LAPORAN MONITORING INTERNAL PROGRAM INSENTIF PKPP TAHUN 2012
TAHAP II
BAB I. PENDAHULUAN
1. Lokus : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan
2. Judul Kegiatan : Kajian Pengelolaan Hara di Perkebunan Kelapa Sawit Berbasis Efisisensi Pemupukan
3. Fokus : Ketahanan Pangan
Kelapa sawit di Indonesia merupakan komoditas primadona. Luasnya terus berkembang dan tidak hanya merupakan monopoli perkebunan besar negara atau perkebunan besar swasta. Saat ini perkebunan rakyat sudah berkembang dengan pesat. Dalam perekonomian Indonesia komoditas kelapa sawit memegang peranan yang cukup strategis karena komoditas ini mempunyai prospek yang cerah sebagai sumber devisa (Risza, 1994).
Martoyo dan Siahaan (1995) menyatakan dalam usaha budidaya kelapa sawit, pemupukan adalah salah satu program pemeliharaan terpenting karena perannya sangat nyata dalam mendorong pertumbuhan dan produksi. Bagi tanaman kelapa sawit sifat fisik tanah lebih penting dari sifat kimianya, karena kekurangan suatu unsur dapat dipenuhi dengan pemupukan.
Tanaman Kelapa Sawit membutuhkan nutrisi yang banyak untuk mempertahankan produksi yang tinggi. Kekurangan nutrisi yang ada di dalam tanah dapat diberikan dalam bentuk pupuk. Biaya pemupukan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan produksi sekitar 40% – 60% dari biaya perawatan atau sekitar 20% dari total biaya produksi (Suwandi et al., 1987). Biaya pemeliharaan tanaman dapat meningkat tajam sejalan dengan kenaikan harga pupuk atau karena penambahan dosis atau sebab lainnya yang berkaitan dengan pupuk. Peningkatan biaya produksi ini harus pula diimbangi dengan peningkatan produksi. Untuk mencapai kondisi tersebut pemupukan harus dapat mencapai tingkat efisiensi dan efektivitas yang maksimal yang merupakan sasaran dalam manajemen.
Tanah sering kali tidak mampu lagi untuk memenuhi kebutuhan berbagai macam unsur hara essensial. Konsep dasar pemupukan adalah tercapainya produksi
tanaman yang optimal kondisi ini merupakan titik pencapaian produksi yang paling ekonomis. Kondisi optimal inilah yang dijadikan konsep dasar pemupukan yang tidak lain adalah penerapan dari hukum Mitcherlich. Hukum ini menjelaskan bahwa peningkatan kandungan nutrisi lewat pemupukan di atas kondisi optimum akan memberikan peningkatan keuntungan yang semakin menurun.
Jumlah pupuk yang diaplikasikan ke tanah, paling tidak bisa menggantikan jumlah hara yang diangkut dan tidak kembali ke dalam tanah. Kondisi ini minimal dapat mencegah terjadinya penurunan kesuburan tanah, dengan catatan tidak terjadi kehilangan hara dari tanah akibat pencucian, erosi, penguapan dan sebagainya. Sebaliknya jika ingin meningkatkan kesuburan tanah maka jumlah pupuk yang diaplikasi harus lebih besar dari yang diangkut saat panen. Berdasarkan hasil penelitian terhadap jumlah nutrisi yang diserap oleh tanaman kelapa sawit, menunjukkan bahwa unsur Kalium merupakan unsur hara yang paling besar dibutuhkan tanaman.
Gambar 1. Konsep Keseimbangan Nutrisi pada Tanaman Kelapa Sawit
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh efisiensi pemupukan hara N, P, K dan Mg di perkebunan kelapa sawit Sumatera Selatan.
BAB II. KERANGKA PELAKSANAAN MONITORING
2.1. Perkembangan Kegiatan
Analisa sampel tanah dan daun kelapa sawit
Sampel tanah dan daun kelapa sawit sebelum pemupukan dianalisis di laboratorium Balit Sembawa dan serta penyusunan rekomendasi pemupukan di perkebunan kelapa sawit pada blok pengkajian. Hasil analisa sampel tersebut sudah diterima dari Balit Sembawa. Sampel daun kelapa sawit setelah pemupukan juga dianalisis di laboratorium Balit Sembawa, hasil analisa belum selesai. Sampel tanah setelah pemupukan dan profil tanah dianalisis di laboratorium Fisika dan Kimia Balittanah Bogor. Hasil analisa sampel tersebut belum selesai dari Balittanah Bogor.
Koordinasi, Pembahasan, Persiapan, dan konsultasi pelaksanaan kegiatan
Koordinasi, pembahasan dan persiapan survei dan klasifikasi tanah konsultasi dilakukan dengan UNSRI. Hal ini terkait dengan dukungan tenaga pendampingan dan peminjaman alat laboratorium untuk pelaksaan kegiatan tersebut. Koordinasi dan konsultasi dengan BBSDLP dan BBP2TP terkait dengan pelaksanaan kegiatan pengkajian, arahan dan rencana tindak lanjut dari kegiatan terkait dengan mitra kerjanya.
Pengambilan Data Sekunder
Pengambilan data sekunder ke Balit Sembawa dan kebun plasma PT. Andira Agro. Data yang diperoleh tentang : Teknik budidaya kelapa sawit di Agroekosistem lahan kering dan pasang surut, Peta kebun, Data produksi dan pemupukan pada masing-masing blok, dan keadaan umum wilayah kebun kelapa sawit di Balit Sembawa dan kebun plasma PT. Andira Agro.
Survei dan klasifikasi tanah di lokasi pengkajian
Pelaksanaan kegiatan survei dan klasifikasi tanah dilakukan pada pengamatan profil tanah pada masing-masing blok pengkajian yang telah ditentukan. Kebun kelapa sawit Balit Sembawa, pada Blok M dan F terdapat 2 titik pengamatan profil karena kondisi bloknya tidak seragam yaitu untuk lahan kering dan rawa-rawa, sedangkan pada blok I hanya terdapat 1 titik pengamatan profil karena kondisi bloknya seragam yaitu lahan kering. Kebun plasma kelapa sawit PT. Andira Agro, pada Blok G6 terdapat 2 titik pengamatan profil karena kondisi bloknya tidak seragam yaitu untuk lahan kering dan rawa-rawa, sedangkan pada blok G4 dan G13 hanya terdapat 1 titik pengamatan profil karena kondisi bloknya seragam yaitu lahan kering. Hasil pengamatan profil tanah dilapangan sudah dapat memberikan klasifikasi tanah sampai tingkat Greatgroup sedangkan untuk penentuan klasifikasi tanah sampai tingkat subgroup dapat ditentukan setelah diperoleh hasil analisis tanah dari BaLittanah Bogor.
Pengambilan sampel tanah dan daun kelapa sawit setelah pemupukan
Pengambilan sampel tanah dan daun kelapa sawit setelah pemupukan dilakukan pada titik-titik yang sama seperti saat pengambilan sampel tanah dan daun kelapa sawit sebelum pemupukan.
Validasi dan kroscek data
Validasi dan kroscek data antara hasil laboratorium dengan kondisi lapangan dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang berimbang antara hasil laboratorium dengan yang ada di lapangan. Berdasarkan pada hasil analisa tanah dan daun kelapa sawit sebelum pemupukan dibandingkan dengan kondisi tanaman kelapa sawit dilapangan dan dikroscekan dengan kegiatan
pemeliharaan (pemupukan, pemangkasan pelepah dan penyiangan/pembersihan piringan) pada masing-masing lokasi pengkajian
2.2. Kendala – Hambatan
- Terjadi perubahan RAB karena terjadinya perubahan biaya analisis tanah dan tanaman di Balit Sembawa dan Balittanah per 1 Juli 2012.
- Analisis tanah dan daun kelapa sawit setelah pemupukan, dan profil tanah belum selesai sehingga belum diperoleh hasil analisa dari Laboratorium.
BAB III. HASIL PELAKSANAAN MONITORING
3.1. Perkembangan Administrasi Dana tahap II = Rp 100.000.000
Rencana Anggaran Belanjanya sebagai berikut : 1. Belanja gaji dan upah = Rp 17.540.000,- 2. Bahan habis pakai = Rp 1.426.000,- 3. Perjalanan = Rp 47.629.000,- 4. Lain-lain = Rp 33.405.000,-
Realisasi Dana tahap II = Rp 99.903.000,- sebagai berikut :
1. Belanja gaji dan upah = Rp 17.540.000,- 2. Bahan habis pakai = Rp 6.840.000,- 3. Perjalanan = Rp 47.532.000,- 4. Lain-lain = Rp 22.325.000,-
3.2. Perkembangan Capaian Target
No Tahap Kegiatan Target
Fisik (%)
Realisasi Fisik (%) Ket. 1.
2.
Analisa sampel tanah dan daun kelapa sawit
Koordinasi, Pembahasan, Persiapan dan Konsultasi Pelaksanaan kegiatan
100 100
50 100
3. Pengambilan data sekunder 100 100 4. Survei dan klasifikasi tanah di
lokasi pengkajian
100 100
5. Pengambilan sampel tanah dan daun kelapa sawit setelah pemupukan
100 100
6. Validasi dan kroscek data 100 100
3.3. Perkembangan Sinergi Kelembagaan Program
- Koordinasi dan sinkronisasi kegiatan pengkajian dengan kegiatan perusahaan pada petak/ blok kegiatan pengkajian yaitu dengan PT. Andira Agro dan Balai Penelitian Sembawa - Diperoleh dukungan dan keterbukaan dari perusahaan
perkebunan kelapa sawit
3.4. Perkembangan Pemanfaatan Hasil
Mendukung Industri Hulu, Mendukung Pengembangan Potensi Unggulan Daerah, Mendukung Pengembangan Ilmu-Metode, Modul Pelatihan-Pemberdayaan Masyarakat
3.5. Perkembangan Potensi ke Depan
Pemupukan di perkebunan kelapa sawit masih dijumpai adanya pemupukan yang tidak tepat, yaitu belum menerapkan 5 tepat plus secara sinergi yaitu : jenis, dosis, waktu, cara, kebutuhan tanaman plus manajemen pemupukan. Pemupukan yang dilakukan masih didasarkan pada kemampuan dan kesanggupan perkebunan untuk biaya pemupukan.
Rekomendasi pemupukan yang dikeluarkan oleh Puslit maupun Balit untuk perkebunan kelapa sawit didasarkan pada keadaan hara tanah (status hara tanah) dan status hara tanaman serta umur tanaman. Sehingga perlu diupayakan antara lain :
- Menyebarluaskan hasil Litbangyasa dalam bentuk jurnal, prosiding, juknis, leaflet, buletin dll
- Mensosialisasikan hasil Libangyasa dalam kegiatan workshop, temu lapang, pelatihan, demplot, pertemuan dll
BAB IV. PENUTUP
Demikian Laporan Monitoring Internal ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk memenuhi Laporan Pertanggungjawaban Termin II dan dapat dipergunakan dengan baik.