• Tidak ada hasil yang ditemukan

Subtitusi Tepung Pisang Awak (Musa Paradisiaca Var Awak) dan Ikan Lele Dumbo (Clarias Garipinus) Dalam Pembuatan Biskuit Serta Uji Daya Terimanya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Subtitusi Tepung Pisang Awak (Musa Paradisiaca Var Awak) dan Ikan Lele Dumbo (Clarias Garipinus) Dalam Pembuatan Biskuit Serta Uji Daya Terimanya"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

SUBTITUSI TEPUNG PISANG AWAK (Musa Paradisiaca Var Awak) DAN IKAN LELE DUMBO (Clarias Garipinus) DALAM PEMBUATAN

BISKUIT SERTA UJI DAYA TERIMANYA

SKRIPSI

Oleh :

RINI PUSPA SARI NIM. 101000073

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana kesehatan masyarakat

Oleh :

RINI PUSPA SARI NIM. 101000073

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “SUBTITUSI TEPUNG PISANG AWAK (Musa Paradisiaca Var Awak) dan IKAN LELE DUMBO (Clarias Garipinus) DALAM PEMBUATAN BISKUIT SERTA UJI DAYA TERIMANYA” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara – cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klain dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Oktober 2015 Yang membuat pernyataan

(4)
(5)

ABSTRAK

Tepung pisang awak masak (Musa paradisiaca var. awak) dan ikan lele dumbo (Clarias Garipinus) dapat diolah menjadi biskuit. Biskuit merupakan salah satu makanan pendamping yang dapat mencukupi kebutuhan gizi balita. Biskuit memiliki rasa yang manis dan bentuk yang menarik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya terima dan kandungan gizi dari biskuit yang disubstitusikan tepung pisang awak dan ikan lele dumbo.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan acak lengkap dengan dua faktor dan tiga perlakuan yaitu penambahan tepung pisang awak dan ikan lele dumbo A1 (25%:35%), A2 (35%:25%), A3 (30%:30%). Uji daya terima biskuit substitusi tepung pisang awak dan ikan lele dumbo dilakukan terhadap 30 ibu balita dan balita di posyandu Perumnas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan dan analisis zat gizi dilakukan di Laboratorium Badan Riset dan Standarisasi Industri Medan.

Hasil penelitian uji organoleptik terhadap warna, aroma, rasa, dan tekstur, biskuit oeleh 30 ibu balita yang paling disukai adalah biskuit dengan campuran tepung pisang awak 30% dan ikan lele dumbo 30%. Daya terima pada anak balita menunjukkan semua balita menyukai ketiga perlakuan biskuit. Hasil analisis Kandungan gizi ketiga perlakuan mengandung karbohidrat sebesar 67,74%, 71,77%, 69,69%, protein sebesar 12,00%, 9,01%, 10,25%, lemak sebesar 14,15%, 13,00%, 13,70%.

Disarankan kepada masyarakat agar ketiga perlakuan biskuit dapat dimanfaatkan sebagai alternatif makanan tambahan untuk balita.

(6)

additional food that can full fill the needs of toddler nutrient. Biscuits had sweet taste and interesting shape. This research purpose to determine the acceptability test and nutritional content of biscuits substitution banana ‘awak’ flour and dumbo catfish.

The type of research was an experiment conducted by completely randomized design using two factors and with three treatments, the treatmens are the addition of banana ‘awak’ flour and dumbo catfish with treatments 25%:35%,35%:25%,and 30%:30%. The acceptability biscuit substitution banana ‘awak’ and dumbo catfish by 30 mothers and toddler in Posyandu Perumnas Simalingkar district of Medan Tuntungan, nutrient analysis was tested in laboratory of industrial research and standarization Agency Medan.

The results organoleptic test based on color, aroma, flavor, and texture biscuit by thirty mothers panelist showed the most preferred are biscuit mixture of banana ‘awak’ flour 30% and dumbo catfish 30%. Acceptability of toddler showed that three treatments have been preferred by toddlers. The result of nutrional content analysis showed that three treatments has content of carbohydrates 67,74%, 71,77%, 69,69%, content of protein 12,00%, 9,01%, 10,25% and fat 14,15%, 13,00%, 13,70%.

It is recommended for people to take subtitution of banana ‘awak’ ripe flour and african catfish biscuit as alternative additional food for todder.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Subtitusi Tepung Pisang Awak (Musa Paradisiaca Var Awak) dan Ikan

Lele Dumbo (Clarias Garipinus) Dalam Pembuatan Biskuit Serta Uji Daya Terimanya ”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk

memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta,

Ayahanda H.M Rusli dan Ibunda Yuliwarti yang tiada henti memberikan doa, kasih sayang, perhatian dan motivasi serta dukungan kepada penulis dalam

menuliskan skripsi ini.

Selanjutnya tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU

3. Ibu Dra. Jumirah Apt, M.Kes selaku dosen pembimbing I dan ketua penguji yang selalu sabar dalam memberikan pengarahan dan motivasi dalam

(8)

dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Ir. Etti Sudaryati, MKM, PhD selaku dosen penguji I yang telah banyak memberikan saran yang membangun dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Ernawati Nasution SKM, M.Kes dosen penguji II yang telah banyak memberikan saran yang membangun dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

7. Ibu Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina. MS selaku dosen Penasehat Akademik

8. Bapak Marihot Samosir S.T. yang telah banyak membantu dalam segala urusan terkait surat-menyurat di departemen.

9. Ibu dr. Roosleyn Bakara. MARS selaku Kepala Puskesmas Perumnas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan dan seluruh Kader di Posyandu

Perumnas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan yang telah meluangkan

waktunya serta membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.

Selanjutnya, secara khusus penulis juga mengucapkan terima kasih yang

tulus kepada :

1. Om Eri yang sudah membantu selama saya berkuliah, memberikan masukan-masukan yang membangun untuk tetap semangat dalam menjalankan masa

perkulinyahan yang berat.

(9)

3. Teman-temanku dari peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Mustapa Kamal, Vinni, Nur Aida, Mariana, Entiwe dan teman gizi lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah memberikan saran dan kritik yang

membangun sehingga menambah inspirasi penulis untuk penulisan skripsi ini

4. Teman-teman stambuk 2010 FKM USU dan teman sejawat di PBL Nina, kak Lisa, Desi, Frans, Ade, Armanda, Isri, Marta.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari

semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi kita semua.

Medan, Oktober 2015 Penulis

(10)

Nama : Rini Puspa Sari

Tempat Lahir : Medan

Tanggal Lahir : 10 Agustus 1992

Suku Bangsa : Padang Indnesia

Agama : Islam

Nama Ayah : H.M Rusli Sikumbang

Suku Bangsa Ayah : Padang

Nama Ibu : Yuliwarti

Suku Bangsa Ibu : Padang

PENDIDIKAN FORMAL

1. SD/Tamat Tahun : SDN 068344 Medan / 2004

2. SLTP/Tamat Tahun : SMP Swasta Dharma Pancasila / 2007

3. SLTA/Tamat Tahun : SMAN 17 Medan /2010

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Pisang Awak ... 7

2.1.1. Manfaat Pisang Awak ... 7

2.2. Ikan Lele Dumbo (Clarias Garipinus) ... 9

2.2.1. Manfaat Ikan Lele Dumbo ... 11

2.3. Biskuit ... 12

2.3.1. Kandungan Gizi Biskuit ... 14

2.3.2. Bahan-Bahan Pembuat Biskuit ... 15

2.3.2. Proses Pembuatan Biskuit ... 18

2.4. Daya Terima Makanan a ... 20

2.5. Panelis ... 22

2.6. Kerangka Konsep ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

3.1. Jenis Penelitian ... 25

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

3.2.1. Tempat Penelitian ... 25

3.2.2. Waktu Penelitian ... 26

3.3. Objek Penelitian ... 26

3.4. Defenisi Operasional ... 26

3.5. Alat dan Bahan ... 27

(12)

3.8. Analisis Proksimat ... 36

3.8.1. Uji Protein ... 36

3.8.2. Uji Lemak ... 37

3.8.3. Uji Kadar Abu ... 38

3.8.4. Uji Kadar Air ... 38

3.8.5. Uji Karbohidrat ... 39

3.9. Pengolahan dan Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 46

4.1. Karakteristik Biskuit Modifikasi Tepung Terigu dengan Tepung Pisang Awak dan Ikan Lele Dumbo ... 46

4.2. Deskriptif Panelis ... 47

4.3. Hasil Uji Daya Terima Biskuit Substitusi Tepung Pisang Awak dan Ikan Lele Terhadap Ibu Balita ... 47

4.3.1 Hasil Analisis Uji Organoleptik Terhadap Warna Biskuit Substitusi Tepung Pisang Awak dan Ikan Lele Dumbo... 48

4.3.2 Hasil Analisis Uji Organoleptik Terhadap Aroma Biskuit Substitusi Tepung Pisang Awak dan Ikan Lele Dumbo... 49

4.3.3 Hasil Analisis Uji Organoleptik Terhadap Rasa Biskuit Substitusi Tepung Pisang Awak dan Ikan Lele Dumbo... 50

4.3.4 Hasil Analisis Uji Organoleptik Terhadap Tektur Biskuit Substitusi Tepung Pisang Awak dan Ikan Lele Dumbo... 51

4.4. Hasil Analisis Uji Kandungan Karbohidrat, Protein, Lemak, Abu, dan Air pada Biskuit Substitusi TepungPisang Awak dan Ikan Lele Dumbo ... 52

4.5. Kandungan Giz Pada Biskuat Susu ... 53

BAB V PEMBAHASAN ... ... 54

5.1. Karakteristik Biskuit ... 54

5.2. Daya Terima Panelis ... 54

5.3. Daya Terima Panelis Terhadap Warna Biskuit ... 55

5.4. Daya Terima Panelis Terhadap Aroma Biskuit ... 56

5.5. Daya Terima Panelis Terhadap Rasa Biskuit ... 56

5.6. Daya Terima Panelis Terhadap Tekstur Biskuit ... 58

5.7. Analisis Kandungan Karbohidrat, Protein, Lemak, Abu dan Air Biskuit Substitusi Tepung Pisang Awak dan Ikan Lele Dumbo ... 58

(13)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

6.1. Kesimpulan ... 62

6.2. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(14)

Tabel 2.2. Kandungan Gizi Pisang Awak Masak dan Formulasi Tepung

Pisang Awak ... 9

Tabel 2.3. Komposisi Gizi Ikan Lele ... 10

Tabel 2.4. Susunan Asam Amino Esensial Ikan Lele ... 11

Tabel 2.5. Syarat mutu Biskuit menurut SNI 01-2973-1992 ... 13

Tabel 2.6. Komposisi Zat Gizi Biskuit 100 gram... 14

Tabel 3.1. Rincian Perlakuan ... 25

Tabel 3.2 Jenis dan Ukuran Bahan Pembuat Biskuit Dengan Tepung pisang awak dan Ikan Lele Dumbo ... 27

Tabel 3.3. Tingkat Penerimaan Panelis Pada Uji Hedonik ... 34

Tabel 3.4. Interval Presentase dan Kriteria Kesukaan... 41

Tabel 3.5. Tabel Penolong Untuk Uji Barlet ... 42

Tabel 3.6. Daftar Analisa Ragam Rancangan Acak Lengkap ... 43

Tabel 4.1. Karakteristik Biskuit Modifikasi Tepung Pisang Awak dan Ikan Lele Dumbo ... 47

Tabel 4.2. Hasil Analisis Uji Organoleptik Terhadap Warna Biskuit Substitusi Tepung Pisang Awak dan Ikan Lele Dumbo ... 48

Tabel 4.3. Hasil Analisis Uji Sidik Ragam Terhadap Warna Biskuit Substitusi Tepung Pisang Awak dan Ikan Lele Dumbo ... 48

Tabel 4.4. Hasil Analisis Uji Organoleptik Terhadap Aroma Biskuit Substitusi Tepung Pisang Awak dan Ikan Lele Dumbo ... 49

Tabel 4.5. Hasil Analisis Uji Sidik Ragam Terhadap Aroma Biskuit Substitusi Tepung Pisang Awak dan Ikan Lele Dumbo ... 49

(15)

Tabel 4.7. Hasil Analisis Uji Sidik Ragam Terhadap Rasa Biskuit

Substitusi Tepung Pisang Awak dan Ikan Lele Dumbo ... 50

Tabel 4.8. Hasil Uji Ganda Duncan Terhadap Rasa... 51

Tabel 4.9. Hasil Analisis Uji Organoleptik Terhadap Tektur Biskuit

Substitusi Tepung Pisang Awak dan Ikan Lele Dumbo ... 51

Tabel 4.10. Hasil Analisis Uji Sidik Ragam Terhadap Tektur Biskuit Substitusi Tepung Pisang Awak dan Ikan Lele Dumbo ... 52

Tabel 4.11. Kandungan Zat Gizi Dalam 100 Gram Biskuit Substitusi

Tepung Pisang Awak dan Ikan Lele Dumbo ... 53

(16)

Gambar 3.1. Skema Pembuatan Tepung Pisang Awak ... 29

Gambar 3.2. Skema Penggrengan Ikan Lele Dumbo ... 30

Gambar 3.3. Diagram Proses Pembuatan Biskuit ... 31

Gambar 4.1. Biskuit Modifikasi Tepung Terigu dengan Tepung Pisang Awak dan Ikan Lele Dumbo Sebelum dan Sesudah

[image:16.595.116.498.130.300.2]
(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Uji Daya Terima ... 66

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian ... 67

Lampiran 3. Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 68

Lampiran 4. Surat Keterangan Balai Riset Dan Standarisasi Industri

Medan ... 69

Lampiran 5. Kandungan Gizi Biskuit ... 70

Lampiran 6. Rekapitulasi Data Skor Hasil Penilaian Organoleptik Panelis Terhadap Warna Biskuit Sibstitusi Tepung

Pisang Awak dan Ikan Lele Dumbo ... 71

Lampiran 7. Uji Barlett Data Organoleptik Warna Pada Biskuit... 72

Lampiran 8. Analisa Sidik Ragam Skor Hasil Uji Organoleptik Panelis Terhadap Warna Biskuit ... 73

Lampiran 9. Rekapitulasi Data Skor Hasil Penilaian Organoleptik Panelis Terhadap Aroma Biskuit Sibstitusi Tepung

Pisang Awak dan Ikan Lele Dumbo ... 74

Lampiran 10. Uji Barlet Data Organoleptik Aroma Pada Biskuit ... 75

Lampiran 11. Analisa Sidik Ragam Skor Hasil Uji Organoleptik

Panelis Terhadap Aroma Biskuit ... 76

Lampiran 12. Rekapitulasi Data Skor Hasil Penilaian Organoleptik Panelis Terhadap Rasa Biskuit Sibstitusi Tepung

Pisang Awak dan Ikan Lele Dumbo ... 77

Lampiran 13. Uji Barlett Data Organoleptik Rasa Pada Biskuit ... 78

Lampiran 14. Analisa Sidik Ragam Skor Hasil Uji Organoleptik

Panelis Terhadap Rasa Biskuit ... 79

Lampiran 15. Uji Ganda Duncan Terhadap Hasil Analisis Sidik Ragam Sekor Hasil Uji Organoleptik Panelis Terhadap Rasa Biskuit ... 80

Lampiran 16. Rekapitulasi Data Skor Hasil Penilaian Organoleptik Panelis Terhadap Tekstur Biskuit Sibstitusi Tepung

(18)

Lampiran 17. Uji Barlett Data Organoleptik Tekstur Pada Biskuit ... 82

Lampiran 18. Analisa Sidik Ragam Skor Hasil Uji Organoleptik

Panelis Terhadap Tekstur Biskuit ... 83

(19)

ABSTRAK

Tepung pisang awak masak (Musa paradisiaca var. awak) dan ikan lele dumbo (Clarias Garipinus) dapat diolah menjadi biskuit. Biskuit merupakan salah satu makanan pendamping yang dapat mencukupi kebutuhan gizi balita. Biskuit memiliki rasa yang manis dan bentuk yang menarik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya terima dan kandungan gizi dari biskuit yang disubstitusikan tepung pisang awak dan ikan lele dumbo.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan acak lengkap dengan dua faktor dan tiga perlakuan yaitu penambahan tepung pisang awak dan ikan lele dumbo A1 (25%:35%), A2 (35%:25%), A3 (30%:30%). Uji daya terima biskuit substitusi tepung pisang awak dan ikan lele dumbo dilakukan terhadap 30 ibu balita dan balita di posyandu Perumnas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan dan analisis zat gizi dilakukan di Laboratorium Badan Riset dan Standarisasi Industri Medan.

Hasil penelitian uji organoleptik terhadap warna, aroma, rasa, dan tekstur, biskuit oeleh 30 ibu balita yang paling disukai adalah biskuit dengan campuran tepung pisang awak 30% dan ikan lele dumbo 30%. Daya terima pada anak balita menunjukkan semua balita menyukai ketiga perlakuan biskuit. Hasil analisis Kandungan gizi ketiga perlakuan mengandung karbohidrat sebesar 67,74%, 71,77%, 69,69%, protein sebesar 12,00%, 9,01%, 10,25%, lemak sebesar 14,15%, 13,00%, 13,70%.

Disarankan kepada masyarakat agar ketiga perlakuan biskuit dapat dimanfaatkan sebagai alternatif makanan tambahan untuk balita.

(20)

additional food that can full fill the needs of toddler nutrient. Biscuits had sweet taste and interesting shape. This research purpose to determine the acceptability test and nutritional content of biscuits substitution banana ‘awak’ flour and dumbo catfish.

The type of research was an experiment conducted by completely randomized design using two factors and with three treatments, the treatmens are the addition of banana ‘awak’ flour and dumbo catfish with treatments 25%:35%,35%:25%,and 30%:30%. The acceptability biscuit substitution banana ‘awak’ and dumbo catfish by 30 mothers and toddler in Posyandu Perumnas Simalingkar district of Medan Tuntungan, nutrient analysis was tested in laboratory of industrial research and standarization Agency Medan.

The results organoleptic test based on color, aroma, flavor, and texture biscuit by thirty mothers panelist showed the most preferred are biscuit mixture of banana ‘awak’ flour 30% and dumbo catfish 30%. Acceptability of toddler showed that three treatments have been preferred by toddlers. The result of nutrional content analysis showed that three treatments has content of carbohydrates 67,74%, 71,77%, 69,69%, content of protein 12,00%, 9,01%, 10,25% and fat 14,15%, 13,00%, 13,70%.

It is recommended for people to take subtitution of banana ‘awak’ ripe flour and african catfish biscuit as alternative additional food for todder.

(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

makanan beranekaragam yang dapat memberikan sumber zat gizi yang cukup bagi

tubuh, dengan adanya program penganekaragaman pangan merupakan cara yang

penting untuk meningkatkan komsumsi zat gizi yang mencukupi pada tingkat

daerah pedesaan, regional dan nasional.

Salah satu masalah gizi di Indonesi adalah gizi kurang yang disebabkan

rendahnya asupan energi dan protein dalam makanan sehari hari sehingga tidak

memenuhi angka kecukupan gizi (AKG). Peningkatan masalah gizi kemungkinan

disebabkan oleh asupan yang tidak sesuai dengan kebutuhan balita baik zat gizi

makro maupun zat gizi mikro. Semakin meningkat usia balita maka semakin

meningkat pula kebutuhan zat-zat gizinya.

Salah satu upaya untuk memperbaiki asupan zat gizi pada balita melalui

pemberian makanan tambahan yaitu biskuit yang merupakan makanan yang

disenangi balita karena memiliki variasi bentuk yang menarik dan rasa yang

manis. Jajanan sehat seperti biskuit dengan penambahan beberapa jenis bahan

makanan yang mengandung zat gizi yang tinggi sangat tepat dijadikan sebagai

tambahan makanan. Pertimbangannya balita telah dikategorikan mampu

mengkonsumsi makanan padat yang memiliki tekstur renyah dan memiliki varian

rasa. Disamping itu sistem pencernaan yang telah mampu mencerna makanan

(22)

Berdasarkan hasil penelitian Rohimah (2013), aplikasi penggunaan tepung

labu kuning dan ikan lele dalam pembuatan biskuit dengan penambahan tepung

labu kuning 20%,30%,40% dan tepung ikan lele 20%,30%,40% mampu

meningkatkan kandungan protein, vitamin C dan mineral dalam biskuit. Hasil

penelitian Febrina (2012), penambahan tepung wortel dalam pembuatan biskuit

sebanyak 5%, 15%, dan 25% terbukti dapat meningkatkan kandungan vitamin A.

Selain itu, hasil penelitian Melisa (2013), pembuatan biskuit dengan penambahan

tepung bit merah dan hasil parutan bit merah dengan perbandingan 20% dapat

menigkatkan kandungan zat gizi seperti vitamin A, B, C dan zat besi.

Pembuatan biskuit yang dimodifikasi dengan bahan makanan yang kaya

akan kandungan zat gizinya, bertujuan untuk memperbaiki kandungan zat gizi

yang jumlahnya terbatas. Seperti hasil penelitian di atas penambahan tepung labu

kuning, buah bit dan dapat meningkatkan kandungan vitamin A dan vitamin C,

sedangkan penambahan ikan lele ke dalam pembuatan biskuit bertujuan untuk

meningkatkan sumber protein.

Pisang awak (Musa paradisiacal var. Awak) merupakan salah satu buah

yang memiliki banyak manfaat dan mudah dikenali karena bentuknya yang khas

dan memiliki warna cerah. Pisang awak yang matang memiliki tekstur yang

lembut dan berasa manis. Kandungan gizinya yang baik terutama karbohidrat

dalam bentuk gula, kalium, vitamin A, dan vitamin B6. Pisang Awak yang telah

dibuat menjadi tepung dapat dijadikan bahan tambahan dalam pembuatan biskuit.

Untuk meningkatkan kandungan zat gizi pada biskuit dapat ditambahkan ikan lele

(23)

3

lele dumbo sebagai bahan tambahan pembuatan biskuit adalalah karena pisang

awak dan ikan lele dumbo merupakan pangan lokal yang mudah didapat dan

harnganya yang murah.

Ikan lele adalah salah satu ikan air tawar yang paling banyak diminati serta

dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dari berbagai lapisan. Harganya yang

terjangkau membuat ikan lele terdistribusi secara merata hampir di seluruh

pelosok tanah air. Salah satu jenis ikan lele yang populer di masyarakat adalah

lele dumbo (Clarias gariepinus). Menurut Azhar (2006), ikan lele adalah salah

satu ikan air tawar yang paling banyak diminati serta dikonsumsi oleh masyarakat

Indonesia dari berbagai lapisan. Harganya yang terjangkau membuat ikan lele

terdistribusi secara merata hampir di seluruh pelosok tanah air. Salah satu jenis

ikan lele yang populer di masyarakat adalah lele dumbo (Clarias gariepinus). Lele

dumbo memiliki berbagai kelebihan sehingga lele dumbo termasuk ikan yang

paling mudah diterima masyarakat. Kelebihan tersebut diantaranya adalah

pertumbuhannya cepat, memiliki kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan

yang tinggi, rasanya enak dan kandungan gizinya cukup tinggi.

Ikan lele mempunyai nilai protein yang sangat tinggi. Protein ikan adalah

protein yang istimewa karena bukan hanya berfungsi sebagai penambah jumlah

protein yang dikonsumsi, tetapi juga sebagai pelengkap mutu protein dalam menu

makanan. Ikan lele mempunyai kandungan protein sekitar 17,7%, lemak 4,8%, air

1,2%, dan karbohidrat sebanyak 76% (Astawan, 2008).

Menurut SNI (1992), biskuit merupakan jenis kue kering yang dibuat dari

(24)

bertekstur padat, dapat berkadar lemak tinggi atau rendah. Konsumsi rata-rata kue

kering di kota dan di pedesaan di Indonesia 0,40 kg/kapita/tahun. Secara umum

bahan pembuatan biskuit biasanya dibuat dari tepung terigu. Biskuit mengandung

zat gizi makro seperti karbohidrat, protein dan lemak dan sedikit mengandung zat

gizi lainnya seperti zat fosfor, kalsium dan zat besi. Oleh karena itu, melalui

penambahan tepung pisang awak dan ikan lele dalam pembuatan biskuit dapat

mengurangi pemakaian tepung terigu dan meningkatkan kandungan gizi.

Bahan yang diperlukan dalam pembuatan biskuit umumnya adalah tepung

terigu. Biskuit yang berbahan dasar tepung terigu hanya mengandung zat gizi

makro seperti karbohidrat, protein, lemak dan sedikit mengandung zat gizi mikro

seperti fosfor, kalsium dan zat besi. Banyak biskuit yang beredar dipasaran

mengandung terlalu banyak gula. Selain itu sedikit biskuit yang mengandung

karbohidrat kompleks seperti tepung gandum.

Proses produksi makanan seperti biskuit cukup sederhana dengan bahan

baku yang terdapat di Indonesia. Pada penelitian ini akan dilakukan pembuatan

biskuit dengan penambahan tepung pisang awak dan ikan lele dumbo dengan tiga

perbandingan sebesar 30%:30%, 35%:20%, 25%:35% dari berat tepung terigu

dimana biskuit akan menghasilkan kepadatan dan kerenyahan yang baik.

Pengenalan penggunaan tepung pisang awak dan ikan lele dumbo kepada

masyarakat akan lebih efektif bila diterapkan sebagai bahan baku atau tambahan

dalam pembuatan makanan yang sudah dikenal oleh masyarakat, salah satunya adalah

(25)

5

merupakan salah satu bentuk pengolahan makanan tambahan atau jajanan yang

dimana dapat memberi sumbangan zat gizi yang dibutuhkan.

Biskuit merupakan salah satu makanan pendamping yang dapat mencukupi

kebutuhan gizi balita. Dengan alasan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Subtitusi Tepung Pisang Awak (Musa Paradisiaca Var Awak) dan Ikan Lele Dumbo (Clarias Garipinus) Dalam Pembuatan Biskuit Serta Uji Daya Terima”.

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana daya terima

biskuit yang di formulasi dengan substitusi tepung pisang awak (Musa paradisiaca var. awak) dan ikan lele dumbo (Clarias Garipinus).

1.3Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui daya terima dan nilai gizi biskuit substitusi tepung pisang awak

(Musa paradisiaca var. awak) dan ikan lele dumbo (Clarias Garipinus). 1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui nilai gizi biskuit dengan substitusi tepung pisang awak masak

(Musa paradisiaca var. awak) dan ikan lele dumbo (Clarias Garipinus).

2. Mengetahui daya terima biskuit terhadap warna, aroma, rasa dan tekstur

(26)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang penganekaragaman suatu

produk dari tepung pisang awak (Musa paradisiaca var. Awak) dan ikan lele dumbo (Clarias Garipinus) yang diolah menjadi biskuit.

2. Memberikan informasi nilai dari tepung pisang awak (Musa paradisiaca var. awak) dan ikan lele dumbo (Clarias Garipinus).

3. Sebagai salah satu usaha penganekaragaman pengolahan pangan agar tahan

lama dan tidak mudah rusak.

4. Sebagai alternatif untuk mengurangi pemakaian tepung terigu sebagai bahan

dasar pembuatan biskuit.

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pisang Awak

Pisang (banana) merupakan beberapa spesies dari genus Musa bagi famili MusaceaePisang awak (Musa paradisiaca var. awak), merupakan buah yang

memiliki banyak manafaat, dapat dihat dari kandung gizi yang ada didalam pisang

awak. Pisang awak tergolong pisang yang dapat dimakan langsung setelah masak

maupun diolah terlebih dahulu seperti keripik pisang, pisang saleh dan lain

sebagainya.

Pisang Awak yang belum matang memiliki 21-25% zat tepung. Jika

mengalami pemeraman atau telah matang pada saat di pohon zat tepung berubah

menjadi jenis gula. Adapun kandungan gizi yang terdapat pada 100 gram pisang

[image:27.595.111.514.494.645.2]

awak dan beberapa jenis pisang lainnya dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Komposisi Nilai Zat Gizi Pisang Awak dan Beberapa Jenis Pisang (setiap 100 gram daging buah)

Zat Gizi Jenis Pisang

Awak Ambon Mas Raja Raja

sereh

Protein(g) 1,2 1,2 1,4 1,2 1,2

Lemak(g) 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2

Karbohidrat (g) 22,2 25,8 33,6 31,8 31,1

Kadar air (g) 75,6 72 64,2 65,8 67

Kalsium (mg) 8 8 10 10 7

Besi (mg) 0,8 0,5 0,8 0,8 0,3

Vitamin A (IU) 126 146 79 950 112

Energi (kal) 95 99 127 120 118

Sumber: Munizar, 1998

2.1.1 Manfaat Pisang Awak

Pisang awak (Musa paradisiaca var. awak), merupakan buah yang memiliki

(28)

karena pisang mudah dicerna, sehingga berpotensi untuk dijadikan bahan dasar

makanan pendamping ASI. Kandungan serat yang dapat membuat perut merakan

kenyang lebih lama. Kandungan air yang banyak pada pisang awak dapat

membantu proses metabolisme tubuh.

Didalam pisang terdapat beberapa vitamin seperti vitamin C yang terdapat

10 mg dalam satu buah pisang selain itu juga terdapat vitamin B. Pada dasarnya

vitamin berperan penting dalam tahap metabolisme energi, pertumbuhan dan

pemeliharaan tubuh. Vitamin C berperan dalam penyembuhan luka, patah tulang,

pendarahan dibawah kulit dan pendarahan di gusi.(Almatsier,2009)

Pemanfaatan pisang awak agar tahan lama dapat dilakukan dengan

membuatnya menjadi tepung. Berdasarkan hasil penelitian Lubis, Jumirah dan

Siagian (2011) proses pembuatan tepung pisang awak yang telah matang

dilakukakan dengan menambahkan tepung beras. Ini dilakukan agar

mempermudah proses pengeringan dan menghasilkan tepung yang berkualitas

baik dan buah pisang yang digunakan adalah pisang awak yang benar-benar

masak. Kandungan nilai gizi pisang awak masak dan formula tepung pisang awak

(29)
[image:29.595.116.511.142.362.2]

9

Tabel 2.2. Kandungan Gizi Pisang Awak Masak dan Formula Tepung Pisang Awak

Kandungan Gizi Pisang Awak Msak Campuran Tepung Pisang

Awak dan Tepung beras 2:1

Air (%) 65,8 5,90

Karbohidrat: Total (%) Glukosa (%) 13,8 7,91 61,7 26,8

Lemak (%) 0,14 1,02

Protein (%) 1,18 5,65

Abu (%) 1,00 1,09

Serat Kasar (%) 1,345 1,51

Mineral: (mg/kg) Besi Seng Kalsium Selenium Kalium Posfor < 0,03 < 0,002 8,45 < 0,90 57,43 TT < 0,03 < 0,002 14,7 < 0,90 62,60 TT

Sumber: Lubis, Jumirah, dan Albiner Siagian (2011)

2.2 Ikan Lele Dumbo (Clarias Garipinus)

Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan asli perairan Indonesia. Ikan lele

dumbo termasuk ke dalam filum Chordata, kelas Pisces, subkelas Teleostei, ordo

Ostariophysi, subordo Siluroidea, dan genus Clarias. Salah satu dari beberapa

literatur menyebutkan bahwa lele dumbo merupakan hasil perkawinan silang dua

spesies, yaitu antara lele betina Clarias fuscus dari Taiwan dan lele jantan Clarias

mossambicus dari Afrika (Rahayu, 2013).

Lele dumbo memiliki bentuk tubuh memanjang, agak bulat, kepala gepeng,

tidak bersisik, mulut besar, warna kelabu sampai hitam. Di sekitar mulut terdapat

bagian nasal, maksila, mandibula luar dan mandibula dalam, masing-masing

terdapat sepasang kumis. Hanya kumis bagian mandibula yang dapat digerakkan

untuk meraba makanannya. Kulit lele dumbo berlendir tidak bersisik, berwarna

(30)

punggung, sirip ekor, dan sirip dubur merupakan sirip tunggal, sedangkan sirip

perut dan sirip dada merupakan sirip ganda. Pada sirip dada terdapat duri yang

keras dan runcing yang disebut patil. Patil lele dumbo tidak beracun (Prihartono,

2000).

Menurut Astawan (2008) lele dumbo banyak ditemukan di rawa-rawa dan

sungai di Afrika, terutama di dataran rendah sampai sedikit payau. Ikan ini

mempunyai alat pernapasan tambahan yang disebut abrorescent, sehingga mampu

hidup dalam air yang oksigennya rendah.

Protein ikan adalah protein yang istimewa karena bukan hanya berfungsi

sebagai penambah jumlah protein yang dikonsumsi, tetapi juga sebagai pelengkap

[image:30.595.109.514.428.522.2]

mutu protein dalam menu. Komposisi gizi ikan lele disajikan pada 2.3.

Tabel 2.3 Komposisi Gizi Ikan Lele

Zat Gizi Kandungan

Protein (%) 17,7

Lemak (%) 4,8

Mineral (%) 12

Air (%) 76

Karbohidrat (%) 0,3

Sumber: Vaas 1956 dalam Astawan 2008

Protein ikan lele juga mengandung semua asam amino esensial dalam

(31)
[image:31.595.110.508.124.313.2]

11

Tabel 2.4 Susunan Asam Amino Esensial Ikan Lele

Asam amino % protein

Arginin 6,3

Histidin 2,8

Asoleusin 4,3

Leusin 9,5

Lisin 10,5

Metionin 1,4

Fenilalanin 4,8

Treonin 4,8

Valin 4,7

Triptofan 0,8

Total esensial 49,9

Nonesensial 50,1

Sumber: FAO 1972 dalam Astawan 2008

2.2.1 Manfaat Ikan lele Dumbo

Manfaat ikan lele dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan pada

anak. Kandungan asam amino esensial sangat berguna untuk tumbuh kembang

tulang, membantu penyerapan kalsium dan menjaga keseimbangan nitrogen

dalam tumbuh, dan memelihara masa tubuh anak agar tidak terlalu berlemak.

Selain itu juga manfaat ikan lele pun dapat menghasilkan antibodi, hormon,

enzim, dan pembentukan kolagen, dan untuk perbaikan jaringan tubuh.

Komponen gizi daging ikan lele mudah dicerna dan diserap oleh tubuh

manusia bagi anak-anak maupun orang dewasa dan usia lanjut. Daging ikan lele

mengandung asam lemak omega-3 yang sangat dibutuhkan untuk membantu

perkembangan sel otak anak dibawah usia 12 tahun, sekaligus memelihara sel

otak pada usia lanjut (sampai usia 70 tahun). Kandungan vitamin A dan vitamin D

yang dibutuhkan oleh manusia untuk menjaga sekaligus untuk memperbaiki

(32)

Daging ikan lele juga mengandung vitamin B1, B6 dan B12 yang berfungsi

untuk membantu proses metabolisme, mencegah anemia, melindungi jantung dan

mencegah penyakit pada syaraf manusia. Zat besi yang mudah diserap oleh tubuh

manusia serta yodium untuk mencegah terjadinya penyakit gondok, hambatan

pertumbuhan anak. Sedangkan selenium untuk membantu metabolisme tubuh dan

sebagai anti oksidan yang melindungi tubuh dari radikal bebas dan flour yang

berperan untuk memperkuat dan menyehatkan gigi.

2.3 Biskuit

Biskuit adalah produk makanan kering yang dibuat dengan memanggang

adonan yang mengandung bahan dasar terigu, lemak, dan bahan pengembang

dengan atau tanpa penambahan bahan makanan tambahan lain yang di ijinkan

(SNI, 1992)

Berdasarkan SNI. 01.2973.1992 biskuit dapat dikelompokkan menjadi

beberapa jenis seperti berikut ini :

a) Biskuit Keras

Biskuit keras adalah jenis biskuit yang dibuat dari adonan keras, berbentuk

pipih, bila dipatahkan penampang potongannya bertekstur padat, dapat

berkadar lemak tinggi atau rendah.

b) Biskuit Crackers

Crackers adalah jenis biskuit yang dibuat dari adonan keras, melalaui proses

fermentasi atau pemeraman, berbentuk pipih yang rasanya mengarah ke asin

(33)

13

c) Cookies

Cookies adalah jenis biskuit yang dibuat dari adonan lunak, berkadar lemak

tinggi dan bila dipatahkan penampang potongannya bertekstur kurang padat.

d) Wafer

Wafer adalah jenis biskuit yang dibuat dari adonan cair, berpori-pori kasar,

renyah dan bila dipatahkan penampang potongannya berongga-rongga.

Biskuit pada umumnya berwarna coklat keemasan, permukaan agak licin,

bentuk dan ukurannya seragam, crumb berwarna putih kekuningan, kering, renyah

dan ringan serta aroma yang menyenangkan. Bahan pembentuk biskuit dapat

dkelompokkan menjadi dua jenis yaitu bahan pengikat dan bahan perapuh. Bahan

pengikat terdiri dari tepung, air, padatan dari susu dan putih telur. Bahan pengikat

berfungsi untuk membentuk adonan yang kompak.Bahan perapuh terdiri dari

gula, shortening, bahan pengembang, dan kuning telur.

Biskuit yang secara umum berlaku di Indonesia memiliki syarat mutu

biskuit menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 01-2973-1992) seperti pada

[image:33.595.120.506.556.731.2]

tabel 2.5.

Tabel 2.5. Syarat Mutu Biskuit Menurut SNI 01-2973-1992

No Kriteria Uji Klasifikasi

1. Air Maksimum 5%

2. Protein Minimum 6%

3. Lemak Minimum 9,5%

4. Karbohidrat Minimum 70%

5. Abu Maksimum 2%

6. Logam Berbahaya Negatif

7. Serat Kasar Maksimum 0,5%

8. Kalori (kal/100 gr) Minimum 400

9. Jenis Tepung Terigu

10. Bau dan Rasa Normal

11. Warna Normal

(34)

2.3.1 Kandungan Gizi Biskuit

Biskuit dikonsumsi oleh seluruh kalangan usia, baik balita hingga dewasa

namun memiliki jenis yang berbeda. Biskuit yang beredar dipasaran memiliki

kandungan gizi yang kurang seimbang, kebanyakan memiliki kandungan

karbohidrat dan lemak yang tinggi sedangkan protein yang relatif rendah.

Kandungan gizi biskuit yang di wajibkan Standar Nasional Indonesia adalah

[image:34.595.114.525.308.472.2]

sebagai berikut terdapat pada tabel 2.6.

Tabel 2.6. Komposisi Zat Gizi Biskuit per 100 gram

Zat gizi Jumlah

Energy (kkal) 458

Protein (g) 6,9

Karbohidrat (g) 75,1

Lemak (g) 14,4

Vitamin A (IU) 0

Vitamin B1 (mg) 0,09

Vitamin C (mg) 0

Kalsium (mg) 62

Fosfor (mg) 87

Zat besi (mg) 3

Sumber: Standar Nasional Indonesia (1992)

Berbagai penelitian menjelaskan kandungan gizi biskuit, penelitian Febrina

(2012), yang berjudul pengaruh penambahan tepung wortel terhadap daya terima

dan kadar vitamin A pada biskuit. Berdasarkan penambahan tepung wortel 5%,

15%, 25% terlihat peningkatan kandungan vitamin A dibandingkan dengan

pembuatan biskuit dengan Tepung Terigu.

Pembuatan biskuit dengan penambahan tepung ceker ayam yang dilakukan

oleh Ramadhani (2013) menunjukkan semakin banyak tepung ceker ayam yang ditambahkan dalam pembuatan biskuit maka semakin tinggi kandungan kalsium

(35)

15

15% yaitu 201,0 mg, pada biskuit ceker ayam 20% yaitu 237,9 mg, pada biskuit ceker ayam 25% yaitu 313,6 mg. Dilihat dari hasil ini kadar kalsium pada biskuit ceker ayam meningkat sesuai dengan semakin tinggi konsentrasi tepung ceker ayam dalam pembuatan biskuit.

2.3.2 Bahan – Bahan Pembuatan Biskuit

Bahan yang digunakan dalam pembuatan biskuit dibedakan menjadi bahan

pengikat (binding material) dan bahan pelembut (tenderizing material). Bahan

pengikat terdiri dari tepung, air, susu bubuk, putih telur, sedangkan bahan

pelembut terdiri dari gula, lemak atau minyak (shortening), bahan pengembang,

dan kuning telur. Bahan-bahan pembuatan biskuit menurut Faridah (2008) yang

dikutip oleh Ramadhani (2013) terdiri dari:

1. Tepung terigu

Tepung terigu adalah bahan utama dalam pembuatan biskuit dan

mempengaruhi proses pembuatan adonan, fungsi tepung adalah sebagai struktur

biskuit. Sebaiknya dalam pembuatan biskuit menggunakan tepung terigu protein

rendah (8-9%). Jika menggunakan tepung terigu jenis ini akan menghasilkan kue

yang rapuh dan kering merata.

Bahan pokok dalam pembuatan biskuit adalah tepung terigu. Dipasaran saat

ini paling tidak ada 3 macam produk tepung terigu yaitu tepung terigu dengan

kandungan proteinnya 13-13%, tepung terigu dengan kandungan proteinnya

9-11%, dan tepung terigu dengan kandungan proteinnya 7-9%. Selama pengolahan

(36)

digunakan untuk biskuit tidak hanya berasal dari tepung terigu saja, melainkan

disubstitusikan (Rukmana, 1997).

2. Gula

Manis yang sangat penting karena hampir setiap produk mempergunakan

gula. Gula merupakan salah satu bahan pemanis dalam pembuatan biskuit, gula

yang digunakan sebaiknya menggunakan gula halus atau tepung gula. Di dalam

pembuatan biskuit, gula berfungsi sebagai pemberi rasa (Subagjo,2007).

3. Telur

Telur yang dipakai pada pembuatan kue kering bisa kuning telur, putih telur

atau keduanya. Kue yang menggunakan kuning telur saja akan lebih empuk,

sebaliknya bila menggunakan putih telur untuk memberi kelembaban, nilai gizi

sekaligus membangun struktur kue. Telur juga sering dipakai untuk memoles dan

untuk mengkilatkan kue. Soda kue juga bisa mengontrol kekosongan gula. Terlalu

banyak soda membuat kue, cream atau tartar dan tepung. Tujuan penambahan ini

membuat kue kering lebih renyah dan memperlebar kue kering (Semijati,2014).

Telur juga membuat produk lebih mengembang karena dapat menangkap

udara selama pengocokan. Putih telur bersifat sebagai pengikat/pengeras. Kuning

telur bersifat sebagai pengempuk. Kuning telur merupakan sumber utama

beberapa vitamin dan mineral. Kuning telur juga banyak mengandung lemak,

kolesterol dan protein.

4. Lemak

Lemak yang biasa digunakan dalam pembuatan biskuit adalah yang berasal

(37)

17

salah satu komponen penting dalam pembuatan biskuit. Di dalam adonan, lemak

memberikan fungsi shortening dan fungsi tesktur sehingga biskuit menjadi lebih lembut. Selain itu, lemak juga berfungsi sebagai pemberi flavor.

5. Garam

Garam ditambahkan untuk membangkitkan rasa lezat bahan-bahan lain yang

digunakan dalam pembuatan biskuit. Sebenarnya jumlah garam yang ditambahkan

tergantung kepada beberapa faktor, terutama jenis tepung yang dipakai. Tepung

dengan kadar protein yang lebih rendah akan membutuhkan lebih banyak garam

karena garam akan memperkuat protein.

6. Bahan Pengembang

Kelompok leavening agents (pengembang adonan) merupakan kelompok senyawa kimia yang akan terurai menghasilkan gas di dalam adonan. Salah satu

yang sering digunakan dalam pengolahan biskuit adalah baking powder. Baking powder memiliki sifat cepat larut pada suhu kamar dan tahan selama pengolahan. Fungsi bahan pengembang adalah untuk mengembangkan adonan, sehingga

menjadi ringan dan berpori, menghasilkan biskuit yang renyah dan halus

teksturnya (Faridah, 2008).

7. Susu Bubuk

Susu yang digunakan dalam pembuatan biskuit adalah susu bubuk. Susu

bubuk berupa serbuk atau seperti tepung ini memiliki reaksi mengikat terhadap

protein tepung. Dalam pembuatan biskuit susu bubuk ini hanya digunakan sekitar

10 gram. Susu bubuk berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma biskuit

(38)

2.3.3. Proses Pembuatan Biskuit

Proses pembuatan biskuit secara garis besar terdiri dari pencampuran

(mixing), pembentukan (forming) dan pemanggangan (bucking). Tahap

pencampuran bertujuan meratakan pendistribusian bahan-bahan yang digunakan

dan untuk memperoleh adonan dengan konsistensi yang halus. Ada beberapa hal

cara pembuatan biskuit yang baik yang harus diperhatikan yaitu:

1. Pilih tepung berprotein rendah dengan jumlah yang tepat. Jumlah tepung yang

terlalu banyak akan membuat biskuit bertekstur keras. Sebaliknya, jika

tepungnya kurang akan menghasilkan biskuit yang tidak renyah.

2. Gula juga memegang peran penting, sebaiknya gula diganti dengan bahan yang

rendah kalori atau dimodifikasi dengan bahan yang mempunyai cita rasa

manis, misalnya gula dari buah-buahan.

3. Bahan lemak yang biasanya menggunakan margarin, mentega atau minyak.

Jumlah yang digunakan sesuai dengan kebutuhan kesehatan tubuh.

4. Telur merupakan bahan pokok dalam pembuatan biskuit, telur dapat

menggunakan bagian putih atau kuningnya saja. Jika kuningnya yang

digunakan, pilih telur yang dalam pembuatan biskuitnya rendah kolesterolnya.

5. Bahan pemuai terkadang diperlukan dalam pembuatan kue kering. Bahan ini

dapat menjadikan kue bertambah renyah.

6. Bahan tambahan lain dapat dipadukan agar mengahsilkan kue yang berkualitas.

Misalnya susu, kulit jeruk, rempah-rempah, kacang-kacangan, dan lain

sebagainya. Sebaiknya pilih susu kedelai yang mempunyai banyak manfaat

(39)

19

dalam darah, menghindari penyakit jantung koroner, mengurangi tekanan darah

tinggi, membantu, mengurangi keluhan pada masa menopause dan mencegah

osteoporosis(Muaris, 2007)

Salah satu resep dalam membuat biskuit(Soewitomo, 2006) adalah:

Bahan :

1. Tepung terigu 250 gram

2. Gula halus 125 gram

3. Mentega 100 gram

4. Tepung Meizena 10 gram

5. Susu bubuk 25 gram

6. Baking Powder ½ sdt

7. Garam ½ sdt

8. Kuning telur ayam 2 butir

9. Air 50 ml

Cara membuat biskuit, yaitu:

a) Campurkan mentega, kuning telur, gula tepung, dan garam lalu mixer

sampai merata.

b) Campur tepung terigu, baking powder, susu bubuk, dan tepung meizena

lalu diayak.

c) Campuran 1 dan campuran 2 dicampur lalu tambahkan air dan diadoni

selama 15 menit.

(40)

e) Letakkan adonan kue yang telah dibentuk dalam loyang yang sudah diolesi

mentega.

f) Panggang adonan hingga matang.

2.4.Daya Terima Makanan

Penilaian organoleptik yang disebut juga penilaian indera atau penilaian

sensorik. Metode penilaian ini banyak digunakan karena dapat dilaksanakan

dengan cepat dan langsung. Dalam beberapa hal, penilaian dengan indera

memiliki ketelitian yang lebih baik dibandingkan dengan alat ukur yang paling

sensitif (Soekarto, 2002).

Salah satu cara pengujian organoleptik adalah dengan metode uji

pencicipan. Uji pencicipan menyangkut penilaian seseorang akan suatu sifat atau

kualitas suatu bahan yang disukai. Pada uji pencicipan dapat dilakukan

menggunakan panelis yang belum berpengalaman. Dalam kelompok uji

pencicipan ini termasuk uji kesukaan (hedonik).

1. Warna

Faktor yang mempengaruhi suatu bahan makanan antara lain tekstur, warna,

cita rasa, dan nilai gizinya. Sebelum factor – factor yang lain dipertimbangkan

secara visual. Faktor warna lebih berpengaruh dan kadang – kadang sangat

menentukan suatu bahan pangan yang dinilai enak, bergizi dan teksturnya

sangat baik, tidak akan dimakan apabila memiliki warna yang tidak indah

(41)

21

2. Aroma

Aroma dapat didefinisikan sebagai suatu yang dapat diamati dengan indera

pembau untuk data menghasilkan aroma, zat harus dapat menguap, sedikit larut

dalam air dan sedikit larut dalam lemak. Senyawa berbau sampai kee jaringan

pembau dalam hidung bersama – sama dengan udara. penginderaan cara ini

memasyarakatkan bahwa senyawa berbau bersifat atsiri.

3. Tekstur

Tekstur adalah faktor kualitas makanan yang paling penting, sehingga

memberikan kepuasan terhadap kebutuhan kita. Oleh indera itu kita

menghendaki makanan yang mempunyai rasa dan tekstur yang sesuai dengan

yang kita harapkan, sehingga bila kita membeli makanan, maka pentingnya

nilai gizi biasanya ditempatkan pada mutu setelah harga, tekstur dan rasa.

4. Rasa

Rasa merupakan faktor yang cukup penting dari suatu makanan. Komponen

yang dapat menimbulkan rasa yang diinginkan tergantung senyawa

penyusunnya. Umumnya bahan pangan tidak hanya terdiri dari satu macam

rasa yang terpadu sehingga menimbulkan cita rasa makanan yang utuh.

Perbedaan penilaian penelis terhadap rasa dapat diartikan sebagai

penerimaannya terhadap flavor atau cita rasa yang dihasilkan oleh kombinasi

bahan yang digunakan.

Pada uji hedonik, panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang

kesukaan atau sebaliknya ketidaksukaan. Disamping panelis mengemukakan

(42)

penganalisaan, skala hedonik ditransformasi menjadi numerik menurut tingkat

kesukaan . Dengan data ini dapat dilakukan analisis – analisis statistik.

2.5 Panelis

Menurut Rahayu (1998), dalam penilaian organoleptik dikenal tujuh macam

panel yang dikutip oleh Febrina (2012), yaitu panel perseorangan, panel terbatas,

panel terlatih, panel agak terlatih, panel tidak terlatih, panel konsumen dan panel

anak-anak. Perbedaan ketujuh panel tersebut didasarkan pada keahlian dalam

melakukan penilaian organoleptik.

1. Panel Perseorangan

Panel perseorangan adalah orang yang sangat ahli dengan kepekaan spesifik

yang sangat tinggi yang diperoleh karena bakat atau latihan-latihan yang sangat

intensif. Panel perseorangan sangat mengenal sifat, peranan dan cara pengolahan

bahan yang akan dinilai dan menguasai metode-metode analisa organoleptik

dengan sangat baik. Keuntungan menggunakan panelis ini adalah kepekaan tinggi,

bias dapat dihindari, penilaian efisien. Panel perseorangan biasanya digunakan

untuk mendeteksi penyimpangan yang tidak terlalu banyak dan mengenali

penyebabnya.

2. Panel Terbatas

Panel terbatas terdiri dari 3-5 orang yang mempunyai kepekaan tinggi

sehingga bias lebih dapat dihindari. Panelis ini mengenal dengan baik

faktor-faktor dalam penilaian organoleptik dan mengetahui cara pengolahan dan

(43)

23

3. Panel Terlatih

Panel terlatih terdiri dari 15-25 orang yang mempunyai kepekaan cukup

baik. Untuk menjadi panelis terlatih perlu didahului dengan seleksi dan

latihan-latihan. Panelis ini dapat menilai beberapa rangsangan sehingga tidak terlampau

spesifik.

4. Panel Agak Terlatih

Panel agak terlatih terdiri dari 15-25 orang yang sebelumya dilatih untuk

mengetahui sifat-sifat tertentu. Panel agak terlatih dapat dipilih dari kalangan

terbatas dengan menguji datanya terlebih dahulu. Sedangkan data yang sangat

menyimpang boleh tidak digunakan dalam keputusannya.

5. Panel Tidak Terlatih

Panel tidak terlatih terdiri dari 25 orang awam yang dapat dipilih

berdasarkan jenis suku-suku bangsa, tingkat sosial dan pendidikan. Panel tidak

terlatih hanya diperbolehkan menilai sifat-sifat organoleptik yang sederhana

seperti sifat kesukaan, tetapi tidak boleh digunakan dalam uji pembedaan. Panel

tidak terlatih biasanya terdiri dari orang dewasa dengan komposisi panelis pria

sama dengan panelis wanita.

6. Panel Konsumen

Panel konsumen terdiri dari 30 hingga 100 orang yang tergantung pada

target pemasaran komoditi. Panel ini mempunyai sifat yang sangat umum dan

(44)

7. Panel Anak-anak

Panel yang khas adalah panel yang menggunakan anak-anak berusia 3-10

tahun. Biasanya anak-anak digunakan sebagai panelis dalam penilaian

produk-produk pangan yang disukai anak-anak seperti permen, es krim dan sebagainya.

Cara penggunaan panelis anak-anak harus bertahap yaitu dengan pemberitahuan

atau dengan bermain bersama, kemudian dipanggil untuk diminta responnya

terhadap produk yang dinilai dengan alat bantu gambar seperti boneka snoopy

yang sedang sedih, biasa atau tertawa.

[image:44.595.135.542.355.498.2]

2.6 Kerangka Konsep

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Bagan diatas menunjukkan bagaimana biskuit dengan substitusi tepung

pisang awak dan ikan lele dumbo mempengaruhi daya terima dengan penilaian

berdasarkan indikator warna, aroma, rasa, serta tekstur dan kandungan gizi biskuit Biskuit substitusi tepung

pisang awak dan ikan lele dumbo

Daya terima biskuit tepung pisang awak dan ikan lele

(aroma, rasa, warna dan tekstur)

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalalah eksperimen, dengan menggunakan rancangan

penelitian acak lengkap yang terdiri dua faktor yaitu tepung pisang awak dan

tepung ikan lele dumbo dengan menggunakan 3 perlakuan dengan menggunakan

simbol A1, A2, dan A3 yang diulang sebanyak 2 kali pada saat proses pembuatan

biskuit tepung pisang awak dan ikan lele dumbo dengan maksud untuk

[image:45.595.110.439.395.474.2]

memperkecil eror atau kesalahan yang mungkin terjadi pada saat penimbangan bahan yang digunakan dalam pembuatan biskuit.

Tabel 3.1. Rincian Perlakuan

Perlakuan Ulangan (U)

1 2

A1 Y11 Y21

A2 Y12 Y22

A3 Y13 Y23

Keterangan :

A1 : Biskuit dengan penambahan tepung pisang awak 25 % , dan tepung ikan lele dumbo 35% A2 : Biskuit dengan penambahan tepung pisang awak 35%, dan tepung ikan lele dumbo 25% A3 : Biskuit dengan penambahan tepung pisang awak 30%, dan tepung ikan lele dumbo 30% Y11 : Perlakuan A1 pada ulangan ke-1

Y21 : Perlakuan A1 pada ulangan ke-2 Y12 : Perlakuan A2 pada ulangan ke-1 Y22 : Perlakuan A2 pada ulangan ke-2 Y13 : Perlakuan A3 pada ulangan ke-1 Y23 : Perlakuan A3 pada ulangan ke-2

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian pembuatan biskuit dilakukan di Laboratoriun FKM USU.

Pengujian zat gizi dilakukan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan.

Sedangkan pelaksanaan uji daya terima dilakukan di posyandu Perumnas

(46)

observasi yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan terdapat balita yang

mengalami kurang gizi.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Agustus 2015.

3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah biskuit yang disubtitusi dengan tepung pisang

awak dan tepung ikan lele dumbo 25% : 35%, 35% : 25% dan 30% : 30%.

3.4. Defenisi Operasional

1. Biskuit dalam penelitian inin yaitu makanan kering yang dibuat dengan

memanggang adonan yang mengandung bahan dasar tepung terigu dan tepung

pisang awak dan ikan lele dumbo, lemak, bahan pengembang, dan penambahan

bahan makanan lain yang diizinkan.

2. Daya terima biskuit adalah tingkat kesukaan panelis terhadap biskuit yang

disubtitusi tepung pisang awak dan ikan lele dumbo meliputi indikator warna,

tekstur, aroma dan rasa yang dilakukan pada anak balita dan ibu balita.

3. Warna adalah corak yang dihasilkan oleh biskuit tepung pisang awak dan ikan

lele dumbo yang dirasakan secara subyektif oleh indera penglihatan.

4. Rasa adalah daya terima panelis terhadap biskuit tepung pisang awak dan ikan

lele dumbo yang dirasakan secara subyektif oleh indra pengecap.

5. Aroma adalah bau khas yang dihasilkan oleh biskuit tepung pisang awak dan

ikan lele dumbo yang dibedakan oleh indra pencium.

6. Tekstur adalah konsistensi atau kerenyahan dari biskuit tepung pisang awak

(47)

27

3.5 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain oven,

timbangan, pisau, baskom atau wadah, loyang, blender, mixer, sendok, ayakan

tepung, talam, cetakan biskuit. Sedangkan alat yang digunakan dilaboratorium

untuk menganalisis komposisi energi, protein, lemak, kadar abu dan kadar air

digunakan erlenmeyer 500 ml, pipet volume 50 ml, pendingin tegak, hot place,

corong Buchner, tabung reaksi kertas saring, pompa, beaker glass, batang

pengaduk, oven desikator, cawan petri.

Bahan yang digunakan untuk melakukan penelitian kadar protein, lemak,

kadar air, kadar abu, dan karbohidrat terdiri dari: aquadest, campuran selenium,

HBO3, NaOH 30 %, H2SO4, H2BO3 2%, NaOH 30%, HBO3 2%, H2BO4 0,2 N,

HCl, Kloroform, pelarut lemak, larutan indicator. Pada pembuatan biskuit

penggunaan bahan dipilih yang berkualitas baik, tidak rusak, tidak berubah warna

dan tidak kadaluarsa. Jenis dan ukuran bahan yang digunakan dapat dilihat pada

[image:47.595.114.518.554.699.2]

tabel 3.2

Tabel 3.2. Jenis dan Ukuran Bahan Pembuatan Biskuit Dengan Tepung Pisang Awak dan Ikan Lele Dumbo

Jenis Bahan Kelompok Eksperimen

A1 A2 A3

Tepung Terigu 100 gram 100 gram 100 gram Tepung Pisang Awak 62,5 gram 87,5gram 75gram Tepung Ikan Lele Dumbo 87,5gram 62,5 gram 75gram

Mentega 80 gram 80 gram 80 gram

Tepung Maizena 20 gram 20 gram 20 gram

Kuning telur 1 butir 1 butir 1 butir

Gula halus 50 gram 50 gram 50 gram

Susu bubuk 20 gram 20 gram 20 gram

Backing powder 1/2sdt 1/2sdt 1/2 sdt

Keterangan :

Berat total dari bahan utama = 250 gram

(48)

Pada pembuatan biskuit penulis telah melakukan beberapa percobaan

dimana hasil yang didapat menunjukkan perbedaan dari tektur. Percobaan

pembuatan biskuit yang telah dilakukan sebelumnya adalah dengan pengukusan

ikan lele dumbo. Pada tektur yang dihasilkan tidak baik karena tektur biskuit

sangat keras, sehingga dilakukan percobaan dengan menggoreng ikan lele dumbo.

Dengan menggoreng ikan lele dumbo menghasilkan tektur biskuit yang renyah.

Perlakuan dalam pembuatan biskuit tepung pisang awak dan ikan lele dumbo

dengan perbanding 40% : 25% : 35%, 40% : 35% : 25% dan 40% : 30% : 30%

merupakan perbandingan yang tepat menurut penulis pada pembuatan biskuit

dengan substitusi tepung pisang awak masak dan ikan lele dumbo. Jika

perbandingan komposisi dari tepung pisang awak dan ikan lele dumbo ditambah

atau lebih banyak dari tepung terigu maka tektur dari biskuit akan menjadi tidak

(49)

29

3.6 Tahapan Penelitian

3.6.1 Prosedur Pembuatan Tepung Pisang Awak

Penggunaan pisang dalam proses pembuatan tepung pisang dipilih pisang

awak yang telah matang dan tidak busuk. Kulit dan bijinya dibuang. Dihaluskan

dengan blender sampai membentuk pasta pisang, setelah itu ditambahkan tepung beras dengan perbandingan 2:1. Penggunaan tepung beras dipilih agar pisang

awak dapat dibuat menjadi tepung pisang karena pisang awak yang telah matang

tidak dapat dibuat menjadi tepung karena tekstur yang terlalu lunak. Setelah

ditambahkan tepung beras dilakukan pengeringan di Oven dengan suhu 55-60º

Celsius selama 48 jam. Kemudian digiling dan diayak sehingga menjadi tepung.

[image:49.595.224.406.399.710.2]

Dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini:

Gambar 3.1 Skema Pembuatan Tepung Pisang Awak Pisang Awak Masak

Pengupasan Kulit dan dibuang bijinya

Dihaluskan dengan blender

Penambahan Tepung Beras

Pengeringan

Penggilingan/Penepungan

Pengayakan

(50)

3.6.2 Prosedur Penggorengan Ikan Lele Dumbo

Dalam proses penggorengan ikan lele dumbo ini menggunakan ikan lele

dumbo segar. Untuk mendapatkan 87,5 gram ikan lele dumbo dalam pembuatan

biskuit diperlukan 300 gram ikan lele dumbo segar. Sebelum digoreng terlebih

dahulu ikan dibersihkan dari isian perut, kepala, dan buntutnya. Lalu cuci ikan

dengan air mengalir. Beri satu sendok makan garam dan satu buah perasan jerut

nipis untuk meghilangkan lendir dan bau amis pada ikan lele dumbo dan diamkan

selama 15 menit. Cuci kembali ikan lele dumbo dengan air mengalir hingga

bersih. Setelah ikan lele dumbo bersih goreng ikan lele selama 15 menit sampai

garing. Setelah ikan lele matang, kemudian pisahkan daging ikan dari duri.

Setelah danging ikan lele bersih dari durinya, selanjutnya daging ikan dihaluskan

[image:50.595.171.485.452.695.2]

dengan menggunakan blender.

Gambar 3.2 Skema Penggorengan Ikan Lele Dumbo .

Ikan lele dumbo segar

Pencucian ikan 2x

Goreng ikan lele selama kurang lebih 15 menit sampai garing

Tiriskan minyak dari ikan

(51)

31

3.6.3 Proses Pembuatan Biskuit

Tahapan pembuatan biskuit tepung pisang awak dan ikan lele dumbo dapat

dilihat dari diagram 3.1 dibawah ini

[image:51.595.96.526.200.624.2]

Gambar 3.3. Diagram proses pembuatan biskuit

Bagan diatas menjelaskan tahapan tahapan pembuatan biskuit dengan

perbandingan 40% : 25% : 35%, 40% : 35% : 25% dan 40% : 30% : 30% tepung

terigu, tepung pisang awak, dan ikan lele dumbo dari berat bahan dasar 250 gram. Aduk menggunakan mixer

Kemudian ditambahkan

Tepung pisang awak 62,5 gr

Ikan lele dumbo 87,5 gr Susu bubuk 20 gr Tepung Maizena 20 gr Backing powder 1/2sdt

Tepung pisang awak 75gr

Ikan lele dumbo 75 gr Susu bubuk 20 gr Tepung maizena 20 gr Backing powder 1/2sdt Tepung Pisang awak

87,5 gr

Ikan lele dumbo 62,5 gr Susu bubuk 20 gr Tepung maizena 20gr Backing powder 1/2sdt

Pengadukan dilakukan sehingga terbentuk adonan yang rata

Dicetak dan dioven pada suhu 140ºC selam 20-30 menit Kuning Telur 1butir

Mentega 80 gr Gula halus 50 gr

(52)

Prosedur pembuatan biskuit dengan substitusi tepung pisang awak dan ikan lele

dilakukan dengan beberapa tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap

penyelesaian.

1) Tahap Persiapan

- Menyiapkan semua alat, bahan utama dan bahan tambahan yang diperlukan

dalam pembuatan biskuit.

- Menimbang bahan bahan yang diperlukan dalam pembuatan biskuit

2) Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan pembuatan biskuit meliputi tahap pencampuran,

pembentukan dan pengovenan.

3) Pencampuran

- Kuning telur, mentega dan gula halus dicampur dengan menggunakan mixer

selama 2 menit setelah itu tambahkan tepung terigu.

- Setelah itu tambahkan Tepung pisang awak dan ikan lele, susu bubuk,

tepung maizena dan backing powder.

4) Pembentukan atau pencetakan

- Adonan dicetak dengan cetakan.

- Diletakkan dalam loyang yang telah diolesi mentega.

5) Pemanggangan atau pengovenan

Adonan yang telah dibentuk kemudian dimasukkan dalam oven yang sudah di

(53)

33

6) Pengangkatan atau pendinginan

Setelah biskuit matang kemudian diangkat dan dikeluarkan dari oven dalam

keadaan masih lembek karena setelah dingin akan menjadi keras/renyah.

7) Tahap penyelesaian

- Biskuit dimasukkan dalam kemasan sesuai dengan kelompoknya.

Pengemasan dilakukan setelah biskuit dingin.

- Dilakukan uji organoleptik biskuit (aroma, warna, rasa, dan tekstur). Uji

organoleptik dilakukan dengan menggunakan panelis.

3.7. Uji Daya Terima

Penilaian daya teriman biskuit dilakukan dengan uji organoleptik. Uji

organoleptik adalah penilaian yang menggunakan indera. Jenis uji organoleptik

yang digunakan adalah uji kesukaan/hedonik menyatakan suka/tidaknya terhadap

suatu produk. Uji hedonik adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui

tingkat daya terima konsumen dengan mempergunakan skala hedonik sembilan

titik sebagai acuan, namun mempermudah penelis dan peneliti skala ini diperkecil

menjadi 3 tingkatan dengan skor yang paling rendah adalah 1 dan skor yang

paling tinggi adalah 3. Berdasarkan tingkatannya, tingkat penerimaan konsumen

(54)
[image:54.595.114.536.118.310.2]

Tabel 3.3 Tingkat Penerimaan Panelis Pada Uji Hedonik

Organoleptik Skala Hedonik Skala Numerik

Warna Suka

Kurang Suka Tidak Suka

3 2 1

Aroma Suka

Kurang suka Tidak suka

3 2 1

Rasa Suka

Kurang Suka Tidak Suka

3 2 1

Tekstur Suka

Kurang Suka Tidak Suka

3 2 1

1. Panelis

Penilaian kesukaan/analisa sifat sensoris suatu komoditi diperlukan alat

instrumen, alat yang digunakan terdiri dari orang/kelompok orang yang disebut

panel, orang yang bertugas sebagai panel disebut panelis. Jenis panelis yang

digunakan adalah panelis tidak terlatih dan panelis anak - anak sebanyak 30

orang. Panelis tidak terlatih yaitu ibu dari balita dimana ibu menilai biskuit

berdasarkan indikator rasa, aroma, tekstur, dan warna. Sedangkan balita penilaian

uji daya terima dilihat dari seberapa banyak biskuit yang habis diukur dari berapa

gram sisa biskuit. Karena balita yang dijadikan panelis belum dapat menilai

berdasarkan indikator yang telah ditentukan maka pada ibu dari balita diminta

untuk menilai dan mendampingi saat uji daya terima berlangsung. Syarat balita

dan ibu yang akan menjadi panelis adalah sebagai berikut

a. Balita berumur 3-5 tahun atau.

b. Tidak sedang mengalami sakit baik balita maupun ibunya.

(55)

35

2. Pelaksanaan Penilaian a. Waktu dan Tempat

Penilaian uji daya terima terhadap biskuit dengan substitusi tepung pisang

awak dan ikan lele dumbo dilaksanakan di posyandu Perumnas Simalingkar

Kecamatan Medan Tuntungan .

b. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah tepung pisang awak dan ikan lele dumbo

dengan perbandingan 40% : 25% : 35%, 40% : 35% : 25% dan 40% : 30% : 30%.

Sedangkan alat yang digunakan adalah formulir penilaian, alat tulis dan air minum

dalam kemasan.

3. Langkah-langkah Pada Uji Daya Terima

a. Mempersilahkan panelis untuk duduk di ruangan yang telah disediakan.

b. Membagikan sampel sesuai variasi, air minum dalam kemasan, formulir

penilaian dan alat tulis.

c. Memberikan penjelasan singkat kepada panelis tentang cara memulai dan cara

pengisian formulir.

d. Memberikan kesempatan kepada panelis untuk memulai dan menuliskan

penilaian pada lembar fomulir penilaian.

e. Mengumpulkan formulir yang telah diisi oleh panelis.

f. Setelah formulir penilaian dikumpulkan kemudian dianalisis dengan

(56)

3.8. Analisis Proksimat

Pada analisis proksimat dilakukan uji laboratorium yang dilaksanakan di

Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan . Biskuit yang telah dibuat dengan 3

perlakuan di uji kadar Protein, lemak, kadar abu, kadar air dan karbohidrat.

Ukuran biskuit yang digunakan sebanyak 2 gram dengan dua kali percobaan

setiap satu formula biskuit. Ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kesalahan.

Adapun langkah – langkah yang dilakukan dalam proses pengujian adalah sebagai

berikut :

3.8.1. Uji Protein Cara kerja:

1. Timbang seksama 0,51 g sampel, masukkan ke dalam labu Kjeldhal 100 ml.

2. Tambahkan 2 g campuran selen dan 25 ml H2SO4 pekat.

3. Panaskan di atas pemanas listrik atau api pembakar sampai mendidih dan

larutan menjadi jernih kehijau-hijauan (sekitar 2 jam).

4. Biarkan dingin, kemudian encerkan dan masukkan ke dalam labu ukur 100 ml,

tepatkan sampai tanda garis.

5. Pipet 5 ml larutan dan masukkan ke dalam alat penyuling, tambahkan 5 ml

NaOH 30%.

6. Sulingkan selama lebih kurang 10 menit, sebagai penampung gunakan 10 ml

larutan asam borat 2 % yang telah dicampur indikator.

7. Bilasi ujung pendingin dengan air suling.

8. Titar dengan larutan HCl 0,01 N.

(57)

37

Perhitungan :

Kadar Protein = Keterangan: w: bobot contoh

: volume HCl 0,01 N yang digunakan penitrasi contoh : volume hcl yang digunakan penitrasi blanko

N : normalitas HCl

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Konsep ..................................................................
Tabel 2.1. Komposisi Nilai Zat Gizi Pisang Awak dan Beberapa Jenis Pisang
Tabel 2.2. Kandungan Gizi Pisang Awak Masak dan Formula Tepung Pisang Awak
Tabel 2.3 Komposisi Gizi Ikan Lele
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Campurkan tepung pisang awak dengan daging ikan lele dumbo dan tepung kecambah kedelai dengan perbandingan 1:2:4, lalu diaduk hingga homogen. Letakkan adonan tersebut

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya terima kue donat dengan penambahan tepung kulit pisang raja berdasarkan sifat organoleptik yang meliputi warna, aroma, rasa,

Hasil penelitian uji organoleptik terhadap rasa, aroma, warna dan tekstur biskuit yang paling disukai panelis adalah biskuit mocaf dengan penambahan tepung bayam

Formulasi biskuit tersubstitusi yang paling disukai adalah penambahan 40% tepung millet berdasarkan rasa, aroma, warna dan tekstur biskuit. UCAPAN

Pengaruh Penambahan Tepung Bit Merah dan Hasil Parutan Bit Merah dalam Pembuatan Biskuit Terhadap Kandungan Gizi dan Cita Rasanya.. Skripsi Fakultas Kesehatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan uji organoleptik terhadap rasa, aroma, warna, dan tekstur, biskuit yang paling disukai panelis adalah biskuit

Berdasarkan hasil uji organoleptik Cake dengan subtitusi tepung pisang kepok dan tepung kacang hijau dari segi warna perlakuan P1 paling menarik, dari segi aroma P3

Hal ini berarti bahwa warna biskuit A2 dan A3 lebih disukai daripada warna biskuit A1 karena biskuit A1 mempunyai penilaian yang paling rendah (2,3) dimana semakin rendah tingkat