• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pasangan Usia Subur tentang Pemeriksaan Pap smear di Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pasangan Usia Subur tentang Pemeriksaan Pap smear di Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pasangan Usia Subur tentang Pemeriksaan

Pap smear di Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara

D I S U S U N

Oleh : Imelda Sirait

Pembimbing : Nur Asiah S.Kep, Ns

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Judul : Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pasangan Usia Subur tentang Pemeriksaan Pap smear di Kelurahan Bane Kecamatan Siantar Utara

Nama Mahasiswa : Imelda Sirait

NIM : 091101048

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2013

ABSTRAK

Kanker serviks merupakan salah satu penyakit yang paling banyak diderita wanita di negara yang sedang berkembang. Di Indonesia diperkirakan ditemukan 40 ribu kasus baru kanker serviks setiap tahunnya. Kanker serviks bisa dideteksi secara dini dengan mengetahui adanya perubahan pada daerah mulut rahim dengan cara pemeriksaan sitologi menggunakan pap smear. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap pasangan usia subur tentang pemeriksaan pap smear. Metode penelitian menggunakan deskriptif korelasional dengan rancangan penelitian cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 87 orang dengan derajat ketepatan (d) sebesar 0,1. Teknik pengambilan sampel dengan

accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisa menggunakan uji statistik Spearman. Korelasi pengetahuan dengan sikap suami didapatkan nilai (p) 0,025, nilai (r) 0,240 dan korelasi pengetahuan dengan sikap istri didapatkan nilai (p) 0,016, nilai (r) 0,259 Dari 87 responden, kelompok terbesar responden berusia 35-50 tahun, berpendidikan tinggi (35,1%), pekerjaan wiraswasta (33,3%), dan mendapat sumber informasi dari media elektronik yaitu televisi (46%), internet (6,9%), serta penyuluhan (11,5%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pengetahuan pasangan usia subur baik dan memiliki sikap positif (23%) dan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap pasangan usia subur tentang pemeriksaan pap smear dengan kekuatan korelasi lemah. Untuk itu diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk meningkatkan kesadaran pasangan usia subur melakukan pemeriksaan pap smear melalui kader Puskesmas Bane.

(3)

Tittle : The Correlation between Knowledge and Attitude of Productive-Aged Couples and Pap Smear Examination at Kelurahan Bane, North Siantar Subdistrict

Name : Imelda Sirait

Std. ID Number : 091101048 Study Program : Nursing

Academic Year : 2013

Abstract

Cervix cancer is one of the diseases which is most suffered by women in the developing countries. In Indonesia, it is estimated that there are 40 thousand new cases of cervix cancer each year. Cervix cancer can be detected early by identifying the change in womb opening by examining the cytology, using Pap smear. The objective of the study was to know the correlation between knowledge and attitude of productive-aged couples and Pap smear examination. The study used descriptive correlation with cross sectional design. The samples comprised 87 respondents with the accuracy level (d) of 0.1, using accidental sampling technique. The data were gathered by using questionnaires and analyzed by Spearman statistic test. The correlation between knowledge and husbands’ attitude was p = 0.025, r = 0.240 and the correlation between knowledge and wives’ attitude was p = 0.016 and r = 0.259. Of 87 respondents, the majority of respondents were 31 – 50 years old, the highest level of education was 35.1%, entrepreneurs were 33.3%, getting information from electronic media, from television, was 46%, from internet was 6.9%, and from counseling was 11.5%. The result of the study showed that the majority of respondents had good knowledge and positive attitude (23%), and there was significant correlation between knowledge and attitude of the productive-aged couples with Pap smear examination with weak correlation. It is suggested that health workers increase the awareness of productive-aged couples to implement Pap smear examination through Puskesmas cadres.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

perlindungan dan berkat-Nya yang selalu menyertai penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan Pengetahuan dengan

Sikap Pasangan Usia Subur tentang Pemeriksaan Pap smear di Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara”.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan,

dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan butir-butir pemikiran yang

sangat berharga bagi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh

karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara dan Ibu Erniyati S.Kp., MNS selaku dosen pembimbing

akademik.

2. Ibu Nur Asiah S.Kep, Ns selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang

bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Nur Afi Darti, SKp., MKep. selaku penguji I dan Siti Saidah Nasution,

S.Kp., M.Kep., Sp.Mat selaku penguji II yang telah memberikan masukan

dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan

(5)

5. Kepala Puskesmas Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara yang telah

memberikan izin kepada penulis dalam melaksanakan penelitian.

6. Teristimewa penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada

ayahanda Drs. K. Sirait dan ibunda E. Damanik S.Pd yang mendoakan,

memberikan dukungan moril maupun materil dan segala yang terbaik

untuk penulis, dan

7. Abang dan adik saya Richan Sirait, Bernad Sirait, Maria Sihombing,

Debora Sirait memberikan semangat, motivasi, dan doa buat saya.

8. Seluruh teman-teman F.Kep 2009 yang selalu memberikan semangat dan

motivasi dan teristimewa untuk kalian semua Meszadena, Heppy, Trisna,

Susi, Sannesy, Asrilchan, dan Hendra

9. Abang dan kaka Yedija Family yang memberikan semangat dan doa buat saya

10.Seluruh teman-teman Paduan Suara Mahasiswa USU dan ALBUMED

yang memberikan motivasi dan doa.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini, oleh

sebab itu penulis menerima kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat

membangun. Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi peningkatan dan

pengembangan ilmu dan praktik keperawatan. Terimakasih.

Medan, Juni 2013

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR SKEMA... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 Pendahuluan ... 1

1.1 Latar belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 Tinjauan Pustaka... 8

2.1 Pengetahuan ... 8

2.2 Sikap ... 11

2.3 Pasangan Usia Subur ... 13

2.4 Pap smear... 14

BAB 3 Kerangka Penelitian ... 19

3.1 Kerangka Penelitian... 19

3.2 Definisi Operasional ... 21

3.3 Hipotesa Penelitian ... 22

BAB 4 Metodologi Penelitian ... 23

4.1 Desain Penelitian ... 23

(7)

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

4.4 Pertimbangan Etik ... 25

4.5 Instrumen Penelitian ... 25

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 28

4.7 Teknik Pengumpulan Data ... 29

4.8 Analisa Data ... 29

BAB 5 Hasil dan Pembahasan ... 31

5.1 Hasil Penelitian ... 31

5.1.1 Karakteristik Responden ... 31

5.1.2 Pengetahuan Pasangan Usia Subur ... 34

5.1.3 Sikap Pasangan Usia Subur ... 37

5.1.4 Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pasangan Usia Subur . 40 5.2 Pembahasan... 42

5.2.1 Pengetahuan Pasangan Usia Subur ... 42

5.2.2 Sikap Pasangan Usia Subur ... 44

. 5.2.3 Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pasangan Usia Subur . 45 5.3 Keterbatasan Penelitian ... 47

BAB 6 Kesimpulan dan Saran ... 49

6.1 Kesimpulan ... 49

6.2 Saran ... 49

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.2 Tabel Definisi Operasional………. 20

Tabel 4.5 Tabel Kuesioner Pengetahuan……… 26 Tabel 4.5 Tabel Kuesioner Sikap……… 27

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasangan Usia Subur………... 33

Tabel 5.2 Distribusi Tingkat Pengetahuan Pasangan Usia Subur………….. 38

Tabel 5.3 Distribusi Sikap Pasangan Usia Subur tentang Pap smear……… 41

Tabel 5.4 Distribusi Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pasangan Usia

(9)

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 Kerangka penelitian hubungan pengetahuan dengan sikap pasangan

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Penjelasan Calon Subjek Penelitian

Lampiran 2 Informed Consent

Lampiran 3 Instrumen Penelitian

Lampiran 4 Reliabilitas

Lampiran 4 Hasil Analisa Data

Lampiran 5 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Pengetahuan dan Sikap

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan

Lampiran 7 Ethical clearance

Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 9 Lembar Konsultasi

Lampiran 10 Jadwal Penelitian

Lampiran 11 Taksasi Dana

Lampiran 12 Daftar Riwayat Hidup

(11)

Judul : Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pasangan Usia Subur tentang Pemeriksaan Pap smear di Kelurahan Bane Kecamatan Siantar Utara

Nama Mahasiswa : Imelda Sirait

NIM : 091101048

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2013

ABSTRAK

Kanker serviks merupakan salah satu penyakit yang paling banyak diderita wanita di negara yang sedang berkembang. Di Indonesia diperkirakan ditemukan 40 ribu kasus baru kanker serviks setiap tahunnya. Kanker serviks bisa dideteksi secara dini dengan mengetahui adanya perubahan pada daerah mulut rahim dengan cara pemeriksaan sitologi menggunakan pap smear. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap pasangan usia subur tentang pemeriksaan pap smear. Metode penelitian menggunakan deskriptif korelasional dengan rancangan penelitian cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 87 orang dengan derajat ketepatan (d) sebesar 0,1. Teknik pengambilan sampel dengan

accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisa menggunakan uji statistik Spearman. Korelasi pengetahuan dengan sikap suami didapatkan nilai (p) 0,025, nilai (r) 0,240 dan korelasi pengetahuan dengan sikap istri didapatkan nilai (p) 0,016, nilai (r) 0,259 Dari 87 responden, kelompok terbesar responden berusia 35-50 tahun, berpendidikan tinggi (35,1%), pekerjaan wiraswasta (33,3%), dan mendapat sumber informasi dari media elektronik yaitu televisi (46%), internet (6,9%), serta penyuluhan (11,5%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pengetahuan pasangan usia subur baik dan memiliki sikap positif (23%) dan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap pasangan usia subur tentang pemeriksaan pap smear dengan kekuatan korelasi lemah. Untuk itu diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk meningkatkan kesadaran pasangan usia subur melakukan pemeriksaan pap smear melalui kader Puskesmas Bane.

(12)

Tittle : The Correlation between Knowledge and Attitude of Productive-Aged Couples and Pap Smear Examination at Kelurahan Bane, North Siantar Subdistrict

Name : Imelda Sirait

Std. ID Number : 091101048 Study Program : Nursing

Academic Year : 2013

Abstract

Cervix cancer is one of the diseases which is most suffered by women in the developing countries. In Indonesia, it is estimated that there are 40 thousand new cases of cervix cancer each year. Cervix cancer can be detected early by identifying the change in womb opening by examining the cytology, using Pap smear. The objective of the study was to know the correlation between knowledge and attitude of productive-aged couples and Pap smear examination. The study used descriptive correlation with cross sectional design. The samples comprised 87 respondents with the accuracy level (d) of 0.1, using accidental sampling technique. The data were gathered by using questionnaires and analyzed by Spearman statistic test. The correlation between knowledge and husbands’ attitude was p = 0.025, r = 0.240 and the correlation between knowledge and wives’ attitude was p = 0.016 and r = 0.259. Of 87 respondents, the majority of respondents were 31 – 50 years old, the highest level of education was 35.1%, entrepreneurs were 33.3%, getting information from electronic media, from television, was 46%, from internet was 6.9%, and from counseling was 11.5%. The result of the study showed that the majority of respondents had good knowledge and positive attitude (23%), and there was significant correlation between knowledge and attitude of the productive-aged couples with Pap smear examination with weak correlation. It is suggested that health workers increase the awareness of productive-aged couples to implement Pap smear examination through Puskesmas cadres.

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker serviks merupakan salah satu penyakit yang paling banyak diderita

wanita di negara yang sedang berkembang (Jamsiah, 2009). Setiap tahun

diperkirakan terdapat 500.000 kasus kanker serviks baru di seluruh dunia, 77% di

antaranya ada di negara-negara sedang berkembang (Sjamsuddin, 2001).

Sedangkan, kanker serviks di negara-negara maju menempati urutan keempat

setelah kanker payudara, kolorektum, dan endometrium (Rasdiji, 2009).

Menurut National Cancer Institute (2012), angka kejadian kanker serviks di Amerika Serikat terdapat 12.170 kasus baru dan 4.220 meninggal dunia . Di

tahun 2002, kanker serviks adalah penyebab pertama kematian di antara penduduk

usia kerja Meksiko total 2.958 kematian, dengan tingkat 4,9 per 100.000

penduduk berusia 15-16 tahun (Laura, 2007). Di Australia, kanker serviks berada

di urutan ketiga belas. Setiap tahun 740 wanita didiagnosis dengan kanker serviks

dan 270 meninggal dunia. Di Inggris, kanker serviks berada diurutan kedua belas.

Setiap tahun, 2800 wanita didiagnosis dengan kanker serviks dan 1100 meninggal

dunia (Dunleavey, 2009). Di Kanada angka kejadian kanker serviks turun dari

28,4 menjadi 6,9 per 1000 wanita dan angka kematian turun dari 11,4 menjadi 3,3

(14)

Di Indonesia diperkirakan ditemukan 40 ribu kasus baru kanker serviks

setiap tahunnya. Menurut data kanker berbasis patologi di 13 pusat laboratorium

patologi, kanker serviks merupakan penyakit kanker yang memiliki jumlah

penderita terbanyak di Indonesia, yaitu lebih kurang 36%. Dari data 17 rumah

sakit di Jakarta 1977, kanker serviks menduduki urutan pertama, yaitu 432 kasus

di antara 918 kanker pada perempuan. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo,

frekuensi kanker serviks sebesar 76,2% diantaranya kanker ginekologi. Terbanyak

pasien datang pada stadium lanjut, yaitu stadium IIB-IVB, sebanyak 66,4%.

Kasus dengan stadium IIIB, yaitu stadium dengan gangguan fungsi ginjal,

sebanyak 37,3% atau lebih dari sepertiga kasus (Rasjidi, 2009). Di Sumatera

Utara diperoleh data dari Dinas Kesehatan Provinsi jumlah penderita kanker

serviks pada tahun 1999 tercatat 475 kasus, tahun 2000 sebanyak 548 kasus dan

tahun 2001 sebanyak 681 kasus. Data dari laboratorium USU tahun 2002 terdapat

21 kasus, dari jumlah tersebut 17 kasus sudah berada pada tingkat displasia atau

sel-sel ganas (Rahmi, 2004).

Menurut Prayitno (2006), 89% penyebab dari kanker serviks saat ini akibat

Human Papilloma Virus (HPV). Human Papilloma Virus ditularkan melalui hubungan seksual. Infeksi Human Papilloma Virus berhubungan dengan keganasan saluran urogenital dan anus. Selain Human Papilloma Virus, ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan terjadinya kanker serviks yaitu (1)

perilaku seksual : melakukan coitus <16 tahun, berganti – ganti pasangan saat

melakukan hubungan seksual, berhubungan dengan pria berisiko tinggi mengidap

(15)

karsinogen baik yang dihisap sebagai rokok maupun yang dikunyah . Asap rokok

menghasilkan polycyclic aromatic hydrocarbons heterocyclic amine yang sangat karsinogen dan mutagen, sedangkan bila dikunyah menghasilkan netrosamine. Zat tersebut dapat menyebabkan kerusakan DNA epitel serviks sehingga

mengakibatkan neoplasma serviks; (3) nutrisi : dari beberapa penelitian, ternyata

defisiensi terhadap asam folat, vitamin C, E, beta karotin/retinol dihubungkan

dengan peningkatan risiko kanker serviks. Vitamin E, C, dan beta karotin

mempunyai khasiat antioksidan yang kuat. Antioksidan dapat melindungi

DNA/RNA terhadap pengaruh buruk radikal bebas yang terbentuk akibat oksidasi

karsinogen bahan kimia (Sjamsuddin, 2001); (4) kontrasepsi oral : hasil penelitian

menyatakan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi oral selama 5 tahun

atau lebih memiliki peningkatan risiko kanker serviks. Kontrasepsi oral dianggap

mengganggu kemampuan serviks untuk melawan infeksi HPV (Tinari, 2008);

(5) perubahan sistem imun : dihubungkan dengan meningkatkan risiko terjadinya

karsinoma serviks invasif. Hal ini dihubungkan dengan penderita yang terinfeksi

dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) meningkatkan angka kejadian kanker serviks prainvasif dan invasif (Rasjidi, 2007); (6) kehamilan multipel :

Menurut National Cancer Institute (2012), wanita yang hamil sebanyak tujuh kali ataupun lebih berisiko empat kali terinfeksi HPV dibandingkan dengan wanita

yang belum pernah hamil. Kehamilan yang berulang kali menyebabkan traumatik

pada leher rahim sehingga lebih rentan terhadap infeksi HPV (Tinari, 2008).

Penanganan kanker sering terlambat akibat minimnya gejala yang

(16)

cenderung mengalami pergeseran kearah usia yang lebih muda (Jonatan, 2000

dalam Melva, 2008). Secara umum, kasus kanker serviks dan kematian bisa

dideteksi dengan mengetahui adanya perubahan pada daerah mulut rahim dengan

cara pemeriksaan sitologi menggunakan pap smear. American College of Obstetrician and Gynecologists (ACOG), American Cancer Society (ACS), dan

US Preventive Task Force (USPSTF) mengeluarkan panduan bahwa setiap wanita seharusnya melakukan pap smear untuk skrining kanker serviks saat 3 tahun pertama dimulainya aktivitas seksual atau saat usia 21 tahun. Karena tes ini

mempunyai risiko false negatif sebesar 5-6%, pap smear yang kedua seharusnya dilakukan satu tahun pemeriksaan yang pertama. Pada akhir tahun 1987,

American Cancer Society mengubah kebijakan mengenai interval pemeriksaaan

pap smear tiap tiga tahun setelah dua kali hasil negatif (Rasdiji, 2007)

Saat ini, sesuai dengan American Cancer Society, American Cancer Colposcopy and Cervical Pathology and American Society for Clinical Pathology

(2012) menganjurkan pemeriksaan pap smear dimulai pada semua wanita yang telah berusia 21 tahun karena remaja memiliki risiko yang sangat rendah terkena

kanker serviks dan wanita yang berusia 21-29 tahun harus melakukan pap smear setiap tiga tahun sekali. Setelah wanita tersebut mendapatkan tiga atau lebih pap smear normal, tes dapat dilakukan dengan frekuensi yang lebih jarang sesuai dengan yang dianjurkan dokter. Diperkirakan sebanyak 40% kanker serviks

invasif dapat dicegah dengan skrining pap smear interval 3 tahun. Tingginya angka kematian penderita kanker serviks di Indonesia disebabkan sebagian besar

(17)

datang dalam stadium lanjut, hal ini karena kurangnya kesadaran wanita Indonesia

untuk mencegah dan mendeteksi secara dini kanker serviks (Depkes, 2008).

Sari (2009) dalam penelitiannya menyatakan adanya hubungan antara

pengetahuan dan sikap ibu tentang kanker serviks, dimana sebagian besar ibu

(57,1%) berpengetahuan baik dan juga memiliki sikap yang positif (82,8%).

Kelurahan Bane merupakan salah satu kelurahan di Kota Pematangsiantar

dan merupakan salah satu desa yang berada pada cakupan wilayah kerja

Puskesmas Bane. Berdasarkan hasil survei peneliti tahun 2012, Kelurahan Bane

mempunyai jumlah penduduk sebanyak 6.961 orang dan jumlah penduduk wanita 3.496 orang. Jumlah wanita usia 20 – 49 sebanyak 1.750 dengan jumlah pasangan

usia subur (PUS) sebanyak 772 pasangan. Puskesmas Bane belum pernah

mengadakan penyuluhan tentang deteksi dini kanker serviks dengan melakukan

pemeriksaan pap smear kepada penduduk di wilayahnya. Kurangnya informasi atau pendidikan kesehatan tentang pencegahan dini kanker serviks dengan

melakukan pemeriksaan pap smear dan berdasarkan hasil survei peneliti (2012) penderita kanker serviks tahun 2011 sebanyak 33 kasus, dan tahun 2012 sebanyak

40 kasus serta masyarakat yang melakukan pemeriksaan pap smear di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar tahun 2011 sebanyak

45 orang dan tahun 2012 sebanyak 9 orang (Medical Record RSUD dr. Djasamen

Saragih)

Dari permasalahan diatas penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang “ Hubungan Pengetahuan dan Sikap Pasangan Usia Subur Tentang

(18)

1.2 Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian berdasarkan latar belakang masalah diatas adalah apakah

ada hubungan pengetahuan dan sikap pasangan usia subur tentang pemeriksaan

pap smear di Kelurahan Bane,Kecamatan Siantar Utara?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan

dan sikap tentang pencegahan dini kanker serviks.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan pasangan usia subur tentang pemeriksaan pap smear di Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara.

b. Mengetahui sikap pasangan usia subur terhadap pemeriksaan pap smear di Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara.

c. Mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap pasangan usia subur terhadap

pemeriksaan pap smear di Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara. 1.4 Manfaat Penelitian

1. Tenaga Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai informasi bagi tenaga

pelayanan kesehatan dalam upaya meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat

(19)

2. Institusi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai informasi tambahan terkait

hubungan pengetahuan dengan sikap pasangan usia subur tentang pemeriksaan

pap smear di Kelurahan Bane 3. Peneliti

Peneliti dapat mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap pasangan usia

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1 Pengertian

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan

sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan

pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi

terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera

pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

(Notoatmodjo, 2005).

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Ada 6 tingkatan pengetahuan, yaitu: (1) tahu : kemampuan individu untuk

menghafal, mengingat, mendefinisikan, atau mengidentifikasi informasi tertentu;

(2) pemahaman : kemampuan individu untuk menjelaskan secara benar tentang

objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar;

(3) aplikasi : kemampuan individu untuk menggunakan materi yang yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya); (4) analisa : kemampuan

individu untuk mengenali dan menyusun informasi dengan cara menguraikannya

menjadi bagian-bagian yang lebih terperinci dan menentukan hubungan antara

(21)

(6) evaluasi : kemampuan individu untuk memberikan penilaian dalam bentuk

esai, desain, atau tindakan, dengan cara menerapkan standar atau kriteria yang

tepat (Notoatmodjo, 2007).

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Sukmadinata (2003) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan adalah :

a. Faktor internal

1. Jasmani

Faktor jasmani diantaranya adalah kesehatan indera seseorang

2. Rohani

Faktor rohani diantaranya adalah kesehatan psikis, intelektual,

psikomotor, serta kondisi kognitif dan afektif individu

b. Faktor eksternal

1. Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap pemberian

respon dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberi respon

yang lebih rasional terhadap informasi yang datang, akan berpikir sejauh

mana keuntungan yang mungkin mereka peroleh dari gagasan tersebut.

2. Paparan media massa

Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik, berbagai informasi

dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering

(22)

informasi yang lebih banyak jika dibandingkan dengan orang yang tidak

pernah terpapar informasi media.

3. Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan sekunder, keluarga

dengan status ekonomi yang baik akan mudah tercukupi dibandingkan

dengan keluarga yang ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi

pemenuhan kebutuhan akan informasi pengetahuan yang termasuk

kebutuhan sekunder.

4. Hubungan sosial

Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan saling

berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi

secara lanjut akan lebih besar terpapar informasi, sementara faktor

hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai

komunikan untuk menerima pesan menurut model komunikasi media

5. Pengalaman

Pengalaman seseorang tentang berbagai hal dapat diperoleh dari

lingkungan kehidupan dalam perkembangannya, misalnya mengikuti

seminar dan organisasi.

2.2 Sikap

2.2.1 Pengertian

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek

tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan

(23)

sikap adalah kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan

tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi

perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup (Notoatmodjo, 2005).

Proses Terbentuknya Sikap dan Tindakan

2.2.2 Komponen Pokok Sikap

Menurut Allport (1954), sikap terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu:

kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan

emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, serta kecenderungan untuk

bertindak. Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang

utuh. Dalam menentukan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan

emosi memegang peranan penting.

2.2.3 Tingkatan Sikap

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai

tingkatan, yaitu : (1) menerima : seseorang atau subjek mau menerima stimulus

yang diberikan (objek); (2) merespon : memberikan jawaban apabila ditanya, Stimulus

(rangsangan)

Proses stimulus

Reaksi Terbuka (Tindakan)

Reaksi Tertutup

(24)

mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap; (3) menghargai : seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek

atau stimulus, dalam arti, membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak

atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon; (4) bertanggung

jawab : bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo, 2007).

2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap

Azwar (2005) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

pembentukan sikap adalah:

1. Pengalaman pribadi

Sesuatu yang telah atau sedang dialami seseorang akan membentuk dan

mempengaruhi penghayatannya terhadap stimulus sosial. Individu akan menerima

pengalaman, orang yang melakukan tanggapan atau penghayatan, biasanya tidak

melepaskan pengalaman yang sedang dialaminya dari pengalaman-pengalaman

lain yang terdahulu, yang relevan.

2. Kebudayaan

Budaya dimana tempat seseorang hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh

besar terhadap pembentukan sikapnya. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota

masyarakatnya, karena kebudayaan memberi corak pengalaman individu-individu

yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya. Hanya kepribadian

individu yang telah mapan dan kuat yang dapat memudarkan dominasi

(25)

3. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau

searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Hal ini di motivasi karena

keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan

orang tersebut.

4. Media massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,

surat kabar, majalah dan lain-lainnya, mempunyai pengaruh besar dalam

pembentukan opini dan kepercayaan orang.

5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem juga mempunyai

pengaruh dalam pembentukan sikap karena keduanya meletakkan dasar

pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

6. Pengaruh faktor emosional

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman

pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang

didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau

peralihan dalam bentuk mekanisme pertahanan ego.

2.3 Pasangan Usia Subur

Menurut BKKBN (2011), pasangan usia subur adalah pasangan yang wanitanya

(26)

2.4 Pap smear 2.4.1 Pengertian

Tes Papanicolou atau Pap smear adalah metode pemeriksaan sitologi yang aman dan murah untuk mendeteksi kelainan atau lesi prakanker pada epitel

serviks. Sel-sel yang diambil dari serviks diperiksa di bawah mikroskop untuk

melihat perubahan-perubahan yang terjadi. Tes ini pertama kali ditemukan oleh

Dr.Goerge N.Papanicolou pada tahun 1928, sehingga nama tes ini sesuai dengan

nama penemunya. Tes ini diterapkan secara luas tahun 1950 di negara barat dan di

Indonesia baru diterapkan tahun 1970 (Shinta, 2007).

2.4.2 Tujuan

Tujuan pemeriksaan pap smear adalah untuk mendeteksi kanker alat genital wanita, diagnostik dini kanker serviks, penilaian terhadap respon dari radioterapi

kanker, kontrol terhadap pengobatan kanker serviks dan penyebab radang untuk

menentukan derajat kelainan (Shinta, 2007)

2.4.3 Indikasi

Pap smear merupakan sarana pencegahan dan deteksi dini kanker serviks yang seharusnya dilakukan oleh setiap wanita yang sudah menikah atau sudah

melakukan hubungan seksual serta wanita yang memiliki faktor risiko. Faktor

risiko : (1) perilaku seksual : melakukan coitus <16 tahun, berganti – ganti

pasangan saat melakukan hubungan seksual, berhubungan dengan pria berisiko

tinggi mengidap kondiloma akuminatum; (2) merokok : tembakau mengandung bahan – bahan karsinogen baik yang dihisap sebagai rokok maupun yang

(27)

heterocyclic amine yang sangat karsinogen dan mutagen, sedangkan bila dikunyah menghasilkan netrosamine. Zat tersebut dapat menyebabkan kerusakan epitel serviks sehingga mengakibatkan neoplasma serviks; (3) nutrisi : dari beberapa

penelitian, ternyata defisiensi terhadap asam folat, vitamin C, E, beta

karotin/retinol dihubungkan dengan peningkatan risiko kanker serviks. Vitamin E,

C, dan beta karotin mempunyai khasiat antioksidan yang kuat. Antioksidan dapat

melindungi dari pengaruh buruk radikal bebas yang terbentuk akibat oksidasi

karsinogen bahan kimia (Sjamsudin, 2001); (4) kontrasepsi oral : hasil penelitian

menyatakan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi oral selama 5 tahun

atau lebih memiliki peningkatan risiko kanker serviks. Kontrasepsi oral dianggap

mengganggu kemampuan serviks untuk melawan infeksi HPV (Tinari, 2008); (5)

perubahan sistem imun : dihubungkan dengan meningkatkan risiko terjadinya

karsinoma serviks invasif. Hal ini dihubungkan dengan penderita yang terinfeksi

dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) meningkatkan angka kejadian kanker serviks prainvasif dan invasif (Rasjidi, 2007); (6) kehamilan multipel :

Menurut National Cancer Institute, wanita yang hamil sebanyak tujuh kali ataupun lebih berisiko empat kali terinfeksi HPV dibandingkan dengan wanita

yang belum pernah hamil. Kehamilan yang berulang kali menyebabkan traumatik

pada leher rahim sehingga lebih rentan terhadap infeksi HPV (Tinari, 2008).

Saat ini, sesuai dengan American Cancer Society, American Cancer Colposcopy and Cervical Pathology and American Society for Clinical Pathology

(28)

kanker serviks dan wanita yang berusia 21-29 tahun harus melakukan pap smear

setiap tiga tahun sekali. Setelah wanita tersebut mendapatkan tiga atau lebih pap smear normal, tes dapat dilakukan dengan frekuensi yang lebih jarang sesuai dengan yang dianjurkan dokter. Wanita yang berusia > 65 tahun yang telah

melakukan pemeriksaan pap smear sebanyak tiga kali dan hasilnya normal tidak perlu lagi melakukan pap smear. Wanita yang sudah melakukan histerektomi tidak dianjurkan untuk melakukan pap smear (National Cancer Institute, 2012). Diperkirakan sebanyak 40% kanker serviks invasif dapat dicegah dengan skrining

pap smear interval 3 tahun.

2.4.5 Tata Cara Pengambilan Sampel

Pasien ditidurkan telentang dengan kedua lutut ditekuk (litotomi), vulva

dibersihkan dengan kapas yang dibahasi cairan antiseptik. Spekulum dalam

keadaan tertutup dimasukkan dengan hati-hati ke liang vagina, dan setelah

sebagian besar berada di liang vagina, spekulum dibuka sehingga terlihat mulut

rahim. Spatula Ayre dimasukkan ke vagina dengan ujung terpanjang mengenai perbatasan skuamokolumnar, spatula diputar 360 derajat untuk mengambil sampel

dari seluruh permukaan serviks, spatula dikeluarkan dari vagina. Usapan tersebut

dioleskan pada object-glass dengan rata. Object-glass segera dimasukkan ke dalam tempat fiksasi dan dibiarkan 10 menit, kemudian dikeringkan di udara.

Sampel sudah siap dikirim ke laboratorium patologi untuk pemeriksaan lebih

lanjut (Aziz dkk, 2006).

(29)

tidak melakukan hubungan seksual selama 48 jam (2 hari), tidak memakai

bahan-bahan antiseptik pada vagina, pasien paska bersalin, paska radiasi sebaiknya

datang 6-8 minggu kemudian, dan pasien yang mendapatkan pengobatan lokal

seperti vagina supostoria atau ovula sebaiknya dihentikan 1 minggu sebelum

pap smear.

2.4.6 Tempat pemeriksaan pap smear

Pap smear dapat dilakukan di rumah sakit pemerintah dengan biaya yang relatif murah, rumah sakit swasta, laboratorium swasta, dan tempat-tempat yang

menyediakan fasilitas pap smear (Sukaca, 2009). Biaya pemeriksaan pap smear

dari 47.500-197.500 (Depkes, 2008). Pemeriksaan pap smear sebaiknya dilakukan oleh dokter spesialis pemeriksaan panggul dan dokter Obstetri dan

Ginekologi (Ellis & Ellis, 2003).

2.4.7 Hasil

Pelaporan hasil pap smear ada beberapa cara, antara lain klasifikasi

Papanicolou dan klasifikasi Bethesda. Klasifikasi Papanicolou membedakan hasil

pap smear menjadi dua kelompok yaitu sitologi kanker dan proses inflamasi. Sitologi kanker menurut klasifikasi Papanicolou ada lima kelas, yaitu : kelas I: tidak ada sel atipik atau sel abnormal; kelas II : gambaran sitologi atipik tetapi

tidak ada bukti keganasan; kelas III : gambaran sitologi mengesankan tetapi tidak

konklusif ganas; kelas IV : gambaran sitologi yang mencurigakan ganas; dan kelas

V : gambaran sitologi yang menunjukkan keganasan (Shinta, 2007).

Sistem pelaporan Bethesda diakui secara internasional sejak 1988. Sistem

(30)

Undetermined Significance (ASCUS) : terdapat inflamasi tetapi tidak termasuk dalam batasan intraepitel; (2) Low –Grade Squamous Cells of Intraepithelial Lesion (LG-SIL) : tidak ada laporan sel malignan, terdapat HPV dan dysplasia ringan; (3) High-Grade Squamous Cells Intraepithelial Lesion (HG-SIL) : displasia sedang/NIS 2 dan displasia berat/NIS 3; (4) Atypical Glandular Cells of Undetermined Significance (AGUS) : lesi invasif berasal dari serviks dan endometrium; (5) Adenokarsinoma Insitu Serviks (AIS) : sel-sel kanker terbatas pada permukaan serviks; (6) Adenokarsinoma : kanker berada pada endoserviks,

(31)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian dalam penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan

pengetahuan dengan sikap pasangan usia subur tentang pemeriksaan pap smear di

Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara.

PENGETAHUAN PUS TENTANG

PEMERIKSAAN PAP SMEAR

1. Definisi 2. Tujuan 3. Indikasi

4. Tata cara pengambilan sampel 5. Tempat pemeriksaan pap smear

SIKAP PUS TENTANG PEMERIKSAAN

PAP SMEAR

Faktor-faktor yang mempengaruhi :

1. Jasmani : kesehatan indera 2. Rohani : kesehatan psikis,

intelektual, dan psikomotor 3. Pendidikan

4. Paparan media massa 5. Ekonomi

6. Hubungan sosial 7. Pengalaman Faktor-faktor yang mempengaruhi : 1. Pengalaman pribadi 2. Budaya

3. Pengaruh orang lain

(32)

Keterangan :

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

3.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasional

Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala

1 Pengetahuan

pasangan

usia subur

Segala sesuatu

yang diketahui

suami-istri di

Kelurahan Bane,

Kecamatan

Siantar Utara

tentang

pemeriksaan pap smear, yang meliputi:

- Definisi

- Tujuan

- Indikasi

- Tata cara

pengambilan

Kuesioner Penyebaran

kuesioner kepada

responden dengan

pertanyaan

tertutup atau

(33)

sampel.

- Tempat

pemeriksaan

pap smear

2 Sikap

pasangan

usia subur

Reaksi suami-istri

menerima atau

menolak tentang

pemeriksaan pap

smear di

Kelurahan Bane,

Kecamatan

Siantar Utara.

Kuesioner Penyebaran

kuesioner kepada

responden dengan

cara memberi

check list pada

jawaban yang

dianggap cocok

oleh responden.

Pilihan jawaban

adalah sangat

setuju, setuju,

tidak tahu, tidak

setuju, sangat

tidak setuju

- Sikap positif

Skor 15-25

(Suami)

Skor 27-45

(Istri)

- Sikap negatif

Skor 5-14

(Suami)

Skor 9-26

(Istri)

(34)

3. 3 Hipotesa Penelitian

Hipotesa dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif (Ha) yaitu ada hubungan

(35)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan rancangan penelitian cross sectional untuk melihat hubungan pengetahuan dengan sikap pasangan usia subur tentang pemeriksaan pap smear. Pengumpulan data dilakukan dalam satu periode waktu tertentu.

(Notoatmodjo,2010). Pengetahuan merupakan variabel independen dan sikap

merupakan variabel dependen.

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah pasangan usia subur di Kelurahan Bane,

Kecamatan Siantar Utara. Jumlah pasangan usia subur ada 772 pasang.

(Laporan Tahunan Puskesmas Bane, 2012)

4.2.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah pasangan usia subur di Kelurahan Bane,

Kecamatan Siantar Utara. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini dengan

mempertimbangkan besar kecilnya sampel (Notoatmodjo, 2005), yaitu jika

populasi kurang dari 10.000 subjek penelitian, maka rumus yang digunakan

menggunakan Rumus Slovin :

(36)

n = N

1 + N (d2)

Keterangan:

n = jumlah sampel

d = penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang

diinginkan yaitu 0,1 atau 10%

N = besarnya populasi yang akan teliti

Besarnya perhitungan menggunakan rumus diatas, maka besar sampel yang

diperlukan adalah sebanyak 89 pasangan usia subur. Tetapi pada saat

pengumpulan data, sampel yang didapat sebanyak 87 pasangan usia subur

dikarenakan keterbatasan waktu peneliti. Teknik pengambilan sampel yang

digunakan adalah teknik accidental sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan kebetulan bertemu atau ada. Adapun kriteria sampelnya

yaitu:

a. Kriteria inklusi

1. Pasangan usia subur yang wanitanya berusia 20 - 49 tahun

2. Mampu membaca dan menulis

3. Dapat diajak berinteraksi

4. Bersedia berpartisipasi dan menandatangani lembar persetujuan

b. Kriteria eksklusi

1. Pasangan usia subur yang wanitanya berusia > 49 tahun

(37)

3. Tidak dapat diajak berinteraksi

4. Tidak bersedia berpartisipasi dan menandatangani lembar persetujuan\

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara. Adapun

alasan pemilihan lokasi karena Puskesmas Bane belum pernah melakukan

penyuluhan tentang deteksi dini kanker serviks dengan pemeriksaan pap smear. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Mei 2013.

4.4 Pertimbangan Etik

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan izin permohonan

penelitian kepada institusi pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara, ethical clearance dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Kepala Kelurahan Bane, Kepala Dinas Kesehatan,

Kepala Puskesmas Bane, Direktur RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar.

Sedangkan kepada responden, peneliti memberikan penjelasan kepada responden

tentang maksud dan tujuan penelitian tentang prosedur penelitian yang dilakukan.

Lembar persetujuan menjadi bukti kesediaan sebagai sampel penelitian. Dalam

hal ini responden berhak untuk menolak terlibat dalam penelitian ini. Peneliti

merahasiakan identitas responden serta tidak mencampuri hal-hal yang bersifat

pribadi dari responden. Kerahasiaan informasi responden dijamin olen peneliti

(38)

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen pada penelitian ini menggunakan angket atau kuesioner yang

terdiri dari tiga bagian, yaitu data demografi, kuesioner pengetahuan, dan

kuesioner sikap.

1. Data Demografi

Data demografi terdiri dari inisial, umur, jenis kelamin, agHBNGNBama,

suku, pendidikan terakhir, pekerjaan, sumber informasi, pernah melakukan

pap smear

2. Kuesioner pengetahuan

Instrumen penelitian pengetahuan pasangan usia subur dibuat oleh peneliti

berdasarkan tinjauan pustaka untuk mengetahui gambaran pengetahuan

pasangan usia subur tentang pemeriksaan pap smear dengan menggunakan kuesioner. Instrumen penelitian tentang pengetahuan terdiri dari 11

pertanyaan.

No Pertanyaan Pengetahuan No. Soal

1 Pengertian pap smear 1

2 Tujuan pap smear 2

3 Indikasi pap smear 3, 4, 5, 6, 7

4 Tata cara pengambilan sampel 8, 9, 10

5 Tempat pemeriksaan pap smear 11

Penilaian menggunakan Skala Likert dengan cara menetapkan bobot

jawaban terhadap tiap-tiap item yaitu skor pernyataan benar (skor 2), salah

(39)

tertinggi 22. Semakin tinggi skor maka semakin baik pengetahuan pasangan

usia subur.

Berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (2001) adalah :

P = Rentang

Banyak kelas

Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang 22 dan 3 kategori kelas

untuk menilai pengetahuan pasangan usia subur yang pengetahuan baik,

pengetahuan cukup, dan pengetahuan kurang, maka didapatkan panjang kelas

7. Menggunakan P = 7 dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas interval

pertama, maka pengetahuan pasangan usia subur dikategorikan dengan

interval sebagai berikut : 0 – 6 adalah pengetahuan kurang, 7 – 14 adalah pengetahuan cukup, 15 – 22 adalah pengetahuan baik.

3. Kuesioner Sikap

Instrumen penelitian tentang sikap pasangan usia subur akan dibuat sendiri

oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka yang terdiri dari:

No Pernyataan Sikap Suami No. Soal

1. Sikap Positif 1, 2

2. Sikap Negatif 3, 4, 5

No Pernyataan Sikap Istri No. Soal

1. Sikap Positif 1, 2, 3

(40)

Penilaian menggunakan Skala Likert dengan cara menetapkan bobot

jawaban terhadap tiap-tiap item yaitu skor pernyataan positif yaitu : sangat setuju

(skor 5), setuju (skor 4), tidak setuju (skor 3), sangat tidak setuju (skor 2), tidak

tahu (skor 1) dan skor pernyataan negatif yaitu : sangat tidak setuju (skor 5), tidak

setuju (skor 4), setuju (skor 3), sangat setuju (skor 2), tidak tahu (skor 1). Total

skor untuk ibu diperoleh terendah 9 yang tertinggi 45, sedangkan total skor untuk

suami diperoleh terendah 5 yang tertinggi 25. Semakin tinggi skor maka semakin

positif sikap pasangan usia subur.

Berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (2001) adalah :

P = Rentang Banyak kelas

Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang 36 dan 2 kategori kelas untuk

menilai sikap istri yaitu sikap positif dan sikap negatif, maka didapatkan panjang

kelas 18. Menggunakan P = 18 dan nilai terendah 9 sebagai batas bawah kelas

interval pertama, maka sikap istri dikategorikan interval sebagai berikut : 9-26

adalah sikap negatif dan 27-45 adalah sikap positif.

Sedangkan skor untuk suami, dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang

20 dan 2 kategori kelas untuk menilai sikap suami yaitu sikap positif dan sikap

negatif, maka didapatkan panjang kelas 10. Menggunakan P = 10 dan nilai

terendah 5 sebagai batas bawah interval pertama, maka sikap suami dikategorikan

interval sebagai berikut: 5 – 14 adalah sikap negatif dan 15 – 25 adalah sikap

(41)

4.6 Uji Validitas

Untuk mengetahui keakuratan isi dari instrumen, maka peneliti melakukan uji

validitas isi yang dilakukan oleh salah satu dosen keperawatan maternitas di

Fakultas Keperawatan yang berkompetensi dibidangnya yaitu Siti Saidah

Nasution S.Kp, M.Kep, Sp.Mat . Validitas isi adalah suatu alat yang mengukur

sejauh mana kuesioner atau alat ukur mewakili semua aspek kerangka konsep

(Riwidikdo, 2008).

4.7 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas berfungsi untuk mengetahui seberapa besar derajat atau

kemampuan alat ukur untuk mengukur secara konsisten. Instrumen diujikan

kepada 20 pasang responden di Kelurahan Bane diluar sampel. Uji reliabilitas

menggunakan sistem komputerisasi. Untuk instrumen pengetahuan dan instrumen

sikap menggunakan cronbachs Alpha. Dimana nilai untuk pengetahuan suami 0,906 , pengetahuan istri 0,875 dan sikap suami 0,885 , sikap istri 0,776

Kuesioner dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpha minimal 0,7 (Riwidikdo,

2008).

4.8 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa prosedur yaitu peneliti

mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada Institusi

Pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Lurah Bane,

Kepala Dinas Kesehatan, dan Kepala Puskesmas Bane. Sedangkan kepada

responden, peneliti mendatangi setiap responden ke rumah - rumah dengan

(42)

memperkenalkan diri kepada responden dan memberikan lembar penjelasan

kepada responden untuk dibaca dengan waktu 3 menit. Peneliti menjelaskan

manfaat, tujuan dari penelitian, dan memberikan kesempatan kepada responden

untuk bertanya apabila mereka tidak mengerti . Setelah mendapatkan persetujuan

responden, peneliti membagikan kuesioner. Peneliti mendampingi 42 responden

dalam mengisi kuesioner dan memberikan waktu 10-15 menit dan sebanyak 45

responden tidak menyelesaikan kuesioner pada hari itu juga dikarenakan

kesibukan responden. Jadi, peneliti mengambil kuesioner yang telah diisi pada

hari berikutnya.

Pada saat pengumpulan data, ada 15 responden yang menolak untuk diteliti

dengan alasan menjaga rahasia rumah tangga responden.

4.9 Analisa Data

Analisa data hasil penelitian disesuaikan dengan tujuan penelitian

(Notoatmodjo, 2010). Analisa data akan dilakukan dengan dua cara, yaitu :

a. Analisa Univariat

Analisa univariat disajikan untuk mendeskripsikan karakteristik setiap

variabel penelitian. Analisa univariat menghasilkan distribusi frekuensi

responden berdasarkan umur, jenis kelamin, suku, agama, pekerjaan,

pendidikan terakhir, sumber informasi, dan pernah melakukan pap smear

serta presentase setiap variabelnya yaitu variabel bebas pengetahuan

(43)

b. Analisa Bivariat

Yaitu untuk melihat hubungan antara dua variabel dengan menggunakan

sistem komputerisasi. Untuk uji hipotesis yang digunakan adalah

(44)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian serta pembahasan mengenai

hubungan pengetahuan dengan sikap pasangan usia subur tentang pemeriksaan

pap smear di Kelurahan Bane Kecamatan Siantar Utara. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 89 pasangan usia subur, tetapi pada saat pengumpulan data

responden yang didapat sebanyak 87 responden dikarenakan keterbatasan waktu

oleh peneliti. Pengumpulan data ini dilakukan dalam waktu 3 bulan yaitu

Maret-Mei 2013.

5.1.1. Karakteristik Responden

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, diketahui karakteristik usia

suami paling banyak berusia 35-50 tahun 66 orang (75,9%), beragama Islam 47

orang (54%), suku Batak 45 orang (51,7%), pendidikan SMA 37 orang (42,5%),

pekerjaan wiraswasta 56 orang (64.4%). Sedangkan karakteristik usia istri paling

banyak berusia 35-50 tahun ada 58 orang (66,7%), beragama Islam 47 orang

(54%), suku Batak 49 orang (56.3%), pendidikan SMA 32 orang (36.8%), dan

pekerjaan wiraswasta 39 orang (44,8%).

Mayoritas suami-istri mendapatkan informasi tentang pemeriksaan pap smear dari media elektronik seperti televisi 40 orang (46%), internet 6 orang (6,9%), dan penyuluhan 10 orang (11,5%). Istri yang belum pernah melakukan

(45)
[image:45.595.117.499.154.624.2]

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Pasangan Usia Subur di Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara Tahun 2013

Karakteristik responden Frekuensi Persentase (%)

Umur Suami 20-34 35-50 51-65 Umur Istri 20-34 35-50 14 66 7 29 58 16.1 75.9 8.0 33.3 66.7 Agama Suami Islam Kristen Katolik Agama Istri Islam Protestan Katolik 47 26 14 47 26 14 54.0 29.9 16.1 54.0 29.9 16.1 Suku Suami Batak Jawa Minang Lain-lain Suku Istri Batak Jawa Minang Lain-lain 45 38 3 1 49 37 1 0 51.7 43.7 3.41 1.1 56.3 42.5 1.1 0

(46)

Pendidikan Suami SD SMP SMA Diploma Sarjana Pendidikan Istri SD SMP SMA Diploma Sarjana 4 15 37 10 21 8 16 32 14 17 4.6 17.2 42.5 11.5 24.1 9.2 18.4 36.8 16.1 19.5 Pekerjaan Suami Bertani Wiraswasta Pegawai negeri/swasta Karyawan/Buruh Tidak Bekerja Pekerjaan Istri Bertani Wiraswasta Pegawai negeri/swasta Karyawan/Buruh Tidak Bekerja 1 56 23 5 2 1 39 14 6 27 1.1 64.4 26.4 5.7 2.3 1.1 44.8 16.1 6.9 31.0

Sumber Informasi Istri Tidak ada Televisi Penyuluhan Koran Seminar Internet

Gabungan Beberapa Sumber Informasi 1 51 12 5 3 6 9 1.1 58.6 13.8 5.7 3.4 6.9 12.3

Sumber Informasi Suami Tidak ada Televisi Penyuluhan Koran Seminar Internet

(47)

5.1.2 Pengetahuan Pasangan Usia Subur tentang Pemeriksaan Pap smear di Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara

Berdasarkan kategori pengetahuan menunjukkan mayoritas pasangan usia subur

mempunyai pengetahuan baik tentang pemeriksaan pap smear yaitu suami sebanyak 40 orang (46%%) dan istri sebanyak 49 orang (56,3 %).

Tabel 5.2 Distribusi Tingkat Pengetahuan Pasangan Usia Subur tentang Pemeriksaan Pap smear di Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara Tahun 2013

No Variabel

Baik

f %

Cukup

f %

Kurang

f %

1 Suami 40 46 33 38 14 16

2 Istri 49 56,3 30 34,5 8 9,2

5.1.3 Sikap Pasangan Usia Subur tentang Pemeriksaan Pap smear di Kelurahan Bane , Kecamatan Siantar Utara

Berdasarkan kategori sikap menunjukkan mayoritas pasangan usia subur

mempunyai sikap positif tentang pemeriksaan pap smear yaitu suami sebanyak 40 orang (74,7%) dan istri sebanyak 49 orang (70,1%).

Tabel 5.3 Distribusi Sikap Pasangan Usia Subur tentang Pemeriksaan Pap smear di Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara Tahun 2013

No Variabel

Positif Negatif

f % f %

[image:47.595.114.511.614.724.2]
(48)

5.1.4 Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pasangan Usia Subur tentang

Pemeriksaan Pap smear di Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara Analisa ini dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan uji

korelasi Spearman. Hasil analisa korelasi pengetahuan dengan sikap suami tentang pemeriksaan pap smear diperoleh nilai p sebesar 0,025, nilai r sebesar 0,240, dengan arah korelasi yang positif. Artinya, terdapat hubungan yang

signifikan antara pengetahuan dengan sikap pasangan usia subur tentang

pemeriksaan pap smear dengan kekuatan korelasi lemah, semakin baik pengetahuan suami semakin positif sikap suami.

Hasil analisa korelasi pengetahuan dengan sikap istri tentang pemeriksaan

pap smear diperoleh nilai p sebesar 0,016, nilai r sebesar 0,259, dengan arah korelasi yang positif. Artinya, terdapat hubungan yang signifikan antara

pengetahuan dengan sikap pasangan usia subur tentang pemeriksaan pap smear

dengan kekuatan korelasi lemah, dan semakin baik pengetahuan ibu, semakin

positif sikap istri

Tabel 5.4 Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pasangan Usia Subur tentang Pemeriksaan Pap smear di Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara Tahun 2013

Variabel P r Arah

Korelasi

Pengetahuan dengan sikap suami tentang pemeriksaan pap smear

0,025 0,240 +

Pengetahuan dengan sikap istri tentang pemeriksaan pap smear

[image:48.595.115.521.591.725.2]
(49)

5.2 Pembahasan

5.2.1 Pengetahuan Pasangan Usia Subur tentang Pemeriksaan Pap smear di Kelurahan Bane Kecamatan Siantar Utara

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas pasangan usia

subur mempunyai pengetahuan baik tentang pemeriksaan pap smear yaitu suami sebanyak 40 orang (46%) dan istri sebanyak 49 orang (56,3%) dan pengetahuan

cukup tentang pemeriksaan pap smear yaitu suami sebanyak 33 orang (38%) dan istri sebanyak 30 orang (34,5%). Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan dapat

dipengaruhi oleh usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan sumber informasi, dan

pengalaman pribadi.

Dari hasil penelitian ini, pengetahuan suami-istri tentang pemeriksaan pap smear berdasarkan karakteristik usia, mayoritas istri berusia 35-50 tahun sebanyak 58 orang (66,7%) dan mayoritas suami berusia 35-50 tahun sebanyak 66 orang

(75,9%). Pada usia 35-50 tahun merupakan tahapan dewasa madya dimana pada

tahapan ini sudah mulai terjadi penurunan kesegaran fisik dan memburuknya

kesehatan sehingga tingkat kewaspadaan untuk menjaga kesehatan akan

meningkat (Hurlock, 2006). Pada usia 35-50 tahun paling sering berisiko terjadi

kanker serviks, sehingga penting deteksi dini dengan pemeriksaan pap smear pada usia 20-49 tahun untuk mencegah terjadinya kanker serviks

Jika ditinjau dari karakteristik tingkat pendidikan suami-istri, diperoleh

bahwa responden yang mempunyai pengetahuan yang baik mengenai pemeriksaan

(50)

responden yang mempunyai pengetahuan cukup mengenai pemeriksaan pap smear sebagian besar memiliki tingkat pendidikan SMP 11 orang (12,6%), SMA 17 orang (19,5%). Hal ini sejalan dengan pernyataan Mubarak (2007) yang

menyatakan bahwasanya pendidikan mempengaruhi pengetahuan seseorang

dimana semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka

menerima informasi dan semakin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.

Jika ditinjau dari karakteristik pekerjaan suami-istri, diperoleh bahwa

responden yang mempunyai pengetahuan yang baik mengenai pemeriksaan pap smear sebagian besar bekerja sebagai wiraswasta 29 orang (33,3%) dan pegawai negeri/swasta 8 orang (9%). Sedangkan responden yang mempunyai pengetahuan

cukup mengenai pemeriksaan pap smear sebagian besar suami bekerja sebagai wiraswasta 27 orang (31%) dan istri tidak bekerja 18 orang (20,7% ). Lingkungan

pekerjaan juga dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan

pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal tersebut karena

lingkungan pekerjaan membuat adanya interaksi antar sesama sehingga

pengetahuan tentang pemeriksaan pap smear dapat disampaikan (Notoatmodjo, 2007).

Bila dilihat dari sumber informasi yang didapat pasangan usia subur

tentang pemeriksaan pap smear mayoritas suami-istri mendapat sumber informasi dari media elektronik seperti televisi 40 orang (46%) dan internet 6 orang (6,9%),

penyuluhan 10 orang (11,5%). Hal ini sejalan dengan pernyataan Sukmadinata

(51)

(TV, radio, pamflet, majalah) akan memperoleh informasi yang lebih banyak jika

dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media.

Pasangan usia subur yang telah melakukan pemeriksaan pap smear

sebanyak 10 orang (11,5%) berpendidikan SMA 4 orang (4,6%), Diploma 3 orang

(3,4%), Sarjana 3 orang (3,4%), bekerja sebagai pegawai negeri/swasta 4 orang

(4,6%), wiraswasta 4 orang (4,6%), tidak bekerja 2 orang (2,3%). Mayoritas

pasangan usia subur mendapat informasi dari penyuluhan dari tenaga kesehatan 4

orang (4,6%), dan internet 3 orang (3,4%).

Bila dilihat dari hasil pilihan jawaban pengetahuan suami, suami tidak

tahu wanita yang berisiko terkena kanker serviks sebanyak 36 orang (41,4%),

syarat penting sebelum melakukan pap smear 46 orang (52,9%), dan tidak tahu waktu yang tepat melakukan pap smear 39 orang (44,8%). Hal ini mungkin disebabkan suami tidak mendapat informasi secara rinci tentang pemeriksaan pap smear.

Dari hasil pembahasan diatas, penelitian ini juga sejalan dengan yang

diteliti oleh Forough, et al (2008) di Iran yang mengatakan bahwa dari 1002 orang

wanita di Iran sekitar 52,1% memiliki pengetahuan yang baik dan kesadaran yang

tinggi tentang pemeriksaan pap smear. Hal ini dikaitkan dengan usia wanita Iran yang berusia 29-49 tahun sebanyak 513 orang (51,5%), tingkat pendidikan

Diploma 655 orang (65,4%) dan Sarjana 190 orang (19%), pekerjaan

entrepreneur sebanyak 749 orang (74,8%). Sumber informasi tentang pap smear

(52)

(61%), keluarga dan teman (13,5%), buku dan majalah (13,1%), dan televisi dan

radio (12,4%)

5.2.2 Sikap Pasangan Usia Subur tentang Pemeriksaan Pap smear di Kelurahan Bane Kecamatan Siantar Utara

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pasangan usia subur

memiliki sikap positif tentang pemeriksaan pap smear yaitu suami sebanyak 65 orang (74,7%) dan istri sebanyak 61 orang (70,1%). Faktor-faktor yang

mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, media massa dan

pengaruh orang lain (Azwar,2005).

Dari hasil penelitian ini, sebanyak 10 orang pasangan usia subur (11,5%)

sudah melakukan pap smear. Hal ini merupakan pengalaman pribadi yang mempengaruhi sikap pasangan usia subur tentang pemeriksaan pap smear.

Pasangan usia subur banyak mendapat informasi melalui media elektronik

seperti televisi 40 orang (46%) dan internet 6 orang (6,9%), penyuluhan 10 orang

(11,5%). Sehingga semakin sering terpapar dengan media informasi pembentukan

sikap akan semakin baik (Azwar,2005).

Bila dilihat dari hasil pilihan jawaban pasangan usia subur sebanyak 43

orang (49,4%) tidak setuju jika orang lain menganjurkan pap smear mereka tidak berniat melakukannya. Hal ini mungkin disebabkan pengaruh orang lain

mempengaruhi pembentukan sikap seseorang.

Bila dilihat dari hasil pilihan jawaban pasangan usia subur mengenai

pernyataan sikap, nomor 1 sebanyak 80 pasangan usia subur (91%) bersedia

(53)

penting diketahui pasangan usia subur sehingga mereka segera memeriksakan

kesehatannya untuk mencegah terjadinya kanker serviks.

Tetapi banyak juga pasangan usia subur yang tidak tahu berapa biaya yang

dikeluarkan untuk melakukan pemeriksaan pap smear sehingga mereka beranggapan biaya pemeriksaan pap smear itu sangat mahal. Hal ini disebabkan karena kurangnya informasi tentang biaya untuk melakukan pemeriksaan pap smear dan status ekonomi pasangan usia subur yang kurang. Hal dapat dilihat dari 22 orang suami (25,3%) beranggapan biaya pemeriksaan pap smear sangat mahal dan 30 orang suami (34,4%) mengatakan tidak tahu tentang biaya pemeriksaan

pap smear dan sebanyak 29 orang istri (33,3%) beranggapan biaya pemeriksaan

pap smear sangat mahal dan sebanyak 29 orang istri (33,3%) mengatakan tidak tahu tentang pemeriksaan pap smear.

5.2.3 Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pasangan Usia Subur tentang

Pemeriksaan Pap smear di Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara

Berdasarkan analisa identifikasi hubungan pengetahuan dengan sikap

pasangan usia subur tentang pemeriksaan pap smear bahwa terdapat hubungan yang signifikan tetapi kekuatan korelasinya lemah.

Dari hasil penelitian, pasangan usia subur yang berpengetahuan baik

memiliki sikap positif sebanyak 20 orang (23%) dan memiliki sikap negatif 2

orang (2%) dan pasangan usia subur yang berpengetahuan cukup memiliki sikap

positif yaitu sebanyak 11 orang (12,6%) dan memiliki sikap negatif 2 orang (2%).

Sedangkan pasangan usia subur yang berpengetahuan kurang memiliki sikap

(54)

Pengetahuan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan

sikap seseorang. Akan tetapi sikap tidak hanya di pengaruhi oleh pengetahuan

saja. Ada faktor internal dan faktor eksternal lain yang mempengaruhinya sikap

Faktor internal yang mempengaruhi sikap seseorang adalah pengaruh faktor

emosional sebagai bentuk penyaluran ide dalam mempertahankan ego. Faktor

eksternal yang mempengaruhi sikap seseorang adalah pengalaman pribadi,

kebudayaan, pengaruh orang lain yang dianggap penting, media massa, lembaga

pendidikan dan agama (Azwar, 2005).

Dengan demikian, pasangan usia subur yang mempunyai pengetahuan

yang baik tentang pemeriksaan pap smear akan membentuk sikap yang positif pula terhadap penerimaannya dan sikap yang negatif akan lebih sedikit ditemukan

pada pasangan usia subur yang memiliki pengetahuan yang kurang dibandingkan

dengan pengetahuan baik, sehingga individu akan membentuk sikap positif

terhadap hal-hal yang dirasakannya dan bersikap negatif terhadap hal-hal yang

akan merugikan dirinya (Notoatmodjo, 2003).

5.3 Keterbatasan Penelitian

Pada saat pengumpulan data, ada proses kerjasama yang dilakukan oleh suami dan

istri sehingga hasil yang diperoleh tidak jauh berbeda antara suami dan istri.

Peneliti tidak mendampingi suami sebanyak 45 orang dalam pengisian kuesioner

dikarenakan kesibukan suami dalam bekerja sehingga kuesioner penelitian

(55)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan pengetahuan dengan sikap

pasangan usia subur tentang pemeriksaan pap smear di Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara tahun 2013, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap pasangan usia subur

tentang pemeriksaan pap smear dengan arah korelasi positif. Artinya, semakin baik pengetahuan pasangan usia subur, semakin positif sikap yang diterima

pasangan usia subur.

B.Saran

Berdasarkan penelitian hubungan pengetahuan dengan sikap pasangan usia subur

tentang pemeriksaan pap smear, maka saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah:

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan agar tenaga kesehatan meningkatkan sosialisasi pentingnya deteksi

dini kanker serviks salah satunya dengan pemeriksaan pap smear melalui

Gambar

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Pasangan Usia Subur    di Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara Tahun 2013
Tabel 5.3   Distribusi  Sikap Pasangan Usia Subur tentang Pemeriksaan Pap
Tabel 5.4 Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pasangan Usia Subur tentang     Pemeriksaan Pap smear di Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara Tahun 2013
Tabel 5.2  Distribusi Frekuensi Jawaban Pengetahuan Suami tentang Pemeriksaan Pap smear di Kelurahan Bane Kecamatan Siantar Utara Tahun 2013
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada keragaman genetik dari enam aksesi bawang merah yang diamati di Samosir. Kata kunci: bawang merah, keragaman

KETERKAITAN AGENDA PEMBELAJARAN Penguasaan Diri Diagnosa Organisasi Inovasi Tim Effektif Proyek Perubahan Pemimpin Perubahan Peserta Diklat.. TAHAP MERANCANG PERUBAHAN DAN

The variation between the two plants in their transpiration rates was probably due to the varying levels of shade provided by the Grevillea canopy as determined by the

3 KEMAMPUAN STRATEGI KOMUNIKASI.. Deskripsi Singkat : Mata Diklat ini memfasilitasi peserta untuk menilai kualitas kepemimpinannya dan menyusun rencana aksi untuk

Apart from Chapter 4 on energy utilization, the future scenarios used as illustrative materials are only incidentally related to Greenhouse warming, and equally the lessons learned

[r]

Menggunakan material yang lokasi asal bahan baku utama dan fabrikasinya berada di dalam radius 1000 km dari lokasi proyek. Apabila material di atas berasal dari dalam wilayah

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga.. SKRIPSI ANALISIS PENGARUH ROE DAN EVA