• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKI FH Gelar Diskusi Tragedi Rohingya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKI FH Gelar Diskusi Tragedi Rohingya"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

SKI FH Gelar Diskusi Tragedi

Rohingya

UNAIR NEWS – Kekerasan terhadap etnis Rohingya yang dilakukan

oleh pemerintah Myanmar melalui militernya membuat para mahasiswa yang tergabung dalam Badan Semi Otonom (BSO) SKI FH UNAIR turut prihatin dan ingin mengkaji hal tersebut.

“Kita sebagai muslim tentunya prihatin dengan kejadian tersebut. bentuk prihatin kita yakni dengan mengadakan diskusi publik ini. Sebenarnya kami selalu mengadakan diskusi rutin dan kali ini bertepatan dengan adanya isu Rohingya sehingga isu tersebut kita jadikan bahan untuk dikaji. Kita ingin mengetahui sebenarnya apa yang terjadi di Myanmar tersebut dan tentunya dengan lingkup diskusi yang lebih luas,” ujar ketua SKI FH UNAIR.

Diskusi publik yang diselenggarakan pada (8/9) ini diisi oleh tiga pemateri yakni Iman Prihandono, Ph.D, I Wayan Tatib S.H.,M.S. yang keduanya merupakan dosen Fakultas Hukum UNAIR serta Firdaus Faisal yang mewakili suara mahasiswa.

Dalam pemaparannya I wayan Tatib menyoroti tragedi kemanusiaan ini dari prespektif humaniter internasional .

“ A p a y a n g d i l a k u k a n o l e h p e m e r i n t a h M y a n m a r d a p a t dikategorikan sebagai perbuatan genosida. Apabila hal itu masih terjadi maka kita dapat menuntut ke pengadilan pidana internasional,” ujar pengampu Hukum Internasional tersebut. Dilanjutkan oleh Iman yang menjelaskan mengenai tragedi rohingnya dilihat dari kacamata organisasi internasional.

“Peran serta dari organisasi internasional maupun lembaga dalam lingkup regional khususnya ASEAN ini harus berperan aktif dalam menciptakan perdamaian termasuk konflik internal dalam suatu negara,” ungkap ketua Departemen Hukum

(2)

Internasional tersebut.

Faisal sendiri menjelaskan mengenai peran mahasiswa dalam menyikapi tragedi rohingnya ini.

“Kita sebagai genarasi muda dalam menyikapi persoalan di myanmar ini jangan hanya dinilai bahwa ini persoalan agama saja. Tetapi ini juga ada konflik kepentingan ekonomi, politik dan lainnya,” ungkap mahasiswa semester 5 ini.

Kesimpulan dalam diskusi yang dihadiri oleh 26 mahasiswa ini adalah menolak tindakan yang dilakukan oleh pemerintahan Myanmar karena apapun bentuknya dan alasannya hal terssebut tidak dibenarkan secara hukum internasional.

Diskusi publik diakhiri dengan penandatanganan sebagai bentuk penolakan sikap atas tragedy rohingya inu.

Penulis: Pradita Desianti Editor: Nuri Hermawan

Mahasiswa

UNAIR

Ikuti

Konferensi Internasional di

Oxford

UNAIR NEWS – Tiga mahasiswa Universitas Airlangga mengikuti

konferensi internasional yang diselenggarakan di Universitas Oxford, Inggris, 16 – 18 Agustus 2017 lalu. Konferensi yang menjadi ajang bertemunya akademisi dari berbagai negara itu diadakan oleh lembaga penelitian Asia Tenggara terbesar di

(3)

Eropa, European Association for South East Asian Studies (EUROSEAS).

Ketiga mahasiswa itu adalah Dirgandaru G. Waskito (Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/2014), Tamara Meiliana Siswanto (Ilmu Hukum Fakultas Hukum/2014), dan Rinaldi Yoga Tamara (Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis/2013).

Konferensi yang diadakan tiap dua tahun sekali itu diikuti oleh sekitar 500 peserta yang berasal dari berbagai negara di dunia, seperti Inggris, Amerika Serikat, Australia, hingga Indonesia. Sebanyak 300 peserta diantaranya adalah sebagai presenter.

Mereka mempresentasikan makalah dengan judul Indonesia’s Urgency on Ratifying The AATHP Agreement: A Long-term Sustainable Resolution Commitment. Makalah itu dipresentasikan pada panel ‘The Politics of Climate Change’.

Dije sapaan akrab Dirgandaru G. Waskito mengatakan, topik yang ia dan tim presentasikan adalah pengaruh lingkungan terhadap pengambilan kebijakan di tingkat domestik dan internasional di Indonesia.

“Kami bertiga memiliki kepedulian pada topik-topik bidang lingkungan. Untuk itu kami mempresentasikan topik itu di sana,” ujar Dije selaku ketua tim.

Mahasiswa Hubungan Internasional itu mengaku senang dapat mengikuti konferensi internasional di Oxford. Selain berbagi pengalaman dengan ratusan akademisi dari puluhan negara, di Oxford ia dapat mengunjungi tempat-tempat yang selama ini hanya bisa lihat di film-film produksi Hollywood.

“Kami bisa melihat gedung-gedung tua seperti benteng dengan usia mencapi ratusan hingga ribuan tahun yang sering digunakan untuk syuting beberapa film Hollywood ternama, seperti Transformers dan Harry Potter,” ungkap mahasiswa yang telah

(4)

mengikuti ajang internasional sebanyak tiga kali itu.

Sementara Meily sapaan karib Tamara Meiliana Siswanto mengatakan, konferensi internasional ini adalah pertama kali bagi dirinya.

“Bagian pengalaman yang sangat menarik karena bisa presentasi di depan profesor-profesor dari berbagai universitas di seluruh belahan dunia serta dianggap sebagai researcher dari UNAIR,” tuturnya.

Sementara Rinaldi yang juga Wakil Ketua BEM UNAIR tahun 2017 menganggap konferensi kali ini sebagai pengalaman yang tak akan terlupakan. Apalagi dalam konferensi itu, mereka tercatat sebagai pemakalah termuda dari seluruh peserta yang ada.

“Kami adalah satu-satunya presenter yang masih undergraduate dan kami mempresentasikan karya kami di hadapan profesor, asisten profesor, dan mahasiswa S-2 maupun S-3 dari berbagai belahan dunia,” ujar mahasiswa yang pernah mengikuti ASEAN Forum 2014 di National University of Singapore ini. (*)

Penulis: Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S

Kuncinya, Persahabatan dan

Mitra Kerja

UNAIR NEWS – “Persahabatan itu mahal” itulah pernyataan tegas

dari Direktur Utama PT. Tourindo GKS, H.R. Mohamad Faried, S.H., yang merupakan alumni Universitas Airlangga. Ditemui disela acara pemberangkatan jamaah haji, Faried yang merupakan alumni Fakultas Hukum angatan tahun 1962 berkisah banyak hal

(5)

mengenai trik sukses dalam menjalankan roda bisnis.

Sebelum berkisah mengenai usaha yang ia rintis, Faried terlebih dahulu memaparkan kisahnya selama menempuh studi di FH UNAIR. Hal unik yang ia alami adalah menempuh studi S1 selama 17 tahun. Bukan tanpa sebab, Faried menjalani studi dalam waktu lama karena memenuhi amanah dari pemerintah.

“Saya masuk Fakultas Hukum tahun 1962 dan lulus 17 tahun kemudian. Awalnya lancar saja. Tapi ketika tahun 1965 ada insiden PKI yang membuat universitas tutup. Pemerintahan juga kacau. Saya salah satu dari mahasiswa UNAIR untuk mengisi pemerintahan di Surabaya. Saya ditempatkan menjadi staf,” terangnya.

Kesibukannya dalam mengabdi untuk mengisi pemerintahan membuat kuliah Faried terpaksa terbengkelai. Meski demikian, Faried tetap melakukan daftar ulang agar tetap tercatat menjadi mahasiswa UNAIR.

“Saat itu saya terpaksa meninggalkan kuliah, karena tidak mau mengecewakan yang sudah memberi mandat. Namun, saya juga tetap daftar ulang setiap tahunnya, baru setelah tahun ke-17 saya selesai,” kenangnya sembari tertawa.

Selanjutnya, Faried mulai berkisah mengenai perjalanan merintis usaha travel. Ia mengaku, untuk memulai usaha dalam bidang travel membutuhkan waktu yang lama. Terlebih usaha yang ia rintis merupakan usaha yang bergerak dalam pelayanan ibadah umat.

“Selepas lulus tidak langsung mendirikan Tourindo seperti ini. Saya menunggu petunjuk dari Allah SWT. dan baru mulai memikirkan hal ini tahun 1995 pada saat haji yang kedua. Pada tahun itu, ada perasaan batin yang luar biasa. Saya ingin memiliki travel yang bisa memfasilitasi anak cucu, keluarga, dan masyarakat,” terang bapak tiga anak tersebut.

(6)

tidaklah mudah. Faried menegaskan bahwa ketekunan dan keuletan menjadi modal utama untuk menghadapi berbagai kondisi, meski harus dalam kondisi krisis.

“Lahir pada saat krisis memang sulit. Modal utama adalah ketekunan dan keuletan dan terus mengembangkan jaringan. Situasi apapun adalah peluang, tergantung kita menyikapai. Sepanjang kita cerdas untuk menyiasati keadaan,” paparnya. Di akhir wawancara, Faried tidak lupa memberikan saran dan masukan untuk almamater tercinta. Sebagai bagian dari anggota wali amanah UNAIR, Faried sadar bahwa tantangan ke depan bagi UNAIR memang tidaklah mudah, terlebih untuk menyongsong menjadi kampus 500 dunia.

“Memang ini tantangan yang tidak kecil untuk membawa nama almamater agar menjadi kampus yang berwibawa dan melahirkan generasi emas bangsa. Kita membutuhkan semua mitra. Tidak hanya rektor dan mahasiswa, tapi semua pihak,” pungkasnya. Penulis: Nuri Hermawan

Merdeka Berarti Mampu Hidup

Mandiri

UNAIR NEWS – Hari Kemerdekaan menjadi momen penting bagi

sejarah Indonesia. Maka, dalam perayaan kemerdekaan, setiap warga berhak untuk terbebas dari paksaan ataupun tekanan orang-orang sekitar.

Itulah yang diungkapkan oleh Ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) Universitas Airlangga, Bayu Ari Eka. Merdeka dari paksaan berarti setiap warga negara Indonesia harus dapat

(7)

mandiri tanpa terkurung dari sesuatu yang mengikat.

Ketika seseorang terikat oleh sesuatu yang dipaksakan, menurut Bayu, hal itu belum dapat dikatakan sebagai kemerdekaan. Oleh karena itu, dirinya mengimbau agar warga negara berekspresi tanpa adanya paksaan dari pihak lain.

Sebagai mahasiswa Fakultas Hukum, Bayu melihat bahwa masalah penting yang seharusnya segera diselesaikan adalah ketegasan hukum mengenai penyebaran informasi yang tidak kredibel.

“Munculnya berbagai berita hoax dapat dimaknai bahwa belum adanya penguatan terhadap UU ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) sehingga membuat masyarakat tidak bertanggung jawab terhadap penyebaran info-info yang tidak benar,” tutur Bayu.

Mewujudkan penegakan hukum demikian memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Tentu saja ada kendala-kendala yang akan timbul. Namun, kendala tersebut hendaknya dijadikan tantangan untuk menegakkan hukum di Indonesia.

Bayu yang bercita-cita sebagai pakar hukum menambahkan, bahwa peran yang dapat dilakukan oleh ia nantinya adalah mengubah sejumlah regulasi yang sudah tidak relevan dengan kehidupan di Indonesia.

“Meskipun saya tahu bahwa itu nggak mudah tapi saya tetap semangat mencoba,” tegas mahasiswa FH itu.

Penulis: Pradita Desyanti Editor: Defrina Sukma S

(8)

Kementerian Luar Negeri dan

FH UNAIR Bahas Isu Hukum Laut

UNAIR NEWS – Kementrian Luar Negeri bersama Departemen Hukum

Internasional mengadakan agenda pembahasan terkait isu hukum laut yang dikemas dalam acara bertajuk “Kajian Hukum dan Keamanan Terhadap Rezim Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI)” pada Selasa (25/7).

Acara yang diselenggarakan di Aula Pancasila Gedung A Fakultas Hukum UNAIR dihadiri oleh Bebeb Akn Djundjunan selaku Direktur Hukum dan Perjanjian Kewilayahan Kementerian Luar Negeri. Dalam hal ini Bebeb bertugas sebagai keynote speech. Dalam paparannya, Bebeb menyampaikan bahwa sejak diterimanya konferensi juanda dalam konvensi hukum laut penerimaan konsep negara kepulauan menyebabkan kepentingan Indonesia terakomodasi.

“Dengan ALKI pengamanan untuk hal itu dapat difokuskan,” tegasnya.

Selanjutnya, acara dilanjutkan dengan pemaparan materi sesi I dari tiga narasumber. Dibuka dengan Prof. Dr. Hesjim Djalal selaku pakar hukum laut yang menyampaikan mengenai sejarah penetapan dan pengaturan alur laut kepulauan Indonesia pada UNCLOS 1982.

Kemudian ditambahkan oleh Andi Arsana, Ph.D, dari Universitas Gadjah Mada terkait perbedaan antara lintas alur laut kepulauan kepulauan dan rezim lintas lainnya. Pemaparan materi sesi I ditutup oleh Achmad Gusman Siswandi , PhD dari FH Universitas Padjajaran yang menjelaskan mengenai aspek penegakan hukum alur laut kepulauan Indonesia.

Pada pemaparan materi sesi II diisi oleh tiga narasumber. Pertama, Dr. Enny Narwati dari FH UNAIR yang mengulas mengenai tinjauan keamanan alur laut kepulauan Indonesia dalam

(9)

prespektif hukum internasional. Kedua, disampaikan oleh Kresno Buntoro, PhD dari diskum TNI AL yang menjelaskan beberapa hal seperti perlukan Indonesia menetapkan alur lau kepulauan timur barat. Ketiga, diisi oleh Dr. Iur Damos Dumali Agusman sekretaris Ditjen HPI, Kemlu yang membahas seputar konsekuensi penetapan alur laut kepulauan Indonesia terkait dngan penegakan hukum di perairan Indonesia.

Kesimpulan dari acara kali ini adalah keseimbangan hak dan kewajiban negara pantai dan negara penerima hak lintas belum bisa dibahas bersamaan, fokus pembahasan adalah Indonesia telah melaksanakan kewajibannya selain itu pelaksanaan ALKI tidak kondusif karena beberapa negara merefleksikan kekuatam militer negaranya ketika melanggar ALKI.

Tidak berhenti disitu, para peserta melakukan evaluasi setelah pembahasan tersebut telah selesai.

Penulis : Pradita Desyanti Editor : Nuri Hermawan

Mahasiswa FH Raih Juara II

Kompetisi Debat Konstitusi

UNAIR NEWS – Delegasi Badan Semi Otonom (BSO) Masyarakat Yuris

Muda Airlangga (MYMA) Fakultas Hukum, Universitas Airlangga mengantongi juara II dalam Lomba Debat Konstitusi yang diselenggarakan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tanggal 26-27 Juli lalu.

Tim debat yang beranggotakan Dina Mariana (mahasiswa tahun angkatan 2015), Desi Arianing Arrum (2015), Qonita Dina

(10)

Latansa (2015), Iwa Safira (2016), Lia Sutini (2015), dan Sayyidatul Insiyah (2016), mempersiapkan materi-materi yang digunakan untuk perlombaan dalam kurun satu minggu.

“Jujur ini persiapannya sangat mendadak, mulai dari izin kegiatan sampai meriset mosi hanya kita lakukan selama satu minggu,” ungkap Dina.

Meski hanya memiliki waktu satu minggu namun mereka fokus untuk membangun argumen antara pro dan kontra untuk setiap mosi yang akan dilombakan. Mereka juga berlatih debat secara rutin guna memantapkan diri sebelum lomba berlangsung.

Dalam kompetisi yang diselenggarakan di salah satu hotel di Malang, hasil tim debat UNAIR berakhir seri dengan lawannya. Namun sayangnya, tim lawan berhasil mendapatkan dua poin lebih tinggi dari juri sehingga langkah tim UNAIR terpaksa tak bisa melaju ke nasional.

“Semoga di kompetisi-kompetisi selanjutnya, kita bisa mendapatkan hasil yang lebih baik dengan persiapan yang jauh lebih matang,” tutup Dina.

Penulis: Pradita Desyanti Editor: Defrina Sukma S

Pusat Studi Hukum dan HAM

Adakan Diskusi Korporasi dan

Kerusakan Lingkungan

UNAIR NEWS – Pusat Studi Hukum dan HAM (HRLS) Fakultas Hukum, Universitas Airlangga, mengadakan diskusi dengan topic

(11)

Korporasi dan Kerusakan Lingkungan. Diskusi diadakan di Ruang Pertemuan Gedung C, Selasa (25/7).

Diskusi ini dihadiri oleh tidak kurang dari 19 orang diantaranya dari Front Nadiyyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam (FNKSDA) Surabaya, Pusat Studi dan HAM Universitas Surabaya, Universitas Pembanguan Negeri Jatim, Univerisitas Surabaya, dan KPRI Jatim serta kedua pemateri yakni Dr. Herlambang P. Wiratraman selaku Ketua HRLS FH UNAIR, dan Franky Butar Butar, S.H.,M.Dev Staf Pengajar Hukum Lingkungan FH UNAIR.

Herlambang mengatakan ada beberapa alas an memilih korporasi dan kerusakan lingkungan sebagai topik diskusi. Pertama, tidak sedikit penghancuran lingkungan di Indonesia yang disebabkan oleh korporasi. Kedua, berkaitan dengan aspek-aspek hukum.

“Banyak sekali penghancuran lingkungan di Indoensia yang sangat masif sekali. Salah satunya diakibatkan oleh hadirnya korporasi. Hadirnya investasi yang membangun korporasi yang tanpa memperhitungkan dampak lingkungan. Kita ingin mendiskusikan hal ini karena berkaitan dengan aspek-aspek hukum. Dimana hadirnya korporasi dan kerusakan lingkungan sebenernya tidak lepas dari aspek perizinan baik yang mengizinkan korporasinya maupun penegakan hukumnya ketika ada permasalahan lingkungan dan seterusnya,” tuturnya.

Franky menambahkan bahwa pengawasan secara rutin dan penerapan sanksi juga dibutuhkan. Ada tiga sanksi yang dapat diterapkan yakni saknsi administrasi, sanksi hukum, serta sanksi ekonomi. “Pengawasan ini harus dilakukan secara rutin. Misalnya semacam sidak. Karena tidak sedikit pabrik yang di pagi hari membuang limbah dengan benar namun malam hari membuang limbah sembarangan karena tidak ada yang mengawasi. Sebenarnya transparasi ini juga harus dilakukan. Biasanya ketika akan dibangun pabrik pengumuman hanya dilakukan satu hari atau ditempelkan ditempat yang sulit ditemukan sehingga warga tidak

(12)

mengetahui secara jelas. Sanksi yang dapat diterapkan adalah sanksi hukum, sanksi ekonomi, maupun saksi administrasi. Dari segi sanksi administrasi misalnya tidak diberikan izin kembali oleh pemerintah setempat,” ujar alumni Universitas Gadjah Mada tersebut.

Melalui diskusi kali ini diharapkan agar publik lebih peduli lagi terhadap lingkungan karena kerusakan lingkungan sebenarnya tidak hanya terjadi di daerah tetapi juga perkotaan.

Penulis : Pradita Desyanti Editor : Nuri Hermawan

Pernah

Juarai

Puluhan

Kompetisi Tarik Suara

UNAIR NEWS – Theodora Amabel Beatrice patut berbangga lantaran berhasil menjadi wisudawan terbaik S-1 Fakultas Hukum Universitas Airlangga. Gadis yang lulus dengan perolehan IPK sebesar 3.90 ini selain unggul dalam bidang akademik, juga telah menorehkan beragam prestasi dalam bidang tarik suara. Sejak tahun 1999, tercatat tak kurang dari 47 kompetisi pernah diikuti Theodora. Tidak jarang, ia menjadi juara dalam kompetisi-kompetisi itu. Diantara prestasi-prestasi itu adalah Juara I dan kategori Gold B Equal Voices (Youth), Kategori Folklore Gold B, kategori Mixed Choice Gold C tahun tahun 2012, Juara 1 Kategori Pemazmur pada Teeneger’s Spirit Competition SMTB tahun 2012, Juara 1 Petra Choir Festival pada April 2017, dan masih banyak lagi.

(13)

dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Paduan Suara UNAIR. Pada Juni lalu, dia bersama 38 anggota PSUA lainnya berhasil meraih tiga penghargaan yakni 1ST Gold Superior, Best Interpretation

of a Choral Piece composed after the Year 2000, dan Special Award for Audience Choice dalam ajang kompetisi The 3R D

International Choral Competition Ave Verum (ICC Ave Verum) di Baden, Austria.

Theodora menyadari, ia memilih musik sebagai kesibukannya selain pendidikan. Selama menempuh studi S-1 di FH UNAIR, alumni SMA ST. Louis Surabaya ini tak menampik adanya kendala, utamanya dalam membagi waktu.

Setelah menyelesaikan studi, Theodora berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan dengan mengambil jurusan Internasional Business Law. Tak ketinggalan, ia juga akan tetap berkarir di bidang tarik suara. Saat ini, gadis kelahiran Surabaya, 11 April 1995 itu sedang disibukkan dengan magang di salah satu kantor hukum swasta di Surabaya.

“Bijaksana dalam membagi waktu. Jangan malu-malu untuk bergaul dan belajar dari orang lain. Play hard study harder pray hardest,” demikian pesan Theodora. (*)

Penulis : Pradita Desyanti Editor : Binti Q. Masruroh

Konferensi Perdana Asosiasi

Dosen Perbandingan Hukum

(14)

Indonesia Digelar di Fakultas

Hukum UNAIR

UNAIR NEWS – Menjadi sebuah kehormatan bagi Fakultas Hukum Universitas Airlangga yang menjadi tuan rumah konferensi nasional oleh Asosiasi Dosen Perbandingan Hukum Indonesia (ADPHI). Konferensi nasional yang baru pertama kali terselenggara ini diikuti oleh tidak kurang dari 80 dosen seluruh Indonesia antara lain dosen Universitas Indonesia, Universitas Brawijaya, Universitas Padjajaran, dan Universitas Negeri Sebelas Maret.

Bertempat di Aula Pancasila FH UNAIR, Kamis (20/7), acara tersebut dibuka dengan sambutan ketua ADPHI Pof. Topo Santoso S.H,M.H., Ph.D. Dalam sambutannya, Topo mengungkapkan bahwa konferensi nasional ini baru diadakan pertama kali.

Meski demikian, ADPHI tidak jarang mengadakan pertemuan guna membahas kurikulum perbandingan hukum yang mana pertemuan tersebut diadakan di Universitas Padjajaran. Tidak hanya itu, ADPHI juga kerap menyelenggarakan rapat untuk membentuk jurnal, dan mengadakan seminar yang diisi oleh professor. “Pertemuan ini menjadi pertemuan sekaligus silaturahmi antar anggota serta presenter yang belum menjadi anggota juga dapat bergabung. Konferensi ini dijadikan ajang diskusi untuk melakukan pertukaran fikiran tentang perbandingan hukum,” ungkapnya.

Menambahkan pernyataan Topo, Dekan FH UNAIR Prof. Dr. Abd. Shomad, S.H dalam sambutan dan sekaligus membuka acara konferensi nasional mengatakan bahwa pihaknya bangga. Pasalnya FH UNAIR menjadi tuan rumah pada acara perdana yang dilaksanakan oleh ADPHI tersebut.

“Saya merasa tersanjung karena konferensi nasional pertama ini diselenggarakan di UNAIR. Konferensi nasional ini sangat perlu

(15)

karena globalisasi menyebabkan kita harus menyesuaikan diri dari berbagai aspek. Perubahan akan membawa dampak pada berbagai kajian termasuk pendidikan. Yang meliputi perubahan kurikulum di pendidikan tinggi. Sehingga diperlukan penyesuaian-penyesuaian,” ujar pengampu hukum Islam tersebut. Prof. Dr. Bagir Manan, S.H.,MCL., sebagai keynote speech menyampaikan bahwa materi ini bukan sesuatu yang asing.

“Dalam demokrasi dituntut untuk bersabar dalam mendengar perbedaan. Dalam ilmu demokrasi berlaku prinsip yang tidak boleh ada yang disembunyikan. Perbedaan itulah yang mendasari adanya kreativitas,” ungkapnya.

Memasuki acara inti yang dimoderatori oleh ketua ADPHI Pof. Topo Santoso S.H,M.H., Ph.D dengan mengundang dua pembicara yakni pertama Prof. Henning Glaser, Director of the German Southeast Asian Center of Excellence for Public Policy and Good Governance menyampaikan mengenai konsep HAM, Bagaimana HAM dalam konstitusi apakah dia bagaian dari basic struktur atau tidak, model konstitusi yang disajikan dalam presentasi berjudul “comparative constitusional law : Locus and Impact of Human Rights” .

Dilanjutkan dengan pembicara kedua Iman Prihandono, S.H.,LL.M.,Ph.D., yang menjelaskan mengenai Perbandingan mekanisme sertifikasi/pelaporan dalam relasi bisnis dan HAM. “Beberapa mekanisme HRDD di Indonesia ada 4. Pertama, Sertifikasi Indonesia sustainable palm oil. Kedua, Sertifikasi sistem vertifikasi legalitas kayu. Ketiga, sertifikasi clean and clear. Keempat, Sertifikasi HAM perikanan,” tutur ketua departemen Hukum Internasional tersebut.

Untuk selanjutnya, acara dilanjutkan dengan presentasi makalah dari para peserta yang dibagi dalam beberapa chamber.

Penulis : Pradita Desyanti Editor : Nuri Hermawan

(16)

Elvira Devinamira Belajar

Kegigihan dan Ketekunan

UNAIR NEWS – Elvira Devinamira tercatat sebagai wisudawan

berprestasi Universitas Airlangga periode Juli 2017. Keberhasilannya itu merupakan akumulasi sederet prestasi yang dicapainya selama menjadi mahasiswa Ilmu Hukum sejak tahun 2010.

Elvira dinobatkan sebagai alumnus bersama dengan 1.141 wisudawan lainnya oleh Rektor UNAIR, Sabtu (15/7). Ia tak dapat menyembunyikan paras ayunya yang diselimuti senyum kebahagiaan.

“The day has finally come. This is gonna be the start of the new chapter in my life (Hari yang ditunggu akhirnya datang. Pencapaian ini akan menjadi awal baru dalam hidupku),” ungkap lulusan Fakultas Hukum.

Sepulang ke Indonesia, popularitasnya mencuat. Kegiatannya kian padat. Sejak menjadi Puteri Indonesia 2014, gadis bertubuh semampai ini memilih cuti selama dua tahun dan berhijrah ke Jakarta. Namun, menyelesaikan kuliah S-1 adalah sebuah keharusan.

“Di keluarga kami, aturan soal pendidikan itu penting. Mama selalu menekankan untuk bisa menyelesaikan hingga pada tingkatan sarjana yang walaupun nantinya akan kembali bekerja,” ucap penyandang gelar sarjana hukum ketika ditemui usai prosesi wisuda di Airlangga Convention Center.

Sejak tahun 2016, perempuan kelahiran 28 Juni 1993 bolak balik Jakarta-Surabaya untuk menyelesaikan kuliah dan menjalani rutinitasnya sebagai artis.

(17)

”Hampir dua kali seminggu, saya bahkan memilih first flight (penerbangan pertama) demi untuk mengejar kelas pagi. Itu rasanya membuat saya banyak belajar akan penting kegigihan dan ketekunan,” ucap Elvira.

Namun, perempuan ini mampu membuktikan bahwa keinginannya untuk menuntaskan studi jauh lebih besar daripada rintangan yang harus ia hadapi.

“Kata orang, mendapatkan keduanya yang kita inginkan itu tidak mungkin. Namun itu tidak bagi saya. Keinginan itu bisa terwujud ketika kita teguh dan gigih untuk mendapatkannya,” tegas perempuan yang suka traveling dan bermain piano.

Pengalaman mengesankan

Pengalaman studi Elvira selama di UNAIR cukup berwarna. Ia aktif di Association Law Student in Asia (ALSA). Tahun 2012, ia berhasil mengikuti ajang Harvard National Model United Nations di Universitas Harvard, Amerika Serikat.

“Kunjungan itu merupakan kunjungan pertama saya ke Amerika Serikat dan untuk kali pertama juga mengunjungi Harvard University,” tutur Elvira kepada UNAIR News.

Duduk di samping Elvira, Rektor UNAIR Prof. Dr. Mochammad Nasih menyambut gembira atas kelulusannya.

“Sebagai mahasiswa berprestasi, kami patut bangga Elvira resmi menjadi alumnus UNAIR. Semoga UNAIR bisa terus menelurkan individu-individu yang berprestasi,” harapnya.

Selanjutnya, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis ini memaparkan bahwa pendidikan merupakan faktor penting dalam mengembangkan masyarakat. Menurutnya, kualitas pikiran bisa menjadi nilai tambah seseorang.

“Saya berharap ke depan Elvira bisa terus berprestasi agar bisa membanggakan keluarga hingga bangsa. Ketenaran itu jangan dikontribusikan ke hal-hal yang negatif,” pesan Rektor.

(18)

Penulis: Helmy Rafsanjani Editor: Defrina Sukma S

Referensi

Dokumen terkait

Nasih, S.E., M.T., Ak, menerima tim dari Fakultas Hukum (FH), Universitas Airlangga (UNAIR), yang berhasil menjadi juara umum dalam acara National Moot Court Competition yang

Nasih, S.E., M.T., Ak, menerima tim dari Fakultas Hukum (FH), Universitas Airlangga (UNAIR), yang berhasil menjadi juara umum dalam acara National Moot Court Competition yang

UNAIR NEWS – Pokok-pokok pikiran yang disampaikan Ikatan Alumni Universitas Airlangga (IKA-UA) kepada pemerintah di bidang hukum, antara lain berharap pemerintah

Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode Fuzzy Inference System Mamdani yang telah dioptimasi dengan algoritme genetika dapat diterapkan dalam menentukan lama waktu

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data maka disimpulkan bahwa ada hubungan antara status gizi ibu hamil dengan kejadian bayi berat lahir rendah di rumah sakit

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 Tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Menurut Prawirosentono dalam Dulbert (2007) menyatakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi

Tujuan dari penulisan skripsi ini yaitu untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) bagi mahasiswa program S-1 pada Fakultas Hukum Universitas