• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAUM TUA DAN KAUM MUDA: TRANSFORMASI SOSIAL DALAM NOVEL BANA>T Al-RIYA>D} Karya Raja> Abd Alla>h al-s}a>ni TESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAUM TUA DAN KAUM MUDA: TRANSFORMASI SOSIAL DALAM NOVEL BANA>T Al-RIYA>D} Karya Raja> Abd Alla>h al-s}a>ni TESIS"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

KAUM TUA DAN KAUM MUDA: TRANSFORMASI SOSIAL DALAM NOVEL BANA>T Al-RIYA>D}

Karya Raja>’ ‘Abd Alla>h al-S}a>ni‘ TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat guna memperoleh gelar Magister Pengkajian Islam

Konsentrasi Bahasa dan Sastra Arab

Oleh: Reni Ilmayanti 21151200100079

PROMOTOR

Prof. DR. Sukran Kamil, M.A

KONSENTRASI BAHASA DAN SASTRA ARAB PROGRAM MAGISTER PENGKAJIAN ISLAM

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah swt karena atas berkat dan rahmatnya dari Allah penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul ‚ Transformasi Sosial dalam Novel Bana>t al-Riya>d} Karya Raja>’ ‘Abd Alla>h al-S}a>ni‘” yang dibuat guna memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pengkajian Islam konsentrasi Bahasa dan Sastra Arab pada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada Suami tercinta (Muhammad Amrullah, S.hum) dan anak tercinta (Raihanah) serta tak pula pula penulis berterimasih kepada kedua orang tua (Ayahada Saidina Umar, S.pd dan Ibunda Rabi’ah) yang tidak hentinya memberikan dorongan baik secara spirit maupun moril, kepada saudara Penulis (Ratnawati, Ghina Wijdania), dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini, terutama kepada:

1. Yth. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanudin Umar Lubis, Lc, M.A, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof Jamhari Ma’ruf., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Prof. DR. Sukran Kamil, M.A., selaku Pembimbing Tesis yang telah memberikan banyak waktu dan nasihatnya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tesis ini, hingga tesis ini terselesaikan dengan baik.

4. Bapak DR. Arif Jamhari, M,Ag., Ph.d, selaku ketua Magister Pengkajian Islam 2019-2023.

5. Teman-teman mahasiswa Internasional yang terlibat, yang telah membantu memberikan informasi kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian untuk tesis ini.

6. Seluruh dosen-dosen di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya dosen Magister Pengkajian Islam yang telah memberikan ilmu, pengetahuan, dan kesempatan kepada penulis untuk bisa mengembangkan bakat, minat , dan kreativitas penulis.

7. Seluruh teman Magister Pengkajian Islam angkatan Genap yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, teruslah berjuang dan jangan pernah menyerah. Keberhasilan itu ada dipundak kita kawan.

8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Semoga amal baik yang telah diberikan akan mendapat balasan dari Allah SWT.

(3)

iv

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini tentu tak lepas dari kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan bagi semua pihak.

Jakarta, 04 Juni 2020 Penullis

Reni Ilmayanti 21151200100070

(4)

v

ABSTRAK

Penelitian ini membuktikan bahwa novel Bana>t al-Riya>d} merupakan praktik transformasi sosial dalam masyarakat Arab Saudi yang dibawa oleh kaum muda, sebagai bentuk penerimaan terhadap modernitas. Praktik transformasi tersebut meliputi; (1) perubahan pola komunikasi, kehadiran telepon seluler dan media sosial memberikan alternatif baru bagi kebebasan dalam bidang komunikasi, (2) Interaksi dengan Asing, ketatnya aturan dalam masyarakat Arab Saudi membuat mereka (kaum muda) berlibur untuk mencari hiburan di negara-negara Barat, (3) perubahan life style, gaya hidup yang dipraktikkan oleh kaum muda bertentangan dengan tradisi masyarakat Saudi saat itu seperti; perempuan mengendarai mobil, laki-laki dan perempuan merayakan hari valentine, membaca nasib menggunakan ramalan zodiak.

Selain itu, penelitian ini juga menyimpulkan bahwa karya sastra bukan hanya mengungkapkan realitas sosial sesuai dengan apa yang terjadi dalam masyarakat, melainkan lebih jauh karya sastra mencerminkan ideologi yang berkuasa dalam masyarakat baik itu berupa politik, agama, dan budaya. Dengan demikian, untuk menentang ideologi penguasa dengan tujuan mewujudkan suatu transformasi sosial dalam masyarakat. Kesimpulan ini mendukung pendapat Zulhelmi (2016) yang mengatakan semakin besar kecenderungan seorang sastrawan terhadap realisme sosialis, maka akan semakin besar pula sikap kritisnya pada realita demi lahirnya transformasi sosial dalam kehidupan masyarakat.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Sementara pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologi sastra dengan menggunakan analisis-teks. Sumber primer penelitian ini adalah novel Bana>t al-Riya>d} karya Raja>’ ‘Abd Alla>h al-S}a>ni‘. Sedangkan sumber sekunder dalam penelitian ini adalah unsur-unsur dalam karya sastra, literatur-literatur terdahulu baik dalam hal konsep teoritis, metode dan pendekatan penelitian, jurnal-jurnal, ensiclopedia, atau dalam hal informasi-informasi atau data yang berkaitan dan masih relevan dengan objek.

Kata kunci:Transformasi Sosial, Kaum Muda, Arab Saudi, Novel Bana>t al-Riyad}, Sosiologi Sastra.

(5)

vi

صخلملا

ةيبرعلا ةكلملما عمتمج في لوحتلا ةكرح لثتم "ضايرلا تانب " ةياورلا نأ ةلاسرلا هذى تبثت

( :لوحتلا ةكرح لمشتو .ةثادلحا لوبق لاكشأ نم لكشك ،بابشلا ولحم يذلا ةيدوعسلا

1

في تايريغتلا )

؛لصاوتلا رهظم

دوجو

فتاولها

ةلوملمحا

لئاسوو

لصاوتلا

يعامتجلاا

رفوي

لايدب

اديدج

ةيرلح

لاصتلاا

( ،

2

)

ةيبنجلأا نادلبلا عم لماعتلا

ماظنلا ،

ددشتلما

عمتجملل

يدوعسلا

مهلعتج

لا ويفترلل ةزاجلإا نع نوثحبي

ةلطع

في

لودلا

ةيبرغلا

( ،

3

،ةايلحا رىاظم في تايريغتلا ،)

نإ

بولسأ

ةايلحا

يذلا

وسرايم

بابشلا

ضراعتي

عم

ديلاقتلا

ةيدوعسلا

.ةدوجولما

؛لثم

ةدايق

ا

تارايسل

ءاسنلل

،

ل مايقلاو

لاجرل

ءاسنلاو

ةلفبح

ديع

،بلحا

ةءارقو

يرصم

ب

مادختسا

كايدوز

.

،كلذ نع رظنلا ضغب

تصلخ

ةساردلا

اضيأ

لىإ

نأ

لامعلأا

ةيبدلأا

لا

فشكت

طقف

نع

عقاولا

يعامتجلاا

اقفو

الم

ثديح

في

،عمتلمجا

نكلو

ديزلما

ةروصلا يطعت كلذ ىلع

سكعي

ةيجولويديلأا

ةمكالحا

في

ناك ءاوس عمتمج

ةسايسلا

أ

و

نيدلا

أ

و

ةفاقثلا

.

لياتلابو

:

ةضراعلم

ةيجولويديلأا

ةمكالحا

ضرغل

ةماقإ

لوتح

يعامتجا

في

عمتلمجا

.

معدي

اذى

جاتنتسلاا

يأر

وذ

يمللحا

(

2112

)

يذلا

لوقي

ونإ

املك

ناك

ليم

بتاكلا

لىإ

يعقاولا

يعامتجلاا

،

املك

ناك

فقولما

يدقنلا

عقاولل

نم

لجأ

ةيادب

لوحتلا

يعامتجلاا

في

ا

ةايح

عمتلمجا

.

ي

مدختس

اذى

ثحبلا

جهنلما

يعونلا

.

في

ينح

نأ

جهنلا

مدختسلما

وى

جنه

ملع

عامتجلاا

بيدلأا

مادختساب

ليلتح

صنلا

.

ردصلما

يسيئرلا

اذله

ثحبلا

وى

ةياور

امنيب عناصلا للها دبع ءاجرل "ضايرلا تانب"

رداصلما

ةيوناثلا

في

هذى

ةساردلا

يى

رصانع

في

لامعلأا

ةيبدلأا

،

بدلأاو

في

تقو

قباس

ىلع

دح

ءاوس

نم

ثيح

ميىافلما

ةيرظنلا

،

بيلاسلأاو

جىانلماو

ثحبلل

،

تلالمجاو

،

و

تاعوسوم

وأ

نم

ثيح

تامولعلما

وأ

تانايبلا

تيلا

تاذ

لصلا

ة

ةبسانلما

.

تاملكل

ةيسيئرلا

:

لوحتلا

،يعامتجلاا

،بابشلا

ةكلملما

ةيبرعلا

،ةيدوعسلا

تانب

،ضايرلا

ملع

عامتجلاا

بيدلأا

(6)

vii

ABSTRACT

This research proves that the novel Bana>t al-Riya>d} is a practice of social transformation in Saudi Arabian society which is brought by young people , as a form of acceptance of modernity. The transformation practices include; (1) changes in communication patterns, the presence of cell phones and social media provide a new alternative to freedom in the field of communication, (2) Interaction with Foreigners, strict rules in Saudi Arabian society make them (young people) go on vacation to look for entertainment in the country Western countries , (3) life style changes , the lifestyle practiced by young people is contrary to the traditions of Saudi society at that time such as; women drive cars, men and women celebrate valentine's day , read fortune using zodiac predictions.

In addition, this research also concludes that literary works not only express social reality in accordance with what is happening in society, but further literature reflects the ruling ideology in society be it political, religious, and cultural. In other words, to oppose the ruling ideology with the aim of bringing about a social transformation in society. This conclusion supports the opinion of Zulhelmi (2016) who said that the greater the tendency of a writer to socialist realism, the greater his critical attitude towards reality for the birth of social transformation in people's lives.

This study uses a qualitative method. While the approach used is the approach of literary sociology using text-analysis. The primary source of this research is the novel Bana>t al-Riyad} by Raja>’ ‘Abd Alla>h al-S}a>ni‘. While secondary sources in this study are elements in literary works, previous literature both in terms of theoretical concepts, research methods and approaches, journals, encyclopedias, or in terms of information or data that are related and are still relevant to the object.

Keywords : Social Transformation, Youth, Saudi Arabia, Novel Bana>t al-Riya>d}, Sociology of Literature.

(7)

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN 1. Konsonan

Huruf Arab Nama Huruf Latin

ا

Alif A

ب

Ba>’ B

ت

Ta>’ T

ث

Tha>’ Tah

ج

Jim J

ح

H{a>’ H}

خ

Kha>’ Kh

د

Da>l D

ذ

Dha>l Dh

ر

Ra>’ R

ز

Za>y Z

س

Si>n S

ش

Shi>n Sh

ص

S}a>d S{

ض

Da>d} D{

ط

T}a>’ T}

ظ

Z}a>’ Z}

ع

‘Ayn ‘

غ

Ghayn Gh

ف

Fa>’ F

ق

Qa>f Q

ك

Ka>f K

ل

La>m L

م

Mi>m M

(8)

ix

ن

Nu>n N

و

Wa>w W

ه

Ha> H

ي

Ya>’ Y 2. Vocal

Seperti halnya bahasa Indonesia, vocal dalam bahasa Arab meliputi: vocal tunggal (monoftong) dan vocal rangkap (diftong).

a. Monoftong

Tanda Nama Huruf Latin

َ

Fath}ah A

َ

Kasrah I

َ

D}ammah U

b. Diftong

Tanda Nama Gabungan Huruf

َ

ي

Fath}ah dan Ya Ai

َ

و

Fath}ah dan Waw Au

3. Maddah

Harakat dan Huruf Nama Huruf dan Tanda

ا

َ

a> a dan garis di atas

ي

َ

i> i dan garis di atas

و

َ

u> u dan garis di atas

4. Ta Marbut}ah

Ta Marbut}ah yang berharakat sukun (mati) dan diikuti kata lain (dalam istilah Bahasa Arabnya posisinya sebagai mud}a>f), maka transliterasinya t. Akan tetapi, apabila tidak diikuti dengan kata lain atau bukan pada posisi mud}a>f, maka menggunakan h. contoh :

ةسردلما

: al-Madrasah

(9)

x DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

BERITA ACARA SIDANG TESIS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK... v

PEDOMAN TRANSLITERASI ... viii

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Signifikansi Penelitian ... 8

F. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 8

G. Metodologi Penelitian ... 11

H. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II PERDEBATAN WACANA KAUM TUA DAN KAUM MUDA: TEORI SOSIOLOGI SASTRA DAN SEMIOTIKA ... 15

A. Modernisasi dan Teori Transformasi Sosial ... 15

B. Revivalis/Fundamenlis versus Modernis/Liberalis ... 20

C. Teori Sosiologi Sastra ... 26

D. Teori Sosiologi Sastra Terry Eagleton ... 29

E. Sastra Realis Sosialis ... 32

F. Teori Semiotik Roland Barthes sebagai Teori Bantu Terry Eagleton ... 34

BAB III LATAR BELAKANG SOSIAL MASYARAKAT ARAB SAUDI DAN BIOGRAFI RAJA‘Al-S}A>NA‘ ... 40

A. Sejarah Negara Saudi Arabia ... 40

1. Kerajaan Arab Saudi Awal Abad XX-XXI ... 40

2. Perubahan Sistem Kehidupan Sosial dan Politik Saudi Masa Raja Fahd ... 44

3. Geneologi dalam Struktur Masyarakat Saudi Modern ... 50

4. Reformasi Sosial Budaya masyarakat Arab Saudi ... 53

5. Wanita dan Perkembangan Pendidikan di Arab Saudi ... 57

6. Pertumbuhan Ekonomi Minyak di Arab Saudi ... 60

B. Riwayat Hidup Pengarang dan Karyanya ... 62

1. Biografi Raja>‘ al-S}ana‘ ... 62

2. Sensor Pasar dalam Novel Bana>t al-Riya>d ... 63

BAB IV UNSUR NARATIF DALAM NOVEL BANA>T AL-RIYA>D} ... 65

(10)

xi

A. Sinopsis Novel Bana>t al-Riya>d} ... 65

B. Tokoh ... 66 1. Tokoh Liberal... 66 2. Tokoh Konservatif ... 75 C. Alur ... 78 D. Latar ... 86 BAB V GAGASAN DAN PRAKTIK TRANSFORMASI SOSIAL DALAM NOVEL BANA>T AL-RIYA>D A. Praktik Kehidupan Sosial Remaja Pada Akhir Abad ke-21 dan Awal Abad ke-XX ... 89

1. Perubahan Pola Komunikasi ... 90

2. Interaksi dengan Negara Asing ... 94

3. Perubahan Life Style dikalangan kaum muda ... 95

B. Gagasan Dibalik Praktik Transformasi Sosial ... 99

1. Emansipasi Wanita ... 99

2. Kritik terhadap Budaya Konservatif ... 107

C. Relevansi Perubahan Sosial pada Masa Pangeran Muhammad ibn Salman ... 113 BAB VI Kesimpulan ... 115 Saran ... 116 Daftar pustaka ... 117 Glosarium... 128 Indeks ... 131

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Persoalan modernisasi dan perubahan sosial hingga kini masih relevan untuk dikaji. Hal itu disebabkan proses modernisasi masih memperlihatkan berbagai gejala yang masih berkembang dan menjadi masalah tersendiri. Istilah modern sering kali ‚dilawankan‛ dengan istilah tradisional.1 Modernisasi juga disebut dengan istilah ‚runaway world‛ oleh Anthony Giddens yang artinya sebuah dunia yang tak terkendalikan dengan perubahan yang lebih besar dari sistem sebelumnya. Menurutnya modernisasi dilihat dari ruang dan waktu memiliki empat institusi mendasar; yaitu kapitalisme, industrialisme, pengawasan , dan kekuatan militer.2 Isu mengenai modernisasi dimulai sejak terjadinya Revolusi Industri di Inggris dan Revolusi Politik di Perancis, revolusi ini menandai dimulainya era penggunaan berbagai teknologi sebagai alat bantu aktivitas manusia pada masa itu.3

Kita dapat melihat diferensiasi makna yang signifikan antara tradisional culture dan modern culture. Saling ketergantungan antar individu tidak lagi dianggap penting di dalam kebudayaan modern. Sementara di dalam kebudayan tradisional hubungan satu sama lain merupakan sebuah keniscayaan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Masyarakat masih saling terikat satu sama lain atas dasar kesamaan emosional dan kepercayaan, serta adanya komitmen moral, ini yang disebut oleh Emile Durkheim solidaritas sosial,

1 Asal kata modern diambil dari bahasa Latin ‚modernus‛ yang berasal dari kata

modo dan ernus. Modo artinya cara dan ernus mengacu pada adanya masa waktu sekarang. Maka modernisasi dapat diartikan suatu proses mengarah pada masa kini atau proses mengarahkan masyarakat ke arah modern. Jadi secara garis besar modernisasi merupakan transformasi kehidupan sosial masyarakat tradisional atau pra modern menuju masyarakat yang modern dengan ditandai adanya organisasi sosial dan teknologi, mengacu pada pola-pola politis dan ekonomis yang menjadi ciri-ciri negara Barat yang stabil. Dalam mewujudkan aspek modernisasi ditandai mekanisme media massa yang teratur, urbanisasi, peningkatan pendapatan perkapita, perubahan sosial yang mencakup lembaga-lembaga sosial, norma-norma, stratifikasi sosial, hubungan sosial , dan sebagainya. Lihat Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial Perspektif, Modern, Postmodern, dan Postkolonial,

(Jakarta: Rajawali Pers, 2016) 172-173. Sedangkan traditional menurut KBBI (kamus besar bahasa indonesia) adalah suatu cara dan sikap bertindak serta berpikir yang berpegang teguh pada norma dan adat yang telah diwariskan oleh masyarakat sebelumnya, dalam bahasa Arab tradisional diambil dari kata ٌ ثاَرُ ت -ٌ ُتَرْوُ يٌ ٌ-ٌ َثَرَو yang artinya warisan, jadi al-Turast berarti tradisional, yaitu suatu tradisi yang diwariskan oleh orang-orang terdahulu. Lihat kamus VerbAce-Pro-Arabic-English Dictionary.

2 Anthony Giddens, Jalan Ketiga; Pembaharuan Demokrasi Sosial, (Ter. Ketut

Arya Mahardika), (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), XIX.

3Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial Perspektif, Modern, Postmodern,

(12)

2

dan Ibnu khaldun menyebutnya ‘as}abi>yah.4 Masyarakat yang memiliki kekuatan emosional antara satu sama lain akan membentuk kekuatan simbolik yang dapat mempertahankan budaya-budaya yang ada dalam masyarakat. Dari pengaruh modernisasi pada abad ke-20 maka ada tiga gaya hidup yang berjalan dalam masyarakat di seluruh dunia; Urbanisasi, Industrialisasi, dan Modernisasi.5

Pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi menjadi tanda modernisasi telah berkembang di dunia Barat. Namun modernisasi di sebagian negara Timur mengalami hambatan dalam perkembangannya, termasuk di negara-negara Muslim. Beragam pandangan mengenai modernisasi, sebagian kalangan ada yang menolak modernisasi karena merupakan produk Barat, yang dapat merusak nilai-nilai keislaman. Namun ada pula yang menerima karena menganggap modernisasi suatu upaya untuk maju sama dengan dunia Barat dan westernisasi sebagai cara dalam pencapaiannya. Dan ada pula yang menerima modernisasi sebagai alat untuk maju namun menolak konsep westernisasi dalam pencapaiannya.6

Perdebatan mengenai modernisasi terjadi pada dua tokoh Muslim H}asan H}anafi yang berasal dari Mesir dan Muhammad ‘Abid al-Ja>biri dari Maroko, seperti yang dikatakan di atas Al-ja>biri menolak bentuk westernisasi namun menerima modernisasi sebagai cara untuk maju. Menurutnya, tradisi kita di bidang agama, baik aqidah maupun syariah telah cukup bagi kita (Umat Islam) secara praktis. Namun dengan syarat bahwa kita memiliki kemampuan untuk berijtihad hingga dapat menjadikan tradisi tersebut produktif dan inovatif. Karena, tradisi dengan kondisi kita dalam hal tersebut akan memberi bekal yang tidak hanya berupa ijtihad-ijtihad terbaru, namun juga persoalan-persoalan yang dapat memberikan inspirasi untuk mempertimbangkan masa kini dan masa mendatang. Namun berbeda dengan H}asan H}anafi yang cenderung melihat modernisasi sebagai bentuk westernisasi yang bertentangan dengan ajaran Islam. Menurutnya modernitas dalam umat Islam bukan pada term h}adatsah yang bermakna (modernitas) yang berimplikasi pada al-Taqli>d wa al-H}ada>tsah, tapi yang lebih cocok untuk kita umat Islam adalah term al-Turath wa al-Tajdi>d (pembaharuan), sehingga kita tidak menghilangkan nilai-nilai ajaran Islam yang dibawa oleh para ulama tradisionalis, agar bisa menghadapi zaman sekarang dan akan datang.7

Modernisasi jika dihubungkan dengan ilmu sosiologi maka lapangan utama kajian sosiologi adalah dunia sosial yang dibawa oleh lahirnya modernitas, dan sosiologi dihubungkan dengan budaya maka ada empat unsur makna yang terkait; norma-norma, nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakat, agama, dan simbol.

4 Lihat Ibnu Khaldun, Muqaddimah (Bairu>t: Da>r al-Kutub al-‘ilmi>yyah, 1993),

27-34.

5 Janet Abu Lughod, ‚Disappearing Dichotomies: FirstWorld-ThirdWorld; Traditional-Modern,‛ Vol 3, No. 2 (Spring, 1992), 7-12. http://iaste.berkeley.edu/pdfs/03.2b-Spr92AbuLughod-sml.pdf

6 Sukran Vahide, Biografi Badiuzzaman Said Nursi: Transformasi Dinasti Utsmani

Menjadi Turki, Ter. Sugeng Haryanto dan Sukono (Jakarta: Anatolio, 2007), XVII.

7 Baca Hasan Hanafi, Muhammad ‘Abid al-Jabiri, Dialog Timur dan Barat; Menuju

Rekonstruksi metodologis Pemikiran Politik Arab yang Progresif dan Egaliter (Yogyakarta: IRCiSoD, 2015), 122-137.

(13)

3

Modernitas juga menjangkau aspek pribadi individu (keyakinan agama, perilaku seksual, selera konsumsi, pola hiburan dan lain-lain).8

Dari pemaparan di atas perubahan sosial dimotori oleh modernitas, dan ditandai dengan kemajuan teknologi dan berbagai bidang keilmuan. Kemajuan teknologi dan berbagai bidang keilmuan tersebut menjadi faktor dominan penyebab cepatnya perubahan-perubahan sosial (sosial changes) dewasa ini. Semua masyarakat di dunia ini mengalami hal tersebut, hanya cepat atau lambatnya saja yang membedakan. Faktanya di Saudi Arabia perubahan sosial terjadi dengan lambat. Hal ini disebabkan oleh sistem pemerintahan yang dianut oleh negara tersebut. Aliansi antara Ibnu Sa’ud dan Muhammad ibn Abdul Wahab telah membentuk hubungan yang kompleks antara politik, agama, dan budaya pada masyarakat Saudi Arabia, peran oposisi religius menjadi salah satu faktor potensi konflik dan tantangan dalam transformasi masyarakat saudi ke arah modernisasi.9 hal inilah yang mengakibatkan lambatnya perubahan sosial yang terjadi di masyarakat Arab Saudi.

Arab Saudi adalah negara Islam yang menganut sistem monarki, yang menjadikan hukum Islam sebagai konstitusi negaranya. Hukum Islam diberlakukan dengan menempatkan Al-quran sebagai dasar konstitusi negara. Ulama atau Syaikh memiliki posisi penting dan menjadi bagian vital dalam masyarakat Saudi, antara ulama dan penguasa telah memiliki hubungan yang terjalin dari abad ke-18. Ketika itu Muhammad ibnu Abdul Wahhab, adalah ulama yang gelisah dengan kondisi masyarakat Najd yang praktek keagamaannya telah bercampur antara bid’ah dan kemusyrikan. Ia berkoalisi dengan kepala suku di wilayah Dir’iyyah yaitu Muhammad Ibnu Sa‘ud, kemudian koalisi ini berhasil mendirikan kerajaan Arab Saudi pada tahun 1932 dengan nama Mamlakah ‘Arabiyyah al-Sa‘u>diyyah.10 Peran pemerintah, ulama dan polisi syariat di negara Arab Saudi membentuk legitimasi hukum dalam menjaga ideologi negara kerajaan. Mereka-lah yang penulis maksud sebagai kaum tua dalam tulisan ini. Mereka merupakan kaum tradisionalis konservatif terhadap perubahan sosiokultural di Saudi Arabia. Kaum tua yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah suatu kelompok yang hendak menghidupkan kembali Islam sebagai agama, budaya dan peradaban, mereka menolak unsur-unsur asing dari Barat, menyerukan kepada keaslian Islam yang pernah dipraktekkan oleh Nabi dan para khulafa’ al-rasyidin, dan kembali kepada sumber asli ajaran Islam yaitu al-Qur’an dan Al-Sunnah. Kelompok ini yang disebut sebagai Wahhabi, mereka para pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab.

Sedangkan Kaum muda di dalam penelitian ini adalah mereka yang mempunyai pola pikir progresif dan Modernis. Mereka yang menentang tradisi

8 Sztompka, Piort, Sosiologi Perubahan Sosial. 106.

9 Naura Al-Gahtani ‚The Impact of Socio-Cultural context on the Reception of

Contemporary Saudi Novels, ‚ Vol 6, No. 2 (2016), 104-105. doi: 10.17265/2159‐ 5526/2016.02.003 (diakses 20 Agustus 2018).

10 Fari>qun Musharakah Maktabah Bari>t}aniyyah ‚ Nabdhah ‘an

al-Mamlakah al-‘Arabiyyah al-Sa‘udiyyah‛ https://www.qdl.qa/تيبرعلا/ةذبن-نع-تكلمملا-تيبرعلا-دوعسلا

(14)

4

masyarakat Arab yang selama ini dianggap membelenggu hak-hak dalam masyarakat terutama kaum perempuan, seperti contoh laki-laki dan wanita tidak boleh berinteraksi dengan yang bukan mahram dalam bentuk apapun, perempuan dilarang mengendarai mobil, pernikahan yang bukan senasab dipertentangkan, status janda dianggap aib bagi keluarga, perempuan jika keluar rumah harus ada wali yang menemani.

Dalam pengertian khusus, modernisasi diartikan dalam tiga cara, Pertama. Histori, yaitu modernisasi sama dengan westernisasi dan amerikanisasi, suatu tindakan mengarah kepada masyarakat yang dijadikan sebagai acuan (model). Kedua. Relatif, yaitu suatu usaha dengan tujuan untuk mencapai standar modern yang dianggap oleh penguasa maupun masyarakat. Ketiga, analisis, yaitu, mencontohkan pola kehidupan masyarakat modern dengan tujuan untuk dipraktekkan pada masyarakat tradisional.11 Agaknya negara Arab Saudi berada pada definisi yang historis dalam melihat modernisasi sebagai upaya transformasi dalam masyarakat, hal ini disebabkan budaya konservatif Arab Saudi yang didasarkan pada sistem negara yang menganut sistem Monarki Absolut.

Pada masa pemerintahan Raja Faisal (1964-1975) pertumbuhan ekonomi industri minyak di tahun 1973, dan perubahan status hukum negara Arab Saudi telah berkontribusi besar, dalam transformasi masyarakat Arab yang tradisional menjadi gaya hidup kosmopolitan. Penghasilan yang diperoleh dari sumber ekonomi minyak ini juga turut berkontribusi besar dalam meningkatkan reformasi sosial dalam bidang pendidikan, politik, dan budaya. Hal ini terlihat pada pengembangan dalam sebuah kota, pembangunan infrastruktur industrial, dan arus masuknya tenaga asing yang sangat besar. Dan pada tahun 1980 satu juta anak merasakan pendidikan sekolah, termasuk di dalamnya kaum perempuan, sekitar 40.000 pelajar belajar di perguruan tinggi Saudi, dan tercatat sekitar 15.000 yang menempuh pendidikan di luar negeri.12 Di tengah perubahan sosial, ekonomi dan pendidikan yang sangat pesat ini. Negara Saudi tetap mempertahankan otoritas keagamaan dan politik tradisionalnya. Beberapa kecenderungan yang mengarah kepada modernisasi ekonomi dan konservatisme agama telah menimbulkan perpecahan faksional di dalam keluarga kerajaan. Faksi Sudairi, yang terdiri sejumlah raja dan pangeran dengan pendidikan Barat, menempuh kebijakan yang berorientasi modern. Beberapa faksi lainnya membawakan keyakinan agama tradisional, pengaruh ulama, dan perlawanan terhadap perubahan kultural.13 Dalam dua faksi tersebut yang pertama diwakili oleh kaum muda, yang menuntut perubahan ke arah modern, dan yang kedua diwakili oleh kaum tua, yang berupaya menjaga ideologi kerajaan dari pengaruh modernisasi.

Dalam proses perubahan sosial dan modernisasi di atas, kesusastraan sebagai produk kebudayaan merupakan bagian dari proses tersebut. Tahap-tahap

11 Sztompka, Piort, Sosiologi Perubahan Sosial (Jakarta: Prenada ,2004). 152-153. 12 William L. Cleveland and Martin Buton, A History of the Modern Middle East

(Singapore: Westview Press, 2009), 452-453.

13 Baca Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo

(15)

5

situasi sosial yang digambarkan di atas menjadi kriteria perkembangan sastra Arab kontemporer yang memuat permasalahan-permasalahan modernisasi. Kesusastraan merupakan suatu sistem produksi yang terintegrasi dengan perkembangan sistem lain, seperti sistem sosial, teknologi, ekonomi, politik, dan budaya masyarakat. Sebagai suatu sistem produksi yang terintegrasi, keberadaan karya sastra sangat berkaitan dengan konteks sosial masyarakat.14 Karya sastra dalam hal ini novel. Kehadiran novel Bana>t al-Riya>d} karya Raja>’ al-S}a>na‘, secara implisit dan eksplisit, dapat dijadikan sumber wawasan dalam melihat perkembangan dan perubahan sosial masyarakat Arab Saudi waktu itu. Dalam hal ini, jalan hidup dan perubahan nasib para tokoh, secara internal, berjalan paralel dengan berbagai perubahan sosial, politik, dan budaya selama rentang waktu penceritaan dalam novel tersebut.

Novel Bana>t al-Riya>d} menceritakan empat tokoh perempuan sebagai tokoh utama, dan empat tokoh laki-laki sebagai tokoh pembantu. Mereka menuntut perubahan dalam praktik sosial. Perubahan Life style mengisyaratkan bahwa terjadi perubahan sosiokultural pada remaja Arab Saudi di ibu kota (Riyadh) sekaligus sebagai indikasi bahwa seseorang mendukung perkembangan ide-ide progresif dan sebagai bagian dari gerakan modern baru. Novel tersebut berkisah tentang perbedaan paham antara mereka yang berusaha mempertahankan tradisi masyarakat Arab Saudi yang konservatif, dengan cara mempertahankan tradisi untuk kepentingan otoritas generasi tua, berhadapan dengan kelompok lain yang menyeru agar tradisi budaya masyarakat Saudi Arabia memberi peluang kepada generasi muda sesuai dengan tuntutan zaman modern.

Novel Bana>t al-Riya>d} diterbitkan dalam bahasa Arab pada tahun 2005, dan secepatnya dicabut keputusan mengenai perizinan atas penerbitan novel ini di Arab Saudi oleh Kementerian Kebudayaan dan Informasi, setelah dilarang beredar di kawasan Arab Saudi. Novel ini kemudian bisa diterbitkan di Lebanon pada tahun 2006 oleh penerbit Saqi Press.15 Dalam novel-novel kontemporer Arab Saudi, pengarang banyak memasukkan konteks sosiokultural dalam melawan budaya konservatif. Misalnya, karya Ah}la>m al-Mustaghanami> yang berjudul Za>karah al-Jasad dll, karya-karya dilarang diterbitkan di kawasan Arab Saudi karena dianggap menimbulkan ancaman besar terhadap pertahanan ideologi kerajaan Arab Saudi.16

Novel Bana>t al-Riya>d} juga telah diterjemahkan dalam beberapa bahasa diantaranya; Bahasa Inggris dengan judul ‚The Girls of Riyadh‛ pada tahun 2007, dan bahasa Indonesia dengan judul ‚Kisah Email Empat Gadis Saudi yang Menghebohkan‛ yang diterbitkan oleh Ufuk Publishing House pada tahun 2007. Disebutkan dalam koran Arab yaitu, Arab News bahwa novel Bana>t al-Riya>d} karya Raja>’ al-S}a>na‘ sempat masuk kategori kelompok buku terlaris di kawasan Timur

14 Lihat Aprinus Salam, Sastra Negara dan Perubahan Sosial (Yogyakarta: Pusat

Studi Kebudayaan UGM, 2016), 35.

15 Naura Al-Gahtani ‚The Impact of Socio-Cultural Konteks on the Reception of

Contemporary Saudi Novels,‛ 107-108, doi: 10.17265/2159‐5526/2016.02.003 (diakses 21 Juli 2017).

(16)

6

Tengah, dan mendapatkan International Best-seller.17 Novel Bana>t Al-Riya>d} ini berawal dari kisah email empat gadis yang menghebohkan dunia Saudi Arabia. Narator dalam novel ini, yang merupakan sahabat dari keempat gadis tersebut, ia menuliskan kisah nyata para sahabatnya lewat internet setiap hari Jum’at.

Menurut Khalid bin ‘Abdul al-‘Aziz al-Ba>tali> (dosen Universitas Muhammad ibnu Sa‘ud) novel ini dianggap sebagai penyimpangan akhlak dan keluar dari batasan-batasan norma agama. Hal ini terlihat dari kata-katanya yang vulgar serta memfitnah pemerintahan Saudi Arabia. Dan ini dianggap sebagai perusak moral masyarakat Saudi.18 Dan menariknya dari fakta novel tersebut bahwa konteks novel yang diterbitkan pada tahun 2005 memberi gambaran nyata tentang perkembangan dunia Saudi sekarang, seperti yang diberitakan oleh Arab News. Wacana ‚reformasi busana‛. Hal ini merupakan indikasi dalam upaya modernisasi masyarakat Saudi. Seperti yang dikemukakan oleh putra mahkota Muhammad bin Salma>n dan ulama senior Syaikh ‘Abdullah al-Mut}laq (Anggota Council of Senior Scholars), bahwa kaum perempuan di Saudi harus dibebaskan dalam hal tata busana. Sepanjang mereka mengenakan pakaian yang sesuai dengan norma-norma kepantasan dan etika publik di Saudi, maka hal itu sudah cukup, tidak perlu dan tidak harus memakai abaya, hijab, apalagi cadar.19

Kata transformasi yang penulis maksud disini adalah perubahan dari segi sosial dan budaya masyarakat. Ini didasarkan pada makna yang dimuat di KBBI, bahwa transformasi bermakna perubahan. Pengertian perubahan disini baik itu perubahan rupa, bentuk, sifat, dan fungsi.20 Adapun penjelasan modernitas di atas dapat diukur dengan perubahan yang mencakup; (1) kapitalisme sebagai rasionalitas ekonomi, (2) produksi massal berbasis industri, (3) penduduk perkotaan dan kontrol melalui medis, (4) penerimaan terhadap negara sekuler dan humanisme, (5) negara demokratis, (6) birokrasi rasional, (7) empirisme dan rasionalisme.21 Namun dalam penelitian ini lebih ditekankan pada point keempat, yaitu penerimaan terhadap negara sekuler dan humanisme. oleh karena itu fokus perubahan dalam penelitian ini adalah perubahan keadaan sosio kultural masyarakat Arab Saudi dari tradisional (konservatif) menjadi modern. Misalnya, sebelumnya aturan bagi kaum wanita sangat ketat, contohnya dulu kaum wanita tidak boleh keluar rumah tanpa mahram, dan tidak boleh mengendarai mobil. Selain itu aturan berbusana, bagi kaum laki-laki Arab Saudi dulu pakaian yang dikenakan dalam aktivitas gamis dan perempuan memakai abaya sekarang mereka lebih longgar dalam berbusana, bahkan kaum remaja menunjukkan pakaian modern ala Barat.

17 Moneera al-Ghadeer,‛Girls of Riyadh: A new Technology Writing or Chick Lit

Defiance Banat al-Riyadh by Raja Al-Sanae, Vol. 37. No. 2 (2006), 296.

18 Khalid bin ‘abdul al-‘aziz al-ba>tali, Rukyah Li-Riwa>yah Bana>t Riyad} , diambil

dari link https://saaid.net/Minute/147.htm (diakses 16 juni 2017).

19 Untuk lebih jelas lihat www.arabnews.com/node/1243446/saudi-arabia (diakses

31 Agustus 2018).

20 Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. Lihat https://kbbi.web.id/ (diakses 08

Oktober 2018).

(17)

7

Ada beberapa alasan penulis memilih novel ini sebagai korpus utama. Pertama, novel diangkat dari realitas sosial masyarakat Arab Saudi yang diambil dari kisah empat orang remaja. Kedua, Issue mengenai modernisasi dan perubahan sosial di Arab Saudi mengalami perdebatan yang sangat panjang dan perubahan sosial berjalan lambat. Ketiga, novel ini mencerminkan tingkah laku remaja Arab Saudi dewasa ini. Keempat, telah banyak diteliti dari aspek feminisme namun belum ada yang meneliti dari aspek perubahan sosial kultural. Beberapa faktor diatas menjadi alasan penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam novel Bana>t al-Riya>d}ini lebih lanjut.

Novel merupakan media komunikasi bagi seorang sastrawan dalam mengungkapkan masalah sosial di tengah masyarakat. Antara dunia fiksi dan realita sering terdapat kesamaan, karena sedikit banyaknya karya sastra terlahir dari suatu peristiwa atau kejadian yang dialami baik oleh masyarakat maupun pengarang. Novel sebagai media komunikasi antara pengarang dan pembaca dianggap mampu menciptakan kembali dunia sosial. Melalui novel ini seorang pengarang yang berusia 21 tahun, dimana di usia itu semangat keremajaannya sedang menggelora. Ia mengungkapkan kisah nyata keempat sahabatnya.

Dari pemaparan tersebut, penulis bermaksud untuk mencoba melakukan analisa yang komprehensif terkait bagaimana masyarakat (kaum tua dan kaum muda) memahami dan menyikapi modernisasi dan perubahan sosial berdasarkan novel Bana>t Al-Riya>d} baik itu dari segi unsur intrinsik novel maupun dari unsur ekstrinsik novel. Maka penelitian ini diberi judul Kaum tua dan Kaum Muda: Transformasi sosial dalam Novel Bana>t Al-Riya>d} karya Raja> al-S}a>ni‘.

B. Permasalahan

Dari latar belakang masalah diatas, novel Bana>t al-Riya>d} karya Raja>’ ‘Abd Alla>h al-S}ani‘ memuat isu-isu kontroversial yang bertentangan dengan nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat Arab Saudi. Adapun masalah-masalah yang diteliti dapat dirincikan sebagai berikut:

1. Identifikasi Masalah

Dari uraian yang terdapat pada latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

a) Novel Bana>t al-Riya>d} memuat ide-ide progresif yang berkembang di dunia Barat sebagai bentuk modernisasi.

b) Novel Bana>t al-Riya>d} ini menggambarkan keinginan pengarang untuk mengubah mindset masyarakat Arab atas budaya konservatif.

c) Novel Bana>t al-Riya>d} memakai internet sebagai instrumen untuk memuat wacana perubahan sosial, yang akan dibaca oleh semua masyarakat tanpa ruang yang membatasi.

d) Novel Bana>t al-Riya>d} memuat unsur-unsur teknologi, seperti telepon seluler, media sosial sebagai bentuk penerimaan terhadap negara sekuler.

(18)

8

Agar dapat memudahkan penulis dalam menganalisis, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

a. Bagaimana praktik transformasi sosial yang dibawa oleh kaum muda dalam novel Bana>t al-Riya>d} ?

b. Apa gagasan di balik praktik transformasi sosial dalam novel Bana>t al-Riya>d}? 3. Batasan Masalah

Pembatasan masalah dilakukan agar dalam penelitian ini fokus dan terarah ke ranah penelitian ini, penulis meneliti kaitannya dengan tema besarnya bicara perubahan sosial dalam masyarakat Arab Saudi khususnya di kota Riyadh. Yang ditulis oleh seorang wanita Saudi, Raja al-sani, adapun yang menjadi titik fokus penelitian ini yaitu:

a. Teks sastra yang dijadikan objek penelitian ini adalah novel Bana>t al-Riya>d} karya Raja>’ ‘Abd Alla>h al-S}ani‘, dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Syahid Widi Nugroho, penerbit Ufuk Publishing House, 2007.

b. Penelitian ini difokus pada unsur-unsur yang dibangun dalam karya sastra yang berupa novel, yaitu unsur intrinsik (seperti menemukan alur, tema, tempat, tokoh dll) dan ekstrinsik (seperti; aspek luar sastra yaitu aspek sosial, budaya, politik, agama, konflik dan kekuasaan) yang terdapat dalam novel tersebut. Melalui pendekatan sosiologi sastra dan teori bantu lainnya, agar memudahkan untuk menelaah teks.

c. Penelitian ini difokuskan hanya melihat perubahan sosial yang terdapat dalam novel Bana>t al-Riya>d}, dan membuktikannya dalam kehidupan sosial masyarakat yang hidup di kota Riyadh.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan penjelasan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah ingin membuktikan bahwa novel Bana>t al-Riya>d} merupakan bentuk transformasi sosial masyarakat Arab kontemporer. Berdasar tujuan itulah. Tulisan ini akan menjawab poin-poin penting:

1. Membuktikan praktik transformasi sosial yang digambarkan oleh Raja>’ ‘Abd Alla>h al-S}a>ni‘ yang dibawa oleh kaum muda dalam novel Bana>t al-Riya>d}. 2. Membuktikan gagasan dibalik praktik transformasi sosial dalam novel Bana>t

al-Riya>d}.

Adapun manfaat dari penelitian ini, adalah:

1. Penelitian ini turut memberikan tambahan terhadap khazanah ilmu kesusastraan/humaniora. Dan turut berkontribusi dalam memahami sejarah budaya Arab Saudi modern.

2. Penelitian ini memberi informasi tentang sejarah perjalanan modernisasi di negara Arab Saudi.

3. Penelitian ini dapat dijadikan sumber rujukan untuk berbagai kepentingan yang akan mengkaji objek yang sama atau tema yang sejenis.

(19)

9

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan signifikansi sebagai berikut:

1. Memberi pengetahuan ke pembaca tentang transformasi sosial terhadap masyarakat Arab Saudi yang ada di kota Riyadh, khususnya di dalam novel Bana>t al-Riya>d}.

2. Memotivasi peneliti agar menggunakan media karya sastra dalam penelitiannya.

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Novel Bana>t al-Riya>d} telah banyak diteliti dalam berbagai bidang kajian. Dari awal diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris pada tahun 2007 dengan judul The Girl of Riyadh, telah diteliti oleh Marilyn Booth dalam jurnal Middle East Women's Studies yang berjudul The Muslim Woman: as Celebrity Author and the Politics Translating Arabic Girls of Riyadh Go on the Road. Ia mengkaji novel Bana>t al-Riya>d} yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, ia mengungkapkan bahwa novel ini menggambarkan empat tokoh wanita yang dimarjinalkan oleh masyarakat. Fokus penelitian ini pada teks terjemahan Inggris berjudul The Girls of Riyadh, dalam penelitian ini memperdebatkan kontekstualisasi novel Bana>t Al-Riya>d} di dalam pasar memoar populer. Ia menyimpulkan bahwa Transformasi Bana>t al-Riya>d} ke dalam bahasa Inggris menjadi The Girls of Riyadh dengan aparatur dan publisitas mendorong pembaca untuk menganggap penulis sebagai produk Amerikanisasi dan politisasi teks dalam penerjemahan. Secara lokal pasar transnasional produksi sastra konteks lokal yang membentuk produk adalah konsumsi literatur Arab dan Amerika sebagai sampel dunia.22 Hal ini berbeda dengan penelitian yang akan penulis lakukan, perbedaannya terletak pada tujuan yang dicapai, penelitian yang dilakukan oleh Marilyn Booth menyimpulkan bahwa transformasi novel Bana>t Riya>d} menjadi The Girls of Riyadh dalam bahasa Inggris merupakan produk politisasi Amerika sehingga dapat mempengaruhi pasar publikasi, sedang dalam penelitian ini ingin mengungkapkan bentuk-bentuk perubahan sosial budaya masyarakat Arab ketika novel itu diterbitkan.

Termasuk penelitian yang dilakukan oleh Fatima Falemban sebagai pemakalah yang diseminarkan dalam 3rd International Conference on Arabic Studies in Islamic Civilization yang berjudul A linguistic and Analysis of Banat Al-Riyadh. Penelitian ini ingin mencari perbandingan fonologi dan morfologi antara dialektika Hijazi dan Najdi, berdasarkan analisis disimpulkan perbedaan dialektika antara Hijazi dan Najdi terdapat dalam tabel berikut:23

Modern Arabic Najdi Hijazi

22 Marilyn Booth, ‚The Muslim Woman: as Celebrity Author and the Politics

Translating Arabic Girls of Riyadh Go on the Rood,‛ Middle East Womens Studies, Vol. 6, No. 3 (2010). h, 149-182.

23 Fatima Falemban, ‚A linguistic and Analysis of Banat Al-Riyadh,‛ diseminarkan

pada 3rd International Conference on Arabic Studies in Islamic Civilization, (Kuala Lumpur, 14-15 Maret, 2016). 53-61.

(20)

10

"اذه/haδa/ /haδa/ or / δa/ "اذه"، "اذ‛ /hada/ or /da/ "اداه" , "اد" ‛هذه" / haδihi/ /haδi/ or/ δi/ "يذاه"،"ذ" /hadi/ or /di/ "يداه"، "يد‛

"كلذ‛ /δalika/ /haδak/ or /δak/ "كاذه"،"كاذ" /hadak/ or /dak/ "كاده"،"كاد‛ "كلت" /tilk/ /haδik/ or /δik/ "كيذه"، "كيذ" /hadik/ or /dik/ "كيده"، "كيد"

Penelitian yang dilakukan oleh Fatimah merupakan penelitian dari aspek linguistik dalam novel Bana>t al-Riya>d}. Ia menyimpulkan bahwa dialektika Hijazi dan Najdi memiliki perbedaan secara pengucapannya, sedangkan penelitian yang ingin penulis lakukan disini, dari aspek sastra (kontekstualisasi novel Bana>t al-Riya>d}).

Selanjutnya Syahril tulisannya yang dimuat dalam jurnal Peuradeun yang berjudul Arena produksi Kultural dan Kekerasan Simbolik: Analisis Terhadap Novel Bana>t Riya>d} Perspektif Sosiologi Pierre Bourdieu. Menyimpulkan bahwa novel Bana>t Riya>d} merupakan bentuk pertarungan budaya yang berdampak pada kekerasan simbolik. al-S}a>ni‘ menjadi salah satu agen sosial yang melakukan sebuah praktik kultural hingga melahirkan satu karya yaitu, dalam arena produksi kultural terjadi pertarungan demi pertarungan. Pertarungan tersebut adalah perjuangan demi mencapai sebuah pengakuan akan keberadaannya. Dalam novel ini terdapat tiga bentuk kekerasan simbolik; Pertama kekerasan simbolik negara terhadap masyarakat, kedua kekerasan simbolik patriarki, dan ketiga kekerasan simbolik keluarga terhadap anak. Dengan negosiasi yang dimiliki al-S}a>ni‘ dalam menegosiasikan simbolik di ruang sosial dapat menyimpulkan bahwa novel Bana>t Riya>d} ini adalah sebuah pertarungan arena produksi kultural dan kekerasan simbolik.24 Penelitian yang ingin penulis lakukan ini memiliki kesamaan dan perbedaan terhadap penelitian Syahril ini. Kesamaannya terletak dari unsur pengungkapan kultural masyarakat Arab Saudi namun pada tujuan yang ingin dicapai berbeda. Penelitian yang penulis lakukan ini ingin melihat bentuk perubahan sosial dalam masyarakat Arab Saudi yang digambarkan dalam novel Bana>t al-Riya>d} disebabkan interaksi dengan modernitas. Sedangkan penelitian Syahril menyimpulkan novel Bana>t al-Riya>d} merupakan pertarungan arena kultural sehingga menimbulkan tiga kekerasan simbolik yang telah dipaparkan di atas.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Hamela Malini. Mahasiswi Pasca Sarjana Fakultas Adab dan Humaniora pada tahun 2017, dengan judul Representasi Perempuan Modern Saudi dalam Novel Bana>t Riya>d} karya Raja’ Al-S}a>na’. Penelitian tersebut memfokuskan pada tokoh perempuan dalam novel Bana>t Riyad} dengan menggunakan teori modernitas Anthony Giddens. Menurut Giddens dinamika modernisasi meliputi tiga hal: distanciation (ruang dan waktu yang terpisah), disembedding (ketidaksinambungan), reflexivity (cerminan). Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa representasi perempuan modern Saudi tercermin dalam tiga tokoh perempuan; Sedim, Misyail, dan Lumeis. Mereka bisa bangkit dari kungkungan budaya patriarkhi. Gaya hidup yang mereka jalankan mengikuti budaya Barat, dari cara berpakaian dan aspek seksualitas. Pada penelitian yang

24 Syahril, ‚Arena Produksi Kultural dan Kekerasan Simbolik Analisis Terhadap

Novel Bana>t Riya>d} Perspektif Sosiologi Pierre Bourdieu,‛ Peuradeun, Vol. 2, No. 01 (2014). 75-91.

(21)

11

penulis lakukan saat ini terdapat kesamaan diantaranya; pada aspek pembahasan budaya masyarakat Saudi dengan diwakilkan lewat para tokoh. Akan tetapi penelitian ini hanya membahas aspek representasi perempuan (pemberontakan terhadap budaya patriarki) dalam kajian feminisme. Dengan demikian pada penelitian Malini ini belum memberikan gambaran yang utuh tentang dinamika budaya modern masyarakat Arab Saudi pada dewasa ini.25

Selanjutnya penelitian M. Faisol dan Ahamad Kholil terhadap novel Bana>t al-Riya>d} yang dimuat di jurnal Adabiyya>t dengan judul pembebasan Perempuan dalam Novel Bana>t al-Riya>d} Karya Raja’ Abd Alla>h al-S}a>ni‘. Penelitian ini menggunakan kritik feminis yang mengungkapkan bagaimana perempuan sebagai penulis yang memproduksi makna teks woman as writer . Penelitian ini menemukan bahwa dengan woman as writer, pengarang mampu menyuarakan kritik, gugatan, penolakan dan perlawanan terhadap budaya patriarki melalui para tokoh narasi yang dimunculkan dalam novel Bana>t al-Riya>d}. Penelitian M. Faisol ini memiliki kesamaan dalam mengungkapkan persoalan budaya patriarki yang dialami oleh kaum perempuan, namun secara keseluruhan dari aspek pembahasan berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan. Penulis membahas tentang perubahan sosial yang dibawa oleh kaum muda sekaligus sebagaimana tercermin pada para tokoh dalam novel Bana>t al-Riya>d.26

F. Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini, terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan agar penelitian ini terarah dan dapat dipahami arah tujuan dan maksud penulis. , yaitu tahapan-tahapannya sebagai berikut;

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Suatu jenis penelitian yang menganalisis data secara induktif, sehingga penekanan penelitian ini lebih tertuju untuk memperoleh makna yang berada di balik objek teramati (kata, kalimat dan paragraf) daripada produk atau outcome sebuah sumber data. Prosedur penelitian jenis kualitatif ini juga akan menghasilkan data deskriptif yaitu untuk memahami objek kata, kalimat atau paragraf secara keseluruhan, menganalisis setiap data dan menginterpretasikannya melalui sebuah penjelasan agar proses, peristiwa dan otensitasnya menjadi jelas dan logis. Penelitian ini juga dalam gaya penelitiannya akan selalu berusaha mengkonstruksi realitas yang terjadi untuk memahami maknanya, sehingga penelitian tersebut akan memperhatikan terhadap proses, peristiwa dan kebenarannya.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan pada umumnya sama dengan metode, hanya saja pendekatan lebih didefinisikan sebagai cara mendekati objek, sedangkan metode

25 Lihat tesis Hamela Malini, Representasi Perempuan Modern Saudi dalam Novel

Bana>t Riyadh} karya Raja’ Al-S}a>na’, Pasca Sarjana Fakultas Adab dan Humaniora, 2017.

(22)

12

adalah cara-cara mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan data. Sehingga pendekatan penelitian lebih mengarahkan pada pengakuan terhadap hakikat ilmiah objek ilmu pengetahuan itu sendiri. Mengingat kajian yang akan dibahas yaitu perubahan sosial yang terkandung dalam novel, maka pendekatan sosiologi sastra dengan dibantu teori-teori lain yang relevan, untuk menelaah teks dalam novel tersebut.

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua pendekatan untuk melihat teks dan konteks sosialnya. Pertama, menggunakan pendekatan unsur intrinsik (analisis mikro struktur) novel Bana>t al-Riya>d} seperti menelaah tokoh dan penokohan, alur/plot, latar/setting, sudut pandang, gaya bahasa, tema serta amanat. Kedua, menggunakan pendekatan unsur ekstrinsik yaitu menelaah kaitan novel Bana>t al-Riya>d} dengan konteks sosial Saudi Arabia seperti budaya, agama, ekonomi, filsafat, dan politik, namun dalam penelaahan ini harus menggunakan pendekatan sosiologi sastra dan teori pendukung dalam analisisnya.

Pendekatan yang penulis gunakan dalam kaitannya dengan unsur ekstrinsik ini adalah pendekatan sosiologi sastra, mengingat bahwa tema dari penelitian ini fokusnya pada perubahan sosial yang tergambar dalam novel Bana>t al-Riya>d} hal ini dianggap penting karena sosiologi sastra merupakan bagian dari unsur ekstrinsik dalam karya sastra. Pendekatan sosiologis merupakan pendekatan yang menganalisis manusia dalam masyarakat, dengan proses pemahaman mulai dari masyarakat ke individu, individu lain, dan masyarakat ke masyarakat lainnya yang saling berkaitan. Pendekatan sosiologis merupakan pendekatan era postrukturalisme. Dasar filosofisnya yaitu adanya hubungan hakiki antara karya sastra dan masyarakat, disebabkan oleh karya sastra dihasilkan oleh pengarang, pengarang itu sendiri berasal dari bagian masyarakat, dan hasil karya itu sendiri dimanfaatkan oleh masyarakat.27

Adapun pendekatan sosiologi sastra, penulis gunakan dengan teori sosiologi sastra Terry Eagleton mengatakan bahwa karya sastra bisa menjadi elemen aktif dalam perubahan. Karena karya sastra bisa menurutnya bisa sebagai ekspresi-ekspresi ideologi di masanya, dan juga berlawanan dengan ideologi pada masanya.28 Dengan demikian, tema perubahan sosial dalam novel Bana>t al-Riya>d} ini akan penulis ulas dalam dalam tiga pembacaan kritik yaitu penelaahan, penafsiran dan evaluasi dalam novel tersebut bertolak pada isi dan makna yang nampak pada pesan teks novel itu sendiri yang bersifat inner, transendental dan talent (tersembunyi).

3. Teknik Pengumpulan dan Sumber Data

Oleh karena jenis penelitian ini studi pustaka, maka langkah awal dalam penelitian ini adalah membaca sumber primer novel Bana>t al-Riya>d} dan

27 Nyoman Kuta Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra; dari Strukturalisme hingga Postrukturalisme Perspektif Wacana Naratif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), 34-35.

28 Terry Eagletone, Marxis and Literary Criticism (London: Taylor & Francis

(23)

13

sumber sekunder dari bahan-bahan yang terkait dengan objek ini, seperti dari penelitian, buku, majalah, jurnal dan surat kabar. Seterusnya semua dokumen yang terkait dengan objek penelitian dikelompokkan berdasarkan objek atau fokus penelitian.

4. Analisis Data

Setelah data dikumpulkan, dengan menggunakan metode kualitatif, semua data yang berkenaan dengan konteks keberadaan teks atau unsur ekstrinsik dihubungkan dengan novel ini. dengan demikian, melihat perubahan sosial, dengan pendekatan sosiologi sastra Terry Eagleton, novel Bana>t al-Riya>d} dilihat dari sisi ekstrinsiknya, terutama dengan fakta sosialbudaya masyarakat Arab Saudi masa ketika novel ini ditulis. Tentunya dalam langkah ini akan terlihat kesamaan realita yang digambar oleh pengarang, sehingga akan terlihat praktik perubahan sosial yang dibawa oleh kaum muda ketika itu.

Karena teori sastra Terry Eagleton hanya melihat praktik perubahan yang dibawa oleh kaum muda, maka teori Eagleton ini membutuhkan teori bantu untuk mengungkapkan tradisi kaum tua (konservatif) yang hidup dalam masyarakat, maka teori bantu yang penulis gunakan adalah teori Roland Barthes, yang mengatakan bahwa sesuatu yang hidup dalam masyarakat kemudian disepakati kebenarannya menghasilkan sebuah ideologi terntentu. Ideologi ini yang disebut Barthes sebagai mitos.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini sistematika penulisannya diuraikan pada bagian bawah ini:

Bab 1 merupakan pendahuluan yang berisi: latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, penelitian terdahulu Yang relevan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penelitian. Semua penjelasan tersebut, memberikan gambaran penelitian ini secara umum.

Bab II merupakan landasan teoritis penelitian yang membahas perdebatan wacana kaum tua dan kaum muda dalam kerangka kajian sosiologi sastra menggunakan teori sosiologi sastra dari pemikiran tokoh Terry Eagleton dan juga menggunakan teori bantu semiotika dari pemikiran Roland Barthes. Dalam hal ini penulis membaginya kepada empat sub bab. Pertama, wacana modernisasi dan transformasi sosial. Kedua, tradisionalis versus Liberalis. Ketiga, teori sosiologi sastra. Keempat, teori sosiologi sastra Terry Eagleton. Kelima, sastra realis sosialis. Keenam , teori semiotika Roland Barthes sebagai teori bantu Terry Eagleton.

Bab III akan menguraikan latar belakang sejarah sosial Arab Saudi serta biografi Raja>’ Al-S}a>na‘ dan karyanya (Bana>t Riyadh}). Dalam bab ini dibagi pada dua bab Pertama, Sejarah Politik Kerajaan Arab Saudi, meliputi; 1. Raja Fahd dan Perubahan Sistem Politik Saudi, 2. Genealogi Masyarakat Arab Saudi, 3. Reformasi Sosial Budaya Masyarakat Arab Saudi, 4. Wanita dan Perkembangan pendidikan di Arab Saudi, 5. Pertumbuhan Ekonomi Minyak di Arab Saudi. Kedua, Biografi Raja>’ al-S}a>na‘.

(24)

14

Bab IV merupakan bab analisis unsur naratif, bab ini terbagi menjadi empat bagian yaitu: Pertama, Sinopsis Novel, Kedua, Tokoh dan penokohan, terdiri dari ; 1. Tokoh Liberal, 2. Tokoh Konservatif, Ketiga, Alur cerita, Keempat, Latar Cerita.

Bab V merupakan bab analisis Gagasan dan Praktik Transformasi Sosial dalam Novel Bana>t al-Riya>d}, bab ini terdiri dari dua bab; Pertama. Gagasan dibalik praktik transformasi sosial, meliputi; 1. Emansipasi wanita, 2. Kritik terhadap budaya konservatif. Kedua. Praktik Sosial Kehidupan Remaja pada Awal abad ke-20 dan Akhir Abad ke-21, meliputi; 1. Perubahan Pola Komunikasi, 2. Interaksi dengan Asing, 3. Perubahan Life Style.

Bab VI adalahPenutup, yang mencakup kesimpulan dari rumusan masalah yang telah diteliti serta kritik dan saran.

(25)

15 BAB II

PERDEBATAN WACANA KAUM TUA (FUNDAMENTALIS) DAN KUM MUDA (MODERNIS): TEORI SOSIOLOGI SASTRA DAN SEMIOTIKA A. Modernisasi dan Perubahan Sosial

Wacana tentang kemajuan terbagi pada dua konsep yaitu konsep otomatis dan konsep aktif. Menurut konsep otomatis, kemajuan terjadi dengan sendirinya (pandangan sakral atau sekuler). Dalam pandangan ini, agen kemajuan terletak pada manusia, utamanya manusia yang diberi kemampuan lebih (manusia unggul), menurut paham ini kemajuan adalah sesuatu yang pasti terjadi. Sedangkan konsep aktif menekankan bahwa kemajuan hanya terjadi berkat manusia dan kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Kemajuan bergantung pada tindakan manusia. Dengan demikian kemajuan harus diperjuangkan.1

Dalam perkembangan lebih lanjut, perangkat utama kemajuan adalah perangkat-perangkat secara keseluruhan disebut modernisasi. modernisasi merupakan hasil perubahan filosofis dan perluasan suatu praktik ilmu-ilmu ilmiah yang dikembangkan di Barat terhadap dunia alamiah dan dunia sosial. Pada abad ke-20 berbagai perubahan diartikan sebagai proses modernisasi ekonomi, politik, sikap, dan budaya. Proses modernisasi memerlukan waktu untuk mentransformasikan masyarakat tradisional ke masyarakat modern.2 Dapat diartikan bahwa modernisasi merupakan suatu proses yang dilalui masyarakat dalam meraih keyakinan berdasarkan kontrol rasional ilmiah terhadap lingkungan dan manusia, serta aplikasi teknologi yang sesuai dengan tujuannya.

Karya tiga tokoh sosiologi pada abad ke-19 secara khusus berpengaruh hingga abad ke-20 dan bahkan sampai abad ke-21. Maka karena itulah mereka dianggap tokoh klasik dalam disiplin ilmu sosiologi. Mereka adalah Emile Durkheim (1858-1917) seorang asal perancis, Karl Marx (1818-1883) dan Max Weber (1868-1920) keduanya nya berasal dari Jerman. Meski terdapat perbedaan dari teori sosiologi yang mereka kembangkan, karya mereka masing-masing mewakili respons intelektual dan politik terhadap kondisi yang historis yang sama. Kekuatan terbesar yang bekerja pada abad ke-18 yang disebut oleh ahli sejarah disebut pencerahan: pada masa kini para sosiolog menyebutnya modernitas. Sosiologi berkembang karena modernitas itu, dan teori-teori dari banyak tokoh penting pada abad ke-19 dan abad ke-20 dapat dilihat sebagai aneka warna respons terhadap kelahiran dunia modern.3

Teori modernisasi merumuskan proses kemajuan dengan beberapa ciri, yakni merupakan proses bertahap, modernisasi merupakan proses hegemoni, modernisasi merupakan proses peniruan terhadap negara-negara maju, khususnya negara Barat, modernisasi adalah suatu proses yang tidak bergerak mundur,

1 Aprinus Salim, Sastra Negara dan Perubahan Sosial, 161. 2 Lihat, Aprinus Salim, Sastra Negara dan Perubahan Sosial, 105.

3 Pip Jones, DKK, Pengantar Teori-Teori Sosial (Jakarata: Yayasan Pustaka Obor,

(26)

16

modernisasi merupakan proses progresif, dan modernisasi memerlukan waktu yang cukup panjang.4

Dalam pandangan yang dikotomis, dalam arti dihadapkan dengan konsep masyarakat modern, tradisional maka ciri-cirinya dapat diidentifikasi, terutama karena masih menggunakan teknologi primitif (sederhana), pembagian kerja belum ada atau masih sederhana, masyarakat masih berswasembada berdasarkan unit sosial dan produksi yang masih untuk kebutuhan primer. Pada umumnya, masyarakat percaya pada tradisi suci tertentu, organisasi masih bersifat komunal, solidaritas mekanis, sistem status berdasarkan garis keturunan, dan masih memiliki semangat gotong royong.5 Hal tersebut berbeda dengan masyarakat modern, yaitu suatu masyarakat industrial yang menggunakan teknologi tinggi (maju), pembagian kerja berdasarkan fungsi, interdependensi sosial, sekularisasi, birokrasi impersonal, solidaritas organik, mengutamakan prestasi, dan semangat urbanisasi.6

Di bidang kultural, modernisasi memperlihatkan empat fenomena. Pertama, terjadinya sekularisasi, yakni merosotnya arti penting keyakinan terhadap nilai-nilai agama dan kekuatan gaib, digantikan oleh gagasan dan aturan yang disahkan oleh argumen dan pertimbangan duniawi. Kedua, modernisasi menjadikan peran sentral ilmu yang meningkatkan pengetahuan, dan selanjutnya dimanfaatkan dalam bentuk teknologi atau kegiatan produktif. Ketiga, terjadinya demokratisasi pendidikan yang dapat menjangkau lapisan penduduk yang semakin luas dan tingkat pendidikan yang makin tinggi. Keempat, munculnya budaya massa, produk seni, kesusastraan, dan artistik berubah menjadi komoditas yang tersebar luas di pasar dan menarik semua lapisan sosial.7

Selanjutnya Weber mengembangkan teori dan kemajuan dalam hubungan peranan agama dan pengaruhnya terhadap tingkah laku ekonomi. Teori Weber berdasarkan kajiannya terhadap sejumlah masyarakat protestan. Dalam kajian itu Weber melihat posisi budaya dan memilah masyarakat dalam dua kecenderungan yang disebutnya sebagai masyarakat Barat dan Timur. Dalam pemikirannya, Weber memberi tekanan pada ciri utama masyarakat Barat, yakni rasionalitas, adanya kegairahan untuk selalu berspekulasi, dan melakukan eksperimen. Dengan cara itu, Masyarakat Barat memiliki kemampuan untuk melakukan ekspansi dan menjangkau daerah-daerah yang lebih luas (jauh).

Marx dan Engels lebih tegas membahas tentang modernitas sebagai upaya transformasi sosial, yang dikutip oleh Pip Jones dalam bukunya Pengantar Teori-Teori Sosial, Semua yang mapan, hubungan-hubungan yang kaku dan tetap, yang sarat dengan muatan pikiran dan pandangan prasangka yang begitu kuat, disapu bersih, semua diganti oleh pikiran-pikiran baru. Semua yang lama lenyap dibawa angin, semua yang suci menjadi tidak suci, dan manusia akhirnya berhadapan

4 Samuel Huntington, ‚The Change to Change: Modernization, Development, and

Politics, ‛ dalam Cyril E. Black (ed.), Comparative Modernization: A Reader. New York: The Free Press, 1976. H, 30-31.

5 Aprinus Salim, Sastra Negara dan Perubahan Sosial, 121.

6 M. Abraham, Modernisasi Dunia Ketiga (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991), h.

13.

(27)

17

langsung dengan kondisi-kondisi nyata dalam kehidupan mereka sendiri dan hubungan mereka satu sama lain.8

Stuart Hall membagi empat aspek yang mendefinisikan masyarakat modern:9

1. Bentuk - bentuk dominasi otoritas sekuler dan kekuasaan politik yang beroperasi dalam batas-batas teritorial yang merupakan karakteristik struktur-struktur besar dan rumit dari negara dan bangsa modern.

2. Ekonomi pertukaran yang moneterisasi dan berdasarkan produksi dan konsumsi berskala besar atas berbagai komoditas bagi pasar serta kepemilikan luas atas properti pribadi dan akumulasi modal dengan sistematika dan berangka panjang.

3. Kemerosotan tataran sosial tradisional, kesetiaan yang tumpang tindih, dan penampilan pembagian pekerjaan secara sosial dan seksual yang dinamis. Dalam masyarakat kapitalis modern, hal ini didirikan oleh pembentukan-pembentukan kelas sosial baru dan hubungan patriarki yang berbeda antara laki-laki dan perempuan.

4. Kemerosotan dunia religius dalam masyarakat tradisional serta kebangkitan budaya sekuler dan materialisme yang memperlihatkan impuls-impuls individu, rasional, dan instrumental.

Bagi Marxis bahwa analisis hubungan antara infrastruktur dan suprastruktur menunjukkan kepada kita banyak hal tentang kekuasaan dalam masyarakat berkelas. Kelas dominan menguasai dan mengendalikan karena mereka dipandang superior oleh orang yang tidak memiliki kekayaan yakni orang-orang yang selama ini sudah disosialisasikan ke dalam gagasan dominan oleh agensi-agensi suprastruktural. Kelas-kelas subordinat tunduk kepada ideologi dominan, yang menyembunyikan hakikat yang riil dari masyarakat kelas. Kesadaran kelas subordinat mengenai realitas semu dan salah. Ketika tataran institusional yang muncul untuk mendukung produksi tertentu tidak lagi cocok dengan hubungan produktif, karena perubahan-perubahan keadaan ini terjadi sepanjang waktu, tekanan bagi terjadinya perubahan pun muncul. Kelas yang dieksploitasi pun mulai melancarkan perjuangan politik, yang dirancang untuk menggantikan tataran sosial yang lama dengan yang lebih sesuai dengan tataran ekonomi yang baru.10

Beberapa negara di bagian Eropa Timur dan Amerika Selatan muncul perkembangan sosialisme, dan bahkan sejumlah negara di Asia, teori modernisasi kembali dipercanggih oleh Amerika pada tahun 1950-an. Hal itu sebagai reaksi terhadap teori sosialisme yang banyak dianut oleh negara-negara baru merdeka, dan Amerika merasa terancam dengan munculnya negara-negara baru yang mengikuti garis sosialisme tersebut. Amerika yang menyadari situasi tersebut mendorong ilmuwan sosial mengembangkan teori untuk memahami Dunia Ketiga dan Amerika

8 Pip Jones, DKK, Pengantar Teori-Teori Sosial, h. 33.

9 Akhyar Yusuf Lubis, Postmodernisme: Teori dan Metode (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2016), 8.

(28)

18

memanfaatkan modernisme dan mendorong kapitalisme untuk membendung sosialisme.11 Teori modernisasi dan pembangunan, yang pada dasarnya merupakan gagasan tentang perubahan sosial dalam perjalanannya, telah berubah menjadi ideologi.

Berdasarkan penjelasan diatas modernitas dapat diukur dengan perubahan atau ditandai dengan fenomena, sebagai berikut:12

1. Kapitalisme sebagai rasionalitas ekonomi

Secara etimologi kapitalisme berasal dari kata modal yang berarti aset. Menurut Werner Sombart (1863-1941), kapitalisme adalah sistem ekonomi yang didominasi dan dicirikan oleh peran modal yang didasarkan pada tiga ide utama: usaha untuk memperoleh atau memiliki, persaingan, dan rasionalitas.

2. Produksi massal berbasis industri

Selain kapitalisme, modernitas juga diukur dengan penyebaran fenomena industri yang bertentangan dengan tradisionalisme dengan sektor pertanian. Hal ini tidak berarti bahwa dalam modernitas tidak ada pertanian, tetapi pertanian dengan teknologi dan efisiensi dan efektivitas. Selain itu, jenis pertanian yang berkembang di setiap modernitas adalah pertanian, seperti yang ditunjukkan dalam revolusi industri di Inggris. Pengembangan industri sebagai ukuran modernitas adalah hasil yang tak terelakkan dari pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (penemuan baru), yang bertentangan dengan pemikiran takhayul atau irasional yang dikembangkan dalam masyarakat tradisional. Pengembangan industri juga terkait dengan rasio instrumental sebagai rasio utama kapitalisme.

3. Penduduk perkotaan dan kontrol melalui medis.

Sebagai hasil dari perkembangan industri yang memerlukan tenaga kerja, pengembangan urbanisasi adalah salah satu tanda modernitas. Peningkatan populasi kota ini kemudian tak terelakkan, bukan hanya karena urbanisasi tetapi juga kemakmuran yang berkembang. Menurut Foucault (1926-1984), sebuah fenomena yang timbul sebagai akibat pergeseran dari dominasi medis keagamaan ke medis berbasis teknologi (klinis) dalam periode modernitas. Foucault menyebutnya sebagai Bio-medis.

Bio-medis berfokus pada pemberantasan penyakit yang ditemukan dalam tubuh daripada pembasmian terhadap penyebab penyakit di luar tubuh. Hal ini berbeda dari pengobatan holistik yang menggabungkan sosial, emosional, dan pengobatan fisik. Bio-medis juga berbeda dengan perawatan pra-modernitas yang melihat penyakit sebagai akibat dari sihir atau dihukum karena melakukan dosa-dosa tertentu. Tubuh manusia modern berada dibawah kendali ketat staf medis rumah sakit tidak hanya melalui pengobatan, tetapi juga melalui pencegahan. Mengenai itu, masyarakat modern dapat menjaga kesehatan mereka agar industri produksi dan komoditas dapat dimantapkan, dan

11 Fakih Mansur, Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2003), h. 48-49.

12 Sukran Kamil, ‚ Is Religion Compatible with Modernity? An Overview on

Modernity’s Measurements And its Relation to Religion,‛ INSANIYAT Journal of Islamic and Humanities. Vol. 2. No. 2, (2018), 93-100.

Gambar

Gambar 2: Signifikasi Dua Tahap Barthes. 92

Referensi

Dokumen terkait