• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Guru Bimbingan pada dasarnya bertugas untuk mendidik dan memberi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Guru Bimbingan pada dasarnya bertugas untuk mendidik dan memberi"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Guru Bimbingan pada dasarnya bertugas untuk mendidik dan memberi pengarahan khususnya terhadap siswa di lapangan. Keberhasilan seorang siswa merupakan bagian dari hasil kerja seorang guru Bimbingan dan Konseling (BK). Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari cara kerja seorang guru BK, juga dari cara guru BK tersebut membangun komunikasi dan hubungan baik terhadap siswa. Seorang guru BK harus memberikan contoh sikap yang baik terhadap siswa karena secara tidak langsung guru BK akan mempengaruhi aspek dalam kehidupan siswa, misalnya aspek sosial, ekonomi, maupun psikologis. Jika seorang guru BK dapat mencerminkan sosok yang patut dicontoh, maka guru tersebut akan dihargai selayaknya seorang guru yang profesional dan berpendidikan dalam bidangnya.

Guru pembimbing harus mencerminkan sosok guru yang bisa dipercaya, dianut perkataannya dan di contoh sikapnya. Sehingga layanan yang diberikan berupa layanan klasikal maupun kelompok akan berjalan sesuai yang diharapkan. Namun pada kenyataannya seorang guru pembimbing kurang memperhatikan perannya dan sikapnya di lapangan. Guru pembimbing masih dipandang sebagai guru yang tugasnya menghukum, menghakimi, dan orang yang ditakuti karena tugasnya.

(2)

2

Hastuti (2004) menerangkan bahwa salah satu hambatan guru BK dalam melaksanakan peranannya di sekolah adalah persepsi siswa yang salah; siswa tidak memahami hakikat pelayanan bimbingan; siswa memandang konselor sebagai satpam sekolah; siswa enggan menghadapi konselor karena mengira akan dimarahi, lebih-lebih bila dipanggil; siswa belum menghayati bimbingan karier sebagai kebutuhan dan mengisi waktu dengan kegiatan yang lebih disenagi; siswa takut menghadapi konselor karena khawatir kena sindiran teman sudah kena penyakit stres. Hal ini jelas sangat merugikan karena pada dasarnya guru pembimbing bertugas untuk memberikan motivasi terhadap siswa, memberi pengarahan dan bersikap hangat, terbuka dan tidak suka menghakimi siswa.

Persepsi dalam pengertian ini tidak hanya sekedar melihat, sebab persepsi merupakan proses yang membentuk dan mendasari suatu sikap dan perilaku seseorang. Sehingga persepsi terhadap peranan guru BK dapat dikatakan sebagai pandangan yang mengarah kepada penilaian siswa terhadap perilaku atau kepribadian serta peranannya sebagai seorang guru BK.

Persepsi siswa terhadap guru BK terjadi karena siswa tersebut memperhatikan sesuatu yang nampak pada diri guru BK, yang dimaksud adalah; 1) penampilan fisik meliputi; a) mimik wajah; seorang guru BK hendaknya bisa menunjukkan ekspresi wajah yang tersenyum, bibir tidak cemberut, dan tatapan mata dengan sorot lembut (tidak melotot), ramah, dan lain-lain, b) arti faktual; Seorang guru BK harus bisa menjadi teladan bagi siswa-siswanya. Salah satunya dalam penampilan. Guru BK hendaknya memakai pakaian yang sopan, tidak merias diri berlebihan dan juga tidak memakai aksesories yang banyak atau terlalu

(3)

3

berlebihan, 2) perilaku, walaupun belum ada pola yang tegas tentang perilaku guru BK yang efektif, tetapi sekurang-kurangnya guru BK hendaklah memiliki sikap yang ramah, sabar, bisa mengontrol emosi, komunikatif, dan lain-lain, 3) ruang lingkup kerja guru BK, memberikan bimbingan kepada siswa, melaksanakan layanan bimbingan konseling, memahami siswa.

Penelitian Hariastuti (2007) tentang mengurangi persepsi negatif siswa tentang guru BKdengan strategi pengubahan pola pikir, meyimpulkan bahwa 60% siswa mempunyai pandangan bahwa guru BK merupakan guru yang galak, suka memarahi dan menghukum siswa yang melanggar tata tertib sekolah, serta terkadang kurang tegas dalam menghadapi siswa. Data juga menunjukkan bahwa polisi sekolah merupakan image yang sering disandang oleh seorang konselor sekolah.

Penelitian Wianto (2007) tentang pandangan siswa kelas XI SMAN 1 Getasan terhadap kinerja guru pembimbing dalam melaksanakan bidang bimbingan belajar, menyimpulkan bahwa 59,8% siswa memandang kinerja guru BK dalam melaksanakan bidang bimbingan menunjukan bahwa terdapat aspek yang rendah dari empat aspek dengan nilai rata-rata 15,4262 yaitu pada aspek kode etik bimbingan dan konseling. Selain itu penelitian ini juga menunjukan adanya peningkatan kinerja guru BK khususnya dalam melaksanakan bidang bimbingan belajar siswa kelas XI SMAN-1 Getasan, sehingga motivasi siswa belajar meningkat. Penelitian ini mendukung pendapat dari Sherter dan Stone (dalam Wianto, 2007) yang menyatakan bahwa faktor pandangan dapat mempengaruhi keberhasilan bidang bimbingan belajar meliputi tingkahlaku guru

(4)

4

pembimbing, kemampuan guru pembimbing, keahlian dan pengalaman guru pembimbing.

Penelitian Ika Dwi Nurhayu (2007) tentang hubungan persepsi siswa tentang layanan bimbingan dan konseling dengan pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling. Penelitian ini menunjukkan bahwa siswa memandang baik/memberikan penilaian yang baik terhadap layanan bimbingan dan konseling.

Penelitian Lugianto tentang persepsi siswa terhadap peran bimbingan konseling di SMKN 2 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012 menyimpulkan bahwa terdapat 83,8% siswa mempersepsi baik terhadap peranan guru BK. Penelitian Wardani dan Retno, (2009) tentang strategi pengubahan pola pikir dan persepsi negatif siswa terhadap peranan guru BK menyatakan bahwa konselor merupakan sosok guru yang tegas, yang dapat memberi perhatian, motivasi atau arahan kepada para siswa.

Penelitian Hafsa (2005) tentang hubungan persepsi siswa terhadap guru BK dengan kepuasan layanan bimbingan dan konseling di SMAN 1 Sragi Pekalongan, menyimpulkan bahwa persepsi siswa terhadap guru BK memberi sumbangan efektif terhadap kepuasan layanan bimbingan konseling sebesar 11,2% dan 88,8% sisanya dipengaruhi oleh faktor atau variabel-variabel lain, seperti kualitas pelayanan, faktor situasi, faktor personal, penguasaan konselor dan kurikulum. Hal inilah yang membuat penelitian tentang persepsi siswa terhadap peranan guru BK penting untuk dilakukan

Berdasarkan pengalaman dan hasil pengamatan penulis, sampai saat ini anggapan guru BK sebagai guru khusus untuk siswa bermasalah masih tetap

(5)

5

melekat di sebagian besar sekolah. Sehingga hal inilah yang mendorong penulis tertarik untuk meneliti tentang persepsi siswa terhadap peranan guru BK di SMAN 2 Salatiga, agar dapat mengetahui persepsi siswa terhadap peranan guru BK dan kiranya dapat merubah persepsi yang salah (miskonsepsi) terhadap peranan guru BK di SMAN 2 Salatiga. Pertimbangan yang diambil dalam memilih SMAN 2 Salatiga sebagai objek penelitian adalah karena: kemudahan akses, berdasarkan pengamatan penulis, siswa kelas X SMAN 2 Salatiga sering meninggalkan kelas ataupun sengaja masuk kelas terlambat setelah jam istirahat jika di kelas tersebut dijadwalkan jam BK.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka masalah penelitian yang dirumuskan adalah bagaimana persepsi siswa kelas X terhadap peranan Guru BK di SMA Negeri 2 Salatiga.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui persepsi siswa kelas X terhadap peranan guru BK di Sekolah.

1.4. Manfaat Penelitian.

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis, yakni:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian dapat menjadi sumbangan pengetahuan dalam Bimbingan dan Konseling mengenai persepsi layanan Bimbingan dan Konseling terhadap

(6)

6

sosok pribadi dan kerja guru BK dan diharapkan dapat memperkaya teori bimbingan dan konseling khususnya dalam hal persepsi siswa terhadap peranan guru BK.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan sebagai bahan pertimbangan dan sekaligus sebagai bahan masukan bagi pengurus sekolah agar lebih memperhatikan peranan Guru BK supaya perbaikan peran guru BK menjadi lebih kondusif bagi tumbuh kembang siswa. Selain itu diharapkan dapat membantu guru BK untuk dapat mengevaluasi diri ataupun kinerja selama ini baik itu penampilan, sikap, cara berkomunikasi, maupun dalam pemberian layanan.

1.5. Sistematika Penulisan

Sistem penulisan ini terdiri dari lima bab, yang meliputi:

Bab I dengan judul pendahuluan, menjelaskan tentang : latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan

Bab II dengan judul kajian pustaka, yang berisi tentang Peranan guru BK dan pengertian tentang persepsi siswa terhadap peranan guru BK

Bab III dengan Judul Metodelogi Penelitian, mengenai jenis penelitian, populasi dan sampel, teknik pegumpulan data, tehnik analisis data, pelaksanaan penelitian, waktu dan tempat penelitian.

Bab IV dengan judul hasil penelitian dan pembahasan mengenai subjek penelitian, penyajian dan analisa data

Referensi

Dokumen terkait

Ada banyak sekali manfaat dari perencanaan strategis ini apabila kita mampu menyusun dan menerapkannya dengan baik, apapu cara yang dipakai perencanaan strategis

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (5) Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah

Proses pembelajaran PPKn kelas VII E MTs N 7 Sleman dengan menggunakan model SQ3R. Peneliti pada tahap ini sebagai pengamat ketika guru mengajar setiap langkah-langkah

(1) Rencana Kerja (RENJA) Dinas Perhubungan Kabupaten Pacitan Tahun 2018 disusun dengan berpedoman pada Perubahan Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Perhubungan

Aplikasi – aplikasi yang akan dipasang pada Sistem Operasi Fedora Core adalah: • Apache Web Server : Apache Web Server merupakan program untuk.. menjalankan web dalam

Secara umum studi ini memberikan sumbangan keilmuan dalam bidang pendidikan, yaitu dengan adanya adanya karakter anti korupsi yang dikelola baik secara sengaja maupun tidak

beberapa jenis seperti birthday card yang berisi ucapan selamat ulang tahun, weeding card yang berisi ucapan pernikahan, weeding anniversary card yang berisi ucapan ulang

Berdasarkan Pasal 295 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 dan Perubahannya Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,