BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Permasalahan pada kapasitas data adalah terjadinya kepadatan trafik (pada 3G). Yang mana akan memberikan dampak yang jelek baik dari performa signaling dan juga pencapaian availability yang tidak mencapai 100% di disebabkan oleh transmisi yang mengalami kepadatan trafik. Ada 2 jenis kepadatan trafik yang ditemukan dalam melakukan penelitian diantaranya sebagai berikut :
1. Kepadatan Pada Link HOP
2. Kepadatan pada LAN (Wiring Transmisi)
4.1 Kepadatan Link HOP
Berikut ini adalah kasus yang terjadi pada link 1124_Taman Gandaria <> 1302_Ahmad Dahlan. Berawal dari komplain dari beberapa customer yang mengalami slow speed internet dan dilakukan pengecekan di sekitaran customer untuk menentukan site yang mengcover customer yang mempunyai permasalahan dengan internetnya. Berikut adalah contoh hasil pengecekan dicustomer
Gambar 4.1 Gambar survey lokasi site cover
Dari gambar 4.1, maka data yang didapatkan adalah network type, ini adalah menunjukan jenis dari sinyal yang digunakan oleh customer 2G atau 3G, kemudian Signal strength atau sering biasa disebut RSSI (Receive Signal Strengh Indicator) kekuatan dari sinyal yang diterima, dimana untuk mendapatkan layanan internet yang nyaman Signal strength atau biasa disebut RSSI (received Signal Strength Indicator diatas -90 dBm dan informasi yang paling penting adalah informasi tentang nama site yang mengcover si customer complaint, adapun detail data hasil test call di area customer komplain seperti berikut ini.
Dari data tabel diatas maka tahap berikutnya adalah melihat rootpath atau wiring transmisi yang dilewati oleh site yang mengalami masalah dan berikut ini adalah gambar rootpathnya untuk site Ahmad Dahlan
Gambar 4.2 Diagram Transmisi Site 1302_Ahmad Dahlan
Pada link 1124 to 1302 didapatkan utilisasi atau pemakaian dari kapasitas yang tersedia yaitu 97.65 % . sedangkan kapasitas yang tersedia hanya 17.86 Mbps sedangkan link 1124 to 1302 di lewati oleh 6 NodeB diantaranya adalah 3G 1302_Ahmad Dahlan , 3G 1305_Kramat Pela, 3G PC074_Grand Mahakam , 3GPC382_RS Pertamina , 3GPC537_Apt Simprug Terace, 3G 241PX398_Blok M Plaza, dan 3G PC545_Ghara Iskandar, tentunya dengan kapasitas 17,86 Mbps dengan dilewati oleh 7 NodeB . Inilah yang menyebabkan terjadinya complain dari pelanggan yang mengalami gangguan kecepatan internet pada pelanggan yang menggunakan layanan data, sedangkan untuk 2G tidak ada masalah
dikareanakan 2G yang melalui link ini masih berbasis E1 belum menggunakan SIU.
Gambar 4.3 Gambar Utilisasi Link Hop 1302 to 1124
Pada gambar 4.3 merupakan pantauan utilisasi selama 24 jam, jarak antara 0 – 80 adalah batas aman sedang jarak 80 – 100 merupakan area kepadatan trafik dan dapat kita lihat grafik dimana Tx pada jam 06:30 AM – 02:00 sudah memasuki area kepadatan trafik yaitu 80% ke atas, kemudian kembali normal pada jam 02:00 AM – 06:00 AM yang mana pada jam ini merupakan waktu orang sedang instirahat maka bisa di pastikan untuk layanan internet akan sangat baik dan seterusnya inilah indikasi yang menunjukan bahwa link ini harus segera di upgrade kapasitasnya . Berikut ini adalah data link yang harus segera di upgrade capacity modulation.
Gambar 4.4 Gambar Transmisi MLTN 1124<> 1302
Pada gambar ini menunjukan HOP 1124 to 1302, dapat kita lihat RX Level -31.3 dBm dan yang standby -34.1 dBm serta TX adalah 9 dBm, dengan configurasi 1+1 HS (Hot Standby) yang artinya jika salah satu RAU atau MMU rusak maka akan secara otomatis link akan berpindah ke link RAU yang standby karena sebelumnya telah di setting mode Automatic.
Dapat kita lihat pada gambar ini adalah untuk pengaturan ID name untuk NE dan FE, capacity modulation 34+2 –C-QPSK serta mode 1+1 Hot yang artinya kapasitas dari link ini memiliki kemampuan drop E1 hanya 16E1. Mode 1 + 1 HS (Hot Standby) ketika RAU1 bekerja maka RAU2 akan standby dan apabila RAU1 rusak maka RAU2 yang akan bekerja bisa disetting secara automatic atau manual tergantung dari pengaturannya. Dan pada tampilan diatas bisa dilihat pada halaman ini merupakan tempat pengaturan Tx frequensi yang digunakan.
Gambar 4.6 Inventory Transmisi 1124<>1302
Dari data- data existing diatas maka dapat kita lihat data tentang material yang terinstal, posisi port serta produk nomornya dan saat ini material yang terinstal sebagai berikut :
1. MMU2B 2 unit (configure 1+1 HS).
Kapasitas dari MMU2B maksimal 16E1 atau sekitar 38 Mbps 2. RAU1 15/88 2 unit.
Karena kapasitas maksimal sudah dilakukan seperti pada gambar 4.5, untuk mengupgrade kapasitasnya maka yang menjadi perhatian adalah menyiapkan material sebagai berikut :
1. MMU2H 2 unit 2. RAUXu 15/88 2 unit
Kapasitas dari MMU2H adalah 154 Mbps, diharapkan dengan dilakukan penggantian atau upgrde kapasitasnya availability akan tercapai 100% yang mana issue yang disebabkan adanya kepadatan trafik serta kesediaan untuk packet data untuk site-site baru. Untuk melakukan upgrade kapasitas ini maka penggantian perangkat harus dilakukan dari dua sisi untuk mempercepat proses pelaksanaan karena impact dari pekerjaan ini akan menyebabkan site yang melewati link ini akan down.
Gambar 4.7 Flowchart Upgrade Kapasitas
Flowchart ini sebagai panduan sebelum dilakukan execute pekerjaan upgrade kapasitas pada satu hop dengan transmisi yang digunakan adalah MLTN agar pada saat dilakukan kendala tidak mengalami kesulitan seperti kehilangan data baik frekuensi , TX power atau juga crossconnect existing pada link tersebut. Pada flowcard dengan mengaktifkan software BPSTP dimana fungsi dari program ini
untuk membackup data yang sudah ada yaitu dengan mengupload artinya backup data dari MLTN ke PC (notebook).
Kemudian tahap berikutnya connect ke perangkt MLTN dan melakukan save report, tahap berikutnya dengan menekan tombol BR yang ada pada MMU yang bertujuan agar configure dan juga crossconnect yang ada pada MMU tidak hilang karena akan di ganti dengan MMU 2H, kemudian kabel RPM yang terhubung ke MMU di lepas kemudian cabut MMU dari AMM, masukan MMU 2H dan hubungkan kembali kabel RPM ke MMU yang baru kumudian bukan kembali program BPSTP dan download data yang sudah di upload sebelumny kemuadian jika diharusnya upgrade software maka langsung di upgrade dari software yang sudah disediakan pada PC.
Pada tampilan di atas tidak ada perubahan yang signifikan setelah dilakukan upgrade dengan swap MMUB ke MMU2H dan RAU2 15/88HP menjadi RAU2 Xu 15/88 hanya saja yang membedakan adalah type MMU yang digunakan serta RAU yang digunakan memiliki kapasitas yang lebih besar, Sedangkan RX Level pada RAU1 -33.5 dBm dan RAU2 (Standby -38.1 dBm) tidak berpengaruh atau mengalami perubahan masih sama dengan sebelumnya.
Gambar 4.9 Setelah Upgrade Configure Radio Link
Pada gambar 4.9 ini bisa kita lihat channel spacing 28 dan capacity modulation 154 Mbps, power 9 dBm serta drop E1 adalah 16 E1 sedangkan packet link capacity yang tersisa dari 154Mbps adalah 121.25 Mbps, dimana link capacity yang sebelumnya yang tersedia hanya 17,86 Mbps (Gambar 4.5) menjadi 121,25 Mbps kenaikan sekitar 103.39 Mbps, maka ketersediaan packet link 121.25 Mbps dengan demikian diharapkan akan menghidari terjadinya kepadatan trafik.
Gambar 4.10 Inventory Perangkat yang terinstal Setelah Upgrade
Setelah upgrade dapat dilihat pada gambar 4.11 yang dilakukan penggantian hanya MMU serta RAUnya saja sedangkan untuk yang lain tidak ada perubahan.
Gambar 4.11 Utilisasi Link Normal 1302 to 1124
WAN utilisasi link 1302 to 1124 setelah upgrade bisa dilihat pada gambar 4.11 Jika dibandingkan pada sebelumnya yaitu pada gambar 4.4 tentu bisa dilhat perbedaannya yang mana bisa dilihat Tx (garis merah) menunjukan penggunaan dari kapasitas yang tersedia dalam level aman maksimal 40%.
4.2 Kepadatan LAN Wiring Transmisi
Kepadatan trafik pada lan ini pada dasarnya dampak yang di timbulkan sama dengan pembahasan sebelumnya hanya saja yang membedakan adalah solusi atau pemecahan permasalahan yang tidak sama, berikut ini adalah masalah yang di timbulkan oleh kepadatan trafik lan untuk site 1308_Bintaro Veteran.
Gambar 4.12 Wiring transmisi 1308_Bintaro Veteran
Pada gambar wiring transmisi 1308 terdapat 1 MSTP yang mempunyai kapasitas 1000 Mbps, dan jika diamati total ada 33 NodeB dan 14 BTS (Abis over IP). Dengan adanya wiring yang sudah ada maka langkah berikutnya adalah melakukan utilisasi pada setiap lan untuk menentukan lan manakah yang sudah mengalami overload.
Dari gambar diatas dapat kita lihat LAN utilisasi MSTP 1275 ke arah TN0587 pemakaian 14,6% dari 1000 Mbps, sedangkan pada LAN TN 0587 to 1036_Pondok Pinang pemakaian LAN 91,9% dari 100 Mbps sedangkan pada LAN yang lainnya pemakaian masih dibawah 40% maka inilah yang memicu terjadinya congestion dan berimpak terjadinya slow speed internet pada NodeB yang melalui link 1308, yang mana juga berimbas munculnya alarm 2G yaitu LAPD Paging Overload. Berikut ini adalah monitoring utilisasi untuk LAN . Jumlah utilisasi MSTP 14.6% x 1000 Mbps = 146 Mbps
Sedangkan total LAN yang ada pada drawing AMM ada 7 yaitu : Utilisasi LAN (01) 0587 <> 1036 = 91.9% x 100 = 91.9 Mbps LAN (02) 18.1% = 18.1 Mbps LAN (03) 18.1% = 18.1 Mbps LAN (04 ) 18.5% = 18.5 Mbps LAN (05) 29% = 29 Mbps LAN (06) 40% = 40 Mbps LAN (07) 7% = 7Mbps
Gambar 4.14 Monitor Utilisasi LAN TN 0587 to 3174
Dari gambar grafik utilisasi diatas bisa kita lihat dimana kapasitas maksimal LAN tersebut diatas adalah 100 Mbps, pada level 80% keatas adalah merupakan area kepadatan trafik yang memberikan indikasi bahwa kapasitas dari LAN tersebut telah maksimal dalam pemakaiannya dan dari hasil monitoring selama 24 jam, nampak bahwa start jam 6:00 AM sampai 2:30 AM link mengalami kepadatan trafik.
Gambar 4.15 Performa Trafik LAN 1/8/3
Dari pantauan performa trafik LAN 0578 to 3174 terdapat Packet loss yang selalu counting, jika dilihat interval time durasi selama 15 menit total packet loss 9.473E-6 dan selama 24 jam nampak packet loss terus counting naik menjadi 1.122E-3 , yang mana packet loss yang terus menerus counting ini dikarenakan kepadatan pengguna jaringan, hal ini didasarkan pada gambar hasil penemuan utilisasi LAN TN 0578 to 3174.
Berikut ini adalah sebagian list yang melewati link 1308 yang menunjukan terjadi kepadatan trafik pada drawing transmisi disite 1308_Bintaro Veteran.
Tabel 4.2 List Site Worch cell
Standar KPI availability rata rata untuk 1 area atau cluster adalah 98.8% ,dan jika kita lihat pada tabel 4.2 terdapat beberapa jumlah site yang memiliki availability dibawah 98.8 % yang terjadi selama 3 hari berturut – turut kemudian setelah kita telusuri incident yang terjadi selama 3 hari tersebut dengan melihat histori dari alarm, temperature, dan vswr semuanya aman. Kemudian lanjut ke tahap berikutnya dengan melakukan pengecekean transmisi dari Near End (NE) hingga ke Far End (FE) maka diketahui seluruh nodeB diatas menginduk ke site HUT 1308_Bintaro Veteran. Seperti dijelaskan pada gambar 4.13 dan gambar 4.14 yaitu adanya kepadatan trafik LAN pada HUT 1308, yang menyebabkan worch cell beberapa nodeB yang VLANnya melalui LAN 1/8/3 pada site 1308, sedang impact yang ditimbulkan akibat terjadinya conges LAN 1/8/3 untuk 2G adalah adanya alarm LAPD paging Overload , berikut ini list site yang mengalami LAPD Paging Overload
Gambar 4.16 List site 2G impact Conges 1308
Alarm LAPD Paging Overload adalah impact dari conges LAN 1/8/3, dan yang mengalami Overload LAPD Paging adalah site 2G yang sudah Over IP. Alarm ini dapat dilihat dengan menggunakan software Winfiol atau Secure CRT dan menggunakan command : rxasp:mo=rxotg-xx; , xx ini diganti dengan memasukan RBLT atau dengan menggunakan command rxasp:moty=rxotrx; , command ini digunakan untuk melakukan pengecekan atau monitor alarm trx dalam 1 BSC. Jika keadaan utilisasi AMM pada 1308_Bintaro Veteran sudah melebihi dari 80% sudah dapat dipastikan impact yang terjadi pada nodeB adalah slow speed internet atau laju bit lambat bagi user/customer yang di cover oleh LAN 1/8/3 karena akan berpengaruh performa layanan HSDPA dan standar utilisasi pemakaian packet data adalah 60% keatas sudah harus di upgrade.
Untuk permasalahan kedua ini solusi yang dilakukan pada dasarnya sama dengan permasalahan yang pertama yaitu dengan mengupgrade kapasitasnya
untuk langkah awalnya sama dengan permasalahan pertama yaitu melihat drawing nodeB yang dilalui dengan mengamati utilisasi serta drawing TRM. Setelah ditemukan drawing transmisinya untuk memonitoring utilisasi pada setiap LAN. setelah ditemukan LAN yang congest berdasarkan dengan melihat utilisasi maka yang harus dilakukan sekarang adalah merancang/ design ulang LAN untuk drawing AMM yang ada di HUT 1308, serta me.mpersiapkan material yang butuhkan untuk perancangan baru
1. 2 patch core single mode 2. 2 SFP Single mode 3. RJ 45
4. Kabel 8 Pair
Solusi dari problem kedua adalah dengan membagi drawing AMM dengan membuat jalur baru/penarikan baru MSTP dan berikut ini adalah gambar drawing AMM setelah penarikan baru
Gambar 4.18 After Upgrade Drawing AMM 1308
Pada gambar diatas bisa kita lihat perubahan drawing AMM transmisi dimana sebelumnya upgrade hanya terdapat satu MSTP serta terkoneksi ke MLTN Arah 0587, setelah proses upgrade terdapat 2 MSTP. Untuk MSTP yang pertama terkoneksi ke Ipaso Arah 3174 & 0584E dan dibebani oleh 9 nodeB dan MSTP 2 terkoneksi ke Ipaso arah 0585 dan 1322 yang dibebani oleh 23 nodeB, sedikit penjelasan bahwa MSTP ini memiliki kapasitas 1000 Mbps. Dengan dilakukannya upgrade ini yaitu dengan merubah design drawing AMM problem pencapaian availability akan mencapai 100% pada nodeB dan alarm overload LAPD Paging pada 2G akan hilang, bisa memberikan pelayanan jaringan lebih
baik dan kesiapan atau ketersediaan jaringan apabila akan dilakukan penambahan BTS baru atau site baru.
Gambar 4.19 Throughput 1308 pada TRM IPASO
Ini adalah penampakan throughput untuk perangkat Ipaso (NEC). Pada grafik diatas garis kuning menunjukan MSTP (TX) sedangkan RX ditunjukan dengan garis warna biru muda, sedangkan garis yang lainnya menunjukan pemakain LAN.
Berikut ini beberapa data test HSDPA yang dilakukan di beberapa site yang sebelumnya mengalami kepadatan trafik
Gambar 4.20 Netpersec test HSDPA
Test HSDPA adalah salah satu ketentuan yang harus dilakukan untuk menetukan bahwa pekerjaan yang dilakukan sedah sesuai atau diharapkan, dengan menggunakan software Total Commander untuk download atau upload data serta Netpersec untuk melihat laju bit, adapun standar dari EID (Ericsson Indonesia) menentukan current minimal 2.4 Mbps, dan test dilakukan selama 15 menit. Gambar 4.20 merupakan test HSDPA, tes ini diambil dari salah satu site yang sebelumnya availability selalu dibawah 100%, setelah upgrade kapasitas bisa dilihat kecepatan selama 00:02:39 menit kecepetan masih stabil 2.9 Mbps dengan kecepetan rata 3.2 Mbps sedangkan kecepatan maksimal adalah 4.1 Mbps, sedangkan pada gambar 4.21 bisa kita lihat pada waktu 00:08:19 kecepatan naik menjadi 3.8Mbps dengan kecepatan rata rata 3.8Mbps dan kecepatan maksimal 4.2 Mbps,
Gambar 4.21 Gambar test HSDPA
Dari gambar 4.20 dan 4.21 test HSDPA ini di ambil dari site 5567G_Bintaro Kesehatan pada sector 2 dengan jarak dari tower sekitar 100 m. Berikut ini lapiran beberapa NodeB yang di melewati Link 1308, dan yang saya tampilkan disini hanyalah internal alarm dan handle trafficnya
a. 0584_Bintaro Kesehatan ID 3G 5672G
b. 1036_Pondok Pinag ID 3G 5120G
Gambar 4.23 Monitoring NodeB 1036
Pada monitor nodeb 1036 termonitor alarm clear traffic/user banyak c. Mang Kabayan Bintaro ID 3G 3431549G
Dari data NodeB 3 site diatas dapat dilihat bahwa alarm nol sedangkan jumlah pemakai pada NodeB lumayan padat, dan laju bit juga saya ambil dari satu site untuk menjadi acuan diharapkan tidak ada lagi customer complain setelah di lakukan upgrade kapasitas serta pencapaian avalability bisa tercapai 100%.
Berikut ini adalah report availability yang termonitor mulai tanggal 25 Mei samapai 27 mei 2014, bisa dilihat terdapat dua nodeB yang avalabelitynya dibawah seratus persen hal ini dikarenakan adanya external alarm high temperature yang menyebabkan nodeB down dan yang satu lagi disebabkan oleh power PLN off, sehingga perangkat tidak mendapat supply power.