BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam perkembangan ekonomi yang semakin meningkat keberadaan suatu perusahaan di dalam suatu dunia usaha sekarang ini menuntut perusahaan untuk terus berusaha mancari cara dan upaya yang terbaik agar memiliki kemampuan bersaing yang lebih tinggi dari pada perusahaan lain.
Suatu perusahaan manufaktur merupakan suatu unit proses yang mengolah sumberdaya input menjadi output dengan suatu tranformasi tertentu. Dalam proses inilah terjadi proses penambahan nilai atas sumber daya sehingga secara ekonomis output yang dihasilkan mempunyai nilai lebih dibandingkan sebelum diproses. Salah satu tujuan perusahaan lainnya adalah untuk dapat menciptakan dan memberikan produk yang berkualitas bagi konsumen. Untuk mencapai harapan dan tujuan tersebut harus didukung oleh banyak faktor dalam pelaksanaannya.
Salah satu untuk mendukung efektifitas dan efisiensi dalam proses produksi adalah dengan mengambil keputusan manajemen dengan menerapkan akuntansi biaya perusahaan. Akuntansi biaya merupakan elemen yamg sangat penting dalam suatu kelancaran produksi untuk menciptakan produk dan jasa yang berkualitas dan menentukan daya saing perusahaan dalam hal kapasitas, kelancaran proses, fleksibilitas operasi, biaya handling bahan, serta mutu
kehidupan kerja. Oleh karena itu perusahaan harus meningkatkan produktivitas kerja menjadi lebih baik.
Untuk mengetahui keefektifan akuntansi biaya pada saat ini dan untuk meningkatkan produktivitas kerja, pihak perusahaan mengalokasikan sejumlah modal, baik dalam bentuk uang, gedung, fasilitas, peralatan dan lain-lain yang disesuaikan dengan kebutuhan serta kapasitas perusahaan. Akuntansi biaya sangatlah penting bagi perusahaan industri agar kelancaran proses produksi dapat berjalan dengan lancar sehingga perusahaan dapat meningkatkan jumlah hasil produksinya serta dapat menjaga kelangsungan dan perkembangan perusahaan dalam situasi kondisi perekonomian pada saat dewasa ini.
Berdasarkan uraian di atas yang telah dikemukakan, maka penulis tertarik untuk membahas “PROSES PRODUKSI PT. PRIMARINDO ASIA INFRASTRUCTURE, TBK.”
1.2 Rumusan Masalah
Dalam perusahaan industri sepatu PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk Bandung yang mempunyai produk yang komplek mestinya mempunyai masalah yang komplek juga. Dalam hal ini permasalahan yang akan saya angkat dalam laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk Bandung adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah proses produksi di PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk Bandung ?
2. Bagaimanakah biaya produksi di PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk Bandung?
1.3 Tujuan Dan Kegunaan Laporan 1.3.1 Tujuan Laporan
Laporan ini dibuat untuk mengetahui proses produksi dan biaya produksi di PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk Bandung.
1.3.2 Kegunaan Laporan
1. Untuk memenuhi tugas Kuliah Kerja Lapangan (KKL).
2. Untuk menambah pengetahuan tentang Akuntansi Biaya pada umumnya dan pengetahuan biaya dan proses produksi pada khususnya.
3. Untuk memberikan pengalaman praktek kepada Mahasiswa agar dapat mengembangkan teori yang telah di dapat selama perkuliahan. 4. Sebagai bahan untuk memasuki persaingan dilapangan pekerjaan
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya
Akuntansi biaya adalah proses pencatatan dan penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya. Obyek akuntansi biaya adalah biaya.
Proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian serta penafsiran informasi biaya adalah tergantung dari untuk siapa proses tersebut ditujukan. Proses akuntansi biaya dapat ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai luar perusahaan. Dalam hal ini proses akuntansi biaya harus memperhatikan karakteristik akuntansi keuangan. Dengan demikian akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan.
Proses akuntansi biaya juga dapat ditujukan pula untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam perusahaan. Dalam hal ini akuntansi biaya harus memperhatikan karakteristik akuntansi manajemen. Dengan demikian akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi manajemen. (Mulyadi, 1990).
Kemudian Abdul Halim mengemukakan definisi akuntansi biaya sebagai berikut : “Akuntansi biaya adalah akuntansi yang
membicarakan tentang penentuan harga pokok (cost) dari suatu produk yang diproduksi (atau dijual di pasar) baik untuk memenuhi pesanan dan pemesan maupun untuk menjadi persediaan barang dagangan. yang akan dijual.” (Abdul Halim,1999).
Selanjutnya dikemukakan pula definisi akuntansi biaya menurut R. A. Supriyono dalam bukunya Akuntansi Biaya, bahwa : Akuntansi biaya adalah salah satu cabang akuntansi yang merupakan alat manajemen untuk memonitor dan merekam transaksi biaya secara sistematis serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan biaya.(R.A. Supriyono,1994).
Jadi akuntansi biaya merupakan penentuan harga pokok suatu produk dengan melakukan suatu proses pencatatan, penggolongan dan penyajian transaksi biaya secara sistematis serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan biaya.
Ada lagi pendapat yang menyatakan bahwa pengertian akuntansi biaya adalah merupakan bagian yang integral dengan financial accounting. Akuntansi biaya adalah salah satu cabang akuntansi yang merupakan alat manajemen dalam memonitor dan merekam transaksi biaya secara sistematis, serta menyajikannya informasi biaya dalam bentuk laporan biaya.
Tujuan atau manfaat akuntansi biaya adalah menyediakan salah satu informasi yang diperlukan oleh manajemen dalam mengelola perusahaan, yaitu untuk :
1. Perencanaan dan Pengendalian Laba. Akuntansi biaya menyediakan informasi atau data biaya masa lalu yang diperlukan untuk menyusun perencanaan, dan selanjutnya atas dasar perencanaan tersebut, biaya dapat dikendalikan dan akhirnya pengendalian dapat dipakai sebagai umpan balik untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
2. Penentuan Harga Pokok Produk atau Jasa. Penetapan harga pokok akan dapat membantu dalam :
a. Penilaian persediaan baik persediaan barang jadi maupun barang dalam proses.
b. Penetapan harga jual terutama harga jual yang didasarkan kontrak, walaupun tidak selamanya penentuan harga jual berdasarkan harga pokok.
c. Penetapan laba.
3. Pengambilan Keputusan oleh Manajemen.
Biaya (cost) berbeda dengan beban (expense), cost adalah pengorbanan ekonomis yang dikeluarkan untuk memperoleh barang dan jasa, sedangkan beban (expense) adalah expired cost yaitu pengorbanan yang diperlukan atau dikeluarkan untuk merealisasi hasil, beban ini dikaitkan dengan revenue pada periode yang berjalan. Pengorbanan
yang tidak ada hubungannya dengan perolehan aktiva, barang atau jasa dan juga tidak ada hubungannya dengan realisasi hasil penjualan, maka tidak digolongkan sebagai cost ataupun expense tetapi digolongkan sebagai loss.
2.1.2 Konsep Akuntansi Biaya
Seringkali istilah biaya (cost) digunakan sebagai sinonim dari beban (expense), walaupun sebenarnya keduanya berbeda. Biaya (cost) didefinisikan sebagai nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat. Beban (expense) adalah aliran keluar terukur dari barang atau jasa yang kemudian ditandingkan dengan pendapatan untuk menentukan laba atau semua biaya yang sudah habis masa berlakunya yang dapat dikurangkan dari pendapatan. Untuk lebih jelas membedakan antara biaya dan beban kita gunakan contoh : pembelian bahan baku.
Biaya
Saat pembelian bahan baku tdk ada pengakuan beban dan aktiva bersih tetap, hanya Sumber daya perush berubah dari kas menjadi persediaan bahan baku.
Beban
Saat bahan baku diolah menjadi barang jadi, maka biaya bahan baku mulai dibukukan menjadi beban pada laporan laba rugi. Jadi setiap beban adalah biaya, akan tetapi tidak setiap biaya adalah beban (misal: aktiva adalah biaya akan tetapi belum menjadi beban).
2.1.3 Pengertian Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk yang siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan ekuipmen, biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian, baik yang langsung maupun yang tidak langsung berhubungan dengan proses produksi. Menurut obyek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Biaya bahan baku
Adalah Semua bahan baku yang membentuk bagian integral dari produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk.
2. Biaya tenaga kerja langsung
Adalah tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebenkan secara layak ke produk tertentu.
3. Biaya overhead pabrik
Adalah semua biaya manufaktur yang tidak ditelusuri langsung ke output tertentu.
Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut pula dengan istilah biaya utama (prime cost), sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik sering pula disebut dengan istilah biaya konversi (convertion cost). (Mulyadi,1990).
2.2 Gambaran Umum Perusahaan
PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk didirikan di Bandung berdasarkan Akta No. 7 tanggal 1 Juli 1988 dan Notaris Nany Sukarja, S. H dengan nama PT. Bintang Kharisma. Akta Pendirian Perusahaan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-9967-HT.01.01.TH 1988 tanggal 31 Oktober 1988 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 53 tanggal 2 Juli 1991, tambahan No. 1851. Angggaran Dasar Perusahaan mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta No. 16 tanggal 23 Juni 1999 dari Notaris Raharti Sudjardjati, SH, mengenai ketentuan jabatan komisaris dan direksi perusahaan. Akta perubahan ini telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia sesuai Surat keputusan No. C-1183-HT.01.04.TH.2000 tanggal 2 Pebruari 2000. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan meliputi bidang usaha infrastruktur dan industri. Perusahaan mulai berproduksi secara komersial pada tanggal 1 Oktober 1989. Kegiatan perusahaan dari sejak pendirian sampai saat ini meliputi industri alas kaki khususnya produksi sepatu olah raga dan yang berhubungan dengan pengolahan bahan-bahan dasar pembuatan sepatu olah raga tersebut.
Perusahaan berdomisili di Jakarta dengan pabrik berlokasi di Bandung, Jawa Barat. Kantor pusat perusahaan beralamat di Gedung Dana Pensiun – Bank Mandiri Lt. 3A Jl. Tanjung Karang No. 3-4A, Jakarta. Jumlah karyawan perusahaan sebanyak 2.935orang tahun 2009 dan sebanyak 3.624 orang tahun 2008.
. Perusahaan yang berstatus penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan bergerak dalam bidang industri sepatu. Pada tahun 1994 perusahaan telah mencatatkan dan menjual sahamnya di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan menjadi PT. Bintang Kharisma.
Lokasi kantor pusat berada di Jakarta dan pabrik terletak di Gedebage Bandung. Pabrik berdiri di atas tanah seluas 9,7 ha dengan luas bangunan 4,1 ha. Bangunan utama berupa pabrik cutting, laminating, preparation, rubber, sewing, assembling, gudang bahan baku, gudang jadi, gudang penunjang seperti kantor, kantin pujasera, poliklinik, dan mini market yang dikelola oleh karyawan koperasi.
Kegiatan produksi PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk, khususnya sepatu olahraga dan memproduksi berbagai fungsi dan ukuran. Selama ini produksi PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk didasarkan atas pesanan pelanggan yang berasal dari luar negeri dengan demikian hampir seluruh sepatu olahraga hasil produksi perusahaan adalah untuk di ekspor dan harus memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan oleh pembeli dengan disain yang dibuat oleh perusahaan atau pelanggan yang merupakan pemegang merek atau pemegang lisensi dari merek terkemuka.
Aktivitas perusahaan dimulai sejak tahun 1989 dengan datangnya order dari non-branded buyer, ditunjukan untuk memenuhi permintaan ekspor dengan 2 (dua) lini produksi untuk melayani pelanggan non-branded. Pada tahun 1992 perusahaan telah dipercaya memproduksi merek terkenal seperti Oskosh B’Gosh, Cheasepeaks, Body Glove, US Athlethic, Puma dan Avia.
Tahun 1993 perusahaan memiliki 9 (sembilan) lini produksi lengkap dengan fasilitas alas kaki (rubber outsole), EVA (spone rubber), serta Phylon (compressed moulded) untuk midsole dan fasilitas perekatan outsole. Bahan baku utama yang digunakan untuk membuat sepatu bagian atas (upper) adalah kulit sapi olahan, kulit sintetis, kain mesh dan kain kanvas. Untuk bagian bawah (bottom) adalah karet alam, karet sintetis, bahan-bahan kimia, Ethilini Vinil Asetat. Sedangkan untuk lapisan bagian dalam atau tatak sepatu adalah nylex, visapille dan foam halus. Kebutuhan bahan baku sebesar 70% masih impor antara lain dari Korea, Taiwan, Malaysia dan Amerika Serikat.
Pada tahun1996 perusahaan berhasil memperoleh kepercayaan dari 2 (dua) branded buyer, yaitu : REEBOK dan FILA. Sejak saat itu sampai sekarang perusahaan mempertahankan seluruh produksinya untuk kedua branded buyer tersebut.
Dalam rangka modernisasi produksi, sejak tahun 1997 perusahaan mulai melakukan langka-langah pengoprasian Anzani Conveyor Stiching. Kemudian pada tahun 1998 dilanjutkan dengan penggunaan Purchase Order Tracking System dan pada tahun yang sama mulai diimplementasikan Dicles Computer Cutting Machine.
Berkat modernisasi yang dilaksanakan REEBOK memilih PT. Primarindo Asia Infrastucture, Tbk, sebagai pilot project “ Quick Response Manufacture” yang dapat menjamin shipment sepatu hanyan dalam jangka waktu 3 (tiga) minggu setelah order diterima. Seluruh keberhasilan yang telah dicapai akan
menempatkan posisi perusahaan sebagai salah satu perusahaan produsen sepatu terkemuka di Indonesia.
Jenis-jenis sepatu yang diproduksi untuk brand REEBOK antara lain :
1. Club House untuk jenis sepatu tenis.
2. Foot Ball untuk jenis sepatu basket.
3. Soccer untuk jenis sepatu seoak bola.
4. Falor Indoor, Metalic Indoor, Corsa Indor untuk jenis sepau bulu tangkis dan squash.
5. Rafid Grejero untuk jenis sepatu joging.
6. Sweet Back untuk jenis sepatu mendaki.
Pada tahun 1997 perusahaan merencanakan untuk melakukan perluasan usaha ke bidang lain yang juga mempunyai prospek cerah. Untuk itu, perusahaan mengganti nama menjadi PT. Primarindo Asia Infrastucture, Tbk. Sebelum perencaaan perluasan dapat terealisasi, kondisi ekonomi di Indonesia mulai memburuk sehingga perusahaan memutuskan untuk menunda rencana tersebut.
Pada tahun 1999 perusahaan mengekspor 5.186.594 pasang sepatu. Ekspor pada tahun tersebut merupakan peningkatan yang cukup besar jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan ini merupakan bukti bahwa PT. Primarindo Asia Infrastucture, Tbk, sangat dipercaya oleh buyer.
Pada awal tahun 2001, perusahaan mulai memproduksi hanya satu branded buyer yaitu merek REEBOK. Untuk mengantisipasi resiko pemutusan hubungan
kerja oleh REEBOK, perusahaan memutuskan menjadikan tahun 2001 sebagai tahun konsolidasi dan mulai mempersiapkan usaha pengembangan pasar domestik. Pada bulanApril 2002 perusahaan menerima pemberitahun dari REEBOK International Limited sebagai single buyer dari perusahaan sepatu yang diberikan kepada perusahaan hanya sampai dengan bulan Juli 2002, sehingga sejak bulan Juli 2002 perusahaan tidak lagi memproduksi sepatu merek REEBOK.
Sejak saat itu perusahaan mulai memproduksi sepatu untuk pasar domestik dengan merek Tomkins, dan untuk ekspor dengan merek Everlast dan Lionsdale dari lisesi pemegang merek tersebut.
2.2.1 Visi dan Misi Perusahaan
Adapun visi dan misi dari PT. Primarindo Asia Infrasructure, Tbk, yaitu sebagai berikut :
1. Visi
“ To Be Number One Footwear Industry In The World.” 2. Misi
Menjadi industri pembuatan industi sepatu modern dengan kualitas terbaik dan menjadi rekan terpercaya, masa kini dan masa mendatang.
2.2.2 Stuktur Organisasi Perusahaan Gambar 1.1
Struktur Organisasi PT. PRIMARINDO ASIA INFRASTRUCTURE, Tbk
Sumber : PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk
Penjelasan masing-masing fungsi divisi :
1. Top Manajemen
Nama Jabatan : Direktur
Nama Pangkat : Director
Gol : I
Uraian singkat : Tingkatan manajemen ini merupakan tingkatan manajemen dalam organisasi perusahaan yang bertanggung jawab atas kegiatan operasional, keuangan dan ketenagakerjaan perusahaan
RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM DEWAN KOMISARIS DEWAN KOMISARIS DIREKSI DIREKSI INTERNAL AUDIT Coporate Secretary Coporate Secretary Divisi HRD & GA Divisi HRD
& GA PRODUKSIDivisi Divisi PRODUKSI Divisi
PERSEDIAAN Divisi
PERSEDIAAN FINANCIALDivisi Divisi FINANCIAL Divisi AKUNTANSI Divisi COMMERCIA L
secara keseluruhan. Tingkatan manajemen ini merumuskan tujuan, rencana dan kebijaksanaan umum serta mengawasi seluruh kegiatan perusahaan. Tingkatan manajemen ini juga menilai pengambilan keputusan penting yang mempengaruhi perusahaan.
2.Divisi
Nama Jabatan : Kepala Divisi
Nama Pangkat : Factory Manager
Gol : II
Uraian Singkat : Tingkat manajemen ini membantu Top Manajemen dalam merencanakan dan mendistribusikan pekerjaan kepada tingkatan manajemen yang berada di bawahnya sesuai dengan fungsi masing-masing dan mengawasi pelaksanaannya agar tidak menyimpang dari tujuan, rencana dan kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan.
a. Fungsi Produksi.
Divisi ini melaksanakan perencanaan produksi, kegiatan pabrikasi, evaluasi kinerja produksi, pemeliharaan dan perawatan mesin-mesin yang menunjang proses produksi.
Divisi ini merupakan pencarian dan penyediaan Sumber Daya Manusia, administrasi data karyawan, pengembangan kualitas sumber daya manusia, memelihara gedung dan peralatan, menjaga keamanan, memelihara kendaraan, melayani kerumahtanggaan dan mengurus ijin-ijin perusahaan.
c. Fungsi Finance.
Divisi ini melaksanakan perencanaan keuangan, mengawasi realisasi, pengumpulan, pengolahan data sehingga menghasilkan keuangan yang berguna bagi manajemen dalam mengendalikan kegiatan perusahaan dan pengambilan keputusan.
d.Fungsi Commercial.
Divisi ini berfungsi untuk mempromosikandan memasarkan dan mendistribusikan produk serta menyiapkan material yang berhubungan dengan supplier.
e. Fungsi D dan D.
Divisi ini berfungsi membuat sample sepatu untuk produksi.
3. Departemen
Nama Jabatan : Kepala Departemen
Nama Pangkat : Manajer
Uraian Singkat : Tindakan manajemen ini merupakan pecahan dari divisi yang membantu tingkatan manajemen di atasnya untuk mencapai tujuan perusahaan, dengan melaksanakan kegiatan teknis yang khusus dibebankan oleh tingkat divisi.
4.Bagian
Nama Jabatan : Kepala Bagian
Nma Pangkat : Supervisor
Gol : IV
Uraian singkat : Tindakan manajeman ini berada satu rangkaian di bawah tingkatan Departemen tingkatan manajemen ini lebih banyak melakukan tugas operasional atau teknik dan fungsi pengawasan langsung dari hasil kerja yang dilakukan masing-masing seksi.
5.Seksi
Nama Jabatan : Kepala Seksi
Nama Pangkat : Staf Senior
Gol : V,VI
Uraian singkat : tindakan manajemen ini berada di bawah satu tingkatan departemen tingkatan manajemen ini lebih banyak melakukan tugas operasional atau teknik dan fungsi pengawasan langsung dari hasil kerja yang dilakukan regu.
Berdasarkan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan tanggal 8 Juni 2007 No. 10 dari Notaris Tien Norman Lubis, SH di Bandung terjadi perubahan pengurus perusahaan tahun 2008 adalah sebagai berikut :
Tahun 2008 samapai 2009 1. Komisaris Utama : Ibrahim Risyad
2. Wakil Komisaris Utama : Abdul Rachman Ramly
3. Komisaris : Judiono Tosin
4. Komisaris independen : a. Hariadi Darmawan
b. Endang Kosasih
5. Direktur Utama : Bambang Setiyono
6. Wakil Direktur Utama : David Jahya
7. Direktur : a. Wiji Astuti
b. Yati Nurhayati
2.3 Pembahasan
2.3.1 Proses Produksi
Dalam proses produksi PT. Primarindo Asia Infratructure, Tbk menggunakan berbagai mesin dan peralatan untuk memproses bahan baku menjadi barang jadi, diantaranya adalah :
Tabel 1.1
Mesin-Mesin Produksi PT. Primarindo Asia Infratructure, Tbk Mesin Cutting Mesin Compresor Mesin Laminating Mesin Press Mesin Buffing Mesin Conveyer Mesin Chiller Mesin Toe Lasting Mesin Heating
Mesin Gulung Benang Mesin Upat Componen Mesin Blower elpong Mesin Heam
Mesin Fed System Mesin Rolling Mesin Kneder Mesin Mixing Mesi Boiler
Mesin Super Daylight Mesin Drier
Mesin Washer
Mesin Soxhlet Extraction
Mesin Decomposition temperature & gas Evolution
Mesin Strenght Tester Mesin Residometer Mesin Bursting Strenght Mesin Flexbahy
Mesin Spliting Mesin Duct Collector Mesin Trimming
Mesin Primer Dryer CV Mesin Hand Grener Mesin Skyving Mesin Sofness PH Mesin Chock Meter Mesin Dineness PH Mesin Viscosity PH Mesin Balance PH Mesin Abration Mesin Flex Mesin Kalender Mesin Taper Mesin Worklip Mesin Drayer Mesin DMDK 1000 LTR/jam Mesin Brafo Las
Mesin Mc. Bubut Mesin Mc. Bor Mesin Mc. Milling
Mesin Mc. Buffing Grinder Mesin Mc. Skrap
Mesin Mc. UV Mesin Mc. Sending Mesin Mc. Potong Mesin Mc. Ponchi
Sumber : PT. Primarindo Asia Infratructure, Tbk
Tabel 1.2
Alat-alat Produksi PT. Primarindo Asia Infratructure, Tbk Alat ukur berupa meteran
Alat tulis untuk meggurat
Gunting
Lem pisau
Amplas
Cetakan bensol
Paku
Palu dan Tang Sumber : PT. Primarindo Asia Infratructure, Tbk
Dalam proses produksinya PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk sangatlah mengutamakan kualitas sepatu produksinya, sehingga banyak sekali proses-proses yang digunakan dalam memproduksi sepatu tersebut diantaranya :
1. Proses Upper
Tabel 1.3 Proses Upper
Proses Control Point Document
Turun order dari PAI Jakarta
Sample Shoes Standart Matrial
PO Order
Pembuatan Order Sheet ke supplier
Dari Development dan PPIC
PO setelah ada harga dari supplier dan di ACC Kadiv
Commercial Pengiriman sesuai order
sheet Keterangan No. PO Matrial Surat Jalan Penerimaan Material Kecocokan quality
Material dengan surat jalan
Bukti terima barang (BTB)
QC melakukan Chek secara visual dan pengiriman material ke Lab untuk Physical tes material yang dinyatakan OK dan dimasukkan ke data stock GBB
Bila hasil pengecekan dan Lab tes QC membuat QA Report dan diberitahukan ke Purchasing. Purchasing melakukan Claim ke supplier dan material dikembalikan
QA Report
Dengan memakai BON pengambilan, Cutting meminta material bedasarkan PO dan Job Order
Arah potong layer material Cutting Dies, Cutting Board, Colour Material dan jenis material
Speck sheet dan
conform sample sepatu dari development
Skiving, Pre-Buffing dan pembuatan logo
Ketepatan terhadap Specks Standard Colour
Speck dan CFM
Gauge (pola), jahit logo, penempelan komponen, pengeleman jahit Upper
Gauge dari development, posisi ketepatan terhadap Gauge, efesiensi, stiching margin, atitch, size jarum
Speck sheet S.O.P
QC melakukan
pengecekan, OK, Repaire atau C-Grade, Upper yang OK ke stock assembling
Bentuk kerapihan, kebersihan Upper
Standar Visual
DILANJUTKAN KE PROSES RUBBER (bottom) Sumber : PT. Primarindo Asia Infratructure, Tbk
2. Proses Rubber (buttom)
Tabel 1.4
Proses Rubber (buttom)
Proses Control Point Document
Turun order dari PAI Jakarta
Sample Shoes PO
Pembuatan Ordersheet atas permintaan dari Lab
Kebutuhan material bedasarkan formula Compound
PO purchase setelah ada harga dari supplier dan di ACC Kadiv
Commersial Pengiriman material
chemical sesuai Order sheet
Keterangan No. Po di surat jalan
Penerimaan material Pencocokan quantity
dengan surat jalan Bukti Terima Barang (BMB) Dilakukan tes Lab untuk
yang OK dapat dipakai untuk produksi dan yang direject di return ke supplier
Standard Pysical Test Lab Report
Penimbangan Chemical sesuai kebutuhan setiap formula
Ketepatan penimbangan akan sangat berpengaruh terhadap kualitas physical tes
Pencatatan No. Batch
Penimbangan berbagai chemical dalam 1 Batch (formula)
Temperatur 115-120o C,
timer 13’30”, Thikness Check list control proses
Pengerolan hasil Kneader menjadi lembaran untuk disimpan/ persiapan bahan
Jumlah sulfur yang dimasukkan harus benar-benar tepat/ sesuai dengan formula kerena sangat menentukan kematangan Rubber
Check list control proses
Pengerolan hasil dari proses sulfur
Ketebalan bahan harus sesuai dengan kebutuhan per model dengan
temperatur 90-100o C
Speck ketebalan bahan per model
Pemotongan bahan sesuai dengan quantity order per model
Jenis Cutting Dies per Modal
SPK (Surat Kerja dari Planning Rubber)
Pengepresan bahan
menjadi Outsole Temperatur M/C 165-175 o C, temperatur Mold 130-140o C, tekanan M/C 90 kg/cm
Check list control proses
Pengecekan hasil kualitas Outsole yang Reject di C-Grade
Kematangan bahan, bentuk outsole, colour Blueding, kebersihan outsole
Data hasil pengecekan Standart Comform
Pemotongan sisa bahan pada sisi outsole
Ketepatan pemontongan sehingga tidak merubah bentuk outsole
Pengecekan kualitas hasil Trimming yang reject di C-Grade
Ketepatan pemontongan sehingga tidak merubah bentuk outsole
Penyetoran hasil Outsole yang sudah dinyatakan OK oleh QC
Ketepatan actual stock
dengan data Data stock
BERLANJUT KE PROSES EVA Midsole Sumber : PT. Primarindo Asia Infratructure, Tbk
3. Proses EVA Midsole
Tabel 1.5 Proses EVA Midsole
Proses Control Point Document
Penimbangan berbagai macam chemical sesuai kebutuhan dalm 1 formula
Ketepatan penimbangan Nomor urut untuk BATCH
Proses
penggilingan/mixing seluruh chemical dalam 1 formula
Urutan masuk chemical, temperatur Rotor 90o C, temperatur bahan 110o C, timer 12’
Lembar No. Batch
Pengerolan bahan agar pemixingan lebih merata. Dibuat lembaran tipis kemudian diteruskan ke proses Calendering
Temperatur Rolling
80-100o C, timer 6-8’ Lembar No. Batch
Pendinginan bahan (penurunan temperatur bahan). Pemotongan bahan sesuai kebutuhan Mold Press EVA
Temperatur bahan 30o C, Thickness bahan 1-1,5 mm, ukuran EVA Midsole 65 cm X 5 cm, EVA Biscuit sesuai size Mold
Lembar No. Batch
Pengepresan dari bahan EVA Biscuit menjadi EVA sheet
Size Mold, tempeatur Mold 160o C, timer 35-40 menit, berat bahan EVA Biscuit sesuai size Mold
Lembar No. Batch
Pengetesan secara random Physical Lab
Hardness, SG, Split Tear, dll dilakukan secara rutin
Lab Tes Report
Pembuangan kulit EVA sheet. Pemotongan dan pembentukan EVA sesuai model yang akan
diproduksi
Tebal kulit yang dibuat 2 mm, Check permukaan EVA, apabila berlubang Reject, Speck bentuk dan ukuran dari Development
SPK dari Dept, Speck dari Development
Proses pemotongan
komponen sesuai model Cutting Dies harus betul-betul sesuai dengan model yang dibutuhkan
Speck dan Development
Pembersihan berbagai kotoran (minyak) sehingga akan membuat penyerapan chemical pengeleman dengan baik
Jenis Primer, temperatur Chamber 45-50o C, temperatur UV 40-50o C, speed M/C UV 30”-33” stampel tanggal UV (Max 21 hari)
Check List control proses oleh Lab
Penyetokan hasil UV yang berupa Midsole, Pin Stripe, Wedge dll
Ketelitian data Data stock
LANJUTKAN KE PROSES STOCK FITT Sumber : PT. Primarindo Asia Infratructure, Tbk
4. Proses Stock Fitt
Tabel 1.6 Proses Stock Fitt
Proses Control Point Document
Pengasaran bagian
permukaan Out Sole yang akan diproses pengeleman
1. Buffing merata 2. Bersihkan Penyediaan Out Sole dan
Mid Sole sesuai model yang akan berjalan
Model harus sesuai SPK SPK dari departemen
Pemolesan Out Sale dan Mid Sole
Jenis primer HMP T-2V pemolesan harus rata temperatur Chamber 40-50o C
Check List Proses
Pengeleman Out Sole ke
Mid Sole Jenis lem : GPV-B, temperatur 45-55o C Check List Proses Penempelan Out Sole ke
Mid Sole
Ketepatan penempelan terhadap batas-batas pada Mid Sole, bentuk Out Sole hasil penempelan
SOP
Pengepresan hasil penempelan Out Sole
Tekanan M/N 40 kg/cm, timer 8”-10”
Check List Proses
Pendinginan temperatur
Out Sole dari proses Temperatur 20
Cementing
Pemberian POLA pada permukaan EVA sebagai batasan untuk Grinding sesuai dengan model yang diinginkan
Gauge (pola) jangan sampai salah harus sesuai dengan modal
Gauge (pola) dari desain dan development
Pengrindingan Mid Sole agar sesuai model POLA model yang diinginkan
Ketepatan Grinding terhadap gauge (pola)
Hasil Grinding di check dengan Gauge
Pembersihan Out Sole dari sisa Grinding, sisa lem dan garis Gauge
Chemical harus benar
Pengecekan kualitas hasil Out Sole. Jika ada yang reject harus direpaired dan jika tetap reject naka di C-GRADE
Kebersihan Out Sole sesuai dengan POLA
Data hasil Check QC
Hasil yang OK dari QC dilakukan pembungkusan dengan palstik Polyback
Untuk Out Sole yang berwarna putih lebih baik menggunakan plastik warna hitam. Posisi Out Sole dalam plastik diatur dengan baik agar tidak merusak bentuk Out Sole
Pencatatan sebagai data Stock
Penyetokan hasil produksi Bottom
Keakuratan data dan aktual Out Sole, penyusunan yang teratur secara per model dan rapi agar
memudahkan pengambilan data
DILANJUTKAN KE PROSES ASSEMBLING Sumber : PT. Primarindo Asia Infratructure, Tbk
5. Proses Assembling
Tabel 1.7 Proses Assembling
Proses Control Point Document
Penyediaan Laste, Upper, Texonboard, Out Sole sesuai model yang akan
Jenis Laste, model Upper, Out Sole dan Texon. Letak harus rata Toe Lasting dan
Speck dari
development, SPK dari development SOP dari
diproduksi Latek Upper, Toe Lasting, Side Lasting dan Heel Lasting
Side Lasting harus ikut tanda di Texon Board. Heel Lasting harus ikut tanda Laste
Lasting
Mempola Upper sesuai dengan Outsole
Ketepatan pemberian garis pola. Tekanan mesin gauge/pola harus benar
Gauge joging dari development
Grinding dan Buffing untuk bahan Upper dari Leather, cuci M.E.K untuk bahan Upper Syntetic
Ketepatan grinding buffing dan cuci M.E.K terhadap garis pola
Pemolesan primer untuk
upper dan outsole Jenis Primer, Upper: HMP 234, Outsole: HMP T2V, temperatur Chamber 45-55o C
Check List Proses
Pemolesan lem untuk Upper, Midsole dan Outsole
Jenis lem: GPV-B, temperatur Chamber 45-55o C
Check List Proses
Penempelan BOTTOM ke UPPER
Ketepatan penempelan Bottom terhadap lem, bentuk sepatu setelah penempelan. Temperatur Upper dan Buttom Min 40o C
Check List Proses
Pengepresan sepatu untuk bagian depan dan belakang secara keseluruhan
Toe/Heel Press, tekanan 0kg/cm, timer 8”-10”, All Press tekanan 40 kg/cm dengan Tier 10”-12”
Check List Proses
Pendinginan sepatu dari temperatur Cementing
Temperatur M/C: <20o C. Setelah dibuka Laste, temperatur minimal Laste adalah 40o C
Check List Proses
Pelepasan Laste dari sepatu Jangan ada kerusakan sepatu karena cara lepas laste yang salah
Pembersihan sepatu dari segala kotoran (sisa lem, debu buffing, sisa benang)
Jenis Chemical untuk pembersih jangan sampai salah dapat membuat sepatu rusak
Pemasangan sockliner sesuai dengan model
Size sockliner, colour sockliner, posisi sockliner
Data hasil Check QC dari development
sepatu di dalm sepatu Pengecekan kualitas
sepatu, yang reject ada yang dapat di Repaire, ada yang B-Grade (rusak tid berat) dan C-Grade (rusak berat)
Kessamaan Toe Cap, Heel Hsight, bentuk, kesamaan coluor, kekuatan lem dan kebersihan sepatu
Pemberian kertas sumpel ke sepatu, bungkus sepatu, pemasukan sepatu ke Inner box, pelebahan
Jumlah kertas Tissue agr bentuk sepatu bagus, ukuran kertas bungkus, kecocokan label terhadap model sepatu
Pemasukan sepatu dalam Inner box ke dalam karton box
Ukuran Karton Box Speck
DILANJUTKAN KE PROSES GUDANG BAHAN JADI Sumber : PT. Primarindo Asia Infratructure, Tbk
6. Proses Gudang Bahan Jadi dan Dilevery Tabel 1.8
Gudang Bahan Jadi dan Delivery
Proses Control Point Document
Marketing membuat SO Ke GBJ atas beberapa model sepatu
Nama model, colour, size, dan quantity harus tertulis dengn jelas
SO
Setelah GJB menerima SO, kemudian melakukan check keadaan stock dan memberikan informasi kembali ke Marketing
Kecocokan data di SO dengan data stock GBJ
SO yang diberikan tanda bahwa ada stock
Marketing memberikan data ke distributor atas dasar laporan GBJ untuk model yang ada untuk dibuatkan DO
Nama model, colour, size, quantity dan alamat costomer sesuai dengan SO
DO
Setelah menerima DO, GBJ mempersiapkan sepatu untuk masing-masin costomer
Nama model, colour, size, quantity harus sama dengan DO masing-masing costomer
Packing List per Costomer
GBJ membuatkan surat jalan pengiriman untuk masing-masing costomer
Nama model, colour, size, quantity dan alamat costomer sesuai dengan DO
Surat jalan dan DO yang sudah ditandatangani oleh distributor, kepala gudang, marketing, direktur marketing Angkutan (PAI/Ekspedisi)
membawa seapatu dengan tujuan sesuai alamat
costomer yang tertulis pada surat jalan dan DO
Surat jalan harus tertulis
dengan jelas Surat jalan ditandatangani oleh Security dan sopir, serta ada satu lembar di Pos Satpam sebagai file untuk bukti keluar barang dari Factory Sumber : PT. Primarindo Asia Infratructure, Tbk
2.3.2 Biaya Produksi
2.3.2.1 Bahan Baku
PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk ini dalam melaksanakan proses produksinya membutuhkan berbagai jenis bahan baku yaitu :
Bahan baku utama yang digunakan untuk membuat sepatu bagian atas (upper) adalah :
1. Kulit Sapi Olahan.
2. Kulit Sintetis.
3. Kain Mesh.
Untuk bagian bawah (buttom) adalah :
1. Karet Alam.
2. Karet sintetis.
3. Bahan-bahan Kimia.
4. Ethilini Vinil Asetat.
Sedangkan untuk bagian dalam/ tatak sepatu adalah :
1. Nylex.
2. Visapille.
3. Foam Halus.
Kebutuhan bahan baku sebesar 70% masih impor antara lain dari Korea, Taiwan, Malaysia dan Amerika Serikat.
2.3.2.2 Tenaga Kerja
Kendala yang awalnya dihadapi oleh PT. Primarindo Asia Infrastrukcture, Tbk dalam pengadaan bahan baku yang sebagian impor secara perlahan dapat ditanggulangi. Dengan membaiknya kinerja, maka pengadaan bahan baku, baik impor maupun lokal telah dapat berjalan dengan lancar.
Pada tahun 2007, jumlah karyawan adalah sebanyak 2854 orang dan pada tahun 2008 menurun menjadi 2370 orang.
Dalam hal ini pengurangan tenaga kerja tidak mengalami kendala yang sulit karena sebagian besar adalah tenaga kerja kontrak harian.
Pada tahun 2008 PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk tetap konsisten dengan 5 hari kerja (Senin s/d Jum’at) dengan 8 jam/hari ditambah lembur 2-3 jam kerja serta Sabtu dan Minggu tetap berproduksi dengan cara pengaturan secara bergiliran dengan pemberian gaji yang lebih besar dibanding jam kerja biasa.
BAB III KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dalam pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya produksi dan proses produksi PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk adalah sebagai berikut :
1. Proses Produksi.
Dalam proses produksinya PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk sangatlah mengutamakan kualitas sepatu produksinya, sehingga banyak sekali proses-proses yang digunakan dalam memproduksi sepatu tersebut diantaranya :
1. Proses Upper.
2. Proses Rubber
3. Proses Mid Sole
4. Proses Stock Fitt
5. Proses Assembling
2. Biaya Produksi.
a. Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku ditentukan oleh bahan baku yang digunakan antara lain sebagai berikut :
Bagian atas sepatu (upper) adalah :
1. Kulit Sapi Olahan.
2. Kulit Sintetis.
3. Kain Mesh.
4. Kain Kanvas.
Bagian bawah sepatu (buttom) adalah :
1. Karet Alam.
2. Karet sintetis.
3. Bahan-bahan Kimia.
4. Ethilini Vinil Asetat.
Bagian dalam/ tatak sepatu adalah :
1. Nylex.
2. Visapille.
b. Biaya Tenaga Kerja
Pada tahun 2008 PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk tetap konsisten dengan 5 hari kerja (Senin s/d Jum’at) dengan 8 jam/hari ditambah lembur 2-3 jam kerja serta Sabtu dan Minggu tetap berproduksi dengan cara pengaturan secara bergiliran dengan pemberian gaji yang lebih besar dibanding jam kerja biasa.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim, Dasar-dasar Akuntansi Biaya, Edisi Keempat, Cetakan Ketiga, BPFE-Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1999
Mulyadi, 1990. Akuntansi Biaya, Yogyakarta: BPFE
R. A. Supriyono, Akuntansi Biaya : Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga
Pokok, Buku I, Edisi Ke-2, BPFE-UGM, Yogyakarta, 1994