• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN YOUTUBE DONGENG KITA DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK CERITA LEGENDA PADA SISWA KELAS VII SMP ISLAMIYAH CIPUTAT TAHUN PELAJARAN 2019/2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGGUNAAN YOUTUBE DONGENG KITA DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK CERITA LEGENDA PADA SISWA KELAS VII SMP ISLAMIYAH CIPUTAT TAHUN PELAJARAN 2019/2020"

Copied!
229
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN PELAJARAN 2019/2020

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh:

Dwi Rosyiana Hanifah NIM 11160130000063

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020

(2)

i

LEMBAR PENGESAHAN

PENGGUNAAN YOUTUBE ‘DONGENG KITA’

DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK CERITA LEGENDA PADA SISWA KELAS VII SMP ISLAMIYAH CIPUTAT

TAHUN PELAJARAN 2019/2020 SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh

Dwi Rosyiana Hanifah NIM 11160130000063

Menyetujui, Pembimbing

Nur Syamsiyah, M.Pd.

NIP. 198310212015032002

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv ABSTRAK

DWI ROSYIANA HANIFAH, NIM 11160130000063. Penggunaan Youtube

‘Dongeng Kita’ dalam Pembelajaran Menyimak Cerita Legenda Pada Siswa Kelas VII SMP Islamiyah Ciputat Tahun Pelajaran 2019/2020. Skripsi jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan hasil penggunaan youtube Dongeng Kita dalam pembelajaran menyimak cerita legenda pada siswa.

Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2020 di SMP Islamiyah Ciputat. Subjek penelitian ini yaitu kelas VII.1. Metode penelitian yang digunakan adalah deskripsi kualitatif, dan instrumen yang digunakan adalah berupa tes (soal esai), dan berupa wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil analisis data yang didapat, keterampilan menyimak pada siswa kelas VII.1 mengalami peningkatan. Hasil tes atau nilai rata-rata kelas pada tahap satu, yaitu sebelum menggunakan youtube Dongeng Kita adalah 73,2 dan meningkat setelah siswa melakukan tes tahap dua yaitu dengan menggunakan youtube Dongeng Kita, hasil yang didapat adalah 80,2.

Hasil wawancara terhadap penggunaan youtube Dongeng Kita menunjukan bahwa pembelajaran tersebut menyenangkan, mudah dipahami dan sangat efektif untuk digunakan dalam pembelajaran menyimak dongeng berjenis legenda. Berarti terbukti bahwa penggunaan youtube Dongeng Kita sangat berpengaruh dalam meningkatkan keterampilan menyimak dongeng berjenis legenda pada siswa kelas VII.1 SMP Islamiyah Ciputat.

Kata Kunci: youtube Dongeng Kita, keterampilan menyimak, cerita legenda.

(6)

v ABSTRACT

DWI ROSYIANA HANIFAH, NIM 11160130000063. The Use of Dongeng Kita’s youtube in the Learning of Listening to Legend On Student of VII Class in SMP Islamiyah Ciputat. Indonesian Language and Literature Education. Faculty Of Tarbiyah and Teacher Training. State Islamic University Of Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.

This research aims to show the results of using the Dongeng Kita‟s youtube in learning to listen legend story on students. The research was conducted in March 2020 at SMP Islamiyah Ciputat. The subject of this research is class VII.1. The research method used is a qualitative description, and the instruments used are tests (essay), and in the form of interviews, observation, and documentation.

Based on the results of the data analysis, skill of listening to students of VII.1 Class was increased. Test result or averange value of class at the one phase, before applying Dongeng Kita‟s youtube are 73,2 and increased once a students doing test by applying Dongeng Kita‟s youtube at the phase two, the result obtained are 80,2.

The results of the interview regarding the use of the Dongeng Kita‟

youtube are showed if the study be a fun, easy to understand, and very effective to apply in learning to listen tales of various types of legends. It‟s mean that the use Dongeng Kita‟s youtube very influential to increase listening ability of fairy tales legends on student of VII.1 class in SMP Islamiyah Ciputat.

Keyword: Dongeng Kita‟s youtube, listening skill, fairy tales legends.

(7)

vi

KATA PENGANTAR Assalamu‟alaikum Wr. Wb.

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penggunaan youtube „Dongeng Kita‟ dalam Pembelajaran Menyimak Cerita Legenda Pada Siswa Kelas VII SMP Islamiyah Ciputat Tahun Pelajaran 2019/2020”. Solawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, kepada keluarga dan para sahabatnya, serta kita semua selaku umatnya.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Secara khusus, terima kasih tersebut disampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

Secara khusus, terima kasih tersebut disampaikan kepada:

1. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Makyun Subuki, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Novi Diah Haryanti, M.Hum, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Nur Syamsiyah, M.Pd., selaku dosen pembimbing skrispi yang telah memberikan bimbingan, saran, dan pengarahan kepada penulis selama proses pembuatan skripsi ini.

5. Dr. Hindun, M.Pd, selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan saran dan arahan untuk melakukan perbaikan.

6. Dra. Mahmudah Fitriyah, M.Pd., selaku dosen penasehat akademik dan dosen penguji skripsi yang telah memberikan saran dan arahan untuk melakukan perbaikan.

7. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pemahaman selama proses perkuliahan.

8. Sarmuji, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMP Islamiyah Ciputat yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

9. Lisa Purnama Sari, S.Pd., selaku Guru Bidang Studi bahasa Indonesia yang telah memberikan dukungan dan saran kepada penulis selama penelitian berlangsung.

10. Kedua orang tua tersayang. AyahandAbdul Rosyid dan Ibunda Warfuah yang tidak pernah lelah memberi dukungan, do‟a, semangat, serta cinta dan kasih sayangnya kepada penulis tanpa henti.

11. Alm. Kakaku tersayang, Terima kasih telah menemani hari-hari penulis di masa kecil.

(8)

vii

12. Adik-adikku, Achmad Shidqi Rosyadi, Achmad Farhan Rosyadi dan Shafa Rosyiana Fauzia yang telah menjadi pelipur lara ketika penulis mulai jenuh.

13. Muhamad Febyansyah, yang selalu mendoakan, memberi semangat selama penulis menjalani perkuliahan dan skripsi.

14. Keluarga Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang senantiasa saling memberikan pembelajaran dan pengalaman yang berarti.

15. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang sudah membantu penulis berproses dan berorganisasi di lingkungan kampus.

16. Sahabat-sahabatku, Nur Faidah Mahmudah, Bunga Dinda Larasati, Wahyuningsih, Bilqis Salsabila, Siti Salhani, Widya Astiti, Indri Dwi, Zaskia, Fitria Khaerunisa, Bunga Bestari yang telah menjadi penghibur penulis selama perkuliahan.

17. Sepupuku, Alivia Utami Husein, Nina Wulandari, Dina Mustika Sari yang menemani penulis saat skripsi di rumah.

18. KKN SPATU yang menjadi teman hidup selama di Tangerang

19. Sahabat-sahabatku “Brojule” yang telah mewarnai hari-hari penulis selama perkuliahan.

20. Teman-teman PBSI Angkatan 2016 yang tidak dapat disebutkan satu- persatu, semoga Allah membalas kebaikan kalian semua, Aamiin.

Terakhir, semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menambah khazanah keilmuan bagi siapa pun yang membacanya.

Semoga Allah membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Aamiin Ya Rabbal‟alamiin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.

Jakarta, 30 November 2020 Dwi Rosyiana Hanifah

(9)

viii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... ii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORETIS ... 7

A. Hakikat Media Pembelajaran ... 7

1. Pengertian Media Pembelajaran ... 7

2. Jenis-jenis Media Pembelajaran ... 9

3. Manfaat Media Pembelajaran ... 11

B. Hakikat Dongeng ... 14

1. Pengertian Dongeng ... 14

2. Pengertian Legenda ... 14

3. Unsur Intrinsik ... 15

C. Hakikat Menyimak ... 19

1. Pengertian Menyimak ... 19

2. Keterampilan Menyimak ... 21

3. Tujuan Menyimak ... 23

D. Hasil Penelitian Relevan ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 28

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

B. Metode Penelitian... 28

(10)

ix

C. Subjek Penelitian ... 30

D. Instrumen Penelitian... 30

E. Teknik Pengumpulan Data ... 30

F. Teknik Analisis Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Profil Sekolah ... 36

1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Islamiyah Ciputat ... 36

2. Visi,Misi dan Tujuan ... 37

3. Guru dan Kependidikan ... 38

B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 38

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 39

1. Pengamatan Proses Belajar Mengajar di Kelas VII-1 ... 39

2. Hasil Wawancara ... 111

3. Hasil Tes Siswa Kelas VII-1 SMP Islamiyah Ciputat ... 121

4. Data Studi Dokumentasi ... 124

5. Deskripsi Temuan Penelitian ... 126

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 127

A. Simpulan ... 127

B. Saran ... 127

DAFTAR PUSTAKA ... 129

RIWAYAT PENULIS ... 223

(11)

x

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 4. 1 Kegiatan Materi Cerita Legenda... 125 GAMBAR 4. 2 Kegiatan Menganalisis Unsur Intrinsik Teks Cerita Legenda ... 125 GAMBAR 4. 3 Kegiatan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerita Legenda... 126

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Kategori Nilai Siswa dalam Keterampilan Menyimak ... 32

Tabel 3. 2 Penilaian Keterampilan Menyimak ... 32

Tabel 3. 3 Kategori Nilai Pembelajaran Menyimak Cerita Legenda ... 33

Tabel 4. 1 Analisis Data Peserta Didik 1 ... 41

Tabel 4. 2 Analisis Data Peserta Didik 2 ... 44

Tabel 4. 3 Analisis Data Peserta Didik 3 ... 47

Tabel 4. 4 Analisis Data Peserta Didik 4 ... 50

Tabel 4. 5 Analisis Data Peserta Didik 5 ... 53

Tabel 4. 6 Analisis Data Peserta Didik 6 ... 56

Tabel 4. 7 Analisis Data Peserta Didik 7 ... 59

Tabel 4. 8 Analisis Data Peserta Didik 8 ... 62

Tabel 4. 9 Analisis Data Peserta Didik 9 ... 65

Tabel 4. 10 Analisis Data Peserta Didik 10 ... 68

Tabel 4. 11 Analisis Data Peserta Didik 11 ... 71

Tabel 4. 12 Analisis Data Peserta Didik 12 ... 74

Tabel 4. 13 Analisis Data Peserta Didik 13 ... 77

Tabel 4. 14 Analisis Data Peserta Didik 14 ... 80

Tabel 4. 15 Analisis Data Peserta Didik 15 ... 83

Tabel 4. 16 Analisis Data Peserta Didik 16 ... 86

Tabel 4. 17 Analisis Data Peserta Didik 17 ... 89

Tabel 4. 18 Analisis Data Peserta Didik 18 ... 93

Tabel 4. 19 Analisis Data Peserta Didik 19 ... 96

Tabel 4. 20 Analisis Data Peserta Didik 20 ... 99

Tabel 4. 21 Analisis Data Peserta Didik 21 ... 102

Tabel 4. 22 Analisis Data Peserta Didik 22 ... 106

Tabel 4. 23 Analisis Data Peserta Didik 23 ... 109

(13)

xii

Tabel 4. 24 Hasil Tes Menyimak Cerita Legenda... 122 Tabel 4. 25 Jumlah Pencapaian Nilai Menyimak Cerita Legenda ... 123 Tabel 4. 26 Kategori Nilai Pembelajaran Menyimak Cerita Legenda ... 124

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Lembar Uji Referensi

Lampiran 2 : Surat Bimbingan Skripsi Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 4 : Surat Pernyataan Penelitian dari Sekolah Lampiran 5 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Lampiran 6 : Hasil Wawancara Guru dan Peserta Didik Lampiran 7 : Sumber Cerita Legenda

Lampiran 8 : Instrumen Test Lampiran 9 : Lembar Kerja Siswa

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan ini tidak terlepas oleh kegiatan sosial, terdapat manusia yang sama-sama menjalani aktivitasnya masing-masing. Walaupun demikian mereka tetap menjalin interaksi. Bahasa adalah alat yang digunakan manusia untuk bertukar informasi. Interaksi sangat erat berhubungannya dengan keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa merupakan aspek yang dapat membantu seseorang untuk bisa bertukar informasi dengan baik. Ketererampilan berbahasa memiliki empat komponen, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis.

Keterampilan menyimak dan berbicara merupakan keterampilan yang lebih dahulu ada di antara keterampilan bahasa lainnya.

Keterampilan menyimak dan berbicara telah digunakan manusia sebagai alat komunikasi sebelum ia mengenal tulisan. Selain keterampilan menyimak dan berbicara, ada dua keterampilan lainnya, yaitu keterampilan membaca dan menulis diperoleh ketika seseorang sudah mulai pendidikannya di sekolah.

Sekolah merupakan tempat seseorang memperoleh ilmu dengan belajar. Belajar yaitu sebuah proses untuk mengubah diri seseorang menjadi tahu. Dalam proses belajar membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan dilakukan secara bertahap. Proses belajar pertama kali diterima anak pada saat proses belajar yang dilakukan di rumah yaitu saat berada di lingkungan keluarga, karena keluarga merupakan tempat utama yang diterima si anak. Contohnya proses belajar berbicara.

Bahasa pertama kali yang diterima anak adalah bahasa ibunya.

Pada proses ini seorang anak akan mulai menyimak lalu menirukan bunyi- bunyi sederhana seperti “Ma” atau “Ya” dan sebagainya. Ketika anak sudah mulai sekolah ia akan mengenali keterampilan berbahasa lainnya,

(16)

yaitu membaca dan menulis. keterampilan ini merupakan urutan yang sistematis. Pada lingkungan keluarga, anak belajar menyimak dan berbicara, dan ketika ia sudah sekolah ia akan memperoleh keterampilan membaca dan menulis.

Anak merupakan titipan dari Allah SWT dan merupakan hasil cinta dari kedua orang tuanya dan merupakan kebanggaan. Selama masa perkembangan, orang tua selalu menantikan setiap tahap perkembangan anaknya. Bahkan, setiap hal yang menunjukkan perkembangan selalu dicatat dan diabadikan, fungsinya agar ketika ia kelak dewasa, anak itu akan melihat dirinya sendiri ketika ia kecil. Begitu hebatnya orangtua dalam memperhatikan pertumbuhan si anak.

Banyak sekali upaya yang dilakukan orangtua untuk membuat anaknya sukses serta bermanfaat bagi lingkungannya, dan terutama bagi orangtuanya. Orang tua akan senang jika anaknya berprestasi. Doa dan harapan selalu dipanjatkan untuk anaknya agar kelak nanti buah hatinya menjadi anak yang berguna bagi banyak orang.

Di dunia pendidikan seperti sekolah-sekolah atau madrasah- madrasah, sama-sama saling bekerja keras untuk mencetak generasi muda yang berprestasi. Untuk mencapai hasil yang optimal, dibutuhkan kerja keras pihak yang terlibat, seperti sekolah, guru, dan berbagai pihak yang ada di sekolah, bahkan siswa yang bersangkutan juga ikut andil. Ketika kerja sama terintegrasi, tidak menutup kemungkinan sekolah tersebut akan maju dan melahirkan generasi-generasi yang cemerlang.

Tujuan seorang anak untuk didaftarkan sekolah, agar anak bisa menuntut ilmu dan menjadi pribadi yang berpengetahuan. Ketika anak terbiasa hidup dengan ilmu berarti anak tersebut telah memperoleh ilmu pengetahuan. Anak yang berilmu serta menerapkannya ke dalam kehidupan sehari-harinya, maka secara tidak langsung ia telah mengalami suatu proses menjadi manusia yang lebih baik. Sekolah memiliki peran penting dalam mengolah , membimbing serta mendidik manusia menjadi manusia yang seutuhnya.

(17)

Dalam proses pembelajaran, banyak upaya yang telah dilakukan seorang guru dalam menyampaikan ilmu pengetahuan. Pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif serta menyenangkan akan membuat proses belajar menjadi lebih menarik. Pembelajaran tidak hanya berpacu pada salah satu buku atau hanya dengan buka buku, akan tetapi dapat dikombinasikan dengan cerita-cerita atau hal-hal yang sedang terjadi dan yang sedang ramai diperbincangkan agar anak tidak jenuh saat belajar di kelas.

Sejauh ini, masih banyak guru yang menyampaikan pengajarannya secara lisan, dan anak cenderung hanya mendengarkan. Penggunaan cara seperti itu, pelajaran yang disampaikan pun akan sulit dimengerti oleh peserta didik. Contoh pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran cerita. Cerita merupakan sarana untuk menyampaikan sebuah pesan melalui kumpulan penataan yang baik yang bermaksud agar pesan menjadi lebih mudah dipahami dan memberikan hasil yang lebih banyak dan tepat pada sasaran.

Di zaman teknologi yang pesat saat ini, pemanfaatan media sangat penting digunakan sebagai penunjang proses pembelajaran. Media juga sebagai alat bantu komunikasi. Sekarang ini sudah banyak media yang diterapkan oleh sekolah dalam penunjang proses pembelajaran, baik berupa media audio, visual, dan audio visual. Media dalam proses pembelajaran menunjang pemahaman bagi siswa dalam menerima materi yang diajarkan.

Para guru dituntut agar dapat menggunakan media yang dapat disediakan di sekolah, dan tidak menutup kemungkinan bahwa alat atau media tersebut cocok dengan perkembangan zaman pada saat ini yang terus berkembang. Seorang Guru dapat menggunakan media yang sederhana jika media yang rumit belum bisa diterapkan tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan.

Media memberikan kemudahan bagi orang yang menggunakannya.

Di samping menggunakan media, guru pun dituntut agar mengembangkan keterampilan untuk membuat media pembelajaran yang

(18)

dapat digunakannya apabila media tersebut belum tersedia. Salah satu fungsi dari adanya media di dalam dunia pembelajaran, membuat proses pembelajaran menjadi mudah, dan guru semakin terbantu dalam menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik.

Peningkatan interpretasi pemahaman anak terhadap cerita, guru dapat memanfaatkan salah satu media pembelajaran, yaitu media audio visual. Media audio visual yaitu perpaduan antara media audio dan visual.

Hasil yang diperoleh dari media ini yaitu, keluaran dari tampilannya berbentuk sesuatu yang dapat didengar pun dilihat, sehingga anak menjadi terbantu dan memahami sebuah cerita.

Media audio visual sebagai penunjang dalam menampilkan cerita membawa dampak baik untuk anak. Media audio visual yang dihasilkan bisa diputar dalam bentuk kaset, film atau video dari youtube yang memunculkan suara yang didengar dan dapat dilihat juga oleh anak.

Dengan demikian, anak akan lebih mudah memahami cerita, mengambil nilai yang terkandung di dalamnya dan kemudian bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Metode ini turut membantu dalam proses pembelajaran. Pemanfaat media belajar dalam proses pembelajaran lebih menggerakan indera yang dimiliki anak, baik indera pengelihatan, pendengaran, perasaan dan sebagainya. Dalam penelitian ini, peneliti meneliti tentang: Penggunaan Youtube „Dongeng Kita‟ Dalam Pembelajaran Menyimak Cerita Legenda Pada Siswa Kelas VII SMP Islamiyah Ciputat. Penelitian ini penting dilakukan untuk menggali potensi diri peserta didik dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerita (tema, tokoh, penokohan, watak, latar, sudut pandang, alur dan amanat) melalui media audio visual yaitu youtube, yaitu dengan pemutaran youtube Dongeng Kita dengan cerita yang berjudul Asal Usul Cikaputrian Pemilihan media audio visual berupa pemutaran cerita yang berjudul Asal Usul Cikaputrian, diharapkan siswa dapat lebih antusias, dan mudah dalam memahami ceritanya.

(19)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka peneliti mengidentifikasi beberapa masalah yang akan dibahas dalam laporan penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Minimnya penggunaan media pembelajaran, khususnya yaitu media audio visual dalam pembelajaran cerita, sehingga perhatian dan daya tarik siswa kurang terhadap materi yang sedang dijelaskan.

2. Sulitnya siswa dalam memahami dan merefleksikan pelajaran cerita C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti perlu membatasi masalah yang akan dibahas agar lebih jelas dan khusus. Oleh karena itu, penelitian ini dibatasi pada penggunaan youtube „Dongeng Kita‟ mengenai pembelajaran menyimak dengan materi cerita legenda yang berjudul „Legenda Batu Kuwung dan Asal Usul Cikaputrian‟ pada siswa kelas VII SMP Islamiyah Ciputat yang berjumlah 23 siswa di semester genap.

D. Perumusan Masalah

a. Bagaimanakah penggunaan media audio visual pada youtube Dongeng Kita (pemutaran cerita Asal Usul Cikaputrian) selama proses pembelajaran?

b. Bagaimanakah hasil belajar peserta didik terhadap materi cerita Legenda, ketika media pembelajaran khususnya media audio visual yaitu pemutaran cerita Asal Usul Cikaputrian digunakan dalam proses pembelajaran?

E. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui manfaat dari media audio visual pada Youtube Dongeng Kita (pemutaran cerita Asal Usul Cikaputrian ) selama proses pembelajaran

b. Untuk melihat hasil belajar yang diperoleh dalam pelajaran cerita Legenda, ketika media pembelajaran khususnya media audio visual (pemutaran cerita Asal Usul Cikaputrian ) digunakan dalam proses pembelajaran

(20)

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

Manfaat Teoritis:

1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan teknologi, baik itu di lingkungan lembaga institusi (madrasah) maupun selama menjalani proses pembelajaran di perkuliahan.

2. Bagi para akademisi, penelitian ini dapat menambah referensi dalam merumuskan strategi pembelajaran yang kreatif, dan meningkatkan mutu pendidikan di lingkungan ketenagapendidikan.

3. Bagi lembaga institusi, penelitian ini dapat menambah sumber referensi ilmiah yang berguna bagi madrasah sebagai implikasi untuk mencetak generasi-generasi yang memiliki tingkat intelektual yang diakui oleh masyarakat.

Manfaat Praktis:

1. Pada penelitian ini, peserta didik diharapkan dapat memperoleh perubahan-perubahan dalam dirinya dalam proses pembelajaran, seperti lebih aktif bertanya, lebih berani mengungkapkan sesuatu yang ingin disampaikannya, dan meningkatkan aspek kognitif, dan psikomotoriknya.

2. Bagi guru, penelitian ini dapat menambah referensi guru dalam melaksanakan pembelajaran, menambah strategi dan metode pembelajran, sehingga membuat siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar.

3. Bagi sekolah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam proses pembelajaran yang lebih aktif, kreatif, dan inovatif.

(21)

7 BAB II

KAJIAN TEORETIK A. Hakikat Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Kata “media” berasal dari kata latin, merupakan bentuk jamak dari kata “medium”. Secara harfiah kata tersebut memiliki arti perantara atau pengantar. Akan tetapi kata tersebut digunakan, baik untuk bentuk jamak maupun mufrad. Kemudian telah banyak pakar dan juga organisasi yang memberikan batasan mengenai pengertian media.

Beberapa diantaranya mengemukakan bahwa media adalah sebagai berikut:1

a. Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Jadi media merupakan perluasan dari guru.

b. National Education Asociation (NEA) memberikan batasan bahwa media yaitu sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual termasuk teknologi perangkat kerasnya.

c. Briggs berpendapat bahwa media merupakan alat untuk memberikan perangsang untuk siswa supaya terjadi proses belajar.

d. Asociation of Education Comunication Technology (AECT) memberikan batasan bahwa media merupakan segala bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk proses penyaluran pesan.

e. Sedangkan Gagne memiliki pendapat bahwa berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

f. Miarso berpendapat, bahwa segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar.

1 Rudi Susilana, Cepi Riyan, Media Pembelajaran: Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian, (Bandung: CV Wahana Prima, 2009), h. 6.

(22)

Jadi, media merupakan sebuah alat yang digunakan untuk menerima pesan kepada orang lain untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

Kata media berasal dari Bahasa Latin, yaitu medius yang secara harfiahnya berarti „tengah‟, „pengantar‟, atau „perantara‟. Dalam Bahasa Arab, media disebut „wasail‟ bentuk jama‟ dari „wasilah‟ yakni sinonim al-wasth yang artinya juga „tengah‟. Kata „tengah‟ itu sendiri berarti berada di antara dua sisi, maka disebut juga sebagai „perantara‟ (wasilah) atau yang mengantarai kedua sisi tersebut. Karena posisinya berada di tengah ia juga bisa disebut sebagai pengantar atau penghubung, yaitu yang mengantarkan atau menghubungkan atau menyalurkan sesuatu hal dari satu sisi ke sisi lainnya.2 Jadi, media merupakan alat penghubung atau perantara untuk menghubungkan satu sisi ke sisi lain.

Heinich dan kawan-kawan, mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jadi, televisi, film, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan- bahan cetakan, dan sejenisnya adalah media komunikasi. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran.3 Jadi, sebagai pengantar informasi bisa dari film, televisi, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan dan lain-lain.

Kemudian dalam buku Bertram Carol mendefinisikan mengenai media pembelajaran sebagai berikut:

“This emphasis on developing a better understanding of media and information is echoed internationally. as societies become 'knowledge' or 'information' societies, so our ability to understand, select and manipulated information - our ability to read critically and be media literate - becomes vital to our productivity and

2 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2012), h. 6.

3 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2010), h. 4.

(23)

power in society.”.4 Artinya penekanan pada pengembangan pemahaman yang lebih baik tentang media dan informasi digaungkan secara internasional. ketika masyarakat menjadi masyarakat 'pengetahuan' atau 'informasi', maka kemampuan kita untuk memahami, memilih dan memanipulasi informasi - kemampuan kita untuk membaca secara kritis dan memahami media - menjadi penting untuk produktivitas dan kekuatan kita dalam masyarakat.

Kemudian dalam buku Tornero J M Perez mendefinisikan mengenai media sebagai berikut:

“Audiovisual literacy is inherent in electronic media such as film and television. It developed focusing on the hegemony of both still and moving images. Its spread led to some changes in educational policies..”.5 Artinya literasi audiovisual melekat pada media elektronik seperti film dan televisi. Ini berkembang dengan fokus pada hegemoni baik gambar diam maupun gambar bergerak. Penyebarannya menyebabkan beberapa perubahan dalam kebijakan pendidikan.

2. Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Berikut ini merupakan jenis-jenis media pembelajaran, yaitu:6

a. Media berbasis manusia (guru, tutor, main peran, kegiatan kelompok, dan lain-lain)

Media berbasis manusia mengajukan dua teknik yang efektif, yaitu rancangan yang berpusat pada masalah dan bertanya ala Socrates.

4 Bertram Carol, Ranby Petter dkk, Using Media in Teaching, (Braamfontein: Saide Publication, 2017), h. 5.

5 Tornero J M Perez, Media Literacy and New Humanism, (Russian Federation:

UNESCO Institute for Information Technologies in Education, 2010), h. 32.

6 Cecep Kustandi, Bambang Sutjipto, Media Pembelajaran: Manual dan Digital, (Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia, 2016), h. 84-89.

(24)

Rancangan pembelajaran yang berpusat pada masalah dibangun berdasarkan masalah yang harus dipecahkan oleh pelajar.

b. Media berbasis cetakan (buku, penuntun, buku kerja atau latihan, dan lembaran lepas)

Materi pembelajaran berbasis cetakan yang paling umum dikenal adalah buku teks, buku penuntun, jurnal, majalah dan lembaran lepas. Teks berbasis cetakan menuntut enam elemen yang perlu diperhatikan pada saat merancang, yaitu konsisten, format, organisasi, daya tarik, ukuran huruf, dan penggunaan spasi kosong.

c. Media berbasis visual (buku, charts, grafik, peta, figure atau gambar, transparasi, film bingkai atau slide)

Media berbasis visual (image) memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Bentuk visual dapat berupa (a) gambar representasi, seperti gambar lukisan atau foto yang menunjukkan bagaimana tampaknya sesuatu benda, (b) diagram yang melukiskan hubungan-hubungan konsep, organisasi, dan struktur isi materi, (c) peta, yang menunjukkan hubungan- hubungan ruang di antara unsur-unsur dalam isi materi, (d) grafik, seperti tabel,grafik, dan chart (bagan) yang menyajikan gambar/kecenderungan data atau antar hubungan seperangkat gambar atau angka-angka.

d. Media berbasis audiovisual (video, film, slide bersama tape, televisi)

Media visual yang menggabungkan penggunaan suara memerlukan pekerjaan tambahan untuk memproduksinya. Salah satu pekerjaan penting yang diperlukan dalam media audio visual adalah penulisan naskah dan storyboard yang memerlukan banyak persiapan, rancangan, dan penelitian.

e. Media berbasis komputer ( pembelajaran dengan bantuan komputer dan video interaktif)

(25)

Komputer berperan sebagai manajer dalam proses pembelajaran yang dikenal dengan nama computer managed instruction (CMI).

Ada pula peran komputer sebagai pembantu tambahan dalam belajar, pemanfaatannya meliputi penyajian informasi isi materi pelajaran, latihan atau kedua-duanya. Jadi, jenis media pembelajaran terbagi menjadi empat yaitu media berbasis manusia, media berbasis cetakan, media berbasis visual, media berbasis audiovisual dan yang terakhir media berbasis komputer.

3. Manfaat Media Pembelajaran

Media difungsikan sebagai sarana dalam mencapai tujuan pembelajaran. Karenanya, informasi yang terdapat dalam media harus dapat melibatkan siswa, baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata, sehingga pembelajaran dapat terjadi.

Materi harus dirancang secara lebih sistematis dan psikologis, serta ditinjau dari segi prinsip-prinsip belajar agar dapat menyiapkan intruksi belajar yang efektif. Di samping menyenangkan, media pembelajaran harus dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan dan memenuhi kebutuhan individu siswa, karena setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda.7 Jadi, manfaat media tidak hanya memberikan informasi tapi juga harus menyenangkan yaitu dengan merancang materi agar lebih sistematis dan juga untuk memenuhi kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda.

Menurut Kemp dan Dayton, mengemukakan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan dampak positif dari penggunaan media sebagai bagian integral pembelajaraan di kelas, atau sebagai cara utama pembelajaran langsung, yaitu sebagai berikut:8

a. Penyampaian pelajaran tidak kaku.

b. Pembelajaran bisa lebih menarik.

7 Cecep Kustandi, Bambang Sutjipto, Media Pembelajaran: Manual dan Digital, (Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia, 2016), h. 21.

8 Ibid.

(26)

c. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik dan penguatan.

d. Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak, dan kemungkinan dapat diserap oleh siswa lebih besar.

e. Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bila integrasi kata dan gambar sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasi dengan baik, spesifik dan jelas.

f. Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana saja diinginkan atau diperlukan, terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu.

g. Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.

h. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif.

Menurut Sudjana dan Riva‟i, mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu sebagai berikut:9 a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa, sehingga

dapat menumbuhkan motivasi belajar.

b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.

9 Ibid., h. 22.

(27)

d. Siswa dapat lebih banyak melakujan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain, seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

Secara umum media pembelajaran mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut:10

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya:

a. Objek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film, atau model.

b. Objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, atau gambar.

c. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan time lapse atau high-speed photography.

d. Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal.

e. Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain.

f. Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat di visualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain.

10 Ani Cahyadi, Pengembangan Media dan Sumber Belajar Teori dan Prosedur, (Banjarmasin: Penerbit Laksita Indoneia, 2019), h. 26.

(28)

Media pembelajaran juga mempunyai manfaat praktis. Para ahli telah sepakat bahwa media pendidikan dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pembelajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya.11

B. Hakikat Dongeng 1. Pengertian Dongeng

Menurut Priyono, dongeng adalah cerita khayalan atau cerita yang mengada-ada serta tidak masuk akal dan dapat ditarik manfaatnya.

Jadi, cerita yang terdapat di dalam dongeng adalah cerita khayalan yang terkadang di luar akal sehat. Seperti, cerita Timun Mas ketika menebar biji buah timun yang seketika berubah menjadi hutan lebat.

Walaupun cerita dongeng tidak masuk akal tetapi cerita dalam dongeng memiliki informasi yang dapat ditarik manfaatnya. Seperti, pesan moral agar menghormati dan menyayangi orang tua pada kisah Malin Kundang atau cerita Roro Jograng yang berkisah tentang asal mula berdirinya Candi Prambanan.12 Jadi, dongeng merupakan cerita khayalan atau cerita buatan yang dapat menghasilkan pesan moral.

2. Pengertian Legenda

Kemudian Inaad Mutlib Sayer dkk dalam jurnalnya mendefiniskan legenda sebagai berikut:

“According to Sulistyarini, folklore contains the noble value of the nation, especially the values of moral character and moral teachings. If the folklore is studied in terms of moral values, it can be divided into individual moral values, social moral values, and religious moral values. The individual moral values include (1) obedience, (2) courage, (3) willing to sacrifice, (4) honesty, (5) fairness and wisdom, (6) respect and appreciation, (7) hard work, (8) keeping a promise, (9) knowing repayment, (10) being humble,

11 Wasis D. Dwiyogo, Media Pembelajaran, (Malang: Wineka Media, 2013), h. 11.

12 Pupung Puspa Ardini, Pengaruh Dongeng dan Komunikasi Terhadap Perkembangan Moral Anak Usia 7-8 Tahun, Jurnal Pendidikan Anak, Vol. 1, 2012, h. 46.

(https://journal.uny.ac.id). Diakses pada 1 Agustus 2020 pukul 14.00.

(29)

and (12) being careful in acting.”13 Artinya menurut Sulistyarini, cerita rakyat mengandung nilai luhur bangsa, terutama nilai-nilai moral karakter dan ajaran moral. Jika cerita rakyat dipelajari dari segi nilai moral, bisa jadi terbagi menjadi nilai moral individu, sosial nilai moral, dan nilai moral agama. Itu nilai moral individu meliputi (1) kepatuhan, (2) keberanian, (3) mau pengorbanan, (4) kejujuran, (5) keadilan dan kebijaksanaan, (6) rasa hormat dan penghartaan, (7) keras bekerja, (8) menepati janji, (9) mengetahui pembayaran kembali, (10) menjadi rendah hati, dan (12) menjadi berhati-hati dalam bertindak.

3. Unsur intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur cerita fiksi secara langsung berada di dalam, menjadi bagian, dan ikut membentuk eksistensi cerita yang bersangkutan. Unsur fiksi yang termasuk dalam kategori ini misalnya adalah tokoh, dan penokohan, alur, pengaluran dan berbagai peristiwa yang membentuknya, latar, sudut pandang, dan lain-lain. 14 Jadi, unsur intrinsik merupakan bagian dari pembentukan sebuah cerita yang di dalamnya ada tokoh, penokohan, alur, dan lainnya.

a. Alur Cerita

Plot atau alur disebut sebagai jalan cerita yang disusun sedemikian rupa dari tahapan-tahapan peristiwa sehingga membentuk rangkaian cerita. Tahapannya meliputi yaitu tahapan awal, pemunculan konflik, komplikasi, klimaks, resolusi, akhir.15 Jadi, alur merupakan jalan cerita yang disusun untuk membentuk rangkaian sebuah cerita.

13 Inaad Mutlib Sayer dkk, Fairy Tale as a Medium for Children‟s Character Cooperation

Building, AL-TA‟LIM JOURNAL, Vol. 25, 2018, h. 110.

(https://core.ac.uk/download/pdf/291659548.pdf). Diakses pada 1 November 2020 pukul 14.00.

14 Burhan Nurgiyantoro, Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak, (Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press, 2016), h. 221.

15 Lira Hayu Afdentis dkk, Buku Ajar Keterampilan Menyimak, (Yogyakarta: Diandra Kreatif, 2017), h. 124-125.

(30)

Sedangkan macam-macam plot dalam suatu cerita yaitu:16

- Alur maju (prograsif), set cerita berjalan maju, mulai dari masa kini ke masa yang akan datang.

- Alur mundur (regreasif), kebalikan dari alur progresif. Set cerita berjalan mundur yang mana masa kini adalah sebuah hasil dari konflik-konflik yang terjadi pada masa lalu.

- Alur campuran, alur cerita yang mencampurkan masa kini dengan masa lalu dan juga dengan masa depan. Disebut juga alur bolak-balik. Cerita dengan alur ini mengungkapkan konflik yang belum selesai dari masa lalu, masa sekarang, dan penyelesaian di masa depan. Saling terkait satu sama lain.

b. Tokoh atau Penokohan

Tokoh-tokoh cerita itulah yang pertama-tama dan terutama menjadi fokus perhatian baik karena pelukisan fisik maupun karakter yang disandangnya. Tokoh cerita dimaksudkan sebagai pelaku yang dikisahkan perjalanan hidupnya dalam cerita fiksi lewat alur baik sebagai pelaku maupun penderita berbagai peristiwa yang diceritakan. Tokoh cerita dapat dipahami sebagai kumpulan kualitas mental, emosional, dan sosial yang membedakan seseorang dengan orang lain.17 Di dalam penokohan jumlah mengenai tokoh cerita yang terlibat dalam novel dan cerpen terbatas, apalagi tokoh utama. 18 Jadi, tokoh merupakan fokus utama pelaku dalam menggambarkan sebuah karakter. Karena setiap tokoh mempunyai karakter yang berbeda.

c. Tema

Tema merupakan keseluruhan dari cerita yang dibuat tema adalah ide pokok yang menjadi dasar atau pokok utama dari drama.

Dapat dikatakan tema sebagai “akar” pada suatu drama. Dengan

16 Ibid., h. 125.

17 Burhan Nurgiyantoro, op. cit., h. 222-223.

18 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2013), h. 15.

(31)

bertolakan dari tema, unsur-unsur intrinsik drama dikembangkan dan dikarang sedemikian rupa mengikuti tema yang telah ditentukan, seperti alur, penokohan, latar, gaya bahasa, judul, dan lainnya.19 Jadi, tema merupakan gagasan dari sebuah cerita dengan arti lain tema merupakan akar pada setiap cerita.

d. Latar

Menurut Lukens dalam fiksi dewasa latar dapat terjadi di mana saja termasuk di dalam benak tokoh, sehingga tidak terlalu banyak membutuhkan deskripsi tentang latar. Namun, tidak demikian hanya dengan cerita fiksi anak. Dalam cerita fiksi anak hampir semua peristiwa yang dikisahkan membutuhkan kejelasan tempat dan waktu kejadiannya, dan karenanya membutuhkan deskripsi latar secara lebih detil. Kejelasan cerita tentang latar dalam banyak hal akan membantu anak untuk memahami alur cerita. 20 Jadi, latar merupakan suatu deskripsi atau penjelas mengenai tempat dan waktu kejadian dalam sebuah cerita. Karena dengan adanya latar akan mempermudah anak untuk memahami alur dalam sebuah cerita.

Latar (setting) merupakan landas tumpu berlangsungnya peristiwa dan kisah yang diceritakan dalam cerita fiksi. Latar menunjuk pada tempat, yaitu lokasi di mana cerita itu terjadi, waktu, kapan cerita itu terjadi, dan lingkungan sosial-budaya, keadaan kehidupan bermasyarakat tempat tokoh dan peristiwa terjadi. Latar yang dapat diindera yaitu dapat dilihat keberadaanya, misalnya latar tempat berupa rumah, gedung sekolah, jalan, lapangan, lazimnya disebut latar fisik.21

e. Sudut Pandang

Abrams mengemukakan bahwa sudut pandang merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana

19 Lira Hayu Afdentis dkk, op. cit., h. 124.

20 Burhan Nurgiyantoro, op. cit., h. 248.

21Ibid., h. 249.

(32)

menampilkan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah teks fiksi kepada pembaca.22 Jadi, sudut pandang merupakan cara pandang pengarang dalam menampilkan tokoh, tindakan, dan latar yang membentuk sebuah cerita untuk pembaca.

Secara spesifik sudut pandang yaitu “siapa yang melihat, siapa yang berbicara”, atau “dari kacamata siapa sesuatu itu dibicarakan”.23

f. Amanat

Amanat merupakan pemecahan yang diberikan oleh pengarang, bagi persoalan di dalam karya sastra. Amanat juga bisa disebut makna cerita. Amanat atau sering disebut pesan yaitu sesuatu yang disampaikan oleh seseorang, kepada orang lain.

Penyampaian amanat (pesan) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara lisan dan tulisan. Cara pertama, penyampaian amanat langsung berhadapan dengan penerima sebagai lawan bicara atau pendengar, sedangkan cara kedua, penyampai amanat tidak berhadapan langsung dengan penerima, tetapi menggunakan perantara atau alat bantu dapat berupa cerita, buku (fiksi dan nonfiksi). 24 Jadi, amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca dalam karya sastra, dalam penyampaian pesan bisa secara lisan dan tulisan.

C. Hakikat Menyimak 1. Pengertian Menyimak

Menurut Akhadia, kata menyimak dalam bahasa Indonesia memiliki kemiripan makna dengan „mendengar‟ dan „mendengarkan‟.

Ketika istilah itu sering menimbulkan kekacauan pemahaman, bahkan sering dianggap sama sehingga dipergunakan secara bergantian. Ketiga

22 Ibid., h. 269-272.

23 Ibid.

24 Eko Joko K, Peningkatan Kemampuan Memahami Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, (Pati: Hartamedia, 2017), h. 33-34.

(33)

istilah tersebut memang berkaitan dengan makna. Namun, tetap berbeda dalam penerapan atau penggunaannya.

Moeliono menjelaskan bahwa mendengar diartikan sebagai menangkap bunyi (suara) dengan telinga. Mendengarkan berarti menangkap sesuatu (bunyi) dengan sungguh-sungguh. Berbeda halnya dengan menyimak. Menyimak berarti memerhatikan baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang.

Secara umum, menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Menurut Russel dan Russel menyimak juga bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), menyimak adalah mendengarkan (memperhatikan) baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang. 25 Jadi, menyimak itu memiliki kemiripan dengan mendengar akan tetapi dalam menyimak kita dituntut lebih memperhatikan dengan baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang. Karena dalam menyimak harus adanya konsentrasi, pemahaman, apresiasi untuk menangkap pesan yang ingin disampaikan.

Ibarat mata uang logam, menyimak-berbicara, tidak bisa dikatakan bahwa yang satu lebih penting dari yang lain, terutama dalam proses komunikasi, saling bertukar informasi, saling berganti peran, dan saling memahami apa yang dikatakan oleh lawannya. Suatu saat, satu pihak berfungsi sebagai pembicara atau pengirim pesan, dan pada saat lain berfungsi sebagai penyimak atau penerima pesan. Hal ini berarti bahwa apabila seseorang melontarkan suatu pertanyaan kepada orang lain, orang ditanya harus (1) mengerti isi pertanyaan itu, (2)

25 Elvi Susanti, Keterampilan Menyimak, (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2019), h.1-2.

(34)

memikirkan jawaban yang benar dan wajar, dan (3) mengucapkan kata-kata atau menghasilkan bunyi sebagai jawabannya.

Menyimak (listening) dikatakan sebagai kegiatan berbahasa reseptif dalam suatu kegiatan bercakap-cakap (talking) dengan medium dengar (aural) maupun medium pandang (visual). Bercakap-cakap, memang berciri interaktif tetapi tidak semua wacana lisan bersifat interaktif atau timbal balik (recipprocal).26 Jadi, dalam menyimak kita dituntut untuk memahami lawan bicara kita, misal menyimak dalam bertukar informasi jadi fungsinya menyimak itu bisa menjawab pertanyaan yang dilontarkan.

Menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. 27 Jadi, menyimak sangatlah membutuhkan pemahaman yang peuh agar memperoleh dengan baik informasi yang telah didapat atau disampaikan oleh pembicara melalui lambang-lambang lisan.

Dalam bahasa inggris akan lebih tampak perbedaan dari mendengar dan menyimak. Mendengar diartikan to hear, sedangkan menyimak disebut dengan to listen atau dalam bentuk gerund disebut dengan hearing dan listening. Jadi dalam pembelajaran tidak disebut mata pelajaran atau mata kuliah hearing melainkan mata pelajaran atau mata kuliah listening. 28 Peristiwa menyimak tidak hanya alat indra yang aktif, tetapi juga mental atau pikiran dalam melakukan aktivitas yang cukup tinggi untuk memahami pesan yang disampaikan secara tepat.

26 Hindun, Pembelajaran Bahasa Indonesia Berkarakter di Madrasah Ibtidaiyah/ Sekolah Dasar, (Depok: Nufa Citra Mandiri, 20114), h. 181-182.

27 Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:

Angkasa, 2008). h. 31.

28 Bustanul Arifin, Menyimak, (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2014), h. 1.6.

(35)

Kegiatan menyimak merupakan kegiatan berbahasa yang cukup kompleks karena melibatkan berbagai proses menyimak dalam saat yang sama. Pada saat menyimak mendengar bunyi berbahasa, pada saat itu pula mentalnya aktif bekerja mencoba memahami, menafsirkan apa yang disampaikan pembicara, dan pada saat itu ia harus menerima respons. Pada dasarnya respons yang diberikan itu akan terjadi setelah terjadinya integrasi antara pesan yang didengar dengan latar belakang pengetahuan dan pengalaman penyimak. Respon itu bisa sama dengan yang dikehendaki pembicara dan bisa pula tidak sama.29 Jadi, kegiatan menyimak merupakan kegiatan berbahasa yang bertujuan untuk memahami serta menafsirkan apa yang telah dibicarakan oleh seorang pembicara.

2. Keterampilan Menyimak

Untuk membaca sebuah dongeng, seseorang harus memiliki kemampuan membaca dongeng disertai dengan intonasi dan gaya bicara yang sesuai. Selain itu, untuk menjadi orator yang ulung seseorang juga harus belajar berbicara dan belajar retorika. Itu artinya, keterampilan berbahasa merupakan keterampilan yang mutlak diperlukan oleh setiap orang dengan profesi apapun.

Hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa merupakan pembelajaran yang sangat krusial karena di dalamnyaterkandung kebutuhan manusia supaya terampil berbicara untuk mengkomunikasikan ide-ide yang ada di kepalanya kepada orang lain.

Sebab itu, ada dua prinsip untuk mencapai keterpaduan dalam pembelajaran berbahasa.30

Pertama, keefektifan komunikasi secara luas. Artinya, pelajaran bahasa secara efektif harus mampu membuat pembelajar memiliki

29 Umi Hijriyah, Menyimak Strategi dan Implikasinya dalam Kemahiran dalam Berbahasa, (Bandar Lampung: Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat IAIN Raden Intan Lampung, 2016). h. 1-2.

30 Darmiyati Zuchdi, Humanisasi Pendidikan, ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h. 174- 175.

(36)

kemampuan berkomunikasi, baik untuk keperluan belajar seperti berdiskusi dengan teman sejawat atau berkonsultasi dengan guru, maupun untuk berkomunikasi dalam bergaul atau bersosialisasi dengan lingkungan secara menyenangkan serta meyakinkan. Selain itu, keterampilan berbahasa harus mampu membuat penuturnya bisa menempatkan bahasa sesuai dengan konteks atau situasi tuturnya.

Kedua, pembelajaran bahasa dalam konteks yang bermakna.

Pembelajaran bahasa harus menjadi wadah kegiatan berkomunikasi yang menyenangkan, sehingga berbahasa menjadi kegiatan yang bermakna. Lewat berbahasa, peserta didik bisa mengkomunikasikan ide-ide kreatifnya serta mengembangkan kepekaan sosial dan linguistiknya terhadap konteks yang dibangun oleh guru lewat materi pelajaran.

Kemudian Brown dalam jurnal mendefinisikan sebagai berikut:

“listening skill means the skill of listening in order to understand the meaning of what is being listened to.”31 Yang artinya keterampilan menyimak berarti keterampilan mendengarkan untuk memahami makna dari apa yang didengarkan.

3. Tujuan Menyimak

Pada kegiatan menyimak ada dua aspek tujuan yang perlu diperhatikan, yaitu: 1) adanya pemahaman dan tanggapan penyimak terhadap pesan pembicara, 2) pemahaman dan tanggapan penyimak terhadap pesan itu sesuai dengan kehendak pembicara. Berdasarkan dua aspek tujuan menyimak tersebut dikemukakan beberapa “tujuan

31 Dara Yusnida dkk, A Study of Teaching Listening, English Education Journal (EEJ), 2017, h. 441. (http://jurnal.unsyiah.ac.id) . Diakses pada 1 November 2020 pukul 14.00.

(37)

menyimak diantaranya; 1) mendapat fakta, 2) menganalisis fakta, 3) mengevaluasi fakta, 4) mendapat inspirasi, 5) mendapat hiburan”.32 Tujuan menyimak menurut Lagon dalam Tarigan adalah sebagai berikut:33

1. Menyimak untuk belajar, yaitu memperoleh pengetahuan dari ujaran pembicara.

2. Menyimak untuk menikmati keindahan audial, yaitu menyimak dengan menekankan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan.

3. Menyimak untuk mengevaluasi, yaitu menyimak dengan maksud agar dia dapat menilai apa-apa yang dia simak (baik- buruk, indah-jelek, dan lain-lain).

4. Menyimak untuk mengapresiasi materi simakan, yaitu menyimak agar dapat menikmati serta menghartai apa-apa yang disimaknya.

5. Menyimak untuk mengomunikasikan ide-idenya sendiri. Orang menyimak dengan maksud agar dapat mengomunikasikan ide, gagasan, maupun perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat.

6. Menyimak dengan maksud dan tujuan dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat.

7. Menyimak untuk memecahkan masalah secara kreatif dan analisis.

8. Menyimak untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang diragukan.

Tujuan Menyimak lain dalam buku ajar keterampilan menyimak sebagai berikut: 34

32 ViSMPia, Kartini, Program Penyetaraan Pendidikan Guru Bahasa (Menyimak), (Jakarta: Balitung Dikbud dan Dikdasmen, 1997), h. 3.

33 Lira Hayu Afdentis dkk, op. cit., h. 27.

(38)

1. Mendapatkan fakta, fakta dapat diperoleh dengan berbagai cara: yaitu dengan membaca dan menyimak. Membaca itu bisa dengan membaca koran, majalah, dan buku-buku. Sedangkan menyimak bisa melalui radio, televisi, pertemuan, menyimak ceramah-ceramah dan lainnya.

2. Menganalisis fakta, yaitu proses menafsirkan fakta-fakta sampai pada tingkat menafsirkan unsur sebab akibat dari fakta tersebut.

3. Mengevaluasi fakta, yaitu kegiatan apabila hasil simakan tidak relevan dengan pengetahuan penyimak maka penyimak akan menolak fakta tersebut.

4. Mendapat Inspirasi, yaitu dalam menyimak tidak hanya menafsirkan fakta melainkan untuk memperoleh suatu inspirasi.

5. Mendapatkan hiburan, yaitu apabila penyimak mendapatkan kesenangan dari hasil simakannya tersebut.

6. Memperbaiki kemampuan berbicara, yaitu dengan melalui kegiatan menyimak misalnya menyimak pembicaraan orang lain penyimak dapat memperbaiki kemampuan berbicara.

Dengan perbaikan lafal dan intonasi, serta penguasaan materi.

D. Penelitian Relevan

Penelitian yang berhubungan dengan penggunaan media audio dalam pembelajaran menyimak dongeng pernah diteliti oleh mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang bernama Muhammad Alfinur (2014), yang berjudul Peningkatan kemampuan pemahaman cerita melalui media audio visual di kelas VII-D Madrasah Tsanawiyan Al-Alawiyah Kranji-Bekasi Barat Tahun Pelajaran 2014/2015. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Hasil

34 Kembong Daeng dkk, Pembelajaran Keterampilan Menyimak, (Makassar: Universitas Negeri Makassar, 2010), h. 18-20.

(39)

penelitian menyatakan terdapat peningkatan kemampuan pemahaman cerita dengan menggunakan media audio visual di kelas VII-D MTS Al- Alawiyah di dalam pembelajaran cerita (pemutaran film drama Malin Kundang). Penggunaan media pembelajaran, khususnya media audio visual sangat membantu siswa di dalam pembelajaran memahami cerita.

Penggunaan media audio visual dalam pembelajaran cerita (pemutaran film drama malin kundang) menumbuhkan rasa antusias dan keseriusan siswa dalam pelajaran memahami cerita yang mereka saksikan. Siswa menjadi lebih terstimulikan dengan penggunaan media audio visual ini, yaitu daya indera siswa, baik indera pendengaran, pengelihatan, dan perasaanya.

Selanjutnya, pada skripsi Mawaddah (2015), mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, dengan judul Pengaruh penggunaan media audio dalam pembelajaran menyimak dongeng pada siswa kelas VII SMP islam al-wasatiyah Cipondoh Tahun Pelajaran 2013- 2014. Hasil penelitiannya menunjukkan hasil yang didapat dari penelitian, menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan media audio berupa rekaman dalam pembelajaran menyimak dongeng pada siswa kelas VII SMP Islam Al-Wasatiyah. Dapat dikatakan bahwa media yang diterapkan di kelas vii c berhasil. Hal ini dapat dilihat bahwa pada tes awal (pretest) dan tes akhir (protest) yang memiliki perbedaan yang signifikan yaitu dapat dilihat dari ditolaknya Ho dan diterimanya H1, dari pengujian hipotesis uji t pada taraf signifikan a = 0.05, Thitung (2.29) dan Ttabel (0.68). Selain itu dapat dibuktikan dengan perubahan nilai, yaitu nilai rata-rata awal 67,33 menjadi 86,23 menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan, dengan selisih peningkatan sebesar 18,6 maka pemberian perlakuan di kelas vii c mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Hal tersebut dapat membuktikan bahwa media audio dapat memberikan perubahan yang positif terhadap hasil belajar siswa.

(40)

Elvira Rosiana (2018) “Pengaruh Penggunaan Media Video Terhadap Pembelajaran Keterampilan Menyimak Siswa Kelas VII SMP Islam Plus As-sa‟adatan Depok Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018” hasil penelitian dari tes dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan media video terhadap pembelajaran keterampilan menyimak siswa kelas VII SMP Islam Plus As-Sa‟adatain Depok.

Pada Skripsi Luthfiatul Fuadah (2017), mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw dalam Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita Rakyat Pada Siswa Kelas VII SMPN 13 Tangerang Selatan. Hasil penelitiannya bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya menyimak cerita rakyat dengan penerapan model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan keterampilan menyimak siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes siswa pada tahap I dan II dengan materi cerita rakyat, yaitu:

1. Kemampuan menyimak siswa pada tahap I masih rendah karena belum menerapkan model pembelajaran jigsaw, 2. Adanya peningkatan keterampilan menyimak tahap II dengan menerapkan model jigsaw pada siswa kelas VII.5 SMPN 13 Tangerang Selatan. Nilai rata-rata kelas sebelum dan sesudah menerapkan model jigsaw adalah 54.4 menjadi 79.2.

hal ini menunjukan bahwa penerapan model jigsaw efektif untuk 37 orang siswa dalam meningkatkan keterampilan menyimak cerita rakyat.

(41)

28 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat yang beralamat di Jalan KH. Dewantara No. 23 RT 01/RW 06 Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2020. Pada tahun ajaran baru ini merupakan waktu yang tepat untuk peneliti dalam mengadakan penelitian pada siswa kelas VII SMP Islamiyah Ciputat, karena KBM masih berjalan dengan kondusif.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara pemecahan masalah penelitian yang dilaksanakan secara terencana dan cermat dengan maksud mendapatkan fakta dan simpulan agar dapat memahami, menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan keadaan.

Penelitian kualitatif melihat individu dan dunianya saling berinteraksi, sehingga satu sama lain tidak saling meniadakan, atau dengan ungkap lain bahwa individu tergantung pada lingkungan sosialnya.

Penelitian kualitatif itu melihat realitas sosial itu sebagai sesuatu yang unik, dan peneliti hanya dapat memahami perilaku manusia dengan memfokuskan perhatiannya pada makna tentang peristiwa atau objek yang diamati.1 Jadi, penelitian kualitatif yaitu mengamati perilaku manusia yang diamati sesuai dengan realitas sosial.

Penelitian kualitatif atau naturalistic inquiry merupakan prosedur penelitian penelitian yang menghasilkan data deskriptif yaitu dengan kata- kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

1 Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan Pengembangan¸(Jakarta: PT Kharisma Putra Utama, 2016), h. 53.

(42)

Menurut Frankel dan Wallen penelitian kualitatif merupakan penelitian yang mengkaji kualitas hubungan, kegiatan,situasi, atau material dengan menekankan pada deskriptif menyeluruh dalam menggambarkan rincian yang terjadi pada suatu kegiatan.2

Adapun cara yang digunakan dalam menuliskan laporan penelitian ini yaitu dengan deskriptif kualitatif yang mempelajari masalah-masalah yang ada serta tata cara kerja yang berlaku. Deskripsi ini ditulis dalam bentuk narasi untuk melengkapi gambaran menyeluruh tentang apa yang terjadi dalam aktivitas atau peristiwa yang dilaporkan.3

Penelitian deskriptif juga merupakan penelitian untuk mengetes pertanyaan penelitian atau hipotesis yang berkaitan dengan keadaan dan kejadian yang terjadi. Pada penelitian deskriptif ini melaporkan keadaan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya.4

Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa yang ada saat ini. Terdapat upaya di dalamnya untuk mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi yang sekarang ini terjadi atau dengan kata lain penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan yang ada.

Metode ini dianggap cocok untuk penelitian ini. berdasarkan alasan tersebut penulis menggunakannya untuk melakukan penelitian terhadap penggunaan youtube Dongeng Kita dalam pembelajaran menyimak dongeng berjenis legenda.

Pelaksanaan penelitian ini memerlukan satu kelompok yang akan diteliti untuk menganalisis dan melihat keterampilan menyimak siswa dengan menggunakan media tulis dan media audiovisual pada materi menyimak cerita legenda.

2 Uhar Suharsaputra, , Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan, (Bandung: PT Refika Aditama, 2014), h. 181.

3 Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif, (Jakarta:

Rajagrafindo Persada, 2008), h. 175.

4 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2018), h. 157.

Gambar

Foto di atas diambil ketika kegiatan pembelajaran menyimak cerita  legenda,  foto  tersebut  terlihat  siswa  sedang  memperhatikan  materi  yang dijelaskan di depan papan tulis
Gambar 4. 2: Kegiatan menganalisis unsur intrinsik teks cerita legenda  Foto  di  atas  diambil  ketika  siswa  sedang  ditugaskan  untuk  menganalisis unsur intrinsik teks cerita legenda

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Jepun Negerinya Hiroko yang terdiri dari tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang terdapat di dalam sebuah film yang terdiri dari: Tema, plot (alur), latar cerita, penokohan, sudut pandang yang.. digunakan,

Melalui pembelajaran discovery learning berbasis TPACK, peserta didik dapat menemukan unsur intrinsik (tema, tokoh dan watak, latar, alur, amanat, dan sudut pandang) dari teks

Di dalam teks Babad Cianjur terdapat struktur unsur intrinsik yang diantaranya ada tema, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang dan amanat. Tema dalam Babad Cianjur memiliki

- Mengungkap unsur intrinsik prosa fiksi (tokoh, penokohan, latar, plot, dan tema) /prosa faktual (tujuan, masalah, metode pemecahan masalah, dan penyimpulan), dan atau hakikat

Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa (1) unsur intrinsik meliputi tema; tokoh dan penokohan; alur; latar; sudut pandang; amanat; (2) nilai pendidikan akhlak meliputi

Dalam penelitian ini diuraikan unsur intrinsik yang melip uti tema, tokoh dan penokohan, alur (plot), latar (setting), dan point of view atau sudut pandang serta

Simpulan penelitian ini; 1 Novel Gedhong Setan karya Suparto Brata memiliki unsur intrinsik meliputi tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, bahasa, dan sudut pandang; sedangkan unsur