• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAU TEORI. makluk hidup yang bersangkutan. Sedangkan menurut Skiner (1998) perilaku

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAU TEORI. makluk hidup yang bersangkutan. Sedangkan menurut Skiner (1998) perilaku"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II TINJAU TEORI

A. Perilaku

1. Defenisi Perilaku

Dari aspek biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makluk hidup yang bersangkutan. Sedangkan menurut Skiner (1998) perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Dengan demikan perilaku manusia terjadi melalui proses stimulus- organisme - Respons, sehingga teori skinerini disebut “S-O-R” (stimulus-organisme-respons).

2. Domain Perilaku

perilaku adalah totalitas yang terjadi pada orang yang bersangkutan. Dengan perkataan lain, perilaku adalah keseluruhan (totalitas) pemahaman dan aktivitas seseorang yaang merupakan hasil bersama antara faktor internal dan eksternal. Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian domain perilaku oleh bloom dikembangkan menjadi 3 yaitu:

1. Pengetahuan

Pengetahuan dalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang di milikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan ( mata ). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intesitas atau tingkat yang

(2)

berbeda- beda. Secara garis besarnya dibagi menjadi 6 tingkatan pengetahuan, yakni :

a. Tahu ( Know )

Diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk keadaan-keadaan pengetahuan ini adalah meningat kembali terhadap suatu spesifik dari seluruh bahasa yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu (know) merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah . b. Memahami ( comprehension )

Memahami sebuah objek sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

c. Aplikasi ( application )

Aplikasi diartikan apabila orang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain .

d. Analisa

Analisa adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan atara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.

(3)

e. Sintesis ( synthesis )

Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen - komponen pengetahuan yang dimiliki.

f. Evaluasi (evaluation )

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma – norma yang berlaku dimasyarakat.

2. Sikap ( Attitude)

Menurut (Notoatmodjo, 2010) Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulis atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senag- tidak senang, setuju- tidak setuju, baik – tidak baik, dan sebagainya). Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok :

• Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek. • Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. • Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Katagori Sikap Berbagai :

Menurut Heri Purwanto, sikap tediri dari :

1. Sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyayangi, mengharapkan, obyek tertentu.

2. Sikap negatif, terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu Sikap mempunyai tingkatan-tingkatan berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut :

(4)

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek).

b. Menanggapi (responding)

Menanggapi di sini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

c. Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakini. Seseorang yang telah mengalami tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya resiko lain (Notoatmodjo, 2010).

3. Tindakan atau Praktik (Practice)

Dari penjelasan di atas, sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain diantaranya adalah fasilitas atau sarana dan prasarana. Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yakni :

a. Praktik terpimpin (guided response)

(5)

tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan. b. Praktik secara mekanisme (mechanism)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis. c. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu tindakan yang sudah bertindak. Artinya, apa yang dilakukan tidak sekadar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas .

B. MASA NIFAS 1. Defenisi Masa Nifas

Masa Nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat- alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira- kira 6 minggu Saleha. (2009).

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas)

Pada masa nifas ini terjadi perubahan- perubahan fisik maupun psikis berupa organ reproduksi, terjadinya proses laktasi, terbentuknya hubungan antara orangtua dan bayi dengan Sumber dukungan. Atas dasar tersebut perlu dilakukan suatu pendekatan antara ibu dan keluarga dalam manajemen kebidanan. Adapun tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas untuk :

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.

b. Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi

(6)

c. Memberikan pendidikan kesehatan maupun perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari- hari.

d. Memberikan pelayanan keluarga berencana. e. Mendapatkan kesehatan emosi.

C. NEONATUS 1. Defenisi Neonatus

Neonatus adalah noenatus yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram (Maryanti, 2011).

Perawatan Lanjutan Pada Bayi Baru Lahir adalah:

1. Mengunting kuku 2. Membersihkan telinga 3. Membersihkan mata

4. Merawat Kulit Bayi Baru Lahir 5. Merawat Tali pusat Bayi Baru Lahir.

D. PERAWATAN TALI PUSAT 1. Defenisi Tali Pusat

Tali pusat atau funiculus umbilicus merupakan sebuah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan. Tali pusat hanya berperan selama proses kehamilan, ketika bayi sudah dilahirkan maka tali pusat sudah tidak dibutuhkan lagi. Iru

(7)

sebabnya, tindakan yang paling sering dilakukan adalah memotong dan mengikat tali pusat hinga akhirnya beberapa hari setelah itu tali pusat hingga beberapa hari setelah tali pusat akan mengering dan lepas sendirinya ( Riksani,2012).

Tali pusat merentang dari umbilicus (pusar) janin ke permukaan plasenta dan mempunyai panjang normal kurang lebih 50-55 cm, dengan ketebalan sekitar 1-2 cm. Tali pusat dianggap berukuran pendek, jika panjangnya kurang dari 40 cm. Tali pusat yang terlalu panjang ataupun pendek mempunyai dampak yang tidak baik bagi bayi. Jika tali pusat terlalu panjang, akan beresiko terjadinya lilitan tali pusat di sekitar leher ataupun bagian tubuh janin yang lainnya. Sebaliknya, tali pusat yang pendek akan menyulitkan ketika proses persalinan bersalin (Riksani,2012).

2. Fungsi Tali Pusat

1. Saluran yang menghubungkan plasenta dan bagian tubuh janin sehingga janin mendapat asupan oksigen, makanan, dan antibodi dari ibu yang sebelumnya diterima terlebih dahulu oleh plasenta melalui vena umbicalis. 2. Saluran pertukaran bahan-bahan kumuh seperti urea dan gas

karbondioksida yang akan meresap keluar melalui arteri umblikalis (Irwan Kusuma,2011).

3. Defenisi Perawatan Tali Pusat

Perawatan tali pusat adalah melakukan pengobatan dan pengikatan tali pusat yang menyebabkan pemisahan fisik ibu dengan bayi. Kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan bersih dan dan terhindar dari infeksi tali pusat. Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan menimbulkan dampak positif, yaitu tali pusat akan puput pada hari ke 5 sampai ke 7 tanpa ada komplikasi, sedangkan dampak negatif dari perawatan tali pusat yang btidak benar adalah

(8)

bayi yang akan mengalami penyakit tetanus neonaturum dan akan mengakibatkan kematian (Ronald,2011) .

4. Tujuan Perawatan Tali Pusat

Tujuan perawatan tali pusat adalah mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir. Penyakit ini disebabkan karena masuknya spora kuman tetanus ke dalam tubuh melalui tali pusat, baik dari alat yang tidak steril, pemakaian obat-obatan, maupun bubuk atau daun- daunan yang ditaburi ke tali pusat sehingga akan mengakibatkan infeksi (Ronald,2011) .

5. Penatalaksanan perawatan tali pusat yang benar a. Peralatan yang dibutuhkan (Putra sitiatava, 2012) :

1. Air bersih 2. Kain kasa steril.

3. Kapas lidi steril dengan tempatnya. 4. Sabun bayi.

5. Handuk bersih

6. Pakaian bayi dan perlengkapannya. b. Prosedur perawatan

1. Cuci tangan

2. Baringkan bayi di meja tindakan. 3. Dekatkan alat-alat pada meja tindakan

4. Buka pakaian bayi yang menutup area tali pusat. 5. Lepaskan balutan tali pusat.

6. Apabila sulit/ lengket, basuh kapas lidi dengan air bersih

7. Cuci tali pusat dengan air bersih dan sabun mulai dari pangkal sampai ujung dan sekitar dengan diameter 2cm

(9)

8. Lalu keringkan dengan handuk lembut.

9. Bungkus longgar tali pusat menggunakan kasa steril tanpa dibubuhi apa pun.

10. Kenakan pakaian bayi, selanjutnya rapikan

11. Baringkan bayi dengan posisi sesuai dengan kebutuhan. 12. Rapikan alat-alat dan kembalikan ke tempat semula. 13. Cuci tangan.

Penelitian menunjukkan bahwa lama pelepasan pelepasan tali pusat pada bayi dengan kasa kering lebih cepat dibandingkan dengan kasa alcohol 70%. Tali pusat akan terlepas dengan sendirinya, sehinggga sangat tidak dianjurkan untuk memegang atau mmenarik- narik tali pusat (Ronald,2010).

Penelitian yang dilakukan dore (1988) membuktikan adanya perbedaan perawatan antara perawatan taali pusat yang menggunakan alkohol pembersih dan dibalut kain kasa steril. Ia menyimpulkan bahwa tali pusat yang dirawat dengan secara alami lebih cepat dalam waktu pengeringan dibandingkan perawatan tali pusat dengan menggunakan alkohol (Riksani,2012).

6. Perawatan Tali Pusat Tidak Steril

Perawatan tali pusat tidak steril dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan pada bayi, di antaranya Tetanus neonatorum, omfalitis/ infeksi tali pusat, dan perdarahan tali pusat (Riksani,2012).

a. Tetanus neonatorum

Tetanus neonatorum adalah suatu penyakit pada bayi baru lahir yang disebabkan oleh spora yang disebut Clostridium tetani yang masuk melalui tali pusat. Hal ini disebabkan akibat perawatan atau tindakan yang tidak memenuhi syarat kebersihan. Misalnya, pemotongan tali pusat dengan

(10)

menggunakan bambu atau gunting secara tidak steril atau setelah tali pusat digunting, dibubuhi dengan berbagai benda yang tidak seharusnya/ tidak steril. Tetanus neonatorum ( tatanus pada bayi baru lahir) ini terjadi berawal dari pemotongan atau perawatan tali pusat yang tidak memperhatikan prinsip kesterilan alat yang digunakan saat merawat tali pusat. Gejaala yang jelas terlihat adalah adanya mulut mencucu seperti mulut ikan, mudah dan sering kejang disertai sianosi/ pucat, suu meningkat, kaku kuduk hingga kejang (Riksani,2012).

• Penanganan:

1. Mengatasi kejang dengan memberikan suntikan anti kejang

2. Menjaga jalan napas tetap bebas dengan memberikan jalan napas. Pemasangan spatel lidah yang dibungkus kain untuk mencegah lidah tergigit.

3. Mencari tempat masuknya spora tetanus dengan anti tetanus, umumnya di tali pusat atau di telinga.

4. Mengobati tetanus dengan anti tetanus serum (ATS) dan antibiotika. 5. Perawatan yang adekuat, kebutuhan oksigen, makanan,

keseimbangan cairan dan elektrolit.

6. Penderita/ bayi ditempatkan dikamar yang tenang dengan sedikit sinar mengingat penderita sangat peka ankan suara dan cahaya yang dapat merangsang kejang.

b. Omfalitis / Infeksi Tali Pusat

Penyebab infeksi tali pusat ini dalah bakteri stapilokokus, streptokokus, atau bakteri lainnya (Riksani,2012). Tanda- tanda dari infeksi adalah sebagai berikut:

(11)

• Bernanah

Kondisi ini bisa muncul jika anda kurang benar merawatnya, seperti kurang bersih dan kurang kering. Hal ini juga bisa terjadi bila pemotongan tali pusat dilakukan dengan benda yang tidak steril sehingga kuman tumbuh dan berkembang.

• Bau Tak Sedap

Bau yang tak sedap muncul pada tali pusat menandakan bahwa tali pusat terinfeksi. Lalu tali pusat akan bernaanah dan berlendir. Selain itu juga ditandai dengan kemerahan disekitar pusat.

• Tidak Banyak Menangis

Bayi yang terinfeksi umumnya tidak banyak menagis. Ia justru lebih banyak tidur. Gejala ini juga ditandai bayi malas minum, demam, dan kejang.

• Suhu tubuh meningkat, tubuh terasa hangat atau panas. Untuk lebih akurat, anda bisa menggunakan termometr untuk mengukur suhu tubuh bayi. Jika suhu tubuh melebihi 38 0 maka bayi sudah terkena demam.

• Penanganan :

1. Pertahankan tubuh bayi tetap hangat 2. ASI tetap diberikan atau diberi air gula

3. Diberi injeksi antibiotika berspekturum luas sesuai dosis.

4. Perawatan sumber infeksi, misalnya diberi salep yang mengandung neomisin dan bastitrasin pada tali pusat yang terinfeksi.

(12)

c. Perdarahan Tali Pusat

Peradarahan yang terjadi pada tali pusat bisa timbul sebagai akibat dari trauma pengikatan tali pusat yang kurang baik atau kegagalan proses pembentukkan trombus normal. Selain itu perdarahan pada tali pusat juga bisa sebagai petunjuk adanya penyakit pada bayi (Yeyeh rukiah,2010). Penatalaksanaan :

1. Penanganan disesuaikan sengan penyebab dari perdarahan tali pusat yang terjadi.

2. Untuk penaganan awal, harus dilakukukan tindakan pencegahan infeksi pada tali pusat.

3. Segera lakukan inform consent inform choise pada keluarga pasien untuk dilakukan rujukan.

7. Pencegahan Infeksi Tali Pusat

a. Ibu hamil harus mendapat imunisasi TT (Tetanus toksoid)

Imunisasi ini sangat aman dan tidak menimbulkan efek samping bagi ibu hamil. Dengan memperoleh imunisasi TT, maka di dalam tubuh ibu hamil akan di rangsang untuk proses pembentukan zat kekebalan yang spesifik terhadap penyakit tetanus .

b. Lakukan perawatan tali pusat dengan benar

1. Selalu mencuci tangan dengan sabun sampai bersih sebelum merawat tali pusat bayi.

2. Lakukan perawatan tali pusat dengan benar sesuai petunjuk dari bidan atau tenaga kesehatan.

(13)

3. Membersihkan tali pusat sesering mungkin, terutama bila terkena air seni atau kotoran tinja bayi, dan jangan lupa tali pusat di sabuni setiap mandi. 4. Pada tali pusat jangan dibubuhi dengan ramuan dedaunan, serbuk kopi,

atau parutan kunyit.

Pada saat merawata tali pusat, perhatikan apakah berbau tajam atau busuk dan apakah bengkak dan keluar cairan nanah atau darah. Jika menemukan kelainan tersebut segera hubungi bidan atau tenaga kesehatan yang terdekat (Ronald,2011).

8. Prinsip Perawatan Tali Pusat

1. Jangan mengoleskan bahan atau ramuan apapun ke puntung tali pusat 2. Hal- hal berikut perlu menjadi perhatian ibu dan keluarga:

a. Memperhatikan popok di area putung tali pusat

b. Jika puntung tali pusat kotor, cuci secara hati- hati dengan air dan sabun. Keringkan secara skasama dengan kain bersih.

c. Jika pusat menjadi merah atau mengeluarkan nanah atau darah, harus segara bawa bayi tersebut ke fasilitas yang mampu memberikan perawatan tali pusat secara lengkap (Sodakin, 2009).

9. Faktor Penyebab Terjadinya Infeksi Tali Pusat

1. Faktor kuman

Staphylococcus aereus ada dimana-mana dan didapat pada masa awal kehidupan hampir semua bayi, saat lahir atau selama masa perawatan. Biasanya Staphylococcus aereus sering dijumpai pada kulit, saluran pernafasan, dan saluran cerna terkolonisasi. Untuk pencegahan terjadinya infeksi tali pusat sebaiknya tali pusat tetap dijaga kebersihannya, upayakan tali pusat agar tetap kering dan bersih, pada

(14)

saat memandikan di minggu pertama sebaiknya jangan merendam bayi langsung ke dalam air mandinya karena akan menyebabkan basahnya tali pusat dan memperlambat proses pengeringan tali pusat.

2. Faktor Maternal

Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.

3. Faktor Neonatatal

a. Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko terjadinya infeksi. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kulit dan selaput lendir yang tipis dan mudah rusak, kemampuan fagositosis dan leukosit immunitas masih rendah.

b. Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak diproduksi

(15)

sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi.

c. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens infeksi pada bayi laki- laki empat kali lebih besar dari pada bayi perempuan.

4. Faktor Lingkungan

a. Ada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.

b. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bisa menimbulkan resiko pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda.

c. Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh E.colli.

d. Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus yaitu :

• Proses persalinan

(16)

dengan klem plastik tali pusat (bila tersedia) (APN,2008:99).

Persalinan yang tidak sehat atau yang dibantu oleh tenaga non medis, terjadi pada saat memotong tali pusat menggunakan alat yang tidak steril dan tidak diberikan obat antiseptik. Untuk perawatan tali pusat juga tidak lepas dari masih adanya tradisi yang berlaku di masyarakat.

5. Faktor tradisi

Sebagian masyarakat misalnya dengan memberikan berbagai ramuan-ramuan atau serbuk-serbuk yang dipercaya bisa membantu mempercepat kering dan lepasnya potongan tali pusat. Ada yang mengatakan tali pusat bayi itu harus diberi abu-abu pandangan seperti inilah yang seharusnya tidak boleh dilakukan karena justru dengan diberikannya berbagai ramuan tersebut kemungkinan terjangkitnya tetanus lebih besar biasanya penyakit tetanus neonatorum ini cepat menyerang bayi, pada keadaan infeksi berat hanya beberapa hari setelah persalinan jika tidak ditangani biasa mengakibatkan meninggal dunia (Sodakin, 2009).

Referensi

Dokumen terkait

30 Saya lebih menyukai ketika menungkan kemampuan serta hal yang saya bisa dengan meniru dan mengambil contoh karya orang lain yang saya sukai dengan begitu

UNAIR NEWS – Menjadi sebuah kehormatan bagi Fakultas Hukum Universitas Airlangga yang menjadi tuan rumah konferensi nasional oleh Asosiasi Dosen Perbandingan Hukum

Usaha manusia untuk menunda dan mempercepat kedatangan ajal merupakan usaha sia-sia karena kedatangan ajal bagi setiap orang berbeda-beda karena ini menyangkut Ilmu Allah

Grafik dengan jelas menunjukan bahwa sangat sedikitnya mahasiswa yang menggunakan internet untuk Tugas bahkan kebanyakan dari mereka menggunakan internet untuk

– Memiliki kriteria untuk menghentikan proses.. • Algoritma yang baik harus bersifat efisien waktu dan penggunaan memori komputer. Hasil akhir fase penyelesaian masalah adalah

Zakat, infak, dan sedekah (ZIS) adalah merupakan sebuah bentuk perwujudan dari suatu aktivitas kedermawanan yang diajarkan oleh agama Islam. ZIS sebagai wujud

Salah satu dampak yang dirasakan oleh pemerintah adalah berkurangnya laporan hoaks, penanganan aduan lebih efektif karena terdapat status laporan yang dapat

Sebagai penutup, permasalahan permukiman penduduk perkotaan, harus dipecahkan dengan melibatkan penduduk setempat, pemerintahan kota, kelompok-kelompok interest,