• Tidak ada hasil yang ditemukan

CERITA FIKSI DALAM BUKU TEKS BAHASA INDONESIA SMP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "CERITA FIKSI DALAM BUKU TEKS BAHASA INDONESIA SMP"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

) Dini Pangestuning Tyas adalah Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Program Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Universitas Negeri Malang.

2) Roekhan adalah Dosen Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Malang. 2) Ida Lestari adalah Dosen Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Malang.

CERITA FIKSI DALAM BUKU TEKS BAHASA INDONESIA SMP Dini Pangestuning Tyas1)

Roekhan2) Ida Lestari2)

Universitas Negeri Malang, jalan Semarang 5 Malang E-mail: dinipangestu@yahoo.co.id

ABSTRAK: Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan Cerita Fiksi dalam Buku Teks

Bahasa Indonesia SMP. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Data penelitian berupa

kutipan cerita. Sumber data penelitian ini adalah cerpen dan dongeng. Data dikumpulkan dengan teknik dokumentasi. Instrumen yang digunakan berupa tabel pengumpul data dan identifikasi cerita. Hasil (1) tokoh utama sebagian besar rakyat biasa dan penokohan sebagian besar menggunakan teknik dramatik, (2) sebagian besar latarnya menggunakan rumah, (3) sebagian besar alurnya bersifat kronologis, (4) sebagian besar sudut pandangnya menggunakan sudut pandang orang ketiga, (5) sebagian besar temanya adalah sosial dan egoik, (6) kesesuaian cerita fiksi dengan siswa SMP sebagian besar sesuai.

Kata Kunci: cerita fiksi, buku teks bahasa Indonesia SMP

ABSTRACT: Purpose of this research to describe Fiction in Indonesian Text Book of the

Junior High School. This research is qualitative research. Data of the research is story

quotation. Data source are short story and fairy tale. Data is collected by documentation tecnique. Instrument that used are data aggregation tabel and story identification tabel. The result are (1) the main actor a considerable part is ordinary people and the character a considerable part is using dramatyc tecnique, (2) a considerable part of setting uses home, (3) a considerable part of plot is chronological, (4) a considerable part of point of view is third person point of view, (5) a considerable part of theme are social and egoism, and (6) appropriate of fiction with junior high school student a considerable part is suitable.

Keywords: fiction, Indonesian text book of the junior high school

Buku teks dibutuhkan di sekolah sebagai sarana penunjang. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Muslich (2010:24—25), yaitu buku teks atau buku pelajaran dipakai sebagai sarana belajar dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Buku teks yang baik harus disusun dan dirancang dengan baik dan benar sesuai dengan kurikulum yang berlaku, disusun oleh penulis yang ahli dibidangnya, serta disesuaikan dengan keadaan siswa. Suherli (2008) menyatakan bahwa buku teks pelajaran yang digunakan di sekolah-sekolah harus memiliki kebenaran isi, penyajian yang sistematis, penggunaan bahasa dan keterbacaan yang baik, dan grafika yang fungsional. Oleh karena itu, buku teks yang baik harus mempunyai tingkat

keterbacaan yang mudah, menarik, dan sesuai dengan kemampuan penggunanya, dan materi yang disajikan dapat dipahami penggunanya.

Pada pelajaran bahasa Indonesia di sekolah, teks merupakan komponen yang penting, baik itu teks sastra maupun nonsastra. Teks yaitu naskah yang berupa kata-kata asli dari pengarang (Anwar, 2001:498). Jenis bacaan/teks yang kurang beragam dapat mengurangi motivasi siswa dan mengurangi minat mereka dalam belajar sedangkan motivasi dapat tercipta dari ketertarikan siswa terhadap bacaan. Dalam penelitian ini, teks yang diteliti adalah teks sastra yang meliputicerpen dan dongeng, novel tidak diteliti karena berupa kutipan sehingga kurang tepat untuk diteliti.

(2)

Nurgiyantoro (1995:2) menjelaskan prosa dalam pengertian kesastraan juga disebut fiksi (fiction), teks naratif (narrative text) atau wacana naratif (narrative

discourse). Prosa fiksi adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku

tertentu dengan pemeranan latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita

(Aminuddin, 1987:66). Walaupun berupa khayalan, tidak benar jika fiksi dianggap sebagai hasil kerja lamunan belaka, melainkan penghayatan dan perenungan secara intens, perenungan terhadap hakikat hidup dan kehidupan, perenungan yang

dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab (Nurgiyantoro, 1995:3). Lebih lanjut, Dermawan (2001:6—7) menjelaskan bahwa prosa fiksi merupakan karya sastra yang berbentuk prosa. Ciri-ciri fisik prosa anatara lain (1) bentuknya yang bersifat menguraikan, (2) adanya pembagian satuan-satuan makna dalam wujud alinea-alinea, dan (3) penggunaan bahasa yang cenderung longgar (menggambarkan pengertian yang sebenarnya). Karena itu, prosa fiksi juga disebut cerita rekaan. Cerita rekaan adalah rangkaian peristiwa imajinatif yang diperankan oleh pelaku-pelaku cerita dengan latar dan tahapan baru. Seiring dengan hal tersebut, Aminuddin (1987:66) menjelaskan bahwa sebagai salah satu genre sastra, karya fiksi mengandung unsur meliputi (1) pengarang atau narator, (2) isi penciptaan, (3) media penyampaian isi berupa bahasa, (4) elemen-elemen fiksional atau unsur-unsur intrinsik yang membangun karya fiksi itu sendiri sehingga menjadi suatu wacana. Jadi, dapat disimpulkan bahwa cerita fiksi adalah cerita yang memiliki alur dan latar dari hasil imajinasi pengarang sehingga menghasilkan sebuah ciri khas cerita. Cerita tersebut berasal dari hasil renungan pengarang serta memiliki unsur-unsur tertentu.

Berdasarkan hal tersebut, teks merupakan komponen yang penting. Namun, belum ada penelitian yang mengaji teks dalam buku teks bahasa Indonesia SMP. Teks yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cerita fiksi (cerpen dan dongeng). Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan (1) tokoh dan penokohan, (2) latar, (3) alur, (4) sudut pandang, (5) tema cerita fiksi dalam buku teks bahasa Indonesia SMP, dan (6) kesesuaian cerita fiksi dengan siswa yang mempelajarinya.

METODE

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Cerita Fiksi dalam Buku Teks

Bahasa Indonesia SMP. Fokus masalah penelitian ini, yaitu tema, tokoh dan

penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan kesesuaian cerita fiksi dengan

penggunanya. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Data penelitian ini adalah paparan kalimat yang berupa kutipan cerita. Sumber data penelitian ini adalah cerpen dan dongeng yang terdapat dalam buku teks bahasa Indonesia SMP kelas VII, VIII, dan IX. Buku yang dipilih, yaitu buku teks terbitan Erlangga dan Pusat Perbukuan

Depdiknas. Buku tersebut dipilih karena banyaknya pemakai dan disusun

berdasarkan kurikulum 2006. Data dikumpulkan menggunakan teknik dokumentasi. Instrumen yang digunakan berupa tabel pengumpul data dan untuk mengenali cerita fiksi,digunakan tabel identifikasi cerita. Tahapan pengumpulan data meliputi: (1) pencarian sumber data yang berupa buku teks bahasa Indonesia SMP, (2)

pengidentifikasian data yang telah ditemukan, dan (3) pemberian kode pada data yang ditentukan.

(3)

Tahapan analisis data meliputi (1) menganalisis tokoh utama terlebih dahulu untuk menemukan karakteristik tokoh berdasarkan segi fisik, sosial, dan psikologis, (2) menganalisis sudut pandang dilakukan setelah tokoh karena dapat dengan mudah diketahui sudut pandangnya setelah mengetahui tokohnya, (3) menganalisis

penokohan tokoh dilakukan setelah menganalisis tokoh untuk mengetahui pengarang cenderung menggunakan teknik dramatik atau analitik, (4) menganalisis latar pada cerita untuk mengetahui latar tempat dan waktu pada cerita tersebut, (5) menganalisis alur cerita dilakukan setelah mengetahui tokoh, penokohan, dan latar karena untuk mengetahui kejadian dalam cerita tersebut kronologis atau tidak, (6) karakteristik unsur intrinsik yang terakhir adalah tema, dilakukan di bagian akhir karena setelah membaca secara keseluruhan cerita, maka dapat dengan mudah diketahui tema cerita fiksi dalam buku teks bahasa Indonesia, (7) menganalisis kesesuaian cerita fiksi dengan penggunanya dilakukan setelah menganalisis keseluruhan karakteristik cerita fiksi karena agar mengetahui cerita fiksi tersebut sesuai atau tidak. Pengecekan keabsahan data pada penelitian ini dengan tiga cara, yaitu (1) ketekunan pengamatan, (2) kecukupan referensial, dan (3) diskusi kesejawatan.

HASIL

Pertama, ditemukan bahwa tokoh utamanya 87,5% adalah rakyat biasa.

Menurut Anwar (2001:343) pengertian rakyat biasa adalah (1) orang kebanyakan, (2) bukan bangsawan, dan (3) bukan hartawan. Hal tersebut ditunjukkan bahwa tokoh utama dalam cerita fiksi, terdiri atas ibu rumah tangga, pedagang, pegawai, dan anak sekolah.

Kedua, penokohan dalam cerita fiksi 100% menggunakan teknik dramatik

dan 62,5% menggunakan teknik analitik. Jadi, yang lebih dominan adalah teknik dramatik. Teknik dramatik yang digunakan ada enam, yaitu (1) pelukiskan keadaan tempat tinggalnya, (2) cara berbicaranya, (3) sikap dan perilaku tokoh dalam menanggapi kejadian atau peristiwa, (4) pengakuan dan keluhan dirinya sendiri, (5) tanggapan tokoh tersebut terhadap tokoh-tokoh lain, dan (6) perbincangan tokoh tersebut dengan tokoh-tokoh lain.

Ketiga, alur dalam cerita fiksi 100% beralur lurus. Jadi, rangkaian

peristiwanya bersifat kronologis. Alur tersebut pun berurutan mulai tahap eksposisi hingga tahap penyelesaian. Ceritanya pun tidak serumit cerita orang dewasa. Artinya, cerita yang disajikan tidak berbelit-belit. Peristiwa-peristiwa yang dirangkaikan pun sangat mudah untuk diikuti oleh pembaca (remaja SMP).

Keempat, sudut pandang yang digunakan pengarang 87,5% sudut pandang

orang ketiga. Penggunaan sudut pandang tersebut pengarang tidak hanya sebagai pengamat, namun pengarang benar-benar berada dalam cerita tersebut. Jadi, dalam cerita tersebut pengarang mengetahui gerak-gerik tokoh, suara hati tokoh, dan motivasi yang melatarbelakangi tokoh untuk melakukan suatu hal.

Kelima, tema cerita fiksi dalam buku teks bahasa Indonesia SMP ditemukan

tema sosial dan egoik yang sebanding. Maksudnya, tema sosial ditemukan 50% dan tema egoik 50%. Tema sosial didasarkan pada manusia sebagai makhluk sosial. Tema egoik didasarkan pada manusia sebagai individu. Masalah individualitas itu antara lain berupa masalah egoisitas, martabat, harga diri, dan sikap manusia tertentu lainnya yang pada umumnya lebih bersifat batin dan dirasakan oleh yang

(4)

Keenam, sebagian besar cerita fiksi dalam buku teks bahasa Indoensia sesuai

dengan penggunanya. Hal tersebut dikarenakan cerita fiksi tersebut sesuai dengan indikator kesesuaian cerita fiksi dengan penggunanya. Sebagian besar yang terdapat dalam buku teks bahasa Indonesia SMP menggambarkan sikap remaja yang mudah emosi. Kesesuaian cerpen dan dongeng dengan latar cerita fiksi tersebut sesuai karena dilihat dari latar tempat dapat dikenal oleh penggunanya. Begitu juga pada latar waktu, latar waktu cerpen sesuai karena cocok dengan kondisi sekarang dan sesuai dengan latar waktu yang ada di Indonesia. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ditemukan 37,5% latar tempat dalam cerita fiksi sebagian besar adalah di rumah.

PEMBAHASAN

Tokoh Cerpen dan Dongeng dalam Buku Teks Bahasa Indonesia SMP

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap cerita fiksi ditemukan bahwa tokoh utamanya 87,5% adalah rakyat biasa. Menurut Anwar (2001:343) pengertian rakyat biasa adalah (1) orang kebanyakan, (2) bukan bangsawan, dan (3) bukan hartawan. Hal tersebut ditunjukkan bahwa tokoh utama dalam cerita fiksi, terdiri atas ibu rumah tangga, pedagang, dan buruh.

Pengarang memilih tokoh utama yang berupa rakyat biasa karena tokoh tersebut mudah dipahami dan bermanfaat bagi siswa. Maksudnya, siswa memahami latar belakang budaya dan manfaatnya dalam mempelajari sastra. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Rahmanto (1989:31) yang menyatakan bahwa siswa akan mudah tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang yang erat hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka, terutama bila karya sastra itu

menghadirkan tokoh yang berasal dari lingkungan mereka dan mempunyai kesamaan dengan mereka atau orang-orang di sekitar mereka.

Lebih lanjut, Rahmanto (1989:31) menjelaskan bahwa terdapat siswa yang membaca karya sastra yang tokohnya seorang bangsawan dan pembicaraanya mengenai kegemaran yang asing bagi siswa, sehingga menimbulkan keengganan belajar sastra karena siswa tidak menemukan kegunaannya membaca karya sastra tersebut. Oleh sebab itu, pengarang menggunakan rakyat biasa sebagai tokoh utama karena dapat membuat siswa peka terhadap orang sekitar, budaya, dan lingkungan mereka. Selain itu, mereka mampu memahami tokoh-tokoh tersebut karena dekat dengan kehidupan mereka.

Penokohan Cerpen dan Dongeng

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penokohan dalam cerita fiksi, 100% menggunakan teknik dramatik dan dan 62,5% menggunakan teknik analitik. Jadi, yang lebih dominan adalah teknik dramatik. Pengarang menggunakan cara ini dengan pertimbangan, yaitu melatih berpikir, kepekaan emosi, dan melatih

kemahiran berbahasa. Maksudnya, penokohan yang digambarkan secara tidak langsung tersebut mampu membelajarkan siswa dengan melatih kemahiran berbahasa dan ketajaman emosi melalui karakter tokoh yang terdapat dalam buku teks bahasa Indonesia SMP.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Roekhan (1994:80) bahwa bahasa teks sastra berciri konotatif atau kiasan dilihat dari aspek semantis yang dikandungnya, bersifat informal bila dilihat dari ragam bahasanya, banyak mengandung majas, dan menonjolkan ciri wacana narasi dan deskripsi bila dilihat dari representasi

(5)

wacananya, kosa kata dan strukturnya menampakkan ciri kosa kata dan struktur bahasa informal. Itu sebabnya pengarang menyampaikan pesan secara tidak langsung atau terselubung.

Pengajaran bahasa Indonesia tidak hanya dimaksudkan untuk menumbuhkembangkan kemampuan berkomunikasi anak didik tetapi juga menumbuhkembangkan kemampuan berpikir dan bernalar, daya imajinasi, daya kreasi, kepekaan emosi, dan memperluas wawasan anak. Daya nalar

ditumbuhkembangkan melalui pemahaman dan penghayatan penalaran yang digunakan para tokoh dalam menhadapi dan memecahkan permasalahan yang

mereka hadapi. Kepekaan emosi ditumbuhkembangkan melalui melalui penghayatan karakter tokoh, dan peristiwa-peristiwa kehidupan yang disajikan pengarang.

Latar Cerita Fiksi dalam Buku Teks Bahasa Indonesia SMP

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ditemukan 37,5% latar tempat dalam cerita fiksi sebagian besar di rumah. Pemilihan latar tempat tersebut tepat karena paling dekat dengan kehidupan anak. Rahmanto (1989:31) menyatakan

bahwa siswa akan mudah tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang yang erat hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka, terutama bila karya sastra itu menghadirkan tokoh yang berasal dari lingkungan mereka dan mempunyai kesamaan dengan mereka atau orang-orang di sekitar mereka. Begitu juga dengan, Rahmanto (1989:31) menjelaskan bahwa ada siswa yang mempelajari karya sastra dengan latar belakang budaya yang tidak dikenalnya. Mereka membaca karya sastra dengan latar budaya asing dengan tokoh bangsawan yang pembicaraanya berkitar kegemaran yang asing bagi siswa yang membacanya sehingga menimbulkan keengganan belajar sastra karena tidak menemukan kegunaannya. Oleh sebab itu, situasi ini menggambarkan bahwa betapa pentingnya karya sastra dengan latar budaya sendiri yang dikenal oleh siswa.

Alur Cerita Fiksi dalam Buku Teks Bahasa Indonesia SMP

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ditemukan 100% alur dalam cerita fiksi beralur lurus. Jadi, rangkaian peristiwanya bersifat kronologis. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sarumpaet (1976:31) bahwa kemampuan siswa untuk membedakan peristiwa yang satu dengan yang lainnya dan kehadiran para tokoh berkaitan dengan peristiwa pada umumnya belum dapat diandalkan. Karena itu, dalam menjalin peristiwa harus diperhatikan faktor kejelasan penyebabnya. Alur tidak hanya dinamis dan hidup, tetapi harus dilandaskan pada penyebab yang jelas.

Sudut Pandang Cerita Fiksi dalam Buku Teks Bahasa Indonesia SMP

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, sudut pandang yang digunakan pengarang 87,5% sudut pandang orang ketiga. Penggunaan sudut pandang tersebut karena membantu siswa bernalar. Maksudnya, berpikir logis untuk memahami posisi pengarang dalam cerita fiksi tersebut. Lebih jelasnya, hal tersebut dijelaskan

Rahmanto (1989:20) yang menyatakan bahwa proses berpikir logis banyak ditentukan oleh ketepatan pengertian dan ketepatan interpretasi kebahasaan. Jadi, siswa harus dapat menyimpulkan penggunaan sudut pandang orang ketiga tersebut secara tepat.

(6)

Tema Cerita Fiksi dalam Buku Teks Bahasa Indonesia SMP

Berdasarkan analisis cerita fiksi ditemukan tema sosial dan egoik yang sebanding. Maksudnya, tema sosial ditemukan 50% dan tema egoik 50%. Tema tersebut banyak ditemukan karena tema itu memang sesuai dengan penggunanya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sarumpaet (1976:30) yang menyatakan bahwa tema yang sesuai bagi anak adalah tema yang menyajikan masalah-masalah yang sesuai dengan alam hidup anak-anak. Sumber-sumber yang dapat diambil untuk menggali tema yang sesuai antara lain kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan dunia anak.

Kesesuaian Cerita Fiksi dalam Buku Teks Bahasa Indonesia SMP dengan Penggunanya

Kesesuaian cerita fiksi dalam buku teks bahasa Indonesia SMP dengan aspek karakterisitik psikologi remaja sebagian besar sesuai dengan penggunanya. Hal tersebut dikarenakan cerita fiksi tersebut sesuai dengan indikator kesesuaian cerita fiksi dengan penggunanya. Sebagian besar yang terdapat dalam buku teks bahasa Indonesia SMP menggambarkan sikap remaja yang mudah emosi. Remaja dalam menghadapi sesuatu lebih mendahulukan emosinya dari pada solusinya. Hal tersebut sesuai dengan penyataan Mappiare (1982:34) yang berpendapat bahwa kemampuan berpikir remaja lebih dikuasai oleh emosionalitasnya sehingga kurang mampu mengadakan kesepakatan dengan pendapat orang lain yang bertentangan dengan pendapatnya. Jadi, pengarang menyesuaikan dengan kebiasaan anak.

Sama halnya dengan kesesuaian cerpen dan dongeng dengan latar bahwa cerita fiksi tersebut sesuai karena dilihat dari latar tempat dapat dikenal oleh

penggunanya. Begitu juga pada latar waktu, latar waktu cerpen sesuai karena cocok dengan kondisi sekarang dan sesuai dengan latar waktu yang ada di Indonesia. Hal tersebut karena siswa yang mempelajari karya sastra dengan latar belakang budaya yang tidak dikenalnya. Mereka membaca karya sastra dengan latar budaya asing dengan tokoh bangsawan yang pembicaraanya berkitar kegemaran yang asing bagi siswa yang membacanya sehingga menimbulkan keengganan belajar sastra karena tidak menemukan kegunaannya (Rahmanto, 1989:31). Selain itu dalam kurikulum terdapat kompetensi dasar yang berhubungan dengan latar cerpen dan dongeng, yaitu (1) KD 14.2 menjelaskan hubungan latar cerpen dengan realitas sosial (aspek

berbicara/VII/2) dan (2) KD 5.2 menunjukkan relevansi isi dongeng dengan situasi sekarang (aspek mendengarkan/VII/1). Hal tersebut menunjukkan bahwa latar sesuai dengan penggunanya.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan paparan data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan, yaitu (1) tokoh utama dalam cerita fiksi sebagian besar adalah rakyat biasa dan penokohan dalam cerita fiksi sebagian besar menggunakan teknik dramatik, (2) latar cerpen dan dongeng sebagian besar menggunakan rumah, (3) alur cerita fiksi dalam buku teks bahasa Indonesia SMP sebagian besar bersifat kronologis, (4) sudut pandang yang digunakan pengarang dalam cerita fiksi sebagian besar menggunakan sudut pandang orang ketiga, (5) tema yang ditemukan sebagian besar tema sosial dan egoik, (6) kesesuaian cerita fiksi dalam buku teks bahasa Indonesia SMP dengan aspek

(7)

psikologi siswa SMP dan latar (tempat dan waktu), sebagian besar sesuai dengan siswa.

Saran

Berdasarkan simpulan di atas, maka adapun saran yang diajukan ke beberapa pihak, yaitu (1) siswa dianjurkan untuk lebih meningkatkan kegemaran membaca karya sastra karena melalui karya sastra, wawasan pengetahuan bisa bertambah, (2) guru agar memanfaatkan hasil penelitian ini untuk mengetahui dan memahami karakteristik cerita fiksi dalam buku teks bahasa Indonesia SMP serta dapat memilih teks sastra yang sesuai untuk siswa, dan (3) peneliti selanjutnya agar dapat

memanfaatkan penelitian ini sebagai masukan untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan cerita fiksi dalam buku teks bahasa Indonesia.

DAFTAR RUJUKAN

Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru. Anwar, D. 2001. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Abdi Tama. Dermawan, T. 2001. Apresiasi Prosa Fiksi. Malang: Departemen Pendidikan

Nasional Universitas Negeri Malang Fakultas Sastra Jurusan Sastra Indonesia.

Mappiare, A. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Mandiri.

Muslich, M. 2010. Text Book Writing: Dasar-Dasar Pemahaman Penulisan, dan

Pemakaian Buku Teks. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Nurgiyantoro, B. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Rahmanto, B. 1989. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Roekhan. 1994. Aplikasi Pemanfaatan Kemampuan Apresiasi Sastra sebagai Landas Tumpu Pengembangan Kemampuan Berbahasa Indonesia. Jurnal Vokal:

Telaah Bahasa dan Sastra, 1 (V): 80—81.

Sarumpaet, R.K.T. 1975. Bacaan Anak-anak: Suatu Penyelidikan Pendahuluan ke

dalam Hakikat, Sifat, dan Corak Bacaan Anak-anak serta Minat Anak pada Bacaannya. Jakarta: Pustaka Jaya.

Suherli, K. 2008. Keterbacaan Buku Teks,(Online),

(http://suherlicentre.blogspot.com/2008/07/keterbacaan-buku-teks-pelajaran.html), diakses 1 Oktober 2011.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka mengantisipasi perubahan kebijakan akibat dinamika perkembangan yang terjadi dan untuk memberikan ruang bagi Kepala Daerah dalam menangani masalah tersebut,

Faktor- faktor yang berpengaruh terhadap angka kebuntingan setelah dilakukan sinkronisasi estrus di Kabupaten Lampung Tengah adalah jumlah pemberian hijauan yang

Sejalan dengan hal ini, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : Mengetahui kualitas Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTW) di Air Tejun

This means MELSB scheme (embedding and extracting process) takes more time be processed. Latency also affected by speech data retrieval process from microphone

Throughput and delay performance depends on the number of nodes in the network with the initial value of contention window.. If the number of nodes increase, the

Doktora 1999-2003 Tez Adı: Beyin Damar Hastalığı Olan Hastalarda Baş Yüksekliğinin Ve Trakeal Aspirasyonun Beyin Kan Akımına Etkisi (2003) Tez Danısmanı:(Huriye Vural)

Program pensiun iuran pasti adalah program pensiun dimana Perusahaan akan membayar iuran tetap kepada sebuah entitas yang terpisah (Dana Pensiun Astra Dua) dan tidak memiliki

Menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul “ Kemampuan Probiotik dan Potensi Bakteriosin Bakteri Asam Laktat yang Diisolasi dari Fermentasi Acar Rebung Bambu