• Tidak ada hasil yang ditemukan

RIKA RAHANI 14/AB/032

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RIKA RAHANI 14/AB/032"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT DI DESA SUKADAMAI KECAMATAN PULO

BANDRING KABUPATEN ASAHAN KISARAN TAHUN 2015

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Diploma-III

Ahli Madya Kebidanan

Oleh : RIKA RAHANI

14/AB/032

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUMATERA UTARA PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN

MEDAN 2015

(2)

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT DI DESA SUKADAMAI KECAMATAN PULO

BANDRING KABUPATEN ASAHAN KISARAN TAHUN 2015

Oleh : RIKA RAHANI

14/AB/032

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUMATERA UTARA MEDAN

(3)
(4)
(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Diri

Nama : Rika Rahani

Nim : 14/AB/032

Tempat /Tgl. Lahir : Sidomakmur13 Februari 1989

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

II. Daftar Riwayat Keluarga

Anak Ke : 2 dari 4 Bersaudara

Nama Ayah : Alm. Ayub

Nama Ibu : Samila Wati Hasanah

Alamat : Kisaran, kel. Sukadamai Barat, Kec. Pulo Bandring

III. Daftar Riwayat Pendidikan

SD : Lulus tahun 2001 dari SD Mis Al-Hidayah Kisaran

SMP : Lulus tahun 2004 dari SMP Negeri 4 Kisaran

SMK : Lulus tahun 2007 dari SMK Negeri 1 Kisaran

Perguruan Tinggi : Mengikuti Pendidikan Kebidanan pada tahun 2014-2015 di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara

(6)

ABSTRAK

Data dari profil kesehatan Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2013, angka kematian bayi sekitar 390/1000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi diKab. Asahan 3/1000 kelahiran hidup. Penyebab utama kematian bayi baru lahir tersebut adalah asfiksia (kegagalan bernafas pada bayi), infeksi tali pusat dan hipoterm (penurunan suhu tubuh bayi sampai 36,5 oC). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Tali Pusat Pada bayi Baru Lahir di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan Tahun 2015.

Perawatan tali pusat merupakan salah satu perawatan neonatus terutama pada dua minggu pertama kehidupan. Ibu harus menjaga tali pusat tetap bersih dan kering sampai akhirnya terlepas.Penelitian ini merupakan jenis penelitian Deskiptif dengan menggunakan rancangan Cross Sectional. Populasi penelitian ini adalah setiap ibu post partum di desa sukadamai Kecamatan Pulo Bandring sebanyak 30 orang. Pengambilan sampel menggunakan

total sampling sebanyak 30 orang. Pengumpulan data diambil dari respoden menggunakan

lembar kuesioner. Data yang telah terkumpul diolah dan di analisa dengan menggunakan komputer program exel dan program statistic (SPSS).

Dari 30 responden mayoritas ibu yang berpengetahuan cukup sebanyak 26 responden (86,7%), yang berpengetahuan kurang sebanyak 2 reponden (6,7%) dan minoritas ibu berpengetahuan baik sebanyak 2 responden (6,7%).

Diharapkan kepada seluruh tenaga kesehatan agar lebih lagi memberikan penyuluhan tentang manfaat perawatan tali pusat pada bayi baru lahir, sehingga para Ibu nifas tidak lagi salah dalam melakukan perawatan tali pusat pada bayi baru lahir, sehingga mengurangi terjadinya infeksi pada tali pusat bayi baru lahir.

.

(7)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan karunia-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Adapun judul karya Tulis Ilmiah ini “ Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang

Perawatan Tali Pusat di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten

Asahan Kisaran Tahun 2015”.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melengkapi tugas dan

memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Dalam

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan

dan kesalahan baik dari segi isi ataupun bahsanya. Untuk itu penulis mengharapkan

adanya masukan dan saran untuk perbaikan karya tulis ilmiah ini.

Penulis banyak mendapat bantuan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini,

baik dalam bentuk moril maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Drs. Asman Karo-karo,MM selaku Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Sumatera Utara.

2. DR. H. Paul Sirait, SKM, MM, M.Kes selaku ketua Yayasan Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Sumatera Utara.

3. Ibu Evawani SKM, M.si selaku Pembantu Ketua Bidang Akademik Sekolah

(8)

ii

4. Bapak Donal Nababan, SKM, M.Kes, selaku Pembantu Ketua Bidang

Administrasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara.

5. Bapak Dian Fajariadi S.Kep, Ners, M.Kep, Selaku pembantu Ketua Bidang

Administrasi sekolah Ilmu Kesehatan Sumatera Utara.

6. Ibu Vera Christina Hulu S.Psi, M.Kes, Psi, selaku Pembimbing dan Ketua

penguji yang selalu memberikan dukungan semangat, membimbing dengan

sabar, sehingga proposal ini dapat terselesaikan, terima kasih atas saran dan

masukan yang telah diberikan selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini,

7. Ibu Nova Prihartini SST, selaku Penguji I yang selalu membimbing dan

memotivasi penulis untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

8. Ibu Noni Eriska Sipahutar SST, selaku penguji II yang selalu membimbing

dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

9. Seluruh Staff Pengajar Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara

Jurusan D-III Kebidanan yang telah banyak memberikan bantuan serta

membekali penulis dengan ilmu pengetahuan.

10. Segala bentuk ucapan terima kasih yang tak terhingga untuk kedua orang tua

saya, Ayahanda tercinta Alm. Ayub dan Umi saya Samila Wati Hasanah, ibu

Mertua saya Tukinem, Suami tercinta saya Rahmad Syahputra dan anak

tercinta saya Bima Al-afif, abang saya Ali Akbar, adik-adik saya Desi Mei

Adelia, Cika Ramadani, yang telah banyak memberikan dukungan semangat,

cinta, kasih sayang, materi ataupun moril, sehingga penulis dapat

(9)

iii

11. Kepada rekan-rekan saya di kebidanan STIKes SU, terimah kasih untuk

kebersamaan yang indah selama ini kita lewati.

12. Tidak ketinggalan untuk teman –teman yang saya sayangi, Arumbi, Juni,

Meninda, Misrani, Data, Rumondang, yang telah memberikan semangat serta

waktu yang selama ini kita lewati.

13. Terima kasih untuk teman 1 bimbingan Ibu Vera CH Vulu,S.Psi, M.Kes, Psi,

Rumondang untuk waktu dan canda tawanya serta dukungan dan motivasi

untuk penulis.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan Berkat dan

Karunia-Nya kepada kita semua dan muda-mudahan ilmu yang selama ini penulis peroleh

dapat menjadi amal bakti untuk Nusa, Bangsa, dan Agama, Amin.

Akhir kata penulis mengharapkan kritikdan saran yang bersifat membangun

untuk kesempurnaan karya tulis ilmiah ini dan semoga dapat bermanfaat khususnya

bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Medan, Juli 2015

(10)

iv DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP ABSTRAK

KATA PENGANTAR. ... i

DAFTAR ISI. ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 .Latar Belakang. ... 1 1.2. Rumusan Masalah. ... 6 1.3. Tujuan Penelitian. ... 7 1.3.1.Tujuan Umum. ... 7 1.3.2.Tujuan Khusus. ... 7 1.4. Manfaat Penelitian. ... 7 1.4.1. Bagi Responden ... 7 1.4.2. Bagi Penulis ... 8

1.4.3. Bagi Tempat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan. ... 9

2.2. Ibu Nifas………. ... 12

2.2.1. Pengertian Ibu Nifas ... 12

2.2.2. Tujuan Asuhan Masa Nifas ... 13

2.2.3. Tahapan Dalam Masa Nifas . ... 13

2.2.4. Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan Ibu Nifas dalam Perawatan Tali Pusat ... 14

2.3. Perawatan Tali Pusat... 16

2.3.1. Pengertian ... 16

2.3.2. Tujuan Perawatan Tali Pusat ... 17

2.3.3. Prinsip Perawatan Tali Pusat ... 18

2.3.4. Cara Melakukan Perawatan Tali Pusat ... 20

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Konsep ... 22

3.2. Defenisi Operasional ... 22

(11)

v

3.4. Populasi dan Sampel ... 23

3.4.1. Populasi………. ... 23

3.4.2. Sampel……… ... 24

3.5. Metode Pengumpulan Data ... 24

3.6. Teknik Pengolahan dan Analisa Data. ... 24

3.6.1. Pengolahan Data. ... 24

3.6.2. Analisa Data ... 25

3.7. Aspek Pengukuran Pengetahuan……... 25

3.8. Lokasi dan Waktu ... 26

3.8.1. Lokasi Penelitian ... 26

3.8.2. Waktu penelitian ... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 28

4.1.1. Data Geografis ... 28

4.1.2. Data demografi ... 28

4.1.3. Pengetahuan Ibu berdasarkan Karakteristik ... 29

4.1.4. Distribusi Pertanyaan Pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat ... 31

4.1.3. Tabulasi Silang ... 33

4.2. Pembahasan ... 36

4.2.1. Pengetahuan Ibu Nifas Tentang perawatan Tali Pusat ... 36

4.2.2. Pengetahuan Responden Berdasarkan Umur ... 37

4.2.3. Pengetahuan Ibu Berdasarkan Paritas ... 38

4.2.4. Pengetahuan Ibu Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 39

4.2.5. Pengetahuan Ibu Berdasarkan Sumber Informasi ... 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 42

5.2. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(12)

vi

DAFTAR GAMBAR

(13)

vii DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Pengetahuan berdasarkan umur, pendidikan, paritas dan sumber informasi ... 29

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Ibu Nifas ... 30

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi jawaban responden terhadap pertanyaan

pengetahuan tentang perawatan tali pusat pada bayi baru lahir .. 31

Tabel 4.4. Distribusi Pengetahuan ibu Tentang Perawatan Tali pusat ... 33

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Berdasarkan umur ... 33

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Berdasarkan pendidikan . 34

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas Berdasarkan

Paritas……… ... 35

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas Berdasarka

(14)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Informed Consent

Lampiran II : Kuesioner Penelitian

Lampiran III : Kunci Jawaban Kuesioner

Lampiran IV : Master Tabel

Lampiran V : Surat izin Penelitian

Lampiran VI : Surat BalasanMelakukan Penelitian

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan

dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat secara mandiri agar pencapaian

derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya dapat terwujud. Dalam

pelaksanaannya, pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasarkan azas

perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian serta adil dan merata dengan

mengutamakan aspek manfaat utamanya bagi kelompok rentan seperti ibu, bayi, usia

lanjut dan keluarga tidak mampu. Upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi dan

balita, meningkatkan status gizi masyarakat serta pencegahan dan penanggulangan

penyakit menular menjadi prioritas utama dalam pembangunan nasional bidang

kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2012).

Neonatal dengan komplikasi adalah neonatal dengan penyakit dan atau

kelainan yang dapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian, seperti asfiksia,

ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum/infeksi, trauma lahir, BBLR (berat lahir <

2.500 gram), sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan kongenital maupun yang

termasuk klasifikasi kuning dan merah pada pemeriksaan dengan Manajemen

Terpadu Bayi Muda (MTBM). Komplikasi yang menjadi penyebab kematian

terbanyak adalah asfiksia, bayi berat lahir rendah dan infeksi tali pusat. Komplikasi

ini sebetulnya dapat dicegah dan ditangani, Namun terkendala oleh akses

(16)

2

neonatal dengan komplikasi mengalami peningkatan dari tahun 2012 yang sebesar

48,48% menjadi 51,47% pada tahun 2013. Meskipun terjadi peningkatan capaian,

namun masih terdapat disparitas yang cukup besar antar provinsi. Capaian tertinggi

diperoleh Provinsi DI Yogyakarta dengan angka sebesar 90,60% diikuti oleh Jawa

Tengah sebesar 75,36%, dan Bali sebesar 71,27%. Capaian terendah terdapat di

Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 15,34%, diikuti oleh Papua sebesar 15,38%,

dan Sumatera Utara sebesar 18,69%, (Riskesdas, 2007).

Masalah utama penyebab kematian pada bayi dan balita adalah pada masa

neonatus bayi baru lahir umur 0 - 28 hari). 78,5% dari kematian neonatal terjadi pada

umur 0-6 hari. Komplikasi yang menjadi penyebab kematian terbanyak adalah

asfiksia, bayi berat lahir rendah dan infeksi tali pusat. Dengan melihat adanya risiko

kematian yang tinggi dan berbagai serangan komplikasi pada minggu pertama, maka

setiap bayi baru lahir harus mendapatkan pemeriksaan sesuai standar lebih sering

(minimal 2 kali) dalam minggu pertama. Langkah ini dilakukan untuk menemukan

secara dini jika terdapat penyakit atau tanda bahaya pada neonatus sehingga

pertolongan dapat segera diberikan untuk mencegah penyakit bertambah berat yang

dapat menyebabkan kematian,

Profil kesehatan Indonesia, Tahun 2013. Kunjungan neonatus merupakan

salah satu intervensi untuk menurunkan kematian bayi baru lahir. Pelayanan yang

diberikan saat kunjungan neonatal adalah pemeriksaan sesuai standar Manajemen

Terpadu Bayi Muda (MTBM) dan konseling perawatan bayi baru lahir termasuk ASI

(17)

3

baru lahir mendapatkan vitamin K1 injeksi dan imunisasi hepatitis B bila belum

diberikan pada saat lahir. Terdapat 26 provinsi telah mencapai Renstra 2013, yaitu

84%, dimana capaian tertinggi terdapat di Provinsi Jawa Tengah sebesar 95,41%,

diikuti oleh Kepulauan Bangka Belitung sebesar 94,47%, dan DI Yogyakarta sebesar

94,33%. Sedangkan provinsi dengan capaian terendah adalah Papua sebesar 25,41%,

diikuti oleh Papua Barat sebesar 51,79%, dan Sumatera Utara sebesar 68,22%.

Tetanus Neonatorum disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang masuk ke tubuh

melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah satunya disebabkan

oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Kasus Tetanus Neonatorum

banyak ditemukan di negara berkembang khususnya dengan cakupan persalinan oleh

tenaga kesehatan yang rendah. Pada tahun 2013, dilaporkan terdapat 78 kasus

Tetanus Neonatorum dengan jumlah meninggal 42 kasus. Dengan demikian, Case

Fatality Rate(CFR) Tetanus Neonatorum pada tahun 2013 sebesar 53,8%, meningkat

dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 49,6%. Kasus yang meninggal tersebut

dilaporkan dari 11 provinsi. melakukan pemeriksaan kehamilan dengan

bidan/perawat. Namun, menurut faktor penolong persalinan, 56 kasus (71,8%)

ditolong oleh penolong persalinan tradisional, misalnya dukun. Untuk pemotongan

tali pusat, sebagian besar kasus dilakukan pemotongan tali pusat dengan gunting

yaitu 55 kasus (70,5%).

Sebaiknya memberi nasehat pada ibu nifas untuk melihat popok dibawah

putung tali pusat, apabila kotor, bersihkan secara hati-hati dengan air matang.

(18)

4

menjadi merah atau mengeluarkan nanah atau darah. Penyebab kematian neonatal

dini yang tertinggi adalah infeksi yaitu (57,1%) salah satu penyakit infeksi pada

neonatal yaitu tetanus neonatorum. Kejadian ini terjadi sebesar 9,8% di Indonesia,

khususnya Jawa Tengah sebesar 3% dan daerah kejadian luar biasa di Jawa Tengah

yaitu Kabupaten Blora (2,1%) dan Kabupaten Klaten (0,7%). Infeksi ini disebabkan

oleh pemotongan tali pusat yang tidak steril dan perawatan tali pusat yang tidak benar

( DepKes RI, 2008).

Data dari profil kesehatan Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2004, angka

kematian bay i sekitar 36,7/1000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi di

Sibolga 29/1000 kelahiran hidup. Penyebab utama kematian bayi baru lahir tersebut

adalah asfiksia (kegagalan bernafas pada bayi), infeksi tali pusat dan

hipoterm (penurunan suhu tubuh bayi sampai 36,5 o C) ( Profil Sumatera Utara,

2007).

Data dari profil kesehatan Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2013, angka

kematian bayi sekitar 390/1000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi

diKab. Asahan3/1000 kelahiran hidup. Penyebab utama kematian bayi baru lahir

tersebut adalah asfiksia (kegagalan bernafas pada bayi), infeksi tali pusat dan

hipoterm ( penurunan suhu tubuh bayi sampai 36,5 o C) ( Sumut Pos, 06/07/2013 ).

Perawatan tali pusat adalah melakukan pengobatan dan peningkatan tali

pusat yang menyebabkan pemisahan fisik ibu dengan bayi. Dan kemudian tali pusat

dirawat dalam keadaan steril, bersih dan terhindar dari infeksi tali pusat. Perawatan

(19)

5

akan pupus pada hari ke-5 dan hari ke-7 tanpa ada kompilkasi, sedangkan dampak

negatif dari perawatan tali pusat yang tidak benar adalah bayi akan mengalami

penyakit Tetanus Neonaturum dan dapat mengakibatkan kematian (Yeyeh, 2010).

Penurunan itu sekitar 48 persen tersebut menempatkan Indonesia termasuk ke

dalam 10 besar negara, dengan peringkat pertama negara Peru yang telah berhasil

mengalami penurnan hingga 65 persen. Salah satu sebab menurunnya angka kematian

bayi di Indonesia adalah dengan kehadirannya tenaga kesehatan yang sudah mencapai

hampir 73 persen di Indonesia, selain daripada itu dengan menempatkan bidan di

kawasan perdesaan yang diikuti dengan berbagai pelatihan untuk bidan sehingga

dapat mendorong penurunan kematian bayi (Kumalasari, 2014).

Kemudian Ibu yang lagi menjalani masa nifas disebut juga masa post partum

atau puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar

lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali

organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti

perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan. Ibu nifas menjalani

adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase fase, yang pertama yaitu fase

talking in yaitu fase ketergantungan, fase ini ibu sedang focus pada dirinya sendiri,

ibu tidak nyaman dengan fisik yang dialaminya. Yang kedua yaitu fase talking hold,

pada fase ini ibu atimbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung

jawab dalam merawat bayinya. Fase fase tersebut yang terkadang membuat ibu lalai

(20)

6

yang tradisional,yang perawatannya lebih simple tapi tidak steril. sehingga dapat

menimbulkan infeksi pada tali pusat, (Suherni, 2008).

Maka dari itu ibu nifas harus memiliki pengetahuan terhadap perawatan tali

pusat, yaitu dengan menjaga tali pusat tetap bersih dan kering,tangan harus steril

sebelum menyentuh tali pusat dan jangan meletakkan benda apapun di atas tali pusat.

Ibu nifas juga harus memastikan pembalutan tali pusat tidak terlalu rapat, agar udara

tetap bisa masuk, jangan memegang-megang atau bahkan menariknya meskipun tali

pusat yang menggantung diperut bayi hanya tinggal selembar benang( Wulan 2014)

Berdasarkan survey pendahuluan didapat bahwa ada masalah di tempat yang

akan diteliti yaitu di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan,

masih terdapat ibu yang menggunakan daun siri untuk membungkus tali pusat.

Adapun yang menggunakan remasan daun siri dengan garam sehingga hal ini dapat

menyebabkan infeksi. Terbukti pada tahun 2007 terjadi kematian seorang bayi akibat

tetanus neonatorium.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah “Bagaimanakah

Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Tali Pusat Pada bayi Baru

Lahir di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan Tahun

(21)

7 1.2. Tujuan Penelitian

1.2.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Tali

Pusat Pada bayi Baru Lahir di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring

Kabupaten Asahan Tahun 2015.

1.2.2. Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan Ibu nifas Tentang Perawatan

Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo

Bandring Kabupaten AsahanTahun 2015 berdasarkan Umur

2. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan Ibu nifas Tentang Perawatan

Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo

Bandring Kabupaten AsahanTahun 2015 berdasarkan Paritas.

3. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan Ibu nifas Tentang Perawatan

Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo

Bandring Kabupaten AsahanTahun 2015 berdasarkan Pendidikan.

1.3. Manfaat Penelitian

1. Bagi Responden

Untuk menambah wawasan ibu nifas Khususnya tentang perawatan tali

pusat pada bayi baru lahir, sehingga mencegah terjadinya infeksi yang akan

mengakibatkan kematian pada bayi yang baru lahir.

(22)

8

2. Bagi penulis

Sebagai aplikasi ilmu yang telah di dapat selama mengikut perkuliahan di

Program studi D-III Kebidanan Stikes SU.

3. Bagi Lahan / Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi petugas dan

masyarakat di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan

(23)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang.

pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendegaran

penciuman, rasa, dan raba. sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat diharapkan dapat mempengaruhi

perilaku masyarakat terhadap kesehatan.Apabila penerimaan prilaku baru atau adopsi

prilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka prilaku

tersebut bersifat langgeng. Sebaliknya prilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan

kesadaran akan tidak berlangsung lama.( Dr. Suparyanto, M.Kes, 2012)

Notoatmodjo (2010), mengatakan bahwa pengetahuan atau kognitif

merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

(overt behavior). Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

(24)

10

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh yang di pelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Contoh, dapat menyebutkan tanda-tanda

kekurangan kalori protein pada anak balita.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan dan menyebutkan Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus

makan makanan yang bergizi.

c. Aplikasi (aplication)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk mengunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi atau penggunaan

hukum-hukum, rumus, metode, dan prinsip dalam konteks atau situasi yang

lain. Misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus masalah di dalam

pemecahan masalah tentang gizi pada balita.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini

dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja. dapat menggambarkan

(25)

11

karbohidrat yang banyak terdapat pada susu, padi-padian, buah-buahan, sirup,

tepung, sayur-sayuran dan sereal.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya pada vitamin A yang banyak

terdapat pada hati, minyak ikan, susu, kuning telur, margarin,

tumbuh-tumbuhan, sayur-sayuran dan buah-buahan.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan

suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang

telah ada. Misalnya : dapat membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi

dengan anak-anak yang kurang gizi.

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada misalnya dapat membandingkan antara anak

(26)

12 2.2. Ibu Nifas

2.2.1. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau

waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam

minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan

dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya

berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2008).

Menurut beberapa teori yang dikutip dalam Anggraini (2010) pengertian

masa nifas antara lain :

1. Menurut Bennet VR dan Brown LK (1996) puerperium adalah waktu

mengenai perubahan besar yang berjangka pada periode transisi dari puncak

pengalaman melahirkan untuk menerima kebahagian dan tanggung jawab

dalam keluarga

2. Menurut William puerperium didefinisikan sebagai masa persalinan selama

dan segera setelah melahirkan, meliputi minggu-minggu berikutnya pada

waktu alat-alat reproduksi kembali keadaan tidak hamil atau kembali normal

3. Menurut JNPK-KR (2002), masa nifas secara harfiah didefinisikan sebagai

masa persalinan selama dan segera setelah melahirkan, meliputi

minggu-minggu berikutnya pada waktu alat-alat reproduksi kembali kekeadaan tidak

(27)

13 2.2.2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik

2. Melaksanakan skrining secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau

merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya

3. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu berkaitan dengan : gizi,

4. menyusui, pemberian imunisasi pada bayinya, perawatan bayi sehat dan

KB

5. Memberikan pelayanan KB

6. Mendapatkan kesehatan emosi

2.2.3. Tahapan Dalam Masa Nifas

1. Peurperium dini (immediate puerpurium) waktu 0 – 24 jam post

partum.Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan

berjalan – jalan, dalam agama islam telah bersih dan boleh bekerja selama

40 hari.

2. Peurperium intermedial (early puerpurium), waktu 1 – 7 hari post partum

kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu post

partum.

3. Remote puerpurium (later puerperium), waktu 1 – 6 minggu post partum

waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila

selama hamil dan waktu persalinan mempunyai komplikasi, waktu untuk

(28)

14

2.2.4. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan Ibu Nifas Dalam Perawatan Tali Pusat

1. Pendidikan

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka

melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dari batasan ini tersirat

unsur-unsur pendidikan yakni:

a. Input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat) dan

b. Pendidik (pelaku pendidikan).

c. Proses adalah upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain.

d. Out put adalah melakukan apa yang diharapkan atau prilaku.

Namun demikian faktor yang lain (lingkungan, pelayanan kesehatan, dan

hereditas) juga memerlukan intervensi pendidikan kesehatan secara rinci sebagai

berikut :

a. Peran Pendidikan Kesehatan dalam Faktor Lingkungan

Telah banyak fasilitas kesehatan lingkungan yang di bangun oleh instansi,

baik pemerintah, swasta, maupun LSM (lembaga swadaya masyarakat).

Banyak pula proyek pengadaan sanitasi lingkungan dibangun untuk

masyarakat misalnya, jamban keluarga,jamban umum, tempat sampah, dan

sebagainya. Agar sarana sanitasi lingkungan tersebut dimanfaatkan dan

(29)

15

b. Peran Pendidikan Kesehatan dalam Perilaku

Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan

perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya pendidikan

kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana

cara memelihara kesehatan mereka. Peran Pendidikan Kesehatan dalam

c. Pelayanan Kesehatan

Dalam rangka perbaikan kesehatan masyarakat, pemerintah Indonesia dalam

hal ini Departemen Kesehatan telah menyediakan fasilitas kesehatan

masyarakat dalam bentuk pelayanan kesehatan (Puskesmas).

d. Peran Pendidikan Kesehatan dalam Faktor Hereditas

Orang tua yang sehat dan gizinya yang baik akan mewariskan kesehatan yang

baik pula kepada anaknya. Oleh karena itu pendidikan kesehatan diperlukan

agar masyarakat atau orang tua menyadari dan melakukan hal-hal yang dapat

mewariskan kesehatan yang baik pada keturunannya (Notoatmodjo, 2010).

Pendidikan seseorang mempengaruhi cara pandanganya terhadap diri dan

lingkungan. Oleh karena itu akan berbeda orang yang berpendidikan tinggi

dibanding yang berpendidikan rendah dalam menyikapi proses dan

berinteraksi (sasongko, 2010)

2. Umur

Umur merupakan rentang waktu seseorang yang dimulai sejak dia dilahirkan

hingga berulang tahun. Umur akan sangat berpengaruh terhadap daya tangkap

(30)

16 3. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan setiap hari.

4. Sumber Informasi

Sumber informasi yang lebih banyak akan memiliki pengetahuan yang lebih

luas pula.

5. Paritas

Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dan telah

mendapatkan perawatan tali pusat

2.3. Perawatan Tali Pusat 2.3.1. Pengertian

Menurut Depkes RI (2007), perawatan tali pusat adalah melakukan

pengobatan dan pengikatan tali pusat yang menyebabkan pemisahan fisik ibu dengan

bayi, dan kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan bersih dan terhindar dari infeksi

tali pusat. Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan menimbulkan dampak

positif yaitu tali pusat akan “puput” pada hari ke-5 sampai hari ke-7 tanpa ada komplikasi, sedangkan dampak negatif dari perawatan tali pusat yang tidak benar

adalah bayi akan mengalami penyakit Tetanus Neonatorum dan dapat mengakibatkan

(31)

17

Perawatan tali pusat merupakan salah satu perawatan neonatus terutama pada

dua minggu pertama kehidupan. Ibu harus menjaga tali pusat tetap bersih dan kering

sampai akhirnya terlepas (Sarwono, 2012)

Sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk meneliti bahan yang

digunakan dalam merawat tali pusat. Perawatan tali pusat secara medis menggunakan

alkohol 70% atau bahan anti mikrobial seperti povidon-iodin 10% (Betadin),

klorheksidin, iodium tinstor dan lain-lain yang tersebut sebagai cara modern.

Sedangkan perawatan tali pusat metode tradisional mempergunakan madu, minyak

ghee (India), atau kolostrum air susu ibu (Sodikin, 2009:58).

Salah satu cara yang disarankan oleh WHO dalam merawat tali pusat adalah

dengan menggunakan pembalut kasa bersih yang sering diganti. Selain itu,

sebagaimana juga disarankan oleh WHO, penelitian sebaiknya lebih diarahkan pada

antiseptik dan zat-zat pengering tradisional, misalnya ASI atau kolostrum (Sodikin,

2009:59).

Banyak pendapat tentang cara terbaik untuk melakukan perawatan tali pusat.

Sudah dilaksanakan berbagai uji coba klinis untuk membandingkan cara penanganan

tali pusat yang berbeda-beda dan semuanya menunjukkan hasil serupa. Oleh sebab

itu, tidak jelas cara mana yang paling efektif untuk mencegah infeksi dan mendorong

cepat lepasnya tali pusat (Sodikin, 2009).

2.3.2. Tujuan Perawatan Tali Pusat

Tujuan perawatan tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya penyakit

(32)

18

tetanus kedalam tubuh melalui tali pusat, baik dari alat yang tidak steril, pemakaian

obat-obatan, bubuk atau daun-daunan yang ditaburkan ke tali pusat sehingga dapat

mengakibatkan infeksi (Manuaba, 2011)

Saifuddin (2011) menyatakan bahwa tujuan merawat tali pusat adalah untuk

mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir, sehingga tali pusat tetap

bersih, kuman-kuman tidak masuk sehingga tidak terjadi infeksi pada tali pusat bayi.

Penyakit tetanus ini disebabkan oleh Clostridium tetani yaitu kuman yang

mengeluarkan toksin (racun), yang masuk melalui luka tali pusat karena perawatan

atau tindakan yang kurang bersih.

Tali pusat normalnya mengerut dan mengering dalam beberapa hari pertama

dan kemudian lepas kira-kira 1 sampai 2 minggu. Normal untuk adanya darah dan

rabas mukus dari dasar tali pusat ketika lepas secara bertahap. Tanda infeksi, seperti

bau menyengat, kemerahan pada kulit dasar tali pusat, kemerahan yang menyebar

keabdomen, dan rabas purulen harus dilaporkan kepemberi asuhan bayi dengan

segera, (Sarwono, 2012).

2.3.3. Prinsip Perawatan Tali Pusat

Menurut Jaringan Nasional Pelatihan Klinik-Kesehatan Reproduksi

(JNPK-KR, 2008), nasehat untuk merawat tali pusat antara lain:

a. Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan/bahan

(33)

19

b. Mengoleskan alkohol atau povidon iodine (betadin) masih diperkenankan,

tetapi tidak dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah/lembab.

Berikan nasehat kepada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi:

1. Lipat popok dibawah puntung tali pusat.

2. Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT dan

sabun dan segera keringkan secara seksama dengan menggunakan kain

bersih.

3. Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan ke petugas atau

fasilitas kesehatan, jika pusat berdarah, menjadi merah, bernanah

dan/atau berbau.

4. Jika pangkal tali pusat (pusat bayi) terus berdarah, merah meluas atau

mengeluarkan nanah dan atau berbau, segera rujuk bayi ke fasilitas yang

dilengkapi perawatan untuk bayi baru lahir.

Sodikin (2009:72) menyatakan bahwa prinsip-prinsip dalam melakukan

perawatan tali pusat adalah:

a. Jangan membungkus pusat atau mengoleskan bahan atau ramuan apapun ke

puntung talipusat.

b. Mengusapkan alkohol atau iodine-povidon (betadin) masih diperkenankan

sepanjang tidak menyebabkan tali pusat basah atau lembab.

c. Hal-hal berikut perlu menjadi perhatian ibu dan keluarganya:

(34)

20

2. Jika puntung tali pusat kotor, cuci secara hati-hati dengan air matang

dan Sabun keringkan secara saksama dengan kain bersih.

3. Jika tali pusat menjadi merah atau mengeluarkan nanah atau darah,

harus segera bawa bayi tersebut ke fasilitas yang mampu memberikan

perawatan bayi secara lengkap.

2.3.4. Cara Melakukan Perawatan Tali Pusat

Pada dasarnya merawat tali pusat adalah tindakan sederhana. Ibu dan perawat

bayi tidak diperbolehkan membubuhkan apapun pada tali pusat dan tali pusat

dibiarkan terbuka agar tetap kering. Ibu bayi perlu mendapat penekanan tentang hal

ini karena mereka tidak suka melihat tali pusat yang mengering sehingga mereka

memilih untuk membungkus tali pusat tersebut atau membubuhkan sesuatu yang

mereka anggap akan membantu penyembuhan. Walaupun sederhana, harus

memperhatikan prinsip-prinsip seperti selalu mencuci tangan dengan air bersih dan

menggunakan sabun, menjaga agar daerah sekitar tali pusat tetap kering serta tali

pusat tidak lembab, dan tidak membubuhkan apapun pada sekitar daerah tali pusat.

Karena bila hal-hal tersebut tidak diperhatikan dapat mengakibatkan infeksi, dan bila

terjadi infeksi masalahnya tidak menjadi sederhana lagi (Sodikin, 2009:4).

Saifuddin (2011) menyatakan bahwa cara melakukan perawatan tali pusat

pada bayi adalah :

a. Bersihkan luka tali pusat dengan menggunakan povidone iodine / betadine.

b. Setelah itu tutup dengan kain kasa bersih dan kering yang sudah dibubuhi

(35)

21

c. Jaga agar tali pusat selalu terbungkus kain kasa bersih dan kering.

d. Bersihkan setiap hari sampai tali pusat lepas.

Jangan mengoleskan saleb apapun atau zat lain ke tampuk tali pusat, hindari

pembungkusan tali pusat karena tali pusat yang tidak ditutupi lebih cepat mengering

dan puput dengan komplikasi yang lebih sedikit (Saifuddin, 2011).

Menurut Sodikin (2009:74), urutan dalam melakukan perawatan tali pusat

pada bayi adalah:

a. Olesi pangkal umbilikal dengan alkohol/betadine dengan menggunakan lidi

kapas.

b. Ambil kasa steril yang telah dibasahi alkohol/betadine, kemudian usapkan

pada tali pusat hingga bersih.

c. Ambil kasa steril kering kemudian rekatkan pada pangkal umbilikal bayi dan

ikat dengan simpul.

d. Perhatikan keadaan tali pusat apakah ada tanda-tanda infeksi.

Helen Farer (2001:187) menyatakan bahwa tali pusat harus selalu dilihat pada

waktu mengganti popok sampai tali pusat tersebut lepas dan luka pada umbilikusnya

sembuh. Ibu yang nervous mungkin merasa enggan untuk menyentuh puntung tali

pusat yang tampak tidak menarik itu sehingga pentingnya tindakan membersihkan

(36)

22 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep Proposal penelitian ini adalah tentang “Gambaran

Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir di Desa

Sukadamai penulis membatasi hal-hal yang akan diteliti adalah :

Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Bayi

Gambar 3.1. Kerangka Konsep 3.2. Defenisi Operasional

3.2.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap objek tertentu

3.2.2. Umur

Umur adalah usia responden saat dilakukan penelitian pada usia >20-35 tahun. 1. Karakteristik

a. Umur b. Paritas c. Pendidikan 2. Sumber Informasi

(37)

23 3.2.3 Paritas

Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dan telah

mendapatkan perawatan tali pusat

3.2.4 Pendidikan

Pendidikan adalah jenjang pendidikan secara formal yang pernah diselesaikan

pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka

melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan, yang diharapkan dari

pendidikan itu adalah setiap individu mampu meningkatkan kesehatannya

3.3. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu bertujuan untuk

mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat di Desa

Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Kota Asahan Kisaran Tahun

2015.

3.4. Populasi dan Sampel 3.4.1. Populasi

Populasi yang diteliti adalah setiap ibu Post Partum di Desa Sukadamai

Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan Kota Kisaran sebanyak 30

(38)

24 3.4.2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan cara

total populasi dimana jumlah dari seluruh populasi dijadikan objek penelitian.

3.5. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer dengan

memberikan kuisioner yang telah disediakan kepada responden.Jenis responden

dengan menggunakan kuisioner tertutup.

3.6. Teknik Pengolahan dan Analisa Data 3.6.1. Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul diolah dengan cara manual dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing

Dilakukan pemeriksaan / pengecekan kelengkapan data yang telah terkumpul

bila trdapat kesalahan atau berkurang dalam pengumpulan data tersebut akan

diperiksa kembali.

2. Coding

Hasil jawaban dari setiap pertanyaan diberi kode angka sesuai dengan

petunjuk. Kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk

(39)

25

3. Tabulating

Untuk mempermudah analisa data dan pengolahan data serta pengambilan

kesimpulan data dimasukkan ke dalam bentuk distribusi frekuensi.

3.6.2. Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan pengukuran terhadap masing-masing

responden, lalu ditampilkan dalam tabel distribusi frekwensi, analisa dilanjutkan

dengan menggunakan teori pustaka yang ada.Tekhik analisa datayang

digunakansecara univariat untuk melihat bagaimana pengetahuan dan tindakan ibu

terhadap perawatan tali pusat pada bayi baru lahir. Pada analisis univariate akan

menampilkan nilai rata-rata,minimal, maximal, standart deviasi, prosentase,

distribusifrekuensi, dan diagram pencar atau tebar dari semua data penelitian.

3.7. Aspek Pengukuran Pengetahuan

Mengukur Pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat menggunakan 20

pertanyaan kuesioner. Hasil penelitian dinyatakan dalam predikat baik, cukup dan

kurang. Jika responden menjawab pertanyaan benar, maka diberi skor 1 dan jika

responden menjawab salah, maka diberi skor 0. Nilai tertingi yang dicapai adalah 20

dan nilai terendah adalah 0 menggunakan Rumus Machfoeds,2010. Maka kategori

digunakan sebagai berikut:

1. Kategori Baik : Skor 76 -100%

Bila dari 20 pertanyaan responden mampu menjawab

(40)

26

2. Kategori Cukup : Skor 56 - 75%

Bila dari 20 pertanyaan responden mampu menjawab

11-14 pertanyaan dengan benar

3. Kategori Kurang : Skor <56%

Bila dari 20 pertanyaan responden mampu menjawab

0 – 10 pertanyaan dengan benar

3.8. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.8.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring

Kabupaten Asahan Kota Kisaran dengan alasan mudah mendapat responden, mudah

dijangkau, dan banyak ibu yang mempunyai bayi yang tidak mengerti tentang

(41)

27 3.8.2. Waktu Penelitian

No Kegiatan Bulan

Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun

1 Acc Judul 2 Survey Awal 3 Bimbingan Proposal 4 Sidang Proposal 5 Perbaikan Proposal 6 Penelitian dan konsul KTI 7 Sidang KTI

(42)

28 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Data Geografis Daerah Penelitian

Keadaan Demografis Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten

Asahan Kisaran dengan luas wilayah 104 Ha, yang terdiri dari 2 lingkungan. Dengan

batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Pulo Bandring

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Suka Makmur

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Suka Damai Barat

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Taman Sari

4.1.2. Data Demografi

Jumlah Kependudukan Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring

Kabupaten Asahan Kisaran Tahun 2015, Lingkungan I Jumlah penduduknya

sebanyak 590 jiwa, dengan jumlah laki-laki 370 jiwa dan perempuan 220 jiwa.

Jumlah Penduduk Lingkungan II sebanyak 378 jiwa, dengan jumlah laki-laki 175

jiwa dan jumlah perempuan 203 jiwa. Dengan jumlah keseluruhan penduduk Desa

(43)

29

4.1.3. Pengetahuan Responden berdasarkan Umur, Pendidikan, Paritas dan Sumber Informasi di Desa Sukadamai Kec. Pulo Bandring Kab.Asahan Kisaran Tahun 2015

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden berdasarkan Umur, Pendidikan, dan Paritas di Desa Sukadamai Kec. Pulo Bandring Kab.Asahan Kisaran

Tahun 2015 No Umur F % 1 <20 Tahun 7 23.3 20-35 Tahun 18 60.0 >35 Tahun 5 16.7 Jumlah 30 100.0 2 Pendidikan F % Tidak Sekolah/ SD 19 63.3 SMP/SMA 11 36.7 Diploma/Sarjana - - Jumlah 30 100.0 3 Paritas F % Primipara 15 50.0 Skundipara 13 43.3 Multipara 2 6.7 Jumlah 30 100.0

Berdasarkan tabel 4.1. dapat diketahui bahwa distribusi frekuesnsi umur

responden adalah mayoritas umur 20-35 Tahun sebanyak 18 orang (60,0%) dan

distribusi frekuensi umur responden adalah minoritas ibu dengan umur >35 tahun

sebanyak 5 orang (16,7%)

Distribusi frekuensi pendidikan yang paling banyak adalah responden yang

Tidak Sekolah/SD sebanyak 19 orang (63.3%) dan minoritas pendidikan ibu adalah

(44)

30

Distribusi frekuensi paritas responden yang banyak adalah ibu primipara

sebanyak 15 orang (50,0%), dan distribusi frekuensi paritas ibu yang paling sedikit

adalah ibu dengan paritas multipara sebanyak 2 orang (6,7%).

Tabel 4.2.

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden berdasarkan Sumber Informasi di Desa Sukadamai Kec. Pulo Bandring Kab.Asahan Kisaran

Tahun 2015 Sumber Informasi F % Media Cetak 11 36,6 Media Elektronik 17 56,6 Keluarga 1 3,3 Tenaga Kesehatan 1 3,3 Jumlah 30 100

Berdasarkan Tabel 4.2. diatas dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi sumber

informasi yang paling banyak diperoleh responden adalah dari media elektronik

sebanyak 17 responden (56,6%), dan minoritas sumber informasi diperoleh

responden adalah bersumber dari keluarga dan tenaga kesehatan sebanyak 1 orang

(45)

31

4.1.4. Pengetahuan Ibu Nifas tentang perawatan tali pusat pada bayi baru lahir di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan Kisaran Tahun 2015

Tabel 4.3.

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir di Desa

Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan Kisaran Tahun 2015

No Pertanyaan

Jawaban

Benar Salah

F % F %

1 Perawatan yang salah pada tali pusat dapat

menyebabkan? 23 76,7 7 23.3

2 Untuk mempercepat penyembuhan

dan menghindari infeksi maka? 16 53.3 14 46. 7

3 Tujuan perawatan tali pusat adalah. 17 56,7 13 43.3

4 Penyakit apa yang akan timbul jika

perawatan tali pusat kurang baik? 17 56. 7 13 43.3

5 Mengapa ibu tidak boleh membubuhkan

ramuan apapun pada tali pusat? 23 76. 7 7 23.3

6 Apa yang dimaksud dengan infeksi tali

pusat? 19 63.3 11 36.7

7 Cara manakah dibawah ini yang sebaiknya

Ibu lakukan untuk merawat tali pusat? 22 73.3 8 26.7

8 Salah satu faktor yang menyebabkan

kematian bayi baru lahir adalah? 15 50 15 50

9 Melalui apakah janin untuk mendapatkan

asupan makanan saat dalam kandungan? 23 76. 7 7 23.3

10

Mengapa peralatan yang digunakan untuk merawat tali pusat harus selalu dalam keadaan steril?

17 56. 7 13 43.3

11 Mengapa ibu nifas harus memastikan

pembalutan tali pusat tidak terlalu rapat? 5 16. 7 25 83.3

12 Tanda - tanda terjadinya infeksi pada tali

pusat yaitu 13 43.3 17 56.7

13 Tanda - tanda tali pusat yang mengalami

infeksi? 15 50 15 50

14 Darimanakah masyarakat dan ibu nifas bias

(46)

32

merawat tali pusat yang baik?

15 Menurut Ibu, bagaimana sebaiknya

memandikan bayi, agar tidak terinfeksi? 13 43.3 17 56.7

16 Infeksi tali pusat dapat terjadi pada proses

persalinan yang bagaimana? 24 80 6 20

17 Infeksi yang terjadi melalui tali pusat bayi

dapat menjalar hingga ke? 10 33.3 20 66.7

18 Keadaan bagaimana pada tali pusat bayi

sehingga mudah terkena infeksi? 13 43.3 17 56.7

19

Dalam melakukan perawatan tali pusat, bahan apa sajakah yang diperbolehkan kita berikan, kecuali ?

13 43.3 17 56.7

20 Infeksi tali pusat yaitu masuknya kuman

penyakit melalui? 11 36.7 19 63.3

Dari tabel 4.4. dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi pertanyaan yang

paling banyak menjawab benar adalah pertanyaan no. 16 tentang “Infeksi tali pusat dapat terjadi pada proses persalinan yang bagaimana?” sebanyak 24 responden (80%)

artinya bahwa pengetahuan ibu tentang infeksi tali pusat sudah baik dan ibu sudah

mampu mengetahui proses terjadinya infeksi tali pusat. Sedangkankan distribusi

frekuensi jawaban responden yang paling banyak menjawab salah adalah pertanyaan

no. 11 tentang “Mengapa ibu harus memastikan pembalutan tali pusat tidak terlalu rapat?” sebanyak 25 orang (83,3%) artinya bahwa ibu belum mampu mengetahui bagaimana cara melakukan perawatan tali pusat yang sebenarnya.

(47)

33 Tabel 4.4.

Distribusi Pengetahuan Ibu Nifas tentang Perawatan Tali Pusat pada Bayi Baru Lahir di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan

Kisaran Tahun 2015 Pengetahuan F % Baik 2 6.7 Cukup 26 86.7 Kurang 2 6.7 Jumlah 30 100

Dari tabel 4.2. diperoleh bahwa dari 30 responden mayoritas ibu yang

berpengetahuan cukup sebanyak 26 responden (86,7%), yang berpengetahuan kurang

sebanyak 2 reponden (6,7%) dan minoritas ibu berpengetahuan baik sebanyak 2

responden (6,7%).

4.1.5. Tabulasi Silang

Tabel 4.5.

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir berdasarkan Umur di Desa Sukadamai

Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan Kisaran Tahun 2015

No Umur

Pengetahuan

Jumlah

Baik Cukup Kurang

F % F % F % F %

1 <20 Tahun 1 3,33 6 20,0 - - 7 23,3

2 20-35 Tahun 1 3,33 15 50,0 2 6,7 18 60,0

3 >35 Tahun - - 5 16,7 - - 5 16,7

Jumlah 2 6,7 26 86,7 2 6,7 30 100.0

Dari Tabel 4.1.5 diperoleh bahwa dari 30 responden mayoritas yang

berpengetahuan cukup adalah umur 20-35 Tahun sebanyak 15 responden (50,0%),

(48)

34

umur 20-35 tahun sebanyak 2 orang sedangkan minoritas responden berpengetahuan

kurang dengan rata-rata umur berumur 20-35 Tahun juga sebanyak 2 orang (6,7%).

Tabel 4.6.

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir berdasarkan Pendidikan di Desa Sukadamai

Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan Kisaran Tahun 2015

No Pendidikan

Pengetahuan

Jumlah

Baik Cukup Kurang

F % F % F % F %

1 Tidak Sekolah/SD 1 3,33 17 56,7 1 3,33 19 22.5

2 SMP/SMA 1 3,33 9 30,0 1 3,33 11 57.5

3 Diploma/Sarjana - - - -

Jumlah 2 6,7 26 86,7 2 6,7 30 100.0

Dari Tabel 4.5. diperoleh bahwa dari 30 responden yang berpengetahuan

cukup pendidikannya rata-rata Belum Sekolah/SD sebanyak 17 responden (56,7%)

dan 2 responden (6,7%) berpengetahuan kurang dengan tingkat pendidikan tidak

sekolah/SD dan lulusan SMP/SMA sedangkan yang berpengetahuaan baik adalah

(49)

35 Tabel 4.7.

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir berdasarkan Paritas di Desa Sukadamai

Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan Kisaran Tahun 2015

No Paritas

Pengetahuan

Jumlah

Baik Cukup Kurang

F % F % F % F % 1 Primipara - - 13 43,3 2 6,7 15 50,0 2 Skundipara 2 6,7 11 36,7 - 13 43,3 3 Multipara - - - - 4 Grande Multipara - - 2 6,7 - - 2 6,7 Jumlah 2 6,7 26 86,7 2 6,7 30 100.0

Dari Tabel 4.5. diperoleh bahwa dari 30 responden mayoritas yang

berpengetahuan cukup adalah ibu primipara sebanyak 13 orang (43,3%) dan

minoritas berpengetahuan kurang adalah ibu primipara juga sebanyak 2 orang

(6,7%).

Tabel 4.8.

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir berdasarkan Sumber Informasi di Desa Sukadamai

Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan Kisaran Tahun 2015

No Sumber

Informasi

Pengetahuan

Baik Cukup Kurang

F % F % F % 1 Media Cetak 1 3,33 9 30 1 3,33 2 Media Elektronik 1 3,33 15 50 1 3,33 3 Keluarga 0 - 1 3.33 0 - 4 Tenaga Kesehatan 0 - 1 3.33 0 - Jumlah 2 6,66 26 6,7 2 6,66

(50)

36

Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa dari 30 responden mayoritas ibu yang

berpengetahuan cukup sebanyak 15 orang (50%) dengan sumber informasinya

diperoleh dari media elektronik sedangkan minoritas ibu berpengetahuan kurang dan

baik sebanyak 2 orang dengan sumber informasi diperoleh dari media cetak dan

media elektronik.

4.2. Pembahasan

Dari hasil penelitian Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan

Tali Pusat pada Bayi Baru Lahir di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring

Kabupaten Asahan Kisaran Tahun 2015 dapat diambil pembahasan sebagai berikut :

4.2.1. Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Tali Pusat

Diperoleh bahwa dari 30 responden mayoritas ibu yang berpengetahuan cukup

sebanyak 26 responden (86,7%) dan minoritas ibu berpengetahuan baik sebanyak 2

responden (6,7%).

Menurut Notoadmodjo (2010) dalam bukunya menyatakan bahwa

pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan hal ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

indera manusia yaitu indera penglihatan, penciuman, raba, dan rasa. Pengetahuan

diperlukan sebagai dorongan sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan

bahwa pengetahuan merupakan stimulasi terhadap tindakan.

Menurut Asumsi peneliti Perbedaan tingkat pengetahuan dari responden

(51)

37

responden memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun

tidak langsung secara terbatas dan hal ini terbukti bahwa rata-rata pekerjaan

responden adalah ibu rumah tangga sehingga kesibukan mereka mempengaruhi

mereka untuk mendapatkan informasi.

4.2.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir berdasarkan Umur di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan Kisaran Tahun 2015

Umur adalah lamanya tahun dihitung sejak dilahirkan hingga penelitian ini

dilakukan umur merupakan peride penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan

baru. Pada masa ini merupakan usia reproduktif, masa bermasalah, masa ketegangan

emosi, masa ketrampilan, sosial, masa komitmen, masa ketergantungan, masa

perubahan nilai, masa penyesuaian dengan hidup baru, masa kreatif (Notoadmodjo,

2003).

Dari 30 responden mayoritas yang berpengetahuan cukup adalah umur 20-35

Tahun sebanyak 15 responden (50,0%), yang berpengetahuan baik sebanyak 1 orang

dengan rata-rata umur <20 tahun dan umur 20-35 tahun sebanyak 2 orang sedangkan

minoritas responden berpengetahuan kurang dengan rata-rata umur berumur 20-35

Tahun juga sebanyak 2 orang (6,7%).

Hal ini tidak sejalan dengan teori Notoadmodjo, yang mengatakan bahwa

Semakin bertambah umur seseorang maka akan semakin bertambah keinginan dan

(52)

38

mempengaruhi pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat tetapi pengetahuan

dipengaruhi oleh informasi dan pengalaman yang didapatkan ibu.

4.2.3. Pengetahuan Ibu Nifas tentang Perawatan Tali Pusat pada Bayi Baru Lahir Berdasarkan Paritas di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan Kisaran Tahun 2015

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa 30 responden mayoritas yang

berpengetahuan cukup adalah ibu primipara sebanyak 13 orang (43,3%) dan

minoritas berpengetahuan kurang adalah ibu primipara juga sebanyak 2 orang

(6,7%). Artinya bahwa jumlah paritas tidak mempengaruhi pengetahuan ibu tentang

perawatan tali pusat tetapi sumber informasi yang lebih penting.

Paritas merupakan frekuensi ibu pernah melahirkan anak hidup atau mati,

tetapi bukan aborsi (Salmah, 2006). Paritas adalah jumlah janin dengan berat

badan lebih dari sama dengan 500 gram yang sudah dilahirkan ataupun belum baik

hidup maupun mati. Bila berat badan tidak diketahui maka dipakai umur kehamilan

yaitu 24 minggu.

Tingkat paritas telah menarik perhatian dimana kecenderungan kesehatan ibu

berparitas rendah lebih baik daripada ibu yang berparitas tinggi, terdapat asosiasi

antara lingkungan paritas dengan penyakit tertentu. Pengetahuan sering diturunkan

atau diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman sendiri maupun

pengalaman yang diperoleh orang lain (Notoatmodjo, 2003).

Penelitian tersebut juga menunjukkan hal yang tidak sejalan dengan teori yang

(53)

39

tentang perawatan tali pusat dibandingkan dengan ibu yang paritas multipara

(Arikunto, 2006) dan menurut Mubarak (2011), yang mengatakan bahwa

pengalaman mempengaruhi tingkat pengetahuan karena orang cenderung berusaha

melupakan pengalaman yang kurang baik, begitu pula sebaliknya. Pengalaman baik

akhirnya dapat membentuk sikap positif dalam kehidupannya.

Menurut asumsi peneliti bahwa paritas tidak mempengaruhi pengetahuan ibu

tentang perawatan tali pusat, namun semakin banyak informasi dan pengalaman yang

didapatkan ibu maka semakin baik juga pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat.

4.2.4. Pengetahuan Ibu Nifas tentang Perawatan Tali Pusat pada Bayi Baru Lahir Berdasarkan Pendidikan di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan Kisaran Tahun 2015

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa dari 30 responden yang berpengetahuan

cukup dengan tingkat pendidikannya rata-rata Belum Sekolah/SD sebanyak 19

responden (22,5%) dan 2 responden (6,7%) yang berpengetahuan kurang dengan

tingkat pendidikan lulusan SMP/SMA sedangkan yang berpengetahuaan baik adalah

responden yang hanya lulusan SMP atau SMA masing-masing 1 orang (3,33%).

Yang artinya bahwa pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat mayoritas cukup

diakibatkan karena pendidikan responden yang rata-rata belum sekolah/SD dan juga

diakibatkan karena daerah penelitian masih jauh dari perkotaan sehingga sumber

informasi yang dibutuhkanpun sulit untuk dipahami.

Hal ini tidak sejalan dengan pendapat Hidayat (2005), bahwa semakin tinggi

(54)

40

pengetahuan yang dimiliki sehingga penggunaan komunikasi dapat secara efektif

akan dapat dilakukannya hal ini terbukti pendidikan menengah mempunyai

pengetahuan yang cukup. Pendidikan juga mempengaruhi daya nalar dan cara

berpikir seseorang sehingga mereka lebih mudah menerima dan menyerap informasi

yang ada dan pada akhirnya akan meningkatkan pengetahuan mereka. Hal ini berarti

para ibu sangat membutuhkan informasi tentang perawatan bayi baru lahir, khususnya

tentang perawatan tali pusat.

Menurut asumsi peneliti bahwa responden yang memiliki pengetahuan cukup

adalah responden yang tingkat pendidikannya masih dasar sehingga pengetahuan

respondenpun dan hal ini dapat dilihat bahwa pendidikan bukan merupakan patokan

ibu untuk memiliki berpengetahuan cukup tentang perawatan talipusat tapi

pengalaman dan sumber informasi yang baik dan benar yang lebih penting.

4.2.5. Pengetahuan Ibu Nifas tentang Perawatan Tali Pusat pada Bayi Baru Lahir Berdasarkan Sumber Informasi di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan Kisaran Tahun 2015

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa Dari 18 responden (60%) yang

berpengetahuan Cukup mayoritas pernah memperoleh informasi dari tenaga

kesehatan sebanyak 13 responden (43,3%) dan dari 11 responden (36,7%) yang

berpengetahuan Kurang mayoritas tidak pernah memperoleh informasi dari tenaga

kehatan, melainkan dari media cetak sebanyak 9 reponden (30%).

Dari hasil penelitian diatas dapat diketahui perbedaan tingkat pengetahuan ibu

(55)

41

diperoleh responden. Menurut Mubarak (2011), kemudahan untuk memperoleh suatu

informasi dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.

Menurut Notoatmodjo (2003), seseorang dengan sumber informasi yang lebih

banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Majunya teknologi akan

tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan

masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media

massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah,

Hal ini sejalan dengan teori Notoadmodjo (2010) yang mengatakan bahwa

informasi yang diperoleh dari berbagai sumber mempengaruhi tingkat pengetahuan

seseorang. Jika semakin banyak seseorang mendapatkan informasi maka semakin

banyak dan semakin jelas pengetahuan yang diperoleh karena Informasi mempunyai

peranan yang besar dalam meningkatkan pengetahuan individu atau seseorang.

Menurut asumsi peneliti bahwa semakin banyak informasi yang diperoleh ibu

maka semakin baik juga pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat dan hal ini

(56)

42 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1. Kesimpulan

Setelah dilakukannya penelitian yang berjudul Gambaran Pengetahuan Ibu

Nifas tentang perawatan tali pusat pada bayi baru lahir di Desa Sukadamai

Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan Tahun 2015, dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Dari 30 responden mayoritas yang berpengetahuan cukup adalah umur 20-35

Tahun sebanyak 15 responden (50,0%), dan minoritas responden

berpengetahuan kurang dengan rata-rata umur berumur 20-35 Tahun sebanyak

2 orang (6,7%).

2. Dari 30 responden mayoritas berpengetahuan cukup dengan tingkat

pendidikan rata-rata Belum Sekolah/SD sebanyak 19 responden (22,5%) dan

minoritas berpengetahuan kurang dengan tingkat pendidikannya lulusan

SMP/SMA sebanyak 2 responden (6,7%).

3. Dari 30 responden mayoritas yang berpengetahuan cukup adalah ibu

primipara sebanyak 13 orang (43,3%) dan minoritas berpengetahuan kurang

(57)

43 5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka disarankan :

1. Kepada Ibu Nifas

Diharapkan pada ibu Nifas agar lebih aktif lagi mencari informasi tentang

perawatan pada bayi baru lahir dan untuk menambah pengetahuan yang

banyak untuk kesiapan diri nantinya menjelang persalinan dan pengasuhan

bayinya.

2. Kepada Tenaga Puskesmas / Kesehatan

Diharapkan kepada seluruh tenaga kesehatan agar lebih lagi memberikan

penyuluhan tentang manfaat perawatan tali pusat pada bayi baru lahir,

sehingga para Ibu nifas tidak lagi salah dalam melakukan perawatan tali pusat

pada bayi baru lahir, sehingga mengurangi terjadinya infeksi pada tali pusat

Gambar

Gambar 3.1. Kerangka Konsep  3.2.  Defenisi Operasional

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Salah satu sumber bahan bakar atau energi biogas adalah berasal dari kotoran sapi, Dalam pengabdian ini akan dikaji penggunaan limbah ternak sapi sebagai sumber bahan

pada Perguruan Tinggi Swasta di Surabaya yang Terdaftar di Kopertis Surabaya. Number of Higher Educational Institutions, Students, Lecturers and Alumni of Private Higher

Juga dalam daunnya terdapat sel-sel yang menebal bentuk cincin atau spiral dan merupakan idioblas diantara sel-sel lainnya yang membentuk susunan seperti jala, terdiri

Artefak yang ditemukan dari kotak ini berupa fragmen genteng, fragmen gerabah, fragmen keramik, fragmen kaca, fragmen logam (selongsong peluru, paku, engsel pintu,

Farmakoterapi seperti SSRI (Fluoksetin) sampai saat ini masih merupakan lini pertama pada gangguan makan Bulimia Nervosa dan Binge Eating sedangkan pada

Usaha manusia untuk menunda dan mempercepat kedatangan ajal merupakan usaha sia-sia karena kedatangan ajal bagi setiap orang berbeda-beda karena ini menyangkut Ilmu Allah

Ahli waris dari hubungan perkawinan tersebut, kompilasi hukum islam (KHI) pasal 174 (1) huruf b memberikan rincian, bahwa yang termasuk dalam kelompok ini adalah duda

Peserta didik memeriksa secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya tentang pembuktian penemuan rumus luas permukaan kubus dan balok dengan hasil data yang