• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perang Melawan Corona (COVID-19)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perang Melawan Corona (COVID-19)"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Perang Melawan

Corona (CoVID-19)

(3)

Sanksi Pelanggaran Pasal 113

Undang-Undang no. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

1. Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) hur-uf i untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

2. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencip-ta apencip-tau pemegang hak cippencip-ta melakukan pelanggaran hak ekono-mi pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

3. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pen-cipta atau pemegang hak pen-cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk penggu-naan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda pa-ling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

4. Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipi-dana dengan pidipi-dana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

(4)

Perang Melawan

Corona (CoVID-19)

Dr. HiSniNDaRSyaH

SYIaH KUala UnIVerSITY PreSS

2020

(5)

Judul Buku:

PERANG MELAWAN CORONA (COVID-19)

Penulis:

Dr. Hisnindarsyah

Editor:

Zainal A. Muchlisin Firman M. Nur Maulidar Agustina

Setting Layout:

Muhammad Maghribi

Desain Cover:

Iqbal Ridha

ISBN: 978-623-264-138-9

ISBN: 978-623-264-137-2 (PDF)

Pracetak dan Produksi:

SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS

Penerbit:

Syiah Kuala University Press

Jl. Tgk Chik Pante Kulu No.1 Kopelma Darussalam 23111,

Kec. Syiah Kuala. Banda Aceh, Aceh

Telp: 0651 - 8012221

Email: upt.percetakan@unsyiah.ac.id

Website: http://www.unsyiahpress.unsyiah.ac.id

Cetakan Pertama, 2020

xvi + 104 (15,5 X 23)

Anggota IKAPI 018/DIA/2014

Anggota APPTI 005.101.1.09.2019

Dilarang keras memfotokopi atau memperbanyak sebagian atau

seluruh buku ini tanpa seizin tertulis dari penerbit.

(6)

Buku ini aku peruntukkan untuk

Ayahandaku Allohuyarham

Alm. H. Syahrawi Abdul Kadir

yang telah menanamkan semangat: Jujur, Berlaku

Benar, dan Berani

Dan ibundaku:

Hj. RA Soelistyowati Syahrawi

yang mengajakku untuk selalu peduli dan berbagi

Juga Istriku tercinta:

Virly Mavitasari yang hati dan jiwanya selalu

un-tuk mendukung langkahku bagi kemaslahatan umat.

Dan untuk dua permata hati:

Muhammad Ghifary Mahindisyah dan Azzeldine

Ali-yah Zahira

(7)
(8)

VII Perang Melawan Corona (COVID-19)

Assalamualaikum wr.wb.

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat allah SWT, berkat limpahan karunianya yang hingga saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan buku yang sangat bermanfaat ini.

Pada tanggal 12 Februari 2020, WHO resmi menetapkan penyakit novel Coronavirus pada manusia ini dengan sebutan Coronavirus Disease (COViD-19). Pada tanggal 2 Maret 2020 indonesia mel-aporkan 2 kasus konfirmasi COViD-19. Pada tanggal 11 Maret 2020, WHO sudah menetapkan COViD-19 sebagai pandemik. Kita ber-harap negara-negara di seluruh dunia untuk bekerja secara kooper-atif dan terbuka satu sama lain dan bersatu sebagai front persatuan dalam upaya untuk mengendalikan situasi ini.

Buku “Perang Melawan Corona (Covid -19)” diharapkan kita dapat mengerti tentang Covid-19, proses penularan, cara menanggulangi, usaha mencegah dan bentuk partisipasi dalam memeranginya. Tidak banyak tulisan tentang Covid-19, yang mudah dipahami. Teru-tama oleh orang awam. Padahal edukasi dan sosialisasi tentang protokol kesehatan Covid-19 pada masyarakat, sangat penting. Ka-rena masyarakat adalah garda terdepan dalam menghadapi pan-demi Covid-19.

Regulasi telah ditetapkan oleh pemerintah. Upaya penyediaan sa-rana dan prasana menghadapi Covid-19 terus dilengkapi. Tanpa dukungan dan kesadaran dari masyarakat untuk patuh pada protokol kesehatan Covid-19, maka semua itu akan sia sia.

Tulisan ini merupakan bagian dari upaya dari penulis, yang sadar akan pentingnya mengedukasi masyarakat. Secara sederhana, ter-us menerter-us, dengan cara yang mudah dipahami.

akhir kata disampaikan terimakasih kepada penulis yang telah me-luangkan waktunya. Untuk memberikan energi positifnya kepada masyarakat dalam literasi terhadap Covid-19. Semoga allah SWT selalu menjaga kita.

Wassalam,

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Prof. Dr. dr. Maimun Syukri, Sp.PD-KGH

(9)
(10)

Ix Perang Melawan Corona (COVID-19)

i'm so suprising, saya terkejut dan selalu ada kejutan dari penulis buku ini.

Sejak mengenal dokter Hisnin di angkatan yang sama, 1988 FK Un-has. apa yang dikerjakannya, selalu membuat saya terkejut. Opspek bersama sampai penataran P4, saya dan penulis selalu bersama. Dalam arena pembicaraan dan diskusi. Hingga dalam kegiatan or-ganisasi pun, kami selalu bernyaris bersama. Seolah berkompetisi sekaligus bersinergi. Hanya bedanya, saya menjadi pengurus mulai ketua HMi komsat FK Unhas hingga ketua MPa iSMKi (ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran indonesia).

Sedangkan penulis lebih sering berada di luar jalur formal. Jalur non organisasi. Selalu bergabung dengan komunitas pluralis: mulai pengamen jalanan sampai pengusaha besar. Jadi wajar, jika saat itu saya lebih mengenalnya sebagai pengusaha yang calon dokter. Juga sebagai penulis. Bahkan dokter hisnin adalah salah satu pen-diri dan pemred pertama Sinovia, majalah kedokteran Unhas saat ini. nilai intelektual dan perjuangannya untuk kemanusiaan, selalu dituangkan dalam bentuk tulisan.

Tulisan dokter hisnin sudah saya baca sejak mahasiswa. Di harian Pedoman Rakyat, Fajar bahkan majalah skala nasional. Dan saya diberi olehnya buku kumpulan tulisannya berjudul Masyarakat ping-giran yang diterbitkan tahun 1996. Jadi jika penulis mengembang-kan Media kedokteran Unhas, Sinovia, bumengembang-kan hal yang baru bagi saya.

yang membuat saya terkejut adalah ketika saya tahu, penulis mendaftar jadi tentara. i’m so surprising. Meskipun background ke-luarga penulis adalah keke-luarga tentara, tapi kiprahnya lebih pada bisnis dan usaha. Tidak pernah bicara tentang militer. Dan terny-ata, justru karier di militer inilah, yang ditekuninya hingga saat ini.

Setelah lama tak berjumpa, bandara LaX (Los angeles international airport) California tahun 2017 menjadi awal perjumpaan kita kem-bali. Saya yang tinggal di California dan bekerja sebagai Dekan, dipertemukan dengan rombongan para Jenderal kesehatan Tni, yang penulis ikut didalamnya.

(11)

x Dr.Hisnindarsyah

Rupanya ada kegiatan international Join Meeting di Hawaii. Dari pertemuan singkat itulah, saya lebih dekat dengan Tni. Bahkan jadi bagian dari Tim ahli RS Kepresidenan Gatot Subroto.

im so suprising, sungguh penulis selalu membuat kejutan yang ber-hikmah dan kejutan terbaru adalah buku" perang melawan Corona". Kumpulan tulisan dokter hisnin di media sosial, yang diedit dan di terbitkan oleh Syiah Kuala University Press. Sebuah penerbit resmi Universitas Syah Kuala naD, aceh.

yang membuat terkejut adalah tulisannya yang sangat membumi dan sederhana. Tapi jelas dan tegas misinya. Untuk mengingatkan agar masyarakat awam tidak termakan berita hoax, informasi yang simpang siur tentang Covid19. Covid19 itu nyata dan harus kita per-angi. Tentunya dengan cara elegant. yaitu mematuhi protokol kes-ehatan Covid19. Tidak abai dan lalai, apa lagi meremehkan.

Selamat dan terus menulis saudaraku Kolonel Laut (K) Dr(can). dr. Hisnindarsyah SE M. Kes MH. Cerdaskan masyarakat dengan baha-sa sederhana, simple dan mudah dipahami. Terus membuat kejutan, buat kami terkejut dengan ide dan inovasi yang mencerdaskan

i'm so suprising.

Congrats dan best regards

Prof. Dr. Taruna ikrar, M.Biomed. Ph.D

(12)

xI Perang Melawan Corona (COVID-19)

SenYUM PeJUang DI BalIK MaSKer

Oleh: amang Mawardi (Wartawan senior dan penulis buku, tinggal di Surabaya)

Menganggap wartawan dan penulis profesional saja yang bisa me-nyusun kata demi kata menjadi untaian kalimat menarik, yang lantas mencoba memahamkan pembaca atas maksud yang ditulis, adalah pendapat yang sungguh fatal.

Setelah menjalani profesi sebagai jurnalis dengan bekerja di media cetak (umum) selama lebih kurang 30 tahun, kemudian disusul sejak 2007 sampai 2017 menjadi redaktur pelaksana in house magazine sebuah bank BUMD di Jawa Timur, maka di situlah anggapan itu ambyar persisnya saat media intern tersebut membuka rubik opini.

Dari sekian artikel yang masuk, ternyata sebagian banyak ditulis dalam kondisi press clear – sudah layak muat – baik dari sisi tata bahasa maupun kandungan artikel, sebagaimana tulisan opini um-umnya yang biasa disiarkan media cetak. Padahal mereka bukan wartawan dan penulis profesional.

Dari “titik” ini, saya berharap semoga para wartawan dan penulis professional jangan terlalu percaya diri, sebagaimana pernah saya sikapkan. nyatanya, “di luar sana” banyak menyimpan bakat-bakat terpendam yang jika diberi kesempatan akan menjadi penulis yang baik. Dan, saya yakin, pada akhirnya akan menjadi semakin kredibel manakala terus berlatih menulis, terus memperbanyak jam terbang, dan belajar lebih intens lagi selaras bidang yang digeluti.

(13)

xII Dr.Hisnindarsyah

Meski untaian kata yang saya ungkapkan di atas semula saya sadari tersirat melintas di bawah alam bawah sadar, namun ketika Kolonel Laut dr. Hisnindarsyah, M. Kes. MH, SE, CFEM yang sekitar 30 ta-hun lalu sering berkunjung ke markas para seniman di Balai Pemu-da, terutama di sekretariat Bengkel Muda Surabaya (BMS) – saat saya baca tulisan-tulisannya di status facebook-nya sekitar dua ta-hun terakhir ini saya semakin yakin akan kesadaran baru sikap saya, bahwa jangan anggap enteng keberadaan orang-orang “di luar sana” – di luar profesi wartawan dan penulis profesional itu.

Bahwa yang saya biasa memanggil dengan sebutan Pak ndan Dok-ter itu, mencerminkan sosok yang lugas, tegas, tapi juga lembut Dok- ter-cermin dari tulisan-tulisannya pada banyak status di medsos terse-but terstruktur rapi dan mudah dipahami. Sekali lagi, saya dibuat surprised, mirip kehadiran para karyawan bank BUMD yang menulis di media intern sebagaimana saya paparkan di atas. Bahkan Pak ndan Dokter ini terlihat lebih produktif.

Bagi saya dunia kedokteran adalah dunia yang sulit ditembus raha-sia keilmuannya. Rasanya ada tabir tebal yang menghadang saya. Kondisi ini pada akhirnya, boleh jadi, telah saya pahami sebagai takdir, saking sulitnya menembus tabir itu. apalagi jika ada mak-sud hendak saya deskripsikan. Beda jika saya mempersepsikan dan mendeskripsikan medan sosial dan budaya.

nah, di tangan Pak ndan Dokter jagad medis yang bertabir tebal tersebut bisa diungkapkan dalam bahasa awam yang enak dan gam-blang diikuti, lebih-lebih saat saya baca tulisan-tulisannya di postin-gan fesbuknya yang panjang namun tidak melelahkan itu. Saya pun akhirnya menjadi jauh lebih paham apa dan bagaimana virus itu, terutama yang berkaitan dengan pandemik yang bikin “gempa bumi medis” pada penggalan milenium ini, yaitu: Covid 19.

Satu hal lagi yang saya catat dari postingan-postingan Pak ndan Dokter, adalah sikap tegasnya dimana dia berdiri: apa yang telah ditetapkan pemerintah tentang bagaimana menjalankan protokol pencegahan Covid-19 adalah sesuatu yang sudah benar dan berja-lan pada track-nya. Oleh karena itu, sikap tegas militer yang dokter yang humanis ini, sudah jelas di mana dia berdiri dan bersikap atas apa yang mesti dia tunjukkan.

Maka, setelah saya mengikuti postingan- postingannya berupa tu-lisan-tulisan pendek maupun yang relatif panjang berbentuk artikel seputar Covid-19,

(14)

xIII Perang Melawan Corona (COVID-19)

jauh hari saya sudah berharap bahwa kelak materi ini akan men-jelma menjadi buku. Dan kosa-kata “kelak” itu ternyata jauh lebih cepat dari ekspektasi saya.

Di tangan anda semua para pembaca yang budiman, buku yang ber-judul “Perang Melawan Covid-19” yang terdiri dari v+85 halaman ini, di mana ketika mata saya tertumbuk pada Daftar isi, saya lagi-lagi dibikin surprised, karena di situ terdapat 25 judul tulisan yang be-gitu saling melengkapi dan paripurna membahas tentang Covid-19 sebagai virus membahayakan mematikan berikut cara-cara penang-gulangannya.

Dalam artikel berjudul ‘Pertempuran Tercanggih: Corona, Hawa naf-su dan Perang Dunia’, ada rangkaian kata-kata menarik yang bisa diangkat pada catatan saya ini:

ada banyak serbuan virus lainnya, seperti virus cacar, virus herpes, virus ebola, virus HiV, termasuk virus influenza dan virus corona. Masing-masing punya spesifik medan serbuannya. Punya kemamp-uan penyamaran, infiltrasi, agitasi, provokasi dan serbkemamp-uan kejutan. nah, Covid-19 adalah rantai bio-molekuler yang sangat kecil tapi canggih, merusak dari dalam.

apa bahayanya? Karena virus ini menyerbu dengan sangat halus, smooth dan senyap, membuat tubuh tidak menyadari serbuan itu. Bahayanya juga, karena virus ini memberi instruksi dengan men-contoh, menjiplak, meng-copy Dna dan Rna tubuh. Sehingga tubuh menganggap itu adalah hal biasa. Prinsipnya, virus non-hidup yang cerdas ini, menjadikan tubuh sebagai perbanyakan diri. Dan setelah tersebar banyak, virus pun berubah menjadi penyakit.

Dari dua alinia yang saya contohkan di atas, betapa Pak ndan Dokter begitu gamblang mengungkap sosok virus yang saat ini menggeger-kan dunia itu. Mungkin alam bawah sadarnya sebagai sebagai se-orang militer, menjadikan tulisannya begitu terkomando, tegas, dan mudah dipahami, terutama pada alinia pertama yang lantas dikunci dengan alinia kedua.

Kemudian pada artikel berjudul “Kebangkitan nasional Kedua Gera-kan Dokter Semesta Lawan Corona”, Pak ndan Dokter membuka artikelnya dengan kalimat cukup menohok: ada masa sejarah beru-lang. Dengan momentum yang sama, pemeran yang sama. namun musuh yang berbeda.

(15)

xIV Dr.Hisnindarsyah

Pak ndan Dokter sengaja mencantumkan huruf-huruf bercetak mir-ing pada kalimat awal ini, dimasudkan sebagai warnmir-ing. Bahwa yang sedang kita hadapi adalah musuh berbeda yang benar-benar julig. Dalam konteks tidak main-main itu, salah satu indikasi adalah: sampai saat ini penderita Covid-19 di indonesia tercatat 151.000 orang, dengan 105.000 sembuh dan 6.594 meninggal. Di sisi lain yang memprihatinkan, 72 orang dokter telah gugur dalam melawan Covid-19. Belum termasuk tenaga paramedis.

Data lain menunjukkan, 6,5 persen jumlah tenaga medis di indo-nesia telah meninggal dunia dalam perang melawan pandemi ini. angka tersebut tercatat tertinggi dibanding negara di dunia lainnya dalam tataran tenaga medis.

Tapi perang belum usai, kita masih bertempur. Seluruh elemen bangsa bertekad memerangi Covid-19 ini. Dan dari seluruh elemen, dokter dan paramedis merupakan ujung tombak paling vital. Di sini Pak ndan Dokter menunjukkan sikap tegasnya dalam membela para tenaga medis kesehatan di mana ada saja oknum masyarakat yang mencoba bersikap nyinyir dan penuh curiga.

Di balik sikap tegasnya itu, Pak ndan Dokter senantiasa mengajak kolega-koleganya sesama tenaga kesehatan yang berdiri di garis depan perjuangan melawan virus dahsyat mematikan ini, untuk sen-antiasa menyunggingkan senyum kepada khalayak, “Keep smile, pejuang-pejuang kesehatan. Jangan lupa bahagia, karena allah SWT bersama kita. ini bagian jihad kita semua. Berbahagialah atas kesempatan mulia ini”, sebagaimana saya kutip dari tulisannya ber-judul ‘Senyum Pejuang di Balik Masker ’ itu.

(16)

xV Perang Melawan Corona (COVID-19)

KaTa PenganTar SeJawaT...VII PraKaTa...Ix Prolog...xI DaFTar ISI...xV

PERTEMPURan TERCanGGiH: COROna, HaWa naFSU Dan PERanG

DUnia...1

PERTEMPURan MELaWan ViRUS ...7

PRaJURiT, iMUniTaS Dan KELUaRGa ...13

SEnyUM PEJUanG DiBaLiK MaSKER ...15

STRaTEGi HERD " LUWES" iMUniTy VSHaRaKiRi MaSSaL?... ...17

KEBanGKiTan naSiOnaL KEDUa GERaKan DOKTER SEMESTa LaWan COROna ...25

LOGiKa SESaT: COViD19 UnTUnGKan TEnaGa MEDiS? ...29

KETiKa "anTi COViD", JaDi PDP: aKanKaH, KaMi DiaM? MaaF, KaMi TiDaK SEHina iTU...37

TEORi KOnSPiRaSi "HaLU" nan SESaT...41

DUH, naSiBMU PSBB: Hanya BiSa MEManDanG...47

PERLU "aGaK" GiLa: BUaT anTi COROna...53

SURaT TERBUKa BUaT SiaPa SaJa yanG anGGaP "Tni TiDUR SaJa"...59

JUM'aT BERKaH Dan OJOL...63

TOLOnG JELaSKan, TERBUaT DaRi aPa HaTi KaLian?...67

(17)

xVI Dr.Hisnindarsyah

CaRiER COROna...71

SaaTnya BERSanTUy Di RUMaH: STOP COROna...75

TiBa-TiBa KiTa TaKUT? LEBay aH...79

CaLO MaSKER, PEnGKHianaT BanGSa...81

MaaF, KaMi TiDaK MEnaRi Di aTaS PEnDERiTaan ORanG Lain (MELi-HaT JEPanG Dan CHina)...85

PROFESi DOKTER iTU aPa SiH ?...89

GERaKan SaLinG BanTU Dan yBSi...95

yBSi BERBaGi HaDaPi COViD19...97

yBSi: aLUn GELOMBanG GERaKan KEPEDULian...99

(18)

1 Perang Melawan Corona (COVID-19)

PerTeMPUran TerCanggIH:

Corona, Hawa naFSU Dan Perang DUnIa

Perang apa, yang paling berat dan paling canggih di dunia sepanjang masa? Perang Salib? Penaklukan Constantinople? Hancurnya andalusia? atau perang dunia 1-2-3? no, Bukan

Perang tercanggih sejak dulu kala adalah pertempuran antara tubuh kita melawan virus. apa alasannya? Karena strategi tempurnya selalu “up-date”. kekuatan pasukannya juga selalu bertambah. Persenjataannya juga semakin hebat. Sistem iT dan komputerisasi virus melawan tubuh terus berkembang. Keren!

Makhluk hidup lawan virus, itu ibarat sel hidup yang berjiwa melawan ma-terial non makhluk. Tapi cerdas dan pantang menyerah. apa virus itu se-benarnya? Virus itu non makhluk yang simple tapi njelimet. Berbahaya tapi jinak. Pasti membingungkan. akan saya coba menyederhanakannya saja. Virus itu non makhluk yang simple. Karena ukurannya yang sangat ke-cil, terdiri dari protein, tidak memiliki sel. Bagaimana munculnya virus ini? Masih jadi perdebatan.

(19)

7 Perang Melawan Corona (COVID-19)

Jika diibaratkan medan pertempuran, maka tubuh kita adalah wilayah perangnya. Virus adalah semacam pasukan negara lain, yang menyerbu pertahanan wilayah kita. Jika wilayah kita diserbu, tentu kita akan mela-wan. Dan dalam tubuh kita, ada sistem pertahanan dan perlawanan yang disebut sistem pertahanan tubuh. istilahnya, imunitas tubuh dan disebut juga kekebalan tubuh yaitu suatu respons imun terhadap virus yang masuk dalam tubuh.

Saat kita diserang virus, itulah saat pertama kalinya tubuh terinfeksi. Se-bagai reaksinya, maka tubuh akan mengeluarkan pertahanan kekebalan bawaan standarnya disebut respons imun bawaan. Tugasnya menghadapi aneka jenis virus. Di sinilah, dilepaskan senjata berupa protein bernama interferon. Tugasnya mengganggu kemampuan virus untuk bereplikasi di dalam sel-sel tubuh.

Sebagai info, virus memiliki kemampuan replikasi bermacam-macam. ada yang mengikut deret hitung 1, 2, 3 dan seterusnya. ada yang mengikut deret ukur 1, 2, 4, 8 dan seterusnya.

(20)

13 Perang Melawan Corona (COVID-19)

PraJUrIT, IMUnITaS, Dan KelUarga

Prajurit adalah prajurit, apapun pangkat, jabatan, dan profesinya. Prajurit harus selalu siap melaksanakan tugas dalam kondisi apapun, dalam kead-aan apapun. Loyalitas prajurit adalah harga mati yang tidak bisa ditawar-tawarkan lagi.

Tugas prajurit adalah melaksanakan amanah, perintah, dan ada prajurit yang berlaku sebagai komandan serta ada prajurit yang bertindak sebagai pasukan. Tidak ada komandan yang lebih besar, yang didapatkannya ke-cuali tanggung jawab. Tidak ada pasukan yang lebih baik, didapatkannya, kecuali keberhasilan melaksanakan tugas. Saat ini kita sedang berperang menghadapi virus Corona. Komandan sejati, selalu bersama dengan pasu-kannya. Mendahulukan kepentingan pasupasu-kannya. Selalu berpikir yang ter-baik bagi pasukannya. Dan pasukan, hanya tinggal melaksanakan agar tujuan tercapai.

Penyemangat terbaik prajurit adalah Keluarga. Ketenangan, kenyamanan, dan rasa memahami tentang tugas tanggung jawab sebagai prajurit. Men-jadikan Keluarga adalah power energi terbesar. itu yang akan meningkat-kan imunitas tubuh, kekebalan tubuh, dan antibodi tubuh. Positive thinking dan selalu bersyukur, dalam kondisi apapun. akan membuat tubuh kita kuat, kebal dan mampu melawan virus-virus apapun juga. Termasuk virus Corona.

inilah saatnya kembali pada Keluarga. Dan bagi prajurit yang belum sem-pat bertemu keluarga. Bersyukurlah! Karena, melaksanakan tugas kema-nusiaan adalah kehormatan.

Terima kasih istriku tercinta Virly Mavitasari, anak-anakku Muhammad Ghifary Mahindisyah dan azzeldine aliya Zahira. ibundaku Hj. Ra Soe-listyowati Syahrawi. Juga almarhum ayahandaku H. Syahrawi abdul Kadir, yang tiada henti memberikan dorongan dan spirit bagiku dalam melak-sanakan tugas.

ayahku H. Syahrawi almarhum pernah berkata “Jangan korbankan ang-gotamu hanya untuk kepentinganmu sesaat! Tapi berupayalah terus mem-berikan yang terbaik untuk pasukanmu, untuk anggota mu! Meskipun itu nanti membuat dirimu, seolah-olah, tidak memiliki harta yang berharga di dunia. Biarlah allah SWT. yang akan menggantikannya kelak di akhirat atau pada anak cucu keturunan kita.”

(21)

15 Perang Melawan Corona (COVID-19)

SenYUM PeJUang DI BalIK MaSKer

Ketika hampir semua pusat hiburan dihimbau untuk bisa mengurangi aktiv-itasnya, ketika banyak mall yang mulai sunyi sepi, ketika berbagai aktivitas pertemuan dan perkumpulan besar, satu persatu mulai ditunda, ketika kan-tor mungkin mulai mempertimbangkan kerja jarak jauh, Ketika kongkow-kongkow, ngopi-ngopi, “social closing” mulai diganti menggantikan “social distance”: ngobrol dan ngopi by online, ketika pemerintah wilayah mulai buat pengumuman, meliburkan sekolah sementara waktu, dan ketika ru-mah menjadi tempat paling nyaman, dan bahkan paling aman, setidaknya selama 14 hari ke depan ini.

Tapi justru aku, kamu, dan kita harus bersiaga di tempat kerja kita: Rumah Sakit. Tapi jangan khawatir sejawat ku! Bersyukurlah ka-rena allah SWT. telah memilih kita untuk melakukan tugas mulia ini. Tidak banyak orang yang punya kesempatan seperti ini dan pasti tidak salah kalau allah SWT. memilih kita untuk pekerjaan ini. Ka-rena allah SWT. Maha Tahu bahwa kita adalah bagian dari rencana terbaik-nya.

Percayalah allah SWT. yang Maha Baik, tidak pernah salah me-milih dan menentukan kita untuk tetap bekerja, siaga, dan melayani seperti biasa. Bersyukurlah karena kita memiliki kesempatan untuk melakukan Jihad. Sejawatku, mungkin senyuman kita tertutup oleh masker. Tetapi tetap tersenyumlah karena allah SWT. Maha Melihat senyum di hati kita.

Mungkin sentuhan kita, terlapisi oleh sarung tangan karet, tapi sen-tuhlah mereka-mereka yang membutuhkan. Salurkan terus energi lembut bernama: Keikhlasan karena allah SWT. menjadikan Mukhli-sin: kaum yang ikhlas, ada pada derajat tertinggi.

Mungkin gerak kita sedikit terhambat karena baju aPD yang berat dan pengap. Tapi tetap ringankan terus hati kita dengan kemulian dan ketulusan karena allah SWT. yang akan menyejukkan dan mer-ingankan semua beban kita di dunia dan akhirat.

Mungkin langkah kita sedikit berat karena boot yang dipakai kedua kaki kita, tapi jangan pernah berhenti melangkah untuk kemanu-siaan! Karena sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya.

(22)

17 Perang Melawan Corona (COVID-19)

Tiba-tiba aku mendadak bodoh.

Dunia sudah menetapkan si Covid-19 sebagai pandemik alias wabah du-nia. Perjuangan bertempur untuk menghadapinya, belum juga usai. Pro-tokol kesehatan versi WHO pun sudah ditetapkan. Mulai rajin cuci tangan, pakai masker, jaga jarak sampai lockdown. Paham lockdown kan? Tidak memberi ruang akses keluar masuk wilayah tertentu. Untuk membatasi penyebaran wabah. Dipakailah kriteria zonasi. Hingga semua terkendali. itu pun belum membuat grafik tingkat kejadian kasus Covid-19, menurun. Melandai pun belum terlalu.

Hanya disebagian kecil negara seperti Taiwan dan Vietnam, yang angka kematiannya sedikit. Meski mungkin, karena ratio penduduknya pun relatif tidak padat. Dan kesadaran, serta disiplin melakukan protokol kesehatan sangat tinggi. Ditunjang sarana prasarana dan logistik pemerintah yang memenuhi syarat.

STraTegI HerD “ lUweS”

IMUnITY VS HaraKIrI MaSSal?

(23)

25 Perang Melawan Corona (COVID-19)

KeBangKITan naSIonal KeDUa

geraKan DoKTer SeMeSTa lawan Corona

ini tentang sejarah kegigihan para dokter di tanah air, dalam berjuang menegakkan kedaulatan bangsa. Dengan cara melindungi, menjaga, mer-awat, dan melayani rakyat indonesia. Melawan aneka ragam musuh, yang menjajah raga jasad fisik, maupun jiwa bangsa indonesia.

Saat ini, sejarah kembali berulang. Berupa kegigihan para dokter indo-nesia, untuk membentengi masyarakat dari Pandemi Covid-19. ini meng-ingatkan kembali perjuangan mahasiswa kedokteran STOVia mendirikan Gerakan Budi Utomo. Saat ini, ditandai sebagai Hari Kebangkitan nasional pada 20 Mei 2020.

Tanpa terasa, sudah 112 tahun berlalu. Manakala sembilan mahasiswa se-kolah kedokteran STOVia memprakarsai berdirinya organisasi “Budi Oeto-mo.” Rasa kepedulian yang muncul karena diskriminasi pendidikan yang diterima sebagai hak eksklusif golongan priyayi. Sedangkan hak kaum pribumi diabaikan. Kesetaraan mendapatkan hak pendidikan bagi semua golongan ini, yang awalnya menjadi tujuan Budi Utomo.

Saat itu, STOVia yang dikenal sebagai sekolah eksklusif, langsung mem-bara. Para calon dokter bergerak untuk saling membantu, memberikan kepeduliannya. Bagi kelompok dan masyarakat yang mendapat perlakuan yang tidak adil oleh pemerintah Hindia Belanda.

Budi Utomo menjadi harapan baru dan para calon dokter. inilah sebagai pioner penggerak untuk bangkit melawan penjajahan, sehingga 20 Mei dinyatakan sebagai Hari Kebangkitan nasional.

Dan kembali kepioneran para dokter kembali diuji. Virus Corona diumum-kan pemerintah pada tanggal 2 Maret 2020 menyerbu masuk ke indone-sia. Covid-19 ditetapkan sebagai musuh yang harus diperangi. Genderang perang pun ditabuh. Tenaga kesehatan sebagai garda terdepan dan tera-khir dalam pertempuran ini. Lagi-lagi para dokter, bekerja sebagai pan-glima di profesinya masing-masing.

Hanya dalam waktu 79 hari pertempuran (19/5), kasus positif Corona di in-donesia sudah menyentuh angka 18.496 pasien. Belum lagi, ribuan rakyat telah meninggal. Ratusan ribu manusia indonesia telah terpapar.

(24)

29 Perang Melawan Corona (COVID-19)

logIKa SeSaT:

CoVID-19 UnTUngKan Tenaga MeDIS?

Baru saja selesai salat subuh berjamaah, beberapa pesan Whatsapp (Wa) masuk. Sebuah video berisi keributan antara pihak rumah sakit dan kelu-arga pasien, terkait jenazah yang akan dimakamkan karena serangan jan-tung. namun akan dimakamkan dengan prosedur Covid-19. adu tegang terjadi di depan Rumah Sakit PK MnD serta penjelasan yang samar-samar dari pihak keluarga. Semua serba tidak jelas.

Maaf, aku pribadi kurang bisa menangkap kalimatnya tetapi aku lebih ter-tarik dan sekaligus dibuat jengkel karena kalimat provokatif yang ditulis-nya. Tim medis bisnis Corona, Corona diperdagangkan. Lanjut kalimat di-hubungkan untuk kembali ke kehidupan normal. Sangat provokatif tanpa perlu perhatian lagi pada himbauan patuh pada protokol kesehatan. Sung-guh ini proses “pendunguan” yang sistematik.

Bagi siapa pun yang menulis dan menyebar informasi tentang tim medis bisnis Corona. Kalau anda mau uji coba bertaruh nyawa menggantikan tim medis yang bekerja saat ini, kami dengan sangat antusias menyerahkan tongkat estafet pelayanan medis ini pada anda.

(25)

37 Perang Melawan Corona (COVID-19)

KeTIKa “anTI CoVID-19”, JaDI PDP: aKanKaH, KaMI

DIaM? MaaF, KaMI TIDaK SeHIna ITU

Hari ini adalah hari kebahagiaan. dan seharusnya demikian. “Betapa tidak?” setelah terlockdown hampir 2 bulan, akhirnya aku bisa bertemu ke-luargaku di Surabaya. Berpisah dengan keluarga membuatku yang sudah hampir sebelas tahun dijalani sudah kami anggap biasa saja.

Hanya untuk kali ini, berpisah dengan keluarga dalam suasana yang sung-guh berbeda. ada Virus Corona yang canggih, pintar, super sabar dan tak kenal menyerah selalu siap menyerang kita. Bahkan aku dan juga istriku sudah pernah “terserempet” si Corona ini dan meremehkan virus ini adalah kebodohan fatal.

Sehingga bisa sampai di Surabaya dalam situasi seperti ini, ini adalah kesyukuran dan kebahagiaan. Sekaligus bisa menyaksikan, betapa cuek dan masa bodohnya orang-orang di kota Surabaya ini terhadap si Corona. Sungguh sebagai pribadi, aku sangat prihatin dengan ibu Walikota Sura-baya. yang sudah sangat bingung dan nyaris putus asa melihat kelakuan sebagian masyarakatnya. yang tetap “ngeyel”, cuek dan masa bodoh ter-hadap protokol kesehatan Covid-19 yang seharusnya dikerjakan penuh kesadaran.

Tapi, sudahlah. Bagiku kali ini. yang paling penting, aku bisa menemani “punden emasku”, ibundaku Soelistyowati Syahrawi untuk kontrol keseha-tan yang saat ini sedang perlu perhatian, termasuk menemani hobi beliau “sodaqoh” yang sepertinya turun-menurun di keluarga kami. Berbagi dan berbagi, bagi siapa saja yang membutuhkan.

Selain itu, yang membahagiakanku juga karena aku bisa menemani ketua yBSi yang juga istriku Virly Mavitasari ybsi, keliling ke berbagai rumah sakit yang merawat Covid-19 bersama para relawan yBSi. Para dokter, perawat dan tenaga non medis membagikan amanah dari sahabat dan saudara saudara kami yang peduli. Para nakes yang bekerja keras di “zona hitam” Surabaya. Sungguh, aku bersyukur dan bahagia, syukur ba-hagia hingga kepayahan. alhamdulillah.

(26)

41 Perang Melawan Corona (COVID-19)

Lagi-lagi aku terusik. yang awalnya tidak mau berpikir tentang covid dan membebaskan diri dari bahasan tentang virus serta ingin fokus pada kerja dan pelayanan menjadi tenaga medis profesional saja tanpa peduli dihar-gai atau tidak. Dianggap ada atau tidak.

Lagi-lagi aku terusik ketika ada orang yang memaki tenaga medis yang memasang #indonesiaterserah, membuat asumsi seenak mulutnya dan mengatakan dokter harusnya memakai otak. aku masih diam karena aku anggap inilah contoh makhluk stres indonesia yang sedang jenuh dan “im-unitas” ekonominya menurun.

awalnya aku masih memilih untuk diam dan mengamati saja, Tapi ketika ada yang menuangkannya dalam bentuk tulisan yang terstruktur, rapi, de-tail dan cermat,

TeorI KonSPIraSI “HalU” nan SeSaT

Tidak ada bukti yang memperkuat teori konspirasi. Artinya, teori

kon-spirasi covid19 adalah HOAX.

(27)

47 Perang Melawan Corona (COVID-19)

DUH, naSIBMU PSBB: HanYa BISa MeManDang

Sejak aku melakukan isolasi mandiri. aku memang menyetop untuk meli-hat berita tv, berita medsos, aku batasi. Hanya suara mengaji dan lawakan (sesekali), yang aku dengarkan. atau group Wa yang lucu tapi anggotanya punya kepedulian pada masyarakat yang serba kesulitan yang intens aku joint koment didalamnya. Selain itu, nO.

aku tidak mau mengotori pikiranku. Karena hal-hal yang membuat imunitas tubuhku turun. aku ganti siaran TV dengan chanel masjid nabawi. Katanya, ada penelitian, yang memuat bahwa suara ayat suci al-Qur’an, mengu-rangi level reaktivitas virus corona dan aku meyakininya.

Sebetulnya, saat ini kondisiku baik baik saja. Tidak ada gejala penyakit apapun dan bisa beraktivitas dengan sangat normal. namun, sejak rapid test gelondonganku (yang tidak memisah hasil igG dan igM), positif. aku pasrah, untuk diisolasi. Sampai hasil swab muncul. Setidaknya, seminggu lagi paling cepat. Meskipun, bisa jadi hasilnya jika dipisah, igG ku yang meningkat. Penanda antibodi yang terbentuk.

Karena sebelumnya, lebih dari sebulan aku sakit. Dengan gejala yang tidak bisa menunjukkan langsung, bahwa itu karena Covid. Tiga kali aku rapid test, dan hasilnya, selalu negatif. Tapi dua minggu, aku sakit batuk kering. Batuk sembuh, berganti dengan rasa tidak enak di perut. Sehingga sulit makan. Dyspepsia istilah medisnya. Disertai dengan obstipasi. Tidak bisa pup, alias sulit buang air besar. akhirnya harus diopname dengan diagnosis demam berdarah. Karena trombosit yang terus menurun. Hingga berat badanku turun 7 kg. Selama seminggu aku dirawat di rumah sakit. itu semua sudah kulalui semua.

Sampai akhirnya, dengan olahraga jogging rutin, senam, berjemur dan pikiran yang positif selalu. akhirnya aku kembali sehat. Bisa jadi, rapid test itu menunjukkan antibodi sudah terbentuk pada tubuh. Semoga de-mikian. amin.

`

Hanya, kita tidak boleh jumawa. Tetap kita harus waspada. Sehingga ketika status ODP disematkan padaku, aku pasrah untuk isolasi mandiri. Tafakur dan menyepi. Tak mengapa. Karena ini bagian dari proses untuk menjaga kesehatan ku dan orang lain. Supaya tidak jadi korban penularan covid19.

(28)

53 Perang Melawan Corona (COVID-19)

PerlU “agaK” gIla: BUaT anTI Korona

Saat seperti ini, jika kita ingin sehat, sepertinya, kita perlu “agak” gila. Ekstrem memang, kalo aku bilang, aku belum pernah menemukan pasien schizophrenia yang terkena corona. Sebagian yang terkena virus corona itu adalah pasien yang depresi, stres, paranoid disertai comorbid seper-ti DM atau lansia. Jadi, kalo mau melawan virus ini, kita harus gilakah? Mungkin. Meskipun tidak seekstrem itu, tetapi setidaknya nyerempet-nyer-empet seperti itu.

Beberapa waktu ini, sebenarnya aku sakit. Tepatnya mulai aku rasakan tanggal 24 Maret 2020. itu adalah keluhan terberat. Sebelumnya tanggal 7 Maret aku sudah mulai merasakan batuk yang sangat tidak biasa. Tanpa demam, pilek atau sakit kepala. Tidak ada atau apapun yang mengarah ke Covid-19, nothing, hingga batuk pada 24 Maret. Tanggal 17 Maret aku masih mengikuti kegiatan wasrik selama 1 minggu. Dalam kondisi batuk yang aku rasa makin mengganggu.

Tapi aku tidak ambil pusing. Semua kegiatan, aktivitas, aku lahap semua. Mulai mencari bantuan aPD sampai pembangunan kamar isolasi. Mulai dari berburu masker sampai mendapatkan logistik berupa ribuan kardus air mineral, ratusan karton biskuit, dan kopi. Belum lagi ribuan dus makanan yang merupakan bantuan dari para simpatisan RSMC. yang ada di otak ku hanya bagaimana caranya nakes-nakes RSMC terlindungi. Mereka harus sehat dan terkover dukungan logistiknya. Selain itu, mereka juga harus terlindungi dengan aPD Standar, bukan aPD jas hujan yang sangat mem-prihatinkan dan berisiko.

Teman dan sejawat di RSMC juga sangat luar biasa. Mereka semua kerja keras. Pikiran dan tenaga, total mereka curahkan untuk melayani pasien. Komandan RSMC juga beraksi melalui jalur-jalur resmi untuk mendapat-kan bantuan aPD, masker, dan lain-lain. Beliau berusaha habis-habisan, terutama fokus pada aPD Standar yang sangat minim saat itu. Bersama seluruh staf RSMC lainnya, TOP dan asli gila-gilaan.

Lalu, aku berdiam diri? diam bengong? Orang gila kok disuruh diam, ha-haha. ngimpi!! Pasti tidak mungkin aku diam di saat yang lain berjuang lintang pukang menghadapi kondisi yang serba tidak menentu seperti ini. Jujur, menjadi debt collector donasi jalur informal, sangat tidak mudah. Harus betul-betul menghitung langkah, tidak boleh salah atau gegabah.

(29)

59 Perang Melawan Corona (COVID-19)

Hati-hati dengan lidah dan bicara mu. ingat pepatah: mulutmu, harimau mu. aku tidak peduli siapa pun kau, makhluk apa kau, setinggi apapun gelar yang kau punya, sehebat apapun kekuasaan yang kau punya. Jenis setan atau iblis apa yang jadi backing mu. Tapi Jika kau berani mengelu-arkan pernyataan yang “nyenggol” Tni, “nyerempet” Tni, apalagi melece-hkan Tni maka kamu akan berhadapan dengan kami.

Panglima Besar Sudirman pernah berkata, “1000 musuh di hadapan, lebih mudah dikalahkan daripada 1 pengkhianat yang ada dalam lipatan.” Sikap kata perilaku makhluk-makhluk ini, akhirnya aku paham, seperti apa peng-khianat bangsa itu. ya, itu. Seperti kau itu.

Saat ini, kita dalam kondisi sangat memprihatinkan. Kita sedang memerlu-kan semangat solidaritas dan soliditas. Tetapi kau malah berkoar sehingga menimbulkan provokasi. Entah jenis makhluk apa kau ini?

akan tetapi, memang sejarah sejak dahulu membuktikan, pengkhianat se-lalu muncul mencari celah saat negara dalam keadaan unstable, darurat, atau chaos. PKi dan Di/Tii selalu membuat ribet ketika bangsa kita sedang berjuang menghadapi penjajah, sehingga sejarah pun sudah menunjukkan ketegasan pemerintah Ri dalam menumpas habis yang mencoba mela-wan nKRi dengan kekuatan Tni, sedangkan di era millennial ini melamela-wan pemerintah tidak harus dengan senjata. Di era millennial, medsos ada-lah sarananya. Dengan demikian, setiap statement yang melecehkan Tni atau pemerintah Ri yang sah, hal tersebut sudah termasuk pengkhianatan. Bisa dikategorikan subversif. Tidak cukup hanya dengan permintaan maaf. Baca baik-baik pasal 207 dan 316 KUHP juga pasal 27 UU iTE. Biar isi kepala itu, mungkin agak sedikit lebih cerdas.

Sungguh, makhluk apa sebetulnya dirimu itu? Engkau tak berempati, tetapi kau ajak kami bermain api.

Makhluk seperti dirimu ini, yang kalau di Tiongkok, sudah jadi dakocan gantung lapangan Tiananmen atau hilang kepala di Saudi dan iran, atau bahkan hidup tanpa kenal siapa dirinya karena otak mu yang dirusak oleh agen-agen KGB Rusia.

Bersyukurlah kau hidup di negara Pancasila. Dimana Ketuhanan yang Maha Esa terletak di urut satu dari Pancasila.

SUraT TerBUKa BUaT SIaPa SaJa Yang anggaP

“TnI TIDUr SaJa”

(30)

67 Perang Melawan Corona (COVID-19)

Tolong JelaSKan,

TerBUaT DarI aPa HaTI KalIan?

Terbuat dari apa hati kalian? Ketika kami tenaga medis, bekerja keras. Me-nyediakan sarana hand sanitizer untuk publik. Di rumah sakit kami, kami letakkan di sudut-sudut poli, ruangan dan tempat yang mudah terjangkau olehmu. Semata agar dirimu nyaman, dan terjaga kebersihannya.

Ternyata malah hilang, lenyap tak berbekas entah oleh siapa, entah ke mana, entah untuk kepentingan apa?

Taukah kamu, siapapun itu. Kami sisihkan, sedikit demi sedikit yang kami miliki serba sangat terbatas. alat pelindung diri minim masker nyaris habis, hand sanitizer, mulai buat sendiri. Hanya agar kamu, atau entah siapa itu yang datang ke rumah sakit kami dan kami, yang melayani. Sama-sama terlindungi. Minimal terpapar, tidak saling menularkan.

Tapi, mengapa kau lenyapkan?

Sesungguhnya, terbuat dari apa hati kalian? Ketika kami harus lintang pu-kang sibuk kesana kemari mencari alat proteksi diri (aPD): Masker goggle, baju berlapis dua, sarung tangan, penutup kepala, sepatu bot dan semua itu tidak ringan. Beratnya hampir 3,6 kg sampai 5 kg dan kami memakainya minimal 3 sd 5 jam.

Lalu, kamu dengan seenaknya menyembunyikannya, menimbunnya mem-borong dengan membeli dalam jumlah besar lalu menjual kembali dengan harga tinggi yang berkali-kali lipat. Padahal itulah satu satunya sarana penting kami, agar kami dapat terus bekerja, melayani dan merawat. Mere-ka mereMere-ka yang menderita covid19.

Taukah kamu bagaimana pengapnya memakai baju berlapis-lapis, berjam jamnya, menahan kencing, menahan keinginan buang air besar. Bahkan, makanpun tak dapat bergerak bebas, bernafaspun kadang berat dan sulit.

Taukah kamu, aPD kami yang aman adalah sekali pakai langsung buang. Single use, tapi karena minim, kami gunakan apa saja. Bahkan jas hujan pun kami ubah fungsi jadi aPD. Semata untuk melindungi aku, kamu dan mereka dari keterpaparan. Berapa uang yang harus dihabiskan untuk men-jamin keamanan kami dan kamu?

(31)

71 Perang Melawan Corona (COVID-19)

Sampai kemarin, jalanan di Jakarta masih relatif padat. Jika tidak mau dibilang, biasa-biasa saja tapi sudah lancar jaya.

Masih banyak yang kongko-kongko di warung, dan santuy ngopi dan rokok di kafe-kafe. Meski tidak seramai biasanya. Tapi, ini menunjukkan sikap acuh yang luar biasa. Di saat kondisi pandemi dunia ini, yang bernama korona. Padahal, pengumuman pemerintah, instruksi tertulis pimpinan wilayah, imbauan dari gubernur sampai RT ada di mana mana.

Di itali, polisi tegas menjaga setiap gang dan yang keluar rumah tanpa alasan jelas akan di denda. Malaysia juga memperlakukan hal yang sama. negara seperti arab Saudi, iran, dan banyak negara di dunia juga su-dah memutuskan tidak menerima lawatan dari negara manapun dan dalam bentuk apapun.

Sekali lagi, pemerintah selalu mengatakan untuk tidak perlu merasa panik dan cemas. Tetap tenang dalam menghadapi korona ini dan aku sangat setuju untuk hal ini. Tapi kita yang menyikapinya harus rasional. Kalau kata Cak Lontong mikir gitu loh. Jangan bebal dan bersikeras untuk tetap “keluar rumah”, dengan berbagai macam alasan.

Virus korona ini penyebarannya sangat cepat. Dapat melalui kontak fisik, media udara, dan media benda. Dia bisa menyebar melalui logam, kaca, kertas, kayu, kulit, dan aneka benda dalam kehidupan sehari-hari. Mung-kinkah kita menghindari kontak itu? Jelas tidak mungkin. Oleh karena itu, disarankan untuk cuci tangan dengan sabun sesering mungkin. Pakai pen-yanitasi tangan seperlunya selama ada air sabun. Pakai masker saat sakit batuk pilek. Jika dalam kondisi terasa sehat, gunakan masker seperlunya. Makan dengan asupan buah dan sayur dalam jumlah yang cukup dan jadi-kan hal itu sebagai prioritas.

apakah kita harus terus mendekam di rumah saja? ya juga tidak demikian. Jika tujuannya adalah untuk joging dan bersepeda, itu malah suatu ke-harusan. Minimal kita harus kena sinar matahari selama 30 menit. Karena virus korona, mati dalam suhu udara 26 sampai dengan 27 derajat celsius. Tapi, usahakan olahraga di jalan yang tidak berdebu. Pilihlah taman, dae-rah agrowisata, atau aerobik di rumah.

(32)

75 Perang Melawan Corona (COVID-19)

Mungkin tidak ada orang yang lebih menyukai tantangan, selain orang in-donesia. Coba bayangkan, disuruh pake helm, dia malah pake songkok Kalau ditanya kenapa pake songkok? karena lebih takut pada Tuhan dari-pada sama polisi. apa coba hubungannya? Disuruh berhenti, karena lam-pu merah menyala, dia malah nyelonong, disuruh hati-hati karena lamlam-pu kuning, eh malah tambah kecepatan tancap gas.

Disuruh jalan, karena lampu hijau, eh malah harus di klakson bolak-balik sama mobil belakang, sibuk memainkan gawainya yang tidak penting alias main game. Kasus lainnya, udah jelas palang kereta ditutup, tapi ibu-ibu dengan santainya mengangkat dan menyeberang rel kereta api (Ka) tanpa liat kanan kiri. Kalau nyawa kucing ada tujuh, mungkin nyawa ibu-ibu yang nekat menerobos rel kereta ada sembilan bahkan lebih.

Kebiasaan santai orang indonesia juga terlihat saat makan pisang goreng atau pisgor. apabila saat makan pisgor terus jatuh ke tanah, langsung di-pungut. Ditiup-tiup dan disembul sambil bilang “belum lima menit”. Seolah jadi mantra dan doa sebelum makan.

Kemudian, lenyaplah pisgor plus pasir plus bakteri plus mungkin ada be-kas tahi kucing masuk ke perut. asli ini tantangan sehari-hari yang biasa aja gitu. asli banget orang indonesia itu, paling santai sedunia. Bahkan, indonesia menduduki peringkat negara dengan masyarakat tersantai di du-nia, mengalahkan islandia, Brasil, Chili, Ghana, dan arab Saudi.

Tidak hanya itu saja, tingkat kesantaian ini kerap kali terjadi saat meng-hadiri undangan atau saat mengadakan kegiatan. Misalnya, kalau ada un-dangan acara tertulis jam 08.00 wib. dimulai, dijamin pasti jam 09.00 wib. Mulainya. artinya, telat satu jam. itu juga sudah paling cepat. Kalau urusan waktu, cuma Tni yang menganggap harga mati.

Lalu, satu jam tersebut dibuat apa? Lumayan bisa buat ngopi, ngerokok, dan social closing alias rumpi-rumpi dulu lah. Warming up alias pemana-san yang pastinya tidak berhubungan dengan materi acara. Kemudian, saat acara dimulai, seperti dihipnotis Uya Kuya. Hitungan kesepuluh, lang-sung tertidur.

(33)

79 Perang Melawan Corona (COVID-19)

TIBa-TIBa KITa TaKUT? leBaY aH

Tiada hari kita makan di pinggir jalan yang piring atau mangkuknya dicuci di ember bercampur debu dan asap knalpot. airnya pun diganti setelah pir-ing ke tiga puluh warna air telah berubah menjadi butek, coklat, hitam, dan aneka warna lainnya. Walaupun mengetahu fakta itu, tapi tidak ada rasa takut tertular TBC, hepatitis, atau tipes.

Ditambah lagi, hobinya makan pakai tangan tanpa sendok dan sering ke-lupaan cuci tangan karena sudah terangsang dengan makanan yang ada di talam. Habis makan, langsung ngopi. Habis ngopi, langsung ngerokok, selesai ngerokok, lanjut ngupil, sambil korek-korek kuping.

Parahnya lagi, kadang-kadang saat selangkangan gatal, berkutu mung-kin langsung aja habis ngupil dan korek kuping. Tangan langsung masuk sarung garuk-garuk selangkangan yang bukan hanya berkutu dan berkurap malah mungkin sudah ada kecoanya. Terus, tiba-tiba kebelet langsung pipis, tidak peduli ada toilet atau tidak semak belukar pun jadi. ada air atau tidak, bukan hal yang penting asalkan hajat tertunaikan. Daun pisang pun beralih fungsi jadi tisu. namun, sekarang tiba-tiba banyak yang sudah memedulikan higiene, sanitasi, cuci tangan sampai pakai aksi borong pen-yanitasi tangan.

Selain itu, tiap hari main serobot lampu merah, melawan arus, dan menge-but sampai tidak karuan. Sein kanan belok kiri, sein kiri belok kanan. Di-larang setop malah parkir, diDi-larang parkir malah nginep, diDi-larang nginep malah kelonan. Bahkan, saat ditilang malah nyerang seakan gak takut mati. Tapi, sekarang tiba-tiba pada takut mati karena munculnya sebuah virus yang bentuknya pun tidak pernah lihat.

Tiap hari membaca tulisan “rokok membunuhmu” tapi ya tetap aja rokoknya dihisap. Dengan dalih karena banyak yang tidak merokok malah meninggal duluan. namun, tiba tiba sekarang mendadak peduli asap rokok dengan alasan kesehatan.

Memang orang indonesia itu senengnya tiba-tiba. Suka tiba-tiba sayang, setalah udah sayang, tiba-tiba menghilang. Tapi, saat lagi sayang-say-angnya dibiarin. namun, muncul lagi bilang sayang. Saat di gampar, dibi-lang KDRT, korban kekerasan. Gitu tuh kamu, eh gue eh kita.

(34)

81 Perang Melawan Corona (COVID-19)

Lama-lama, aku jadi “gemes” juga melihat kepanikan yang tidak jelas dari masyarakat menghadapi virus korona ini. Padahal, gerakan sosialisasi yang masif, langkah-langkah yang diterapkan pemerintah, tim kesehatan yang dibentuk dari unsur Tni dan tenaga medis lainnya, prasarana dan sarana yang disiapkan sesuai SOP, flow chart jalur penanganan, rumah sakit yang jadi rujukan, semua sudah disiapkan. Lalu apa lagi, yang harus dikhawatirkan? asal kita mau menjaga hidup bersih, berkontak dengan cara yang wajar, tak perlu “cipika cipiki”, pakai masker, serta menjaga hidup sehat. Maka semuanya akan baik-baik saja.

Tentang mati? itu urusan Tuhan dan bisa di mana dan kapan saja. Tidak perlu risau dan khawatir karena kematian pasti akan datang juga. Khawat-irkan saja amal yang belum cukup dan beramalah sebanyak- banyaknya. Oleh karena itu, tidak perlu menimbun masker. apalagi, saat ini kita se-dang darurat masker. Hal ini disebabkan karena panic corona comunal dan ada “tekong” alias calo yang memanfaatkan situasi ini dengan cara menimbun masker. gar ketersediaan masker dipasaran terbatas dan jika sudah terbatas dapat dijual dengan harga yang fantastis. Sungguh per-ilaku yang keterlaluan dan sangat tega. Lebih tega lagi, ada yang daur ulang masker bekas pakai. Untungnya, aksi ini sudah digrebeg oleh polisi. Tapi, sedihnya hanya di indonesia saja yang sudah ketahuan dan tertang-kap. Sementara di negara lain, belum ada yang melaporkan adanya daur ulang masker bekas, atau ada yang berani menimbun masker.

Lain halnya di negara lain, masker dibagikan secara gratis di pusat-pusat perbelanjaan di Singapura. Begitu pula di Malaysia, seluruh kantor pemer-intah harus menyiapkan hand sanitizer di setiap pintu masuk. Scaner pa-nas tubuh, tersebar di mana-mana. Termasuk di pusat-pusat perbelanjaan dan masker dibagikan cuma-cuma bagi yang memerlukan. Hal yang sama juga dilakukan oleh Bangkok. ada tempat khusus mengambil masker den-gan gratis di Bandara internasional Swuarna Bhumi Bangkok. Bahkan, di negara kecil seperti Brunei Darussalam, masker terdistribusi di setiap ru-mah dan kepala keluarga. Di negara-negara tersebut, terjamin keberadaan sarana alat Pelindung Diri (aPD), masker, dan hand sanitizer bagi warga negaranya. Jadi, tidak ada alasan untuk panik.

Sedangkan pemerintah Ri, juga bertindak sangat responsif dan strategis sekaligus berani.

(35)

85 Perang Melawan Corona (COVID-19)

MaaF, KaMI TIDaK MenarI DI aTaS PenDerITaan

orang laIn (MelIHaT JePang Dan CIna)

Tahun 2020, walaupun hubungan Cina dengan Jepang kurang harmonis akibat luka sejarah penjajahan Jepang masa lalu, namun di saat Jepang melakukan evakuasi warganya di Wuhan, mereka tidak mendarat dengan tangan kosong. Dalam pesawat yang mendarat di Wuhan, dipenuhi perala-tan medis dan masker yang sangat dibutuhkan warga kota Wuhan. Satu pesawat penuh.

Sumbangan sejuta masker dari masyarakat Jepang juga telah lebih dulu tiba di kota Wuhan. Sebelum evakuasi dilakukan dan banyak yang tidak mengetahui bahwa diantara 264 warga Jepang yang di evakuasi, terdapat empat orang yang sudah positif terjangkit virus korona. Oleh pemerintah Tiongkok, disarankan untuk berobat di Cina. namun, keputusan pemer-intah Jepang tetap melakukan evakuasi atas pertimbangan ingin berbagi beban kesulitan dan tidak mau merepotkan pemerintah Cina.

Di sisi lain, Pemerintah Jepang mengumumkan bahwa bagi siapa pun yang berada di Jepang yang terdampak virus korona tanpa pandang kewargane-garaan semua akan mendapat pelayanan medis dan semua biaya ditang-gung Pemerintah Jepang. Sedangkan, bagi warga Tiongkok yang berada di wilayah Jepang dan telah berakhir masa visanya, apabila masih ingin menetap di Jepang diberi perpanjangan visa gratis selama dua bulan.

Di media sosial Jepang, membahana seruan agar warga Jepang bera-mai-ramai menyumbang apapun untuk membantu Cina melewati musibah kemanusiaan ini. artikel- artikel tersebar luas tentang sumbangan tanpa pamrih pemerintah dan warga Cina saat Jepang mengalami musibah wa-bah dan gempa dahsyat beberapa tahun waktu lalu. Kebaikan berbalas kebaikan dan atas nama kemanusiaan, kebaikan akan terus membawa berkah bagi semua manusia.

Sehingga, pada saat Cina mengalami musibah seperti saat ini, diluar dugaan, masyarakat Jepang telah memperlihatkan sifat kemanusiaannya melalui spanduk dan simbol-simbol “Support Wuhan”, “Support China”. Di supermarket, pusat-pusat perbelanjaan Jepang, harga masker dijual se-cara diskon dengan menempelkan plakat: “Tidak menari diatas pender-itaan orang lain,” “Tidak mencari keuntungan atas musibah kemanusian”.

(36)

89 Perang Melawan Corona (COVID-19)

ProFeSI DoKTer ITU aPa SIH?

akhirnya, walau lelah masih mendera. Setelah menempuh perjalanan berjam-jam, meninjau lokasi tempat baksos yang direncanakan oleh kes-atuanku. aku bisa ‘leyehan’ dan rehat sejenak. Mencoba menulis tentang profesiku sebagai dokter yang nyaris saja aku lupakan. Bukan saja karena melupakan pada hari profesi dokter yang jatuh tepat hari ini. namun juga karena nyaris lama jarang berpraktek. aku lebih berkutat diurusan admin-istratif atau tugas di perbatasan dan pulau terluar daripada berpraktek se-bagai dokter.

Hari ini aku memutuskan untuk tidur di ruangan kerja. Setelah listrik bolak balik padam. akhirnya, ruangan kerjaku yang hanya berukuran sekotak, dan diisi oleh beberapa orang menjadi tempat prestisius buatku melepas penat. Dengan beralaskan matras setebal 10 cm, aku merebahkan diri. Untuk melepas lelah, sambil mengingat pertanyaan kedua anakku yang bernama Ghifa dan azzel. Keduanya pun berkuliah di Jurusan Kedokteran di UnaiR (negeri) dan di UHT (swasta).

Suatu hari, kedua anakku melontarkan pertanyaan yang menggelitik. “Papi, menurut papi profesi dokter itu apa sih?”

aku mencoba menjelaskan, sambil dilingkupi rasa gamang. “anakku, pro-fesi dokter itu bukan propro-fesi biasa. Bukan propro-fesi pada umumnya. Bahkan saking tidak biasanya, seorang dokter dituntut menjadi setengah dewa,” ujarku.

Mengapa? Karena dokter tidak boleh sakit. Dokter dituntut selalu sehat. Sehingga bisa melayani orang sakit, tiap saat, tiap waktu. Tak kenal waktu. Dokter itu harus selalu tersenyum, tidak boleh merengut, terlihat susah atau sedih. Karena apabila susah dan sedihnya seorang dokter ditunjuk-kan pada pasien, maka aditunjuk-kan berpengaruh pada kesembuhannya. Seba-gian besar penyakit dapat disembuhkan karena faktor psikologis. Oleh sebab itu, Dokter harus bisa menyimpan semua beban kesulitan sedalam-dalamnya. Bahkan, walau belum dibayar oleh BPJS. Meskipun memikirkan biaya hidup makin tinggi, terbebani biaya sekolah anak-anak yang selalu meningkat, Dokter harus selalu tenang, sabar, dan tersenyum. Semata-mata hanya untuk kesembuhan dan keselaSemata-matan pasiennya.

Dokter merupakan suatu profesi yang harus kuat menahan kantuk. Dikare-nakan, apabila dalam kondisi mengantuk dan underpressure,

(37)

95 Perang Melawan Corona (COVID-19)

geraKan SalIng BanTU Dan YBSI

`“Gerakan saling bantu, harus diangkat, dimunculkan ke permukaan,

bukan untuk disombongkan tapi untuk menjaga harapan dan menjadi sumber inspirasi”

Ir. Joko Widodo Presiden Republik Indonesia

Kalimat sederhana dari orang yang sederhana. Dari seorang presiden bangsa yang besar, Republik indonesia. ide untuk melakukan gerakan saling bantu inilah, yang menginpirasi yBSi, untuk melakukan program “Gerakan Saling Bantu yBSi hadapi Covid-19”. Gerakan ini dipimpin lang-sung oleh Ketua yBSi, istrinda Virly Mavitasari beserta relawan tenaga kesehatan (nakes) yBSi.

Kegiatan yang dilaksanakan pada Kamis, 30 april 2020 dan Minggu, 3 Mei 2020. Berupa pembagian sembako, paket buka puasa, dan pemba-gian bingkisan. Dalam masa pandemi dan pemberlakuan Pembatasan So-sial Berskala Besar (PSBB) oleh pemerintah, menyebabkan beban yang tidak ringan di seluruh lapisan masyarakat. Mulai kelas bawah hingga ke-las atas, termasuk pemerintah. Solusinya adalah saling bantu-membantu, seperti yang disampaikan Presiden ir. H. Joko Widodo dan itu perlu diang-kat, disampaikan. Dengan harapan yang kuat, membantu yang nyaris tak berdaya. Sehingga masyarakat kita, akan terbentuk menjadi masyarakat yang saling menguatkan, melalui program berbagi dan kepedulian.

Pada tanggal 30 Mei 2020, yBSi membagikan 100 paket sembako bagi masyarakat prasejahtera di Daerah Jetis, Surabaya. Dilanjutkan pada hari Minggu, 3 Mei 2020, yBSi mengadakan kegiatan melalui 2 etape. Etape pertama, pagi pukul 09. 00 wib., dilaksanakan pembagian sembako bagi 100 orang duafa di sekitar Perak. Termasuk takmir Masjid at Taqwa Perak, yang mengkoordinirnya. Paket yang terdiri dari beras, gula, minyak, kopi kapal api, leminarele, biskuit roma, hydromamma minuman vitamin, minu-man susu tea, dan kurma, dibagikan langsung oleh Ketua Dewan Penga-was dan Ketua yBSi. alhamdulillah, kegiatan berjalan lancar.

Etape kedua, dimulai pada pukul 15.00 wib., relawan yBSi sebanyak sepu-luh orang, dipimpin langsung ketua yBSi pun bergerak. Sekitar 150 paket buka puasa dan 150 paket bingkisan disiapkan. Targetnya, nakes yang bertugas jaga UGD di hari Minggu.

(38)

97 Perang Melawan Corona (COVID-19)

Sejenak melepas penat dari hiruk-pikuk perilaku bingung dan serba tidak jelas yang terjadi di negara suka-suka riang gembira ini. Cara melepas penatku adalah dengan menyaksikan relawan-relawan yBSi terus berger-ak. Berbagi kepedulian, sesuai visi misi awal berdiri yayasan ini. Menjadi setitik air di padang tandus, sehembus angin di gurun pasir, setitik cahaya di tengah gelap.

akankah bermakna keberadaannya? Setitik air takkan menghilangkan da-haga, tapi bisa membasahi kerongkongan pekat, walau sesaat. Sehembus angin takkan bisa hilangkan lelah, tapi bisa sejenak berikan rasa segar. Walau sesaat, setitik cahaya takkan mampu menerangi jalan, tetapi bisa menunjukkan arah panduan adanya kehidupan, adanya harapan.

yBSi di Ramadan ini terus bekerja. Karena sadar, saat inilah banyak kelompok yang membutuhkan perhatian, kepedulian, dan adanya harapan, manakala rakyat bingung harus berbuat apa. Karena setiap keputusan, serba tanggung dan kehilangan marwahnya. Gerakan saling bantu hadapi Covid-19 merupakan alternatif solusi, untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.

Rangkaian delapan tahap dilaksanakan selama Ramadan di antaranya yaitu, Peduli nakes RSU dan Puskesmas, Peduli nakes RS Tni, Peduli Guru dan Pendidik, Peduli Guru ngaji bersama RMi nU Jatim, dan Peduli Dhuafa Wilayah Surabaya.

(39)

99 Perang Melawan Corona (COVID-19)

Bangun Sehat Indonesiaku, merupakan nama yang aku pilih. Untuk se-buah nama bagi foundation yang kudirikan bersama keluargaku, sekitar 20 tahun lalu. Saat aku masih berpangkat letnan satu.

nama itu doa. Begitu kata kyai sepuh-sepuh Madura. Saat aku berdiskusi tentang nama untuk yayasan yang aku dirikan, maka tercetuslah nama itu. Termasuk doanya, agar keberadaan yayasan ini mampu menjadi bagian kekuatan. Bagi pembangunan kesehatan bangsa indonesia.

Muluk dan terasa seperti mimpi ya? Jawabannya bisa iya, bisa juga tidak. Bagi para kaum “pesimisme”, wajar jika menganggap ini tidak mungkin. Tapi bagi orang-orang penyuka tantangan, ini merupakan optimisme dan dengan kekuatan itu, kejadian ini dapat terbukti. Hingga hari ini, yBSi masih bergerak dan bekerja, ke mana-mana. Di seluruh nusantara mem-bagi semangat kepedulian mem-bagi bangsa indonesia, alhamdulillah.

Sempat ada yang bertanya, modalmu dari mana? Hanya dokter yang masih muda, gaji pas-pasan jangan-jangan hanya jadi pengepul donasi saja. aku dan istriku tersenyum santai. Buat kami, sinisme dan ketidakyakinan, dis-ebabkan oleh dua hal. Pertama, tidak mampu dan tidak mau melakukan, kedua gambaran perilaku pribadinya saja, tetapi the show must go on. Sekali layar yBSi terkembang, pantang kapal berbalik haluan.

ada satu pegangan kami sekeluarga yang sederhana saja. Rasullullah saw. pernah bersabda, allah swt. berfirman: “Berinfaklah wahai anak adam, ni-scaya aku berinfak “kepadamu” (HR. abu Hurairah Muttafaq ‘alaih). Siapa yang tidak ingin diinfaq langsung oleh pemilik langit dan bumi? Karena jika itu terjadi, maka tidak akan miskin kita karena sedekah.

Jadi, aku memulai dari jariyahku sekeluarga. Mulai dari yang kecil dan sedikit yang penting istiqomah. Sembari mengajak keluarga lain yang me-miliki visi sama, kemudian mulai ada yang bergabung dari lingkungan ke-luarga. Sampai akhirnya, mulai ada simpatisan lain baik personal ataupun perusahaan, ikut bergabung. Mereka pun ditasbihkan sebagai bagian dari keluarga besar yBSi. Tanpa terasa, 20 tahun yBSi telah berjalan. alham-dulillah.

(40)

103 Perang Melawan Corona (COVID-19)

BIoDaTa rIngKaS PenUlIS

Pendidikan Pasca Sarjana S2 Magister Kesehatan Minatan Hiperbarik Uni-vesitas airlangga tahun (1999 – 2001) dan Magister Hukum Universitas Patimura tahun (2016-2018). Selain itu , mengikuti Fellowship Program Emergency Medicine di Universiti Sains Malaysia (USM) Penang tahun 2010 dan Short Course Underwater Medical Emergency di Japan Under-water Medical Center (JUMC), yokohama Jepang (2017). Saat ini sedang menempuh tahap akhir Program Doktor ilmu Manajemen Di STiESia Sura-baya.

Karier militer di Tni aL, diawali melalui Sekolah Pendidikan pertama Perwira Karier angkatan ke 2 1994/1995 (Sepa PK 2/1995) . Lulus dengan pangkat Letnan Dua Laut (Letda) Korps Kesehatan(K). Dan bertugas diberbagai Kesatuan di lingkungan Kesehatan Tni aL. antara lain Pgs. Karumkit Diskes armatim (2000), Karumkital J. Lilipory Sabang (2009), Ka-baglitbang Lakesla (2013), Karumkital Dr. FX Suhardjo Lantamal 9 ambon (2015), Kasubditkes aaL ( 2017 ), Ka SPi Rumkital Marinir Cilandak (2019) dan saat ini sebagai Kadep di RSaL Midiyanto Suratani Tanjung Pinang ( 2020). Saat ini penulis berpangkat Kolonel Laut (K) Kesehatan.

Selain menempuh karier di militer, penulis juga pernah menjadi Dosen Luar Biasa di Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah (UHT) Sura-baya, Fakultas Kedokteran Universitas Patimura (Unpatty) ambon dan STiKES Hang Tuah Surabaya.

Penulis lahir di Jakarta tahun 1971. Dari keluarga militer, ayah alm. H. Syahrawi abdul Kadir dan ibunda Hj. Ra Soelistyowati Soeripto. Melalui pendidikan di SD O3 Pagi Cipulir Ja-karta ( 1982), SMPn 11 JaJa-karta (1984), SMPn 7 Surabaya(1985) dan SMan 6 Surabaya (1988). Dilanjutkan den-gan menempuh pendidikan di Fakul-tas Kedokteran UniversiFakul-tas Hasanud-din (1988-1996) dan STiE Makasasar (1992-1997).

(41)

104 Dr.Hisnindarsyah

Beberapa kali bertugas sebagai pembicara di internasional Congres Mili-tary Medicine (iCMM) antara lain di amman, yordania (2016), Vientien, Laos ( 2017), Hawaii national Guard, Honolulu, USa ( 2017), asia Pasific Medical Hospital Exchange Program (aPMHE) Xi’an, China (2018). Juga menjadi pembicara lokal di dalam negeri dengan fokus pada kesehatan ke-lautan, hiperbarik dan hukum militer. Termasuk materi tentang keamanan kesehatan Global (Global Health Securities) dan nubika(nuklir, biologi dan kimia).

aktif menulis sejak remaja. Tulisannya banyak dimuat di media lokal anta-ra tahun 1995 sampai dengan 2006 seperti Harian Fajar dan Pedoman Rakyat di Makassar. Juga Harian Jawa Pos (JP) dan Surabaya Pos (SP) di Surabaya. Termasuk di media lokal lingkungan militer seperti majalah Ghora Vira, Cakrawala dan Warta Kesehatan Tni aL. Beberapa buku yang dibuat adalah Masyarakat Pinggiran: kumpulan tulisan (1996), Pen-anganan Kedaruratan Medis (2002), Kamus Kedokteran- Oscar Publisher ( 2010).

Di kegiatan kebudayaan pernah aktif dilingkungan Bengkel Muda Sura-baya (BMS) dan Dewan Kesenian SuraSura-baya (DKS). Termasuk menjadi pelindung kelompok seniman Ludruk, Ketroprak dan wayang orang di THR Surabaya.

Dikenal aktif di kegiatan sosial dengan mendirikan yayasan Bangun Sehat indonesiaku/yBSi (2002), yang diinspirasi oleh kerusuhan ambon- Maluku Utara (1999) dan Kerusuhan Sampit (2001). Sampai saat ini yBSi masih terus bergiat dalam penanganan kedaruratan bencana, pemberdayaan masyarakat pra sejahtera melalui baksos kesehatan dan edukasi- pen-dampingan pasien HiV/aiDS. Selain itu penulis juga menjadi Koordinator bidang Kesehatan PW RMi-nU Jawa Timur (Dewan Pondok Pesantren na-dhdatul Ulama).

adapun organisasi profesi yang diikuti selain anggota iDi antara lain PER-DOHi (Perhimpunan Dokter Hiperbarik indonesia), PKHi (Perhimpunan Kesehatan Hiperbarik indonesia), MaEM (Malaysian association Emer-cency Medicene), MaSTEM (Malaysian asossiacion Emergency and Trau-matology Medicine) dan member iCMM (international Congress Military Medicine).

Menikah dengan Virly Mavitasari (1999), yang saat ini menjadi Ketua Umum yBSi. Memiliki dua orang anak: Muhammad Ghifary Mahindisyah dan azzeldine aliyah Zahira, yang keduanya saat ini sedang menempuh pendidikan di FK Unair dan FK UHT.

(42)

Referensi

Dokumen terkait

2 Teddy Handoko, S.Pd Kajian Ramadhan Tenaga Kependidikan UMSurabaya 2020 “Memaknai Spirit Kepahlawanan dalam Berjuang Menghadapi Pandemi Covid-19

Mengacu ke panduan terbaru WHO tentang pencatatan kematian terkait Covid- 19 (per 11 April 2020), maka seharusnya jumlah kematian Covid-19 selain korban yang telah

Apa saja Faktor-faktor yang mendukung perkembangan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU) Al-Mustafah. Apa saja Faktor-faktor yang menghambat Kelompok

Serangan ini membuat Rangga jadi kerepotan sesaat Namun ketika Pendekar Rajawali Sakti teringat kalau pernah bertarung melawan seseorang yang juga menggunakan senjata

Bangsa kita dan seluruh dunia masih sedang mengalami ujian kemanusiaan. Pandemi Covid-19 kita lalui di bulan Ramadhan sampai lebaran ini. Total korban di seluruh dunia

1) Distribusi variasi kecepatan angin surya yang di tinjau dari koordinat heliografis matahari. Dalam mengidentifikasi kecepatan angin surya yang menyebabkan badai

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa tahun ini diseluruh dunia sedang mengalami yang namanya kasus virus corona (Covid-19) yang membuat seluruh masyarakat

Ketika kita hidup ditengah-tengah lingkungan yang berdosa, dan bisa mengendalikan diri, itulah kerohanian yang sejati. Kita harus berjuang melawan diri