• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

IPA adalah studi mengenai alam sekitar, dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Cain & Evans (1990) menyatakan bahwa IPA mengandung empat hal yaitu: konten atau produk, proses atau metode, sikap, dan teknologi.

IPA sebagai konten dan produk mengandung arti bahwa di dalam IPA terdapat fakta-fakta, hukum-hukum, prinsip-prinsip, dan teori-teori yang sudah diterima kebenarannya. IPA sebagai proses atau metode berarti bahwa IPA merupakan suatu proses atau metode untuk mendapatkan pengetahuan. IPA sebagai sikap berarti bahwa IPA dapat berkembang karena adanya sikap tekun, teliti, terbuka, dan jujur. IPA sebagai teknologi mengandung pengertian bahwa IPA terkait dengan peningkatan kualitas kehidupan. Jika IPA mengandung keempat hal tersebut, maka dalam pendidikan IPA di sekolah seyogyanya siswa dapat mengalami keempat hal tersebut, sehingga pemahaman siswa terhadap IPA menjadi utuh dan dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan hidupnya.

Pendidikan menjadi sorotan terpenting dan menjadi dasar awal manusia untuk menjadi lebih dewasa, lebih baik, lebih bermanfaat. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan ada nya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum (Nur Zazin., 2011: 19).

(2)

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkann suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktifdapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat (Nur Zazin., 2011: 43).Selanjutnya menurut Sutisna (Nur Zazin., 2011: 43), jika dilihat dari sudut fungsinya, tujuan pendidikan berasal dari empat fungsi dasar pendidikan, yaitu sebagai berikut:

- Pengembangan individu meliputi aspek-aspek pribadi

- Pengembangan cara berpikir dan teknik memeriksa kecerdasan yang terlatih - Penyebaran warisan budaya, nilai-nilai sipil, dan moral bangsa

- Pemenuhan kebutuhan sosial yang vital, yang menyumbang kepada kesejahteraan ekonomi, sosial, dan politik, lapangan teknik

Dalam proses belajar mengajar khususnya mata pelajaran IPA, guru memegang peranan yang sangat penting dan sekaligus sebagai pemegang kunci keberhasilan dalam mencerdaskan anak bangsa sebagai sumber daya manusia (SDM). Untuk mewujudkan hal tersebut, guru di tuntut untuk menjadi guru yang professional, aktif, kreatif inovatif, peka terhadap perkembangan pendidikan, dan berkepribadian tinggi. Guru sebagai motor penggerak dalam proses pembelajaran harus mampu menunjukkan sikap professional yang layak di teladani oleh anak didiknya. Karena siswa membutuhkan lingkungan belajar dalam rangka mengupayakan sebuah tantangan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan nyata, mengungkapkan ide-ide sebagai mata pelajaran yang berhubungan dengan dunia nyata. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat menerapkan skenario pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga mampu memacu keaktifan belajar siswa. Selain itu, komunikasi antara guru dan siswa atau sebaliknya memegang peranan penting dalam keberhasilan proses belajar mengajar. Guru didepan kelas mempunyai peran mengarahkan, membimbing, memotivasi kepada siswanya.

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini

(3)

dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit kesempatan bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif. Hal ini menyebabkan siswa pasif sehingga terjadi kejenuhan belajar dan akhirnya motivasi belajar siswa pun menjadi berkurang. Kurangnya motivasi belajar inilah yang menyebabkan tingkat pencapaian kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang ditetapkan sekolah masih kurang.

Dalam upaya meningkatkan kualitas proses pembelajaran, guru perlu mengembangkan pembelajaran yang efektif, salah satunya dengan mengembangkan metode pembelajaran. Dengan metode pembelajaran yang efektif dapat membantu siswa belajar secara optimal dan mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar. Pembelajaran kooperatif metode jigsaw dianggap cocok diterapkan dalam pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotong royong (Anita Lie., 2008: 28). Metode pembelajaran jigsaw adalah sebuah tekhnik pembelajaran kooperatif dimana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam pelaksanaan pembelajaran. Adapun tujuan dari metode pembelajaran jigsaw ini adalah untuk mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh bila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian (Trianto, 2010: 85).

Kenyataan yang terjadi di SDN 1 Tawangharjo Wedarijaksa Kabupaten Pati khususnya kelas V berdasarkan evaluasi dalam mata pelajaran IPA tentang perubahan sifat benda terdapat beberapa anak yang belum tuntas sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal(KKM) yaitu 61. Dari 30 siswa terdapat 9 siswa yang belum tuntas dengan nilai kurang dari 61. Selain itu juga terdapat beberapa siswa yang tuntas tetapi dengan nilai yang terlalu dekat dengan nilai KKM, meskipun tuntas tetapi nilainya belum maksimal, sehingga rata-rata kelas masih rendah. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengembangan kreatifitas dari guru dalam memilih metode pembelajaran yang menarik sesuai dengan karakter siswa. Selama ini yang

(4)

terjadi guru hanya menggunakan metode ceramah sehingga siswa menjadi pasif. Karena kenyataan ini maka model pembelajaran jigsaw dianggap cocok diterapkan Karena metode jigsaw menuntut siswa lebih aktif dalam pembelajaran.

Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s, (Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, and SNAPP, 1978). Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya. Sehingga baik kemampuan secara kognitif maupun sosial siswa sangat diperlukan. Model pembelajaran jigsaw ini dilandasi oleh teori belajar humanistic, karena teori belajar humanistic menjelaskan bahwa pada hakekatnya setiap manusia adalah unik, memiliki potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang dan menentukan perilakunya.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok ahli dan kelompok asal. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari beberapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

Kunci tipe jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggunga jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang diberikan.

(5)

Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini mengangkat sebuah topik dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Jigsaw Bagi Siswa Kelas V SDN 1 Tawangharjo Tahun Pelajaran 2016/2017”.

1.2 Identifikasi Masalah

Adapun rendahnya hasil belajar siswa kelas V SDN 1 Tawangharjo Wedarijaksa kabupaten Pati rendah dikarenakan beberapa faktor antara lain adalah sebagai berikut.

a. Faktor dari guru

Kurangnya pengembangan kreatifitas dari guru dalam memilih metode pembelajaran yang menarik sesuai karakter siswa. Selama ini guru selalu menggunakan metode konvensional yaitu ceramah sehingga siswa pasif dan mengakibatkan hasil belajar rendah. Jika hal ini dibiarkan, maka tidak menutup kemungkinan siswa akan selalu pasif dan siswa tidak menguasai materi sehingga hasil belajar rendah.

b. Faktor dari siswa

Siswa selalu pasif dalam mengikuti pembelajaran yang ditunjukkan oleh aktifitas siswa yang hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan guru. Kondisi tersebut jika tidak segera diatasi akan berdampak siswa sulit memahami materi pelajaran sehingga mengakibatkan hasil belajar rendah.

Faktor-faktor di atas mempengaruhi tingkat ketuntasan hasil belajar siswa kelas V SDN 1 Tawangharjo Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati. Untuk itu diperlukan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut, yakni dengan menerapkan. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Pembelajaran jigsaw diharapkan dapat melibatkan siswa secara aktif. Selain itu metode pembelajaran jigsaw juga menuntut siswa untuk mampu bekerja sama dan bertanggunmg jawab terhadap pembelajarannya masing-masing.

(6)

1.3 Cara Pemecahan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang dan permasalahan penelitian serta observasi yang dilakukan di SD SDN Tawangharjo Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati, kegiatan belajar masih bersifat konvensional dan belum melibatkan siswa secara aktif. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan kualitas pembelajaran dengan cara menerapkan model/metode pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dianggap mampu untuk mengatasi permasalahan pembelajaran tersebut adalah penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Melaui model pembelajaran jigsaw diharapkan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga dapat mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompok yamg lain. Oleh karena itu, dalam pembelajaran jigsaw keaktifan siswa sangat diperlukan dengan cara membentuk kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari kelompok ahli dan kelompok asal. Masing-masing kelompok tersebut harus memiliki rasa tanggung jawab dan kerjasama yang positif dan saling ketergantungan untuk mencari informasi dan mencari pemecahan masalah yang diberikan.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dari masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana penerapan pembelajaran jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V di SDN 1 Tawangharjo Tahun Pelajaran 2016/2017? 2. Apakah dengan penerapan pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan hasil

belajar IPA siswa kelas V SDN 1 Tawangharjo tahun pelajaran 2016/2017?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan tersebut diatas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

(7)

a) Mendiskripsikan penerapan pembelajaran jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA di SDN 1 Tawangharjo tahun pelajaran 2016/2017.

b) Meningkatkan hasil belajar dalam mata pelajaran IPA pada siswa kelas V SDN 1 Tawangharjo 2016/017.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat antara lain adalah sebagai berikut:

1.6.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pembelajaran dengan metode jigsaw terhadap hasil belajar siswa.

1.6.2 Manfaat Praktis

Adapun manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi Guru

Memberikan masukan dan pengalaman mengajar dengan metode jigsaw.

b. Bagi siswa

Meningkatkan dan mempengaruhi hasil belajar siswa kelas V SDN 1 Tawangharjo Wedarijaksa Kabupaten Pati pada pembelajaran

IPA.

c. Bagi Sekolah

Memberikan masukan dalam rangka mengembangkan hasil belajar peserta didik melalui proses pembelajaran.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan atau pembayaran kas di masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk

Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dengan pendekatan manajemen strategi untuk mengetahui lingkungan perusahaan

Emisi surat utang korporasi di pasar domestik selama Januari 2018 mencapai Rp7,67 triliun atau naik 2,84 kali dibandingkan dengan Januari 2018, berdasarkan data oleh

Dalam masa yang sama kaunselor juga kadangkala kurang disenangi oleh guru-guru lain dengan tuduhan beban tugas mereka ringan kerana tidak menjadi guru kelas, khidmat

Tinea pedis adalah infeksi dermatofita pada kaki terutama mengenai sela jari kaki dan telapak kaki, dengan lesi terdiri dari beberapa tipe, bervariasi dari ringan, kronis

algoritma kompresi LZW akan membentuk dictionary selama proses kompresinya belangsung kemudian setelah selesai maka dictionary tersebut tidak ikut disimpan dalam file yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu pemaparan cuaca ( weathering ) terhadap karakteristik komposit HDPE–sampah organik berupa kekuatan bending dan