• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN dibandingkan periode yang sama tahun lalu 1. Ini merupakan pertanda baik. masalah kependudukan, seperti masalah pengangguran.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN dibandingkan periode yang sama tahun lalu 1. Ini merupakan pertanda baik. masalah kependudukan, seperti masalah pengangguran."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah

Kondisi perekonomian Indonesia terus bergejolak mengikuti perkembangan ekonomi dunia. Menurut Badan Pusat Statistik, perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan positif sebesar 6,3% pada semester I tahun 2012 dibandingkan periode yang sama tahun lalu1. Ini merupakan pertanda baik

bagi Indonesia. Namun tidak dapat dipungkiri, kondisi ini tetap saja menyisakan masalah kependudukan, seperti masalah pengangguran.

Menurut Presiden Boston Institute for Developing Economies, Gustav F. Papanek, setiap tahun dua juta orang di Indonesia mencari pekerjaan. Berarti, setelah krisis moneter 1998, ada 22 juta pengangguran pada tahun 2010. Dan hanya 5,5 juta yang telah mendapat pekerjaan tetap2. Angka pengangguran ini

masih tergolong tinggi meskipun jumlahnya semakin lama semakin menurun. Angkatan kerja yang menduduki strata pendidikan tertinggi untuk saat ini, yaitu universitas, tidak menjamin untuk langsung mendapatkan pekerjaan. Menurut Badan Pusat Statistik, jumlah pengangguran terbuka dengan pendidikan tamat universitas mengalami kenaikan yang cukup signifikan sejak tahun 2004 hingga Februari 2010, yaitu dari 348.107 jiwa menjadi 820.020 jiwa. Meskipun

1

Prospek Perekonomian Indonesia Tahun 2013, http://www.setneg.go.id, 6 Agustus 2012, diakses 2 Januari 2013.

2

Pengangguran Masalah Ekonomi Terbesar Indonesia, http://waspada.co.id, 4 April 2010, diakses 2 Januari 2013.

(2)

2

hingga Agustus 2011 angka ini mengalami penurunan menjadi 492.343 jiwa, jumlah pengangguran terbuka masih terbilang cukup tinggi.

Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN), kaum muda memiliki tingkat kesulitan mencari pekerjaan lima kali lebih besar daripada pekerja dewasa. Itu terjadi karena ketersediaan lapangan kerja untuk angkatan muda semakin menurun3. Dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia

Tenggara ataupun dunia, pada tahun 2009 rata-rata pengangguran kaum muda Indonesia paling tinggi, yaitu 22,22 persen. Jumlah ini lebih besar ketimbang Asia Tenggara dan Pasifik yang 13,9 persen dan tingkat dunia yang 12,8 persen4 .

Di tengah kondisi seperti itu, penciptaan lapangan kerja baru menjadi sangat penting. Lapangan kerja baru bukan hanya tercipta dari perusahaan melalui investasi besar-besaran saja. Lapangan kerja baru bisa juga tercipta melalui kewirausahaan atau entrepreneurship. Kewirausahaan sangat berpeluang mengatasi pengangguran di tengah masalah ekonomi seperti saat ini. Menurut laporan Global Entrepreneurship Monitor (GEM) yang mengkaji dampak dari kegiatan entrepreneurship terhadap tingkat pembangunan ekonomi di beberapa negara di dunia, ditemui bahwa selain berperan dalam penciptaan lapangan kerja, kegiatan entrepreneruship juga memiliki hubungan yang erat dengan tingkat pembangunan ekonomi suatu negara5.

3

Penganggur Muda Indonesia Tertinggi di Asia,http://www.tempo.co, 11 April 2011, diakses 2 Januari 2013.

4

Kaum Muda Penganggur Tinggi, http://nasional.kompas.com, 15 Mei 2012, diakses 2 Januari 2013.

5

Entrepreneurship:Jalan Alternatif Penciptaan Lapangan Kerja dan Pengentasan Kemiskinan, http://www.fair-institute.org, diakses 16 April 2013

(3)

3

Menurut David McClelland sebuah negara akan mencapai kemakmuran bila terdapat sedikitnya 2% dari populasi bangsa negara itu menjadi entrepreneur6

.

Karena itu menjadi sangat penting untuk membangun semangat kewirausahaan.

Entrepreneurship memiliki makna dan lingkup yang cukup, luas dan dinamis. Entrepreneurship merefleksikan kemampuan untuk menciptakan dan menyediakan produk dengan nilai tambah tertentu (value added) dengan menerapkan cara kerja yang efektif, dengan melalui kreativitas dan inovasi, serta kemampuan manajemen untuk mencari dan membaca peluang. Entrepreneurship dengan demikian menuntut semangat yang pantang menyerah, berani mengambil risiko, kreatif, dan inovatif.7

Salah satu kegiatan entrepreneurship yang menarik perhatian adalah dalam bidang penjualan langsung atau biasa disebut direct marketing. Salah satu usaha dalam bidang direct marketing yang dikenal masyarakat adalah menjadi agen

Multi Level Marketing yang biasa disingkat MLM. Bidang ini merupakan salah

satu bentuk kewirausahaan yang paling mungkin dijalankan banyak orang karena selain dari segi modal yang diperlukan, usaha ini menuntut semangat yang pantang menyerah, berani mengambil risiko, kreatif, dan inovatif.

Menurut APLI, MLM mulai masuk pada tahun 1985 diawali dengan masuknya CNI. Berdasarkan kabarbisnis.com, bisnis MLM terus bertumbuh. Tahun 2009, bisnis MLM memiliki omzet mencapai 9 milyar rupiah dan naik menjadi 10 milyar rupiah pada 2010. Keny V. Soemantoro, Ketua Bidang

6

Kehidupan Dengan dan Tanpa Kecakapan Entrepreneurship (Part 1),

http://www.ciputraentrepreneurship.com, 22 November 2010, diakses 16 April 2013. 7

Entrepreneurship:Jalan Alternatif Penciptaan Lapangan Kerja dan Pengentasan Kemiskinan,

(4)

4

Organisasi Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI) mengatakan bahwa bisnis MLM terus meningkat seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat Indonesia akan produk khusus seperti suplemen kesehatan, kecantikan dan lainnya yang hanya bisa dilakukan lewat direct selling. Produk tersebut lebih efektif melalui MLM karena perlu penjelasan langsung dan lebih detil.

Bisnis MLM sangatlah fenomenal karena berhasil menarik tenaga kerja pemasar dalam jumlah yang besar. Hal ini dibuktikan oleh keberhasilan salah satu acara yang diselenggarakan di Indonesia oleh salah satu perusahaan MLM yang berasal dari China pada tahun 2006 dimana acara besar tersebut juga mendapatkan penghargaan Museum Rekor Indonesia (MURI). Sampai tahun 2012, sudah ada lebih dari 80 perusahaan yang terdaftar pada Asosiasi Penjual Langsung Indonesia (APLI).

Masyarakat yang terus mengalami kesulitan dalam mencari kerja melihat bisnis MLM sebagai sebuah peluang untuk mendapatkan penghasilan. Melihat sistem dan konsep yang ditawarkan bisnis MLM, kunci keberhasilan dalam bisnis ini terbilang mudah karena berada pada diri sendiri, yaitu get excited, pay

attention, dan never quit 8. Dengan dibekali berbagai pelatihan dan seminar, pemasar atau agen MLM akan mendapatkan cukup pondasi untuk menawarkan produk pada khalayak.

Usaha MLM ini dapat membantu orang meningkatkan taraf hidupnya dan bahkan mampu merubah nasib seseorang menjadi jauh lebih baik. Banyak juga yang telah berhasil membuktikan bahwa bisnis MLM benar memberikan hasil

8

The 3 Keys To Success in Network Marketing, http://www.meetadamchandler.com, 2 Februari 2011, diakses 3 Januari 2013.

(5)

5

yang menjanjikan. Misalnya saja, Louis Tendean yang berhasil menjadi pemasar terkaya versi majalah Warta Bisnis tahun 2003 melalui MLM Tiens Group, Robert Angkasa melalui MLM Amway, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Meskipun demikian, tidak sedikit juga pemasar yang memutuskan untuk berhenti menjalankan bisnis MLM. Sudah hal yang umum mendengar pemasar MLM berhenti atau bahkan pindah ke perusahaan MLM lain. Tentunya banyak hal yang menyebabkan seorang pemasar MLM memutuskan untuk berhenti menjalankan bisnisnya. Banyak pihak yang menyalahkan perusahaan atau produk atas apa yang dialami.

Dalam laporan tahunan kepada SEC, MLM Pre-Paid Legal, terungkap bahwa lebih dari setengah pelanggan dan distributor berhenti setiap Pola yang mencapai 50-70% dari semua distributor dalam setahun juga berlaku untuk NuSkin, industri kedua terbesar dalam MLM. NuSkin juga menunjukkan contoh dimana hanya kecil sekali persentasi distributor yang memperoleh keuntungan mayoritas komisi perusahaan. Di tahun 1998, NuSkin membayarkan 2/3 dari seluruh komisinya kepada hanya 200 upliners dari 63,000 distributor yang “aktif”. Uang yang mereka terima diperoleh langsung dari investasi yang tidak menguntungkan dari 99,7% lainnya. Di tahun 1995, Excel Communications, MLM “yang cepat berkembang” lainnya, melaporkan kepada pejabat adanya 86% tingkat pergantian distributor dan 48% tingkat drop-out pelanggan.9

9

(6)

6

Menurut artikel “Why Most People Will Never Succeed In Network

Marketing” dalam website mlm.com, berhentinya seorang pemasar dari

menjalankan bisnis MLM atau sering disebut network marketing terletak pada

value yang dimiliki oleh orang-orang yang menjalankan bisnis MLM. Value yang

dianut oleh setiap orang akan mengacu pada hal-hal apa yang diinginkan setiap orang dalam hidup untuk dapat terpenuhi.

Value yang dimiliki setiap orang berbeda-beda. Misalnya saja, seperti

seorang ibu memiliki value bahwa menghabiskan waktu dengan anak-anaknya merupakan prioritas. Maka ia akan rela melakukan apapun agar dapat menghabiskan waktu bersama anak-anaknya. Value ini bekerja dalam diri seseorang dan sangat mempengaruhi kepercayaan orang tersebut (belief) terhadap sesuatu. Belief yang dimiliki seseorang biasanya akan ditunjukkan melalui suatu sikap (attitude).

Value, belief, dan attitude akan muncul sebagai proses komunikasi

intrapersonal seseorang. Begitu juga dengan keputusan seorang pemasar MLM untuk berhenti menjalankan bisnisnya, tentunya sangat dipengaruhi oleh proses komunikasi intrapersonal yang terjadi dalam dirinya. Pemaknaan atas objek MLM menjadi dasar bagi pembentukan sikap dan perilaku para pemasar MLM. Penelitian ini hanya melihat proses internal individu pemasar. Inilah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti dan menganalisa proses komunikasi intrapersonal pemasar MLM dalam aktivitas bisnisnya.

(7)

7

1.2. Rumusan Masalah

Dengan ini peneliti merumuskan masalah yaitu: Bagaimana proses perubahan kognisi pemasar MLM sebagai bentuk komunikasi intrapersonal dalam aktivitas bisnisnya hingga keputusan berhenti?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan perubahan kognisi pemasar MLM sebagai bentuk komunikasi intrapersonal dari menjalankan hingga berhenti dalam aktivitas bisnisnya.

1.4. Signifikansi Penelitian

1.4.1. Signifikansi Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas kajian ilmu komunikasi dan menambah pengetahuan tentang peran dan proses komunikasi intra pribadi dalam sebuah praktek pemasaran suatu produk atau jasa sehingga bisa dijadikan sebagai pedoman atau acuan dalam bidang komunikasi, sehingga dari hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi penelitian sejenis.

1.4.2. Signifikansi Praktis

Penelitian ini memberikan informasi mengenai seputar permasalahan komunikasi intra pribadi sehingga dapat dijadikan pertimbangan bagi perusahaan MLM yang ada agar dapat berusaha mempertahankan agen pemasarnya.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menentukan adanya perbedaan antar perlakuan digunakan uji F, selanjutnya beda nyata antar sampel ditentukan dengan Duncan’s Multiples Range Test (DMRT).

(elaborasi) 3 Mengkomunikas ikan permasalahan berdasarkan hasil pengamatan - Menugaskan siswa mendeskripsikan gambar hewan secara tertulis berdasarkan ciri- ciri yang

Dari hasil pengolahan data pengukuran diketahui bahwa keberadaan mineral logam ditunjukkan dengan adanya zona konduktif. Hal ini karena logam merupakan penghantar listrik

Dalam penelitian ini, analisis dikhususkan untuk memahami makna tekstual dalam pemberitaan investasi miras pada media CNN Indonesia melalui analisis (1)

Sedangkan pengertian konsep menurut Woodruf adalah suatu gagasan/ide yang relatif sempurna dan bermakna, suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif

Selain itu, teknologi microbial fuel cell dapat menghasilkan power density berasal dari limbah perhotelan antara 4.09 - 40.35 W/m 2 tergantung terhadap

- Karena tidak berinisiatif untuk mengajukan biaya tambahan atas pemberian bantuan dari Jamkesos, karena menurutnya Jamkesos tidak memiliki standard jumlah biaya bantuan

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri mengatur bahwa perlindungan hukum hak atas karya Desain Industri diberikan pada seorang pendesain berdasarkan