• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan interpretasinya. Pembahasan dalam bab 4 ini meliputi gambaran umum partisipan, ada tidaknya hubungan antara sikap terhadap hubungan seksual, masturbasi, pornografi dan homoseksual dengan religiusitas pada muslim dewasa muda. Serta hubungan dimensi religiusitas dengan sikap terhadap hubungan seksual, masturbasi, pornografi dan homoseksual.

4.1. Gambaran Umum Partisipan Penelitian

Pada penelitian ini kuesioner yang disebar sebanyak 120 eksemplar, namun yang dapat diolah hanya 100 eksemplar. Hal ini disebabkan oleh adanya ketidaklengkapan jawaban dan data kontrol. Gambaran umum merupakan karakteristik subjek, seperti misalnya: jenis kelamin, status, dan pendidikan terakhir.

4.1.1. Gambaran Umum Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.1. Gambaran Umum Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi %

Laki-laki 50 50

Perempuan 50 50

TOTAL 100 100

Berdasarkan tabel di atas mengenai gambaran umum subjek dalam jenis kelamin, dapat terlihat bahwa subjek laki-laki dan perempuan memiliki presentase yang sama besar, yakni masing-masing 50%,atau sebanyak 50 orang.

4.1.2. Gambaran Umum Berdasarkan Status Perkawinan

Berdasarkan tabel dihalaman berikutnya dapat dilihat bahwa subjek yang memiliki status belum menikah sebanyak 42 orang atau 42%, dan subjek yang telah menikah sebanyak 58 orang atau 58%.

(2)

Tabel 4.2. Gambaran Umum Berdasarkan Status Pernikahan

Status Pernikahan Frekuensi %

Belum Nikah 42 42

Nikah 58 58

TOTAL 100 100

4.1.3. Gambaran Umum Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 4.3. Gambaran Umum Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan Akhir Frekuensi %

SMA 29 29 D3 S1 S2 18 48 5 18 48 5 TOTAL 100 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan akhir yang paling besar persentasenya yakni sarjana (S1) sebanyak 48% atau 48 orang, kemudian berturut-turut dibawahnya yakni SMA (29% atau 29 orang), D3 (18% atau 18 orang) dan S2 (5% atau lima orang).

4.1.4 Gambaran Sikap Terhadap Perilaku Hubungan Seksual, Masturbasi, Pornografi dan Homoseksual Secara Umum

Penggolongan skor sikap terhadap perilaku hubungan seksual, masturbasi, pornografi dan homoseksual, menggunakan norma stanine. Skor terbagi menjadi tiga, yakni sikap positif, sikap sedang dan sikap negatif. Untuk lebih jelas mengenai penggolongan skor dan gambaran umum sikap terhadap hubungan seksual, masturbasi, pornografi dan homoseksual dapat disimak di halaman berikutnya:

(3)

Tabel 4.4 Penggolongan Skor dan Gambaran Umum Sikap terhadap Perilaku Hubungan Seksual, Masturbasi, Pornografi, dan Homoseksual

Negatif Sedang Positif Penggolongan skor 0 – 4 5 – 10 11 – diatas 13 N = 16 N = 55 N = 29 Hubungan Seksual 16% 55% 29%

Negatif Sedang Positif

Penggolongan

skor 0 – 9 10 – 17 18 – diatas 22

N = 17 N = 59 N = 18

Masturbasi

17% 59% 18%

Negatif Sedang Positif

Penggolongan

skor 0 – 18 19 – 27 28 – diatas 34

N = 22 N = 51 N = 27

Pornografi

22% 51% 27%

Negatif Sedang Positif

Penggolongan

skor 0 – 2 3 – 6 7 – diatas 9

N = 19 N = 49 N = 32

Homoseksual

19% 49% 32%

Tabel diatas menjelaskan mengenai penggolongan skor dan hasil temuan mengenai gambaran umum dari sikap terhadap perilaku hubungan seksual, masturbasi, pornografi, dan homoseksual. Berikut ini penjelasan dari tabel diatas:

Pada perilaku hubungan Seksual, rentang skor mulai 0 – 4 digolongkan menjadi sikap negatif, 5 – 10 digolongkan sedang, dan 11 – diatas 13 digolongkan menjadi sikap positif. Dari hasil temuan didapatkan bahwa sebanyak 55 subjek (55%) memiliki sikap yang masih ragu-ragu dalam menyikapi perilaku hubungan seksual, 29 subjek (29%) memiliki sikap yang lebih terbuka dan sisanya 16 subjek (16%) memiliki sikap yang lebih tertutup terhadap perilaku hubungan seksual.

Pada perilaku masturbasi, rentang skor dimulai dari 0 – 9 (sikap negatif), 10 – 17 (sedang), dan 18 – diatas 22 (sikap positif). Hasil temuan menyatakan sebanyak 59 subjek (59%) memiliki sikap yang masih ragu-ragu terhadap perilaku masturbasi, 18 subjek (18%) menyatakan sikap yang lebih terbuka dan 17 subjek (17%) menyatakan sikap yang lebih tertutup terhadap perilaku masturbasi.

(4)

Sedangkan pada perilaku pornografi, rentang skor dimulai dari 0 – 18 untuk sikap negatif, 19 – 27 untuk sedang, dan 28 – diatas 34 untuk sikap positif. Hasil temuan menyatakan bahwa terdapat 51 subjek (51%) menyatakan sikap ragu-ragu, 27 subjek (27%) menyatakan sikap lebih terbuka, dan 22 subjek (22%) menyatakan sikap lebih tertutup terhadap perilaku pornografi.

Kemudian pada perilaku homoseksual ditentukan rentang skor mulai dari 0 – 2 untuk menyatakan sikap negatif, 3 – 6 untuk sikap sedang, dan 7 – diatas 9 untuk menyatakan sikap positif terhadap perilaku homoseksual. Dari hasil temuan dapat dilihat sebanyak 49 subjek (49%) menyatakan sikap masih ragu-ragu, 32 subjek (32 %) menyatakan sikap yang lebih terbuka, dan 19 subjek (19%) menyatakan sikap yang lebih tertutup terhadap perilaku homoseksual.

4.1.5 Gambaran Religiusitas Secara Umum

Dikarenakan konstruk religiusitas yang dikemukakan oleh Glock dan Stark merupakan variabel multidimensional, maka penghitungan tidak dapat menghasilkan skor tunggal. Sehingga untuk melihat kereligiusan seseorang, harus melihat skor pada masing-masing dimensi.

Penggolongan skor masih menggunakan norma stanine untuk menentukan tinggi, sedang, dan rendahnya skor pada lima dimensi religiusitas. Pada halaman berikutnya dapat dilihat tabel penggolongan skor dan gambaran umum alat ukur religiusitas:

(5)

Tabel 4.5 Penggolongan Skor dan Gambaran Umum Religiusitas

Rendah Sedang Tinggi

Penggolongan skor 6 – 31 32 – 35 36 N = 21 N = 33 N = 36 Dimensi Kepercayaan/ ideologis 21% 33% 36%

Rendah Sedang Tinggi

Penggolongan skor 5 – 20 21 – 25 26 – 30 N = 19 N = 51 N = 30 Dimensi Ritual/ peribadatan 19% 51% 30%

Rendah Sedang Tinggi

Penggolongan skor 7 – 33 34 – 38 39 – 42 N = 21 N = 43 N = 26 Dimensi Pengalaman/ eksperensial 21% 43% 26%

Rendah Sedang Tinggi

Penggolongan skor 5 – 22 23 – 30 31 – 36 N = 18 N = 56 N = 26 Dimensi Intelektual/ pengetahuan 18% 56% 26%

Rendah Sedang Tinggi

Penggolongan skor 6 – 27 28 – 32 33 – 36 N = 21 N = 52 N = 27 Dimensi Konsekuensi 21% 52% 27%

Pada dimensi Kepercayaan atau ideologis, rentang skor dimulai dari 6 – 31 untuk kategori rendah, 32 – 35 untuk kategori sedang, dan 36 untuk kategori tinggi. Dari tabel diatas, dijelaskan bahwa sebanyak 36 subjek (36%) memiliki kereligiusan yang tinggi dalam hal keyakinannya terhadap doktrin-doktrin teologi agama Islam. Sedangkan 33 subjek (33%) memiliki kereligiusan yang sedang dan sisanya, yakni 21 subjek (21%) memiliki kereligiusan yang rendah dalam hal keyakinan doktrin-doktrin teologi ajaran agama Islam.

Selanjutnya pada dimensi ritual atau peribadatan, rentang skor dimulai dari 5 – 20 untuk kategori rendah, 21 – 25 untuk kategori sedang, dan 26 – 30 untuk kategori tinggi. Dari hasil penghitungan, maka didapatkan bahwa sebanyak

(6)

51 subjek (51%) memiliki kereligiusan yang sedang dalam pelaksanaan ritual peribadatan. Sedangkan 30 subjek (30%) memiliki kereligiusan yang tinggi dan 19 subjek (19%) lainnya memiliki kereligiusan yang rendah dalam hal pelaksanaan ritual peribadatan.

Pada dimensi pengalaman atau eksperensial, rentang skor rendah dimulai pada 5 – 33, skor sedang dimulai pada 34 – 38, dan skor tinggi pada 39 – 42. Sebanyak 43 subjek (43%) memiliki kereligiusan yang sedang dalam hal penghayatan pengalaman religius, sebanyak 26 subjek (26%) memiliki kereligiusan yang tinggi dan sisanya, 21 subjek (21%) memiliki kereligiusan yang rendah dalam hal penghayatan pengalaman religius.

Selanjutnya pada dimensi intelektual atau pengetahuan, rentang skor dimulai dari 5 – 22 untuk skor rendah, 23 – 30 untuk skor sedang, dan 31 – 36 untuk skor tinggi. Sebanyak 56 subjek (56%) memiliki kereligiusan yang sedang, 26 subjek (26%) memiliki kereligiusan yang tinggi dan 18 subjek (18%) memiliki kereligiusan yang rendah dalam hal pemahaman agama dan keinginan untuk menambah pemahaman agama Islam.

Dimensi yang terakhir, yakni dimensi konsekuensi membagi rentang skor menjadi 6 – 27 untuk skor rendah, 28 – 32 untuk skor sedang, dan 33 – 36 untuk skor tinggi. Dari hasil penghitungan dikatakan bahwa sebanyak 52 subjek (52%) memiliki kereligiusan yang rendah, 27 subjek (27%) memiliki kereligiusan yang tinggi, dan sisanya 21 subjek (21%) memiliki kereligiusan yang rendah dalam perilaku sehari-hari berkaitan dengan ajaran agama Islam.

4.2. Hasil Analisis Data Utama

4.2.1 Hubungan Antara Sikap Terhadap Hubungan Seksual, Masturbasi, Pornografi dan Homoseksual dengan Religiusitas

Penghitungan data utama hasil penelitian menggunakan teknik korelasi Pearson’s Product-Moment, dengan hasil yang dapat dilihat pada halaman selanjutnya:

(7)

Tabel 4.6 Hubungan antara Sikap terhadap Hubungan Seksual, Masturbasi, Pornografi dan Homoseksual dengan Religiusitas pada Dewasa Muda Muslim

Kepercayaan/ Ideologis Ritual/ Peribadatan Pengalaman/ Eksperensial Intelektual/ Pengetahuan Konsekuensi Hubungan Seksual Sig.(2-tailed) -.122 (.228) -.222* (.027) -.246* (.005) -.276* (.005) -.214* (.033) Masturbasi Sig.(2-tailed) -.206* (.040) -.052 (.606) -.177 (.078) -.143 (.155) -.104 (.301) Pornografi Sig.(2-tailed) .023 (.819) -.038 (.710) -.094 (.352) -.146 (.149) -.042 (.678) Homoseksual Sig.(2-tailed) .037 (.713) -.420** (.000) -.367** (.000) -.378* (.000) -.334** (.001)

* Signifikan pada l.o.s 0.05 **Signifikan pada l.o.s 0.01

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa:

1. Sikap terhadap perilaku hubungan seksual memiliki korelasi negatif yang signifikan dengan dimensi ritual, pengalaman, pengetahuan, dan konsekuensi. Dalam artian, semakin positif sikap individu terhadap perilaku hubungan seksual maka semakin rendah tingkat religiusitasnya dalam hal pelaksanaan ritual agama, penghayatan pengalaman religius, pemahaman akan agama, dan perilaku sehari-harinya. Demikian pula sebaliknya, semakin negatif sikap individu terhadap perilaku hubungan seksual maka semakin tinggi tingkat religiusitasnya dalam hal pelaksanaan ritual agama, penghayatan pengalaman religius, pemahaman agama dan dalam berperilaku sehari-hari.

2. Sikap terhadap perilaku masturbasi memiliki korelasi negatif yang signifikan dengan dimensi kepercayaan atau ideologis. Hal ini memiliki arti, bahwa semakin positif sikap individu terhadap perilaku masturbasi maka akan

(8)

semakin rendah tingkat religiusitanya dalam pandangannya terhadap pandangan teologis atau doktrin-doktrin agama. Demikian pula sebaliknya, semakin positif sikap individu terhadap perilaku masturbasi maka semakin tinggi tingkat religiusitasnya dalam pandangan mengenai teologis atau doktrin-doktrin agamanya.

3. Sikap terhadap perilaku pornografi sendiri tidak berkorelasi secara signifikan dengan dimensi-dimensi religiusitas.

4. Sikap terhadap perilaku homoseksual secara signifikan berkorelasi negatif dengan dimensi ritual, pengalaman, pengetahuan, dan konsekuensi. Sehingga dapat dinyatakan bahwa semakin positif sikap individu terhadap perilaku homoseksual, maka semakin rendah tingkat religiusitasnya dalam hal praktek ritual, penghayatan pengalaman religius, pemahaman ajaran agama, serta perilaku sehari-hari. Demikian pula sebaliknya, semakin negatif sikap individu terhadap perilaku homoseksual, maka semakin tinggi tingkat religiusitasnya dalam hal praktek ritual, penghayatan pengalaman religius, pemahaman ajaran agama, dan dalam berperilaku sehari-hari.

4.2.1.1. Mean Sikap Terhadap Hubungan Seksual, Masturbasi, Pornografi dan Homoseksual

Penghitungan mean perilaku hubungan seksual, masturbasi, pornografi dan homoseksual menggunakan statistik deskriptif dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.7 Mean Sikap terhadap Hubungan Seksual, Masturbasi, Pornografi dan Homoseksual

Sikap terhadap Perilaku Mean

Hubungan Seksual 8.37

Masturbasi 14.33

Pornografi 23.52

Homoseksual 5.25

Pada tabel diatas dapat dilihat perilaku pornografi merupakan mean tertinggi (M = 23.52) dan mean terendah dimiliki oleh perilaku homoseksual (M = 5.25). Hal ini berarti, subjek memiliki sikap yang lebih terbuka terhadap perilaku pornografi dan memiliki sikap yang lebih tertutup terhadap perilaku

(9)

homoseksual. Berturut-turut setelah perilaku pornografi, ialah perilaku masturbasi dengan mean sebesar 14.33 dan perilaku hubungan seksual dengan mean sebesar 8.37.

4.2.1. Mean Dimensi-dimensi Religiusitas

Tabel 4.8 Mean Dimensi-dimensi Religiusitas

Dimensi-dimensi Mean Keyakinan/Ideologis 33.85 Ritual/Peribadatan 23.47 Pengalaman 36.16 Pengatahuan/intelektual Konsekuensi 26.80 30.23

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dimensi pengalaman memiliki mean tertinggi (M = 36.16) dan mean terendah (M = 23.47) terdapat pada dimensi ritual. Hal ini berarti subjek pada penelitian ini memiliki tingkat religiusitas yang tinggi dalam hal penghayatan pengalaman religius, sedangkan memiliki tingkat religiusitas yang rendah pada pelaksanaan ritual peribadatan.

4.3. Analisis Data Tambahan

4.3.1. Analisis Sikap Terhadap Hubungan Seksual, Masturbasi, Pornografi, dan Homoseksual berdasarkan Data Kontrol

4.3.1.1 Berdasarkan Jenis Kelamin

Perhitungan menggunakan metode independent samples t-test. Berikut ini hasilnya:

Tabel 4.9 Sikap Terhadap Hubungan Seksual, Masturbasi, Pornografi, dan Homoseksual berdasarkan Jenis Kelamin

Perilaku Jenis

Kelamin

Mean Nilai t L.o.s 0.005

Hubungan Seksual Laki-laki Perempuan 8.94 7.80 1.687 .095  tidak signifikan Masturbasi Laki-laki Perempuan 15.66 13.00 2.874 .005  signifikan Pornografi Laki-laki Perempuan 25.98 21.06 3.976 .000  signifikan Homoseksual Laki-laki Perempuan 5.32 5.18 .287 .775  tidak signifikan

(10)

Dari tabel pada halaman sebelumnya, dapat diketahui bahwa nilai t signifikan pada l.o.s 0.05 (p < 0.05) sehingga dapat dikatakan terdapat perbedaan pada laki-laki dan perempuan dalam menyikapi perilaku masturbasi dan pornografi. Oleh kaum laki-laki perilaku masturbasi (M = 15.66) ditanggapi dengan lebih terbuka bila dibandingkan dengan kaum perempuan (M = 13). Demikian halnya dengan perilaku pornografi, dimana kaum laki-laki lebih memiliki sikap yang lebih terbuka (M = 25.98) daripada kaum perempuan (M = 21.06) terhadap perilaku tersebut.

4.3.1.2 Berdasarkan Status Perkawinan

Perhitungan menggunakan metode independent samples t-test. Berikut ini hasilnya:

Tabel 4.10 Sikap Terhadap Hubungan Seksual, Masturbasi, Pornografi, dan Homoseksual berdasarkan Status Perkawinan

Perilaku Status Perkawinan*

Mean Nilai t L.o.s 0.05

Hubungan Seksual A B 8.69 8.14 .798 .427  tidak signifikan Masturbasi A B 15.16 13.72 1.494 .138  tidak signifikan Pornografi A B 23.90 23.24 .492 .624  tidak signifikan Homoseksual A B 5.71 4.91 1.642 .104  tidak signifikan * A: Belum Menikah B: Menikah

Tabel diatas menunjukkan nilai t tidak signifikan pada l.o.s 0.05 (p > 0.05), dalam artian bahwa tidak terdapat perbedaan antara subjek yang belum menikah dan subjek yang telah menikah dalam menyikapi perilaku hubungan seksual, masturbasi, pornografi, dan homoseksual. Namun pada tabel dapat diketahui perbandingan mean subjek yang belum menikah dengan yang telah menikah dalam menanggapi perilaku hubungan seksual, masturbasi, pornografi dan homoseksual. Seperti misalnya pada perilaku homoseksual, mean subjek yang

(11)

belum menikah lebih tinggi (M = 5.71) dibandingkan mean subjek yang telah menikah (M = 4.91).

4.3.2. Analisis Dimensi-dimensi Religiusitas berdasarkan Data Kontrol 4.3.2.1 Berdasarkan Jenis Kelamin

Perhitungan menggunakan metode independent samples t-test. Berikut ini hasilnya:

Tabel 4.11 Dimensi-dimensi Religiusitas berdasarkan Jenis Kelamin

Dimensi Jenis Kelamin

N Mean Nilai t L.o.s 0.005

Keyakinan/ Ideologi Laki-laki Perempuan 50 50 34.08 33.62 .903 .369  tidak signifikan Ritual/ Peribadatan Laki-laki Perempuan 50 50 24.02 22.92 1.606 .111  tidak signifikan Pengalaman/ Eksperensial Laki-laki Perempuan 50 50 36.04 36.28 -.356 .723  tidak signifikan Pengetahuan/ Intelektual Laki-laki Perempuan 50 50 27.12 26.48 .692 .490  tidak signifikan Konsekuensi Laki-laki Perempuan 50 50 30.64 29.82 1.209 .230  tidak signifikan

Dari tabel diatas dapat diketahui nilai t dimensi-dimensi religiusitas tidak signifikan pada l.o.s 0.05 (p > 0.05) sehingga berarti tidak ada perbedaan tingkat religiusitas dalam dimensi-dimensi yang ada berdasarkan jenis kelamin. Namun dapat diketahui perbandingan laki-laki dan perempuan dalam masing-masing dimensi dengan melihat besaran mean. Seperti misalnya pada dimensi ritual/peribadatan dimana laki-laki memiliki mean yang lebih tinggi (M = 24.02) dibandingkan dengan mean yang dimiliki oleh perempuan (M = 22.92).

4.3.2.2 Berdasarkan Status Perkawinan

Perhitungan menggunakan metode independent samples t-test. Tabel hasil penghitungan dapat dilihat pada halaman selanjutnya.

(12)

Tabel 4.12 Dimensi-dimensi Religiusitas berdasarkan Status Perkawinan

Dimensi Status Perkawinan*

N Mean Nilai t L.o.s 0.005

A 42 33.28 Keyakinan/ Ideologi B 55 34.25 -1.913 .059  tidak signifikan A 42 22.26 Ritual/ Peribadatan B 58 24.34 -3.107 .002  signifikan A 42 35.19 Pengalaman/ Eksperensial B 58 36.86 -2.524 .013  signifikan A 42 24.97 Pengetahuan/ Intelektual B 58 28.12 -3.559 .001  signifikan A 42 29.28 Konsekuensi B 58 30.91 -2.422 .017  signifikan * A = Belum Menikah B = Menikah

Hasil tabel diatas menunjukkan bahwa nilai t pada dimensi ritual, pengalaman, pengetahuan, dan konsekuensi signifikan pada l.o.s 0.05 (p < 0.05) sehingga dapat dikatakan terdapat perbedaan berdasarkan status perkawinan dengan dimensi ritual, pengalaman, intelektual, dan konsekuensi. Dari tabel juga dapat dilihat perbandingan mean pada subjek yang belum menikah dan sudah menikah di tiap-tiap dimensi religiusitas.

Gambar

Tabel 4.1. Gambaran Umum Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.2. Gambaran Umum Berdasarkan Status Pernikahan
Tabel 4.4 Penggolongan Skor dan Gambaran Umum Sikap terhadap Perilaku Hubungan  Seksual, Masturbasi, Pornografi, dan Homoseksual
Tabel 4.5 Penggolongan Skor dan Gambaran Umum Religiusitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Studi Regenerasi Kemampuan Batu Apung Sungai Pasak, Pariaman Sebagai Adsorben dalam Penyisihan Nitrit dari Air Tanah. Skripsi Jurusan Teknik Lingkungan

untuk percaya diri untuk berkomunikasi dengan Bahasa Inggris dan aahasa asing lainya. Disana kita memang dituntut untuk fokus belajar bahasa asing sehingga jikalau kita

Kesimpulan: Terdapat hubungan pola makan dan gaya hidup dengan angka kejadian hipertensi pada pralansia dan lansia di wilayah kerja Puskesmas I Kembaran, dimana pola makan dan

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa jumlah karbon tersimpan dalam biomassa di atas permukaan tanah hutan rakyat jamblang di

Teori Kuantitas, teori ini menyoroti masalah dalam proses inflasi dari (a) jumlah uang yang beredar, dan (b) psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan

skripsi sehingga tersusunlah skripsi dengan judul “PENGARUH LIKUIDITAS, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN DAN KOMISARIS INDEPENDEN TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK (Studi Empiris Pada

DOKUMENTASI MENINGKATKAN TRANSPARANSI DLM PENYELENGGARAAN NEGARA TERMASUK DLM PENGELOLAAN ANGGARAN SEHINGGA DPT MENDORONG PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DLM RANGKA

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Tipe kelahiran tunggal betina ditinjau dari pertambahan berat badan dan konsumsi bahan kering berpengaruh nyata lebih baik (P&lt;0,05)