KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT DI DESA SUKADAMAI KECAMATAN PULO
BANDRING KABUPATEN ASAHAN KISARAN TAHUN 2015
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Diploma-III
Ahli Madya Kebidanan
Oleh : RIKA RAHANI
14/AB/032
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUMATERA UTARA PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
MEDAN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT DI DESA SUKADAMAI KECAMATAN PULO
BANDRING KABUPATEN ASAHAN KISARAN TAHUN 2015
Oleh : RIKA RAHANI
14/AB/032
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUMATERA UTARA MEDAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Diri
Nama : Rika Rahani
Nim : 14/AB/032
Tempat /Tgl. Lahir : Sidomakmur13 Februari 1989
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
II. Daftar Riwayat Keluarga
Anak Ke : 2 dari 4 Bersaudara
Nama Ayah : Alm. Ayub
Nama Ibu : Samila Wati Hasanah
Alamat : Kisaran, kel. Sukadamai Barat, Kec. Pulo Bandring
III. Daftar Riwayat Pendidikan
SD : Lulus tahun 2001 dari SD Mis Al-Hidayah Kisaran
SMP : Lulus tahun 2004 dari SMP Negeri 4 Kisaran
SMK : Lulus tahun 2007 dari SMK Negeri 1 Kisaran
Perguruan Tinggi : Mengikuti Pendidikan Kebidanan pada tahun 2014-2015 di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara
ABSTRAK
Data dari profil kesehatan Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2013, angka kematian bayi sekitar 390/1000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi diKab. Asahan 3/1000 kelahiran hidup. Penyebab utama kematian bayi baru lahir tersebut adalah asfiksia (kegagalan bernafas pada bayi), infeksi tali pusat dan hipoterm (penurunan suhu tubuh bayi sampai 36,5 oC). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Tali Pusat Pada bayi Baru Lahir di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan Tahun 2015.
Perawatan tali pusat merupakan salah satu perawatan neonatus terutama pada dua minggu pertama kehidupan. Ibu harus menjaga tali pusat tetap bersih dan kering sampai akhirnya terlepas.Penelitian ini merupakan jenis penelitian Deskiptif dengan menggunakan rancangan Cross Sectional. Populasi penelitian ini adalah setiap ibu post partum di desa sukadamai Kecamatan Pulo Bandring sebanyak 30 orang. Pengambilan sampel menggunakan
total sampling sebanyak 30 orang. Pengumpulan data diambil dari respoden menggunakan
lembar kuesioner. Data yang telah terkumpul diolah dan di analisa dengan menggunakan komputer program exel dan program statistic (SPSS).
Dari 30 responden mayoritas ibu yang berpengetahuan cukup sebanyak 26 responden (86,7%), yang berpengetahuan kurang sebanyak 2 reponden (6,7%) dan minoritas ibu berpengetahuan baik sebanyak 2 responden (6,7%).
Diharapkan kepada seluruh tenaga kesehatan agar lebih lagi memberikan penyuluhan tentang manfaat perawatan tali pusat pada bayi baru lahir, sehingga para Ibu nifas tidak lagi salah dalam melakukan perawatan tali pusat pada bayi baru lahir, sehingga mengurangi terjadinya infeksi pada tali pusat bayi baru lahir.
.
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karunia-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Adapun judul karya Tulis Ilmiah ini “ Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang
Perawatan Tali Pusat di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten
Asahan Kisaran Tahun 2015”.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melengkapi tugas dan
memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan
dan kesalahan baik dari segi isi ataupun bahsanya. Untuk itu penulis mengharapkan
adanya masukan dan saran untuk perbaikan karya tulis ilmiah ini.
Penulis banyak mendapat bantuan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini,
baik dalam bentuk moril maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Drs. Asman Karo-karo,MM selaku Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Sumatera Utara.
2. DR. H. Paul Sirait, SKM, MM, M.Kes selaku ketua Yayasan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Sumatera Utara.
3. Ibu Evawani SKM, M.si selaku Pembantu Ketua Bidang Akademik Sekolah
ii
4. Bapak Donal Nababan, SKM, M.Kes, selaku Pembantu Ketua Bidang
Administrasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara.
5. Bapak Dian Fajariadi S.Kep, Ners, M.Kep, Selaku pembantu Ketua Bidang
Administrasi sekolah Ilmu Kesehatan Sumatera Utara.
6. Ibu Vera Christina Hulu S.Psi, M.Kes, Psi, selaku Pembimbing dan Ketua
penguji yang selalu memberikan dukungan semangat, membimbing dengan
sabar, sehingga proposal ini dapat terselesaikan, terima kasih atas saran dan
masukan yang telah diberikan selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini,
7. Ibu Nova Prihartini SST, selaku Penguji I yang selalu membimbing dan
memotivasi penulis untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
8. Ibu Noni Eriska Sipahutar SST, selaku penguji II yang selalu membimbing
dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
9. Seluruh Staff Pengajar Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara
Jurusan D-III Kebidanan yang telah banyak memberikan bantuan serta
membekali penulis dengan ilmu pengetahuan.
10. Segala bentuk ucapan terima kasih yang tak terhingga untuk kedua orang tua
saya, Ayahanda tercinta Alm. Ayub dan Umi saya Samila Wati Hasanah, ibu
Mertua saya Tukinem, Suami tercinta saya Rahmad Syahputra dan anak
tercinta saya Bima Al-afif, abang saya Ali Akbar, adik-adik saya Desi Mei
Adelia, Cika Ramadani, yang telah banyak memberikan dukungan semangat,
cinta, kasih sayang, materi ataupun moril, sehingga penulis dapat
iii
11. Kepada rekan-rekan saya di kebidanan STIKes SU, terimah kasih untuk
kebersamaan yang indah selama ini kita lewati.
12. Tidak ketinggalan untuk teman –teman yang saya sayangi, Arumbi, Juni,
Meninda, Misrani, Data, Rumondang, yang telah memberikan semangat serta
waktu yang selama ini kita lewati.
13. Terima kasih untuk teman 1 bimbingan Ibu Vera CH Vulu,S.Psi, M.Kes, Psi,
Rumondang untuk waktu dan canda tawanya serta dukungan dan motivasi
untuk penulis.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan Berkat dan
Karunia-Nya kepada kita semua dan muda-mudahan ilmu yang selama ini penulis peroleh
dapat menjadi amal bakti untuk Nusa, Bangsa, dan Agama, Amin.
Akhir kata penulis mengharapkan kritikdan saran yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan karya tulis ilmiah ini dan semoga dapat bermanfaat khususnya
bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Medan, Juli 2015
iv DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP ABSTRAK
KATA PENGANTAR. ... i
DAFTAR ISI. ... iv
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 .Latar Belakang. ... 1 1.2. Rumusan Masalah. ... 6 1.3. Tujuan Penelitian. ... 7 1.3.1.Tujuan Umum. ... 7 1.3.2.Tujuan Khusus. ... 7 1.4. Manfaat Penelitian. ... 7 1.4.1. Bagi Responden ... 7 1.4.2. Bagi Penulis ... 8
1.4.3. Bagi Tempat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan. ... 9
2.2. Ibu Nifas………. ... 12
2.2.1. Pengertian Ibu Nifas ... 12
2.2.2. Tujuan Asuhan Masa Nifas ... 13
2.2.3. Tahapan Dalam Masa Nifas . ... 13
2.2.4. Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan Ibu Nifas dalam Perawatan Tali Pusat ... 14
2.3. Perawatan Tali Pusat... 16
2.3.1. Pengertian ... 16
2.3.2. Tujuan Perawatan Tali Pusat ... 17
2.3.3. Prinsip Perawatan Tali Pusat ... 18
2.3.4. Cara Melakukan Perawatan Tali Pusat ... 20
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Konsep ... 22
3.2. Defenisi Operasional ... 22
v
3.4. Populasi dan Sampel ... 23
3.4.1. Populasi………. ... 23
3.4.2. Sampel……… ... 24
3.5. Metode Pengumpulan Data ... 24
3.6. Teknik Pengolahan dan Analisa Data. ... 24
3.6.1. Pengolahan Data. ... 24
3.6.2. Analisa Data ... 25
3.7. Aspek Pengukuran Pengetahuan……... 25
3.8. Lokasi dan Waktu ... 26
3.8.1. Lokasi Penelitian ... 26
3.8.2. Waktu penelitian ... 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 28
4.1.1. Data Geografis ... 28
4.1.2. Data demografi ... 28
4.1.3. Pengetahuan Ibu berdasarkan Karakteristik ... 29
4.1.4. Distribusi Pertanyaan Pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat ... 31
4.1.3. Tabulasi Silang ... 33
4.2. Pembahasan ... 36
4.2.1. Pengetahuan Ibu Nifas Tentang perawatan Tali Pusat ... 36
4.2.2. Pengetahuan Responden Berdasarkan Umur ... 37
4.2.3. Pengetahuan Ibu Berdasarkan Paritas ... 38
4.2.4. Pengetahuan Ibu Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 39
4.2.5. Pengetahuan Ibu Berdasarkan Sumber Informasi ... 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 42
5.2. Saran ... 43
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
vii DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Distribusi Pengetahuan berdasarkan umur, pendidikan, paritas dan sumber informasi ... 29
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Ibu Nifas ... 30
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi jawaban responden terhadap pertanyaan
pengetahuan tentang perawatan tali pusat pada bayi baru lahir .. 31
Tabel 4.4. Distribusi Pengetahuan ibu Tentang Perawatan Tali pusat ... 33
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Berdasarkan umur ... 33
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Berdasarkan pendidikan . 34
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas Berdasarkan
Paritas……… ... 35
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas Berdasarka
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Informed Consent
Lampiran II : Kuesioner Penelitian
Lampiran III : Kunci Jawaban Kuesioner
Lampiran IV : Master Tabel
Lampiran V : Surat izin Penelitian
Lampiran VI : Surat BalasanMelakukan Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat secara mandiri agar pencapaian
derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya dapat terwujud. Dalam
pelaksanaannya, pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasarkan azas
perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian serta adil dan merata dengan
mengutamakan aspek manfaat utamanya bagi kelompok rentan seperti ibu, bayi, usia
lanjut dan keluarga tidak mampu. Upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi dan
balita, meningkatkan status gizi masyarakat serta pencegahan dan penanggulangan
penyakit menular menjadi prioritas utama dalam pembangunan nasional bidang
kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2012).
Neonatal dengan komplikasi adalah neonatal dengan penyakit dan atau
kelainan yang dapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian, seperti asfiksia,
ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum/infeksi, trauma lahir, BBLR (berat lahir <
2.500 gram), sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan kongenital maupun yang
termasuk klasifikasi kuning dan merah pada pemeriksaan dengan Manajemen
Terpadu Bayi Muda (MTBM). Komplikasi yang menjadi penyebab kematian
terbanyak adalah asfiksia, bayi berat lahir rendah dan infeksi tali pusat. Komplikasi
ini sebetulnya dapat dicegah dan ditangani, Namun terkendala oleh akses
2
neonatal dengan komplikasi mengalami peningkatan dari tahun 2012 yang sebesar
48,48% menjadi 51,47% pada tahun 2013. Meskipun terjadi peningkatan capaian,
namun masih terdapat disparitas yang cukup besar antar provinsi. Capaian tertinggi
diperoleh Provinsi DI Yogyakarta dengan angka sebesar 90,60% diikuti oleh Jawa
Tengah sebesar 75,36%, dan Bali sebesar 71,27%. Capaian terendah terdapat di
Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 15,34%, diikuti oleh Papua sebesar 15,38%,
dan Sumatera Utara sebesar 18,69%, (Riskesdas, 2007).
Masalah utama penyebab kematian pada bayi dan balita adalah pada masa
neonatus bayi baru lahir umur 0 - 28 hari). 78,5% dari kematian neonatal terjadi pada
umur 0-6 hari. Komplikasi yang menjadi penyebab kematian terbanyak adalah
asfiksia, bayi berat lahir rendah dan infeksi tali pusat. Dengan melihat adanya risiko
kematian yang tinggi dan berbagai serangan komplikasi pada minggu pertama, maka
setiap bayi baru lahir harus mendapatkan pemeriksaan sesuai standar lebih sering
(minimal 2 kali) dalam minggu pertama. Langkah ini dilakukan untuk menemukan
secara dini jika terdapat penyakit atau tanda bahaya pada neonatus sehingga
pertolongan dapat segera diberikan untuk mencegah penyakit bertambah berat yang
dapat menyebabkan kematian,
Profil kesehatan Indonesia, Tahun 2013. Kunjungan neonatus merupakan
salah satu intervensi untuk menurunkan kematian bayi baru lahir. Pelayanan yang
diberikan saat kunjungan neonatal adalah pemeriksaan sesuai standar Manajemen
Terpadu Bayi Muda (MTBM) dan konseling perawatan bayi baru lahir termasuk ASI
3
baru lahir mendapatkan vitamin K1 injeksi dan imunisasi hepatitis B bila belum
diberikan pada saat lahir. Terdapat 26 provinsi telah mencapai Renstra 2013, yaitu
84%, dimana capaian tertinggi terdapat di Provinsi Jawa Tengah sebesar 95,41%,
diikuti oleh Kepulauan Bangka Belitung sebesar 94,47%, dan DI Yogyakarta sebesar
94,33%. Sedangkan provinsi dengan capaian terendah adalah Papua sebesar 25,41%,
diikuti oleh Papua Barat sebesar 51,79%, dan Sumatera Utara sebesar 68,22%.
Tetanus Neonatorum disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang masuk ke tubuh
melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah satunya disebabkan
oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Kasus Tetanus Neonatorum
banyak ditemukan di negara berkembang khususnya dengan cakupan persalinan oleh
tenaga kesehatan yang rendah. Pada tahun 2013, dilaporkan terdapat 78 kasus
Tetanus Neonatorum dengan jumlah meninggal 42 kasus. Dengan demikian, Case
Fatality Rate(CFR) Tetanus Neonatorum pada tahun 2013 sebesar 53,8%, meningkat
dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 49,6%. Kasus yang meninggal tersebut
dilaporkan dari 11 provinsi. melakukan pemeriksaan kehamilan dengan
bidan/perawat. Namun, menurut faktor penolong persalinan, 56 kasus (71,8%)
ditolong oleh penolong persalinan tradisional, misalnya dukun. Untuk pemotongan
tali pusat, sebagian besar kasus dilakukan pemotongan tali pusat dengan gunting
yaitu 55 kasus (70,5%).
Sebaiknya memberi nasehat pada ibu nifas untuk melihat popok dibawah
putung tali pusat, apabila kotor, bersihkan secara hati-hati dengan air matang.
4
menjadi merah atau mengeluarkan nanah atau darah. Penyebab kematian neonatal
dini yang tertinggi adalah infeksi yaitu (57,1%) salah satu penyakit infeksi pada
neonatal yaitu tetanus neonatorum. Kejadian ini terjadi sebesar 9,8% di Indonesia,
khususnya Jawa Tengah sebesar 3% dan daerah kejadian luar biasa di Jawa Tengah
yaitu Kabupaten Blora (2,1%) dan Kabupaten Klaten (0,7%). Infeksi ini disebabkan
oleh pemotongan tali pusat yang tidak steril dan perawatan tali pusat yang tidak benar
( DepKes RI, 2008).
Data dari profil kesehatan Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2004, angka
kematian bay i sekitar 36,7/1000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi di
Sibolga 29/1000 kelahiran hidup. Penyebab utama kematian bayi baru lahir tersebut
adalah asfiksia (kegagalan bernafas pada bayi), infeksi tali pusat dan
hipoterm (penurunan suhu tubuh bayi sampai 36,5 o C) ( Profil Sumatera Utara,
2007).
Data dari profil kesehatan Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2013, angka
kematian bayi sekitar 390/1000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi
diKab. Asahan3/1000 kelahiran hidup. Penyebab utama kematian bayi baru lahir
tersebut adalah asfiksia (kegagalan bernafas pada bayi), infeksi tali pusat dan
hipoterm ( penurunan suhu tubuh bayi sampai 36,5 o C) ( Sumut Pos, 06/07/2013 ).
Perawatan tali pusat adalah melakukan pengobatan dan peningkatan tali
pusat yang menyebabkan pemisahan fisik ibu dengan bayi. Dan kemudian tali pusat
dirawat dalam keadaan steril, bersih dan terhindar dari infeksi tali pusat. Perawatan
5
akan pupus pada hari ke-5 dan hari ke-7 tanpa ada kompilkasi, sedangkan dampak
negatif dari perawatan tali pusat yang tidak benar adalah bayi akan mengalami
penyakit Tetanus Neonaturum dan dapat mengakibatkan kematian (Yeyeh, 2010).
Penurunan itu sekitar 48 persen tersebut menempatkan Indonesia termasuk ke
dalam 10 besar negara, dengan peringkat pertama negara Peru yang telah berhasil
mengalami penurnan hingga 65 persen. Salah satu sebab menurunnya angka kematian
bayi di Indonesia adalah dengan kehadirannya tenaga kesehatan yang sudah mencapai
hampir 73 persen di Indonesia, selain daripada itu dengan menempatkan bidan di
kawasan perdesaan yang diikuti dengan berbagai pelatihan untuk bidan sehingga
dapat mendorong penurunan kematian bayi (Kumalasari, 2014).
Kemudian Ibu yang lagi menjalani masa nifas disebut juga masa post partum
atau puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar
lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali
organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti
perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan. Ibu nifas menjalani
adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase fase, yang pertama yaitu fase
talking in yaitu fase ketergantungan, fase ini ibu sedang focus pada dirinya sendiri,
ibu tidak nyaman dengan fisik yang dialaminya. Yang kedua yaitu fase talking hold,
pada fase ini ibu atimbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung
jawab dalam merawat bayinya. Fase fase tersebut yang terkadang membuat ibu lalai
6
yang tradisional,yang perawatannya lebih simple tapi tidak steril. sehingga dapat
menimbulkan infeksi pada tali pusat, (Suherni, 2008).
Maka dari itu ibu nifas harus memiliki pengetahuan terhadap perawatan tali
pusat, yaitu dengan menjaga tali pusat tetap bersih dan kering,tangan harus steril
sebelum menyentuh tali pusat dan jangan meletakkan benda apapun di atas tali pusat.
Ibu nifas juga harus memastikan pembalutan tali pusat tidak terlalu rapat, agar udara
tetap bisa masuk, jangan memegang-megang atau bahkan menariknya meskipun tali
pusat yang menggantung diperut bayi hanya tinggal selembar benang( Wulan 2014)
Berdasarkan survey pendahuluan didapat bahwa ada masalah di tempat yang
akan diteliti yaitu di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan,
masih terdapat ibu yang menggunakan daun siri untuk membungkus tali pusat.
Adapun yang menggunakan remasan daun siri dengan garam sehingga hal ini dapat
menyebabkan infeksi. Terbukti pada tahun 2007 terjadi kematian seorang bayi akibat
tetanus neonatorium.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah “Bagaimanakah
Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Tali Pusat Pada bayi Baru
Lahir di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan Tahun
7 1.2. Tujuan Penelitian
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Tali
Pusat Pada bayi Baru Lahir di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring
Kabupaten Asahan Tahun 2015.
1.2.2. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan Ibu nifas Tentang Perawatan
Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo
Bandring Kabupaten AsahanTahun 2015 berdasarkan Umur
2. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan Ibu nifas Tentang Perawatan
Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo
Bandring Kabupaten AsahanTahun 2015 berdasarkan Paritas.
3. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan Ibu nifas Tentang Perawatan
Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo
Bandring Kabupaten AsahanTahun 2015 berdasarkan Pendidikan.
1.3. Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden
Untuk menambah wawasan ibu nifas Khususnya tentang perawatan tali
pusat pada bayi baru lahir, sehingga mencegah terjadinya infeksi yang akan
mengakibatkan kematian pada bayi yang baru lahir.
8
2. Bagi penulis
Sebagai aplikasi ilmu yang telah di dapat selama mengikut perkuliahan di
Program studi D-III Kebidanan Stikes SU.
3. Bagi Lahan / Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi petugas dan
masyarakat di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan
9 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang.
pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendegaran
penciuman, rasa, dan raba. sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat diharapkan dapat mempengaruhi
perilaku masyarakat terhadap kesehatan.Apabila penerimaan prilaku baru atau adopsi
prilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka prilaku
tersebut bersifat langgeng. Sebaliknya prilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan
kesadaran akan tidak berlangsung lama.( Dr. Suparyanto, M.Kes, 2012)
Notoatmodjo (2010), mengatakan bahwa pengetahuan atau kognitif
merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang
(overt behavior). Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
10
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh yang di pelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Contoh, dapat menyebutkan tanda-tanda
kekurangan kalori protein pada anak balita.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan dan menyebutkan Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus
makan makanan yang bergizi.
c. Aplikasi (aplication)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk mengunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, dan prinsip dalam konteks atau situasi yang
lain. Misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus masalah di dalam
pemecahan masalah tentang gizi pada balita.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini
dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja. dapat menggambarkan
11
karbohidrat yang banyak terdapat pada susu, padi-padian, buah-buahan, sirup,
tepung, sayur-sayuran dan sereal.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya pada vitamin A yang banyak
terdapat pada hati, minyak ikan, susu, kuning telur, margarin,
tumbuh-tumbuhan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah ada. Misalnya : dapat membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi
dengan anak-anak yang kurang gizi.
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada misalnya dapat membandingkan antara anak
12 2.2. Ibu Nifas
2.2.1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau
waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam
minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan
dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya
berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2008).
Menurut beberapa teori yang dikutip dalam Anggraini (2010) pengertian
masa nifas antara lain :
1. Menurut Bennet VR dan Brown LK (1996) puerperium adalah waktu
mengenai perubahan besar yang berjangka pada periode transisi dari puncak
pengalaman melahirkan untuk menerima kebahagian dan tanggung jawab
dalam keluarga
2. Menurut William puerperium didefinisikan sebagai masa persalinan selama
dan segera setelah melahirkan, meliputi minggu-minggu berikutnya pada
waktu alat-alat reproduksi kembali keadaan tidak hamil atau kembali normal
3. Menurut JNPK-KR (2002), masa nifas secara harfiah didefinisikan sebagai
masa persalinan selama dan segera setelah melahirkan, meliputi
minggu-minggu berikutnya pada waktu alat-alat reproduksi kembali kekeadaan tidak
13 2.2.2. Tujuan Asuhan Masa Nifas
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik
2. Melaksanakan skrining secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya
3. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu berkaitan dengan : gizi,
4. menyusui, pemberian imunisasi pada bayinya, perawatan bayi sehat dan
KB
5. Memberikan pelayanan KB
6. Mendapatkan kesehatan emosi
2.2.3. Tahapan Dalam Masa Nifas
1. Peurperium dini (immediate puerpurium) waktu 0 – 24 jam post
partum.Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan – jalan, dalam agama islam telah bersih dan boleh bekerja selama
40 hari.
2. Peurperium intermedial (early puerpurium), waktu 1 – 7 hari post partum
kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu post
partum.
3. Remote puerpurium (later puerperium), waktu 1 – 6 minggu post partum
waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila
selama hamil dan waktu persalinan mempunyai komplikasi, waktu untuk
14
2.2.4. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan Ibu Nifas Dalam Perawatan Tali Pusat
1. Pendidikan
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka
melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dari batasan ini tersirat
unsur-unsur pendidikan yakni:
a. Input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat) dan
b. Pendidik (pelaku pendidikan).
c. Proses adalah upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain.
d. Out put adalah melakukan apa yang diharapkan atau prilaku.
Namun demikian faktor yang lain (lingkungan, pelayanan kesehatan, dan
hereditas) juga memerlukan intervensi pendidikan kesehatan secara rinci sebagai
berikut :
a. Peran Pendidikan Kesehatan dalam Faktor Lingkungan
Telah banyak fasilitas kesehatan lingkungan yang di bangun oleh instansi,
baik pemerintah, swasta, maupun LSM (lembaga swadaya masyarakat).
Banyak pula proyek pengadaan sanitasi lingkungan dibangun untuk
masyarakat misalnya, jamban keluarga,jamban umum, tempat sampah, dan
sebagainya. Agar sarana sanitasi lingkungan tersebut dimanfaatkan dan
15
b. Peran Pendidikan Kesehatan dalam Perilaku
Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan
perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya pendidikan
kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana
cara memelihara kesehatan mereka. Peran Pendidikan Kesehatan dalam
c. Pelayanan Kesehatan
Dalam rangka perbaikan kesehatan masyarakat, pemerintah Indonesia dalam
hal ini Departemen Kesehatan telah menyediakan fasilitas kesehatan
masyarakat dalam bentuk pelayanan kesehatan (Puskesmas).
d. Peran Pendidikan Kesehatan dalam Faktor Hereditas
Orang tua yang sehat dan gizinya yang baik akan mewariskan kesehatan yang
baik pula kepada anaknya. Oleh karena itu pendidikan kesehatan diperlukan
agar masyarakat atau orang tua menyadari dan melakukan hal-hal yang dapat
mewariskan kesehatan yang baik pada keturunannya (Notoatmodjo, 2010).
Pendidikan seseorang mempengaruhi cara pandanganya terhadap diri dan
lingkungan. Oleh karena itu akan berbeda orang yang berpendidikan tinggi
dibanding yang berpendidikan rendah dalam menyikapi proses dan
berinteraksi (sasongko, 2010)
2. Umur
Umur merupakan rentang waktu seseorang yang dimulai sejak dia dilahirkan
hingga berulang tahun. Umur akan sangat berpengaruh terhadap daya tangkap
16 3. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan setiap hari.
4. Sumber Informasi
Sumber informasi yang lebih banyak akan memiliki pengetahuan yang lebih
luas pula.
5. Paritas
Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dan telah
mendapatkan perawatan tali pusat
2.3. Perawatan Tali Pusat 2.3.1. Pengertian
Menurut Depkes RI (2007), perawatan tali pusat adalah melakukan
pengobatan dan pengikatan tali pusat yang menyebabkan pemisahan fisik ibu dengan
bayi, dan kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan bersih dan terhindar dari infeksi
tali pusat. Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan menimbulkan dampak
positif yaitu tali pusat akan “puput” pada hari ke-5 sampai hari ke-7 tanpa ada komplikasi, sedangkan dampak negatif dari perawatan tali pusat yang tidak benar
adalah bayi akan mengalami penyakit Tetanus Neonatorum dan dapat mengakibatkan
17
Perawatan tali pusat merupakan salah satu perawatan neonatus terutama pada
dua minggu pertama kehidupan. Ibu harus menjaga tali pusat tetap bersih dan kering
sampai akhirnya terlepas (Sarwono, 2012)
Sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk meneliti bahan yang
digunakan dalam merawat tali pusat. Perawatan tali pusat secara medis menggunakan
alkohol 70% atau bahan anti mikrobial seperti povidon-iodin 10% (Betadin),
klorheksidin, iodium tinstor dan lain-lain yang tersebut sebagai cara modern.
Sedangkan perawatan tali pusat metode tradisional mempergunakan madu, minyak
ghee (India), atau kolostrum air susu ibu (Sodikin, 2009:58).
Salah satu cara yang disarankan oleh WHO dalam merawat tali pusat adalah
dengan menggunakan pembalut kasa bersih yang sering diganti. Selain itu,
sebagaimana juga disarankan oleh WHO, penelitian sebaiknya lebih diarahkan pada
antiseptik dan zat-zat pengering tradisional, misalnya ASI atau kolostrum (Sodikin,
2009:59).
Banyak pendapat tentang cara terbaik untuk melakukan perawatan tali pusat.
Sudah dilaksanakan berbagai uji coba klinis untuk membandingkan cara penanganan
tali pusat yang berbeda-beda dan semuanya menunjukkan hasil serupa. Oleh sebab
itu, tidak jelas cara mana yang paling efektif untuk mencegah infeksi dan mendorong
cepat lepasnya tali pusat (Sodikin, 2009).
2.3.2. Tujuan Perawatan Tali Pusat
Tujuan perawatan tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya penyakit
18
tetanus kedalam tubuh melalui tali pusat, baik dari alat yang tidak steril, pemakaian
obat-obatan, bubuk atau daun-daunan yang ditaburkan ke tali pusat sehingga dapat
mengakibatkan infeksi (Manuaba, 2011)
Saifuddin (2011) menyatakan bahwa tujuan merawat tali pusat adalah untuk
mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir, sehingga tali pusat tetap
bersih, kuman-kuman tidak masuk sehingga tidak terjadi infeksi pada tali pusat bayi.
Penyakit tetanus ini disebabkan oleh Clostridium tetani yaitu kuman yang
mengeluarkan toksin (racun), yang masuk melalui luka tali pusat karena perawatan
atau tindakan yang kurang bersih.
Tali pusat normalnya mengerut dan mengering dalam beberapa hari pertama
dan kemudian lepas kira-kira 1 sampai 2 minggu. Normal untuk adanya darah dan
rabas mukus dari dasar tali pusat ketika lepas secara bertahap. Tanda infeksi, seperti
bau menyengat, kemerahan pada kulit dasar tali pusat, kemerahan yang menyebar
keabdomen, dan rabas purulen harus dilaporkan kepemberi asuhan bayi dengan
segera, (Sarwono, 2012).
2.3.3. Prinsip Perawatan Tali Pusat
Menurut Jaringan Nasional Pelatihan Klinik-Kesehatan Reproduksi
(JNPK-KR, 2008), nasehat untuk merawat tali pusat antara lain:
a. Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan/bahan
19
b. Mengoleskan alkohol atau povidon iodine (betadin) masih diperkenankan,
tetapi tidak dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah/lembab.
Berikan nasehat kepada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi:
1. Lipat popok dibawah puntung tali pusat.
2. Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT dan
sabun dan segera keringkan secara seksama dengan menggunakan kain
bersih.
3. Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan ke petugas atau
fasilitas kesehatan, jika pusat berdarah, menjadi merah, bernanah
dan/atau berbau.
4. Jika pangkal tali pusat (pusat bayi) terus berdarah, merah meluas atau
mengeluarkan nanah dan atau berbau, segera rujuk bayi ke fasilitas yang
dilengkapi perawatan untuk bayi baru lahir.
Sodikin (2009:72) menyatakan bahwa prinsip-prinsip dalam melakukan
perawatan tali pusat adalah:
a. Jangan membungkus pusat atau mengoleskan bahan atau ramuan apapun ke
puntung talipusat.
b. Mengusapkan alkohol atau iodine-povidon (betadin) masih diperkenankan
sepanjang tidak menyebabkan tali pusat basah atau lembab.
c. Hal-hal berikut perlu menjadi perhatian ibu dan keluarganya:
20
2. Jika puntung tali pusat kotor, cuci secara hati-hati dengan air matang
dan Sabun keringkan secara saksama dengan kain bersih.
3. Jika tali pusat menjadi merah atau mengeluarkan nanah atau darah,
harus segera bawa bayi tersebut ke fasilitas yang mampu memberikan
perawatan bayi secara lengkap.
2.3.4. Cara Melakukan Perawatan Tali Pusat
Pada dasarnya merawat tali pusat adalah tindakan sederhana. Ibu dan perawat
bayi tidak diperbolehkan membubuhkan apapun pada tali pusat dan tali pusat
dibiarkan terbuka agar tetap kering. Ibu bayi perlu mendapat penekanan tentang hal
ini karena mereka tidak suka melihat tali pusat yang mengering sehingga mereka
memilih untuk membungkus tali pusat tersebut atau membubuhkan sesuatu yang
mereka anggap akan membantu penyembuhan. Walaupun sederhana, harus
memperhatikan prinsip-prinsip seperti selalu mencuci tangan dengan air bersih dan
menggunakan sabun, menjaga agar daerah sekitar tali pusat tetap kering serta tali
pusat tidak lembab, dan tidak membubuhkan apapun pada sekitar daerah tali pusat.
Karena bila hal-hal tersebut tidak diperhatikan dapat mengakibatkan infeksi, dan bila
terjadi infeksi masalahnya tidak menjadi sederhana lagi (Sodikin, 2009:4).
Saifuddin (2011) menyatakan bahwa cara melakukan perawatan tali pusat
pada bayi adalah :
a. Bersihkan luka tali pusat dengan menggunakan povidone iodine / betadine.
b. Setelah itu tutup dengan kain kasa bersih dan kering yang sudah dibubuhi
21
c. Jaga agar tali pusat selalu terbungkus kain kasa bersih dan kering.
d. Bersihkan setiap hari sampai tali pusat lepas.
Jangan mengoleskan saleb apapun atau zat lain ke tampuk tali pusat, hindari
pembungkusan tali pusat karena tali pusat yang tidak ditutupi lebih cepat mengering
dan puput dengan komplikasi yang lebih sedikit (Saifuddin, 2011).
Menurut Sodikin (2009:74), urutan dalam melakukan perawatan tali pusat
pada bayi adalah:
a. Olesi pangkal umbilikal dengan alkohol/betadine dengan menggunakan lidi
kapas.
b. Ambil kasa steril yang telah dibasahi alkohol/betadine, kemudian usapkan
pada tali pusat hingga bersih.
c. Ambil kasa steril kering kemudian rekatkan pada pangkal umbilikal bayi dan
ikat dengan simpul.
d. Perhatikan keadaan tali pusat apakah ada tanda-tanda infeksi.
Helen Farer (2001:187) menyatakan bahwa tali pusat harus selalu dilihat pada
waktu mengganti popok sampai tali pusat tersebut lepas dan luka pada umbilikusnya
sembuh. Ibu yang nervous mungkin merasa enggan untuk menyentuh puntung tali
pusat yang tampak tidak menarik itu sehingga pentingnya tindakan membersihkan
22 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep Proposal penelitian ini adalah tentang “Gambaran
Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir di Desa
Sukadamai penulis membatasi hal-hal yang akan diteliti adalah :
Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Bayi
Gambar 3.1. Kerangka Konsep 3.2. Defenisi Operasional
3.2.1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap objek tertentu
3.2.2. Umur
Umur adalah usia responden saat dilakukan penelitian pada usia >20-35 tahun. 1. Karakteristik
a. Umur b. Paritas c. Pendidikan 2. Sumber Informasi
23 3.2.3 Paritas
Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dan telah
mendapatkan perawatan tali pusat
3.2.4 Pendidikan
Pendidikan adalah jenjang pendidikan secara formal yang pernah diselesaikan
pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka
melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan, yang diharapkan dari
pendidikan itu adalah setiap individu mampu meningkatkan kesehatannya
3.3. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu bertujuan untuk
mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat di Desa
Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Kota Asahan Kisaran Tahun
2015.
3.4. Populasi dan Sampel 3.4.1. Populasi
Populasi yang diteliti adalah setiap ibu Post Partum di Desa Sukadamai
Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan Kota Kisaran sebanyak 30
24 3.4.2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan cara
total populasi dimana jumlah dari seluruh populasi dijadikan objek penelitian.
3.5. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer dengan
memberikan kuisioner yang telah disediakan kepada responden.Jenis responden
dengan menggunakan kuisioner tertutup.
3.6. Teknik Pengolahan dan Analisa Data 3.6.1. Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul diolah dengan cara manual dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Editing
Dilakukan pemeriksaan / pengecekan kelengkapan data yang telah terkumpul
bila trdapat kesalahan atau berkurang dalam pengumpulan data tersebut akan
diperiksa kembali.
2. Coding
Hasil jawaban dari setiap pertanyaan diberi kode angka sesuai dengan
petunjuk. Kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk
25
3. Tabulating
Untuk mempermudah analisa data dan pengolahan data serta pengambilan
kesimpulan data dimasukkan ke dalam bentuk distribusi frekuensi.
3.6.2. Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan pengukuran terhadap masing-masing
responden, lalu ditampilkan dalam tabel distribusi frekwensi, analisa dilanjutkan
dengan menggunakan teori pustaka yang ada.Tekhik analisa datayang
digunakansecara univariat untuk melihat bagaimana pengetahuan dan tindakan ibu
terhadap perawatan tali pusat pada bayi baru lahir. Pada analisis univariate akan
menampilkan nilai rata-rata,minimal, maximal, standart deviasi, prosentase,
distribusifrekuensi, dan diagram pencar atau tebar dari semua data penelitian.
3.7. Aspek Pengukuran Pengetahuan
Mengukur Pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat menggunakan 20
pertanyaan kuesioner. Hasil penelitian dinyatakan dalam predikat baik, cukup dan
kurang. Jika responden menjawab pertanyaan benar, maka diberi skor 1 dan jika
responden menjawab salah, maka diberi skor 0. Nilai tertingi yang dicapai adalah 20
dan nilai terendah adalah 0 menggunakan Rumus Machfoeds,2010. Maka kategori
digunakan sebagai berikut:
1. Kategori Baik : Skor 76 -100%
Bila dari 20 pertanyaan responden mampu menjawab
26
2. Kategori Cukup : Skor 56 - 75%
Bila dari 20 pertanyaan responden mampu menjawab
11-14 pertanyaan dengan benar
3. Kategori Kurang : Skor <56%
Bila dari 20 pertanyaan responden mampu menjawab
0 – 10 pertanyaan dengan benar
3.8. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.8.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring
Kabupaten Asahan Kota Kisaran dengan alasan mudah mendapat responden, mudah
dijangkau, dan banyak ibu yang mempunyai bayi yang tidak mengerti tentang
27 3.8.2. Waktu Penelitian
No Kegiatan Bulan
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
1 Acc Judul 2 Survey Awal 3 Bimbingan Proposal 4 Sidang Proposal 5 Perbaikan Proposal 6 Penelitian dan konsul KTI 7 Sidang KTI
28 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Data Geografis Daerah Penelitian
Keadaan Demografis Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten
Asahan Kisaran dengan luas wilayah 104 Ha, yang terdiri dari 2 lingkungan. Dengan
batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Pulo Bandring
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Suka Makmur
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Suka Damai Barat
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Taman Sari
4.1.2. Data Demografi
Jumlah Kependudukan Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring
Kabupaten Asahan Kisaran Tahun 2015, Lingkungan I Jumlah penduduknya
sebanyak 590 jiwa, dengan jumlah laki-laki 370 jiwa dan perempuan 220 jiwa.
Jumlah Penduduk Lingkungan II sebanyak 378 jiwa, dengan jumlah laki-laki 175
jiwa dan jumlah perempuan 203 jiwa. Dengan jumlah keseluruhan penduduk Desa
29
4.1.3. Pengetahuan Responden berdasarkan Umur, Pendidikan, Paritas dan Sumber Informasi di Desa Sukadamai Kec. Pulo Bandring Kab.Asahan Kisaran Tahun 2015
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden berdasarkan Umur, Pendidikan, dan Paritas di Desa Sukadamai Kec. Pulo Bandring Kab.Asahan Kisaran
Tahun 2015 No Umur F % 1 <20 Tahun 7 23.3 20-35 Tahun 18 60.0 >35 Tahun 5 16.7 Jumlah 30 100.0 2 Pendidikan F % Tidak Sekolah/ SD 19 63.3 SMP/SMA 11 36.7 Diploma/Sarjana - - Jumlah 30 100.0 3 Paritas F % Primipara 15 50.0 Skundipara 13 43.3 Multipara 2 6.7 Jumlah 30 100.0
Berdasarkan tabel 4.1. dapat diketahui bahwa distribusi frekuesnsi umur
responden adalah mayoritas umur 20-35 Tahun sebanyak 18 orang (60,0%) dan
distribusi frekuensi umur responden adalah minoritas ibu dengan umur >35 tahun
sebanyak 5 orang (16,7%)
Distribusi frekuensi pendidikan yang paling banyak adalah responden yang
Tidak Sekolah/SD sebanyak 19 orang (63.3%) dan minoritas pendidikan ibu adalah
30
Distribusi frekuensi paritas responden yang banyak adalah ibu primipara
sebanyak 15 orang (50,0%), dan distribusi frekuensi paritas ibu yang paling sedikit
adalah ibu dengan paritas multipara sebanyak 2 orang (6,7%).
Tabel 4.2.
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden berdasarkan Sumber Informasi di Desa Sukadamai Kec. Pulo Bandring Kab.Asahan Kisaran
Tahun 2015 Sumber Informasi F % Media Cetak 11 36,6 Media Elektronik 17 56,6 Keluarga 1 3,3 Tenaga Kesehatan 1 3,3 Jumlah 30 100
Berdasarkan Tabel 4.2. diatas dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi sumber
informasi yang paling banyak diperoleh responden adalah dari media elektronik
sebanyak 17 responden (56,6%), dan minoritas sumber informasi diperoleh
responden adalah bersumber dari keluarga dan tenaga kesehatan sebanyak 1 orang
31
4.1.4. Pengetahuan Ibu Nifas tentang perawatan tali pusat pada bayi baru lahir di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan Kisaran Tahun 2015
Tabel 4.3.
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir di Desa
Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan Kisaran Tahun 2015
No Pertanyaan
Jawaban
Benar Salah
F % F %
1 Perawatan yang salah pada tali pusat dapat
menyebabkan? 23 76,7 7 23.3
2 Untuk mempercepat penyembuhan
dan menghindari infeksi maka? 16 53.3 14 46. 7
3 Tujuan perawatan tali pusat adalah. 17 56,7 13 43.3
4 Penyakit apa yang akan timbul jika
perawatan tali pusat kurang baik? 17 56. 7 13 43.3
5 Mengapa ibu tidak boleh membubuhkan
ramuan apapun pada tali pusat? 23 76. 7 7 23.3
6 Apa yang dimaksud dengan infeksi tali
pusat? 19 63.3 11 36.7
7 Cara manakah dibawah ini yang sebaiknya
Ibu lakukan untuk merawat tali pusat? 22 73.3 8 26.7
8 Salah satu faktor yang menyebabkan
kematian bayi baru lahir adalah? 15 50 15 50
9 Melalui apakah janin untuk mendapatkan
asupan makanan saat dalam kandungan? 23 76. 7 7 23.3
10
Mengapa peralatan yang digunakan untuk merawat tali pusat harus selalu dalam keadaan steril?
17 56. 7 13 43.3
11 Mengapa ibu nifas harus memastikan
pembalutan tali pusat tidak terlalu rapat? 5 16. 7 25 83.3
12 Tanda - tanda terjadinya infeksi pada tali
pusat yaitu 13 43.3 17 56.7
13 Tanda - tanda tali pusat yang mengalami
infeksi? 15 50 15 50
14 Darimanakah masyarakat dan ibu nifas bias
32
merawat tali pusat yang baik?
15 Menurut Ibu, bagaimana sebaiknya
memandikan bayi, agar tidak terinfeksi? 13 43.3 17 56.7
16 Infeksi tali pusat dapat terjadi pada proses
persalinan yang bagaimana? 24 80 6 20
17 Infeksi yang terjadi melalui tali pusat bayi
dapat menjalar hingga ke? 10 33.3 20 66.7
18 Keadaan bagaimana pada tali pusat bayi
sehingga mudah terkena infeksi? 13 43.3 17 56.7
19
Dalam melakukan perawatan tali pusat, bahan apa sajakah yang diperbolehkan kita berikan, kecuali ?
13 43.3 17 56.7
20 Infeksi tali pusat yaitu masuknya kuman
penyakit melalui? 11 36.7 19 63.3
Dari tabel 4.4. dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi pertanyaan yang
paling banyak menjawab benar adalah pertanyaan no. 16 tentang “Infeksi tali pusat dapat terjadi pada proses persalinan yang bagaimana?” sebanyak 24 responden (80%)
artinya bahwa pengetahuan ibu tentang infeksi tali pusat sudah baik dan ibu sudah
mampu mengetahui proses terjadinya infeksi tali pusat. Sedangkankan distribusi
frekuensi jawaban responden yang paling banyak menjawab salah adalah pertanyaan
no. 11 tentang “Mengapa ibu harus memastikan pembalutan tali pusat tidak terlalu rapat?” sebanyak 25 orang (83,3%) artinya bahwa ibu belum mampu mengetahui bagaimana cara melakukan perawatan tali pusat yang sebenarnya.
33 Tabel 4.4.
Distribusi Pengetahuan Ibu Nifas tentang Perawatan Tali Pusat pada Bayi Baru Lahir di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan
Kisaran Tahun 2015 Pengetahuan F % Baik 2 6.7 Cukup 26 86.7 Kurang 2 6.7 Jumlah 30 100
Dari tabel 4.2. diperoleh bahwa dari 30 responden mayoritas ibu yang
berpengetahuan cukup sebanyak 26 responden (86,7%), yang berpengetahuan kurang
sebanyak 2 reponden (6,7%) dan minoritas ibu berpengetahuan baik sebanyak 2
responden (6,7%).
4.1.5. Tabulasi Silang
Tabel 4.5.
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir berdasarkan Umur di Desa Sukadamai
Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan Kisaran Tahun 2015
No Umur
Pengetahuan
Jumlah
Baik Cukup Kurang
F % F % F % F %
1 <20 Tahun 1 3,33 6 20,0 - - 7 23,3
2 20-35 Tahun 1 3,33 15 50,0 2 6,7 18 60,0
3 >35 Tahun - - 5 16,7 - - 5 16,7
Jumlah 2 6,7 26 86,7 2 6,7 30 100.0
Dari Tabel 4.1.5 diperoleh bahwa dari 30 responden mayoritas yang
berpengetahuan cukup adalah umur 20-35 Tahun sebanyak 15 responden (50,0%),
34
umur 20-35 tahun sebanyak 2 orang sedangkan minoritas responden berpengetahuan
kurang dengan rata-rata umur berumur 20-35 Tahun juga sebanyak 2 orang (6,7%).
Tabel 4.6.
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir berdasarkan Pendidikan di Desa Sukadamai
Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan Kisaran Tahun 2015
No Pendidikan
Pengetahuan
Jumlah
Baik Cukup Kurang
F % F % F % F %
1 Tidak Sekolah/SD 1 3,33 17 56,7 1 3,33 19 22.5
2 SMP/SMA 1 3,33 9 30,0 1 3,33 11 57.5
3 Diploma/Sarjana - - - -
Jumlah 2 6,7 26 86,7 2 6,7 30 100.0
Dari Tabel 4.5. diperoleh bahwa dari 30 responden yang berpengetahuan
cukup pendidikannya rata-rata Belum Sekolah/SD sebanyak 17 responden (56,7%)
dan 2 responden (6,7%) berpengetahuan kurang dengan tingkat pendidikan tidak
sekolah/SD dan lulusan SMP/SMA sedangkan yang berpengetahuaan baik adalah
35 Tabel 4.7.
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir berdasarkan Paritas di Desa Sukadamai
Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan Kisaran Tahun 2015
No Paritas
Pengetahuan
Jumlah
Baik Cukup Kurang
F % F % F % F % 1 Primipara - - 13 43,3 2 6,7 15 50,0 2 Skundipara 2 6,7 11 36,7 - 13 43,3 3 Multipara - - - - 4 Grande Multipara - - 2 6,7 - - 2 6,7 Jumlah 2 6,7 26 86,7 2 6,7 30 100.0
Dari Tabel 4.5. diperoleh bahwa dari 30 responden mayoritas yang
berpengetahuan cukup adalah ibu primipara sebanyak 13 orang (43,3%) dan
minoritas berpengetahuan kurang adalah ibu primipara juga sebanyak 2 orang
(6,7%).
Tabel 4.8.
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir berdasarkan Sumber Informasi di Desa Sukadamai
Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan Kisaran Tahun 2015
No Sumber
Informasi
Pengetahuan
Baik Cukup Kurang
F % F % F % 1 Media Cetak 1 3,33 9 30 1 3,33 2 Media Elektronik 1 3,33 15 50 1 3,33 3 Keluarga 0 - 1 3.33 0 - 4 Tenaga Kesehatan 0 - 1 3.33 0 - Jumlah 2 6,66 26 6,7 2 6,66
36
Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa dari 30 responden mayoritas ibu yang
berpengetahuan cukup sebanyak 15 orang (50%) dengan sumber informasinya
diperoleh dari media elektronik sedangkan minoritas ibu berpengetahuan kurang dan
baik sebanyak 2 orang dengan sumber informasi diperoleh dari media cetak dan
media elektronik.
4.2. Pembahasan
Dari hasil penelitian Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan
Tali Pusat pada Bayi Baru Lahir di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring
Kabupaten Asahan Kisaran Tahun 2015 dapat diambil pembahasan sebagai berikut :
4.2.1. Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Tali Pusat
Diperoleh bahwa dari 30 responden mayoritas ibu yang berpengetahuan cukup
sebanyak 26 responden (86,7%) dan minoritas ibu berpengetahuan baik sebanyak 2
responden (6,7%).
Menurut Notoadmodjo (2010) dalam bukunya menyatakan bahwa
pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan hal ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia yaitu indera penglihatan, penciuman, raba, dan rasa. Pengetahuan
diperlukan sebagai dorongan sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan
bahwa pengetahuan merupakan stimulasi terhadap tindakan.
Menurut Asumsi peneliti Perbedaan tingkat pengetahuan dari responden
37
responden memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun
tidak langsung secara terbatas dan hal ini terbukti bahwa rata-rata pekerjaan
responden adalah ibu rumah tangga sehingga kesibukan mereka mempengaruhi
mereka untuk mendapatkan informasi.
4.2.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir berdasarkan Umur di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan Kisaran Tahun 2015
Umur adalah lamanya tahun dihitung sejak dilahirkan hingga penelitian ini
dilakukan umur merupakan peride penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan
baru. Pada masa ini merupakan usia reproduktif, masa bermasalah, masa ketegangan
emosi, masa ketrampilan, sosial, masa komitmen, masa ketergantungan, masa
perubahan nilai, masa penyesuaian dengan hidup baru, masa kreatif (Notoadmodjo,
2003).
Dari 30 responden mayoritas yang berpengetahuan cukup adalah umur 20-35
Tahun sebanyak 15 responden (50,0%), yang berpengetahuan baik sebanyak 1 orang
dengan rata-rata umur <20 tahun dan umur 20-35 tahun sebanyak 2 orang sedangkan
minoritas responden berpengetahuan kurang dengan rata-rata umur berumur 20-35
Tahun juga sebanyak 2 orang (6,7%).
Hal ini tidak sejalan dengan teori Notoadmodjo, yang mengatakan bahwa
Semakin bertambah umur seseorang maka akan semakin bertambah keinginan dan
38
mempengaruhi pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat tetapi pengetahuan
dipengaruhi oleh informasi dan pengalaman yang didapatkan ibu.
4.2.3. Pengetahuan Ibu Nifas tentang Perawatan Tali Pusat pada Bayi Baru Lahir Berdasarkan Paritas di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan Kisaran Tahun 2015
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa 30 responden mayoritas yang
berpengetahuan cukup adalah ibu primipara sebanyak 13 orang (43,3%) dan
minoritas berpengetahuan kurang adalah ibu primipara juga sebanyak 2 orang
(6,7%). Artinya bahwa jumlah paritas tidak mempengaruhi pengetahuan ibu tentang
perawatan tali pusat tetapi sumber informasi yang lebih penting.
Paritas merupakan frekuensi ibu pernah melahirkan anak hidup atau mati,
tetapi bukan aborsi (Salmah, 2006). Paritas adalah jumlah janin dengan berat
badan lebih dari sama dengan 500 gram yang sudah dilahirkan ataupun belum baik
hidup maupun mati. Bila berat badan tidak diketahui maka dipakai umur kehamilan
yaitu 24 minggu.
Tingkat paritas telah menarik perhatian dimana kecenderungan kesehatan ibu
berparitas rendah lebih baik daripada ibu yang berparitas tinggi, terdapat asosiasi
antara lingkungan paritas dengan penyakit tertentu. Pengetahuan sering diturunkan
atau diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman sendiri maupun
pengalaman yang diperoleh orang lain (Notoatmodjo, 2003).
Penelitian tersebut juga menunjukkan hal yang tidak sejalan dengan teori yang
39
tentang perawatan tali pusat dibandingkan dengan ibu yang paritas multipara
(Arikunto, 2006) dan menurut Mubarak (2011), yang mengatakan bahwa
pengalaman mempengaruhi tingkat pengetahuan karena orang cenderung berusaha
melupakan pengalaman yang kurang baik, begitu pula sebaliknya. Pengalaman baik
akhirnya dapat membentuk sikap positif dalam kehidupannya.
Menurut asumsi peneliti bahwa paritas tidak mempengaruhi pengetahuan ibu
tentang perawatan tali pusat, namun semakin banyak informasi dan pengalaman yang
didapatkan ibu maka semakin baik juga pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat.
4.2.4. Pengetahuan Ibu Nifas tentang Perawatan Tali Pusat pada Bayi Baru Lahir Berdasarkan Pendidikan di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan Kisaran Tahun 2015
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa dari 30 responden yang berpengetahuan
cukup dengan tingkat pendidikannya rata-rata Belum Sekolah/SD sebanyak 19
responden (22,5%) dan 2 responden (6,7%) yang berpengetahuan kurang dengan
tingkat pendidikan lulusan SMP/SMA sedangkan yang berpengetahuaan baik adalah
responden yang hanya lulusan SMP atau SMA masing-masing 1 orang (3,33%).
Yang artinya bahwa pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat mayoritas cukup
diakibatkan karena pendidikan responden yang rata-rata belum sekolah/SD dan juga
diakibatkan karena daerah penelitian masih jauh dari perkotaan sehingga sumber
informasi yang dibutuhkanpun sulit untuk dipahami.
Hal ini tidak sejalan dengan pendapat Hidayat (2005), bahwa semakin tinggi
40
pengetahuan yang dimiliki sehingga penggunaan komunikasi dapat secara efektif
akan dapat dilakukannya hal ini terbukti pendidikan menengah mempunyai
pengetahuan yang cukup. Pendidikan juga mempengaruhi daya nalar dan cara
berpikir seseorang sehingga mereka lebih mudah menerima dan menyerap informasi
yang ada dan pada akhirnya akan meningkatkan pengetahuan mereka. Hal ini berarti
para ibu sangat membutuhkan informasi tentang perawatan bayi baru lahir, khususnya
tentang perawatan tali pusat.
Menurut asumsi peneliti bahwa responden yang memiliki pengetahuan cukup
adalah responden yang tingkat pendidikannya masih dasar sehingga pengetahuan
respondenpun dan hal ini dapat dilihat bahwa pendidikan bukan merupakan patokan
ibu untuk memiliki berpengetahuan cukup tentang perawatan talipusat tapi
pengalaman dan sumber informasi yang baik dan benar yang lebih penting.
4.2.5. Pengetahuan Ibu Nifas tentang Perawatan Tali Pusat pada Bayi Baru Lahir Berdasarkan Sumber Informasi di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan Kisaran Tahun 2015
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa Dari 18 responden (60%) yang
berpengetahuan Cukup mayoritas pernah memperoleh informasi dari tenaga
kesehatan sebanyak 13 responden (43,3%) dan dari 11 responden (36,7%) yang
berpengetahuan Kurang mayoritas tidak pernah memperoleh informasi dari tenaga
kehatan, melainkan dari media cetak sebanyak 9 reponden (30%).
Dari hasil penelitian diatas dapat diketahui perbedaan tingkat pengetahuan ibu
41
diperoleh responden. Menurut Mubarak (2011), kemudahan untuk memperoleh suatu
informasi dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.
Menurut Notoatmodjo (2003), seseorang dengan sumber informasi yang lebih
banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Majunya teknologi akan
tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan
masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media
massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah,
Hal ini sejalan dengan teori Notoadmodjo (2010) yang mengatakan bahwa
informasi yang diperoleh dari berbagai sumber mempengaruhi tingkat pengetahuan
seseorang. Jika semakin banyak seseorang mendapatkan informasi maka semakin
banyak dan semakin jelas pengetahuan yang diperoleh karena Informasi mempunyai
peranan yang besar dalam meningkatkan pengetahuan individu atau seseorang.
Menurut asumsi peneliti bahwa semakin banyak informasi yang diperoleh ibu
maka semakin baik juga pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat dan hal ini
42 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1. Kesimpulan
Setelah dilakukannya penelitian yang berjudul Gambaran Pengetahuan Ibu
Nifas tentang perawatan tali pusat pada bayi baru lahir di Desa Sukadamai
Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan Tahun 2015, dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Dari 30 responden mayoritas yang berpengetahuan cukup adalah umur 20-35
Tahun sebanyak 15 responden (50,0%), dan minoritas responden
berpengetahuan kurang dengan rata-rata umur berumur 20-35 Tahun sebanyak
2 orang (6,7%).
2. Dari 30 responden mayoritas berpengetahuan cukup dengan tingkat
pendidikan rata-rata Belum Sekolah/SD sebanyak 19 responden (22,5%) dan
minoritas berpengetahuan kurang dengan tingkat pendidikannya lulusan
SMP/SMA sebanyak 2 responden (6,7%).
3. Dari 30 responden mayoritas yang berpengetahuan cukup adalah ibu
primipara sebanyak 13 orang (43,3%) dan minoritas berpengetahuan kurang
43 5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka disarankan :
1. Kepada Ibu Nifas
Diharapkan pada ibu Nifas agar lebih aktif lagi mencari informasi tentang
perawatan pada bayi baru lahir dan untuk menambah pengetahuan yang
banyak untuk kesiapan diri nantinya menjelang persalinan dan pengasuhan
bayinya.
2. Kepada Tenaga Puskesmas / Kesehatan
Diharapkan kepada seluruh tenaga kesehatan agar lebih lagi memberikan
penyuluhan tentang manfaat perawatan tali pusat pada bayi baru lahir,
sehingga para Ibu nifas tidak lagi salah dalam melakukan perawatan tali pusat
pada bayi baru lahir, sehingga mengurangi terjadinya infeksi pada tali pusat