 5 3 6 9 1.1 58.6 13.8 5.7 3.4 6.9 12.3
Sumber Informasi Suami Tidak ada Televisi Penyuluhan Koran Seminar Internet
5.1.2 Pengetahuan Pasangan Usia Subur tentang Pemeriksaan Pap smear di Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara
Berdasarkan kategori pengetahuan menunjukkan mayoritas pasangan usia subur
mempunyai pengetahuan baik tentang pemeriksaan pap smear yaitu suami sebanyak 40 orang (46%%) dan istri sebanyak 49 orang (56,3 %).
Tabel 5.2 Distribusi Tingkat Pengetahuan Pasangan Usia Subur tentang Pemeriksaan Pap smear di Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara Tahun 2013
No Variabel
Baik
f %
Cukup
f %
Kurang
f %
1 Suami 40 46 33 38 14 16
2 Istri 49 56,3 30 34,5 8 9,2
5.1.3 Sikap Pasangan Usia Subur tentang Pemeriksaan Pap smear di Kelurahan Bane , Kecamatan Siantar Utara
Berdasarkan kategori sikap menunjukkan mayoritas pasangan usia subur
mempunyai sikap positif tentang pemeriksaan pap smear yaitu suami sebanyak 40 orang (74,7%) dan istri sebanyak 49 orang (70,1%).
Tabel 5.3 Distribusi Sikap Pasangan Usia Subur tentang Pemeriksaan Pap smear di Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara Tahun 2013
No Variabel
Positif Negatif
f % f %
[image:47.595.114.511.614.724.2]5.1.4 Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pasangan Usia Subur tentang
Pemeriksaan Pap smear di Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara Analisa ini dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan uji
korelasi Spearman. Hasil analisa korelasi pengetahuan dengan sikap suami tentang pemeriksaan pap smear diperoleh nilai p sebesar 0,025, nilai r sebesar 0,240, dengan arah korelasi yang positif. Artinya, terdapat hubungan yang
signifikan antara pengetahuan dengan sikap pasangan usia subur tentang
pemeriksaan pap smear dengan kekuatan korelasi lemah, semakin baik pengetahuan suami semakin positif sikap suami.
Hasil analisa korelasi pengetahuan dengan sikap istri tentang pemeriksaan
pap smear diperoleh nilai p sebesar 0,016, nilai r sebesar 0,259, dengan arah korelasi yang positif. Artinya, terdapat hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dengan sikap pasangan usia subur tentang pemeriksaan pap smear
dengan kekuatan korelasi lemah, dan semakin baik pengetahuan ibu, semakin
positif sikap istri
Tabel 5.4 Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pasangan Usia Subur tentang Pemeriksaan Pap smear di Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara Tahun 2013
Variabel P r Arah
Korelasi
Pengetahuan dengan sikap suami tentang pemeriksaan pap smear
0,025 0,240 +
Pengetahuan dengan sikap istri tentang pemeriksaan pap smear
[image:48.595.115.521.591.725.2]5.2 Pembahasan
5.2.1 Pengetahuan Pasangan Usia Subur tentang Pemeriksaan Pap smear di Kelurahan Bane Kecamatan Siantar Utara
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas pasangan usia
subur mempunyai pengetahuan baik tentang pemeriksaan pap smear yaitu suami sebanyak 40 orang (46%) dan istri sebanyak 49 orang (56,3%) dan pengetahuan
cukup tentang pemeriksaan pap smear yaitu suami sebanyak 33 orang (38%) dan istri sebanyak 30 orang (34,5%). Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan dapat
dipengaruhi oleh usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan sumber informasi, dan
pengalaman pribadi.
Dari hasil penelitian ini, pengetahuan suami-istri tentang pemeriksaan pap smear berdasarkan karakteristik usia, mayoritas istri berusia 35-50 tahun sebanyak 58 orang (66,7%) dan mayoritas suami berusia 35-50 tahun sebanyak 66 orang
(75,9%). Pada usia 35-50 tahun merupakan tahapan dewasa madya dimana pada
tahapan ini sudah mulai terjadi penurunan kesegaran fisik dan memburuknya
kesehatan sehingga tingkat kewaspadaan untuk menjaga kesehatan akan
meningkat (Hurlock, 2006). Pada usia 35-50 tahun paling sering berisiko terjadi
kanker serviks, sehingga penting deteksi dini dengan pemeriksaan pap smear pada usia 20-49 tahun untuk mencegah terjadinya kanker serviks
Jika ditinjau dari karakteristik tingkat pendidikan suami-istri, diperoleh
bahwa responden yang mempunyai pengetahuan yang baik mengenai pemeriksaan
responden yang mempunyai pengetahuan cukup mengenai pemeriksaan pap smear sebagian besar memiliki tingkat pendidikan SMP 11 orang (12,6%), SMA 17 orang (19,5%). Hal ini sejalan dengan pernyataan Mubarak (2007) yang
menyatakan bahwasanya pendidikan mempengaruhi pengetahuan seseorang
dimana semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka
menerima informasi dan semakin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.
Jika ditinjau dari karakteristik pekerjaan suami-istri, diperoleh bahwa
responden yang mempunyai pengetahuan yang baik mengenai pemeriksaan pap smear sebagian besar bekerja sebagai wiraswasta 29 orang (33,3%) dan pegawai negeri/swasta 8 orang (9%). Sedangkan responden yang mempunyai pengetahuan
cukup mengenai pemeriksaan pap smear sebagian besar suami bekerja sebagai wiraswasta 27 orang (31%) dan istri tidak bekerja 18 orang (20,7% ). Lingkungan
pekerjaan juga dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan
pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal tersebut karena
lingkungan pekerjaan membuat adanya interaksi antar sesama sehingga
pengetahuan tentang pemeriksaan pap smear dapat disampaikan (Notoatmodjo, 2007).
Bila dilihat dari sumber informasi yang didapat pasangan usia subur
tentang pemeriksaan pap smear mayoritas suami-istri mendapat sumber informasi dari media elektronik seperti televisi 40 orang (46%) dan internet 6 orang (6,9%),
penyuluhan 10 orang (11,5%). Hal ini sejalan dengan pernyataan Sukmadinata
(TV, radio, pamflet, majalah) akan memperoleh informasi yang lebih banyak jika
dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media.
Pasangan usia subur yang telah melakukan pemeriksaan pap smear
sebanyak 10 orang (11,5%) berpendidikan SMA 4 orang (4,6%), Diploma 3 orang
(3,4%), Sarjana 3 orang (3,4%), bekerja sebagai pegawai negeri/swasta 4 orang
(4,6%), wiraswasta 4 orang (4,6%), tidak bekerja 2 orang (2,3%). Mayoritas
pasangan usia subur mendapat informasi dari penyuluhan dari tenaga kesehatan 4
orang (4,6%), dan internet 3 orang (3,4%).
Bila dilihat dari hasil pilihan jawaban pengetahuan suami, suami tidak
tahu wanita yang berisiko terkena kanker serviks sebanyak 36 orang (41,4%),
syarat penting sebelum melakukan pap smear 46 orang (52,9%), dan tidak tahu waktu yang tepat melakukan pap smear 39 orang (44,8%). Hal ini mungkin disebabkan suami tidak mendapat informasi secara rinci tentang pemeriksaan pap smear.
Dari hasil pembahasan diatas, penelitian ini juga sejalan dengan yang
diteliti oleh Forough, et al (2008) di Iran yang mengatakan bahwa dari 1002 orang
wanita di Iran sekitar 52,1% memiliki pengetahuan yang baik dan kesadaran yang
tinggi tentang pemeriksaan pap smear. Hal ini dikaitkan dengan usia wanita Iran yang berusia 29-49 tahun sebanyak 513 orang (51,5%), tingkat pendidikan
Diploma 655 orang (65,4%) dan Sarjana 190 orang (19%), pekerjaan
entrepreneur sebanyak 749 orang (74,8%). Sumber informasi tentang pap smear
(61%), keluarga dan teman (13,5%), buku dan majalah (13,1%), dan televisi dan
radio (12,4%)
5.2.2 Sikap Pasangan Usia Subur tentang Pemeriksaan Pap smear di Kelurahan Bane Kecamatan Siantar Utara
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pasangan usia subur
memiliki sikap positif tentang pemeriksaan pap smear yaitu suami sebanyak 65 orang (74,7%) dan istri sebanyak 61 orang (70,1%). Faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, media massa dan
pengaruh orang lain (Azwar,2005).
Dari hasil penelitian ini, sebanyak 10 orang pasangan usia subur (11,5%)
sudah melakukan pap smear. Hal ini merupakan pengalaman pribadi yang mempengaruhi sikap pasangan usia subur tentang pemeriksaan pap smear.
Pasangan usia subur banyak mendapat informasi melalui media elektronik
seperti televisi 40 orang (46%) dan internet 6 orang (6,9%), penyuluhan 10 orang
(11,5%). Sehingga semakin sering terpapar dengan media informasi pembentukan
sikap akan semakin baik (Azwar,2005).
Bila dilihat dari hasil pilihan jawaban pasangan usia subur sebanyak 43
orang (49,4%) tidak setuju jika orang lain menganjurkan pap smear mereka tidak berniat melakukannya. Hal ini mungkin disebabkan pengaruh orang lain
mempengaruhi pembentukan sikap seseorang.
Bila dilihat dari hasil pilihan jawaban pasangan usia subur mengenai
pernyataan sikap, nomor 1 sebanyak 80 pasangan usia subur (91%) bersedia
penting diketahui pasangan usia subur sehingga mereka segera memeriksakan
kesehatannya untuk mencegah terjadinya kanker serviks.
Tetapi banyak juga pasangan usia subur yang tidak tahu berapa biaya yang
dikeluarkan untuk melakukan pemeriksaan pap smear sehingga mereka beranggapan biaya pemeriksaan pap smear itu sangat mahal. Hal ini disebabkan karena kurangnya informasi tentang biaya untuk melakukan pemeriksaan pap smear dan status ekonomi pasangan usia subur yang kurang. Hal dapat dilihat dari 22 orang suami (25,3%) beranggapan biaya pemeriksaan pap smear sangat mahal dan 30 orang suami (34,4%) mengatakan tidak tahu tentang biaya pemeriksaan
pap smear dan sebanyak 29 orang istri (33,3%) beranggapan biaya pemeriksaan
pap smear sangat mahal dan sebanyak 29 orang istri (33,3%) mengatakan tidak tahu tentang pemeriksaan pap smear.
5.2.3 Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pasangan Usia Subur tentang
Pemeriksaan Pap smear di Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara
Berdasarkan analisa identifikasi hubungan pengetahuan dengan sikap
pasangan usia subur tentang pemeriksaan pap smear bahwa terdapat hubungan yang signifikan tetapi kekuatan korelasinya lemah.
Dari hasil penelitian, pasangan usia subur yang berpengetahuan baik
memiliki sikap positif sebanyak 20 orang (23%) dan memiliki sikap negatif 2
orang (2%) dan pasangan usia subur yang berpengetahuan cukup memiliki sikap
positif yaitu sebanyak 11 orang (12,6%) dan memiliki sikap negatif 2 orang (2%).
Sedangkan pasangan usia subur yang berpengetahuan kurang memiliki sikap
Pengetahuan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan
sikap seseorang. Akan tetapi sikap tidak hanya di pengaruhi oleh pengetahuan
saja. Ada faktor internal dan faktor eksternal lain yang mempengaruhinya sikap
Faktor internal yang mempengaruhi sikap seseorang adalah pengaruh faktor
emosional sebagai bentuk penyaluran ide dalam mempertahankan ego. Faktor
eksternal yang mempengaruhi sikap seseorang adalah pengalaman pribadi,
kebudayaan, pengaruh orang lain yang dianggap penting, media massa, lembaga
pendidikan dan agama (Azwar, 2005).
Dengan demikian, pasangan usia subur yang mempunyai pengetahuan
yang baik tentang pemeriksaan pap smear akan membentuk sikap yang positif pula terhadap penerimaannya dan sikap yang negatif akan lebih sedikit ditemukan
pada pasangan usia subur yang memiliki pengetahuan yang kurang dibandingkan
dengan pengetahuan baik, sehingga individu akan membentuk sikap positif
terhadap hal-hal yang dirasakannya dan bersikap negatif terhadap hal-hal yang
akan merugikan dirinya (Notoatmodjo, 2003).
5.3 Keterbatasan Penelitian
Pada saat pengumpulan data, ada proses kerjasama yang dilakukan oleh suami dan
istri sehingga hasil yang diperoleh tidak jauh berbeda antara suami dan istri.
Peneliti tidak mendampingi suami sebanyak 45 orang dalam pengisian kuesioner
dikarenakan kesibukan suami dalam bekerja sehingga kuesioner penelitian
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan pengetahuan dengan sikap
pasangan usia subur tentang pemeriksaan pap smear di Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara tahun 2013, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap pasangan usia subur
tentang pemeriksaan pap smear dengan arah korelasi positif. Artinya, semakin baik pengetahuan pasangan usia subur, semakin positif sikap yang diterima
pasangan usia subur.
B.Saran
Berdasarkan penelitian hubungan pengetahuan dengan sikap pasangan usia subur
tentang pemeriksaan pap smear, maka saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah:
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan agar tenaga kesehatan meningkatkan sosialisasi pentingnya deteksi
dini kanker serviks salah satunya dengan pemeriksaan pap smear melalui